STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI"

Transkripsi

1 STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 ABSTRAK LINDA SUGIARTI. Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana (Scleropages). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan CHUMAIDI. Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang indah. Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi budidaya membuat banyak ikan arwana ditangkap dari alam secara illegal dan dieksploitasi secara terus menerus. Keberhasilan pembudidayaan arwana ditentukan perancangan jumlah rasio jantan dan betina dalam kolam suatu kolam pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin ikan Arwana Pinoh (Scleropages macrochepalus) dan Arwana Papua (Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran morfologi dan karakteristik kelamin sekunder. Penelitian dilakukan dengan sample ikan Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus) dan ikan Arwana Papua (Scelropages jardinii) pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni Pengukuran morfometrik dan perbandingan alometrik tidak dapat membedakan jenis kelamin ikan arwana. Namun berdasarkan pengamatan morfologinya jenis kelamin dapat dibedakan dengan melihat mandibulanya. Ikan jantan memiliki mandibula kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak dengan garis-garis memanjang dan melintang sedangkan ikan betina mandibulanya lebih halus dan memiliki gerigi sedikit dengan lekukan memanjang. Kata kunci : Scleropages jardinii, Scleropages macrocephalus var. Pinoh, penentuan jenis kelamin, morfologi, morfometrik, alometrik. ABSTRACT LINDA SUGIARTI. A Study of Morphology and Secondary Sex Characteristics as Determinants of Sexes on Arowana (Scleropages). Supervised by TRI HERU WIDARTO and CHUMAIDI. Arowana is a freshwater fish with beautiful body shapes and colour scales. The high demand but limited supplies have made arowana caught and exploited from their natural habitats illegally and continuously. The success of arowana breeding is actually determined by a design of the sexratio of males and females in a raising pond. This study aimed to determine the sexes of Pinoh arowana (Scleropages macrochepalus) and Papua arowana (Scleropages jardinii) based on morphology and sizes of their secondary sex characteristics. The study was conducted with samples of Silver Pinoh arowana (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) and Papua arowana (Scelropages jardinii) from February 2011 to June Based on morphometric measurements and allometric comparison, the sexes of arowana could not be distinguished. However, based on morphological observations, the sexes could be distinguished by looking at their mandibula. The male fish has a coarse mandibular and more separrations with stripes lengthwise and crosswise while the female fish has smoother mandibular and less indentations with dents lengthwise. Keywords: Scleropages jardinii, Scleropages macrocephalus var. Pinoh, sex determination, morphological, morphometric, Allometric.

4 Judul Skripsi : Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana ( Scleropages ) Nama : Linda Sugiarti NIM : G Disetujui Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc Drs. Chumaidi, M.S NIP NIP Diketahui Ketua Departemen Biologi Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, MS NIP Tanggal Lulus :

5 Prakata Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan izin-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2011 dengan judul Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana (Scleropages). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc dan Bapak Drs. Chumaidi, M.S selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dan banyak memberikan saran dalam penelitian ini. Orang tua yang selalu tidak henti-hentinya memberikan doa dan semangat, Mas Angga yang selalu membimbing dan bersedia menjadi tempat penulis bertanya selama penelitian, Teman teman yang selalu membantu serta seluruh anggota, asisten dan staf Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan saran dam masukan yang bersifat membangun sebagai perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan studi lapang ini dapat bermanfaat, amin. Bogor, 19 Desember 2011 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 18 Agustus 1989 sebagai anak sulung dari dua bersaudara, dari pasangan Mugiono dan Suharlinah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sosial 2 Cimahi, lulus pada tahun Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMP Negeri 2 Cimahi, lulus pada tahun 2004 dan SMA Negeri 2 Cimahi yang lulus pada tahun Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB ( USMI ) sebagai mahasiswa biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Inkai Karate-Do pada tahun 2007, dan turut aktif dalam kegiatan Unit Seni Sunda Masyarakat Rumput, IPB.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 2 Bahan dan Alat... 2 Metode... 2 HASIL... 3 PEMBAHASAN... 8 SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 13

8 DAFTAR TABEL 1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh Perbandingan Alometrik Arwana Jardini... 4 Halaman DAFTAR GAMBAR 1. Ikan arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) Ikan arwana Papua (Scelropages jardinii) Ukuran morfometrik ikan arwana Sirip punggung pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Sirip punggung pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Sirip anal pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Sirip anal pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) Sirip perut pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Sirip perut pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah) Sirip dada pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) Sirip dada pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) Dagu bawah pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) Dagu bawah pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh Penampang sel telur dan testis pada ikan arwana yang telah dibedah DAFTAR LAMPIRAN 1. Morfometrik Ikan Arwana Pinoh Morfometrik Ikan Arwana Papua Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Pinoh Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Jardini... 16

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang indah sehingga menjadi salah satu jenis hewan eksotis yang digemari banyak orang. Hingga saat ini sebanyak sepuluh spesies ikan Arwana telah berhasil dideskripsikan oleh para ahli taksonomi yang dikelompokkan dalam dua subfamilia Heterotidinae dan Osteoglossinae. Ikan arwana tergolong dalam anggota keluarga Osteoglossidae mendiami wilayah Asia Tenggara (Kottelat et al 1993). Menurut Poyaud (2006) Ikan Arwana Asia Tenggara terbagi dalam empat spesies berbeda, yaitu Arwana Hijau / Green Arwana (Scleropages formosus), Arwana Perak/ Indonesia Silver Arwana (Scleropages macrocephalus), Arwana Emas / Red Tail Golden Arwana (Scleropages aureus) dan Arwana Merah / Super red Arwana (Scleropages legendrei). Arwana yang berasal dari habitat asli Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis arwana yang mewakili Asia (Paparan Sunda) adalah arwana Kalimantan (Schleropages formosus) yang tersebar di Kalimantan dan Sumatra serta Arwana yang mewakili Australia (Paparan Australia), ikan arwana Papua (Schleropages jardinii) yang tersebar di Merauke, Papua, dan Australia Utara (Tjakrawidjaja 2007). Pasar ekspor terbentang luas dan permintaan ikan ini meningkat dari tahun ke tahun. Ikan arwana dengan panjang tubuh lima inchi bisa dijual dengan harga US$ atau Rp ,- sampai ,- (Suhartono & Mardiastuti 2003). Ikan arwana dewasa harganya lebih mahal berkisar antara jutaan hingga ratusan juta rupiah. Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi budidaya membuat banyak ikan arwana ditangkap dari alam secara illegal dan dieksploitasi secara terus menerus menjadi bahan komoditi bisnis sehingga keberadaan ikan arwana di alam saat ini sangat sedikit. Eksploitasi besar-besaran terhadap arwana ini menyebabkan arwana menjadi terancam punah. Ikan arwana bahkan termasuk ke dalam kategori APPENDIX-I dalam CITES (Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Flora and Fauna), yang berarti bahwa ikan arwana yang berasal dari alam atau perairan umum dilarang untuk diperdagangkan maupun diekspor (Joseph el al 1986; Dawes et al 1999). Indonesia sendiri melindungi ikan arwana dengan Peraturan Pemerintah PP No.7/ tahun 1999 dengan pemanfaatan ikan dengan penangkaran dalam SK Mentri Kehutanan 2091/Kpts-II/2001. Namun pelanggaran akan larangan pemanfaatan dari alam masih terus menerus terjadi. Kenyataan tersebut mendorong pengembangan budidaya ikan arwana ini sangat potensial sehingga dapat mencegah punahnya populasi ikan arwana sekaligus memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Hal inilah yang menyebabkan ikan arwana menjadi komoditas budidaya yang sangat menguntungkan. Usaha penangkaran arwana yang tepat sangat menentukan keberhasilan pembudidayaan arwana. Pembenihan merupakan faktor utama dalam pembudidayaan arwana. Benih yang berkualitas dalam jumlah yang banyak akan didapatkan apabila dalam kolam pemeliharaan terdapat sex ratio yaitu perancangan jumlah rasio jantan dan betina dalam kolam suatu kolam pemeliharaan. Ikan arwana merupakan jenis monomorfik (Pouyaud 2006), yaitu hewan yang secara fisik susah untuk dibedakan antara jantan dan betinanya terutama pada tahap juvenil karena gonadnya belum berkembang. Induk jantan atau betina dapat dibedakan setelah dewasa, induk betina akan terlihat saat perutnya membesar ketika gonad matang sedangkan induk jantan akan terlihat ketika mengerami telur hasil pembuahan di dalam mulutnya terutama saat malam hari. Sifat monomorfik ini menyebabkan sulitnya perancangan rasio jantan dan betina. Tjakrawidjaja (2007) mengatakan bahwa sex ratio yang lebih aman dan pasti adalah 1:1 dengan jumlah jantan dan betina perbandingannya 1:1 atau jumlah jantan yang lebih sedikit dari betina. Sedangkan, menurut Christian (2006), memelihara ikan arwana yang baik di dalam kolam pemeliharaan memiliki rasio jantan dan betina arwana super red adalah 4 : 6. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara ikan arwana jantan dan betina. Salah satu cara untuk mengetahui keragaman genetik adalah dengan mempelajari perbedaan fenotip (Yatim 2003). Karakter morfologis merupakan fenotip dari bentuk luar yang dimiliki dari suatu individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara genetik, lingkungan (Trave 2003). Sifat-sifat morfometrik berguna untuk keperluan taksonomi dalam mengidentifikasi karakter fenotip dalam suatu organisme walaupun perbedaan yang terdapat di dalamnya kecil (Muniarti 1976). Teknik morfometrik yang

10 2 diterapkan terdiri dari seperangkat pengukuran hitungan meristik dan pengamatan karakter morfologi khusus (Teugels 1986). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin ikan arwana pinoh (Scleropages macrochepalus) dan Arwana Papua (Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran morfologi dan karakteristik kelamin sekunder. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011 di Laboratorium Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah Ikan Arwana dengan dua jenis varietas berbeda yaitu ikan Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) dalam Gambar 1 dan ikan Arwana Papua (Scelropages jardinii) dalam Gambar 2. Gambar 1. Ikan arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) Gambar 2. Ikan arwana Papua (Scelropages jardinii) Alat alat yang digunakan adalah jangka sorong, alat bedah, freezer dan wadah untuk menyimpan sampel. Metode Penelitian arwana Papua (Sclropages jardinii). Sampel merupakan ikan arwana yang telah mati dan diawetkan dalam freezer dengan penambahan pengawet untuk menjaga agar tidak berubah sifat-sifat biologisnya. Pengukuran morfometrik Sampel yang telah diawetkan diukur secara morfometrik dengan menggunakan jangka sorong. Ikan uji diletakkan pada posisi kepala menghadap ke kiri dan sirip dibiarkan secara alami. Pemberian kode dan taging serta pengukuran karakter morfometrik yang ditetapkan dengan menggunakan alat kaliper sorong ketelitian 0,01 mm. Pengukuran morfometrik ini terdiri dari 30 ukuran morfometrik ikan meliputi : 1. panjang total, 2. panjang baku, 3. tinggi badan, 4. lebar badan, 5. berat tubuh, 6. panjang kepala, 7. tinggi kepala, 8. lebar kepala, 9. panjang bagian kepala belakang mata, 10. lebar rahang atas, 11.lebar rahang bawah, 12 lebar mulut, 13. tinggi pipi, 14.panjang ruang antar mata, 15. panjang antardepan mata, 16. tinggi di bawah mata, 17. panjang mata- operculum, 18. lebar mata, 19. panjang hidung, 20. panjang dasar sirip dorsal, 21. tinggi sirip dorsal, 22. panjang punggung sirip dorsal, 23. panjang punggung sirip ekor 24. tinggi sirip ekor, 25. panjang dasar sirip, 26. tinggi sirip anal, 27. panjang punggung sirip perut, 28. tinggi sirip perut, 29. panjang sirip dada, 30.tinggi sirip dada. (Gambar 3) Perbandingan alometrik Perbandingan alometrik ini merupakan perbandingan ukuran relatif tubuh ikan yang telah diukur sehingga terlihat perbedaan morfologi sampel dengan jelas. Perbedaan bentuk antar populasi ikan dinyatakan sebagai fungsi ukuran. Oleh karena itu, perbandingan alometrik tidak boleh diabaikan karena merupakan bagian dari suatu analisis. Perbandingan alometrik yang dilakukan antara lain kerampingan badan (rasio lebar badan dan panjang baku badan), besaran kepala ( rasio tinggi kepala dan panjang kepala), berat badan (rasio tinggi dan bobot tubuh) dan panjang sirip dada (rasio panjang sirip dada dengan panjang baku ikan). Persiapan Sampel yang digunakan adalah 19 ekor ikan arwana yang terdiri dari tujuh ikan Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) dan 12 ikan

11 3 HASIL Pengukuran morfometrik Terdapat 30 macam ukuran morfometrik berdasarkan pengukuran dari seluruh bagian tubuh ikan mulai dari kepala hingga ekor di kedua jenis ikan baik ikan arwana silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) maupun ikan arwana Papua (Sclropages jardinii). Adapun hasil pengukuran morfometrik disajikan dalam lampiran. Gambar 3. Ukuran morfometrik ikan arwana Pengamatan morfologi fisik ikan. Sampel yang telah diukur dan dibandingkan diamati morfologinya secara langsung. Pengamatan deskriptif meliputi bentuk sirip, yaitu sirip punggung, ekor, anal, perut, dada dan permukaan dagu bawah (mandibula). Pengamatan terhadap ada atau tidaknya lengkungan di akhir pangkal sirip punggung, sirip punggung yang menyempit, kepala yang melebar, dan panjang badan ikan diamati sehingga dapat dibedakan antara ikan jantan dan betina berdasarkan karakteristik kelamin sekunder. Perbandingan Alometrik Perbandingan alometrik sebagai hasil dari perbandingan bagian tubuh ikan, meliputi kerampingan badan (rasio lebar badan dan panjang baku badan), besaran kepala ( rasio tinggi kepala dan panjang kepala), berat badan (rasio tinggi dan bobot tubuh) dan panjang sirip dada (rasio panjang sirip dada dengan panjang baku ikan). Adapun hasil dari perbandingan ini tersaji dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Pembedahan Sampel setelah diukur dan diamati dibedah bagian dalamnya. Hal ini dilakukan untuk dapat diketahui jenis kelamin bagian dalam arwana dengan melihat adanya gonad atau tidak dalam perutnya, sehingga dapat diketahui jenis kelaminnya dan dapat dibandingkan dengan pengamatan morfologi yang ada.

12 4 Tabel 1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh Perbandingan Jantan (cm) Betina (cm) A1 A21 A2 A3 A4 A20 A25 Rasio ramping badan 0,290 0,278 0,310 0,242 0,252 0,267 0,243 Rasio Besar kepala 0,429 0,833 0,478 0,788 0,814 0,864 0,788 Rasio Berat Badan 0,043 0,049 0,041 0,068 0,052 0,054 0,075 Rasio panjang sirip dada 0,135 0,161 0,150 0,122 0,115 0,144 0,134 Tabel 2. Perbandingan Alometrik Arwana Papua Perbandingan Jantan (cm) Betina (cm) A8 A10 A18 A6 A7 A9 A11 A13 A14 A15 A16 A17 Rasio ramping badan 0,272 0,242 0,246 0,216 0,269 0,247 0,237 0,273 0,266 0,262 0,242 0,257 Rasio Besar kepala 0,813 0,770 0,860 0,726 0,838 0,850 0,760 0,900 0,825 0,845 0,810 0,780 Rasio Berat Badan 0,024 0,044 0,047 0,121 0,026 0,035 0,050 0,030 0,035 0,037 0,039 0,047 Rasio panjang sirip dada 0,247 0,272 0,257 0,212 0,257 0,264 0,265 0,247 0,016 0,288 0,268 0,278

13 5 Pengamatan morfologi fisik ikan Terdapat lima jenis pengamatan fisik ikan yang dilakukan secara langsung. Pengamatan meliputi bentuk dari sirip punggung (Gambar 4 dan 5), sirip ekor (Gambar 6 dan 7), sirip anal (Gambar 8 dan 9), sirip perut (Gambar 10 dan 11), sirip dada (Gambar 12 dan 13), dan dagu ikan (Gambar 14 dan 15) pada kedua jenis ikan arwana tersebut. Sirip punggung (Gambar 4 dan 5) pada ikan Arwana Pinoh dan Papua memiliki dua bentuk yaitu membulat dan meruncing. Sirip yang membulat terlihat dari pinggiran sirip membentuk garis melengkung sedangkan sirip meruncing pinggiran sirip berbentuk tajam (meruncing). Gambar 6. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Gambar 4. Sirip punggung pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Gambar 7. Sirip ekor pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah) Sirip anal (Gambar 8 dan 9) pada ikan Arwana Pinoh dan Arwana Papua memiliki bentuk yang hampir seragam dengan bentuk membulat panjang dari perut menuju anal. Gambar 5. Sirip punggung pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) Sirip ekor (Gambar 6 dan 7) menunjukkan bentuk yang membulat dengan pinggiran sirip yang melengkung dari ujung dorsal hingga bagian ventral hampir disemua ikan Arwana Pinoh maupun ikan Arwana Papua. Gambar 8. Sirip anal pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)

14 6 Sirip dada (Gambar 12 dan 13) memiliki bentuk yang hampir sama dengan sirip perut namun memiliki bentuk yang lebih panjang dan lebih meruncing di salah satu ujungnya. Kedua jenis ikan memiliki bentuk yang hampir sama pada ikan Arwana Pinoh dan Arwana Papua. Gambar 9. Sirip anal pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah) Sirip perut (Gambar 10 dan 11) menunjukkan bentuk yang sama hampir di ikan Arwana Pinoh dan Papua dengan bentuk yang semakin meruncing di salah satu ujungnya. Gambar 12. Sirip dada pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Gambar 10. Sirip perut pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah) Gambar 11. Sirip perut pada Arwana Papua jantan (atas) dan Papua betina (bawah) Gambar 13. Sirip dada pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) Dagu bawah atau mandibula (Gambar 14 dan 15) dengan bentuk melonjong memiliki guratan guratan yang membedakan jenis kelamin ikan arwana. Ikan arwana jantan memiliki guratan yang lebih banyak dengan arah guratan vertikal dan horizontal yang menyebar di mandibula, sedangkan ikan arwana betina memiliki guratan lebih sedikit dengan arah guratan vertikal saja.

15 7 Lebih bergerigi Lebih halus Gambar 14. Dagu bawah pada Arwana Papua jantan (atas) dan Papua betina (bawah) Gambar 15. Dagu bawah pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah) Lebih bergerigi Lebih halus Gambar 17. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana papua Pembedahan Berdasarkan hasil pembedahan yang telah dilakukan dari 19 ekor arwana jantan didapatkan, dua ekor ikan jantan dan lima ekor arwana betina dari ikan Arwana Pinoh, sedangkan dari ikan Arwana Papua didapatkan tiga ekor arwana jantan dan sembilan ekor arwana betina. Berikut gambar dari beragam jenis sel telur dan testis setelah pembedahan (gambar 18). Terlihat bahwa ikan arwana jantan memiliki testis yang memanjang lurus, arwana betina memiliki sel telur yang telah matang gonad sehingga terlihat telur-telurnya yang bergerombol seperti buah anggur. Arwana jantan hanya ditemukan testis dengan umur setengah tua, sedangkan arwana betina ditemukan berbagai jenis sel telur dari sel telur yang masih muda, setengah tua hingga tua. Perbedaan sel telur muda dan tua terlihat dari bentuk telur yang masih sedikit dan kecil dengan yang sudah banyak dan besar. Gambar 16. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh

16 8 Pinoh Jardini Gonad Jantan Betina Jantan Betina Muda Gambar A4 Gambar A6 Setengah Tua Gambar A1 Gambar A20 Gambar A10 Gambar A11 Tua Gambar A2 Gambar A7 Gambar 18. Penampang sel telur dan testis pada ikan arwana yang telah dibedah PEMBAHASAN Ikan arwana dianggap sebagai jenis ikan monomorfik karena sulitnya membedakan jenis kelamin antara jantan dan betinanya. Penentuan rasio kelamin pada ikan arwana sangat penting karena menentukan nilai produktifitasnya. Pada penentuan jumlah yang optimal ikan jantan dan betina harus diketahui terlebih dahulu baru kemudian menerapkan sex-ratio atau perbandingan jumlah jantan dan betina dalam suatu penangkaran. Perbandingan yang tidak tepat akan mengakibatkan produktivitas rendah bahkan bisa menghambat proses aktivitas reproduksi termasuk pemijahan (Allen 2002). Pembeda jenis kelamin melalui morfologi, yaitu pengukuran morfometrik dan pengamatan morfologi fisik ikan dianggap lebih praktis, akurat dan lebih mudah digunakan dilapangan oleh para pembudidaya arwana. Pengukuran morfometrik dilakukan terhadap morfologi seluruh bagian ikan arwana. Berdasarkan 30 pengukuran morfometrik yang telah dilakukan baik pada ikan arwana silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) maupun ikan arwana Papua (Sclropages jardinii), terdapat hasil pengukuran yang sangat bervariasi. Sample ikan yang digunakan memiliki ukuran dan umur yang berbeda sehingga menghasilkan ukuran morfologi yang berbeda - beda. Tjakrawidjaja (2007) menggunakan metode morfometrik dengan pengukuran dan membandingkan secara kuantitatif empat karakter kombinasi morfologi luarnya untuk membedakan ikan jantan dan betina. Ciri ikan jantan dengan panjang standar (SL) : 2,2 kali sirip anal, enam kali sirip ekor, enam kali panjang kepala bagian atas dan 11 kali panjang batang ekor. Sementara ciri ikan betina panjang standar (SL) sekitar 2,5 kali sirip anal, tujuh kali sirip ekor, tujuh kali panjang kepala bagian atas, dan 10 kali panjang kepala batang ekor. Akan tetapi berdasarkan pengukuran morfometrik ini menghasilkan data yang beragam dan bervariasi. Tidak ada perbandingan yang jelas yang dapat membedakan antara kelamin

17 9 jantan dan betina berdasarkan pengukuran morfometriknya. Sebagian hasil morfometrik ini kemudian digunakan dalam perbandingan alometrik dengan menggunakan rasio rasio perbandingan bagian tubuh tertentu yang diasumsikan dapat membedakan jenis kelamin pada arwana. Berdasarkan ciri-ciri umum tersebut, dipilih lima karakter yang merupakan hasil dari perbandingan alometrik, yaitu kerampingan badan (rasio lebar badan dan panjang baku badan) dengan asumsi arwana jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dari betina. Besaran kepala ( rasio tinggi kepala dan panjang kepala) dengan asumsi arwana jantan memiliki kepala yang lebih besar dari arwana betina untuk mengerami telur-telur hasil pembuahan. Berat badan (rasio tinggi dan bobot tubuh) dengan asumsi betina memiliki bobot tubuh yang lebih besar daripada jantan karena memiliki sel telur. Terakhir panjang sirip dada (rasio panjang sirip dada dengan panjang baku ikan) dengan asumsi arwana jantan memiliki sirip dada yang lebih panjang daripada arwana betina. Hasil pengukuran alometrik dalam Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukan bahwa hasil ukuran morfometrik dari kedua jenis ikan arwana memiliki nilai yang bervariasi baik pada ikan jantan maupun betina. Keempat rasio yang digunakan baik kerampingan badan, rasio besar kepala, rasio lebar badan maupun rasio panjang sirip dada tidak menunjukan adanya perbedaan nilai yang spesifik bahkan cenderung beragam dalam kedua jenis ikan tersebut. Pada Tabel 3 dan 4 tersebut terlihat bahwa mayoritas relatif rasio ramping badan pada arwana jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Setelah dilakukan pengujian menggunakan SPSS 16 terlihat bahwa hasil tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05) (Tabel 3). Rasio berat badan secara umum menunjukkan bahwa arwana betina memiliki bobot yang relatif lebih tinggi daripada arwana jantan. Pengujian dengan program SPSS terlihat bahwa hasil tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan khas yang membedakan jenis kelamin arwana berdasarkan kerampingan dan berat tubuh. Rasio besar kepala dan panjang sirip dada menunjukkan hasil yang bervariasi antara ikan jantan dan betina. Namun demikian, hasil analisis data di SPSS 16 terhadap rasio besar kepala dan panjang sirip dada tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05). Seluruh rasio perbandingan pada ikan arwana Papua (Tabel 2) menghasilkan nilai yang bervariasi baik pada rasio kerampingan badan, rasio besar kepala, rasio berat badan maupun rasio panjang sirip dada. Hal ini sesuai dengan pengujian seluruh perbandingan yang telah dilakukan, dimana seluruh perbandingan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05). Arwana betina diketahui memiliki satu buah ovary yang terdiri dari telur dengan diameter 1,9 cm. Namun ada beberapa betina memiliki telur dalam satu buah kelompok telur. Pada arwana jantan terdapat seperti garis panjang yang menyerupai testis. Tidak ada yang dapat digunakan untuk membedakan jantan dan betina pada tahap juvenil. Ini akan terlihat berbeda setelah matang gonad pada umur 3-4 tahun. Perbedaan sex dapat terlihat dari bentuk tubuh dan ukuran mulut ikan arwana setelah dewasa. Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dan dangkal daripada induk betina, mulut yang lebih besar dan warna yang terlihat lebih intens daripada betina. Betina memiliki ukuran kepala yang lebih besar. Induk jantan biasanya lebih agresif dan memimpin dalam kompetisi makanan. (Suleiman 2003) Penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan khas yang dapat membedakan jenis kelamin arwana jantan dan betina berdasarkan besar kecil ukuran morfologinya. Pengamatan morfologi fisik ikan dilakukan dengan mengamati morfologi secara langsung pada tubuh ikan arwana. Hasil dari pengamatan pada kedua jenis ikan arwana secara deskriptif dapat terlihat pada Gambar 4. Pada sirip punggung, bagian ujung dorsal bagian belakang menunjukkan tidak adanya perbedaan antara jantan dan betina. Beberapa pembubidaya ikan mengatakan bahwa pengamatan dari ujung sirip punggung ini dapat membedakan jenis kelamin ikan arwana. Namun dalam penelitian ini kedua jenis ikan baik jantan maupun betina bagian ujung dorsalnya memiliki hasil yang beragam, ada yang meruncing namun ada pula yang membulat. Misalnya saja pada Gambar 4, ikan arwana jantan A1 memiliki ekor yang membulat sedangkan arwana jantan lainnya yaitu A21 memiliki ekor yang meruncing. Hasil yang sama didapatkan pada ikan betina, terlihat pada Gambar 4 terdapat ikan arwana betina yang memiliki ekor membulat seperti A3 dan ekor yang meruncing seperti A25. Ikan arwana papua memiliki hasil yang

18 10 beragam pula pada arwana jantan dan betina. Terdapat sirip punggung yang membulat seperti A8 dan meruncing seperti A18 pada ikan arwana jantan, serta bentuk sirip membulat seperti A6 dan meruncing seperti A9 pada ikan arwana betina. Bentuk sirip ekor antara jantan dan betina juga tidak ada perbedaan, hampir semua ujungnya membulat baik pada ikan jantan maupun betina pada kedua jenis ikan arwana tersebut (Gambar 6 dan Gambar 7). Sirip anal memiliki bentuk yang hampir sama pada setiap ikan. Sirip membentuk setengah lingkaran dari perut menuju anal, seperti terlihat pada Gambar 8 (arwana pinoh) dan Gambar 9 (arwana papua). Sirip perut pada ikan arwana jantan maupun betina memiliki bentuk yang relatif sama, dengan bentuk meruncing dikedua jenis ikan yang terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Demikian pula bentuk sirip dada antara jantan dan betina juga tidak menunjukkan perbedaan dimana ujungnya kelihatan meruncing yang terlihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Walaupun diasumsikan sirip dada pada jantan lebih panjang daripada betina, hasil pengukuran dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan bahkan cenderung beragam baik pada ikan arwana jantan maupun betina. Perbedaan mulai terlihat antara arwana jantan dan betina pada dagu bawah sebelah tepi (ventro lateral). Ketika diraba dagu tepi dari jantan terasa lebih bergerigi, sedangkan dagu tepi betina terasa lebih halus. Setelah pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbedaan tersebut lebih jelas. Pada Gambar 13 perbesaran penampang dagu bawah ikan arwana jantan dan betina, terlihat pada arwana jantan terdapat lekukanlekukan melintang (transversal) dan memanjang (longitudinal). Sedangkan pada arwana betina hanya terlihat lekukan yang memanjang (longitudial) saja. Hal yang sama terlihat pada ikan arwana papua (Gambar 14). Arwana jantan memiliki lekukan yang lebih banyak dengan bentuk melintang (transversal) dan memanjang (longitudial), sedangkan arwana betina hanya memiliki lekukan memanjang (longitudial). Dengan adanya perbedaan ini dapat menunjukkan adanya perbedaan antara arwana jantan dan betina, sehingga dapat menentukan sex ratio dalam pembudidayaan ikan arwana. Pembedahan adalah tahap terakhir yang dilakukan, namun merupakan penentu dari metode sebelumnya. Arwana yang digunakan merupakan arwana yang telah matang gonad sehingga dapat diketahui jenis kelaminnya melalui pembedahan. Jenis kelamin ini ditentukan dari adanya sel telur atau tidak sebagai penentu arwana betina atau jantan. Berdasarkan hasil pembedahan diketahui bahwa dari tujuh ekor ikan arwana pinoh terdapat dua ekor arwana jantan dan lima ekor arwana betina, sedangkan dari 12 ekor arwana papua terdapat tiga ekor arwana jantan dan sembilan ekor arwana betina. SIMPULAN Ikan arwana yang termasuk dalam kategori ikan monomorfik yang sulit untuk dibedakan jenis kelaminnya secara kasat mata. Berdasarkan pengukuran morfometrik dan pengamatan morfologi ikan disimpulkan bahwa sebagian besar tubuh ikan arwana tidak dapat membedakan jenis kelamin jantan atau betina. Hal yang dapat membedakan jenis kelamin berdasarkan kelamin sekunder secara langsung baru didapatkan dari mandibula atau dagu bawah ikan arwana. Dagu yang lebih kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak dengan garis-garis memanjang dan melintang merupakan ikan arwana jantan sedangkan dagu yang lebih halus dan memiliki gerigi sedikit dengan lekukan memanjang adalah ikan arwana betina. SARAN Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang dapat membedakan jenis kelamin pada ikan arwana, serta penelitian lanjutan mengenai mandibula dari ikan arwana sehingga dapat membedakan jenis kelamin yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Allen GR Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute. Madang. Papua New Guinea. Allen GR, SH Midgey & M Allen Field guide to the freshwater fishes of Australia, Western Australia Museum. Perth. Western Australia. Christian J Teknik Budidaya Ikan Arwana. Seminar Ikan Hias Nusantara P. 5 Dawes J, Lim LL, Cheong L The dragon fish. England : Kingdom books Joseph J, Evans D, Broad S International trade in Asia onytongues.

19 Trafic bulletin. 8 : Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari & S Wirjoatmo Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Perpiplus Edition. Indonesia Kottelat M, T witten Freshwater Biodiversity in Asia with Spesial References to Fish. Singapur : World Bank Tech. Muniarti Sifat-sifat meristik dan sifatsifat Morfometrik Ikan Mujair dan Ikan Nila. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Fakultas Perikanan. Institute Pertanian Bogor. Hlm 1 Pouyaud, L Management of arwana in re-circulated water system a new challenge. Seminar Ikan Hias Nusantara P. 85. Suhartono & Mardiastuti Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia. Perpustakaan Nasional. Jakarta Suleiman MZ Breeding technique of Malaysian golden arowana, Scleropages formosus in concrete tanks July-September 2003 (Vol. VIII No. 3) Tave Genetic for Fish Hatchery Managers 2nd edition. USA : The AVI publ.comp.inc New york. 418 hlm Teugels GG A systematic Revision of the African Spesies of the Genus Clarias. Ann Mus Roy Cntr. 199 hlm Tjakrawidjaja AH Proses Domestikasi Ikan Arwana Irian. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI. In press Yatim Genetika Edisi Kelima. Bandung: Penerbit Tarsito 11

20 12 1 Lampiran 1. Morfometrik Ikan Arwana Pinoh Ukuran Morfometrik Jantan (cm) Betina (cm) A1 A21 A2 A3 A4 A20 A25 Panjang Total 40 39,8 41,5 37, Panjang Baku , ,5 30,5 30,5 Tinggi badan 9 8,63 10,43 8 9,2 8,15 7,4 Lebar badan 4,2 5,02 5,05 4,05 4,2 4,4 4,1 Berat 726, ,8 480,2 690, ,2 Panjang kepala 9, ,7 8,1 8 Tinggi kepala 4,03 7,5 4,3 6,3 7,9 7 6,3 Lebar kepala 7,4 4,2 7,26 3,6 4,3 3,9 3,5 Panjang bagian kepala belakang mata 4,5 5,4 4,5 3,8 6 4,1 5 Lebar rahang atas 0,4 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,2 Lebar rahang bawah 0,7 0,6 0,7 0,7 0,6 0,7 0,5 Lebar mulut bukaan 2,2 6,3 2 1,1 1,5 6,2 5,6 Tinggi pipi 2,7 2,6 3 2,7 5,2 2,6 2,2 Panjang antar ruang mata 3,13 2,7 3,2 3 3,3 2,8 2,5 Panjang antar depan mata 0,9 0,8 1 1,5 1,5 0,7 0,7 Tinggi dibawah mata 1,8 0,9 1,2 0,7 0,8 Panjang mata - operkulum 5 5,6 4,7 4,1 6 4,2 5,1 Lebar mata 1,6 1,8 1,9 1,7 1,6 1,8 1,8 Panjang hidung 0,5 0,9 1, ,1 1 Panjang Dasar Sirip Dorsal 4 4,5 7,3 4,5 5,3 4,5 6,5 Tinggi sirip dorsal 5,4 2 4,4 2,5 2,5 3 Panjang Bagian Muka Sirip Dorsal 27 27,4 29,1 25, ,4 20,6 Panjang Batang Ekor 4 4,07 8 3,9 3,9 4,4 3,9 Tinggi Batang Ekor 2,85 2,5 2,7 2,16 2,5 2,75 2,2 Panjang dasar sirip anal 23 7,1 11,5 6,5 8 7,5 7 Tinggi sirip anal 5 2,2 5,5 2,5 2,5 3 1,8 panjang sirip perut 5 4,9 4,1 4,7 4,9 4,9 5,1 lebar sirip perut 1 1,2 0,7 0,9 1 0,9 0,7 panjang sirip dada 10,2 9,7 9,7 10, ,2 8,8 lebar sirip dada 2 2,1 1,5 1,8 2,1 2 1,7 Kematangan Gonad - - Matang Muda Muda Muda Muda Jumlah Telut

21 14 Lampiran 2. Morfometrik Ikan Arwana Papua Ukuran Morfometrik Jantan (cm) Betina (cm) A8 A10 A18 A6 A7 A9 A11 A13 A14 A15 A16 A17 Panjang Total 54,6 47, , ,2 45,2 52,4 48,8 48,2 49,5 43 Panjang Baku 48,5 41,6 37,8 25, ,4 39,7 46,5 42,8 42,3 43,3 37,8 Tinggi badan 13,2 10,05 9,3 5,6 13,7 11,2 9,4 12,7 11,4 11,1 10,5 9,7 Lebar badan 6,4 5,03 5,15 2,9 6,3 5, ,5 5,4 5,3 4,8 Berat ,8 807,6 214, ,2 791, ,6 1133,4 1100,4 797,4 Panjang kepala 12,3 11,3 9,3 6, ,3 10, , ,5 10 Tinggi kepala 10 8,7 8 4,5 10,05 9,6 7,83 9,9 9,24 9,3 8,5 7,8 Lebar kepala 5,5 4,72 4,2 2,67 5,3 4,4 4,2 5,3 5,2 5 4,6 4,3 Panjang bagian kepala belakang mata 7,7 7,3 6,5 3, ,6 7, ,7 6,5 Lebar rahang atas 0,4 0,4 0,3 0,6 0,4 0,4 0,3 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 Lebar rahang bawah 1,1 0,7 0,7 0,5 1 1,4 1 1,1 0,9 0,8 0,8 0,7 Lebar mulut bukaan 2 3 4, ,7 3 3,5 3,6 3,7 3,7 4 Tinggi pipi 4,2 3,6 3,5 2,1 4,4 4 3,3 3,7 4, Panjang antar ruang mata 3,7 3, ,8 3,74 3 3,1 3 3,1 3,4 2,8 Panjang antar depan mata 1,2 0,9 0,8 0,9 1,5 0,9 1,1 0,8 1 0,9 0,8 0,9 Tinggi dibawah mata 2 1,4 1,8 1,9 1,5 1,2 1,5 1,6 1,8 2 1,5 Panjang mata - operkulum 8,8 8 6,4 3,2 8,9 7,9 6,8 8,2 7,7 7,8 7,8 6,5 Lebar mata 2 2 1,8 1,3 1,8 1,8 1,7 1,6 1,9 1,8 1,8 1,9 Panjang hidung 1 0, ,6 1, ,8 Panjang Dasar Sirip Dorsal 7,1 5,6 5,3 3,8 7,5 6,4 5,5 7 5, Tinggi sirip dorsal 4,5 3 2,5 2,3 3,5 3,4 2,5 3 2,8 2,5 3 2,5 Panjang Muka Sirip Dorsal 36,7 32,6 28,8 19,5 38,5 34,5 30, , ,5 29,9 Panjang Batang Ekor 5,4 4,2 3,9 2,7 15,3 5,3 5 4,7 4,4 4,3 4,8 4,1 Tinggi Batang Ekor 3,5 2,66 2,75 1,7 3,9 3,25 2,74 3,5 3,1 3,1 3,3 2,9 Panjang dasar sirip anal 12, ,3 6,5 13,3 11,1 9,3 12, ,2 10,7 9,5 Tinggi sirip anal 3,5 3,6 3,2 1,6 3,8 3,6 3, ,7 3,4 2,5 panjang sirip perut 3,5 3, ,5 3,5 3,4 3,4 3,4 3,2 3,2 0 lebar sirip perut 1,5 1 0,9 0 1,2 1,2 0,9 1,2 1,1 0,7 0,9 0 panjang sirip dada 12 11,3 9,7 5,5 13, ,5 11,5 0, ,6 10,5 lebar sirip dada 2,5 2,5 2 1,2 1, ,5 3 2,3 2,5 2,2 Kematangan Gonad Muda Matang Matang Matang Matang Matang Matang Matang Matang Jumlah Telur

22 14 Lampiran 3. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Pinoh Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference of the Difference Lower Upper kepala_ikan Equal variances assumed Equal variances not assumed bobot_ikan Equal variances assumed Equal variances not assumed sirip Equal variances assumed Equal variances not assumed ramping Equal variances assumed Equal variances not assumed

23 14 Lampiran 4. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Jardinii Levene's Test for Independent Samples Test Equality of Variances t-test for Equality of Means ramping Equal variances assumed Equal variances not assumed 95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper kepala_ikan Equal variances assumed Equal variances not assumed bobot_ikan Equal variances assumed Equal variances not assumed sirip Equal variances assumed Equal variances not assumed

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5 LAMPIRAN 19 20 Lampiran 1. Kunci determinasi ikan hampala (Hampala macrolepidota) menurut Kottelat et al., (1993) 1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir

Lebih terperinci

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK 417 Siklus reproduksi tahunan ikan ringan... (Lili Solichah) SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK ABSTRAK Lili Solichah,

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test Lampiran 1 LAMPIRAN Uji Perbedaan Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ROA AQUA 3 7,9500,56000,32332 INDF 3 3,6967 1,28442,74156 Independent Samples Test Levene's Test for

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG Menimbang KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG PELEPASAN IKAN TORSORO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa guna lebih memperkaya

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Ikan Dui Dui... di Danau Towuti Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Safran Makmur 1), Husnah 1), dan Samuel 1) 1)

Lebih terperinci

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANGGA ALAN SURAWIJAYA C02499069 SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air %

Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air % Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air % Maks 12 4 Kadar Lemak % Maks 3 5 Kadar Protein % Min

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) Diajukan sebagai Laporan Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan Disusun oleh : Ockynawa Asmara

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat disimpulkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN I Perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas pada PTPN III A. 2005 1. Rasio Likuiditas a. Quick Ratio b. Cash Ratio 2. Rasio Solvabilitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan data yang diinput dari Laporan keuangan triwulan periode tahun 2009-2011 maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan

Lebih terperinci

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR @ 2004 Untung Bijaksana Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor September 2004 Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng IKAN HARUAN DI PERAIRAN KALIMANTAN

Lebih terperinci

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU Burnawi Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA NIRWANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL INDUK PENJENIS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU DAN INDUK IKAN NILA BETINA KUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...

Lebih terperinci

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) Standar Nasional Indonesia SNI 7471.1:2009 Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7471.1:2009 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6136 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Deskripsi...1

Lebih terperinci

Agus H Tjakrawidjaja Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor ABSTRACT

Agus H Tjakrawidjaja Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor ABSTRACT Berila Biologi 8(3) - Desember 2006 DIMORFISME SEKSUAL DAN RASIO SEKSUAL JENDERDUA JENIS IRAN ARWANA ASIA {Scleropages jardinii dan S.formosus : Osteoglossidae) [Sexual Dimorphism and Sexual Ratio Gender

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah 56 Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah kognitif masing-masing kelas yang telah dilakukan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis TIK Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan

Lebih terperinci

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM. MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI Oleh Heny Tri Wijayanti NIM. 071810401083 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT SKRIPSI TANTAN KERTANUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya berbantuan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN Tri Muryanto dan Sukamto Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan-Jatiluhur Teregistrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan instrumen berupa tes soal pilihan ganda, untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN KELABAU (OSTEOCHILUS MELANOPLEURUS) HASIL DOMESTIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU KEPUTUSAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya jenis dan varietas serta menambah sumber plasma nutfah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA. KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 36 BAB IV HASIL PENELITIAN 4. 3. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I di SDN Kawengen 02 sebagai kelas eksperimen dan SD Mujil 02 sebagai kelas kontrol.

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT MULYASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SUSI PUZI ASTUTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN

Lebih terperinci

Uji Perbandingan Rata-Rata

Uji Perbandingan Rata-Rata Uji Perbandingan Rata-Rata Pengujian hipotesis perbandingan rata-rata dilakukan untuk melihat kesesuaian dugaan peneliti terhadap suatu objek yang diteliti dengan kenyataannya. Misalnya seorang peniliti

Lebih terperinci

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Uji Perbandingan Rata-Rata

Uji Perbandingan Rata-Rata Uji Perbandingan Rata-Rata Pengujian hipotesis perbandingan rata-rata dilakukan untuk melihat kesesuaian dugaan peneliti terhadap suatu objek yang diteliti dengan kenyataannya. Misalnya seorang peniliti

Lebih terperinci

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata Lampiran 1 Total Aktiva Perusahaan Perbankan 2009-2013 (dalam rupiah) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 316,547,02 9 225,541,32 8 404,285,60 2 469,899,284 551,336,790

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR Jawablah dengan member tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda sesuai. 1. Bantuan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya harga diri dalam penelitian ini akan dibuat 5

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Lampiran 1 : SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Jenis kelamin : Umur : Pekerjaan : Alamat : No. telepon : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR HIBRIDA IKAN LELE SANGKURIANG 2 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6132 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan... 2 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar SNI : 01-6149 - 1999 Standar Nasional Indonesia (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar Daftar isi Halaman Pendahuluan... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Istilah Dan Singkatan...

Lebih terperinci

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid. TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA GESIT SEBAGAI GALUR UNGGUL INDUK JANTAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar SNI : 01-6140 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1. Ruang lingkup... 1 2. Acuan... 1 3. Definisi...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/KEPMEN-KP/2018 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN TERBATAS IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar SNI : 01-6484.2-2000 Standar Nasional Indonesia Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar Prakata Standar benih ikan lele dumbo kelas benih sebar diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN. Bulan. Penelusuran kepustakaan. Pembuatan proposal. Seminar proposal. Pengumpulan data. Pengolahan data. 6.

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN. Bulan. Penelusuran kepustakaan. Pembuatan proposal. Seminar proposal. Pengumpulan data. Pengolahan data. 6. LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN No. 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan Penelusuran kepustakaan Pembuatan proposal Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Bulan Agustus September Oktober November Desember Januari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan 6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih

Lebih terperinci

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Media Akuakultur Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 65-70 SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2 Pantura Sukamandi, Patokbeusi, Subang 41263, Jawa

Lebih terperinci

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SHARIF C. SUTARDJO

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SHARIF C. SUTARDJO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid Lampiran 1 Uji Stastitik Statistics BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2 N Valid 13 13 13 13 13 13 Missing 13 13 13 13 13 13 Mean 5,538 7,308 1,769 5,385 7,115 1,731

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6488.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU 1 MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU By: Sri Rezeki 1), Ridwan Manda Putra 2) and Windarti 3) Faculty of Fisheries and

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

UJI SPSS. Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre Post Sel

UJI SPSS. Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre Post Sel UJI SPSS 1. Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre1.259 8.122.849 8.092 Post1.258 8.126.883 8.200 Sel1.275 8.075.869 8.148 Pre2.172

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL (Studi kasus pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia, periode 2010-2012) ABSTRAK Megawati Naipulu

Lebih terperinci

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Morphometric and Meristic Study of Lemeduk Fish (Barbodes schwanenfeldii) in Belumai River

Lebih terperinci