BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bahasa pada anak. Salah satu hal yang dapat dijelaskan dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bahasa pada anak. Salah satu hal yang dapat dijelaskan dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi psikolinguistik dapat menjelaskan hubungan antara landasan biologis dan perkembangan bahasa pada anak. Salah satu hal yang dapat dijelaskan dalam studi psikolinguistik adalah masalah gangguan berbahasa. McCormic dan Schiefelbusch (dalam Sidiarto, 1991:135) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan berbahasa ialah sebagai berikut. 1. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berkaitan dengan motorik, misalnya anak dengan Cerebal Pasly. 2. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan defisit sensorif, misalnya anak dengan gangguan pendengaran. 3. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan kerusakan pada susunan syaraf pusat, misalnya afasia. 4. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan disfungsi emosional-sosial yang berat, misalnya psikosis, skisofrenia, dan autis. 5. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan gangguan kognitif, misalnya anak retardasi mental. 1

2 Gangguan berbahasa tersebut adalah gangguan berbahasa yang dapat terjadi pada anak tunagrahita. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai gangguan berbahasa yang terjadi pada anak tunagrahita. Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental (Smart, 2010:49). Anak tunagrahita termasuk ke dalam golongan anak yang mengalami gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa yang dialami oleh anak tunagrahita tergantung pada tingkatannya. Penelitian mengenai gangguan berbahasa pada anak tunagrahita tingkat ringan dan sedang pernah dilakukan oleh Baihaqqi (2011) dalam tesis yang berjudul Kompetensi Fonologis Anak Penyandang Retardasi Mental di SLB C Negri 1 dan 2 Yogyakarta. Adapun ulasan penelitiannya ialah sebagai berikut. Tingkat Tunagrahita Fonem Kata Ujaran Nomor Data Kemampuan fonologi S1 (tingkat sedang) Kemampuan fonologi S8 (tingkat ringan) /s/ Tas /ta/ Dari data di atas diindikasikan adanya bentuk-bentuk kesalahan fonologis pada subjek yang mengalami tunagrahita pada tingkat sedang, sedangkan subjek yang mengalami tunagrahita pada tingkat ringan tidak mengalami kesalahan pengucapan pada satu/dua kata. Penelitian tersebut dilakukan pada 10 subjek penelitian. Fokus penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan fonologisnya. 2

3 Selain penelitian tersebut, penelitian lain pernah ditulis oleh Astuti (2012) dalam skripsi berjudul Pemerolehan Bahasa Studi Kasus Anak Tunagrahita Usia Empat Tahun. Dalam skripsinya Astuti meneliti pemerolehan bahasa pada anak tunagrahita tingkat sedang. Adapun ulasan skripsinya ialah sebagai berikut. Makna Ujaran Konteks Keterangan Mau Makan [ňim ňim] waktu sarapan, Toni minta makan Makanan [ňim ňim] Menunjukkan makanan, respon atas pertanyaan "itu apa?" Penggelembungan Makna Data di atas menunjukkan anak tunagrahita melakukan penggelembungan makna dan cenderung mengalami defisit dalam kosakata. Penelitian tersebut dilakukan pada subjek penelitian yang mengalami tunagrahita pada tingkat sedang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti memilih melakukan penelitian pada anak tunagrahita tingkat ringan. Berikut ini contoh data kemampuan berbahasa pada subjek penelitian yang mengalami tunagrahita pada tingkat ringan. Tanggal Tuturan Konteks 6/2/2014 Z : Mba, ki lho Mba, besok dibeliin Saat ngobrol pasang bongkar ya!. Tabel 1. Contoh Data Tuturan Subjek Penelitian Data tersebut menunjukkan subjek tidak mengalami kesalahan fonologis, morfologis, dan sintaksis. Hal ini dimungkinkan karena tunagrahita yang dialami subjek terjadi setelah kelahiran, yakni saat berusia 4,5 tahun sehingga pada usia 3

4 sebelum subjek mengalami tunagrahita, subjek telah melewati masa pemerolehan fonem dengan baik. Pada tataran semantik yang diperoleh dari tuturan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek dapat menyusun kalimat secara benar sesuai dengan fungsinya, akan tetapi dalam tuturan tersebut juga menunjukkan subjek memiliki kecenderungan untuk menggunakan istilah kebahasaan yang berbeda dari bahasa anak normal. Sementara pada tataran pragmatis utamanya dalam prinsip kerja sama subjek melakukan penyimpangan maksim relevansi. Adapun bentuk penyimpangan semantis yang dilakukan subjek penelitian ialah sebagai berikut. Tanggal Tuturan Konteks 4/2/14 Pak A : Sekarang siapa yang pernah nabung? Saat menanyakan pertanyaan yang S : Aku di celengan terdapat di dalam Z : Pak A, tapi kelek ku kecut modul Tabel 2. Contoh Data Tuturan Subjek Penelitian Data di atas menunjukkan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyimpangan pada tataran semantis dan kompetensi pragmatisnya. Pembahasan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik data yang ditemukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut apa sajakah penyimpangan semantik yang terdapat dalam tuturan subjek penelitian? 4

5 1.1.2 bagaimana kompetensi pragmatis subjek penelitian yang meliputi: a. jenis-jenis tindak tutur yang dikuasai subjek penelitian b. pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek penelitian. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tujuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut. 1) mengklasifikasi penyimpangan dalam semantik dalam tuturan subjek penelitian. 2) menjelaskan kompetensi pragmatik subjek penelitian yang meliputi: a. jenis-jenis tindak tutur yang dikuasi subjek penelitian b. pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan keilmuan di bidang psikolinguistik khususnya gangguan berbahasa pada anak tunagrahita; di bidang semantik, khususnya pergeseran makna, idiom, dan gejala lupa-lupa ingat, di bidang pragmatik, khususnya jenis tindak tutur dan prinsip 5

6 kerja sama. Pembahasan mengenai gangguan berbahasa pada anak tunagrahita umumnya menjadi kajian dalam studi psikologi, tetapi pembahasan tersebut hanya dilakukan di bagian permukaan saja. Secara praktis, penelitian ini diharapakan mampu memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai gangguan berbahasa yang terdapat pada anak tunagrahita tingkat ringan sehingga dapat memberikan contoh model komunikasi yang tepat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa ilmu linguistik dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berada dalam disiplin ilmu psikolinguitik karena analisisnya mengenai kompetensi berbahasa pada anak tunagrahita. Namun, tidak semua kompetensi linguistik dibahas dalam penelitian ini karena yang dibahas adalah kompetensi semantis dan pragmatis. Dari tinjauan semantis analisis dilakukan berdasarkan penyimpangan semantis yang terdapat dalam tuturan subjek penelitian. Sementara dari tinjauan pragmatis analisis dilakukan berdasarkan kompetensi jenis tindak tutur dan pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama. Penelitian ini merupakan pengaplikasian ilmu hibrid antara psikolinguistik, semantik, dan pragmatik. Dari pandangan psikolinguistik, penelitian ini berkaitan dengan gangguan berbahasa yang dialami oleh anak tunagrahita tingkat ringan, pandangan semantik, dilihat dari pergeseran makna, idiom, dan gejala lupa-lupa 6

7 ingat, sedangkan di bidang pragmatik dilihat dari jenis tindak tutur yang mampu diproduksi subjek penelitian, serta pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang digunakan subjek penelitian untuk berkomunikasi. Objek material yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan subjek penelitian, sedangkan objek formalnya adalah psikolinguistik yang berkaitan dengan gangguan berbahasa, semantik yang berkaitan dengan kemampuan subjek untuk memahami makna, dan pragmatik yang berkaitan dengan jenis dan bentuk tindak tutur yang mampu diproduksi subjek serta penggunaan prinsip kerja sama Lokasi pengambilan data dilakukan di SLB Negeri 1 Bantul dan rumah subjek. Alasan peneliti memilih SLB Negeri 1 Bantul memperhatikan kemudahan jangkauan terhadap lokasi penelitian tersebut. Selain itu, SLB tersebut merupakan SLB terbesar dan terlengkap di Yogyakarta yang menaungi segala jenis anak berkebutuhan khusus. Peneliti juga melakukan pengambilan data di rumah subjek untuk memperoleh kemelimpahan data. Pengambilan data dilakukan pada 3 7 Februari Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai bahasa pada anak tunagrahita pernah dilakukan oleh Lutfi Baihaqi (2011) dalam tesis Kompetensi Fonologis Anak Penyandang Retardasi Mental di SLB C Negri 1 dan 2 Yogyakarta. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa kemampuan menghasilkan fonem pada penyandang retardasi mental, pola 7

8 penyimpangan serta letak pemulihannya secara fonologis cukup rendah. Subjek dalam penelitian tersebut tidak dapat mengujarkan lebih dari dua kata dengan pelafalan yang jelas. Bentuk penyimpangan fonologi berupa penghilangan fonem, penghilangan suku kata dan penambahan suku kata. Bentuk penyimpangan yang terjadi pada setiap anak tidak sama dan dapat terjadi secara berulang. Astuti (2012) dalam skripsi Pemerolehan Bahasa : Studi Kasus Anak Tunagrahita Usia Empat Tahun memaparkan bahwa subjek sudah menguasai semua jenis vokal dan sejumlah bunyi konsonan, selain itu subjek melakukan penyimpangan berupa substitusi, penambahan fonem, delesi, reduplikasi, dan penghilangan silabe awal. Subjek penelitian telah menguasai satuan kebahasaan yang berupa kata, frasa, dan kalimat tunggal. Dibandingan dengan pemerolehan bahasa anak normal, penelitian ini menunjukkan bahwa subjek mengalami defisit kebahasaan cukup besar. Penelitian dalam bahwa bidang pragmatik, khususnya dalam pemerolehan bahasa pada anak pernah dilakukan oleh Prabowo (2009) Pemerolehan Tindak Tutur anak usia 36 bulan Studi Kasus Brilliant Mahardika Sudarwanto Probowo memaparkan aneka jenis tindak tutur yang digunakan subjek dalam tuturan dan strategi tindak tutur seperti apa yang digunakan untuk menyusun tuturan tersebut. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa aspek psikologi anak memengaruhi tindak tutur dan strategi pengujaran yang digunakan oleh anak. Tuturan anak usia 36 bulan masih sangat sederhana. Tentunya hal ini berpengaruh pada strategi pengujaran yang digunakan anak. 8

9 Sudartinah (2010) dalam tesisnya Analisis Pragmatik Terhadap Tuturan Anak Usia Dua Tahun (Studi Kasus Pada Shihab Fatin Alvan dari penelitian tersebut diketahui bahwa anak usia dua tahun telah menguasai tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, dan komisif, akan tetapi kemunculan tindak tutur eskpresif dan komisif masih sangat jarang ditemukan. Tuturan langsung yang mampu diproduksi adalah dengan modus beita, tanya dan perintah sudah dapat dikuasai, sedangkan tuturan tidak langsung dengan modus berita yang bermuatan perintah juga sudah dikuasai tetapi intensitas kemunculannya masih sangat jarang. Bentuk kesederhanaan anak usia dua tahun dapat terlihat dari struktur yang sederhana, gestur, intonasi, pemakaian kata, dan panjang tuturan. Surani (2012) dalam skripsi Bahasa Pengasuhan Dalam Bahasa Indonesia Kajian Psikopragmatik bahwa orang dewasa menggunakan berbagai jenis tindak tutur ketika berkomunikasi dengan anak-anak, tetapi sengaja menghindari tindak tutur yang sulit dipahami agar komunikasi dapat dipahami. Dalam penelitian tersebut juga dikemukakan bahwa orang dewasa juga menerapkan prinsip kerja sama yang didasarkan pada pengetahuan psikolinguistik dan pragmatik. hal ini dilakukan agar komunikasi orang dewasa dengan anak-anak dapat terjalin dengan baik. Penelitian terkait kemampuan bahasa pada tunagrahita di bidang psikologi yaitu, penelitian Rahayu (2001) dalam tesis yang berjudul Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Penguasaan Tugas-Tugas Perkembangan di Sekolah pada Siswa Tunagrahita mampu didik (SLTPLB) mengemukakan korelasi komponen-komponen 9

10 motivasi ekstrinsik terhadap penguasaan tugas-tugas perkembangan. Dalam penelitian tersebut terdapat fakta adanya hubungan negatif antara motivasi ekstrinsik dan penguasaan tugas-tugas perkembangan di sekolah. Semakin rendah motivasi ekstrinsik, semakin tinggi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Jadi, ada hubungan negatif yang signfikan antara motivasi ekstrinsik (mudah, bantuan, pernyataan) dan penguasaan keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. Semakin rendah motivasi ekstrinsik, semakin tinggi penguasaan tugas tersebut. Purwanto (2005) dalam tesis Efektivitas Bimbingan Kesadaran Fonemik dengan Metode Analisis untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita meneliti kemampuan membaca yang dimiliki oleh pada anak tunagrahita yang dilakukan di SLB Kartini Temanggung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya 40 dari 225 anak tunagrahita yang memiliki kemampuan membaca. Hal ini terjadi karena metode klasikal yang digunakan untuk mengajar membaca kurang maksimal. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah diuraikan pada penjelasan tersebut, penelitian mengenai kemampuan berbahasa pada anak tunagrahita masih perlu diteliti agar dapat dikembangkan. 1.7 Landasan Teori Ihwal Tunagrahita 10

11 Tunagrahita bukan sebuah penyakit, melainkan sebuah keadaan seseorang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata sehingga memiliki keterbatasan dalam integrasi sosial dan pergaulan. Perbedaan yang paling mendasar anak normal dengan anak tunagrahita terletak pada tingkat kecerdasan. Anak tunagrahita pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ yang berada di bawah rata-rata. Biasanya tingkat intelegensi anak yang mengalami tunagrahita di bawah 70 Smart (2010:50) Tingkat Tunagrahita Kemampuan anak tunagrahita dibedakan berdasarkan tingkat kecerdasan yang dimiliki. Berikut ini klasifikasi tunagrahita menurut Smart (2010:50 51). 1) Ringan (moron atau debil) Anak tunagrahita tingkat ringan memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara 50 sampai 70. Pada umumnya anak tunagrahita tingkat ringan mengalami kesulitan dalam belajar dan lebih sering tinggal kelas 2) Sedang (imbisil) Anak tunagrahita tingkat sedang memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara 35 sampai 50. Kebanyakan anak tunagrahita tingkat sedang mengalami kerusakan otak dan yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan keterampilan verbal dan sosial. 3) Sedang-berat (profound) 11

12 Anak tunagrahita tingkat sedang berat memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara 20 sampai 35. Anak tunagrahita pada tingkat ini mengalami abnormalitas fisik bawaan dan kontrol sensori motor yang terbatas. 4) Berat (severe) Anak tunagrahita berat memiliki IQ sangat rendah, yaitu di bawah 19. Banyak anak yang pada tingkat ini mengalami cacat fisik dan kerusakan syaraf serta tidak jarang pula hingga meninggal Karakteristik Anak Tunagrahita Anak tunagrahita mengalami masalah hampir dalam semua fungsi kehidupan. Smart (2010:49) mengemukakan karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita adalah sebagai berikut. 1) Keterbatasan Intelegensi Kemampuan belajar anak sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti membaca dan menulis serta belajar dan berhitung sangat terbatas. Anak tidak mengerti apa yang sedang dipelajari atau anak cenderung belajar dengan membeo. 2) Keterbatasan Sosial Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan masyarakat sehingga anak membutuhkan bantuan anak memiliki 12

13 ketergantungan yang besar kepada orangtua, yaitu selalu harus dibimbing dan diawasi. 3) Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama ketika beradaptasi dengan lingkungan yang baru dikenalnya Gangguan Berbahasa McLean dan Synder (dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:191) menemukan bahwa anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam keterampilan berbahasa, meliputi morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam di bidang semantik anak tunagrahita cenderung kesulitan dalam menggunakan kata benda, sinonim, penggunaan kata sifat, dan dalam pengelompokkan hubungan antara objek dengan ruang, waktu, kualitas, dan kuantitas. Bernstein dan Tiegerman (dalam Sidiarto, 1991:139) menyatakan bahwa pada diri anak yang terbelakang mental (retardasi mental, tunagrahita) disfungsi otak bersifat difus, sehingga kemampuannya berkurang dalam hampir semua fungsi yang mendasari belajar. Anak-anak ini belajar dengan tempo yang lebih lambat sehingga informasi yang ditangkap juga berkurang. Jadi, bukan hanya perkembangan bicara dan bahasanya yang terlambat, tetapi juga perkembangan lainnya, seperti perkembangan motorik, kognitif, dan sosialnya terlambat. 13

14 Menurut Bernstein dan Tigerman (dalam Sidiarto, 1991:139) ciri-ciri gangguan berbahasa yang dialami anak tunagrahita adalah (a) penggunaan kalimat yang lebih pendek dan sederhana, dengan bentuk yang lebih primitif disertai dengan artikulasi, (b) penggunaan arti kata yang lebih konkret, dan (c) penggunaan yang lebih sedikit dari beberapa fungsi semantik, seperti keterangan tempat dan waktu Semantik Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan makna satuan lingual, baik kata, frase, maupun kalimat (Wijana, 2009:64). Berikut ini bentuk-bentuk penyimpangan semantik yang dilakukan oleh subjek penelitian adalah sebagai berikut Perluasan Makna Bahasa selalu mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena penutur bahasa tersebut melakukan pembaharuan dalam rangka mengikuti perkembangan zaman. Wijana (1995:52) membagi empat perubahan bahasa menjadi empat, yaitu perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan makna membaik, dan perubahan makna memburuk. Dalam memahami makna kata, seseorang anak akan melakukan penggelembungan makna atau penciutan makna. Hal ini disebabkan anak belum memahami suatu konsep makna kebahasaan secara utuh. 14

15 Kesalahan Idiom Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer, 2012:296). Idiom dapat digunakan untuk mengidentifikasikan suatu kata tertentu dengan ciri tertentu tanpa harus menyelaraskan suatu kata tertentu dengan konsep yang dicirikan suatu objek tertentu Gejala Lupa-Lupa Ingat Dardjowidjojo (2012:154) gejala lupa-lupa ingat memiliki pola-pola tertentu yang cenderung dilakukan orang. Adapun pola-pola tersebut adalah sebagai berikut. a. Jumlah suku kata selalu benar. b. Bunyi awal kata itu juga benar. c. Hasil akhir kekeliruan itu mirip dengan kata yang sebenarnya. Dalam berkomunikasi seseorang memiliki kemungkinan untuk lupa akan hal yang ingin dikatakannya. Hal ini disebabkan karena suatu konsep yang mirip pada suatu kata sehingga hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami kesalahan atau bahkan kegagalan untuk menggunakan kata yang diinginkan Pengubahan Fonem Dalam masa belajar membaca seorang anak memiliki kencenderungan untuk mengubah, menukar, bahkan menghilangkan huruf dalam suatu kata. Hal ini merupakan suatu gejala bahasa yang dialami dalam proses pembelajaran. Gejala 15

16 bahasa merupakan masalah kebahasaan yang berkaitan dengan bentuk kata. Gejala bahasa berhubungan dengan proses penambahan, penghilangan, pertukaran, dan pengubahan fonem pada sebuah kata (Wijana,1995:27) Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam berkomunikasi. Jadi, makna yang dikaji dalam ilmu pragmatik adalah makna yang terikat konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur (Wijana, 1995: 2) Jenis Tindak Tutur Searle (Rohmadi, 2004: 34) mengklasifikasikan jenis dan bentuk tindak tutur menjadi lima, yaitu tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. 1) Tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur jenis ini juga disebut dengan tindak tutur asertif, misalnya menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, dan berspekulasi, 2) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak 16

17 tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif, misalnya meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang dan memberi aba-aba, 3) Tindak tutur ekspresif disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu, misalnya mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan, dan mengkritik. 4) Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya berjanji, bersumpah, atau mengancam, 5) Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya utuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni, dan memaafkan Prinsip Kerja Sama Searle dalam (Rohmadi, 2013:20 21) mengemukakan bahwa terdapat empat prinsip kerja sama dalam berkomunikasi, yakni : 1) maksim kualitas (maxim of quality) ialah aturan pertuturan yang menuntut setiap peserta tutur untuk berkata benar, 17

18 2) maksim kuantitas (maxim of quantity), ialah aturan pertuturan yang menuntut setiap penutur untuk memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang diminta, 3) maksim relevansi (maxim of relevance) ialah aturan pertuturan yang menuntut adanya relevansi dalam tuturan antara pembicaraan dengan masalah yang sedang dibicarakan, 4) maksim pelaksanaan (maxim of manner) ialah aturan pertuturan yang mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut, tidak ambigu, tidak taksa, dan tidak berlebihan. 1.8 Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan studi kasus sehingga masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya masalah khusus yang dialami oleh subjek penelitian saja. Penjelasan mengenai subjek penelitian akan dijelaskan sebagai berikut Kondisi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Z.W.S. usia 8 tahun. Pada awal masa bersekolah, subjek bersekolah di sekolah umum, tetapi selama bersekolah di sekolah umum subjek mulai menunjukkan gejala-gejala perkembangan akademis dan sosial yang 18

19 agak terhambat. Subjek tidak suka bergaul dengan teman sebaya, justru lebih suka bergaul dengan orangtua dari teman-temannya. Subjek kurang memiliki kesadaran akademis, misalnya saat guru memberikan perintah untuk mengumpulkan tugas setelah selesai dikerjakan, subjek justru mengumpulkannya sebelum selesai dikerjakan. Hal itu menyebabkan subjek dipindahkan ke SLB. Masalah akademik dan sosial yang dialami subjek disebabkan kejang-kejang pada saat subjek berusia 4,5 tahun berdampak pada berkurangnya fungsi otak anak sehingga perkembangan kemampuan otak anak terhambat. Faktor penyebab tunagrahita yang dialami subjek termasuk faktor yang terjadi setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah post-natal Lingkungan Berbahasa Subjek Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari subjek menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Jawa. Ibu Subjek asli Jogja dan Ayahnya berasal dari Sumatra. Faktor perbedaan latar belakang orang tuanya ini memungkinkan subjek menguasai dua bahasa, yaitu Indonesia dan Jawa. Hal ini disebabkan Ayah subjek yang berasal dari Sumatra tidak menggunakan bahasa Batak, melainkan menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena dalam berkomunikasi karena kondisi kultural tempat ia tinggal tidak mendukungnya untuk menggunakan bahasa daerah lain selain bahasa Jawa. 19

20 1.8.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB Negeri 1 Bantul. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena keterjangkauan peneliti terhadap lokasi tersebut. Selain itu SLB Negeri 1 Bantul merupakan SLB terbesar dan terlengkap di Yogyakarta. Selama pengambilan data, peneliti juga melakukan pengambilan data di rumah subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar pengamatan mengenai gangguan berbahasa yang dialami subjek penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam. 1.9 Metode Penelitian Ingram (dalam Dardjowidjodjo, 2012: 226) membagi perkembangan studi tentang pemerolehan bahasa menjadi tiga tahap, yaitu periode buku harian, periode sampel besar, dan periode kajian longitudinal. Penelitian ini didesain secara crosssectional, artinya dilakukan hanya pada satu waktu titik tertentu, yaitu pada 3 7 Februari Metode dalam penelitian ini adalah observasional terkontrol karena peralatan yang digunakan sebagai media untuk memancing tuturan subjek telah dipersiapkan sebelumnya Selain itu, peneliti juga mempersiapkan segala bentuk kebutuhan dan menyusun jadwal penelitian. Hal ini dilakukan agar waktu yang digunakan untuk penelitian menjadi lebih efisien Pengumpulan Data 20

21 Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui percakapan langsung subjek penelitian dengan temannya, guru, keluarga, dan peneliti. Data bersumber dari kemampuan berbahasa subjek yang tidak dapat dimanipulasi sehingga diperlukan kondisi yang sebenarnya dari subjek penelitian. Data kebahasaan yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan melalui pertanyaan peneliti terhadap topik pembicaraan yang disenangi subjek. Teknik yang dilakukan untuk memancing subjek bersumber dari modul yang berupa pertanyaan dan gambar, permainan bongkar pasang, dan film kartun anak-anak. Data yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan peneliti dengan berkunjung dan bertatap muka secara langsung ke lokasi tempat tinggal subjek penelitian agar peneliti dapat mengetahui fakta-fakta lain mengenai subjek penelitian. Dengan berkunjung dan bertatap muka secara langsung, peneliti diharapkan dapat mempertanggungjawabkan validitas data yang diperoleh. Selama bertatap muka langsung peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan kepada subjek penelitian untuk mengetahui kemampuannya dalam memahami tuturan. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari modul yang telah disusun peneliti, tetapi tidak menutup kemungkinan bila tuturan subjek tidak memiliki keterkaitan dengan pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Kesuma, 2007:45). Dalam pengambilan data dengan metode ini peneliti 21

22 menggunakan teknik sadap. Penyadapan dilakukan agar subjek dapat memproduksi tuturan yang natural mungkin. Peneliti menyadap penggunaan bahasa subjek penelitian, selain melakukan penyadapan, peneliti juga terlibat aktif dalam pembicaraan dengan subjek penelitian. Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 47). Peneliti merekam tuturan subjek dengan menggunakan voicenote Blackberry Penggunaan voicenote dipilih peneliti karena kepraktisan dan ketersediaan alat rekam. Setelah melewati serangkaian proses untuk mendapatkan data, tahapan selanjutnya metranskripsikan data. Sebelum mentranskripsikan data peneliti menentukan rekaman yang dapat dijadikan data dan rekaman yang tidak dapat dijadikan data. Hal ini disebabkan oleh situasi yang tidak kondusif selama pengambilan data sehingga banyak rekaman yang tidak terdeteksi. Peneliti mentranskripsikan data dengan mendengarkan rekaman yang didapatkan selama penelitian, kemudian menyusunnya kata per kata. Selanjutnya peneliti mendengarkan ulang hasil rekaman untuk memastikan hasil rekaman yang ditulis, yang telah direkam sesuai dengan rekaman, Setelah itu, peneliti menyediakan kolom agar keseluruhan data dapat tertata. Keseluruhan data yang sudah ditranskripsikan merupakan populasi. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 108 tuturan yang diperoleh dari tuturan subjek dengan 22

23 temannya, subjek dengan guru, subjek dengan keluarganya, dan subjek dengan peneliti. Selanjutnya, peneliti menentukan sampel sejumlah 70 yang dianggap paling mewakili dari keseluruhan tuturan. Penentuan sampel dilakukan setelah keseluruhan rekaman yang dijadikan data telah selesai ditranskripsikan dan telah di cek ulang kevalidannya Analisis Data Analisis data dilakukan setelah data selesai diklasifikasi berdasarkan karakteristik data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Pemilihan metode padan dalam penelitian ini disesuaikan dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini. Jenis metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial dilakukan untuk menganalisis penyimpangan semantis, sedangkan metode padan pragmatis dilakukan untuk menganalisis kompetensi pragmatisnya. Teknik metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:53). 23

24 1.9.3 Penyajian Hasil Analisis Penyajian hasil analisis dilakukan secara informal. Data tuturan disajikan dengan menambahkan tanggal pengambilan data dan konteks tuturan. Sementara itu, analisis penelitian ini disajikan secara deskriptif menggunakan kata-kata biasa namun dengan tingkat keterbacaan tinggi. Setelah itu, peneliti menyusun kesimpulan dari pembahasan terhadap data yang ditemukan Sistematika Penyajian Skripsi yang berjudul Kompetensi Berbahasa Pada Anak Tunagrahita Tingkat Ringan disajikan dalam lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, subjek penelitian, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan penyimpangan pada tataran semantik, Bab III mengklasifikasikan jenis tindak tutur subjek penelitian, Bab IV mengklasifikasikan prinsip pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek penelitian, Bab V berisi penutup, kesimpulan, dan saran untuk penelitian selanjutnya. Dalam analisis data, peneliti membuat penomoran secara urut mulai dari nomor satu hingga nomor terakhir. Data yang muncul pada setiap bab dimulai lagi dari nomor satu hingga nomor terakhir. Apabila data yang telah digunakan pada bab sebelumnya muncul ada bab berikutnya data diberi nomor sesuai dengan urutan 24

25 kemunculan data berdasarkan urutan abjad. Terakhir, penomoran data yang digunakan dalam data yang dilampirkan dimulai dari urutan nomor satu pada bab bagian awal hingga selesai pada bab bagian akhir. 25

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer, dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran itu (Wijana, 2011:1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi kemampuan kepada manusia untuk dapat berbahasa. Manusia diberi bekal untuk berbahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai wacana Plesetan Pantun yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. Penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa memungkinkan manusia saling berhubungan dan berkomunikasi. Seperti pendapat yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acara anak yang ditayangkan di televisi dari hari ke hari semakin berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak menonton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan melalui media kata untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan membaca memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS KARYA N. RIANTIARNO, RELEVANSI PENELITIAN DENGAN PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN PERILAKU MANUSIA MELALUI DIALOG NASKAH DRAMA, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya. 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam studi dan analisis wacana percakapan terhadap strip komik Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya. Pertama, mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya. BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat memberikan contoh dalam memahami kalimat perintah. Kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humor merupakan rangsangan verbal dan atau visual yang secara spontan memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya (Wijana, 2003:xx). Humor

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai gagasan, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan tidak pernah terlepas dari hubungan antar masyarakat. Masyarakat yang berbeda-beda menyebabkan setiap negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penting dan tidak pernah terlepas dari hubungan antar masyarakat. Masyarakat yang berbeda-beda menyebabkan setiap negara memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai ujaran tersebut (Wijaya, 2009: 1).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci