BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.
|
|
- Hengki Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres, seperti yang dikemukakan oleh DepKes RI (2009) bahwa lansia awal memiliki rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. Responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagian besar memiliki karakteristik usia yang rata-rata sama. Pada penelitian ini usia responden didominasi oleh lansia akhir yaitu sebanyak 67,6 % (23 responden). Usia yang semakin menua merupakan salah satu faktor resiko peningkatan tekanan darah, karena semakin tinggi usia maka tekanan darah cenderung naik. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan kelenturan pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan tersebut akan mengakibatkan peningkatan adanya hambatan aliran darah sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah semakin tinggi. Hal ini didukung oleh teori dari Hans (2008) yang mengemukakan bahwa hipertensi banyak terjadi di usia lanjut karena merupakan efek samping dari keausan arterosklerosis dari arteri-arteri terutama aorta dan akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan semakin kakunya arteri dan aorta, maka usaha untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh 40
2 41 semakin meningkat. Pemberian teh Rosella pada usia lanjut dilakukan pada pagi hari setelah makan pagi dengan tambahan gula batu, untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan misalnya diare dikarenakan kandungan asam yang tinggi pada teh Rosella. Pemberian tidak dilakukan pada sore ataupun malam hari karena dalam teh Rosella terdapat fungsi diuretik, sehingga dapat mengganggu waktu istirahat. Waktu istirahat yang kurang juga menjadi salah satu faktor penyebab naiknya tekanan darah. Sebagian besar jenis kelamin pada penelitian ini adalah wanita yaitu sebanyak 64,7 % (22 responden). Dibanding pria, pada usia lanjut wanita mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi karena memasuki masa menopause terjadi penurunan kadar hormon dalam tubuh terutama hormon estrogen. Hal ini sesuai dengan teori dari Anggraini (2012) yang menyebutkan bahwa pada usia lanjut kejadian hipertensi pada wanita meningkat karena ketika wanita sudah mengalami menopause hormone estrogen banyak berkurang sehingga kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) rendah dan dapat memicu terjadinya arterosklerosis. Status gizi sering digambarkan dengan besarnya indeks masa tubuh (IMT) yang didapatkan dari perhitungan berat badan (kg) di bagi tinggi badan kuadrat (m). Hasil dari perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi berat badan kurang, normal, berat badan berlebih, obesitas, dan sangat obesitas (Williams dan Palmer, 2007). Pada penelitian ini terdapat responden yang memiliki IMT berlebih, namun sebagian besar memiliki
3 42 IMT normal. Status gizi yang lebih dari normal dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, karena penimbunan kolesterol dalam tubuh dapat menyumbat pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam mengalirkan darah. Hal ini didukung dengan teori dari Sustrani (2006) yang menyebutkan bahwa berat badan berlebih atau obesitas membuat seseorang susah bergerak karena banyaknya timbunan kolesterol, sehingga membuat kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah agar bisa dialirkan ke tubuh, karena itu obesitas dipandang sebagai salah satu faktor risiko hipertensi. Walaupun demikian orang dengan status gizi kurang atau normal tidak menutup kemungkinan terkena hipertensi oleh sebab faktor lain. Teh Rosella memiliki kandungan yaitu leucin dan niacin yang berguna bagi orang yang memiliki tekanan darah tinggi dengan berat badan berlebih, karena leucin dan niacin dapat mengurangi kadar kolesterol jenuh atau LDL dan lemak dalam tubuh. Sehingga penumpukan kolesterol yang dapat menyumbat pembuluh darah pun ikut berkurang. Akibatnya tekanan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh pada orang dengan berat badan berlebih juga ikut menurun. Hal tersebut dapat memperbaiki kondisi tekanan darah tinggi pada orang dengan berat badan berlebih. Tekanan darah rata-rata sistole dan diastole sebelum diberikan perlakuan pada kelompok perlakuan adalah 149,41 mmhg dan 90 mmhg, sedangkan tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan adalah 148,24 mmhg dan 89,12
4 43 mmhg. Menurut peneliti tekanan darah tinggi yang menetap pada lansia tersebut karena kebiasaan beberapa responden yang hampir sama seperti konsumsi garam dan gula yang tidak terkontrol. Jika kandungan garam dalam tubuh tinggi, maka semakin banyak air yang terikat oleh garam. Seingga tekanan darah akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Williams dan Palmer (2007) bahwa kandungan natrium dalam tubuh yang berlebih dapat menyebabkan retensi urin sehingga meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu, natrium yang berlebih akan menggumpal di dinding pembuluh darah yang nantinya dapat menyumbat pembuluh darah. Tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok perlakuan setelah diberikan teh Rosella sebesar 136,76 mmhg dan 78,82 mmhg, sedangkan tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok kontrol yang tidak diberikan teh Rosella sebesar 151,18 mmhg dan 88,82 mmhg. Hal tersebut menunjukkan terjadi perubahan tekanan darah ratarata setelah responden mengonsumsi teh Rosella. Hal tersebut didukung teori oleh Poppy & Anne (2009) yang mengatakan penderita hipertensi yang mengonsumsi bunga Rosella secara rutin dengan dosis yang sesuai, maka akan mengalami penurunan tekanan darah. Tekanan darah pada penelitian ini diukur selama 12 hari dengan interval 3 hari sekali dilakukan pengukuran berulang. Rata-rata tekanan darah sistole pada kelompok eksperimen mengalami penurunan sampai
5 44 hari ke-9 dan pada hari ke-12 menetap seperti hari ke-9, sedangkan pada kelompok kontrol tekanan darah sistole mengalami kenaikan pada hari ke- 6 sampai hari ke-12. Rata-rata tekanan darah diastole mengalami penurunan sampai hari ke-6, kemudian naik pada hari ke-9, dan kembali lagi seperti hari ke-6 pada hari ke-12. Menurut Sari (2013), kenaikan pada rata-rata tekanan darah diastole pada hari ke-9 dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu pola istirahat yang tidak teratur, pola makan yang salah, ataupun tingkat stres yang dapat menghambat aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga membutuhkan usaha atau tekanan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan darah pada setiap jaringan. B. Pengaruh mengonsumsi teh Rosella terhadap penurunan tekanan darah tinggi di posyandu lansia Kelurahan Jebres Terapi teh Rosella diberikan pada 17 responden sebagai kelompok eksperimen sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peniliti. Hasil yang diperoleh dari penelitian membuktikan adanya perbedaan yang signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh Rosella. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh penurunan tekanan darah setelah responden yang memiliki tekanan darah tinggi mengonsumsi teh Rosella diberi tambahan gula batu yang diukur setiap 3 hari sekali selama 12 hari untuk mengetahui fluktuasi perubahan tekanan darah. Penurunan tekanan darah rata-rata baik sistole maupun diastole sebesar 13,23 mmhg terjadi pada 9 hari pertama dan 10,88 mmhg terjadi pada 6 hari pertama pemberian teh Rosella, sedangkan pada kelompok yang tidak
6 45 diberi teh Rosella tidak terdapat perubahan yang signifikan pada tekanan darah sistole maupun diastole. Namun pada kelompok kontrol tekanan darah sistole terdapat sedikit kenaikan pada hari ke Sesuai dengan wawancara terhadap responden kelompok kontrol, kenaikan tekanan darah pada beberapa responden disebabkan oleh adanya aktivitas yang lebih berat dari biasanya, sehingga responden kelelahan, kurang tidur, dan tingkat stress naik. Hal tersebut sesuai dengan Sari (2013) yang menyatakan bahwa aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan tingkat stress naik, sehingga dapat memicu kenaikan tekanan darah. Kemudian terdapat beberapa responden pada kelompok kontrol yang tekanan darahnya turun. Menurut hasil wawancara dengan responden yang bersangkutan, pola makan responden berbeda dari biasanya, contohnya tidak mengonsumsi makanan berlemak dan kolesterol selama beberapa hari terakhir. Sesuai dengan Williams dan Palmer (2007) bahwa lemak dan kolesterol yang menumpuk dapat mengakibatkan penyumbatan aliran darah sehingga terjadi arterosklerosis. Hal tersebut dapat membuat tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh meningkat. Selain itu dilihat dari karakteristik usia responden didominasi oleh lansia akhir (46-65 tahun) dimana pada usia tersebut rentan terjadi kenaikan tekanan darah, dikarenakan semakin kakunya otot pembuluh darah. Sesuai dengan teori dari Hans (2008) bahwa kejadian hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, dikarenakan elastisitas pembuluh darah semakin berkurang sehingga terjadi arterosklerosis yang dapat
7 46 meningkatkan tekanan darah. Responden juga didominasi oleh jenis kelamin perempuan dimana menurut Anggraini (2012) menyebutkan bahwa pada perempuan terdapat peningkatan hipertensi karena ketika wanita sudah mengalami menopause, hormone estrogen banyak berkurang sehingga kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) tinggi dan dapat memicu terjadinya kenaikan tekanan darah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui rentang penurunan tekanan darah pada kelompok eksperimen adalah dengan menggunakan uji Mann- Whitney karena data tidak berdistribusi dengan normal. Hasil analisis sistole dan diastole pada pre-test sebesar p =0,7 dan p= 0,3 (p > 0.05) yang berarti tidak ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sebelum mengonsumsi teh Rosella. Hasil analisis sistole dan diastole pada post-test sebesar p=0,000 (p<0,005) yang artinya terdapat pengaruh signifikan yaitu penurunan tekanan darah pada kelompok yang diberi teh Rosela. Penurunan tekanan darah yang signifikan pada penelitian tersebut didukung oleh teori dari Triyanto (2014) yang mengemukakan bahwa bunga Rosella memiliki berbagai kandungan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, dimana masing-masing kandungan memiliki mekanisme tersendiri dalam menurunkan tekanan darah. Leucin dan niacin dapat mengurangi kolesterol total dalam darah sehingga mencegah oksidasi low dencity lipoproteins (LDL) yang dapat menekan lemak dalam darah termasuk trigliserida dan kolesterol, sehingga pembuluh darah melebar, menyebabkan aliran darah lancar dan tekanan darah turun.
8 47 Selain itu threoine, valin, leucin, glicyn, alanin, niasin dan thiamin berfungsi mengatur metabolisme gula darah yang menyebabkan viskositas darah menurun sehingga tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan darah pun lebih kecil. Sedangkan asam askorbat bersama dengan asam glycotik dapat meningkatkan produksi urin yang mengakibatkan eksresi cairan meningkat, sehingga volume darah berkurang dan tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan juga berkurang. Teori lain yang mendukung yaitu Ismawan (2012) yang menyebutkan kandungan lain yaitu anthocyanin, gossipetin, glucoside hibicin dan flavonoid mengandung antioksidan yang tinggi. Hal tersebut dapat menghambat pelepasan membran mitokondria dan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul yang mengandung elektron seperti guanine DNA terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi LDL, kolesterol, dan lemak yang dapat menaikkan tekanan darah dan berujung pada penyakit kanker dan jantung. Hasil penurunan tekanan darah yang didapatkan tersebut juga didukung oleh penelitian dari Pinasthika (2012) yang berjudul pengaruh pemberian seduhan kelopak kering bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap tekanan darah penderita prehipertensi dan hipertensi grade 1 yang diedukasi gaya hidup sehat, dengan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistole sebesar 12,27 mmhg dan penurunan tekanan darah diastole sebesar 3,21 mmhg setelah mengonsumsi teh Rosella sebanyak 3 gr dalam 200 ml air per hari yang diminum sebelum sarapan, kemudian setelah 4
9 48 minggu tekanan darah kembali diukur. Selain itu penelitian oleh Andika (2014) yang berjudul pengaruh pemberian bunga Rosella terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi dengan terapi captopril di desa Kamiwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Luwuk Banggai yang menyatakan terjadi penurunan tekanan darah sistole dan diastole sebesar 19,3 mmhg dan 10 mmhg setelah penderita hipertensi yang aktif meminum obat Captopril diberi 10 g kelopak bunga Rosella kering dalam 200 ml air panas dan diukur kembali setelah 2 jam pemberian. Perbedaan rentang penurunan tekanan darah pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya dikarenakan beberapa faktor. Misalnya perbedaan antara responden yang mengkonsumsi obat antihipertensi ataupun tidak, dosis teh Rosella yang diberikan, lama pemberian, pengendalian variabel luar, dan respon tubuh dari masing-masing responden. Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya peneliti tidak dapat mengontrol pola makan dan tingkat stress pada setiap responden, dimana konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan akan memepengaruhi tekanan darah, sesuai dengan Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa, mengonsumsi gula pasir lebih dari 0,5 sendok makan, maka sisanya akan menjadi gula darah dan sebagian lagi disimpan dalam lemak. Akibatnya dapat terjadi obesitas dan lama kelamaan menjadi diabetes yang akan berisiko mengganggu organ tubuh lain seperti jantung, ginjal, dan lain-lain.
10 49 Asupan garam yang berlebihan juga dapat menganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, hipertensi, dan dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat, akibatnya kerja jantung menjadi semakin berat. Kelebihan asupan lemak yang tidak dapat diserap oleh tubuh (lemak jahat) dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arterosklerosis), maka aliran darah ke jantung akan terganggu. Batas maksimum anjuran konsumsi gula sekitar 10 % dari total energi setara dengan 50 gram per orang perhari (4-8 sendok teh pada lansia). Batas maksimum konsumsi garam per orang perhari adalah 2000 mg natrium atau 5 gram per orang perhari, atau setara dengan satu sendok teh. Sedangkan batas maksimum konsumsi lemak total adalah 30 % dari total energi atau 1,5-3 sendok makan, atau setara dengan 78 gram per orang perhari. Kelemahan lainnya yaitu tidak dilakukan sistem randomisasi pada pengelompokan anggota sampel, sehingga kemungkinan terjadi bias yang disebabkan kesalahan sistematis yang dilakukan oleh peneliti dalam menentukan subyek yang akan diteliti akan lebih besar dibanding dengan yang menggunakan sistem randomisasi. Selain itu lama waktu pemberian teh Rosella masih terbatas selama 12 hari dengan interval pemeriksaan tekanan darah setiap tiga hari sekali.
BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik
BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan
Lebih terperinciMitos dan Fakta Kolesterol
Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciPentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung
Pentingnya mengenal faktor resiko PJK dalam usaha mencegah serangan Jantung Pendahuluan Di Indonesia Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problema kesehatan urutan urutan ke 6. Sementara tingkat kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.
Lebih terperinciKORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok
Lebih terperinciHUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi Menopause diartikan proses peralihan dari masa produktif ke masa nonproduktif yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen
Lebih terperinciDisusun Oleh : MIA JIANDITA
PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, namun pada suatu saat pertumbuhan dan perkembangan tersebut berhenti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit
Lebih terperinciLecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol
Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada
Lebih terperinciBATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR
BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel
Lebih terperinciPOLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id
POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak
Lebih terperinciUPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009
BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah
Lebih terperinciKarakteristik Umum Responden
mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A. RSUD Dr. Moewardi ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi
Lebih terperinciAYU CANDRA RAHMAWATI J
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN RASIO ANTARA TOTAL KOLESTEROL DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
Lebih terperinciProblem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY
Problem kebugaran dan kesehatan PENDAHULUAN Kebugaran jasmani berarti kesanggupan seseorang untuk menjalankan tugas sehari hari tanpa merasa lelah yang berlebihan sehat menunjuk pada kondisi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT STROKE PADA LANSIA TAHUN 2014 OLEH : JUNIOS, S.Si, M.Si Ns. DIAN SARI, S.Kep Ns. RIMA BERLIAN, S.Kep Ns.
Lebih terperincidan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia adalah usia kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun di negara maju, tetapi untuk negara sedang berkembang disepakati bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses menua.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciHUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE
HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat pada usia harapan hidup yang diiringi oleh pertambahan jumlah kelompok usia lanjut (usila/lansia)
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN
AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai kegiatan seharihari,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.
Lebih terperinci8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami
8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami 8 Cara Menurunkan kadar gula secara alami ini dapat anda lakukan secara mandiri. Namun akan lebih baik lagi apabila anda bekerja sama dengan keluarga anda. Selain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan two group pretest postest design. Pada rancangan penelitian ini dimungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah
Lebih terperinciPENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: MAISYAROH 201210201111 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut penelitian Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).
Lebih terperinci