BAB 4 ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 Analisis Preventive Maintenance Penentuan KRL dan Komponen Kritis Penentuan mesin kritis dilakukan berdasarkan data kerusakan atau breakdown KRL pada Depo Depok selama periode (Januari-Desember 2012). KRL yang mengalami kerusakan tentunya akan mengganggu jadwal perjalanan kereta dapat mengurangi jumlah perjalanan yang seharusnya dapat dilakukan bila KRL tidak mengalami kerusakan. Dari data yang diperoleh, dapat diketahui terdapat beberapa jenis KRL yang dibagi dalam 4 seri, yaitu Seri 8000, Seri 7000, Seri 6000, dan Seri Dari laporan kerusakan yang didapat, Seri 8000 mengalami kerusakan dengan jumlah 72 kali dengan total downtime 69,08 jam, Seri 7000 mengalami kerusakan 28 kali dengan total downtime 25,78 jam, Seri 6000 mengalami kerusakan 13 kali dengan total downtime 14,33 jam, dan Seri 5000 mengalami kerusakan 29 kali dengan total downtime 29, 56 jam. Begitu pula dengan penentuan komponen kritis yang dilakukan. Penentuan komponen kritis dilakukan sesuai dengan prinsip pareto 80-20, sehingga didapatkan ada 3 komponen yang menjadi sumber breakdown dan downtime terbesar yang mencapai 80% dari total breakdown dan downtime yang terjadi yaitu komponen Carbon Brush, Brake Pad Shoe, dan Static Inverter. Dibawah ini adalah data frekuensi breakdown dan downtime KRL. Tabel 4.1 Data Frekuensi Breakdown dan Downtime KRL KRL Frekuensi Frekuensi Downtime Downtime Breakdown Breakdown (%) (Jam) (%) Seri % 69,08 50% Seri % 29,56 21% Seri % 25,78 19% Seri % 14,33 10% Sumber: Data Frekuensi Breakdown dan Downtime KRL Tabel 4.2 Data Frekuensi Breakdown dan Downtime Komponen KRL Seri 8000 Komponen Frekuensi Frekuensi Frekuensi Downtime Breakdown Breakdown Downtime Carbon Brush 31 43% 36,40 47% Brake Pad Shoe 19 26% 23,02 30% SIV 14 19% 9,67 13% Kompresor 3 4% 3,03 4% Kontrol 3 4% 2,88 4% MB 2 3% 1,88 2% Sumber: Data Frekuensi Breakdown dan Downtime Komponen KRL Seri

2 15 Gambar 4.1 Grafik Pareto Data Breakdown Sumber: Data Pareto Breakdown Komponen KRL Seri 8000 Gambar 4.2 Grafik Pareto Data Downtime Sumber: Data Pareto Downtime Komponen KRL Seri 8000 Berikut ini adalah penjelasan singkat untuk komponen yang dipilih untuk dilakukan analisis preventive maintenance. 1. Carbon Brush Carbon brush adalah komponen yang berada di dalam traksi dan berfungsi untuk mengalirkan arus ke komutator. 2. Brake Pad Shoe Brake pad shoe adalah sebuah kampas rem untuk memberikan gaya gesek ke roda untuk menurunkan laju kecepatan kereta. 3. Static Inverter Static invertter atau SIV adalah alat untuk merubah arus listrik DC menjadi arus AC untuk sumberdaya Air Condition penerangan dan peralatan lain yang menggunakan arus AC.

3 4.1.2 TTF dan TTR Setelah KRL dan komponen kritis telah ditentukan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung TTF (Time to Failure) dan TTR (Time to Repair). TTF adalah selang waktu antar kerusaka n, yaitu dari suatu mesin selesai diperbaiki sampai terjadi kerusakan lagi pada mesin dan komponen yang sama. Sedangkan TTR adalah waktu untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Data yang didapatkan merupakan kerusakan yang terjadi antara bulan Januari hingga Desember tahun Kedua data tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran. Setiap komponen memiliki nilai TTF yang berbeda, hal ini disebabkan oleh beberapa aspek seperti tingkat kerusakan, ketersediaan tenaga kerja, dan juga ketersediaan komponen pengganti. Dalam penghitungan TTF juga diperlukan data yang cukup detil mengenai jarak tempuh antar kerusakan komponen dan juga tanggal serta tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki komponen tersebut. Sedangkan TTR merupakan nilai dari waktu untuk memperbaiki kerusakan dan juga tindakan untuk memeriksa suatu mesin atau komponen. TTR yang juga biasa disebut dengan downtime ini juga memerlukan pencatatan waktu secara detil. Perbedaan yang terjadi antar nilai TTR setiap komponen ini dipengaruhi oleh tingkat kerusakan, tingkat kerumitan komponen, ketersediaan komponen pengganti dan juga ketersediaan dari tenaga kerja yang melakukan perbaikan Index of fit Perhitungan index of fit bertujuan untuk mengetahui distribusi apa yang dapat mewakili atau mendekati sebaran data TTF dan TTR yang ada padatiap komponen. Perhitungan index of fit dilakukan dengan metode Least Square Curve Fitting (LSCF) yaitu dengan distribusi Weibull, Eksponensial, Normal, dan Lognormal menggunakan data TTF dan TTR tiap komponen. Berikut ini adalah data distribusi TTF dan TTR masing-masing komponen dari hasil perhitungan index of fit. Tabel 4.3 Data Distribusi TTF dan Nilai r Setiap Komponen Komponen Kritis Distribusi TTF r Carbon Brush Lognormal 0,99010 Brake Pad Shoe Lognormal 0, SIV Lognormal 0,97285 Sumber: Data Perhitungan Distribusi TTF Setiap Komponen

4 17 Tabel 4.4 Data Distribusi TTR dan Nilai r Setiap Komponen Komponen Kritis Distribusi TTR r Carbon Brush Weibull 0,99144 Brake Pad Shoe Lognormal 0,98756 SIV Weibull 0,97138 Sumber: Data Perhitungan Distribusi TTR Setiap Komponen Distribusi masing-masing komponen tersebut dipilih dengan mempertimbangkan nilai r yang ada pada masing-masing perhitungan distribusi. Distribusi yang dapat mewakili atau yang paling dapat mendekati sebaran data TTF dan TTR tersebut adalah yang memiliki nilai r yang paling besar diantara distribusi lain. Untuk distribusi TTF, komponen carbon brush memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognormal dengan nilai 0, Komponen brake pad shoe memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognormal dengan nilai 0, Komponen SIV memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognorma dengan nilai 0, Sedangkan untuk distribusi TTR, komponen carbon brush memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognormal dengan nilai 0, Komponen brake pad shoe memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognormal dengan nilai 0, Komponen SIV memiliki nilai r terbesar pada distribusi lognorma dengan nilai 0, Seteluruh distribusi ini diuji lagi dengan menggunakan software Minitab 14. Pada software ini, distribusi yang paling mendekati sebaran data yang diuji memiliki nilai Anderson-Darling yang paling kecil. Tabel 4.5 Data Anderson-Darling Komponen Carbon Brush Carbon Brush Distribution TTF TTR AD AD Weibull 1,126 0,171 Exponential 1,099 5,089 Normal 2,794 0,211 Lognormal 0,681 0,42 Sumber: Data Minitab Tabel 4.6 Data Anderson-Darling Komponen Brake Pad Shoe Brake Pad Shoe Distribution TTF TTR AD AD Weibull 0,635 0,365 Exponential 0,602 4,291 Normal 1,061 0,376 Lognormal 0,542 0,296 Sumber: Data Minitab

5 18 Tabel 4.7 Data Anderson-Darling Komponen SIV SIV Distribution TTF TTR AD AD Weibull 0,41 0,326 Exponential 1,695 1,949 Normal 1,915 0,358 Lognormal 0,353 0,382 Sumber: Data Minitab TTR TTF = Time to Repair = Time to Failure Pendugaan Parameter Masing-masing komponen memiliki nilai parameter yang berbedabeda berdasarkan pada jenis distribusi TTF dan TTR masing-masing komponen. Nilai-nilai parameter ini yang dipakai untuk menghitung nilai MTTF dan MTTR masing-masing komponen. Setiap distribusi memiliki parameter yang berbeda. Untuk distibusi lognormal terdapat parameter s yaitu shape parameter dan t med yang menunjukkan nilai tengah dari data yang ada. Distribusi weibull mengunakan parameter β yang menunjukkan lanju kerusakan dan θ menunjukkan laju kerusakan. Distribusi normal pada TTR menggunakan parameter s yaitu shape parameter dan t med yang menunjukkan nilai tengah dari data waktu perbaikan yang ada. Dibawah ini merupakan data hasil perhitungan pendugaan parameter masing-masing komponen. Tabel 4.8 Data Parameter Kerusakan Komponen KRL Komponen Kritis Distribusi Kerusakan Parameter Carbon Brush Lognormal s = 1,091 tmed = 2141,237 Brake Pad Shoe Lognormal s = 1,2887 tmed = 3038,707 SIV Lognormal s = 1,677 tmed = 2063,389 Sumber: Data perhitungan parameter kerusakan komponen Tabel 4.9 Data Parameter Perbaikan Komponen KRL Komponen Kritis Carbon Brush Brake Pad Shoe Distribusi Perbaikan Weibull Lognormal Parameter β = 449,1565 θ = 1,077 s = 0,3358 t med = 1,156 SIV Weibull Sumber: Data perhitungan parameter perbaikan komponen β = 1,876 θ = 0,8204

6 4.1.5 MTTF dan MTTR Besar nilai MTTF dalam kasus ini merupakan jarak rata-rata antar kerusakan yang terjadi selama komponen beroperasi. Sedangkan MTTR merupakan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi pada komponen. Besar nilai MTTF dan MTTR setiap komponen berbeda karena setiap komponen memiliki distribusi dan parameter yang berbeda. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan MTTF dan MTTR untuk ketiga komponen. Tabel 4.10 Data MTTF Kerusakan Komponen KRL Komponen Kritis Distribusi Kerusakan MTTF Carbon Brush Lognormal 3883 Brake Pad Shoe Lognormal 6971 SIV Lognormal 8402 Sumber: Data perhitungan MTTF komponen KRL Tabel 4.11 Data MTTR Perbaikan Komponen KRL Komponen Kritis Distribusi Perbaikan MTTR 19 Carbon Brush Brake Pad Shoe Weibull Lognormal 1,08 1,22 SIV Weibull 0,73 Sumber: Data perhitungan MTTR komponen KRL Semakin besar nilai MTTF maka akan semakin baik komponen tersebut beroperasi. Hal ini dikarenakan bila nilai MTTF semakin besar maka akan semakin jarang pula komponen tersebut mengalami breakdown. Dilihat dari tabel diatas maka komponen SIV memiliki jumlah breakdown yang paling kecil dengan jarak 8402 km dibanding dua komponen lainnya yaitu carbon brush dengan jarak 3883 km dan brake pad shoe dengan jarak 6971 km. Sedangkan semakin kecil nilai MTTR maka akan semakin baik. Jika MTTR semakin kecil maka akan semakin kecil pula total waktu downtime yang terjadi. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komponen SIV memilikin nilai MTTR terkecil dengan 0,73 jam dibanding dengan dua komponen lainnya yaitu carbon brush selama 1,08 jam dan brake pad shoe selama 1,22 jam. SIV memiliki nilai MTTR lebih kecil dikarenakan komponen tersebut terletak diarea yang relatif mudah dijangkau jika dibandingkan dengan kedua komponen lainnya Interval Jarak Penggantian Pencegahan Penggantian pencegahan dilakukan untuk menghindari kerusakan yang mendadak dan tidak terhindarkan sehingga mengganggu kerja dari mesin. Interval jarak penggantian pencegahan menunjukkan jarak tempuh

7 yang tepat untuk mengganti komponen. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan secara mendadak yang optimamungkin dapat terjadi dimasa yang akan datang. Terdapat dua model penggantian pencegahan, yang pertama adalah block replacement. Model penggantian pencegahan ini mengacu pada waktu penggantian yang tetap. Jika model ini diterapkan, ada kemungkinan terjadi pemborosan dalam hal biaya dan juga waktu karena adanya penggantian komponen yang sebenarnya belum perlu untuk diganti. Selain itu dapat juga terjadi kerusakan sebelum waktu penggantian yang telah ditentukan. Model penggantian pencegahan adalah age replacement. Tujuan dari model ini adalah untuk mementukan usia pakai yang optimal dari suatu komponen. Pada model penggantian pencegahan ini, apabila terjadi kerusakan sebelum usia optimal komponen, maka penggantian berikutnya tetap mengikuti usia optimal komponen yang telah ditentukan. Dibawah ini merupakan hasil perhitungan usia optimal dari masing-masing komponen. Tabel 4.12 Data Interval Jarak Penggantian Pencegahan Komponen Komponen Kritis Interval (km) Carbon Brush Brake Pad Shoe 1750 SIV 350 Sumber: Data perhitungan interval jarak penggantian pencegahan komponen Jika dilihat dari data usia optimal komponen tersebut, maka disarankan dilakukan penggantian komponen carbon brush setelah pemakaian sejauh 1400 Km, komponen brake pad shoes setelah pemakaian sejauh 1750 Km, dan komponen SIV setelah sejauh 350 Km. Namun tidak menutup kemungkinan kalau masa pakai sebenarnya dari setiap komponen dapat melampaui usia optimal dan beroperasi dengan baik Interval Jarak Pemeriksaan Pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam preventive maintenance. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimasi downtime yang terjadi akibat dari kerusakan komponen ataupun penggantian komponen. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan mendadak. Jika terjadi gejala kerusakan saat pemeriksaan dilakukan maka komponen yang diperiksa akan diperbaiki atau bila perlu dilakukan penggantian komponen untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Diharapkan dengan adanya pemeriksaan secara teratur, komponen dapat bekerja secara optimal sampai dengan masa penggantiannya. Hasil dari perhitungan interval jarak pemeriksaan dari setiap komponen dapat dilihat dibawah ini.

8 21 Tabel 4.13 Data Interval Jarak Pemeriksaan Komponen Komponen Kritis Interval (km) Carbon Brush 8704 Brake Pad Shoe SIV Sumber: Data perhitungan interval jarak pemeriksaan komponen Tindakan pemeriksaan yang dilakukan pada berbeda-beda sesuai dengan komponen yang diperiksa. Komponen carbon brush diperiksa setiap 8704 Km, komponen brake pad shoe diperiksa setiap Km, dan komponen SIV diperiksa setiap Km. Berdasarkan hasil dari perhitungan interval pemeriksaan tersebut disarankan untuk melakukan pemeriksaan baik kesiapan maupun kelayakan dari setiap komponen agar dapat beroperasi secara optimal sampai akhir usia pemakaian komponen. 4.2 Analisis Availability, Reliability, dan Downtime Sebab Akibat (Fishbone Diagram Tingkat reliability dan availability merupakan sebuah efek dari preventive maintenance yang diterapkan dalam melakukan perawatan KRL. Dalam penerapan preventive maintenance yang mempengaruhi tingkat reliability dan availability adalah MTTF, MTTF, interval penggantian dan pemeriksaan komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari fishbone diagram dibawah ini. Lama Penggantian dan Perawatan Komponen Jumlah Kerusakan Waktu Standar Penggantian Komponen Frekuensi Pemeriksaan Tingkat Reliability dan Availability Interval Antar Kerusakan Gambar 4.3 Fishbone Diagram Berikut adalah penjelasan singkat dari diagram diatas:

9 1. Interval pemeriksaan diperngaruhi oleh frekuensi pemeriksaan. Semakin sering pemeriksaan dilakukan, maka akan sering pula akan semakin kecil interval penggantian komponen yang juga berpengaruh pada semakin tingginya tingkat availability. 2. Interval penggantian dipengaruhi oleh waktu standar penggantian komponen. Semakin besar waktu standar penggantian komponen maka akan semakin kecil pula interval pemeriksaan yang berpengaruh pada tingkat reliability. 3. MTTR dipengaruhi jumlah kerusakan dan interval antar kerusakan. 4. MTTF dipengaruhi lama penggantian dan perawatan komponen Analisis Availability Availability atau tingkat ketersediaan adalah peluang sebuah komponen dapat bekerja atau berfungsi dengan baik pada waktu tertentu jika dioperasikan dalam kondisi pengoperasian normal. Dibawah ini merupakan hasil dari perhitungan availability untuk masing-masing komponen. Komponen Kritis Tabel 4.14 Data Availability Komponen Availability jika melakukan Availability jika melakukan pergantian pencegahan pemeriksaan Carbon Brush 0, , , Brake Pad Shoe 0, , , SIV 0, , , Sumber: Data perhitungan availability 22 Availability Total Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa semua komponen memiliki tingkat availability yang baik karena semua hampir mendekati 1 atau 100 %. Komponen carbon brush memiliki total tingkat availability sebesar 0,979 atau 98%, brake pad shoe memiliki total tingkat availability sebesar 0,984 atau 98%, dan SIV memiliki total tingkat availability sebesar 0,989 atau 99%. Hal ini dapat dicapai jika tindakan pemeriksaan dan pergantian pencegahan dilakukan sesuai dengan interval penggantian yang telah dihitung sebelumnya. Dari perhitungan tingkat availability yang sudah dilakukan, dapat diidentifikasi beberapa hal yang mempengaruhi nilainya. Hal-hal yang mempengaruhi adalah waktu standar pemeriksaan dan penggantian dari setiap komponen yang ditetapkan oleh perusahaan. Semakin tinggi waktu standar penggantian yang diterapkan oleh perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat availability komponen tersebut. Sedangkan semakin kecil waktu standar pemeriksaan yang diterapkan oleh perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat availability dari komponen tersebut Analisis Reliability Sebelum dan Sesudah Preventive Maintenance Reliability atau kehandalan merupakan peluang suatu sistem atau dalam hal ini komponen KRL dapat berfungsi secara normal dalam suatu periode tertentu selama masa pemakaian. Tingkat kehandalan yang paling baik adalah 1 atau 100%, jadi jika tingkat kehandalan mendekati angka tersebut maka sistem atau komponen tersebut akan bekerja secara optimal dalam jangka waktu tertentu.

10 Pada tabel dibawah ini, tingkat kehandalan yang ada pada kondisi perusahaan sekarang ini terdapat pada kolom (R(t)), sedangkan untuk kondisi setelah diterapkan preventive maintenance terdapat pada kolom (Rm(t)). Perhitungan tingkat kehandalan masing-masing komponen berbeda, disesuaikan dengan distribusi yang ditelah ditentukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya parameter dan cara perhitungan dari setiap distribusi yang berbeda. Di bawah ini merupakan data hasil perhitungan reliability yang telah dilakukan untuk masing-masing komponen. Tabel 4.15 Data Reliability Komponen Komponen Kritis MTTF (Km) ti (Km) R(t) Rm(t) Peningkatan Carbon Brush 3883, ,21 29,27% 47,81% 18,55% Brake Pad Shoe 6970, ,08 25,97% 44,64% 18,67% SIV 8402, ,30 20,10% 85,51% 65,41% Sumber: Data perhitungan reliability MTTF = Mean Time to Failure ti = Interval waktu pemeriksaan R(t) = Tingkat reliability sebelum melakukan preventive maintenance Rm(t) = Tingkat reliability setelah melakukan preventive maintenance Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan tingkat kehandalan dari setiap komponen. Peningkatan yang paling tinggi terdapat pada komponen SIV sebesar 65,41%, lalu carbon brush sebesar 18,55%, dan brake pad shoe sebesar 18,67%. Peningkatan terbesar terdapat pada komponen SIV, hal ini dikarenakan SIV adalah sebuah peralatan elektronik yang harus diberikan perlakuan khusus dengan cara perawatan dengan intensitas yang sering. Dengan adanya peningkatan kehandalan dari komponen-komponen ini, diharapkan umur pakai dari mesin khususnya komponen tersebut akan lebih lama. Selain itu juga diharapkan intensitas kerusakan secara tidak terduga juga dapat dikurangi hingga tingkat yang minimal Analisis Total Downtime Sebelum dan Sesudah Preventive Maintenance Kegiatan preventive maintenance dapat memberikan dampak positif dan negatif jika ditinjau dari sisi downtime. Pada beberapa kasus downtime dapat berkurang saat preventicve maintenance diterapkan, namun pada kasus ini penerapan PM justru berdampak pada meningkatnya total downtime dari sebelum diterapkanya PM. Peningkatan ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan pemeriksaan ataupun penggantian komponen yang diusulkan melalui preventive maintenance. Namun hal ini juga dapat disebabkan oleh masih kurangnya kegiatan perawatan atau penggantian yang diterapkan oleh perusahaan. Penerapan preventive maintenance tentu saja kurang memberikan dampak perbaikan dalam hal downtime bagi perusahaan jika ingin menerapkan PM. Namun, jika tetap menerapkan preventive maintenance, kehandalan dan juga ketersediaan dari komponen KRL tersebut akan lebih terjaga sehingga tidak mengganggu KRL beroperasi. Tingkat kehandalan juga menjadi penting untuk masa yang akan datang dikarenakan usia KRL yang 23

11 akan terus bertambah sehingga dapat meningkatkan laju kerusakan di masa yang akan datang. 24 Tabel 4.16 Data Perbandingan Downtime Total Total downtime downtime Komponen Kritis sebelum PM (Jam) setelah PM (Jam) Perbedaan Carbon Brush 3,03 6,25-3,22 Brake Pad Shoe 3,71 5,50-1,79 SIV 3,71 15,00-11,29 Total 10,45 26,75-16,30 Sumber: Data perhitungan dan perbandingan downtime i Dari data hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa setelah diterapkan preventive maintenance total downtime masing-masing komponen mengalami peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyaknya rencana kegiatan penggantian dan perawatan yang diusulkan oleh tindakan preventive maintenance. Kemungkinan penyebab lainnya adalah masih kurangnya waktu perawatan atau penggantian yang diterapkan pada periode berjalan ini. 4.3 Analisis Teknis Komponen Dari analisis data yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa komponen SIV merupakan komponen yang harus lebih sering dilakukan penggantian dan pemeriksaan dibandingkan dengan komponen carbon brush dan brake pad shoe. Berikut dibawah ini merupakan analisis tiap komponen yang dibantu oleh hasil wawancara dari tenaga ahli. 1. Carbon Brush dan SIV Carbon brush merupakan sebuah Bagian traksi yang berfungsi sebagai pengalir tegangan. Karena terus dialiri listrik maka usia pakai juga dipengaruhi oleh besar dan tingkat kestabilan dari arus yang mengalirinya. Hal ini menjadi salah satu penyebab kerusakan dari carbon brush. Dalam hal age replacement, SIV memiliki nilai paling kecil yang berarti memiliki tingkat penggantian yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan komponen lainnya. Hal ini dikarenakan drop voltage yang terlalu rendah (bisa mencapai Volt) diluar batas toleransi SIV yang ada yaitu ± 10% dari 1500 Volt yang dapat menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada part kecil dalam unit SIV seperti resistor. Kedua komponen ini memiliki sifat yang sama karena keduanya berkaitan dengan listrik yang mengaliri komponen ini. Jadi penyebab kegagalan atau kerusakan dari kedua komponen ini relatif sama yaitu ketidak stabilan listrik atau adanya korsleting yang terjadi pada komponen tersebut yang disebabkan oleh arus listrik yang masuk. Beberapa hal yang dapat disarankan untuk menanggulangi permasalahan ini adalah: 1. Membuat aliran listrik antar gardu lebih stabil. 2. Meningkatkan nilai toleransi. 3. Melakukan perawatan lebih sering.

12 25 2. Brake Pad Shoe Brake pad shoe merupakan salah satu Bagian terpenting dalam proses pengereman. Komponen ini memberikan gaya gesek yang dapat memperlambat laju dari kereta. Selain kualitas komponen, kecepatan kereta, beban kereta, dan cara pemakaian mempengaruhi usia brake pad shoe. Selain faktor-faktor tersebut, jalur yang dilalui oleh KRL juga mempengaruhi beberapa faktor seperti beban kereta dan juga cara pemakaian. Jalur yang ditempuh oleh KRL ini adalah dari Jakarta menuju Bogor yang notabene memiliki daratan yang lebih tinggi dibandingkan Jakarta. Jalur yang ditempuh ini mempengaruhi kerja brake pad shoe yang membutuhkan usaha lebih jika dibandingkan dengan jalur dalam kota Jakarta yang relatif datar. Permasalahan biaya tidak diangkat dalam pembahasan kali ini. Hal ini disebabkan oleh tidak dapatnya mencari data biaya baik komponen, biaya perbaikan maupun biaya jam orang yang dikeluarkan untuk melakukan perbaikan maupun penggantian.

13 4.4 Perancangan Sistem Informasi Business Modeling Usulan aktivitas preventive maintenance yang dirancang digambarkan dengan menggunakan activity diagram. 26 Gambar 4.4 Activity Diagram

14 Requirents a. Event Table Tabel 4.17 Event Table Tabel diatas menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi selama proses perbaikan dan perawatan dilakukan. Dari 9 kegiatan dalam tabel tersebut, terdapat beberapa kegiatan inti dari proses preventive maintenance yang dilakukan yaitu Bagian Perencanaan membuat Surat Perintah Kerja Perbaikan dan Surat Perintah Kerja Perawatan, Teknisi membuat Surat Hasil Perbaikan dan Surat Hasil Perawatan serta Bagian Perencanaan membuat Rekapitulasi TTR dan TTF dari KRL yang ada. Pada event membuat Surat Perintah Kerja yang menjadi event trigger adalah adanya notifikasi tentang waktu perawatan yang sudah dekat. Selain itu dapat ada juga trigger dari Bagian Quality Control telah selesai melakukan pengecekan awal dan memberikan Form Pengecekan Awal yang telah diisi kepada Bagian Perencanaan atau saat Data dari Form Pengecekan Awal itulah yang menjadi dasar Bagian Perencanaan membuat Surat Perintah Kerja. Kedua Surat Perintah tersebut akan diberikan kepada Teknisi untuk selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan perbaikan maupun perawatan. Selanjutnya adalah event membuat Surat Hasil yang dilakukan oleh Teknisi. Yang menjadi event trigger adalah Teknisi menerima Surat Perintah Kerja dari Bagian Perencanaan. Teknisi membuat Surat Hasil dengan data nyata yang didapat dari hasil melakukan kegiatan perawatan atau perbaikan KRL. Setelah selesai dilakukan pengisian Surat Hasil, data tersebut akan disimpan dan diberikan ke Bagian Perencanaan untuk dilakukan kegiatan selanjutnya. Bagian Perencanaan akan melakukan rekapitulasi TTF dan TTR dari data yang telah didapatkan dari Teknisi. Event trigger dari kegiatan ini adalah Teknisi telah selesai membuat Surat Hasil Perbaikan atau Surat Hasil Perawatan dan Bagian Perencanaan menerima data-data tersebut. Kegiatan rekapitulasi TTF dan TTR ini dimaksudkan untuk menyediakan data awal atau data utama yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan preventive

15 maintenance yang akan dilakukan. Hasil dari data rekapitulasi tersebut akan disimpan dan akan ditampilkan lagi saat Bagian Perencanaan akan melakukan perencanaan preventive maintenance. b. Use Case Diagram 28 Gambar 4.5 Use Case Diagram Dari use case diagram di atas dapat dilihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan aktor yang melakukan tiap-tiap kegiatan tersebut. Bagian Perencanaan menjadi aktor yang memiliki kegiatan paling banyak karena Bagian Perencanaan adalah inti dari perencanaan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Perencanaan adalah mengelola data komponen, mengelola data KRL, membuat Surat Perintah Kerja, membuat Laporan Kerusakan KRL, dan membuat Rekapitulasi TTF dan TTR. Jika terdapat notifikasi saat Bagian Perencanaan melakukan akses, maka Bagian Perencanaan dapat memilih masuk ke window SPK atau keluar dari notifikasi tersebut. Lalu ada Bagian QC atau Quality Control. Bagian ini bertugas menyediakan data awal bagi Bagian Perencanaan yaitu berupa data pengecekan awal dalam bentuk Form Pengecekan Awal. Data yang diisikan dalam form ini didapatkan dari pengecekan awal yang dilakukan

16 oleh Bagian QC saat KRL pertama kali masuk ke Depo untuk melakukan perawatan atau perbaikan. Terakhir adalah Teknisi yang melakukan membuat Surat Hasil. Teknisi akan melakukan perbaikan atau perawatan sesuai dengan Surat Perintah Kerja yang diterima dari bagian perencanaan. Lalu Surat Hasil tersebut akan diisi dengan data-data nyata hasil dari perawatan dan perbaikan yang dilakukan. Setelah itu data-data tersebut akan dipakai oleh Bagian Perencanaan untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu membuat Rekapitulasi TTF dan TTR. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang deskripsi masing-masing fungsi yang dilakukan oleh Bagian Perencanaan, Bagian Quality Control, dan Teknisi dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Class Diagram 1) Domain Model Class Diagram 29 2) Updated Class Diagram Gambar 4.6 Domain Class Diagram Gambar 4.7 Updated Class Diagram

17 30 a) KRL Class KRL ini merupakan kumpulan dari data-data KRL yang memiliki attribut IDKRL berisi tentang kode kereta yang telah dibuat sesuai dengan standar yang ada, Jenis kereta berisi tentang jenis kereta yang ada, TahunPembuatan kereta dan total JarakTempuh KRL. b) Detil KRL Class Detil KRL ini memiliki attribut jumlahkomponen, yaitu jumlah setiap komponen yang dimilki oleh KRL tersebut. c) Form Pengecekan Awal Class Form Pengecekan Awal memiliki attribut IDFPAyaitu kode form yang dibuat dengan standar yang ada, Masalah yang diidentifikasi dari pengecekan awal, Tindakan yang diperlukan, dan Tanggal dilakukan pengecekan. d) Surat Perintah Kerja Class ini memiliki attribut IDSPK sebagai kode utama kelas ini. Data yang dimasukkan pada class ini adalah e) Group Teknisi Class ini memiliki attribut IDGroup sebagai identitas dari group teknisi, IDTeknisi, dan nama tiap teknisi yang ada pada group tersebut. f) Surat Hasil Class ini memiliki attribut IDSH sebagai kode utama pada class ini. g) Detil Surat Hasil Class ini memiliki attribut tanggal dilakukan perawatan, KmPerawatan dan lama perawatan yang dilakukan serta temuan baru jika ada saat dilakukan perawatan dan tindakan yang dilakukan serta komponen yang dilakukan tindakan. h) RTT Class ini memiliki attribut IDRekapitulasi. i) Detil RTT Class ini merupakan detil dari class RTT yang memiliki attribut nilai TTFKomponen dan nilai TTRKomponen. j) Komponen Class Komponen memiliki attribut IDKomponen yaitu kode yang dibuat dengan standar kode yang ada, NamaKomponen yang ada, usia pakai standar dari tiap komponen dan data supplier. d. Struktur Tabel Database Tabel 4.18 Struktur Tabel Data Komponen Field Type Size Null IDKomponen String 5 No IDKRL String 5 No NamaKomponen String 15 No UsiaPakaiStandar Integer 3 No Supplier String 15 No

18 31 Tabel 4.19 Struktur Tabel Data KRL Field Type Size Null IDKRL String 5 No IDKomponen String 5 No JenisKRL String 10 No TahunPembuatan Integer 4 No JarakTempuhTotal String 8 No Tabel 4.20 Struktur Tabel Data Detil KRL Field Type Size Null IDKRL String 5 No IDKomponen String 5 No Kondisi Komponen String 50 - Tabel 4.21 Struktur Tabel Data Form Pengecekan Awal Field Type Size Null IDFPA String 5 No IDKRL String 5 No Masalah String Tindakan Boolean - No Tanggal Date - No Tabel 4.22 Struktur Tabel Data Surat Perintah Kerja Field Type Size Null IDSPK String 5 No IDFPA String 5 No IDGroup String 5 No Tanggal Date - No Tabel 4.23 Struktur Tabel Data Surat Hasil Field Type Size Null IDSuratHasil String 5 No IDSPK String 5 No Tabel 4.24 Struktur Tabel Data Detil Surat Hasil Field Type Size Null IDSuratHasil String 5 No IDKomponen String 5 No Tindakan Aktual String 200 No TemuanBaru String Tanggal Date - No KmPerawatan Integer 8 No TTR Integer 4 No Tabel 4.25 Struktur Tabel Data RTT Field Type Size Null IDRTT String 5 No IDKRL String 5 No IDKomponen String 5 No

19 32 Tabel 4.26 Struktur Tabel Data Detil RTT Field Type Size Null IDRTT String 5 No TTFKomponen Integer 10 No TTRKomponen Integer 10 No e. Systen Sequence Diagram Dilampirkan pada Lampiran 3. f. Three-Layer Sequence Diagram Dilampirkan pada Lampiran Design Dalam tahapan ini, user interface akan dirancang sesuai dengan program yang dibutuhkan. a. User Interface 1) User Interface Login Gambar 4.8 UI Login Bila user ingin melakukan akses maka harus melakukan proses login terlebih dahulu. User harus memasukkan username, bagian dan juga password lalu menekan tombol submit. Jika salah satu dari data yang dimasukkan salah maka akan muncul pesan bahwa data yang dimasukkan salah. Jika user ingin keluar maka dapat menekan tombol cancel atau close. 2) User Interface Data Komponen Gambar 4.9 UI Data Komponen

20 33 Pada UI ini user dapat melakukan pendataan komponen baik dalam bentuk penambahan (create), pengurangan (delete) maupun perubahan (update) data komponen tersebut. Setelah memasukkan data yang perlu dimasukkan tekan tombol submit untuk melakukan penyimpanan data atau cancel jika ingin melakukan pembatalan. Jika ingin mengubah data, maka user dapat memilih komponen pada grid lalu menekan update, setelah itu merubah data yang dimaksud dan tekan submit. Jika ingin menghapus data maka user dapat memilih komponen pada grid lalu menekan delete. 3) User Interface Data KRL Gambar 4.10 UI Data KRL Pada UI ini user dapat melakukan pendataan komponen baik dalam bentuk penambahan (create), pengurangan (delete) maupun perubahan (update) data KRL serta komponen KRL. User perlu memasukkan data KRL seperti jenis, tahun pembuatan, jarak tempuh total serta data komponen yang dimiliki oleh KRL tersebut.

21 34 4) User Interface Form Pengecekan Awal Gambar 4.11 UI Form Pengecekan Awal Dalam UI ini, user perlu memasukkan IDKRL, masalah yang ditemukan, saran tindakan serta tanggal dilakukan pengecekan. UI ini juga memungkinkan user untuk melakukan perubahan data FPA dan juga menghapus data FPA. 5) User Interface Surat Perintah Kerja Gambar 4.12 UI Surat Perintah Kerja Bagian Perencanaan bertugas untuk melakukan membuat Surat Perintah Kerja berdasar pada data yang diterima dari Form Pengecekan Awal yang dibuat oleh Bagian Quality Control. Bagian

22 Perencanaan memasukkan data ID Form Pengecekan awal, Group Teknisi yang akan diberikan tugas dan juga tanggal pembuatan. 6) User Interface Surat Hasil 35 Gambar 4.13 UI Surat Hasil Surat Hasil dibuat oleh Teknisi sebagai laporan tugas yang telah mereka selesaikan. Teknisi melakukan pengisian data ID Surat Perintah Keja, Komponen yang ditindak, maslah, temuan baru jika ada, tanggal penindakan, Km tindakan, waktu mulai dan waktu selesai dilakukan penindakan. 7) User Interface Laporan Kerusakan Gambar 4.14 UI Laporan Kerusakan Untuk melihat laporan yang kerusakan periodik, user perlu memasukkan periode kerusakan yang diinginkan lalu tekan tombol view.

23 36 8) User Interface Rekapitulasi Gambar 4.15 UI Rekapitulasi Bagian Perencanaan bertugas untuk melakukan rekapitulasi TTF dan TTR. Untuk melakukan rekapitulasi ini Bagian Perencanaan harus memasukkan ID Kereta dan Komponen lalu tekan tombol view, data secara otomatis ditampilkan sesuai dengan kereta dan komponen yang diinginkan. 9) Notification Gambar 4.16 Pop-up Notification Apabila salah satu KRL maupun komponennya sudah mencapai masa perawatan, maka saat user melakukan login akan muncul pop-up notification yang memberitahukan bahwa KRL sudah harus dilakukan perawatan. b. Storyboard Storyboard adalah diagram atau gambar navigasi yang menunjukkan hubungan antar user interface atau UI dari sistem yang dirancang. Dari diagram tersebut dapat dilihat masing-masing UI yang digunakan oleh tiap-tiap bagian. Untuk Bagian Perencanaan, UI yang

24 dipakai dikelompokkan dengan warna biru, untuk Bagian QC UI yang dipakai berwarna hijau, UI yang digunakan Teknisi berwarna abu. Sedangkan yang berwarna ungu adalah UI utama dan login yang pasti ada pada setiap bagian. 37 Gambar 4.17 Story Board PerencanaanPenerapan Dalam tahapan ini, akan direncanakan proses penerapan program yang telah dirancang. Setelah melakukan perancangan desain antar muka (interface), akan dilakukan pembuatan software dengan menggunakan tools yang ada. Untuk membuat program ini, bahasa pemrograman yang dipakai adalah C# dengan menggunakan Microsoft Visual C# Express 2010 yang memiliki interaksi komponen standar seperti Simple Object Access Protocol (SOAP) Perencanaan Uji Coba Dalam tahapan ini, uji coba sistem akan direncanakan oleh pembuat sistem dalam beberapa tahapan, yaitu: a. Unit Testing, melakukan uji coba untuk mencari dan memperbaiki sistem atau program jika masih terdapat kesalahan atau error. b. Integration Testing, melakukan uji coba terhadap komponen program yang tidak bekerja sesuai fungsinya atau gagal dalam menjalankan fungsi kebutuhannya saat dioperasikan dengan komponen program lainnya. c. Usability Testing, melakukan uji coba untuk mengetahui apakah program tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan user baik dalam segi fungsi

25 maupun kemudahan dalam penggunaan meskipun program tersebut sudah dapat beroperasi dengan baik. d. User Acceptance Testing, melakukan evaluasi terhadap kerja program dan untuk mengetahui segala kesalahan yang dapat terjadi pada program tersebut saat digunakan oleh user Perencanaan Deployment Untuk menerapkan sebuah sistem, tentu diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk membuat sebuah sistem dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan sistem tersebut dibuat. Dalam penerapannya, sistem ini menggunakan bahasa C# dengan menggunkaan Microsoft Visual C# 2010 Express dukungan database MYSQL. Sedangkan untuk perangkat hardware yang disarankan adalah komputer atau CPU yang memiliki spesifikasi minimal sebagai berikut: 1. Processor Inter core i3-i5 2. Operating System Windows XP 3. RAM (Random Access Memory) 2GB 4. VGA (Vide Graphics Array) 500Mb 5. Hard Disk 320 GB 6. Jaringan LAN (Local Area Network) Spesifikasi tersebut merupakan kebutuhan minimum untuk tiap kompouter yang saling berinteraksi dalam menjalankan proses bisnis dan sistem yang telah dirancang. Dalam pembahasan ini, bagian yang terlibat adalah Bagian Perencanaan, Bagian QC dan Teknisi. Ketiga bagian tersebut disarankan untuk memiliki komputer dengan spesifikasi minimum tersebut jika ingin menjalankan sistem yang telah dirancang. 38 Gambar 4.18 System Architecture Untuk masing-masing komputer juga disarankan untuk memiliki beberapa software standar yang dapat digunakan untuk menunjang kerja masing-masing bagian seperti Microsoft Office.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Maintenance Dalam buku Maintenance Engineering Handbook (Hinggins, Mobley, & Smith, 2002) Mobley mengatakan bahwa perawatan tidak hanya tentang pencegahan, pemberian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 62 63 3.2 Observasi Lapangan Observasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 60 A Perhitungan Interval Waktu Kerusakan (TTF) dan Downtime (TTR) Perhitungan Index of Fit Data TTF dan TTR Pemilihan Distribusi Data TTF dan TTR Uji Kesesuaian Distribusi Data Kerusakan Tidak Distribusi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR Yugowati Praharsi 1, Iphov Kumala Sriwana 2, Dewi Maya Sari 3 Abstract: PT. Artha Prima Sukses Makmur memiliki lima mesin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data Kerusakan Mesin Dalam penelitian ini, penulis meneliti kerusakan pada mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda SISTEM INFORMASI TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING Sutandani Suriono, Bernardus Bandriyana, Tri Pudjadi Binus University, Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan / Palmerah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH START Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Perumusan Masalah Pengumpulan Data Pengolahan Data A Taguchi Identifikasi faktorfaktor yang berpengaruh Penentuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah 67 3.1 Penelitian Pendahuluan Sebagai langkah awal penelitian, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai preventive maintenance mesin pada PTPTN XIII menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

Lebih terperinci

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT KETERANGAN DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Di bawah ini merupakan urutan dari pada tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis : Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 95 96 Uji Kesesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2008/2009 IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA Wahyudi

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA TUGAS AKHIR Oleh Aryo Suyudi 1000876833 Ericknes 1000877911 Yosua Christhoper Alexander Rumawas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut Gambar 3.1: Gambar 3.1 Diagram Alir 11 12 Gambar 3.2 Diagram Alir (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. STARMAS INTI ALUMINIUM INDUSTRY (SIAI)

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. STARMAS INTI ALUMINIUM INDUSTRY (SIAI) ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. STARMAS INTI ALUMINIUM INDUSTRY (SIAI) Ranggadika Nurtrianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR i ii in iv v vi vii viii DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 32 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitiaan fokus pada penentuan interval pemeliharaan mesin Oven Botol di PT.Pharos Indonesia. 3.2 Langkah-langkah Penelitian Langkah Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Program aplikasi diberi nama maintenance.exe memiliki ukuran 2060 Kb. Spesifikasi Sistem aplikasi maintenance ini terdiri dari spesifikasi perangkat keras

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA TUGAS AKHIR Oleh EDI STEVEN 1000837113 HARRY CHRISTIAN 1000868030 TEDY SUMANTO 1000856831 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Prosiding SENTIA 206 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 2085-2347 ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Fina Andika Frida Astuti Mahasiswa S2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY DAN AVAILABILITY PADA MESIN PRESS DI PT INTIRUB

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Implementasi aplikasi Control Chart proses produksi PT. Dharma Gravire ini memerlukan beberapa sarana pendukung, seperti perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang Soesetyo, et al. / Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang / Jurnal Titra, Vol. 2, No.2, Juni 24, pp. 47-54 Penjadwalan Predictive Maintenance

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA DEPARTEMEN MAINTENANCE PT. DIAN SWASTATIKA SENTOSA SKRIPSI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA DEPARTEMEN MAINTENANCE PT. DIAN SWASTATIKA SENTOSA SKRIPSI ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA DEPARTEMEN MAINTENANCE PT. DIAN SWASTATIKA SENTOSA SKRIPSI oleh Rikky Gunawan 0800742595 PROGRAM STUDI GANDA TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah dan Penjelasannya Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian.

Lebih terperinci

USULAN PENYELESAIAN MASALAH PERAWATAN PREVENTIVE PADA WATER TREATMENT PLANT PHASE-1 PT MALIGI PERMATA INDUSTRIAL ESTATE SKRIPSI

USULAN PENYELESAIAN MASALAH PERAWATAN PREVENTIVE PADA WATER TREATMENT PLANT PHASE-1 PT MALIGI PERMATA INDUSTRIAL ESTATE SKRIPSI USULAN PENYELESAIAN MASALAH PERAWATAN PREVENTIVE PADA WATER TREATMENT PLANT PHASE-1 PT MALIGI PERMATA INDUSTRIAL ESTATE SKRIPSI oleh Kavka Abbas Suriadinata 0700697773 PROGRAM STUDI GANDA TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. MOON LION INDONESIA SKRIPSI. oleh Ng, Erwin Wiyono

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. MOON LION INDONESIA SKRIPSI. oleh Ng, Erwin Wiyono ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. MOON LION INDONESIA SKRIPSI oleh Ng, Erwin Wiyono 0900824236 PROGRAM STUDI GANDA TEKNIK INDUSTRI DAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. program agar menghasilkan sistem yang sesuai dengan analisis dan perancangan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. program agar menghasilkan sistem yang sesuai dengan analisis dan perancangan. 92 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi sistem adalah tahap selanjutnya dari proses analisis dan perancangan sistem. Implementasi sistem merupakan tahap menuliskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. proyek digitalisasi dokumen pada CV. Smart Solusi Indonesia. Sebelum memasuki

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. proyek digitalisasi dokumen pada CV. Smart Solusi Indonesia. Sebelum memasuki BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi adalah tahap penerapan dan sekaligus pengujian bagi system berdasarkan hasil analisis dan perancangan yang telah dilakukan pada bab III. Pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi System Spesifikasi system database yang digunakan untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan Jaringan. 4.1.1

Lebih terperinci

BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penerapan Sistem Basis Data pada PT.Global Health membutuhkan 3 macam spesifikasi

BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penerapan Sistem Basis Data pada PT.Global Health membutuhkan 3 macam spesifikasi BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Penerapan Sistem Basis Data pada PT.Global Health membutuhkan 3 macam spesifikasi sistem yaitu spesifikasi computer,personil dan sisi keamanan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik

Lebih terperinci

4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive

4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive 326 4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi 4.4.1 Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive Maintenance) PT. Gajah Tunggal khususnya di dalam departemen maintenance memiliki sistem

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Dalam membangun aplikasi pembelajaran aksara sunda berbasis android

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Dalam membangun aplikasi pembelajaran aksara sunda berbasis android BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Dalam membangun aplikasi pembelajaran aksara sunda berbasis android dilakukan dengan beberapa tahap analisis, yaitu: 1. Pengumpulan data aksara sunda

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan program Sistem Informasi Administrasi KopKar Temprina Sejahtera Mandiri,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap implementasi sistem merupakan tahap yang bertujuan untuk merubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang dibangun merupakan sistem yang berbasis web. Untuk dapat

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang dibangun merupakan sistem yang berbasis web. Untuk dapat BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sistem yang dibangun merupakan sistem yang berbasis web. Untuk dapat menjalankan sistem tersebut dengan baik dibutuhkan beberapa persyaratan mengenai

Lebih terperinci

Tampilan Form Update Evaluasi Sarana InHouse

Tampilan Form Update Evaluasi Sarana InHouse 289 29. Bagian training dapat memasukkan kembali perubahan terhadap penilaian training untuk selanjutnya data-data perubahan akan dimasukkan ke dalam basis data. Tampilan Form Update Evaluasi Sarana InHouse

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

85 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Implementasi sistem ini menggambarkan penerapan dan kebutuhan sistem untuk menjalankan program dimana aplikasi ini merupakan aplikasi monitoring work

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap kebutuhan sistem merupakan tahap menjelaskan kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta menjalankan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1. Implementasi Sistem Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap sistem, implementasi merupakan penerapan dari proses sebelumnya yaitu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat saat ini, menimbulkan banyak persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat saat ini, menimbulkan banyak persaingan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat saat ini, menimbulkan banyak persaingan yang menuntut adanya peningkatan performance pengoperasian produksi. Hal ini dilakukan agar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN SISTEM. Administrasi (SISDA) mengutamakan pada kebutuhan BiNus University

BAB V PERANCANGAN SISTEM. Administrasi (SISDA) mengutamakan pada kebutuhan BiNus University BAB V PERANCANGAN SISTEM 5.1 Identifikasi Kebutuhan Sistem Perancangan sistem yang dibutuhkan pada Sistem Informasi Dukungan Administrasi (SISDA) mengutamakan pada kebutuhan BiNus University sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 4 RANCANGAN YANG DIUSULKAN. Berikut ini merupakan class diagram di mana menggambarkan hubungan antara

BAB 4 RANCANGAN YANG DIUSULKAN. Berikut ini merupakan class diagram di mana menggambarkan hubungan antara BAB 4 RANCANGAN YANG DIUSULKAN 4.1 Rancangan Yang Dibangun 4.1.1 Class Diagram Berikut ini merupakan class diagram di mana menggambarkan hubungan antara objek dalam aplikasi KM yang akan dibangun: 4.1.1.1

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum melakukan implementasi aplikasi administrasi pembelian dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum melakukan implementasi aplikasi administrasi pembelian dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Kebutuhan Aplikasi Sebelum melakukan implementasi aplikasi administrasi pembelian dan pemakaian barang, aplikasi ini membutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance 2.1.1 Arti dan Peranan Maintenance Maintenance adalah adalah semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan barang atau peralatan untuk kembali pada kondisi tertentu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras maupun perangkat lunak komputer. Penjelasan hardware/software

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras maupun perangkat lunak komputer. Penjelasan hardware/software BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Installasi Program Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi ini terlebih dahulu komponen-komponen utama komputer yang mendukung setiap proses harus

Lebih terperinci

19

19 20 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Dalam bab ini penulis mencoba menguraikan secara garis besar sistem yang berjalan, maka dapat menyebutkan hal-hal yang menjadi masalah dan perlu diselesaikan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 43 BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tahapan berikutnya dalam kegiatan perancangan SPK adalah tahapan implementasi atau uji coba terhadap hasil rancangan SPK pada sistem nyata. Berikut ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Setelah tahap penganalisaan dan perancangan selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya dalam membangun sebuah sistem informasi adalah menguji apakah sistem tersebut siap diterapkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGHITUNGAN WAKTU PENGGANTIAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi minimum hardware yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Lini Produksi Kritis Pada pengolahan data tahap ini dilakukan perbandingan total kerusakan yang terjadi pada ketiga lini produksi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan perancangan aplikasi yang akan dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Software Development Life Cycle). System Development Life Cycle (SDLC) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. (Software Development Life Cycle). System Development Life Cycle (SDLC) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGEMBANGAN SISTEM Untuk pengembangan sistem penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). System Development Life Cycle (SDLC) adalah proses

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi ini terlebih

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi ini terlebih BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Installasi Program Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi ini terlebih dahulu komponen-komponen utama komputer yang mendukung setiap proses harus sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam pembangunan sistem, penelitian menggunakan model Software Development Life Cycle). Model-model yang digunakan pada SDLC yaitu : a) Waterfall, b)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dan pada perusahaan PT.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dan pada perusahaan PT. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dan pada perusahaan PT. Traktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk merancang atau menyempurnakan sebuah aplikasi mobile, kita perlu

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk merancang atau menyempurnakan sebuah aplikasi mobile, kita perlu BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Untuk merancang atau menyempurnakan sebuah aplikasi mobile, kita perlu lebih mengenal tentang sistem yang sedang berjalan. Dalam

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perancangan Program Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan software yang spesifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 81 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan proses untuk melakukan pembuatan perangkat lunak yang telah disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang dibangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM. perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses

BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM. perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM Perancangan ulang suatu proses bisnis dilakukan melalui tahapan-tahapan perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. tersebut penting untuk mengetahui dimana letak kelemahan dari sistem yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. tersebut penting untuk mengetahui dimana letak kelemahan dari sistem yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Untuk merancang atau menyempurnakan sebuah Sistem Informasi, kita perlu lebih mengenal tentang sistem yang sedang berjalan. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Setelah tahap perancangan dilakukan dan sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan mengimplementasikan sistem dari perancangan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang dibutuhkan,

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang dibutuhkan, BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi sistem yang dirancang ini ada beberapa spesifikasi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang dibutuhkan, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Aplikasi Pada bab ini akan dilakukan impelementasi dan pengujian terhadap sistem. Implementasi merupakan penerapan dari proses sebelumnya, yakni proses

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Kebutuhan Implementasi Tahap implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha dalam mewujudkan sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pengelolaan Food Court terlebih dahulu diperlukan komponen-komponen utama

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pengelolaan Food Court terlebih dahulu diperlukan komponen-komponen utama BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Food Court terlebih dahulu diperlukan komponen-komponen utama komputer

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Nasabie AutoRent adalah suatu jenis usaha yang bergerak dalam bidang jasa penyewaan mobil yang beralamat di Jln.Penggilingan Baru III No. 33 Dukuh Kramat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Perangkat Lunak Pengembangan perangakat lunak Chatbot ini menggunakan RUP dimensi pertama yang digambarkan secara horizontal. Dimensi pertama RUP

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION

BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION 4.1 Requirement Discipline PT. Kalstar Aviation adalah suatu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar Komputer Surabaya Jawa Timur meliputi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Tahap Implementasi dan Pengujian Sistem, Dilakukan setelah tahap analisis dan Perancangan Selesai dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci