BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Teori Peran (Role Theory) Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategorikategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh

2 belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Di Indonesia berbeda. Usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan tahapan usia (age grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian lagi Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Kemudian Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai a process by which a child learns to be a participant member of society proses melalui mana seoarang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat ( Kamanto Sunarto 1993 ; 27) Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peranperan yang harus dijalankan oleh individu. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat) Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder 1. Sosialisasi primer didefenisikan Peter L. Berger dan Luckmann sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar

3 menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. 2. Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama Proses Sosialisasi George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut. 1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada

4 tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. 2. Tahap meniru (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other) 3. Tahap siap bertindak (Game Stage) Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan temantemannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di

5 luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. 4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya Agen Sosialisasi Fuuler dan Jacobs dalam (Kamanto Sunarto 1993 ; 30-35) mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi Double Burden (Beban Kerja Ganda) Beban ganda, maksudnya: Perempuan mempunyai beban pekerjaan di luar rumah(sector public) dan sekaligus beban tanggung jawab diri sendiri, keluarga(sector domestic), beban kerja ganda merupakan salah satu dari lima bentuk

6 ketidak-adilan gender yaitu : Marginalisasi, Subordinasi, Stereotipe (citra baku), Kekerasan Fungsi Fungsi keluarga Dalam setiap masyarakat, keluarga adalah suatu struktur kelembagaan yang berkembang melalui upaya masyarakat untuk menyelesaiakan tugas-tugas tertentu, tugas-tugas tersebut dilakukan dalam 7 fungsi- keluarga yang dikemukakan oleh Horton dan Hunt berikut ini : 1. Fungsi Pengaturan Seksual : Keluarga adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasi kan kepuasan keinginan seksual. 2. Fungsi Reproduksi : Untuk urusan memproduksi anak setiap masyarakat terutama tergantung pada keluarga. 3. Fungsi Sosialisasi : Semua masyarakat tergantung terutama pada keluarga bagi sosialisasi anak-anak ke dalam alam dewasa yang dapat berfungsi dengan baik di dalam masyarakat itu. 4. Fungsi Afeksi : Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih saying atau rasa dicintai. Dan hal ini dapat diterima di keluarga. 5. Fungsi Penentuan Status : Dalam memasuki sebuah keluarga, seseorang mewarisi suatu rangkaian status, keluarga juga berfungsi sebagai dasar

7 untuk memberi beberapa status sosial, seperti seorang kulit putih, kulit hitam, kaya dan miskin, dll. 6. Fungsi Perlindungan : Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis dan psikologis bagi seluruh anggotanya. 7. Fungsi Ekonomi : Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitif, para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu Pola Asuh Anak Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik,membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Tipologi gaya pola asuh Baumrind (1971) mengidentifikasi tiga pola yang berbeda secara kualitatif pada otoritas orangtua, yaitu authoritarian parenting, authoritative parenting, dan permissive parenting.

8 1. Authoritarian parenting ( Gaya pola asuh authoritarian ) Pola asuh orangtua yanga authoritarian adalah orangtua yang memberikan batasan batasan tertentu dan aturan yang tegas terhadap anaknya, tetapi memiliki komunikasi verbal yang rendah. Pola asuh ini merupakan cara yang membatasi dan bersifat menghukum sehingga anak harus mengikuti petunjuk orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha orangtua, contoh orangtua yang authoritarian akan berkata : kamu melakukan hal itu sesuai dengan cara saya atau orang lain. Dalam hal ini nampak sekali oangtua bersikap kaku dan banyak menghukum anak anak mereka yang melanggar, karena sikap otoriter orangtua. 2. Permisive parenting style ( Gaya pola asuh permisif) Pola asuh permisif menekankan ekspresi diri dan self regulation anak. Orangtua yang permisif membuat beberapa aturan dan mengijinkan anak anaknya untuk memonitor kegiatan mereka sebanyak mungkin. Ketika mereka membuat peraturan biasanya mereka menjelaskan alasan dahulu, orangtua berkonsultasi dengan anak tentang keputusan yang diambil dan jarang menghukum. Maccoby dan Martin (1983) menambahkan tipologi ini karena adanya tingkat tuntutan orangtua dan tanggapan yang ada. Dengan demikian pola asuh permisif terdiri dari dua jenis yaitu: a. Pola Asuh permisif yang penuh kelalaian b. Pengasuhan permisif yang pemurah

9 3. Autoritative Parenting Style ( Gaya Pola Asuh Autoritative ) Pola asuh yang bergaya autoritatif mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan tindakan mereka. Adanya sikap orangtus yang hangat dan bersifat membesarkan hati anak, dan komunikasi dua arah yang bebas membuat anak semakin sadar dan bertanggung jawab secara sosial. Hal ini disebabkan karena orangtua dapat merangkul dan mencarikan alasan untuk solusi di masa depan Defenisi Konsep Berikut adalah beberapa konsep penting yang digunakan dalam penelitian ini, defenisi konsep dimaksudkan untuk mempermudah pengertian terhadap fenomena yang ada sehingga dapat dijadikan panduan. 1. Pola Pengasuhan anak : orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. 2. Pemenuhan sosialisasi anak : bagaiamana sosialisasi yang diterima anak yang dibawa Ibu/Perempuan Penjual pakaian bekas ke kawasan jalan rupat sambu kota medan. 3. Ibu/perempuan penjual pakaian bekas: Perempuan sekaligus Ibu yang mempunyai anak dan melakukan seperangkat peran. 4. Lingkungan sosial jalan rupat sambu kota medan : Kawasan yang terletak di kecamatan Medan Timur, Kota Medan yang dilabelkan masyarakat

10 dengan sarang manusia buas yang memilki kondisi social yang keras,bebas dan control social yang kurang. 5. Fungsi perlindungan Ibu kepada anak : Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis dan psikologis bagi seluruh anggotanya, begitu juga dengan Ibu/perempuan penjual pakaian bekas tersebut melakukan fungsi perlindungan kepada anak yang dibwanya ke kawasan jalan rupat sambu kota medan 6. Status sosial/pendidikan Ibu : Status/Pendidikan terakhir yang dimilki oleh Ibu/Perempuan penjual pakaian bekas. 7. Double burden: Beban Kerja ganda Beban ganda, maksudnya: Perempuan mempunyai beban pekerjaan di luar rumah(sector public) dan sekaligus beban tanggung jawab diri sendiri, keluarga(sector domestic), beban kerja ganda merupakan salah satu dari lima bentuk ketidak-adilan gender yaitu : Marginalisasi, Subordinasi, Stereotipe (citra baku), Kekerasan. 8. Pola Asuh terhadap anak oleh Ibu/perempuan penjual pakaian bekas: bagaiamana pola asuh anak yang diterapkan oleh Ibu di tengah kondisi lingkungan yang tidak layak mendukung perekembangan anak, apakah dapat melakukan fungsi perlindungan dengan baik atau ikut larut dengan lingkungan eksternal tersebut.

11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu monteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong 2006). Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi Lokasi Penelitian ini adalah Kawasan Jalan Rupat Sambu Kota Medan yaitu pasar yang terkenal dengan istilah Sarang manusia buas karena memilki kontrol sosial yang kurang dan memilki lingkungan yang keras. Alasan pemilihan lokasi ini adalah terdapatnya unit analisis data yang dapat mendukung penelitian ini berupa ibu ibu penjual pakaian bekas yang melakukan seperangkat peran yaitu berjualan sambil menjaga anak di kawasan Jalan Rupat Sambu Kota Medan Unit Analisa Data Unit Analisis Adapun yang menjadi unit analisa data dalam penelitian ini adalah :

12 Informan kunci: 1. Ibu-ibu yang berjualan dan membawa anaknya ke kawasan jalan rupat sambu kota medan, dan minimal sudah berjualan di kawasan tersebut selama 6 bulan. Informan biasa: 1. Anak yang dibawa ke kawasan jalan rupat sambu kota medan oleh Ibu-ibu yang berjualan dan membawa anaknya ke kawasan jalan rupat sambu kota medan, dan minimal sudah berjualan di kwasan tersebur selama 6 bulan 2. Pedagang bekas lain di kawasan tersebut, langganan, dan pemuda setempat Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu: Data Primer, diperoleh melalui: 1. Wawancara mendalam seacara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, dengan demikian, kekhasan wawancara mendaam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Burhan Bungin 2008 : 108).

13 Hal-hal yang ingin diwawancara adalah berupa informasi mengenai pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh Perempuan/Ibu penjual pakaian bekas di Kawasan Jalan Rupat Sambu Kota Medan. 2. Observasi Partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Burhan Bungin 2008 : 116). Disini peneliti akan melakukan observasi ke lapangan, ikut juga serta berjualan dengan Ibu Ibu Penjual pakaian bekas yang melakukan peran pengasuhan anaka di kawasan Jalan Rupat Sambu Kota Medan dan bermain dengan anak anak yang dibawa oleh Ibu Ibu yang berjualan. Data Skunder, diperoleh melalui: 1. Studi kepustakaan, yakni dengan menggunakan buku-buku atau referensi lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. 2. Dokumentasi, dapat berupa foto atau rekaman video dan sebagainya 3. Penelusuran data Online melalui internet Interpretasi Data Disini peneliti akan menggelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, observasi partisipatif, studi kepustakaan, dokumentasi dan penelusuran data online, selanjutnya data-data tersebut akan dikategorisasi lalu mengadakan edit data dan dievaluasi dengan konsep konsep yang sudah ada dan menggabungkan dengan konsep-konsep yang akan ditemukan dilapangan, sampai akhirnya dapat disimpulkan dan disusun sebagai laporan akhir penelitian.

14 3.6. Jadwal Kegiatan No Kegiatan Bulan ke : Pra Observai x 2 Acc Judul x 3 Penyusunan Proposal Penelitian x x 4 Seminar Proposal Penelitian x 5 Revisi Proposal Penelitian x 6 Penelitian Ke Lapangan x 7 Pengumpulan Dan Analisis Data x 8 Bimbingan x x x x x 9 Penulisan Laporan Akhir x x x 10 Sidang Meja Hijau x x

BAB I PENDAHULUAN. memilki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. memilki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara yang memilki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa. SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4 1. Seorang anak sebagai generasi penerus dibekali dengan keimanan, ketakwaan serta pemahaman pada nilai

Lebih terperinci

SOSIOLOGI X SOSIALISASI TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI X SOSIALISASI TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut H.R. Otje Salman Soemadingrat (2002:173) perkawinan adalah implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan-ikatan kekeluargaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Jalan rupat sambu

Gambar 1. Jalan rupat sambu Gambar 1. Jalan rupat sambu Gambar 2. Seorang anak dari Ibu penjual pakaian bekas jalan rupat sambu sedang berkeliaran di kawasan SAMBU. Gambar 3 Peneliti sedang melakukan wawancara terhadap salah satu

Lebih terperinci

Materi 1 Sosiologi Kelas X Semester 2: A. Pendahuluan

Materi 1 Sosiologi Kelas X Semester 2: A. Pendahuluan Materi 1 Sosiologi Kelas X Semester 2: SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Standar Kompetensi: 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian Kompetensi Dasar: 2.1 Menjelaskan

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA BAB II PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA 2.1 Keluarga Sejahtera Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sosialisasi 2.1.1 Pengertian Sosialisasi Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan lebih mantap hasilnya setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pengolahan data dan Infomasi Badan Koordinasi Penanaman

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pengolahan data dan Infomasi Badan Koordinasi Penanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan KKL Pusat Pengolahan data dan Infomasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (Pusdatin BKPM) memikul tanggung jawab atas terlaksananya sistem pelayanan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology aktor-aktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology aktor-aktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Teori Peran Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Disiplin memiliki arti penting bagi setiap individu yang bertujuan atau ingin mencapai sesuatu. Sebagai contoh, individu yang ingin menjadi juara kelas, juara

Lebih terperinci

Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi

Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi 1 Kelompok Sosial dan Organisasi Banyak studi sosiologi meneliti bagaimana individu dibentuk oleh kelompok sosial mereka, dari keluarga ke negara negara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa menjadi orang tua merupakan masa yang alamiah terjadi dalam kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan. Menjadi orangtua membutuhkan

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan besar, baik perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini berkaitan erat dengan metode penelitian yang akan digunakan selama penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran dan peran peneliti di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Media Massa dan Proses Sosialisasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Sosialisasi dan Agen

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moeloeng, 2009) mendefinisikan

Lebih terperinci

Sifat Kodrat Manusia. Unsur-unsur Hakekat Manusia:

Sifat Kodrat Manusia. Unsur-unsur Hakekat Manusia: NENI KURNIAWATI Sifat Kodrat Manusia Unsur-unsur Hakekat Manusia: 1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga 2. Sifat kodrat manusia terdiri atas mahluk individu dan sosial 3. Kedudukan kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB III SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

BAB III SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN BAB III SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SKL 3: Mengidentifikasi proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian A. Pengertian Sosialisasi Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar terletak di Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dilihat dari obyek penelitiannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Moleong (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka budaya dengan lebih dari 700 suku bangsa. Terdapat 74.754 desa yang memiliki hukum/aturan lokal di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keluarga mempunyai dua sosok penanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan rumah tangga. Sosok ayah sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Culture Shock 2.1.1 Definisi Culture Shock Culture shock mengacu pada reaksi psikologis yang dialami individu karena berada ditengah budaya yang berbeda dengan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERSETUJUAN Inform Consent. Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

PERNYATAAN PERSETUJUAN Inform Consent. Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 45 Lampiran 1 PERNYATAAN PERSETUJUAN Inform Consent Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi DIII

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian perkawinan usia muda dan pengertian pola asuh serta berbagai macam bentuk pola asuhnya dari berbagai pengertian para ahli. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak - anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus tumbuh dan berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan manusia, karena sabaik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak akhir disebut juga sebagai usia sekolah dasar. Pada periode ini, anak dituntut untuk melaksanakan tugas belajar yang membutuhkan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap tergantung ke arah kemandirian. Pada mulanya seorang anak akan bergantung kepada orang-orang

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasinya. Salah satunya adalah merancang strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan. Termasuk makhluk hidup, seperti ada betina dan jantan untuk binatang dan tumbuhan, begitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun jenis pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun jenis pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitin Adapun jenis pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian deskriptif/non Statistik. Yang memiliki

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI hanyalah yang tidak mengandung nilai-nilai yang berlawanan dengan nilai-nilai partai. Biasanya dalam sistem komunikasi seperti itu, isi media massa juga ditandai dengan sejumlah slogan yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL SUMMARY SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi penelitian di SMA N 7 Surakart. Lokasi dari SMA N 7 Surakarta terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial juga seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Asertif menurut Corey (2007) adalah ekspresi langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian dipilih di Kabupaten Ponorogo karena Konflik antar dua perguruan pencak silat ini memang sering terjadi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Sikap Siswa Dalam Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Sikap Siswa Dalam Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Sikap Siswa Dalam Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah 25 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PELAKSANAAN TATA TERTIB SEKOLAH (Studi Eks-post facto di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Diri Hurlock (1978) menyatakan bahwa discipline is training in self control or education (teaching children what they should or should not do). It also means

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang

BAB II METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kuantitatif digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk memahami dan memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun masalah manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci