PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT DI KECAMATAN KEBON PEDES, KABUPATEN SUKABUMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT DI KECAMATAN KEBON PEDES, KABUPATEN SUKABUMI"

Transkripsi

1 PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT DI KECAMATAN KEBON PEDES, KABUPATEN SUKABUMI SKRIPSI RIDIYAWATI SUMARNA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN RIDIYAWATI SUMARNA. Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Budidaya padi sehat adalah cara bercocok tanam padi ramah lingkungan dengan mengurangi atau tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan seperti pestisida atau herbisida dan diganti dengan pestisida nabati atau agensi hayati. Padi sehat merupakan upaya untuk go organic, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan produksi padi, dan meningkatkan pendapatan petani. Namun, penerapan teknologi padi sehat ini masih sedikit yang melakukannya. Salah satu upaya untuk mengatasinya, yaitu dengan kemitraan. Petani padi sehat Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi telah melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan mekanisme pelaksanaan kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, (2) menganalisis pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, dan (3) menganalisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari April Responden penelitian ini adalah seluruh petani mitra di Kecamatan Kebon Pedes sebanyak 26 orang dan petani non mitra yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, statistika deskriptif, skala likert, analisis linier sederhana dan berganda, analisis pendapatan usahatani, rasio R/C, serta Uji Mann Whitney. Kemitraan yang berlangsung antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi termasuk dalam pola kemitraan dagang umum. Perusahaan mitra memberikan pinjaman benih dan modal kepada petani mitra, namun pendistribusiannya belum merata. Kemitraan ini dihubungkan oleh Gapoktan Mekar Tani yang bertugas menampung hasil produksi petani mitra dan mengatur pelaksanaan kemitraan lainnya. Pelaksanaan kemitraan di Gapokatan Mekar Tani hanya diatur oleh satu orang, yaitu ketua gapoktannya, sehingga pelaksanaan kemitraan belum maksimal. Persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya cukup positif. Secara umum petani mitra sudah merasa puas terhadap manfaat kemitraan (61,59 persen). Kemitraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Derajat penerapan teknologi padi sehat petani mitra dan non mitra berbeda signifikan, dengan perbedaan 18,44 persen. Selain kemitraan, ada faktor lainnya yang berpengaruh nyata terhadap penerapan teknologi padi sehat, yaitu pengalaman mengusahakan padi sehat. Pendapatan usahatani padi sehat dan rasio R/C petani mitra juga berbeda signifikan dengan petani non mitra, dengan perbedaan total pendapatan usahatani padi sehat petani mitra dengan petani non mitra sebesar 62,06 persen. Rasio R/C

3 atas biaya total petani mitra sebesar 1,79, sedangkan petani non mitra sebesar 1,30. Selain kemitraan, ada juga faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan petani padi sehat, yaitu pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, dan luas lahan.

4 PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT DI KECAMATAN KEBON PEDES, KABUPATEN SUKABUMI RIDIYAWATI SUMARNA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul Skripsi : Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Nama : Ridiyawati Sumarna NIM : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Ridiyawati Sumarna H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Februari Penulis adalah anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Ibunda Sukmawati dan Ayahanda Dedi Sumarna. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kebon Pedes 1 Bogor pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Angklung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB, Sekretaris Komisi 3 Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM) IPB, dan anggota Badan Pekerja Pemilihan Raya Majelis Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BP Pemira MPM KM) IPB periode , Sekretaris I Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FORMASI FEM) IPB periode , serta kepanitiaan lainnya. Penulis ikut serta dalam kegiatan Pekan Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis dan Pengabdian Masyarakat (PKM GT dan PKM MM) yang mendapatkan dana hibah dari Dinas Pendidikan (Dikti), sebagai ketua kelompok pada tahun Penulis juga mengikuti kegiatan IPB Goes To Field yang diselengarakan oleh LPMM IPB selama bulan Juni tahun Selama mengikuti pendidikan juga penulis menerima berbagai beasiswa, dari dalam maupun luar IPB, antara lain: Beasiswa LAZ Al Hurriyyah IPB periode , Beasiwa Bantuan Belajar (BBM) dari Dikti periode , Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari Dikti periode , dan Beasiswa Perusahaan Gas Negara melalui Karya Salemba Empat (KSE) tahun

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan mekanisme kemitraan, menganalisis pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan informasi mengenai kemitraan dan padi sehat. Bogor, Juni 2012 Ridiyawati Sumarna

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis, arahan, dukungan, waktu, dan kesabaran selama penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Saya mendapatkan lebih dari yang diharapkan. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama skripsi yang memberikan banyak masukan dan arahan terhadap penyempurnaan skripsi ini. 3. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan masukan mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik. 4. Tintin Sarianti, SP, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Agribisnis FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Agribisnis. 5. Kedua orangtuaku, Ibunda Sukmawati dan Ayahanda Dedi Sumarna tercinta, serta keluargaku tersayang yang telah memberikan perhatian, semangat, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya kepada penulis selama ini. 6. Bapak Ujang Zaenal Mutaqin (Ketua Gapoktan Mekar Tani), Bapak H. Soheh (Ketua Gapoktan Desa Jambenenggang), Bapak Ujang Jaenudin (Ketua Gapoktan Kebon Pedes), Bapak Badri (Perwakilan Desa Sasagaran), Ibu Fajar Dewi A. (Koordinator Medco Pure Farming), serta seluruh petani responden yang telah membantu pengambilan data dan infomasi selama penulis turun lapang. 7. Sahabat-sahabatku seperjuangan Rima Mutiara Phoenna, Atika Permata Sari, Rara June Azni, Lutfiah Nur, dan Tubagus Fazlurrahman yang telah membuat perjalanan ini semakin berwarna dan selalu membantu penulis. 8. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Rendi Seftian, Arifah Qurrotu Aina, dan Nuniek Sudiningsih atas kebersamaan, motivasi, doa dan perjuangannya. Kita bisa sukses bersama di masa depan.

10 9. Sahabat-sahabat di Agribisnis angkatan 45 (Iriana Wahyuningsih, Tia Oktaviana, Yulinda Nasti, Nadia Nurul Akmala, Trisna Demiyati, Fatma Sari Ode, Ivo Rosita, dan lainnya) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bentuk bantuan, semangat dan doa bagi penulis serta kebersamaannya yang luar biasa. Serta Agribisnis angkatan 43, 44, 46, dan Teman-teman FORMASI FEM, Gladikarya Cibodas Moo (Adnan, Layra, Liber, dan Risma), Keluarga 266 (Traya, Yasmine, Rara, Halimah, Ambar, dan Nur), 80 s Family (Rr. Dewi Suci C.I.A, Nina Tri Lestari, dan lainnya), PALASDA Angkatan IX, WASILAS, dan DPM KM MPM KM IPB atas dukungan, bantuan, persaudaraan dan kebersamaannya kepada penulis yang terjalin selama ini. 11. LAZ Al-Hurriyyah, Dikti, dan Perusahaan Gas Negara (PGN) serta Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah membantu penulis secara finansial selama menempuh pendidikan di IPB. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat sibutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Juni 2012 Ridiyawati Sumarna

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiv xviii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Penerapan Teknologi pada Padi Pendapatan Petani Padi Sehat Manfaat Kemitraan III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Pola Kemitraan Agribisnis Pola Kemitraan Inti Plasma Pola Kemitraan Subkontrak Pola Kemitraan Dagang Umum Pola Kemitraan Keagenan Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Pengaruh Penerapan Teknologi Baru terhadap Produksi Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Skala Likert Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaaan dan Biaya Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Analisis Regresi Linier Berganda Uji Statistik Mann Whitney V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi xix

12 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan Sumberdaya Manusia Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Responden Umur dan Jenis Kelamin Status dalam Rumah Tangga dan Jumlah Tanggungan Keluarga Tingkat Pendidikan Responden Pengalaman Usahatani Padi Sehat Luas dan Status Penguasaan Lahan Pekerjaan Utama dan Sampingan Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT Gambaran Umum Kemitraan Mekanisme Kemitraan Kontrak Kerjasama Kontrak Kerjasama Perusahaan Mitra dengan Gapoktan Mekar Tani Kontrak Kerjasama Gapoktan Mekar Tani dengan Petani Mitra Karakteristik Petani dalam Kemitraan Alasan Petani Bermitra Tempat Petani Menjual Gabah Padi Sehat dan Perbedaaan Harga yang diterima Lama Waktu Pembayaran kepada Petani Mitra Keluhan, Saran, dan Harapan Petani dalam Kemitraan Kendala Pelaksanaan Kemitraan Manfaat Kemitraan VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT Alasan Petani Mengusahakan Padi Sehat Hambatan dalam Mengusahakan Padi Sehat Bimbingan Teknologi Materi Penyuluhan dan Pelatihan Instansi yang Melaksanakan Penyuluhan dan Pelatihan Penerapan Teknologi Padi Sehat Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati Persiapan Lahan Pengadaan Benih Persemaian Penanaman Penyiangan Pemupukkan Pengendalian Hama dan Penyakit... 99

13 Panen Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Padi Sehat VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT Penerimaan Usahatani Padi Sehat Biaya Usahatani Padi Sehat Pendapatan Usahatani Padi Sehat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat IX KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Penduduk Indonesia yang Berusia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun Cara Perhitungan Pendapatan Usahatani Luas Lahan Basah dan Lahan Kering di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Luas Sawah di setiap Desa di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Rata-rata Kepemilikan Lahan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Status dalam Rumah Tangga dan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Penguasaan Sawah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Status Penguasaan Sawah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun

15 16. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Tanggal Kirim dan Jumlah Beras Sehat yang Dikirim Gapoktan Mekar Tani Setiap Bulan Tahun Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Perbedaan Harga Gabah Kering Giling (GKG) yang Diterima di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Lama Waktu Pembayaran Hasil Penjualan Gabah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Keluhan dalam Kemitraan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Saran yang Diberikan dalam Kemitraan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Manfaat Kemitraan yang Dihitung dengan Menggunakan Skla Likert pada Petani Mitra di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Output SPSS Pengaruh Manfaat Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Alasan Mengusahakan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Hambatan dalam Mengusahakan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan yang diadakan oleh suatu Instansi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun

16 31. Persentase Petani Responden Berdasarkan Kualitas Benih yang digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Jumlah Petani Responden Berdasarkan Warna Label Benih yang Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Benih yang Digunakan dan Perlakuan pada Benih di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Persemaian yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penanaman yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penyiangan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pemupukkan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Perhitungan Uji-t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Perhitungan Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun

17 45. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Pendapatan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun

18 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pola Kemitraan Inti-Plasma Pola Kemitraan Subkontrak Pola Kemitraan Dagang Umum Pola Kemitraan Keagenan Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Pengaruh Teknologi Baru terhadap Produksi Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Kemasan Beras Sehat Padi Sehat yang Terkena Penyakit Tungro Pembuatan Parit pada Sawah Penyiangan dengan Gasrok... 97

19 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Luas Panen, Hasil per hektar, dan Produksi Padi dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009/ Kuisioner Penelitian Karakteristik Petani Responden Karakteristik Petani Mitra Hasil Perhitungan Skala Likert untuk Mengukur Derajat Kemitraan Kegiatan Mengusahakan Padi Sehat dan Bimbingan Teknologi Perhitungan Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat Output SPSS dari Model Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Padi Sehat Hasil SPSS dari Model Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat

20 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peranan tersebut antara lain, meningkatkan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri, sebagai bahan baku industri dalam negeri serta pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian di saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun Satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat saat itu adalah sektor pertanian. 1 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 40 juta penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian secara luas, yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia yang Berusia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun No. Lapangan Pekerjaan Utama Tahun Jumlah (orang) 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha 8 Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Total Sumber: Badan Pusat Statistik (2012), Diolah 2 1 Lubis, F.A Agribisnis Membangun Pertanian dan Ekonomi. #.T9_CGIFlfMw [19 Juni 2012] 2 [BPS] Badan Pusat Statistik Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan [ 19 Juni 2012]

21 Penduduk Indonesia lebih banyak yang bekerja pada sektor pertanian dibandingkan sektor yang lainnya. Bahkan lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan sektor perdagangan. Berarti bekerja di sektor pertanian paling diminati oleh penduduk Indonesia, salah satunya sebagai petani. Namun, pendapatan rumah tangga petani tanaman pangan, terutama padi, hanya Rp ,00 per bulan dengan rata-rata kepemilikan lahan dibawah 0,25 ha. Itu pun bila panenya dalam kondisi bagus. 3 Pemberdayaan atau empowerment adalah langkah yang harus diambil untuk meningkatkan posisi petani. Pemberdayaan berarti membuat petani berdaya, mampu, kuat, dan mandiri (Sumardjo et al. 2004). Untuk meningkatkan pendapatan petani di Indonesia diperlukan berbagai upaya strategis, salah satunya dengan kemitraan. Kemitraan diharapkan dapat memberi keuntungan kepada kedua belah pihak yang bermitra dan juga berkelanjutan. Hal ini akan tercapai jika ada transparansi, kejujuran, dan saling percaya di antara kedua belah pihak. Kemitraan diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala yang dihadapi oleh petani seperti keterbatasan modal dan teknologi, mutu produk yang masih rendah, dan masalah pemasaran. Berbagai alasan melatarbelakangi petani melakukan kemitraan dengan pihak lain. Alasan yang paling mendasari petani melakukan kemitraan yaitu terjaminnya pasar. Alasan-alasan lainnya, yaitu tersedianya bibit atau benih, produktivitas lebih tinggi, ada kegiatan pendampingan, mengikuti petani lain, tersedianya pupuk, dan diajak petugas pendamping. Namun pada kenyataannya, penerapan kemitraan di lapangan sering menghadapi masalah, baik yang berasal dari petani maupun dari pihak perusahaan yang menyebabkan kemitraan yang dibangun tidak dapat berlanjut karena ada pihak yang dirugikan (Purnaningsih 2007). 4 Kemitraan antara industri dan masyarakat telah tercantum dalam Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN) tahun Dalam GBHN tersebut tertera bahwa tata hubungan dan kerjasama kemitraan antara pengusaha besar dengan pengusaha skala kecil atau menengah yang masih tertinggal perlu dibina, dijalani 3 Maspary Petani Indonesia Masih Miskin. [ 19 Juni 2012] 4 Purnaningsih N Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. [24 Januari 2012]

22 dalam suasana saling membantu serta saling menguntungkan sebagai suatu perwujudan suatu kesatuan ekonomi nasional. Berbagai kesuksesan pernah diraih, namun juga berbagai program kemitraan gagal dijalankan. Studi objektif tentang keberhasilan dan kegagalan tentunya sangat dibutuhkan untuk dijadikan bahan masukkan bagi perbaikan program kemitraan selanjutnya (Sumardjo et al. 2004). Subsektor pertanian secara luas sudah pernah dijalankan dengan kemitraan, seperti kehutanan dan perkebunan, peternakan, hortikultura, perikanan dan lainnya. Contoh kemitraan yang dilakukan pada subsektor kehutanan dan perkebunan yaitu antara PT. Surya Hutani dan PT. Pasir Kutai Agroforesy dengan masyarakat dalam rangkan pengembangan hutan tanaman industry (HTI) di Kalimantan Timur. Kemitraan pada subsektor kehutanan dan perkebunan telah didukung oleh Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 318/Kpts- II/1999 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pengusaan Hutan dan No. 107/Kpts-II/1999 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, yang menekankan mengenai pola kemitraan. Di Indonesia kemitraan usaha telah tumbuh sejak pertengahan tahun 70- an. Namun perkembangannya sangat lambat. Penyebabnya adalah kondisi dan struktur perekonomian Indonesia yang masih diwarnai oleh mekanisme pasar yang belum efesien dan efektif, juga masih banyaknya bentuk kesenjangan yang terjadi seperti kesenjangan antardaerah, kesenjangan pendapatan, kesenjangan antarsektor, kesenjangan antarpelaku ekonomi, dan sebagainya. 5 Kemitraan dalam komoditi tanaman pangan khususnya padi telah dilakukan di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data BPS Jawa Barat pada Lampiran 1, Kabupaten Sukabumi menempati posisi keempat terbesar di Jawa Barat yang memproduksi padi pada tahun 2009/2010 sebanyak 0,8 juta ton. Padi yang telah dikembangkan dalam kemitraan di Kabupaten Sukabumi bukan padi konvensional, namun padi sehat. Budidaya padi sehat adalah cara bercocok tanam padi ramah lingkungan dengan mengurangi atau tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan seperti pestisida atau herbisida dan diganti dengan pestisida nabati atau agensi hayati. Penggunaan pupuk kimia juga dikurangi sebanyak mungkin 5 Anonim. Bab IV Kemitraan Sebagai Usaha Strategis Memasuki Pasar Global. [27 Juni 2012]

23 dan menggantikannya dengan pupuk kompos. Budidaya padi sehat ini sama seperti budidaya padi organik, tetapi padi sehat belum seluruhnya bebas dari bahan kimia karena masih adanya kemungkinan residu kimia pada lahan. Pengurangan bahan kimia dan diganti dengan bahan ramah lingkungan akan menghasilkan padi yang lebih aman untuk lingkungan dan hewan, terutama untuk manusia karena sehat untuk dikonsumsi. Kualitas dan rasa pun lebih enak dan pulen. Padi sehat merupakan upaya untuk go organic, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan produksi padi, dan meningkatkan pendapatan petani. Budidaya padi sehat di Kabupaten Sukabumi sudah dilakukan dengan menggunakan teknik budidaya System of Rice Intensification (SRI). Pola SRI organik pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1999 yaitu cara bertanam padi tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pupuk yang digunakan berasal dari jerami, limbah gergaji, sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk dasar. Pupuk kompos ini kaya mikroorganisme yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah, sekaligus menjaga kesehatan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan hama. Padi sehat menggunakan pupuk kimia yang jumlahnya setengah lebih rendah dari pupuk konvensional. Bahkan, dua sampai tiga tahun kemudian, kebutuhan pupuk kimia akan menjadi nol. Padi sehat di Kecamatan Sukabumi masih dalam tahap pengembangan. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak agar pengembangan padi sehat di Kecamatan Sukabumi berjalan dengan cepat. Diperlukan juga langkah-langkah yang strategis untuk mengkomunikasikan penerapan teknologi ini secara luas kepada petani agar lebih lebih banyak yang menggunakannya, salah satunya dengan kemitraan. Pengembangan padi sehat dengan teknik budidaya SRI ini tidak hanya didukung oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta. Perusahaan yang sudah melakukan pengembangan padi sehat salah satunya adalah PT. Medco Intidinamika yang telah berhasil melakukan uji coba penanaman SRI di lahan 7,5 ha dan akan memperluas lahan penanaman SRI dengan konsep kemitraan dengan petani dan perbankan di lahan 100 ribu ha dengan anggaran Rp 100 miliyar. 6 6 Anonim. Padi Organik : Petani Untung, Lingkungan Sehat. [06 Januari 2012]

24 Salah satu daerah yang menjalin kemitraan dengan perusahaan ini adalah Kecamatan Kebon Pedes di Kabupaten Sukabumi. Kemitraan seharusnya dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas usahatani padi sehat melalui penerapan teknologi budidaya yang benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain adanya potensi dalam penerapan kemitraan juga adanya tantangan. Kemitraan merupakan suatu inovasi untuk meningkatkan penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Maka perlu dilakukannya analisis pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dengan PT. Medco Intidinamika melalui proyek yang bernama Medco Pure Farming (MPF). Proyek tersebut akan dievaluasi pada akhir tahun Dengan diadakannya penelitian ini, dapat diketahui manfaat yang dirasakan oleh petani selama kemitraan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian evaluasi proyek tersebut Perumusan Masalah Kemitraan pada komoditi padi sehat masih jarang yang melakukannya. Hal ini dikarenakan padi sehat termasuk komoditi baru yang dikembangkan di Indonesia setelah dilaksanakannya revolusi hijau. Pengetahuan dan penerapan teknologi dalam usahatani padi sehat yang masih kurang di masyarakat, menjadikan komoditi ini lebih berisiko untuk dikembangkan, sehingga masih sedikit kerjasama yang dilakukan pada komoditi ini. Perkembangan padi sehat yang masih baru ini, diperlukan berbagai penelitian agar risiko yang dihadapi oleh berbagai pihak dalam kemitraan dapat berkurang. Pada bulan Juni 2011, Kabupaten Sukabumi telah melakukan panen padi sehat System of Rice Intensification (SRI) di Kecamatan Kebon Pedes. 7 Kecamatan ini merupakan daerah penghasil padi sehat terbesar di Kabupaten Sukabumi. Petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes telah melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika melalui proyek yang bernama Medco Pure Farming (MPF). MPF merupakan suatu proyek yang dilakukan oleh PT. Medco Intidinamika melalui Business Development Department sejak tahun Anonim. Sekda Panen Padi Organik. [17 November 2011]

25 Pada akhir tahun 2012, proyek ini akan dievaluasi dengan berbagai penilaian perusahaan. Bila MPF lolos evaluasi maka proyek ini akan dijadikan unit bisnis. Kemitraan ini tidak dilakukan secara langsung antara petani dengan perusahaan mitra, namun dihubungkan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar Tani yang berada di Desa Jambenenggang, Kecamatan Kebon Pedes. Gapoktan Mekar Tani merupakan gapoktan di Kecamatan Kebon Pedes yang telah mengembangkan padi sehat. Gapoktan ini telah disahkan oleh SK Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.273/KTSP/OT/4/2007. Kemitraan ini sudah dilakukan sejak tahun 2010 namun belum dibuat dalam kontrak tertulis. Selama kemitraan tahun 2010, Gapoktan Mekar Tani dan MPF mulai menyusun pembuatan kontrak kerjasama dengan melakukan negosiasi bisnis. Baru pada awal tahun 2011, kemitraan berjalan sesuai dengan kontak kerjasama tertulis yang disetujui bersama. Saat ini Gapoktan Mekar Tani belum dapat memenuhi pasokan beras sehat kepada PT. Medco Intidinamika karena keterbatasan lahan di Desa Jambenenggang. Luas sawah di Desa Jambenenggang sebesar 100 ha atau hanya 14,31 persen dari total sawah di Kecamatan Kebon Pedes. Desa ini merupakan desa dengan luas sawah yang tersempit di Kecamatan Kebon Pedes. Itupun hanya sebagian kecil yang ditanam padi sehat. Sedangkan PT. Medco Intidinamika memerlukan pasokan beras sehat rata-rata sebesar empat ton beras sehat per bulan. Maka gapoktan ini melakukan kerjasama dengan gapoktan atau kelompok tani (poktan) di dalam maupun di luar Kecamatan Kebon Pedes, terkait pasokan gabah padi sehat dengan membuat MOU (memorandum of understanding). Petani padi sehat mitra di Kecamatan Kebon Pedes dan PT. Medco Intidinamika memiliki kekuatan dan kelemahan yang jika digabungkan maka akan saling sinergi. Dengan kemitraan yang baik, akan ada transfer pengetahuan, teknologi, serta modal dari PT. Medco Intidinamika ke petani sehingga penerapan teknologi budidaya padi sehat semakin baik dan pendapatan petani meningkat. PT. Medco Intidinamika juga akan mendapatkan pasokan beras sehat sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan.

26 Dari pemaparan tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana mekanisme proses kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi? 2. Bagaimana pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi? 3. Bagaimana pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan mekanisme proses kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. 2. Menjelaskan pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. 3. Menjelaskan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Petani Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi mengenai pengaruh kemitraan yang dilakukan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan agar menjadi bahan pertimbangan keberlanjutan pelaksanaan kemitraan. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini sebagai masukan yang berguna bagi pihak perusahaan dalam pelaksanaan kemitraan yang dapat diterapkan dalam menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan petani padi sehat. 3. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai sarana menambah pengetahuan dan pembelajaran penulis mengenai usahatani padi sehat dan kemitraan.

27 4. Bagi Pembaca Penelitian ini sebagai referensi bagi penelitian lain yang terkait dengan padi sehat dan kemitraan. 5. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang terkait dengan pengembangan kemitraan.

28 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi Berbagai teknologi tanaman padi telah diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Penerapan teknologi pada padi yang sudah dilakukan oleh petani, yaitu System of Rice Intensification (SRI), teknologi padi hibrida, dan pengendalian hama terpadu. Penelitian mengenai penerapan teknologi tersebut sudah dilakukan. Astuti (2007) dan Putri (2011) telah melakukan penelitian mengenai penerapan teknologi padi System of Rice Intensification (SRI). Sedangkan penelitian mengenai penerapan teknologi padi hibrida dan metode pengendalian hama terpadu pada padi telah dilakukan oleh Basuki (2008) dan Surya (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) dan Putri (2011) mengenai penerapan teknologi SRI mempunyai tujuan penelitian mereka berbeda. Tujuan penelitian Astuti (2007) adalah mengevaluasi penerapan teknologi SRI, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi SRI, menganalisis pendapatan, dan efesiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi SRI. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) mempunyai tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi penerapan pertanian organik dan persepsi petani tentang karakteristik pertanian organik serta pengaruhnya terhadap penerapan teknologi. Astuti (2007) yang melakukan penelitian di Desa Margahayu Kabupaten Tasikmalaya menjelaskan pada umumnya petani responden sudah melaksanakan sebagian besar unsur-unsur teknologi SRI sesuai anjuran karena lebih dari setengah jumlah responden melakukan unsur-unsur teknologi SRI, antara lain pengelolaan air secara terputus-putus, penanaman dengan satu bibit muda per rumpun, penyiangan minimal sebanyak tiga kali, penanaman dangkal, dan posisi perakaran seperti huruf L dengan jarak tanam minimal 25 x 25 cm. Sedangkan hasil penelitian Putri (2011) adalah semakin positif persepsi petani terhadap penerapan teknologi maka budidaya yang dilakukan mengarah pada penerapan pertanian organik, semakin luas lahan yang dikelola maka semakin positif persepsinya terhadap pertanian organik, serta semakin petani berani mengambil risiko, terbuka dengan informasi, dan semakin

29 kosmopolit petani maka semakin positif persepsinya tentang karakteristik inovasi pertanian organik. Selain penerapan teknologi padi SRI, penelitian mengenai penerapan teknologi padi hibrida dan metode pengendalian hama terpadu pada padi telah dilakukan oleh Basuki (2008) dan Surya (2002). Penelitian ini sama-sama dilakukan di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh Basuki (2008) dilakukan di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang dengan menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil penelitian ini menunjukan ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida, yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total, dan umur. Luas lahan dan status lahan bukan milik berpengaruh positif, sedangkan rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total dan umur, berpengaruh negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Surya (2002) mengenai metode pengendalian hama terpadu (PHT). Sama seperti Basuki (2008), penelitian ini menggunakan regresi logistik karena ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani menerapkan usahatani padi metode PHT, yaitu mengikuti kursus Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), luas lahan, dan biaya tenaga kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi metode PHT lebih rendah melakukan aplikasi pestisida kimia dalam satu musim tanam. Pengendalian hama secara mekanis melalui pengamatan lebih diutamakan dalam metode PHT, dengan tujuan pengendalian akhir (tindakan kuratif), sedangkan tujuan aplikasi kimia dalam metode konvensional, yaitu untuk pencegahan terhadap serangan hama (tindakan preventif) Pendapatan Petani Petani Padi Sehat Padi sehat sudah dikembangkan tidak hanya di daerah Sukabumi tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia. Namun penelitian mengenai padi sehat masih sedikit yang melakukannya. Penelitian mengenai pendapatan padi sehat sudah dilakukan oleh Fatullah (2010), Permatasari (2011), dan Gultom (2011). Permatasari (2011) melakukan juga analisis efesiensi teknis dan peran kelembagaan, sedangkan Gultom (2011) meneliti juga mengenai faktor-faktor

30 yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat. Tempat penelitian ketiganya sama-sama dilakukan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena desa ini merupakan salah satu sentra produksi padi dan telah menerapkan pertanian padi sehat. Fatullah (2010) membandingkan usahatani padi sehat dengan padi konvensional dilihat dari teknis budidaya dan analisis pendapatan. Perbedaan yang paling mendasar pada teknis budidaya usahatani padi sehat dan padi konvensional terletak pada kegiatan budidaya yang lebih banyak dilakukan pada padi sehat, seperti kegiatan persiapan benih, pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan pupuk cair yang lebih sering dilakukan daripada usahatani konvensional. Hasil analisis usahatani yang dilakukan oleh Fatullah (2010), Gultom (2011), dan Permatasari (2011) berbeda. Hasil analisis Fatullah (2010) menunjukkan pendapatan atas biaya tunai usahatani padi sehat lebih besar dibandingkan petani padi konvensional. Petani sehat dapat memperoleh penerimaan bersih Rp ,22 dari pendapatan total usahatani. Sementara petani padi konvensional memperoleh sebesar Rp ,53 dari pendapatan total usahatani. Sedangkan hasil analisis yang dilakukan oleh Gultom (2011), pendapatan atas biaya total petani padi sehat sebesar Rp ,56. Adanya perbedaan hasil analisis antara Fatullah dan Gultom pada pendapatan atas biaya tunai usahatani padi sehat karena biaya tunai dari sewa lahan pada petani yang menjadi responden Gultom biayanya lebih besar. Hasil analisis Permatasari (2011) menunjukkan bahwa pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total yang paling besar diperoleh petani pemilik, sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan paling kecil dibandingkan petani lain. Berdasarkan hasil analisis Gultom (2011), nilai imbangan penerimaan atas biaya atau R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total yaitu sebesar 2,10 dan 1,22. Efesiensi usahatani melalui R/C atas biaya yang dilakukan oleh Fatullah (2010), nilai R/C usahatani padi sehat memiliki nilai yang lebih kecil dari R/C usahatani padi konvensional, hanya berselisih 0,03. Hasil analisis Permatasari (2011), petani penggadai memiliki R/C yang paling besar dibandingkan petani

31 lain. Sementara petani penyangkap yang merupakan mayoritas petani di lokasi penelitian memperoleh nilai R/C yang paling kecil dibandingkan petani yang lain. Hal ini diduga dikarenakan sistem bagi hasil yang tidak adil sehingga merugikan petani penyakap. Selain analisis pendapatan usahatani berbagai penelitian mengenai padi sehat juga pernah dilakukan, seperti analisis efesiensi, kelembagaan, dan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi. Hasil analisis efesiensi teknis berdasarkan estimasi dari parameter Maximum Likelihood untuk fungsi produksi Cobb- Douglas Stochastic Frontier yang dilakukan oleh Permatasari (2011), menunjukkan bahwa variabel luas lahan, pupuk kompos, dan pupuk urea berpengaruh pada peningkatan produksi padi sehat. Tingkat efesiensi teknis ratarata usahatani padi sehat adalah 62 persen dari produksi maksimum. Faktor-faktor inefesiensi teknis yang berpengaruh pada peningkatan efesiensi teknis adalah dummy status kepemilikan lahan yang dibedakan menjadi petani pemilik, penyewa, penyakap, dan penggadai. Sedangkan hasil analisis peranan kelembagaan menunjukkan bahwa adanya kelembagaan petani di Desa Ciburuy seperti kelompok tani dan koperasi, keberadaannya telah dirasakan efektif oleh para petani. Manfaat yang paling banyak dirasakan dari adanya kelompok tani adalah kemudahan mendapat modal. Sementara manfaat yang paling banyak dirasakan oleh anggota koperasi adalah kemudahan mendapatkan modal dan memperoleh input produksi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat yang dianalisis oleh Gultom (2011) adalah pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati, sedangkan faktor produksi benih dan tenaga kerja tidak berpengatuh nyata baik pada selang kepercayaan 85 persen dan 95 persen Manfaat Kemitraan Kemitraan terjalin antara dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan masing-masing yang akhirnya kedua belah pihak mendapatkan manfaat dari kemitraan tersebut. Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi berbagai masalah dalam sistem agribisnis di Indonesia. Dengan kemitraan diharapkan terjadi transfer informasi, teknologi, modal, dan sumberdaya lainnya dari pihak satu ke pihak lainnya.

32 Manfaat kemitraan telah banyak dirasakan oleh para petani. Manfaat kemitraan yang dirasakan oleh petani kacang tanah di Desa Palarang, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur yang bekerjasama dengan PT. Garudafood, yaitu adanya jaminan pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan petani, dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah (Aryani 2009). Peternak ayam boiler di Cibinong, Bogor yang melakukan kemitraan dengan CV. Tunas Mekar Farm mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga, jaminan teknis, dan bantuan operasional. Kemitraan yang dijalankan dengan pola inti plasma ini telah berjalan selama 6 tahun, lebih menekankan pada kerjasama hasil dan bimbingan teknis. Peternak juga mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan seperti bimbingan teknis dan pemberian sarana produksi ternak. (Febridinia 2010). CV. Bimandiri yang bekerjasama dengan petani semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah tidak menyediakan bantuan dalam bentuk modal, tetapi memberikan bantuan dalam bentuk suplai bibit dan pembinaan petani, serta penjaminan pasar (Damayanti 2009). Petani tebu yang bermitra dengan pabrik gula (PG) Karangsuwung mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah melalui bank kepada petani seperti kredit ketahanan pangan (KKP) untuk pengadaan input (Astria 2011). Petani tebu di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah juga mendapatkan KKP dengan melakukan kemitraan dengan PG milik PT. Kebon Agung. Petani tebu responden yang diteliti oleh Najmudinrohman (2010), memanfaatkan fasilitas kredit sebanyak 81,8 persen, sisanya tidak mengambil kredit karena tidak ingin menanggung hutang. Dalam pengajuan kredit, PG berperan sebagai avalis yaitu penanggung jawab risiko kegagalan pengembalian kredit. Petani pun mendapatkan kredit akselerasi dari Dinas Perkebunan yang dikhususkan bagi penanaman tebu baru. Bunga kredit tersebut tujuh persen per tahun. Pembayaran kredit dipotong dari pembayaran nota gula saat musim giling. Seluruh petani tebu mitra yang menjadi responden juga menerima pupuk bersubsidi. Pembinaan pada petani mitra tidak hanya dilakukan oleh perusahaan mitra tetapi juga oleh pihak lain yang masih berhubungan. Seperti petani pembuat gula kelapa di Kabupaten Ciamis yang bekerjasama dengan PT. Samudera Jaya Abadi (SJA) mendapatkan pembinaan tidak hanya dari perusahaan mitra tetapi juga dari

33 Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) dan Yayasan Cikal Sinergi (Rahmat 2011). Manfaat kemitraan tidak hanya dirasakan oleh petani tetapi juga oleh perusahaan mitra. Manfaat bagi perusahaan yang diteliti oleh Febridinia (2010) adalah mendapatkan pasokan, menghemat biaya produksi, dan bertambahnya mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Sedangkan manfaat yang diterima oleh PT. Aqua Farm Nusantara yang diteliti oleh Cahyono et al. (2007) yang bermitra dengan kelompok tani ikan di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah untuk untuk menjaga keberlanjutan suplai bahan baku produk olahan ikan nila serta untuk mendapatkan ikan yang mempunyai daya tahan yang baik terhadap perubahan lingkungan pada saat pembesaran ikan. Petani yang melakukan kemitraan seharusnya mempunyai pendapatan yang lebih besar dari pada petani yang tidak melakukan kemitraan. Hal ini dikarenakan telah adanya transfer informasi, teknologi, modal, atau sumberdaya lainnya sehingga usahatani yang dilakukan dapat lebih efesien dan efektif. Petani tebu yang melakukan kemitraan mempunyai penerimaan lebih tinggi dan biaya lebih rendah dibandingkan petani yang tidak melakukan kemitraan (Najmudinrohman 2010). Produksi rata-rata petani mitra sebesar 780,55 kwintal per ha. Biaya petani mitra lebih rendah karena pengalokasian input produksi lebih efisien, misalnya petani mitra memiliki tenaga kerja tetap sehingga upah tenaga kerja lebih rendah karena adanya keberlangsungan pekerjaan bagi tenaga kerja tersebut. Petani semangka yang melakukan kemitraan, pendapatan atas biaya total lebih besar dibandingkan petani non mitra (Damayanti 2009). Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan harga jual semangka petani non mitra. Keuntungan petani mitra ini juga disebabkan karena harga jual semangka petani mitra tidak terkena fluktuasi harga. R/C atas biaya total petani mitra relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukan oleh Aryani (2009), petani mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas

34 biaya total. Hasil R/C rasio pun jauh lebih besar petani mitra. R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. Sedangkan hasil perhitungan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani non mitra adalah 1,92 dan 0,96. Pada kenyataannya tidak semua petani atau peternak yang melakukan kemitraan mempunyai pendapatan yang lebih besar dibandingkan non mitra. Walaupun pendapatan atas biaya total yang diterima oleh peternak mitra lebih besar Rp daripada yang diterima peternak non mitra yang diteliti oleh Febridinia (2010), namun biaya yang dikeluarkan peternak non mitra baik biaya tunai ataupun biaya diperhitungkan dan R/C, tidak berbeda jauh dengan biayabiaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Deshinta (2006) mengenai kemitraan yang dilakukan oleh PT. Sierad Produce dengan Peternak Ayam Boiler di Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan uji-t menunjukkan hasil bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Walaupun demikian, peternak memperoleh banyak manfaat dari keikutsertaannya di dalam kemitraan seperti bantuan modal, bimbingan dan penyuluhan serta pemasaran hasil. Ada juga petani yang mengalami kerugian setelah melakukan kemitraan. Astria (2011) telah melakukan analisis kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula (PG) Karangsuwung. Usahatani tebu yang dilakukan petani mitra menguntungkan berdasarkan hasil analisis R/C rasio atas biaya tunai petani mitra sebesar 1,52. Tetapi berdasarkan perhitungan R/C atas biaya total didapatkan hasil sebesar 0,60. Dilihat dari R/C rasio atas biaya total dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang diikuti oleh petani mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan adanya biaya transaksi yang mahal. Kemitraan pada usaha gula kelapa yang diteliti oleh Rahmat (2011) merugikan petani karena harga yang diterima lebih rendah dari harga pasar. Walaupun demikian, petani masih sangat tergantung dengan pinjaman modal dari perusahaan mitra. Diperlukan suatu perencanaan yang baik dan kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu perjanjian tertulis yang menjelaskan hak dan kewajiban agar semua pihak yang menjalin kerjasama dalam bingkai kemitraan dapat merasakan manfaatnya. Kemitraan yang dijalankan oleh CV. Bimandiri dengan petani

35 semangka telah dirumuskan dalam sebuah memo kesepakatan antara kedua belah pihak yang memuat hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam pelaksanaan program kemitraan, kedua belah pihak telah menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kesepakatan bersama (Damayanti 2009). Sedangkan kajian kemitraan yang dilakukan Suci (2011) pada PT. Agrowiyana Kabupaten Tanjung Barat Provinsi Jambi yang melakukan kemitraan dengan petani kelapa sawit dengan pola kemitraan yang berbeda, yaitu Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA) dan Perkebunan Inti Rakyar (PIR) Trans. Mekanisme pelaksanaan kemitraan pola KKPA dan PIR Trans tidak terlalu berbeda. Secara keseluruhan mekanisme kerjasama dengan petani KKPA dan PIR Trans meliputi penyediaan sarana produksi sebelum masa konvensi, pembinaan, sistem panen, sistem sortasi, penetapan harga, dan pembayaran tandan buah segar. Pelaksanaan kemitraan dibuat berdasarkan perjanjian kerjasama yang berisi hak dan kewajiban serta hasil kesepakatan kedua belah pihak sehingga pihak inti sudah merasa cukup dipercaya dan diterima oleh petani plasma. Kemitraan dalam pelaksanaanya ada yang terjadi ketidaksesuaian antara hak dan kewajiban walaupun sudah terdapat kontrak tertulis. Budiningrum (2011) melakukan penelitian mengenai kemitraan petani padi dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika (LPS-DDR) di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Kemitraan yang terjalin berupa kemitraan dalam pengadaan beras sae (sehat, aman, dan enak) yang merupakan beras semi organik. Kendala kemitraan yaitu ketidaksesuaian hak dan kewajiban, pelaksanaan cenderung top down, dan ketiadaan penjaminan risiko produksi. Namun secara keseluruhan kemitraan telah berlangsung dengan cukup baik yaitu sebesar 61,5 persen hak dan kewajiban sudah sesuai dengan kesepakatan. Berdasarkan hasil perhitungan customer satisfication index (CSI) diperoleh hasil keseluruhan atribut pelayanan kemitraan adalah sebesar 77,55 persen. Nilai tersebut mengindikasi bahwa secara umum petani mitra sudah puas dengan pelaksanaan kemitraan. Penelitian mengenai analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler studi kasus kemitraan Dramaga Unggas Farm (DUF) di Kabupaten Bogor telah dilakukan oleh Saputra (2011). Pola kemitraan yang

36 dijalankan adalah inti plasma, dimana masing-masing memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kemitraan. Inti berperan membatu plasma dalam hal permodalan, sedangkan plasma menyediakan kandang dan biaya pemeliharaan. Pemasaran hasil panen dilakukan oleh inti dengan harga yang telah ditetapkan dalam kontrak. Namun dalam kenyataannya peternak plasma menjadi pihak yang lebih lemah posisinya karena kontrak kemitraan yang disepakati merupakan aturan baku yang dibuat oleh inti tanpa adanya perundingan mengenai isi kontrak tersebut. Secara umum peternak plasma sudah merasa puas dengan kinerja-kinerja atribut kemitraan DUF, dimana hasil perhitungan CSI sebesar 69,68 persen. Pada penerapan kemitraan, ada juga yang belum disertai dengan kontrak tertulis seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2011). Perencanaan kemitraan hanya dilakukan oleh perusahaan mitra saja. Tidak ada kejelasan mengenai peranan masing-masing pihak yang bermitra. Penentuan harga produk (gula kelapa) belum melibatkan semua pihak yang bermitra dan pelaksanaan kemitraan tidak dilakukan secara transparan.

37 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan teknologi baru terhadap produksi, dan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani Konsep Kemitraan Konsep kemitraan berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumardjo et al. (2004) mengatakan kemitraan sebagai sebuah sistem, harus memiliki unsur-unsur berikut ini: 1. Input (sumberdaya), yaitu material, uang, manusia, informasi, dan pengetahuan merupakan hal yang didapat dari lingkungannya dan akan memiliki kontribusi pada produksi output. 2. Output, seperti produk dan pelayanan adalah hasil dari suatu kelompok atau organisasi. 3. Teknologi, yaitu metode dan proses dalam transformasi input menjadi output. 4. Lingkungan, yaitu keadaan di sekitar kelompok mitra dan perusahaan mitra yang dapat mempengaruhi jalannya kemitraan. 5. Keinginan, yaitu strategi, tujuan, rencana dari pengambil keputusan. 6. Perilaku dan proses, yaitu pola perilaku, hubungan antar kelompok atau organisasi dalam proses kemitraan. 7. Budaya, yaitu norma, kepercayaan, dan nilai dalam kelompok mitra dan perusahaan mitra. 8. Struktur, yaitu hubungan antar individu, kelompok, dan unit yang lebih besar.

38 Pola Kemitraan Agribisnis Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar. Adapun bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud adalah Pola Kemitraan Inti Plasma, Pola Kemitraan Subkontrak, Pola Kemitraan Dagang Umum, Pola Kemitraan Keagenan, dan Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (Sumardjo et al, 2004) Pola Kemitraan Inti Plasma Pola kemitraan inti plasma merupakan hubungan antar petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Untuk lebih jelas pola kemitraan inti plasma dapat dilihat pada Gambar 1. Plasma Plasma Perusahaan Plasma Plasma Gambar 1. Pola Kemitraan Inti-Plasma Sumber : Sumardjo et al. (2004) Keunggulan dari pola kemitraan ini yaitu tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, tercipta peningkatan usaha, dan dapat mendorong perkembangan ekonomi. Sedangkan kelemahan dari pola ini yaitu pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya, komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma, dan belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan harga komoditas plasma.

39 Pola Kemitraan Subkontrak Pola kemitraan subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Keunggulan dari pola ini adalah adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang mencangkup volume, harga, mutu, dan waktu. Dalam banyak kasus, pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas, serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Hubungan kemitraan pola subkontrak dilihat pada Gambar 2. Kelompok Mitra Kelompok Mitra Pengusaha Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Gambar 2. Pola Kemitraan Subkontrak Sumber : Sumardjo et al. (2004) Sedangkan kelemahan pada pola ini antara lain : a. Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi produsen kecil dan menengah mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama pada penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran. b. Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak. Perasaan saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling menghidupi berubah menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan harga rendah. c. Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem pembayaran yang tepat. Dalam kondisi ini, pembayaran produk perusahaan inti sering terlambat bahkan cenderung dilakukan secara konsinyasi Pola Kemitraan Dagang Umum Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak

40 pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. Dalam kegiatan agribisnis pola ini telah dilakukan, khususnya hortikultura. Beberapa petani atau kelompok tani bergabung dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya kemudian bermitra dengan toko swalayan atau mitra usaha lainnya. Kelompok mitra tersebut bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama. Pola hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Konsumen/Industri Memasarkan Produk Kelompok Mitra Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang Umum Sumber : Sumardjo et al. (2004) Keunggulan dari pola ini yaitu kelompok mitra atau koperasi tani berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra memasarkan produk kelompok mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan pihak kelompok mitra karena tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen. Keuntungan dalam pola kemitraan ini berasal dari margin harga dan jaminan harga produk yang diperjual-belikan, serta kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak yang bermitra. Sedangkan kelemahan yang ditemukan dalam implementasi pola kemitraan dagang ini antara lain : a. Dalam praktiknya harga dan volume produk sering ditentukan secara sepihak oleh perusahaan mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra. b. Sistem perdagangan sering ditemukan berubah menjadi bentuk konsinyasi. Dalam sistem ini pembayaran barang-barang pada kelompok mitra tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh kelompok

41 mitra. Kondisi seperti ini sangat merugikan perputaran uang pada kelompok mitra yang memiliki keterbatasan modal Pola Kemitraan Keagenan Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau perusahaan kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh perusahaan besar mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Untuk lebih memahami pola ini, dapat dilihat pada Gambar 4. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Konsumen/Masyarakat Memasarkan produk kelompok mitra Gambar 4. Pola Kemitraan Keagenan Sumber : Sumardjo et al. (2004) Keunggulan pola ini yaitu mudah dilaksanakan oleh para perusaha kecil yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip konsinyasi. Kelemahan pola ini adalah kelompok mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harganya menjadi tinggi di tingkat konsumen dan sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya,

42 modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Disamping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. KOA telah dilakukan pada usaha perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan usaha perikanan tambak. Dalam pelaksanaannya, KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan. Pola kemitraan ini dapat dilihat pada Gambar 5. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Lahan Sarana Teknologi Biaya Modal Teknologi Manajemen Gambar 5. Pola Kemitraaan Kerjasama Operasional Agribisnis Sumber : Sumardjo et al. (2004) Keunggulan pola KOA ini sama dengan keunggulan sistem inti plasma. Pola KOA paling banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan, antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk sistem bagi hasil. Pola ini memiliki kelemahan pada pelaksanaannya, antara lain: a. Pengambilan untung oleh perusahaan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil bagi kelompok usaha kecil mitranya. b. Perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh pengusaha kecil mitranya. c. Belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan permasalahan diatas.

43 Pengaruh Penerapan Teknologi Baru terhadap Produksi Agar pelaksanaan kemitraan dapat berjalan dengan baik dan efesien, diperlukan pembinaan dalam teknik penerapan teknologi oleh perusahaan mitra. Untuk itu, perusahaan mitra dapat melakukan pembinaan dalam bidang: 8 1. Bimbingan teknologi, mulai dari pengolahan lahan hingga panen. 2. Peningkatan kemajuan manajemen usaha para petani atau kelompok tani sehingga mampu mengembangkan dan mengelola usahanya tersebut secara baik dan efesien. 3. Melakukan kemampuan petani, seperti memberikan pelatihan yang diperlukan. Salah satu unsur yang harus dimiliki dalam kemitraan menurut Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumardjo et al. (2004) pada subbab sebelumnya adalah teknologi. Kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat, seharusnya mempunyai pengaruh terhadap penerapan teknologi padi sehat yang dilakukan petani mitra, karena teknologi padi sehat ini baru dikembangkan di Kecamatan Kebon Pedes. Bila penerapan teknologi yang dilakukan petani mitra dibandingkan dengan petani non mitra, diduga penerapan teknologi yang dilakukan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena adanya pengaruh kemitraan terhadap peningkatan penerapan teknologi padi sehat. Penerapan teknologi baru harus dapat memberikan kenaikan hasil atau mengurangi biaya dengan jumlah yang sangat besar agar dapat diterima oleh banyak petani. Beberapa ahli terkemuka memperkirakan, bahwa kenaikan hasil yang diperlukan untuk memikat hati petani pada permulaan, berkisar persen (Mosher 1978). Teknologi baru memberikan inovasi pada produksi, yaitu: 1. Menaikan fungsi produksi sehingga output maksimum yang dihasilkan lebih tinggi dengan menggunakan input yang sama atau dapat menaikkan produktivitas (Gambar 6.a.). Kenaikan ini tidak saja menyangkut kuantitas, namun juga kualitas, input dan output. 8 Sedyowati Y Kemitraan dalam usahatani Kacang Tanah. [17 Juni 2012]

44 2. Menggeser ke kiri kurva produksi total, yaitu jumlah output maksimum yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumberdaya yang lebih rendah (Gambar 6.b.). Teknologi baru juga dapat meningkatkan produk fisik total tapi diperlukan usahatani skala besar karena fungsi produksi dengan teknologi baru ada kalanya terletak diatas fungsi produksi lama pada tingkat penggunaan input yang sangat banyak (Gambar 6.c). pada kurva Total Produksi Alternatif Teknologi Baru). Implikasinya, teknologi baru akan merugikan jika diterapkan pada usahatani skala kecil dan menguntungkan jika diterapkan pada usahatani skala besar (Halcrow 1992). Output Output Teknologi Baru Teknologi Lama Teknologi Baru Teknologi Lama ( a ) Input ( b ) Input Output Alternatif Teknologi Baru Teknologi Lama Teknologi Baru ( c ) Gambar 6. Pengaruh Teknologi Baru terhadap Produksi Sumber : Halcrow (1992) Input

45 Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha (Sumardjo et al. 2004). Berarti kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, seharusnya mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani padi sehat. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (semua biaya). Jadi, rumus pendapatan usahatani menjadi (Soekartawi 2006): Pd = TR TC yaitu : Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya Pendapatan usahatani ini dibedakan menjadi tiga, yaitu total pendapatan usahatani, total pendapatan tunai usahatani, dan pendapatan bersih. Total pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya dan total pendapatan tunai adalah penerimaan tunai dikurangi biaya tunai. Sedangkan pendapatan bersih adalah total pendapatan tunai dikurangi biaya penyusutan peralatan (Hernanto 1996). Penerimaan tunai adalah penerimaan yang langsung diterima oleh petani yang berasal dari penjualan hasil produksi, yang pada umumnya dalam bentuk uang tunai. Selain penerimaan tunai, ada penerimaan yang diperhitungkan atau penerimaan non tunai, yaitu hasil produksi yang digunakan untuk konsumsi sendiri atau untuk benih pada musim selanjutnya. Jumlah dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan disebut total penerimaan. Biaya usahatani juga dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai, seperti untuk biaya input, biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sewa lahan, dan pajak lahan. Sedangkan biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak dalam bentuk uang tunai,

46 namun biasanya dalam bentuk tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang dikeluarkan tanpa dibayar dan input yang didapat dari bantuan Bila pendapatan usahatani padi sehat petani mitra dibandingkan dengan petani non mitra, diduga pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena adanya pengaruh kemitraan untuk meningkatkan pendapatan petani Kerangka Pemikiran Operasional Padi sehat mulai dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini seiring dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat dengan mengkonsumsi pangan organik. Kecamatan Kebon Pedes merupakan salah satu daerah penghasil padi sehat terbesar di Kabupaten Sukabumi. Pasar gabah padi sehat atau beras sehat ini masih jarang ditemui di Kecamatan Kebon Pedes. Bila dijual di pasar gabah atau beras biasa, maka harga yang akan diberlakukan pada gabah atau beras tersebut sama dengan harga gabah atau beras konvensional, padahal biaya yang harus dikeluarkan berbeda. Petani tentu mengharapkan pendapatan yang lebih besar dengan menanam padi sehat. PT. Medco Intidinamika melalui Medco Pure Farming melakukan kerjasama dengan Gapoktan Mekar Tani yang berlokasi di Desa Jambenenggang dalam penyediaan beras sehat. Sejak tahun 2010 kemitraan ini terjalin, Gapoktan Mekar Tani belum dapat memenuhi kuota permintaan beras sehat yang ditentukan oleh perusahaan karena. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan padi sehat di Desa Jambenenggang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka gapoktan ini melakukan kerjasama dengan gapoktan lain di Kecamatan Kebon Pedes. Kurangnya pengetahuan budidaya padi sehat menjadi salah satu kendala belum seluruh petani menerapkan teknologi padi sehat dengan baik, sehingga gabah padi sehat yang dihasilkan kurang maksimal. Dengan melakukan kemitraan diharapkan adanya transfer pengetahuan maupun teknologi padi sehat kepada petani mitra. Selain itu juga petani mitra akan mendapatkan pinjaman benih dan modal, sehingga masalah kekurangan modal dapat diatasi. Benih yang digunakan merupakan benih padi varietas inpari 13 dan sintanur yang sedang dikembangkan PT. Medco Intidinamika.

47 Responden yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi petani mitra dan petani non mitra. Petani non mitra dijadikan sebagai pembanding petani mitra, untuk melihat apakah ada perbedaan penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Untuk mengukur penerapan teknologi padi sehat dilakukan perhitungan derajat penerapan teknologi pada setiap responden dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan untuk melihat pendapatan petani digunakan analisis pendapatan petani dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan petani yang diterima oleh petani mitra pada saat bekerjasama dengan PT. Medco Intidinamika. Untuk melihat adanya pengaruh kemitraan, maka petani mitra dihitung manfaat kemitraan yang dirasakannya dengan menggunakan skala likert. Pengaruh manfaat kemitraan terhadap derajat penerapan terknologi dan pendapatan petani dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana. Digunakan juga analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi derajat penerapan teknologi padi sehat dan pendapatan petani padi sehat selain kemitraan. Kajian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai bahan pertimbangan dan juga masukan bagi perbaikan pelaksanaan kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 7.

48 - Permintaan pangan organik mulai meningkat di Indonesia seiring peningkatan pengetahuan dan teknologi masyarakat - Padi sehat termasuk komoditi baru sehingga masih jarang yang mengembangkannya Petani padi sehat : PT. Medco Intidinamika : 1. Kurangnya Pengetahuan Budidaya 1. Mengembangkan benih padi 2. Sedikitnya pasar padi sehat (organik) 2. Jaminan Pasar 3. Kurangnya modal petani 3. Modal besar Petani Padi Sehat Non Mitra Petani Padi Sehat Mitra Penerapan Teknologi Padi Sehat 1. Derajat Penerapan Teknologi 2. Analisis Regresi Linier Berganda Pendapatan Petani 1. Analisis Pendapatan Usahatani 2. Analisis R/C 3. Analisis Regresi Linier Berganda Kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika membantu petani mengatasi permasalahan yang dihadapi, yaitu permodalan, teknologi, sarana produksi (benih), dan menjamin pasar bagi petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pelaksanaan Kemitraan 1. Manfaat Kemitraan (Skala Likert) 2. Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh kemitraan PT. Medco Intidinamika pada penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambar 7. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

49 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh kemitraan PT. Medco Intidinamika terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat ini dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kebon Pedes ini sedang mengembangkan padi sehat dan merupakan kecamatan yang produksi padi sehat tertinggi di Kabupaten Sukabumi. Petani padi sehat di kecamatan ini juga telah melakukan kemitraan dengan PT. Medco Interdinamika selama dua tahun. Pengambila data dilakukan pada bulan Februari April Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, baik data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan dan melakukan wawancara secara langsung kepada para petani padi sehat di lokasi penelitian berdasarkan kuisioner yang telah dibuat. Untuk data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti buku dan majalah serta lembaga atau instalansi terkait, yaitu badan pusat statistik (BPS) untuk mengetahui produktivitas padi, data dari Kecamatan Kebon Pedes, badan penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan (BP3K) Kecamatan Kebon Pedes dan data-data lainnya dari perpustakaan, internet, serta literatur-literatur ilmiah (text book dan jurnal ilmiah) untuk memperoleh berbagai teori, data, dan fakta ilmiah yang terkait dengan topik penelitian Metode Penentuan Sampel Responden penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Metode penentuan sampel digunakan untuk memperoleh data primer yang dapat mewakili populasi yang ada karena tidak semua petani padi sehat dijadikan sumber data primer. Metode penentuan sampel hanya digunakan untuk memilih responden petani sehat non mitra, sedangkan petani mitra tidak dilakukan sampling karena jumlah petani mitra sedikit. Petani mitra di Kecamatan Kebon Pedes hanya ada 26 orang, sehingga metode sensus digunakan untuk menentukan responden petani mitra.

50 Metode penentuan sampel pada petani padi sehat non mitra yang dilakukan adalah purposive karena tidak adanya data mengenai petani padi sehat di setiap Gapoktan, di Kantor Kecamatan Kebon Pedes, dan di BP3K. Metode purposive sampling merupakan pengambilan contoh atau responden dimana peneliti menentukannya dengan sengaja responden yang bertujuan untuk menggambarkan beberapa sifat didalam populasi. Jumlah petani responden non mitra yang dipilih secara purposive untuk dijadikan sampel, sebanyak 30 orang Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Metode unuk mengolah data kualitatif menggunakan analisis deskriptif. Sedangkan data kuantitatif akan dianalisis dengan statistika deskriptif, yaitu metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole 1992). Statistika deskriptif dalam penelitian ini yang digunakan antara lain, mean (ratarata), median (nilai tengah), nilai minimum, dan maksimum. Data kuantitatif juga akan dianalisis dengan menggunakan skala likert, analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), uji statistik dengan analisis regresi linier sederhana dan berganda serta uji Mann Whitney. Karena menggunakan analisis regresi linier berganda, maka diperlukan juga uji asumsi regresi berganda. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner diolah dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian, gejala sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel, kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikatorindikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini menjadi titik tolak untuk membuat instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan

51 dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan katakata berikut (Riduwan & Sunarto 2009): Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (5) Sangat Setuju (1) Setuju (4) Setuju (2) Netral (3) Netral (3) Tidak Setuju (2) Tidak Setuju (4) Sangat Tidak Setuju (1) Sangat Tidak Setuju (5) Penelitian ini menggunakan pernyataan positif, yaitu sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Skala Likert ini digunakan untuk mengukur manfaat kemitraan yang dirasakan petani mitra. Manfaat kemitraan diukur menggunakan 27 pernyataan positif. Setiap jawaban pernyataan tersebut akan hitung dengan menjumlahkan setiap jawaban petani mitra. Semakin besar nilai pernyataan tersebut maka petani mitra semakin setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan kata lain, persepsi petani mengenai manfaat kemitraan semakin positif. Seluruh jawaban pernyataan tersebut akan dijumlah dan dibuat persentase setiap responden, untuk mengetahui kepuasan petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya. Semakin besar persentase manfaat kemitraan maka semakin besar pula kepuasan petani terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya. Berbagai pernyataan ini dapat dilihat pada kuisioner penelitian dibagian kemitraan pada Lampiran Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan petani padi sehat mitra selama melakukan kemitraan dan dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. Perhitungan biaya penyusutan

52 menggunakan metode garis lurus. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa, lalu dibagi dengan lamanya umur ekonomis alat tersebut, dengan rumus sebagai berikut (Suratiyah 2011): dimana : Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Nilai sisa (Rp) N = Jangka usia ekonomi (tahun) Biaya Penyusutan = Nb Ns N Analisis pendapatan usahatani dibedakan menjadi total pendapatan, total pendapatan tunai serta pendapatan bersih yang didapat setelah dikurangi penyusutan. Cara perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Cara Perhitungan Pendapatan Usahatani No. Uraian Keterangan 1. Penerimaan Tunai A 2. Penerimaan yang Diperhitungkan B 3. Total Penerimaan C = A + B 4. Pengeluaran Tunai D 5. Pengeluaran yang Diperhitungkan E 6. Total Pengeluaran F = D + E 7. Total Pendapatan G = C F 8. Total Pendapatan Tunai H = A D 9. Penyusutan alat I 10. Pendapatan Bersih J = H I Sumber : Hernanto (1996) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematika, hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 2006) a = R/C

53 dimana : R = Return (Penerimaan) C = Cost (Biaya) Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Bila R/C lebih dari satu maka usahatani dapat dikatakan mengguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap biaya yang telah dikeluarkan dan bila R/C kurang dari satu maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan (rugi) karena penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang dikeluarkan. Rasio penerimaan dan biaya ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi padi sehat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani padi sehat atau indeks efesiensi usaha padi sehat pada petani mitra dan non mitra Analisis Regresli Linier Sederhana Analisi regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Riduwan & Sunarto 2009). Analisis regresi linier sederhana didalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah manfaat kemitraan (X) berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Persamaan regresi linier sederhana dirumuskan dalam Y = a + bx. dimana: Y = subyek variabel terikat yang diproyeksikan (Derajat penerapan teknologi padi sehat (persen) atau Total pendapatan usahatani padi sehat (Rp/ha)) X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan (Manfaat kemitraan (persen)) a = nilai konstanta harga Y jika X=0 b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y Bagian penting dalam analisis regresi adalah pengujian hipotesis secara statistik terhadap perkiraan model regresi linier sederhana yang diperoleh. Hipotesis yang digunakan dalam analisis regresi adalah: H 0 : b1 = 0 H 1 : b1 0

54 Dengan kata lain, H 0 : Tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat H1: Ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat Hipotesis tersebut dikaitkan dengan uji nyata garis regresi yang diperoleh. Selain uji hubungan linier pada model, dilakukan juga uji koefisien regresi menggunakan uji-t sebagai pengujinya. Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : b1 = b H 1 : b1 b Denga kata lain, H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan penerapan teknologi atau pendapatan petani H 1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan penerapan teknologi atau pendapatan petani Kaidah pengujian signifikansi : Jika F hitung F tabel maka tolak H 0 artinya signifikan dan jika F hitung F tabel maka terima H 0 artinya tidak signifikan. Untuk menguji koefisien regresi, digunakan distribusi t. Jika t hitung t tabel maka tolak H 0 dan terima H 0 jika sebaliknya. Dengan taraf signifikan : α = 0,05. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah pengembangan dari analisis regresi linier sederhana. Kegunaannya untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Analisis ini adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X 1, X 2,., X n ) dengan satu variabel terikat (Y) (Riduwan & Sunarto 2009). Selain kemitraan, diduga ada faktor lainnya yang mempengaruhi derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat dalam kajian ini adalah kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan

55 padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan yang dikuasai, pendapatan non usahatani, pendapatan usahatani non padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor tersebut diduga berpengaruh terhadap derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat berdasarkan hasil literatur dan penelitian terdahulu, serta disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + b 8 X 8 + b 9 X 9 + b 10 X 10 + ɛ Keterangan : Y = Variabel yang dijelaskan (derajat penerapan teknologi (persen) atau pendapatan petani padi sehat (Rp/ha)) a = Intersep b = Slope X 1 = kemitraan (bermitra = 1, tidak bermitra = 0) X 2 = umur petani (tahun) X 3 = pengalaman mengusahakan padi sehat (musim) X 4 = status kepemilikan lahan (milik = 1, selainnya = 0 ) X 5 = pendidikan petani ( SMA = 1, < SMA = 0) X 6 = pekerjaan utama (petani = 1, selainnya = 0) X 7 = luas lahan yang dikuasai (ha) X 8 = pendapatan non usahatani (Rp/bulan) X 9 = pendapatan usahatani non padi sehat (Rp/bulan) X 10 = jumlah tanggungan keluarga (orang) ɛ = eror Hipotesis yang digunakan adalah: 1. Kemitraan Kemitraan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu petani mitra dan petani non mitra. Kemitraan diduga berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Dengan adanya kemitraan, petani akan melakukan penerapan teknologi dengan sebaiknya agar hasil produksinya dapat dijual kepada perusahaan mitra, sehingga penerapan teknologi padi sehat petani mitra diduga akan lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. Dengan adanya kemitraan, harga jual yang diterima petani mitra lebih tinggi

56 dibandingkan petani non mitra, sehingga pendapatan petani mitra diduga lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. 2. Umur Petani Umur petani diduga berpengaruh siginifikan dan negatif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Semakin tua umur petani maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin rendah. Hal ini diduga karena semakin tua umur petani maka keterbukaan terhadap penerapan teknologi baru (padi sehat) akan semakin rendah. Petani yang sudah tua diduga sulit untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik karena mereka sudah terbiasa menggunakan penerapan teknologi yang lama sehingga sulit beradaptasi. Umur petani yang semakin tua maka kondisi fisik untuk melakukan usahatani secara langsung akan semakin berkurang sehingga pendapatan padi sehat pun akan semakin rendah. 3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat Pengalaman mengusahakan padi sehat diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Semakin banyak pengalaman mengusahakan padi sehat maka diduga penerapan teknlogi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan petani yang mempunyai pengalaman mengusahakan padi sehat yang semakin banyak maka pengetahuan mengenai penerapan teknologi padi sehat akan semakin baik dan akan mengaplikasikannya sesuai standar yang ada. Pengalaman mengusahakan padi sehat yang banyak akan membuat petani lebih efesien dalam usahatani padi sehat sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin rendah atau hasil produksinya akan semakin meningkat sehingga pendapatan petani akan semakin tinggi. 4. Status Kepemilikan lahan Status kepemilikan lahan diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Status kepemilikan lahan ini dibedakan menjadi dua, yaitu milik (pemilik lahan) dan bukan milik (penggarap lahan). Bila status kepemilikan lahan petani itu milik maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena petani pemilik lahan dapat mempergunakan lahannya

57 sendiri sesuai keinginannya tanpa mencemaskan akan turun produksi karena baru menerapkan teknologi padi sehat. Bila petani penggarap diduga keinginannya untuk menerapkan teknologi padi sehat akan semakin rendah karena harus membayar sewa. Bila terjadi penurunan produksi karena baru menerapkan teknologi padi sehat maka petani penggarap akan lebih merugi karena harus tetap membayar sewa. Petani pemilik lahan hanya mengeluarkan biaya untuk membayar pajak saja, sedangkan petani penggarapa harus membayar sewa. Biaya pajak biasanya lebih kecil dari biaya sewa, sehingga petani pemilik lahan pendapatan padi sehatnya akan lebih tinggi dibandingan petani dengan petani penggarap karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil. 5. Pendidikan Petani Pendidikan petani diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Pendidikan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu lebih besar sama dengan SMA ( SMA) dan dibawah SMA (< SMA). Semakin tinggi pendidikan petani ( SMA) maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin meningkat. Hal ini diduga karena petani yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi maka semakin terbuka pemikirannya untuk menerapkan teknologi padi sehat yang lebih ramah lingkungan dan baik bagi kesehatan. Petani yang mempunyai pendidikan yang semakin tinggi maka diduga akan mempunyai pemikiran yang lebih maju untuk mengusahakan padi sehat agar lebih mengguntungkan sehingga pendapatannya pun akan semakin tinggi. 6. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama yang dilakukan oleh petani berdasarkan curahan waktu yang paling banyak diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Pekerjaan utama ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu pekerjaan utama sebagai petani dan bukan petani. Bila pekerjaan utamanya petani maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat lebih tinggi bandingkan pekerjaan utamanya bukan petani. Hal ini diduga karena pekerjaan utama sebagai petani akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk menerapkan teknologi padi sehat sesuai standar sehingga pendapatan padi sehat pun akan semakin tinggi.

58 7. Luas Lahan yang Dikuasai Luas lahan yang dikuasai diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Luas lahan yang dimaksud adalah seluruh lahan yang dikuasai petani, baik sawah maupun bukan. Semakin luas lahan yang dikuasai maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena semakin luas lahan yang dikuasai maka petani akan mempunyai kemampuan untuk melakukan peningkatan penerapan teknologi padi sehat pada lahan yang dimilikinya sehingga pendapatannya dari usahatani padi sehat akan semakin tinggi. Petani yang mempunyai lahan yang luas maka mempunyai pendapatan dari lahan yang lainnya, sehingga bila terjadi penurunan produksi padi karena baru melakukan penerapan teknologi padi sehat maka masih ada pendapatan lainnya. 8. Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat Pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat, diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Semakin besar pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat makan diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena petani dengan pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat yang besar maka petani mempunyai keinginan untuk melakukan penerapan teknologi padi sehat. Bila petani tersebut mengalami penurunan produksi (kerugiaan) karena baru menerapkan teknologi padi sehat maka masih mempunyai pendapatan lainnya. Dengan mempunyai pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat yang lebih besar, petani juga mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan usahatani padi sehat, sehingga pendapatan usahatani padi sehat akan lebih tinggi. 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penerapan teknologi. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka diduga semakin rendah penerapan teknologi padi sehat yang dilakukan. Hal ini diduga karena petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang banyak maka biaya yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari akan semakin

59 banyak juga, sehingga petani lebih berhati-hati dalam menerapkan teknologi padi sehat karena takut terjadinya penurunan produksi. Namun, jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan petani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga diduga pendapatan petani padi sehat akan semakin meningkat. Hal ini diduga karena semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, petani dapat memberdayakan anggota keluarganya tersebut untuk menjadi tenaga kerja dalam usahatani padi sehat sehingga biaya tunai yang dikeluarkan dapat berkurang dan pendapatan petani dapat meningkat. Dengan jumlah tanggungan keluarga yang banyak juga, petani akan berupaya untuk lebih efesien dalam mengusahakan padi sehat agar menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi pula untuk digunakan membiayai anggota keluarga yang masih dalam tanggungannya. Perhitungan regresi linier berganda ini menggunakan SPSS 20. Setelah didapat model dugaan lalu diuji signifikansinya untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menjadi parameter dengan melihat F hitung atau probabilitasnya. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. Hipotesis statistik dinyatakan sebagai: H 0 : bi = 0 H 1 : Minimal ada satu slope (bi) 0 Hasil perhitungan statistik uji F-hitung dapat dilihat pada output SPSS pada tabel uji ANOVA. Bila F-hitung > F tabel atau probabilitas sig. α maka tolak H 0 artinya model signifikan untuk menduga derajat penerapan teknologi padi sehat atau pendapatan petani padi sehat, pada taraf nyata α (0,05). Sebaliknya, bila F-hitung < F tabel atau probabilitas sig. α maka terima H 0 artinya model tidak signifikan untuk menduga derajat penerapan teknologi padi sehat atau pendapatan petani padi sehat. Model dugaan juga perlu diukur ketepatannya dengan menggunakan nilai koefisien determinan (R 2 ) yang bertujuan untuk mengukur proporsi keragaman yang diterangkan oleh faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap derajat

60 penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat. Koefisien dari determinasi dirumuskan sebagai berikut : R 2 = Jumlah Kuadrat Regresi Jumlah Kuadrat Total Semakin besar nilai R 2 maka model dugaan tersebut semakin bagus. Interpretasi dari koefisien determinasi ini adalah keragaman penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat (Y) sebesar R 2 dapat dijelaskan oleh model dugaan yang diperoleh, sisanya (1-R 2 ) dijelaskan oleh komponen eror. Semakin besar nilai R 2 maka semakin kecil nilai erornya. Nilai R 2 atau R square pada hasil SPSS dapat dilihat pada tabel Model Summary. Setelah uji signifikansi pada model dugaan, selanjutnya dilakukan uji signifikansi variabel independen (variabel bebas) dengan menggunakan uji-t. Ujit ini digunakan untuk menguji secara statistik apakah berpengaruh nyata setiap variabel independen terhadap variabel dependen (variabel terikat) pada taraf nyata α yang dapat dilihat pada tabel hasil uji Coefficients. Hipotesis statistik untuk variabel Xi : H 0 : bi = 0 H 1 : bi < 0 Bila t-hitung > t-tabel atau probabilitas sig. α maka variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Sebaliknya, bila nilai t- hitung < t-tabel atau probabilitas sig. α maka variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Uji Asumsi Analisis Regresi Berganda Sebuah model regresi akan digunakan untuk melakukan peramalan, maka model tersebut harus baik dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin. Karena itu, sebuah model sebelum digunakan seharusnya memenuhi beberapa asumsi, yang disebut asumsi klasik. Berikut dijelaskan secara singkat asumsiasumsi tersebut dan cara pengujiannya dengan SPSS.

61 Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi (Santoso 2010): 1. Normalitas Penggunaan model regresi untuk prediksi akan menghasilkan kesalahan (disebut residu), yakni selisih antara data aktual dengan hasil peramalan. Residu yang ada seharusnya berdistribusi normal. Pada SPSS akan digunakan fasilitas Histogram dan Normal Probability Plot untuk mengetahui kenormalan residu dari model regresi. Model regresi yang memenuhi asumsi normalitas, pada Histogram data residu (eror) menunjukkan distribusi normal dengan garis yang berbentuk bel yang menjangkau semua grafik batang dan pada Normal Probability Plot terlihat sebaran eror (berupa titik atau dot) berada disekitar garis lurus. 2. Homoskedastisitas Residu yang ada seharusnya mempunyai varians yang konstan (Homoskedastisitas). Jika varians dari residu tersebut semakin meningkat atau menurun dengan pola tertentu, hal ini disebut dengan heteroskedastisitas. Pada SPSS adanya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat garifk output scatter plot. Bila residu yang berbetuk titik atau dot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. 3. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah variabel-variabel independen berkorelasi satu dengan yang lain. Pada SPSS, hal ini dapat dideteksi dengan melihat korelasi antar variabel, atau dilihat dari angka VIF (Variance Inflation Factor). Jika model regresi mempunyai VIF disekitar angka 1 dan angka TOLERANCE mendekati angka 1 pada output coefficient, maka tidak ada multikolinieritas. Ada juga yang menyatakan apabila nilai VIF > 10 maka disimpulkan terdapat masalah multikolinier diantara variabel independen (Kleinbaum et al. 1988, diacu dalam Harmini 2009). 4. Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi data waktu ke t dengan waktu sebelumnya. Pada SPSS, hal ini dapat dideteksi dengan angka Durbin Watson (h). Jika h hitung h tabel maka tidak ada autokorelasi.

62 Uji statistik Uji Mann Whitney Dalam penelitian ini juga digunakan uji Mann Whitney untuk melihat apakah derajat penerapan teknologi, penerimaan usahatani padi sehat, biaya usahatani padi sehat, pendapatan usahatani padi sehat, dan rasio R/C petani mitra berbeda secara nyata dengan petani non mitra. Uji Mann Whitney ini dilakukan terhadap dua sampel bebas. Pengujian ini merupakan uji hipotesis dengan selang kepercayaan 95 persen, dengan hipotesis sebagai berikut (Harimini 2009) : Dalam bentuk statistik: H 0 : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 µ 2 Dalam bentuk kalimat : H 0 : Median kedua populasi adalah identik H 1 : Median kedua populasi tidak identik (populasi 1 > populasi 2) Dengan kriteria uji : Tolak H 0 jika Asymp.sig untuk uji satu arah atau Asymp.sig/2 untuk dua arah lebih kecil dari lima persen (0,05) dan terima H 0 jika sebaliknya.

63 V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat berdasarkan letak geografis dan tata guna lahan serta sumberdaya manusianya Letak Geografis dan Tata Guna Lahan Kecamatan Kebon Pedes termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Kecamatan Kebon Pedes ke Ibukota Kabupaten yaitu 70 Km, jarak ke Ibukota Provinsi yaitu 90 Km, dan jarak ke Ibukota Negara yaitu 120 Km. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Kebon Pedes adalah : 1. Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Baros. Kecamatan Kebon Pedes terbagi menjadi lima desa, yaitu Desa Kebon Pedes, Desa Cikaret, Desa Jambenenggang, Desa Bojong Sawah, dan Desa Sasagaran. Dari satu desa ke desa lainnya hanya memerlukan waktu paling lama 30 menit dari jarak terjauh dengan kendaraan bermotor. Kantor Kecamatan dan kantor BP3K Kecamatan Kebon Pedes berada di Desa Sasagaran. Sedangkan Puskesmas Kebon Pedes berada di Desa Jambenenggang. Sebagian besar jalan menuju kelima desa ini sudah cukup bagus dengan jalan yang sudah diaspal, tetapi ada juga jalan yang masih berbatu. Dari Kecamatan Sukaraja ke Desa Kebon Pedes dapat melewati Terminal Sukaraja. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari jalan raya Sukaraja menuju Desa Kebon Pedes dengan menggunakan kendaraan bermotor. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk menuju Desa Kebon Pedes, Desa Jambenenggang, Desa Bojong Sawah, dan Desa Sasagaran adalah angkutan perkotaan (angkot) dan ojeg. Namun, di Desa Bojong Sawah angkot jarang yang melintas sehingga penduduk harus menunggu angkot kurang lebih satu jam. Bila ke desa lainnya angkot lebih mudah ditemui. Sedangkan untuk ke Desa Cikaret hanya dapat menggunakan ojeg. Hal ini dikarenakan jalan yang menuju Desa

64 Cikaret sudah rusak, banyak lubang disepanjang jalan menuju desa ini, sehingga angkot tidak lewat. Angkot yang menuju ke desa-desa tersebut hanya ada pada pukul tujuh pagi hingga tiga sore, setelah waktu tersebut penduduk hanya dapat menggunakan ojeg hingga pukul delapan malam. Jalan yang menghubungkan Kecamatan Sukaraja menuju Desa Kebon Pedes yang melewati Terminal Sukaraja sudah rusak, banyak lubang besar yang harus dilewati. Pengguna jalan harus berhati-hati, terutama pengguna sepeda motor karena lubang mencapai kedalaman 10 cm, dengan diameter lubang mencapai lima meter. Bila arus lalu lintas padat, maka akan terjadi kemacetan yang cukup lama di sekitar Terminal Sukaraja karena pengguna jalan harus memperlambat kendaraannya bila melewati jalan yang rusak, terlebih bila hujan. Kecamatan Kebon Pedes berada di ketinggian meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan mm per tahun dengan hari hujan 196 hari, lima bulan basah dan tujuh bulan kering dengan suhu udara rata-rata C. Luas wilayah pertanian di kecamatan ini, yaitu 1.034,82 ha yang dibedakan menjadi lahan basah dan lahan kering. Luas lahan basah dan lahan kering di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Lahan Basah dan Lahan Kering di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Jenis Lahan Luas Lahan (ha) Lahan Basah - Teknis - - Tadah hujan 80,26 - Pengairan Perdesaan 618,58 Jumlah 698,84 Lahan Kering - Tegalan 106,15 - Kolam 27,21 - Pekarangan 175,62 - Lain-lain 27,00 Jumlah 335,98 Sumber : BP3K Kecamatan Kebon Pedes (2011)

65 Luas lahan basah di Kecamatan Kebon Pedes lebih banyak dibandingkan luas lahan kering. Hal ini mendukung potensi padi untuk dikembangkan di kecamatan ini. Tanah di daerah ini mempunyai struktur tanah yang gembur, solum tebal, lempung halus berpasir, dengan ph 4,5-6. Topografi di Kecamatan Kebon Pedes mempunyai lahan datar 68 persen dan lahan bergelombang 32 persen. Berdasarkan luas lahan basah (sawah) dibedakan menjadi sawah pedesaan dan sawah tadah hujan. Berikut luas sawah di setiap desa di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Tabel 4. Urutan desa yang memiliki sawah terluas di Kecamatan Kebon Pedes, yaitu Desa Bojong Sawah, Desa Cikaret, Desa Kebon Pedes, Desa Sasagaran, dan Desa Jambenenggang. Berdasarkan jenis pengairannya, sawah pedesaan (pengairan dari sungai) dan tadah hujan. Desa Bojong Sawah seluruh sawahnya merupakan sawah pedesaan. Petani padi di Desa Bojong Sawah mengairi sawahnya dengan menggunakan air dari sungai. Sedangkan Desa Jambenenggang luas sawah yang dimilikinya lebih banyak yang merupakan sawah tadah hujan. Petani di Desa Jambenenggang menggairi sawahnya lebih banyak yang menggunakan air hujan. Berarti tidak semua desa di Kecamatan Kebon Pedes mempunyai sumber air yang sama untuk mengairi sawah. Hal ini juga membuat intensitas tanam padi di Kecamatan Kebon Pedes berbeda. Ada yang satu tahun tiga kali teteapi ada juga yang satu tahun hanya dua kali. Tabel 4. Luas Sawah di setiap Desa di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Luas sawah (ha) Desa Pedesaan Tadah Total Persentase Hujan Kebon Pedes ,00 117,10 16,84 Bojong Sawah 221,0 0,00 221,00 31,53 Sasagaran 105,0 9,26 114,26 16,35 Jambenenggang 48,0 54,00 100,00 14,31 Cikaret 133,48 13,00 146,48 20,96 Jumlah 618,58 80,26 698,84 100,00 Sumber : BP3K Kecamatan Kebon Pedes (2011)

66 Rata-rata kepemilikan lahan setiap KK (Kepala Keluarga) di Kecamatan Kebon Pedes tahun 2011 cukup bervariasi. Setiap KK di Kecamatan Kebon Pedes paling banyak memiliki lahan dengan luas rata-rata 0,11 0,25 ha (42,23 persen) dan KK paling sedikit memiliki lahan dengan luas rata-rata lebih dari 1 ha (1,20 persen). Hal ini menjadi salah satu alasan jumlah petani penggarap di kecamatan ini lebih banyak dibandingkan pemilik lahan. Jumlah KK di Kecamatan Kebon Pedes berdasarkan penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Rata-rata Kepemilikan Lahan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Rata-rata kepemilikan lahan (ha) Jumlah KK Persentase < 0, ,34 0,11 0, ,23 0,26 0, ,47 0,51 1, ,76 > 1, ,20 Jumlah ,00 Sumber : BP3K Kecamatan Kebon Pedes (2011) Kecamatan Kebon Pedes pada Tahun 2011 mempunyai jumlah KK Tani sebanyak Jumlah KK Tani yang menjadi petani penggarap lebih banyak dibandingkan yang lainnya sebesar 43,45 persen. Jumlah KK Tani yang menjadi petani pemilik dan penggarap menempati posisi kedua terbanyak sebesar 23,61 persen. Jumlah KK Tani yang menjadi buruh tani sebesar 23,61 persen dan KK Tani menjadi petani pemilik hanya sebesar 6,6 persen. Jumlah KK Tani berdasarkan penguasaan lahan, baik petani pemilik, pemilik dan penggarap, penggarap, serta buruh tani paling banyak terdapat di Desa kebon Pedes karena jumlah KK Tani di desa ini lebih banyak dibandingkan desa lainnya yaitu sebesar 23,24 persen. Jumlah KK Tani berdasarkan penguasaan lahan di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Tabel 6.

67 Tabel 6. Jumlah Kepala Keluarga Tani Berdasarkan Penguasaan Lahan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Petani berdasarkan penguasaan lahan Jumlah Pemilik Pemilik Penggarap Buruh (KK Desa Penggarap Tani Tani) Kebon Pedes Bojong Sawah Sasagaran Jambenenggang Cikaret Jumlah Sumber : BP3K Kecamatan Kebon Pedes (2011) Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk di Kecamatan Kebon Pedes berdasarkan data tahun 2011 sebanyak orang dengan jumlah laki-laki lebih banyak 3,2 persen dibandingkan jumlah perempuan. Bila dilihat dari komposisi umur, jumlah anakanak yang paling banyak dengan persentase sebesar 32,22 persen, disusul oleh jumlah remaja sebesar 23,98 persen dan jumlah umur tua sebesar 22,98 persen. Sedangkan jumlah umur yang paling sedikit yaitu umur dewasa sebesar 20,80 persen. Walau demikian, penduduk di Kecamatan Kebon Pedes lebih banyak pada usia yang produktif (15 44 tahun). Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Komposisi Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan Anak-anak (0-14 tahun) Remaja (15-29 tahun) Dewasa (30-44 tahun) Tua (45 65 tahun) Jumlah Sumber : Monografi Kecamatan Kebon Pedes (2011)

68 Penduduk di Kecamatan Kebon Pedes memiliki pekerjaan yang bervariasi. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh penduduk di kecamatan ini adalah buruh tani dan paling banyak kedua adalah petani. Selain buruh tani dan petani, pekerjaan yang paling banyak dilakukan penduduk di kecamatan ini, antara lain buruh pekerja/karyawan, wiraswasta, PNS, pensiunan, TNI/Polri, dan lainnya (jasa, transportasi, dan pergudangan). Bervariasinya pekerjaan penduduk di Kecamatan Kebon Pedes menunjukkan bahwa sumber daya manusia sudah cukup baik. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) 203 3,17 TNI/Polri 23 0,36 Petani ,14 Buruh Tani ,53 Wiraswasta 326 5,08 Buruh Pekerja/Karyawan ,56 Pensiunan 179 2,79 Lain-lain ,34 Jumlah ,00 Sumber : Monografi Kecamatan Kebon Pedes (2011) Tingkat pendidikan di Kecamatan Kebon Pedes pada umumnya sudah cukup baik. Walaupun sebagian besar penduduknya hanya tamat Sekolah Dasar (SD), namun penduduk yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah mencapai 48,74 persen. Penduduk di Kecamatan Kebon Pedes juga cukup banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi, mulai dari D1 hingga S3. Keterbatasan biaya dan jauhnya lokasi sekolah maupun perguruan tinggi menjadi hambatan penduduk untuk melanjutkan sekolah. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.

69 Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2011 Pendidikan Jumlah Penduduk (orang) Persentase PAUD / TK 950 9,26 SD/MI ,52 SMP/MTs ,63 SMA/SMK/MA ,11 D1-D ,06 S1-S ,42 Jumlah ,00 Sumber : Monografi Kecamatan Kebon Pedes (2011) Di Kecamatan Kebon Pedes terdapat fasilitas sekolah mulai dari jenjang PAUD hingga SMA. Namun jumlahnya masih terbatas. Jumlah PAUD di kecamatan ini sebanyak 30 unit dan TK sebanyak 5 unit. Jumlah SD sebanyak 13 unit dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak tiga unit. Jumlah SMP sebanyak satu unit dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak dua unit. Kecamatan ini tidak terdapat SMA, namun sudah terdapat SMK sebanyak satu unit dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak satu unit. Kurangnya fasilitas sekolah dapat menjadi kendala pengembangan pendidikan di Kecamatan Kebon Pedes Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sehat yang bergabung dalam gapoktan disetiap desanya. Petani responden termasuk kedalam Gapoktan Sawargi (Desa Kebon Pedes), Gapoktan Bina Tani (Desa Bojong Sawah), Gapoktan Genta (Desa Sasagaran), dan Gapoktan Mekar Tani (Desa Jambenenggang). Responden terdiri dari petani mitra sebanyak 26 orang dan petani non mitra sebanyak 30 orang. Karakteristik sosial ekonomi petani responden dijelaskan berdasarkan umur dan jenis kelamin, status dalam keluarga dan jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani padi sehat, penguasaan lahan dan status penguasaan lahan, pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan, serta pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat. Karakteristik petani responden ini secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.

70 Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 80,35 persen petani responden adalah laki-laki dan 19,65 persen adalah perempuan. Bila dibedakan berdasarkan kemitraan, persentase petani mitra yang laki-laki lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Sedangkan persentase petani mitra yang perempuan lebih rendah yang petani mitra dibandingkan petani non mitra. Ratarata umur petani mitra adalah 49 tahun dan rata-rata umur petani non mitra adalah 51 tahun. Petani mitra lebih banyak dalam usia produktif (25 54 tahun) dibandingkan petani non mitra dengan selisih 5,55 persen. Persentase petani responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Petani Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Jumlah Petani Mitra (persen) Jumlah Petani Non Mitra Kelompok Umur (persen) (tahun) Jenis kelamin L P L P ,8-3, ,8-13,3 10, ,8 7,7 16,7 13, ,4 3,8 30,0-65 3,8 3,8 13,3 - Jumlah 84,6 15,4 76,7 23, Status dalam Rumah Tangga dan Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan Tabel 11, bila dilihat dari status dalam rumah tangga, baik petani mitra maupun non mitra sebagian besar adalah kepala keluarga (KK). Hal ini berarti petani responden mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keluarga. Hanya lima orang petani responden (sembilan persen) adalah seorang ibu atau istri yang membantu kepala keluarga dalam usahatani padi sehat. Bila dilihat dari jumlah tanggungan keluarga. Petani responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda, mulai dari satu hingga sembilan orang. Jumlah tanggungan keluarga pada petani mitra maupun non mitra paling banyak berada diantara 4 6 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani mitra sebanyak lima orang dan petani non mitra sebanyak empat

71 orang. Berarti jumlah tanggungan keluarga petani mitra lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Tabel 11. Persentase Petani Responden Berdasarkan Status dalam Rumah Tangga dan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Jumlah tanggungan keluarga (orang) Jumlah Petani Mitra (persen) Jumlah Petani Non Mitra (persen) Status dalam Rumah Tangga KK Ibu/Istri KK Ibu/Istri ,4 3,8 30,0 3, ,2-46,7 10, ,5-10,0 - Jumlah 96,2 3,8 86,7 13, Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Petani mitra dan non mitra paling banyak yang pendidikan terakhirnya SD. Namun persentase petani non mitra yang pendidikan terakhirnya SD lebih banyak dibandingkan petani mitra. Petani non mitra pun lebih banyak yang tidak tamat SD dibandingkan petani mitra. Tingkat pendidikan petani mitra lebih tinggi dibandingkan petani non mitra dengan variasi pendidikan yaitu SD, SMP, SMA, D3, dan S1. Sedangkan pendidikan petani non mitra hanya SD, SMP, dan satu orang S1. Tidak ada petani non mitra yang berpendidikan SMA. Persentase petani non mitra pun lebih banyak yang tidak tamat sekolah dibandingkan petani mitra. Berarti petani mitra lebih berpendidikan dibandingkan petani non mitra karena persentase petani mitra yang pendidikan terakhirnya sama dengan atau lebih besar SMA ( SMA) lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Persentase petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.

72 Tabel 12. Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pendidikan terakhir Jumlah Petani Mitra (persen) Tamat Tidak Tamat Jumlah Petani Non Mitra (persen) Tamat Tidak Tamat SD/Sederajat 30,8 3,8 56,7 20,0 SMP/Sederajat 23,1 3,8 16,7 3,3 SMA/Sederajat 23,1 3,8 - - D3 3, S1 7,7-3,3 - Jumlah 88,5 11,5 76,7 23, Pengalaman Usahatani Padi Sehat Pengalaman dalam usahatani padi sehat bervariasi, dari satu musim hingga 21 musim. Pengalaman responden dalam usahatani padi sehat lebih lama dilakukan oleh petani mitra, dengan lama mengusahakan padi sehat lebih bervariasi, mulai dari satu hingga 21 musim. Sedangkan petani non mitra variasi lama mengusahakan padi sehat berada pada satu hingga enam musim, dan hanya satu orang yang sudah berpengalaman 21 musim. Rata-rata lama pengalaman mengusahakan padi sehat petani mitra sebanyak enam musim sedangkan petani non mitra sebanyak tiga musim. Persentase petani responden berdasarkan pengalaman mengusahakan padi sehat dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Lama Jumlah Petani Persentase Jumlah Petani Persentase mengusahakan padi sehat (musim) mitra (orang) non mitra (orang) , , ,5 1 3, , , , ,8 1 3,3 Jumlah

73 Luas dan Status Penguasaan lahan Berdasarkan total lahan (sawah maupun bukan) yang dikuasai petani responden, rata-rata total lahan petani mitra lebih besar 23 persen dari total lahan yang dikuasai petani non mitra. rata-rata total lahan petani mitra sebesar 0,71 ha, sedangkan petani non mitra sebesar 0,54 ha. Total lahan yang dikuasai petani responden, terdiri dari lahan basah (sawah), lahan kering (biasanya ditanam sayuran), dan/atau kolam ikan konsumsi (ikan mas, nila, dan lainnya). Bila dilihat dari penguasaan lahan basah saja (sawah), luas penguasaan sawah responden berada dikisaran kurang dari 0,2 ha hingga lebih dari 1 ha. Luas penguasaan sawah petani mitra dan non mitra tidak terlalu berbeda dengan penguasaan sawah yang paling banyak berada diantara 0,2 0,4 ha. Rata-rata luas sawah yang dikuasi oleh petani mitra sebanyak 0,51 ha dan petani non mitra sebanyak 0,47 ha. Jumlah petani responden berdasarkan luas penguasaan sawah dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Penguasaan Sawah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Luas Penguasaan Jumlah Petani Persentase Jumlah Petani non Persentase sawah (ha) mitra (orang) mitra (orang) < 0,2 6 23, ,3 0,2 0, , ,3 0,41 0,6 3 11,5 4 13,3 0,61 0,8 2 7,7 1 3,3 0, ,7 2 6,7 > ,5 3 10,0 Jumlah , ,0 Berdasarkan status penguasaan sawah, responden mempunyai status penguasaan sawah yang bervariasi. Petani mitra paling banyak status penguasaan sawahnya adalah milik dan sewa. Walaupun petani mitra sudah mempunyai lahan sendiri, namun untuk meningkatkan luas lahan yang dikuasai petani juga melakukan sewa lahan. Hal ini dikarenakan luas lahan yang dikuasai petani responden masih banyak yang berada dibawah 0,5 ha. Sedangkan petani non mitra, status penguasaan lahan yang paling banyak adalah sewa. Berarti petani non mitra dalam mengusahakan padi sehat hanya tergantung luas sawah yang

74 disewa karena tidak mempunyai sawah sendiri. Jumlah petani responden berdasarkan status penguasaan sawah dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Status Penguasaan Sawah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Status Jumlah Petani Persentase Jumlah Persentase Penguasaan sawah mitra (orang) Petani non mitra (orang) Milik 6 23,1 8 26,7 Sewa 8 30, ,3 Numpang ,7 Milik dan Sewa 11 42,3 9 30,0 Milik dan 1 3,8 - - Numpang Milik dan Gadai ,3 Jumlah , , Pekerjaan Utama dan Sampingan Lebih dari 80 persen, petani mitra maupun petani non mitra pekerjaan utamanya (berdasarkan curahan waktu yang paling banyak) adalah petani. Berarti sebagian besar waktu petani responden setiap harinya dihabiskan untuk bekerja sebagai petani. Petani disini tidak hanya bekerja pada lahan sendiri, namun petani responden juga banyak yang bekerja di lahan orang lain. Bila pada lahan sendiri sudah tidak ada kerjaan, biasanya petani bekerja di lahan orang lain untuk berbagai kegiatan, seperti menanam bibit (nandur) bagi petani perempuan dan mengolah lahan bagi petani laki-laki. Itu pun bila ada petani lain yang membutuhkan jasa mereka. Petani responden juga tidak hanya bekerja di sawah namun juga di lahan kering yang biasanya ditanami sayuran, pada lahan sendiri maupun orang lain. Setiap harinya petani disibukkan oleh pekerjaan di lahan, biasanya petani hanya beristirahat pada saat solat dzhuhur dan kembali ke lahan setelah jam satu siang, lalu pulang ke rumah pada saat solat ashar. Bahkan ada petani yang beristirahat dan solat di saung, baru pulang ke rumah ketika hari mulai senja karena jauhnya jarak lahan dengan rumah. Selain petani, pekerjaan utama petani responden yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 16.

75 Tabel 16. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pekerjaan Jumlah Petani Persentase Jumlah Petani Persentase Utama mitra (orang) non mitra (orang) Petani 22 84, ,3 Guru 2 7,7 1 3,3 Aparatur 1 3,8 - - Desa Ibu Rumah 1 3,8 1 3,3 Tangga Jumlah , ,0 Petani responden mempunyai beberapa pekerjaan yang dilakukan setiap hari selain bertani dan pekerjaan utama lainnya. Peternak dijadikan pekerjaan sampingan yang paling banyak dilakukan oleh petani mitra maupun non mitra. Pekerjaan sampingan yang paling banyak dipilih setelah berternak adalah wirausaha. Namun, petani non mitra paling banyak tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Berarti petani non mitra yang sebagian besar pekerjaan utamanya adalah petani, hanya menggantungkan hidup dari hasil pertanian saja. Petani yang pekerjaan utamanya sebagai peternak, sebagian besar memelihara ayam, domba, dan sapi pedaging. Namun juga ada yang berternak itik dan ikan. Petani yang memelihara domba atau sapi, biasanya ketika selesai pekerjaan di lahan (sawah maupun lainnya) maka petani lalu mencari rumput untuk pakan ternak. Pekerjaan ini dilakukan ketika siang atau sore hari. Kandang ternak ini biasanya ditempatkan di sawah bila dekat dengan rumah atau di sebelah rumah. Petani yang memelihara hewan ternak (domba dan sapi pedaging) yang berkelompok maka penempatan ternak tersebut berada pada lokasi kandang yang sama. Dimana penjagaannya dilakukan secara bergantian. Kotoran yang dihasilkan pun dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik dalam jumlah yang banyak. Sedangkan petani yang pekerjaan sampingannya sebagai wirausahaan, sebagian besar membuka warung di rumah atau berjualan barang secara kredit. Pekerjaan sampingan lainnya yang dilakukan petani responden dapat dilihat pada Tabel 17.

76 Tabel 17. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pekerjaan Jumlah Petani Persentase Jumlah Petani Persentase Sampingan mitra (orang) non mitra (orang) Petani 4 15,4 2 6,7 Buruh Tani 3 11,5 2 6,7 Peternak 8 30,8 9 30,0 Guru 1 3,8 - - Wiraswasta 4 15,4 5 16,7 Swasta 2 7,7 - - Aparatur Desa 1 3,8 1 3,3 Ibu Rumah Tangga ,3 Tidak Punya 3 11, ,3 Pekerjaan Sampingan Jumlah , , Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat Petani yang mempunyai pekerjaan sampingan diluar usahatani padi sehat maka akan menghasilkan pendapatan non usahatani dan/atau pendapatan usahatani non padi sehat yang dapat dilihat persentase. Rata-rata pendapatan non usahatani petani mitra sebesar Rp 1,8 juta per bulan dan sebarannya pun paling banyak berada pada Rp 1 jt 2 jt per bulan. Sedangkan petani non mitra rata-rata pendapatan non usahataninya sebesar Rp 2 juta per bulan, namun sebaranya paling banyak yang berada dibawah Rp 1 jt per bulan. Rata-rata pendapatan usahatani non padi sehat petani mitra sebesar Rp 1,2 juta per bulan, sedangkan petani non mitra sebesar Rp 1 juta per bulan. Walaupun rata-rata pendapatan usahatani non padi sehat petani mitra maupun non mitra lebih dari Rp 1 jt per bulan, namun sebarannya paling banyak berada kurang dari Rp 1 juta per bulan. Rata-rata pendapatan non usahatani petani mitra dan non mitra lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani non padi sehat. Hal ini karena pendapatan non usahatani yang dihitung tidak hanya yang dihasilkan oleh petani responden itu sendiri, namun juga dijumlahkan dengan pendapatan non usahatani anggota keluarga lainnya, suami atau istri, dan anak. Begitu pula perhitungan pada pendapatan usahatani non padi sehat. Namun, karena sebagian

77 besar anggota keluarga tidak bekerja dalam bidang pertanian, sehingga pendapatan usahatani non padi sehat petani responden lebih kecil dibandingkan pendapatan non usahatani. Persentase petani responden berdasarkan pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Jumlah Pendapatan (Rp juta/bulan) Jumlah Petani Mitra (persen) Jumlah Petani Non Mitra (persen) PNU PUNPS PNU PUNPS 0 11,5 19,3 16,7 3,3 < 1 26,9 50,0 26,7 70, ,8 19,2 23,3 3,3 2,01 3 7,7-10,0 13,3 3,01 4 7,7-6,7 3,3 4,01 5 3,8 3,8 3,3 3,3 > 5 11,5 7,7 13,3 3,3 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

78 VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada tahun Pada saat itu petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes baru mengembangkan padi sehat dan sedang mencari pasar untuk menjual hasil produksinya karena belum ada pembeli khusus padi sehat. Pada saat itu juga PT. Medco Intidinamika melalui divisi Business Development Department sedang melakukan proyek yang bernama Medco Pure Farming (MPF). Proyek ini merupakan penjualan produk pertanian organik, salah satunya beras organik (sehat), sehingga MPF membutuhkan pasokan beras organik (sehat) langsung dari petani. Pada tahun 2010, kemitraan yang berlangsung belum menggunakan kontrak tertulis karena masih melakukan negosiasi kedua pihak. Baru pada awal tahun 2011, kemitraan dilaksanakan dengan kontrak tertulis. Sebelumnya proyek MPF telah dilaksanakan dengan melakukan kemitraan dengan dua gapoktan di Cianjur dan telah menjadi tempat penangkaran benih yang sedang dikembangkan oleh MPF. Benih ini diberinama Suhana dengan varietas sintanur dan inpari 13. Pada akhir tahun 2012 ini, proyek MPF akan dievaluasi (assessment) oleh perusahaan, apakah dapat dilanjutkan menjadi unit bisnis dengan kemungkinan berdiri sendiri atau dengan investor (go with) atau proyek berhenti (no go). Sebelum berjalannya kemitraan, perusahaan mitra melakukan seleksi kelompok tani yang akan dijadikan mitra oleh supervisor di lapang. Dengan melakukan prosedur tahapan seleksi, akhirnya Gapoktan Mekar Tani menjadi mitra MPF. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar Tani yang terletak di Desa Jambeneggang merupakan salah satu gapoktan di Kecamatan Kebon Pedes yang sedang mengembangkan padi sehat. Gapoktan ini telah disahkan oleh SK Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.273/KTSP/OT/4/2007. Bila dilihat dari lima pola kemitraan agribisnis berdasarkan tulisan Sumardjo et al. (2004), yaitu pola kemitraan inti plasma, pola kemitraan subkontrak, pola kemitraan dagang umum, pola kemitraan keagenan, dan pola

79 kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA), kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika, paling sesuai termasuk kedalam pola kemitraan dagang umum dibandingkan keempat pola kemitraan agribisnis lainnya. Hal ini dikarenakan pelaksanaan kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika sesuai dengan gambaran pola kemitraan dagang umum, yaitu petani mitra bergabung dalam kelompok mitra (Gapoktan Mekar Tani) untuk menjual gabah padi sehatnya yang sudah diolah menjadi beras sehat ke perusahaan mitra. Selanjutnya perusahaan mitra menjualnya kepada konsumen. Namun, sebagian besar petani mitra bukan anggota Gapoktan Mekar Tani. Hal ini dikarenakan Gapoktan Mekar Tani juga melakukan kerjasama dengan petani di luar gapoktan karena kekurangan pasokan gabah padi sehat. Desa Jambenenggang merupakan lokasi Gapoktan Mekar Tani. Desa ini memiliki luas sawah tersempit di Kecamatan Kebon Pedes sehingga pengembangan padi sehat terkendala pada luas lahan dan juga sedikitnya petani di dalam Gapoktan Mekar Tani yang mengusahakan padi sehat. Gapoktan Mekar Tani harus mengirimkan beras sehat ke MPF sesuai kesepakatan yang ada. Rata-rata gapoktan ini mengirim 4 ton beras sehat ke MPF setiap bulannya, satu hingga tiga kali pengiriman. Sejak bulan Januari 2011 hingga Januari 2012, Gapoktan Mekar Tani telah mengirim beras sehat sebanyak 51,23 ton. Jumlah beras sehat yang dikirim Gapoktan Mekar Tani ke MPF setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 19. Beras yang dikirim ke perusahaan mitra, sebagian besar dijual kepada internal perusahaan melalui koperasi, salah satunya koperasi pegawai PT. Medco Intidinamika, yaitu Koperasi Dinatera yang berada di kantor Medco di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan. Beras sehat ini dapat dibeli seharga Rp ,00 per kg. Pegawai dapat membeli beras sehat melalui koperasi untuk dikonsumsi sendiri atau dijual lagi. Beras sehat ini juga dijadikan sebagai tunjangan untuk pegawai Medco dengan jumlah yang berbeda setiap orangnya tergantung kebijakan kantor Medco, yang tersebar di lima wilayah di Jakarta. Biaya tunjangan ini semuanya ditanggung oleh perusahaan.

80 Tabel 19. Tanggal Kirim dan Jumlah Beras Sehat yang Dikirim Gapoktan Mekar Tani ke Perusahaan Mitra Setiap Bulan Tahun Tanggal Kirim Jumlah (kg) 27 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Juli Agustus Agustus Agustus September Oktober November Desember Januari Januari Jumlah Sumber : Gapoktan Mekar Tani (2012) Beras ini juga dijual untuk eksternal perusahanaan, namun masih dalam jumlah yang terbatas. Pemasaran dilakukan dengan word of mouth dan melalui internet, salah satunya jejaring sosial Facebook. Penjualan beras sehat saat ini dilakukan sebagai uji pasar, untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai konsumen terhadap beras sehat yang berlabel M Pure Farming ini. Di kemasan beras sehat ini juga terdapat tulisan: Diproduksi: Gapoktan Mekar Tani, Sukabumi. Dengan adanya tulisan tersebut, konsumen dapat mengetahui darimana beras sehat tersebut diproduksi dan juga secara tidak langsung dapat mempromosikan Gapoktan Mekar Tani. Kemasan beras sehat ini dapat dilihat pada Gambar 8.

81 Gambar 8. Kemasan Beras Sehat 6.2. Mekanisme Kemitraan Pelaksanaan kemitraan ini diawali dari uji lapang yang dilakukan oleh perwakilan perusahaan mitra dengan melihat kualitas, kuantitas, dan biaya transportasi. Dilihat secara kualitas Gapoktan Mekar Tani telah melakukan pengujian laboraturium beras sehat yang dihasilkan pada akhir tahun Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian di Bogor, beras sehat Gapoktan Mekar Tani tidak mengandung bahan kimia. Sekarang pun Gapoktan Mekar Tani bersama Asosiasi Petani Padi Sehat sedang melakukan tahapan awal sertifikasi lahan bebas bahan kimia, walaupun luas sawah yang akan disertifikasi masih sedikit. Setelah lulus uji tersebut (kualitas, kuantitas, dan biaya), dilanjutkan dengan negosiasi kontrak kerjasama secara tertulis. Negosiasi yang dilakukan diwaliki oleh setiap pihak. Dari Gapoktan Mekar Tani, hanya ketua gapoktan saja yang mewakili tanpa adanya perundingan dengan anggota lainnya. Negosiasi membahas harga, kualitas dan kuantitas, cara pengiriman, cara pembayaran, dan lain-lain yang hasilnya dituliskan dalam kontrak kerjasama. Kontrak kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan Gapoktan Mekar Tani bersifat kontrak harga dan hasil produksi (kualitas dan kuantitas). Harga yang disepakati adalah harga yang sudah termasuk semua biaya, pinjaman benih maupun biaya transportasi. Harga beras sehat yang disetujui mengikuti harga pasar yang sedang berlaku.

82 Kontrak kerjasama ini diperbaharuhi setiap musim, sehingga harga beras sehat dan jumlah permintaan beras sehat selalu berubah setiap musim, namun kesepakatan yang lain sama. Kontrak kerjasama ini dibuat satu musim sebelumnya atau beberapa bulan sebelum panen agar Gapoktan Mekar Tani sudah mengetahui berapa beras sehat yang akan dikirimkan pada waktu yang disepakati. Pada awal kemitraan, kontrak kerjasama langsung ditandatangan oleh kedua pihak. Namun selanjutnya, untuk memudahkan kedua pihak, kertas kontrak kerjasama dikirimkan oleh perusahaan mitra via pos atau lainnya kepada Gapoktan Mekar Tani sebanyak dua rangkap. Setelah ditandatangani ketua gapoktan, surat tersebut dikirim kembali ke perusahaan mitra. Setelah kontrak kerjasama disepakati Gapoktan Mekar Tani dan perusahaan mitra. Selanjutnya Gapoktan Mekar Tani akan mempersiapkan sawah petani mitra yang mana saja yang akan ditanami padi sehat untuk dikirim hasil produksinya ke perusahaan mitra pada musim yang akan datang. Gapoktan Mekar Tani lalu memberikan pinjaman benih dan modal kepada petani mitra tersebut yang berasal dari perusahaan mitra. Petani mitra yang berada diluar Gapoktan Mekar Tani, biasanya akan dihubungi melalui perwakilan desa (biasanya ketua gapoktan) atau langsung dengan petani mitra tersebut. Karena sedikitnya lahan dan petani padi sehat di Desa Jambenenggang maka Gapoktan Mekar Tani melakukan kerjasama dengan gapoktan atau kelompok tani lain di dalam maupun di luar Kecamatan Kebon Pedes. Baru tiga gapoktan di Kecamatan Kebon Pedes yang sudah bekerjasama dengan Gapoktan Mekar Tani, dari Desa Kebon Pedes, Bojong Sawah, dan Sasagaran. Baru satu kelompok tani di Cikaret yang berkerjasama dengan Gapoktan Mekar Tani pada musim tanam bulan Maret Kerjasama untuk memasok gabah padi sehat antara Gapoktan Mekar Tani dengan gapoktan lain sudah dilakukan secara tertulis dalam bentuk MOU pada awal kerjasama pada saat panen raya yang dihadiri oleh wakil Bupati Sukabumi. Namun untuk kerjasama pada musim-musim selanjutnya, kerjasama ini tidak menggunakan MOU tertulis, sehingga kurang teraturnya pelaksanaan kerjasama ini. Gapoktan yang sudah berkerjasama dengan Gapoktan Mekar Tani, ada juga yang melakukan surat pernyataan secara tertulis antara ketua gapoktan dan

83 ketua poktan untuk memasok gabah sehat kepada Gapoktan Mekar Tani dengan jumlah yang disanggupinya. Gapoktan tersebut yaitu Gapoktan Sawargi Desa Kebon Pedes. Namun pelaksanaan kerjasama ini kurang sesuai dengan yang terjadi di lapang. Ketua poktan yang telah menandatangani surat pernyataan tersebut, ada yang tidak memasok gabah padi sehat ke Gapoktan Mekar Tani, sehingga surat pernyataan tersebut tidak dibuat kembali. Pada waktu (bulan) yang telah disepakati, satu minggu sebelum pengiriman, perusaahaan mitra akan menghubungi Gapoktan Mekar Tani. Perusahaan mitra akan memberitahu tanggal pengiriman dan jumlah beras sehat yang harus dikirim. Hal ini dilakukan karena beras sehat tidak langsung semuanya dikirim sesuai jumlah kontrak, namun dilakukan beberapa kali pengiriman. Pengolahan dari gabah menjadi beras dan pengemasannya dilakukan oleh Gapoktan Mekar Tani. Pengolahan dan pengemasan beras sehat tidak dilakukan oleh anggota gapoktan, namun dilakukan oleh pekerja. Gabah padi sehat yang dikirim oleh petani mitra disimpan di gudang karena petani mengirim gabah padi sehat tidak bersamaan. Gabah disimpan di gudang hingga adanya permintaan pengiriman dari perusahaan mitra. Setelah ada permintaan pengiriman baru gabah tersebut digiling dan dikemas satu atau dua hari sebelumnya. Pembayaran pun tidak dilakukan secara keseluruhan dari perusahaan mitra kepada Gapoktan Mekar Tani, namun dilakukan beberapa tahap setelah pengiriman. Setelah pengiriman pembayaran dari perusahaan mitra baru dilakukan pembayaran dari Gapoktan Mekar Tani ke petani mitra. Namun, bila Gapoktan Mekar Tani mempunyai cadangan uang (modal), maka pembayaran dilakukan langsung ketika petani mitra mengirimkan hasil produksinya Kontrak Kerjasama Kontrak kerjasama yang telah dibuat berdasarkan kesepakatan bersama berisi hak dan kewajiban kedua pihak. Kontrak kerjasama ini dibedakan menjadi dua, kontrak kerjasama antara perusahaan mitra dengan Gapoktan Mekar Tani dan Gapoktan Mekar Tani dengan petani mitra. Hak dan kewajiban antar pihak tidak dapat dipisahkan satu dengan lain. Hak satu pihak berarti kewajiban pihak lain, begitu pula sebaliknya. Maka, hak dan kewajiban harus dilaksanakan dengan sebaiknya agar tidak ada pihak yang dirugikan.

84 Kontrak Kerjasama Perusahaan Mitra dengan Gapoktan Mekar Tani Kontrak kerjasama yang disepakati antara perusahaan mitra dengan Gapoktan Mekar Tani berisi hak dan kewajiban, yaitu: Hak Perusahaan Mitra (kewajiban Gapoktan Mekar Tani): 1. Mendapatkan beras sehat yang sesuai dengan kesepakatan, antara lain: a. Beras diolah dalam keadaan bersih. b. Pecahan beras tidak mayoritas. c. Beras yang dikirim sesuai dengan varietas yang disepakati. d. Beras terjaga kualitasnya. e. Beras dikemas sesuai standar MPF. 2. Mendapatkan beras sehat selama perjanjian sesuai permintaan. 3. Menerima beras sehat dalam jangka waktu maksimal dua minggu setelah permintaan diterima dan minimal dikirim sebanyak 1,5 ton. Hak Gapoktan Mekar Tani (kewajiban perusahaan mitra): 1. Menerima pembayaran sesuai dengan nilai perjanjian (total pembayaran), dengan tahapan sebagai berikut yang berselang satu bulan: a. Tahap 1 : 5,01 persen dari nilai perjanjian. b. Tahap 2 : 4,99 persen dari nilai perjanjian. c. Tahap 3 : Nilai beras sehat yang dikirim dikurangi pembayaran tahap pertama. d. Tahap 4 : Nilai beras sehat yang dikirim dikurangi pembayaran tahap kedua. e. Tahap 5 : Pelunasan. 2. Pembayaran tahap 1 dan 2 dilakukan paling lambat lima hari kerja terhitung dari tanggal kesepakatan harga. 3. Pembayaran tahap 3 dan 4 dilakukan paling lambat satu minggu setelah beras diterima perusahaan mitra dengan adanya bukti serah terima barang dalam keadaan baik yang ditandatangani ketua Gapoktan Mekar Tani. 4. Pembayaran akan dilunasi paling lambat satu minggu setelah pengiriman terakhir.

85 Kontrak Kerjasama Gapoktan Mekar Tani dengan Petani Mitra Seluruh petani mitra di Kecamatan Kebon Pedes, pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai budidaya padi sehat. Setelah penyuluhan dan pelatihan tersebut selesai, petani diminta menandatangi surat pernyataan yang berisi: 1. Akan melakukan pertanian organik sesuai dengan standar internal organik yang ditetapkan. 2. Tidak akan mencampur hasil produksi gabah padi sehat dengan gabah padi konvensional, untuk benih, konsumsi, maupun dijual. 3. Apabila melanggar dengan sengaja atau tidak sengaja maka bersedia menerima sanksi dan dikeluarkan dari kelompok. Surat pernyataan ini menjadi kontrak kerjasama tertulis, secara tidak langsung yang ditandatangani petani padi sehat untuk menjadi petani mitra walaupun tidak disertai dengan materai. Tidak ada kontrak kerjasama yang dibuat secara langsung oleh Gapoktan Mekar Tani dengan petani mitra, untuk memasok gabah padi sehat ke perusahaan mitra. Tidak adanya hak dan kewajiban kedua pihak secara tertulis sehingga tidak jelas dan kurang transparannya pelaksanaan kemitraan Karakteristik Petani dalam Kemitraan Karakteristik petani dalam kemitraan penting untuk diketahui karena akan berpengaruh pada pelaksaanan kemitraan itu sendiri. Karakteristik petani dalam kemitraan dilihat dari lama petani bermitra, alasan petani bermitra, tempat petani menjual gabah, perbedaan harga yang diterima petani, lama waktu pembayaran kepada petani, keluhan, saran, dan harapan petani dalam kemitraan, serta rencana kelanjutan kemitraan. Karakteristik petani mitra ini secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Lama petani responden yang melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika bervariasi, mulai dari satu musim hingga delapan musim. Lama petani bergabung dalam kemitraan paling banyak satu dan dua musim. Petani mitra baru melakukan kemitraan setelah melihat teman mereka mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan tempat lainnya sehingga mereka tertarik untuk bergabung. Petani yang telah melakukan kemitraan sejak awal yaitu delapan

86 musim hanya ada tiga orang (11,5 persen) karena permintaan pada awal kemitraan hanya sedikit sehingga dapat dipenuhi oleh tiga orang tersebut. Setelah jumlah permintaan perusahaan mitra meningkat maka petani yang bergabung pun semakin banyak. Ada juga petani yang telah melakukan kemitraan selama tiga musim (19,2 persen). Namun paling banyak petani bermitra baru satu musim (34,6 persen) dan dua musim (34,6 persen) Alasan Petani Bermitra Ada lima alasan yang mendasari petani melakukan kemitraan. Kelima alasan tersebut diurutkan berdasarkan alasan yang paling penting. Urutan pertama (berdasarkan yang paling penting) yang menjadi alasan petani melakukan kemitraan adalah harga jual gabah lebih tinggi dibandingkan dengan harga gabah konvensional. Hal ini dikarenakan pembeli gabah padi sehat masih sangat jarang di Kecamatan Kebon Pedes, sehingga harga jual gabah padi sehat akan sama dengan harga gabah konvensional bila petani menjual gabah padi sehatnya ke pembeli biasa. Padahal harga gabah padi sehat lebih tinggi dibandingkan gabah padi konvensional. Urutan kedua alasan yang paling penting petani melakukan kemitraan adalah pemasaran terjamin. Dengan terjaminnya pemasaran maka petani tidak perlu lagi memikirkan kemana gabah padi sehatnya akan dijual dengan harga yang lebih tinggi dari gabah konvensional. Sedangkan urutan ketiga alasan yang paling penting petani melakukan kemitraan adalah mendapatkan bantuan benih. Dengan mendapatkan bantuan benih petani akan mendapatkan satu jaminan input. Petani dapat meminta jumlah benih sesuai kebutuhan melalui Gapoktan Mekar Tani. Bantuan benih yang diterima petani mitra sebenarnya bukan bantuan, namun pinjaman, karena benih sudah termasuk biaya yang sudah diperhitungkan pada harga jual beras sehat. Namun ketua Gapoktan Mekar Tani menganggap benih tersebut sebagai bantuan. Benih yang diberikan dari perusahaan mitra ke petani mitra melalui Gapoktan Mekar Tani, ada yang diberikan secara gratis. Hal ini kemungkinan karena jumlah benih yang diberikan kepada petani mitra hanya sedikit atau sebagai pelayanan yang diberikan kepada petani mitra dari Gapoktan Mekar Tani. Namun pendistribusiannya belum merata. Hanya tujuh orang petani mitra yang pernah mendapatkan bantuan benih ini.

87 Urutan keempat alasan petani melakukan kemitraan karena mengikuti sekolah lapang (SL) padi sehat. Pelaksanaan SL padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes telah dilakukan di tiga desa, yaitu Desa Kebon Pedes, Desa Sasagaran, dan Desa Bojong Sawah. Setelah pelaksanaan SL padi sehat pada tahun 2010, petani diminta menandatangani surat pernyataan bahwa tidak akan menggunakan bahan kimia dalam mengusahakan padi sehat. Surat pernyataan tersebut digunakan oleh Gapoktan Mekar Tani untuk menjalin kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika dan secara tidak langsung petani mitra juga melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika. Urutan kelima (terakhir) alasan petani melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika karena mendapatkan pinjaman modal untuk biaya produksi. Namun, hanya tiga orang petani yang memilih alasan ini untuk melakukan kemitraan. Hal ini dikarenakan pemberian pinjaman modal tidak semua dirasakan oleh petani mitra Tempat Petani Menjual Gabah Padi Sehat dan Perbedaan Harga yang Diterima Tempat petani menjual gabah menjadi karakteristik kemitraan karena dapat diketahui apakah semua gabah padi sehat dijual seluruhnya ke perusahaan mitra atau tidak, sehingga dapat diketahui komitmen petani dalam kemitraan. Petani yang menjual seluruh gabah padi sehatnya ke perusahaan mitra sebesar 88,5 persen. Hal ini menandakan petani mitra sudah berkomitmen dalam kemitraan. Tetapi tidak semua petani menjual seluruh gabah padi sehatnya ke perusahaan mitra, sebanyak tiga orang (11,5 persen) masih menjual sebagian besar gabah padi sehatnya ke tengkulak. Tidak seluruhnya petani menjual gabah padi sehatnya ke perusahaan mitra dikarenakan petani telah mempunyai hutang kepada tengkulak. Petani mempunyai rasa keterikatan untuk menjual gabahnya ke tengkulak tersebut sebagai balas budi, walaupun harga yang diterima lebih rendah. Perbedaan harga jual gabah padi sehat dengan harga gabah konvensional yang diterima oleh petani mitra bervariasi, tergantung kualitas gabahnya. Perbedaan harga gabah yang diterima petani mitra rata-rata sebesar Rp 438,46 per kg. Perbedaan harga gabah yanga diterima petani mitra paling banyak sebesar Rp

88 500,00 per kg, dengan mengikuti harga gabah yang berlaku di pasar. Jumlah petani mitra berdasarkan perbedaan harga gabah dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Perbedaan Harga Gabah Kering Giling (GKG) yang Diterima di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Perbedaan harga gabah yang Jumlah (orang) Persentase diterima dengan harga gabah konvensional (Rp/Kg) , , , , , ,8 Jumlah , Lama Waktu Pembayaran Kepada Petani Mitra Pembayaran uang hasil penjualan gabah kepada petani mitra dari Gapoktan Mekar Tani tidak semua dilakukan langsung pada waktu mengirimkan hasil produksinya. Sebagian besar petani menerima pembayaran secara langsung saat mengirimkan hasil produksinya. Namun petani lainnya harus menunggu satu hingga 30 hari (satu bulan) kemudian. Jumlah petani mitra berdasarkan lama waktu pembayaran hasil penjualan gabah dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Lama Waktu Pembayaran Hasil Penjualan Gabah di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Lama Tenggat Waktu Pembayaran Gabah Jumlah (orang) Persentase (Hari) Langsung Dibayar 11 42,3 Satu 1 3,8 Dua 3 11,5 Tiga 3 11,5 Lima 4 15,4 Tujuh 3 11,5 Tiga Puluh 1 3,8 Jumlah ,0

89 Penundaan pembayaran paling banyak dilakukan selama lima hari. Penundaan pembayaran ini membuat petani berpikir menjual hasil produksinya kepada pihak lain bila sangat membutuhkan uang tunai. Penundaan pembayaran ini dikarenakan Gapoktan Mekar Tani belum mempunyai dana untuk melakukan pembayaran hasil produksi secara langsung ketika petani mengirimkan hasil produksinya Keluhan, Saran, dan Harapan Petani dalam Kemitraan Petani mitra mempunyai berbagai keluhan, saran, dan harapan dalam pelaksanaan kemitraan ini. Keluhan yang paling banyak diungkapkan petani mitra adalah keterlambatan pembayaran selama beberapa hari bahkan ada yang sampai satu bulan. Petani mitra ingin pembayaran langsung saat mereka mengirimkan hasil produksi mereka ke Mekar Tani karena mereka menunggu selama satu musim untuk menghasilkan uang tunai untuk berbagai keperluan. Keluhan yang paling banyak kedua adalah tidak mendapat modal atau uang muka. Pemberian uang muka sebanyak lima persen yang dijanjikan kepada petani, tidak semua diterima oleh petani mitra. Hal ini membuat petani merasa kecewa. Keluhan petani mitra dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Keluhan dalam Kemitraan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Keluhan Jumlah (orang) Persentase Penundaan pembayaran 6 23,1 Kemitraan belum berjalan maksimal 1 3,8 Tidak mendapat pinjaman modal 2 7,7 Kurang sosialisasi 1 3,8 Harga tidak stabil 1 3,8 Tidak ada keluhan 15 57,7 Jumlah ,0 Keluhan lainnya yang diungkapkan petani mitra adalah kemitraan yang belum berjalan maksimal, kurang sosialiasi, dan harga tidak stabil. Tidak semua petani mengetahui mekanisme kemitraan karena kurangnya sosialisasi. Mekanisme kemitraan hanya diketahui oleh beberapa orang saja, seperti ketua

90 gapoktan (sebagai perwakilan desa) sehingga petani mitra ada yang tidak merasa melakukan kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika. Petani hanya menjual hasil gabah padi sehatnya ke ketua kelompok atau perwakilan desanya tanpa mengetahui kalau hasil produksinya selanjutkan akan dijual kepada perusahaan mitra. Petani mitra juga mengeluhkan harga gabah padi sehat yang tidak stabil. Petani ingin kalau hasil produksinya dijual dengan harga yang tetap setiap musimnya. Petani mitra memberikan berbagai saran untuk perbaikan kemitraan yang sedang berjalan. Saran yang paling banyak diberikan petani mitra adalah pemberian pinjaman modal. Saran ini diberikan oleh petani mitra karena pinjaman modal yang dijanjikan diawal kemitraan tidak semua dirasakan oleh petani mitra. Petani mitra sebagian besar hanya menggunakan modal pribadi atau dari keluarganya sehingga jumlah modal yang digunakan sangat terbatas. Bila petani mitra hanya menggunakan modal sendiri dan pembayaran hasil produksinya terlambat maka tidak ada perputaran uang untuk modal pada musim selanjutnya. Petani mitra yang kekurangan modal biasanya meminjam uang kepada tetangga atau tengkulak. Bila meminjam uang kepada tengkulak maka hasil produksinya akan dijual kepada tengkulak tersebut, bukan kepada Gapoktan Mekar Tani. Saran lainnya yang diberikan oleh petani mitra dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Saran yang Diberikan dalam Kemitraan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Saran Jumlah (orang) Persentase Harga gabah ditingkatkan dan stabil 2 7,7 Pembayaran secara langsung/kontan 5 19,2 Pemberian pinjaman modal 6 23,1 Sering bekoordinasi 1 3,8 Diadakan pertemuan rutin kemitraan 1 3,8 Tidak ada saran 11 42,3 Jumlah ,0

91 Petani mitra juga menyampaikan berbagai harapan kedepan untuk pelaksanaan kemitraan ini agar menjadi lebih baik lagi. Harapan yang paling banyak disampaikan petani mitra adalah peningkatan harga gabah (42,3 persen). Harga gabah saat ini dirasa kurang oleh petani, karena perbedaannya dengan gabah konvensional rata-rata hanya Rp 500,00 per kg. Harga gabah padi sehat di luar Kecamatan Kebon Pedes, lebih tinggi dari yang diberikan Gapoktan Mekar Tani. Petani juga mengharapkan harga gabah tersebut berada pada harga yang stabil tanpa mengikuti harga pasar sehingga petani mempunyai kepastian harga jual gabah. Harapan petani mitra lainnya yaitu mendapatkan pinjaman modal (19,2 persen) dan ada satu orang petani yang ingin bermitra secara langsung dengan perusahaan mitra tanpa melalui Gapoktan Mekar Tani. Seluruh petani mitra saat ini berencana akan melanjutkan kemitraan walaupun berbagai keluhan yang dialami. Hal ini dikarenakan mereka sudah merasa terikat kontrak dengan perusahaan mitra dan masih sedikitnya pembeli gabah padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Seluruh petani akan melanjutkan kemitraan karena mereka masih merasakan manfaat. Bila manfaat yang dirasakan dari kemitraan berkurang atau merugikan, tentu mereka tidak akan melanjutkan kemitraan Kendala Pelaksanaan Kemitraan Berikut ini kedala kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra, Gapoktan Mekar Tani, dan PT. Medco Intidinamika, sebagai pihak yang melaksanakan kemitraan, antara lain: 1. Keterlambatan Pembayaran Kepada Petani Mitra Keterlambatan pembayaran kepada petani mitra karena Gapoktan Mekar Tani kekurangan modal untuk membayar secara langsung saat petani mitra mengirimkan hasil produksi. Kontrak kerjasama yang dibuat dengan perusahaan mitra, biasanya dilaksanakan untuk jangka waktu empat bulan dengan pembayaran yang bertahap. Sedangkan petani mitra melakukan panen dan mengirimkan hasil produksinya berbeda-beda. Tidak semua dilakukan setelah Gapoktan Mekar Tani mendapatkan pembayaran dari perusahaan mitra, sehingga Gapoktan Mekar Tani harus meminjam uang kepada pihak lain untuk membayar hasil produksi petani mitra.

92 Gapoktan Mekar Tani pun terkendala pembayaran dari perusahaan mitra, jika beras sehat yang dikirimkan belum memenuhi kuota yang diminta perusahaan, maka pembayaran belum dapat dilakukan. Sebaiknya, pembayaran yang dilakukan bertahap tersebut, pada pembayaran tahap satu dan/atau kedua, persentase yang dibayarkan dari nilai total ditingkatkan hingga 10 persen (dua kali lipat dari kesepakatan saat ini) dan dibayarkan langsung setelah Gapoktan Mekar Tani mengirimkan beras sehat. Bila Gapoktan Mekar Tani belum memenuhi kuota pengiriman beras sehat, sebaiknya pembayaran dilakukan sebesar 50 persen dari total nilai pengiriman. Hal ini dilakukan agar Gapoktan Mekar Tani tidak kekurangan modal untuk membayar hasil produksi petani mitra. 2. Belum Meratanya Distribusi Pinjaman Benih dan Modal dari Perusahaan Mitra Pendistribusian pinjaman benih dan modal dari perusahaan mitra yang kurang merata, sehingga belum semua petani mitra mendapatkannya. Gapoktan Mekar Tani belum bisa mengatur pendistribusian pinjaman ini dengan baik. Bahkan Gapoktan Mekar Tani belum mempunyai data yang lengkap siapa saja petani yang bergabung dalam kemitraan. Hal ini dikarenakan semua urusan kemitraan yang dilakukan Gapoktan Mekar Tani hanya diatur oleh satu orang saja, yaitu ketua gapoktannya. Down payment (DP) dari perusahaan mitra kemungkinan tidak semua diberikan kepada petani mitra sebagai pinjaman modal untuk awal penanaman karena juga digunakan untuk pembayaran gabah padi sehat kepada petani secara langsung saat pengiriman. Hanya satu orang yang mengatur kemitraan di dalam Gapoktan Mekar Tani membuat kemitraan ini kurang berjalan maksimal dan transparan. Pengurus Gapoktan Mekar Tani yang terbentuk pada tahun 2009, tidak berjalan dengan baik. Organigram yang terpasang di sekretariat Gapoktan Mekar Tani hanya sekedar nama saja, tanpa ada realisasi tugas. Menurut beberapa pengurus Gapoktan Mekar Tani yang merupakan petani responden, mengatakan bahwa mereka tidak disertakan dalam berbagai kegiatan Gapoktan Mekar Tani, termasuk pelaksanaan kemitraan. Kurang transparannya kemitraan dirasakan oleh beberapa petani mitra ini karena pengelolaan keuangan hanya dilakukan sendiri oleh ketua Gapoktan. Uang muka yang diberikan perusahaan mitra nilainya puluhan juta

93 rupiah bila dikelola dengan baik seharusnya seluruh petani mitra mendapatkan pinjaman modal. Sebaiknya Gapoktan Mekar Tani mempunyai pengurus yang mengatur kemitraan, mulai dari persiapan lahan hingga pengiriman. Pengurus tersebut dapat berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani karena petani mitra juga banyak yang berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani. Hal ini disarankan agar pelaksanaan kemitraan lebih maksimal dan transparan. 3. Kurangnya Sosialiasi Mekanisme Kemitraan kepada Petani Mitra Petani mitra ada yang merasa tidak melakukan kemitraan padahal gabah padi sehat yang mereka hasilkan selanjutnya dijual kepada perusahaan mitra. Kondisi ini terjadi pada petani mitra yang menjual hasil produksinya melalui perwakilan desanya, yang selanjutnya dikirimkan kepada Gapoktan Mekar Tani. Hal ini dikarenakan, kurangnya sosialisasi mekanisme kemitraan kepada petani mitra. Petani mitra banyak yang belum mengetahui apa manfaat yang mereka dapatkan dalam kemitraan, sehingga komitmen mereka masih rendah. Bila pengurus kemitraan sudah ada (saran untuk point 2), sebaiknya diadakan pertemuan rutin antara petani mitra untuk memberikan sosialisasi mekanisme kemitraan dan rencana selanjutnya dalam kemitraan. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut petani mitra dapat memberikan masukan kepada pengurus, sehingga terciptanya transparansi kemitraan. Pada pertemuan tersebut juga dapat diundang perwakilan perusahaan mitra untuk dilakukan tukar pendapat. 4. Keterlambatan Pengiriman dan Kuota Beras Sehat yang Belum Terpenuhi Perusahaan mitra mengeluhkan keterlambatan pengiriman dan kuota beras sehat yang belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan pengurus kemitraan hanya ketua Gapoktan Mekar Tani saja. Bila ketua Gapoktan Mekar Tani berhalangan untuk mengatur pengiriman beras, maka tidak ada penggantinya, sehingga terjadinya keterlambatan pengiriman. Kuota beras sehat yang belum dapat dipenuhi oleh Gapoktan Mekar Tani dikarenakan luas sawah padi sehat di Desa Jambenenggang sangat sedikit. Luas sawah di desa ini paling sempit di Kecamatan Kebon Pedes. Untuk mengatasinya, maka Gapoktan Mekar Tani melakukan kerjasama dengan poktan atau gapoktan lain didalam dan diluar Kecamatan Kebon Pedes.

94 Faktor cuaca juga menjadi kendala pada saat pengeringan gabah padi sehat, sehingga kuota beras sehat yang dikirimkan belum terpenuhi sesuai permintaan. Gapoktan Mekar Tani akan mendapatkan mesin pengering gabah dari dinas pertanian, sehingga cuaca tidak lagi menjadi kendala saat pengeringan. Selain itu, sebaiknya petani mitra melakukan penjemuran gabah terlebih dulu sebelum dikirimkan ke Gapoktan Mekar Tani, sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi dan Gapoktan Mekar Tani dapat langsung melakukan pengilingan. Bila petani menjual gabah dalam bentuk GKG (Gabah Kering Giling) maka petani akan mendapatkan harga jual Rp 1.200,00 lebih tinggi dari GKG konvensional Manfaat kemitraan Manfaat kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra dihitung dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya dengan menggunakan 27 pernyataan positif, yang dikelompokan menjadi tujuh bagian, yaitu bimbingan teknologi, input, output, pemasaran, biaya produksi, pinjaman modal, dan pendapatan. Nilai rata-rata setiap manfaat kemitraan tersebut dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Manfaat Kemitraan yang Dihitung dengan Menggunakan Skala Likert pada Petani Mitra di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Manfaat Kemitraan Nilai Rata-rata Artinya Bimbingan Teknologi 3,58 Netral Input 2,74 Tidak Setuju Output 3,42 Netral Pemasaran 4,23 Setuju Biaya Produksi 3,58 Netral Pinjaman Modal 2,27 Tidak Setuju Pendapatan 3,38 Netral NILAI RATA-RATA TOTAL 3,08 Netral

95 Dilihat dari nilai rata-rata bimbingan teknologi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan bimbingan teknologi. Petani mitra tidak mendapatkan bimbingan teknologi secara langsung oleh perusahaan mitra karena Gapoktan Mekar Tani (sebagai penghubung kemitraan) telah dianggap berpengalaman dalam usahatani padi sehat. Petani mitra mendapatkan bimbingan teknologi dari ketua Gapoktan Mekar Tani yang merupakan penyuluh swadaya di Kecamatan Kebon Pedes. Namun pelaksanaan bimbingan teknologi tersebut (penyuluhan dan pelatihan) dilakukan atas inisiasi PPL. Apabila petani mitra membutuhkan bimbingan teknologi, biasanya meminta bantuan kepada ketua Gapoktan Mekar Tani secara pribadi. Jadi secara tidak langsung petani mitra merasa mendapatkan bimbingan teknologi dari kemitraan ini, walaupun bukan dari perusahaan mitra. Sebaiknya perusahaan mitra memberikan bimbingan teknologi secara langsung agar hasil produksi petani mitra optimal secara kualitas dan kuantitas, sehingga perusahaan mitra juga mendapatkan pasokan yang terpenuhi secara kualitas dan kuantitas. Hal ini perlu dilakukan karena kemitraan seharusnya disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Dilihat dari nilai rata-rata teknologi input, didapat nilai sebesar 2,74 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan manfaat teknologi input (kemudahan, harga yang murah, kualitas, tepat waktu, dan cukup jumlahnya). Manfaat teknologi input tersebut dilihat pada benih organik, pupuk organik, pestisida nabati, dan juga lingkungan lahan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan perusahaan mitra hanya memberikan pinjaman input berupa benih, namun itupun tidak semua petani mitra mendapatkannya. Ada juga satu orang petani mitra yang mendapatkan pinjaman modal berupa pupuk organik padat senilai Rp 1 juta. Dilihat dari nilai rata-rata output, didapat nilai sebesar 3,42 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan hasil produksi padi sehat mereka menjadi lebih banyak dan kualitas gabah menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan kemitraan mendorong petani untuk melakukan budidaya padi sehat dengan baik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga output yang dihasilkan menjadi lebih banyak dan berkualitas.

96 Dilihat dari nilai rata-rata pemasaran, didapat nilai sebesar 4,23 (setuju). Berarti persepsi petani mitra positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingan harga gabah konvensional, serta lebih mudah memasarkan hasil produksi. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di lapang. Petani mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dan mudah memasarkannya setelah di panen. Ada satu kasus dimana padi sehat petani mitra sudah siap untuk dipanen, namun belum bisa dipanen karena Gapoktan Mekar Tani belum bersedia menerima hasil produksinya. Hal ini kemungkinan karena Gapoktan Mekar Tani tidak mempunyai modal untuk membayarnya. Beberapa petani memang memberitahu Gapoktan Mekar Tani terlebih dulu untuk memanen padi sehatnya karena pengangkutan dilakukan oleh Gapoktan Mekar Tani. Petani tersebut juga sudah mendapatkan pinjaman modal Rp ,00 sehingga mempunyai keterikatan untuk menunggu instruksi Gapoktan Mekar Tani. Namun petani tersebut merasa rugi karena waktu panen padi sehatnya mundur sehingga hasil produksinya dapat berkurang. Dilihat dari nilai rata-rata biaya produksi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan biaya produksi mengusahakan padi sehat menjadi lebih murah. Petani mitra mendapatkan pinjaman input dari perusahaan mitra, walaupun hanya benih dan tidak semua yang mendapatkannya. Kemitraan juga mendorong petani untuk melakukan usahatani padi sehat dengan efesien karena petani mitra yang sebelumnya menanam padi konvensional kini berubah menjadi petani padi sehat sehingga biaya yang dikeluarkan petani lebih rendah dari biaya padi konvensional (tidak lagi menggunakan bahan-bahan kimia). Dilihat dari nilai rata-rata pinjaman modal, didapat nilai sebesar 2,27 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka lebih mudah mendapatkan pinjaman modal. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani mitra tidak mendapatkan pinjaman modal yang dijanjikan di awal kemitraan. Sedangkan dilihat dari nilai rata-rata pendapatan, didapat nilai sebesar 3,88 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya

97 kemitraan pendapatan mereka menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan harga jual dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dibandingkan harga gabah konvensional. Namun harga tersebut dirasa masih kurang oleh beberapa petani dan juga belum ada jaminan harga karena harga jual yang tidak stabil. Bila dilihat rata-rata nilai seluruh pernyataan, didapat nilai sebesar 3,08 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai manfaat kemitraan yang mereka dapatkan, walaupun masih ada yang belum sesuai dengan harapan. Manfaat kemitraan juga dihitung dari keseluruhan jawaban setiap orang petani mitra yang selanjutnya dibuat persentase. Perhitungan manfaat kemitraan ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Rata-rata manfaat kemitraan bernilai 61,59 persen. Berarti kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan sebesar 61,59 persen. Dengan nilai tersebut, secara umum petani mitra sudah merasa puas terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya. Manfaat kemitraan yang paling tinggi, yaitu 95,56 persen dan yang terendah sebesar 33,33 persen. Median manfaat kemitraan sebesar 60 persen. Berarti setengah dari petani mitra sudah merasa puas dengan kemitraan dengan nilai manfaat kemitraan lebih dari 60 persen dan setengahnya lagi kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya berada dibawah 60 persen. Manfaat kemitraan ini (dalam bentuk persentase) digunakan untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil output SPSS menunjukkan bahwa manfaat kemitraan (persepsi petani terhadap kepuasan manfaat kemitraan yang didapatkan) belum berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani, karena F hitung F tabel (4,26), artinya tidak ada hubungan linier antara variabel bebas (manfaat kemitraan) dengan variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). T-hitung t-tabel (2,064), artinya variabel bebas (manfaat kemitraan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). Hasil output SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 25.

98 Tabel 25. Hasil Output SPSS Pengaruh Manfaat Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pengaruh Manfaat kemitraan terhadap R square Hasil Output SPSS F hitung T hitung F Sig. T Sig. Penerapan Teknologi Padi Sehat Pendapatan Petani Padi Sehat Belum berpengaruhnya manfaat kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, walaupun secara umum petani mitra sudah merasa puas dengan manfaat yang diterimanya (61,59 persen). Hal ini diduga karena jumlah data yang digunakan hanya 26 orang (dengan metode sensus), sehingga variasi data yang digunakan tidak banyak. Maka untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan kemitraan dijadikan dummy (bermitra = 1, tidak bermitra = 0) sehingga data yang digunakan ditambahkan dengan petani non mitra, menjadi 56 orang.

99 VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT 7.1. Alasan Petani Mengusahakan Padi Sehat Alasan petani responden mengusahakan padi sehat ada tujuh alasan, yang dapat dilihat pada Tabel 26. Bagi petani mitra, alasan yang paling penting mengusahakan padi sehat karena harga jual gabah padi sehat lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional. Hal ini dikarenakan harga gabah padi sehat yang mereka jual ke perusahaan mitra lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional. Harga gabah yang mereka terima rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Dengan perbedaan harga tersebut dapat mendorong petani mitra untuk mengusahakan padi sehat. Alasan lainnya yang mendorong petani mitra mengusahakan padi sehat berdasarkan prioritas yang paling penting adalah biaya produksi lebih murah, baik bagi kesehatan, gabah lebih berkualitas dan karena ikut sekolah lapang padi sehat, serta produktivitas lebih tinggi dan hanya untuk percobaan. Tabel 26. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Alasan Petani Mengusahakan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Alasan mengusahakan Petani Mitra Petani Non Mitra padi sehat Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (orang) Harga jual yang tinggi 13 50,0 5 16,7 Biaya produksi lebih murah Produktivitas lebih tinggi 4 15,4 2 6,7 1 3,8 4 1,3 Gabah lebih berkualitas 2 7,7 2 6,7 Baik bagi kesehatan 3 11,5 5 16,7 Percobaan 1 3,8 5 16,7 Ikut Sekolah Lapang 2 7,7 7 23,3 (SL) padi sehat Jumlah , ,0

100 Bagi petani non mitra alasan mengusahakan padi sehat yang paling penting karena mengikuti sekolah lapang mengenai padi sehat. Prioritas alasan yang lainnya adalah harga jual yang tinggi, baik bagi kesehatan, hanya percobaan, produktivitas lebih tinggi, biaya produksi lebih murah, dan gabah lebih berkualitas. Petani non mitra walaupun alasan mengusahakan padi sehat karena harga jual yang tinggi. Namun karena mereka menjualnya bukan ke perusahaan mitra sehingga harga jual yang mereka terima sama saja dengan harga jual gabah konvensional. Berarti dengan adanya kemitraan, mendorong petani mengusahakan padi sehat karena adanya harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional Hambatan dalam Mengusahakan Padi Sehat Petani responden dalam mengusahakan padi sehat mengalami berbagai hambatan. Petani mitra dan petani non mitra mengalami hambatan yang paling banyak dirasakan yang sama dalam mengusahakan padi sehat, yaitu penyakit tungro dan kresek. Sudah tiga tahun tanaman padi di Kecamatan Kebon Pedes terkena penyakit tungro, padi sehat maupun padi konvensional. Penyakit ini lebih dikenal oleh petani dengan nama hama merah karena penyakit ini ditularkan oleh serangga wereng hijau atau wereng loreng dan gejala yang dilihatkan penyakit ini yaitu daun berubah menjadi warna kuning oranye atau jingga. 9 Bahkan beberapa petani mengalami gagal panen karena penyakit ini. Padi sehat yang terkena penyakit tugro di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Padi Sehat yang Terkena Penyakit Tungro 9 Departemen Pertanian Tungro dan pengendaliannya. [ 04 April 2012]

101 Penyakit kresek merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri (hawar daun bakteri). Penyakit ini terjadi pada musim hujan atau musim kemarau basah, terutama pada lahan yang selalu tergenang. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur kurang dari 30 hari. Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati. 10 Hambatan lainnya dapat dilihat pada Tabel 27. Hambatan dalam mengusahakan padi sehat yang paling banyak dirasakan oleh petani mitra dan petani non mitra sama, yaitu penyakit tungro dan kresek, walaupun persentase petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra yang mengalaminya. Berarti dengan adanya kemitraan, belum memberikan pengaruh terhadap penyelesaian hambatan yang dirasakan oleh petani mitra, yaitu penyakit tungro dan kresek. Tabel 27. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Hambatan dalam Mengusahakan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Petani Mitra Petani Non Mitra Hambatan dalam Jumlah Persentase Jumlah Mengusahakan Padi Sehat (orang) (orang) Persentase Ketersediaan benih, pupuk, 3 11,5 3 10,0 dan pestisida organik Ketersediaan uang tunai 3 11,5 3 10,0 Lahan berbatasan dengan 4 15,4 1 3,3 lahan konvensional Kerjaan lebih banyak 3 11,5 2 6,7 Penyakit tungro dan kresek 6 23, ,0 Pertumbuhan lambat dan 2 7,7 - - produksi menurun Tikus dan Keong 3 11,5 2 6,7 Ketersediaan air ,3 Tidak ada hambatan 2 7,7 3 10,0 Jumlah , ,0 10 Syam M, et al Masalah Lapang Pada Padi. [27 April 2012]

102 7.3. Bimbingan Teknologi Bimbingan teknologi sangat diperlukan oleh petani padi sehat terutama petani yang baru mengusahakan padi sehat kurang dari tiga musim (satu tahun) karena pengalaman mereka masih sedikit. Bimbingan teknologi diperlukan agar gabah yang dihasilkan optimal secara kualitas dan kuantitas. Bimbingan teknologi dilihat dari keikutsertaan petani responden dalam penyuluhan dan pelatihan, materi yang disampaikan, dan instansi yang melaksanakan pelatihan dan penyuluhan. Sebanyak 92,85 persen petani responden pernah ikut dalam penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat. Petani mitra seluruhnya pernah ikut penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat, sedangkan petani non mitra sebanyak empat orang tidak pernah ikut (13,3 persen). Petani non mitra yang tidak pernah ikut penyuluhan dan pelatihan, mengetahui cara mengusahakan padi sehat dari teman mereka yang pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan. Petani mitra lebih aktif mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat sehingga pengetahuan mereka lebih banyak dibandingkan petani non mitra Materi Penyuluhan dan Pelatihan Petani responden yang mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat mendapatkan berbagai pengetahuan melalui materi yang disampaikan. Materi yang petani dapatkan ketika mengikuti penyuluhan dan pelatihan bervariasi. Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam penyuluhan dan pelatihan yaitu metode diskusi, tanya jawab, praktek di lapang, dan metode pengenalan dengan mengikuti pameran atau bazar. Pada saat penyuluhan petani mendapatkan materi mengenai pengertian dan manfaat padi sehat atau organik, teori mengusakan padi sehat, dan teori teknologi organik. Materi penyuluhan hanya teori yang disampaikan mengenai budidaya padi sehat, mulai dari penyiapan input hingga saat pemanenan. Materi mengenai ekologi tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta pertanian terpadu, juga petani dapatkan pada saat penyuluhan. Selain penyuluhan mengenai budidaya padi sehat, petani juga mendapatkan materi mengenai penanganan pasca panen dan pengemasan gabah padi sehat atau beras sehat. Materi yang disampaikan pada sekolah penanganan

103 pasca panen padi sehat ini, yaitu dinamika kelompok, teori pengolahan hasil panen, pengemasan, standar proses operasi pasar, analisis usaha, mengenal alat sablon, trik dan tips pemasaran, serta teori promosi. Penyuluhan biasanya dilakukan di saung pertemuan (saung meeting) atau di aula kantor Desa pada hari jumat atau sabtu setiap pekannya selama sekolah lapang (4 bulan). Pelatihan mengenai padi sehat merupakan praktek secara langsung di sawah atau langsung menggunakan bahan-bahan. Saat pelatihan mengenai budidaya padi sehat materi yang disampaikan seperti cara penyemaian yang baik, pembuatan pupuk organik, padat maupun cair (MOL), dan pembuatan pestisida nabati. Petani juga langsung turun ke sawah melakukan praktek bagaimana caranya menanam padi yang baik, pemupukkan, pengendalian hama dan penyakit dengan secara langsung praktek penggunaan pestisidan nabati, cara penyiangan, serta cara panen. Petani mendapatkan pelatihan mengenai penanganan pasca panen dan pengemasan dengan langsung mempraktekan cara pengemasan dengan pembuatan sablon kemasan yang menarik. Petani juga membuat pembukuan untuk mengetahui analisis usaha. Beberapa petani mengikuti studi banding ke Gapoktan di Tasikmalaya yang telah mengekspor beras organik. Setelah selesai penyuluhan dan pelatihan mengenai penanganan pasca panen padi sehat petani mengikuti pertemuan jejaring usaha agribisnis padi sehat. Pada saat itu, petani dipertemukan dengan pihak PT. Medco Intidinamika untuk berdiskusi mengenai pemasaran beras sehat dan kemitraan yang akan terjalin Instansi yang Melaksanakan Penyuluhan dan Pelatihan Penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat yang diikuti petani responden sebesar 58,92 persen dilaksanakan oleh Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) yang dilakukan langsung oleh penyuluh (PPL). Petani mitra dan non mitra pun paling banyak mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat yang diadakan oleh BP3K/PPL. Hal ini berarti petani mitra maupun petani non mitra mempunyai kesempatan yang sama mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai usahatani padi sehat. Penyuluhan dan pelatihan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dilakukan oleh berbagai instansi. Kelompok tani yang melaksankan bimbingan

104 teknologi mengenai padi sehat sebenarnya diinisiasi oleh BP3K/PPL karena yang memberikan materi adalah PPL. Dinas pertanian yang pernah melaksanakan bimbingan teknologi mengenai padi sehat hanya memberikan materi mengenai pengendalian hama dan penyakit terpadu pada padi, yang juga diinisiasi oleh BP3K/PPL. Asosiasi Padi Sehat yang baru berdiri belum satu tahun ini, tidak melaksanakan bimbingan teknologi secara langsung, namun ketua dan beberapa anggota asosiasi ini memberikan materi mengenai budidaya padi sehat kepada petani, yang kegiatannya bersama dengan PPL. Penyuluhan dan pelatihan dari asosiasi padi sehat ini hanya diberikan oleh petani mitra saja. Hal ini dikarenakan ketua asosiasi padi sehat adalah ketua Gapoktan Mekar Tani sehingga kegiatannya lebih mengarah kepada petani mitra agar pengetahuan petani mitra dalam mengusahakan padi sehat lebih meningkat. Instansi lainnya yang pernah melaksanakan penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat, dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan Padi Sehat yang Diadakan oleh Suatu Instansi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Instansi yang Melaksanakan Petani Mitra Petani Non Mitra penyuluhan dan pelatihan Jumlah Persentase Jumlah Persentase mengenai padi sehat (orang ) (orang ) Kelompok Tani 5 19,2 5 16,7 Asosiasi Petani Padi Sehat 3 11,5 - - BP3K/ PPL 16 61, ,7 Dinas Pertanian 2 7,7 3 10,0 Nagrak Organic Center (NOC) ,3 Tidak Ikut Penyuluhan dan ,3 Pelatihan Jumlah , ,0 Perusahaan mitra tidak pernah melakukan bimbingan teknologi secara langsung ke petani mitra karena Gapoktan Mekar Tani dianggap oleh perusahaan mitra telah mempunyai pengetahuan mengenai budidaya padi sehat yang baik sehingga tidak lagi diperlukan bimbingan teknologi secara langsung. Perusahaan

105 mitra pernah melakukan kerjasama dalam pengembangan mesin pengering padi dengan Gapoktan Mekar Tani yang juga bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Gapoktan Mekar Tani mengirimkan dua ton gabah padi sehat untuk dilakukan percobaan mesin tersebut. Namun Gapoktan Mekar Tani akan mendapatkan mesin pengering gabah dari Dinas Pertanian sehingga penyediaan mesin pengering gabah dari perusahaan mitra belum terlaksana. Kegiatan mengusahakan padi sehat dan bimbingan teknologi yang dilakukan petani responden dapat dilihat di Lampiran Penerapan Teknologi Padi Sehat Penerapan teknologi padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi bermula sejak tahun 2007 dengan dilaksanakannya program FEATI (Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information). Program ini didanai oleh Bank Dunia (World Bank) yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pertanian organik dan terpadu. Program ini dilaksanakan selama lima tahun. Pada tahun 2007 telah dilaksanakan sekolah lapang budidaya padi SRI (System of Rice Intensification). Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 dilaksanakan sekolah budidaya lele dan pengolahan hasil serta budidaya ternak domba dan pembuatan kompos. Pada tahun 2010 dilaksanakan sekolah lapang budidaya agribisnis padi sehat dan pada tahun 2011 dilaksanakan sekolah lapang budidaya padi sehat penanganan pasca panen dan pengemasan. Progam FEATI ini baru dilaksanakan ditiga desa, yaitu Desa Bojong Sawah, Desa Kebon Pedes, dan Desa Sasagaran. Sedangkan Desa Jambenenggang telah mengenal terlebih dahulu mengenai padi sehat melalui program padi SRI pada tahun Untuk Desa Cikaret, program padi SRI baru dilaksanakan pada musim tanam bulan Maret Jika penyuluhan dan pelatihan telah berjalan di Desa Cikaret, berarti semua desa di Kecamatan Kebon Pedes telah mengetahui budidaya padi dengan metode SRI sehingga jumlah petani padi sehat akan lebih banyak. Selama dua tahun terakhir petani di Kecamatan Kebon Pedes telah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai budidaya padi sehat dari program FEATI. Dalam satu tahun petani mendapatkan penyuluhan dan pelatihan

106 selama 16 minggu atau selama budidaya padi sehat (4 bulan), mulai dari persiapan benih hingga panen. Penerapan padi sehat yang dianalisis dalam penelitian ini dilihat dari luas sawah padi sehat dan penggunaan benih, pembuatan pupuk kompos, MOL, dan pestisida nabati, persiapan lahan, pengadaan benih, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, dan panen. Semua kegiatan budidaya padi sehat tersebut yang dilakukan oleh petani akan dibandingkan dengan standar penerapan teknologi padi sehat berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta serta Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 dalam seri informasi PRIMATANI No.1 Tahun 2007 dan Standard Operational Procedure (SOP) Gapoktan Mekar Tani. Luas sawah yang ditanami padi sehat oleh petani responden perlu diketahui untuk melihat persentase penerapan teknologi padi sehat berdasarkan total sawah yang mereka kuasai. Persentase petani mitra yang menanam padi sehat pada seluruh sawah yang dikuasainya lebih banyak pada petani mitra (76,9 persen) dibandingkan petani non mitra (63,3 persen). Hal ini berarti petani mitra lebih tertarik untuk melakukan penerapan teknologi padi sehat dibandingkan petani non mitra. Rata-rata petani mitra sudah menanam padi sehat sebesar 87,4 persen dari seluruh luas lahan yang dikuasainya, sedangkan petani mitra sebesar 80,2 persen. Berarti dengan adanya kemitraan, dapat mendorong petani untuk mengusahakan padi sehat pada seluruh sawah yang dikuasainya Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati Pembuatan sendiri pupuk organik dan pestisida nabati menjadi salah satu penerapan teknologi padi sehat karena dapat mengurangi biaya produksi. Pembuatan pupuk organik dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu padat dan cair. Pupuk organik padat atau biasa disebut kompos, dapat dibuat dari berbagai bahan, jerami atau kotoran ternak. Petani di Kecamatan Kebon Pedes biasanya menggunakan pupuk organik padat dari kotoran ternak, sapi atau domba. Bahan campuran lainnya yaitu bekatul, arang sekam, dekomposer, hijauan, pospat alam (kapur) dan air. Dengan perbandingan kotoran hewan 60 persen, bekatul dua persen, arang sekam 10 persen, dekomposer satu persen, pospat alam 7 persen dan air secukupnya. Agar pupuk yang dihasilkan bagus, maka setiap tiga hari sekali

107 pupuk diaduk atau dibalik dan ditutup. Setelah 30 hari, pupuk sudah terfermentasi dengan baik dan dapat digunakan. Bila pupuk kompos kurang dari 30 hari, pupuk kompos biasanya kurang busuk (terfermentasi), sehingga zat haranya kurang. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk cair dan pestisida nabati berbeda walaupun bentuknya sama-sama cair. Pembuatan pupuk cair atau biasa disebut MOL (microorganisme lokal) dibuat dengan berbagai bahan, yaitu urin sapi, kelinci, atau domba, rebung (bambu muda), air tebu, batang pisang, buah maja, keong, air nira, air kelapa, dan daun-daunan (orok-orok, cleresede). Bahan-bahan tersebut lalu difermentasikan selama 15 hari. Pestisida nabati bisanya dibuat oleh petani sebagai pencegahan datangnya hama dan penyakit. Pestisida nabati dibuat dari campuran daun sirsak 2 kg, tembakau ½ kg, cabai rawit ½ kg, bawang putih ½ kg, kencur ¼ kg, biji mahoni ¼ kg, brotowali ½ kg, gadung 1 kg, dan air 10 liter. Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampur, lalu difermentasi minimal selama 72 jam (3 hari). Persentase petani responden yang telah membuat pupuk organik dan pestisida nabati dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati Membuat pupuk organik padat (kompos) minimal selama 30 hari Membuat pupuk cair (MOL) selama 15 hari Membuat pestisida nabati selama 3 hari Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak Tidak Jumlah Sesuai Tidak Tidak Jumlah Sesuai Membuat Sesuai Membuat 11,5 38,5 50, ,7 16,7 76, ,2 46,2 34, ,3 26,7 70, ,2 15,4 38, ,7 6,7 86,7 100 Petani mitra lebih banyak yang telah membuat pupuk organik dan pestisida nabati sendiri maupun berkelompok dibandingkan petani non mitra. Berarti pengetahuan petani mitra lebih banyak mengenai pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dibandingkan petani non mitra karena telah mengaplikasikannya secara langsung, walaupun belum sesuai dengan standar. Petani mitra mendapatkan pengetahuan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dari sekolah lapang padi sehat.

108 Persiapan lahan Persiapan lahan sangat diperlukan agar tanaman padi mendapatkan banyak unsur hara. Persiapan lahan yang diperlukan adalah pengolahan tanah dan kecukupan air. Pengolahan tanah yang baik dilakukan 3 15 hari sebelum penanaman. Persentase petani mitra (73,1 persen) yang mengolah tanah 3 15 hari sebelum penanaman lebih banyak dibandingkan petani non mitra (60 persen). Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak (dengan traktor atau kerbau) atau dicangkul sampai benar-benar gembur. Pembuatan parit atau kamalir dibuat sesuai kebutuhan. Parit biasanya dibuat diantara tanaman padi agar kebutuhan air tercukupi tanpa membuat tanaman padi terendam air. Hal ini dilakukan untuk menekan perkembangan keong agar tidak memakan tanaman padi. Pembuatan parit yang dilakukan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Pembuatan Parit pada Sawah Pengaturan air sangat diperlukan dalam penanaman padi sehat karena padi sangat memerlukan air dalam jumlah yang cukup tetapi tidak untuk digenangi karena padi bukan tanaman air. Sebelum penanaman, sawah digenangi oleh air setinggi dua cm selama satu minggu. Persentase petani mitra (42,3 persen) lebih rendah yang melakukan pengaturan air ini dibandingkan petani non mitra (66,7 persen). Hal ini dikarenakan petani mitra hanya melakukan pengaturan air dengan kondisi macak-macak 11. Pengaturan air dengan kondisi macak-macak dilakukan oleh petani mitra untuk menekan perkembangan keong pada sawah. Namun 11 Kondisi tanah hanya dalam keadaa basah, tidak tergenang air.

109 dengan kondisi tersebut sawah dapat kembali ditumbuhi gulma. Sebaiknya sawah dalam kondisi macak-macak dilakukan saat penanaman. Dua hari menjelang penyiangan sawah kembali digenangi air setinggi dua cm sampai selesai penyiangan. Pada saat pemupukan, kondisi air kembali hanya macak-macak dan dua minggu sebelum panen sawah dikeringkan total Pengadaan Benih Benih merupakan salah satu input terpenting dalam mengusahakan berbagai tanaman, termasuk padi sehat. Pengadaan benih harus diperhatikan dengan baik. Mulai dari varietas yang digunakan, cara dan tempat mendapatkan benih, kualitas benih, warna label, serta jumlah dan perlakuan pada benih. Varietas benih yang paling sering digunakan oleh petani responden adalah varietas ciherang, baik petani mitra (76,9 persen) maupun non mitra (86,7 persen). Varietas yang paling banyak digunakan kedua adalah varietas sintanur. Varietas lainnya yang digunakan petani responden adalah varietas inpari 13. Varietas inpari 13 hanya digunakan oleh petani mitra karena varietas tersebut didapat dari perusahaan mitra. Petani mendapatkan benih melalui berbagai cara dan tempat. Petani responden, baik petani mitra maupun non mitra mendapatkan benih paling banyak dengan membeli sendiri. Petani biasanya membeli benih di toko pertanian atau ditetangga. Cara lain yang digunakan petani responden adalah membuat benih sendiri. Benih dihasilkan dari hasil panen sebelumnya yang dipilih dengan kualitas yang baik. Petani yang mendapatkan benih dari kelompok tani merupakan benih bantuan dari PPL/Dinas Pertanian. Petani tidak mendapatkan benih secara gratis karena petani membayar uang transportasi bagi pengurus kelompok tani yang mengantarkan benih tersebut ke rumah mereka. Pengurus yang mengantarkan benih biasanya berjalan kaki sambil memanggul benih. Satu kantong benih yang berisi lima kilogram biasanya dibayar seharga Rp ,00. Benih yang diberikan Asosiasi Padi Sehat yang kepada petani mitra merupakan benih dari perusahaan mitra. Asosiasi hanya menjadi perantara pendistribusian benih dari perusahaan mitra. Petani mitra yang sering menggunakan benih dari perusahaan mitra hanya tiga orang. Petani mitra lainnya

110 lebih sering membeli dari pihak lain, karena tidak mendapatkan pinjaman benih dari perusahaan mitra. Berarti kemitraan belum memberikan kemudahan bagi petani mitra untuk mendapatkan benih. Cara dan tempat mendapatkan benih padi dapat dilihat Tabel 30. Tabel 30. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Cara dan Tempat Petani mitra Petani non mitra mendapatkan benih padi Jumlah Petani (orang) Persentase Jumlah Petani (orang) Persentase Buat sendiri 4 15,4 5 16,7 Beli 15 57, ,0 Kelompok Tani 3 11,5 2 6,7 Asosiasi Petani Padi Sehat 1 3,8 - - Perusahaan Mitra 2 7,7 - - PPL/Dinas Pertanian 1 3,8 5 16,7 Jumlah , ,0 Kualitas benih yang digunakan dilihat berdasarkan sertifikasi benih oleh BPSB (Badan Pengawasan Sertifikasi Benih), benih organik, dan label benih yang digunakan. Petani responden sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat BPSB, baik petani mitra maupun non mitra. Walaupun sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat, namun benih tersebut tidak semua merupakan benih organik. Petani mitra yang menggunakan benih organik lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Berarti kemitraan mendorong petani untuk menggunakan benih yang berkualitas, yaitu yang bersertifikat dan organik. Kualitas benih yang digunakan petani responden dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Persentase Petani Responden Berdasarkan Kualitas Benih yang Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Kualitas benih Bersertifikat Badan Pengawasan Sertifikat Benih (BPSB) Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Ya Tidak Tidak Jumlah Ya Tidak Tidak Jumlah Tahu Tahu 57,7 15,4 26, ,7 30,0 23,3 100 Benih Organik 46,2 7,7 46, ,3 46,7 40,0 100

111 Kualitas benih yang juga harus diperhatikan adalah warna label benih. Petani responden, mitra maupun non mitra paling banyak yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label lainnya yang digunakan oleh petani responden adalah ungu. Hanya petani mitra yang menggunakan benih berlabel ungu karena benih tersebut berasal dari perusahaan mitra. Petani yang menggunakan benih dengan label ungu dapat menggunakan benih hasil penanaman pertama pada musim selanjutnya. Namun karena masih sedikitnya petani mitra yang mendapatkan benih berlabel putih dari perusahaan mitra, sehingga petani mitra lebih banyak yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label benih yang digunakan oleh petani reponden dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Warna Label Benih yang Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Warna label Petani mitra Persentase Petani non Persentase benih yang digunakan (orang) mitra (orang) Ungu 2 7,7 - - Biru 19 73, ,0 Tidak Tahu 1 3,8 3 10,0 Tidak Berlabel 4 15, ,0 Jumlah , ,0 Selain kualitas, kuantitas benih juga harus diperhatikan dalam penerapan teknologi padi sehat agar pertumbuhan tanaman padi menjadi optimal. Standar penggunaan benih yaitu sebanyak 8 15 kg benih per ha. Seluruh petani non mitra tidak menggunakan benih sesuai standar. Petani non mitra masih menggunakan benih lebih banyak dari standar karena mereka menanam bibit padi lebih dari dua setiap lubangnya karena petani khawatir bila hanya menanam sedikit benih lalu bibit padinya dimakan keong maka tidak ada lagi bibit yang lain. Berarti dengan adanya kemitraan, mendorong petani untuk menggunakan benih sesuai standar, agar menghasilkan gabah dengan lebih efesien. Sebelum disebarkan pada lahan persemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam dan diperam didalam karung atau plastik selama 48 jam untuk merangsang perkecambahan secara serempak. Benih yang direndam selama 24 jam lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra

112 dibandingkan petani non mitra. Sedangkan benih yang diperam selama 48 jam lebih sedikit yang dilakukan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra. Petani mitra sebagian besar hanya memeram benih selama 24 jam. Ada satu orang petani mitra yang tidak memeram benih selama 48 jam. Jumlah dan perlakuan pada benih yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Benih yang Digunakan dan Perlakuan pada Benih di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Jumlah dan Perlakuan pada Benih Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak Jumlah Sesuai Tidak Jumlah Jumlah benih yang digunakan sebanyak 8 15 kg/ha Benih direndam selama 24 jam Benih diperam selama 48 jam Persemaian Sesuai Sesuai 30,8 69, ,7 69, ,7 93, ,7 42, ,3 16,7 100 Penerapan teknologi dalam persemaian dilihat dari luas lahan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan pestisida nabati. Luas lahan persemaian untuk satu kilogram benih minimal seluas 4 m 2 agar pertumbuhan bibit menjadi optimal dan serempak. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan standar persemaian tersebut, dibandingkan petani non mitra. Lahan persemaian harus diberikan pupuk organik sebanyak 2 kg/m 2 agar pertumbuhan bibit lebih cepat dan baik. Petani mitra lebih banyak yang menggunakan pupuk organik pada lahan persemaian dibandingkan petani non mitra. Penggunaan pestisida nabati pada lahan persemaian dilakukan untuk pencegahan hama dan penyakit pada bibit, minimal dua kali penyemprotan. Petani mitra lebih banyak yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Standar persemaian yang dilakukan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 34. Bila dilihat secara keseluruhan, petani mitra lebih banyak yang melakukannya persemaian sesuai standar. Hal ini berarti dengan kemitraan mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik pada tahap persemaian, seperti menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati dalam persemaian.

113 Tabel 34. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Persemaian yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Persemaian Luas lahan persemaian satu kilogram benih minimal seluas 4m 2 Penggunaan pupuk organik pada lahan persemaian sebanyak 2 kg/m 2 Menggunakan pestisida nabati minimal sebanyak 2 kali sebagai pencegahan Sesuai Penanaman Petani Mitra (persen) Tidak Tidak Sesuai Melakukan Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Petani Non Mitra (persen) Tidak Jumlah Melakukan 57,7 42, ,7 33, ,6 50,0 15, ,7 53, ,9 38,5 34, ,3 20,0 66,7 100 Penanaman merupakan salah satu proses budidaya yang penting dan harus dilakukan sesuai standar agar tanaman padi sehat tumbuh dengan baik. Standar penanaman padi sehat, yaitu menggunakan bibit muda, jumlah daun bibit minimal empat lembar, satu lubang ditanam 1 2 bibit, bibit ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, jarak antar rumpun tanam cm, dan ditanam dengan sistem legowo. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan menggunakan bibit muda dengan usia HSS (hari setelah semai) dibandingkan petani non mitra. Bibit yang ditanam mempunyai jumlah daun minimal empat lembar. Petani mitra lebih rendah yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Hal ini dikarenakan petani mitra ada yang menanam bibit pada umur yang lebih muda dari standar yaitu 10 HSS. Berarti kemitraan belum mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat pada tahap penanaman, yaitu menggunakan bibit pada usia HSS. Petani mitra belum semua yang menerapkan standar ini kemungkinan karena pemikiran mereka mengenai bibit muda yang digunakan dalam penanaman padi sehat yaitu berada dibawah usai 12 HSS. Satu lubang ditanam sebanyak 1 2 bibit agar pertumbuhan tanaman padi baik dan setiap tanaman tercukupi unsur haranya. Jumlah petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Masih

114 banyaknya petani yang tidak melakukan penanaman sebanyak 1 2 bibit setiap lubang karena mereka khawatir tanaman padi yang masih muda akan dimakan oleh keong dan apabila bibit yang ditanam dimakan oleh keong maka masih ada bibit padi yang lainnya dalam lubang tersebut. Untuk mengatasi hal ini, petani dapat menggunakan kamalir atau parit yang mengelilingi tanaman padi sehingga keong tidak akan naik dan memakan tanaman padi, namun hanya berada di parit tersebut. Bibit harus ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, agar bibit cepat tumbuh dengan baik. Petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Jarak antar rumpun juga harus diperhatikan dalam penanaman padi sehat. Jarak antar rumpun tanam yang baik yaitu cm. Jumlah petani mitra lebih banyak yang melakukan standar tersebut dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 20,76 persen. Berarti kemitraan telah mendorong petani untuk melakukan tahapan penanaman ini sesuai standar. Petani yang telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentu mengetahui standar penanaman ini dan ingin menerapkannya. Namun karena penanaman biasanya dilakukan oleh orang lain (tenaga kerja luar keluarga), petani tidak dapat mengawasinya satu persatu pekerja. Petani biasanya hanya memberikan pengarahan saja kepada tenaga kerja yang melakukan penanaman bagaimana standar penanaman yang baik tanpa pengawasan langsung di sawah sehingga semua pekerjaaan diserahkan kepada tenaga kerja. Tidak semua tenaga kerja mengikuti saran petani untuk menanam sesuai standar karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman mereka. Standar penanaman padi sehat yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 35.

115 Tabel 35. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penanaman yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra Standar Penanaman (persen) Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Menggunakan bibit padi berumur HSS 76,9 23, Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4 lembar Satu lubang ditanam 1-2 bibit Bibit ditanam dengan kedalaman maksimal 1 cm Jarak antar rumpun tanam cm 26,9 73, ,4 34, ,8 19, ,7 43, ,8 19, Penanaman dengan menggunakan sistem legowo juga merupakan penerapan teknologi. Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo; lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Jadi antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang setiap barisnya (Supriapermana et al. 1990, diacu dalam Pahruddin et al 2004). 12 Penanaman dengan menggunakan sistem ini terkendala juga pada pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja. Petani responden telah menggunakan sistem legowo sebesar 60,71 persen dan yang paling banyak melakukannya adalah petani mitra (65,4 persen) dibandingkan petani non mitra (56,7 persen). Sistem legowo yang paling banyak digunakan oleh petani responden adalah sitem legowo 3:1 dan 4:1. 12 Pahruddin et al Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usahatani Padi di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. [03 Juni 2012]

116 Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sawah agar tidak mengganggu tanaman padi dan menjadi kompetitor untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dapat dilakukan dengan bantuan alat atau hanya dicabut dengan menggunakan tangan. Alat yang digunakan untuk penyiangan biasa disebut gasrok oleh petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Apabila penyiangan menggunakan alat ini, tenaga kerja yang digunakan adalah laki-laki karena membutuhkan tenaga yang cukup besar. Penggunaan alat ini untuk penyiangan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Penyiangan dengan Gasrok Penyiangan yang baik dilakukan minimal dua kali pada saat padi berusia HST (hari setelah tanam) dan berusia HST. Standar penyiangan pertama lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra, sedangkan standar penyiangan kedua lebih banyak yang dilakukan oleh petani non mitra. Petani responden ada juga yang tidak melakukan penyiangan, baik penyiangan pertama maupun kedua. Penyiangan tidak dilakukan karena menurut mereka tidak ada gulma di sawah sehingga tidak perlu dilakukan penyiangan. Bila dilihat secara keseluruhan, kemitraan belum dapat mendorong petani untuk menerapkan teknlogi padi sehat sesuai standar pada tahap penyiangan. Standar penyiangan yang dilakukan pada petani responden dapat dilihat pada Tabel 36.

117 Tabel 36. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penyiangan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Penyiangan Penyiangan I pada HST Penyiangan II pada HST Pemupukkan Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak Tidak Jumlah Sesuai Tidak Tidak Jumlah Sesuai Melakukan Sesuai Melakukan 19,2 76,9 3, ,7 83, ,7 88,5 3, Pupuk organik yang diberikan pada tanaman padi sehat berbentuk pupuk padat maupun pupuk cair. Pupuk organik padat digunakan sebelum penanaman (pupuk dasar) sebanyak 2 5 ton/ha. Pemupukan setelah penanaman, dapat menggunakan pupuk organik padat maupun cair (MOL). Pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 10 HST, pemupukkan kedua dan ketiga berselang 10 hari setelah pemupukan sebelumnya. Pemberian pupuk cair (MOL) minimal sebanyak tiga kali dan juga diberikan berselang setiap 10 hari. Total pupuk organik padat yang diberikan minimal sebanyak tiga ton/ha dan total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha. Persentase petani responden yang melakukan standar pemupukan dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pemupukan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Pemupukan Pemupukan dasar sebanyak 2 5 ton/ha Pemupukan I pada 10 HST Pemupukan II pada 20 HST Pemupukan III pada 30 HST Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 ton/ha Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah 50 46,2 3, ,7 50,0 23, ,1 69,2 7, ,7 93, ,9 65,4 7, ,3 73,3 3, ,8 19, ,3 43,3 53, ,1 19,2 7, , , ,3 57, ,7 60 3, ,7 11,5 80, ,3 56,

118 Seluruh standar pemupukan paling banyak dilakukan oleh petani mitra, kecuali waktu pemupukan ketiga dan total pupuk kimia yang digunakan. Petani mitra masih ada yang menggunakan pupuk kimia, yaitu sebanyak lima orang. Dua orang diantaranya telah sesuai standar penggunaan pupuk kimia (maksimal 100 kg/ha). Petani mitra yang masih menggunakan pupuk kimia, gabah padi sehat yang dihasilkan tidak dijual ke perusahaan mitra karena gabah padi sehat yang diterima perusahaan mitra harus terbebas dari bahan kimia. Walaupun tidak ada pengawasan secara langsung terhadap penggunaan pupuk, namun petani mitra telah mempunyai kesadaran sendiri, untuk menggunakan pupuk yang hanya organik. Namun sebaiknya harus juga dilakukan pengawasan secara rutin penggunaan pupuk oleh Gapoktan Mekar Tani. Bila dilihat dari total pupuk kimia yang digunakan, kemitraan belum mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat pada tahap pemupukan ini. Hal ini kemungkinan karena petani mitra yang menggunakan pupuk kimia melebihi standar, mereka belum mempunyai kemudahan akses terhadap pupuk organik, sehingga lebih memilih menggunakan pupuk kimia yang lebih mudah ditemui. Petani juga kemungkinan khawatir terjadinya penurunan produksi bila hanya menggunakan pupuk organik Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit pada padi sehat harus menggunakan bahan organik atau biasa disebut pestisida nabati. Pestisida nabati biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya hama dan penyakit. Penyemprotan pestisida nabati dilakukan minimal sebanyak dua kali. Petani mitra lebih banyak yang menggunakan pestisida nabati sesuai standar (57,7 persen) dibandingkan petani non mitra (23,3 persen). Petani responden lainnya sudah menggunakan pestisida nabati namun belum sesuai standar, baik petani mitra (23,1 persen) maupun petani non mitra (40 persen). Banyaknya petani mitra yang telah menggunakan pestisida nabati karena petani mitra lebih banyak yang membuat sendiri atau berkelompok.

119 Petani responden yang tidak menggunakan pestisida nabati akan menggunakan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit. Petani yang telah menggunakan pestisida nabati juga ada yang menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit, karena menurut mereka serangan hama dan penyakit yang sudah serius dapat menyebabkan gagal panen sehingga mereka menggunakan pestisida kimia untuk mengurangi risiko gagal panen. Petani mitra lebih sedikit yang menggunakan pestisida kimia (19,2 persen) dibandingkan petani non mitra (40 persen). Berarti dengan adanya kemitraan, mendorong petani untuk menggunakan pestisida nabati dalam pengendalian hama dan penyakit Panen Panen merupakan tahap akhir dalam budidaya padi sehat sehingga harus dilakukan dengan baik. Petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes biasanya melakukan panen tiga kali dalam satu tahun, sehingga waktu yang diperlukan dari persiapan benih hingga pasca penen memerlukan waktu sekitar empat bulan. Panen sebaiknya ditanam pada usia padi yang tepat agar gabah yang dihasilkan maksimal. Umur panen padi tergantung dari varietas padi yang digunakan. Padi ciherang umur tanamnya hari, padi padi sintanur hari, dan padi inpari 13 umur tanamnya 103 hari. Petani responden yang panen tepat pada umur tersebut hanya sebesar 5,35 persen, petani mitra sebesar 7,7 persen dan petani non mitra sebesar 3,3 persen. Walaupun belum 100 persen melakukan panen padi sehat sesuai dengan standar, namun petani mitra telah melakukan standar panen dengan kesesuaian rata-rata 90,26 persen, sedangkan petani non mitra rata-rata sebesar 88,87 persen. Pada saat panen, sebaiknya batang padi dipotong sepanjang 25 cm dari panggal malai ke tanah agar gabah mudah dirontokan karena panjang batang padi sesuai. Petani responden masih menggunakan alat sederhana untuk merontokan padi, yaitu dengan menggunakan papan perontok yang dialasi terpal untuk menampung bulir gabah. Petani responden yang melakukan panen sesuai standar ini hanya tiga orang (8,92 persen). Petani mitra lebih sedikit yang melakukan standar ini (3,8 persen) dibandingkan petani non mitra (13,3 persen). Namun dilihat dari waktu panen, kemitraan telah mendorong petani untuk menerapkan

120 teknologi padi sehat yang baik, yaitu panen pada tepat waktu (saat 90 persen padi telah menguning) Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat Derajat penerapan teknologi adalah nilai evaluasi penerapan teknologi padi sehat yang dilakukan oleh petani dibandingkan dengan standar yang ada. Nilai evaluasi ini diperoleh dari hasil wawancara yang dibantu kuisioner kepada petani responden yang menerapkan teknologi padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah petani melakukan atau tidak standar teknologi padi sehat dan berapa kuantitas yang digunakan lalu dibandingkan dengan standar yang ada, maka didapatlah nilai evaluasi ini dalam bentuk persentase. Pada Lampiran 7, menjelaskan secara rinci mengenai hasil perhitungan derajat penerapan teknologi padi sehat ini. Jumlah derajat penerapan teknologi padi sehat seluruh responden adalah 3.487,56 dengan rata-rata sebesar 62,28. Derajat penerapan teknologi yang paling tinggi adalah 86,96 sedangkan yang paling rendah adalah 44,83. Nilai median dari seluruh derajat penerapan teknologi adalah 77,00 yang menunjukkan 50 persen derajat penerapan teknologi padi sehat berada diatas 77,00 dan 50 persen lainnya berada dibawah 77,00. Bila dilihat dari kemitraan, rata-rata derajat penerapan teknologi petani mitra lebih tinggi, yaitu sebesar 69,10 dibandingkan petani non mitra yang sebesar 56,36. Derajat penerapan teknologi yang paling tinggi dari petani mitra sebesar 86,96, sedangkan petani non mitra sebesar 72,63. Derajat penerapan teknologi yang paling rendah dari petani mitra adalah 46,13, sedangkan petani non mitra sebesar 44,83. Derajat penerapan teknologi padi sehat antara petani mitra dengan non mitra berbeda nyata karena berdasarkan uji Mann Whitney, nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 38.

121 Tabel 38. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 Perbedaan yang signifikan ini dikarenakan motivasi petani mitra dan petani non mitra dalam mengusahakan padi sehat berbeda. Petani non mitra melakukan penerapan teknologi padi sehat sebagian besar alasannya karena mengikuti SL (Sekolah Lapang) Padi Sehat, sehingga masih dalam tahap belajar dan hanya coba-coba saja. Sedangkan sebagian besar alasan petani mitra mengusahakan padi sehat karena ingin mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional. Untuk mendapatkan harga gabah yang lebih tinggi ini tentu petani mitra harus melakukan standar penerapan teknlogi dengan baik agar kualitas dan kuantitas gabah padi sehat yang dihasilkan optimal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat Berdasarkan hasil literatur dan penelitian terdahulu, serta dari pengamatan di lapang, diduga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi derajat penerapan teknologi padi sehat selain kemitraan, antara lain: umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan yang dikuasai, pendapatan non usahatani, pendapatan usahatani non padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga. Untuk melihat adanya pengaruh kemitraan dan faktor-faktor tersebut terhadap penerapan teknologi maka digunakan analisis regresi linier berganda. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi berganda, faktor jumlah tanggungan keluarga terdapat multikolinier sehingga harus dikeluarkan dalam model. Setelah faktor jumlah tanggungan keluarga dikeluarkan dari model, maka syarat ekonometrika pada model ini terpenuhi, karena berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari hasil output regresi

122 berada disekitar angka satu. Artinya, model tidak terdapat multikolinieritas yaitu antar variabel independen tidak berkorelasi. Model ini juga telah memenuhi asumsi normalitas, homoskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Hasil output analisis regresi berganda ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda menghasilkan nilai R- square sebesar 54 persen. Hal ini berarti 54 persen variasi nilai derajat penerapan teknologi padi sehat dapat dijelaskan bersama-sama oleh faktor-faktor tersebut (kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan yang dikuasai, pendapatan non usahatani, dan pendapatan usahatani non padi sehat), sisanya 46 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar model. Nilai R-square yang kecil dikarenakan ada faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model seperti faktor budaya, risiko, dan ketidakpastian. Nilai uji-f atau F hitung terhadap model sebesar 6,009 dengan probabilitas sig. 0,000. Artinya, semua variabel penduga berpengaruh nyata terhadap penilaian penerapan teknologi padi sehat, karena probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05. Uji-t dilakukan pada masing-masing variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap derajat penerapan teknologi padi sehat. Hasil perhitungan uji-t pada analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Hasil Perhitungan Uji-t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) Kemitraan Umur Pengalaman Status kepemilikan lahan Pendidikan Pekerjaan Utama Luas Lahan Pendapatan Non Usatani Pendapatan Usahatani non padi sehat E E

123 Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Tabel 39 diatas, gambaran pengaruh variabel-variabel bebas terhadap derajat penerapan teknologi padi sehat, diuraikan sebagai berikut: 1. Kemitraan Kemitraan berpengaruh nyata terhadap derajat penerapan teknologi padi sehat karena perhitungan sig. 0,05. Kemitraan berpengaruh signifikan pada nilai penerapan teknologi padi sehat dengan nilai elastisitas 0,411. Hal ini berarti ketika kemitraan meningkat 100 persen maka nilai penerapan teknologi padi sehat akan bertambah 41,1 persen. Hal ini dikarenakan petani yang ingin menjual gabah padi sehatnya ke Gapoktan Mekar Tani yang selanjutnya akan dijual ke perusahaan mitra harus memenuhi standar penerapan teknologi yang baik. Petani tidak boleh menggunakan bahan kimia dalam budidaya padi sehat, pupuk maupun pestisida kimia. Walaupun dalam standar penerapan teknologi budidaya padi sehat penggunaan pupuk kimia yang diperbolehkan maksimal 100 kg/ha, namun petani yang menggunakan bahan kimia dalam budidaya padi sehat tidak boleh menjual hasil panennya ke perusahaan mitra. Kemitraan mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik agar mendapatkan hasil yang optimal, secara kualitas dan kuantitas sehingga harga yang didapatkan semakin tinggi. 2. Umur Petani Umur petani berpengaruh negatif terhadap penerapan teknologi, hal ini sesuai dengan dugaan. Dimana semakin tua umur petani maka derajat penerapan teknologinya akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan petani dengan umur yang lebih tua mempunyai pemikiran yang lebih tertutup mengenai penerapan teknologi baru. Namun pengaruh umur petani tidak signifikan, karena nilai elastisitasnya hanya -0,012. Bila umur petani meningkat 100 persen, maka derajat penerapan teknologi hanya menurun 1,2 persen. Hal ini berarti petani dengan umur berapapun dapat menerapkan teknologi padi sehat yang baik. 3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat Pengalaman mengusahakan padi sehat berpengaruh signifikan pada derajat penerapan teknologi dengan nilai elastisitas sebesar 0,414. Hal ini berarti setiap penambahan pengalaman mengusahakan padi sehat meningkat sebesar 100 persen

124 maka nilai penerapan teknologi padi sehat akan bertambah 41,4 persen. Hasil wawancara juga menunjukkan petani yang mempunyai pengalaman yang banyak, sudah sangat paham cara budidaya padi sehat sesuai standar prosedur operasional. Bahkan beberapa petani yang telah berpengalaman budidaya padi sehat telah menjadi penyuluh swadaya yang dibayar saat penyuluhan dan pelatihan. 4. Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan yang diduga berpengaruh positif dalam penerapan teknologi padi sehat, yaitu bila statusnya milik maka derajat penerapan teknologi akan semakin tinggi dan bila bukan milik maka akan sebaliknya. Hal ini diduga karena petani yang status kepemilikkannya bukan milik biasanya akan menggunakan sistem paroan atau lainnya untuk membagi hasil produksi dengan pemilik lahan. Bila hasil produksinya menurun karena baru menerapkan teknologi ini maka menurun juga penghasilan mereka, sehingga keinginan untuk menerapkan teknologi padi sehat semakin rendah. Setelah dilakukan uji-t, ternyata status kepemilikan lahan berpengaruh negatif. Namun pengaruhnya tidak signifikan dengan nilai elatisitas 0,014. Berarti, bila status lahan milik meningkat 100 persen maka derajat penerapan teknologi akan berkurang 1,4 persen. Hal ini berarti, petani dengan status kepemilikan lahan apapun dapat menerapkan teknologi padi sehat dengan baik. Petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes walaupun status kepemilikan lahannya bukan milik, namun mereka cukup berantusias untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan benar. Status kepemilikan lahan tidak menjadi masalah untuk menerapkan teknologi padi sehat. Hal ini kemungkinan terjadi karena petani mempunyai lahan lain yang digunakan untuk menanam komoditi lainnya atau luas lahan yang digunakan untuk menanam padi sehat sedikit sehingga bila terjadi penurunan produksi maka kerugiannya tidak terlalu besar. 5. Pendidikan Pendidikan yang diduga berpengaruh positif karena petani yang mempunyai pendidikan yang semakin tinggi maka akan semakin terbuka pemikirannya untuk menerapkan teknologi padi sehat yang lebih ramah lingkungan dan baik bagi kesehatan. Ternyata setelah dilakukan uji-t, berpengaruh negatif, namun tidak signifikan dengan nilai elastisitas sebesar 0,033. Bila

125 pendidikan meningkat 100 persen maka derajat penerapan teknologi akan berkurang 3,3 persen. Hal ini berarti, petani dengan tingkat pendidikan apapun dapat menerapkan teknologi padi sehat dengan baik. Hasil wawancara menunjukkan petani responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih besar atau sama dengan SMA ( SMA) penerapan teknologi padi sehat lebih banyak yang berada diatas rata-rata dibandingkan petani dengan pendidikan dibawah SMA (<SMA). Sebanyak 11 orang petani dengan pendidikan SMA, sembilan orang diantaranya (63,63 persen) nilai derajat penerapan teknologi padi sehatnya lebih besar dari rata-rata. Sedangkan petani responden yang pendidikannya kurang dari SMA sebanyak 45 orang, 17 orang diantaranya (37,77 persen) nilai derajat penerapan teknologi padi sehatnya lebih besar dari rata-rata. 6. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama yang diduga berpengaruh positif terhadap penerapan teknologi. Hal ini dikarenakan pekerjaan utama sebagai petani akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik dibandingkan yang pekerjaan utama lainnya. Pekerjaan utamanya yang bukan petani hanya ke sawah bila ada waktu luang dan penerapannya pun tidak langsung dilakukan sendiri. Ternyata setelah dilakukan uji-t pekerjaan utama berpengaruh negatif, namun tidak signifikan dengan nilai elastisitas sebesar 0,081. Bila pekerjaan utama sebagai petani meningkat 100 persen maka derajat penerapan teknologi akan berkurang 8,1 persen. Hal ini berarti, pekerjaan utama apapun yang dilakukan, walau bukan petani, dapat menerapkan teknologi padi sehat dengan baik. Tidak berpengaruh signifikan pekerjaan utama terhadap penerana teknologi sesuai dengan hasil wawancara. Petani responden yang pekerjaan utamanya adalah petani sebanyak 50 orang, 24 orang diantaranya (48 persen) nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Sedangkan petani responden yang pekerjaan utamanya bukan petani ada sebanyak enam orang, tiga orang (50 persen) diantaranya nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Perbedaan persentase yang tidak terlalu besar ini berarti memang pekerjaan utama tidak berpengaruh terhadap penerapan teknologi padi sehat. Hal

126 ini dikarenakan petani non mitra dapat meminta bantuan orang lain (pekerja) yang sudah paham menerapkan teknologi padi sehat dengan baik tanpa harus turun ke sawah setiap hari. 7. Luas Lahan Luas lahan yang dimaksud adalah seluruh luas lahan yang dikuasai petani, baik sawah maupun bukan. Luas lahan berpengaruh positif terhadap penerapan teknologi padi sehat. Hal ini kemungkinan dikarenakan petani mempunyai lahan lainnya yang dapat digunakan untuk membudidayakan komoditi lain. Petani yang melakukan penerapan teknologi padi sehat walaupun memiliki peluang rugi (terjadi penurunan produksi pada awal budidaya), tetap mempunyai penghasilan dari hasil produksi lahan yang lainnya. Dengan semakin luas lahan yang dikuasai, petani juga dapat meningkatkan teknologi padi sehat dengan meningkatkan luas sawah yang ditanami padi sehat. Hal ini sesuai dengan dugaan, namun tidak signifikan dengan nilai elatisitas sebesar 0,054. Bila luas lahan meningkat 100 persen maka derajat penerapan teknologi hanya akan meningkat 5,4 persen. Hal ini berarti, petani dengan luas lahan berapapun dapat menerapkan teknologi padi sehat dengan baik. 8. Pendapatan Non Usahatani Pendapatan non usahatani diduga berpengaruh positif terhadap penerapan teknologi. Bila terjadi penurunan produksi (merugi) karena baru menerapkan teknologi padi sehat maka petani masih mempunyai pendapatan non usahatani. Ternyata setelah dilakukan uji-t, pendapatan non usahatani berpengaruh negatif terhadap penerapan teknologi, namun tidak signifikan, dengan nilai elastisitas sebesar 0,06. Bila pendapatan non usahatani meningkat 100 persen, maka derajat penerapan teknologi akan berkurang sebesar 0,6 persen. Hal ini berarti, untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik tidak perlu mempunyai pendapatan non usahatani yang tinggi. Tidak berpengaruh signifikan pendapatan non usahatani terhadap penerapan teknologi sesuai dengan hasil wawancara. Petani responden yang tidak mempunyai pendapatan non usahatani dan pendapatan non usahataninya kurang dari sama dengan Rp 1 juta sebanyak 23 orang, 11 diantaranya (47,83 persen), nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Sedangkan petani

127 responden yang pendapatan non usahataninya lebih besar dari Rp 1 juta sebanyak 33 orang, 16 orang diantaranya (48,48 persen) nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Persentase yang tidak berbeda ini menujukkan bahwa pendapatan non usahatani memang tidak berpengaruh terhadap penerapan teknologi. Pendapatan non usahatani yang dihitung merupakan pendapatan anggota keluarga yang lain. Berarti petani dalam menerapkan teknologi padi sehat, tidak mempertimbangkan pendapatan non usahatani yang dimilikinya sendiri maupun anggota keluarga yang lain. 9. Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat Pendapatan non usahatani berpengaruh positif terhadap penerapan teknologi, karena bila terjadi terjadi penurunan produksi karena baru menerapkan teknologi padi sehat maka masih mempunyai pendapatan usahatani non padi sehat. Pendapatan usahatani non padi sehat yang berpengaruh positif, berbeda dengan pendapatan non usahatani padi sehat yang berpengaruh negatif, karena sebagian besar petani responden mempunyai pekerjaan sampingan yang berhubungan dengan pertanian secara luas. Hal ini sesuai dengan dugaan, namun tidak signifikan, dengan nilai elastisitas sebesar 0,161. Bila pendapatan usahatani non padi sehat meningkat sebesar 100 persen, maka derajat penerapan terknologi padi sehat akan meningkat 16,1 persen. Berarti, untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik tidak perlu mempunyai pendapatan non padi sehat yang tinggi. Tidak berpengaruh signifikan pendapatan usahatani non padi sehat terhadap penerapan teknologi padi sehat berbeda dengan hasil wawancara. Petani responden yang mempunyai pendapatan usahatani non padi sehat kurang dari sama dengan Rp 1 juta atau yang tidak mempunyai pendapatan usahatani non padi sehat sebanyak 39 orang, 16 orang diantaranya (41,03 persen), nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Sedangkan petani responden yang mempunyai pendapatan usahatani non padi sehat lebih dari Rp 1 juta sebanyak 17 orang, 11 orang diantaranya (64,70 persen) nilai derajat penerapan teknologinya lebih besar dari rata-rata. Berarti petani responden dalam menerapkan teknologi padi sehat terlebih dahulu mempertimbangkan pendapatan usahatani non padi sehat yang dimilikinya karena sebagian besar petani responden menggantungkan hidupnya dari usahatani (petani).

128 VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani mitra sebesar 6,6 ton/ha. Jumlah ini lebih besar dibandingkan petani non mitra yang sebesar 5,8 ton/ha. Hal ini dikarenakan luas sawah padi sehat petani non mitra lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga produktivitasnya lebih rendah. Rata-rata luas sawah yang ditanam padi sehat petani mitra sebesar 0,4 ha, sedangkan petani non mitra sebesar 0,3 ha. Lebih sedikitnya luas sawah yang ditanam padi sehat oleh petani non mitra karena mereka mengusahakan padi sehat hanya untuk percobaan atau hanya untuk memenuhi pangan sehat bagi keluarga, padahal luas sawah yang dikuasainya hampir sama sekitar 0,5 ha. Hal ini juga dikarenakan rata-rata luas lahan yang dikuasai (sawah maupun bukan) petani mitra (0,67 ha) lebih besar dibandingkan petani non mitra (0,54 ha) sehingga petani mitra lebih berani menerapkan padi sehat lebih luas pada sawahnya dibandingkan petani non mitra. Hasil produksi padi sehat tidak semua dijual oleh petani responden. Jumlah produksi rata-rata yang dijual oleh petani mitra sebesar 5,1 ton/ha (77,47 persen) lebih banyak dibandingkan petani non mitra yang sebesar 3,4 ton/ha (58,34). Harga jual rata-rata gabah padi sehat yang diterima petani mitra sebesar Rp 3.544,23 per kg, sedangkan petani non mitra sebesar Rp 3.006,67 per kg, sehingga rata-rata penerimaan tunai petani mitra lebih besar 45,17 persen dari petani non mitra. Lebih banyaknya petani mitra yang menjual hasil produksinya, menunjukkan petani non mitra lebih banyak menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dan untuk benih. Hal ini terbukti dari rata-rata penerimaan diperhitungkan petani mitra lebih rendah 28,78 persen dari petani non mitra. Petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi karena luas sawah yang mereka kuasai lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksi untuk konsumsi dibandingkan menjualnya. Walaupun rata-rata luas sawah yang dikuasai petani mitra dan non mitra tidak berbeda (sekitar 0,5 ha), namun sebaran luas sawah petani non mitra 66,67 persen berada dibawah 0,41 ha. Petani non

129 mitra juga sebagian besar tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Walaupun mempunyai pekerjaan sampingan, pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat paling banyak berada dikisaran kurang dari Rp 1 juta per bulan. Sehingga petani non mitra menjadikan usahatani padi sehat tempat memenuhi pangan keluarga. Karena menurut mereka harga beras di pasar sekarang mahal dan kualitasnya kurang bagus sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksinya untuk memenuhi konsumsi rumah tangga mereka selama satu musim kedepan. Rata-rata hasil produksi yang disimpan untuk konsumsi oleh petani non mitra sebesar 2,4 ton/ha (41,40 persen), sedangkan petani mitra sebesar 1,5 ton/ha (22,52 persen). Total penerimaan usahatani padi sehat yang diperoleh petani mitra lebih besar 26,38 persen dari petani non mitra. Rata-rata penerimaan usahatani padi sehat yang diterima petani responden per ha dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Sistem Petani Mitra Persentase Petani Non Persentase Penerimaan (Rp/ha) Mitra (Rp/ha) Penerimaan ,51 78, ,80 58,20 Tunai Penerimaan Diperhitungkan Konsumsi ,56 21, ,55 41,65 Benih 2.692,31 0, ,59 0,15 TOTAL PENERIMAAN , ,94 100,00 Penerimaan tunai dan total penerimaan usahatani padi sehat antara petani mitra dengan non mitra berbeda nyata karena berdasarkan uji Mann Whitney, nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Sedangkan penerimaan diperhitungkan antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata. Penerimaan tunai yang berbeda nyata (signifikan) antara petani mitra dan non mitra menunjukkan bahwa dengan adanya kemitraan petani mitra dapat dengan mudah mengakses pasar gabah padi sehat yang masih jarang di Kecamatan Kebon Pedes (mempermudah pemasaran). Sedangkan petani non mitra dalam mengusahakan padi sehat sebagian besar belum berorientasi pasar, namun hanya untuk percobaan dan memenuhi pangan

130 sehat bagi keluarga. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Penerimaan Tunai Penerimaan Diperhitungkan Total Penerimaan Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2- tailed) 8.2. Biaya Usahatani Padi Sehat Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Keterangan Petani Mitra Persentase Petani Non Mitra Persentase (Rp/ha) (Rp/ha) Biaya Tunai Benih ,29 0, ,18 1,78 Pupuk Organik ,86 7, ,74 5,66 Pupuk Kimia ,98 0, ,65 4,09 Pupuk Cair ,12 0, ,28 0,19 Pestisida Nabati ,15 0, ,56 0,19 Pestisida Kimia ,24 0, ,76 1,49 Tenaga Kerja Luar Keluarga Non Borongan ,39 14, ,48 23,86 Borongan ,97 19, ,51 22,27 Sewa Lahan ,28 44, ,27 23,76 Pajak Lahan ,17 0, ,24 0,57 TOTAL ,46 88, ,66 83,87 Biaya Diperhitungkan Benih ,83 0, ,09 0,38 Pupuk Organik ,56 0,34 Pupuk Kimia ,00 0,62 Pestisida Kimia 2.307, Tenaga Kerja ,07 10, ,84 14,79 Dalam Keluarga TOTAL ,59 11, ,49 16,13 TOTAL BIAYA ,05 100, ,15 100,00

131 Gambaran biaya yang dikeluarkan diuraikan sebagai berikut : 1. Biaya Benih Biaya benih dibedakan menjadi benih yang dibeli sendiri oleh petani dan benih dari bantuan pemerintah atau dari hasil panen sebelumnya. Benih yang dibeli sendiri oleh petani mitra persentasenya lebih rendah 1,01 persen dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani non. Benih yang didapat dari pemerintah atau yang berasal dari hasil panen sebelumnya yang digunakan oleh petani mitra persentasenya hampir sama yang digunakan petani non mitra, hanya selisih sebesar 0,04 persen. Total biaya benih, tunai maupun tidak tunai, yang dikeluarkan petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra. Hal ini dikarenakan petani mitra hanya menanam satu sampai dua bibit per lubang sehingga membutuhkan benih yang lebih sedikit. 2. Biaya Pupuk Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani dibedakan menjadi pupuk yang dibeli sendiri dan yang berasal dari bantuan. Jenis pupuk juga dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 1,97 persen. Selain beli sendiri petani non mitra mendapatkan bantuan pupuk organik sebesar Rp ,56 per ha. Biaya untuk pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena jumlah pemakaian pupuk organik lebih banyak digunakan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra. Pupuk kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,32 persen. Pupuk kimia yang sering dibeli petani adalah pupuk urea, ZA, TSP, dan KCL. Pupuk kimia ini biasanya dibeli di toko-toko pertanian yang berada di Kecamatan Kebon Pedes maupun di pasar. Petani non mitra juga mendapatkan bantuan pupuk kimia sebesar Rp ,00 per ha. Biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani non mitra, enam kali lebih besar dibandingkan petani mitra. 3. Biaya Pestisida Biaya pestisida dibedakan menjadi tunai dan diperhitungakan, serta dibedakan juga menjadi pestisida nabati dan kimia. Biaya pestisida nabati yang

132 dikeluarkan sendiri oleh petani mitra, persentasenya sama yang dikeluarkan oleh petani non mitra, yaitu sebesar 0,19 persen. Walaupun penggunaan pestisida nabati petani mitra lebih banyak namun biaya yang dikeluarkan sama dengan petani non mitra. Berarti petani non mitra sudah membuat pestisida nabati namun tidak menggunakannya sesuai standar. Pestisida nabati tidak ada yang termasuk biaya yang diperhitungkan karena petani hanya membuat sendiri pestisida nabati dari bahan-bahan yang terdapat disekitar mereka dengan biaya sendiri. Pestisida kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra dengan selisih persentase sebesar 0,82 persen. Petani mitra mendapatkan bantuan pestisida kimia sebesar Rp 2.307,69 per ha. Hal ini menjadi salah satu kendala pengembangan padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes karena penjualan pestisida kimia masih banyak dilakukan oleh oknum dari dinas pertanian yang bekerjasama dengan perusahaan pestisida kimia dengan terlebih dulu memberikan secara gratis sehingga petani tertarik untuk menggunakannya. Total biaya yang paling besar dikeluarkan untuk pestisida, nabati maupun kimia, yaitu petani non mitra. 4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani non mitra menjadi biaya yang paling besar (46,13 persen). Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani padi sehat, mulai dari penyemaian, mengolah tanah, penanaman, penyiangan, pemupukkan, sampai pemanenan banyak menggunakan TKLK. Upah untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp ,00 dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp ,00 dengan jam kerja per hari selama lima jam. Namun tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan menggunakan traktor atau kerbau serta panen menggunakan sistem pembayaran borongan. Pengolahan tanah dengan traktor atau kerbau sudah termasuk biaya penyewaan alat bajak tersebut. Total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh petani non mitra sebesar lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 12,38 persen.

133 Biaya TKDK juga paling banyak dikeluarkan oleh petani non mitra dibandingkan petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,81 persen, sehingga total biaya tenaga kerja (TKLK dan TKDL) yang dikeluarkan petani non mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani mitra. Luas sawah padi sehat petani non mitra yang lebih sedikit dibandingkan petani mitra menyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efesien, sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani non mitra menjadi lebih besar. 5. Sewa Lahan Biaya sewa lahan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani mitra. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani non mitra dengan selisih 20,32 persen. Walaupun petani non mitra lebih banyak yang menyewa lahan, namun luas sawah yang disewa lebih sedikit dibandingkan petani non mitra, sehingga biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar. Sewa lahan biasanya dilakukan dengan sistem paroan (setengah). Petani penggarap dan pemilik masing-masing akan mendapatkan setengah dari hasil panen setiap musimnya. Pembayaran sewa lahan ini biasanya dengan menggunakan uang tunai sehingga setengah hasil panen tersebut dijual terlebih dulu baru dibayarkan ke petani pemilik lahan. Namun, ada juga petani yang menyewa lahan dengan pembayaran yang sudah ditentukan diawal tanpa melihat hasil panen. Biasanya sistem sewa ini dibayarkan setiap tahun. 6. Pajak Lahan Pajak lahan hanya dibayarkan oleh petani pemilik. Petani yang menyewa tidak membayar pajak karena yang membayar pajak adalah petani pemilik lahan. Pajak lahan yang dikeluarkan petani mitra tidak jauh berbeda yang dikeluarkan petani non mitra, hanya selisih 0,09 persen. Hal ini berarti petani non mitra lebih banyak yang merupakan petani pemilik, walaupun luas lahan yang dimilikinya masih sedikit. Bila dilihat secara keseluruhan, total biaya yang dikeluarkan petani mitra hampir sama yang dikeluarkan petani non mitra. Biaya yang dikeluarkan petani mitra hanya lebih rendah 1,77 persen dari petani mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun total biaya antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata

134 karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Total Biaya Usahatani Padi Sehat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).844 Tidak berbeda nyata total biaya usahatani padi sehat petani mitra dengan non mitra, karena kemitraan belum melayani aspek input. Walaupun sudah ada pinjaman benih, namun pendistribusiannya belum merata sehingga belum dirasakan oleh semua petani mitra. Untuk pelaksanaan kemitraan yang akan datang, disarankan kemitraan melayani aspek input. Seperti yang diungkapkan Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumarjo et al. (2004), bahwa kemitraan sebagai suatu sistem harus memiliki unsur-unsur, salah satunya input. Pelayanan pada aspek input dilakukan agar pelaksanaan usahatani menjadi lebih efesien. Bila dilihat dari biaya tunai, petani mitra mengeluarkan biaya tunai lebih besar 3,6 persen dari petani non mitra. Walaupun nilai perbedaan tersebut kecil, namun dapat mengindikasikan bahwa kemitraan dapat mempermudah petani mitra mengakses pasar input Pendapatan Usahatani Padi Sehat Pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, baik total pendapatan maupun total pendapatan tunai. Total pendapatan petani mitra lebih besar 62,06 persen dari petani non mitra, sedangkan total pendapatan tunai petani mitra lebih besar 116,8 persen dari petani non mitra. Total pendapatan petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra karena total penerimaan yang diterima petani mitra lebih besar dengan total biaya yang hampir sama dengan petani non mitra. Harga jual gabah padi sehat yang diterima oleh petani mitra lebih tinggi serta produktivitas juga yang lebih tinggi dari petani

135 non mitra, sehingga penerimaan petani mitra lebih besar. Perhitungan pendapatan dan Rasio R/C petani mitra dan petani non mitra, dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Perhitungan Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 No. Keterangan Petani Mitra (Rp/ha) Petani Non Mitra (Rp/ha) 1. Penerimaan Tunai , ,80 2. Penerimaan Diperhitungkan , ,13 3. Total Penerimaan ( ) , ,94 4. Biaya Tunai , ,66 5. Biaya Diperhitungkan , ,49 6. Total Biaya (4 + 5 ) , ,15 7. Total Pendapatan ( 3 6 ) , ,79 8. Total Pendapatan Tunai (1 4) , ,86 9. Penyusutan Alat , , Pendapatan Bersih ( 8 9) , , R/C atas Biaya Tunai 2,02 1, R/C atas Biaya Total 1,79 1,30 Total pendapatan tunai yang diterima petani non mitra yaitu sebesar Rp -1,1 juta per ha. Hal ini dikarenakan petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dibandingkan untuk dijual sehingga penerimaan tunainya lebih rendah dibandingkan biaya tunai yang dikeluarkan. Total pendapatan tunai setelah dikurangi biaya penyusutan alat yang digunakan untuk usahatani padi sehat disebut pendapatan bersih. Biaya penyusutan alat petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, dengan selisih 53,66 persen. Hal ini berarti peralatan yang digunakan petani mitra dalam usahatani padi sehat lebih banyak dibandingkan petani non mitra karena luas sawah padi sehat petani mitra lebih luas dibandingkan petani non mitra. Pendapatan bersih yang diterima oleh petani mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Berdasarkan hasil analisis rasio R/C, menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya total maupun R/C atas biaya tunai petani mitra dan non mitra bernilai lebih dari satu sehingga keduanya layak untuk diusahakan. Arti rasio R/C yaitu setiap

136 rupiah biaya tunai atau total yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan sebesar nila R/C tersebut, dimana nilai R/C atas biaya total dan atas biaya tunai petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai R/C, usahatani padi sehat petani mitra lebih menguntungkan daripada petani non mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun, total pendapatan, total pendapatan tunai, pendapatan bersih, serta rasio R/C atas biaya tunai dan total, antara petani mitra dan non mitra berbeda nyata karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Pendapatan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Mann- Whitney U Wilcoxon W Total Pendapatan Total Pendapatan Tunai Pendapatan Bersih R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total Z Asymp. Sig. (2-tailed) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat Selain kemitraan, diduga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani padi sehat, antara lain: umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan, pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20. Namun, faktor pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga terdapat multikoliner sehingga harus dikeluarkan dari model. Setelah ketiga faktor tersebut dikeluarkan dari model, maka syarat ekonometrika pada model ini terpenuhi karena berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari hasil output regresi berada disekitar angka satu. Artinya, model tidak terdapat multikolinieritas yaitu antar variabel independen tidak berkorelasi. Model ini juga telah memenuhi

137 asumsi normalitas, homoskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Hasil output analisis regresi berganda ini dapat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil perhitungan analisis berganda didapat nilai R-square sebesar 0,592. Hal ini berarti 59,2 persen variasi nilai derajat penerapan teknologi padi sehat dapat dijelaskan bersama-sama oleh faktor-faktor tersebut (kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, dan luas lahan), sisanya 40,8 persen dipengaruhi oleh fakrot-faktor diluar model. Nilai uji-f atau F hitung terhadap model sebesar 9,956 dengan probabilitas sig. 0,000. Artinya, semua variabel penduga berpengaruh nyata terhadap total pendapatan petani padi sehat karena probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05. Uji-t dilakukan pada masing-masing variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap total pendapatan petani padi sehat. Hasil perhitungan uji-t pada analisis berganda dengan menggunakan SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Model (Constant) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF Kemitraan Umur Pengalaman Status kepemilikan lahan Pendidikan Pekerjaan utama Luaslahan Pa. Dependent Variable: total pendapatan usahatani padi sehat Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Tabel 46, gambaran pengaruh variabel-variabel bebas terhadap total pendapatan usahatani padi sehat, diuraikan sebagai berikut: 1. Kemitraan Kemitraan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,199 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kemitraan meningkat sebesar 100 persen maka pendapatan petani akan

138 meningkat sebesar 19,9 persen. Hal ini dikarenakan petani mitra mendapatkan harga jual gabah padi sehat yang lebih tinggi dibandingkan petani non mitra, dengan rata-rata perbedaan harga gabah padi sehat sebesar Rp 500,00 per kg dengan harga gabah di pasar, sehingga pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. 2. Umur Petani Umur petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat. Dimana semakin tua umur petani maka pendapatan petani padi sehat semakin meningkat. Hal ini berbeda dengan dugaan. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani biasanya pengalaman dalam usahatani semakin banyak sehingga dapat mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman dalam mengusahakan padi sehat. Walaupun kondisi fisik menurun karena umur yang semakin meningkat, namun petani dapat menggunakan tenaga kerja untuk melakukan usahatani padi sehat secara langsung, sehingga fisik tidak lagi menjadi masalah. Namun pengaruh umur petani tidak signifikan, karena nilai elastisitasnya hanya 0,093. Bila umur petani meningkat 100 persen, maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 9,3 persen. Hal ini berarti, berapapun umur petani dapat meningkatkan total pendapatan padi sehat. 3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat Pengalaman mengusahakan padi sehat berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,208 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kenaikan pengalaman mengusahakan padi sehat sebanyak 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 20,8 persen. Hasil wawancara menunjukkan petani yang mempunyai pengalaman mengusahakan padi sehat semakin banyak maka akan menggunakan input yang lebih efesien sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah atau output yang dihasilkan lebih banyak 4. Status Kepemilikan Lahan Status penguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,345. Hal ini berarti setiap kenaikan kepemilikan lahan (milik) sebesar 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 34,5 persen. Hal ini sesuai dengan yang ada di lapang,

139 petani yang mempunyai lahan sendiri pendapatannya akan lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap karena tidak perlu membayar sewa, tetapi hanya membayar pajak saja, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. 5. Pendidikan Pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan elastisitas sebesar 0,474. Berarti setiap kenaikan pendidikan sebesar 100 persen maka penadapatan petani padi sehat akan semakin meningkat sebesar 47,4 persen. Hal ini sesuai yang terjadi di lapang, petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih besar sama dengan SMA ( SMA) maka total pendapatan padi sehatnya lebih besar dibandingkan petani yang mempunyai tingkat pendidikan dibawah SMA. Petani yang tingkat pendidikannya SMA atau lebih tinggi, total pendapatan usahataninya lebih besar karena petani mempunyai pemikiran yang lebih maju agar usahatani padi sehat yang dilakukan lebih menguntungkan, tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, namun juga untuk dijual. 6. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat, namun tidak signifikan karena elastisitasnya hanya 0,115. Bila pekerjaan utama sebagai petani meningkat sebesar 100 persen maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 11,5 persen. Hal ini berarti, dengan pekerjaan utama apapun, pelaku yang mengusahakan padi sehat dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikarenakan responden yang menjadikan usahatani padi sehat sebagai pekerjaan sampingan, tetap dapat menghasilkan pendapatan usahatani padi sehat yang sama, bahkan lebih tinggi dari responden yang pekerjaan utamanya petani padi sehat. Berarti responden tersebut dapat mengatur usahatani padi sehat dengan baik tanpa harus secara langsung ke sawah setiap harinya. 7. Luas Lahan Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat pada taraf nyata 10 persen, dengan elastisitas 0,187. Berarti setiap kenaikan luas lahan sebesar 100 persen, maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 18,7 persen. Luas lahan yang dimaksud adalah seluruh lahan yang dikuasai petani, sawah maupun bukan. Dengan semakin luasnya lahan yang dikuasai, petani

140 mempunyai kemampuan untuk meningkatkan jumlah produksi padi sehat dengan menambah luas sawah padi sehat sehingga dapat meningkatkan total pendapatan usahatani padi sehatnya.

141 IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain: 1. Kemitraan yang berlangsung antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi termasuk dalam pola kemitraan dagang umum. Perusahaan mitra memberikan pinjaman benih dan modal kepada petani mitra, namun pendistribusiannya belum merata. Kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dihubungkan oleh Gapoktan Mekar Tani yang bertugas menampung hasil produksi petani mitra dan mengatur pelaksanaan kemitraan lainnya. Pelaksanaan kemitraan di Gapokatan Mekar Tani hanya diatur oleh satu orang, yaitu ketua gapoktannya, sehingga pelaksanaan kemitraan belum maksimal. Persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya cukup positif. Secara umum petani mitra sudah merasa puas terhadap manfaat kemitraan (61,59 persen). 2. Kemitraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan teknologi padi sehat. Derajat penerapan teknologi padi sehat petani mitra dan non mitra berbeda signifikan, dengan rata-rata derajat penerapan teknologi padi sehat petani mitra lebih besar 18,44 persen dengan petani non mitra. Walaupun bimbingan teknologi tidak dilakukan secara langsung oleh perusahaan mitra, namun dengan adanya kemitraan, mendorong petani melakukan penerapan teknologi padi sehat dengan baik dan tidak menggunakan bahan-bahan kimia, karena gabah padi sehat yang diterima perusahaan mitra harus terbebas dari bahan-bahan kimia. Selain kemitraan, ada faktor lainnya yang berpengaruh nyata terhadap penerapan teknologi padi sehat, yaitu pengalaman mengusahakan padi sehat. 3. Kemitraan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Pendapatan usahatani padi sehat dan rasio R/C petani mitra berbeda signifikan dengan petani non mitra, dengan perbedaan total pendapatan usahatani padi sehat petani mitra dengan petani non mitra sebesar 62,06 persen. Rasio R/C atas biaya total petani mitra sebesar 1,79, sedangkan petani non mitra sebesar 1,30.

142 Berarti, usahatani padi sehat yang dilakukan petani mitra lebih menguntungkan dibandingkan petani non mitra. Kemitraan memberikan jaminan pasar kepada petani mitra, dengan memberikan harga gabah yang lebih tinggi sebesar Rp 500,00 per kg. Selain kemitraan, ada juga faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan petani padi sehat, yaitu pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, dan luas lahan Saran Berikut ini saran-saran yang diberikan dalam pelaksanaan kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, guna perbaikan pelaksanaan kemitraan yang akan datang, antara lain: 1. Perusahaan mitra yang hanya memberikan pinjaman modal dan input berupa benih, sebaiknya memberikan juga pelayananan untuk input lainnya, seperti pupuk organik dan alat-alat pertanian, agar biaya yang dikeluarkan petani mitra lebih murah. 2. Petani mitra harus didata dengan baik, sehingga dapat mengetahui berapa jumlah petani mitra, di dalam maupun di luar Kebon Pedes, agar pendistribusian pinjaman modal maupun input merata. Lebih baik bila dibuat kontrak kerjasama antara petani mitra dengan Gapoktan Mekar Tani yang berisi hak dan kewajiban dengan menggunkan materai, agar kedua belah pihak lebih berkomitmen dalam menjalankan pelaksanaan kemitraan. 3. Pembayaran dari perusahaan mitra yang dilakukan bertahap, sebaiknya pada tahap pertama dan/atau kedua, persentase pembayarannya diperbesar hingga 10 persen (dua kali dari nilai down payment (DP) sebelumnya) dan langsung dibayar setelah pengiriman beras sehat. Bila Gapoktan Mekar Tani belum memenuhi kuota pengiriman beras sehat, sebaiknya perusahaan mitra membayar terlebih dulu 50 persen dari total pengiriman tersebut. Hal ini dilakukan agar Gapoktan Mekar Tani tidak kekurangan modal untuk pembayaran hasil produksi petani mitra secara langsung. 4. Dibentuknya pengurus kemitraan agar jalannya kemitraan menjadi lebih maksimal. Saran ini dibuat karena pelaksanaan kemitraan pada Gapoktan Mekar Tani hanya dilakukan oleh ketuanya saja, sehingga dianggap

143 kurangnya transparasi dalam pelaksanaan kemitraan. Serta diadakannya sosialisasi kemitraan kepada petani mitra. 5. Petani sebaiknya meningkatkan penerapan teknologi padi sehat agar hasil gabahnya menjadi lebih meningkat secara kualitas dan kuantitas, sehingga pendapatan mereka dapat meningkat dan perusahaan mitra mendapatkan pasokan beras sehat yang bermutu dan sesuai dengan kuota permintaan. Perusahaan mitra juga sebaiknya memberikan bimbingan teknologi secara langsung kepada petani mitra dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan secara rutin. 6. Gapoktan Mekar Tani sebaiknya mulai mencari pasar lain, karena Medco Pure Farming merupakan sebuah proyek yang keberlanjutannya masih belum diketahui. Namun sebelumnya, Gapoktan Mekar Tani harus memperbaiki standar beras sehat yang dihasilkan.

144 DAFTAR PUSTAKA Aryani, L Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT. Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palarang, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Astria, R Analisis Kemitraan Antara Petani Tebu dengan Pabrik Gula Karangsuwung. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Astuti, R.B Penerapan Teknologi System Of Rice Intensification di Desa Margahayu Kabupaten Tasikmalaya [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Basuki, T Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Menanam Padi Hibrida (Studi Kasus Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Budiningrum, O Evaluasi Kemitraan Petani Padi dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Cahyono et al Kajian Program Kemitraan Usaha (Kasus PT Aqua Farm Nusantara dengan Kelompok Tani Ikan di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Buletin Ekonomi Perikanan Vol. VII No 2 tahun Damayanti, M.N Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Deshinta, M Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler (Kasus Kemitraan : PT. Sierad Produce Dengan Peternak Di Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Fatullah, A Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaen Bogor, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Febridinia, R Peranan Kemitraan dalam Penadapatan Peternak Ayam Boiler. Kasus : Kemitraan Peternak Cibinong dengan CV. Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

145 Gultom, L Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus : Gapoktan Silih Asih Di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabutapen Bogor Profinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Halcrow, H.G Ekonomi Pertanian. Armand S, penerjemah; Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM Press). Harmini Modul Matakuliah Metode Kuantitatif Bisnis I. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Hernanto Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Mosher, A.T Menggerak dan Membangun Pertanian. Bahri S, penerjemah; Jakarta: CV. Yasaguna. Najmudinrohman, C Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Tebu di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Permatasari, A.R Analisis Efesiensi Teknis, Pendapatan, dan Peran Kelembagaan Petani pada Usahatani Padi Sehat (Kasus di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Putri, N.I Penerapan Teknologi Pertanian Padi Organik di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Rahmat, A.W Evaluasi Kemitraan antara PT. Samudra Jaya Abadi dengan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra di Kabupaten Ciamis [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Riduwan dan Sunarto Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta. Saputra, D Analisis Kepuasan Peternak Plasama terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabuapten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Santoso, S Mastering SPSS 18. Jakarta : PT. Elex Media Komputerindo. Soekartawi Analisis Usatahani. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). Suci, F.H Kajian Kemitraan pada Agrowiyana Kabupaten Tanjung Barat Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sumardjo et al Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Depok: Penebar Swadaya. Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani. Depok: Penebar Swadaya.

146 Surya, A Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Mengadopsi Usahatani Padi Metode Pengendalian Hama Terpadu [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Walpole, R.E, Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

147 LAMPIRAN

148 Lampiran 1. Luas Panen, Hasil per hektar, dan Produksi Padi dalam Bentuk Gabah Kering Giling (GKG) Jawa Barat Tahun 2009/2010 No. Kabupaten / Kota Luas Panen (Ha) Hasil Per Ha (Kw/Ha) Produksi (Ton) Kabupaten 1. Bogor , Sukabumi , Cianjur , Bandung , G a r u t , Tasikmalaya , C i a m i s , Kuningan , Cirebon , Majalengka , Sumedang , Indramayu , Subang , Purwakarta , Karawang , B e k a s i , Bandung Barat , Kota 18. B o g o r , Sukabumi , Bandung , Cirebon , Bekasi , Depok , Cimahi , Tasikmalaya , Banjar , Jawa Barat , Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2011)

149 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus : Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi) oleh Ridiyawati Sumarna (H ), mahasiswa Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 2012 Tanggal Wawancara : No. Responden : Waktu Wawancara : Kabupaten : Sukabumi Kecamatan : Kebon Pedes Desa : KUISIONER UNTUK PETANI MITRA I. IDENTITAS PETANI RESPONDEN 1. Nama : 2. Alamat : 3. No. Telepon/Hp : 4. ** Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki 5. Umur :..tahun 6. ** Status dalam rumah tangga : [ ] Kepala Keluarga [ ] Istri/Ibu [ ] Anak 7. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) : orang 8. ** Pendidikan Terakhir Responden : [ ] SD/Sederajat (Tamat/Tidak Tamat)* [ ] SMP/Sederajat (Tamat/Tidak Tamat)* [ ] SMA/Sederajat (Tamat/Tidak Tamat)* [ ] Lebih dari SMA, Sebutkan :.

150 9. Pekerjaan utama (dilihat dari jumlah jam kerja terbanyak ) : 10. Pekerjaan sampingan (sebutkan) : No. Keterangan Luas (m²) Taksiran Nilai (Rp/ m²) 1 Milik sendiri -Sawah -Darat -Tegalan -Pekarangan 2. Menyewa -Sawah -Darat -Tegalan 3. Numpang -Sawah -Darat -Tegalan 4. Disewakan -Sawah -Darat -Tegalan 5. Total yang dikuasai 11. Lama mengusahakan padi sehat : musim 12. Penguasaan Lahan Usahatani : 13. Asset/Investasi Pertanian No. Jenis alat Jumlah (buah) Nilai Pembelian (Rp) Waktu pembelian (tahun) Estimasi umur ekonomis (tahun) Digunakan Untuk Usahatani Padi Sehat Ya Tidak Keterangan : *) Coret yang tidak perlu **) Berilah tanda checklist ( ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda

151 II. IDENTITAS RUMAH TANGGA PETANI Keluarga No. Nama Umur Jenis Hubungan Pendidikan Keterlibatan Pekerjaan Utama Pekerjaan sambilan Pengalaman Non-Pertanian (Tahun) Kelamin Keluarga Formal dalam (Sebutkan) Tahun Jenis Pekerjaan (Tahun) usahatani Pendapatan Non-Usahatani No. Anggota Keluarga Jenis Pekerjaan Rp/Hari Rp/Minggu Rp/Bulan Rp/Tahun 151

152 Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat No. Kegiatan Usahatani Rp/Bulan Rp/Musim Musim/Tahun Rp/Tahun

153 III. PROSES PRODUKSI PADI SEHAT Input 1. Total Luas Lahan Padi Sehat : 2. Benih padi sehat : Luas lahan : Harga benih (Rp/kg) Jumlah benih (kg) Nilai total (Rp) 3. Pupuk Penggunaan pupuk Luas lahan : Jenis pupuk Fisik (kilogram, liter) Jumlah Harga I II III satuan (Rp) bila beli -Organik Nilai total (Rp) -Non Organik -Cair Lainnya Total Pupuk Biaya pembuatan pupuk sendiri Bahan-bahan Harga (Rp/kg) Jumlah (kg) Total Nilai (Rp) Total Berapa hari Anda membuat pupuk organik? 153

154 4. Tenaga Kerja Usahatani Padi Sehat Luas Lahan : AKTIVITAS Penyemaian Pengolahan lahan -Pembajakan -Pencangkulan Pembuatan Pupuk Organik -Pupuk Padat -Pupuk Cair Pembuatan Pestisida Nabati Penanaman Perawatan Penyiangan dan penyulaman Pemupukan -Pemupukan I -Pemupukan II -Pemupukan III Pengendalian HPT a b c. Panen Pasca Panen Total Tenaga kerja Jumlah Orang ASAL KELUARGA DALAM KELUARGA LUAR KELUARGA PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Upah Jumlah Jumlah Jumlah hari jam/hari Orang hari jam/hari Orang hari jam/hari (Rp) Orang hari jam/hari Upah (Rp) 154

155 5. Pestisida : Penggunaan pestisida padi sehat Luas Lahan : Jenis Pestisida Fisik (kilogram, liter) Jumlah Harga satuan I II III (Rp) bila beli -Padat Nilai total (Rp) -Cair Total Pestisida Biaya pembuatan pestisida sendiri Bahan-bahan Harga (Rp/kg) Jumlah (kg) Total Nilai (Rp) Total Berapa hari Anda membuat pestisida? 6. Biaya usahatani padi sehat lainnya : Jenis Pengeluaran Sistem Bayar Biaya (Rp) Total/musim (Rp) Total Output 1. Gabah Padi Sehat Produksi Jumlah (kg) Harga gabah (Rp/kg) GKP GKG Nilai (Rp) 155

156 2. Perilaku Penanganan Hasil Panen Gabah Padi Sehat Uraian Jumlah (kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Dijual Disimpan untuk konsumsi Benih Lainnya :. Nilai IV. TEKNOLOGI PADI SEHAT Kegiatan mengusahakan padi sehat 1. Alasan Anda mengusahakan padi sehat? (urutkan berdasarkan alasan yang paling penting) [ ] Harga jual yang tinggi [ ] Tahan terhadap serangan hama [ ] Biaya produksi lebih murah [ ] Produktivitas lebih tinggi [ ] Lainnya : Sumber Permodalan 2. Darimana Anda memperoleh biaya saat mengusahakan padi sehat? (urutkan berdasarkan proporsi jumlah uang yang paling besar) [ ] Tabungan (milik sendiri) [ ] Keluarga [ ] Kelompok Tani [ ] Perusahaan Mitra [ ] Bank [ ] Rentenir [ ] Lainnya :. Hambatan 3. Hambatan apa yang Anda rasakan dalam mengusahakan padi sehat? (urutkan berdasarkan hambatan yang paling besar dirasakan) [ ] Ketersediaan benih organik [ ] Ketersediaan pupuk organik [ ] Ketersediaan pestisida nabati [ ] Ketersediaan uang tunai [ ] Lahan berbatasan dengan lahan konvensional [ ] Lainnya : 156

157 Bimbingan Teknologi Penyuluhan 1. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan padi sehat? [ ] Ya [ ] Tidak (langsung ke pertanyaan no.5) 2. Penyuluhan atau sosialisasi tentang apa? Sebutkan! Darimana kegiatan penyuluhan tersebut? (urutkan berdasarkan yang paling sering melaksanakan) [ ] Kelompok Tani [ ] Asosiasi Petani Padi Sehat [ ] PPL [ ] Lainnya :.. 4. Berapa kali frekuensi pelaksanaannya? Pelatihan 5. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan pelatihan yang terkait dengan padi sehat? [ ] Ya [ ] Tidak (Berhenti disini) 6. Pelatihan tentang apa? (urutkan berdasarkan yang paling sering dilaksanakan) [ ] Pembuatan pupuk organik [ ] Pembuatan pestisida nabati [ ] Pembuatan mol [ ] Lainnya :. 7. Darimana kegiatan pelatihan tersebut? (urutkan berdasarkan yang paling sering melaksanakan) [ ] Kelompok Tani [ ] Asosiasi Petani Padi Sehat [ ] PPL [ ] Lainnya :.. 8. Berapa kali frekuensi pelaksanaannya? 157

158 Penerapan Teknologi Padi Sehat Persiapan Lahan 1. Apakah Anda menaburkan pupuk kandang pada lahan sebelum penanaman? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, berapa jumlah pupuk kandang yang Anda digunakan per luas lahan? 2. Berapa hari sebelum penanaman Anda mengolah tanah? 3. Berapa ketinggian air pada saat persiapan lahan sebelum penanaman? Pengadaan Benih Berilah tanda checklist( ) pada jawaban yang Anda dipilih 4. Apa varietas benih padi yang Anda gunakan? (berdasarkan varietas yang paling banyak digunakan) [ ] Sintanur [ ] Inpari 13 [ ] Sarina [ ] Ciherang [ ] Lainnya :. 5. Darimana Anda mendapatkan benih padi tersebut? (berdasarkan jumlah benih yang paling banyak digunakan) [ ] Buat Sendiri [ ] Beli [ ] Kelompok Tani [ ] Asosiasi Petani Padi Sehat [ ] Perusahaan Mitra [ ] Lainnya : 6. Apakah benih yang Anda gunakan bersertifikat Badan Pengawasan Sertifikat Benih (BPSB)? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak Tahu 7. Apakah warna label pada benih Anda? [ ] Ungu [ ] Biru [ ] Tidak berlabel [ ] Lainnya : 8. Apakah benih Anda benih organik? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak Tahu 9. Apakah Anda merendam benih terlebih dahulu dengan air? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, berapa jam Anda merendam benih tersebut? 10. Apakah benih yang Anda gunakan diperam dahulu dengan karung plastik? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, berapa jam benih tersebut diperam? 158

159 Persemaian 11. Berapa luas lahan yang Anda gunakan untuk persemaian satu kilogram benih? 12. Apakah Anda menaburkan pupuk organik pada lahan persemaian? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, berapa jumlah pupuk organik tersebut per luas lahan persemaian? 13. Apakah Anda melakukan pengendalian hama pada saat penyemaian? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, apakah anda menyemprotkan pestisida nabati atau korine bacterium? Berapa kali? Penanaman 14. Berapa umur bibit padi yang anda gunakan pada saat penanaman?.hss (hari setelah semai) 15. Berapa jumlah daun tiap helai bibit yang akan ditanam? 16. Dalam satu lubang ditanam berapa bibit? 17. Berapa kedalam menanam bibit?. cm 18. Berapa jarak antar rumpun tanam?...cm Penyiangan 19. Berapa hari setelah tanam Anda melakukan penyiangan? Pemupukkan 20. Pada umur padi berapa sajakah Anda melakukan pemupukan? Sebutkan! -.. HTS (hari setelah tanam) -.. HTS -.. HTS 21. Berapa jumlah pupuk organik yang Anda gunakan pada luas lahan tertentu? 22. Berapa jumlah pupuk kimia yang Anda gunakan pada luas lahan tertentu? Panen 23. Berapa usia padi yang Anda panen? 24. Berapa panjang rumput padi yang dipotong dari pangkal malai padi? cm 159

160 V. KEMITRAAN 1. Sejak kapan Anda bergabung dalam kemitraan Gapoktan Mekar Tani dengan PT. Medco Intidinamika? 2. Alasan Anda bergabung dalam kemitraan Gapoktan Mekar Tani dengan PT. Medco Intidinamika? (urutkan berdasarkan alasan yang paling penting) [ ] Pemasaran terjamin [ ] Mendapat bantuan benih [ ] Harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga gabah konvensional [ ] Mendapatkan pinjaman modal untuk biaya produksi [ ] Lainnya :. 3. Kemana saja Anda menjual gabah padi sehat? Berapa jumlahnya? [ ] Perusahaan mitra =. Kg [ ] Tengkulak =..Kg [ ] Lainnya :. =..Kg 4. Berapa perbedaan harga jual gabah per kilogram yang anda terima dengan harga gabah konvensional? 5. Berapa hari setelah penyerahan gabah kepada Gapoktan Mekar Tani, pembayaran gabah anda dilunasi? 6. Sebutkan kewajiban anda sebagai petani mitra? a. b.... c. d.... e. f. g Sebutkan hak anda sebagai petani mitra? a... b.. c.. d.. e.. f.. g.. 160

161 8. Manfaat bermitra Berilah tanda checklist( ) pada jawaban yang Anda dipilih No Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS Bimbingan Teknologi 1. Dengan kemitraan, pengetahuan Anda lebih bertambah mengenai teknis budidaya padi sehat 2. Dengan kemitraan, pengetahuan Anda lebih bertambah mengenai pembuatan pupuk organik 3. Dengan kemitraan, pengetahuan Anda lebih bertambah mengenai pembuatan pestisida nabati 4. Dengan kemitraan, Anda lebih aktif dalam mengikuti penyuluhan dan pelatihan mengenai padi sehat Teknologi Input 5. Dengan kemitraan, Anda lebih mudah mendapatkan benih organik 6. Dengan kemitraan, benih yang Anda gunakan lebih murah 7. Dengan kemitraan, benih yang Anda gunakan lebih berkualitas 8. Dengan kemitraan, Anda dapat menggunakan benih dengan lebih tepat waktu 9. Dengan kemitraan, jumlah benih yang Anda gunakan menjadi lebih cukup 10. Dengan kemitraan, Anda lebih mudah mendapatkan pupuk organik 11. Dengan kemitraan, pupuk organik yang Anda gunakan lebih murah 12. Dengan kemitraan, pupuk organik yang Anda gunakan lebih berkualitas 13. Dengan kemitraan, Anda dapat menggunakan pupuk organik dengan lebih tepat waktu 14. Dengan kemitraan, jumlah pupuk organik yang Anda gunakan menjadi lebih cukup 15. Dengan kemitraan, Anda lebih mudah mendapatkan pestisida nabati 16. Dengan kemitraan, pestisida nabati yang Anda gunakan lebih murah 17. Dengan kemitraan, pestisida nabati yang Anda gunakan lebih berkualitas 18. Dengan kemitraan, Anda dapat menggunakan pestisida nabati dengan lebih tepat waktu 19. Dengan kemitraan, jumlah pestisida nabati yang Anda gunakan menjadi lebih cukup 20. Dengan kemitraan, kualitas lingkungan lahan Anda menjadi lebih baik Output 21. Dengan kemitraan, jumlah produksi gabah Anda menjadi lebih banyak 22. Dengan kemitraan, kualitas gabah Anda menjadi lebih baik 161

162 Pemasaran 23. Dengan kemitraan, Anda mendapatkan harga jual gabah padi sehat lebih tinggi dibandingkan gabah konvensional 24. Dengan kemitraan, Anda lebih mudah memasarkan gabah padi sehat Anda Lain-lain 25. Dengan kemitraan, biaya produksi dalam mengusahakan padi sehat menjadi lebih murah 26. Dengan kemitraan, Anda lebih mudah mendapatkan pinjaman modal 27. Setelah bermitra, pendapatan Anda dari mengusahakan padi sehat menjadi lebih tinggi Keterangan : SS S N TS STS : Sangat Setuju : Setuju : Netral : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju 9. Apakah anda mempunyai keluhan terhadap kemitraan yang dijalankan? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, sebutkan! a... b.. c.. d Apakah saran anda kepada perusahaan mitra? Sebutkan! a... b... c Apa harapan Anda terhadap kemitraan ini? Sebutkan! a.. b.. c.. d Apakah Anda akan melanjutkan kemitraan? [ ] Ya [ ] Tidak 162

163 Lampiran 3. Karakteristik Petani Responden PETANI MITRA No Peternak,pijat 1 Dedeng Babakan Ranji Rt 1/9 L 61 KK 4 SMP, T Petani reflexi ,000-2 Ahmad Yani pamoyanan peuntas rt2/05 L 32 KK 3 SMA, T Petani Guru MD ,000 1,266, Didin Fahrudin Ranji Kaler rt 02/08 L 48 KK 5 SMP, T Petani Jualan sayuran ,260,000 1,000, Ujang Jaenudin Babakan Ranji Rt 1/9 L 47 KK 7 D3 Petani Peternak , , E. Junaenah Cimuncang Rt1/5 P 53 Ibu 3 SD, T Petani Buruh Tani ,030, , Jarkasih Kp. Gunung Batu Rt 04/04 L 40 KK 6 SMP, T Petani kerja bangunan ,885,000 1,433, Nining Yuningsih Kp. Gunung Batu Rt 02/04 P 59 KK 3 SD, T Petani peternak ayam ,000, , Hj. Lunasiah Kp. Gunung Batu Rt02/04 P 54 KK 4 SD, T Petani Buruh Tani , , Aep Saefudin Babakan Ranji Rt 1/8 L 61 KK 4 SD, T Petani peternak domba , , Ujang Sanusi Kp. Babakan Rt 01/04 L 53 KK 6 SMA, T Petani peternak ikan ,600,000 8,658, Ujang Zaenal M. Kp. Kebon Pedes Rt02/08 L 41 KK 6 SMA, T Petani ,000, Wawan Kp. Kebon Pedes Rt 01/08 L 56 KK 6 SD, T Petani Buruh Tani, peternak ,200,000 4,070, SMP, jual beli 13 Uce Kp Becoy L 53 KK 4 TT Petani kayu,warung ,090,000 7,975, Uang Burhan Bj Sawah Rt03/01 L 50 KK 9 SMP, T Petani menjahit , Komar Bj Sawah rt05/01 L 40 KK 5 SD, T Petani peternak domba , Jenal Aripin Lembur Huma L 44 KK 7 S1 Guru Petani ,500, ,

164 17 Muflihudin Kp Lembur Huma Rt03/12 L 35 KK 5 SMA, T Petani ,800, H. Soheh Bj Sawah Rt 04/02 L 43 KK 6 SMP, T Petani PJTKI ,680, , SMA, 19 H. Ajang Bj Sawah Rt 02/01 L 56 KK 3 TT Petani wiraswasta ,140, , Pallahudin Bj Sawah Rt 05/01 L 35 KK 5 S1 Guru petani ,030, H. A. Hanan Kp Pangapuan Rt01/05 L 46 KK 4 SMA, T Petani , , Dadeng Kp Cikaret Hilir Rt04/02 L 48 KK 5 SD, TT Petani Peternak ,260, , Mami Hamami Kp Cikaret Hilir Rt04/02 L 65 KK 4 SMP, T Petani kadus ,061,080 1,000, Mamah Jejeh Sasagaran Rt01/03 P 67 KK 1 SD, T ibu RT petani ,185, Mad Soleh Kp Cihuis Rt01/04 L 53 KK 5 SD, T Petani peternak , kerja di 26 Badri Kp Sasagaran L 41 KK 4 SMA, T desa petani, peternak ,500, , Rata-rata ,870,042 1,216,442 PETANI NON MITRA No Ucu Supardan Kp Ranji Tengah 03/09 L 59 KK 4 SMP, T petani peternak ikan ,100, , E. Jubaidah Babakan Ranji Rt 01/09 P 42 KK 3 SMP, T KK petani Misbah Babakan Ranji 01/09 L 58 KK 3 SD, T petani pembuat mabel,bangunan,p eternak ,800, , H. Sadili Kp. Cimuncang Lebak Rt 01/06 L 55 KK 4 SD, TT petani , ,

165 31 Emah Bj. Galing Rt 02/02 P 52 Ibu 3 SD, T petani ibu RT ,533, , Eman Sulaiman Ranji Kaler 02/08 L 53 KK 5 SD, T petani peternak ikan ,000,000 2,012, Cece Sulaiman Bojong Galing Rt 03/02 L 52 KK 4 SMP, T petani ,050, , Mamat Supriatna Kp Bojong Galing Rt02/01 L 45 KK 5 S1 Guru petani, peternak ikan ,666,667 2,750, Idang Kp Pesantren Rt03/05 L 35 KK 3 SMP,T petani pedagang ,565,000 Eman pedagang pupuk 36 Sujana Kp Salajambu Rt 03/02 L 59 KK 7 SD,T petani kandang ,300, Iwan Awi Lega Rt 04/10 L 40 KK 5 SMP, T petani peternak kambing ,000 4,928,333 peternak, petugas 38 Sayuti Ciseupan Rt03/11 L 68 KK 3 SD,T petani kebersihan ,600,000 2,362, Holiludin Awi Lega Rt02/10 L 57 KK 5 SD, T petani ketua RT ,800, , Jajun Kp Bojong Sawah rt04/01 L 65 KK 3 SMP, TT petani ,725, , Hambali Lembur Huma Rt 02/12 L 32 KK 5 SD, TT petani pedagang, pekerja bangunan ,200, , Nuryaman Kp Bojong Sawah L 38 KK 4 SD, T petani buruh tani , Komarudin Bj Sawah Rt 06/01 L 51 KK 5 SD, T petani buruh tani, peternak ikan , Ahmad Suhada Lembur Huma Rt02/12 L 62 KK 6 SD, TT petani peternak ikan dan domba ,500,000 50, Makmur Bj sawah rt06/01 L 62 KK 4 SD, T petani py penggilingan beras ,200,000 1,625, Adang Kp Bojong sawah L 45 KK 3 SD, T petani , ,000 peternak, petugas 47 Iya Sukria Cikaung rt02/04 L 53 KK 4 SD, T petani kebersihan , , Atikah Cikaung rt02/4 P 52 KK 2 SD, T petani peternak ,500, ,

166 49 Karmi Kp Cikaret Hilir 04/02 L 56 KK 6 SD, TT petani ,000 90, H. Ridwan Kp Cikaret 04/02 L 62 KK 3 SD, T petani ,700,000 5,650, Iis Kp Cikaung 02/04 P 35 Ibu 5 SD, T petani peternak kambing , , Nolis Kp Cikaung 02/04 P 45 Ibu 6 SD,T petani , , Tiah Kp Cikaung 02/04 P 48 Ibu 6 SD, T petani , , Idad Sasagaran 02/03 L 65 KK 5 SD,TT petani ,080, , Tirah sasagaran 02/03 P 40 KK 3 SD,T petani ,440,000 36, Sarmedi Sasagaran 03/03 L 65 KK 4 SD,TT petani peternak ikan ,380, ,667 Rata-rata ,54 2,030,000 1,085,694 Keterangan : 1 : Nama 10 : Pengalaman Mengusahakan padi sehat 2 : Alamat 11 : Luas Lahan 3 : Jenis Kelamin 12 : Pendapatan Non Usahatani (Rp/bulan) 4 : Umur 13 : Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat (Rp/bulan) 5 : Status dalam keluarga 6 : Jumlah tanggungan keluarga 7 : Pendidikan (T=Tamat, TT=Tidak Tamat) 8 : Pekerjaan Utama 9 : Pekerjaan sampingan 166

167 Lampiran 4. Karakteristik Petani Mitra N o. No. Responden Petani Mitra ,1,2 1,3,2, Karena Asosiasi Karena anggota, 3, 2 1, 3 3 3,1 3,1 3,1 3,1,2 3 1, 4, 2, 3 1,3 3, Tidak telat bayar, benih tdk tepat wkt pembayaran ditunda - - lebih mendorong petani harga ditingkatkan sosialisasi dari medco supaya lebih menguntungkan, harga meningkat memberikan modal pengolahan jumlah kontrak ditingkatkan pembayaran langsung saling mendukung, dpt modal sering dihutang harga lebih baik belum bisa bayar cash - - alsintan, modal, fee 5% - alsintan pembayaran cash - - legalitas jaminan lebih lebih terjalin hukum bekerja- kerjasama sama harga jual lebih tinggi sertifikasi padi sehat harga jual ditingkatkan - - harga meningkat pemasaran meningkat pinjam an benih - No. No. Responden Petani Mitra Rata rata Karena 3 sudah persetujuan kemitraan, SL, 3, 1 3 3,1 1,3 3 1,3 1,3,4 3,2,1 3 1,2 1,3 3,1,4 167

168 belum berjalan maksimal - jalankan secara maksimal sulit dapat modal dapat modal sesuai perjanjian 30% tidak ada sosialisasi hanya ketua saja yg tahu jalannya kemitraan diadakan sosialisasi belum dapat modal Tidak dapat benih Tidak ada fasilitas pertanian Tidak ada keilmuan dari kemitraa berim modal - pembinaan ke petani harga tidak stabil - - harga harus stabil lancar pembayaran pembayaran lebih dari 2 hr pembayaran ingin langsung - fasilitas alsintan Banyak koordinasi - permodalan ingin sejahtera - penghasilan meningkat - harga dinaikan membantu sarana - memudahkan segalanya baru 60% sekarang sesuai harapan rutinitas pertemuan pembinaan untuk kelompok langsung bermitra dengan medco tanpa perantara mekar tani harus lebih meningkat harga lebih tinggi mendapat pinjaman modal harga ditingkatkan mudah dapat modal mendapatkan modal meningkat produksi - mudah modal mudah penjualan pembayaran kontan pembayaran kontan lebih dipertahankan lagi petaninya harga ditingkatkan Keterangan (Nomor yang vertikal kebawah) : 1 : Lama bermitra (musim) 2 : Alasan bermitra ( 1 = pemasaraan terjamin, 2 = mendapatkan bantuan benih, 3 = harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga konvensional, 4 = mendapatkan bantuan modal untuk biaya produksi) 3 : Persentase hasil produksi yang dijual ke perusahaan mitra 4 : Perbedaan harga yang diterima dibandingkan harga gabah konvensional (Rp/kg) 5 : Lama pembayaran hasil produksi 6 : Keluhan Kemitraan 7 : Saran Kemitraan 8 : Harapan Kemitraan 168

169 Lampiran 5. Hasil Perhitungan Skala Likert Untuk Mengukur Manfaat kemitraan Pernyataan Jumlah persentase No. Responden

170 Jumlah Rata-rata ,58 2,74 3,42 4, Keterangan: Pernyataan : 1 4 : Bimbingan Teknologi 5 20 : Teknologi Input : Output : Pemasaran 25 : Biaya Produksi 26 : Pinjaman Modal 27 : Pendapatan Usahatani Padi Sehat 170

171 Lampiran 6. Kegiatan Mengusahakan Padi Sehat dan Bimbingan Teknologi No Kerjaan lebih 1x minggu 1 1,4,2 1, PUAP banyak Y Budidaya 3,1,2 dan 1x bulan Y Nanem, 1,2,3 2,1,3 SL 1x minggu 2,3,1,Kewirausahaa 2 3,1,2 1 3 Y Budidaya, pemasaran 2,3,1 dan 1x bulan Y n, Kepemimpinan 2,1,3 3 4 Kualitas padi meningkat, 1, 4 1, tengkulak 3, 1,2, ramah lingkungan 1,2,3,4 5 Y Kerjaan lebih banyak, hama merah Y Budidaya 3,1 ekologi tanah, OPT, Kompos, mol 2, BPTP, Bapeltan 5 1,3,4 Tengkulak - Y Padi SRI 1 pengobatan, 6 3,1,4 1,3 Hama merah, 3 Y pemupukan, budidaya 1,3,2 Kualitas padi meningkat, 4, 1, 3, pengobatan, Keong Y pemupukan, budidaya 1,3,2 baik dimakan dan pengobatan, 8 enak, 3,4,1,2 1 Hama merah Y pemupukan, budidaya 1,3,2 PUAP, Tengkulak, Kerjaan lebih 9 coba2, 1 1 banyak, 4 Y SL Padi sehat 3, 1, 2 Hama tikus, 10 SL, 1, 3, 2 1 keong, 5 Y Budidaya, SL Dinas, PPL Teknologi organik, Pertanian terpadu, 11 1, 3, 2, 4 1, 4 5, 4, 1, Y SLPH 3, 2, Dinas Jumlah produksi 12 1,2 2, Dinas berkurang Y Penanaman, pemupukan Dinas 1x minggu (SL) Y 3, cara ngurus padi, 2, 1 3,1 1x bulan dan 1x tahun Y 1,2,3, OPT SL (16 minggu) Y 1,3 1 SL SL (16 minggu) Y 3,1,2 1,3,2 SL 1x minggu dan 1x bulan 1x minggu (SL) Bapeltan, BPTP 1x tahun SL (16 minggu) Y 3,1,2 1,3,2 SL SL (16 minggu) Y 3,1,2 1,3,2 SL SL (16 minggu) Y Nanem, 1,2,3 2,1,3 SL SL (16 Dinas, minggu) Y 1,3,2, Ngolah Lahan PPL SL 1x bulan dan 1x tahun Y 3, 1, 2, Agensi Hayati SL (10 minggu) Y 3, Cara tanam, 1, 2 Dinas SL Bapeltan, BPTP 2x tahun Tidak cepat tumbuh Y Budidaya 3 SL Y 3, nanem, 1, 3 SL 13 Dianjurkan, 1 1 lebih enak 14 dimakan, 1, 3 tetangga, 1 hama tungra Y Budidaya 3 SL Y 1,3,2 3 SL

172 15 1, pengurangan limbah, 3, 4 1 hama kresek Y Budidaya 3 SL Y 3,1,2 3 SL hama Y budidaya, PHT 3 SL Y 1,3 3,2 SL 17 1,3,2,4 1 4,2,3 Y Budidaya 3,1 SL Y 1,3,2 3 SL 1,3,2,4, ramah lingkungan n ingin 1 bulan 1 1,3,2, Pemasaran n 18 sehat 3 5 Y Go organic n pemasaran 2,3 kali Y kemitraan 2 SL 19 1 tetangga, 1 2,4 Y Budidaya 3,1 SL Y 3,1,2, penyemaian dlm nampan 3 SL 20 3,1,4, lebih enak 1,3 4 Y Budidaya 3 SL Y 3,1,2 3 SL 1, lingkungan 1, FEATI, Agribisnis, 21 bersih, 3 Tengkulak Keong Y SLPHT 3,2,1 SL Y Nanem, 1,3,2 1,2,3 SL 22 kesehatan, 1,3,4,5 1,2 5,4 Y FEATI 1,3 SL Y 1,2,3 3,1 SL 23 1,3,2,4 1 4 Y SL Padi sehat 3,1, SL Y 3,2,1 3,1 SL hama merah dan 24 1, ikut gapoktan 2 kresek, 5 Y SL Padi sehat 3,1 SL Y 3,1 3,1 SL Y SL Padi sehat 3,1 SL Y 1 1 SL 4,3,1,2,aman 1,3,2,korin 26 dikonsumsi 2 1,2,4,3, Y SL Padi sehat 3,1,2, POPT SL Y bachterium 3,1,2 SL lebih enak n sehat 27 dimakan, 3 1 hama Y SL Padi Sehat 3,1 SL Y 3,2,1 3 SL 28 1,4 1,2 hama wereng cokelat Y SL Padi Sehat 3 SL Y 3,1,2 3 SL 29 coba2, 1,3,4 1, tengkulak, 2 hama merah, keong Y SL Padi Sehat 3,1 SL Y 1,3 3,1 SL 1, 30 lebih subur, 3 tengkulak - T T penyakit, kurang 31 ikut SL dinas, 1 air Y SL Padi Sehat 3 SL Y hama, 1, 3,2 3 SL 32 coba2 5 2,4 T T lebih rumit, susah 33 kesehatan,3,4 1,2 nanem klo satu2 Y SL Padi Sehat 3 SL T 3,1 3 SL

173 34 mutu meningkat, 1,3 1,2 hama kresek, keong Y SL Padi Sehat 3 SL Y 1,3,2 1 SL Nagrak Organic Center 1 bulan 1x Y 3 NOC 2 bln 1 x 35 iku pelatihan 1 cuaca Y mol, budidaya, pemupukan hama wereng, 36 4,3 1 hama merah T - - T ikut SL, 1,3 dinas, 1 5, hama merah Y budidaya padi sehat SLPTT 8x pertemuan Y 1,3,2 SLPTT 1x seminggu, 8x 38 4,1,2 1 - Y budidaya padi sehat 3 10x Y 1,3 3 3x 1 minggu tengkulak, yang kerja blum 39 ikut SL,3,4 1 ngerti Y budidaya padi sehat 3 10x Y 1,3 3 3x 1 minggu 40 1,4 1 keong Y budidaya padi sehat 3,1 SL Y 3 3,1 SL 41 1,2 1 2 Y budidaya padi sehat 3 SL Y 1,2,3, nanem-panen 2,3 SL budidaya padi sehat, 1,3, 42 1,3,4 1,3 1,4,5 Y pemasaran 1,3, FEATI SL Y 1,2,3,pemasaran FEATI SL 43 ikut SL,1,3 1,2 hama kresek, merah Y budidaya padi sehat 3,1 SL Y 3,1,2 3,1 SL 44 dianjurkan pemerintah, 4,3,2,1 tengkulak, 1 keong, 4 Y budidaya padi sehat 3, dinas, 1 SL Y 1,3 3,dinas,1 SL 45 sy lebih sehat, 1,3 1,2 hama merah Y budidaya padi sehat dinas, 3,1 SL Y 3,1,2 dinas, 3,1 SL hama merah, keong T T ,3,4 1 dianjurkan 47 pemerintah, 4 1 4, tikus Y SL Padi Sehat dinas, 3 SL Y SRI, 3,2,1 dinas, 3 SL 48 4,1 1,2 air, tikus Y SL Padi Sehat 3,1 SL Y 1,3,2 3,1 SL 49 coba2 1, tetangga hama merah, putih, wereng, tikus Y SL Padi Sehat 3 SL Y 1,3,2 3 SL 50 4,1,2,3 tengkulak, 1 4 Y SL Padi Sehat 3 SL Y 3,1 3 SL 51 spy sehat, 4,3 1 - Y SL Padi Sehat 3,1 SL Y 1 3,1 SL

174 52 coba2, spy lebih sehat, 3 1,2 hapa, tikus Y SL Padi Sehat 1,3 SL Y 3,1 1,3 SL 53 sy lebih sehat, 3 1,2 hama merah, putih, cacing Y SL Padi Sehat 1,3 SL Y 3,1 1,3 SL 54 coba2, 3 1 hama merah Y SL Padi Sehat 1 SL Y 1,2 1 SL hama merah Y SL Padi Sehat 1 SL Y 1,3,2 1 SL ,tetangga 4 Y SL Padi Sehat 3 SL Y 1,3 3 SL Keterangan : 1 : Alasan mengusahakan padi sehat (1 = harga jual yg tinggi, 2 = tahan terhadap serangan hama, 3 = biaya produksi lebih murah, 4 = produktivitas lebih tinggi) 2 : Sumber permodalan (1=tabungan (milik sendiri), 2 = keluarga, 3 = kelompok tani, 4 = Perusahaan mitra, 5 = Bank, 6 = Rentenir) 3 : Hambatan mengusahakan padi sehat ( 1= ketersediaan benih organik, 2 = ketersediaan pupuk organik, 3 = ketersediaan uang tunai, 4 = lahan berbatasan dengan lahan konvensional) 4 : Keikutsertaan penyuluhan mengenai padi sehat (Y=ya, T=tidak) 5 : Materi penyuluhan 6 :Instansi yang melaksanakan penyuluhan (1=kelompok tani, 2 = Asosiasi petani padi sehat, 3=PPL) 7: Frekuensi pelaksanaan (SL = 1 musim/tahun) 8 : Keikutsertaan pelatihan mengenai padi sehat (Y=ya, T=tidak) 9 : Materi pelatihan (1=pembuatan pupuk organik, 2 = pembuatan pestisida nabati, 3=Pembuatan MOL) 10 : Instansi yang melaksanakan penyuluhan (1=kelompok tani, 2 = Asosiasi petani padi sehat, 3=PPL) 11 : Frekuensi pelaksanaan (SL = 1 musim/tahun)

175 Lampiran 7. Perhitungan Derajat Penerapan Teknologi Padi Sehat PENERAPAN TEKNOLOGI No. Responden Luas sawah padi sehat Seluruh sawah ditanam padi sehat Pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati Membuat pupuk organik padat min. 30 hari Membuat pupuk cair selama 15 hari Membuat pestisida nabati selama 3 hari Total Nilai Persiapan lahan Mengolah tanah 3 15 hari sebelum penanaman Ketinggian air sebelum penanaman 2 cm Total Nilai Pengadaan benih Benih bersertifikat BPSB X - X - X - X Benih Organik X X Warna label yang digunakan biru X X X X X X - Jumlah benih yang digunakan sebanyak 8 15 kg/ha Benih direndam selama 24 jam Benih diperam selama 48 jam Total Nilai Persemaian Luas lahan persemaian satu kilogram benih minimal seluas 4m

176 Penggunaan pupuk organik pada lahan persemaian sebanyak 2 kg/m Menggunakan pestisida nabati minimal sebanyak 2 kali sebagai pencegahan Total Nilai Penanaman Menggunakan bibit padi berumur HSS Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4 lembar Satu lubang ditanam 1-2 bibit Bibit ditanam dengan kedalama maksimal 1 cm Jarak antar rumpun tanam cm Menggunakan sistem legowo X X X X X X X X X Total Nilai Penyiangan Penyiangan I pada HST Penyiangan II pada HST Total Nilai Pemupukan Pemupukan dasar sebanyak 2 5 ton/ha Pemupukan I pada 10 HST Pemupukan II pada 20 HST Pemupukan III pada 30 HST Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 ton/ha

177 Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha Total Nilai Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida nabati min. sebanyak 2x Tidak menggunakan pestisida kimia X X X X X Total Nilai Panen Panen pada umur padi yang tepat Memotong batang padi sepanjang 25 cm dari pangkal malai ke tanah Total Nilai DERAJAT PENERAPAN TEKNOLOGI

178 Lampiran 7. Perhitungan Derajat Penerapan Teknologi (lanjutan : bagian petani non mitra) PENERAPAN TEKNOLOGI Luas sawah padi sehat Seluruh sawah ditanam padi sehat Pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati Membuat pupuk organik padat min. 30 hari Membuat pupuk cair selama 15 hari Membuat pestisida nabati selama 3 hari Total Nilai Persiapan lahan Mengolah tanah 3 15 hari sebelum penanaman Ketinggian air sebelum penanaman 2 cm Total Nilai Pengadaan benih X - - X X - X X X X X X - Benih bersertifikat BPSB - X X X - - X X X - X X X - X X - X X X Benih Organik X X - X X - X X - X X X X X X Warna label yang digunakan biru Jumlah benih yang digunakan sebanyak 8 15 kg/ha Benih direndam selama 24 jam Benih diperam selama 48 jam Total Nilai Persemaian Luas lahan persemaian satu kilogram benih minimal seluas 4m

179 Penggunaan pupuk organik pada lahan persemaian sebanyak kg/m 2 Menggunakan pestisida nabati minimal sebanyak 2 kali sebagai pencegahan Total Nilai Penanaman Menggunakan bibit padi berumur HSS Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4 lembar Satu lubang ditanam 1-2 bibit Bibit ditanam dengan kedalama maksimal 1 cm Jarak antar rumpun tanam cm Menggunakan sistem legowo Total Nilai X X X X X X X X X X X X X Penyiangan Penyiangan I pada HST Penyiangan II pada HST Total Nilai Pemupukan Pemupukan dasar sebanyak ton/ha Pemupukan I pada 10 HST Pemupukan II pada 20 HST Pemupukan III pada 30 HST Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 ton/ha

180 Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha Total Nilai Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida nabati min. sebanyak 2x Tidak menggunakan pestisida kimia Total Nilai Panen Panen pada umur padi yang tepat Memotong batang padi sepanjang 25 cm dari pangkal malai ke tanah Total Nilai DERAJAT PENERAPAN TEKNOLOGI X X X X X X X X X X X Keterangan : : Sesuai dengan standar : Tidak Tahu X : Tidak melakukan sesuai standar

181 Lampiran 8. Output SPSS dari Model Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Padi Sehat Model Summary b Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a a. Predictors: (Constant), pndptnonpdsht, kemitraan, umur, statuslkepemilikanlahan, pekerjaanutama, pndptnnonustan, pengalaman, luaslahan, pendidikan b. Dependent Variable: teknologi ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression b 1 Residual Total a. Dependent Variable: teknologi b. Predictors: (Constant), pndptnonpdsht, kemitraan, umur, statuslkepemilikanlahan, pekerjaanutama, pndptnnonustan, pengalaman, luaslahan, pendidikan Charts

182 Lampiran 9. Hasil SPSS dari Model Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat Model Summary b Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a a. Predictors: (Constant), luaslahan, pengalaman, pekerjaanutama, statuslkepemilikanlahan, umur, kemitraan, pendidikan b. Dependent Variable: totalpndptnpdsht ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression b 1 Residual Total a. Dependent Variable: totalpndptnpdsht b. Predictors: (Constant), luaslahan, pengalaman, pekerjaanutama, statuslkepemilikanlahan, umur, kemitraan, pendidikan Charts

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi Berbagai teknologi tanaman padi telah diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Penerapan teknologi pada padi yang sudah dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ Oleh : Raden Luthfi Rochmatika A14102089 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L) termasuk dalam golongan Gramineae yang memiliki ciri khas masing-masing dimana antara varietas yang satu dengan varietas yang lain

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat) OLEH:

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI (Studi Kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor) STEFANI ANGELIA

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH

PENGARUH PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH PENGARUH PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH (Kasus: Desa Sei Buluh Kec. Teluk Mengkudu Kab. Serdang Bedagai) SKRIPSI OLEH: FARWAH INAL ABDI 080309032 PKP PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci