ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY"

Transkripsi

1 ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Oleh: Ahmad Ali Ihsanudin K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM Jurusan /Program Studi : Ahmad Ali Ihsanudin : K : PBS/ Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan, Ahmad Ali Ihsanudin ii

3 ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh: Ahmad Ali Ihsanudin K SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 iii

4 iv

5 v

6 ABSTRAK Ahmad Ali Ihsanudin. K ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pemakaian majas dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra, (2) penggunaan pilihan kata dan idiom dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra, (3) citraan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra, dan (4) nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Sumber data adalah novel Pudarnya Pesona Cleopatra cetakan ke-12 dan artikel-artikel dari internet. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak dan catat dan juga wawancara. Validitas yang digunakan adalah triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis) yang meliputi tiga komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, penyeleksian data, menganalisis data yang telah diseleksi, dan membuat laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) pada novel Pudarnya Pesona Cleopatra digunakan beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut yaitu: (a) hiperbola, (b) personifikasi, (c) simile, (d) metafora, (e) metonimia, (f) antitesis, (g) repetisi, (h) aliterasi, (i) epifora, (j) paradoks, (k) sinekdoke, (l) litotes, dan (m) eponim;(2) Banyak digunakan kata serapan dari bahasa asing terutama bahasa Arab. Selain itu terdapat pula kata serapan dari bahasa Jawa dan bahasa Inggris; (3) Citraan yang digunakan pengarang adalah citraan penglihatan, pendengaran, dan citraan gerak; dan (4) Nilai-nilai pendidikan meliputi: (a) nilai pendidikan religiusnya adalah untuk memilih pasangan yang lebih diutamakan adalah agamanya, bukan karena kecantikan. Kecantikan bisa sirna tetapi agama akan tetap kekal abadi, (b) nilai pendidikan moralnya adalah untuk menepati janji dan taat kepada orang tua, (c) nilai pendidikan sosial adalah untuk bisa hidup membaur dengan masyarakat salah satunya dengan menghadiri undangan jika diundang, dan d) nilai pendidikan budayanya adalah pernikahan berbeda budaya tidaklah dianjurkan karena perbedaan cara pandang akan membuat rumah tangga tidak harmonis. vi

7 MOTTO Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung (QS. At-Taubah : 129) Apa pun yang terjadi jangan jadikan beban. Berserah diri sepenuhnya kepada-nya dan yakinlah Dia telah merencanakan yang terbaik untukmu ( Muryati ) vii

8 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan dengan segala cintaku untuk: 1. Orang tua tercinta, Bapak Munjiyat dan Ibu Suyamti yang selalu memberikan restu dalam setiap langkahku; 2. Adik-adikku, Siti Nurul Kholifah, Asri Ayu Q, M. Fahmi Rosyada yang membuatku mengerti indahnya berbagi dalam ikatan persaudaraan; 3. Muryati, seseorang yang selalu memotivasiku dan memberiku semangat untuk maju; dan viii

9 4. Teman-teman Bastind Angkatan 2008, begitu indah hari-hari yang terlewati bersama kalian. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni; 3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S.,M.Hum, Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 4. Prof. Dr. Herman J Waluyo, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini; 5. Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum, selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini; 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis; ix

10 7. Prof. Soediro Satoto, yang telah memberikan bimbingan selama proses analisis data; 8. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan motivasi untuk terus belajar dan berjuang; 9. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi yang terbaik; 10. Seseorang yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepadaku; dan 11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Surakarta, Juli 2012 Penulis, x

11 DAFTAR ISI JUDUL... PERNYATAAN... PENGAJUAN... PERSETUJUAN... PENGESAHAN... ABSTRAK... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... Halaman i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiv xv xvi xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan Hakikat Novel dan Bahasa Novel... 9 a. Pengertian Novel... 9 xi

12 b. Bahasa Novel Hakikat Stilistika a. Pengertian Stilistika b. Stilistika Sebagai Ilmu c. Bidang Kajian Stilistika d. Aspek Stilistika Hakikat Gaya Bahasa a. Pengertian Gaya Bahasa b. Fungsi Gaya Bahasa c. Jenis-jenis Gaya Bahasa Hakikat Nilai Pendidikan a. Pengertian Nilai b. Pengertian Pendidikan c. Macam-macam Nilai Pendidikan Penelitian yang Relevan B. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Pendekatan dan Jenis Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengambilan Sampel E. Teknik Pengumpulan Data F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Kepengarangan Habiburrahman El Shirazy xii

13 2. Hasil Karya Habiburrahman El Shirazy B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Pemanfaatan Majas Pemanfaatan Pilihan Kata dan Idiom Pemanfaatan Citraan Analisis Nilai Pendidikan C. Pembahasan 1. Pemanfaatan Majas Pemanfaatan Pilihan Kata dan Idiom Pemanfaatan Citraan Analisis Nilai Pendidikan BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Berpikir Model Analisis Mengalir xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian Contoh Kartu Data Distribusi Frekuensi Gaya bahasa xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kover Novel Pudarnya Pesona Cleopatara Sinopsis Novel Pudarnya Pesona Cleopatara Biografi Pengarang Hasil Wawancara Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi Surat Pernyataan Wawancara xvi

17 SINGKATAN PPC = Pudarnya Pesona Cleopatra xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan (Ali Imron, 2009:2). Suatu karya sastra diciptakan oleh sastrawan melalui perenungan yang mendalam dengan tujuan untuk dinikmati, dipahami, dan diilhami oleh masyarakat. Karya sastra merupakan tanggapan sastrawan terhadap realita sosial yang dihadapinya. Selanjutnya, karya sastra tidak saja lahir dari fenomena fenomena kehidupan lugas, tetapi juga kesadaran sastrawan bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif dan fiktif, sehingga harus dipertanggungjawabkan dan memiliki tujuan. Atar Semi (1993:8) mengatakan bahwa karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa sangatlah penting dalam proses terciptanya sebuah karya sastra yang memiliki rasa tinggi. Karya sastra juga harus mempunyai nilai edukatif yang baik, karena sastra adalah hasil dari perasaan penulisnya. Bahasa dan sastra memiliki hubungan erat, atau dengan kata lain sastra tidak lepas dari bahasa Media ekspresi sastra adalah bahasa. Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata, namun unsur kelebihan nya itu hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa. Bahasa dalam karya sastra menurut Burhan Nurgiyantoro (dalam Gorys Keraf, 2007) mengandung unsur dominan emotif dan bersifat konotatif. Unsur emotif dan sifat konotatif ditonjolkan untuk memenuhi unsur estetis yang ingin diciptakan. Sementara itu Teeuw (1984:131) menyebutkan, menurut kaum formalitas, kumpulan teoretikus sastra Rusia awal abad 20, menyatakan bahwa bahasa sastra memiliki deotomatisasi, penyimpanagan dari cara penuturan yang dianggap sebagai proses sastra yang mendasar. Setiap pengarang memiliki konsep berbeda beda dalam melahirkan suatu cipta sastra. Setiap pengarang akan memperlihatkan penggunaan bahasa dengan ciri- 1

19 2 ciri tertentu dan akan memperlihatkan ciri-ciri individualisme, originalitas, dan gaya masing-masing sastrawan. Sudaryanto (dalam Sumarlam, 2003: 3) menyatakan bahwa salah satu dari fungsi bahasa adalah fungsi tekstual. Fungsi tekstual berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh pemakainya baik secara lisan maupun tertulis. Adapun menurut Sumarlam (2003: 3), salah satu fungsi dari bahasa adalah fungsi imajinatif. Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah yang imajinatif. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita, dongeng, menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya. Salah satu karya sastra yang popular adalah novel. Novel menjadi bagian dari karya sastra dan sebagai hasil pekerjaan kreasi manusia. Novel tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya karena keberadaan sastra sering bermula dari pemasalahan serta persoalan dengan daya imajinasi yang tinggi. Pengarang menuangkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya menjadi karya sastra. Novel menjadi salah satu bagian dari bahasa tulis yang perkembangannya tidak luput dari kreativitas pengarangnya. Wujud dari kreativitas pengarang tersebut salah satunya melalui gaya bahasa. Untuk memperindah penceritaan novel biasanya penulis memasukkan unsur-unsur gaya bahasa sebagai pembangun cerita itu sendiri. Unsur-unsur kebahasaan dalam suatu novel merupakan sumber bahan yang cukup luas untuk dipelajari. Unsur yang perlu dipelajari itu, antara lain:dialek, register, gaya bahasa, dan idiolek. Untuk mendeskripsikan dan membuat definisi dalam novelnya, penulis menggunakan pola kebahasaan yang seragam dari awal sampai akhir. Sementara itu, Aminuddin (1995:116 ) mengatakan bahwa dalam kreasi penulisan sastra, bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Keduanya dapat diandaikan sebagai kekuatan buta yang harus dibedah dan ditaklukkan kreator. Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style dan dalam bahasa Indonesia, ilmu yang mempelajarinya disebut stilistika. Gaya

20 3 bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang, atau pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2007: 113). Gaya bahasa mempergunakan bahasa yang indah untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda, atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa dan kosakata mempunyai hubungan erat, semakin banyak kosakata seseorang semakin beragam pula gaya bahasa yang dipakainya (Henry Guntur Tarigan, 1985: 5). Berbicara mengenai novel tidak dapat dilepaskan dari bahasa kias, pengimajinasian, dan perlambangan atau gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa dalam novel banyak digunakan oleh novelis dalam menciptakan sebuah novel karena dapat menimbulkan kesan indah sekaligus memiliki banyak makna. Gaya bahasa dipergunakan oleh penulis sastra yang mempunyai tujuan untuk memperindah kata sehingga menarik untuk dibaca. Gaya bahasa yang dipakai seolaholah berjiwa, hidup, dan segar sehingga dapat menggetarkan hati pembaca atau pendengar. Pemilihan kata dalam sebuah novel berkaitan erat dengan bahasa kias yakni sarana untuk mendapatkan efek puitis dalam novel tersebut. Seperti diketahui bahwa gaya bahasa mencakup semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya yang bisa berupa kata, frase, ataupun satuan sintaksis yang lebih luas. Salah satu novel yang sarat dengan penggunaan gaya bahasa dalam penulisannya adalah novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy, seorang novelis yang mendapat Pena Award tahun 2005, dan juga dinobatkan sebagai novelis nomor 1 Indonesia oleh masyarakat penikmat karya sastra di Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Novel Pudarnya Pesona Cleopatra (PPC) adalah salah satu novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Penerbit Republika pertama kali pada tahun 2005, sampai tahun 2007 novel ini sudah naik cetak sampai cetakan ke 12. Novel PPC pernah difilmkan oleh salah satu televisi nasional. Novel

21 4 PPC mempunyai beberapa sisi kelebihan dari novel yang lainnya, yaitu merupakan novel remaja Islami. Kelebihan novel PPC yaitu: (1) Novel ini mengajarkan bahwa kecantikan bukanlah segalanya; (2) Pengarang menjadikan novel ini sebagai saran dakwah islam; (3) Jalan ceritanya sederhana tetapi menimbulkan kesan yang mendalam; dan (4) Penulis mampu mengajak kita berkhayal ke negeri Mesir, Andalusia (El Nahwany: 2011). Banyak tanggapan positif dari pembaca yang mengatakan bahwa novel ini adalah novel yang dahsyat dan patut dibaca. K. H Aswin Yunan salah satu pembaca mengatakan Sungguh karya yang sarat hikmah dan menyentuh, bahasanya sederhana namun indah, PPC (2005: vi). Gaya bahasa novel ini sangat sederhana namun indah. Dapat dicerna oleh semua kalangan. Sesekali penulis menggunakan bahasa Jawa yang ringan untuk menampilkan nuansa daerah. Selain itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga kita dapat dengan mudah memahami isi novel ini. Terdapat juga bahasa perumpamaan tetapi masih dapat dimengerti karena masih dalam lingkup keseharian. Penggunaan selingan bahasa Jawa dalam novel ini untuk menampilkan nuansa daerah yang sesuai dengan latar ceritanya. Novel Pudarnya Pesona Cleopatra memberikan gambaran kepada pembaca tentang arti penting kehidupan berumah tangga yang didasari atas cinta dan kasih sayang sehingga akan terbentuk rumah tangga yang harmonis dan kebahagiaan yang selalu menyertainya serta keluarga yang selalu dirindhoi oleh Allah. Kebahagiaan dalam keluarga tidak hanya didasari oleh rasa cinta saja, tetapi harus ada kepercayaan dan saling pengertian. Dalam novel PPC dikisahkan bahwa rumah tangga antara Aku dan Raihana yang selalu tidak harmonis, hal itu disebabkan karena tokoh Aku tidak sepenuhnya mencintai Raihana. Hal ini dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang bagaimana cara membentuk rumah tangga yang harmonis. Dalam novel PPC pengarang menyajikan bobot nilai yang mengandung nilainilai psikologi pembangun jiwa. Dengan bahasa yang khas yang dimiliki oleh Habiburrahman yang juga seorang sastrawan dan seorang pengasuh pondok pesantren. Selain mengarang novel PPC, Habiburrahman El Shirazy juga mengarang

22 5 novel Ayat-ayat Cinta, dan novel Ketika Cinta Bertasbih. Habiburrahman adalah alumnus Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir. Sampai saat ini, Dia telah menulis beberapa judul buku dan hampir semua buku yang ditulisnya bestseller. Dia juga termasuk pengarang yang aktif terbukti dengan banyaknya buku yang Dia tulis. Beberapa karya populer yang telah terbit, antara lain: Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Ayat-Ayat Cinta (2004), Diatas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 ( 2007), dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kelebihan yang dimiliki oleh pengarang (Habiburrahman El Shirazy) dalam penulisan novel PPC, yaitu dari segi bahasanya yang hidup dalam menggambarkan suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi dalam cerita. Hal tersebut juga tampak dalam menggambarkan karakter, penggunaan bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh pembaca. Habiburrahman dalam penulisan PPC menggunakan bahasa yang khas, bahkan untuk memperindah makna dalam novel tersebut, Ia sering kali mengunakan pilihan kata dari bahasa asing. Akan lebih menarik dan tepat jika novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy dianalisis dari aspek stilistikanya yaitu kekhasan gaya bahasa yang dipakai oleh pengarangnya. Karakteristik yang unik dalam novel PPC sangat menarik bila dikaji dengan pendekatan stilistika. Stilistika pada dasarnya adalah bagaian dari linguistik yang mengkaji tentang bahasa dan gaya bahasa. Junus (dalam Abdul Azis, 2010:103) mengatakan bahwa hakikat stilistika, yaitu gaya yang dihubungkan dengan pemakaian dan penggunaan bahasa dalam sastra. Stilistika mempelajari gaya yang hubungannya dengan karya sastra. Gaya bahasa dalam karya sastra berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengarang. Bidang kajian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Menurut Panuti Sudjiman (1993:12), style adalah gaya bahasa dan gaya bahasa itu sendiri mencakup diksi, struktur kalimat, majas, citraan, pola rima serta matra yang digunakan seorang pengarang atau yang terdapat dalam sebuah

23 6 karya sastra. Stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra. Selain aspek estetika, karya sastra juga harus menampilkan aspek etika (isi) dengan mengungkap nilai-nilai moral, kepincangan-kepincangan sosial, dan problematika kehidupan manusia beserta kompleksnya persoalan-persoalan kemanusiaan. Karya sastra senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat. Ajaran moral itu sendiri bersifat tak terbatas, dapat mencakup persoalan hidup seperti, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan Tuhan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis novel PPC. Analisis terhadap novel PPC peneliti membatasi pada stilistika dan nilai pendidikan. Berdasarkan segi stilistika karena setelah membaca novel PPC peneliti menemukan ada banyak gaya yang digunakan pengarang dalam menyampaikan alur cerita. Gaya bahasa dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan majas. Selain dikaji juga aspek stilistikanya, yaitu tentang pilihan kata, idiom dan pencitraan. Alasan dipilih dari segi nilai pendidikan karena novel PPC diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca. Rachmat Djoko Pradopo (1993: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral. Sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan yang langsung, sedangkan nilai seninya dijadikan atau dijatuhkan nomor dua.

24 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemakaian majas dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Bagaimanakah penggunaan pilihan kata dan idiom dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Bagaimanakah citraan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy? 4. Bagaiamanakah nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan majas dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy; 2. Mendeskripsikan penggunaan pilihan kata dan idiom dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy; 3. Mendeskripsikan citraan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy; dan 4. Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan manfaat yang bermakna bagi pengembangan studi stilistika di Indonesia, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

25 8 b. Memberikan manfaat utuk meningkatkan apresiasi sastra dan memberikan masukan-masukan yang berharga terhadap keperluan kritik sastra. c. Memberikan gambaran tentang nilai pendidikan yang ada dalam karya sastra d. Memperkaya kepustakaan tentang telaah sastra. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini memberikan gambaran atau deskripsi mengenai kekhasan gaya bahasa dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra. Dengan demikian, siswa diharapkan mendapatkan masukan positif dalam mengapresiasi sastra, khususnya novel. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran teori dan apresiasi sastra dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pada kompetensi dasar mengenai novel. c. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding atau referen bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sastra dengan permasalahan serupa, yaitu mengenai kajian stilistika dalam novel.

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Pengertian Novel A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Novel dan Bahasa Novel Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian ( Henry Guntur Tarigan, 1995: 164). Sementara itu, Atar Semi (1993:32) bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali. bahwa: Pengertian novel, Herman J. Waluyo (2009: 8) menyatakan pendapatnya Secara etimilogis, kata novel berasal dari kata novellus yang berarti baru. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru. Menurut Robert Lindell, karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir di Inggris dengan judul Pamella yang terbit pada tahun 1740 (Tarigan, 1984: 164). Tadinya novel (Pamella) merupakan bentuk catatan harian seorang pembantu rumah tangga. Kemudian berkembang dan menjadi bentuk prosa fiksi yang kita kenal seperti saat ini (menggantikan pengertian roman di samping bentuknya yang utama, yaitu roman pendek dan ada juga novel pendek yang disebut novelette ). Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan bahwa novel mempunyai ciri: (1) ada perubahan nasib dari tokoh cerita; (2) ada beberapa episode dalam 9

27 10 kehidupan tokoh utamanya; (3) biasanya tokoh utama tidak sampai meninggal. Dan dalam novel tidak dituntut kesatuan gagasan, impresi, emosi dan setting seperti dalam cerita pendek. Batos (dalam Henry Guntur Tarigan, 1995:164) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke tempat yang lain. Burhan Nurgiyantoro (2005:15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumendokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda. Jassin (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005:16) membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain. Sejalan dengan Burhan Nurgiyantoro, Hendy (dalam Anis Ningsih, 2010:10) mengemukakan bahwa novel merupakan prosa yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan latar. Ia juga menyatakan, novel tidaklah sama dengan roman. Sebagai karya sastra yang termasuk ke dalam karya sastra modern, penyajian cerita dalam novel dirasa lebih baik. Pengertian novel atau cerita rekaan, Suminto A. Sayuti berpendapat, bahwa: Novel (cerita rekaan) dapat dilihat dari bebera sisi. Ditinjau dari panjangnya, novel pada umumnya terdiri kata atau lebih. Berdasarkan sifatnya, novel (cerita rekaan) bersifat expands, meluas yang menitik beratkan pada complexity.sebuah novel tidak akan selesai dibaca sekali duduk, hal ini berbeda dengan cerita pendek. Dalam novel (cerita rekaan) juga dimungkinkan adanya penyajian panjang lebar tentang tempat atau ruang (1997: 5-7).

28 11 Penciptaan karya sastra memerlukan daya imajinasi yang tinggi. Menurut Umar Junus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru dunia kemungkinan. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi dapat diperkirakan bisa diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra harus ada dalam dunia nyata, namun harus dapat juga diterima oleh nalar. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya baru berupa cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur, pada umumnya terdiri kata atau lebih yang mengandung nilai psikologi atau pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. b. Bahasa Novel Medium utama karya sastra adalah bahasa. Meskipun demikian bagi sastrawan, dalam proses kreatif bahasa hanyalah bahan mentah (Rene Wellek dan Austin Warren, 1993:217). Wujud cipta sastra yang pertama-tama terlihat dari sisi bahannya. Bahasa adalah alat utama pengarang untuk menciptakan karya seni yang imajinatif dengan unsur estetikanya yang dipandang dominan yang kemudian disebut dengan nama sastra. Bahasa merupakan sarana pengarang agar leluasa dalam mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya. Penelitian stilistika menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana pengarang memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik dari bahasa. Bunyi bahasa yang dituturkan pengarang mungkin selalu berubah, kadang secara teratur dan kadang tidak dengan faktor-faktor pendorong yang bermacam-macam pula. Perubahan mencakup segala wujudnya yang diatur oleh asas-asas tertentu, baik yang berasaskan penggantian, penambahan, dan pelenyapan maupun yang

29 12 bersasaskan peloncatan, penyusutan, dan kombinasi di antara sesamanya Sudaryanto ( dalam Eko Marini, 2010 :25) Bahasa di dalam novel akan mencerminkan style seorang pengarang karena di sana akan tampak originalitas pengarang dalam memilih dan menggunakan kata-kata, maupun gaya bahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pun imajinasinya dalam cerita. Wellek dan Warren (dalam Ali Imron, 2009: 3-4) menyatakan bahwa: Secara rinci, bahasa sastra memiliki sifat antara lain : emosional, konotatif, bergaya (berjiwa) dan ketidakberlangsungan ekpresi. Emosional, berarti bahasa sastra mengandung ambiguitas yang luas yakni penuh homonym, manasuka atau kategori-kategori tak rasional, bahasa sastra diresapi peristiwa-peristiwa sejarah, kenangan dan asosiasi-asosiasi. Bahasa sastra konotatif, artinya bahasa sastra mengandung banayak arti tambahan, jauh dari hanya bersifat referensial. Sementara itu, Teeuw (1984:130) menyatakan bahwa bahasa sastra (novel) memiliki segi ekpresif yang membawa nada dan sikap penulisnya. Bahasa sastra tidak hanya menyatakan dan mengungkapkan apa yang dikatakan melainkan juga ingin mempengaruhi sikap pembaca, membujuknya, dan akhirnya mengubahnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, bahasa di dalam novel umumnya penuh makna dan menimbulkan efek estetik. Dalam kreasi penulisan novel efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, pengambaran objek dan peristiwa secara imajinatif maupun pemberian efek emotif bagi pembacanya. 2. Hakikat Stilistika a. Pengertian Stilistika Secara etimologis stylistics berkaitan dengan style (bahasa Inggris). Style artinya gaya, sedangkan stylistics, dengan demikian dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Gaya dalam kaitan ini mengacu pada penggunaan bahasa dalam karya sastra, Suminto (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2001:161). Stilistika adalah bidang kajian yang mempelajari dan memberikan deskripsi sistematis

30 13 tentang gaya bahasa, Aminudin (1995:3). Jadi pusat kajian stilistika adalah style yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyampaikan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya. Sementara itu, Turner, (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1993:2) mengatakan bahwa stylistics merupakan bagaian dari linguistik yang memusatkan perhatiaannya pada variasi penggunaan bahasa, walaupun tidak secara eklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra. Nyoman Kutha Ratna (2008:3) mengatakan bahwa stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Lebih lanjut Nyoman Kutha Ratna (2008:10) mendefinisikan stilistika, sebagai berikut: 1) ilmu tentang gaya bahasa; 2) ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra; 3) ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa; 4) ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra; dan 5) ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahan sekaligus latar belakang sosialnya. Geofferey Leech dan Michael H.Short ( 1981:13) menyatakan bahwa stilistika adalah studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Analisis stilistika karya sastra lazimnya untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Sementara itu, Zaidan (dalam Abdul Azis:2010) mengatakan stilistika merupakan ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya dalam karya sastra. Sementara itu, Peter Verdonk (2002:85) His defnition of stylistics follows: the study of style, the analysis of distinctive expression in language and the description of its purpose and effect (definisi gaya bahasa berikut: "studi tentang gaya,...analisis khas ekspresi dalam bahasa dan deskripsi tujuan dan efek). Stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan saja, tetapi juga studi gaya bahasa dalam bahasa pada umumnya. Meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan paling

31 14 kompleks. Slamet mulyana (dalam Rachmad Djoko Pradopo,1993:2) mengemukakan bahwa stilistika itu pengetahuan tentang kata berjiwa. Kata berjiwa itu adalah kata yang dipergunakan dalam cipta sastra yang mengandung perasaan pengarangnya. Stilistika berguna untuk membeberkan kesan pemakaian susun kata dalam kalimat yang menyebabkan gaya kalimat, di samping ketepatan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam ciptaan sastra. Umar Junus (1989:xvii) mengatakan bahwa hakikat stilistika yaitu gaya yang dihubungkan dengan pemakaian dan penggunaan bahasa dalam sastra. Stilistika mempelajari gaya yang hubungannya dengan karya sastra. Gaya bahasa dalam karya sastra berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengarang. Jadi stilistika dapat diartikan kajian yang mempelajari penggunaan bahasa (gaya bahasa), terutama sastra, untuk menerangkan fungsi artistiknya dan maknanya dalam mencari efek-efek yang ditimbulkan. b. Stilistika Sebagai Ilmu Stilistika dapat juga dimasukkan sebagai bidang linguistik terapan. Secara pengertian luas, stilistika adalah cara untuk mengungkapkan teori dan metodologi penganalisan formal sebuah teks sastra. Stilistika ini juga dapat disebut sebagai tempat pertemuan antara makroanalisis bahasa dan makroanalisis sastra (Soediro Satoto, 1995:36) Turner (dalam Rahmad Djoko Pradopo,1993:2) mengatakan bahwa stilistika adalah bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan bahasa. Stilistika berarti studi gaya yang menyarankan bentuk suatu ilmu pengetahuan atau paling sedikit berupa studi yang metodis. Stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra, seperti yang dikemukakan oleh Geofferey Leech dan Michael H.Short (1981:4) stylistic...the study of relation between lingustics form and literary. Stilistika mengkaji wacana sastra dari orientasi lingusistik dan merupakan pertalian antara linguistik pada satu pihak dan kritik sastra di pihak lain. Secara morfologis dapat dikatakan bahwa komponen style berhubungan

32 15 dengan kritik sastra sedangkan komponen istics berhubungan dengan linguistik (Widdowson, 1979:3). Harimurti Kridalaksana (2001:15) mengemukakan bahwa stilistika adalah (1) ilmu yang menyelididiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan; (2) penerangan linguistik pada penelitian gaya bahasa. c. Bidang Kajian Stilistika Bidang kajian stilistika adalah style yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Menurut Panuti Sudjiman (1993:12) style adalah gaya bahasa dan gaya bahasa itu sendiri mencakup diksi, struktur kalimat, majas, citraan, pola rima serta matra yang digunakan seorang pengarang atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra. Sejalan dengan Panuti Sudjiman, Umar Junus (1989:8) menyatakan bahwa bidang kajian stilistika dapat meliputi bunyi bahasa, kata, dan struktur kalimat. Suminto, A. Sayuti (2000:174) menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membangun gaya seorang pengarang pada dasarnya meliputi: diksi, citraan, dan sintaksis. Selanjutnya Aminudin (1995:44) menjelaskan bahwa bidang kajian stilistika dapat meliputi:kata-kata, tanda baca gambar, serta bentuk lain yang dapat dianalogikan sebagai kata-kata. Bidang kajian tersebut terwujud sebagai print-out ataupun tulisan dalam karya sastra. Secara potensial print out dapat membuahkan: 1) gambaran objek atau peristiwa; 2) gagasan; 3) satuan isi;dan 4) ideologi yang terkandung dalam karya sastra. Sedangkan menurut Pradopo (dalam Mustari, 2008:330) mengatakan ruang lingkup telaah stilistika itu sendiri secara garis besarnya mencakup aspek bahasa yang berupa bunyi, kata, frase, dan kalimat yang kemudian melahirkan gaya bunyi, gaya kata, gaya frase dan gaya kalimat. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bidang kajian stilistika karya sastra adalah bentuk dan tanda linguistik yang digunakan dalam struktur

33 16 lahir karya sastra sebagai media ekpresi pengarang dalam mengemukakan gagasannya. d. Aspek Stilistika Menurut Parker (dalam Tito Ali, 2007:103 ) menyatakan bahwa gaya bahasa suatau kalimat atau ujaran dilambangkan oleh: pilihan variasi fonologisnya, variasi leksikal, variasi morfologis, dan variasi sintaksis. Menurut Ali Imron (2009:47) aspek stilistika berupa bentuk-bentuk dan satuan kebahasaan yang ditelaah dalam kajian stilistika karya sastra meliputi : gaya bunyi (fonem), gaya kata (diksi), gaya kalimat, gaya wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Dalam penelitian ini aspek stilistika yang dikaji dibatasi pada aspek gaya kata (diksi), bahasa figuratif khusunya idiom dan citraan. 1) Gaya Kata (diksi) Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata-kata yang dipilih oleh pengarang dalam karyanya guna menciptakan efek makna tertentu. Kata merupakan unsur bahasa yang paling esensial dalam karya sastra. Oleh karena itu, dalam pemilihannya para sastrawan berusaha agar kata-kata yang digunakannya mengandung kepadatan (Ali Imron, 2009:49). Kata yang dikombinasikan dengan kata-kata lain dalam berbagai variasi mampu menggambarkan bermacam-macam ide, angan, dan perasaan. Diksi merupakan pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu di depan umum atau dalam karang-mengarang (Harimurti Kridalaksana, 2001:35). Dapat pula dikatakan bahwa diksi adalah penentuan kata-kata seorang pengarang untuk mengungkapkan gagasannya. Kata mempunyai fungsi sebagai simbol yang mewakili sesuatu. Meminjam istilah Ricour (dalam Ali Imron, 2009:52), Setiap kata dalah simbol. Kata-kata penuh dengan makna dan intensi yang tersembunyi. Pemanfaatan diksi dalam karya sastra merupakan simbol yang mewakili gagasan tertentu, terutama dalam mendukung gagasan yang ingin diekpresikan pengarang dalam karya sastranya.

34 17 Pada dasarnya sastrawan ingin mengekpresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens. Sastrawan memilih kata-kata yang menjelmakan pengalaman jiwanya setepat-tepanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitasnya serta agar selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka sastrawan memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya, Altenberd dan Lewis (dalam Ali Imron, 2009:52). Ali Imron (2009:53) menyatakan bahwa dalam karya sastra terdapat banyak diksi antara lain: kata konotatif, kata konkret, kata serapan, kata sapaan khas, kata vulgar, dan kata dengan objek realitas alam. a) Kata Konotatif Menurut Leech (dalam Ali Imron, 2009:53) arti konotatif merupakan nilai komunikatif suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual. Kata konotatif adalah kata yang memiliki makna tambahan yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang atau pembaca. Ali Imron (2009:53) menyatakan bahwa kata konotatif dalam karya sastra sangat dominan. b) Kata Konkret Kata konkret merujuk pada benda-benda fisikal yang tampak di alam kehidupan. Menurut Kridalaksana (dalam Ali Imron, 2009:53) kata konkret adalah kata yang mempunyai cirri-ciri fisik yang tampak. Kata konkret mengandung makna yang merujuk kepada pengertian langsung atau memiliki makna harfiah, sesuai dengan konvensi tertentu. Jika pengarang mampu mengkonkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan oleh pengarang. Jika citraan pembaca merupakan akibat dari pencitraan kata-kata yang diciptakan pengarang, maka kata-kata konkret ini merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian tersebut.

35 18 c) Kata Serapan Kata serapan adalah kata yang diambil atau dipungut dari bahasa lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah baik mengalami adaptasi struktur, tulisan dan lafal maupun tidak dan sudah dikategorikan sebagai kosakata bahasa Indonesia. Artinya dari segi cara penyerapan, ada kata serapan yang mengalami adaptasi (penyesuaian) dan ada yang mengalami adopsi (dipungut tanpa perubahan). d) Kata Sapaan Khas Nama diri yang dipakai sebagai sapaan adalah kata yang dipakai untuk menyebut diri seseorang, Riyadi ( dalam Ali Imron, 2009:53). Dengan kata lain, nama diartikan sebagai kata yang berfungsi sebagai sebutan untuk menunjukkan orang atau sebagai penanda identitas seseorang. Ditinjau dari sudut linguistik, nama diri atau sapaan merupakan satuan lingual yang dapat disebut sebagai tanda. Tanda merupakan kombinasi konsep (petanda) dan bentuk (yang tertulis atau diucapkan) atau penanda Saussure (dalam Ali Imron, 2009:54). Kata serapan ada yang bersal dari bahasa daerah misalnya bahasa Jawa, bahasa Sumatra, bahasa Sunda dan dari bahasa asing misalnya bahasa Spanyol, bahasa Inggris, dan bahasa Perancis. Wasiati seperti dikutip oleh Ryle (dalam Ali Imron:2009:55) menyatakan bahwa nama memiliki referen tetapi tidak memiliki makna. Arti simbolik nama dan kata lain dibangun oleh budaya tertentu. e) Kata Vulgar Kata-kata yang carut marut dan kasar ataupun kampungan disebut dengan kata vulgar. Kata vulgar merupakan kata-kata yang tidak intelek, kurang beradab, dipandang tidak etis, dan melanggar sopan santun atau etika sosial yang berlaku dalam masyarakat intelek atau terpelajar. f) Kata dengan objek realitas alam Kata yang memanfaatkan realitas alam sebagai bentukan kata tertentu yang memiliki arti.

36 19 2) Idiom Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna angota-anggotanya (Kridalaksana, 2001:72). Sedangkan menurut Gorys Keraf, idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaiadah bahasa umum, yang biasanya berbentuk frase. Sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna katakata yang membentuknya. Idiom dapat juga berarti istilah yang digunakan dalam tata bahasa dan leksikologi untuk menyebut suatu rangkaian kata yang dibatasi secara semantik dan sering kali secra sintaksis, sehingga mereka berfungsi sebagai unit tunggal. contoh : Gadis berkerudung merah itu, memang keras kepala. 3) Citraan Citraan atau imaji dalam karya sastra berperan penting untuk menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu kepada pembaca. Citraan kata berasal dari bahasa Latin imago dengan bentuk verbanya imatari. Citraan merupakan kumpulan citra yang digunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indera yang digunakan dalam karya sastra, baik dengan deskripsi secara harfiah, maupun secara kias Abrams (dalam Ali Imron, 2009:76) Sejalan dengan Abram, menurut Suminto, A. Sayuti (2000:174), citraan dapat diartikan sebagai kata atau serangkaian kata yang dapat membentuk gambaran mental atau dapat membangkitkan pengalaman tertentu. Citraan kata dapat dibagi menjadi tujuh jenis yakni : a) Citraan Penglihatan Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citraan penglihatan. Pelukisan karakter tokoh, misalnya keramahan, kemarahan, kegembiraan, dan fisik (kecantikan, keseksian,keluwesan). Dalam karya sastra, selain pelukisan karakter tokoh, citraan penglihatan ini juga sangat produktif

37 20 dipakai oleh pengarang untuk melukiskan keadaan, tempat, pemandangan, atau bangunan. contoh : Pesona bayi adalah pesona bunga-bunga, pesona mayang pinang yang terurai dari kelopaknya di pagi hari. b) Citraan Pendengaran Citraan pendengaran adalah citraan yang ditimbulkan oleh pendengaran. Berbagai peristiwa dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan pendengaran tersimpan dalam memori pembaca akan mudah bangkit dengan adanya citraan audio. Pelukisan keadaan dengan citraan pendengaran akan mudah merangsang imaji pembaca yang kaya dalam pencapaian efek estetik. contoh : sesungguhnya gendang telinganya menangkap suara celoteh adiknya yang lucu menawan. c) Citraan Penciuman Citraan penciuman jarang digunakan dibanding citraan gerak, visual, atau pendengaran. Namun demikian citraan penciuman memiliki fungsi penting dalam menghidupkan imajinasi pembaca khususnya indra penciuman. contoh : ketika angin tenggara bertiup dingin mneyapu harum bunga kopi yang mekar dimusim kemarau. d) Citraan Pencecapan Citraan pencecapan adalah pelukisan imajinasi yang ditimbulkan oleh pengalaman indra pencecapan. Citraan ini dalam karya sastra dipergunakan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam hal-hal yang berkaiatan dengan rasa di lidah. contoh :Dan kini berlari karena bini bau melati lezat ludah air kelapa e) Citraan Gerak Citraan gerak melukiskan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai benda yang dapat bergerak ataupun gambaran

38 21 gerak pada umumnya. Citraan gerak dapat membuat sesuatu menjadi terasa hidup dan terasa menjadi dinamis. contoh: Senjakala, saat keseimbangan ekosistem alam bergoyangkarena siang sedang beralih ke malam. f) Citraan intelektual Citraan yang dihasilkan melalui asosiasi asosiasi intelektual disebut dengan citraan intelektual. Guna menghidupkan imaji pembaca, pengarang memanfaatkan asosiasi logika dan pemikiran. contoh: manusia abad ini sangat liar lalu dengan mengejek impotensi agama. g) Citraan Perabaan Citraan perabaan adalah citraan yang ditimbulkan melalui perabaan. Dalam fiksi cerita perabaan terkadang dipakai untuk melukiskan keadaan emosional tokoh. contoh : Sembari jari-jari galaknya mencakar-cakar rasa gatal disukmanya. 3. Hakikat Gaya Bahasa a. Pengertian Gaya Bahasa Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan berkaitan dengan fungsi dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya dalam sastra selalu dikaitkan dengan konteks yang melatar belakangi pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa itu digunakan. Pradopo (dalan Suwardi Endraswara, 2003: 72) menyatakan bahwa nilai seni sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai keahlian seorang pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga rangkaian dari katakata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana secara keseluruhan (Gorys Keraf, 2004: 112) termasuk kemahiran pengarang dalam memilih

39 22 ungkapan yang menentukan keberhasilan, keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi diri( Suminto A Sayuti, 2000: 110). Sejalan dengan Sayuti, Suwardi Endraswara (2003: 73) juga menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya yang dihasilkan akan semakin indah. Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks sastra. Zhiqin Zhang (1995: 155) menjelaskan bahwa Literary stylistics is a discipline mediating between linguistics and literary criticism. Its concern can be simply and broadly defined as thematically and artistically motivated verbal choices ( gaya bahasa sastra adalah disiplin mediasi antara linguistik dan kritik sastra. Disisi lain dapat sederhana dan secara luas didefinisikan sebagai tematik dan artistik termotivasi pilihan verbal ). Beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. b. Fungsi Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan diungkapkan. Menurut Leech dan Short (1981:10) style menyaran pada pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu. Fungsi pemakaian gaya bahasa dalam karya sastra seperti dikemukakan Altenberd dan Lewis (dalam Ali Imron, 2009) gaya bahasa dalam karya sastra dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan mengekploitasi dan memanipulasi potensi bahasa. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K1209041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 i ii KAJIAN STILISTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA A. Style Gaya Bahasa Kata style (bahasa Inggris) berasal dari kata Latin stilus yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk menulis di atas lempengan lilin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: Tinjauan Struktural, Nilai Pendidikan, dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Atas di Surakarta SKRIPSI Oleh: Yanuri Natalia Sunata K1209075

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP SKRIPSI Oleh : Annisa

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya dalam proses penciptaan karya sastra. Hal ini menyiratkan bahwa karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN STILISTIKA, NILAI PENDIDIKAN, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN CERPEN DI KELAS XI SMA SKRIPSI Oleh: FEBRYANA SAPTA ASTITI

Lebih terperinci

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA,

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : NEZARA IMASTUTI NIM K1210036 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara

Lebih terperinci

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA A. Pendahuluan Salah satu objek dalam studi sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra, yaitu kritik sastra. Kritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

Laelyana Hardini K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014

Laelyana Hardini K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014 KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI PUISI BAJU BULAN KARYA JOKO PINURBO SKRIPSI Oleh : Laelyana Hardini K1210033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014 commit to user

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang utama dalam komunikasi karena tanpa bahasa sulit untuk memahami apa yang ingin disampaikan antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dalam berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SERTA KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Oleh. ELOK DWI RATNA WULANDARI 06340011 PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK )

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK ) PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK ) SKRIPSI Oleh: AIDA MESSAYU ALFIA K1209004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Oleh: USWAH ELMA ADISIANNISA K1209070 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajar bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi ada hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Erdi Sunarwan K1209024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN SKRIPSI Oleh: INTAN SARASWATI K1209035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 NOVEL

Lebih terperinci

PEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

PEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) PEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh: SEKAR NINGTYAS DEWI PRATIWI K1209064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: RIO DEVILITO K1210048 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI SKRIPSI Oleh: LINA SUPRAPTO K1209039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

STILISTIKA. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Ali Imron Al-Ma ruf

STILISTIKA. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Ali Imron Al-Ma ruf STILISTIKA Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa Ali Imron Al-Ma ruf Persembahan untuk istri tercintaku, Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. dan ketiga buah cintaku: Afrida Putritama, Alifia

Lebih terperinci