BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Jarak Near Field (R nf ) yang diperoleh pada penelitian ini dengan menggunakan formula (1) adalah m dengan lebar transducer 4.5 cm, kecepatan suara m/s, dan frekueansi 200 khz. Arti dari R nf ini adalah jarak minimum dari target terhadap transducer. Pada penelitian ini target ikan diletakan sejauh 1 m dan bandul sejauh 1.5 m dari transducer, sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi pada zona Fresnel (Near Field) Grafik amplitudo, amplitudo relatif, dan Echo Strength pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias Sp) dan ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) kelompok (10 ekor) diberikan pada Gambar 19, 20 dan 21 Gambar 19. Grafik Amplitudo dalam satuan ping (a) dan satuan detik (b), Amplitudo Relatif (c) dan Echo Strength (d) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nilai amplitudo ikan mas (a,b) berkisar antara Pada nilai 50 menunjukan adanya aktifitas noise yang disebabkan oleh gerakan air pada water tank yang terjadi pada detik ke 1200, 4500 dan Nilai amplitude relatif berada pada selang 0.09 sampai

2 sedangkan untuk nilai Echo Strength (d) bekisar antara -21 db sampai -14 db. Dugaan target pada grafik menunjukan pola yang berbeda pada umunya yaitu berupa adanya gundukan, dalam hal ini terjadi pada detik ke atau ping ke dengan nilai Echo Strength -18 db ( Lampiran 1). Nilai amplitudo pada ikan lele (Gambar 19 a,b) berkisar antara Nilai amplitudo relatifnya (c) berkisar antara ,sedangkan untuk nilai Echo Strength berkisar antara db sampai db. Dugaan target terdeteksi pada detik 7000 dan dengan nilai kisaran Echo Strength dari db sampai -18 db serta db sampai db ( Lampiran 2). Gambar 20. Grafik Amplitudo, Amplitudo Relatif, dan Echo Strength Pada Ikan Lele (Clarias Sp) Nilai amplitudo pada ikan Nila berkisar antara (Gambar 20 b), sedangkan nilai amplitudo relatifnya (c) berkisar Nilai Echo Strength dari ikan Nila tersebut adalah antara -21 db sampai -19 db (Gambar d). Pola gundukan pada detik 8000 sampai detik dengan kisaran nilai Echo Strength db sampai -19 db. ( Lampiran 3) 31

3 Gambar 21. Grafik Amplitudo, Amplitudo Relatif, dan Echo Strength Pada Ikan Nila Sedangkan untuk grafik amplitudo, dan Echo Strength pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias sp) dan ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) tunggal diberikan pada Gambar 22 sampai Gambar 31. Pada ikan mas (Gambar 22) posisi semula (0 o ) amplitudo berkisar antara (a), posisi 25 o amplitudo berkisar antara (d), posisi -25 o berkisar antara (b), posisi 40 o berkisar antara (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara (c) ( Lampiran 4) Gambar 22. Grafik Amplitudo Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal dengan sudut orientasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. 32

4 Begitu halnya untuk Echo Strength ( Gambar 23) pada posisi semula (0 o ) berkisar antara db sampai db (a), posisi 25 o berkisar antara db sampai -18 db (d), posisi -25 o berkisar antara db sampai -18 db (b), posisi 40 o berkisar antara db sampai db (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara db sampai -18 db (c) Setiap perbedaan posisi ikan terhadap posisi transducer akan mempengaruhi nilai voltase amplitudo, dilihat dari gambar maka pada posisi 0 o mempunya nilai Echo Strength yang terbesar. Dan juga menjelaskan bahwa posisi swimbladder berada pada badan ikan, bukan di kepala maupun di ekor ikan. ( Lampiran 5) Gambar 23. Grafik Echo Strength Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 55 o (e) dari ikan kearah vertikal.. Pada ikan nila hitam, gambar yang ditampilkan di bawah ini merupakan nilai amplitudo untuk ikan nila 1 (FL= 22 cm), ikan nila 2 (FL= 20 cm) dan ikan nila 3 ( FL= 24.7 cm). 33

5 Gambar 24. Grafik amplitudo ikan nila 1 (FL= 22 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. Pada ikan nila 1 ( Gambar 24) posisi semula (0 o ) amplitudo berkisar antara (a), posisi 25 o amplitudo berkisar antara (d), posisi -25 o berkisar antara (b), posisi 40 o berkisar antara (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara (c) ( Lampiran 6) Gambar 25. Grafik amplitudo ikan nila 2 (FL= 20 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. 34

6 Pada ikan nila 2 ( Gambar 25) posisi horizontal (0 o ) amplitudo berkisar antara (a), posisi 25 o amplitudo berkisar antara (d), posisi -25 o berkisar antara (b), posisi 40 o berkisar antara (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara (c) Pada ikan nila 3 ( Gambar 26) posisi semula (0 o ) amplitudo berkisar antara (a), posisi 25 o amplitudo berkisar antara (d), posisi -25 o berkisar antara (b), posisi 40 o berkisar antara (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara (c). Gambar 26. Grafik amplitudo ikan nila 3 (FL= 24.7 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. Sedangkan untuk gambar 27 sampai 29 yang di tampilkan di bawah ini merupakan nilai Echo Strength untuk ikan nila 1 (FL= 22 cm), ikan nila 2 (FL= 20 cm) dan ikan nila 3 ( FL= 24.7 cm). Pada Gambar 27 Echo Strength pada posisi semula (0 o ) berkisar antara db sampai -20 db (a), posisi 25 o berkisar antara db sampai db (d), posisi -25 o berkisar antara db sampai -20 db (b), posisi 40 o berkisar antara -21 db sampai -17 db (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara db sampai db (c) ( Lampiran 7) 35

7 Gambar 27. Grafik Echo Strength ikan nila 1 (FL= 22 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. Echo Strength ( Gambar 28) pada posisi semula (0 o ) berkisar antara db sampai db (a), posisi 25 o berkisar antara db sampai db (d), posisi -25 o berkisar antara db sampai db (b), posisi 40 o berkisar antara db sampai db (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara db sampai db (c) Gambar 28. Grafik Echo Strength ikan nila 2 (FL= 20 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. 36

8 Echo Strength ( Gambar 29) pada posisi semula (0 o ) berkisar antara db sampai db (a), posisi 25 o berkisar antara db sampai db (d), posisi -25 o berkisar antara db sampai db (b), posisi 40 o berkisar antara db sampai db (e) dan pada posisi -40 o berkisar antara db sampai db (c) Gambar 29. Grafik Echo Strength ikan nila 3 (FL= 24.7 cm) Tunggal dengan sudut orieantasi 0 o (a), -25 o (b), -40 o (c), 25 o (d), 40 o (e) dari ikan kearah vertikal. Untuk Gambar 30 dan 31 merupakan hasil pengukuran nilai akustik berupa amplitudo dan Echo Strength pada ikan lele (Clarias sp) Gambar 30. Grafik Amplitudo Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal dengan sudut orientasi 0 o (a), -15 o (b), -25 o (c), 15 o (d), 25 o (e) dari ikan kearah vertikal. 37

9 Ikan Lele pada posisi semula (0 o ) amplitudo berkisar antara (a), posisi 15 o amplitudo berkisar antara (b), posisi -15 o berkisar antara (c), posisi 25 o berkisar antara (d) dan pada posisi -25 o berkisar antara (e). (Lampiran 8) Gambar 31. Grafik Echo Strength Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal dengan sudut orientasi 0 o (a), -15 o (b), -25 o (c), 15 o (d), 25 o (e) dari ikan kearah vertikal. Echo Strength pada posisi semula (0 o ) berkisar antara db sampai db (a), posisi 15 o berkisar antara db sampai db (d), posisi -15 o berkisar antara -20 db sampai db (b), posisi 25 o berkisar antara -20 db sampai db (e) dan pada posisi -25 o berkisar antara db sampai db (c) (Lampiran 9) Rata-rata nilai Echo Strength pada tiap perlakuan sudut ikan seragam yaitu pada rentang -20 db-19.5 db lebih kecil dari ikan mas dan nila Sebaran Target Strength pada Ikan Mas (Cyprinus carpio), Ikan Lele (Clarias Sp) dan Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) kelompok (10 ekor) Berikut ini merupakan grafik diagram batang dari sebaran nilai Target Strength pada ikan mas, nila dan lele yang disajikan pada Gambar 32, 33 dan 34. Sebaran nilai dari TS ikan mas berkisar antara db sampai dengan db, dengan jumlah frekuensi yang paling dominan pada selang db sampai dengan 38

10 -34.2 db adalah 5632 buah dan pada selang db sampai dengan db dengan frekuensi sebanyak 7135 buah ( Lampiran 10) Frekuensi Sebaran Frekuensi Target Strength Ikan Mas Ts Target Strength (db) Gambar 32. Sebaran nilai Target Strength pada Ikan Mas kelompok (10 ekor) Sebaran nilai dari TS ikan nila hitam berkisar antara db sampai dengan db, dengan jumlah frekuensi yang paling dominan pada selang db sampai dengan db adalah 7366 buah dan pada selang db sampai dengan db dengan frekuensi sebanyak 6013 buah. ( Lampiran 10) Frekuensi k Sebaran Frekuensi Target Strength Ikan Nila Hitam Ts Target Strength (db) Gambar 33. Sebaran nilai Target Strength pada Ikan Nila Hitam kelompok (10 ekor) 39

11 Sebaran nilai dari TS ikan nila hitam berkisar antara db sampai dengan db, dengan jumlah frekuensi yang paling dominan pada nilai db sebanyak 1180 buah, db sebanyak 1342 buah, db sebanyak 2026 buah, db sebanyak 4407 buah, sebanyak 3428 buah dan db sebanyak 975 buah ( Lampiran 10) Frekuensi Sebaran Frekuensi Target Strength Ikan Lele Ts Target Strength (db) Gambar 34. Sebaran nilai Target Strength pada Ikan Lele kelompok (10 ekor) Nilai Target Strength pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias Sp) dan ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) tunggal dengan sudut orientasi yang berbeda Nilai Target Strength pada ikan mas tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 40 o (positif) serta 0 o ke 40 o (negatif). Perubahan sudut positif inii berupa perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke atas dan perubahan sudut negatif merupakan perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke bawah, hasil dari perlakuan tersebut diberikan padaa Gambar 32 sampai 34 40

12 35,4 35,2 Target Strength (db) 35 34,8 34,6 34,4 34,2 Head Down Head Up Mas Sudut Orientasi Ikan ( ) Gambar 35. Grafik nilai Target Strength pada Ikan Mas tunggal dengan sudut orientasi ysng berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik. Nilai Target Strength pada posisi vertikal ikan (Gambar 35), yaitu pada sudut - 40 o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -34,83 db dan pada sudut 40 o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar db, sedangkan pada posisi horizontal (0 o ) memiliki nilai TS sebesar db. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -25 o dan 0 o masing-masing sebesar db dan db. ( Lampiran 11) 41

13 34 33,9 33,8 Target Strength (db) 33,7 33,6 33,5 33,4 Head Up Lele 33,3 Head Down 33,2 33, Sudut Orientasi Ikan ( ) Gambar 36. Grafik nilai Target Strength pada Ikan Lele tunggal dengan sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik Nilai Target Strength pada ikan lele tunggal (Gambar 36) dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 25 o (positif) serta 0 o ke 25 o (negatif). Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -25 o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -33,45 db dan pada sudut 25 o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar db, sedangkan pada posisi horizontal (0 o ) memiliki nilai TS sebesar db. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -15 o dan 5 o masing-masing sebesar -33,4 db dan db. ( Lampiran 11) 42

14 34 33,5 Target Strength (db) 33 32,5 32 Head Down Nila 1 Nila 2 Nila 3 31,5 Head UP Tilt Angle Gambar 37. Grafik nilai Target Strength pada Ikan Nila tunggal dengan sudut orientasi dan ukuran yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik Nilai Target Strength pada ikan nila tunggal ( Gambar 37 ) dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 40 o (positif) serta 0 o ke 40 o (negatif) serta dengan ukurannya Nila 1 (FL=22 cm), Nila 2 (FL=20 cm) dan Nila 3 (FL=24.7 cm). Pada posisi vertikal dengan kepala menghadap bawah (-40 o ) nilai Target Strength masing-masing pada ikan nila 1, nila 2 dan nila 3 berturut-turut adalah db, db, dan db. Sedangkan dengan posisi kepala menghadap atas (40 o ) adalah db, 32.5 db, dan -33 db. Pada posisi horizontal (0 o ) nilai Target Strength ikan nila 1, nila 2 dan nila 3 berturutturut adalah db, db dan db. Nilai Target Strength terbesar pada ikan nilai 1 (FL= 22 cm) adalah db pada posisi -40 o, sedangkan yang terkecil adalah db pada sudut 20 o. Pada ikan nila 2 (FL= 20 cm) nilai Target Strength terbesar adalah db pada sudut 40 o dan yang terkecil adalah db pada posisi 0 o. Pada ikan nila 3 (FL=24.7 cm) nilai Target Strength terbesar adalah - 43

15 32.4 db pada posisi -25 o dan nilai Target Strength terkecil adalah db pada posisi 5 o. ( Lampiran 11) Hubungan antara Target Strength dengan Fork Length (FL) pada ikan Nila Hitam (Oreochromis nilaticus) Tabel. 4 Hasil pengukuran Target Strength (<TS>) terhadap nilai Target Strength setiap sudut (TS(θ)) pada Ikan Nila Hitam. Nila FL (cm) f(θ) <σ> <TS> Pada Tabel 4 diatas disajikan keragaman nilai Target Strength <TS> pada setiap ikan nila hitam dengan ukuran tubuh (Fork Length) yang berbeda-beda. <TS> dihitung dari nilai TS (θ) dari sudut -40 o sampai 40 o dengan menggunakan metode Probability Density Function (PDF) dimana merupakan fungsi kepadatan peluang dari ikan nila hitam tersebut. f(θ) merupakan nilai PDF dari sudut θ, sedangkan (θ-ō) <=S merupakan syarat dari PDF, dimana nilai sudut dikurangi rata-ratanya harus lebih kecil sama dengan nilai simpangan baku dari sudut tersebut, bila syarat ini tidak dipenuhi maka nilai f(θ) = 0. Karena tiap ikan mempunya perlakuan sudut yang sama maka nilai peluang muncul dari σ dengan batas -40 o sampai 40 o adalah sama yaitu f(θ)= Pada Tabel 5 merupakan hasil perhitungan nilai <TS> dan log FL yang dihubungkan dengan fork length dari ikan nila hitam, dengan nilai m dan A adalah konstan 44

16 Tabel 5. Hubungan normalized Target Strength <TS> dengan Fork Length pada persamaan log <TS> (db) FL (cm) log FL Dari data pada Tabel 5 diatas maka nilai m dan A pada persamaan log dapat diketahui dengan menggunakan model liner sederhana dimana log FL dapat kita misalkan X dan <TS> kita misalkan Y, sehingga persamaannya menjadi Y= mx + A. dengan menggunakan selang kepercayaan 95 % maka didapat nilai m = dan nilai A = dengan nilai R 2 =0.808 ( Lampiran 18). Nilai m pada umumnya bernilai 18 sampai dengan 30 dan paling sering berada pada nilai 20 (Maclennan and Simmonds, 2005) oleh karena itu perlu dilakukan proses normalisasi, sehingga nilai m = 20 maka nilai A menjadi

17 Target Strength (db) 43 43,2 43,4 43,6 43, ,2 44,4 44,6 44,8 45 y = 20log(FL) R² = <TS> Fork Length (cm) Gambar 38. Grafik hubungan Target Strength dengan Fork Length pada Ikan Nila Hitam Dari grafik pada gambar 38 disajikan dugaan dengan model 20 log bila nilai log FL bertambah 1 satuan maka nilai <TS> akan membesar sebesar 20 db dari semula, untuk R 2 = menjelaskan bahwa nilai log FL menjelaskan 80.8 % dari nilai <TS> Grafik Polar pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias Sp) dan ikan Nila Hitam (Oreochromis nilaticus) tunggal Grafik polar pada Gambar 39 merupakan grafik polar dengan sudut batas -90 o sampai sudut 90 o. Grafik ini menunjukan bahwa pola nilai TS pada sudut-sudut yang berbeda dari sudut -40 o sampai sudut 40 o. Gambar 39. Grafik Polar Target Strength dari Ikan Mas Tunggal 46

18 Grafik polar pada Gambar 40 merupakan grafik polar dengan sudut batas -90 o sampai sudut 90 o. Grafik ini menunjukan bahwa pola nilai TS pada sudut-sudut yang berbeda dari sudut -40 o sampai sudut 40 o dengan ukuran masing-masing ikan nila. Gambar 40. Grafik Polar Target Strength dari Ikan Nila dengan ukuran Nila 1 (FL=22 cm), Nila 2 (FL=20 cm) dan Nila 3 (FL=24.7 cm) Grafik polar pada Gambar 41 merupakan grafik polar dengan sudut batas -90 o sampai sudut 90 o. Grafik ini menunjukan bahwa pola nilai TS pada sudut-sudut yang berbeda dari sudut -25 o sampai sudut 25 o. syntak matlab grafik polar dapat dilihat pada Lampiran 18 Gambar 41. Grafik Polar Target Strength dari Ikan Lele tunggal 47

19 4.1.5 Continous Wavelet Transfrom Grafik CWT dan Garfik koefisien C Ikan Mas (Cyprinus carpio) kelompok Pada Gambar 42 merupakan nilai koefisien C dari Continous Wavelet Transfrom dari sinyal Echo Strength ikan mas kelompok yang diambil selama 4 jam. Scale yang digunakan dimulai dari scale 1 sampai 50. Nilai koefisien C ini berada pada rentang nilai 0 sampai dengan 27. Warna hitam menunjukan nilai koefisien C terendah dan warna putih menunjukan nilai koefisien C tertinggi. Gambar 42. Grafik Continous Wavelet Transvom Ikan Mas kelompok dengan scale 1:1:50 Gambar 43. Grafik Koefisien Absolut C Ikan Mas kelompok pada Scale 1, 10, 20,30,40 dan 50 pada detik ke sampai

20 Grafik di atas merupakan grafik dari nilai koefisien C yang diambil pada detik ke sampai dengan Scale 1, 10, 20, 30, 40 dan 50. Scale 1 merupakan ukuran semula dari wavelet morlet,ditandai dengan garis lurus berwarna merah dengan rentang nilai koefisien C-nya adalah 1.1x , grafik scale 10 merupakan sepuluh kali ukuran dari wavelet morlet semula ditandai dengan garis berwarna biru dengan rentang nilai 6.3x Grafik scale 20 merupakan dua puluh kali dari ukuran wavelet morlet semula ditandai dengan garis hijau dengan rentang nilai 4.1x , Grafik scale 30 merupakan tiga puluh kali dari ukuran wavelet morlet semula ditandai dengan garis merah putus-putus dengan rentang nilai 7.7x Grafik scale 40 merupakan empat puluh kali dari ukuran wavelet morlet semula ditandai dengan garis hijau putus-putus dengan rentang nilai 3.17x Grafik scale 50 merupakan lima puluh kali dari ukuran wavelet morlet semula ditandai dengan garis biru putus-putus dengan rentang nilai 3.66x ( Lampiran 15) Dugaan target pada grafik ini mulai terlihat pada scale 10 sampai 50. Pada scale 10 target terdeteksi mulai detik ke sampai 12000, sedangkan pada scale 20 sampai 50 dugaan target sama-sama terdeteksi pada detik sampai dan sampai Grafik CWT dan Garfik koefisien C Ikan Nila Hitam (Oreochromis nilaticus) kelompok Pada Gambar 44 merupakan nilai koefisien C dari Continous Wavelet Transfrom dari sinyal Echo Strength pada ikan nila hitam yang diambil selama 4 jam. Scale yang digunakan dimulai dari scale 1 sampai 50. Nilai koefisien C ini berada pada rentang nilai 0 sampai dengan

21 Gambar 44. Grafik Continous Wavelet Transvom Ikan Nila Hitam kelompok dengan scale 1:1:50 Gambar 45. Grafik Koefisien Absolut C Ikan Nila Hitam kelompok pada Scale 1, 10, 20,30,40 dan 50 pada detik ke sampai Grafik diatas merupakan grafik dari nilai koefisien C pada Scale 1, 10, 20, 30, 40 dan 50. Scale 1 ditandai dengan garis lurus berwarna merah dengan rentang nilai koefisien C-nya adalah 3x , grafik scale 10 ditandai dengan garis berwarna biru dengan rentang nilai 71x Grafik scale 20 ditandai dengan garis hijau dengan rentang nilai 1.68x , Grafik scale 30 ditandai dengan garis merah putus-putus dengan rentang nilai 2.59x Grafik scale 40 ditandai dengan garis hijau putus-putus dengan 50

22 rentang nilai 1.83x Grafik scale 50 ditandai dengan garis biru putus-putus dengan rentang nilai 3.4x Pada scale 10 dugaan target terlihat pada detik sampai detik 10200, sedangkan untuk scale 20 sampai 50 dugaan target terlihat pada detik ke sampai detik Grafik CWT dan Garfik koefisien C Ikan Lele (Clarias sp) kelompok Pada Gambar 43 merupakan nilai koefisien C dari Continous Wavelet Transfrom menggunakan sinyal Echo Strength ikan lele. Scale yang digunakan dimulai dari scale 1 sampai 50. Nilai koefisien C ini berada pada rentang nilai 0 sampai dengan 27. Dugaan target mulai terlihat pada scale 10 sampai 50, dengan melihat pola gambar yang mulai menunjukan garis tebal Gambar 46. Grafik Continous Wavelet Transvom Ikan Lele kelompok dengan scale 1:1:50 51

23 Gambar 47. Grafik Koefisien Absolut C Ikan Lele kelompok pada Scale 1, 10, 20,30,40 dan 50 pada detik ke sampai Grafik di atas merupakan grafik dari nilai koefisien C pada Scale 1, 10, 20, 30, 40 dan 50. Scale 1 ditandai dengan garis lurus berwarna merah dengan rentang nilai koefisien C- nya adalah 1.2x , grafik scale 10 ditandai dengan garis berwarna biru dengan rentang nilai 0.3x Grafik scale 20 ditandai dengan garis hijau dengan rentang nilai 0.6x , Grafik scale 30 ditandai dengan garis merah putus-putus dengan rentang nilai 3.5x Grafik scale 40 ditandai dengan garis hijau putus-putus dengan rentang nilai 6.3x Grafik scale 50 ditandai dengan garis biru putusputus dengan rentang nilai 7.0x Dugaan target terlihat pada scale 10 sampai 50 pada detik sampai dengan 12000, namun nilai koefiesien C-nya lebih kecil dari pada ikan Mas dan ikan Nila Hitam. 52

24 4.2 Pembahasan Karakteristik Ikan Kelompok Menurut Arnaya (1991) perbedaan nilai amplitudo pada kedua ikan ini disebabkan karena ada tidaknya gelembung renang pada ikan (swimbladder), tingkah laku ikan dan ukuran dari ikan itu sendiri. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) memiliki gelembung renang, ukuran ikan besar dan tingkah lakunya aktif. Sedangkan ikan lele (Clarias sp) tidak memiliki gelembung renang, ukuran ramping dan tingkah lakunya pasif pada siang hari namun aktif pada malam hari. Karena pengambilan data ini dilakukan pada siang hari, ikan lele tersebut cenderung pasif di dasar fish cage Karakteristik Ikan Tunggal Teknik deteksi ikan dengan manual menggunakan busur sudut. Pada ikan mas dan ikan nila sudut yang ditampilkan hasilnya adalah sudut 0 o, 25 o, -25 o, 40 o, -40 o Sedangkan pada ikan Lele sudut yang ditampilkan adalah 0 o, 15 o, -15 o, 25 o, -25 o pada posisi 40 o, -40 o, kondisi ikan mas dan ikan nila sudah lurus sehingga tidak diperlukan lagi dalam penambahan perubahan sudutnya sedangkan untuk ikan lele pada posisi 25 o dan -25 o Perbedaan nilai amplitudo ini disebabkan karena pantulan suara yang mengenai target ikan pada posisi yang berbeda akan menghasilkan nilai target yang berbeda juga. Menurut Simmonds and McLennan (2005), Target Strength dari suatu objek sangat dipengaruhi dari posisi sudut ikan. Pada perubahan sudut positip, ikan beroreantasi ke arah atas dimana ketika posisi ikan tegak lurus kepala ikan berada diatas. Sedangkan pada perubahan sudut negatip, ikan berorientasi kearah bawah dimana ketika tegak lurus posisi kepala ikan berada di bawah. Ketika suara dari transducer ini mengenai target pada posisi yang berbeda maka energi pantulan yang dihasilkan dari target bernilai kecil ketika pada posisi sudut dimana pantulan energi saling melemahkan (superposisi destruktif) dan bernilai besar ketika pantulan energy saling menguatkan (superposisi konstruktif) 53

25 4.2.3 Continous Wavelet Transfrom Mother wavelet yang digunakan pada penelitian ini adalah Morlet karena paling sesuai dengan metode CWT dan juga menurut Vetterli and Kovacevic (1995), wavelet morlet merupakan wavelet yang cocok dengan pengolahan sinyal pada metode CWT karena bisa terkoreksi walaupun dengan jarak yang kecil. Scale yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:1:50, artinya setiap wavelet morlet memulai scale 1 sampai 50 dengan perubahan 1. Nilai koefisien C dari data tersebut menunjukan seberapa dekat atau similar antara data ikan dengan wavelet tersebut, semakin tinggi nilai C maka semakin mirip. (Mathworks, 2002) Sedangkan menurut Percival and Warden (2000), arti fisis nilai Koefisien C merupakan indikasi adanya proses refleksi seismik yang terjadi. Semakin tinggi nilai Koefisien C maka indikasi adanya refleksi dari target semakin besar. Nilai koefisien C ini lah yang dijadikan adanya fenomena atau keanehan dari data bisa juga di indikasikan adanya target Pada data ikan Mas (Gambar 42,43) dan ikan Nila Hitam (Gambar 44, 45), grafik CWT menunjukan adanya banyak dugaan target yang terihat pada tiap detik dengan nilai koefisen C yang cukup besar. Hal ini dikarenakan karena ikan tersebut memiliki gelembung renang dan aktif bergerak tiap detiknya. Berbeda pada ikan lele (Gambar 46,47), grafik CWT menunjukan hanya beberapa saja indikasi dugaan target dari lele pada detik-detik tertentu dengan nilai koefisien C-nya yang hamper seragam tiap detik. Hal ini karena ikan lele tidak memiliki gelembung renang dan juga bersifat pasif pada siang hari (dimana waktu melakukan pengambilan data) Perbedaan hasil CWT pada ketiga ikan tersebut terletak pada nilai refleksi seismik yang diterima, warna gelap menunjukan rendahnya pantulan seismik sedangkan warna terang menunjukan tingginya nilai pantulan tersebut, semakin tinggi pantulannya maka nilai Koefisien C dari wavelet morlet semakin tinggi (Percivial and Warden, 2000) 54

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Ukuran Tubuh Ikan Acoustical length adalah panjang target dalam akustik pada sebuah target, dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau panjang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Nilai Target Strength (TS) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nilai target strength (TS) merupakan parameter utama pada aplikasi metode akustik dalam menduga kelimpahan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2010 dan bulan Juli sampai bulan Agustus 2010 bertempat di Water Tank Labotarium

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER C

PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER C PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER FAISAL AHMAD C540524908 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER Muhammad Hamim DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkah Laku ikan Dalam Karamba Perekaman suara dilakukan dengan meletakkan hidrofon dekat dengan permukaan air. Hal ini karena gerakan ikan secara dominan berada di permukaan

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH P. Ika Wahyuningrum AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH Suatu teknologi pendeteksian obyek dibawah air dengan menggunakan instrumen akustik yang memanfaatkan suara dengan gelombang tertentu Secara

Lebih terperinci

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 155 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Simulasi Perubahan Fase 6.1.1 Spektrum gerakan ikan-ikanan berukuran 20 x 25 cm Untuk memperoleh spektrum frekuensi dari gelombang ikan-ikanan berukuran 20 x

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Lifeform Karang Secara Visual Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan hasil identifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, diperoleh data yang diuraikan pada Tabel 4. Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda dan Laboratorium Akustik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Kegiatan penelitian ini terbagi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan 2.1.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Ikan lele Dumbo merupakan hibrida dari jenis Clarias fuscus untuk induk betina yang merupakan lele asal Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret September 2011 dengan menggunakan data berupa data echogram dimana pengambilan data secara in situ dilakukan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER Septian Nanda - 3311401055 dan Aprillina Idha - 3311401056 Geomatics Engineering Marine Acoustic, Batam State Politechnic Email : prillyaprillina@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan yang dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Agustus menggunakan data hasil olahan dalam bentuk format *raw.dg yang

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Panjang Baku Panjang baku rata-rata populasi benih ikan nila pada tiap kasus dan kumulatif mengalami peningkatan setelah dilakukan sortasi pada bulan pertama (Gambar 1a),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi hidroakustik atau perangkat lunak pengolah sinyal akustik masih sulit untuk dapat mengetahui jenis dan panjang ikan secara langsung dan akurat. Selama

Lebih terperinci

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK 5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK Pendahuluan Sumberdaya perikanan LCS merupakan kontribusi utama yang sangat penting di tingkat lokal, regional dan internasional untuk makanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Data Pengambilan data dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut: Pengujian : Sembilan kecepatan motor (1000 RPM, 1200 RPM, 1400 RPM,

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k 1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k adalah... k A. 1 getaran l n B. ¾ getaran C. ½ getaran D. ¼ getaran 2. Perhatikan gambar soal nomor 1.Jika bandul

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN 3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN Pendahuluan Keberadaan sumberdaya ikan, baik ikan pelagis maupun demersal dapat diduga dengan menggunakan metode hidroakustik (Mitson 1983). Beberapa keuntungan

Lebih terperinci

III HASIL DAN DISKUSI

III HASIL DAN DISKUSI III HASIL DAN DISKUSI Sistem hidrolika estuari didominasi oleh aliran sungai, pasut dan gelombang (McDowell et al., 1977). Pernyataan tersebut mendeskripsikan kondisi perairan estuari daerah studi dengan

Lebih terperinci

Gambar 8. Lokasi penelitian

Gambar 8. Lokasi penelitian 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-3 Februari 2011 yang di perairan Pulau Gosong, Pulau Semak Daun dan Pulau Panggang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sedimen Dasar Perairan Berdasarkan pengamatan langsung terhadap sampling sedimen dasar perairan di tiap-tiap stasiun pengamatan tipe substrat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Lebih terperinci

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam

2. TINJAUAN PUSTAKA. Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroakustik Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam suatu medium (dalam hal ini air). Untuk memperoleh informasi tentang obyek bawah air digunakan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye 85 6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUI BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM 6. Pendahuluan Pemasangan bycatch reduction device pada trawl ditujukan untuk mengurangi ikan-ikan hasil tangkapan

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapang dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2008 di perairan gugusan pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 11). Lokasi ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK

BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 60 BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 4.1 Karakteristik Infra Merah Untuk pengukuran, digunakan konversi intensitas dari fototransistor menjadi nilai tegangan

Lebih terperinci

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING SISTEM SONAR KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA 2012-64-0 MILYAN U. LATUE 2013-64-0 DICKY 2013-64-0 STELLA L. TOBING 2013-64-047 KARAKTERISASI PANTULAN AKUSTIK KARANG MENGGUNAKAN ECHOSOUNDER SINGLE BEAM Baigo Hamuna,

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM 4.1 ANALISIS PERHITUNGAN KUAT MEDAN PADA PROPAGASI GROUND WAVE Langkah yang pertama kali dilakukan dalam analisis ini ialah mencari nilai s 1 dan s 2

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA Gerak Parabola - Latihan Soal 01 Doc. Name: RK13AR10FIS0401 Version : 2016-10 halaman 1 01. No Gerak I Gerak II 1 Gerak lurus Gerak lurus Beraturan 2 Gerak lurus 3

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Hidayat 1, Usep Mohamad Ishaq 2, Andi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode hidroakustik Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic instrumen), antara lain: echosounder,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen Dasar Laut Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal maupun secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data

BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data BAB V ANALISIS Dalam penelitian tugas akhir yang saya lakukan ini, yaitu tentang Studi Deformasi dari Gunung Api Batur dengan menggunakan Teknologi SAR Interferometri (InSAR), studi yang saya lakukan ini

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Berdasarkan buku Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten (9), wilayah mangrove desa Jayamukti Kecamatan Blanakan secara administrasi kehutanan termasuk

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang 1 BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Persamaan antara getaran dan gelombang adalah (1) keduanya memiliki frekuensi (2) keduanya memiliki amplitude (3) keduanya memiliki panjang gelombang A.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Penyebaran target strength ikan Target strength (TS) sangat penting dalam pendugaan densitas ikan dengan metode hidroakustik karena untuk dapat mengetahui ukuran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan data side scan sonar yang berasal dari survei lapang untuk kegiatan pemasangan kabel PLN yang telah dilakukan oleh Pusat

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi

Lebih terperinci

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan STUDI TENTANG ARAH DAN KECEPATAN RENANG IKAN PELAGIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUSTIK BIM TEmAGI (SPLIT-BEAM ACOUSTIC SYSTEM ) DI PERAIRAN TELUK TOMINI PADA BULAN JULI-AGUSTUS 2003 Oleh : PAHMI PARHANI

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari Ekspedisi Selat Makassar 2003 yang diperuntukkan bagi Program Census of Marine Life (CoML) yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

7. Himpunan penyelesaian dari 2(x 3) 4(2x + 3) adalah... a. x -1 c. X 1 e. x -3 b. x 1 d. x -3

7. Himpunan penyelesaian dari 2(x 3) 4(2x + 3) adalah... a. x -1 c. X 1 e. x -3 b. x 1 d. x -3 . 4% uang Ani diberikan kepada adiknya dan 5% dari uang tersebut untuk membayar rekening listrik dan 5% untuk membayar rekening telpon, sisa uang Ani adalah Rp 4.,. Berapakah jumlah uang Ani a. Rp 4.,

Lebih terperinci

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal. Perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal yang dilakukan meliputi untai L-pad, Zobel, dan crossover.

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER Muhammad Hamim DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Peta Batimetri Laut Arafura Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori perairan dangkal dimana kedalaman mencapai 100 meter. Berdasarkan data

Lebih terperinci

NEWTON S CRADLE (AYUNAN NEWTON)

NEWTON S CRADLE (AYUNAN NEWTON) Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com Olimpiade Sain Nasional 20007 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 5 NEWTON S CRADLE (AYUNAN NEWTON) Ayunan Newton adalah salah satu permainan Fisika

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1 KELAS XII LC FISIKA SMA KOLESE LOYOLA M1-1 MODUL 1 STANDAR KOMPETENSI : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah KOMPETENSI DASAR 1.1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 98 5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 5.1 Simulasi Perubahan Fase 5.1.1 Konfigurasi uji coba Simulasi dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan fase yang diterima dari gelombang pantul berbagai kondisi

Lebih terperinci

Gelombang. Rudi Susanto

Gelombang. Rudi Susanto Gelombang Rudi Susanto Pengertian Gelombang Gelombang adalah suatu gejala terjadinya perambatan suatu gangguan (disturbane) melewati suatu medium dimana setelah gangguan ini lewat keadaan medium akan kembali

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES EKSPERIMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º - 138 º BT (Gambar 2), pada bulan November 2006 di Perairan Laut Arafura, dengan kedalaman

Lebih terperinci

Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang adalah 4 sekon.

Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang adalah 4 sekon. Usikan yang terjadi ketika sebuah batu dijatuhkan dk permukaan air di sebuah kolam akan merambat menjauhi titik jatuh batu dan akhirnya mencapai tepi kolam. Gelombang atau usikan air ini memang bergerak

Lebih terperinci

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Desain Survey Pengukuran data VLF dilakukan 4 8 November 2007 di daerah Semanu, pada sistem sungai bawah permukaan Bribin, meliputi 2 lokasi pengukuran, yakni:

Lebih terperinci

Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi)

Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi) Xpedia Fisika Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi) Doc Name : XPPHY0299 Version : 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02, merujuk pada gambar di bawah yang menunjukkan gelombang menjalar pada tali dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum BAB 3 HASIL DAN ANALISA 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum Zonasi kedalaman diperlukan untuk mendapatkan batas penetrasi cahaya ke dalam kolom air. Nilai batas penetrasi akan digunakan dalam konversi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 Juli 2011 yang meliputi tahapan persiapan, pengukuran data lapangan, pengolahan dan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG 1 BAB GEJALA GELOMBANG Contoh 1.1 Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal 1. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran

Lebih terperinci

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI PENGUKURAN NILAI DAN SEBARAN TARGET STRENGTH IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI (SPLIT BEAM ACOUSTIC SYSTEM) DI LAUT A MFUM PADA BULAN OKTOBER-NOPEMBER 2003 Oleh :

Lebih terperinci

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan

Lebih terperinci

Getaran, Gelombang dan Bunyi

Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran amplitudo gelombang frekuensi 10 khz (Deni, 2007)

Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran amplitudo gelombang frekuensi 10 khz (Deni, 2007) LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran amplitudo gelombang frekuensi 10 khz (Deni, 2007) Perlakuan Horizontal Kadar air 30% Jarak 9 cm Jarak 18 cm Jarak 27 cm 1.0 51 34 27 1.2 34 29 27 1.4 28 24 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG Contoh. Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat 7 m/s. Jarak antara dua dasar

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 8 Fisika

Antiremed Kelas 8 Fisika Antiremed Kelas 8 Fisika Getaran dan Gelombang Doc. Name: K3AR08FIS030 Version : 204-09 halaman 0. Gambar berikut merupakan diagram sebuah bandul yang sedang berosilasi (bergetar). Definisi satu getaran,

Lebih terperinci