BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Kekerasan Dalam Rumah Tangga di. Propinsi Nusa Tenggara Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Kekerasan Dalam Rumah Tangga di. Propinsi Nusa Tenggara Timur"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Gambaran Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Propinsi Nusa Tenggara Timur Angka kejadian tindak kriminalitas yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun mengalami peningkatan. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah kejadian tindak kriminalitas, meningkat dua kali lipat dari kasus (2007) menjadi kasus (2011). Peningkatan kasus kriminalitas ini disebabkan karena meningkatnya jumlah laporan masyarakat terkait dengan kasus kriminalitas yang terjadi di NTT (Kupang Metro, Rabu 31 Desember 2008). 54

2 Sumber: Polda Nusa Tenggara Timur (2012). Gambar 4.1 Kejadian Tindak Kriminal di Wilayah NTT Periode Tindak kriminalitas yang terjadi di wilayah NTT sangat beragam baik jenis maupun kuantitasnya. Tabel 4.1 menunjukkan sepuluh jenis tindak kriminalitas yang tergolong sebagai tindak kriminalitas yang menonjol di NTT. No. Tabel 4.1 Jenis Tindak Kriminal Yang Terjadi Di Wilayah NTT Periode Jenis Tindakan Tahun Kejadian Pelanggaran Terhadap Ketertiban Umum 2. Pembakaran Kesusilaan Perjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan

3 8. Pencurian Perampokan Penadahan JUMLAH Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis tindak kriminalitas yaitu kesusilaan, perjudian, pembunuhan, penganiayaan dan pencurian selama periode cenderung meningkat. Selama periode ini, tindak kriminalitas didominasi oleh jenis tindak kriminalitas terhadap fisik manusia yaitu pembunuhan (1.750 kasus) penganiayaan (1.529 kasus), kesusilaan (1.221 kasus), dan penculikan (93 kasus) (Polda NTT, 2012). Sementara itu, jika dilihat dari pelaku tindak kriminalitas pada sepuluh jenis tindak kriminalitas yang menonjol di NTT, selama periode pelaku tindak kriminalitas didominasi oleh laki-laki (Tabel 4.2). Selama periode , pelaku kriminalitas berjumlah orang dengan pelaku laki-laki orang (97,7%) dan perempuan 179 orang (2,3%). Selama periode ini, persentase perempuan pelaku tindak kriminalitas masih berkisar di bawah tiga persen. 56

4 No. Tabel 4.2 Pola Sebaran Jender Untuk Pelaku Kriminalitas Di Wilayah NTT Periode Jenis Tindakan Tahun Kejadian L P L P L P L P L P 1. Pelanggaran Terhadap Ketertiban Umum 2. Pembakaran Kesusilaan Perjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan Pencurian Perampokan Penadahan JUMLAH Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Selain tindak kriminalitas, Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) juga terjadi di NTT. Pada tahun jumlah kasus KTP yang dilaporkan mengalami peningkatan. Gambar 4.2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus KTP yaitu dari kasus (2007) menjadi kasus (2011). Kasus kekerasan terhadap perempuan berhubungan dengan tindak kriminalitas yang terjadi di NTT. Kriminalitas yang terjadi pada kaum perempuan ini disebabkan oleh berbagai faktor misalnya karena tekanan ekonomi pria cenderung melampiaskan stres 57

5 yang ia alami kepada perempuan. Itu sebabnya kasus kekerasan terhadap perempuan seperti kesusilaan, pembunuhan, dan penganiayaan masih tinggi. Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Gambar 4.2 Angka Kekerasan Terhadap Perempuan Di Wilayah NTT Periode Kekerasan terhadap perempuan berkaitan erat dengan kasus KDRT yang terjadi di NTT. Laporan Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Propinsi NTT menyebutkan bahwa pada tahun terjadi peningkatan jumlah kasus KDRT pada perempuan. Gambar 4.3 menunjukkan adanya peningkatan kasus KDRT dari 474 kasus (2008) menjadi kasus (2011). Pada tahun 2011, jumlah kasus KDRT meningkat sepuluh kali lipat dari tahun sebelumnya. 58

6 Peningkatan jumlah kasus ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus KDRT kepada pihak yang berwajib (Biro Pemberdayaan Perempuan, 2012). Sumber: Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretarian Daerah Nusa Tenggara Timur Gambar 4.3 Angka KDRT Di Wilayah NTT Periode Berdasarkan laporan Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah NTT, pada tahun 2011 kasus kekerasan tertinggi terjadi di wilayah Kota Kupang dengan 619 kasus, disusul Kab. TTU dengan 212 kasus, kemudian Kab. Manggarai dengan 84 Kasus. Korban kekerasan rata-rata berpendidikan SMA dengan jumlah 390 orang, pendidikan sarjana 86 orang, SMP 269 orang, SD 317 orang dan 70 orang lainnya 59

7 tidak bersekolah. Sedangkan untuk jumlah pelaku dan tingkat pendidikannya, pelaku KDRT untuk SI berjumlah 118 orang, SMA 347 orang, SMP 210 orang dan SD 142 orang dan 76 orang pelaku tidak bersekolah (Biro Pemberdayaan Perempuan, 2012). Data lain yang diekspos oleh Rumah Perempuan yaitu suatu organisasi yang memberikan pelayanan dan pendampingan langsung terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan, kasus KDRT yang dilaporkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam tiga tahun terakhir yakni di tahun 2010 sebanyak 67 kasus, tahun 2011 naik menjadi 79 kasus, dan di tahun 2012 Rumah Perempuan melakukan pendampingan terhadap 114 orang isteri yang mengalami KDRT oleh suami mereka masing-masing. Menurut data pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Rumah Perempuan, pada tahun 2012 angka KDRT tertinggi terjadi di wilayah Kota Kupang dengan 77 kasus (70%), sedang sisanya 37 kasus terjadi merata di 20 kabupaten. Korban kekerasan rata-rata berpendidikan SMA berjumlah 61 orang, pendidikan sarjana 25 orang, SMP 60

8 13 orang dan yang berpendidikan SD 15 orang. Untuk jumlah pelaku dan tingkat pendidikan, pelaku KDRT untuk SI berjumlah 22 orang, SMA berjumlah 73 orang, SMP berjumlah 7 orang dan SD berjumlah 12 orang. Sementara itu, jika dilihat dari pekerjaan pelaku, pekerjaan mereka bervariasi, antara lain PNS berjumlah 35 orang, anggota Polri empat orang, wiraswasta 47 orang, petani 11 orang, ibu rumah tangga empat orang dan yang tidak memiliki pekerjaan 13 orang pelaku (Rumah Perempuan Kupang, 2012). Untuk jenis kekerasan, baik yang dilaporkan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah NTT maupun Lembaga Rumah Perempuan, jenis kekerasan yang terjadi di NTT meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, perzinahan dan pembunuhan. Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di NTT didasarkan pada beberapa alasan seperti adanya persoalan ekonomi di dalam keluarga, adanya orang ketiga baik wanita idaman lain maupun pria idaman lain, dan konsumsi minuman keras (Pos Kupang, 25 November 2012). 61

9 Selain persoalan ekonomi, orang ketiga, dan konsumsi minuman keras, dalam kultur masyarakat NTT, budaya patriarki, budaya mahar atau belis, dan persoalan keturunan dapat menjadi penyebab KDRT (Rumah Perempuan, 2012) Gambaran Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kab. TTS Permasalahan kekerasan di Kab. TTS telah menjadi permasalahan yang dihadapi dalam kurun waktu yang lama. Kekerasan terhadap perempuan dan anak cenderung meningkat setiap tahunnya. Indikasinya, banyak korban melaporkan kasus kekerasan yang dialami kepada Unit Perlindungan Perempuan Dan Anak (PPA) Polres, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A), Rumah Aman Pemerintah (Shelter) Kab. TTS, serta kepada SSP Kab. TTS. Jumlah kasus kekerasan yang dilaporkan sejak tahun mengalami peningkatan. Dalam hal yang sama, jumlah pendampingan yang dilakukan oleh SSP terhadap kasus kekerasan di Kab. TTS sejak tahun juga mengalami peningkatan (Gambar 4.4). 62

10 Walaupun demikian, jumlah kasus yang dilaporkan ke lembaga pemerintahan lebih sedikit dibanding dengan jumlah pendampingan yang dilakukan oleh SSP. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih untuk melaporkan masalah kekerasan yang dialami kepada SSP untuk mendapatkan pendampingan dibanding melapor ke lembaga pemerintah. Pendampingan yang dilakukan oleh SSP berupa pemberian pelayanan kepada korban secara terpadu dan prima yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan korban. Sumber data: Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Kab. TTS dan SSP Kab. TTS Gambar 4.4 Jumlah Kasus Kekerasan Di Kab. TTS Di Kab. TTS, menurut data dari Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Kab. TTS, ciriciri pelaku kekerasan pada tahun 2011 yakni pelaku 63

11 paling banyak berjenis kelamin laki-laki, usia pelaku 25 tahun ke atas, pendidikan terakhir SLTA, memiliki pekerjaan dan hubungan dengan korban yaitu suami/istri. Sedangkan ciri-ciri korban kekerasan di Kab. TTS didominasi oleh wanita dengan kisaran umur 0-25 tahun ke atas, pendidikan terakhir SD, tidak memiliki pekerjaan dan status perkawinan belum kawin. Ciri-ciri pelaku dan korban korban kekerasan di Kab. TTS secara jelas dapat dilihat pada lampiran 7. Jenis kekerasan yang terjadi di Kab. TTS pada tahun 2011 sesuai dengan data dari Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Kab. TTS meliputi kekerasan fisik sebanyak 49 kasus, kekerasan psikis 6 kasus, kekerasan seksual 45 kasus, eksploitasi 2 kasus, penelantaran 6 kasus dan kasuskasus lainnya sebanyak 7 kasus sehingga total kekerasan yang terjadi di tahun 2011 sebanyak 115 kasus. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2011, dua kekerasan yang menonjol di Kab. TTS yakni kekerasan fisik dan kekerasan seksual. 64

12 Sumber data: Polres, Shelter dan P2TP2A, diolah oleh Bagian Pemberdayaan Perempuan Setda Kab. TTS Gambar 4.5 Jenis Kasus Kekerasan Tahun 2011 di Kab. TTS Sementara itu, jenis kasus kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan pelayanan dari SSP Kab. TTS yaitu KDRT sebanyak 41 kasus, penganiyaan 23 kasus, ingkar janji menikah 18 kasus, percabulan 13 kasus, trafficking/perdagangan orang 10 kasus, perkosaan 4 kasus, perbuatan tidak menyenangkan 3 kasus, pencemaran nama baik 2 kasus, orang hilang 2 kasus, percobaan perkosaan 1 kasus dan pelecehan seksual 1 kasus. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2011, dua jenis kekerasan yang paling banyak dilaporkan dan mendapatkan pendampingan dari SSP yaitu KDRT (44 %) dan penganiayaan (29 %). 65

13 Sumber data: Sanggar Suara Perempuan Kab. TTS Gambar 4.6 Data Kasus Dampingan Langsung Sanggar Suara Perempuan Periode Januari - Desember 2011 Berdasarkan hasil wawancara dengan Sarci Maukari staf SSP, faktor yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan di Kab TTS yakni faktor ekonomi (pengangguran, peningkatan kebutuhan keluarga), perselingkuhan, konsumsi minuman keras, kurangnya komunikasi antar anggota keluarga dan faktor budaya masyarakat seperti mahar atau belis dan budaya patriarki. Masyarakat Kab. TTS yang didominasi oleh suku Timor sebagai penduduk asli, memiliki corak patriakal dalam kehidupan sehari-hari. Ada pembagian peran yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Budaya Timor mengenal istilah lasi nak atoni yang secara harafiah mempunyai arti laki-laki adalah kepala semua urusan. Laki-laki mempunyai wewenang untuk 66

14 berbicara dalam suatu pertemuan, sedangkan perempuan harus tahu diri untuk tidak berbicara dan tugasnya ialah menyediakan makanan dan minuman bagi kaum laki-laki. Berbicara tentang tentang perempuan dalam budaya Timor, tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan dibatasi ruang geraknya. Ia hanya diberi peran dalam sektor domestik yakni urusan anak, rumah dan dapur. Perempuan dipandang sebagai masyarakat kelas dua yang posisinya jauh di dibawah laki-laki. Dalam budaya Timor, perempuan tidak memiliki hak suara dalam proses penentuan pernikahan anak, perempuan Timor tidak dapat ambil bagian dalam memimpin ritual-ritual budaya di Timor. Hal ini terlihat jelas dalam sebutan untuk perempuan (bife) dan lakilaki (atoni). Secara harafiah bife berasal dari kata bi = sapaan untuk dia perempuan dan fe = memberi, hal ini berarti perempuan memberi semua. Sementara itu, atoni berasal dari kata a = dia yang dan toni = menjawab, hal ini berarti laki-laki adalah orang yang memberi jawab. Penyebutan atoni dan bife dimaksudkan agar perempuan hanya memberi dan lakilaki memiliki andil dalam kepemimpinan. Perempuan sering kali tidak memiliki hak yang sama dengan laki-laki baik dalam keluarga, masyarakat dan juga gereja. Hal ini mengakibatkan kesetaraan jender yaitu tatanan nilai sosial budaya masyarakat yang pada umumnya mengutamakan laki-laki yang memiliki kekuasaan daripada perempuan. Perbedaan biologis atau seks memposisikan perempuan sebagai 67

15 kaum yang lemah secara jasmani dan laki-laki sebagai yang kuat. Budaya ini membuat perempuan selalu dinomorduakan, berada dibawah laki-laki, tidak memiliki hak seperti laki-laki, dan lain-lain (Nayoan, 2012). Pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam budaya Timor, laki-laki mempunyai posisi yang lebih tinggi dari perempuan, memiliki kekuasaan sebagai pemimpin dan berhak atas segalanya termasuk berhak atas perempuan. Hal ini menjadikan laki-laki dapat melakukan apa saja terhadap perempuan seperti memerintah untuk dilayani bahkan melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan Gambaran Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Ibu Hamil di Kab. TTS Kasus wanita hamil yang mengalami kekerasan dan melapor di Rumah Aman Pemerintah Kab. TTS (Shelter) setiap tahunnya mengalami peningkatan. Walaupun jumlah kasusnya terbilang kecil, namun terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan. Pada tahun 2009 terdapat 2 wanita hamil yang melaporkan kasusnya ke Shelter. Tahun 2010 jumlah wanita hamil yang melapor meningkat menjadi 4 orang. Kemudian pada tahun 2011 jumlah wanita hamil yang melapor meningkat menjadi 7 orang dari tahun sebelumnya. Sedangkan data dari SSP Kab. TTS, sejak tahun

16 sampai tahun 2009, wanita hamil yang melaporkan kasus kekerasan untuk di dampingi oleh SSP sebanyak 3 orang sebagaimana tergambar dalam Gambar 4.7. Sumber data: Rumah Aman Pemerintah (Shelter) Kab. TTS Gambar 4.7 Peningkatan Jumlah Kasus Wanita Hamil Yang Melapor di Rumah Aman Pemerintah Kab. TTS Profil Partisipan Penelitian Untuk memahami profil kelima partisipan maka perlu diketahui identitas partisipan mengenai umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, usia perkawinan dan jumlah anak. Data dari kelima partisipan yang telah dikumpulkan kemudian dimasukan ke dalam tabel menurut karakteristiknya. 69

17 Tabel 4.3 Profil Riset Partisipan No Inisial Partisipan Usia Jenis Kelamin (L/P) Alamat 1. Ibu. SL 36 th P Desa Oinlasi 2. Ibu. NN 34 th P Desa Nobi Nobi 3. Ibu. YA 16 th P Kelurahan Nonohonis 4. Ibu. SS 36 th P Desa Oepliki 5. Ibu. HT 40 th P Desa Oepliki Pendidikan Terakhir SLTA SMKK Tidak bersekolah SD SD Agama Kristen Protestan Kristen Protestan Kristen Protestan Kristen Protestan Kristen Protestan Usia Perkawinan Jumlah Anak Kehamilan saat terjadinya KDRT Usia kehamilan saat terjadi KDRT 8 tahun 2 anak II Usia 2-4 bulan 13 tahun 3 anak II Usia 2-7 bulan - 1 anak I Usia satu bulan 8 tahun 6 anak V Usia 3 bulan ke atas 8 tahun 4 anak IV Usia 1-5 bulan Lamanya masa kehamilan 7 bulan 9 bulan 10 hr 9 bulan 9 bulan 9 bulan 70

18 Dari hasil wawancara, kelima riset partisipan merupakan warga Kabupaten TTS. Empat orang diantaranya berasal dari suku Timor dan satu orang ibu berasal dari suku Sumba. Kelima ibu merupakan warga tetap di Kab. TTS. Hal ini membantu peneliti dalam melakukan wawancara dan observasi karena bertempat tinggal di daerah yang dapat dijangkau oleh peneliti. Pekerjaan dari kelima riset partisipan adalah sebagai ibu rumah tangga. Meskipun bekerja sebagai ibu rumah tangga, ada ibu yang bekerja sebagai petani ataupun penjahit untuk membantu suami dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Pekerjaan yang merangkap ini tidak menyebabkan waktu untuk bersama-sama dengan keluarga berkurang. Kesibukan tersebut tidak mengurangi si ibu dalam memperhatikan kebutuhan rumah tangga seperti menyiapkan makanan ataupun membersihkan rumah. Usia riset partisipan bervariasi. Semua riset partisipan berada pada kategori usia produktif yaitu tahun (Depkes, 1993) dan berpotensi menghasilkan keturunan. Walapun berpotensi untuk menghasilkan keturunan, umur ibu dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental saat hamil dan ketika melahirkan karena 71

19 berhubungan dengan pengalaman ibu. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan anak yang dikandung. Tingkat pendidikan riset partisipan yaitu SD 2 orang, SMA 2 orang dan 1 orang lainnya tidak bersekolah. Bagi ibu yang tidak bersekolah atau hanya menamatkan pendidikan di tingkat SD, mereka menganggap bahwa perempuan hanya bekerja di dapur saja sehingga tidak perlu bersekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan bagi mereka yang menamatkan pendidikan di sekolah menangah atas, mereka menganggap bahwa pendidikan penting bagi kehidupan di masa mendatang. Bagi ibu yang menamatkan pendidikan di sekolah menengah ini, selain karena faktor tempat tinggal di kota yang merubah persepsi mereka, penghasilan keluarga yang mencukupi merupakan faktor yang membuat mereka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rendahnya pendidikan ibu juga berpengaruh pada persepsi mereka tentang kedudukan suami dalam rumah tangga. Hal ini mengakibatkan suami lebih mendominasi seluruh aspek kehidupan rumah tangga 72

20 seperti pengambilan keputusan dan pengelolaan penghasilan keluarga. Jumlah anak dari kelima riset partisipan bervariasi. Ibu I memiliki 2 orang anak, ibu II memiliki 3 orang anak, ibu III memiliki 1 orang anak Sedangkan ibu IV dan ibu V masing-masing memiliki 6 orang anak dan 4 orang anak. Jumlah anak yang banyak akan memengaruhi pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Selain itu, anak yang banyak juga merupakan salah satu faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga karena beban suami yang semakin banyak. Ditambah lagi kelima ibu tergolong dalam keluarga dengan status ekonomi menegah ke bawah dengan pendapatan berkisar antara Rp Rp per bulan. Untuk kehamilan ibu saat terjadinya KDRT sangat bervariasi. Ibu I mengalami KDRT pada kehamilan kedua, Ibu II mengalami KDRT pada kehamilan ketiga, Ibu III mengalami KDRT pada kehamilan pertama sedangkan Ibu IV dan Ibu V mengalami KDRT masing-masing pada kehamilan kelima dan keempat. Rata-rata usia kehamilan saat terjadinya KDRT berkisar antara 2-7 bulan dengan lama 73

21 masa kehamilan untuk ibu I yaitu 7 bulan (permatur) sedangkan kehamilan keempat ibu lainnya adalah 9 bulan (matur). 4.2 Studi Kasus: Lima Ibu Hamil Yang Mengalami KDRT dan Perkembangan Mereka Pada penelitian ini, untuk mengetahui gambaran KDRT pada ibu hamil, peneliti melakukan studi kasus dengan teknik wawancara mendalam terhadap lima orang ibu yang selama kehamilannya pernah mengalami KDRT. Lima orang ibu tersebut yakni ibu SL, ibu NN, ibu YA, ibu SS dan ibu HT. Selain itu, untuk mengetahui dampak dari tindak kekerasan pada ibu hamil terhadap perkembangan anak dari kehamilan tersebut, maka dilakukan pengukuran perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar dengan menggunakan Denver Development Screening Test (DDST ) II pada anak yang ketika masih janin, ibunya mendapatkan KDRT. Berikut adalah hasil wawancara terhadap lima orang ibu yang mengalami KDRT selama kehamilan dan hasil pemeriksaan DDST II terhadap anaknya. Riset partisipan pertama adalah ibu SL (36 tahun). Ibu SL bertempat tinggal di desa Oenlasi, Kecamatan Mollo Tengah. Ibu SL mengalami KDRT ketika ia sedang 74

22 mengandung anak keduanya. Selama kehamilannya, ibu SL mengalami kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial dan penelantaran rumah tangga. Faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga pada ibu SL yaitu suami yang memiliki masalah di tempat kerja atau dalam keadaan mabuk melampiaskan emosinya kepada ibu SL. Dari hasil pemeriksaan DDST II pada anak keduanya, didapati anak V mengalami keterlambatan perkembangan di sektor personal sosial, motorik halus dan bahasa. Riset partisipan kedua adalah ibu NN (38 tahun). Ibu NN bertempat tinggal desa Nobi Nobi, Kecamatan Amanuban Selatan. Ibu NN mengalami KDRT sejak kelahiran anak pertamanya dan berlangsung sampai ia melahirkan anak ketiganya. Selama kehamilan ketiga, ibu NN mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, kekerasan finansial, dan penelantaran rumah tangga dari suaminya. Faktor penyebab terjadinya KDRT pada ibu NN yaitu suami yang berselingkuh melakukan kekerasan untuk menutupi perbuatannya, kehamilan anak ketiga yang tidak direncanakan dan alasan suami yang mengatakan umur anak kedua dan ketiga yang terlalu dekat. Dari hasil pemeriksaan DDST II pada anak 75

23 ketiganya, didapati anak DS tidak mengalami keterlambatan perkembangan. Riset partisipan ketiga yaitu ibu YA (16 tahun). Ibu YA bertempat tinggal di Kelurahan Nonohonis, Kecamatan Kota SoE. Ibu YA mengalami KDRT oleh kakak iparnya sendiri. Ibu YA dipaksa oleh bapak PM untuk berhubungan intim sehingga ibu YA hamil di luar nikah. Saat bulan pertama kehamilannya, ibu YA yang tidak mengetahui perihal kehamilannya mendapatkan kekerasan dari kakak perempuannya karena perasaan cemburu. Ibu YA mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekrasan seksual dan penelantaran dalam rumah tangga. Dari hasil pemeriksaan DDST II pada anak pertamanya, didapati anak MA mengalami keterlambatan perkembangan di sektor personal sosial, motorik halus dan bahasa. Riset partisipan keempat adalah ibu SS (36 tahun). Ibu SS bertempat tinggal di desa Oepliki, Kecamatan Noebeba. Ibu SS mengalami KDRT ketika mengandung anak kelimanya. Selama hamil, ibu SS mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial dan penelantaran rumah tangga. Ibu SS mengalami kekerasan ini karena ia belum memberikan anak laki-laki kepada suaminya. Dari hasil pemeriksaan DDST II pada anak 76

24 kelimannya, didapati anak MT tidak mengalami keterlambatan perkembangan. Riset partisipan kelima adalah ibu HT (40) tahun. Ibu HT bertempat tinggal di Desa Oepliki, Kecamatan Noebeba. Ibu HT mengalami KDRT ketika ia sedang mengandung anak bungsunya. Selama hamil, ibu HT mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial dan penelantaran rumah tangga. Ibu HT mengalami kekerasan ini karena suami merasa ibu HT memiliki pria idaman lain. Dari hasil pemeriksaan DDST II pada anak keempatnya, didapati anak AN mengalami keterlambatan perkembangan di sektor personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar Kasus I: KDRT Pada Kehamilan Kedua 1. Identitas Umum Ibu SL Ibu SL berusia 36 tahun dan beragama Kristen Protestan. Ia berasal dari suku Amanatun dan saat ini tinggal di Desa Oenlasi, Kecamatan Mollo Selatan. Ibu SL merupakan anak pertama dari 6 orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Sejak lahir, ia dan kelima orang saudaranya di besarkan di Desa Oenlasi oleh kedua orang tua mereka. 77

25 Ayah kandung dari ibu SL adalah seorang mantan PNS dan mantan ketua RT di desa Oenlasi sedangkan ibu kandungnya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai kader posyandu di desa Oenlasi. Ibu SL mengatakan bahwa almarhum ayahnya adalah seorang pekerja keras, penyayang dan sangat melindungi anakanaknya. Sedangkan ibunya adalah sosok ibu yang baik dan sangat menyayangi suami dan anak-anaknya. Ibu SL dan adik-adiknya dididik dengan keras oleh ayah dan ibu mereka. Walaupun ayah dan ibu sangat menyayangi dan melindungi mereka, jika mereka melakukan kesalahan, tidak peduli sekecil apapun kesalahan itu, mereka akan dimarahi bahkan dipukuli. Keluarga ibu SL sendiri merupakan keluarga mampu dan berpendidikan. Hal ini karena semua anggota keluarga berhasil menamatkan diri dari sekolah menengah atas dan tiga diantara saudaranya berhasil meraih gelar sarjana. Ibu SL menamatkan pendidkan sekolah dasarnya di SD Inpres Oenasi. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikannya di SMP Kristen 2 SoE. Setelah menamatkan diri dari sekolah menengah tingkat pertama, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA Kristen 1 SoE. Selama 78

26 hidupnya, ia tidak pernah mengikuti kursus ataupun pendidikan di luar sekolah. Pada saat menjalani pendidikan dari SD sampai SMA, ibu SL tidak pernah mengalami kejadian traumatis. Ibu SL mengatakan bahwa kehidupan pendidikannya berjalan layaknya anak remaja pada umumnya. Ibu SL menikah ketika ia berusia 28 tahun. Ia menikah dengan bapak RH yang berasal dari Amanuban Timur. Saat ini bapak RH berusia 44 tahun dan bekerja sebagai pegawai hotel. Ibu SL menikah dengan bapak RH karena ia hamil di luar nikah. Ia dan suaminya telah menikah selama 8 tahun dan dikarunia dua orang anak. Anak pertamanya adalah anak laki-laki berusia 5 tahun sedangkan anak yang bungsu adalah anak perempuan yang berusia 2 tahun. Ibu SL dan suaminya tergolong keluarga kurang mampu. Sebagai pegawai hotel, suaminya menerima upah sebesar Rp ,- per bulan. Sedangkan ibu SL, selama bekerja sebagai koki, ia menerima upah sebesar Rp ,- per bulan. Pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari kerap kali dibantu oleh ibu dan saudaranya. Sejak berpisah dari bapak RH, kebutuhan ibu SL dan anak- 79

27 anak sepenuhnya menjadi tangguang jawab dari keluarganya. Saat ini ibu SL tidak lagi tinggal bersama suaminya. Saat ini ia tinggal bersama anak-anak, ibu dan tiga orang saudaranya. Ibu SL tinggal bersama ibunya selama kurang lebih 2 tahun. Ia mengambil keputusan ini karena merasa sangat menderita akibat perilaku kasar dari suaminya. 2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Ibu SL Ibu SL mengandung anak V ketika berusia 34 tahun. Anak V merupakan anak kedua karena sebelumnya ibu SL pernah melahirkan seorang anak laki-laki yaitu anak S. Selama mengandung anak V, ibu SL teratur melakukan kontrol kehamilan di bidan K. Pada saat kontrol kehamilan pertama saat usia kehamilan 12 minggu, berat badan ibu SL adalah 42 kg sedangkan berat badan ideal ibu SL saat hamil adalah 53,5 kg. Ini berarti ibu SL memiliki berat badan yang kurang pada awal kehamilannya. Selanjutnya ketika ibu SL melakukan kontrol kehamilan kedua pada saat usia kehamilannya 16 minggu, berat badan ibu SL adalah 44 kg sedangkan berat badan ideal ibu SL saat hamil adalah 54,6 kg. Hal ini berarti ibu SL memiliki berat badan yang kurang pada trimester ke-2 kehamilannya. Pada saat kontrol 80

28 kehamilan ketiga saat usia kehamilan 27 minggu, berat badan ibu SL adalah 46 kg sedangkan berat badan ideal ibu SL saat hamil adalah 59,5 kg. Hal ini berarti ibu SL memiliki berat badan yang kurang pada trimester terakhir kehamilannya. Jika dilihat dari pola makan, ibu SL mengatakan bahwa setiap harinya dia makan sebanyak tiga kali yaitu makan pada pagi hari, siang dan malam hari. Pola makan ibu SL dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini. Tabel 4.4 Konsumsi bahan pangan ibu SL dalam 24 jam terakhir: Waktu Jenis Makanan URT (Ukuran Jumlah Yang Dikonsumsi (g) Rumah Tangga) Pagi Nasi 1 prg 100 g Siang Malam Telur ceplok Nasi Sawi hijau Tempe Nasi Kangkung Tempe 1 btr 1 prg 7 lbr 2 ptg 1 prg 10 btg 2 ptg 60 g 100 g 100 g 25 g 100 g 50 g 25 g Ket : Prg = piring, btr = butir, lbr = lembar, ptg = potong, btg = batang, g = gram Tabel 4.4 menunjukkan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu SL dalam 24 jam terakhir. Dalam satu hari, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan serat diberikan dalam bentuk sayursayuran. Sedangkan untuk kebutuhan protein, dipenuhi 81

29 dengan cara mengkonsumsi telur dan tempe. Walaupun demikian, diasumsikan bahwa selama kehamilan, pola makan ibu SL dapat mengalami perubahan frekuensi maupun adanya konsumsi makanan tambahan seperti susu, biskuit ataupun suplemen. Sementara itu, angka kecukupan gizi energi yang dikonsumsi oleh ibu SL yakni Kkal dengan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 76%, sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 38 mg dan tingkat kecukupan energi protein adalah 76%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tingkat konsumsi gizi energi dan protein, ibu SL berada dalam rentang konsumsi kurang. Status kesehatan dilihat dari jenis keluhan sakit yang diderita oleh ibu SL selama kehamilannya. Ibu SL mengungkapkan bahwa selama hamil, dirinya mengalami demam, batuk dan pilek. Sakit yang dialami yaitu satu kali dalam dua minggu dan hanya terjadi ketika cuaca dingin. Untuk mengatasi sakit yang ia derita, ibu SL mengunjungi bidan untuk mendapatkan pengobatan. Obat yang diberikan oleh bidan yaitu Paracetamol, Vitamin C serta obat penambah darah. Ibu SL mengatakan bahwa, obat akan dikonsumsi sampai ia benar-benar sembuh. 82

30 Untuk riwayat persalinan, ibu SL melahirkan di rumah dan ditolong oleh bidan K. Ibu SL melahirkan secara normal, dengan durasi persalinan dua jam. Anak yang dilahirkan prematur karena usia kehamilan baru 7 bulan atau 28 minggu. Saat lahir, anak V memiliki berat 1000 gr dengan panjang 49 cm dan terdapat cairan bening yang melekat pada kulitnya. Anak V dirawat di rumah selama 40 hari barulah dibawa keluar rumah oleh ibu SL. 3. Deskripsi Kasus KDRT Pada Ibu SL a. Kejadian KDRT Yang Sangat Membekas Di Hati Ibu SL Kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang sangat membekas di hati ibu SL yaitu ia mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya saat sedang hamil besar. Kejadian itu terjadi ketika kehamilan ibu SL menginjak usia tujuh bulan. Siang itu, saat bapak RH pulang dari tempat kerja, ia dalam keadaan mabuk berat. Ibu SL mengetahui keadaan suaminya karena bau minuman keras yang terhirup sampai ke hidung ibu SL. Selain itu, cara berjalan bapak RH yang sempoyongan membuat ibu SL semakin yakin bahwa suaminya sedang mabuk. 83

31 Ibu SL tidak ambil pusing dengan keadaan suaminya. Ia kemudian menyuruh suaminya untuk makan siang namun bapak RH malah menyuruh ibu SL untuk diam. Ibu SL pun langsung menjawab Ko orang suruh lu makan na lu mangamok (Saya menyuruh kamu makan malah kamu marah). Karena dalam keadaan tidak sadar, bapak RH kemudian berjalan ke arah ibu SL dan mencoba memukul ibu SL namun ibu SL langsung menghindar karena tangan bapak RH mengarah ke perut ibu SL. Ibu SL yang tidak menerima perlakuan dari suaminya kemudian menegur dan memarahi bapak RH. Saat itu ibu SL berkata Kalo Bapak pukul ko kena perut ko keguguran na bagaimana?, Bapak ni sonde kasian liat beta yang hamil besar bagini ko Bapak?. (Kalau Bapak memukul saya mengenai perut dan keguguran bagaimana?, Bapak tidak merasa kasihan dengan kondisi saya yang sedang hamil besar?). Bapak RH tidak menjawab pertanyaan dari ibu SL. Ia kemudian mengeluarkan kata kotor dan langsung menampari ibu SL saat itu juga. Setelah menampar ibu SL, bapak RH pergi meninggalkan ibu SL yang sedang menangis. Ibu SL mengatakan bahwa ia hanya bisa menangis dan berdiam diri. Ia tidak berani berbuat banyak karena takut 84

32 bapak RH bertindak lebih kasar dan apabila hal itu terjadi maka akan sangat berbahaya bagi kandungannya. Ibu SL mengatakan bahwa ia tidak mengetahui secara jelas alasan mengapa suaminya mabuk dan berlaku kasar kepadannya. Dugaan kuat ibu SL, suaminya mabuk-mabukan dan sering berbuat kasar karena ada masalah di tempat kerja atau bapak RH sengaja berbuat kasar karena disuruh oleh kakak perempuannya agar ibu SL meninggalkan bapak RH. Kejadian ini mengakibatkan ibu SL lebih memilih untuk berpisah dari suaminya dan tinggal di rumah ibunya agar mendapatkan perlindungan dari ibu dan saudarasaudaranya. b. KDRT Yang Dialami Ibu SL Selama Kehamilan Kedua Selama hamil, ibu SL mengalami kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial dan penelantaran rumah tangga. Ibu SL mengalami kekerasan setelah pernikahannya dengan bapak RH. Kekerasan fisik yang diterima oleh ibu SL yaitu ia dipukul, ditendang dan ditampar oleh suaminya. 85

33 Saat melakukan kekerasan fisik, bapak RH langsung naik tangan atau langsung memukul ibu SL di wajah dan badan sampai lebam. Terkadang, suaminya menggunakan ikat pinggang yang dilipat untuk memukul ibu SL. Kekerasan fisik yang terjadi pada ibu SL tidak berlangsung setiap hari. Kekerasan terjadi apabila suami merasa ingin memukul ibu SL, pada saat itupun dia langsung memukul ibu SL. Ibu SL mendapatkan kekerasan ketika suaminya sedang ada masalah di tempat kerja atau dalam keadaan mabuk. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut: Ia Kak beta pernah dapat bakalai dari beta pung suami. (02 RP01) (Iya, Kakak. Saya pernah berkelahi dengan suami saya.) Biasa te beta dapat tumbuk, dapat tendang kalo sonde na beta dapat tampeleng.(03 RP01) (Saya ditinju, ditendang dan ditampar.) Ehh, dia sonde pake apa-apa, dia langsung naik tangan san beta ang. Dia tumbuk beta di muka deng badan dong ni sampe babiru. Kadang ju dia pake ika pinggang ni kaka, dia lipat dobel itu ikat pinggang baru dia lapis sang beta. (05 RP01) (Ehh, suami saya tidak menggunakan alat bantu saat memukul. Ia langsung menggunakan tangan kosong. Dia meninju wajah saya sampe lebam. Kadang-kadang ia menggunakan ikat pinggang.) Son setiap hari juga Kaka. Kalo dia rasa ko mo pukul na dia su habok sam saya. Biasa ju kalo dia ada mabok na kalo pulang begitu dia langsung firuk sam beta ni. (07 RP01) 86

34 (Tidak setiap hari Kak. Setiap ia merasa ingin memukul, ia langsung saja memukul setelah ia pulang ke rumah.) Dari hasil wawancara dengan ibu SL, kekerasan fisik terjadi pada kehamilan pertama dan kehamilan keduanya. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada saat kehamilan ibu SL berusia dua bulan. Ibu SL mengatakan bahwa dalam satu bulan, kekerasan terjadi sebanyak ± 4 kali. Kejadian tidak berlangsung pada bulan berikutnya dan akan ada dua bulan kemudian. Itu pas bulan kedua Kaka. (08 RP01) (Saat bulan kedua Kakak.) Aihh kaka, beta ju su lupa ni Kak. Biasa satu bulan begitu 4 kali kak. Itu ju bulan berikut sonde, ais itu dua bulan kemudian baru dia foe ulang lai. Terserah dia, mau pukul kapan sa dia su habok sam beta. (10 RP01) (Saya lupa Kak. Biasanya dalam satu bulan terjadi 4 kali. Itu juga tidak terjadi pada bulan berikutnya, namun dua bulan kemudian barulah dia melakukannya lagi. Terserah dia, mau pukulnya kapan saja.) Kekerasan psikis yang dialami oleh ibu SL selama kehamilanya yaitu ia dicaci maki dan diolok oleh suaminya namun ibu SL hanya mendiamkan hal tersebut karena ia sedang hamil besar. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut: Ia Kak. Dapat maki, dapat olok. Beta ju tenang sa. Saat itu beta hamil besar ko beta diam-diam sa demi beta pung kandung dong ini. (25 RP01) 87

35 (Ia kakak. Saya dimaki, diejek. Saya hanya diam saja. Saat itu saya sedang hamil besar sehingga saya hanya diam saja demi kandungan saya ini.) Penelantaran rumah tangga juga dialami oleh ibu SL. Hal ini disebabkan karena kakak perempuan dari bapak RH menyuruhnya untuk meninggalkan ibu SL tanpa alasan yang jelas, seperti yang diungkapkan oleh ibu dari ibu SL berikut: Nona pung suami pung kaka perempuan suruh kas tinggal nona ko mungkin mau cari istri lain. (77 UK01) (Kakak ipar anak saya meminta adiknya untuk meninggalkan anak saya. Mungkin mereka sedang mencarikan istri baru baginya.) Setelah berpisah dari suaminya, ibu SL mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ditambah lagi ia harus mempersiapkan kelahiran anak keduanya. Uang yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai koki hotel tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Suaminya pun tidak memedulikan keadaan rumah tangganya. Satu-satunya jalan keluar bagi ibu SL adalah membongkar tabungannya sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Berikut pernyataan ibu SL yang mendukung informasi tersebut: 88

36 Sonde pernah. apalai setelah kami pisah, dia sonde urus kami lai. (42 RP01) (Tidak pernah. Apalagi setelah kami berpisah, dia (suami ibu SL) tidak lagi mengurusi kami.) Adihh, tambah kaka. Mau beli susu buat beta na, mau beli loyor dong, beli baju-baju buat dong. Siap-siap memang to Kak. Trus mau bayar ibu bidan dong. Ma beta su siap-siap memang. (44 RP01) (Bertambah Kak. Membeli susu untuk saya, untuk membeli gurita, membeli baju untuk anak-anak. Sudah disiapkan sebelumnya. Untuk membayar bidan. Tapi saya sudah persiapkan sebelumnya.) Cukup Kak karna di Hotel makanan dong enak-enak trus bergizi ko beta yang masak sandiri jadi beta tau. Mau makan daging, sayur, buah-buahan ju ada Kak. Lengkap. (63 RP01) (Mencukupi Kak karena di Hotel makanannya enak dan bergizi karena saya yang masak sendiri sehingga saya tau. Makan daging, sayur, buah-buahan juga ada Kak. Lengkap.) Apabila suami dari ibu SL memiliki masalah ditempat kerja ataupun suaminya mabuk, maka ibu SL menjadi tempat pelampiasan amarah suaminya. Selain itu, ibu SL yang mulai emosi karena ulah suami akan melakukan perlawanan. Hal ini yang menjadi penyebab kekerasan yang dialami oleh ibu SL seperti pernyataan yang diungkapkan oleh ibu SL berikut ini: Itu biasa kalo su mabok ato ada masalah di tempat kerja, baru dia foe. (14 RP01) (Biasanya kalau dia mabuk atau ada masalah ditempat kerja, barulah dia bereaksi.) Awalnya itu beta diam-diam sa Kak. Ma lamlama ju beta naek darah e, sapa yang sonde emosi kalo orang ada hamil na lu maen pukupuku sang beta. Kalo dia puku beta bagitu, beta ju balas puku na. Beta pung mama-deng 89

37 bapa sa jarang puku beta ma lu mau naek tangan sang beta. (18 RP01) (Awalnya saya hanya diam-diam saja Kak. Tapi lama-kelamaan saya juga emosi. Siapa yang tidak emosi kalau orang sedang hamil besar terus kamu memukul saya. Kalau dia memukul saya, saya juga membalas. Mama dan Papa saya saja jarang sekali memukul saya tapi kamu mau memukuli saya.) Dampak kekerasan dalam rumah tangga yang dialami ibu SL saat ia hamil yaitu stres dan tertekan. Selain itu pola tidur juga terganggu karena memikirkan masalah yang ia hadapi di tambah lagi beban pekerjaan yang diterimanya karena harus bangun lebih awal untuk bekerja seperti yang diungkapkan pada pernyataan berikut ini: Beta stres Kaka, sangat tertekan, ma beta coba kuat sa demi ini anak dong. Dia kalo pukul ni beta pung perasaan sonde enak. Sangat tapukul. Kenapa ko dia harus pukul beta saat beta ada hamil, dia sadar ko sonde deng apa yang dia buat. Beta selalu sa pikir bagitu. Sonde di rumah, sonde di Hotel beta pikiran Kak. (57 RP01) (Saya stres Kak, sangat tertekan tetapi saya mencoba untuk tetap kuat demi anak-anak. Apabila dia memukuli saya, perasaan saya tidak enak. Sangat terpukul. Kenapa dia harus memukul saya saat saya sedang hamil, dia sadar atau tidak dengan perbuatannya. Saya selalu berpikir begitu, di rumah atau di hotel saya kepikiran.) Beta sonde bisa tidur memang apalagi di Hotel yang ampi-ampir siang dong su kas bangun. Itu yang malah bikin beta tambah stres lai. (58 RP01) (Saya tidak bisa tidur. Apalagi di Hotel, saya dibangunkan pagi-pagi buta. Hal itu yang malah membuat saya makin stres.) 90

38 Respon yang diberikan oleh ibu SL apabila mendapatkan kekerasan yaitu, ia hanya menangis karena ditinggal pergi oleh suaminya. Selain itu ibu SL juga akan berlaku kasar terhadap suami apabila emosinya sedang naik sebagai bentuk perlindungan diri terhadap perilaku kasar yang dilakukan oleh suami....beta langsung bilang, ko orang omong bae-bae ju lu marah ni. Trus dia langsung sambung beta, dia bamaki beta ni Kak. Karna beta su mulai emosi ni Kak beta langsung maki balek sang dia su ma. Langsung dia jalan dari sana, langsung papoko sang beta ni. Langsung dia bangun jalan. Beta langsung manangis su ma Kak. (12 RP01) (Saya langsung menjawab, saya bicara baikbaik tapi kamu marah. Terus dia langsung menyambung perkataan saya, dia juga memaki saya. Karena saya mulai emosi, saya langsung memaki dia. Setelah itu dia berjalan ke arah saya dan memukuli saya. Kemudian dia pergi. Saya pun langsung menangis.)...kalo dia puku beta bagitu, beta ju balas puku na... (18 RP03) (Kalau dia memukuli saya, saya juga membalas.) Berbagai solusi telah dilakukan oleh ibu SL diantaranya ibu SL pernah menegur suami untuk tidak berbuat kasar terhadapnya. Selain itu, ibu SL juga melaporkan masalah ini kepada orang tua atau keluarga agar mereka memberikan nasehat kepada suaminya namun nasehat yang diberikan oleh keluarga selalu 91

39 diabaikan oleh suaminya, bahkan suami mengancam untuk melakukan pembunuhan apabila ibu SL melaporkan masalah tersebut kepada keluarga atau orang lain. Solusi terakhir yang diambil yaitu ibu SL kembali ke rumah orang tuanya agar mendapat perlindungan dari keluarga dan bertahan hidup dengan bantuan orang tua dan keluarga. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut: Su ulang-ulang Kak, ma dia son sadar-sadar ju. Beta su kasih tau katong pung mama deng bapa ko togor dia ma sama sa, pulang sampe rumah dia malah pukul sam beta. Dia bilang lu talalu balapor mau mati. Dia bilang kalo lu lapor ulang lai artinya lu salamat su dar beta. (15 RP01) (Sudah berulang kali tapi dia tidak pernah sadar. Saya pernah memberitahukan masalah ini ke ayah dan ibu supaya dia ditegur tapi sama saja, sesampainya di rumah, dia malah memukul saya. Dia bilang, apabila saya melaporkan masalah ini lagi, dia tidak segansegan untuk membunuh saya. Itu artinya dia mau puku kas mati sang beta. (16 RP01) (Itu artinya dia akan membunuh saya) Beta su bilang to Kak, kalo dia sonde akan dengar memang, sampe beta su talalu jengkel ko ini beta pulang pi mama dong pung rumah. (26 RP01) (Saya kan sudah bilang kalau dia tidak akan mendengarkan teguran saya, sampai saya terlalu jengkel sehingga saya kembali ke rumah mama.) 92

40 4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak V Anak V merupakan anak kedua dari ibu SL. Anak V berjenis kelamin perempuan dan saat ini berusia 2 tahun. Menurut informasi yang diberikan oleh ibu SL ketika peneliti melakukan pengkajian, anak V dapat menggerakan kepala dengan mandiri, memalingkan wajah secara perlahan ke kiri atau ke kanan, serta dapat menundukkan kepala ketika berusia 1 bulan. Anak V duduk tanpa dukungan ketika berusia 5 bulan. Hal ini dibuktikan dengan anak mampu duduk tanpa dipegang ataupun tanpa bantal untuk bersandar. Ibu SL mengatakan bahwa ketika bermain, anak V lebih memilih untuk duduk sendiri sambil memainkan alat permainannya. Anak V dapat berjalan secara mandiri pada usia 11 bulan. Ia berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari orang tua ataupun berpegang pada kursi dan meja untuk berjalan. Pada usia 1 tahun 2 bulan, anak V mengeluarkan kata-kata pertama seperti memanggil ma-ma, pa-pa dan o-ma. Anak V dapat berbicara karena rangsangan yang diberikan oleh orang tuanya. Saat ini, anak V sudah dapat melakukan interaksi dengan teman sebayannya. Interaksi yang dilakukan oleh anak V seperti memanggil nama temannya, merespon ucapan dari teman sepermainannya 93

41 seperti mengambilkan alat permainan maupun meminta temannya untuk mengambilakan alat permainan. Secara umum, anak V mampu berkomunikasi dengan orang dewasa yang sudah akrab dengannya. Interaksi yang dilakukan seperti mengikuti perintah orang tua, menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun anak V menarik diri ketika berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Bentuk penarikan yang dilakukan seperti bersembunyi di belakang ibunya ketika peneliti hendak berkenalan dengannya. Anak V tidak merespon perkenalan yang peneliti lakukan seperti tidak menyalami peneliti ataupun menyebutkan namanya. Untuk mendekati anak V, peneliti harus datang ke rumah riset partisipan sebanyak 3 kali barulah anak V dapat berkomunikasi dengan peneliti walaupun awalnya anak V malu-malu. Menurut Ny. SL, anaknya tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya karena orang tua membatasi anak V dalam bergaul atau berkenalan dengan orang baru. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih 30 menit terhadap aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak V, didapati anak V dan temantemannya sedang bermain masak-masak. Anak V 94

42 merapikan peralatan masak yang suasananya mereka buat seperti dapur. Ia dan temannya yang bernama Y mengiris dedaunan dengan menggunakan pisau mainan. Setelah itu anak V menghidupkan kompor mainan tersebut dan memasak daun-daun yang telah mereka iris. Anak V dan temannya Y berbicara seolah-olah mereka berdua sedang memasak di dapur sungguhan. Anak V mengatakan Y, tolong ambil kasih beta garam dolo... anak V menyuruh temannya sambil mengaduk sayur yang ada di dalam wajan mainan. Setelah keduanya selesai masak, sayur yang mereka buat kemudian dihidangkan di piring mainanan. Anak V dan Y kemudian berjalan ke ruang tengah yang mereka anggap sebagai ruang tidur untuk menyuapi boneka. Anak V menyuapi boneka yang dia anggap sebagai adik perempuannya. Anak V berkata Lala makan banyak e... biar cepat besar. Y pun melakukan hal yang sama. Anak V bermain secara berkelompok dengan temantemannya. Biasanya Anak V melakukan kegiatan bermain bersama S, P, Y & E. Mereka melakukan aktivitas bermain dengan pengawasan dari orang tua untuk mencegah mereka agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan seperti berkelahi ataupun bermain di luar rumah. 95

43 5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak V Dalam menilai status gizi, peneliti menggunakan pengukuran antropometri yakni umur, berat badan, dan tinggi badan untuk menentukan status gizi anak. Hasil penimbangan ditemukan bahwa anak V memiliki berat badan 12,5 kg dan tinggi badan 58,5 cm. Peneliti kemudian menentukan status gizi menggunakan standar WHO Tabel. 4.5 Status Gizi Anak V Berdasarkan Standar WHO 2005 Indeks Z-Score Kategori Status Gizi BB/U - 2 SD s/d 2 SD Gizi baik TB/U - 2 SD s/d 2 SD Normal BB/TB - 2 SD s/d 2 SD Normal Tabel 4.5 menunjukkan kategori status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), anak V berada pada status baik dengan nilai Z-Score -2 SD s/d 2 SD. Sementara itu, nilai Z-Score untuk indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) menunjukkan bahwa anak V berada pada status tinggi badan normal sedangkan untuk indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) menunjukkan bahwa anak V berada pada status berat badan normal. Sementara itu, jumlah angka kecukupan gizi yang dikonsumsi oleh anak V yakni Kkal dan tingkat 96

44 kecukupan energi sebesar 104% sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 24 mg dan tingkat kecukupan protein adalah 104 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi dan protein anak V berada dalam rentang tingkat konsumsi baik. Status kesehatan anak V dilihat dari jenis keluhan sakit, upaya pencarian layanan kesehatan, imunisasi dan perilaku kebersihan. Untuk jenis keluhan sakit, ibu SL mengatakan bahwa anak V jarang menderita sakit. Terakhir kali anak V terkena sakit yaitu ketika ia berusia 1 tahun 6 bulan. Pada saat itu anak V menderita demam, batuk dan pilek. Frekuensi kejadian sakit yang ia alami yaitu 2 minggu sekali. Hal ini diakibatkan karena anak V terinfeksi dari keluarga yang menderita penyakit tersebut. Ibu SL mengatakan bahwa anak V mudah terinfeksi karena lahir prematur sehingga tubuhnya masih harus menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Tindakan yang pertama kali dilakukan apabila anak V sakit yaitu memanfaatkan layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi ibu bidan untuk mengambil obat sesuai dengan jenis penyakit yang diderita. 97

45 Ibu SL mengatakan bahwa anak V telah mendapatkan 5 imunisasi dasar yaitu Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat. Dalam hal menjaga kebersihan, ibu SL mengatakan bahwa anak V mandi dua kali sehari. Apabila suhu udara terlalu dingin, maka ibu SL hanya memandikan anak V pada pagi hari dan pada sore harinya anak V hanya dilap dengan menggunakan handuk basah. Selain itu ibu SL mengatakan bahwa anak V diharuskan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, ataupun mencuci tangan setelah bermain di luar rumah. 6. Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak V Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan sebelum melakukan pemeriksaan DDST II pada anak V, peneliti melihat bahwa terjadi interaksi yang dilakukan oleh anak V dan keluarganya. Interaksi yang dilakukan yaitu anak V bertanya pada ibunya menggunakan kalimat yang jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara Seperti Mama, nenek pergi kemana?. Ketika ibunya menjawab pertanyaan yang anak V berikan maka anak V tersenyum dan mengangguk dalam merespon jawaban atau pernyataan yang diberikan oleh ibunya. Apabila jawaban 98

46 atau pernyataan yang diberikan oleh ibunya kurang dimengerti maka anak V akan menanyakan kembali maksud dari perkataan ibunya tersebut. Pada saat peneliti hendak melakukan komunikasi, terjadi penolakan karena anak V memilki sifat yang pemalu. Hal ini dibuktikan ketika peneliti menanyakan nama dan hendak berjabatan tangan dengan anak V, dia hanya diam kemudian berlari dan bersembunyi di belakang ibunya. Ibu SL mengatakan bahwa anak V sulit untuk dekat dengan orang yang baru dia kenal hal ini diakibatkan karena setiap harinya anak V hanya bermain di dalam rumah ataupun di teras depan rumah. Selain itu, orang tua mengatakan bahwa anak V jarang dibawa keluar untuk sekedar jalan-jalan di lingkungan tempat mereka tinggal. Dalam melakukan pemeriksaan DDST II, peneliti harus mengunjungi tempat tinggal responden sekitar 3 kali untuk menyapa anak V. Setiap harinya peneliti datang ke rumah responden untuk sekedar menyapa namanya, menanyakan aktivitas yang dia lakukan, membawakan alat permainan ataupun mengikuti kegiatan bermain yang ia lakukan sampai anak V berbicara dengan peneliti. Hasil pemeriksaan DDST II menunjukkan bahwa anak V mengalami keterlambatan perkembangan karena 99

47 terdapat 2 item peringatan dan 2 item terlambat dari 36 item yang diperiksa. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Pemeriksaan DDST II Pada Anak V SEKTOR RESPON ANAK HASIL TES Personal sosial Anak belum bisa memakai T-Shirt Anak dapat menyebutkan nama teman Anak dapat mencuci dan mengeringkan tangan Anak dapat mengosok gigi dengan bantuan Anak belum bisa memakai baju Anak dapat menyuapi boneka Anak dapat Membuka pakaian dengan bantuan orang tua Anak dapat menggunakan sendok atau garpu Motorik halus Anak dapat menyusun menara dari kubus (2 kubus, 4 kubus, dan 6 kubus) Anak tidak Terdapat 5 item yang lulus dan 3 item yang gagal dari 8 item yang diperiksa pada sektor personal sosial. Hasil penilaian per item: 1. Lebih: 0 2. OK/normal: 1 3. Peringatan: 1 4. Terlambat: 1 5. NO/ tidak ada kesempatan: 0 (Selengkapanya dapat dilihat pada lampiran) Terdapat 1 item yang gagal dan 5 item yang lulus dari 6 item yang diperiksa. Hasil penilaian per item: 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil di Kab. TTS menunjukkan bahwa dari kelima orang riset partisipan yang diteliti, empat orang diantaranya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2010) mendefinisikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) merupakan fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health Organization, 2005), demikian pula di Indonesia. Komisi Nasional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika Lampiran 1. Panduan wawancara Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika Daftar pertanyaan 1. Siapa nama Ibu? 2. Berapa umur Ibu? 3. Sejak kapan dan tinggal disini?

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi 75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan BAB XVIII Kekerasan terhadap perempuan Kisah Laura dan Luis Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan Tanda-tanda yang harus diwaspadai Siklus kekerasan pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk: Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Dengan. bermakna (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif akan berfokus

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Dengan. bermakna (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif akan berfokus BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Jenis peneltian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian (30 juni 2010) 1. Data Umum a. Nama KK : Tn. S b. Usia : 51 tahun c. Pendidikan : SD d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 f.

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

Kesan : terdapat riwayat penyakit keluarga yang diturunkan

Kesan : terdapat riwayat penyakit keluarga yang diturunkan ANAMNESIS Nama lengkap FAKULTAS KEDOKTERAN Nama: An. R : 11 tahun : An. R Tempat dan tanggal lahir : 8 Juni 2002 Nama Ayah Pekerjaan Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ibu Alamat : Tn.D : Swasta : Ny. N : IRT : Jati

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN

BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN IR, POS, MAA, IM, NA, US, CP SURVEI PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN ID ANAK 0-36 BULAN 4 Responden adalah ibu kandung atau pengasuh dari semua anak umur 0-36 bulan yang tinggal

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw. ANAMNESIS I. Identitas 1. Nama : Ny. Bandi 2. Umur : 55 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.08, Jakarta Barat 5. Status Pernikahan : Sudah menikah 6.

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Apa itu imunisasi dan bagaimana kerja nya? 1. Apa tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

KUESIONER. Saptawati Bardosono

KUESIONER. Saptawati Bardosono KUESIONER Saptawati Bardosono Materi Pembelajaran Definisi Jenis pertanyaan dalam kuesioner: Tertutup Terbuka Introduktif Penyaring Matriks pertanyaan Syarat kuesioner Skoring dan bobot Pendahuluan Kuesioner

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PENELITIAN

BAB 3 HASIL PENELITIAN BAB 3 HASIL PENELITIAN A. KASUS I: AYS berumur 48 tahun, anak bungsu dari 4 bersaudara, putra ketiga. Berasal dari suku Sabu, namun lahir dan dibesarkan di daerah Sumba Timur dan beragama kristen. Tinggi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH A. Identifikasi Klien BAB III DESKRIPSI MASALAH 1. Identitas Klien Nama Tanggal lahir/umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Alamat Wali Alamat orang tua : MG : 09 Februari 1998/ 14 tahun : Laki-laki : Islam

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016

Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016 Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016 Sanggar Suara Perempuan Jln. Beringin No.1, Kesetnana SoE, TTS-NTT Telp/Fax : 0388-21889 Email : ssp.okomama@yahoo.co.id www.sanggarsuaraperempuan.com

Lebih terperinci

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu Rosa dan pak Adam (suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua

Lebih terperinci

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau.

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil. SEKS SELAMA KEHAMILAN Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36 Sahabat, kata yang sering kita dengar. Apakah kalian tahu arti dari sahabat? Semua pendapat orang tentang sahabat berbeda-beda. Menurutku sahabat adalah teman yang selalu ada saat kita sedang senang maupun

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Perilaku Ibu Primigravida dalam Mengatasi Mual Muntah pada Masa Kehamilan di Klinik Bersalin Citra II Medan

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Perilaku Ibu Primigravida dalam Mengatasi Mual Muntah pada Masa Kehamilan di Klinik Bersalin Citra II Medan Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Perilaku Ibu Primigravida dalam Mengatasi Mual Muntah pada Masa Kehamilan di Klinik Bersalin Citra II Medan Saya adalah mahasiswi S1 Ekstensi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan. Hai nak-anak Anak, Taatilah Orang Tuamu T di Dalam Tuhan, Karen arena Haruslah Demikian. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu ini Adalah Suatu Perintah yang Penting, Seperti yang Nyata dari Janji ini: Supaya Kamu

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1 Provinsi :. 1 2 Kabupaten/Kota :. 2 3 Kecamatan: :. 3 4 Desa/Kelurahan :. 4 5 Tipe Desa/Kelurahan : 1 = Perkotaan 2 = Perdesaan 5 6 mor Klaster :.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

Kalender Doa Januari 2016

Kalender Doa Januari 2016 Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY 1 Bagus, seorang anak laki-laki berusia 30 bulan. Ibunya merasa bahwa putranya berbeda dg anak lainnya, perkembangan bicara & bahasanya

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak 1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016 Saya Yudan Nur Mubarok, mahasiswa Jurusan Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar persetujuan

Lampiran 1. Lembar persetujuan Lampiran 1. Lembar persetujuan Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yulianty Katsia Diantry Bata NIM : 462011068 lamat : Monginsidi I no 7b Salatiga Jawa Tengah dalah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB. No Komponen Kegiatan Indikator

Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB. No Komponen Kegiatan Indikator LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB No Komponen Kegiatan Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 Menyiapkan peralatan yang digunakan saat

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum.

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum. USIA IDEAL PACARAN Kadang kita dengar anak seusia SMP aja sudah punya pacar..ya selain hanya ber cinta monyet mereka sering menggunakan fasilitas ortu. Pengendalian emosi usia remaja ini belum stabil juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Di Indonesia

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara? {mosimage}tiba-tiba Kasus Manohara kembali menghangat paska kepulangannya ke Indonesia beberapa waktu lalu. Berita, infotainment, masyarakat luas trerutama ibu-ibu rumah tangga banyak membahasnya. Namun

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan

Lebih terperinci

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan

Lebih terperinci

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan

Lebih terperinci