KENDALIKAN IMPOR DIVERSIFIKASIKAN EKSPOR, Heni Hasanah, SE, MSi. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. Agrimedia. Rubrik Utama
|
|
- Johan Adi Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rubrik Utama DIVERSIFIKASIKAN EKSPOR, KENDALIKAN IMPOR Oleh: Heni Hasanah, SE, MSi Pengajar dan Asisten Peneliti Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc Guru Besar Ilmu Ekonomi Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis, Institut Pertanian Bogor 14 Volume 18 No. 1 Juni 2013
2 Peran ekspor dalam perekonomian Indonesia cukup signifikan, namun menunjukkan kecenderungan menurun. Pada kuartal pertama tahun 2013, pangsa ekspor terhadap total PDB Indonesia sebesar 23,3% dengan total ekspor senilai Rp miliar. Nilai ekspor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya (Rp miliar), tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Rp miliar). Tetapi dari sisi share, terjadi penurunan pangsa ekspor terhadap PDB dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang bernilai 25,81%. Apalagi jika kita membandingkan peran ekspor tahun ini dengan tahun 2000, terjadi penurunan share yang cukup besar dengan nilai pangsa pada tahun 2000 sebesar 44,3%. Peran ekspor yang berkisar antara 20 40% tersebut sebenarnya tidak sebesar pangsa ekspor Malaysia (Gambar 1). Meskipun dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa pangsa ekspor Malaysia pun mengalami trend yang menurun. Belum lagi jika kita lihat dari sisi pangsa ekspor bersih. Rata-rata share ekspor bersih Malaysia terhadap total PDB dari tahun sebesar 18,5%, sementara di periode yang sama rata-rata share ekspor bersih Indonesia hanya 2,2% saja. Tetapi jika dilihat dari sisi pertumbuhannya, ekspor Indonesia memiliki growth yang lebih besar dibandingkan dengan Malaysia. Salah satu penjelasan terhadap perbedaan kinerja tersebut adalah bahwa Indonesia memiliki domestic market size yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Malaysia. Peran sisi konsumsi masih begitu besar, ratarata pangsa konsumsi rumah tangga terhadap PDB pada periode sebesar 68,2%, dengan ratarata tingkat pertumbuhan yang masih begitu pesat sebesar 14,7%. Sehingga, pertumbuhan yang terjadi pada pasar domestik saja sudah berjalan dengan begitu cepatnya. Hal itu tentu saja memiliki manfaat positif terutama jika terjadi guncangan-guncangan eksternal semisal krisis di negara-negara tujuan ekspor yang dapat menyebabkan ekspor kita tiba-tiba meluncur drastis. Jika pondasi permintaan pasar domestik kita masih kuat dan dapat dipertahankan, maka guncangan eksternal tersebut diharapkan tidak terlalu berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. Diversifikasikan Ekspor Produk Olahan Tentunya bukan berarti kita sudah harus puas dengan kinerja ekspor Indonesia. Ekspor harus tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi. Seperti diketahui, keunggulan komparatif mengacu pada kemampuan suatu pihak atau produsen untuk memproduksi suatu barang dan jasa tertentu dengan biaya marjinal dan opportunity cost yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Beberapa komoditas kita yang memiliki karakteristik seperti itu berada pada sektor pertanian dan pertambangan. Jika disimpulkan berarti komoditas yang memiliki keunggulan komparatif adalah komoditas yang berbasis sumber daya. Beberapa komoditas yang memiliki nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) yang besar pada tahun 2012 antara lain, lignite (batu bara muda), kelapa sawit, kelapa, bijih nikel, produk hewani, timah, kopra, karet alam, pala, kapulaga, dan biji alumunium. Arip, Yee, dan Feng (2013) menemukan bahwa khusus untuk komoditas kelapa sawit, negara Malaysia dan Indonesia masih berkonsentrasi pada industri hulu jika dilihat dari distribusi nilai index RCA. Sementara itu, keunggulan kompetitif didasarkan pada gagasan bahwa berlimpahnya sumberdaya alam dan tenaga kerja saja belum cukup untuk membuat perekonomian suatu negara menjadi lebih baik. Komoditas-komoditas yang memiliki keunggulan komparatif harus dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif didapatkan jika suatu negara mampu mempertemukan kompetensi utama yang dimiliki dengan kesempatan yang ada. Sudah tidak relevan lagi jika kita masih berbangga diri memiliki begitu banyak Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), jika tidak menghasilkan manfaat besar untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Keunggulan kompetitif tidak dapat dicapai dengan begitu mudah dalam jangka pendek, melainkan dalam jangka panjang. Upaya dan pencapaian menuju komoditas berkeunggulan kompetitif harus dijadikan imperatif. Volume 18 No. 1 Juni
3 Rubrik Utama Sumber : Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia, Gambar 1. Perbandingan Peranan Ekspor Terhadap Perekonomian Antara Indonesia dan Malaysia Jika dilihat dari penjelasan di atas, beberapa komoditas yang memiliki keunggulan komparatif terbatas pada jenis barang mentah atau setengah jadi. Dengan kondisi seperti ini, nilai tambah terbesar tidak dinikmati oleh Indonesia melainkan oleh negara-negara pengimpor bahan mentah dan setengah jadi tersebut. Kita perlu melakukan diversifikasi ekspor. Diversifikasi ekspor dapat berwujud diversifikasi ekspor secara horizontal (memperbanyak jenis sektor atau produk ekspor), vertikal (mendiversifikasi ekspor produk hilir), dan negara tujuan ekspor (memperbanyak negara tujuan ekspor). Diversifikasi ekspor yang dimaksud disini bukan dari sisi banyaknya atau beragamnya jenis komoditas ekspor barang mentah atau setengah jadi, tetapi yang perlu ditekankan adalah diversifikasi pada sisi komoditas olahan (diversifikasi vertikal). Misalkan, perlunya orientasi baru dari ekspor minyak sawit mentah menuju ekspor minyak goreng dan margarin, dari ekspor biji coklat menjadi olahan coklat, dari ekspor produk kayu 16 Volume 18 No. 1 Juni 2013 mentah menjadi produk kayu olahan, dan sebagainya. Intinya adalah, re-focusing pada pengembangan produk olahan dari bahan-bahan mentah atau setengah jadi yang pada awalnya langsung diorientasikan untuk ekspor. Hal ini dilakukan tiada lain untuk memberikan value added yang lebih besar bagi produsen Indonesia. Sementara itu, diversifikasi negara tujuan ekspor diperlukan ketika terjadi guncangan eksternal di dunia yang menyebabkan negara utama tujuan ekspor Indonesia. Jika negara tujuan ekspor terdiversifikasi dan tidak terpusat pada negara-negara tertentu saja, maka guncangan dari sisi permintaan tersebut diharapkan tidak terlalu memperburuk neraca perdagangan. Diversifikasi ekspor horizontal baik dari sisi jumlah produk, diversifikasi vertikal yang memperbanyak ekspor produk hilir maupun diversifikasi negara tujuan ekspor bukan strategi yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam keadaan darurat. Tetapi lebih kepada strategi perbaikan kinerja ekspor dalam jangka panjang. Tetapi jika ditunda-tunda atau bahkan tidak pernah dimulai, maka pengembangan ekspor juga akan tertunda atau bahkan tidak pernah mengalami perbaikan. Strategi tersebut memiliki banyak rintangan. Salah satunya menurut Bebczuk dan Berrettoni (2006) performa makroekonomi yang bagus di suatu negara justru lebih menstimulasi konsentrasi ekspor dibandingkan dengan diversifikasi. Biaya eskspor juga menjadi salah satu determinan penting dalam diversifikasi ekspor. Dennis dan Shepherd (2007) menemukan bahwa pengurangan biaya ekspor khususnya biaya transportasi internasional sebesar 1% berasosiasi dengan peningkatan export diversification gain sebesar 0,3 0,4%. Cabral dan Veiga
4 (2010) menemukan bahwa pemerintahan yang baik merupakan determinan penting bagi kesusksesan strategi diversifikasi ekspor di Subsahara Afrika. Dimana tingkat korupsi, transparansi dan akuntabilitas dapat membatasi atau mempromosikan ruang lingkup dari diversifikasi itu sendiri. Impor Tetap Diperlukan namun Secara Terkendali Jika pertanyaan apakah impor tetap harus dilakukan atau tidak, jawabannya tergantung pada kebutuhan. Jika kita perlu tetapi kita tidak dapat memenuhi sendiri secara efisien dari produksi domestik, maka impor tetap harus dilakukan. Tetapi spektrum komoditas yang diimpor harus dibatasi atau dapat dikendalikan dengan baik. Impor bahan kebutuhan pokok yang memang bersifat strategis mungkin tetap harus dilakukan hanya dengan catatan bahwa supply domestik benar-benar sudah diekspektasi tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Artinya perkiraan kekurangan supply harus diperhitungkan dengan akurat. Yang tidak kalah pentingnya adalah timing pelaksanaan impor harus diperhitungkan juga secara tepat. Selain itu, untuk bahan baku dan barang modal yang tidak dapat diproduksi sendiri dengan baik di dalam negeri, maka perlu diimpor. Terlebih lagi bila produk yang akan dihasilkan sebagian atau seluruhnya akan dijual ke luar negeri, maka nilai produksi produk tersebut akhirnya dapat menutupi devisa yang keluar Sehingga diharapkan dengan adanya barang modal tersebut, dapat terjadi peningkatan produksi yang akhirnya dapat menutupi devisa yang keluar untuk pembelian bahan baku dan/atau barang modal tersebut. Apakah Distorsi Perdagangan Benar-benar Harus Dihilangkan? Kecermatan dalam menggunakan instrumen perdagangan perlu diperhatikan. Distorsi perdagangan tidak selalu harus dihilangkan. Penggunaan hambatanhambatan yang dimaksud harus disesuaikan dan ditujukan untuk memberikan manfaat besar bagi negara kita. Hambatan impor harus dikurangi atau dihilangkan jika terkait dengan barang-barang modal. Hambatan impor akan meningkatkan harga barang modal yang akhirnya menjadi hambatan baru bagi para pengusaha dalam negeri yang membutuhkannya. Menghilangkan hambatan impor, contohnya tarif, untuk barang modal berdampak pada lebih rendahnya harga barang modal tersebut sehingga terjangkau oleh pengusaha dalam negeri. Sumber: Volume 18 No. 1 Juni
5 Rubrik Utama Untuk barang-barang konsumsi, instrumen perdagangan tetap harus dilakukan dengan jeli. Misalkan, jika menggunakan instrumen kuota impor maka perketatlah atau kurangi kuotanya jika memang barang-barang konsumsi tersebut tidak terlalu diperlukan. Dalam arti sebagian besar masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, dan jika supply tidak memadai, tidak akan terlalu mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Sebaliknya, jika barang-barang konsumsi tersebut memang diperlukan, maka kuotanya dapat diperlebar atau diberi kelonggaran. Sekali lagi dengan catatan perlu perhitungan yang tepat dan akurat seberapa besar jumlah impor yang dibutuhkan dan kapan impor tersebut dilakukan. Penutup Distorsi perdagangan tidak selamanya harus dihilangkan secara merata untuk semua komoditas. Distorsi perdagangan dalam rangka melindungi produsen dalam negeri yang mana produk yang dihasilkannya sedang dikembangkan atau prospektif untuk dikembangkan sehingga menjadi lebih berdaya saing tentunya tetap kita perlukan. Tetapi ada kalanya distorsi tersebut memang harus dihilangkan untuk beberapa kasus tertentu, yang pada intinya kembali pada filosofi untuk memberikan manfaat terbesar bagi bangsa Indonesia. Jadi, kata kuncinya otoritas berkewajiban untuk menggunakan instrumen perdagangan yang tepat secara cerdas pada waktu yang tepat dengan melalui proses perhitungan dan analisis yang valid dan akurat. Referensi Arip MA, Yee, LS, Feng TS Export Diversification of Palm Oil Related Industry in Malaysia and Indonesia. Proceedings of 3rd Global Accounting, Finance and Economics Conference, 5-7 May, Rydges Melbourne, Australia. [BI] Bank Indonesia Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. id/statistik/statistik+ekonomi+dan+keuanga n+indonesia/versi+html/sektor+riil/ [6 Juni 2013]. Bank Negara Malaysia Monthly Statistical Bulletin. index. php?ch=en_publication_catalogue&pg=en_ publication_msb&mth=4&yr=2013&lang=en [7 Juni 2013]. Bebczuk RN, Berrettoni ND Explaining Export Diversification: An Empirical Analysis. Documento de Trabajo Nro. 65. Cabral MHC, Veiga P Determinants of Export Diversification and Sophistication in Sub- Saharan Africa. Paper yang diprsentasikan pada NBER Africa Project pre-conference. February, Cambridge, Massachusetts. Cuddington JT, Ludema R, Jayasuriya SA Prebisch- Singer Redux. Economics Working Paper, No A. US International Trade Commission. Dennis A, Shepperd B Trade Costs, Barriers to Entry, and Export Diversification in Developing Countries. Policy Research Working Paper No The World Bank. Songwe V, Wingkler D Export and Export Diversification in Sub-Saharan Africa: A Strategy for Post-Crisis Growth. Working Paper No. 3, Africa Growth Initiative. Sumber: surabaya.panduanwisata.com 18 Volume 18 No. 1 Juni 2013
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciBAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE
BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan
Lebih terperinciDAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh :
DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh : Cornelius Tjahjaprijadi 1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciVII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan
VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1. Pangsa Pasar Karet Alam Dalam rangka mengetahui struktur pasar karet alam yang terbentuk dalam perdagangan karet alam di pasar internasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN DAN SARAN
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciJl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,
ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik
Lebih terperinciEkspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia
Lebih terperinciKOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA
JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
74 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ABSTRAK Komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa negara. Tanaman kakao sangat cocok dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb
13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H
ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA
Lebih terperinciRINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT
ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.1.1. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit... 3 1.1.2. Era Perdagangan Bebas... 7 1.1.3.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010
KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian, mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi. nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan kegiatan usaha yang berbasis pada sektor pertanian, mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut
Lebih terperinciSILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2
SILABUS Matakuliah : Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas konsep, teori, kebijakan dan kajian empiris perdagangan pertanian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciIX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan
IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
Lebih terperinciDAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak
1 DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nuhfil Hanani dan Fahriyah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia dan menganalisis daya karet
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciJAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK
Sumber: Studi Kelayakan (FS) Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP) JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK (JAIP) telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten terkait pengembangan Kawasan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai posisi dan peranan yang strategis dalam
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai posisi dan peranan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, karena didukung oleh ketersediaan potensi sumberdaya alam yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
104 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kehidupan modern tidak terlepas dari berbagai macam makanan olahan salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang telah mengalami
Lebih terperinciKULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN
KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu
Lebih terperinciPERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI
PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016
Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia nya. Keberhasilan perusahaan diukur oleh kemampuan perusahaan mencapai sasaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyeti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis daya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciKELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak
KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Almasdi Syahza 1 dan Rina Selva Johan 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id: syahza@telkom.net
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011
RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Industri Tekstil dan Produk Tekstil sudah ada sejak lama di Indonesia. Industri ini bemula dari industri rumahan di tahun 1929 yang kemudian terus mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN LITERATUR
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Karakteristik Ekspor Negara-Negara ASEAN 2.1.1 Karakteristik Ekspor Indonesia Sebelum tahun 1987, ekspor Indonesia selalu didominasi oleh ekspor migas sebelum akhirnya beralih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan
Lebih terperinciINDUSTRI BERBASIS PERTANIAN: PELUANG DAN TANTANGAN
INDUSTRI BERBASIS PERTANIAN: PELUANG DAN TANTANGAN 1 E N D A H M U R N I N I N G T YA S D e p u t i B i d a n g S u m b e r D a y a A l a m dan L i n g k u n g a n Hidup K e m e n t e r i a n P e r e n
Lebih terperinci