Alarm Pintu, Harap Pintu Tutup Kembali, Jangan Buka Pintu Lama-lama versi 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Alarm Pintu, Harap Pintu Tutup Kembali, Jangan Buka Pintu Lama-lama versi 2"

Transkripsi

1 Alarm Pintu, Harap Pintu Tutup Kembali, Jangan Buka Pintu Lama-lama versi 2 Kalo sobat pernah jalan-jalan ke sebuah kantor dan lihat di pintu ada tulisan: HARAP PINTU TUTUP KEMBALI atau MOHON PINTU TUTUP KEMBALI atau sejenisnya, itu maksudnya supaya siapa saja yang membuka dan lewat pintu tersebut harus segera menutup kembali dan jangan dibuka terus kalau tidak dipakai. Berarti kita harus tahu bahwa jangan membuka pintu tersebut terlalu lama. Tapi sayangnya, masih ada lho yang tambeng atau cuek, alhasil, ada yang membiarkan pintu terbuka padahal enggak ada yang mau lewat. Nah kebetulan aku pernah dapat pesanan untuk membuat semacam alarm yang akan dipasang dipintu. Prinsip kerjanya sederhana, yaitu alarm akan aktif kalau ada yang nekat buka pintu terlalu lama sampai batas yang ditentukan. Pelanggan aku tuh minta supaya lamanya waktu pintu boleh dibuka bisa disetel antara 1 menit sampai 15 menit. Ya udah, job nih, aku buatlah rangkaian untuk alat yang dimaksud. Alarm pintu yang dipaparkan disini adalah versi kedua yang aku buat. Sebelumnya sudah lama sekali aku juga pernah buat versi pertamanya. Perbedaan dengan versi pertama dulu, maka pada versi kedua ini aku buat dengan mikrokontroler AT89C2051 dari Atmel. Masukan sensornya masih menggunakan magnetic contact atau MC dan keluarannya memakai buzzer. Prinsip kerjanya sederhana, mikrokontroler mendeteksi kondisi sensor. Jika pintu tertutup maka hal tersebut adalah normal. Sewaktu ada yang membuka pintu dan sensor MC terdeteksi membuka, aplikasi yang dijalankan oleh mikrokontroler langsung mulai menghitung lama waktu pintu terbuka. Kalau sampai batas waktu yang disetel ternyata pintu masih saja dalam keadaan terbuka maka mikrokontroler langsung mengaktifkan buzzer untuk menghasilkan suara berisik. Selama pintu terus dibuka, maka buzzer akan terus bunyi sampai ada yang keberisikan dan menutup pintu baru buzzernya berhenti bernyanyi. Nah, kesimpulannya, saat pintu ditutup mikrokontroler akan menunggu dan mengawasi sampai pintu terbuka lalu menjalankan aplikasi pewaktu. Jika sebelum batas waktu atau sudah lewat sekalipun kemudian pintu ditutup, maka mikrokontroler segera me-reset aplikasi pewaktu. Pokoknya setiap baru buka pintu pewaktu start lagi dari nol sampai batas yang ditetapkan. Begitu seterusnya... Setelah aku ceritakan cara kerja seperti di atas, pelangganku tersebut tertarik dan pesan sampai beberapa puluh. Wah lumayan nih job tambahan di luar jam kerja. Apalagi Bos aku saat itu mendukung banget asal enggak ganggu jam kerja, apalagi pelanggan itu termasuk pelanggan kantor juga makanya harus serius dilaksanakan. Sekarang aku mau jelasin rangkaian alarm pintu yang aku buat... AT89C2051 memiliki gerbang atau port sebanyak 15 bit yang bisa difungsikan sebagai masukan atau keluaran. Gerbang itu terdiri dari Port 1 sebanyak 8 bit dan Port 3 sebanyak 7 bit. Selanjutnya tinggal kita konfigurasikan saja gerbang masa saja yang akan dipakai. Pertama, kita butuh sebuah gerbang yang berfungsi sebagai masukan sensor dan menggunakan port 3 bit 2 atau biar gampang ditulis P3.2. Kedua, kita juga butuh sebuah gerbang yang berfungsi sebagai keluaran untuk penggerak buzzer menggunakan P : 1 7

2 Ketiga, kita juga butuh beberapa pin masukan untuk menyetel lamanya waktu tundaan dan untuk itu menggunakan semua bit dari gerbang P1. Biar tampilan alat yang dibuat agak keren sedikit maka aku tambahkan 2 gerbang yang berfungsi sebagai indikator dan untuk indikator LED merah adalah P3.4 dan LED hijau adalah P3.5. LED hijau berfungsi sebagai indikator bahwa pintu dalam keadaan normal atau sensor tertutup. LED merah berfungsi sebagai indikator bahwa pintu terbuka, saat pewaktu aktif LED merah akan berkedip dalam periode per-detik dan akan melotot bila buzzer hidup. Akhirnya rangkaian lengkap dari alarm pintu jadi seperti gambar di bawah ini: C n SENSOR IN GND R101 C103 30p C104 30p R102 C n C102 10u XT M U101 AT89C2051 VCC RST/VPP XTAL1 XTAL2 GND P3.2/INTO P3.4/T0 P3.5/T1 P3.3/INT1 P1.0/AIN0 P1.1/AIN1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P R106 R104 1k R105 1k R R106 LP101 MERAH LP102 HIJAU S101 SET WAKTU Q101 C9012 BUZZER OUT GND Saklar geser (dip switch) S 101 digunakan untuk menyetel waktu yang diinginkan. Nomor 1 dari S 101 dimulai dari atas atau dari P1.0 terus ke bawah sampai P1.7. Perlu diingat karena P1.0 dan P1.1 adalah juga sebuah masukan op-amp dalam AT89C2051 dan tidak diberi resistor pull-up di dalamnya secara internal maka kita perlu menambahkan pemasangan resistor R 106 dan R 107 dengan nilai masing-masing Ω. Gerbang P1.7 digunakan untuk menentukan setingan waktu dalam hitungan menit atau detik. Jika S 101 nomor 8 di-on-kan sehingga masukan P1.7 dibumikan atau berlogika 0 maka setingan waktu akan berjalan dalam hitungan detik. Sebaliknya jika S 101 nomor 8 di-off-kan sehingga masukan P1.7 mengambang atau berlogika 1 maka setingan waktu berjalan dalam satuan menit. Selanjutnya masukan gerbang lainnya difungsikan sebagai jumlah waktu yang ditetapkan dalam bentuk bilangan biner. Jika semua saklar geser dari nomor 1 sampai 7 di-on-kan maka masukan P1.6 sampai P1.7 bernilai 00H (biner B). Sebaliknya jika semua saklar OFF maka masukan gerbang bernilai 7FH atau B setara dengan desimal 128. Bisa saja kita batasi hanya sampai 60, tapi karena hal itu tidak kritis maka biarkan saja masukan diterima apa adanya yaitu dari 0 sampai 128 detik atau menit. Jika ingin menetapkan lama waktu 1 menit dapat dilakukan dengan 2 setingan. Set P1.7 ke logika 1 atau OFF untuk hitungan menit dan set P1.0 ke logika 1 hingga bernilai 01H ( B) cara lainnya adalah set P1.7 ke 0 untuk hitungan detik dan atur P1.6 P1.0 hingga bernilai 3CH atau B atau 60 detik. Untuk setingan waktu lainnya dapat dilakukan dengan mengkonversikan nilai desimal ke biner. Aku sih waktu itu sudah buatkan tabel untuk setingannya dari satuan desimal dan posisi saklar dalam biner. 003 : 2 7

3 Rangkaian di atas adalah perangkat keras atau hardware. Sebelum dilakukan pemrograman pada mikrokontrolernya AT89C2051 maka alat tidak akan berfungsi sama sekali. Maka kita perlu melakukan pemrograman terlebih dahulu. Untuk membuat program aplikasi atau istilah kerennya firmware yang dioperasikan dan diprogramkan ke AT89C2051, aku menggunakan bahasa mesin atau bahasa asembli yang berbasis MCS-51. Untuk menulisnya gampang cuma menggunakan aplikasi Notepad. Yuk sekarang kita lihat program yang akan diisikan ke AT89C2051 kita... $mod51 Sensor_Input bit p3.2 Buzzer_Output bit p3.3 LED_Hijau bit p3.4 LED_Merah bit p3.5 Pada baris pertama dari program kita harus menulis $mod51 karena kita menggunakan mikrokontroler AT89C2051 yang berbasis MCS51. Selanjutnya kita perlu menetapkan parameter dari gerbang yang akan digunakan untuk mempermudah kita dalam menganalisa perintah-perintah asembli yang akan ditulis. Di sini ditulis menurut keinginan sesuai dengan fungsi gerbang yang digunakan di mana sudah ditetapkan P3.2 untuk masukan sensor, P3.3 untuk keluaran buzzer serta P3.4 dan P3.5 untuk indikator LED. org 0h ajmp Inisialiasasi Program selanjutnya adalah awal dari perintah yang dijalankan oleh mikrokontroler. Penulisan org 0h merupakan alamat awal dari program yang berisi ajmp inisialisasi. Jadi di sini alamat awal program kita pada 0000H berisi perintah untuk melompat ke alamat inisialisasi. Namun sebelum membahas isi perintah pada alamat Inisialisasi kita bahas dulu subrutin pada alamat 000BH sebagai berikut: org 0bh djnz r7, Pewaktu_Selesai mov r7, #2048 djnz r6, Pewaktu_Indikator mov r6, #2 jnb Sensor_Input, Indikator_Hijau clr LED_Merah djnz r5, Pewaktu_Selesai djnz r4, Pewaktu_Menit reti Baris pertama adalah perintah untuk mencacah turun register pada alamat 07H atau R7 dengan DJNZ R7 (decrement and jump if not zero). Jika register R7 dicacah turun dan belum mencapai nol maka perintah akan melompat ke alamat Pewaktu_Selesai tetapi jika habis atau bernilai 0 akan melanjutkan baris berikutnya mov r7, 2048 yaitu mengisi ulang register R7 dengan nilai 2048 karena register ini tidak auto reload seperti hal register TL0. Selanjutnya kembali perintah untuk mencacah turun register pada alamat 06H atau R6. Jika register R6 belum nol maka perintah akan melompat ke alamat Pewaktu_Indikator. Tetapi jika sudah habis maka selanjutnya menjalankan perintah mengisi ulang register R6 dengan 2 kemudian memeriksa status bit Sensor_Input atau gerbang P3.2 jika gerbang ini berlogika 0 di mana berarti nasukan normal karena pintu tertutup maka akan melompat ke alamat Indikator_Hijau. Jika pintu terbuka maka gerbang P3.2 akan bernilai 003 : 3 7

4 1 dan aplikasi akan menjalan perintah CLR LED_Merah untuk menyalakan indikator LED warna merah. Dari perintah-perintah di atas jika gerbang P3.2 atau masukan sensor normal maka akan memberikan indikasi dengan kedipan pada LED hijau. Perintah-perintah selanjutnya adalah mencacah turun register R5, jika register ini belum nol maka akan melompat ke alamat Pewaktu_Selesai, sebaliknya melanjutkan dengan mencacah turun register R4. Jika register R4 ini belum kosong maka akan melompat ke Pewaktu_Menit atau sebaliknya jika kosong akan mengakhiri sub rutin dengan perintah RETI (return from interrupt). Pewaktu_Indikator: setb LED_Hijau setb LED_Merah reti Baris alamat Pewaktu_Indikator adalah alamat tujuan dari perintah pencacah turun DJNZ register R6 yang berisi perintah-perintah untuk mematikan semua indikator baik merah maupun hijau dengan perintah SETB dan diakhiri dengan keluar dari sub rutin interupsi RETI. Pewaktu_Menit: mov r5, #60 reti Baris alamat Pewaktu_Menit adalah alamat tujuan dari perintah pencacah turun DJNZ register R4 yang berisi perintah untuk mengisi ulang register R5 dengan nilai 60 sebelum akhir keluar dari sub rutin. Indikator_Hijau: clr LED_Hijau Pewaktu_Selesai: Reti Baris alamat Indikator_Hijau adalah alamat tujuan dari perintah JNB untuk memeriksa status masukan gerbang P3.2 yang terdeteksi normal atau berlogika 0. Isi perintahnya adalah menyalakan indikator LED hijau dengan perintah CLR LED_Hijau atau CLR P3.2. Perintah ini berurutan dengan baris alamat Pewaktu_Selesai yang berisi perintah keluar dari sub rutin interupsi dengan RETI. Kita kembali ke baris selanjutnya yang ditandai dengan nama Inisialisasi. Inisialiasasi: mov tmod, #02h mov th0, # mov tl0, # mov r7, #2048 mov r6, #2 mov ie, #82h mov tcon, #10h Pada inisialisasi, kita menetapkan parameter register TMOD (timer/counter mode control register) dengan isian 02H. AT89C2051 memiliki 2 buah timer yaitu Timer/Counter 1 dan Timer/Counter 0. Pada aplikasi yang kita buat akan menggunakan salah satunya yaitu Timer/Counter 0, maka pada nible LSB TMOD kita isi 02H atau dalam biner Merujuk pada fungsi register TMOD maka sesuai penulisan isi register di atas dimulai dari bit TMOD.3, atau GATE ditetapkan 0 di mana kita ingin Timer 0 diaktifkan melalui kendali perangkat lunak (software control). Bit selanjutnya adalah TMOD.2 atau C/T Selector ditetapkan dengan logika 0 di mana kita akan memilih Timer 0. Dan gabungan 2 bit 003 : 4 7

5 terakhir adalah TMOD.1 dan TMOD.0 atau MODE (M1 dan M0) yang berisi biner 10 atau 2H di mana di sini mode yang digunakan adalah MODE 2 yaitu 8 bit auto-load. Mode 2 dengan 8 bit auto-load berkaitan dengan register timer TH0 dan TL0. TL0 adalah timer yang mencacah secara naik. Ketika isi register TL0 dicacah naik mencapai FF maka ketika reset akan langsung diisi oleh nilai sesuai dengan isi pada register TH0. Pada langkah inisialisasi baik register TH0 (timer high 0 register) maupun TL0 (timer low 0 register) kita isi dengan 1EH di mana nilai ini jika didesimalkan adalah 30. Karena nilai maksimum dari register 8 bit adalah FFH atau 255 maka untuk mendapatkan angka 30 adalah pengurangan dari Sengaja ditulis seperti ini untuk memudahkan kita dalam melakukan perhitungan karena aplikasi kompiler MCS51 yang digunakan mampu menerjemahkan perhitungan sesuai seperti yang ditulis di atas. Kenapa kita menetapkan angka 30 untuk register timer? Begini perhitungannya... Seperti kita ketahui, alat kita menggunakan kristal filter yang menghasilkan frekuensi hertz. Secara internal AT89C2051 akan membagi frekuensi ini dengan cacahan 12 sehingga didapat cacahan yang berjalan secara internal adalah Agar nantinya bisa dibagi utuh dalam detik maka kita perlu membagi dengan nilai 225 sehingga diperoleh sisa hasil akhir cacahan timer dari register TL0 adalah sebesar Dengan nilai ini tentu lebih mudah untuk membaginya. Register 7 (R7) berisi separuh saja dari nilai tersebut yaitu yang bertujuan untuk memberikan kedipan indikator dengan perioda 0,5 detik atau 2 hertz. Register 6 (R6) berisi 2. Jadi sekarang kita sudah mendapatkan hasil akhir dari total cacahan dengan durasi 1 detik. Selanjutnya kita akan mengisi register IE (interrupt enable register) dengan nilai 82H atau Penjelasan dimulai dari register IE.7 atau bit EA (enable all) berisi 1 yang akan mengaktifkan seluruh bit interupsi. Bit IE.6 dan IE.5 diabaikan dan masingmasing diisi dengan logika 0. Bit IE.4 atau ES juga diisi 0 karena bit ini untuk mengaktifkan gerbang serial. Bit IE.3 atau ET1 dan IE.2 atau EX1 kita non aktifkan karena berkaitan dengan timer 1 dan masukan eksternal INT1 atau gerbang P3.3. Bit IE.1 atau ET0 (enable timer 0) ditetapkan dengan logika 1 untuk mengaktifkan interupsi overflow dari timer 0. Dan terakhir adalah bit IE.0 atau EX0 diset 0 untuk mengabaikan masukan interupsi INT0 pada gerbang P3.2. Pengaturan register IE ini berkaitan dengan rutin pelayanan interupsi (interrupt service routine) di mana penetapan bit ET0 akan memeriksa status bit bendera dari timer flag 0 atau TF0. Jika terdeteksi bit TF0 menjadi 1 atau terdeteksi overflow maka program akan menjalankan rutin yang ada pada vektor alamat 000BH. Baris berikutnya adalah mengisi register TCON (timer/counter control register) dengan 10H atau Kita hanya perlu mengeset bit TCON.4 atau TR0 menjadi 1 saja yang lain diabaikan atau dibiarkan 0. Bit TR0 adalah timer 0 run control bit yang berfungsi mengaktifkan atau mematikan kerja register pencacah timer 0. Kita bisa saja mengganti baris ini dengan perintah setb tr0 tapi sekedar untuk memastikan bit yang lain berisi 0 maka ditulis mov tcon, #10H. Nah, dari perintah-perintah yang ada pada inisialisasi sudah jelas timer 0 atau register TL0 akan mencacah naik karena diaktifkan oleh bit TR0. Jika dijumpai register TL0 menjadi overflow maka program yang sedang berjalan akan menyebabkan perintah akan melompat ke vektor alamat 000BH. Setelah inisialisasi, program akan menjalankan perintah memulai aplikasi. App_Mulai: jnb Sensor_Input, $ mov a, p1 anl a, #80h 003 : 5 7

6 jz Setup_Detik mov r5, #60 mov a, p1 anl a, # b mov r4, a ajmp Hitung_Mundur Perintah pertama adalah memeriksa masukan sensor, jika masukan bernilai 0 atau rendah maka perintah akan melompat untuk mengulangi perintah yang sama dengan menuliskan $. Perintah ini akan terus berulang sampai mendeteksi masukan menjadi tinggi dan melanjutkan perintah pada bars berikutnya. Perintah berikutnya adalah mengisi register akumulator (ACC) dengan nilai dari gerbang P1. Kemudian dilakukan perintah ANL untuk membandingkan isi register akumulator dengan nilai 80H atau secara logika AND. Karena logika AND memiliki persamaan Y=A.B maka dari nilai tersebut hanya bit ACC.7 saja yang akan diperiksa sementara lainnya dinolkan. Karena bit ACC.7 adalah gerbang P1.7 yaitu untuk menentukan satuan waktu menit atau detik. Jika register ACC berisi 00H berarti P1.7 rendah, dengan perintah JZ akan menyebabkan program melompat ke baris alamat Setup_Detik. Tetapi jika register ACC berisi 80H atau P1.7 tinggi, program menjalan perintah selanjutnya yaitu mengisi register R5 dengan nilai 60 atau sepadan dengan 1 menit atau 60 detik. Di sini register R5 berfungsi sebagai pencacah detik. Program selanjutnya kembali menyalin isi register P1 ke akumulator dan kembali dilakukan pemeriksaan dengan logika AND tetapi dengan 7FH atau Perintah ini akan mengabaikan bit ACC.7 dan memaksanya menjadi rendah. Bit sisanya dari ACC.6 sampai ACC.0 setelah perintah logika AND maka hasilnya di simpan di register R4. Di sini register R4 berfungsi sebagai pencacah menit. Program diakhiri dengan menjalankan perintah AJMP untuk menuju alamat Hitung_Mundur. Pewaktu dari alat kita ditetapkan dengan satuan menit. Ini ditetapkan dengan mengisikan register R4 dengan nilai yang terdapat dari gerbang P1. Setup_Detik: mov a, p1 anl a, # b mov r5, a mov r4, #1 Jika P1.7 adalah rendah maka perintah pada alamat Setup_Detik akan dijalankan. Di sini perintah pertama menyalin akumulator dengan isi gerbang P1. Selanjutnya isi akumulator di-and-kan dengan 8FH untuk mengambil nilai waktu dalam detik yang kemudian disimpan ke register R5 yang berfungsi sebagai pencacah detik. Sementara untuk register R4 tetap diisi dengan nilai 01H setara dengan nilai 1 desimal. Hitung_Mundur: jnb Sensor_Input, App_Mulai mov a, r4 jnz Hitung_Mundur clr Buzzer_Output Perintah pada alamat awal Hitung_Mundur pertama adalah memeriksa status masukan sensor. Jika kembali normal maka perintah akan melompat kembali ke App_Mulai. Jika sensor terbuka dan berlogika tinggi maka perintah selanjutnya adalah menyalin nilai register R4 ke akumulator. Kemudian nilai akumulator tersebut diperiksa dengan perintah JNZ (jump if not zero). Selama nilai register R4 belum kosong maka perintah akan kembali mengulang ke alamat Hitung_Mundur. Jika register R4 kosong perintah selanjutnya adalah mengaktifkan alarm dengan perintah CLR. 003 : 6 7

7 Alarm_Aktif: clr LED_Merah jb Sensor_Input, Alarm_Aktif setb Buzzer_Output setb LED_Merah ajmp App_Mulai end Baris alamat awal Alarm_Aktif berisi perintah pertama menyalakan indikator LED merah. Kemudian selanjutnya kembali memeriksa masukan sensor, jika masih tinggi akan mengulang ke alamat awal Alarm_Aktif. Perintah akan terus berulang sampai sensor kembali normal berarti buzzer akan terus hidup dan indikator akan dipaksa melotot merah. Jika masukan sensor kembali rendah maka perintah selanjutnya adalah mematikan buzzer dan indikator merah, masing-masing dengan perintah SETB. Kemudian program ini diakhiri dengan perintah AJMP untuk melompat kembali ke alamat App_Mulai. Sesuai prosedur maka penulisan program diakhiri dengan END. Nah, sebagai catatan... Setelah program di atas ditulis dan disimpan dalam file dengan ekstensi.asm maka segera dapat kita kompilasi untuk mendapatkan file yang berekstensi.hex untuk diisikan ke mikrokontroler. Untuk mengisinya dapat menggunakan Atmel Programmer. Jika sobat menggunakan Atmel ISP Programmer maka gantilah mikrokontroler AT89C2051 dengan jenis AT89S2051 yang mendukung ISP. Udah ya, makasih udah baca postingan aku. Semoga bisa bermanfaat, sukur-sukur bisa diterapkan oleh sobat semua. Salam : 7 7

TIMER DAN COUNTER MIKROKONTROLER ATMEL

TIMER DAN COUNTER MIKROKONTROLER ATMEL Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 TIMER DAN COUNTER MIKROKONTROLER ATMEL I. TIMER DAN COUNTER Timer atau counter pada dasarnya adalah sebuah pencacah. Pencacah itu bisa dipakai sebagai pewaktu

Lebih terperinci

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 I. FISIK AT89C51 Mikrokontroler AT89C51 umumnya mempunyai kemasan 40 pin seperti gambar berikut. AT89C51 telah dilengkapi

Lebih terperinci

MODE OPERASI TIMER/COUNTER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

MODE OPERASI TIMER/COUNTER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY MODE OPERASI TIMER/COUNTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. Mode 0 : Timer/Counter 13 bit. Gambar berikut menunjukkan konfigurasi operasi timer/counter mode 0. Salah

Lebih terperinci

MAKALAH. Timer atau Counter 0 dan 1. Oleh : Rizky Dwi N ( ) Satrio Teguh Yulianto ( ) D3 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH. Timer atau Counter 0 dan 1. Oleh : Rizky Dwi N ( ) Satrio Teguh Yulianto ( ) D3 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO MAKALAH Timer atau Counter 0 dan 1 Oleh : Rizky Dwi N (1431110061 ) Satrio Teguh Yulianto (1431110023) D3 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG TAHUN 2015/2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Percobaan 5. TIMER/COUNTER Menggunakan DT-51 MinSys

Percobaan 5. TIMER/COUNTER Menggunakan DT-51 MinSys Percobaan 5 TIMER/COUNTER Menggunakan DT-51 MinSys Menggunakan Timer/Counter pada DT-51 Mininum System sebagai timer ataupun sebagai counter. Memanfaatkan Special Fungtion Register (SFR) untuk mengatur

Lebih terperinci

PENGHITUNG WAKTU DENGAN TAMPILAN LCD M1632 OLEH DST-51

PENGHITUNG WAKTU DENGAN TAMPILAN LCD M1632 OLEH DST-51 PENGHITUNG WAKTU DENGAN TAMPILAN LCD M1632 OLEH DST-51 Penghitung waktu yang dimulai dengan menekan tombol start dan stop atau lebih dikenal dengan stop watch sudah banyak terdapat pada arloji-arloji digital

Lebih terperinci

Memprogram Interupsi AT89S51

Memprogram Interupsi AT89S51 BAGIAN 1 AT89S51 Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa trampil memprogram interupsi Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Mahasiswa memahami dasar-dasar interupsi Mikrokontroler AT89S51 2. Mahasiswa memahami

Lebih terperinci

SISTEM INTERUPSI MIKROKONTROLER ATMEL

SISTEM INTERUPSI MIKROKONTROLER ATMEL Lab Elektronika Industri Mikrokontroler 1 I. INTERUPSI SISTEM INTERUPSI MIKROKONTROLER ATMEL Interupsi adalah pengubahan urutan pelaksanaan program karena adanya suatu kejadian atau instruksi yang perlu

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 I. FITUR AT89C1051 Kompatibel dengan produk MCS51 1k byte program flash ROM yang dapa diprogram ulang hingga 1000 kali Tegangan operasi 2.7 volt hingga

Lebih terperinci

PERTEMUAN TIMER & COUNTER MIKROKONTROLER 89C51

PERTEMUAN TIMER & COUNTER MIKROKONTROLER 89C51 PERTEMUAN TIMER & COUNTER MIKROKONTROLER 89C51 Pemakaian Timer TIMMER MIKROKONTROLER 89C51 Timer atau pewaktu dan counter atau pencacah adalah jenis pengatur waktu didalam mikrokontroler. Didalam mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL Pendahuluan Mikroprosessor 8051 (Struktur dan Organisasi Memori, SFR ) Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL A. Organisasi Memori Mikroprosesor 8051 Pada mikrokontroler keluarga MCS51

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan daya rendah, kemampuan tinggi,

Lebih terperinci

Memprogram Timer Counter

Memprogram Timer Counter BAGIAN 1 Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa trampil memprogram Timer Counter Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Mahasiswa memahami fasilitas Timer Counter pada mikrokontroler AT89S51 2. Mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 I. Tujuan 1. Mempelajari arsitektur mikrokontroller 8051 2. Memahami macam-macam interrupt yang ada pada mikrokontroller 8051 3. Memahami penggunaan I/O port

Lebih terperinci

Timer Counter. D3 Telekomunikasi.

Timer Counter. D3 Telekomunikasi. Timer Counter D3 Telekomunikasi Timer Pada dasarnya timer dan counter merupakan sistem yang sama-sama menambahkan diri hingga overflow. Timer memanfaatkan frekuensi osilator untuk bertambah tiap machine

Lebih terperinci

TAMPILKAN NADA DTMF DAN DERING TELEPHONE OLEH MODUL DF-88 DAN MODUL DST-51 PADA LCD

TAMPILKAN NADA DTMF DAN DERING TELEPHONE OLEH MODUL DF-88 DAN MODUL DST-51 PADA LCD TAMPILKAN NADA DTMF DAN DERING TELEPHONE OLEH MODUL DF-88 DAN MODUL DST-51 PADA LCD Pada aplikasi-aplikasi menggunakan saluran telephone, proses deteksi nada DTMF maupun sinyal dering seringkali dibutuhkan,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION

PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION TUJUAN: 1. Memahami prinsip dasar PWM 2. Memahami rangkaian Driver Motor DC 3. Memahami pemrograman assembly untuk pengaturan PWM Konsep Dasar PWM Salah satu cara yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL UJI COBA RANGKAIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL UJI COBA RANGKAIAN BAB IV ANALISA DAN HASIL UJI COBA RANGKAIAN 4.1 Prinsip Kerja Rangkaian Rangkaian ini bekerja berdasarkan dua buah sensor yang di pasang secara berdampingan, dengan memanfaatkan Phototransistor sebagai

Lebih terperinci

TERJADI INTERRUPT MELAYANI INTERRUPT KEMBALI MENERUSKAN PROGRAM YANG TERHENTI PROGRAM YANG SEDANG BERJALAN. Gambar 4.1 Interrupt

TERJADI INTERRUPT MELAYANI INTERRUPT KEMBALI MENERUSKAN PROGRAM YANG TERHENTI PROGRAM YANG SEDANG BERJALAN. Gambar 4.1 Interrupt 1. Interrupt Interrupt adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada saat melayani interrupt disebut

Lebih terperinci

Laporan Modul 2, EL3006 Timer/Counter dan Interrupt Jongguran Sondang DN ( )/ Kelompok 48/ Jumat, 14 Maret 2008 Asisten: Virgilius

Laporan Modul 2, EL3006 Timer/Counter dan Interrupt Jongguran Sondang DN ( )/ Kelompok 48/ Jumat, 14 Maret 2008 Asisten: Virgilius Laporan Modul 2, EL3006 Timer/Counter dan Interrupt Jongguran Sondang DN (132 05 110)/ Kelompok 48/ Jumat, 14 Maret 2008 Asisten: Virgilius Abstrak pada praktikum kali ini, praktikan diharapkan mampu membuat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 T I M E R/ COUNTER

PERCOBAAN 9 T I M E R/ COUNTER PERCOBAAN 9 T I M E R/ COUNTER TUJUAN 1. Memahami fungsi timer dan counter pada mikrokontroller 2. Memahami rangkaian interface untuk aplikasi timer dan counter 3. Dapat memanfaatkan fungsi counter untuk

Lebih terperinci

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 Mikrokontroler MCS-51 memiliki 2 jenis port input/output, yaitu port I/O parallel dan port I/O serial. Port I/O parallel sebanyak 4 buah dengan nama P0,P1,P2

Lebih terperinci

Teknik Interface Keypad 4x3 ke DST-51

Teknik Interface Keypad 4x3 ke DST-51 Teknik Interface Keypad 4x3 ke DST-51 Keypad 4x3 di sini adalah sebuah keypad matrix dengan susunan empat baris dan tiga kolom dengan sebuah common. R1 R2 R3 R4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 9 # C1 C2 C3 Gambar

Lebih terperinci

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana BAGIAN 1 Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa trampil memprogram Port sebagai Input dan Output sederhana menggunakan bahasa pemrograman assembly Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Mahasiswa memahami Konstruksi

Lebih terperinci

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Mikrokontroler 89C51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 Kbytes Flash Programmable Memory. Arsitektur 89C51 ditunjukkan pada gambar 2. Accumulator

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51) Wireless Infrared Printer dengan DST-5 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-5) Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

REGISTER-REGISTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

REGISTER-REGISTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY REGISTER-REGISTER 8051 Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. PC (Program Counter) PC dengan ukuran 16 bit menentukan lokasi berikutnya yang akan dieksekusi (dijalankan).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERANGKAT KERAS 2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Untuk merancang sebuah perangkat yang dapat mengirimkan data dari PC Parallel Port ke Printer secara wireless, maka

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1 Konveyor Konveyor hanya bergerak ke satu arah saja, konveyor digerakkan dengan motor stepper 12V type. Sinyal keluaran dari motor stepper untuk menggerakkan konveyor dirangkaikan

Lebih terperinci

PORT PARALEL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51

PORT PARALEL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 PORT PARALEL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 I. FISIK AT89C51 Mikrokontroler AT89C51 umumnya mempunyai kemasan 40 pin seperti gambar berikut. AT89C51 mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang digunakan dalam seluruh unit sistem ini. Agar pembahasan tidak melebar dan menyimpang dari topik utama laporan ini,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

PERCOBAAN 15 I N T E R U P S I

PERCOBAAN 15 I N T E R U P S I PERCOBAAN 15 I N T E R U P S I TUJUAN 1. Memahami sistem interupsi pada mikrokontroller 2. Menerapkan sistem interupsi pada pembuatan jam digital 3. Memahami penggunakan bahasa assembly untuk penggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Hardware 2.1.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT 3.1 Perancangan Alat 3.1.1 Blok Diagram Perancangan Alat Rancangan dan cara kerja alat secara blok diagram yaitu untuk mempermudah dalam menganalisa rangkaian secara

Lebih terperinci

APLIKASI MODUL DST -52 SEBAGAI JAM DIGITAL DENGAN INPUT DARI PC KEYBOARD DAN M1632 LCD SEBAGAI PENAMPIL

APLIKASI MODUL DST -52 SEBAGAI JAM DIGITAL DENGAN INPUT DARI PC KEYBOARD DAN M1632 LCD SEBAGAI PENAMPIL APLIKASI MODUL DST -52 SEBAGAI JAM DIGITAL DENGAN INPUT DARI PC KEYBOARD DAN M1632 LCD SEBAGAI PENAMPIL Pada artikel kali ini akan dibahas contoh bagaimana menggabungkan antara modul RTC-1287, modul LCD

Lebih terperinci

Pengendalian 8 buah Motor oleh DST-51

Pengendalian 8 buah Motor oleh DST-51 Ib2 Pengendalian 8 buah Motor oleh DST-51 Pada aplikasinya, seringkali suatu sistem mikrokontroler digunakan untuk mengendalikan beberapa buah motor secara bersamaan. Berikut ini adalah pengendalian delapan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENUNJANG

BAB II TEORI DASAR PENUNJANG BAB II TEORI DASAR PENUNJANG 2.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan dari teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (marked need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89C51 Meskipun termasuk tua, keluarga mikrokontroler MCS51 adalah mikrokontroler yang paling populer saat ini. Keluarga ini diawali oleh Intel yang mengenalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

Percobaan 6. SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys

Percobaan 6. SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys Percobaan 6 SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys Membuat aplikasi serial interface untuk komuniksi secara serial melalui pin RXD dan TXD pada MCS-51. Membuat program menggunakan serial port (DB9)

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 DISPLAY LED

PERCOBAAN 1 DISPLAY LED PERCOBAAN 1 DISPLAY LED TUJUAN: 1. Memahami rangkaian mikrokontroller untuk menghidupkan dan mematikan LED. 2. Memahami program assembly untuk menghidupkan dan mematikan LED. 3. Memahami beberapa instruksi

Lebih terperinci

AD Channel AD Conversion

AD Channel AD Conversion AD-0809 8 Channel AD Conversion Fitur: - 8 Channel Multiplex Analog Input - 0 5 Volt Analog Input - 4 Interrupt Output Selector - 4 Address Selector - Kompatibel DST-51 Minimum System & SC-51 - Free Running

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pokok Bahasan: 1. Mikrokontroler 8051 Arsitektur (Architecture) Timers/Counters Interrupts Komunikasi Serial (Serial Communication) Tujuan Belajar: Setelah mempelajari dalam

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan arsitektur mikrokontroler 8051 Arsitektur Mikrokontroller 8051 Materi:

Lebih terperinci

PROGRAMMABLE TIMER DENGAN TAMPILAN M1632 LCD MENGGUNAKAN MODUL DST-51

PROGRAMMABLE TIMER DENGAN TAMPILAN M1632 LCD MENGGUNAKAN MODUL DST-51 PROGRAMMABLE TIMER DENGAN TAMPILAN M1632 LCD MENGGUNAKAN MODUL DST-51 Perangkat timer adalah merupakan sebuah perangkat yang seringkali digunakan untuk sebuah sistem elektronik. Artikel berikut ini akan

Lebih terperinci

Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL

Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL I. Tujuan 1. Memahami komunikasi serial. 2. Memahami cara mengggunakan interrupt serial pada mikrokontroller 8051. 3. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

PENGATURAN SAKELAR PADA ACARA CEPAT TEPAT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C2051

PENGATURAN SAKELAR PADA ACARA CEPAT TEPAT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C2051 ISSN: 1693-6930 185 PENGATURAN SAKELAR PADA ACARA CEPAT TEPAT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C2051 Tole Sutikno, Anton Yudhana, Didi Siprian Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Ringkasan Set Instruksi Dan Mode pengalamatan ( Addressing Mode )

Ringkasan Set Instruksi Dan Mode pengalamatan ( Addressing Mode ) Ringkasan Set Instruksi Dan Mode pengalamatan ( Addressing Mode ) Mikroprosessor 8051, sebagaimana terdaftar dalam 8051 set instruction in numerical order memiliki sekumpulan instruksi yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat keras Mikrokontroler AT89S51 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler

Lebih terperinci

PERTEMUAN INTERUPSI MIKROKONTROLER 89C51

PERTEMUAN INTERUPSI MIKROKONTROLER 89C51 PERTEMUAN INTERUPSI MIKROKONTROLER 89C51 INTERUPT MIKROKONTROLER 89C51 Pengertian Interupsi Interupt atau selaan adalah suatu proses dimana pada saat mikrokontroler harus menghentikan sementara waktu intruksi-instruksi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

Program di computer (visual basic) Private Sub Command1_Click() End Sub. Private Sub Command2_Click() End Sub. Private Sub Command3_Click() End Sub

Program di computer (visual basic) Private Sub Command1_Click() End Sub. Private Sub Command2_Click() End Sub. Private Sub Command3_Click() End Sub Program di computer (visual basic) Private Sub Command1_Click() MSComm1.Output = "a" 'kirimkan nilai a ke port serial Private Sub Command2_Click() MSComm1.Output = "b" 'kirimkan nilai b ke port serial

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys Mengakses eksternal memori dan data memori pada DT-51 Minimum sistem. Membuat program untuk penulisan atau pembacaan data pada memori eksternal DT-51 MinSys. Memori

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN73 Pengukur Jarak dengan Gelombang Ultrasonik Oleh: Tim IE Aplikasi ini membahas perencanaan dan pembuatan alat untuk mengukur jarak sebuah benda solid dengan cukup presisi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. Mikroprosesor CPU. Gambar 1. Perbedaan Mikrokontroler dengan Mikroprosesor

I. Pendahuluan. Mikroprosesor CPU. Gambar 1. Perbedaan Mikrokontroler dengan Mikroprosesor I. Pendahuluan Mikrokontroler, jika diterjemahkan secara harfiah, berarti pengendali yang berukuran mikro. Sekilas mikrokontroler hampir sama dengan mikroprosesor. Namun mikrokontroler memiliki banyak

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler Lab Elektronika Industri Mikrokontroler 1 AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler I. Fitur AT89S52 Kompatibel dengan produk MCS51 Intel 8kByte Flah Memori dengan In-System Programmable (ISP)

Lebih terperinci

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer SAP-3 Mohamad Dani (MHM) E-mail: mohamad.dani@gmail.com Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Telkom

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMROGRAMAN DAN SET INSTRUKSI

PETUNJUK PEMROGRAMAN DAN SET INSTRUKSI Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 PETUNJUK PEMROGRAMAN DAN SET INSTRUKSI I. ORGANISASI MEMORI AT89C51 AT89C51 memisahkan antara memori untuk program dan untuk data dalam FLASH dan RAM. Metode

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

ORGANISASI MEMORI MIKROKONTROLER MCS-51. Yoyo Somantri dan Erik Haritman Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

ORGANISASI MEMORI MIKROKONTROLER MCS-51. Yoyo Somantri dan Erik Haritman Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia ORGANISASI MEMORI MIKROKONTROLER MCS-51 Yoyo Somantri dan Erik Haritman Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas tujuan perkuliahan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI MIKROKONTROLER II (PENERIMA DATA) MEDIA PENGIRIMAN DATA. Gambar 2.1 Blok Pengiriman Data Mikrokontroler I ke Mikrokontroler II

BAB II DASAR TEORI MIKROKONTROLER II (PENERIMA DATA) MEDIA PENGIRIMAN DATA. Gambar 2.1 Blok Pengiriman Data Mikrokontroler I ke Mikrokontroler II BAB II DASAR TEORI 2.1 Komunikasi Data Paralel Prinsip dasar dari sistem komunikasi data paralel adalah suatu cara untuk pengiriman atau pertukaran data dari kedua pihak dengan menggunakan sirkuit yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared).

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). 30 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). Buzzer PIR (Passive Infra Red) Mikrokontroler

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KEYPAD 4X3 DAN PC KEYBOARD PADA MODUL DST-52 DENGAN TAMPILAN M1632 LCD

PENGGUNAAN KEYPAD 4X3 DAN PC KEYBOARD PADA MODUL DST-52 DENGAN TAMPILAN M1632 LCD PENGGUNAAN KEYPAD 4X3 DAN PC KEYBOARD PADA MODUL DST-52 DENGAN TAMPILAN M1632 LCD Setelah kita bahas penggunaan keypad 4x3 (tipe KP-43865) dengan metode penulisan karakter pada keypad handphone di mana

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 MENGGUNAKAN DT-51 MINIMUM SYSTEM VER 3.0 DAN DT-51 TRAINER BOARD

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 MENGGUNAKAN DT-51 MINIMUM SYSTEM VER 3.0 DAN DT-51 TRAINER BOARD PANDUAN PRAKTIKUM DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 MENGGUNAKAN DT-51 MINIMUM SYSTEM VER 3.0 DAN DT-51 TRAINER BOARD PANDUAN PRAKTIKUM DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 MENGGUNAKAN DT-51 MINIMUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAHASA PEMOGRAMAN AT89S/Cxx (assembly)

BAHASA PEMOGRAMAN AT89S/Cxx (assembly) 1 BAHASA PEMOGRAMAN AT89S/Cxx (assembly) Operand dalam pemograman mikrokontroler adalah data yang tersimpan dalam memory, register dan input/output (I/O). Instruksi yang dikenal secara umum dikelompokan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 SAKLAR PUSH BUTTON

PERCOBAAN 2 SAKLAR PUSH BUTTON TUJUAN: PERCOBAAN 2 SAKLAR PUSH BUTTON 1. Memahami rangkaian mikrokontroller dengan interface ke saklar 2. Memahami program assembly untuk mengambil data saklar dan mengeluarkan data ke LED. 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN LAMPU PADA PENYEWAAN LAPANGAN BULUTANGKIS INDOOR

SISTEM PENGENDALIAN LAMPU PADA PENYEWAAN LAPANGAN BULUTANGKIS INDOOR SISTEM PENGENDALIAN LAMPU PADA PENYEWAAN LAPANGAN BULUTANGKIS INDOOR Kuat Rahardjo T.S 1 ; Yanto 2 ; Zulman 3 ; Dina Octarina 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam merancang alat pengendali nyala lampu menggunakan media infra merah berbasis mikrokontroler terbagi atas dua pengendalian yaitu pengendalian dimmer atau terang redup lampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 REMOTE TV Remote TV adalah suatu pengontrol, yang fungsinya untuk merubah dan meng-set TV yang dapat digunakan untuk merubah saluran TV seperti ingin melihat saluran ( RCTI,

Lebih terperinci

BELAJAR MIKROKONTOLER AT89C51/52/55 (Teori dan aplikasi)

BELAJAR MIKROKONTOLER AT89C51/52/55 (Teori dan aplikasi) Judul : BELAJAR MIKROKONTOLER AT89C51/52/55 (Teori dan aplikasi) Back Cover: Agfianto Eko Putra Buku ini ditujukan bagi mereka yang ingin memanfaatkan mikrokontroler tipe CISC yaitu AT89C51/52/55 (seri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

MESIN KETIK ELEKTRONIK DENGAN TAMPILAN M1632 LCD OLEH MODUL DST-52

MESIN KETIK ELEKTRONIK DENGAN TAMPILAN M1632 LCD OLEH MODUL DST-52 MESIN KETIK ELEKTRONIK DENGAN TAMPILAN M1632 LCD OLEH MODUL DST-52 Akhir-akhir ini, keberadaan mesin ketik sudah mulai tergusur dengan adanya printer. Namun sebuah printer membutuhkan komputer untuk mengendalikannya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras (Hardware)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras (Hardware) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang dihasilkan berupa modul atau alat pendeteksi

Lebih terperinci

DASAR INPUT/OUTPUT (2) (PORT PPI DAN PORT 1 SEBAGAI INPUT/OUTPUT)

DASAR INPUT/OUTPUT (2) (PORT PPI DAN PORT 1 SEBAGAI INPUT/OUTPUT) PERCOBAAN 2 DASAR INPUT/OUTPUT (2) (PORT PPI DAN PORT 1 SEBAGAI INPUT/OUTPUT) Menggunakan DT-51 MinSys Mengamati keluaran data berupa nyala LED setelah proses pemindahan data (akses eksternal) dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi

Lebih terperinci

Register-register MT8888

Register-register MT8888 Register-register MT8888 MT8888 mempunyai 3 buah register yaitu Register Kontrol untuk mengatur kerja IC MT8888, Register Status untuk melihat status IC MT8888 dan Register Data untuk mengirim dan menerima

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Inteligent Parking System Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi menjadi beberapa tempat. Dengan demikian kendaraan yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci