STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA"

Transkripsi

1 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : WAHYU MARYUDIANTO NIM. P PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

2 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Progam Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : WAHYU MARYUDIANTO NIM. P PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i

3 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Wahyu Maryudianto NIM : P Program Studi : D III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 12 April 2012 Yang Membuat Pernyataan WAHYU MARYUDIANTO NIM. P ii

4 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Wahyu Maryudianto NIM : P Program Studi : D III Keperawatan Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Jum at, 27 April 2012 Pembimbing : Nurul Devi Ardiani, S.Kep, Ns, NIK (.) iii

5 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Wahyu Maryudianto NIM : P Program Studi : D III Keperawatan Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Senin, 30 April 2012 DEWAN PENGUJI Penguji I : Nurul Devi Ardiani, S.Kep, Ns, (.) NIK Penguji III : Oktavianus, S.Kep., Ns (.) NIK Penguji II : Amalia Senja, S.Kep., Ns (.) NIK Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Setiyawan, S. Kep, Ns NIK iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat, dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO Dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKES Kusuma Husada Surakarta. 3. Nurul Devi Ardiani S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini. 4. Oktavianus, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. v

7 5. Amalia Senja, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orangtuaku, Bp. Sunardi dan Ibu Sumarsi yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk membiayai pendidikan saya. 8. Buat saudaraku mas Joko dan mas Deky memberi saya arahan, dukungan moral. 9. Buat neng Niniq yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang bersama dalam satu tekad, satu tujuan. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin. Surakarta, April 2012 Penulis vi

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 7 C. Manfaat Penulisan... 8 BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian B. Perumusan Masalah Keperawatan C. Perencanaan Keperawatan D. Implementasi Keperawatan E. Evaluasi Keperawatan vii

9 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan B. Simpulan C. Saran Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Asuhan Keperawatan Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Log Book Format Pendelegasian Pasien ix

11 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Wahyu Maryudianto Tempat, tanggal lahir : Sragen, 3 Maret 1991 Jenis Kelamin Alamat Rumah : Laki laki : Dk Gerdu RT 03, Kel. Pilangsari, Kec. Ngrampal, Kab. Sragen Riwayat Pendidikan : TK PERTIWI 2 Bener (tahun 1994) : SD Negeri 3 Bener (tahun 1996) : SMP Negeri 2 Ngrampal (tahun 2002) : SMA Negeri 1 Sambung Macan (tahun 2006) Riwayat Pekerjaan Riwayat Organisasi : Belum Ada : - Tahun 2003 : Takmir Masjid Nurul Huda (Anggota) - Tahun 2003 : OSIS SMP (Anggota) - Tahun 2007 : PKS SMA (Anggota)

12 LAMPIRAN

13

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru dibungkus oleh membrane tipis yang disebut pleura. Lapisan terluar paru membrane paru melekat dinding toraks. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada saat ekspansi rongga toraks terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan ke pleura lapisan dalam, yang akan mengembangkan paru diantara pleura lapisan dalam dan luar terdapat ruang/rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan yang mengelilingi dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan membawa gaya kolaps (rekoil) elatis paru. Mekanisme paru tetap dapat mengembang. (Elisabeth J.Corwin, 2009) Pleura adalah membrane penting yang membungkus setiap paru. Pleura pariental melapisi rongga toraks (kerangka iga, diagframa, mediastinum). Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura pariental di bagian bawah paru. Rongga pleura (ruang interpertual) ruang potensial antara pleura pariental dan visceral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini diekresikan oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleural) agak negatif dibandingkan tekanan atmosfir. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura pariental bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat 1

15 2 bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk lewat area ini. (Ethel Sloane, 2003) Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer & Barre, 2002) Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005; 779) Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parientalis dan viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis karena adanya tekanan hidrotastik, tekanan koloid, dan daya tarik elatis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10 20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya

16 3 cairan di rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu. Misalnya pada hyperemia akibat inflamasi. Perubahan tekanan osmotic (hipoalbumin). Peningkatan tekanan vena (gagal jantung). (Syamsuhidayat, 2004: ) Faktor pencetus dari efusi pleura dapat dibedakan atas transudat dan eksudat. Pleura Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein <30 gr/l; b.d. <1015). Efusi eksudat (protein >30 gr/l b.d. >1015). (Syamsuhidayat, 2004: ) Menurut WHO Health Journal (2005), penyakit ganas menyumbang 41% dan tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki koeksistensi tubercolosis dan keganasan dan dianalisis dengan kelompok ganas. Para-pneumonia efusi ditemukan hanya 6% kasus. Alasan lain adalah: gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari operasi bypass koroner 2%, rheumatoid arthritis 2%, erythaematosus lupus sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8 %. Efusi pleura besar ditemukan pada 24% pasien, sedang pada 58%, serta efusi ringan pada 18%. Pada cairan pleura berdarah 15% kasus.

17 4 Dari penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, semua penderita yang di diagnosa efusi pleura, dalam penelitian ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita perempuan 12 orang orang (66,7%) dan penderita laki-laki 6 orang (33,3%). Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang (55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1 10 hari. Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena neoplasma yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%), kemudian DHF (Dengue Haemoragic Fever) 4 penderita, tuberkulosis (TBC) 3 penderita, gagal ginjal 2 penderita, gagal jantung 2 penderita, pnemonia 1 penderita dan SLE (Lupus Eritematosus Sistematik) 1 penderita. Dan 18 penderita efusi pleura ditemukan penyebab terbanyak adalah neoplasma, yang terjadi pada usia dewasa (> 14 tahun) yang disebabkan karena mempunyai riwayat penyakit kronis. (Ariyanti, 2003) Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi

18 5 berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007) Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. System yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah pernapasan, persyarafan, dan kardiovaskuler. (Aziz Alimul Hidayat, 2004) Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi, adenosin triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membetuk asam, yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus bekerja sama. System kardiovaskuler bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru. System pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respirasi. (Elisabeth J.Corwin, 2009) Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses

19 6 respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2. (Rufaidah, Volume 1, Mei 2005) Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru dalah ml (4,5 5 l). Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% 9 ± 00 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007) Kriteria pada pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik, sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila ada penyakit kardiopulmonar yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada biasanya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada efusi yang luas yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan tepat diatas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif dengan tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran trakea ke arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal. (Tierney, Lawrence M. Jr, 2002 : 186). Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan tanda gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi, ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni diatas paru yang tertekan

20 7 dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba berkurang. (Sylvia A. Price, 2005: 779) Pada Tn. S ada beberapa kriteria yang masuk dalam penyakit efusi pleura yang berupa dispnea, sesak nafas dan dada terasa seseg saat melakukan aktifitas badan terasa nyeri, dan batuk-batuk disertai dahak atau sputum, tenggorokan terasa terasa panas dan gatal, pada pemeriksaan fisik Palpasi: Vokal Fremitus frekuensi getaran lebih besar yang kiri dada dari pada yang kanan, Perkusi: pekak di intercosta kelima sebelah kanan, dari hasil rongent terlihat putih di lapang paru sebelah kanan. Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang efusi pleura dan penatalaksanaannya, termasuk menangani efusi pleura berdasarkan manifestasi klinis yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan dasar manusia yaitu pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.S Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Melaporkan studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Efusi Pleura di ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

21 8 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. d. Penulis mampu melakukan implementasi kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. e. Penulis mampu melakukan evaluasi kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. f. Penulis mampu menganalisa kondisi bersihan jalan nafas yang terjadi pada pasien dengan efusi pleura. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi pendidikan Dapat memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang profesi keperawatan. 2. Bagi penulis Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan optimal pada praktek klinik keperawatan, dan sebagai tambahan ilmu baru bagi penulis.

22 9 3. Bagi pembaca Memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana dan prasarana dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan setelah pembaca membaca buku ini dapat menjadi acuan atau ada sebuah penilitian untuk kasus ini.

23 BAB II LAPORAN KASUS Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan diagnosa medis efusi pleura, dilaksanakan pada tanggal 5 7 April Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi Dari pengkajian tanggal 5 April 2012 jam WIB, pasien masuk pada tanggal 2 April 2012, pada pengkajian kasus ini diperoleh dengan metode auto anamnesa dan aulloanamnesa, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Tn. S, jenis kelamin : laki-laki, umur 75 tahun, pendidikan SD, agama Islam, pekerjaan tani, alamat : Ds Ngambil Ambil, Nguter, Sukoharjo, nomor catatan medis : , dirawat di bangsal Bougenvil kamar 2A RS. Panti Waluyo, di diagnosa oleh dokter efusi pleura. Yang bertanggung jawab kepada klien adalah Ny S, umur 65 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, yang beralamat Ds Ngambil Ambil, Nguter, Sukoharjo, hubungan dengan klien sebagai istri. Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan sekarang, keluhan utama yang dirasakan klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa seseg. Pada riwayat penyakit sekarang klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa seseg saat melakukan aktifitas, badan terasa nyeri, dan batuk- batuk disertai dahak atau sputum, tenggorokan terasa terasa panas dan gatal, pasien merupakan rujukan dari dokter Hendry, Sp.P dari Sukoharjo setelah tidak ada perkembangan klien dirujuk 10

24 11 ke RS Panti Waluyo dan dibawa ke UGD dilakukan berbagai pemeriksaan dan penanganan medis berupa pemeriksaan pemasangan infuse RL 20 tpm di tangan kanan, TTV : Tekanan Darah 160/90 mmhg, Nadi 88 kali per menit, suhu 36 5o C, pernapasan 28 kali per menit, terpasang O 2 3 liter per menit, injeksi starxone 100 mg. Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan kurang lebih 5 tahun yang lalu pernah mengalami operasi Benigna Prostat Hiperplasi, dan pernah mondok di rumah sakit selama 4 bulan dengan penyakit yang sama, klien mempunyai riwayat merokok sejak SMP sehari bisa menghabiskan sehari 3 bungkus rokok dan baru berhenti sekitar 6 bulan yang lalu. Untuk riwayat alergi pasien tidak mempunyai alergi obat, debu ataupun makanan. Pada riwayat keluarga tidak yang mempunyai penyakit keturunan berupa Diabetus Melitus, Hipertensi, dan Asma. Pada pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon, pada persepsi dan kognitif dan pemeliharaan pasien mengatakan tinggal di pedesaan sejak SMP pasien sudah mempunyai kebiasaan merokok habis 3 bungkus per hari, apabila klien batuk-batuk klien cuma beli obat di warung terdekat, dan pihak keluarga apabila klien sakit parah akan membawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Pada pola aktifitas dan latihan klien mengatakan selama di rumah sakit bisa makan dan minum dengan sendiri, dalam toileting klien pakai pispot, dalam berpakaian dibantu dengan orang lain, dalam mobilitas fisik di tempat tidur dibantu dengan orang lain, dan juga saat berpindah karena selama melakukan aktifitas klien merasa dadanya sesak kemudian batuk-batuk. Pada pola kognitif-perseptual klien mengatakan sebelum sakit dapat dengan lancar, mampu berorientasi penuh pada

25 12 lingkungan dan mengidentifikasi keadaan orang dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat mengpersepsikan tingkat kenyamanan, selama sakit klien mengatakan merasa sesak nafas dan dada terasa seseg, sering batuk-batuk sampai mengeluarkan dahak. Pada pola istirahat dan tidur sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur nyenyak dengan kwantitas 5 sampai 6 jam siang hari selama 3 sampai 4 jam selama sakit klien kurang tidur baik dari kwantitas maupun kualitas tidur kwantitas tidur kurang lebih selama 3 sampai 4 jam, kualitas tidur sering terbangun pada malam hari karena batuk- batuk, pada siang hari jarang tidur. Pada pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien composmentis dengan kesan lemah, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmhg, nadi : 86 kali per menit, suhu, 36 5o C, pernapasan : 28 kali per menit, hidung terpasang O 2 3 liter per menit, mulut agak kotor ada sputum. Pada hasil pemeriksaan fisik pada paru, inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka menggunakan otot bantu pernapasan diperut. Palpasi : Vokal Fremitus frekuensi getaran lebih besar yang kiri dada dari pada yang kanan, Perkusi: pekak di intercosta kelima sebelah kanan, auskultasi tidak ada suara tambahan, Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien adalah radiologi dan pemeriksaan darah. Pada data penunjang dari hasil laboratorium tanggal 2 april 2012 yaitu : Hemoglobin 14,5 g/dl, Hematrokit 40,1 %, Eritrosit 4,75 juta/mm 3, Leukosit /mm 3, Trombosit u/l. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012, didapatkan data yaitu data subyektif pasien mengatakan sering batuk-batuk di sertai sputum, data

26 13 obyektif pasien tampak lemah terdapat sputum di tenggorokan, sputum berwarna kuning keputihan dan kental, dari hasil pemeriksaan fisik paru di dapatkan, inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka menggunakan otot bantu pernapasan diperut. Palpasi : pengembangan dada sebelah kanan tidak sama dengan yang kiri, Perkusi : pekak di intercosta kelima, auskultasi tidak ada suara tambahan, dari hasil rongent terlihat putih di lapang paru sebelah kanan, pernapasan 28 kali per menit. Dari data di atas maka penulis mengangkat masalah keperawatan utama pada Tn.S Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih. Berdasarkan hasil prioritas diagnosa masalah keperawatan maka penulis menentukan rencana keperawatan pada diagnosa bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebihan dengan tujuan dan kriteria hasil, setelah di lakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan jalan nafas kembali normal dengan kriteria hasil sekret dapat keluar, pernapasan dalam rentang normal 16 sampai 24 kali per menit, mempunyai irama dan frekuensi dalam rentang normal, dispnea tidak ada, mengeluarkan sekresi secara efektif, mudah untuk bernapas. Dengan intervensi observasi keadaan umum pasien dengan rasional, untuk mengetahui kondisi pasien. Mengobservasi pola fungsi pernapasan, dengan rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak. Mengobservasi karakteristik batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui bakteri yang ada didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Berikan oksigen sesuai indikasi, dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh. Berikan posisi postural drainase dengan rasional untuk mengeluarkan secret dari

27 14 segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi Ajarkan batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian nebulizer dengan rasional untuk mengencerkan dahak dalam tubuh. Kolaborasi pemasangan water seal drainase dengan rasional untuk mengeluarkan cairan udara patologis dari rongga pleura sehingga fungsi dan anatomi paru dapat kembali seperti semula dengan segera. Pada tanggal 5 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama yaitu pada pukul WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien tampak lemah, terlihat batuk serta kurang tidur. Mengobservasi pola pernapasan klien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data obyekifnya pernapasan klien 28 kali per menit. Pada pukul WIB mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia melakukan teknik yang diajarkan, data obyektif tampak sputum keluar, warna kuning keputihan dan konsistensi kental. Pada pukul WIB memberikan oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien bersedia dan data obyektif oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul WIB melakukan terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, dan data obyektif obat combivent telah masuk melalui nebulizer. Pada tanggal 6 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama pada pukul WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien

28 15 tampak lemah, terlihat batuk serta kurang tidur. Mengobservasi pola pernapasan klien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data objekifnya pernapasan klien 28 kali per menit. Pada pukul WIB mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia melakukan teknik yang diajarkan, data obyektif tampak sputum keluar, warna kuning keputihan dan konsistensi kental. Pada pukul WIB memberikan oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien bersedia dan data obyektif oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul WIB melakukan terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, dan data obyektif obat combivent 10 ml telah masuk melalui nebulizer. Pada tanggal 7 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama pada pukul WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien tampak lemah, terlihat batuk. Mengobservasi pola pernapasan klien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data objekifnya pernapasan klien 26 kali per menit. Pada pukul WIB mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia melakukan teknik yang diajarkan, data obyektif tampak sputum keluar, warna putih dan konsistensi cair. Pada pukul WIB memberikan oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien bersedia dan data obyektif oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul WIB melakukan terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter

29 16 dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, dan data obyektif obat combivent telah masuk melalui nebulizer. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 5 April 2012 pukul WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif pasien mengatakan batuk berdahak, kurang tidur. Obyektif tampak ada sputum yang keluar warna kuning keputihan konsistensi kental, pernapasan klien 28 kali per menit. Asessment masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan dengan ajarkan batuk efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 6 April 2012 pukul WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif pasien mengatakan batuk berdahak, kurang tidur. Obyektif tampak ada sputum yang keluar warna kuning keputihan konsistensi kental, pernapasan klien 28 kali per menit. Asessment masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan dengan ajarkan batuk efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 7 April 2012 pukul WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif pasien mengatakan batuk berdahak. Obyektif tampak ada sputum yang keluar warna putih konsistensi cair, pernapasan klien 26 kali per menit. Asessment masalah teratasi sebagian, Planning intervensi dilanjutkan dengan ajarkan batuk efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml.

30 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S Dengan Efusi Pleura di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam asuhan keperawatan. Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer & Barre, 2002) Efusi pleura merupakan adanya cairan di rongga pleura, dapat bersifat eksudat atau transudat. Efusi pleura yang transudat disebut hidrotoraks akibat gagal jantung kongestif mungkin merupakan penyebab tersering adanya cairan rongga pleura. Eksudat yang ditandai dengan sel radang, mengisyaratkan pleuritis. Dan penyebabnya invasi mikroba melalui perluasan langsung infeksi paru atau hematogen, kanker (karsinoma bronkogenik, metastasis neoplasma ke paru atau permukaan pleura infark paru, pleuritis paru. (Robbins, 2007:567) 17

31 18 Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005: 779) Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parientalis dan viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis karena adanya tekanan hidrotastik, tekanan koloid, dan daya tarik elatis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan di sini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu. Misalnya pada hyperemia akibat inflamasi. Perubahan tekanan osmotic (hipoalbumin). Peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya, efusi pleura dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga

32 19 kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein <30 gr/l; b.d. <1015). Efusi eksudat (protein >30 gr/l b.d. >1015). (Syamsuhidayat, 2004: ) Tanda gejala pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik, sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila ada penyakit kardiopulmonal yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada biasaya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada efusi yang luas yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan tepat diatas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif dengan tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran trakea ke arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal. (Tierney, Lawrence M. Jr, 2002 : 186). Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan tanda gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi, ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni di atas paru yang tertekan dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba berkurang. (Sylvia A. Price, 2005: 779)

33 20 Dalam teori ini permasalahan utama pada pasien efusi pleura adalah pola nafas, tetapi dalam kasus ini penulis lebih memprioritaskan bersihan jalan nafas karena berdasarkan keluhan utamanya pasien merasakan batuk yang sangat mengganggu sampai sputum berwarna kuning keputihan kosistensi kental sampai dada seseg. Dan bersihan jalan nafas sangat berat karena berupa penumpukan cairan di rongga pleura dan harus segera diatasi bila tidak segera dikeluarkan akan semakin banyak terjadi penumpukan di rongga pleura sehingga oksigen yang masuk ke paru akan terganggu sehingga ekspansi paru kurang maksimal. Pada dasarnya bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan untuk memepertahankan jalan nafas. (Judith, M Wilkinson, 2006 : 16 20). Maka kebutuhan oksigenasi harus terpenuhi dan bersihan jalan nafas harus segara teratasi dan Tn. S bisa bernafas secara normal tidak seseg lagi, sputum dapat keluar atau bisa melakukan mengeluarkan sekresi secara optimal melalui batuk efektif, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, serta pernapasan kembali normal. Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih. (Nanda, 2011) Penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi bersihan jalan nafas Dengan intervensi observasi keadaan umum pasien dengan rasional, untuk mengetahui kondisi umum pasien. Mengobservasi pola fungsi pernapasan, dengan rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak. Karakteristik batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui bakteri yang ada

34 21 didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Berikan oksigen sesuai indikasi, dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh. Berikan posisi postural drainase dengan rasional untuk mengeluarkan secret dari segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Ajarkan batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian nebulizer dengan rasional untuk mengencerkan dahak dalam tubuh. Kolaborasi pemasangan water seal drainase dengan rasional untuk mengeluarkan cairan udara patologis dari rongga pleura sehingga fungsi dan anatomi paru dapat kembali seperti semula dengan segera. Pada kasus ini Tn.S lebih condong atau mengarah ke efusi pleura eksudatif karena pada penyakit Tn.S terjadi batuk batuk, dan keluar sputum warna kuning keputihan. Batuk sendiri adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan sekresi yang berlebih dan melindungi saluran pernapasan dari makanan atau benda asing yang masuk ke saluran pernapasan, dan merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling sering, batuk yang menetap selama lebih dari 3 minggu ditandai dengan sputum yang produktif maupun tidak produktif dan dapat diindikasikan. Sputum berwarna kuning atau hijau adanya leukosit yang banyak dan supuratif yang menyerang saluran pernapasan atau paremkim paru seperti bronchitis akut atau kronik atau pnuemonia. (Sylvia A. Price, 2005: 780). Pada pemeriksaan mikroskopik dan sitologi jika didapatkan sel darah putih sebanyak > 1000 /ml, hal ini mengarah ke eksudatif, Jika sel darah putih > 2000 /ml keadaan ini

35 22 menunjukkan empiema. Neutrofil menunjukkan kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tubercolosis fase awal, atau pancreatitis, limfosit dalam jumlah banyak mengarah kepada tuberkulosis, limfoma atau keganasan, jika ada torakosintesis didapatkan banyak eosinofil, tubercolosis disingkirkan. (Darmanto Djojodibroto, 2009). Untuk dapat ditegakkan penyakit efusi pleura bisa dilakukan dengan cara anamnesa yang baik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan laboratorium atas cairan torakosintesis. Cairan di rongga pleura dapat menyebabkan sesak nafas dan kemampuan fisik yang menurun bergantung pada jumlah cairan serta kecepatan timbulnya cairan, makin banyak cairan, makin jelas sesaknya, makin cepat terbentuknya cairan, makin cepat dan jelas pula timbulnya keluhan. Bila pada penderita yang diperiksa dalam sikap tegak ditemukan cairan atau atau pada gambaran radiologi lengkung diafragma hilang. Biasanya berjumlah sekurang-kurangnya 300 ml. Cairan efusi pleura diperiksa untuk menentukan berat jenis, kadar protein, kadar glukosa, dan gambaran sitologinya. (Syamsuhidayat, 2004:415) Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, pemeriksan fisik, dan torakkosintesis. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk tubercolosis). Hitung sel darah merah dan darah putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktak dehigronase [LDH], protein), analisis sitologi untuk sel-sel maligna dan ph. Biopsy pleura mugkin juga bisa dilakukan. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan,

36 23 untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dispnea. (Smeltzer & Barre, 2002). Dalam penulisan ini penulis mengalami kesulitan dalam mencari referensi untuk penulisan karya tulis, tetapi dengan kesungguhan dan motivasi demi tercapainya penulisan karya tulis, penulis mampu mendapat referensi yang dapat membantu dan mendukung dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta kami tidak dapat melaksanakan semua tindakan di intervensi karena keterbatasan waktu. Penulisan berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi lebih lanjut kepada pihak tenaga medis yang lain ataupun tenaga medis yang lainnya sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit efusi pleura. Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak kekurangan, mendapatkan masukan dari pihak tenaga kerja medis lainya agar lebih menjadi sempurna serta di jadikan acuan penulis jadi proses pembelajaran serta mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan keperawatan yang bermutu. B. Simpulan Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implemantasi, dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Efusi Pleura di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan.

37 24 Hasil pengkajian pada Tn. S dengan Efusi pleura adalah keluhan utamanya pasien merasakan batuk yang sangat mengganggu sampai sputum berwarna kuning keputihan kosistensi kental sampai dada seseg. Akibatkan oleh penumpukan cairan di rongga pleura. Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih. Hasil perencanaan keperawatan asuhan keperawatan pada Tn. S Dengan intervensi observasi keadaan umum pasien dengan rasional, untuk mengetahui kondisi pasien. Mengobservasi pola fungsi pernapasan, dengan rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak. Mengobservasi karateristik batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui bakteri yang ada didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Ajarkan batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Berikan oksigen sesuai indikasi, dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh mengurangi sesak. Berikan posisi postural drainase dengan rasional untuk mengeluarkan secret dari segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian nebulizer dengan rasional untuk mengencerkan dahak dalam tubuh. Kolaborasi pemasangan water seal drainase dengan rasional untuk mengeluarkan cairan udara patologis dari rongga pleura sehingga fungsi dan anatomi paru dapat kembali seperti semula dengan segera.

38 25 Hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan. Hasil evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah menunjukan sedikit perbaikan respirasi dan peningkatan kesehatan pasien. Hasil analisa asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah teratasi sebagian karena mengalami peningkatan ventilasi yang menuju perbaikan dari penyakitnya. C. Saran 1. Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antar tenaga kesehatan dan pasien yang ditunjukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal. 2. Profesi Keperawatan Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang selanjutnya mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien Efusi Pleura yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan kaidah dalam konsep keperawatan.

39 26 3. Penulis Mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan.

40 DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, Tatik (2003) Karakteristik Dan Penyebab Efusi Pleura Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Karyadi Semarang Official URL: R Medicine RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicin, di akses tanggal 11 April B. Heidari, dkk, 2005, Efusi Pleura Eksudatif: Efektivitas Analisis Cairan Pleura Dan Biopsi Pleura, Health Journal WHO. Diakses tangal 11 April Corwin, Elisabeth J, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi, 3, Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Dr, R, Darmanto Djojodibroto Sp, P, FCCP, (2009), Respirologi (Respiratory Medicine), Editor Penyelaras dr Teungku Istia Mada Perkan, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul, (2004), Buku Saku Pratikulum Kebutuhan Dasar Manusia, editor Monica Ester, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mubarak, Wahit, Iqbal, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori Dan Aplikasi Dalam Praktik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. NANDA, Internasional, (2010), Diangnosa Keperawatan Definii Dan Klasifikasi , Penerjemah Made Surawarti, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Price, Sylvia Anderson, (2005), Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi, 6, Alih Bahasa, Brahm U. Pendit, Editor Bahasa Indonesia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

41 Robbins, (2007) Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 2. EGC, Jakarta. Rufaidah, 2005, Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, Universitas Sumatra Selatan. Sjamsuhidayat. R, Jong, Wim De, (2004), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sloane, Ethel, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, Alih Bahasa Indonesia James Veldman, Editor Bahasa Indonesia, Cetakan Ke 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzane C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth / editor, Suzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; Alih Bahasa Agung Waluyo [Et. Al] ; Editor Bahasa Indonesia, Monica Ester, Ellen Pangabean, Edisi 8, EGC, Jakarta Tierney, Kawrence M, Jr, (2002), Diagnosis Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 1, Penerjemah Dr. Abdul Gofur, Sp.S, dkk, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Willkinson, Judith (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. EGC, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru-paru dibungkus oleh membran tipis yang disebut pleura.lapisan terluar paru membran paru melekat dinding thorax. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : ROSNITA YULIANA MANURUNG NIM. P.09044 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) Penyebab dari efusi pleura yaitu neoplasma seperti broncogenik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003). BAB II KONSEP DASAR A. EFUSI PLEURA 1. Definisi Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, 2009:106). Efusi pleura

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

KARYA ILMIAH AKHIR NERS ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN EFUSI PLEURA DEXTRA DENGAN POST PEMASANGAN WSD DI RUANG BOUGENVILLE RSUD Prof. Dr. MARGONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai masa keemasan (golden period), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

Ekspertise Efusi Pleura

Ekspertise Efusi Pleura Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA a. KONSEP DASAR 2. PENGERTIAN 1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH : NITA ANDRIYANI NIM. P.10040 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ROSI ADITYANA NIM. P.09043 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH: TEGUH TRIYONO P.09049 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda Nama Dokter Muda Diana Liza Merisa NIM / Email / HP 1407101030086 / dianaliza1712@gmail.com / 081360775453 TanggalStase 1 Februari 06 Maret 2016 Data Diri Pasien Nama Pasien Syairazi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. W DENGAN TUBERKULOSISS PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : NURI TRI SUSANTI NIM.P.10115

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. D DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : RIZKA NUGRAHENI NIM P.09097 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : WAHID WAHYU WIDODO NIM. P.09112 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1. KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO Nama Mahasiswa NIM Nama Pembimbing Topik Sub Topik Ruang : DANDI HERMAWANSA : 07011b007 : Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns : Asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : PERTI SUTANTI NIM. P.09092 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Proses destruksi yang terjadi pula secara simultan

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM:

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM: STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. A YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : TRI SETYANINGSIH NIM. P.09051 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Latihan batuk efektif merupakan aktifitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan mobilisasi sekresi

Lebih terperinci

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum: Syifa Ramadhani (2013730182) 4. Jelaskan mekanisme dan etiologi terjadinya bengkak? Mekanisme terjadinya bengkak Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik (gaya yg mendorong cairan keluar

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b. BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (1) atau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Siti Sarifah Sonia Mahdalena Ranny Dwi H Novita Sari CANTIK Wardah Afipah Mitha Nur

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH: SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS NIM. P.09100 PROGRAM

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan gejala awal

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI Ny. S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN HIPERTENSI DI DESA BANJAR REJO KECAMATAN GONDANGREJO

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RS. MUHAMMADIYAH SURABAYA DAN RS

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RS. MUHAMMADIYAH SURABAYA DAN RS KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RS. MUHAMMADIYAH SURABAYA DAN RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG Oleh : MUSTIKAH NIM : 20130660078 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam masalah penyakit pernafasan yang sering ditemui adalah ISPA, tuberculosis, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan pnemonia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Dengan meningkatnya kesibukan

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO DI SUSUN OLEH : MEYKA ANDYTA SARY NIM. P.10107 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak hanya disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Penilaian Mata Kuliah Nursing Practice 6.2 di STIK Immanuel Bandung Tahun Akademik 2014

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : VERA WILIS SEDAYU NIM. P.09110 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia ataupun jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD)merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : PURWANTI NIM. P.10118 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci