BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memproduksi minuman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memproduksi minuman"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memproduksi minuman ringan tanpa alcohol jenis softdrink berupa produk carbonated dan noncarbonated. Minuman tersebut dibuat dari bahan terpilih, dikemas secara higienis dalam kemasan botol maupun kaleng. Produksi ini ditangani dengan teliti dan didukung fasilitas laboratorium yang lengkap dan modern serta tenaga profesional yang terlatih. Dalam proses produksi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant menggunakan bahan pendukung seperti : 1. Amoniak (NH 3 ) Amoniak yang digunakan berbentuk gas dan memiliki bau yang menyengat. Amoniak digunakan sebagai refrigerant pada sistem pendingin tidak langsung (indirect) dari produk. Sistem pendinginan tidak langsung adalah sistem pendingin yang berfungsi untuk menyerap panas dari zat yang didinginkan melalui pendingin sekunder. Di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant amoniak disimpan pada area NH 3 Compressor Line 4. Pada area NH 3 Compressor Line 4 telah dipasang Amoniak detektor alarm untuk alat pengaman kebocoran. 2. Klorin (Cl 2 ) Klorin berupa gas berwarna hijau kekuningan. Klorin memiliki bau yang sangat menyengat. Senyawa klorin yang digunakan oleh PT Coca- 40

2 41 Cola Bottling Indonesia Surabya Plant adalah senyawa klorin dalam bentuk Calcium Hypochlorite granular (Hi-Chlor 70). Digunakan dalam proses sanitasi alat dan juga untuk pencucian botol. Klorin juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri pantogen, menghilangkan besi dan mangan, menurunkan warna, rasa dan bau, serta dapat mencegah pertumbuhan lumut. Di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant klorin disimpan pada gudang klorin (klorinator). Pada area gudang klorin (klorinator) telah dipasang Sulfur detektor sebgai alat pengaman kebocoran gas klorin. Alat ini akan berwarna seperti tembaga apabila terjadi kebocoran. Bahan kimia tersebut di tempatkan dalam tabung dan disalurkan melalui pipa-pipa yang selanjutnya digunakan untuk proses produksi. B. Penerapan Simulasi Kebocoran Gas Amoniak dan Klorin 1. Prosedur Sistem Tanggap Darurat PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant telah membuat suatu prosedur sistem tanggap darurat yaitu prosedur pengendalian krisis yang bertujuan untuk memastikan bahwa : a. Potensi insiden dapat terindentifikasi dan dianalisa dengan cepat dan tepat oleh tim kecil b. Pembuat keputusan dan manajemen yang bersangkutan menerima pemberitahuan tepat waktu

3 42 c. Insiden dikelola secara efisien sehingga kepentingan publik & karyawan terlindungi, meminimalkan dampak negatif pada merk & bisnis, serta menjaga kepercayaan dari para regulator/pihak berwenang d. Informasi dapat dijaga & dikelola dengan baik e. Respon terkoordinir dan konsisten di seluruh sistem Dalam hal insiden yang mengancam jiwa (misalnya penculikan, ancaman bom) perlindungan pada keamanan jiwa menjadi prioritas utama. 1) Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko Identifikasi dan penilaian risiko ini ditentukan dengan menggunakan metode brainstorming berdasar guidance IMCR dari National Office untuk melihat tingkatan dari risiko apakah menjadi krisis atau tidak sehingga terkait dengan bagaimana melakukan metode penanganan risiko tersebut. Berikut adalah hasil Identifikasi dan penilaian risiko kebocoran dan tumpahan bahan kimia serta amoniak : Tabel 2.Hasil Identifikasi dan Penilaian Risiko No Aspek atau penyebab resiko 1. Kebocoran & tumpahan bahan Kimia 2. Kebocoran Amoniak Mekanisme terjadinya resiko Terjadinya kebocoran kimia baik padat atau cair Adanya kebocoran pada Instalasi Amoniak Potensi Bahaya Menyebabkan pencemaran Menimbulkan kebakaran Menimbulkan gangguan kesehatan Menimbulkan pencemaran Likeli hood / Peluang Impact / Akibat Signifikansi Resiko Moderate Moderate Medium Moderate Minor Low udara Sumber :Hasil Identifikasi dan Penilaian Risiko Prosedur Pengendalian Krisis CMS-EPR-C-P-002 PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, 2015.

4 43 2) Proses penanganan insiden secara umum a) Untuk insiden kategori risiko Rendah (Low) dan sangat rendah (Very Low), maka masalah dapat ditangani sesuai prosedur dengan juga melibatkan LCMT dan Lokal Managemen. b) Untuk insiden kategori risiko Sedang (Medium), maka masalah dapat ditangani dengan melibatkan manajemen terkait termasuk Plant IMT dan Regional IMT hanya mengetahui lewat laporan reguler yang akan dilakukan oleh PR. c) Untuk insiden kategori risiko tinggi (High), maka masalah dapat ditangani melibatkan Plant IMT dan Regional IMT, memerlukan perhatian senior manajemen termasuk Plant IMT dan Regional IMT hanya mengetahui. d) Untuk insiden kategori risiko Kritikal atau krisis (Critical), maka penanganan masalah melibatkan Plant IMT dan nasional, memerlukan tindakan segera, kemudian LCMT dan IMT nasional harus mengetahui. 3) Pengenalan sumber bahaya yang ada a) Pastikan setiap karyawan yang dikonfirmasikan mengenai suatu insiden harus segera menghubungi anggota Plant IMT lokal dan tidak mendiskusikan keadaan krisis/insiden kepada pihak ketiga/luar.

5 44 b) Patikan insiden yang ada di Sales center atau di stock point diinformasikan kepada anggota Plant IMT dan Regional IMTdengan mencari fakta tanpa menunggu instruksi. c) Plant IMT sebagai assesment rekomendasi dan pusat komunikasi bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan dan menanggapi keseriusan dari insiden yang terjadi. 4) Pengisolasian daerah yang berbahaya. a) Tahap I : Umum, Pastikan setiap daerah yang menyimpan bahan kimia/bahan yang dapat membahayakan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan diberi tanda bahaya b) Tahap II : Pengisolasian daerah kebocoran bahan kimia. (1) Pastikan untuk memberitahukan kepada security dan diteruskan kepada LCMT. (2) Pastikan untuk melaksanakan prosedur penanganan kebocoran oleh pihak yang terkait. (3) Pastikan untuk mengevakuasi karyawan disekitar lokasi kejadian dan mengisolasi daerah tersebut dengan memberikan batas tali (police line). c) Tahap III : Pengisolasian daerah krisis (1) Jika terjadi ancaman bom, kebakaran dan krisis yang lain pastikan untuk segera memberitahukan kepada security dan di teruskan kepada anggota LCMT.

6 45 (2) Pastikan untuk mengevakuasi karyawan kedaerah yang aman dilokasi pabrik dan mengisolasi/memberikan pembatas didaerah yang terjadi krisis dengan menggunakan tali sambil menunggu aparat yang berwenang untuk pengisolasian yang resmi dengan menggunakan pita kuning. (3) Security agar secepatnya menghubungi aparat yang berwenang untuk penanganan lebih lanjut. 5) Penanganan pertama terhadap korban a) Tahap I : Kecelakaan ringan (1) Kecelakaan ringan seperti : tergores, terjepit dan lainya, dimana korban masih dapat berjalan untuk melakukan pengobatan. (2) Pastikan untuk segera melakukan pengobatan dengan obat yang tersedia di kotak P3K. b) Tahap I I : Kecelakaan kecil (1) Kecelakaan kecil seperti : luka yang cukup dalam dan lainya, dimana korban masih dapat berjalan untuk meminta pertolongan. (2) Pastikan untuk meminta pertolongan kepada karyawan yang lain dan sekitarnya. (3) Pastikan segera menghubungi pihak poliklinik untuk melakukan pengobatan dan melakukan tindakan pertama menghentikan kendaraan.

7 46 (4) Bila pihak poliklinik tidak mampu untuk melakukan pengobatan agar segera merujuk ke rumah sakit terdekat. c) Tahap III : Kecelakaan Berat (1) Kecelakaan berat seperti : patah tulang dan lainya, dimana korban tidak dapat berjalan untuk meminta pertolongan dengan melakukkan pengobatan. (2) Pastikan untuk meminta pertolongan kepada karyawan lain di sekitarnya. (3) Pastikan menghubungi pihak security untuk membawa tandu dan menyiapkan ambulans untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat. 6) Pengendalian Krisis Kebocoran Amoniak a) Langkah-Langkah Penting yang harus Dilakukan : Setiap kebocoran gas dapat mengeluarkan debu dan uap beracun. Penanganan harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati oleh pekerja yang telah ditraining. Jangan lupa menggunakan peralatan perlindungan diri seperti gloves, googles, dan alat lain yang di butuhkan. Selain itu peralatan P3K juga dibutuhkan. Jika terdapat kebakaran dan mengeluarkan gas beracun cepatlah keluar dari area tersebut dan mintalah pertolongan segera. Jangan mencoba bertindak sendiri - sendiri. b) Tindakan Segera (1) Segera Bunyikan Tanda Bahaya (Alarm).

8 47 (2) Menghubungi LCMT Leader/Duty Manager/General Affair/Ketua Evakuasi. (3) Untuk mengurangi kepanikan, seluruh karyawan/tamu berada didalam lokasi di evakuasi ke lokasi evakuasi yang ditetapkan oleh ketua team evakuasi. Catatan : Sesuai dengan Area Bahaya Kebocoran. (4) Sebelum Team Evakuasi datang hal-hal yang perlu diperhatikan : (5) Mengenali potensial hazard melalui MSDS (Material Safety Data Sheet) bahan kimia yang bocor atau tumpah, (6) Mengenali APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan bahan kimia tersebut. (7) Mengenali peralatan emergency, First Aid (P3K) dan cara menggunakan alat tersebut. (8) Mengenali letak Fire Extinguiser. Catatan : beberapa bahan kimia dapat terbakar bila bercampur gunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) bila diperlukan. (9) Mengetahui Pintu Keluar c) Tindakan yang harus diperhatikan Kesalahan didalam bertindak akan menyebabkan timbulnya kefatalan. Jangan bertindak sendiri, bekerja dalam satu team didalam menanggulangi kebocoran ammonia akan menghindarkan kita dari bahaya yang lebih besar. Jangan lupa menggunakan the

9 48 body system dan jangan bertindak sendiri. Penanganan tiap bahan kimia memerlukan alat pelindung diri. Jangan menyentuh amoniak tanpa mengenakan alat pelindung diri. d) Langkah Pada Saat Hari Libur / Raya Petugas Security bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan perlindungan terhadap bahaya kebocoran dan keamanan. (1) Petugas Security yang sedang patroli atau pekerja yang sedang lembur jika mengetahui adanya kebocoran di suatu lingkup kerja perusahaan, segera melakukan upaya penanggulangan dengan sarana yang ada. (2) Apabila kebocoran tersebut tidak dapat di kendalikan maka bunyikan alarm tanda kebakaran (dengan memecahkan break glass) dan beritahukan kepada petugas Security yang terdekat. (3) Petugas security segera menginformasikan kepada kepala regu security dan petugas security yang lain untuk segera melakukan bantuan. (4) Petugas Security yang lain segera menutup pintu gerbang. Pihak luar dilarang masuk dan hubungi LCMT Leader. e) Langkah Pada Saat Kebocoran tidak dapat Dikuasai (1) Team safety tetap berusaha menanggulangi sambil menunggu kedatangan team ahli terkait.

10 49 (2) Fire Master segera membunyikan alarm tanda bahaya. Seluruh karyawan harus segera mengungsi ketempat yang telah ditetapkan dipimpin oleh Team evakuasi seperti tertera pada prosedur pengungsian (3) Tim evakuasi masing-masing departemen membawa anak buahnya keluar melalui pintu keluar yang terdekat menuju tempat evakuasi dan mengabsen anak buahnya. Apabila kurang, segera laporkan kepada Fire Master untuk menentukan langkah pencarian. (4) Bila tim ahli telah tiba, team internal tetap membantu upaya penanggulangan dan Security melakukan tindakan pengamanan terhadap pihak luar yang hendak masuk ke area Pabrik dan mengamankan wilayah asset penting perusahaan. Prosedur pengendalian krisis secara khusus untuk kebocoran gas klorin belum ada, sehingga proses pengendalian kebocoran gas klorin menyesuaikan dengan prosedur pengendalian secara umum dan prosedur pengendalian kebocoran dan tumpahan bahan kimia. Training dan simulasi dari prosedur ini dilakukan kepada seluruh karyawan atau karyawan yang terkait sesuai jadwal yang ada (1 s/d 3tahunsekali), dalam melakukan simulasi ini diusahakan dilakukan bergantian tiap prosedur dengan mempertimbangkan prosedur mana yang dapat dipraktekkan dan sesuai dengan tingkat risiko terjadinya.

11 50 2. Tim Tanggap Darurat Di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memiliki tim tanggap darurat yang disebut dengan Local Crisis Management Team (LCMT). Struktur Organisasi Local Crisis Management Team (LCMT) dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Struktur Organisasi Local Crisis Management Team (LCMT) PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant. Sumber: PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, Adapun peranan dari LCMT PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, yaitu LCMT bertindak sebagai assessment rekomendasi dan pusat komunikasi selama terjadinya suatu insiden, dengan tanggung jawab sebagai berikut : a. Anggota LCMT yang dihubungi harus segera menghubungi anggota yang lain dan mempersiapkan proses selanjutnya.

12 51 b. LCMT bertanggung jawab untuk meng-analisa potensi dampak dari insiden dan memberikan rekomendasi action untuk menangani insiden, yaitu: 1) Mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan dan melakukan analisa potensi insiden 2) Memberikan rekomendasi langkah-langkah tanggap yang harus dilakukan, kepada manajemen pembuat keputusan &National CTC 3) Menjaga & mengelola informasi (kerahasiaan informasi harus dijaga) 4) Memelihara komunikasi dengan pihak-pihak yang relevan. c. Anggota inti LCMT harus dapat dihubungi 7 hari seminggu. Setiap anggota inti LCMT yang mendapat laporan akan segera menghubungi anggota inti LCMT lain dan meng-aktivasi proses IMCR d. LCMT mengkomunikasikan setiap informasi dengan fungsi-fungsi yang berkepentingan dan senior management, tetapi sebelumnya memastikan informasi yang disampaikan benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. e. Membentuk group yang akan berhubungan dengan pihak luar yang berwenang sebagaimana yang telah disetujui. f. Menangani insiden dengan melakukan konsultasi dengan para pembuat keputusan kunci sampai waktu yang disetujui tentang perkembangan (seperti publisitas atau luka), dan membentuk formasi dari semua National CMT, mulai dari management fungsional yang relevan.

13 52 3. Sarana dan Fasilitas Tanggap Darurat a. Alat Pelindung Diri (APD) PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant mewajibkan karyawan, kontraktor, maupun tamu untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) berupa sepatu safety, rompi, dan topi/helm safety. Selain itu, disediakan kotak APD pada setiap area kerja yang isinya disesuaikan potensi bahaya di area tersebut dan dilakukan inspeksi setiap 1 bulan sekali. Daftar isi dan jadwal perawatan APD area NH 3 Compressor dapat dilihat pada lampiran 1 dan area gudang klorin (klorinator) dapat dilihat pada lampiran 2. Untuk area NH 3 Compressor dan gudang klorin (klorinator) disediakan alat pelindung diri tambahan berupa Self Contained breathing Apparatus (SCBA). Self Contained breathing Apparatus (SCBA) di area NH 3 Compressor dengan merk Fenzy yang diletakkan di Pos 2 Security yang terlihat pada gambar 3 dan area gudang klorin (klorinator) dengan merk Spascian yang diletakkan di samping gudang klorin yang terlihat pada gambar 4. Check list inspeksi Self Contained breathing Apparatus (SCBA) area NH 3 Compressor dapat dilihat pada lampiran 3 dan area gudang klorin (klorinator) dapat dilihat pada lampiran 4.

14 53 Gambar 3. Self Contained breathing Apparatus (SCBA) merk Fenzy Sumber: PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, Gambar 4. Self Contained breathing Apparatus (SCBA) merk Spascian Sumber: PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, b. Sistem Komunikasi 1) Alarm Isyarat Tanda Bahaya PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant menggunakan alarm dan lonceng sebagai isyarat tanda bahaya. Alarm dan lonceng tersebut dipasang di pos security 1 dan 2. Alarm dilengkapi dengan sensor dan sirine yang akan berbunyi pada level

15 54 tertentu. Berikut isyarat tanda bahaya alarm dan lonceng PT Coca- Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant : a) Tanda siaga Sirene panjang terus menerus selama 15 detik dengan interval kosong selama 5 detik. Artinya: (1) Telah terjadi bahaya di area perusahaan. (2) Jangan panik. (3) Tetap di tempat, hentikan semua kegiatan kerja, matikan mesin. (4) Siapkan barang-barang penting milik perusahaan yang harus diselamatkan. (5) Tutup pintu-pintu lemari file. (6) Siap menerima perintah berikutnya. b) Tanda bahaya Sirene pendek terus menerus, lamanya 5 detik dengan interval kosong selama 3 detik.artinya : Keadaan darurat (1) Setelah menerima perintah mengungsi, dipimpin team evakuasi, masing-masing karyawan keluar dengan tertib menuju tempat pengungsian melalui pintu keluar yang terdekat. (2) Jangan membawa barang-barang berat, bawalah hanya filefile yang harus diselamatkan dan besarnya tidak melebihi tas kerja Anda.

16 55 (3) Jangan sekali-kali berhenti atau kembali untuk mengambil barang milik pribadi yang tertinggal. c) Tanda Aman Sirene panjang selama 25 detik dengan interval kosong 5 detik, terus menerus selama 5 kali. Artinya : (1) Situasi telah dapat dikendalikan kembali. (2) Semua karyawan menunggu instruksi selanjutnya dari Management. 2) Isyarat Bahaya Kentongan / Lonceng (1) Pembunuhan : dst (dipukul terus-menerus) (2) Perampokan / Pencurian : dst (2x terusmenerus) (3) Kebakaran : dst (3x terusmenerus) (4) Bencana alam : dst (3x + 1x terusmenerus) (5) Kecelakaan lalu-lintas : dst (1x + 3x terusmenerus) (6) Perkelahian / keributan : dst (2x + 3x terusmenerus) (7) Keadaan aman : dst (1x terusmenerus setiap 1jam sekali). 3) Telepon dan Form Pelaporan PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memiliki fasilitas telepon di setiap meja dan ruangan yang disediakan daftar

17 56 extension number employee untuk berkomunikasi antar employee CCAI yang sudah memiliki extension IP Phone dan nomor telepon penting atau darurat. Daftar nomor telepon/contact list yang dihubungi harus selalu diperbarui, jika terjadi suatu krisis serta didistribusikan ke lokasi yang ditetapkan (anggota Local Crisis Management Team, Team Security), dan mendistribusikannya. Nomor telepon dari Local Crisis Management Teamakan selalu direview dan diperbaharui apabila ada perubahan personil atau minimal 1 tahun sekali. Berikut emergency call yang terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Emergency call PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant Location Dial Number PMK Bangil Polsek Gempol POLRES Pasuruan PLN Pandaan RS Mitra Sehat Sumber: PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, Selain itu apabila terjadi insiden karyawan dapat memberikan laporannya mengenai sumber bahaya atau bahaya yang ada secara tertulis melalui form Pelaporan sumber / bahaya dan Konsultasi K3 (Form No. OHS-MGM-C-F ) yang disediakan di beberapa lokasi di area pabrik, DC, sales office, Kantor Pusat, dan atau melalui OHS Issue Management Database pada our CCAI. Berikut adalah diagram untuk menggambarkan alur komunikasi dalam penanganan suatu insiden yang terlihat pada gambar 5.

18 57 Gambar 5. Alur Komunikasi Dalam Penanganan Suatu Insiden Sumber: Prosedur Pengendalian Krisis CMS-EPR-C-P-002 PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant, c. Jalur Evakuasi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant telah menentukan dan menerapkan jalur evakuasi pada area perusahaan namun dalam penerapannya jalur evakuasi masih belum sepenuhnya ada. Pada beberapa area jalur evakuasi ataupun rambu-rambu jalur evakuasi belum ada dan belum dipasang serta perlu mendesain ulang jalur evakuasi dibeberapa area perusahaan. Jalur evakuasi untuk

19 58 menanggulangi jika terjadi keadaan darurat tidak dibuat satu arah saja, melainkan beberapa arah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses evakuasi. Lay out jalur evakuasi salah satu area di PT Coca- Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant yaitu area NH 3 Compressor dapat dilihat pada lampiran 5. d. Pintu Darurat PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant menyediakan pintu darurat berupa pintu keluar masuk yang dipasang tanda EXIT berwarna hijau dan menyala pada bagian atas pintu. e. Titik Kumpul PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memiliki 3 titik kumpul, yaitu di depan pos 1 security, di samping gudang karoseri, dan di area empty bottle. Titik kumpul diberi papan dengan tanda AREA BERKUMPUL (Emergency Evacuation Point) berwarna kuning. Secara visual luas safe area di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant cukup luas untuk menampung seluruh karyawan apabila terjadi keadaan darurat. f. P3K PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant telah melaksanakan P3K yang meliputi kotak P3K dan training P3K. Kotak P3K hampir tersebar di seluruh ruang kerja dan berisi obat-obatan serta peralatan yang digunakan untuk memberikan pertolongan pertama waktu terjadi kecelakaan. Isi kotak P3K antara lain kassa steril

20 59 terbungkus, perban lebar 5 cm dan 10 cm, plester lebar 1,25 cm dan plester cepat, kapas 25 g, kain segitiga mitela, gunting peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, pinset, lampu senter, gelas untuk cuci mata, aquades 100 ml, povidon (iodin), dan alkohol. Selain itu juga tersedia form pemakaian obat dan buku pedoman P3K sehingga dapat diketahui apakah terjadi kecelakaan kerja atau tidak. Inspeksi kotak P3K dilakukan setiap 1 bulan sekali. Namun, dalam pelaksanaan penggunaan kotak P3K masih belum maksimaldikarenakan masih banyak tenaga kerja yang memakai obat di kotak P3K tanpa mencatatnya pada form pemakaian obat. g. Poliklinik / Rumah Sakit PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memiliki satu poliklinik dengan satu orang paramedis dan satu dokter jaga yang telah bersertifikat hiperkes. Perusahaan juga melakukan kerja sama dengan beberapa Rumah Sakit Daerah dan Rumah Sakit Swasta. Apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan kerja yang memerlukan penanganan lanjutan yang tidak dapat ditangani oleh poliklinik maka poliklinik memberikan rujukan ke Rumah Sakit Mitra Sehat Medika.Selain itu, apabila tenaga kerja sakit dan memerlukan obat yang tidak terdapat di poliklinik maka dokter perusahaan dapat menuliskan resep untuk ditebus ke Apotek Sumber Waras Pandaan. 4. Simulasi Keadaan Darurat a. Jadwal Simulasi

21 60 PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant memiliki 20 jenis simulasi tanggap darurat. Setiap keadaan darurat memiliki frekuensi simulasi yang berbeda yaitu 1 s/d 3 tahun sekali. Hal ini berdasarkan dari tingkat risiko dari keadaan darurat tersebut. Jadwal simulasi keadaan darurat PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant dapat dilihat pada lampiran 6. b. Metode Pelaksana Simulasi Pelaksanaan simulasi keadaan darurat di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant dilakukan melalui tahapan penyusunan skenario simulasi keadaan darurat sesuai dengan OHS Prosedur Pengendalian Krisis, pelaksanaan simulasi di lapangan, dan evaluasi terhadap simulasi. c. Skenario dan Pelaksanaan Simulasi Skenario simulasi kebocoran gas amoniak dapat dilihat pada lampiran 7 dan skenario simulasi kebocoran gas klorin dapat dilihat pada lampiran 8. Pelaksanaan simulasi keadaan darurat sebagai berikut: 1) Simulasi kebocoran gas amoniak Tanggal : 17 April 2016 Pukul Lokasi : WIB : NH 3 Compressor Line 4 PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant

22 61 2) Simulasi kebocoran klorin Tanggal : 17 April 2016 Pukul Lokasi : WIB : Gudang Klorin (Klorinator)PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant Simulasi ini diikuti oleh karyawan/operator, tim security, LCMT/OHS Manager, dan peserta magang. Daftar hadir dari simulasi keadaan darurat kebocoran gas amoniak dan klorin dapat dilihat pada lampiran Evaluasi Simulasi Keadaan Darurat a. Pelaksanaan simulasi Setelah dilakukannya simulasi tanggap darurat kebocoran gas amoniak dan klorin, hal yang dapat dievaluasi yaitu : 1) SCBA yang digunakan bocor. 2) Alarm rusak, tidak berbunyi sehingga digantikan dengan lonceng untuk alarm tanda bahaya. 3) Keikutsertaan LCMT kurang maksimal karena pada saat simulasi dilaksanakan, peran LCMT pre memory. Form dan hasil evaluasi simulasi keadaan darurat kebocoran gas amoniak dapat dilihat pada lampiran 10 dan form dan hasil evaluasi simulasi keadaan darurat kebocoran gas klorin dapat dilihat pada lampiran 11.

23 62 b. Audit internal SMK3 Pada tanggal 28 April 2016, PT Coca-Cola Bottling Indonesia Surabaya Plant melakukan audit internal SMK3 oleh OHS National CCAI. Dari hasil audit tersebut didapat temuan untuk kriteria tanggap darurat berupa : 1) Seharusnya dilakukan evakuasi pada saat simulasi tanggap darurat kebocoran gas amoniak dan klorin pada hari Minggu, 17 April Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya korban. 2) Pembaruan jadwal simulasi. 3) Belum ada prosedur pengendalian krisis untuk kebocoran gas klorin dan ozon secara spesifik.

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

PENERAPAN SIMULASI TANGGAP DARURAT KEBOCORAN GAS AMONIAK DAN KLORIN DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA SURABAYA PLANT

PENERAPAN SIMULASI TANGGAP DARURAT KEBOCORAN GAS AMONIAK DAN KLORIN DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA SURABAYA PLANT PENERAPAN SIMULASI TANGGAP DARURAT KEBOCORAN GAS AMONIAK DAN KLORIN DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA SURABAYA PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Rena Surya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi dapat mendorong kemajuan di bidang industri. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya mesin dan bahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan.

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan. 2. RUANG LINGKUP Yang termasuk keadaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR P3K No. Dokumen : PT-KITSBS-29 Tanggal : April : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan Syakuro PLT DM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB Berlandasakan pada Surat Keputusan Kepala UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan

Lebih terperinci

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB) MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB) Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan

Lebih terperinci

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Syifa Chairunnisa, Baju Widjasena, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 5 /MEN/VIII/008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/VIII/2008 TAHUN 2008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERATURAN MENTERI NOMOR :PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA. MENTERI Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh yang

Lebih terperinci

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME 1/7 1. Tujuan a. Agar tercapai keadaan yang aman dan nyaman bagi karyawan/mahasiswa, serta tidak berbahaya bagi lingkungan. b. Karyawan / mahasiswa dapat memahami tentang tindakan pencegahan & penanggulangan

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN Materi 2 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN Oleh : Agus Triyono, S.Si, M.Kes SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN a. MACAM-MACAM SISTEM 1. Alat Pemadam Api Ringan 2. Sistem Deteksi dan Alarm 3. Sistem Slang Air Hose Reel

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAGAAN dan TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAGAAN dan TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAGAAN dan No. Dokumen : PT-KITSBS-13 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan

Lebih terperinci

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA, UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 145/K01.2.6/SK/2010

KEPUTUSAN KEPALA, UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 145/K01.2.6/SK/2010 KEPUTUSAN KEPALA, UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 145/K01.2.6/SK/2010 TENTANG STANDAR OPERATING PROCEDUR (SOP) KEDARURATAN DI ITB Tujuan : Memberikan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI DAFR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii SURAT PERNYAAN TENNG ORISINALIS... iv KA PENGANR... v ABSTRACT... vi ABSTRAK... vii DAFR ISI... ix DAFR BEL... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK : 7-/AJS/HSE/FR Revisi : Halaman : dari 5. Manual Sistem Manajemen K3 /AJS/MK3 3 8-3-4. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko. a. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko b. Pengendalian

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga dimana harus terus dijaga dan diperdayakan. Pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya manusia yang tinggi

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017 1 Lepasnya 40 metrik ton methyl isocyanate ke udara dari pabrik Union Carbide

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat JUDUL : Managemen Tanggap Darurat DESKRIPSI : Bagian ini menjelaskan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan dalam mengelola operasional tanggap darurat, memeriksa peralatan dan fasilitas tanggap darurat,

Lebih terperinci

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Keselamatan kerja di laboratorium

Lebih terperinci

Organisasi Tanggap Darurat Terpadu Transportasi B3

Organisasi Tanggap Darurat Terpadu Transportasi B3 Organisasi Tanggap Darurat Terpadu Transportasi B3 (Asosiasi Pengusaha Transportasi B3) ASOSIASI PENGUSAHA TRANSPORTASI B3 Membangun Negara melalui Ketaatan Hukum dan Peningkatan Keselamatan dan Keamanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1 2015 No.42,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

TATA KERJA ORGANISASI

TATA KERJA ORGANISASI PENGELOLAAN PENGAMANAN LOKASI SUMUR EKSPLORASI DI LINGKUNGAN No.01 /RG1000/2016-S0 REVISI KE- 0 PERTAMINA HULU ENERGI RANDUGUNTING HALAMAN : 1 dari I. TUJUAN Tujuan TKO ini adalah untuk mengatur pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA INSTALASI SARANA DAN PRASARANA ANALISIS SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT(ICU)RSUP

Lebih terperinci

Prosedur Tanggap Darurat

Prosedur Tanggap Darurat Industrial Engineering ITS Prosedur Tanggap Darurat Disampaikan pada sosialisasi K3 2015 Keadaan Darurat Keadaan Darurat keadaan sulit yang tidak diduga, yang memerlukan penanganan segera agar tidak menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan dunia industri saat ini mendorong berbagai teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control 148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai

Lebih terperinci

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE No. Dokumen Judul Dokumen : K3L-2 : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT Ini adalah dokumen yang dikontrol Distribusi rutin di batasi pada distribusi yang disetujui PT

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGANAN GAWAT DARURAT TERPADU DI KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI Nama : Dede Agus Maulana NPM : 31412769 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan merupakan bagian integral dari tanggap darurat keseluruhan, bertujuan mengurangi dampak penyakit mendadak

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI LSK-K3 ICCOSH Ahli K3

SKEMA SERTIFIKASI LSK-K3 ICCOSH Ahli K3 SKEMA SERTIFIKASI LSK-K3 ICCOSH Ahli K3 PENGERTIAN: Persyaratan sertifikasi khusus bagi pemohon/pemegang sertifikat Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berkaitan dengan kategori profesi

Lebih terperinci

SAFETY INDUCTION PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA DIV. OPS. III SURABAYA

SAFETY INDUCTION PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA DIV. OPS. III SURABAYA SAFETY INDUCTION DIV. OPS. III SURABAYA SEJARAH Plant Precast Surabaya berdiri pada awal 1996. awalnya merupakan anak perusahaan PT. Adhi Karya. Dalam perjalanannya sejak 1996 hingga 2000-an, plant precast

Lebih terperinci

1. Menyiapkan upaya penyelamatan

1. Menyiapkan upaya penyelamatan KODE UNIT : O.842340.039.01 JUDUL UNIT : MengikutiOperasi Penyelamatan DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk ambil bagian/ikut dalam kegiatan penyelamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara definisi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya arus pertumbuhan penduduk mengindikasikan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah dituntut untuk berusaha menyeimbangkan kepadatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan Kuliah Awal Semester Lab Instruksional Teknik Kimia Keselamatan Kerja, Kesehatan & Perlindungan Lingkungan (K3L) Lab Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan Sadari! Area Labtek X (termasuk Lab Pilot & Bengkel2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis Mn 201 05 Januari 2015 1. Pengantar Proses treatment metal dengan menggunakan MANGANESE PHOSPHATE 201 (Mn-201) memberikan lapisan kristal yang menyelubungi

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci