BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang
|
|
- Hengki Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Nasution, 1989). Dalam bidang kesehatan, penyuluhan juga berperan merubah perilaku hidup. Menurut UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Salah satu bentuk dari penyuluhan kesehatan adalah penyuluhan gizi.
2 Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul & Azwar, 1983). Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang praktis akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes RI, 2002). Teknik penyuluhan gizi adalah cara mempertemukan sasaran dengan materi. Penentuan teknik tergantung pada tujuan, metode, materi, karakteristik sasaran, media dan situasi. Beragam teknik penyuluhan gizi meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstrans, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial (Depkes RI, 2009). Pesan gizi yang disampaikan dalam penyuluhan gizi harus tepat. Seseorang tidak perlu mencakup semua informasi yang diketahui tentang sesuatu hal, tetapi apa yang disajikan harus didasarkan pada pengetahuan terbaik yang dimiliki (Depkes RI, 2002). Dalam penelitian ini pesan gizi
3 yang disampaikan adalah tentang keamanan pangan jajanan yang terdiri dari 5 (lima) kunci keamanan pangan anak sekolah. Berbagai penelitian penyuluhan gizi telah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010), tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu menyimpulkan bahwa penyuluhan gizi mempengaruhi perilaku ibu. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ditamarte (2011) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang gizi balita di Desa Argotirto Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa pemberian penyuluhan gizi pada ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita Metode Penyuluhan Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihanseorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangattergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain : 1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.
4 Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu ada juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama. 2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya. Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. 3. Metode berdasarkan pendekatan massal.
5 Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi tentang keamanan pangan, dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan dengan memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman antar sesama peserta penyuluhan diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.
6 2.1.2 Media Penyuluhan Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Beberapa alat peraga penyuluhan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :
7 Benda Sampel, model, specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder, brosur/booklet Alat Peraga Penyuluhan Benda Gambar Diproyeksi kan Placard, poster, flipchart, photo, flannelgraph, transparency, sheet Slide-film, movie- film, filmstrip, video-film, film televisi/tv Lambang Grafik Grafik (garis batang), diagram, skema dan peta Gambar 2.1 Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ( Lucie,2005) Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat untuk menyalurkan pesan, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. (Angkowo dkk, 2007). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Chairunisyah (2011), tentang pengaruh penggunaan media gambar (visual) terhadap peningkatan hasil belajar siswa menyimpulkan bahwa media visual gambar dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Supriani (2008), menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dan intelegensi dalam mempengaruhi kemampuan membaca. Penelitian Rahmi (2007),
8 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penggunaan media pembelajaran dengan hasil belajar. Penelitian Junita (2009), disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dan kecerdasan visual spasial mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dan pengelolaan informasi. Disamping berperan dalam meningkatkan semangat belajar dan membangkitkan minat belajar, media pembelajaran juga memberi pengalaman belajar. Media akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas dan tepat (Notoatmodjo,2007). Media penyuluhan dalam kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Setiap jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan (Notoadmodjo, 2007). Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari jenisjenis media dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
9 Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media No. Jenis Media Kelebihan Kekurangan 1 Media Cetak, seperti: - poster, - leaflet, - brosur - lembar balik - Tahan lama, - Mencakup banyak orang, biaya rendah, - Mudah dibawa, tidak perlu listrik, dan - Mempermudah pemahaman Tidak dapat menstimulir efek gerakan dan suara, mudah rusak dan terlipat 2 Media elektronik seperti: - Televisi - Radio - Film - Video film - CD dan VCD 3 Media luar ruangan, seperti - Banner - Layar lebar - Spanduk - Mudah dipahami, - Lebih menarik, - Sudah dikenal masyarakat, - Mengikut sertakan seluruh indra, - Penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang, - Jangkauannya relative besar. - Mudah dipahami, - Lebih menarik, dan - Jangkauannya relative besar - Biaya lebih tinggi, - Perlu listrik dan alat, perlu persiapan dan penyimpanannya, - Perlu Ketrampilan Untuk Mengoperasikannya - Biaya lebih tinggi, - Perlu listrik dan alat, perlu persiapan dan penyimpanannya, Sumber :Notoadmodjo, 2007 Media merupakan salah satu sarana penting dalam proses pendidikan gizi. Peran media sangat strategis untuk memperjelas pesan dan meningkatkan efektivitas proses pendidikan gizi Media Poster dan Film Menurut Angkowo dkk (2007) yang membagi media berdasarkan jenisnya, media poster dan leaflet merupakan media gambar. Menurut
10 Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media, poster merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Poster adalah suatu pesan singkat dalam bentuk gambar dan /atau tulisan dengan tujuan memenaruhi seseorang untuk menginginkan sesuatu yang ditawarkan dan untuk memengaruhi agar orang itu bertindak. Poster adalah media yang paling umum digunakan di lingkungan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, dan mempermudah pemahaman. Selain itu poster juga mampu menyampaikan kesan-kesan tertentu serta mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Film merupakan media audio visual. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera dan oleh animasi. Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan, menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis (Supariasa, 2012).
11 Film keamanan pangan makanan jajanan merupakan media audio visual yang dihasilkan dari rekaman orang dan benda yang berhubungan dengan keamanan pangan jajanan. Dengan media audio visual ini diharapkan terjadi perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan tindakan tentang keamanan pangan jajanan. Penelitian Mukhtar (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2012) bahwa penyuluhan dengan media film animasi efektif meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menggunakan media poster dan film keamanan pangan jajanan sebagai alat peraga dalam penyuluhan gizi pada murid Sekolah Dasar. Media penyuluhan gizi ini dibuat oleh peneliti Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku
12 adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntugkan. Menurut Sarwono (2007), perubahan perilaku melalui pemberian informasi/pendidikan kesehatan akan memakan waktu yang lama. Meskipun lama, hasil/perubahan yang dicapai ternyata lebih lama menetap/lestari dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena individu merasakan sendiri adanya kebutuhan berperilaku sehat. Menurut Mubarak dkk (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku itu terjadi akibat adanya paksaan aturan yang mengharuskan untuk berbuat. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses
13 perubahan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Berbagai penelitian penyuluhan tentang penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2012) tentang pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran. Terjadi perubahan perilaku sebelum dan sesudah penyuluhan. Sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizitentang penyediaan menu seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan gizi adalah cukup (71,43%), sesudah penyuluhan gizi sikap ibu menjadibaik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik sebanyak 14,29%, sesudah penyuluhan gizi menjadi42,86%. Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan efektif diberikan untuk merubah perilaku sasaran.
14 Dalam penyuluhan gizi perubahan perilaku merupakan tujuan dari penyuluhan gizi. Penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) (2003) terhadap perilaku makan sehat pekerja di perusahaan elektronik. Hasilnya adalah terjadi perubahan perilaku yang disebabkan intervensi penyuluhan gizi yaitu proporsi perilaku makan sehat pekerja meningkat dari 32,2% menjadi 47,1% (Depkes, 2009). Perubahan perilaku juga dipengaruhi banyak faktor dalam penyuluhan gizi. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam penyuluhan gizi adalah metode, materi, media, dan petugas yang melakukannya. Agar tercapai suatu hasil yang optimal, faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara optimal dan harmonis (Depkes RI, 2002). Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media dan berbagai metode dalam mengubah perilaku. Penelitian yang dilakukan Djaiman dkk (2004) tentang pengembangan media praktis tentang pertumbuhan balita dengan sasaran ibu balita pengunjung pelayanan kesehatan menyimpulkan bahwa pemberian media saja pada ibu balita tidaklah cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di posyandu akan tetapi pemberian media yang dikombinasikan dengan penyuluhan dapat meningkatkan
15 pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di posyandu. Penelitian oleh Priyanti (2011) tentang keefektifan penyuluhan kesehatan menggunakan media film animasi dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil penelitian membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media film animasi, efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Menurut Depkes (2009), penyuluhan gizi dengan media dapat meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah gizi yang dihadapi menjadi mampu mengatasinya. Peranan penyuluhan gizi menggunakan media dalam perubahan perilaku juga dibuktikan dalam penelitian Tampubolon (2009) tentang pengaruh penyuluhan gizi dengan media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penyuluhan gizi dengan media poster mampu meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) konsumsi makanan jajanan pada siswa sekolah menengah. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka (2007) tentang pengaruh penyuluhan gizi dengan media leaflet terhadap perubahan
16 perilaku keluarga sadar gizi ibu balita di Kecamatan Banjarangkan I, Propinsi Bali menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan perilaku Kadarzi pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi dengan media leaflet dari pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi tanpa media leaflet. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2012) tentang penyuluhan gizi dengan media komik untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan siswa. Ada Perbedaan peningkatan pengetahuan antar kelompok yang diberikan penyuluhan gizi dengan media komik dengan tanpa media komik, di mana kelompok dengan media komik memiliki peningkatan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok tanpa media komik. Hasil hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penyuluhan gizi dengan media dapat merubah perilaku sasaran kearah yang lebih baik. Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan sasaran sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penyuluhan gizi dengan media poster dan film tentang keamanan pangan jajanan dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku keamanan pangan murid melalui peran aktif murid dan pengalaman antar sesama murid,
17 diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan. 2.2 Perilaku Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan) Pengetahuan Keamanan Pangan Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang,
18 sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu : 1) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahanmasalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek kendala komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan suatu materi (Green & Lewis, 1986). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari
19 responden (Azwar, 2005). Sedangkan menurut Green & Lewis, dkk, (1986), pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Pengetahuan keamanan pangan murid yaitu murid mengetahui tentang jenis jenis pangan, ciri- ciri pangan yang aman, cara menjaga kebersihan diri dan kantin sekolah serta mengetahui cara membaca label pada pangan kemasan. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara berstruktur dengan kuesioner. Kedalaman pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik responden. Penilaian praktis dapat dilakukan jauh lebih mudah apabila penilaian itu dirancang dari semula sebagai bagian dari strategi pengembangan program dan bukan ditentukan kemudian hari (Madanijah, 2004) Sikap Keamanan Pangan Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang tentang senang, tidak senang, setuju tidak setuju, baik, tidak baik dan sebagainya. Sedangkan menurut Winardi (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.
20 Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu (1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Respon tertutup murid tentang keamanan pangan dapat dicontohkan dengan reaksi setuju atau tidak setuju dalam membeli pangan jajanan yang murah dan berwarna cerah Tindakan Keamanan Pangan Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2010). Adapun tingkatan dari tindakan adalah (1) Persepsi, (2) Respon Terpimpin (Guide Response), (3) Mekanisme (Mechanisme) dan adaptasi (adaptation) Tingkatan pertama adalah Persepsi yang diartikan sebagai mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi murid tentang keamanan pangan adalah murid dapat memilih jenis- jenis pangan yang aman untuk dikonsumsi.
21 Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua. Dalam keamanan pangan, respon terpimpin dapat dicontohkan seperti murid mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan dan murid melakukan langkah- langkah mencuci tangan dengan benar. Mekanisme yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. Dalam tindakan keamanan pangan, mekanisme dapat dicontohkan seperti membeli makanan jajanan yang aman, membeli jajanan ditempat yang bersih, selalu memabaca label kemasan pangan seperti tanggal kadaluarsanya dan selalu mencuci tangan sebelum makan. Tingkatan yang terakhir dari proses tindakan adalah adaptasi (Adaptation) yang dapat diartikan sebagai tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2010). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut tindakan kesehatan.
22 2.3.Keamanan Pangan Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Keamanan pangan secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman secara rohani dan aman secara jasmani. Aman secara rohani berhubungan dengan kehalalan, dan aman secara jasmani meliputi pangan itu bebas dari bahaya biologi atau mikroorganisme yang membahayakan, bebas cemaran fisik dan bebas cemaran kimia. Pangan tradisional pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal keamanannya terhadap bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau cemaran tersebut seringkali terdapat dan ditemukan karena rendahnya mutu bahan baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannnya praktek sanitasi dan higiene yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun produsen yang menangani pangan tradisional. Berdasarkan Undang Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Upaya untuk mewujudkan keadaan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Setelah melalui proses panjang yang melibatkan berbagai
23 pihak peraturan ini menggariskan hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan pangan yang aman, bermutu, dan bergizi. Suatu pangan dikatakan aman apabila bebas dari bahaya yang ditimbulkan akibat dari keberadaan cemaran tersebut. Kata bebas dalam hal ini tidak selalu berarti sama dengan nol atau tidak ada sama sekali. Karena berbagai alasan beberapa bahan tersebut tidak dapat dihilangkan dengan seksama, namun melalui berbagai penelitian dan pengkajian nasional dan internasional ditetapkan standar atau batas maksimal keberadaan dari masing-masing bahan tersebut Pangan Jajanan Anak Sekolah Sumber pangan bagi anak selama di sekolah sebagian besar berasal dari kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah. Oleh karena itu peranan kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah sangat penting untuk menyediakan pangan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan yang dijual di kantin sekolah atau oleh pedagang di luar sekolah sangat beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebiasaan jajan anak sekolah yaitu makanan sepinggan, makanan camilan/ snack, minuman dan buah a. Makanan sepinggan Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat disiapkan dirumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin sekolah. Makanan sepinggan dikenal dengan istilah jajanan berat. Jajanan ini bersifat mengenyangkan
24 dan dapat menggantikan makanan utama seperti makan siang. Contoh makanan sepinggan adalah mi ayam, bakso kuah, bubur ayam, nasi goreng, lontong sayur, gado gado, ketropak, siomay, mi goreng, dan soto ayam b. Makanan camilan/ snack Camilan / snack merupakan makanan yang dikonsumsi di luar makanan utama dan dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, risoles, lemper, kue lapis, donat, jelly dan gorengan lainnya) dan camilan kering (seperti keripik, biscuit, kue kering, permen dan lain- lain). c. Minuman Minuman meliputi minuman ringan dalam kemasan (seperti minuman berkarbonasi cola dan minuman berkarbonasi jeruk) dan minuman ringan yang tidak dikemas (seperti es sirup, es the lemon dan lain- lain) serta minuman campur (seperti es pisang ijo, es doger dan lain- lain). d. Buah, yaitu yang siap konsumsi. Bila buah berkulit yang harus dikupas dan atau dipotong antara lain pepaya, nenas, semangka dan melon Lima Kunci Keamanan Pangan Anak Sekolah Berikut adalah lima kunci keamanan pangan dari Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) yang dapat menjadi pedoman untuk mengajarkan pada siswa, bagaimana cara memilih jajanan yang aman. Kunci pertama yaitu kenali jajanan yang aman. Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia, dan benda lain.
25 Pangan dapat tercemar oleh ketiga jenis bahaya tersebut, yang bila terkonsumsi dapat menyebabkan sakit. Agar pangan yang kita makan dapat bermanfaat bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit, maka kita harus memilih pangan yang aman. Pangan yang aman harus bebas dari beberapa hal yaitu: a. Aman dari bahaya biologis, seperti pangan terlihat bersih, kemasan pangan tidak rusak, pangan tidak basi ( tekstur tidak menyimpang dari keadaan normal, bau tidak menyimpang seperti bau asam atau busuk ) b. Aman dari bahaya kimia, seperti pangan tidak terlalu kenyal atau gosong, pangan tidak berasa pahit atau getir, pangan tidak berwarna yang terlalu mencolok, pangan tidak dibungkus engan kertas koran atau kertas bekas, dan pangan tidak menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebih c. Aman dari bahaya benda lain seperti rambut, serpihan kayu, kerikil dan staples Kunci kedua yaitu beli jajanan yang aman. Saat membeli pangan, kita harus memilih tempat dengan tepat yaitu harus aman dari bahaya biologis, kimia, maupun benda lain. Untuk menghindari bahaya tersebut ada dalam pangan yang dibeli maka kita harus mengetahui cara- cara membeli pangan yang aman, seperti: a. Beli pangan ditempat yang bersih (terlindung dari sinar matahari, debu, hujan dan angin ) b. Beli pangan dari penjual yang sehat dan bersih (penjual tidak sakit, baju penjual bersih, kuku dan tangan penjual bersih, penjual selalu mencuci tangannyadengan
26 baik, dan penjual tidak melakukan tindakan merokok, meludah, makan dan memegang rambut dengan tangan) c. Pilih makanan yang telah dimasak d. Beli pangan yang dipajang, disimpan, dan disajikan dengan baik e. Konsumsi pangan secara benar (jangan beli minuman yang dibuat dengan menggunakan air mentah, jangan membeli minuman yang dicampur es kotor ) Kunci ketiga yaitubaca label dengan seksama. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan dengan bentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Penting untuk memperhatikan/membaca/memahami informasi pada label yang tercantum di kemasan. Informasi yang perlu dilihat pada label antara lain: nama pangan olahan, berat/isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau yang memasukan ke Indonesia, daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan, keterangan kedaluwarsa, dan kode produksi. Selain itu, informasi lain yang juga perlu diperhatikan antara lain : a. Keterangan kandungan zat gizi b. Pangan halal ( tulisan halal hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang mempunyai sertifikat halal ) c. Keterangan tentang produk penyimpanan
27 d. Peringatan ( label pangan tertentu harus dicantumkan tulisan atau peringatan, misalnya pada pangan olahan yang mengandung bahan berasal babi mencantumkan mengandung babi dan pada produk susu kental manis mencantumkan perhatikan! Tidak cocok untuk bayi) Kunci keempat adalahjaga kebersihan. Meskipun tidak semua mikroba dapat menyebabkan sakit, mikroba berbahaya/kuman banyak ditemukan pada tanah, air, hewan, dan manusia. Kuman dapat terbawa oleh udara atau melalui tangan, lap, dan peralatan makan. Oleh karenanya, mencuci tangan dengan baik sebelum makan perlu dilakukan. Kuman dan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari kita mungkin berasal dari udaram peralatan atau sumber-sumber lainnya. Mencuci peralatan dapat menghilangkan sebagian kotoran yang membawa kuman, namun untuk membunuhnya perlu digunakan bahan pensanitasi. Mencuci tangan yang paling baik menggunakan sabun dan air yang mengalir. Berikut ini adalah beberapa langkah mencuci tangan yang baik : (1) basahi tangan, (2) tuangkan sabun ke telapak tangan, (3) gosok telapak tangan dari mulai telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, ujung kuku, sampai pergelangan tangan dengan sikat yang lembut, (4) bilas tangan dengan air bersih dan (5) Keringkan tangan dengan lap bersih yang kering. Selain menjaga kebersihan tangan, menjaga lingkungan kantin agar tetap bersih juga penting. Kantin harus terbebas dari hama antara lain tikus, curut, burung, kecoa, lalat dan serangga lainnya. Binatang
28 peliharaan juga tidak boleh ada disekitar kantin. Agar kantin tetap bersih sebaiknya melakukan beberapa hal seperti, buanglah sampah pada tempatnya, setelah membuang sampah tutup kembali tempat sampah, usir bila ada hewan peliharaan disekitar kantin, setelah menggunakan peralatan makan, letakkan di tempat yang disediakan dan aktif berpartisipasi menjaga kebersihan sekolah. Kunci kelima adalahcatat apa yang ditemui. Setelah mengenali dengan baik pangan jajanan di sekolah, siswa sekolah bisa melaporkan jika ada panganan yang dinilai aman dan tidak aman ke guru sekolah, kemudian guru sekolah akan melaporkannya ke sistem e-notifikasi dari BPOM. Sistem ini bertujuan untuk menginformasikan secara cepat barbagai hal terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah baik yang sifanya positif maupun negatif ( BPOM, 2012). 2.4 Landasan Teori Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul & Azwar, 1983).
29 Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses : StimulusOrganisme Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori S-O-R (stimulus-organismerespons). STIMULU ORGANISME RESPON TERTUTUP Pengetahuan Sikap Gambar 2.2 Teori S-O-R Menurut teori perubahan perilaku S-O-R ini, efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsangan) tertentu, sehingga orang dapat melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap. RESPON TERBUKA Praktik Tindakan Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R dalam penyuluhan gizi tentang keamanan pangan, diawali dengan pemberianstimulus (rangsangan) berupa pesan - pesan keamanan pangan yang diberikan oleh penyuluh dengan media poster dan film. Isi pesan dibuat semenarik mungkin sehingga stimulus (rangsangan) yang diberikan
30 pada murid dapat diterima. Setelah mendapat stimulus, murid sekolah mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya tadi. Dalam hal ini, murid sekolah memahami, tahu dan bersikap sesuai pesan- pesan keamanan pangan. Stimulus yang telah diterima oleh murid sekolah (organisme) tadi akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu atau yang bisa kita katakan telah terjadi perubahan perilaku dari si organisme yakni dari yang berperilaku keamanan pangan tidak baik diharapkan berubah ke perilaku keamanan pangan yang baik. 2.5 Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah : Penyuluhan Gizi dengan Media Poster Tentang Keamanan P J j PengetahuanKeaman an Pangan Murid Sikap Keamanan Pangan Murid Tindakan Keamanan Pangan Penyuluhan Gizi dengan Media Film Tentang Keamanan Pangan J j Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
31 Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa penyuluhan gizi dengan media poster dan film adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan-pesan gizi tentang keamanan pangan jajanan kepada murid sekolah dasar, dengan adanya pesan gizi tersebut, murid sekolah dasar dapat memperoleh pengetahuan tentang keamanan pangan yang lebih baik. Pengetahuan keamanan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan tindakan keamanan pangan. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah penyuluhan gizi dengan media poster dan film dilakukan post-test.
CERDAS PILiH MAKANAN
CERDAS PILiH MAKANAN Mari kita mengenal 5 kunci keamanan makanan. 5 kunci keamanan pangan terdiri dari : 1 Kenali pangan yang aman 1. Aman dari pencemaran biologis 2. Aman dari pencemaran kimia 3. Aman
Lebih terperincikunci keamanan Pangan UNTUk Anak sekolah 5 KUNCI KEAMANAN PANGAN UNTUK ANAK SEKOLAH DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA
5 KUNCI KEAMANAN PANGAN UNTUK ANAK SEKOLAH 5 KUNCI KEAMANAN PANGAN UNTUK ANAK SEKOLAH 5 kunci keamanan Pangan UNTUk Anak sekolah DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
Lebih terperinciLampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN MEDIA POSTER DAN FILM TENTANG KEAMANAN PANGAN JAJANAN TERHADAP PERILAKU KEAMANAN PANGAN MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Upaya kesehatan
Lebih terperinciMATERI PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN EDUKASI TENTANG 2015 ANAK-ANAK
MATERI EDUKASI TENTANG PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN 2015 ANAK-ANAK 1 Term on condition Dilarang mengubah konten dan isi tanpa seizin Badan POM. Pelaku usaha, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Aceh Online, Ikan Tongkol Berformalin Ambil Korban. Diakses tanggal 4 Januari 2015
DAFTAR PUSTAKA Aceh Online, 2013. Ikan Tongkol Berformalin Ambil Korban. http://www.rakyataceh.com. Diakses tanggal 4 Januari 2015 Angkowo, R; Kosasih A, 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta:
Lebih terperinciKeamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Berdasarkan PP no.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pangan dapat di kategorikan : PANGAN SEGAR Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh
Lebih terperinciPENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
PENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA DEPARTEMEN ILMU GIZI FK USU Pengertian Keluarga di Indonesia Keluarga inti : ayah, ibu dan anak Keluarga luas (extended family) : keluarga inti + anggota
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Gizi Istilah penyuluhan sering kali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara umum penyuluhan lebih
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar
5 2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia (Sadirman 2004). Menurut Peraturan
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu
6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pangan merupakan salah satu kebutuhan primer, selain sandang dan papan. Oleh karena itu manusia membutuhkan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN
LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah melalui Indonesia Sehat 2010 dengan fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap
TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Periode pertengahan masa kanak-kanak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Walaupun pertumbuhan fisik anak-anak
Lebih terperinciMAKALAH JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN. dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia
1 MAKALAH JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peran yang harus dilaksanakan dalam setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas bangsa yang akan datang sangat tergantung dengan kualitas anak-anak saat ini, salah satunya yaitu anak sekolah. Upaya peningkatan kualitas anak sekolah salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur
Lebih terperinciKuesioner Penelitian
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Mencuci Tangan Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak Sekolah) yang tidak sesuai dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyediaan makanan yang sehat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan. Agar dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan berbagai
Lebih terperinciberturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Upaya kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan proses perubahan perilaku, sikap, ataupun fisik dari masa anak ke masa dewasa (Depkes, 2001).
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)
MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Edukasi a. Definisi Edukasi Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
129 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Lebih terperinciLEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA
LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamian : L / P Umur : tahun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/
Lebih terperinciLEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN
LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia
32 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Data Umum 4.1.1 Geografi Rukun warga (RW) 03 kelurahan Paseban merupakan salah satu rukun warga di wilayah Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Kotamadya Jakarta Pusat dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan balita, memiliki sifat indifidual yang aktif, dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciPENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, merupakan bab dimana memberikan suatu gambaran umum mengapa topik atau judul tersebut diambil dan disajikan dalam karya ilmiah bagian pendahuan menguraikan mengenai latar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.
Lebih terperinciGambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor
KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan difokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah utama dibidang pangan dan gizi di Indonesia. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 ditegaskan bahwa salah
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, selain penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip
Lebih terperinciBerbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan
Lebih terperinciMODUL MATERIUJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
MODUL MATERIUJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN: KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) ` BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan sebuah bangsa dalam memajukan pembangunan di segala bidang adalah salah satu wujud dari tercapainya bangsa yang maju dan mandiri. Salah satu faktor yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN PUSTAKA
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Promosi 2.1.1 Pengertian media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah,, perantara, pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara dari pengirim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
Lebih terperinci1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan masyarakat? 2) Bagaimana upaya peningkatan kesehatan lingkungan masyarakat?
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur.
Lebih terperinciKEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu
KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan oleh
Lebih terperinciLampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN
97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut UU Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan, pada tahun 2010 terdapat 28.501 TPUM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan), salah satunya adalah pusat makanan jajanan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene dan Sanitasi Makanan 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi Pengertian sanitasi makanan menurut Departemen Kesehatan adalah suatu pencegahan yang menitikberatkan kegiatan
Lebih terperinciKUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :
KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan
Lebih terperinciLampiran 1 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Depok. Lampiran 2 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Sukabumi
LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Depok Ket Akreditasi (mutu) Status kelamin Kelas 4 5 6 Akreditasi A Akreditasi B Pengetahuan gizi dan keamanan pangan Kurang Sedang
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek
Lebih terperinciMacam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran
Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertukaran antara individu-individu melalui sistem simbol-simbol yang sama, seni
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Menurut Stuart (1983), komunikasi sebagai kata benda yaitu pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi. Komunikasi juga sebagai proses pertukaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan
Lebih terperinciPENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA
PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA Suwardiyono 1*, Indah Hartati 1, Helmy Purwanto 2 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 1 Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam
Lebih terperincidilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan memakai sabun (CTPS) merupakan cara yang sangat efektif untuk membatasi transmisi berbagai penyakit pada anak, termasuk diare dan infeksi pernapasan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Angkowo, R; Kosasih A Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: PT Grasindo
DAFTAR PUSTAKA Angkowo, R; Kosasih A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: PT Grasindo Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. 2002. Prosedur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah yang diteliti terdiri dari empat sekolah dasar, yaitu dua SDN di Kota Bogor dan dua SDN di Kabupaten Bogor. Sekolah dasar yang terdapat di kota meliputi
Lebih terperinciKEAMANAN PANGAN DI KANTIN SEKOLAH
KEAMANAN PANGAN DI KANTIN SEKOLAH DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI Jl Percetakan Negara
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...
NO. RESPONDEN KUISIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :.... Sekolah/Kelas :.... Jenis Kelamin : L / P Umur :.... Pekerjaan Orang tua :.... 4. Apakah adik-adik sarapan sebelum berangkat ke
Lebih terperinciTelp/Fax: (021)
Telp/Fax: (021) 428 78701 e-mail: promosi_keamanan_pangan@yahoo.co.id e-notifikasi AN-PJAS DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan. buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui :
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan
Lebih terperinci