BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Analisis Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh didapat dari hasil survey di Saluran Umbul Kendat, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Debit Existing Data didapat dari hasil pengukuran di lapangan sesuai pada lampiran B. 1. Kecepatan aliran (v) menggunakan currentmeter = 0,61 m/s 2. Luas penampang didapat dari data : Kedalaman saluran rata-rata (x) = 28,3333 cm Lebar saluran (l) = 124 cm Dengan menggunakan persamaan 2.2 maka didapat luas penampang : A = x.l = x 124 = 3513,33 cm 2 = 0,3513 m 2 3. Debit existing Dengan menggunakan persamaan 2.3 maka didapat debit existing : Q = A.v = 0,3513 m 2 x 0,61 m/s = 0,2155 m 3 /s Jumlah Pengguna Listrik Jumlah kepala keluarga pengguna commit listrik di to Desa user Dukuh sekitar 50 KK. 28

2 Analisis Data Sekunder Evapotranspirasi Perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) menggunakan data klimatologi yang didapat dari Stasiun Pengamatan Klimatologi Adi Soemarmo Surakarta (Koordinat : ' LS dan " BT, Elevasi m dpl) dan dihitung menggunakan Metode Penman. Nilai evapotranspirasi kemudian dikalikan dengan jumlah hari dalam 15 harian.hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. Proses perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C Analisis Curah Hujan Analisis curah hujan dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat data hujan 15 harian. 2. Merekap data curah hujan selama tahun masing-masing stasiun hujan. 3. Menghitung curah hujan 15 harian rerata dari Stasiun Hujan Cengklik dan Stasiun Hujan Pulung Simo. 4. Melakukan uji validitas data dengan metode kurva massa ganda. Besarnya curah hujan rerata hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. commit to user

3 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Bulan Januari-Juni No Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni i ii i ii i ii i ii i ii i ii Satuan dalam mm/hari 30

4 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Bulan Juli-Desember No Tahun Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember i ii i ii i ii i ii i ii i ii Satuan dalam mm/hari 31

5 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Curah Hujan Wilayah 15 Harian Bulan Januari-Juni No Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni i ii i ii i ii i ii i ii i ii Satuan dalam mm/hari 32

6 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Curah Hujan Wilayah 15 Harian Bulan Juli-Desember No Tahun Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember i ii i ii i ii i ii i ii i ii Satuan dalam mm/hari 33

7 34 Langkah berikutnya adalah melakukan uji validitas data curah hujan dengan metode kurva massa ganda. Contoh perhitungan tahun 2003 menggunakan persamaan Ditinjau dari Sta.Cengklik Komulatif Sta. (y) Cengklik = jumlah (n-1)+ jumlah (n) = 1415 Komulatif rerata (x) = jumlah rerata (n-1) + jumlah rerata (n) = 4728,5 A = n xy x. y n x 2 ( x) 2 A =0,629 B = y n A x n B =2434 Didapat nilai regresi y = Ax+B = 0,629x+2434 r = n xy x y (n x 2 ( x) 2 )(n y 2 ( y) 2 ) r 2 = 0,971 Karena r 2 mendekati 1 jadi data dapat dikatakan valid. Kurva massa ganda dapat dilihat pada kurva berikut : Komulatif Sta Cengklik y = x R² = Komulatif Rerata Gambar 4.1. Kurva commit Massa to Ganda user Stasiun Cengklik

8 Analisis Debit Aliran Perhitungan debit aliran menggunakan Metode Mock. Contoh perhitungan debit aliran dengan Metode Mock pada bulan Januari I tahun 2003 disajikan dalam penjelasan berikut : 1. Data dan parameter Data dan parameter yang digunakan dalam perhitungan debit dengan Metode Mock adalah: a. Luas daerah tangkapan (Catchment Area) sebesar 4,65Km 2. Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari perhitungan menggunakan peta rupa bumi Kartasura dengan program Auto CAD. b. Jumlah curah hujan dan hari hujan didapatkan dari rata-rata hujan kawasan mulai tahun 2003 hingga c. Koefisien evapotranspirasi (k) = 0,9. d. Kelembapan air tanah (soil moisture capacity). SMC = 250 mm. e. Tampungan awal(initial storage). IS = 150 mm. f. Koefisien infiltrasi (I) = 0,8. g. Koefisien precipitation flood (PF) = 0, Perhitungan debit dengan menggunakan Metode Mock Contoh perhitungan untuk bulan Januari I tahun 2003 sebagai berikut : Data 1) Curah hujan (P) = 365 mm 2) Jumlah hari = 10 hari Limited Evapotranspiration 3) Evaportanspiration (ETo) = 35,67 mm 4) Exposed Surface (m) = 20 % 5) d/h x m = 0,07 6) E = (3) x (5) = 2,62 mm 7) Et = (3) (6) commit = 33,05 to user mm

9 36 Water Balance 8) P Et = (2) (7) = 331,95 mm 9) Precipitation Flood = PF x (1) = 18,25 mm 10) Soil Storage = (8) (9) = 313,70 mm 11) Soil Moisture = SMC + (10) = 563,70 mm 12) Water Surplus = (8) = 331,95 mm Run Off & Ground Water Storage 13) Infiltration = I x (12) = 265,56 mm 14) 0,5 x (1+k) x l = 252,28 mm 15) k x V(n-1) = 1464,21 mm 16) Storage Volume = (14) + (15) = 1716,49 mm 17) DVn = (16) IS = 85,59 mm 18) Base Flow = (13) (17) = 175,97 mm 19) Direct Run Off = (16) (13) = 66,39 mm 20) Run Off = (18) + (19) = 242,36 mm Effective Discharge 21) Effective Discharge = (((20)*0.001)/(3600*24*15))*(CA) = 0,87 m 3 /s Besarnya debit aliran hasil perhitungan dengan menggunakan Metode Mock selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. commit to user

10 Analisis Debit Andalan Debit andalan merupakan besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan, sehingga kemungkinan terpenuhi dan tersedia sepanjang tahun, baik saat musim kemarau maupun musim hujan. Debit andalan yang digunakan yaitu debit andalan dengan probabiltas 90% (Q90). Analisis debit andalan dihitung berdasarkan debit aliran tahun 2003 sampai tahun Hasil perhitungan debit andalan menggunakan debit tahunan Metode Basic Yearkemudian diurutkan dari terbesar hingga terkecil untuk mencari nilai Q90 yaitu tahun dimana debit andalan tersebut yang akan dipakai. Adapun urutan data dapat dilihat pada tabel 4.5. Data debit andalan yang dipakai merupakan debit andalan dengan urutan sesuai perhitungan Q90 yaitu menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut : Prob = 90 % n = 10 90% = m 10+1 x 100% m = 0,9 x 11 = 9,9 10 Maka debit andalan yang digunakan adalah nomor urut ke 10 dari atas. Debit andalan (Q90) yang dipakai sesuai dengan perhitungan Metode Basic Year adalah debit andalan tahun Grafik hasil perhitungan debit andalan dapat dilihat pada gambar 4.2. commit to user

11 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Debit Tahunan Menggunakan Metode Basic Year No Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Probabi litas i ii I ii i ii i ii i ii i ii i ii i ii i ii i ii i ii i ii Satuan debit dalam m 3 /s. 38

12 DEBIT YG DEBIT (m 3 /det) PEB II MAR I MAR II APR APR MEI I II I MEI II JUN I JUN JUL II I JUL II AGU I AGU SEP SEP II I II OKT I OKT II NOP I NOP DES DES II I II JAN JAN PEB I II I BULAN Gambar 4.2. Grafik Hasil Perhitungan Debit Andalan 90% 39

13 Analisis Frekuensi Analisis frekuensi dihitung dengan Metode Gumbel dan Log Pearson III. (a) Metode Gumbel Dari hasil analisis dengan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10 maka didapat hasil analisis frekuensi seperti pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Analisis Menggunakan Metode Gumbel Tr Yt K Xt (b) Metode Log Pearson III Analisis menggunakan Metode Log pearson III dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 4.7. Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahun R24 Max ln X Jumlah R24max = data hujan harian maksimum Ln X = nilai Ln dari R24 max Xi rata-rata = commit to user

14 41 Ln Xi rata-rata = 4,58 Standard deviasi = 0,34 Dari data diatas didapat nilai Cs = -0,2. Kemudian nilai Cs kita plot ke tabel skewness yang bisa dilihat dalam lampiran. Karena nilai Cs terletak pada -0,2 maka pada Q50 kita dapatkan nilai K = 1,954 Sehingga nilai P = 2,718 (lnxi+k.sd) = 187, Analisis Debit Banjir Analisis debit banjir yang digunakan adalah debit banjir dengan periode ulang 50 tahun, dihitung menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu seperti pada tabel 4.8 dan kurva HSS Nakayasu dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Debit Banjir Kala Ulang 50 Tahun Waktu UH Q (jam) m 3 /s m 3 /s commit to user

15 42 Dari hasil perhitungan debit banjir kala ulang 50 tahun didapat debit maksimum sebesar 22,53 m 3 /s Hidrograf Satuan Metode Nakayasu Debit (m3/detik) Tahun Waktu (jam) Gambar 4.3. Kurva Hidrograf Nakayasu Q Menghitung Tinggi Muka Air Optimum Tinggi muka air optimum di atas bendung dihitung berdasarkan Qandalan50. Debit rata-rata didapat sebesar 0,35 m 3 /s, maka dapat disubstitusi ke persamaan berikut : A= Q v = 0,35 0,61 = 0,57 m 2 Maka dari persamaan 2.2 dapat disubstitusi menjadi persamaan berikut : x = A l = 0,57 1,24 = 0,47 m Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi muka air optimum 0,47 m diatas bendung. commit to user

16 Menghitung Luas Genangan (a) Luas genangan yang diizinkan Diketahui data sebagai berikut : Kecepatan aliran (v) = 0,61 m/s (didapat dari hasil pengukuran di lokasi) Debit yang tersedia (Q) = 0,35 m 3 /s (didapat dari perhitungan Qandalan50) Luas genangan dicari menggunakan persamaan 2.3 yang kemudian disubstitusi menjadi persamaan berikut : Aizin = Q v = 0,35 0,61 = 0,57 m 2 (b) Luas genangan yang direncanakan Diketahui data sebagai berikut : Kecepatan aliran (v) = 0,61 m/s (didapat dari hasil pengukuran di lokasi) Debit yang tersedia (Q) = 0,27 m 3 /s (didapat dari perhitungan Qandalan90) Luas genangan dicari menggunakan persamaan 2.3 yang kemudian disubstitusi menjadi persamaan berikut : Arencana= Q v = 0,27 0,61 = 0,44 m 2 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh bahwa Aizin> Arencana, maka desain dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya Analisis Bangunan Sipil PLTMH Analisis Bendung (a) Perhitungan hidrolika bendung Analisis hidrolika bendung meliputi perhitungan-perhitungan sebagai berikut : commit to user

17 44 1. Perhitungan tinggi air diatas peluap (h3) Untuk menghitung tinggi air diatas peluap (h3) digunakan rumus 2.22 sehingga didapat data perencanaan: Q50= 0,35 m 3 /s, C = 0,60, g = 9,81 m/s 2, B1 = 1,25 m, m = 0 B2 = B1 + ( 2 x h3 x m ). Dengan cara trial dan error didapat, h3 = 0,5 m sehingga Q = 0,63 m 3 /s> Q50. Jadi h3 + tinggi jagaan = 0,5 + 0,5 = 1 m didapat B2 = 1,25 m. (Keterangan: tinggi jagaan diperoleh dari tabel 1 kriteria perencanaan). 2. Lebar mercu peluap Digunakan tabel 2 kriteria perencanaan dengan memperhatikan yang tertulis dalam tabel dan mempertimbangkan hasil observasi di lapangan ditetapkan lebar mercu peluap yaitu b1 = 1,25 m. 3. Tinggi bendung penahan sedimen Penetapan perhitungan tinggi bendung dipertimbangkan dari kondisi tebing sungai dan dasar sungai yang ada dari hasil pengukuran yang telah dilakukan. Sehingga ditetapkan: Tinggi total bangunan penahan sedimen (H) = 3 m, Tinggi efektif dari dasar sungai sebelah hulu (h) = 2,5 m. 4. Menentukan kemiringan bagian hilir bendung utama Kemiringan bagian hilir ditentukan agar aliran tidak menyusur permukaan bagian hilirnya, perbandingan tegak dan datar 1 : 0,2 dan maksimum 1 : 0 (tegak). Dalam perhitungan ini ditentukan kemiringan bendung adalah 0, Menentukan kemiringan bagian hulu bendung utama Kemiringan bagian hulu adalah tegak, maka diambil nilai m = 0. commit to user

18 45 Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan dimensi bendung yang optimal adalah sebagai berikut : Tinggi bendung (H) = 2,5 m (dioptimalkan sesuai dengan kondisi existing) Lebar bendung (B) = 1,25 m (dioptimalkan sesuai dengan kondisi existing) Tinggi muka air banjir = 0,5 m (didapat dari trial and error) Tinggi jagaan = 0,5 m (didapat dari kriteria perencanaan) Perhitungan analisis bendung selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Gambar 4.4. Sketsa Bendung Rencana (b) Analisis stabilitas bendung 1. Stabilitas pada kondisi normal a. Stabilitas terhadap guling Berdasarkan rumus 2.23 maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pada kondisi normal diperoleh nilai SF 1,74> 1,20 aman. Pada kondisi gempa diperoleh nilai SF 1,71> 1,20 aman. b. Stabilitas terhadap geser Berdasarkan rumus 2.24 maka diperoleh commit hasil to user sebagai berikut:

19 46 Pada kondisi normal diperoleh nilai SF 1,25> 1,20 aman. Pada kondisi gempa diperoleh nilai SF 1,23> 1,20 aman. 2. Stabilitas pada kondisi banjir a. Stabilitas terhadap guling Berdasarkan rumus 2.23 maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pada kondisi normal diperoleh nilai SF 2.11> 1,20 aman. Pada kondisi gempa diperoleh nilai SF 2,07> 1,20 aman. b. Stabilitas terhadap geser Berdasarkan rumus 2.24 maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pada kondisi normal diperoleh nilai SF 1,28> 1,20 aman. Pada kondisi gempa diperoleh nilai SF 1,26> 1,20 aman. Perhitungan stabilitas bendung selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C Analisis Pipa Pesat (Penstock) Pipa penstock direncanakan sesuai perhitungan debit andalan maksimum antara tahun 2003 sampai tahun 2012 agar debit yang mengalir tidak terbuang percuma (semua potensi debit andalan dapat digunakan). Perhitungan diameter penstock dengan persamaan 2.25 sebagai berikut : D = 0,72 x (Qandalan) 0,5 = 0,72 x 0,27 0,5 = 0,37 m Dari hasil perhitungan didapat ukuran diameter penstock rata-rata sebesar 37 cm, maka ukuran penstock disesuaikan dengan ukuran yang dijual di pasaran yaitu pipa jenis PVC diameter 12 inci (30,5 cm) Tinggi Jatuh (Head) Berdasarkan Desain Perencanaan Tinggi jatuh yang digunakan merupakan tinggi jatuh efektif yang didapat dari tinggi jatuh bruto dikurangi tinggi jatuh dari tekanan air yang hilang commit to user

20 47 (losses).contoh perhitungan tinggi jatuh efektif pada bulan Januari I tahun 2003 sebagai berikut : a. Kehilangan energi (losses) Kehilangan energi terjadi didalam pipa (mayor losses) dan diawal pipa. Contoh perhitungan tinggi jatuh efektif pada bulan Januari I tahun 2003 menggunakan persamaan sebagai berikut : Besarnya debit andalan maksimum yang dapat masuk dalam penstock dihitung dengan persamaan 2.25 sebagai berikut: D = 0,72 x (Q) 0,5 Maka disubstitusi ke dalam persamaan berikut : Qmaks pipa = ( D/0,72 ) 2 = (0,305/0,72) 2 = 0,18 m 3 /s Jika Q90> Qmaks pipa, maka yang dipakai adalah Qmaks pipa Jika Q90< Qmaks pipa, maka yang dipakai adalah Q90 Debit maksimum penstock (Qmaks) = 0,18m 3 /s Diameter pipa penstock (D) = 0,305 m Panjang pipa penstock (L) = 3,5 m Luas lingkaran pipa (A) = ¼ x 3,14 x d 2 = ¼ x 3,14 x 0,305 2 = 0,073 m 2 Kecepatan Aliran (v) = Q90/A = 0,18/0,073 =2,45 m/s Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m 2 /s Koefisien gesekan Darcy-Weisbach (f) = 0,003 Koefisien bentuk ujung pipa (k) = 0,5 Kehilangan energi primer (mayor losses) hf1 = f. L D. v2 2g commit to user

21 48 = 0,003 x = 0,0106 m 3,5 x 2,45 2 0, ,81 Kehilangan energi pada awal pipa hf2 = k. v2 2g = 0,5. 2, ,81 = 0,1536 m Kehilangan energi akibat trashrack hf3 = k.(t b )4/3.sin.Vo 2 = 2g 1,7. (0,012 0,04 )4/3. sin20. 2,45 2 = 0,0958 m 2.9,81 b. Tinggi jatuh (Heff) Heff = Hbruto (hf1 + hf2+ hf3) = 3 m (0, , ,0958) = 2,74 m Besarnya tinggi jatuh efektif berdasarkan desain perencanaan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9. commit to user

22 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tinggi Jatuh Efektif Bulan Januari-Juni No Keterangan Satuan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni i ii i ii i ii i ii i ii i ii Qandalan m3/dt d m p m A m kec (v) m/dt g f (pipa ) hf1 m hf2 m hf3 m hs m Heff m

23 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tinggi Jatuh Efektif Bulan Juli-Desember No Keterangan Satuan Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember i ii i ii i ii i ii i ii i ii Qandalan m3/dt d m p m A m kec (v) m/dt g f (pipa ) hf1 m hf2 m hf3 m hs m Heff m

24 Analisis Potensi Produksi Listrik Analisis potensi produksi listrik meliputi perhitungan daya listrik yang dihasilkan (kw), perhitungan energi listrik yang dihasilkan (kwh) dan perhitungan hasil penjualan energi listrik (Rupiah) Perhitungan Daya Listrik Daya listrik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan persamaan Contoh perhitungan daya listrik pada bulan Januari I tahun 2003 sebagai berikut : P = ηt x g x Qandalan x Heff = 0,8 x 9,81 x 0,18 x 2,74 = 3,85 kw Dari perhitungan daya listrik bulan januari I tahun 2003 diatas adalah sebesar 3,85 kw.daya tersebut merupakan daya maksimum yang didapat dengan tinggi jatuh optimum. Besarnya potensi daya listrik yang dihasilkan selengkapnya dapat dilihat pada tabel Perhitungan Energi Listrik Perhitungan energi listrik didapat dengan cara mengalikan daya listrik dengan jumlah hari (15 harian) dan jumlah jam dalam satu hari. Energi listrik yang dihasilkan dapat dihitung menggunakan persamaan Contoh perhitungan energi listrik pada bulan Januari I tahun 2003 sebagai berikut: E = P x 15 x 24 = 3,85 x 15 x 24 = 1387,8kWh Dari perhitungan energi listrik bulan januari I tahun 2003 diatas adalah sebesar 1387,8 kwh. Besarnya potensi energi listrik yang dihasilkan selengkapnya dapat dilihat pada tabel commit to user

25 Grafik perhitungan daya listrik rata-rata yang dapat dibangkitkan bisa dilihat pada gambar 4.4 berikut ini : Daya 2.00 Perhitungan Daya Listrik (KW) (Daya Rata2) Jan 1 Jan 2 Feb 1 Feb 2 Mar 1 Mar Apr Apr Mei Mei Jun Jun Jul 1 Jul 2 Agu Agu Sep Sep Okt Okt 2 Nov 1 Nov Des Des Gambar 4.5. Grafik Perhitungan Daya Listrik Rata-rata PLTMH Dukuh 52

26 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Potensi Daya Listrik Bulan Januari-Juni No Keterangan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni i ii i ii i ii i ii i ii i ii 1 Heff Q90 inflow P P rata2/bulan Satuan daya dalam kw. Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Potensi Daya Listrik Juli-Desember No Keterangan Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember i ii i ii i ii i ii i ii i ii 1 Heff Q90 inflow P P rata2/bulan Satuan daya dalam kw. Besarnya potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan pada Bulan OktoberII hingga Juli I stabil yakni 3,85 kw. Pada Bulan Juli-II hingga Oktober I mengalami penurunan daya.besarnya dayakeseluruhan yang mampu dibangkitkanpltmh Dukuh per tahun sebesar 43,88 kw. 53

27 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Potensi Energi Listrik Bulan Januari-Juni Bulan No Keterangan Januari Februari Maret April Mei Juni i ii i ii i Ii i ii i ii i ii P Jam Hari E E rata2/bulan Satuan energi dalam kwh. Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Potensi Energi Listrik Juli-Desember Bulan No Keterangan Juli Agustus September Oktober November Desember i ii i ii i ii i ii i ii i ii P Jam Hari E E rata2/bulan Satuan energi dalam kwh. Besarnya potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan pada Bulan Oktober II hingga Juli I stabil yakni 1387,8 kwh. Pada Bulan Juli-II hingga Oktober I mengalami penurunan energi.besarnya energi keseluruhan yang dapat dibangkitkan per tahun sebesar 16012,84 kwh. 54

28 Analisis Ekonomi Teknik Tingkat kelayakan secara ekonomis dari rencana pembangunan PLTMH dukuh berkaitan dengan besar investasi, maka kajian dan perhitungan kelayakannya seperti uraian berikut: (a) Analisis Benefit Jumlah pengguna listrik = 50 kepala keluarga dengan estimasi masing-masing KK menggunakan 150 Watt/bulan. Estimasi daya listrik yang dibutuhkan dalam sebulan (P) P = 50 x 150 Watt = Watt = 7,5 kw Energi listrik yang digunakan dalam sebulan (E) E = P x lama operasi = 5 x 31 x 24 = 2232 kwh Jika potensi energi listrik yang dihasilkan > energi listrik yang digunakan, maka energi listrik dalam perhitungan menggunakan energi listrik yang digunakan oleh pengguna listrik PLTMH Dukuh. Jika potensi energi listrik yang dihasilkan < energi listrik yang digunakan, maka energi listrik dalam perhitungan menggunakan potensi energi listrik yang dihasilkan. Tarif dasar lisrik diasumsikan Rp. 656,- /kwh Contoh perhitungan hasil penjualan energi listrik pada bulan Januari sebagai berikut: Jumlah hari = 31 hari Lama operasi = 31 hari x 24 jam = 744 jam Daya yang dihasilkan = 7,7098 kw Daya yang dibutuhkan = 7,5 kw (terpenuhi) Energi yang dihasilkan = 7,5 x 31 x 24 = 5580 kwh Benefit = 3720 kwh x Rp. 656,- = Rp ,- Hasil penjualan energi yang dapat dihasilkan pada bulan Januari adalah sebesar Rp ,-. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel commit to user

29 Tabel 4.15.Hasil Penjualan Energi PLTMH Dukuh. No Bulan Jumlah Hari Lama operasi (jam) P dihasilkan (kw) P dipakai (kw) P kurang (kw) Energi (kwh) Benefit (Rp) Januari Rp3,660,480 Februari Rp3,306,240 Maret Rp3,660,480 April Rp3,542,400 Mei Rp3,660,480 Juni Rp3,542,400 Juli Rp3,559,934 Agustus Rp3,012,880 September Rp2,476,092 Oktober Rp3,602,961 November Rp3,542,400 Desember Rp3,660,480 Total hasil penjualan energi PLTMH Dukuh dalam periode satu tahun adalah sebesar Rp ,- 56

30 57 (b) Komponen pembiayaan Dari analisis finansial ini dapat dikalkulasi biaya per kw nya setiap lokasi potensi PLTMH. Sebagai catatan, untuk perhitungan perkiraan jumlah pendapatan (revenue) penjualan listrik per kw nya dapat menggunakan harga tarif yang ditetapkan per wilayah lokasi potensi sesuai Kepmen ESDM No. 1122/K/30/MEM/ Pembiayaan langsung meliputi Daya yang dihasilkan = 3,85 kw (diambil dari nilai median) Biaya pembangunan/kw = Rp ,- (Sumber: Struktur Biaya PLTMH, Ifnu Setiyadi, 2009) Biaya investasi = Rp ,- x 3,85 kw = Rp ,- PPN 10% = Rp ,- Total biaya investasi = Rp ,- Pembulatan = Rp ,- Untuk rincian biaya investasi adalah sebagai berikut Komponen peralatan pembangkit = 25% x Rp ,- = Rp ,- Komponen sipil = 35% x Rp ,- = Rp ,- JTR/instalasi rumah = 30% xrp ,- = Rp ,- Jasa dan Lain-lain = 10 % x Rp ,- = Rp ,- (c) Analisis Kelayakan Ekonomi Analisis kelayakan ekonomi yang digunakan pada perencanaan PLTMH Dukuh ini adalah metode Benefit-Cost Ratio analysis (BCR).Metode ini merupakan perbandingan antara nilai pendapatan (net benefit) dengan nilai pengeluaran (annual cost).nilai manfaat dan biaya yang ditinjau adalah nilai sekarang (present commit to user

31 58 value). Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah menentukan asumsi sebagai berikut : Umur ekonomis PLTMH Dukuh diasumsikan 10 tahun. Tingkat suku bunga ditetapkan sebesar 10%. Biaya operasional per tahun sebesar Rp ,- Langkah berikutnya yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menghitung nilai Net Present Value (NPV) b. Menghitung nilai Internal Rate of Return (IRR) c. Menghitung nilai Benefit-Cost Ratio analysis (BCR) Perhitungan NPV Tabel 4.16.Perhitungan Nilai NPV 10% tahun cash flow interest rate present value 1 Rp37,627, Rp34,206, Rp37,627, Rp31,096, Rp37,627, Rp28,269, Rp37,627, Rp25,699, Rp37,627, Rp23,363, Rp37,627, Rp21,239, Rp37,627, Rp19,308, Rp37,627, Rp17,553, Rp37,627, Rp15,957, Rp37,627, Rp14,506, total present value Rp231,203, original investment Rp170,000, net present value Rp61,203, Berdasarkan perhitungan dalam Tabel 4.16 Nilai NPV =Rp ,55> 0 maka proyek layak dilaksanakan. Perhitungan IRR Untuk mengetahui nilai IRR maka nilai NPV10% tadi akan dibandingkan dengan nilai NPV 15%. commit to user

32 59 Tabel Perhitungan Nilai NPV 15% tahun cash flow interest rate present value 1 Rp37,627, Rp32,719, Rp37,627, Rp28,451, Rp37,627, Rp24,740, Rp37,627, Rp21,513, Rp37,627, Rp18,707, Rp37,627, Rp16,267, Rp37,627, Rp14,145, Rp37,627, Rp12,300, Rp37,627, Rp10,696, Rp37,627, Rp9,300, total present value original investment net present value Maka nilai IRR = i1 + ( NPV1 NPV1 NPV2 ) x (i2-i1) = 10 +( x (15-10) 61,203, (18,842,344.92) = 17% 61,203, Nilai NPV lebih besar dari 0, yaitu commit Rp to ,55. user Rp188,842, Rp170,000, Rp18,842, Karena nilai IRR > dari nilai suku bunga awal (10%) maka proyek layakdilaksanakan. Perhitungan BCR Untuk mengetahui nilai BCR maka nilai total present value dibandingkan dengan nilai original investment. BCR = = totalinvestment originalinvestment Rp 231,203, Rp ,00 = 1,36 Dari hasil analisis ekonomi diatas didapat hasil sebagai berikut : Nilai BCR lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,36 Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, yaitusebesar 17%.

33 60 Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan PLTMH Dukuh layak dibangun karena memenuhi nilai-nilai ekonomis yang disyaratkan. 4.2 Pembahasan 1. Dari hasil analisis didapat dimensi optimum bendung dengan tinggi 2,5 m, lebar 1,25 m, tinggi muka air banjir 0,5 m dan tinggi jagaan 0,5 m. Stabilitas guling dan stabilitas geser bendung pada kondisi normal dan kondisi banjir termasuk kategori aman. 2. Diameter rata-rata penstock yang didapat dari hasil analisis sebesar 0,37 m, namun karena menyesuaikan dimensi pipa PVC yang dijual di pasaran maka dipilih penstock dengan diameter 0,305 m (12 inch). Dengan debit andalan yang tersedia dan tinggi jatuh yang efektif, maka potensi daya listrik yang mampu dibangkitkan dari hasil analisis sebesar 43,88 kw per tahun, sedangkan energi listrik yang mampu dihasilkan sebesar 16012,84 kwh per tahun. 3. Kondisi existing dari hasil survey pada lokasi yang akan dibangun PLTMH telah terdapat saluran utama yang memiliki dimensi 1,24 m x 2,5 m, dengan kedalaman air 0,25 m. Kecepatan aliran yang pada saluran tersebut adalah 0,61 m/s. Debit existing yang tersedia sebesar 0,22 m 3 /s dan pada musim kemarau debit tetap tersedia. Dari hasil analisis dengan metode Mock, debit andalan dengan probabilitas 90% (Q90) rata-rata yang tersedia sebesar 0,26 m 3 /s. Ketinggian air optimum didapat 0,47 m dari debit andalan probabilitas 50 (Q50). 4. hasil penjualan energi pada periode 1 tahun sebesar Rp ,-. Dari hasil analisis ekonomi maka dapat disimpulkan bahwa PLTMH Dukuh layak dibangun karena memenuhi nilai-nilai ekonomis yang disyaratkan, dengan nilai BCR lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,36, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, yaitu sebesar 17%, dan nilai NPV lebih besar dari 0, yaitu Rp ,55. commit to user

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian ini menggunakan data curah hujan, data evapotranspirasi, dan peta DAS Bah Bolon. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan tahun 2000-2012.

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) Indra Bagus Kristiarno 1, Lutfi Chandra Perdana 2,Rr. Rintis Hadiani 3 dan Solichin 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

DESAIN ULANG BENDUNG UNTUK PENINGKATAN DEBIT AIR IRIGASI DI WAEKOKAK KEC LELAK KAB MANGGARAI NTT

DESAIN ULANG BENDUNG UNTUK PENINGKATAN DEBIT AIR IRIGASI DI WAEKOKAK KEC LELAK KAB MANGGARAI NTT DESAIN ULANG BENDUNG UNTUK PENINGKATAN DEBIT AIR IRIGASI DI WAEKOKAK KEC LELAK KAB MANGGARAI NTT Gregorius Mayus Angi, Adi Prawito Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Narotama Email

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS KOLAM TANDO UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO UMBUL KENDAT Novi Herawati 1), Dr. Ir.RR.Rintis Hadiyani, MT 2), Ir.

ANALISIS KOLAM TANDO UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO UMBUL KENDAT Novi Herawati 1), Dr. Ir.RR.Rintis Hadiyani, MT 2), Ir. ANALISIS KOLAM TANDO UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO UMBUL KENDAT Novi Herawati 1), Dr. Ir.RR.Rintis Hadiyani, MT 2), Ir. Suyanto, MM 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Rencana Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi

Lebih terperinci

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo, Abdullah Hidayat dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-82 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI. ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI Happy Mulya Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep

Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep Muhammad Naviranggi, Abdullah Hidayat Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai BAB IV ANALISIS DAN HASIL 4.1.Analisis Hidrograf 4.1.1. Daerah Tangkapan dan Panjang Sungai Berdasarkan keadaan kontur pada peta topografi maka dibentuk daerah tangkapan seperti berikut, beserta panjang

Lebih terperinci

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR Redesain Waduk Klampis Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang sebagai Bangunan Pembangkit Tenaga Air REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP : PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP Oleh : M YUNUS NRP : 3107100543 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI ANALISA HIDROLOGI ANALISA HIDROLIKA

Lebih terperinci

Feasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi

Feasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi Feasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu dari beberapa daerah

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI Disusun Oleh : PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT ANDALAN

ANALISIS DEBIT ANDALAN ANALISIS DEBIT ANDALAN A. METODE FJ MOCK Dr. F.J. Mock dalam makalahnya Land Capability-Appraisal Indonesia Water Availability Appraisal, UNDP FAO, Bogor, memperkenalkan cara perhitungan aliran sungai

Lebih terperinci

POTENSI ENERGI TAHUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BERDASARKAN SIMULASI WAKTU DI SUNGAI KEDUNG PASANG KABUPATEN PACITAN

POTENSI ENERGI TAHUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BERDASARKAN SIMULASI WAKTU DI SUNGAI KEDUNG PASANG KABUPATEN PACITAN POTENSI ENERGI TAHUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BERDASARKAN SIMULASI WAKTU DI SUNGAI KEDUNG PASANG KABUPATEN PACITAN Muhammad Abi Rafdi 1), Rintis Hadiani 2), Solichin 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data 5.1.1 Analisis Curah Hujan Hasil pengolahan data curah hujan di lokasi penelitian Sub-DAS Cibengang sangat berfluktuasi dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 PENGOLAHAN DATA HIDROLOGI 4.1.1 Data Curah Hujan Curah hujan merupakan data primer yang digunakan dalam pengolahan data untuk merencanakan debit banjir. Data ini diambil dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 4.1. Analisis Hidrologi BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Data Curah Hujan Harian Maksimum Data curah hujan yang digunakan untuk analisis hidrologi DAS Gadangan adalah dari dua

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia Irigasi Dan Bangunan Air By: Cut Suciatina Silvia DEBIT INTAKE UNTUK PADI Debit intake untuk padi adalah debit yang disadap dan kemudian dialirkan ke dalam saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan Waduk Ciniru ini, sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan data-data. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan stabilitas maupun

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK:

Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK: NEUTRON, Vol., No., Februari 00 9 Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK: Sungai Buntung terletak di kabupaten Sidoarjo, pada musim hujan daerah sekitar sungai Buntung

Lebih terperinci

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det DEBIT ANDALAN Debit Andalan (dependable discharge) : debit yang berhubungan dgn probabilitas atau nilai kemungkinan terjadinya. Merupakan debit yg kemungkinan terjadinya sama atau melampaui dari yg diharapkan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTTO... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi ABSTRAK... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan...1

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO Oleh : J. ADITYO IRVIANY P. NIM : O3. 12. 0032 NIM : 03. 12. 0041 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung. Perencanaan Embung Tambak Pocok Kabupaten Bangkalan PERENCANAAN EMBUNG TAMBAK POCOK KABUPATEN BANGKALAN Abdus Salam, Umboro Lasminto, dan Nastasia Festy Margini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Data

Bab IV Analisis Data Bab IV Analisis Data IV.1. Neraca Air Hasil perhitungan neraca air dengan debit andalan Q 8 menghasilkan tidak terpenuhi kebutuhan air irigasi, yaitu hanya 1. ha pada musim tanam I (Nopember-Februari)

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG KENDO KECAMATAN RASANAE TIMUR KABUPATEN BIMA NTB

PERENCANAAN EMBUNG KENDO KECAMATAN RASANAE TIMUR KABUPATEN BIMA NTB TUGAS AKHIR RC09-1380 PERENCANAAN EMBUNG KENDO KECAMATAN RASANAE TIMUR KABUPATEN BIMA NTB M Hasan Wijaya NRP. 3108 100 519 Dosen Pembimbing : Ir. Soekibat Roedy S. Ir. Abdullah Hidayat SA,MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka perencanaan bangunan dam yang dilengkapi PLTMH di kampus Tembalang ini sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI JUJU DESA MUWUN KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI JUJU DESA MUWUN KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI JUJU DESA MUWUN KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Yusvika Amalia 1, Pitojo Tri Juwono 2, Prima Hadi Wicaksono 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Sulawesi Utara khususnya di Gorontalo, sebuah fasilitas listrik akan dikembangkan di daerah ini. Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian dilakukan untuk menunjang analisis arus balik pada saluran drainase primer Gayam. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. menyimpan semua atau sebagian air yang masuk (inflow) yang berasal dari

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. menyimpan semua atau sebagian air yang masuk (inflow) yang berasal dari BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Uraian Umum Bendungan (waduk) mempunyai fungsi yaitu menampung dan menyimpan semua atau sebagian air yang masuk (inflow) yang berasal dari daerah pengaliran sunyainya (DPS).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan Embung Pusporenggo ini, sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan data. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan stabilitas maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BAB IV ANALISIS HIDROLOGI IV - 1 BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 TINJAUAN UMUM Dalam merencanakan bangunan air, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN 4.1 Tinjauan Umum Dalam menganalisis tinggi muka air sungai, sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan data. Data tersebut digunakan sebagai perhitungan stabilitas maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Jurnal Rancang Bangun 3(1) STUDI KELAYAKAN KAPASITAS TAMPUNG DRAINASE JALAN FRANS KAISEPO KELURAHAN MALAINGKEDI KOTA SORONG Ahmad Fauzan 1), Hendrik Pristianto ) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 90 BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Tinjauan Umum Dalam merencanakan jaringan irigasi tambak, analisis yang digunakan adalah analisis hidrologi dan analisis pasang surut. Analisis hidrologi yaitu perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA Ketersediaan Data

BAB IV ANALISA DATA Ketersediaan Data BAB IV ANALISA DATA 4.1. Ketersediaan Data Sebelum melakukan perhitungan teknis normalisasi terlebih dahulu dihitung besarnya debit banjir rencana. Besarnya debit banjir rencana dapat ditentukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna Bendungan Selorejo : III-1 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini

Lebih terperinci

Perencanaan Perbaikan Sungai Batan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Oleh : AVIDITORI

Perencanaan Perbaikan Sungai Batan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Oleh : AVIDITORI Perencanaan Perbaikan Sungai Batan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Oleh : AVIDITORI 3107.100.507 P E N D A H U L U A N.: Latar Belakang Sungai Batan mengalir melalui Desa Purwoasri Kabupaten Kediri

Lebih terperinci

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai. REKAYASA NILAI PERENCANAAN PEMBANGUNAN WADUK DIPONEGORO KOTA SEMARANG Value Engineering of Construction Design of Diponegoro Reservoir Semarang City Binar Satriyo Dwika Lazuardi, Septianto Ganda Nugraha,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ariansyah Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang

DAFTAR PUSTAKA. Ariansyah Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Ariansyah. 2009. Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang Betutu Palembang [Jurnal]. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. Badan Pusat Statistik [BPS].

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 54 BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan bendungan Ketro ini memerlukan data hidrologi yang meliputi data curah hujan. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan maupun perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Bab II Kondisi Wilayah Studi 5 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.. Tinjauan Umum DAS Bendung Boro sebagian besar berada di kawasan kabupaten Purworejo, untuk data data yang diperlukan Peta Topografi, Survey

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI DAN ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV METODOLOGI DAN ANALISIS HIDROLOGI BAB IV METODOLOGI DAN ANALISIS HIDROLOGI 4.1 Umum Secara umum proses pelaksanaan perencanaan proses pengolahan tailing PT. Freeport Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.1 Gambar 4.1 Bagan alir proses

Lebih terperinci

MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON

MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON STUDI KASUS KOTA CIREBON ARIS RINALDI 22715007 Program Magister Teknik Airtanah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Sipil Oleh : DONNY IRIAWAN

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan Gambar 2.1. Gambar Bagan Alir Perencanaan 2.2 Penentuan Lokasi Embung Langkah awal yang harus dilaksanakan dalam merencanakan embung adalah menentukan lokasi

Lebih terperinci

OPTIMASI DIAMETER PIPA PESAT PADA MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

OPTIMASI DIAMETER PIPA PESAT PADA MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) J U D U L OPTIMASI DIAMETER PIPA PESAT PADA MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) OPTIMIZATION OF PENSTOCK DIAMETER IN A MICRO HYDRO POWER PLANT SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO. Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni

PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO. Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni ABSTRAK PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto,

Lebih terperinci

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Analisis Debit Banjir Di Sungai Tondano Berdasarkan Simulasi Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:tommy11091992@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI BAB V 5.1 DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM Tabel 5.1 Data Hujan Harian Maksimum Sta Karanganyar Wanadadi Karangrejo Tugu AR Kr.Kobar Bukateja Serang No 27b 60 23 35 64 55 23a Thn (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu membandingkan hasil analisis energi pada potensi asli dan hasil energi pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG SIDOMULIH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

PERENCANAAN EMBUNG SIDOMULIH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume,6 Nomor 1, Tahun 217, 193-25 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN EMBUNG SIDOMULIH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Utomo Aryowibowo, Hendra

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Aceh khususnya di Meureubo, sebuah fasilitas listrik akan dikembangkan di daerah ini. Daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

SIMULASI POLA OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI WADUK KEDUNGOMBO

SIMULASI POLA OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI WADUK KEDUNGOMBO SIMULASI POLA OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI WADUK KEDUNGOMBO Abstract Deandra Astried 1), Agus Hari Wahyudi 2), Suyanto 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan normalisasi sungai, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA AIR SUNGAI KAYUWATU WANGKO UNTUK PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK DI DESA KAROR KEC. LEMBEAN TIMUR KAB.

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA AIR SUNGAI KAYUWATU WANGKO UNTUK PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK DI DESA KAROR KEC. LEMBEAN TIMUR KAB. ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA AIR SUNGAI KAYUWATU WANGKO UNTUK PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK DI DESA KAROR KEC. LEMBEAN TIMUR KAB. MINAHASA Willy Candra Rompies Lingkan Kawet, Fuad Halim, J. D. Mamoto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

ANALISA PENGENDALIAN BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATU BUSUK (BATANG KURANJI) KOTA PADANG

ANALISA PENGENDALIAN BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATU BUSUK (BATANG KURANJI) KOTA PADANG ANALISA PENGENDALIAN BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATU BUSUK (BATANG KURANJI) KOTA PADANG Oleh : Syofyan. Z Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT 3110 105 031 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Surabaya,16 Januari 2013 Lokasi Embung, Desa Tongas Wetan, Kec. Tongas, Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) VII-1 BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) 7.1. Penelusuran Banjir Melalui Saluran Pengelak Penelusuran banjir melalui pengelak bertujuan untuk mendapatkan elevasi bendung pengelak (cofferdam). Pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penambangan Pasir Kegiatan penambangan pasir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elevasi dasar sungai. Kegiatan ini memiliki dampak berkurangnya kuantitas sedimen

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam materi tugas akhir ini diperlukan data-data analisis. Untuk menghitung

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam materi tugas akhir ini diperlukan data-data analisis. Untuk menghitung BAB IV PEMBAHASAN Dalam materi tugas akhir ini diperlukan data-data analisis. Untuk menghitung potensi ketersediaan debit air dan untuk menghitung perkiraaan debit banjir rencana dan berdasarkan sejumlah

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT TUGAS AKHIR RC09-1380 STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT RATNA PUSPITA WIDYANINGRUM NRP 3107 100 060 Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan Latar Belakang Saluran Rungkut Medokan adalah salah satu saluran sekunder yang ada di Surabaya. Ada 6 saluran sekunder yaitu Rungkut Asri, Rungkut Asri Utara, Rungkut Medokan, Rungkut Asri Timur, Medokan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG

BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG 4.1. ANALISA DATA SABO DAM 4.1.1. Peta Topografi Wilayah Perencanaan 4.1.1.1. Data Peta Topografi Secara garis besar situasi topografi Gunung Merapi terletak ±

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci