BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Masyarakat Sekitar Hutan Mengenai Perubahan Iklim Perubahan iklim dirasakan oleh setiap responden, meskipun sebagian besar responden belum mengerti istilah perubahan iklim itu. Tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar tamat Sekolah Dasar (SD) dan lokasi desa yang terpencil menyebabkan istilah perubahan iklim belum dimengerti oleh masyarakat. Masyarakat mengerti bahwa musim sudah berubah, mereka kesulitan dalam memprediksi masa tanam dan suhu udara yang bertambah panas. Kondisi tersebut sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan dan pertanian masyarakat. Perubahan iklim yang terjadi telah mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan terhadap sebagian besar masyarakat petani di desa penelitian. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Soebijoto (2009), bahwa perubahan iklim telah merugikan sebagian besar masyarakat petani di Indonesia. Banyak petani kesulitan menentukan musim tanam karena prediksi mereka terhadap musim hujan sering meleset. Petani terkadang tidak menyangka jika musim hujan berlangsung singkat. Bagi para petani rentang musim hujan mempengaruhi pertimbangan memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Perubahan rentang waktu musim hujan dan curah hujan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan yang menjadi hama tanaman Penilaian responden terhadap curah hujan Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena menunjukkan bahwa terjadi peningkatan curah hujan rata-rata bulanan yang paling tinggi pada tahun Pada tahun 2010 terjadi musim yang ekstrim, yakni musim hujan berlangsung selama 10 bulan dengan intensitas hujan tinggi dimulai pada bulan Oktober sampai dengan April. Pada tahun 2010 musim kemarau hanya terjadi 2 bulan dan masih terdapat curah hujan dengan intensitas rendah. Berbeda dengan tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 curah hujan terjadi selama 7 bulan. Sementara musim kemarau pada rentang tahun hanya terjadi 5 bulan,

2 20 yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan September. Musim kemarau yang terjadi pada bulan Mei masih terdapat curah hujan rendah, namun pada bulan selanjutnya tidak terdapat hujan. Sedangkan sebelum tahun 1990 curah hujan terjadi selama 6 bulan. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan musim (hujan dan kemarau) sehingga mengakibatkan kalender musim menjadi berubah. Hal ini berdampak pada jadwal musim (musim tanam) masyarakat menjadi tidak menentu. Kalender musim sebelum dan sesudah tahun 2010 disajikan lengkap pada Tabel 5. Tabel 5 Kalender musim sebelum tahun 1990, rentang tahun 1990 sampai 2009 serta pada tahun 2010 Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2010 xxx xxx xx xxx xx x x xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx x xx xxx xxx < 90 xxx xxx xx x xx xxx xxx Keterangan : Musim hujan Musim kemarau x : intensitas hujan rendah xx : intensitas hujan sedang xxx : intensitas hujan tinggi Hasil dari kalender musim masyarakat tidak berbeda dengan data curah hujan per bulan dan per tahun dari stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lasiana Kupang, yang menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan musim dengan curah hujan yang berbeda (lihat pada Gambar 4 dan Gambar 5). Rata-rata curah hujan Desa Nenas pada periode musim kemarau mulai datang pada Juni, sedangkan periode musim kemarau mulai bulan Juli (lihat Gambar 4). Pada periode tahun musim kemarau terjadi selama 5, sedangkan periode hanya terjadi selama 4 bulan. Sedangkan musim hujan yang ekstrim terjadi pada tahun 2010 dengan intensitas hujan tinggi yang terjadi di Desa Nenas dan Desa Bena. Pada tahun 2010 musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Januari-Mei dan bulan Oktober-Desember. Data hujan bulanan Desa Nenas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

3 21 Gambar 4 Grafik rata-rata curah hujan Desa Nenas periode Perubahan musim yang tidak menentu juga dirasakan di Desa Bena. Grafik rata-rata curah hujan bulanan periode tahun di Panite menunjukkan bahwa musim kemarau terjadi selama 5 bulan, sedangkan periode terjadi selama 6 bulan. Sedangkan musim hujan pada periode tahun terjadi pada bulan Desember sampai Mei (lihat Gambar 5). Hal ini dapat dilihat pada data curah hujan bulanan tahun 2010 yang menunjukkan bahwa terdapat curah hujan cukup tinggi sehingga terjadi musim hujan yang cukup lama yakni selama 9 bulan (lihat lampiran 4). Perubahan musim hujan dan kemarau yang tidak menentu tersebut sangat menyulitkan petani yang mengandalkan tanaman musiman. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau tahun 2008 dan 2009 yang masing-masing terjadi selama 7 dan 8 bulan. Sedangkan musim kemarau pada tahun 2010 terjadi hanya 3 bulan, hal ini menunjukkan bahwa musim yang ada di Desa Bena sudah tidak menentu. Musim hujan maupun kemarau yang tidak stabil dapat menyebabkan tanaman musiman mudah terserang hama atau hasil tidak maksimal.

4 22 Gambar 5 Grafik rata-rata curah hujan Desa Bena periode Penentuan datangnya musim hujan dan kemarau Para petani di desa penelitian sudah tidak lagi menggunakan kalender musim dalam menentukan jadwal menanam. Mereka mulai menanam dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Masyarakat Desa Nenas atau desa bagian hulu memiliki suatu kearifan lokal yang unik untuk menentukan musim tanam yakni dengan mengamati tanda-tanda alam. Tanda alam tersebut seperti suara ayam hutan yang berkokok pada sore hari, pohon mangga yang mulai berbunga atau berbuah dan suara burung hujan (koloulan) yang digunakan masyarakat untuk mengetahui musim hujan datang. Tanda alam yang digunakan masyarakat Desa Bena atau desa bagian hilir dalam menentukan musim hujan adalah dengan mempertimbangkan suara air laut. Apabila suara air laut terdengar keras, maka hujan akan segera turun. Selain itu, beberapa masyarakat ada yang melakukan perhitungan bulan atau rasi bintang untuk menentukan waktu musim tanam. 5.2 Dampak Perubahan Musim Ekstrim Perubahan musim yang ekstrim akan mempengaruhi ketersedian air untuk kebutuhan hidup masyarakat dan pertanian. Ketersediaan air merupakan variabel utama yang mempengaruhi petani untuk memutuskan jadwal tanam, jadwal panen

5 23 serta kegiatan lain dalam mengelola tanaman. Adanya keterbatasan air menjadikan petani sangat tergantung pada curah hujan dalam menentukan jadwal menanam (Ardia 2005). Kondisi perubahan musim yang tidak menentu tersebut berdampak pada masyarakat petani sangat bergantung pada kondisi alam sekitarnya. Dampak tersebut berpengaruh terhadap masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sebanyak 80 % masyarakat Desa Nenas mata pencahariannya merupakan petani, baik lahan kering maupun lahan basah. Sedangkan untuk mata pencaharian lain seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3,59 %, pengusaha kecil 1,57 %, TNI atau POLRI sebanyak 2,02 % serta lain-lain sebanyak 12,78 %. Gambar 6 Mata pencaharian masyarakat Desa Nenas (2010) (data diolah). Sedangkan di Desa Bena sebanyak 61,67 % masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Adapun sumber mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) mencapai 8,74 %, nelayan mencapai 7,82 %, pengusaha kecil 6 persen dan lain-lain sebanyak 14,83 %.

6 24 Gambar 7 Mata pencaharian masyarakat Desa Bena (2010) (data diolah) Dampak dari curah hujan yang tinggi Dampak perubahan musim yang tidak menentu dan curah hujan tinggi memberikan dampak terhadap sektor pertanian dan lingkungan. Selain itu keadaan topografi yang berbukit dan cukup curam merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap dampak curah hujan yang tinggi. Hal ini akan menjadi rawan bencana apabila kondisi tutupan lahannya yang sudah banyak terbuka atau beralih fungsi lahannya. Kondisi ini dialami oleh masyarakat Desa Nenas yang berada di hulu sungai Noelmina, yang memiliki topografi cukup curam. Lokasi ladang masyarakat Desa Nenas yang berada dibukit-bukit dengan lahan yang cukup terbuka menjadi rawan ketika curah hujan yang tinggi datang. Sektor yang paling rentan terhadap dampak curah hujan yang tinggi adalah pertanian masyarakat seperti gagal tanam jagung, ladang-ladang masyarakat mengalami longsor dan area sawah yang terkikis karena banjir. Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2009 dan tahun 2010 menyebabkan sungai (nono) Kofi meluap sehingga beberapa sawah masyarakat terkena banjir. Akibatnya banyak tanaman padi yang rusak sehingga hasil produksi menurun. Dampak lain yang dirasakan akibat curah hujan yang tinggi berupa longsor, petani gagal tanam jagung, dan ladang masyarakat mengalami erosi. Selain itu curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 juga memaksa petani hanya mengandalkan hasil tanaman sayuran seperti wortel, daun bawang, ubi kayu, buncis, kacang merah dan ubi jalar.

7 25 Curah hujan yang tinggi juga berpengaruh terhadap stok madu yang dihasilkan petani madu. Apabila musim hujan cukup tinggi mereka tidak memanen hasil madu di hutan karena banyak air yang tercampur dalam madu sehingga menurunkan kualitas madu. Petani madu Desa Nenas memiliki jadwal untuk memanen madu yakni pada bulan April, Mei dan Juni yang merupakan bulan-bulan kering. Madu merupakan mata pencaharian sampingan bagi masyarakat untuk menambah pengasilan mereka. Harga madu yang mencapai Rp ,- sampai Rp ,- per botol ukuran 1 liter menjadi alasan masyarakat untuk mencari madu. Hal yang sama juga di alami oleh masyarakat petani Desa Bena yang merupaka desa bagian hilir Das Noelmina. Pada tahun 2010 sampai awal tahun 2011 mereka gagal menanam jagung dan hasil panen padi menurun karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, Desa Bena juga mengalami dampak banjir yang menyababkan sebagian Dusun Tiga tergenang air. Kondisi topografi yang datar dan berada di hilir sungai mengakibatkan rawan terhadap banjir apabila curah hujan yang tinggi terjadi di wilayah ini. Kondisi lain yang dapat menyebabkan banjir melanda Desa Bena adalah perubahan kondisi DAS oleh masyarakat seperti pengelolaan agroekosistem lahan yang minim upaya konservasi, sistem ternak lepas dengan minim pengawasan, dan kebiasaan membakar pada periode tertentu. Banjir yang melanda Dusun Tiga mengakibatkan beberapa rumah-rumah masyarakat, kandang ternak dan pekarangan tergenang oleh air. Selain itu, menurut keterangan responden banjir yang terjadi pada April 2011 mengakibatnya puluhan hektar sawah masyarakat Desa Bena terendam oleh air. Area persawahan padi masyarakat yang sudah menguning rusak atau ambruk karena dihantam banjir tersebut. Kondisi ini mengakibatkan hasil produksi tanaman berkurang sampai 40% per hektar Dampak dari musim kemarau ekstrim Pada saat musim kemarau masyarakat Desa Nenas tidak begitu kesulitan untuk mendapatkan air untuk kebutuhan rumah tangga dikarenakan Desa Nenas (daerah hulu) dikelilingi Cagar Alam Gunung Mutis. Keberadaan Cagar Alam ini sangat membantu dalam menjaga sumber mata air saat musim kemarau. Dampak musim kemarau ekstrim hanya dirasakan dalam pemeliharaan tanaman pertanian.

8 26 Menurut responden, mereka harus mengambil air dari sumber mata air dekat gunung untuk keperluan pertanian. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Suryatmojo (2006), yang menjelaskan bahwa peran hutan terhadap pengendalian air salah satunya yakni dalam pengendalian aliran (hasil air). Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau. Kepercayaan ini didasarkan atas masih melekatnya dihati masyarakat bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau. Hal ini berbeda dengan Desa Bena yang kondisi hutannya berupa hutan lahan kering yang di dominasi oleh semak belukar dan pohon duri. Apabila musim kemarau terjadi dalam kurun waktu 6 sampai 7 bulan dapat menyebabkan sumber mata air kering, kekurangan air untuk pertanian dan kebutuhan rumah tangga, serta rumput-rumput dan semak mengering. Akibatnya memberikan dampak terhadap berkurangnya pakan ternak masyarakat dan rawan terjadi kebakaran. Beberapa masyarakat di Desa Bena harus jalan berkilometer untuk mendapatkan air. Masyarakat biasanya mengambil air di sumber mata air menggunakan gerobak roda dua yang diisi dengan jerigen ukuran 5 liter. Satu gerobak yang digunakan dapat memuat antara jerigen. Gambar 8 Masyarakat Desa Bena yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih pada musim kemarau.

9 Klasifikasi Dampak Langsung dan Turunan Tanda-tanda perubahan iklim terjadi secara perlahan dan terjadi secara ekstrim serta menimbulkan dampak yang signifikan. Dampak yang ditimbulkan diklasifikasikan ke dalam dampak langsung dan dampak turunan. Dampak langsung dimaksudkan sebagai dampak yang langsung terjadi terhadap lingkungan dan dapat dilihat serta dirasakan. Sedangkan dampak turunan dimaksudkan sebagai akibat dari dampak terhadap lingkungan yang terjadi beberapa waktu kemudian dan dapat dirasakan langsung. Jenis klasifikasi dampak tersebut akan membedakan bagaimana strategi adaptasi yang digunakan (Yayasan Pelangi Indonesia 2009). Berikut tabel klasifkasi dampak perubahan musim yang terjadi di lokasi penelitian. Tabel 6 Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan di Desa Nenas (hulu) Fenomena Perubahan musim yang tidak menentu Dampak Langsung a. Banjir 1. Sawah sekitar sungai rusak/terkikis banjir 2. Tanaman padi pada rusak b. Gagal tanam jagung c. Ladang masyarakat terkena erosi sehingga Kondisi tanaman sayuran rusak d. Longsor e. Kekurangan air untuk pertanian ladang f. Tanaman, rumput dan semak mengering Turunan Curah hujan tinggi mengakibatkan jalan atau akses rusak sehingga membuat jumlah frekuensi pemasaran menurun Curah hujan tinggi mengakibatkan masyarakat tidak memanen madu (hasil hutan) sehingga menyebabkan stok madu masyarakat untuk dijual menurun Dampak dari fenomena musim yang tidak menentu yang dialami masyarakat Desa Nenas secara langsung pada diatas merupakan dampak dari curah hujan yang tinggi dan musim kemarau yang pajang. Poin (a) sampai dengan (d) pada dampak langsung merupakan beberapa dampak yang melanda ketika curah hujan yang tinggi terjadi di Desa Nenas. Sedangkan poin (e-f) merupakan dampak yang di alami masyarakat ketika musim kemarau yang panjang. Sementara dampak turunan yang dialami masyarakat Desa Nenas merupakan dampak yang dialami setelah terjadi curah hujan yang tinggi atau musim hujan.

10 28 Dampak dari fenomena musim yang tidak menentu yang dialami masyarakat Desa Bena secara langsung dan turunan disajikan secara lengkap pada Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan Desa Bena (hilir) Fenomena Perubahan musim yang tidak menentu Dampak Langsung a. Banjir menyebabkan 1. Sawah sekitar sungai rusak/terkikis banjir, sehingga tanaman padi rusak 2. Air menggenangi sebagian rumah warga dan pekarangan karena air hujan 3. Beberapa ternak kecil hanyut b. Kekurangan air untuk pertanian c. Frekuensi melaut nelayan menurun d. Tanaman, semak menjadi kering sehingga akan rawan kebakaran e. Sumber mata air kering Turunan a. Sawah rusak yang berakibat pada produksi menurun sehingga pendapatan petani menjadi menurun Akibat genangan air masyarakat mudah terkena diare, Muntaber, karena pencemaran air akibat dari kotoran ternak yang terendam air, kesulitan air bersih b. Pendapatan petani menurun c. Pendapatan nelayan menurun Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bena mengalami dampak langsung seperti banjir, kekurangan air, frekuensi melaut menurun, dan kekeringan. Dampak langsung pada poin (a) merupakan dampak dari adanya curah hujan tinggi yang melanda Desa Bena. Hal ini memberikan dampak turunan antara lain pendapatan petani menurun, masyarakat tekena penyakit, dan kesulitan air bersih. Sedangkan poin (b-e) pada dampak langsung merupakan dampak dari musim kemarau panjang. 5.3 Strategi Adaptasi Masyarakat Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim diharapkan fokus pada area yang rentan terhadap perubahan iklim seperti sumber daya air, pertanian, perikanan, infrastruktur, pemukiman, kesehatan, dan kehutanan. Program pengurangan resiko bencana terkait iklim melalui program penghutanan kembali, penghijauan terutama di kawasan hutan atau lahan yang kritis, baik di hulu maupun di hilir

11 29 (kawasan pesisir) dengan keterlibatan masyarakat sangat penting. Selain itu, peningkatan kesadaran dan penyebarluasan informasi perubahan iklim dan informasi adaptasi pada berbagai tingkat masyarakat terutama untuk masyarakat yang rentan sebagai tindakan kesiapsiagaan dini dan peningkatan kesadaran tentang bencana iklim yang semakin meningkat (Hilman 2007). Secara naluri masyarakat baik di hulu (Desa Nenas) maupun di hilir (Desa Bena) memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan musim yang terjadi. Masyarakat berusaha untuk bertahan terhadap dampak yang ditimbulkan dari fenomena perubahan musim. Hasil tanaman pertanian yang tidak maksimal memaksa para petani untuk mengganti tanaman jagung dengan tanaman ubi kayu, wortel, daun bawang, semangka, sayuran-sayuran, dan cabe. Hasil tanaman pengganti akan dijual untuk menambah penghasilan hidup Strategi adaptasi terhadap kekurangan air Masyarakat sudah merasakan bahwa ketersediaan air di desa mulai berkurang pada saat musim kemarau panjang. Masyarakat kesulitan air untuk kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini membuat Pemerintah Daerah mengambil tindakan untuk mengatasi keterbatasan air di musim kemarau. Pemerintah Daerah membangun sarana bak penampung air dan saluran irigasi. Pembangunan bak penampung air bersih berfungsi menampung air dari sumber mata air yang dapat digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakat ketika musim kering. Sedangkan saluran irigasi difungsikan sebagai irigasi sawah petani ketika musim kemarau datang, sehingga kegiatan pertanian tetap berjalan dengan baik. Gambar 9 Bangunan fisik sebagai solusi terhadap kekurangan air.

12 30 Selain bantuan dari pemerintah tersebut, masyarakat juga membuat sumur galian pada tempat yang memiliki sumber mata air dan di sekitar sungai. Masyarakat di Desa Nenas membuat sumur di kaki-kaki gunung yang terdapat sumber mata air. Sumur yang digali masyarakat memiliki kedalaman 5-10 meter. Hal yang sama dilakukan masyarakat di Desa Bena, mereka membuat sumur galian dengan kedalaman meter. Terdapat 10 sumur dengan kedalaman mencapai 15 meter di Desa Bena. Apabila musim kemarau panjang, hanya ada 8 sumur yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan 2 sumur lainnya tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena airnya berubah menjadi asin. Keadaan ini memaksa masyarakat untuk mengambil air di sungai. Berdasarkan keterangan dari responden ada 4 titik sungai di dekat desa yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat (lihat Gambar 10). Gambar 10 Pembuatan sumur galian dan sumur sementara di sekitar sungai sebagai upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air. Masyarakat harus berjalan sejauh 1-2 kilometer untuk mencapai sumur galian di sungai. Alat yang digunakan untuk mengambil air berupa jerigen-jerigen kecil yang berukuran 5 liter. Masyarakat mengangkut jerigen tersebut dengan menggunakan gerobak atau memanggul. Sumur galian di sekitar sungai yang dibuat bersifat sementara dan digunakan pada saat musim kemarau saja. Kegiatan ini dilakukan oleh semua masyarakat desa penelitian ketika musim kemarau panjang. Perubahan musim yang terjadi sangat mempengaruhi ketahanan pangan masyarakat. Kondisi ini memaksa masyarakat beradaptasi untuk menyesuaikan dengan perubahan musim, baik musim hujan maupun kemarau. Adapun inisiatif

13 31 dari masyarakat atau kelompok untuk melakukan strategi adaptasi masyarakat agar keberadaan air tetap terjaga yakni dengan penanaman pohon beringin. Menurut kepercayaan masyarakat desa pohon beringin dapat menyimpan air, sehingga Pemerintah Desa menganjurkan untuk menanamnya di kebun-kebun masyarakat. Program penanaman di Desa Bena misalnya mendapat bantuan dari Balai Konservasi Sumber Daya Hutan (BKSDH) setempat berupa bibit tanaman pohon untuk ditanam di pekarangan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menghijaukan desa agar masyarakat tidak kesulitan air ketika musim kemarau Strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir Dampak banjir merupakan masalah yang cukup signifikan bagi masyarakat dan lingkungan. Banjir yang terjadi di kedua desa penelitian mengakibatkan sawah rusak dan rumah tergenang air. Sawah masyarakat yang berada dekat dengan sungai mengalami dampak yang cukup parah. Adapun beberapa upaya masyarakat untuk mengurangi dampak banjir berupa penanaman pohon bambu disekitar sungai, pembuatan rumah panggung, dan pembuatan bangunan penahan dari batu. Masyarakat Desa Nenas misalnya melakukan strategi adaptasi dengan menanam pohon bambu disekitar sungai sebagai upaya untuk mengurangi laju air sungai, sehingga apabila curah hujan tinggi air dapat ditahan oleh pohon bambu. Selain itu, masyarakat Desa Nenas juga membuat bangunan penahan dari batu yang berfungsi untuk menahan tanah agar tidak longsor. Sedangkan strategi adaptasi masyarakat di Desa Bena untuk menanggulangi banjir, yakni dengan meninggikan rumah atau pembuatan rumah panggung. Upaya strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir merupakan gerakan yang dilakukan oleh masyarakat dan Pemerintah Desa. Adaptasi seperti penanaman misalanya merupakan gerakan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa yang kemudian dilaksanakan oleh setiap masyarakat. Beberapa tahun terakhir kegiatan ini berjalan dengan baik dan Pemerintah Desa setempat menetapkan aturan agar masyarakat menjaga kondisi hutan serta memperketat larangan menebang pohon di sekitar sungai. Sedangkan adaptasi yang dilakukan seperti membuat rumah panggung dilakukan secara individu, selain itu ada beberapa yang mendapat bantuan dari masyarakat lainnya. Dari urain diatas bahwa terlihat

14 32 peran Pemerintah Desa sangatlah penting dalam mengantisipasi dan menanggulangi dampak dari perubahan iklim, sehingga masyarakat dapat bertahan dalam menghadapi dampak perubahan iklim nantinya Strategi adaptasi untuk meningkatkan pendapatan Perubahan musim yang tidak menentu mengakibatkan pendapatan petani menurun. Hal ini mengakibatkan biaya yang dikeluarkan untuk pertanian lebih tinggi daripada saat musim normal. Secara langsung kondisi ini memaksa petani untuk menambah penghasilan selain dari hasil pertanian. Masyarakat Desa Bena memanfaatkan buah asam dari hutan dan pohon lontar dari mulai batang, daun, buah dan nira. Nira pohon lontar dimanfaatkan untuk membuat gula merah yang akan dijual. Sedangkan masyarakat Desa Nenas memanfaatkan hasil hutan non kayu seperti madu sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, ketika hujan tinggi masyarakat petani Desa Nenas tidak menanam jagung melainkan memanfaatkan hasil dari ubi kayu, ubi jalar, wortel serta daun bawang untuk kebutuhan hidup. Mereka menjual hasil pertanian yang dapat diambil dari ladang. Sementara itu, para ibu ada yang membuat kerupuk dari ubi kayu untuk dijual dengan tujuan menambah penghasilan keluarga. Pada saat musim kemarau tidak banyak petani di Desa Bena yang menanam jagung, melainkan beberapa petani mengganti tanaman jagung dengan semangka dan sayuran seperti kangkung darat, bayam, tomat serta cabe. Hal ini dilakukan petani karena hasil yang cukup bagus pada saat musim kemarau. Selain itu alasan petani memilih buah semangka karena harga jualnya yang lumayan tinggi. Para petani Desa Bena mengganti tanaman jagung dengan semangka sejak 5 tahun terakhir. Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat ketika musim kemarau adalah pengambilan buah asam dari kebun dan hutan-hutan sekitar. Kegiatan ini merupakan tradisi masyarakat Timor yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat (Gambar 11). Pengambilan buah asam dalam beberapa tahun terakhir sering menjadi pilihan masyarakat untuk menambah pendapatan. Buah asam yang diperolah dijual kepada para pengepul untuk menambah penghasilan.

15 33 Gambar 11 Pohon asam (kiri) sebagai salah satu alternatif untuk menambah penghasilan keluarga saat musim kemarau dan buah asam yang siap untuk dijual (kanan) Klasifikasi strategi adaptasi masyarakat Adaptasi yang dilakukan di desa penelitian bersifat individu, kelompok atau masyarakat. Adaptasi yang dilakukan secara responsif atau reaktif dan dalam bentuk tertentu. Menurut McCarthy (2001), adaptasi reaktif adalah adaptasi yang dilakukan setelah dampak perubahan iklim teramati. Sedangkan adaptasi antisipasi atau proaktif dilakukan sebelum dampak perubahan iklim teramati. Masyarakat beradaptasi dengan tujuan untuk mengurangi dampak dari perubahan musim yang tidak menentu. Bentuk adaptasi yang dilakukan secara individu (dengan dan tanpa bantuan pemerintah) di Desa Bena seperti membangun rumah panggung untuk mengatasi genangan air akibat dari banjir. Beberapa strategi adaptasi lain yang secara swadaya dilakukan masyarakat Desa Nenas adalah menanam pohon beringin dan bambu disekitar sungai. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya longsor. Pemerintah daerah memberikan bantuan untuk kegiatan adaptasi guna penanggulangan dampak perubahan iklim skala tinggi. Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.

16 34 Tabel 8 Klasifikasi adaptasi yang dilakukan masyarakat Fenomena Dampaknya Adaptasi Sumber Reaktif Antisipatif Pendanaan / Para pelaku Perubahan musim yang tidak menentu a. Banjir mengakibatkan Sawah sekitar sungai rusak, mengakibatkan beberapa rumah warga tergenang b. Longsor di daerah yang berbukit c. Ladang masyarakat mengalami erosi sehingga Kondisi tanaman sayuran rusak d. Kekurangan air untuk pertanian ladang yang mengakibatkan pendapatan menurun e. Sumber mata air kering a. Penanaman bambu disekitar sungai, Pembuatan rumah panggung b. Pembuatan bangunan penahan dari batu c. Masyarakat mengadalkan tanaman seperti ubi kayu, wortel, ubi jalar d. Pembuatan irigasi untuk pertanian, Mengganti tanaman jagung dengan semangka, sayuran dan cabe e. Pembuatan sumur galian ataupun pembuatan bak untuk air bersih dari sumber mata air - Adanya aturan mengenai larangan untuk menebang pohon asam pohon umur panjang dan - Adanya larangan untuk membakar hutan - Larangan sistem bertani dengan tebas tebang bakar - a. Swadaya masyarakat Dan biaya dari individu / perorangan b. Bantuan dari PemDa c. Biaya individu / sendiri d. Bantuan dari pemerintah setempat Ada juga dengan biaya sendiri / individu e. Bantuan dari PemDa Tabel di atas menunjukkan adaptasi yang dilakukan sangat bervariasi antara lain berupa bangunan fisik (bronjong, pembuatan bak untuk menampung air bersih, pembuatan rumah panggung dan irigasi pertanian), perubahan jenis tanaman dari jagung menjadi wortel, program penanaman pohon beringin serta bambu di sepanjang aliran sungai. Adaptasi ini merupakan adaptasi yang dilakukan masyarakat setelah terjadi dampak perubahan iklim yang terjadi (adaptasi reaktif).

17 35 Sedangkan adaptasi antisipatif yang dilakukan oleh masyarakat di kedua desa yakni adanya larangan untuk menebang pohon asam, pohon yang umur panjang, dan membakar hutan. Larangan ini berada dalam pengawasan lembaga adat desa dan dalam beberapa tahun terakhir diberlakukan hukuman yang semakin ketat bagi pihak yang melanggar. Sebagai contoh, apabila seseorang menebang 1 pohon akan mendapat denda sebesar 1 ternak babi dan uang senilai ± Rp ,-. Selain itu ada larangan untuk sistem pertanian dengan tebas tebang bakar yang diterapkan di Desa Nenas dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan karena sudah banyak area hutan di sekitar desa yang terbuka. Menurut masyarakat kondisi ini mengakibatkan desa bertambah panas dan masyarakat mulai kesulitan air untuk pertanian ladang. Sumber pendanaan adaptasi yang dilakukan masyarakat beragam, ada yang berasal dari individu, swadaya masyarakat dan bantuan Pemerintah Daerah. Apabila dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim cukup besar, adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan meminta bantuan dari Pemerintah Daerah. Adaptasi yang cukup berhasil yakni penanaman pohon yang dilakukan dengan swadaya masyarakat.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12 III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa Mekarjaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana tentang perubahan iklim merupakan isu global yang dianggap penting untuk dikaji. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi memberi dampak yang serius terhadap iklim

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO 1. Gambaran Umum Desa Lengkong A. Keadaan Geografis Desa Lengkong adalah sebuah desa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan kota kecil yang sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Luas Kabupaten Nganjuk adalah ± 122.433

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR ANGGA PRIMA SUKMA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR ANGGA PRIMA SUKMA DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR ANGGA PRIMA SUKMA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON Happy Mulya Balai Wilayah Sungai Maluku dan Maluku Utara Dinas PU Propinsi Maluku Maggi_iwm@yahoo.com Tiny Mananoma Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian semakin lama semakin kurang produktif sebagai tempat aktivitas petani dalam berusahatani. Berbagai kemungkinan akibat produktivitas menurun yaitu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN NOVEMBER 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN NOVEMBER 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 12/12/6571/Th.IX, 01 Desember 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN NOVEMBER 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

BAB III JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

BAB III JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun 53 BAB III JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun 1. Letak Geografis Sebagai lembaga pemerintahan yang terkecil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR Tujuan : 1. Peserta memahami tentang pentingnya KTA (Konservasi Tanah dan Air); 2. Memahami berbagai teknik KTA (Konservasi Tanah dan Air). 3. Peserta terampil membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

Dampak Banjir Terhadap Inflasi

Dampak Banjir Terhadap Inflasi Dampak Banjir Terhadap Inflasi Praptono Djunedi, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Siapa yang merusak harga pasar hingga harga itu melonjak tajam, maka Allah akan menempatkannya di dalam neraka pada hari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48 Pewarta-Indonesia, Berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini merujuk wacana tentang perencanaan tata ruang wilayah berbasis bencana. Bencana yang terjadi secara beruntun di Indonesia yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan unsur dari geosfer yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia sangat tergantung pada lahan. Manusia memanfaatkan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 44 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Paninggahan Berdasarkan analisis penggunaan lahan tahun 1984, 1992, 22 dan 27 diketahui bahwa penurunan luas lahan terjadi pada penggunaan lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU. (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh:

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU. (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: TIM KEM RINBESIHAT Kupang, 18 Mei 2015 1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO 1 LEMBAR PENGESAHAN Aturan Bersama Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kedungsarimulyo telah dirumuskan secara partisipatif melalui siklus Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci