BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan sesuatu, sedangkan proses adalah suatu metode atau cara yang dilakukan. Menurut Assauri (2008:105) proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada Jenis-jenis Proses Produksi Menurut Assauri (2008: 184) proses produksi dapat dibedakan atas : 1. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process) Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order), maka jumlah produknya biasanya sedikit atau relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang dibuat semata-mata tidak berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi terutama didasarkan atas pesanan yang masuk. Perencanaan produksi dibuat untuk menentukan kegiatan produksi yang perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat memperkirakan order yang akan diterima, sehingga dapat diperkirakan dan ditentukan bagaimana mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat. Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, supaya peralatan produksi dapat dipergunakan secara optimal. 2. Proses produksi yang terus-menerus (continuous process) Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai rancangan selama jangka waktu tertentu. 2.2 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Arman Hakim(2003:25) peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006:136) Peramalan (forecasting) adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Menurut Render (2012, p.178) ada langkah-langkah untuk melakukan peramalan, diantaranya adalah: 1. Menentukan kegunaan peramalan atau tujuan dari peramalan. 2. Menentukan barang yang akan diramalkan. 3. Menentukan rentang waktu peramalan. 4. Memilih metode peramalan yang akan digunakan. 5. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk peramalan. 6. Validasi model peramalan.

2 4 7. Melakukan peramalan. 8. Implementasi hasil dari peramalan. Rentang waktu untuk melakukan peramalan dibagi menjadi 3 jenis yaitu jangka waktu pendek, jangka waktu sedang dan jangka waktu panjang. Jangka waktu pendek adalah peramalan untuk 1 sampai 30 hari, jangka waktu sedang adalah dari 1 bulan hingga 1 tahun sedangkan untuk jangka waktu panjang adalah peramalan yang dilakukan untuk lebih dari 1 tahun (Render, 2012, p.178) Jenis-jenis Metode Peramalan (Forecasting) Terdapat 2 jenis metode penelitian menurut Heizer dan Render yang diterjemahkan oleh Sungkono,C. (2009:168), yaitu: 1. Metode kualitatif yang dibagi menjadi 4 teknik peramalan yaitu: Jury of executive opinion Delphi Method Sales Force Composite Consumer Market Survey 2. Metode kuantitatif yang dibagi menjadi 2 teknik peramalan yaitu: Time Series Model Causal Model Model Peramalan Time Series Model peramalan time series adalah teknik statistikal yang menggunakan data historikal dalam suatu periode waktu. Asumsi dari model ini adalah bahwa kejadian di masa lampau mempengaruhi kejadian di masa depan. Model ini merupakan model peramalan yang terpopuler yang paling sering digunakan (Russel & Taylor III, 2011, p. 341) Metode Moving Average Metode Moving Average merupakan metode peramalan yang menggunakan rata-rata permintaan dalam urutan periode waktu yang tetap. Kelebihan dari Moving Average adalah sifatnya stabil dan cocok untuk permintaan yang sifatnya stabil. Semakin panjang rentang waktu rata-rata maka hasilnya akan semakin stabil dan halus (Russel & Taylor III, 2011, p. 343). Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam metode Moving Average (Render, 2012, p.185): = Peramalan untuk bulan berikutnya = Permintaan aktual periode t = jumlah periode Metode Weighted Moving Average Metode Weighted Moving Average mirip dengan metode Moving Average. Perbedaan kedua metode ini adalah setiap data yang terdekat diberikan bobot yang terbesar dengan asumsi data dari waktu yang terdekat memberikan kontribusi atau pengaruh yang lebih besar (Russel & Taylor III, 2011, p. 345). Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam metode Weighted Moving Average (Render, 2012, p.185):

3 5 = Peramalan untuk bulan berikutnya Metode Exponential Smoothing Metode Exponential Smoothing juga merupakan metode peramalan yang menghitung rata-rata dari data, data terbaru akan diberikan bobot lebih besar. Digunakan konstanta yang disebut smoothing constant yang merupakan faktor yang memberikan beban pada peramalan metode Smoothing Constant (Russel & Taylor III, 2011, p. 347). Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam metode Exponential Smoothing (Render, 2012, p.188): = Peramalan untuk bulan berikutnya = Permintaan aktual periode t = Peramalan untuk periode t = smoothing constant Perhitungan Akurasi Peramalan Tidak ada metode peramalan yang akurasinya tepat dan sempurna, metode yang tepat untuk suatu data belum tentu tepat untuk pola data yang lain. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan akurasi peramalan. Beberapa kriteria dari ketepatan ramalan yang sering digunakan untuk menghitung akurasi dari metode peramalan model time series diantaranya adalah Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Square of Error (MSE), dan Mean Absolute Percentage of Error (MAPE) (Baroto, 2002, p.31) Mean Absolute Deviation (MAD) Mean Absolute Deviation atau MAD adalah pengukuran untuk ketidaktepatan peramalan yang termudah dan yang paling sering digunakan. MAD adalah rata-rata antara peramalan dengan permintaan aktual. Semakin kecil nilai MAD maka semakin tinggi akurasi dari peramalan (Russel & Taylor III, 2011, p. 357). Persamaan yang digunakan untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut (Render, 2012, p.182): MAD forecast error n = Mean Absolute Deviation = selisih antara hasil peramalan dengan permintaan aktual = jumlah kesalahan peramalan Mean Square of Error (MSE) Mean Square of Error atau MSE adalah pengukuran untuk ketidaktepatan peramalan yang menghitung pangkat dari kesalahan peramalan (Russel & Taylor III, 2011, p. 361). Persamaan yang digunakan untuk menghitung MSE adalah sebagai berikut (Render, 2012, p.183):

4 6 MSE forecast error n = Mean Square of Error = selisih antara hasil peramalan dengan permintaan aktual = jumlah kesalahan peramalan Mean Absolute Percentage of Error (MAPE) Mean Absolute Percentage of Error atau MAPE adalah pengukuran untuk ketidaktepatan peramalan yang menghitung persentase kesalahan dari peramalan, lebih mudah dipahami karena dalam bentuk persentase (Baroto, 2002, p.49). Persamaan yang digunakan untuk menghitung MAPE adalah sebagai berikut (Render, 2012, p.183): MAPE forecast error actual n = Mean Absolute Percentage of Error = selisih antara hasil peramalan dengan permintaan aktual = permintaan aktual = jumlah kesalahan peramalan 2.3 Pengertian Persediaan (Inventory) Menurut Freddy Rangkuty (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pengendalian dan pemeliharaan persediaan merupakan permasalahan umum bagi organisasi dalam berbagai sektor ekonomi dan industri. Persediaan atau inventory adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Baroto, 2002, p.52). Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan, sehingga terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan yaitu (Yamit, 2005, pp.5-6): 1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time). 2. Faktor ketidakpastian waktu, berasal dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. 3. Faktor ketidakpastian pengguna, berasal dari dalam perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. 4. Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.

5 2.3.1 Fungsi Persediaan Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti (2004:15) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Batch Stock (Lot Size Inventory) Merupakan upaya penyimpanan persediaan pada suatu perusahaan dalam jumlah besar karena pertimbangan potongan harga pada pembelian dalam kuantitas besar dan adanya efisiensi produksi pada penghematan biaya angkutan. 2. Fungsi Decoupling Fungsi untuk menyiapkan persediaan pengelompokan operasional secara terpisah. 3. Fungsi Antisipasi Fungi untuk alternatif jika mengalami keterlambatan restock bahan material dari pemasok agar menjaga proses produksi tetap berjalan lancar tidak terhambat oleh persediaan material yang terlambat Reorder Point atau Titik Pemesanan Berkaitan dengan kapan persediaan harus diisi, kita memerlukan pertimbangan keputusan untuk memperhitungkan lamanya waktu tunggu ataupun jangka waktu pengiriman. Waktu kapan memesan persediaan biasanya diekspresikan sebagai istilah ROP atau Reorder Point yang menunjukkan pada tingkat persediaan manakah pemesanan harus dilakukan (Render, 2012, p.205). Persamaan mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu (d) dan lead time (L) itu sendiri bersifat konstan. Adapun persamaan untuk menghitung ROP dan mendapatkan nilai dari permintaan selama waktu tunggu adalah: ROP = d x L 7 ROP = Reorder Point d = demand atau permintaan per hari L = lead time atau waktu tunggu pemesanan (dalam hari) D = Permintaan dalam satu tahun atau satu periode Teori persediaan khususnya model Reorder Point memberikan kontribusi sebagai dasar untuk studi kasus yang diangkat pada PT. Diva Mitra Bogatama. Reorder Point membantu memberikan gambaran dalam menentukan kapan pihak perusahaan perlu melakukan pemesanan sebelum barang tersebut habis Safety Stock atau Persediaan Pengaman Untuk menghindari kehabisan persediaan yang dapat terjadi akibat permintaan yang tidak konstan, diberikan rekomendasi berupa persediaan dalam jumlah tertentu yang disebut dengan safety stock (SS). Titik pemesanan kembali ditentukan menggunakan persamaan dengan safety stock sebagai berikut (Baroto, 2002, pp ): ROP = d x L + SS Dimana, SS = jumlah safety stock

6 8 z = nilai dari tabel kurva normal berdasarkan tingkat pelayanan = standar deviasi permintaan Tabel 2.1 Nilai Z berdasarkan Tingkat Pelayanan Tingkat Pelayanan (%) Nilai Z , Sumber: (Render, 2012, p.245) 2.4 Pengertian Sistem Informasi Menurut Jogiyanto (2005,2) Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan informasi dapat diartikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.(jogiyanto,2005;8). Menurut O Brien(2003:8) sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output melalui proses tertentu. Mengacu pada definisi dari Robert A.Leitch yang diterjemahkan (Jogiyanto,2005:11) Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem informasi adalah kumpulan beberapa komponen atau elemen yang saling terkait didalam suatu organisasi dimana dari setiap yang terkait tersebut mendukung kegiatan operasional manajerial dari suatu organisasi. Aktifitas dasar dari Sistem Informasi menurut Laudon (2010, p46) adalah sebagai berikut: 1. Input Proses yang melibatkan pengumpulan data-data mentah dari dalam organisasi atau dari lingkungan eksternal untuk pengolahan dalam suatu sistem informasi. 2. Process Aktivitas ini merupakan proses mengkonversi input mentah ke bentuk yang lebih bermakna. 3. Output Memberikan hasil dari data-data mentah yang telah di proses menjadi informasi kepada orang atau aktivitas yang akan digunakan. 4. Feedback Output yang telah diterima dikembalikan kepada organisasi untuk kemudian dievaluasi atau melakukan perbaikan pada tahap Input.

7 2.5 Perbedaan Sistem Informasi Dengan Teknologi Informasi Menurut Laudon (2010:50) teknologi informasi adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengatasi perubahan yang terjadi. Dalam hal ini perubahan merupakan perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan ke dalam komputer. Sedangkan menurut Rahardjo (2002:74) teknologi informasi adalah informasi yang diolah dengan menggunakan teknologi tersebut. Dalam hal ini, teknologi sudah memiliki nilai jual. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi informasi merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengolah informasi untuk mengatasi perubahan dengan menggunakan teknologi (perangkat keras dan perangkat lunak) untuk dilakukan penyimpanan ke dalam komputer sehingga memiliki nilai jual. Sehingga perbedaannya dengan sistem informasi yaitu teknologi informasi menekankan dalam perancangan dan pengembangan informasi dengan menggunakan teknologi sedangkan sistem informasi merupakan kemampuan dalam merancang dan menerapkan sistem informasi sehingga dapat diintegrasikan kedalam proses bisnis sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hubungan teknik industri dengan sistem informasi yaitu teknik industri gunakan untuk mengelola dan memelihara sumber daya yang terdiri dari manusia, mesin, material, energi dan sistem informasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien 2.6 Jenis-Jenis Sistem Informasi Pada umumnya sistem informasi dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu : 1. Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems) Sistem informasi manajemen menurut Barry E.Cushing yang diterjemahkan oleh (Jogiyanto,2005,14) adalah kumpulan dari manusia dan sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sedangkan menurut Frederick H. Wu sistem informasi manajemen adalah kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen (Jogiyanto,2005,14) Dari beberapa definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi manajemen merupakan kumpulan dari sumber-sumber didalam suatu organisasi yang di olah untuk menyediakan informasi yang mendukung manajemen pada semua tingkatan. 2. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems) Menurut Raymond McLeod, Jr. (2007) sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem yang menyajikan kemampuan untuk penyelesaian permasalahan yang bersifat semi terstruktur. Sistem pendukung keputusan ini membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis serta perangkat lunak ke dalam suatu sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan ini dapat digunakan untuk tambahan informasi ataupun saran kedua namun tidak untuk menggantikan keputusan manajemen dalam pengambilan keputusannya. 9

8 10 3. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information Systems) Menurut O Brien (2003:7) sistem informasi eksekutif adalah sistem informasi yang menyediakan informasi strategis yang sesuai dengan kebutuhan pihak eksekutif dan para pengambil keputusan lainnya. 4. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Process Systems) Sistem pemrosesan transaksi (Transaction Processing Systems) adalah sistem informasi yang digunakan untuk menghimpun, menyimpan dan memproses data transaksi dalam jumlah besar pada suatu level organisasi. 2.7 Perancangan Sistem Informasi Dalam melakukan perancangan dan perencanaan suatu sistem informasi dibutuhkan persiapan yang matang. Perancangan sistem informasi dilakukan setelah tahapan analisis sistem dilakukan, maka analisis sistem telah mendapat informasi dengan jelas apa yang harus dikerjakan dan memikirkan bagaimana bentuk suatu sistem tersebut. Menurut George M.Scott (2001, p534) Perancangan sistem informasi adalah menentukan bagaimana mencapai sasaran yang ditetapkan yang melibatkan pembentukan (configuring) perangkat lunak dan komponen perangkat keras sistem dimana setelah pemasangan sistem akan memenuhi spesifikasi yang dibuat pada akhir fase analisis sistem. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perancangan sistem informasi merupakan perencanaan yang menjelaskan deskripsi dari pembentukan sistem yang dibutuhkan baik dari segi arsitektur aplikasi (software) maupun dari segi arsitektur teknologi (hardware). Pada proses perancangan sistem informasi digunakan pendekatan yang disebut System Development Life Cycle (SDLC) (Satzinger, 2010, p38). 2.8 System Development Life Cycle (SDLC) Pengertian System Development Life Cycle menurut Satzinger (2010, p39) adalah proses membangun, merancang, menggunakan dan mengembangkan sistem informasi. Sedangkan menurut O Brien (2003, p383) definisi System Development Life Cycle adalah aplikasi penerapan dari penemuan permasalahan (problem solving) yang didapat dari pendekatan sistem (system approach) menjadi pengembangan dari solusi sistem informasi terhadap masalah bisnis. Jadi dapat diambil kesimpulan metode SDLC merupakan tahapan-tahapan pengembangan sistem informasi yang dilakukan oleh analisis sistem untuk membangun sebuah sistem informasi. Menurut Jogiyanto (2005: ) Secara garis besar metode SDLC dibagi dalam 5 fase yaitu : 1. Fase Planning Pada fase ini dilakukan perencanaan, pengaturan dan penjadwalan dalam membangun sebuah system, sehingga didapatkan perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menentukan dan mendefinisikan sistem informasi apa yang akan dirancang sehingga dapat memberikan keuntungan dan nilai bagi proses bisnis. 2. Fase Analisis Pada fase ini dilakukan pendekatan secara menyeluruh mengenai permasalahan dan kebutuhan pada proses bisnis, dengan mendefinisikan penggunaan dari suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang

9 diharapkan, sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan. Langkah-langkah dalam melakukan analisis sistem diantaranya yaitu : a. Mengidentifikasi masalah b. Menganalisa kebutuhan pengguna c. Solusi-solusi apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dan dapat aplikasikan ke dalam perancangan atau modifikasi sistem. 3. Fase Design Pada fase ini dilakukan pembangunan sistem yang dilakukan dengan menerjemahkan kebutuhan dari fase analisis kedalam suatu struktur program dan algoritma. Tahap ini merupakan konfigurasi dari komponen-komponen perangkat keras dan perangkat lunak sehingga saat akan di implementasi sistem akan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan dari permasalahan proses bisnis. 4. Fase Implementasi Fase ini merupakan proses menerapkan sistem ke dalam bentuk secara nyata sehingga dapat dioperasikan dan digunakan pada permasalahan proses bisnis yang berjalan. Tahapan dalam fase implementasi diataranya yaitu : a. Membangun dan menguji database b. Membangun dan menguji sistem c. Implementasi dan pengujian sistem baru 5. Fase Support Pada fase ini dilakukan proses pemeliharaan sistem yang telah diimplementasikan dan juga melakukan perbaikan jika sistem tersebut memerlukan suatu penambahan. Fase ini penting untuk dilakukan karena ada kemungkinan suatu sistem menyisakan kesalahan-kesalahan yang tidak terdeteksi pada saat pengujian sistem. 2.9 Object Oriented Analysis And Design (OOAD) Konsep analisis dan design berbasis objek menurut Michael Heaney (1995:135) yaitu konsep pemodelan yang berorientasi pada objek yang menekankan identifikasi entitas pada dunia nyata dan hubungannya, yang harus tetap stabil meskipun pelaksanaannya dapat berubah. Menurut Whitten et al (2004, p31) konsep OOAD adalah alat dan teknologi untuk mengembangkan suatu sistem yang mengidentifikasi objek dalam membangun sistem dan softwarenya. Sedangkan menurut Satzinger (2010, p60) object oriented analysis and design adalah pemodelan untuk menentukan semua objek yang dibutuhkan dalam suatu sistem dan bagaimana hubungannya dengan orang-orang sehingga dapat menunjukkan bagaimana suatu objek dapat diimplementasi dalam pelaksanaannya. Jadi dapat diambil kesimpulan object oriented analysis and design yaitu suatu konsep model yang digunakan untuk mengidentifikasi objek dan hubungannya pada sistem untuk membangun dan mengimplementasi sistem Konsep Unified Modeling Language (UML) Menurut Nugroho (2010, p6) definisi UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma (berorientasi objek). Pemodelan sesungguhnya digunakan untuk penyerdehanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. Menurut Whitten (2004, p430) diagram UML merupakan kumpulankumpulan konvensi permodelan yang digunakan untuk menjabarkan sistem 11

10 12 perangkat lunak dalam konteks objek. Sehingga dapat disimpulkan diagram UML merupakan suatu pemodelan berorientasi objek yang digunakan dalam pengembangan sistem dengan cara menjabarkan sistem dan permasalahanpermasalahan sehingga lebih mudah dipelajari. Menurut Simona Ferrante (Stefano Bonacina dan Francesco Pinciroli, 2013:43) Model UML merupakan pemodelan visual dan bahasa spesifikasi yang mana digunakan untuk memberikan penjabaran multidimensi menjadi sebuah proses yang kompleks dengan menggunakan behavioural, conceptual dan physical abstractions. Beberapa diagram-diagram yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan sistem antara lain yaitu : 1. Use Case Diagram Menurut (Satzinger, 2005, p.244) use case diagram digunakan untuk menunjukkan interaksi pengguna (actors) dengan suatu sistem. Use case diagram secara grafis mengambarkan interaksi antara sistem, sistem eksternal dan pengguna. Dengan kata lain use case diagram mendeskripsikan siapa yang akan menggunakan sistem tersebut dan dalam cara apa pengguna mengharapkan interaksi dengan sistem itu. 2. Class Diagram Menurut Whitten (2004:455) Class diagram merupakan deksripsi grafis dari struktur objek sistem statis, yang menunjukkan objek kelas yang membangun sebuah sistem beserta hubungan satu sama lain. Sedangkan menurut Satzinger (2005:185), class diagaram memiliki tiga bagian penting yaitu : a. Class Name, yang merupakan nama dari suatu class. b. Attribute, yang merupakan atribut-atribut yang dimiliki oleh suatu class c. Method, yang menjelaskan apa saja yang bisa dilakukan oleh objekobjek di dalam suatu class. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Class diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Diagram ini menunjukkan class objek yang menyusun sistem dan juga hubungan antara class objek tersebut. 3. Sequence Diagram Menurut Satzinger (2005:214) sequence diagram merupakan diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem pada saat skenario atau use case tertentu. Sequence diagram secara grafis menggambarkan bagaimana objek berinteraksi dengan satu sama lain melalui pesan pada sekuensi sebuah use case atau operasi. 4. State Chart Diagram Menurut Whitten (2004: ) state chart diagram merupakan diagram yang menggambarkan kombinasi status asumsi objek pada masa waktu aktifnya, kejadian yang memicu transisi antar state dan aturan yang memperbolehkan transisi antar objek. State chart diagram digunakan untuk memodelkan behaviour objek khusus yang dinamis. Diagram ini mengilustrasikan siklus hidup objek berbagai keadaan yang dapat diasumsikan oleh objek dan event-event (kejadian) yang menyebabkan objek beralih dari satu state ke state yang lain. 5. Activity Diagram Activity diagram menurut Whitten (2004:450) adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan secara grafis aliran proses bisnis, langkah dari use case, atau logika dari method sebuah objek. Sedangkan menurut

11 Satzinger (2005:142) activity diagram merupakan jenis workflow diagram yang menggambarkan aktivitas pengguna di dalam sistem secara berurutan. Sehingga dapat diambil kesimpulan menurut teori tersebut adalah Activity diagram digunakan untuk menggambarkan rangkaian aliran aktivitas baik proses bisnis maupun secara use case. Activity diagram dapat juga digunakan untuk memodelkan action yang akan dilakukan saat sebuah operasi dieksekusi, dan memodelkan hasil dari action tersebut. 6. Package Diagram Package Diagram adalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan perancang menghubungkan setiap kelas grup. 7. Navigation Diagram Navigation Diagram adalah proses mengakses objek dari suatu interface yang saling berkaitan dan dibentuk dengan diagram. 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Menurut Mulyadi (2008), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dibuat untuk mengetahui urutan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjadwalan asesoris pada PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Mulai Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PERAMALAN OBAT DI APOTEK DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN EXPONENTIAL SMOOTHING

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PERAMALAN OBAT DI APOTEK DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN EXPONENTIAL SMOOTHING RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PERAMALAN OBAT DI APOTEK DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN EXPONENTIAL SMOOTHING TUGAS AKHIR Bagus Dhanist Rananta 1102001013 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Menggunakan Model Reorder Point

Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Menggunakan Model Reorder Point EKSPLORA INFORMATIKA 85 Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Menggunakan Model Reorder Point Ni Ketut Dewi Ari Jayanti 1, STMIK STIKOM Bali, Jalan Raya Puputan Renon no. 86 Denpasar, Bali, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN PENJADWALAN BAHAN BAKU PRODUKSI PADA PT. DIVA MITRA BOGATAMA

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN PENJADWALAN BAHAN BAKU PRODUKSI PADA PT. DIVA MITRA BOGATAMA ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN PENJADWALAN BAHAN BAKU PRODUKSI PADA PT. DIVA MITRA BOGATAMA Idham Zacky Akbar, Taufik Toweksa, Triswanto Susilo (Ir. Andre Michael Ricky

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional

BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2011 : 36), manajemen operasional adalah kumpulan aktivitas yang menhasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Informasi Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL REORDER POINT PADA PT. BSM

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL REORDER POINT PADA PT. BSM ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL REORDER POINT PADA PT. BSM Enrico, Ferddy Putrawan Tanzil, Mecarine (Ir. Andre Michael Ricky Wajong, M.B.A, Johan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki persediaan, minimal dalam bentuk persediaan bahan-bahan pembantu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki persediaan, minimal dalam bentuk persediaan bahan-bahan pembantu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan maupun jasa pasti memiliki persediaan dalam menjalankan operasional usahanya. Perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Diagram alir dibawah ini menunjukkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur". Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAST SQUARE METHOD UNTUK PERAMALAN PENJUALAN DI HIJABSTORY BANDUNG

PENERAPAN LEAST SQUARE METHOD UNTUK PERAMALAN PENJUALAN DI HIJABSTORY BANDUNG PENERAPAN LEAST SQUARE METHOD UNTUK PERAMALAN PENJUALAN DI HIJABSTORY BANDUNG Wendi Wirasta, Muhamad Luthfi Ashari 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK & Ilmu Komputer LPKIA Jl. Soekarno Hatta 456,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1.1 Definisi Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) definisi sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi informasi berbasis komputer dewasa ini dirasa sangat pesat dan hal ini berpengruh terhadap aspek pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen BAB V PEMBAHASAN 5.1 Permintaan Konsumen Permintaan konsumen selama 12 periode (bulan) terakhir terhadap produk sandal kelom di Sagitria Collection adalah 6654 pasang dengan perincian 379 pasang pada periode

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember USULAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TINTA JENIS BW NEWS PERFECTOR BLACK-G YANG OPTIMAL UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVENTORI PROBABILISTIK STUDI KASUS DI PT REMAJA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya, secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi Menurut Sofjan Assauri (2004), manajemen merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT. Sebastian Citra Indonesia terkait dengan jumlah penjualan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pembelian Pembelian merupakan suatu kegiatan utama pada perusahaan yang bisa menjamin kelancaran proses penjualan. Dengan adanya pembelian, perusahaan dapat secara mudah menyediakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA Aris Setiawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 282A9294@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Data historis penjualan yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM Jonathan Nandana Pratama Binus University, Jakarta, Indonesia, jonathan_nandanapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam pembuatan tugas akhir Sistem Informasi Administrasi Salon SN berbasis desktop ini dilakukan beberapa tinjauan sumber pustaka, dan berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan perusahaan pada zaman sekarang tidak terlepas dari aktivitas bisnis sebagai modal utama dalam menangani setiap proses bisnis yang terkait dengan suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan atau organisasi menyimpan persediaan untuk berbagai tujuan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk menjaga tingkat persediaan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 SISTEM PERAMALAN DAN MONITORING PERSEDIAAN OBAT DI RSPG CISARUA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN REORDER POINT Nendang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT Dinamika Indonusa Prima terkait dengan jumlah permintaan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi berkembang begitu pesat diikuti dengan tingkat persaingan yang begitu ketat dan tuntutan globalisasi yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Menurut Robbins dan Coutler (2012:36) manajemen mengacu pada proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: peramalan, single exponential smoothing, single moving average, Economic Order Quantity (EOQ). ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: peramalan, single exponential smoothing, single moving average, Economic Order Quantity (EOQ). ABSTRACT PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TINTA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) (Studi Kasus Di PT Inktech Indahmulya) *M. Arif Rahman, *Yeni Kustiyahningsih,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Dalam mendefinisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang lebih menekankan pada prosedur dan elemennya. Prosedur didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jasa Jasa (service) merupakan suatu atau serangkaian aktivitas yang tidak berwujud dan yang biasanya, tidak selalu, berhubungan dengan interaksi antara customer (pelanggan) dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, rumah sakit perlu meningkatkan kemampuan manajemennya dengan meningkatkan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual kembali.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA Fitri Susianti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci