BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) commit to user

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) commit to user"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi pemaparan mengenai tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data. Tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data kemudian dijabarkan dan diuraikan pada sub bab berikut : 4.1. Evaluasi Terhadap Alat yang Sudah Ada Pada subbab ini dijabarkan mengenai evaluasi terhadap rancangan alat yang sudah ada yaitu rancangan alat pengering milik Susilo, dkk. (2014), Agassi (2014), dan Muttaqin, dkk. (2015). Evaluasi dilakukan dengan mereview hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilo, dkk. (2014), Sakinah (2015), Agassi (2014), Muttaqin, dkk. (2015), dan evaluasi dengan observasi kinerja alat di lapangan dan wawancara dengan pengguna. Evaluasi kinerja alat dilakukan guna meninjau performa alat secara keseluruhan apakah sudah memenuhi kebutuhan dan spesifikasi yang dibutuhkan oleh konsumen. Kemudian evaluasi difokuskan mengenai performa dari kotak pengumpul panas dikarenakan penelitian ini berfokus pada peningkatan performa kotak pengumpul panas. Dengan dilakukannya evaluasi kemudian akan terlihat bagian mana yang dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan guna meningkatkan performa produk Rancangan Susilo, dkk. (2014) Susilo, dkk. (2014) telah merancang alat pengering simplisia dengan metode indirect pasive solar dryer dengan sumber panas berasal dari sinar matahari. Rancangan alat tersebut terdiri dari kabin pengering, kotak pengumpul panas, dan connector. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) Sumber : Susilo, dkk. (2014) IV-1

2 Evaluasi Rancangan Susilo, dkk. (2014) Setelah melakukan perancangan, Susilo, dkk. (2014) kemudian melakukan pengujian performa alat pengering. Menurut Susilo, dkk. (2014) hasil desain rancangan alat pengering simplisia sudah memenuhi semua kebutuhan dari konsumen sebagai pengguna alat. Desain alat pengering ini meliputi wadah pengering (chamber), atap, cerobong keluaran (exhaust), solar air collector, dan penghubung (connector). Secara fungsional masing masing komponen telah berfungsi dengan baik hal ini dapat dilihat dari kinerja alat yang mampu mempersingkat pengeringan simplisia sesuai dengan tujuan. Desain kaki pada kotak pengumpul panas dibuat permanen dan melekat pada badan kotak pengumpul panas. Pada saat pengoperasionalan, desain tersebut mengalami kendala dengan sulitnya mobilitas alat. Disisi lain, material ikut mempengaruhi performa dari rancangan alat. Material yang digunakan sebagai penyerap dan penyimpan energi panas matahari terbuat dari seng gelombang. Penggunaan seng sebagai material perlu ditinjau ulang dikarenakan masih terdapat beberapa material yang memiliki sifat konduktivitas yang lebih baik. Warna cat pada seng juga memiliki pengaruh dalam penyerapan panas radiasi sinar matahari, penggunaan warna hitam mengkilap dirasa kurang maksimal dalam penyerapan panas karena warna mengkilat bersifat memantulkan cahaya matahari. Sakinah (2014) telah melakukan evaluasi alat pengering rancangan dari Susilo, dkk. (2014). Rancangan tersebut dievaluasi menggunakan metode eksperimen sehingga diketahui performa nyata dari alat tersebut. Menurut Sakinah (2014), alat pengering simplisia indirect passive solar dryer mampu menghasilkan temperatur rata rata dalam kabin sebesar 47 o Celsius dan hanya dapat mengeringkan maksimal 6 kg simplisia kunyit basah. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilo, dkk. (2014), yang menyatakan bahwa rancangan pengering mempunyai kapasitas maksimum sebesar 25 kg simplisia basah Rancangan Agassi, dkk. (2014) Agassi (2014) telah merancang alat pengering simplisia jahe sebagai pengembangan dari rancangan sebelumnya yaitu milik Susilo, dkk. (2014) guna meningkatkan suplai panas sehingga commit pengeringan to user alat ini menggunakan sumber IV-2

3 panas dari radiasi sinar matahari ditambah dengan backup panas dari kompor biomassa. Kapasitas maksimal pengeringan dari rancangan alat ini adalah sebesar 7 Kg. Berikut ini merupakan rancangan dari alat pengering milik Agassi (2014). Gambar 4.2 Alat Pengering Rancangan Agassi, dkk. (2014) Sumber : Agassi, dkk. (2014) Evaluasi Rancangan Agassi, dkk. (2014) Menurut Agassi (2014) rancangan pengering simplisia khususnya kotak penyimpan panas tersebut memiliki beberapa kekurangan mengenai performa alat apabila dikaitkan dengan kebutuhan konsumen. Kekurangan yang pertama adalah peletakan kompor biomass yang berada tepat dibawah kabin menghasilkan asap yang masuk kedalam kabin sehingga kebersihan dari produk tidak terjaga. Dari segi kandungan pada simplisia, konsumen menginginkan hasil pengeringan simplisia memiliki kualitas yang baik dengan kandungan nutrisi yang tetap terjaga. Akan tetapi, hal ini tidak tercapai dikarenakan dengan penggunaan kompor biomass justru mengakibatkan pengeringan over heat. Batas maksimal pengeringan yang diperbolehkan adalah 60 o celsius sedangkan hasil panas dari kompor biomass mencapai 75,5 o celsius. IV-3

4 4.1.5 Rancangan Muttaqin, dkk. (2015) Muttaqin, dkk. (2015) telah melakukan perancangan alat pengering simplisia jahe menggunakan sumber panas dari radiasi sinar matahari dengan backup panas dari kompor biomassa sebagai pengembangan dari rancangan alat milik Agassi (2014). Perbedaan yang nyata pada rancangan dari Muttaqin, dkk. (2015) adalah peningkatan kapasitas pengeringan menjadi 9 Kg dan pemindahan posisi kompor biomass yang terpisah dengan kabin pengering sehingga asap hasil pembakaran tidak mencemari kabin sehingga produk hasil pengeringan akan tetap higienis. Berikut ini merupakan rancangan dari alat pengering milik Muttaqin, dkk. (2015). Gambar 4.3 Alat Pengering Rancangan Muttaqin, dkk. (2015) Sumber :Muttaqin, dkk. (2014) Dengan alat tersebut, kapasitas pengeringan telah meningkat dari alat sebelumnya yang dapat mengeringkan 7 Kg, menjadi 9 Kg. Segi kebersihan dari produk yang dikeringkan juga sesuai dengan keinginan konsumen karena asap pembakaran tidak masuk kedalam kabin. Akan tetapi, penggunaan kompor biomass menghasilkan temperatur yang tidak dapat dikontrol sehingga menghasilkan panas sebesar 61 o celsius dan berdampak pada rusaknya produk IV-4

5 simplisia karena panas maksimal untuk memproduksi simplisia dengan kualitas yang baik adalah 60 o celsius Evaluasi Berdasarkan Observasi Lapangan Setelah mereview hasil penelitian dari Susilo, dkk. (2014), Sakinah (2014), Agassi (2014), dan Muttaqin, dkk. (2014), kemudian dilakukan observasi lapangan guna melihat langsung kinerja alat saat bekerja. Setelah melihat langsung performa alat saat bekerja, rancangan beberapa rancangan alat yang sudah ada memiliki beberapa permasalahan yang kemudian dapat digunakan guna perancangan selanjutnya sehingga performa alat dapat berjalan maksimal. Permasalahan tersebut dijabarkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Kekurangan Alat Rancangan Sebelumnya Aspek Kekurangan Akibat Material Penggunaan Seng sebagai media penyerapan panas Penyerapan kurang maksimal Material Penggunaan besi Performa dan keawetan kurang Material Warna cat yang cenderung glossy Mengurangi performa penyerapan panas Material Penggunaan kayu sebagai material utama Durability yang buruk Teknis Rancangan kaki yang permanen (tidak ada roda) Fleksibilitas rendah Teknis Penahan plat penyerap panas yang membujur horizontal Mengganggu aliran udara panas Teknis Kemiringan kotak pengumpul panas yang kurang sesuai Penyerapan radiasi matahari kurang maksimal Teknis Penggunaan kompor biomass Mengurangi sisi kepraktisan operator dan faktor ekonomis Kapasitas Kapasitas kecil Kurang mencukupi kebutuhan pengguna Permasalahan pertama adalah dari segi material, penggunaan seng dengan lapisan tunggal untuk plat kotak pengumpul panas dirasa kurang sesuai karena masih terdapat beberapa material yang dapat menyerap panas lebih optimal. Penggunaan cat besi yang berwarna mengkilap juga menjadi poin yang dipertimbangkan karena dari segi warna, warna hitam doff lebih menyerap panas dibanding warna mengkilap yang cenderung memantulan panas. Penggunaan cat besi juga dirasa kurang sesuai karena aplikasi alat yang digunakan pada kondisi panas dan hujan sehingga diperlukan cat dengan bahan khusus yang lebih tahan terhadap panas dan tidak menutup pori pori sehingga penyerapan radiasi lebih besar seperti penggunaan cat Hi-Tempt. Untuk material kotak pengumpul panas yang terbuat dari kayu, menimbulkan pertanyaan besar mengenai keawetannya. Sifat kayu yang dapat berjamur dan mengalami pelapukan akan mengalami permasalahan jangka panjang jika dilihat dengan alat yang digunakan diluar IV-5

6 ruangan yang terkena paparan panas dan hujan. Selain berdampak pada kerusakan alat, adanya jamur juga menyebabkan produk hasil pengeringan kurang higienis. Dikarenakan pengeringan yang kurang steril dengan adanya jamur ditambah produk pengeringan merupakan bahan baku obat yang menuntut kualitas dan kebersihan yang baik. Gambar 4.4 Kotak Pengumpul Panas yang Ada saat Ini Untuk segi teknis, rancangan kaki kotak pengumpul panas yang dibuat permanen akan menimbulkan permasalahan ketika dilakukan pemindahan alat. Rancangan tersebut cenderung memiliki fleksibilitas yang rendah. Kemudian, rancangan Susilo, dkk. (2014) menyangkut penahan seng gelombang yang dibuat melintang horisontal akan menghalangi sirkulasi udara yang masuk sehingga aliran udara akan terhambat part penahan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5 part penahan. Gambar 4.5 Part Penahan Sumber : Susilo, dkk. (2014) IV-6

7 Susilo, dkk. (2014) merancang kotak pengumpul panas dengan kemiringan sebesar 35 o, sedangkan alat kotak pengumpul panas milik Agassi (2014) dan Muttaqin, dkk. (2015) menggunakan kemiringan sebesar 15 o. Kemiringan tersebut masih perlu dilakukan evaluasi apakah dengan kemiringan sebesar 35 o dan 15 o, kotak pengumpul panas dari alat yang sudah ada akan mendapatkan radiasi matahari yang optimal karena menurut Pangestuningtyas, dkk. (2013), sudut kotak pengumpul panas yang optimal dalam penerimaan radiasi matahari di Jawa Tengah adalah 9 o. Mengingat letak geografis Kabupaten Karanganyar yang termasuk bagian dari Jawa Tengah sebagai tempat digunakannya alat yang merupakan daerah dekat garis khatulistiwa dengan posisi 7 o lintang selatan. Penggunaan kompor biomass memang mampu meningkatkan temperatur pengeringan secara signifikan. Akan tetapi, penggunaan kompor biomass menghasilkan permasalahan yaitu tidak adanya kontrol temperatur sehingga rancangan alat yang menggunakan biomass pasti mengalami over heat sehingga nutrisi yang berada pada simplisia hilang dan produk mengalami penurunan kualitas. Selain itu, keluhan pengguna mengenai kepraktisan alat juga menjadi pertimbangan dikarenakan dengan adanya kompor biomass,pengguna harus selalu stand by mengawasi dan menyuplai bahan bakar untuk menyalakan kompor. Dan pertimbangan terakhir mengenai penggunaan kompor biomass yang harus dipertimbangkan adalah tren semakin meningkatnya produsen simplisia sehingga harga menjadi fluktuatif dan oleh karena itu produsen simplisia cenderung menekan biaya produksi untuk menghadapi harga yang fluktuatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pertimbangan ulang mengenai penggunaan rancangan alat pengering menggunakan kompor biomass. Dari segi kapasitas pengeringan, rancangan milik Susilo, dkk. (2014) mampu menampung kapasitas rimpang simplisia basah sebesar 6 Kg, dengan lama waktu pengeringan selama 4 hari. Kemudian dikembangkan lagi rancangan alat pengering oleh Agassi (2014) sehingga menghasilkan alat dengan kapasitas pengeringan sebesar 7 Kg dengan lama waktu pengeringan selama 8 jam. Sedangkan rancangan Muttaqin, dkk. (2015) mampu menampung rimpang basah sebesar 9 Kg untuk dilakukan pengeringan. Akan tetapi, dengan kapasitas maksimal yaitu rancangan milik Muttaqin, commit to dkk. user (2015) sebesar 9 Kg, masih belum IV-7

8 mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumen dikarenakan panen dari produk simplisia yang mampu mencapai satuan ton. Oleh karena itu diperlukan rancangan alat pengering yang memiliki kapasitas pengeringan yang besar dengan hasil dari pengeringan yang berkualitas pula Identifikasi Kebutuhan Rancangan Terbaru Identifikasi kebutuhan rancangan terbaru dibuat untuk menggali kebutuhan terbaru dari pengguna setelah mengaplikasikan rancangan milik Susilo, dkk. (2014) guna memenuhi kebutuhan dan meningkatkan performa pengeringan simplisia basah dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan lama dari pengguna. Identifikasi kebutuhan rancangan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pengguna alat yaitu petani biofarmaka di Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa kebutuhan tambahan pada alat guna memudahkan penggunaan alat dilapangan dari sisi pengguna yaitu petani biofarmaka. Hasil dari wawancara kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna disajikan pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Kebutuhan Pengguna Terbaru No. Identifikasi kebutuhan pengguna Jumlah simplisia yang dikeringkan kurang 1 banyak 2 Sulit dipindahkan 3 Awet 4 Bersih Tabel 4.3 Kebutuhan Alat yang Sudah Ada No. Identifikasi Kebutuhan Pengguna Kebutuhan Teknis 1 Simplisia terhindar dari kontaminasi kotoran debu, dan cemaran lainnya 2 Pengeringan simplisia tidak langsung dibawah sinar matahari Proses pengeringan simplisia didalam ruang tertutup / chamber 3 Simplisia tidak dipindah pindah saat proses pengeringan 4 Tidak membutuhkan area yang luas Kapasitas besar pada area yang kecil 5 Proses pengeringan cepat dan sesuai standar Suhu pengeringan optimal, yaitu dengan mempertimbangkan standar suhu pengeringan simplisia berkisar derajad celsius dan tingkat kelembaban dibawah 55% (standar balitro) 6 Sumber energi murah Alat pengering simplisia bebas sumber energi,memanfaatkan energi panas matahari 7 Setting alat pengering simplisia mudahdan tidak membutuhkan waktu yang Mudah dalam pengoperasian lama 8 Mudah dalam perawatan Material yang digunakan ramah lingkungan dan mudah dalam perawatan Sumber Susilo, dkk. (2014) IV-8

9 Setelah diketahui kebutuhan pengguna alat berdasarkan wawancara, kemudian kebutuhan pengguna tersebut ditransformasikan menjadi kebutuhan teknis dari rancangan. Langkah awal transformasi kebutuhan pengguna menjadi kebutuhan teknis rancangan adalah merubahnya menjadi kebutuhan teknis alat pengering simplisia secara umum. Setelah diketahui mengenai kebutuhan teknis alat pengering simplisia secara umum, kemudian dilakukan breakdown lanjutan mengenai kebutuhan teknis yang spesifik pada rancangan kotak pengumpul panas. Kebutuhan teknis disini difokuskan kepada kebutuhan teknis kotak pengumpul panas dikarenakan penelitian ini berfokus pada pengembangan kotak pengumpul panas. Tabel 4.4 menunjukkan kebutuhan teknis dari rancangan alat. Tabel 4.4 Kebutuhan Teknis Alat Pengering Simplisia No. Identifikasi kebutuhan pengguna Kebutuhan teknis 1 Jumlah simplisia yang dikeringkan kurang banyak Kapasitas kabin pengering diperbesar 2 Sulit dipindahkan 3 Awet 4 Bersih Mobilitas dari alat pengering simplisia ditingkatkan dengan penggunaan roda dan material yang lebih ringan Penggunaan material seperti galvalum dan papan ACP yang memiliki ketahanan terhadap suhu panas, dingin, korosi dan pelapukan sebagai material penyusun Pengeringan dilakukan didalam wadah Material penyusun alat terbuat dari bahan yang terhindar dari jamur dan karat Tabel 4.5 Kebutuhan Teknis Solar Collector No Kebutuhan teknis solar colector Meminimalkan panas yang keluar melalui konduktivitas dan radiasi kaca dengan penggunaan sistem insulasi Kebutuhan energi panas meningkat, sehingga kemampuan penyerapan radiasi pada solar collector harus ditingkatkan Solar collector mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan dengan penggunaan roda pada rancangan Terbuat dari material yang ringan Penggunaan material seperti galvalum dan papan ACP yang memiliki ketahanan terhadap suhu panas, dingin, korosi dan pelapukan sebagai material penyusun 4 Penggunaan material logam seperti galvalum dan papan ACP menghindarkan alat dari kotoran seperti jamur dan karat Berikut ini merupakan penjelasan mengenai kebutuhan teknis dari kotak pengumpul panas. 1. Kemampuan penyerapan radiasi pada kotak pengumpul panas ditingkatkan Dengan adanya kebutuhan mengenai kapasitas pengeringan simplisia yang diperbesar, maka akan memunculkan beberapa kebutuhan lanjutan menyangkut rancangan kotak commit pengumpul to user panas. Dengan diperbesarnya kabin IV-9

10 pengering, dibutuhkan rancangan kotak pengumpul panas yang mampu menghasilkan panas jauh lebih besar dibandingkan dengan rancangan sebelumnya yang memiliki kapasitas 6 kg dan diperlukan sistem isolasi sehingga panas yang telah terkumpul tidak keluar melalui konduktivitas material. Dengan ditambahnya volume kabin pengering dan bertambahnya jumlah rimpang basah maka diperlukan penyerapan radiasi panas matahari yang lebih banyak agar panas yang diterima optimal dalam usaha mengeringkan simplisia basah. 2. Meminimalkan panas yang keluar dari kotak pengumpul panas Penggunaan lapisan kaca pada kotak pengumpul panas, menyebabkan terjadinya perpindahan panas baik melalui konveksi maupun radiasi. Perpindahan panas tersebut menyebabkan panas yang berada di dalam kotak pengumpul panas akan keluar sehingga temperatur yang dicapai tidak optimal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep sistem isolasi yang tepat sehingga akan menghambat panas didalam kotak pengering yang keluar. 3. Kotak pengumpul panas mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan Rancangan kotak pengumpul panas Susilo, dkk.(2014) dengan kaki kaki yang permanen akan menyulitkan pengguna pada saat mobilitas alat, baik penyimpanan maupun penyesuaian pada posisi matahari mengingat matahari berpindah sesuai dengan lintasannya dari bagian bumi belahan utara ke bagian bumi belahan selatan. Oleh karena itu kemudian diperlukan rancangan perbaikan yang memudahkan pengguna dalam mobilitas kotak pengumpul panas sehingga ketika dibutuhkan perpindahan posisi sesuai dengan kebutuhan, pengguna dapat memindahkan dengan mudah. 4. Penggunaan material logam seperti galvalum dan papan ACP Pada alat pengering simplisia rancangan Susilo, dkk. (2014), kotak pengumpul panas dibuat dengan bahan kayu pada bagian luarnya. Hal ini menimbulkan permasalahan pada keawetan alat dikarenakan penggunaan alat yang dilakukan diluar ruangan dengan paparan matahari yang panas serta terpaan hujan akan berdampak pada material penyusunnya yang terbuat dari kayu. Walaupun sudah dilapisi dengan cat, kayu memiliki sifat yang rentan terhadap jamur dan pelapukan commit apabila to user diaplikasikan untuk luar ruangan IV-10

11 sehingga diperlukan material penyusun lain yang lebih tahan terhadap terpaan cuaca yaitu dengan penggunaan papan ACP dan galvalum yang tahan karat sehingga memiliki ketahanan dan usia pakai alat yang lebih panjang. Selain itu, penggunaan kayu sebagai material penyusun rancangan alat pengering milik Susilo, dkk. (2014) selain menimbulkan permasalahan pada keawetannya, juga akan berdampak pada kebersihan dari proses pengerjaan. Dengan penggunaan kayu, akan menimbulkan tumbuhnya jamur pada alat. Adanya jamur tersebut akan mengurangi kualitas dan kebersihan dari produk yang dikeringkan mengingat produk tersebut merupakan bahan baku dari obat yang menuntut kebersihan dan kualitas yang baik sehingga dibutuhkan material yang terhindar dari jamur, spora, dan pengotor lainnya. Salah satu material yang memiliki keunggulan tersebut adalah papan ACP, dan galvalum. 4.2 Perencanaan Setelah dilakukan identifikasi mengenai alat yang sudah ada, observasi, dan wawancara, kemudian tahapan selanjutnya adalah dimulainya tahap perencanaan berdasarkan hasil dari identifikasi yang telah dilakukan. Berikut ini merupakan faktor faktor yang telah didapatkan dari tahapan sebelumnya berupa evaluasi alat yang sudah ada, observasi lapangan, dan wawancara dengan pengguna mengenai kebutuhan alat. Faktor faktor tersebut nantinya digunakan sebagai dasar bahan kebutuhan rancangan alat pengering simplisia. Faktor faktor tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini : IV-11

12 Rancangan Kotak Pengumpul Panas Jumlah simplisia yang dikeringkan kurang banyak Kebutuhan Konsumen Kapasitas kabin pengering diperbesar Kebutuhan Teknis Penggunaan cat penyerap panas Memperluas penampang penyerap panas Penyesuaian posisi kemiringan alat Meminimalkan panas yang memantul dan keluar melalui konduktivitas kaca Kebutuhan energi meningkat, kemampuan penyerapan radiasi pada kotak pengumpul panas ditingkatkan Kebutuhan Teknis Kotak Pengumpul Panas Penyesuaian kemiringan kotak pengumpul panas dengan posisi lintang lokasi Perbaikan isolasi panas pada bagian lapisan kaca Melipatgandakan cahaya masuk ke kotak pengumpul panas Penggunaan cat semprot hi tempt yang dapat menyerap panas optimal dan tahan terhadap suhu tinggi Penggunaan seng gelombang galvalum susun ganda Kemiringan kotak pengumpul panas 9 derajad Penerapan konsep lapisan kaca ganda Penerapan konsep reflektor Menggunakan material kaca dan akrilik Posisi di depan Kotak pengumpul panas dan menempel pada kabin Susunan akrilik didalam, dengan kaca di luar sebagai lapisan ganda Stainless stell Gambar 4.6 Bagan Kebutuhan Teknis IV-12

13 Rancangan Kotak Pengumpul Panas Sulit Dipindahkan Tidak Awet Kotor dan Berjamur Kebutuhan Konsumen Mobilitas alat pengering ditingkatkan Alat pengering simplisia memiliki ketahanan dalam waktu yang lama dengan material penyusun alat terbuat dari bahan yang tahan terhadap suhu luar, terpaan angin, dan hujan Pengeringan dilakukan di dalam wadah Material terbuat dari bahan yang tidak berjamur dan berkarat Kebutuhan Teknis Kotak pengumpul panas mudah dipindahkan Terbuat dari material ringan Alat pengering simplisia memiliki ketahanan dalam waktu yang lama dengan material penyusun alat terbuat dari bahan yang tahan terhadap suhu luar, terpaan angin, dan hujan Material terbuat dari bahan yang tidak berjamur dan berkarat Kebutuhan Teknis Kotak Pengumpul Panas Material rangka terbuat dari galvalum Material body menggunakan panel komposti alumunium Material papan penyerapan menggunakan galvalum Kaki Kaki menggunakan roda Gambar 4.6 Bagan Kebutuhan Teknis (Lanjutan) IV-13

14 4.3 Pengembangan Konsep Prototipe Sebagai Alternatif Solusi Permasalahan Pada tahap Pengembangan Konsep Prototipe terdiri dari tahapan membangkitkan konsep rancangan dan pengembangan sebagai alternatif solusi permasalahan yang ada. Tahapan ini merupakan tahapan dimana konsep rancangan dibuat berdasarkan dari kebutuhan konsumen yang telah diperoleh dari beberapa tahapan sebelumnya yaitu evaluasi dari Susilo, dkk. (2014), Sakinah (2014), observasi lapangan, dan wawancara mengenai kebutuhan terbaru dari pengguna. Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada alat pengering sebelumnya dengan peningkatan kapasitas, terdapat dua alternatif konsep yang dapat diterapkan. Konsep pertama adalah penggunaan sistem reflektor cahaya dan yang kedua adalah penggunaan lapisan kaca ganda Konsep Reflektor Cahaya Reflektor cahaya merupakan papan yang dapat memantulkan cahaya yang digunakan untuk melipat gandakan cahaya yang masuk menuju kotak pengumpul panas. Dengan semakin banyaknya cahaya yang masuk, radiasi matahari yang diterima papan akan semakin banyak sehingga panas yang akan dihasilkan kotak pengumpul panas akan semakin besar (Scanlin, dkk. 1999). Pemilihan penggunaan konsep reflektor cahaya dikarenakan menimbang dari kebutuhan mengenai efektivitas tempat. Kotak pengumpul panas sebenarnya dapat menangkap lebih banyak radiasi apabila ukuran dari kotak tersebut diperbesar. Akan tetapi, kebutuhan konsumen mengenai efektivitas tempat serta biaya tidak terpenuhi. Oleh karena itu, kemudian alternatif konsep penggunaan reflektor sebagai pemantul cahaya digunakan karena dengan penggunaan reflektor, dengan ukuran kotak yang sama akan dapat menerima radiasi matahari yang lebih besar. Berikut ini konsep reflektor yang diterapkan : IV-14

15 Gambar 4.7 Konsep Reflektor Cahaya Konsep Lapisan Kaca Ganda Pada rancangan alat sebelumnya, lapisan kaca pada kotak pengumpul panas dirancang dengan hanya satu lapis kaca. Hal ini menyebabkan panas di dalam kotak pengumpul mudah untuk keluar dari kotak pengumpul panas dikarenakan konduktivitas kaca yang masih cukup besar serta penggunaan kaca satu lapis yang kurang mengisolasi panas. Sehingga kemudian dilakukan perbaikan konsep dengan menerapkan sistem kaca lapisan ganda sehingga kotak pengumpul panas dapat mengisolasi panas lebih baik dan panas yan telah terkumpul tidak terlalu banyak terbuang keluar (Scanlin, dkk. 1999). Berikut ini konsep penerapan lapisan kaca ganda : Gambar commit 4.8 Konsep to user Lapisan Kaca Ganda IV-15

16 4.4 Perancangan Tingkat Sistem Setelah dilakukan pengembangan konsep dalam rangka pencarian solusi permasalahan yang ada, tahapan selanjutnya adalah perancangan tingkat sistem. Perancangan tingkat sistem dilakukan untuk memberikan gambaran mekanisme / sistem kerja alat kotak pengumpul panas baik dari konsep reflektor maupun konsep lapisan kaca ganda. Mekanisme kotak pengering dengan konsep reflektor bisa dilihat pada gambar 4.9. Gambar 4.9 Sistem Kerja Reflektor Mekanisme kerja kotak pengumpul panas menggunakann konsep reflektor pada Gambar 4.9 Diawali dari sinar matahari yang menyinari kaca kotak pengumpul panas yang kemudian sinar tersebut masuk ke dalam kotak dengan terdapat sebagian sinar yang terpantul keluar. Untuk meningkatkan suplai panas dari kotak pengumpul panas, digunakanlah reflektor yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari yang tidak masuk kekaca menuju kotak pengumpul panas, sehingga cahaya yang masuk berlipat ganda. Sinar matahari yang masuk kedalam kotak pengumpul panas tersebut kemudian terjebak didalam kotak dan kemudian material penangkap panas mulai bekerja dengan menangkap dan menyimpan panas yang dihasilkan dari terjebaknya sinar radiasi matahari. Pada saat yang bersamaan, udara luar masuk menuju kotak pengumpul panas melalui lubang inlet yang berada di depan. Udara yang masuk tersebut kemudian menerima pengaruh dari panas hasil serapan radiasi matahari sehingga udara tersebut berubah menjadi udara commit panas. Dengan to user memanfaatkan sifat udara panas IV-16

17 yang bergerak naik, kemudian udara panas tersebut mengalir menuju kabin pengering dikarenakan kotak pengumpul panas memiliki kemiringan sebesar 9 o. Gambar 4.10 Sistem Kerja Lapisan Kaca Ganda Gambar 4.10 merupakan gambaran dari sistem lapisan kaca ganda. Penggunaan lapisan kaca tunggal akan menghasilkan alat denga insulasi yang kurang baik, hal ini dikarenakan lapisan kaca tunggal dengan menggunakan kaca yang memiliki konduktivitas yang tinggi akan mengeluarkan temperatur panas yang ada didalam kotak pengumpul panas secara konveksi maupun radiasi. Oleh karena itu kemudian digunakan konsep lapisan kaca ganda sehingga akan mendapatkan sistem insulasi yang lebih baik yang pada akhirnya temperatur panas yang keluar dapat di minimalkan. Penggunaan lapisan kaca ganda memungkinkan pencegahan dari perpindahan panas secara konveksi maupun radiasi dikarenakan jarak yang berisi udara diantara kedua lapisan yang terlalu kecil bagi udara untuk melakukan sirkulasi (Weiss, 2012). Udara yang terperangkap merupakan konduktor yang sangat lemah sehingga panas dapat diinsulasi dengan baik (The national Insulator Assosiation, 2015). 4.5 Perancangan Tingkat Detail Setelah perancangan tingkat sistem selesai dilakukan, kita telah mendapatkan alternatif konsep sistem mengenai cara kerja dari konsep yang akan digunakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya adalah perancangan tingkat detail. Tahapan ini mencakup spesifikasi lengkap kotak pengumpul panas mulai dari bentuk, material, serta susunan yang digunakan. Detail rancangan kotak pengumpul panas dibuat dengan menggunakan software Solidwork IV-17

18 Gambar 4.11 Kotak Pengumpul Panas Kotak pengumpul panas merupakan alat bagian dari pengering simplisia tenaga matahari yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan panas dari radiasi sinar matahari yang kemudian diubah menjadi udara panas yang dialirkan menuju kabin pengering untuk melakukan proses pengeringan rimpang basah. Rancangan detail kolektor terdiri dari beberapa bagian yaitu rangka kotak pengumpul panas, lapisan kaca ganda, plat penangkap panas matahari, dan reflektor. Berikut ini merupakan detail dari rancangan kotak pengumpul panas : 1. Rangka kotak pengumpul panas Rangka kotak pengumpul panas merupakan bagian dari kotak pengumpul panas yang berfungsi untuk meletakkan dan melindungi plat pengumpul panas dan lapisan kaca ganda, serta sebagai tempat menopang reflektor sehingga bagian bagian tersebut dapat terakit dan membentuk suatu sistem kerja. Selain fungsi tersebut, rangka kotak pengumpul panas memiliki fungsi penting untuk menampung udara dari luar yang kemudian mengalami pemanasan sebelum akhirnya dialirkan ke kabin pengering. Rangka tersebut bertugas untuk menampung dan mencegah udara yang dipanaskan untuk keluar sehingga temperatur udara yang sudah panas dapat terjaga dan kemudian dialirkan menuju kabin pengering. Rangka kotak pengumpul panas disusun oleh material berupa galvalum sebagai frame dan papan yang terbuat dari aluminum composite panel. Pemilihan material tersebut didasarkan pada kebutuhan konsumen yang IV-18

19 menginginkan alat dapat bertahan dalam waktu yang lama, bersih terhindar dari jamur dan karat, serta ringan. Penggunaan galvalum sebagai frame rangka dikarenakan galvalum memiliki sifat yang kuat dan ringan. Pemilihan aluminum composite panel sebagai papan penutup frame didasari oleh sifat dari material tersebut yang tahan terhadap temperatur luar, dan merupakan insulator yang baik. Rancangan rangka kotak pengumpul panas didesain memiliki kemiringan sebesar 9 o mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh pangestuningtyas, dkk. (2013) sebagai sudut yang optimal dalam penerimaan panas radiasi matahari. Dimensi dari kotak pengumpul panas dengan lebar lubang inlet sebesar 20 cm, tinggi inlet sebesar 20 cm, serta panjang lubang inlet sebesar 120 cm. Pada bagian inlet, terdapat jaring mesh yang berfungsi untuk menghindari kotoran yang masuk kedalam kotak pengumpul panas. Dalam perancangan inlet, terdapat fitur berupa pengaturan bukaan udara yang akan masuk sehingga kita dapat mengatur kebutuhan suplai udara yang akan masuk ke kotak pengumpul panas. Untuk bagian kotak tempat diletakkannya plat penyerap panas, memiliki dimensi dengan panjang 200 cm, lebar 120 cm, dengan tinggi 20 cm. Connector dirancang untuk mengalirkan udara panas menuju kabin pengering. Connector pada rancangan ini memiliki dimensi dengan panjang bagian bawah 40 cm, lebar 120 cm tinggi 20 cm, serta panjang bagian atas 19 cm. Gambar detail rancangan rangka kotak pengumpul panas dapat dilihat pada gambar 4. commit Gambar to user 4.12 Rangka IV-19

20 2. Lapisan kaca ganda Lapisan kaca ganda pada rancangan kotak pengering simplisia tenaga matahari berfungsi sebagai lapisan yang meneruskan cahaya matahari agar bisa masuk kedalam kotak pengumpul panas sehingga kemudian panas tersebut dapat terjebak. Selain berfungsi untuk meneruskan, lapisan kaca ganda juga berfungsi sebagai insulasi panas sehingga panas yang telah terjebak didalam kotak pengumpul panas tidak keluar. Penggunaan lapisan kaca ganda memungkinkan pencegahan dari perpindahan panas secara konveksi maupun radiasi dikarenakan jarak yang berisi udara diantara kedua lapisan yang terlalu kecil bagi udara untuk melakukan sirkulasi (Weiss, 2012). Udara yang terperangkap merupakan konduktor yang sangat lemah sehingga panas dapat diinsulasi dengan baik ( Lapisan kaca ganda dalam rancangan ini memiliki beberapa alternatif material yaitu kaca, akrilik dan polycarbonat. 1. Kaca Penggunaan material kaca dengan kaca pada lapisan double glazing memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari penggunaan material tersebut adalah sifat kaca yang lebih keras dibandingkan material seperti akrilik dan polycarbonate sehingga lebih tahan gores dan tahan terhadap temperatur luar. Akan tetapi, kaca memiliki konduktivitas yang tinggi yaitu 0,8 W/mK dengan transmisi panas sebesar 88 % sehingga panas yang ada didalam kotak pengumpul panas lebih banyak terbuang dibandingkan dengan akrilik dan polycarbonate. Kaca juga memiliki nilai transmisi cahaya sebesar 90 %, lebih rendah dibandingkan akrilik. Untuk berat jenis, kaca memiliki berat jenis sebesar kg/m3 sehingga lebih berat dibanding material lain ( 2. Akrilik Akrilik merupakan bahan yang mampu meneruskan cahaya lebih baik dari pada kaca yaitu sebesar % dan memiliki konduktivitas yang lebih kecil dibandingkan kaca sehingga dapat menyimpan panas lebih baik dibandingkan commit dengan to kaca. user Konduktivitas termal dari akrilik IV-20

21 adalah 0,17 W/mK dengan transmisi panas berkisar antara 63-68%. Dengan berat jenis akrilik sebesar antara kg/m 3 sehingga lebih ringan dibandingkan dengan kaca. Akan tetapi, akrilik memiliki kelemahan yaitu kurang tahan terhadap lingkungan luar sehingga ketika diaplikasikan pada rancangan, lapisan akrilik akan mudah tergores serta harga yang lebih mahal dibandingkan kaca ( 3. Polycarbonate Polycarbonate merupakan bahan lain selain akrilik dan kaca yang dapat meneruskan cahaya sehingga cocok digunakan untuk lapisan glazing. Kelebihan dari polycarbonate adalah ketahanan impact nya yang lebih baik dibandingkan dengan akrilik dan kaca. Akan tetapi, polycarbonate lebih lunak dibandingkan dengan kaca dan akrilik sehingga lebih mudah tergores. Polycarbonate dapat meneruskan cahaya sebesar 87% dengan konduktivitas termal sebesar 0,19-0,22 W/mK lebih baik dibandingkan dengan kaca. Berat jenis dari polycarbonate adalah sebesar kg/m3 lebih rendah dibandingkan dengan kaca, dengan harga yang lebih mahal dibandingkan akrilik dan kaca ( Lapisan kaca ganda dalam rancangan ini disusun dari dua material dengan lapisan luar menggunakan kaca dan lapisan dalam menggunakan akrilik. Penggunaan kaca sebagai lapisan luar disebabkan oleh kemampuan kaca dalam menahan temperatur luar baik dari terpaan panas maupun hujan dan ketahanan gores yang lebih baik dibandingkan dengan akrilik. Penggunaan akrilik didasari oleh sifatnya yang memiliki konduktivitas yang kecil sehingga udara panas akan terisolasi serta penerusan cahaya yang blebih baik dibandingkan dengan kaca maupun ploycarbonate. Berikut ini merupakan gambaran rancangan detail dari lapisan kaca ganda : IV-21

22 Gambar 4.13 Lapisan Kaca Ganda Gambar 4.14 Lapisan Kaca Ganda (Irisan) 3. Plat penangkap panas Plat penangkap panas memiliki peranan yang sangat penting dalam pemanasan udara luar yang masuk kedalam kotak pengumpul panas. Plat penangkap panas berfungsi untuk menangkap panas dan menyimpannya sehingga kemudian digunakan untuk memanaskan udara yang masuk kedalam kotak pengumpul panas. Pada rancangan kotak pengumpul panas ini, plat pengumpul panas dirancang menggunakan bahan seng gelombang berbahan galvalum. Galvalum dipilih karenakonduktivitas termalnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan seng yaitu sebesar 166 W/m K ( Alasan lain adalah dikarenakan objek yang dikeringkan merupakan bahan baku pembuatan obat, maka diperlukan bahan yang tahan terhadap karat sehingga objek yang dikeringkan dalam hal ini simplisia dapat terjaga kebersihannya. Pemilihan plat gelombang dibandingkan dengan plat datar memiliki alasan karena plat gelombang memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan plat datar. Pada rancangan ini, plat gelombang yang diaplikasikan disusun menjadi dua lapis untuk mempertebal sehingga simpanan panas dapat bertahan lebih lama. Dimensi dari plat penangkap panas memiliki panjang sebesar 200 cm dengan lebar sebesar 110 cm. Penyangga plat pengumpul commit panas to juga user didesain berbeda dengan rancangan IV-22

23 alat sebelumnya. Penggunaan penyangga dengan bentuk C memungkinkan udara yang masuk akan tetap mengalir secara lancar sehingga tidak terhambat oleh penahan dari plat pengumpul panas. Berikut ini merupakan gambaran dari plat pengumpul panas : Gambar 4.15 Penangkap Panas 4. Reflektor Reflektor dalam rancangan ini memiliki fungsi dalam peningkatan suplai panas kotak pengumpul panas. Reflektor dapat melipat gandakan cahaya yang masuk kedalam kotak pengumpul panas sehingga kemudian suplai panas dari kotak pengumpul panas dapat optimal dan pemanasan udara yang masuk akan berjalan dengan baik. Dengan adanya peningkatan kapasitas pengeringan, penggunaan reflektor diharapkan mampu memberikan suplai panas yang lebih banyak sehingga dengan adanya pertambahan kapasitas tidak menurunkan performa pengeringan. Pada rancangan ini, terdapat tiga alternatif peletakan posisi reflektor yaitu bagian depan belakang, bagian samping, dan reflektor empat sisi. Konsep Reflektor Depan Belakang Konsep ini merupakan penerapan konsep reflektor pada kotak pengumpul panas dengan posisi peletakan reflektor berada di depan dan belakang. Berikut ini merupakan gambar dari konsep ini : Gambar 4.16 Konsep Reflektor Depan Belakang IV-23

24 Posisi reflektor yang diletakkan pada bagian depan dan belakang memiliki kelebihan yaitu kesederhanaan dalam penggunaan karena tidak memerlukan pengaturan yang terlalu sering, ringan, serta tidak memakan tempat yang luas. Akan tetapi, posisi reflektor pada bagian depan dan belakang hanya mampu mengakomodasi pemantulan cahaya pada matahari tinggi, dan tidak efektif ketika mata hari rendah seperti pagi dan sore. Konsep Reflektor Samping Konsep ini merupakan penerapan konsep reflektor pada kotak pengumpul panas dengan posisi peletakan reflektor berada di samping kotak pengumpul panas. Berikut ini merupakan gambar dari konsep ini : Gambar 4.17 Konsep Reflektor Samping Posisi reflektor pada bagian samping dapat mengakomodasi pemantulan cahaya pada posisi matahari rendah, akan tetapi kurang maksimal untuk pemantulan matahari tinggi. Konsep reflektor samping perlu dilakukan perhitungan mengenai pengaturan sudut reflektor yang baik agar tidak menghasilkan bayangan hitam yang dapat mengurangi penangkapan radiasi matahari. Serta memakan lebih banyak tempat untuk peletakan alat. Konsep Reflektor Empat Sisi Konsep ini merupakan penerapan konsep reflektor pada kotak pengumpul panas dengan posisi peletakan reflektor berada di bagian depan, belakang, dam samping kotak pengumpul panas. Berikut ini merupakan gambar dari konsep ini : IV-24

25 Gambar 4.18 Konsep Reflektor Empat Sisi Penerapan reflektor pada keempat sisi seperti pada gambar akan dapat melipat gandakan cahaya yang masuk kedalam kotak pengumpul panas baik pada saat matahari rendah maupun tinggi. Akan tetapi diperlukan pengaturan sudut yang sesuai untuk menghasilkan pemantulan yang baik tanpa menghasilkan bayangan hitam pada reflektor sisi samping, serta alat menjadi lebih memakan tempat dan berat. Pada rancangan Scanlin (1999), tempat peletakan reflektor terdapat pada bagian depan dan belakang. Pada penelitian ini, bagian samping kotak pengumpul panas ditambahkan reflektor untuk semakin meningkatkan panas yang dihasilkan. Karena dengan adanya reflektor samping, kotak pengumpul panas dapat menghasilkan suplai panas yang lebih tinggi ketika posisi matahari rendah. Material penyusun reflektor terbuat dari bahan stainless stell dengan finishing mengkilap pada bagian permukaan sehingga dapat memantulkan cahaya. Penggunaan stainless stell sebagai bahan reflektor cahaya di dasari oleh beberapa alasan yaitu mengenai keawetan dan resiko kerusakan. Plat stainless stell memiliki daya tahan terhadap temperatur luar yang lebih baik dibandingkan dengan cermin baik dalam hal panas maupun hujan. Disisi lain, karena pengaplikasian reflektor yang mengharuskan untuk dapat disesuaikan dengan sudut perpindahan matahari maka dibutuhkan material yang memiliki resiko kerusakan yang kecil. Dalam hal ini, stainless stell memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan cermin. Dari segi pemantulan cahaya, pada awalnya IV-25

26 cermin memang lebih unggul dibanding stainless stell, akan tetapi cermin tidak tahan akan temperatur luar dan rentan mengalami kerusakan. Dimensi reflektor belakang didesain dengan panjang 120 cm dengan lebar 100 cm, samping dengan panjang 200 cm dan lebar 60 cm di kedua sisi, dan reflektor depan dengan panjang 120 cm dengan lebar 100 cm. Berikut ini merupakan gambar rancangan reflektor : Gambar 4.19 Rancangan Posisi Reflektor Untuk melipat gandakan cahaya yang masuk kedalam kotak pengumpul panas sehingga suplai panas yang dihasilkan dapat meningkat, diperlukan suatu rancangan reflektor dengan sudut kemiringan yang tepat sehingga radiasi matahari dapat dipantulkan dengan maksimal kedalam kotak pengumpul panas. Apabila reflektor diaplikasikan dalam sudut yang kurang tepat, pantulan cahaya justru akan keluar atau menimbulkan bayangan yang dapat mengurangi serapan radiasi panas matahari. Dan untuk mengetahui sudut reflektor bagian samping yang sesuai dengan sudut yang dibentuk oleh ketinggian matahari sesuai dengan perpindahan waktunya dibutuhkan nilai mengenai sudut jam matahari. Sudut jam matahari dapat diketahui dengan rumus pada persamaan 2.1 : ( ) IV-26

27 Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui sudut jam matahari dari mulai pukul sampai dengan dengan hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.6 Sudut Jam Matahari No Waktu Sudut Jam Matahari *tanda negatif menunjukkan arah jam matahari dari timur Setelah diketahui sudut jam matahari, kemudian menggunakan hukum dasar fisika mengenai pemantulan yaitu sudut datang = sudut pantul, dilakukan pencarian mengenai berapa besar sudut reflektor untuk mendapatkan pantulan cahaya yang maksimal dan masuk ke kotak pengumpul panas. Agar cahaya yang dipantulkan dapat masuk ke kotak pengumpul panas, sudut pemantulan yang terbentuk disesuaikan sebesar 45 o sehingga reflektor dapat memantulkan cahaya secara optimal. Pengaturan sudut reflektor cahaya dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.20 Pengaturan Sudut Reflektor Dengan pengaturan sudut tersebut, cahaya akan dipantulkan menuju kotak pengumpul panas dengan optimal. Akan tetapi, dengan penyesuaian sudut seperti itu pengguna alat harus menyesuaikan sudut reflektor setiap jamnya, commit oleh to user karena itu kemudian dilakukan IV-27

28 penyederhanaan pengaturan sudut reflektor sehingga memudahkan pengguna dengan hanya mengganti sudut satu kali dalam sehari yaitu pukul siang. Berikut ini pengaturan sudut guna menyederhanakan SOP penggunaan alat : Gambar 4.21 Pengaturan Sudut Reflektor pukul Dengan penyesuaian sudut tersebut, reflektor sisi kiri mengakomodasi pemantulan maksimal untuk matahari pagi sehingga dapat membantu melipatgandakan cahaya yang masuk saat pagi hari. Dengan berlipat gandanya cahaya yang masuk, panas yang dihasilkan akan semakin meningkat. Reflektor sisi kanan di atur dengan sudut 45 o segaris lurus dengan sudut datang matahari agar tidak menghalangi cahaya pagi pada pukul sehingga cahaya yang masuk ke kotak pengumpul panas akan maksimal. Setelah itu, ketika matahari mulai bergerak naik, reflektor sisi kanan akan mulai memantulkan cahaya agar masuk kedalam kotak pengumpul panas. Ketika matahari sampai pada pukul dilakukan penyesuaian sudut kembali agar pemantulan dapat berjalan dengan baik. Berikut ini skema pengaturan sudut reflektor pada pukul sampai dengan : Gambar 4.22 Pengaturan commit to Sudut user Reflektor pukul IV-28

29 Dengan pengaturan sudut seperti gambar diatas, reflektor sisi kanan akan memantulkan cahaya secara maksimal pada sore hari. Pengaturan sudut 45 o dilakukan untuk menghindari timbulnya bayangan yang terjadi saat sore hari dikarenakan reflektor yang menghalangi arah datangnya cahaya. 5. Gambaran alat keseluruhan Kotak pengumpul panas secara umum terdiri dari bagian rangka dan plat penyerapan panas, bagian lapisan kaca ganda dan bagian reflektor pemantul sinar. Kotak pengumpul panas memiliki dimensi keseluruhan dengan panjang260 cm x 120 cm x 55 cm. Berikut ini merupakan gambaran dari rancangan keseluruhan kotak pengumpul panas : Gambar 4.23 Rancangan Kotak Pengumpul Panas IV-29

30 Kotak Pengumpul Panas Inlet Kotak Penyerap Radiasi Connector Plat Papan Pipa Kotak Besi Strip Sealant Ram Kawat Kerangka Kaca Akrilik Kerangka Papan ACP Gelombang Sealant Kerangka Sealant ACP Alumunium Plate Galvalume Papan ACP Pipa Kotak Galvalume Besi Siku Rivet Pipa Kotak Galvalume Besi Siku Rivet Sekrup Pipa Kotak Galvalume Besi Siku Rivet Gambar 4.24 Bill Of Material Konsep Terpilih IV-30

31 Perbandingan kotak pengumpul panas yang dirancang pada penelitian ini dengan rancangan kotak pengumpul panas sebelumnya ditunjukkan pada tabel berikut : Perbandingan kotak pengumpul panas Sumber cahaya masuk Dimensi kotak pengumpul panas Material penyusun rangka Material penangkap panas Luas material penangkap panas Kemiringan kotak pengumpul panas lapisan glazing Bahan lapisan glazing Tebal material glazing Posisi lubang udara masuk luas lubang sambungan terhadap kabin pengering Mesh Sambungan terhadap kabin pengering Mobilitas kotak pengumpul panas Tabel 4.7 Perbandingan Kotak Pengumpul Panas Susilo Agassi Muttaqin Kaca Kaca Kaca 1,9 m x, 0,9 m x, 0,7 m 1,93 m x 1,2 m x 0,62 m 2,08 m x 1,17 m x 0,634 m Kayu Kayu Kayu Seng Seng Seng 1,2m² x 0,01m 1,8m² x 0,01m 2,2m² x 0,01m single single single kaca kaca kaca 5 mm 5 mm 5 mm depan bawah depan dan bawah 0,0190m² 0,144 m² 0,234 m² tidak ada tidak ada ada non permanen non permanen non permanen permanen non permanen (roda) non permanen (roda) Tabel diatas merupakan tabel perbandingan gambaran umum rancangan alat yang sidah ada dengan rancangan alat saat ini. Untuk bagian dimensi, rancangan alat saat ini mengacu pada rancangan Muttaqin, dkk. (2015) sehingga tidak memiliki perbedaan dimensi yang cukup jauh. Perbedaan rancangan saat ini dengan rancangan sebelumnya terdapat pada bagian material, sumber cahaya masuk, lapisan glazing, dan kemiringan. Pada bagian material, rancangan saat ini menggunakan bahan galvalum dengan panel komposit alumunium sebagai papan penutup. Penggunaan material tersebut didasari oleh kebutuhan pengguna mengenai rancangan terbaru yang menginginkan alat memiliki ketahanan dalam waktu yang lama. Penggunaan kayu sebagai material pada rancangan sebelumnya dirasa kurang sesuai karena tidak tahan terhadap kondisi luar sehingga mengalami pengeroposan. Oleh karena itu rancangan alat terbaru menggunakan bahan galvalum dan panel komposit alumunium sebagai bahan rancangan. Rancangan saat ini Kaca + Reflektor 2,46 m x 1,2 m x 0, 55m Galvalum dan panel komposit alumunium Plat gelombang berbahan galvalum 2m² 0,02m 9 double kaca dan akrilik kaca 5 mm dan akrilik 3 mm depan 0,156 m² ada non permanen non permanen (roda) Sumber cahaya masuk pada rancangan alat sebelumnya terdapat hanya pada bagian kaca. Untuk rancangan terbaru, sumber masuk ditambahkan konsep reflektor yang berfungsi untuk melipat gandakan cahaya yang masuk sehingga diharapkan performa dari alat akan penangkapan panas akan meningkat. Untuk lapisan glazing, rancangan saat ini menggunakan konsep lapisan ganda, berbeda dengan rancangan alat sebelumnya yang menggunakan lapisan tunggal pada glazing. Penggunaan lapisan ganda pada rancangan saat ini dikarenakan untuk perbaikan insulasi panas yang ada pada kotak pengumpul panas. Dengan IV-31

32 penggunaan lapisan ganda, diharapkan tidak banyak panas yang terbuang keluar dari kotak pengumpul panas. Material dari lapisan dalam menggunakan akrilik dengan maksud untuk menahan panas tidak keluar karena konduktivitas dari akrilik yang kecil dibanding kaca. Akan tetapi, pada lapisan luar tetap menggunakan kaca sebagai lapisan dikarenakan sifat kaca yang lebih tahan terhadap temperatur luar dibandingkan dengan akrilik. Untuk kemiringan kotak pengumpul panas, rancangan alat saat ini memiliki perbedaan dengan rancangan sebelumnya yaitu milik Susilo, dkk. 35 o, rancangan Agassi dan Muttaqin, dkk. 15 o. Rancangan saat ini menggunakan kemiringan sebesar 9 o dengan mengacu pada penelitian Pangestuningtyas, dkk. (2013) yang meneliti tentang sudut optimal dalam penerimaan radiasi panas matahari. Penggunaan sudut yang tepat akan mempengaruhi penerimaan panas radiasi matahari sehingga kotak pengumpul panas menerima suplai radiasi panas yang optimal. 4.6 Pembuatan Prototipe Setelah tahapan perancangan tingkat detail selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah pembuatan prototipe. Perancangan tingkat detail menjelaskan mengenai detail detail rancangan alat kotak pengumpul panas yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam pembuatan prototipe. Tujuan dari dilakukannya pembuatan prototipe adalah untuk mengetahui bentuk fisik dari konsep rancangan, proses pembuatan, serta agar dapat dilakukan pengujian kinerja dari konsep yang telah dikembangkan. Dari hasil pengujian konsep tersebut kemudian nantinya bisa dilakukan analisis mengenai mekanisme dan kinerja dari alat apakah sudah memenuhi kebutuhan konsumen dengan penambahan kapasitas pengeringan. Proses pembuatan prototipe diawali dengan pembuatan rangka rancangan (gambar 4.32) seperti dapat dilihat pada gambar 4.31, kemudian kaki rangka (gambar 4.33) yang akan menghasilkan struktur dasar berupa kaki dan rangka (gambar 4.34), setelah itu dilakukan pembuatan rangka glazing seperti pada gambar 4.35 dan pemasangan alumunium komposit panel (gambar 4.36). IV-32

33 Gambar 4.25 Pembuatan Rangka Gambar 4.26 Rangka Gambar 4.27 Kaki Rangka IV-33

34 Gambar 4.28 Rangka dan Kaki Gambar 4.29 Pembuatan Rangka Lapisan Kaca Ganda Gambar 4.30 Rangka dan Pemasangan Alumunium Komposit Panel 4.7 Pengujian Konsep Setelah tahap pembuatan prototipe selesai, tahapan selanjutnya adalah tahap pengujian konsep. Pengujian konsep commit dilakukan to user untuk mengetahui performa dari IV-34

35 rancangan apakah konsep tersebut dapat memecahkan permasalahan yang ada dengan memenuhi kebutuhan dari konsumen. Pengujian konsep dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengenai panas yang dihasilkan dari rancangan tanpa penggunaan reflektor dan lapisan kaca ganda, panas yang dihasilkan oleh kotak pengumpul panas menggunakan lapisan kaca ganda, panas yang dihasilkan dari alat menggunakan reflektor, dan yang terakhir adalah panas yang dihasilkan oleh rancangan menggunakan gabungan dari konsep reflektor dan lapisan kaca ganda. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan pengaturan alat mengenai sudut reflektor. Salah satu kebutuhan dari rancangan ini adalah untuk merancang suatu alat yang dapat bekerja dengan praktis. Oleh karena itu kemudian dilakukan pengaturan sudut pada reflektor sehingga ketika dioperasikan, penyesuaian sudut reflektor dapat seminimal mungkin sehingga alat tersebut mudah dioperasikan. Penyesuaian sudut reflektor yaitu dengan mengatur sudut reflektor kanan sebesar 45 dan kiri sebesar 90 dengan rentang waktu pukul sampai dengan sedangkan pada pukul sampai dengan dilakukan setup sudut reflektor dengan reflektor bagian kanan sebesar 90 dan kiri sebesar 45 seperti pada gambar Gambar 4.23, 4.24, Dengan penyesuaian sudut tersebut, dapat menanggulangi bayangan reflektor dan cahaya dapat dipantulkan menuju kotak pengumpul panas dengan hanya memerlukan sedikit setup dalam satu harinya. Berikut ini beberapa pengujian yang dilakukan : A. Pengujian panas yang dihasilkan kotak pengumpul panas dengan konsep dasar yaitu sistem lapisan kaca tunggal (single glazing) Pada tahapan ini, dilakukan pengujian mengenai panas yang dihasilkan oleh kotak pengumpul panas sehingga diketahui berapa besar temperatur optimal yang dapat dicapai yang kemudian dapat diketahui besarnya energi kalor. Pengujian konsep dasar kotak pengumpul panas ini diperlukan sebagai dasar perbandingan saat dilakukan benchmarking dengan rancangan konsep reflektor, lapisan kaca ganda, maupun kombinasi keduanya. Dengan perbandingan tersebut nantinya didapatkan konsep mana yang memiliki performa terbaik. IV-35

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian beserta penjabaran singkat mengenai tahapan tahapan yang dilakukan. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR

PENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR PENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR Benazir Imam Arif Muttaqin 1, Retno Wulan Damayanti 2, Sukmaji Indro Cahyono 3 1,2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan yang digunakan.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA

PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA Ereika Ari Agassi, Retno Wulan Damayanti* ), Sukmaji Indro Cahyono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan Simplisia... (Hardianti dkk.) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA Nurul Hardianti*,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang   Jenis Energi Unit Total Exist 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan air panas pada saat ini sangat tinggi. Tidak hanya konsumen rumah tangga yang memerlukan air panas ini, melainkan juga rumah sakit, perhotelan, industri,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA BAB IV HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA Data hasil pengukuran temperatur pada alat pemanas air dengan menggabungkan ke-8 buah kolektor plat datar dengan 2 buah kolektor parabolic dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER Oleh: Zainul Hasan 1, Erika Rani 2 ABSTRAK: Konversi energi adalah proses perubahan energi. Alat konversi energi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori teori dan konsep mendasar yang kemudian akan digunakan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian untuk membahas dan menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10) RANCANG BANGUN DAN KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING SURYA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN HASIL-HASIL PERTANIAN Muhammad Yahya Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS DALAM RUMAH TANGGA. Suharto. Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada

PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS DALAM RUMAH TANGGA. Suharto. Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR 1 Fakhrina Fahma, 2 Retno Wulan Damayanti, 3 Desy Meilina Fulani 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelayan umumnya didalam cooler box nya disimpan es, Untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Bahan kayu yang digunakan pada laci berhubungan dengan tataran lingkungan karena ramah lingkungan. Kayu yang digunakan merupakan kayu olahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TUGAS ke 5 Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi Oleh : ZUMRODI NPM. : 250120150017 MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON

KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON Jurnal Mekanikal, Vol. 5 No. 1: Januari 2014: 464-469 KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON Mustofa & ) Rustan Hatib Jurusan Teknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON

KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON Jurnal Rekayasa Mesin Vol.6, No.3 Tahun 15: 177-181 ISSN 2477-41 KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON Rustan Hatib Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan alat pengering tembakau rajangan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: a. Ada empat alternatif solusi yang muncul untuk mengeringkan

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm MANUAL APLIKASI DINDING LUAR Versa Board 10 & 12 mm September 2017 DINDING LUAR (CLADDING) Dinding luar / Cladding adalah material lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup bangunan. Kelebihan dari aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN ISSN 2302-0245 pp. 1-7 KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN Muhammad Zulfri 1, Ahmad Syuhada 2, Hamdani 3 1) Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh: Hulfi Mirza Hulam Ahmad 2109100704 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Latar Belakang Prototype box yang dibuat

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang diangkat. 2.1 Simplisia

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci