BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Agus Sukarno Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang diangkat. 2.1 Simplisia Jahe Pada subbab ini berisi mengenai berbagai landasan teori dasar pemikiran yang berkaitan dengan simpilisia jahe seperti penjelasan umum mengenai tanaman jahe, proses pengeringan jahe segar menjadi simplisia jahe, dan standar mutu dari simplisia jahe Jahe Jahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga rimpang. Dari sekian banyak jenis rimpang jahe, ada 2 jenis jahe yang telah dikenal secara umum dan banyak digunakan dikalangan masyarakat, yaitu jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dan jahe putih (Zingiber officinale var. amarum) (Gholib, 2008). Rimpang jahe termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae, marga Zingiber. Ada sekitar 47 genera dan jenis tanaman yang termasuk dalam dalam suku Zingiberaceae, yang tersebar di seluruh daerah tropis dan sub tropis. Penyebaran Zingiber terbesar di belahan timur bumi, khususnya Indo Malaya yang merupakan tempat asal sebagian besar genus Zingiber (Lawrence, 1951 dalam Marsusi, dkk, 2001). Tanaman ini sudah lama dikenal baik sebagai bumbu masak maupun untuk pengobatan. Rimpang dan batang tanaman jahe sejak tahun 1500 telah digunakan di dalam dunia pengobatan di beberapa negara di Asia (Gholib, 2008). Tanaman jahe memiliki batang semu dan mempunyai tinggi sekitar 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warna pangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat, berwarna putih sampai coklat terang. Tanaman ini berbunga majemuk dan muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit, dan sangat tajam. Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak berbuku-buku. Rimpang jahe berkulit II-1
2 agak tebal yang membungkus daging rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas. Seperti halnya jenis rempah-rempah lain, rimpang jahe memiliki kemampuan mempertahankan kualitas makanan sebagai antimikroba dan antioksidan (Pramitasari, 2010 dalam Sistanto, dkk, 2014). Tanaman jahe dapat dibedakan menjadi tiga jenis jika dilihat dari bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, yaitu jahe badak atau jahe gajah jahe kuning, dan jahe merah. Jahe gajah atau jahe badak memiliki bentuk rimpang yang besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas layaknya jahe jenis lain, serta daging rimpang berwarna kuning hingga putih. Jahe kuning memiliki ukuran sedang dengan warna kuning. Jahe jenis ini banyak dipakai sebagai bumbu masakan. Hasil masakan yang diberi bumbu jahe akan memberikan aroma dan rasa yang cukup tajam. Sedangkan jahe merah memiliki ukuran paling kecil dengan warna merah, namun memiliki kandungan minyak atsiri yang paling tinggi dan rasa paling pedas. Jahe merah merupakan jenis jahe yang paling cocok digunakan sebagai bahan dasar obatobatan (Lukito, 2007 dalam Arofisma, dkk, 2013). Tanaman jahe yang telah dibersihkan biasa dikonsumsi masyarakat dalam bentuk air seduhan untuk menghangatkan tubuh. Jahe juga memiliki manfaat kesehatan lainnya, diantaranya adalah dapat menurunkan berat badan, menjaga kondisi jantung, mengatasi mabuk dalam perjalanan, mengatasi gangguan pencernaan, mengobati sakit kepala, mencegah kanker usus, dan sebagainya Proses Pengolahan Simplisia Jahe Menurut Herawati (2012), simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami pengolahan kecuali proses pengeringan. Simplisia jahe berarti jahe segar yang telah dikeringkan yang siap diolah menjadi obat tradisional. Untuk mengolah jahe segar setelah panen menjadi simplisia jahe dibutuhkan beberapa tahapan. Tahapan pengolahan jahe segar menjadi simplisia terdapat delapan tahapan sebagai berikut : 1. Penyortiran Pertama Penyortiran pertama dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan rimpang jahe segar yang berkualitas baik dengan yang buruk atau rusak atau busuk serta memisahkan benda-benda asing atau kotoran yang terbawa saat proses panen. II-2
3 2. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada jahe. Pencucian harus dilakukan dengan air bersih misalnya air PAM, air sumur, dan sumber mata air yang bersih. Pencucian dengan air yang tidak bersih menyebabkan mikroba pada jahe tidak berkurang bahkan mungkin malah bertambah. Pencucian dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu perendaman bertingkat, penyemprotan, dan penyikatan. Masing-masing cara tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, pencucian dengan level pembersihan tinggi akan lebih baik akan tetapi dapat beresiko mengurangi kandungan-kandungan penting yang ada pada jahe. Pencucian sebaiknya dilakukan dengan secepat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat-zat penting yang terdapat pada jahe. 3. Penirisan Proses penirisan dilakukan bertujuan untuk menghilangkan air pada luaran jahe. Setelah penirisan dilakukan proses penimbangan berat jahe untuk mengetahui berat bersih jahe sebelum diolah. 4. Perajangan Perajangan dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan dan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti penyortiran, pengemasan, dan lain lain. Ketebalan perajangan untuk rimpang jahe berkisar antara 3-5 cm atau sesuai dengan permintaan pasar. Ukuran ketebalan sangat mempengaruhi kualitas simplisia, jika terlalu tipis akan berdampak pada mudah hilangnya kandungan zat-zat penting pada rimpang, jika terlalu tebal akan berdampak pada kadar air yang sulit untuk hilang atau kering. Bentuk irisan rimpang sebaiknya dilakukan membujur (split) dengan tujuan untuk mendapatkan minyak atsiri yang tinggi. Alat yang digunakan untuk merajang sebaiknya berbahan stainless steel atau bahan anti karat lainnya. 5. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk mengawetkan atau menghambat proses pembusukan dengan cara mengurangi kadar air hingga ukuran tertentu. II-3
4 Dalam proses pengeringan, temperatur merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil kualitas simplisia. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kandungan penting pada rimpang mudah hilang, sebaliknya jika temperatur terlalu rendah berakibat rimpang kurang kering yang berdampak pada mudahnya tumbuh jamur dan proses pengeringan membutuhkan waktu yang lama. Pada umumnya temperatur pengeringan adalah antara C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10-12%. Untuk rimpang jahe, proses pengeringan dapat dilakukan pada temperatur yang berkisar pada C dengan tingkat kelembaban 32,8-53,3%. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). 6. Penyortiran kedua Penyortiran kedua dilakukan untuk memisahkan hasil simplisia kering yang baik dengan yang rusak serta memisahkan benda-benda asing atau kotoran yang mungkin masuk akibat proses sebelumnya. Setelah penyortiran, dilakukan penimbangan kembali untuk mendapatkan berat simplisia setelah dikeringkan. 7. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik, karung goni, atau bahan lain yang dapat menjaga mutu simplisia. Bahan yang digunakan harus bersih, mudah dipakai, tidak bereaksi dengan zat atau kandungan simplisia, dan dapat melindungi simplisia. Dalam proses pengemasan perlu dilakukan juga pelabelan pada kemasan simplisia yang memuat informasi penting meliputi identitas kemasan, berat kemasan, dan lain-lain. 8. Penyimpanan Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa (temperatur kamar) maupun ruang ber-ac. Untuk proses penyimpanan, ruangan harus bersih, sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, dan bebas dari hama gudang. Ruang penyimpanan tidak boleh bercampur dengan bahan atau simplisia II-4
5 lainnya atau penyimpanan alat. Temperatur ruang penyimpanan tidak boleh melebihi 30 0 C, mempunyai sirkulasi yang baik, dan tidak ada kebocoran saat hujan. Tingkat kelembapan ruang penyimpanan serendah mungkin (65 0 C) untuk menghindari penyerapan air yang dapat menurunkan kualitas simplisia. Ruang penyimpanan harus steril dari gangguan hewan dan hama dan tidak terkena sinar matahari secara langsung Standar Mutu Simplisia Jahe Menurut Badan Standardisasi Nasional (BSN) melaui SNI memiliki persyaratan khusus yang mengatur tentang kualitas simplisia jahe agar bisa dikategorikan memiliki mutu yang baik. Persyaratan tersebut dijelaskan pada Tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Persyaratan Khusus Simplisia Jahe SNI Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2005 Selain standar mutu yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), Materia Med Indonesia dalam Sembiring (2012) juga memiliki standar khusus yang mengatur tentang simplisia jahe agar bisa dikategorikan memiliki mutu yang baik. Persyaratan tersebut dijelaskan pada Tabel 2.2 berikut. II-5
6 Tabel 2.2 Persyaratan Khusus Simplisia Jahe Sumber: Sembiring, Pengeringan Menggunakan Energi Surya (Solar Energy Dryer) Solar energy dryer merupakan suatu mekanisme pengeringan dengan memanfaatkan energi panas sinar matahari untuk mengeringkan tanaman, bijibijian, buah, daging, dan produk pertanian lainnya. Solar energy dryer diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu natural solar energy dryer, active solar energy dryer, dan passive solar energy dryer Natural Solar Energy Dryer Natural solar energy dryer merupakan mekanisme pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari dengan penjemuran secara langsung (panas matahari secara langsung mengenai objek yang dikeringkan). Pengeringan menggunakan panas matahari secara alami (natural solar energy dryer) diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu pengeringan secara langsung pada tanaman, pengeringan di atas tanah atau lantai, dan pengeringan menggunakan rak. Ilustrasi jnis pengeringan ini ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut. II-6
7 Gambar 2.1 Natural Solar Dryer Sumber : Sharma et al., 2009 dalam Hii, Active Solar Enegy Dryer Active solar energy dryer merupakan mekanisme pengeringan yang memanfaatkan sinar matahari pada suatu ruangan atau kabinet pengering dengan mekanisme aliran udara buatan (menggunakan bantuan kipas). Active solar energy dryer diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu Integral (Direct), Distributed (Indirect), dan Hybrid (mixed). Integral (direct) merupakan mekanisme pengeringan pada suatu ruang atau kabinet dengan mekanisme aliran udara dimana sinar matahari masuk secara langsung pada ruang pengering atau kabinet (biasanya menggunakan media kaca), sedangkan Distributed (Indirect) merupakan mekanisme pengeringan pada suatu ruang pengering atau kabinet dengan mekanisme aliran udara dimana sinar matahari tidak mengenai secara langsung pada ruang pengering atau kabinet akan tetapi menggunakan media penampung panas (collector). Collector pada mekanisme Indirect berfungsi untuk mengubah udara yang masuk pada ruang pengering menjadi udara panas. Hybrid (mixed) merupakan mekanisme gabungan antara Integral (Direct) dan Distributed (Indirect). II-7
8 2.2.3 Passive Solar Energy Dryer Passive solar energy dryer merupakan mekanisme pengeringan yang memanfaatkan sinar matahari pada suatu ruangan atau kabinet pengering dengan mekanisme aliran udara secara alami. Passive solar energy dryer diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu integral (direct), distributed (indirect), dan hybrid (mixed). Sama hal nya dengan active solar energy dryer, mekanisme integral berarti sinar matahari secara langsung mengenai ruang pengering, mekanisme distributed berarti adanya media pengumpul panas, dan mekanisme mixed merupakan gabungan keduanya, yang membedakan ialah mekanisme aliran udaranya, active menggunakan aliran udara buatan sedangkan passive menggunakan aliran udara alami. Untuk lebih jelasnya, perbedaan dari active dan passive solar energy dryer dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2 : Gambar 2.2 Jenis Solar Dryer Sumber : Ekechukwu dan Norton, 1999 dalam Hii, 2012 Ketiga klasifikasi solar energy dryer tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Natural solar energy dryer mempunyai kelebihan mekanisme yang sangat sederhana dan tidak mengeluarkan biaya karena bersifat II-8
9 alami (pemanasan secara langsung), namun mendatangkan kelemahan seperti pemanfaatan panas yang kurang optimal dan kurang higenis karena dilakukan pada tempat terbuka. Active dan passive solar dryer memiliki keuntungan panas yang lebih optimal dan lebih higenis karena memanfaatkan sirkulasi atau mekanisme aliran udara dan dilakukan pada ruangan tertutup (kabinet). Sedangkan untuk active dan passive solar dryer, active solar dyer mempunyai keuntungan aliran udara yang dapat terkontrol dengan baik, aliran udara relatif konstan, dan sistem aliran udara dapat dibangun atau dirancang sesuka hati, namun dengan kelemahan pada tambahan biaya untuk energi pembuatan aliran udara (kipas), sedangkan passive solar dyer adalah sebaliknya. 2.3 Perancangan Produk Perancangan produk menurut Ulrich dan Eppinger (2012) merupakan tahapan-tahapan atau urutan langkah perusahaan untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk. Terdapat enam tahapan dalam proses perancangan dan pengembangan produk, yaitu : Identifikasi Kebutuhan Pengguna Identifikasi kebutuhan pengguna merupakan langkah awal yang menentukan suatu perancangan produk, karena merupakan dasar dan tujuan dari perancangan dan pengembangan suatu produk. Untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna dapat dilakukan melalui beberapa cara atau metode, seperti interviews (wawancara), focus groups, atau dengan identifikasi saat produk digunakan. Wawancara dilakukan satu persatu dengan calon pengguna. Dalam melakukan interviews, hal-hal penting yang harus dicermati ialah jangan membatasi responden dalam menjawab pertanyaan, jangan pernah melakukan hipotesis mengenai hasil wawancara, dan perhatikan gerakan atau informasi nonverbal yang mungkin tidak dapat disampaikan pengguna. Focus groups merupakan diskusi kelompok yang terdiri dari beberapa pelanggan sehingga dari focus group tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai data kebutuhan pengguna. Untuk pengembangan suatu produk, dapat dilakukan identifikasi saat produk digunakan pelanggan, apa kelemahan dan kelebihan produk tersebut saat digunakan. II-9
10 2.3.2 Menyusun Spesifikasi Produk Spesifikasi produk dapat ditentukan dari hasil identifikasi kebutuhan pengguna. Spesifikasi produk merupakan translasi kebutuhan pengguna menjadi kebutuhan teknis yang harus dicapai produk. Hasil identifikasi kebutuhan pengguna yang mana merupakan bahasa pengguna di translasi atau diubah menjadi bahasa teknis perancangan produk. Misalnya untuk produk obeng, pengguna menginginkan obeng yang nyaman saat digunakan, dalam spesifikasi produk dapat dituliskan ukuran handle obeng fit atau pas dengan ukuran genggaman tangan seseorang Pengembangan Konsep Produk Untuk memenuhi kebutuhan teknis, suatu produk dapat dirancang melalui beberapa alternatif konsep, seperti halnya transportasi, untuk mencapai suatu tujuan atau lokasi dapat melalui beberapa jalan dan media transportasi. Dalam tahap ini, beberapa konsep disusun untuk mencapai kebutuhan teknis sesuai dengan kebutuhan pengguna Pemilihan konsep Dalam tahap ini dilakukan pemilihan konsep produk dari beberapa alternatif konsep untuk dikembangkan lebih jauh. Pemilihan konsep produk dilakukan dengan cara seleksi produk yang dapat dilakukan dengan penilaian berupa skoring dan pembobotan atau dengan cara penilaian secara tertutup. Penilaian dilakukan untuk beberapa kriteria dan jumlah total penilaian merupakan hasil yang digunakan sebagai pemilihan konsep produk, produk dengan nilai tertinggilah yang dipilih untuk dikembangkan lebih jauh. Penilaian dengan cara skoring dan pembobotan dilakukan dengan mengalikan bobot dan nilai dari masing-masing kriteria penilaian, besar pembobotan untuk masing-masing kriteria dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat kepentingan kriteria. Penilaian secara tertutup dilakukan dengan memberi symbol + jika konsep tersebut mempunyai kelebihan pada kriteria, atau tanda - jika konsep tersebut dinilai kurang memenuhi kriteria, atau 0 jika konsep tersebut dinilai netral atau biasa saja dalam memenuhi kriteria. II-10
11 2.3.5 Perancangan Tingkat Sistem Perancangan Tingkat Sistem merupakan tingkat perancangan produk pada tingkat penggambaran fisik produk secara kasar dan penjelasan mekanisme kerja rancangan produk berdasarkan konsep produk yang terpilih. Perancangan produk pada tingkat arsitektur merupakan perancangan skematik fisik atau bagian (elemen) produk untuk mendukung fungsional produk sesuai dengan konsep produk Perancangan Tingkat Detil Perancangan tingkat detil alat merupakan perancangan secara keseluruhan yang menggambarkan bagian-bagian alat beserta ukurannya secara detil. Pada perancangan tingkat detil, komponen-komponen penyusun alat digambarkan secara detil beserta ukurannya dan dijelaskan fungsi dari masing-masing komponen tersebut. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan tingkat detil ialah utility atau kegunaan produk (aman, mudah digunakan, dapat memenuhi fungsi produk), tampilan produk (bentuk, warna, garis, dan proporsi), kemudahan dalam maintenance atau perawatan, dan biaya yang murah Pembuatan Prototype Prototype merupakan produk tiruan atau percobaan produksi pada tingkat eksperimen untuk mengetahui bentuk fisik maupun performansi produk serta menganalisis produk apakah sudah siap untuk diproduksi secara massal. Dari hasil prototype yang dibuat, perusahaan akan dapat menilai dan mengevaluasi produk sehingga dapat mengetahui kekurangan produk yang mana selanjutnya akan dilakukan revisi pada desain jika perlu Pengujian Prototype Pengujian prototype dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari alat yang telah dirancang untuk mengatahui apakah alat tersebut telah sesuai dengan kebutuhan atau belum. 2.4 Sistem Kerja Turbin Ventilator Turbine ventilator merupakan alat sejenis exhaust fan atau roof fan, yang berfungsi untuk menghisap udara panas, debu, dan juga berfungsi sebagai alat ventilasi atau sirkulasi udara. Turbine ventilator tidak memakai tenaga listrik, II-11
12 bebas perawatan, dan dapat bekerja selama selama 24 jam sehingga jauh lebih efisien dibandingkan dengan exhaust fan dan roof fan. Cara kerja turbine ventilator adalah putaran turbin yang disebabkan oleh hembusan angin. Turbine ventilator dapat berputar karena hembusan angin yang lemah sekalipun, tetapi juga mampu menahan angin berkecapatan tinggi. Perputaran turbine ventilator ini juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar ruangan, dimana secara alamiah udara panas di dalam ruangan akan mengalir dan menekan keluar melalui sirip-sirip turbine dan membuat turbine ventilator otomatis berputar. Dengan demikian ada ataupun tidak ada angin, turbin ventilator dapat selalu berputar untuk menghisap udara panas di dalam ruangan. Gambar 2.3 Turbine Ventilator 2.5 Alat Pengering yang Telah Ada Alat pengering energi matahari (solar dryer) telah banyak dikembangkan di berbagai negara tropis untuk mekanisme pengeringan. Berikut akan diuraikan mengenai alat pengering energi matahari yang telah ada dan digunakan untuk mekanisme pengeringan pada Negara-negara tropis Direct Solar Box Dryer (Kumar, 2005) Alat pengering yang didesain oleh ITC (Institute Technology Cambodia) ini menggunakan sumber energi panas matahari. Alat pengering tergolong dalam II-12
13 tipe direct passive solar dryer yaitu mekanisme pengeringan yang memanfaatkan panas sinar matahari secara langsung (direct) dengan aliran udara panas secara alami (passive). Gambar 2.4 Desain dan ukuran direct solar box dryer Sumber : Kumar, 2005 Alat pengering secara keseluruhan berukuran 152 cm (panjang) x 70 cm (lebar) x 13,5 cm (tinggi). Jarak wadah pengeringan (rak) ke penutup kaca (glazing) sebesar 10 cm dan jarak wadah pengeringan ke dasar kabinet sebesar 2,5 cm, yang digunakan untuk ruang aliran udara panas. Udara lingkungan yang masuk melalui lubang inlet mendapat panas secara langsung oleh panas sinar matahari yang masuk kabinet melalui material kaca. Udara tersebut kemudian mengurangi kadar air (mengeringkan) produk yang ada pada rak menjadi uap air. Selanjutnya, udara dan uap air keluar kabinet melalui lubang outlet. Proses ini berlangsung terus menerus hingga produk pada kabinet kering. II-13
14 Gambar 2.5 Direct solar box dryer Sumber : Kumar, 2005 Rangka kabinet tersusun dari material besi galvanum pada bagian luar dan dalam kabinet dengan material glasswool sebagai insulasi. Glazing dilakukan menggunakan material kaca dengan ketebalan 3 mm. Pintu didesain pada bagian atas (kaca) untuk memudahkan loading unloading dan dilengkapi dengan karet agar tertutup dengan rapat. Lubang inlet menggunakan material kawat agar kabinet lebih steril dari kotoran dan serangga. Wadah pengeringan (rak) terbuat dari material kawat stainless steel dengan material aluminium sebagai rangkanya. Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan pisang dan ikan di Cambodia oleh ITC. Dari percobaan yang dilakukan, alat pengering mampu mengeringkan pisang dalam waktu dua setengah hari dan mengeringkan ikan dalam waktu tiga setengah hari Improve Solar Cabinet Dryer Alat pengering yang didesain oleh Research Centre for Applied Science and Technology (RECAST) ini menggunakan sumber energi panas matahari. Alat pengering tergolong dalam tipe hybrid passive solar dryer yaitu mekanisme II-14
15 pengeringan yang memanfaatkan panas sinar matahari secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) dengan aliran udara panas secara alami (passive). Gambar 2.6 Desain dan ukuran improved solar cabinet dryer Sumber : Kumar, 2005 Alat pengering secara keseluruhan berukuran 2,6 m (panjang) x 1,6 m (lebar) x 1,43 m (tinggi). Alat pengering terdiri dari kabinet pengering dengan ukuran 1,6 m (panjang) x 0,6 m (lebar) x 0,89 m (tinggi), collector dengan ukuran 2 m (panjang) x 1,6 m (lebar), dan chimney (exhaust) dengan ukuran 0,075 m (diameter) x 0,44 m (panjang). II-15
16 Gambar 2.7 Improved solar cabinet dryer Sumber : Kumar, 2005 Alat pengering tersusun dari material kayu, aluminium, dan besi galvanum. Kabinet pengering terbuat dari material besi ringan (mild steel) sebagai rangka kabinet, material besi galvanum pada bagian luar dan dalam kabinet dengan material glasswool ketebalan 25 mm sebagai insulasi. Collector terdiri dari material aluminium bergelombang sebagai material penyerap panas (absorber), material kaca ketebalan 4 mm sebagai glazing, dan material besi galvanum pada bagian luar dan dalam kabinet dengan material glasswool ketebalan 25 mm sebagai insulasi. Exhaust terbuat dari material besi galvanum. Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan lobak, wortel, jahe, jamur, kentang, dan labu di Nepal oleh RECAST. Hasil pengujian menunjukkan alat pengering memberikan performansi yang baik. II-16
17 2.5.3 Solar-Biomass Hybrid Cabinet Dryer (Kumar, 2005) Alat pengering yang didesain oleh Asian Institute Technology (AIT) ini menggunakan sumber energi panas matahari dengan back up energi panas kompor biomassa sebagai sumber energi pengeringan. Energi panas matahari digunakan pada siang hari saat cuaca cerah, sedangkan kompor biomassa digunakan apabila tidak terdapat sumber energi panas matahari yaitu pada malam hari atau saat cuaca mendung. Mekanisme solar dryer yang digunakan ialah indirect passive solar dryer yaitu mekanisme alat pengering yang memanfaatkan panas sinar matahari secara tidak langsung (indirect) dengan aliran udara panas secara alami (passive). Gambar 2.8 Solar-Biomass Hybrid Cabinet Dryer (Thailand) Sumber : Kumar, 2005 Alat pengering secara keseluruhan berukuran 4 m x 2 m x 3,25 m dengan ukuran kabinet (ruang) pengering sebesar 2 m x 2 m x 1,95 m dan ukuran collector sebesar 2 m x 2 m. Material penyusun kabinet (ruang) pengering berupa batu bata dan mortar. Kabinet pengering terdiri dari 4 pintu yaitu 2 pintu pada kedua sisi samping ruang kabinet. Ruang kabinet pengering bersistem rak dengan jumlah rak sebanyak 16 rak dengan 4 tingkat. II-17
18 Gambar 2.9 Desain dan bagian-bagian Kompor Biomassa Sumber : Kumar, 2005 Selain sumber panas dari sinar matahari, alat ini mempunyai sistem pemanas dari kompor biomassa sebagai back up energi panas. Kompor Biomassa terdiri dari 4 bagian utama yaitu ruang bahan bakar, ruang reaksi, ruang udara masuk, dan ruang pembakaran. Material penyusun kompor bagian luar ialah material plat besi dengan ketebalan 2 mm. Kompor dihidupkan dengan menggunakan sebuah obor melalui tempat abu (ash pit door) sehingga api dapat membakar bahan bakar yang berada di atas grate. Setelah 5 menit, obor dapat dilepas dan pintu tempat abu pembakaran (ash pit door) ditutup. Selanjutnya, pembakaran akan terus berlangsung dengan bantuan udara yang masuk melalui primary air inlet yang mengalir menuju ruang reaksi dan ruang pembakaran. Udara panas pada ruang pembakaran akan memanaskan pipa heat exchanger yang digunakan sebagai media pengumpul panas (pengganti dari solar collector), sehingga dapat mengubah udara yang masuk pada kabinet pengering menjadi udara panas yang digunakan untuk mekanisme pengeringan. Bahan bakar kompor menggunakan potongan kayu, kulit kelapa, dan briket sekam padi. II-18
19 Gambar 2.10 Mekanisme Pengatur Temperatur Kompor Sumber : Kumar, 2005 Pengendalian temperatur pengeringan dengan kompor biomassa dilakukan dengan mekanisme thermostat. Gambar 2.7 menunjukkan mekanisme pengendalian temperatur kabinet pengering dengan menggunakan thermostat pegas. Jika temperatur kabinet pengering melebihi temperatur yang dikehendaki, maka thermostat akan memanjang sehingga akan menutup lubang udara masuk pada kompor yang akan menghambat pembakaran kompor sehingga material pipa heat exchanger tidak mendapat supply panas yang berdampak pada turunnya temperatur pengeringan. Kemudian setelah temperatur pengeringan turun pada tingkat yang dikehendaki, thermostat akan kembali memendek seperti semula sehingga membuka kembali lubang udara masuk (primary air inlet) pada kompor. Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan pisang, jamur, cabe, dan lobak di negara Thailand oleh Asian Institute Technology (AIT). Hasil pengujian menunjukkan alat pengering memberikan performansi yang baik dan mampu mengeringkan produk dengan kualitas yang baik Solar-Biomass Hybrid Cabinet Dryer (Kumar, 2005) Alat pengering yang dirancang oleh Research Centre for Applied Science and Technology (RECAST) ini menggunakan sumber energi panas matahari dengan back up energi panas kompor biomassa sebagai sumber energi panas pengeringan. Energi panas matahari digunakan pada siang hari saat cuaca cerah, sedangkan kompor biomassa digunakan apabila tidak terdapat sumber energi II-19
20 panas matahari yaitu pada malam hari atau saat cuaca mendung. Mekanisme solar dryer yang digunakan ialah mixed passive solar dryer yaitu mekanisme alat pengering yang memanfaatkan panas sinar matahari secara langsung maupun tidak langsung (mixed) dengan aliran udara panas secara alami (passive) Gambar 2.11 Solar-Biomass Hybrid Cabinet Dryer (Nepal) Sumber : Kumar, 2005 Material penyusun alat pengering terdiri dari material kayu, plat aluminium, dan plat besi galvanis. Jenis material untuk penyerap panas (solar collector) yang digunakan adalah material plat aluminium, dengan rangka collector berupa besi galvanis dan glazing yang menggunakan material kaca jendela (window glass). II-20
21 Gambar 2.12 Desain dan Ukuran Alat Pengering Sumber : Kumar, 2005 Alat pengering secara keseluruhan berukuran 2,6 m x 1,6 m x 2,8 m dengan ukuran kabinet pengering sebesar 1,6 m x 0,6 m x 0,89 m dan luas collector sebesar 3,2 m 2 (2 m x 1,6 m). Kabinet pengering disekat menjadi 3 bagian yang bersistem rak dengan jumlah rak pada masing-masing bagian sebanyak 3 rak sehingga alat pengering mempunyai 3 pintu dan 9 rak. Penyekatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan aliran udara panas yang mengalir pada kabinet pengering. II-21
22 Gambar 2.13 Section View desain Kompor Biomassa Sumber : Kumar, 2005 Kompor Biomassa pada alat ini berukuran 0,6 m x 0,3 m x 0,15 m. Material besi dengan ketebalan 2 mm digunakan sebagai material penyusun kompor biomassa. Pada dasar kompor biomassa terdapat grate yang berfungsi untuk penyangga bahan bakar sekaligus pemisah abu pembakaran sehingga abu mudah dibersihkan. Grate tersusun dari batang besi berdiameter 6 mm yang dipasang sejajar dan permanen (fixed) dengan selisih jarak 5 cm dari dasar kompor. Pada kompor terdapat 4 lubang berbentuk persegi yang berfungsi sebagai jalan masuk udara dan lubang tempat obor untuk menyalakan bahan bakar. Lubang tersebut dilengkapi dengan pintu slide sehingga jumlah udara yang masuk kompor dapat dikontrol. Udara yang masuk pada kompor akan menjadi udara panas yang kemudian akan memanaskan material heat exchanger yang berada pada kabinet pengering sehingga akan memanaskan udara yang masuk melalui collector. Material yang digunakan untuk heat exchanger ialah material aluminium. Bahan bakar kompor dapat menggunakan potongan kayu, kayu bakar, dan ranting, namun bahan bakar yang disarankan adalah briket arang berbentuk II-22
23 sarang lebah (Honeycomb Charcoal Briquetts). Kompor Biomassa ini dapat memuat hingga 8 honeycomb charcoal briquetts. Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan lobak, wortel, jahe, dan jamur di Nepal. Produk hasil percobaan mempunyai kualitas yang lebih baik dari pada penjemuran secara langsung di bawah sinar matahari dan solar dryer (alat pengering energi surya) karena pengeringan yang tidak terganggu (continuous drying) dengan adanya backup energi panas dari kompor biomassa Solar-biomass Dryer (Kirirat, 2006) Alat pengering yang dirancang oleh Kirirat dkk ini menggunakan sumber energi panas matahari dengan sistem back up energi panas kompor biomassa sebagai sumber energi panas pengeringan. Kompor Biomassa digunakan sebagai cadangan energi (backup energy) apabila energi panas matahari tidak dapat dipergunakan (mendung atau malam hari). Alat pengering ini tergolong dalam tipe indirect passive solar dryer yaitu solar dryer yang menggunakan panas matahari secara tidak langsung (indirect) menggunakan solar collector (media pengumpul panas) dan menggunakan mekanisme aliran udara secara alami (passive) dengan mekanisme cerobong (chimney). Alat pengering ditujukan untuk mengeringkan tanaman obat Thailand dan telah diuji coba pada tanaman obat Rhinacanthus Nasutus (Linn). Gambar 2.14 Desain Mekanisme Alat Pengering Sumber : Kirirat, 2006 II-23
24 Pada gambar di atas, nomor 1 menunjukkan solar collector yang terbuat dari material plat besi yang dibengkokkan hingga berbentuk gelombang, nomor 2 merupakan kompor biomassa yang berbahan bakar kayu bakar. Alat pengering mempunyai 2 jalur udara masuk, yaitu jalur udara yang akan mendapat panas dari solar collector (nomor 3) dan jalur udara panas yang akan mendapat panas dari sistem pemanasan kompor (nomor 4) yang mana keduanya akan menuju ke kabinet pengering (nomor 6). Kabinet pengering tersusun dari material stainless steel pada bagian dalam, fiberglass sebagai insulasi, dan aluminium untuk bagian luar. Tempat pengeringan didesain dengan sistem rak dengan jumlah rak sebanyak 4 buah yang terbuat dari bahan plat stainless steel untuk menjaga tanaman obat dari kontaminasi karat. Susunan rak beralur zig zag (staggering manners) dengan tujuan agar aliran udara melewati seluruh objek yang dikeringkan. Mekanisme ini berbeda dengan mekanisme solar dryer biasanya, mekanisme ini tidak dapat digunakan untuk produk dengan tingkat kebasahan tinggi. Sistem pamanasan kompor tersusun dari material batu bata (nomor 5), udara yang masuk melalui jalur udara masuk (nomor 4) akan mendapat panas dari radiasi yang menembus material batu bata secara perlahan akibat pembakaran kompor. Asap pembakaran dan udara panas yang telah melewati kabinet pengering kemudian dialirkan keluar melalui cerobong (nomor 7). Sebagian asap pembakaran dialirkan mengelilingi kabinet pengering dengan tujuan untuk menambah panas udara pada kabinet pengering (nomor 8). Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan tanaman obat Rhinacanthus Nasutus (Linn) di Thailand. Pada percobaan diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan tanaman Linn berkisar selama 23 jam Unglazed Solar Collector-Biomass Hybrid Cabinet Dryer (Kumar, 2005) Alat pengering yang dirancang oleh University of Philippines Diliman (UPD) ini menggunakan sumber energi panas matahari dengan sistem back up energi panas kompor biomassa sebagai sumber energi panas pengeringan. Kompor Biomassa digunakan sebagai cadangan energi (backup energy) apabila energi panas matahari tidak dapat dipergunakan (mendung atau malam hari). Alat pengering ini tergolong dalam tipe indirect active solar dryer yaitu solar dryer yang menggunakan panas matahari secara tidak langsung (indirect) yaitu dengan II-24
25 solar collector (media pengumpul panas) dan menggunakan mekanisme aliran udara secara buatan (active) yaitu menggunakan kipas (fan). Gambar 2.15 Unglazed Solar Collector-Biomass Hybrid Cabinet Dryer Sumber : Kumar, 2005 Alat ini berkapasitas maksimum 10 kg (40 ikan) dengan temperatur maksimum pengeringan mencapai 50 0 C. Tempat pengeringan bersistem rak, dengan jumlah rak sebanyak 3 rak. Kompor biomassa yang digunakan sama seperti kompor yang telah di desain oleh AIT (Asian Institut Technology). Gambar 2.16 Unglazed Solar Collector Sumber : Kumar, 2005 II-25
26 Alat pengering menggunakan mekanisme solar collector (pengumpul panas) tanpa menggunakan glazing. Mekanisme collector dilakukan menggunakan material penyerap panas yang dilubangi (perforated absorber) yaitu material plat aluminium dengan ketebalan 0,81 mm. Lubang berdiameter 1,6 mm dan dengan jarak 14,5 mm secara menurun (pitch). Rangka Collector terbuat dari material besi galvanum dengan ketebalan 0,91 mm. Collector berukuran 1,8 m (panjang) x 1,22 m (lebar), dengan ketinggian 10 cm sebagai gap udara di dalam collector (plenum). Udara luar akan masuk melalui lubang dengan bantuan blower melewati permukaan material penyerap panas sehingga menjadi udara panas. Udara panas tersebut kemudian disalurkan ke kabinet pengering dengan sambungan yang terbuat dari material besi ringan (mild steel). Selanjutnya, udara panas akan melewati rak-rak pengeringan kemudian mengalir keluar kabinet pengering melalui exhaust dengan bantuan kipas. Alat pengering ini telah dicoba untuk mengeringkan ikan di Phillipine. Hasil percobaan menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan ikan (kadar air 15%) adalah selama dua setengah hari menggunakan hanya energi panas matahari dan 17 jam menggunakan energi panas matahari dan kompor biomassa sebagai backup energi panas Distributed (indirect) Solar Dryer Passive Dryer (Susilo, dkk, 2014) Alat pengering yang dirancang dalam Susilo, dkk.(2014) menggunakan panas sinar matahari secara tidak langsung (indirect) sebagai sumber energi utama. Disebut tidak langsung (indirect) karena pada alat tersebut terdapat panel collector yang digunakan sebagai media untuk menangkap panas dari sinar matahari. Setelah itu aliran udara secara alami (passive) dialirkan melalui collector tersebut menuju kabin pengering. Berikut ilustrasi rancangan alat pengering tersebut yang ditunjukkan pada gambar berikut. II-26
27 Gambar 2.17 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk (2014) Sumber : Susilo, dkk, 2014 Secara garis besar, alat pengering yang dirancang oleh Susilo, dkk.(2014) terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu papan collector, kabin pengering, dan exhaust. Papan collector berfungsi untuk menangkap panas yang berasal dari sinar matahari. Di bagian depan collector juga terdapat air inlet yang digunakan sebagai lubang masuk udara. Udara yang masuk melalui air inlet ini ketika melewati bagian dalam collector akan menjadi udara panas yang kemudian akan dibawa ke kabin pengering. Sedangkan exhaust berfungsi untuk mengeluarkan uap air hasil pengeringan. Kabinet pengering didesain dengan sistem rak yang berjumlah 4 rak dengan masing-masing rak berukuran panjang dan lebar 0,6 m x 0,7 m. Untuk mengetahui sebaran temperatur pengeringan yang dihasilkan alat pengering, Susilo, dkk.(2014) melakukan pengujian secara langsung menggunakan thermometer yang diletakkan pada bagian tengah masing-masing rak. Dari pengujian tersebut diperoleh temperatur maksimum sebesar 690C pada kondisi cerah dengan kelembaban sebesar 35%, pada kondisi berawan didapatkan maksimum temperatur sebesar 550C dengan kelembaban sebesar 45%, dan pada kondisi mendung didapatkan maksimum temperatur sebesar 440C dengan kelembaban sebesar 46%. Berikut prototype alat pengering hasil rancangan Susilo, dkk (2014) yang ditunjukkan pada gambar berikut. II-27
28 Gambar 2.18 Prototype Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk.(2014) Sumber : Susilo, dkk, Solar Dryer with a Biomass Stove (Agassi, 2014) Alat pengering yang dirancang oleh Agassi (2014) menggunakan sinar matahari secara langsung dan tidak langsung (direct and indirect solar dryer) sebagai sumber energi panas utama. Disebut direct karena proses pengeringan bisa dilakukan secara langsung oleh matahari karena material di bagian atas kabin pengering berbahan kaca yang mengakibatkan panas sinar matahari bisa langsung menembus masuk ke dalam kabin pengering dan mengeringkan simplisia di dalamnya. Sedangkan disebut indirect karena mekanisme pengeringan juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu menggunakan aliran udara yang dialirkan melalui collector yang berfungsi untuk menangkap panas ke kabin pengering, mirip seperti apa yang sudah dilakukan oleh alat pengering hasil rancangan Susilo, dkk.(2014). Berikut ilustrasi rancangan alat pengering hasil rancangan Agassi yang ditunjukkan pada gambar berikut. II-28
29 Gambar 2.19 Rancangan Alat Pengering Solar dryer Agassi (2014) Sumber : Agassi, 2014 Alat pengering yang dirancang oleh Agassi (2014) berdimensi sekitar 2,5 m x 1,2 m x 2,5 m yang terdiri dari beberapa bagian utama. Di antaranya adalah collector yang berfungsi untuk menangkap panas yang dihasilkan oleh sinar matahari. Di bagian bawah collector terdapat lubang inlet yang digunakan sebagai jalur masuk udara dari lingkungan luar ke bagian dalam collector agar udara panas bisa dialirkan dari collector ke kabin pengering. Di dalam kabinet pengering terdapat 16 rak pengering yang digunakan sebagai media/alas pengeringan. Sementara itu pada alat pengering ini terdapat kompor biomassa yang digunakan sebagai sumber back up panas apabila sumber panas kurang memungkinkan diambil dari sinar matahari (misal pada saat cuaca mendung atau hujan). Selain itu di atas kabinet pengering terdapat pipa exhaust yang digunakan sebagai jalur pembuangan uap air hasil pengeringan dan asap pembakaran dari kompor biomassa. Berikut prototype alat pengering hasil rancangan Agassi (2014) yang ditunjukkan pada gambar berikut. II-29
30 Gambar 2.20 Prototype Alat Pengering Solar Dryer Agassi (2014) Sumber : Agassi, Solar Dryer with a Biomass Stove Tipe II (Muttaqin, 2015) Alat pengering yang dirancang oleh Muttaqin (2015) menggunakan energi sinar matahari secara langsung dan tidak langsung (direct and indirect solar dryer). Disebut direct karena proses pengeringannya dapat dilakukan secara langsung oleh sinar matahari melaluli kaca yang terdapat pada bagian atas kabinet pengering. Sedangkan disebut indirect karena proses pengeringannya juga dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu menggunakan aliran udara yang dialirkan melalui collector yang berfungsi sebagai penangkap panas ke kabinet pengering. Rancangan alat ini hampir sama dengan alat yang telah dirancang oleh Agassi (2014), akan tetapi berbeda pada mekanisme kompor biomassa. Berikut ilustrasi rancangan alat pengering hasil rancangan Muttaqin (2015). II-30
31 Gambar 2.21 Prototype Alat Pengering Solar Dryer Muttaqin (2015) Sumber : Muttaqin (2015) Alat pengering yang dirancang oleh Mutaqqin (2015) memiliki dimensi sebesar 2,7 m x 1,2 m x 2,2 m. Secara keeluruhan, alat pengering ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu solar collector, kabin pengering, dan kompor biomassa. Solar collector berfungsi untuk mengumpulkan energi panas sinar matahari yang digunakan dalam proses pengeringan. Kabinet pengering berfungsi sebagai tempat proses pengeringan. Kompor biomassa merupakan backup energi panas pada untuk proses pengeringan. 2.6 Uji Anova Anova (analysis of varian) digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Pada kesempatan ini dibahas mengenai analisis varian satu faktor (one ways). Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada uji Anova adalah sebagai berikut: 1. Data berdistribusi normal 2. Data memiliki variansi yang homogen 3. Data berasal dari sampel independent Uji Anova pada prinsipnya adalah melakukan analisis variabilitas data menjadi dua sumber variasi yaitu variasi didalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Bila variasi within dan between sama (nilai perbandingan kedua varian mendekati angka satu), maka berarti tidak ada II-31
32 perbedaan efek dari intervensi yang dilakukan, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan tidak ada perbedaan. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar dari variasi didalam kelompok, artinya intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan. II-32
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciPENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA
PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA Ereika Ari Agassi, Retno Wulan Damayanti* ), Sukmaji Indro Cahyono
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori teori dan konsep mendasar yang kemudian akan digunakan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian untuk membahas dan menganalisis permasalahan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR
PENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR Benazir Imam Arif Muttaqin 1, Retno Wulan Damayanti 2, Sukmaji Indro Cahyono 3 1,2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan yang digunakan.
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG
PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) commit to user
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi pemaparan mengenai tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data. Tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data kemudian dijabarkan dan diuraikan
Lebih terperinciMeningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi
Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciII. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI
II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan Simplisia... (Hardianti dkk.) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA Nurul Hardianti*,
Lebih terperinciJENIS-JENIS PENGERINGAN
JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER
DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu
Lebih terperinciSIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK
VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciUnjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah
Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah Adjar Pratoto*, Endri Yani, Nural Fajri, Dendi A. Saputra M. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani
Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciJURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)
RANCANG BANGUN DAN KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING SURYA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN HASIL-HASIL PERTANIAN Muhammad Yahya Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:
29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER
KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Kepok Pisang kepok merupakan salah satu buah pisang yang enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Pisang kepok memiliki buah yang sedikit pipih dan kulit yang tebal,
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciTATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di
III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir di seluruh Indonesia khususnya daerah Ponorogo terutama pada daerah dataran tinggi. Tingkat
Lebih terperinciA. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciCara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)
Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak
Lebih terperinciJahe untuk bahan baku obat
Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan
Lebih terperinciV. HASIL UJI UNJUK KERJA
V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara
Lebih terperinciBAB III METOLOGI PENELITIAN
BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan
Lebih terperinciPENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB
PENGERINGAN 1 DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan
Lebih terperinciBab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?
Bab 5 Aspek Teknis No 1. 5.1. Perencanaan Produk Berdasarkan data kuisioner yang terdapat pada bab 4, maka untuk menentukan perencanaan produk didapat data dari hasil penyebaran kuisioner sebagai berikut:
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS
TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil
Lebih terperinciPASCA PANEN BAWANG MERAH
PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciSeed Processing Indonesia
Mesin Ayak / Air screen Cleaner (Seed Grading) SG/SPI-01 185 cm 110 cm Mesin ayak ini berbahan konstruksi besi, memiliki presisi tinggi dan membersihkan dengan sempurna untuk keperluan laboratorium. Mesin
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih
BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di
22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciPERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER ABSTRAK
PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER Penelitian perancangan teknologi pengongsengan biji kopi sistim vakum telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden
Lebih terperinciBAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA
BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciDengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu atau sekelompok manusia guna memperoleh suatu alat yang bermanfaat bagi kemajuan manusia dan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA
PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi
Lebih terperinciPenyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat
III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciPrinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya
Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak Firman Jaya OUTLINE PENGERINGAN PENGASAPAN PENGGARAMAN/ CURING PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN
Lebih terperinciTANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt
TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
(pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan
1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara
Lebih terperincidengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,
Lebih terperinciSOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!
SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! 1. Apa yang anda ketahui tentang GHP... a. Good Agriculture
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya
2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen
LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah
Lebih terperinciRancang Bangun Alat Pengering Ikan Untuk Kelompok Nelayan Dusun Nirwana
25 Rancang Bangun Alat Pengering Ikan Untuk Kelompok Nelayan Dusun Nirwana Tri Wahyudi 1),Silvia Uslianti 2), Junaidi 3) 1 & 2) Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri, 3) Staf Pengajar Program Studi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada
III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO
DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal
Lebih terperinciPEMBUATAN TEPUNG JAGUNG
PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk
Lebih terperinci