BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. payudara. American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2013, terdapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. payudara. American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2013, terdapat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolon menempati urutan ketiga penyebab kematian penduduk Amerika (Anonim, 2012) dan juga Indonesia setelah kanker paru dan kanker payudara. American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2013, terdapat lebih penderita kanker kolon di Amerika Serikat dan setengah diantaranya meninggal dunia (Marck, 2012). Angka insidensi kanker kolon terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk baik di negara berkembang maupun negara maju (Winawer, 2007). Faktor eksogen, seperti konsumsi daging merah, alkohol, obesitas dan merokok merupakan faktor risiko untuk kanker kolon dan dapat meningkatkan risiko pengembangan kanker kolon (Boyle dan Langman, 2000). Pengobatan biasanya didasarkan pada operasi pengangkatan tumor. Namun menurut Walker dkk. (2002), kemoterapi dapat meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup penderita kanker kolon hingga 6-12 bulan. Agen kemoterapi yang biasa digunakan secara luas dalam pengobatan kanker adalah doxorubicin, termasuk pada kanker kolon. Doxorubicin adalah salah satu agen yang bekerja melalui penghambatan enzim topoisomerase II dengan menginduksi kerusakan DNA (Potter dkk., 2002). Namun pada dosis tinggi, doxorubicin akan menimbulkan efek samping seperti gangguan jantung, mual, diare, serta alopesia (Gunawan, 2007) serta penekanan sistem imun (Wattanapitayakul dkk., 2005) dan terjadinya resistensi (Golan dkk., 2008). Salah 1

2 2 satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah penggunaan agen kokemoterapi pada terapi kanker. Dengan demikian, diharapkan dapat digunakan obat dengan dosis rendah namun aktivitas meningkat, sehingga efek samping terhadap jaringan normal dapat menurun. Agen kokemoterapi yang potensial digunakan dalam kombinasi adalah dengan bahan alam. Banyak bahan alam yang memiliki aktivitas kemoprevensi. Salah satunya adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Kulit buah manggis mengandung xanthon dan antosianin. Salah satu senyawa xanthon yang melimpah pada kulit buah manggis adalah α-mangostin (Chairungsrilerd dkk., 1996). Berdasarkan uji in vitro pada sel DLD-1 (model sel kanker kolorektal manusia), terbukti bahwa α-mangostin pada ekstrak kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan sel kanker pada dosis 5-20 µm (Matsumoto, 2005). Weecharangsan dkk. (2006) melaporkan ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat kulit buah manggis mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrlhidrazil. Senyawa α-mangostin juga telah diketahui memiliki efek antiproliferasi dan apoptosis pada kanker hati (Ho dkk., 2002) kemudian dalam crude extract memiliki potensi sebagai agen kemopreventif kanker kolon (Nabandith dkk., 2004), kanker payudara (Moongkarndi dkk., 2004) dan kanker rektum (Nakagawa dkk., 2007). α-mangostin juga terbukti menghambat metastasis pada sel kanker PC-3 (Hung dkk., 2009). Penelitian tersebut menjadi dasar pengembangan lebih lanjut kulit buah manggis sebagai agen kokemoterapi kanker dengan doxorubicin. Pengembangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menguji

3 3 sitotoksisitas ekstrak etanolik kulit buah manggis (EKM) terhadap sel kanker kolon yaitu sel WiDr. Selanjutnya, akan diamati efek EKM terhadap peningkatan aktivitas sitotoksik doxorubicin terhadap sel WiDr, serta induksi apotosisnya. Uji sitotoksisitas tunggal maupun kombinasi dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide] yang bersifat kuantitatif, sedangkan pengamatan efek induksi apoptosis dilakukan dengan metode double staining menggunakan akridin oranye-etidium bromida. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah mengenai aktivitas sitotoksik EKM dan induksi apoptosisnya terhadap sel WiDr dalam meningkatkan efektivitas doxorubicin sehingga dapat menjadi dasar penggunaan bahan alam sebagai agen kokemoterapi untuk menekan tingkat insidensi penyakit kanker. B. Perumusan Masalah 1. Apakah EKM memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel WiDr? 2. Apakah EKM dapat meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin pada sel WiDr? 3. Apakah EKM dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menginduksi apoptosis pada sel WiDr?

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi bahan alam untuk pengobatan kanker, khususnya kanker kolon. 2. Tujuan Khusus a. Menguji lebih lanjut sitotoksisitas EKM terhadap sel WiDr melalui parameter nilai IC 50. b. Mengetahui kemampuan EKM dalam meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin pada sel WiDr. c. Mengamati efek induksi apoptosis sel WiDr oleh EKM dan kombinasinya dengan doxorubicin. D. Tinjauan Pustaka 1. Kanker Kolon Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sel tubuh yang tumbuh dengan tidak normal. Pada penderita kanker, akan terjadi perubahan ekspresi gen sehingga keseimbangan proliferasi dan kematian sel terganggu. Sel tersebut berkembang menjadi populasi sel yang mampu menyerang bagian tubuh yang lain, hingga dapat menimbulkan kematian inang (Ruddon, 2007). Sel kanker akan mampu bermetastasis, menghindari mekanisme apoptosis dan menginduksi angiogenesis (De Vita dkk., 2011). Hal tersebut disebabkan oleh kurang pekanya sel dalam mengenali sinyal

5 5 penghambat pertumbuhan, sehingga dapat melakukan replikasi secara terus-menerus (Hanahan dan Weinberg, 2000). Kanker dapat menjangkit usus besar manusia yang disebut kanker kolon. Kanker ini dimulai dari sel yang berbentuk kelenjar pada lapisan dalam usus besar yang kemudian menyebar ke bagian dinding kolon (Colon adenocarcinoma). Kanker kolorektal umumnya mulai tumbuh pada permukaan bagian dalam (mukosa) yang mengarah ke dalam rongga (Heriady, 2002). Pada kanker kolon, terjadi peningkatan ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2), yaitu enzim yang berperan dalam metabolisme arakidonat. Ekspresi COX-2 dapat terinduksi dengan cepat apabila ada reaksi inflamasi. Ekspresi COX-2 akan menginduksi pembentukan prostaglandin (PGE 2 ) dari asam arakidonat. Ekspresi COX-2 dan prostaglandin berhubungan dengan regulasi proliferasi sel, diferensiasi, dan tumorigenesis (Turini dan Dubois, 2002). Prostaglandin akan mengaktivasi phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K) melalui jalur RAS/MAPK (Markowitz, 2007) dan pengaktifan NFкB (Hanahan dan Weinberg, 2011). Aktivasi RAS/MAPK meningkatkan proliferasi sel, sedangkan aktivasi NFкB akan menghambat apoptosis (Hanahan dan Weinberg, 2011). Gen yang berpengaruh pada perkembangan kanker kolon adalah APC dan RAS. APC merupakan tumor suppressor gene. Jika ekspresi gen ini terhenti, akan tejadi perkembangan polip pada kolon. RAS juga berpengaruh pada transisi awal dari epitel normal menjadi jaringan

6 6 premalignant. Pada premalignant colon polyps, RAS termutasi hingga pada 50% kasus. Fungsi normal dari RAS adalah mengaktivasi gen-gen daerah downstream transduksi sinyal yang bermuara pada cascade. Selanjutnya, pada sebagian besar kanker, terjadi mutasi p53. Ketika p53 termutasi, kerusakan DNA tidak dapat dikenali dan diperbaiki. Mutasi akan terus terjadi tanpa adanya koreksi sehingga meningkatkan pertumbuhan sel kanker hingga terjadi metastasis (Yeatman, 2001). Gambar 1. Tahapan model perkembangan kanker kolon (Yeatman, 2001)

7 7 Gambar 2. Sel WiDr (ATCC Collection) Sel WiDr (Gambar 2) merupakan salah satu jenis sel kanker kolon manusia yang diisolasi dari kolon seorang wanita berusia 78 tahun. Sel ini merupakan salah satu jenis kultur kanker kolon yang sering digunakan dalam penelitian. Palozza dkk., (2005) menjelaskan bahwa salah satu karakteristik dari sel WiDr adalah ekspresi sikolooksigenase-2 (COX-2) yang tinggi yang memacu proliferasi sel itu sendiri. Pada sel WiDr, terjadi mutasi p53 GA pada posisi 273 sehingga terjadi perubahan residu arginin menjadi histidin (Noguchi dkk., 1979). Apoptosis pada sel WiDr dapat terjadi melalui jalur yang tidak tergantung pada p53, di antaranya melalui aktivasi p73 (Levrero dkk., 2000). Protein p21 pada sel WiDr yang masih normal memungkinkan untuk terjadinya penghentian daur sel (Liu dkk., 2006). 2. Doxorubicin dan kokemoterapi Doxorubicin (Gambar 3) merupakan obat yang responsif terhadap berbagai macam kanker, salah satunya kanker kolon. Doxorubicin diisolasi

8 8 dari fungi Streptomyces peucetius var caesius (Minotti dkk., 2004). Doxorubicin merupakan antibiotik antrasiklin yang memiliki efek antitumor (Aschenbrenner dan Venable, 2009). Cara kerja doxorubicin adalah dengan mengikat DNA sel kanker, kemudian menghambat aktivitas enzim topoisomerase II dan membuat DNA menjadi kusut (Potter dkk., 2002). Drummond (2007) menyatakan bahwa mekanisme doxorubicin dalam menginduksi apoptosis dan menghambat siklus sel sebagian besar membutuhkan p53. Pada beberapa sel dengan p53 termutasi, doxorubicin relatif lebih resisten dibandingkan dengan sel kanker tanpa mutasi p53 (Di Leo dkk., 2007). Doxorubicin bertindak dengan menginterkalasi pasangan basa tertentu pada DNA sel kanker, sehingga terjadi bloking sintesis RNA atau DNA baru atau mencegah pemotongan DNA dan pada akhirnya, penggandaan DNA. Sel normal yang berproliferasi juga turut diserang oleh doxorubicin, sehingga kadang terjadi efek samping seperti myelosupresi, alopeksia, atau mukositis (Aschenbrenner dan Venable, 2009) Gambar 3. Struktur molekul doxorubicin (Chen dkk., 2006) Doxorubicin yang telah digunakan secara luas dalam terapi kanker dibatasi oleh timbulnya efek samping. Beberapa efek samping seperti mual,

9 9 imunosupresi, dan aritmia reversibel masih dapat dikontrol dengan obat lain. Namun, penggunaan doxorubicin dalam jangka lama dapat menyebabkan cardiomyopathy hingga gagal jantung (Tyagi dkk., 2004). Toksisitas kardiak yang terjadi diduga disebabkan oleh perlukaan jaringan akibat terbentuknya spesies oksigen reaktif, meningkatnya kadar anion superoksida dan deplesi ATP. Efek samping tersebut terjadi dengan pemberian doxorubicin yang bergantung pada dosis (Wattanapitayakul dkk., 2005). Efek samping yang lain dari doxorubicin adalah timbulnya resistensi sel terhadap obat. Davis dkk. (2003) dan Notarbartolo dkk. (2005) menjelaskan mekanisme yang memperantarai resistensi tersebut antara lain adalah melalui inaktivasi obat, pengeluaran obat oleh pompa pada membran sel, mutasi pada target obat, serta kegagalan inisiasi apoptosis. Penyebab lain yang berperan dalam resistensi ini diduga melalui ekspresi berlebihan dari P-gp, yang merupakan suatu transporter membran plasma yang dapat mengantarkan agen kemoterapi keluar dari sel (Kitagawa, 2006). Pendekatan utama dalam menekan efek samping agen kemoterapi dalam pengatasan kanker adalah penggunaan agen pendamping yang kombinasinya bersifat sinergis. Kombinasi tersebut memungkinkan penggunaan obat dengan dosis yang lebih rendah namun aktivitas meningkat sehingga toksisitas akan menurun (Alison, 2004). Parameter

10 10 yang lazim digunakan dalam mengevaluasi karakteristik efikasi kombinasi secara kuantitatif adalah nilai Combination Index (CI) (Zhao dkk., 2004). 3. Apoptosis Apoptosis merupakan kematian sel terprogram. Sel akan menyusut dan kromatin akan terkondensasi kemudian membentuk badan-badan apoptosom (apoptotic body). Selanjutnya sel menyusun dirinya untuk dimakan makrofag tanpa memicu inflamasi. Sedangkan kematian sel akibat nekrosis mengakibatkan isi sel dilepaskan ke lingkungan tanpa terkendali sehingga menghasilkan kerusakan sel di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan respon inflamasi yang kuat (Gambar 4) (Leist, 2001; Van Cruchten, 2002). Gambar 4. Apoptosis dan nekrosis sel. Sel yang mengalami apoptosis membentuk apoptotic bodies sedangkan sel yang nekrosis mengalami lisis (Van Cruchten, 2002)

11 11 Apoptosis dibagi menjadi dua jalur utama yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik (Gambar 5). Jalur ekstrinsik berkaitan dengan aktivasi reseptor kematian (death receptors) pada permukaan membran sel yang kemudian mengaktivasi caspase-8. Caspase-8 mengaktivasi effector caspase yaitu caspase 3, 6 dan 7 sehingga terjadi apoptosis. Sedangkan jalur intrinsik berkaitan dengan perubahan permeabilitas membran mitokondria dan melibatkan famili bcl-2. Kerusakan DNA biasanya terjadi akibat p53 yang teraktivasi yang akan memacu ekspresi famili bcl-2 yang bersifat proapoptosis, dan mensupresi famili yang bersifat anti-apoptosis (Gewies, 2003). Gambar 5. Skema beberapa jalur utama sinyal apoptosis. Apoptosis dapat terjadi melalui jalur intrinsik atau ekstrinsik (Gewies, 2003) Jalur ekstrinsik dimulai dari pelepasan sinyal molekul yang berikatan dengan death receptor. Reseptor kematian tersebut merupakan

12 12 anggota superfamili tumor necrosis factor (TNF) yang terletak di permukaan sel. Reseptor TNF terdiri dari CD 95 (APO-1/Fas), TNF receptor 1 (TNFR1), TNF related apoptosis inducing ligand receptor 1 (TRAIL-R1), TRAIL-R2, dan DR3 (TRAMP/Apo-3/WSL-1/LARD) (Fulda dkk., 2002). Sinyal molekul (ligan) yang berikatan dengan death receptor akan menyebabkan trimerisasi reseptor, yaitu ikatan death domain pada reseptor, misalnya Fas-associated death domain (FADD) dengan procaspase-8 dan ligannya. Kompleks ini disebut DISC (CD95 inducing signaling complex). Procaspase-8 akan teraktivasi menjadi caspase-8. Caspase-8 kemudian mengaktifkan caspase-3 dan memicu kematian (Fulda dan Debatin, 2006). Jalur intrinsik melibatkan procaspase-9 yang diaktifkan oleh apoptosom, sebuah kompleks death signalling yang terbentuk akibat pelepasan sitokrom c dari mitokondria (Salvesen, 2002). Apoptosom merupakan kompleks yang terdiri dari apoptotic protease-activating factor (Apaf-1), datp, cyt C, dan caspase-9. Caspase-9 yang aktif akan berperan sebagai inisiator yang kemudian mengaktifkan caspase eksekutor yaitu caspase-3, 6, dan 7. Caspase eksekutor akan mendegradasi substrat-substrat penting di dalam sel, yang berakibat pada kematian sel. Aktivitas protein apoptosis caspase dihambat oleh famili inhibitor of apoptosis protein (IAP). Aktivitas IAP dikontrol oleh protein smac/diablo dan OMI/HtrA2 (Burz dkk., 2009 ; Cory dan Adam, 2002)

13 13 Kontrol jalur intrinsik dilakukan oleh protein pro dan antiapoptosis dari famili protein Bcl-2. Famili protein Bcl-2 mempunyai fungsi dalam mengatur permeabilitas membran mitokondria dan mempengaruhi pelepasan cyt C (Scorrano dan Korsmeyer, 2003). Anggota protein Bcl-2 dibagi menjadi 3 grup berdasarkan pada keberadaan Bcl-2 homology domains (BH1 sampai BH4). Grup I yang terdiri dari protein anti-apoptosis Bcl-2, Mcl-1, Bcl-w, Bcl-xL, dan A1 memiliki domain BH1, BH2, BH3, dan BH4. Grup II yang terdiri dari Bid, Bim, Bik, Bad, Bmf, Noxa, Puma, dan Hrk, hanya memiliki domain BH3 dan merupakan antagonis protein anti apoptosis Bcl-2. Grup III yang memiliki domain BH1, BH2, dan BH3 terdiri dari protein Bax, Bak, Bok, dan Bcl-x s dan berperan sebagai protein pro-apoptosis (Burz dkk., 2009). 4. Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) a. Klasifikasi tanaman Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Magnoliopsida : Theales : Clusiaceae : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. (Cronquist, 1981)

14 14 (a) (b) Gambar 6. Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). (a) Tanaman Manggis, (b) Buah Manggis (Akao dkk., 2008) b. Deskripsi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) (Gambar 6) termasuk ke dalam famili Guttiferae dan dikenal sebagai Ratu buah-buahan (Jung dkk., 2006). Budidaya manggis banyak terdapat di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia untuk dikonsumsi sebagai jus atau minuman penyegar di musim panas. Masa hidup tanaman Manggis dapat mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif dan generatif. Organ vegetatif berupa akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai alat pengangkutdan penyimpanan makanan. Batang berbentuk pohon berkayu dan dapat tumbuh hingga 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau-mengkilap, sedangkan permukaan bawah warnanya kekuning-kuningan. Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah, dan biji. Struktur bunga manggis memiliki empat kelopak yang tersusun dalam

15 15 dua pasang. Mahkota bunga terdiri atas empat helai, berwarna hijau kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang sarinya banyak dan bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik. Bakal buah manggis berbentuk bulat, mengandung 1-3 bakal biji yang mampu tumbuh berkembang menjadi biji normal. Bunga manggis merupakan bunga sempurna yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina, namun karena benang sari berukuran sangat kecil, manggis sering dikatakan hanya berbunga betina. Biji manggis demikian bersifat vegetatif dan mempunyai sifat yang serupa dengan induknya. Kulit buah manggis berwarna merah gelap, ukurannya tebal dan mencapai proporsi sepertiga bagian dari buahnya. Kulit buahnya mengandung getah yang warnanya kuning dan pahit. Bagian yang terpenting dari buah manggis adalah daging buahnya. Warna daging buah putih bersih dan cita rasanya sedikit asam sehingga digemari (Rukmana, 1995). c. Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologisnya Kulit buah manggis mengandung xanthon, antosianin dan tanin. Senyawa xanthon yang terkandung merupakan xanthon terprenilasi dan xanthon teroksigenasi yang meliputi 8-hidroksikudraksanton G, mangostingon [7-metoksi-2-(3-metil-2-butenil)-8-(3-metil-2-okso-3- butenil)-1,3,6-trihidroksiksanton, kudraksanton G, 8-deoksigartanin, garsimangoson B, garsinon D, garsinon E, gartanin, 1-isomangostin, α- mangostin, β-mangostin, γ-mangostin, mangostinon, smeathxanthon A,

16 16 dan tovofillin A (Jung dkk., 2006). Dibandingkan senyawa xanthon yang lain, α-, β-, dan γ-mangostin, adalah senyawa bioaktif utama yang ditemukan dalam kulit buah manggis (Chairungsrilerd dkk., 1996), sedangkan senyawa antosianin yang melimpah adalah sianidin-3- soforosida (Du dan Francis, 1977). Gambar 7. Struktur α-mangostin Kulit buah manggis di Asia Tenggara telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati trauma, diare dan infeksi kulit. Beberapa aktifitas xanthon yang diisolasi dari kulit manggis adalah antioksidan, anti-tumor, anti-inflamasi, anti-alergi, anti-bakteri, anti-fungi, dan anti-virus (Akao dkk., 2008). Penelitian dari Tangpong dkk. (2011) menunjukkan bahwa pemberian xanthon pada tikus yang telah diinduksi doxorubicin meningkatkan protein p53, Bax dan Bcl-xl. Hal ini seiring dengan meningkatnya aktivitas caspase-3 dan xanthon dapat menghambat toksisitas saraf pusat akibat doxorubicin. Aktivitas biologis dari α-mangostin telah diketahui memiliki efek antiproliferasi dan apoptosis pada kanker hati (Ho dkk., 2002),

17 17 Nabandith dkk. (2004) menyatakan bahwa α-mangostin dalam crude extract berpotensi sebagai agen kemopreventif pada kanker kolon, kanker payudara (Moongkarndi dkk., 2004) dan kanker rektum (Nakagawa dkk., 2007). Selain itu, α-mangostin juga terbukti menghambat metastasis pada sel kanker PC-3 (Hung dkk., 2009). Berdasarkan uji in vitro pada sel DLD-1 (model sel kanker kolorektal manusia), terbukti bahwa senyawa ini menghambat pertumbuhan sel kanker pada dosis rendah 5-20 µm (Matsumoto dkk., 2005). Selain itu, senyawa α-mangostin juga mampu menghambat proliferasi sel kanker kolon HT-29 (Chitchumroonchokchai dkk., 2010). Berdasarkan uji bioassay pada tikus, senyawa α-mangostin yang juga terbukti memiliki efek preventif atau mencegah kanker (Matsumoto dkk., 2005). Pada sel kanker payudara yang termutasi p53, senyawa α-mangostin menurunkan tingkat phospho-akt-threonine 308 yang artinya dapat menginduksi apoptosis lewat jalur down-regulation Akt (Shibata dkk., 2011). Tewtrakul dkk. (2009) juga menyebutkan bahwa senyawa α-mangostin dapat menurunkan ekspresi COX-2. Peningkatan ekspresi dan aktivitas COX-2 merupakan salah satu karakteristik dalam beberapa sel kanker, maka dari itu penurunan ekspresi COX-2 dapat merupakan salah satu mekanisme untuk menginduksi apoptosis pada sel kanker.

18 18 E. Landasan Teori Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) diketahui mengandung senyawa xanthon antara lain α-, β-, and γ-mangostin. Aktivitas biologis dari α- mangostin yang telah diketahui adalah menghambat pertumbuhan sel DLD-1 yang merupakan model sel kanker kolorektal manusia. Selain itu juga memiliki efek antiproliferasi pada kanker hati, kanker payudara dan kanker rektum. Oleh karena itu, ekstrak etanolik kulit buah manggis memiliki potensi sitotoksik terhadap sel WiDr Doxorubicin diketahui sebagai agen kemoterapi yang menyebabkan beberapa efek samping yang merugikan hingga resistensi obat. Induksi apoptosis oleh doxorubicin dapat terjadi melalui jalur p53 independent namun kurang efektif karena sebagian besar mekanismenya membutuhkan p53. Oleh karena itu, juga akan kurang efektif jika diberikan pada sel WiDr yang memiliki protein p53 termutasi. Untuk mengurangi efek samping dan toksisitas serta menaikkan efektifitas dari doxorubicin, dapat dilakukan upaya kombinasi (kokemoterapi) dengan suatu agen kemopreventif. Senyawa α-mangostin dalam kulit buah manggis dapat mengaktivasi caspase-9 dan -3 pada sel HL60, hal ini mengindikasikan bahwa α-mangostin memediasi apoptosis melalui jalur mitokondrial. Mekanisme induksi apoptosis terhadap sel dengan p53 termutasi terjadi melalui downregulation Akt yang ditandai dengan penurunan p-akt pada sel yang telah diberi α-mangostin. Selain itu, penurunan ekspresi COX-2 juga diduga merupakan mekanisme α-mangostin dalam menginduksi kematian sel. Doxorubicin sendiri memiliki target yang

19 19 berbeda dari α-mangostin dalam menginduksi kematian sel yaitu melalui penghambatan enzim topoisomerase II. Perbedaan target dengan efek yang sama dari EKM maupun doxorubicin ini diduga mampu memberikan efek sinergis apabila keduanya dikombinasikan. Oleh karena itu, EKM diharapkan dapat meningkatkan sitotoksisitas dari doxorubicin dan kombinasinya mampu menginduksi apoptosis terhadap sel WiDr. F. Hipotesis 1. EKM memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel WiDr 2. EKM dapat meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin pada sel WiDr 3. EKM dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menginduksi apoptosis pada sel WiDr

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau lebih meskipun pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini BAB 6 PEMBAHASAN Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan penyakit yang disebabkan karena pertumbuhan abnormal pada sel-sel jaringan tubuh. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses patogenesisnya, proses pembelahan sel menjadi tidak terkontrol karena gen yang mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Terdapat lebih dari 1,2 juta kasus kanker kolon baru pada tahun 2012, menempatkan kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker merupakan penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit terminal (Sudiana, 2011). Kanker menjadi penyebab kematian terbesar di dunia, sebanyak 7,6 juta orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel pada jaringan tubuh secara terus-menerus dan tidak terkendali sehingga dapat mneyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-2 di dunia dengan persentase sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2014). Data Riset Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manggis dengan nama latin Garciana mangostana adalah tanaman buah asli Asia Tenggara dengan warna buah ungu pekat berdaging buah warna putih dan biji berwarna coklat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita dengan insiden lebih dari 22% (Ellis et al, 2003) dan angka mortalitas sebanyak 13,7% (Ferlay

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, masih belum diketahui efek sampingnya (Pasaribu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Peningkatan kasus kanker dari tahun ketahun menjadi beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker masih menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia hingga saat ini. Penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua terbesar di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui udara yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, meskipun organ dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan I. PENDAHULUAN Kanker masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menjadi penyebab kematian kelima di Indonesia. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

APOPTOSIS. OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

APOPTOSIS. OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 APOPTOSIS OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Pendahuluan Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel, yang semuanya

Lebih terperinci

Penuaan dan Kematian Sel

Penuaan dan Kematian Sel Penuaan dan Kematian Sel ASHFAR KURNIA Departemen Biokimia FKUI Penuaan Sel -Karena aktifitas sel menurun -Stress oksidatif di dalam sel merupakan penyebab proses aging -Mitokondria yang menghasilkan ROS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi tinggi di dunia adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... i ii iii iv vi x xii xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000, kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua kematian) di seluruh dunia, menyusul kejadian kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi berbagai macam penyakit di Indonesia. Seiring dengan adanya slogan back to nature, obat tradisional

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Doksorubisin adalah senyawa golongan antrasiklin bersifat sitotoksik hasil isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kolon merupakan salah satu penyebab umum kematian yang berasal dari transformasi epitel usus normal polip adenomatosa dan kanker invasive (Palozza et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 sebanyak 8,2 juta orang meninggal karena kanker dan 65% di antaranya terjadi di negara miskin dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu massa yang abnormal dengan pertumbuhan yang tidak teratur (melampaui batas normal dan tidak terkoordinasi) dan dapat bermetastasis (Stricker & Kumar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan tumor ganas yang dimulai dari sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan zat kimia yang meracuni tubuh manusia bila pemberiannya tidak sesuai dosis. Obat yang menyebabkan gangguan cukup banyak termasuk antibiotik yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang saat ini mendapatkan perhatian serius di dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan urutan ke-6 terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah suatu keganasan polip adenomatosa yang sering menyerang kolom dan rektum. Keganasan ini disebabkan mutasi protoonkogen K- RAS, hipometilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi. Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi. Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya senyawa radikal bebas (Dowsett, 2008). Berdasarkan data Globocan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya senyawa radikal bebas (Dowsett, 2008). Berdasarkan data Globocan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, invasi jaringan, dan metastasis yang luas (Chisholm-Burns et al., 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal adalah suatu penyakit yang mana sel-sel pada kolon atau rektum menjadi abnormal dan membelah tanpa terkontrol membentuk sebuah massa tumor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi dan mortalitas terbanyak pada wanita di dunia, yaitu sebanyak 1.384.155 kejadian dan 458.503 kematian (IARC, 2013). 70%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross & Pawlina, 2011). Machluf et al. (2003) menyatakan bahwa sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab kematian wanita nomor satu (14,7%) di seluruh dunia (Globocan-IARC, 2012). International Agency for Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bagian dari wilayah Indopasifik, yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman biota laut yang terbesar di dunia. Sumber daya biota laut tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor odontogenik adalah tumor yang berasal dari jaringan pembentuk gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel ke dalam populasi jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat I. PENDAHULUAN Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas. Nyeri dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas. Nyeri dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua orang pasti pernah mengalami nyeri, mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas. Nyeri dapat diartikan sebagai tanda adanya kerusakan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan kematian akibat kanker diseluruh dunia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Kanker payudara menempati urutan kedua penyebab kematian di dunia. Kanker menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui udara yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, meskipun organ dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

APOPTOSIS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

APOPTOSIS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS APOPTOSIS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Kematian sel krn trauma - mekanik - kimia/toksik Kematian sel krn apoptosis - Sinyal Internal - Sinyal external PROSES KEMATIAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit

Lebih terperinci

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu kehamilan pada wanita hamil yang sebelumnya. preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu kehamilan pada wanita hamil yang sebelumnya. preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preeklampsia Preeklampsia merupakan gangguan multisistem dalam kehamilan. Ditandai dengan kenaikan tekanan darah dan proteinuria diatas 20 minggu kehamilan pada wanita hamil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 458,400 diantaranya telah meninggal akibat kanker payudara. Kondisi ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 458,400 diantaranya telah meninggal akibat kanker payudara. Kondisi ini semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di dunia. Hingga tahun 2008 terdapat 1,4 juta kasus baru dan sebanyak 458,400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada posisi kedua penyebab kematian di negara berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamatory bowel disease (IBD) mewakili suatu kondisi inflamasi kronik usus yang idiopatik. IBD terdiri atas dua jenis penyakit, yaitu Crohn's disease (CD)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flufenazin dekanoat Fluphenazine adalah derivat fenotiazin dan termasuk ke dalam sub famili piperazine. Golongan piperazine adalah derivat fenotiazin yang paling kuat (efektif

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi oksidasi nitrat oksida (NO) atau reaksi reduksi senyawa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa abnormal pada jaringan yang tumbuh secara cepat dan tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap walaupun rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu anak-anak, ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan 7,4 juta atau 13% kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan International Agency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga

Lebih terperinci