HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 16 HSIL DN PEMHSN Pemeriksaan USG dilakukan terhadap 17 ekor anjing dengan kasus kelainan organ hepatobilliari. erdasarkan interpretasi tersebut didapatkan 7 kasus kelainan pada hati dan 10 kasus kelainan pada kantung empedu. Kelainan Pada Hati Kelainan yang ditemukan pada hati berupa tumor hati, hepatitis, dan kongesti hati seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1.Kasus-kasus kelainan yang ditemukan pada hati Kasus Signalement Interpretasi USG Diagnosa USG ubu/dalmatian/ 9 tahun Chubby/Shih Tzu/ 8 tahun Joy/Cocker spaniel/ 9 tahun Zigi/Mix labrador/ 12 tahun Chibby/Cocker spaniel/ 5 tahun obby/dachsund/ 15 tahun Whisky/Golden retriever/ 7 tahun Hepatomegali, massa multinodul, tekstur tidak homogen Hepatomegali, massa pada parenkim Hepatomegali, massa multinodul, tekstur tidak homogen massa multinodul, tekstur tidak homogen Hepatomegali, pembuluh darah aktif Hepatomegali, distensi vena hepatika Pembesaran diameter vena hepatika dan vena porta Tumor hati (limfoma) Tumor hati (neoplasia primer) Tumor hati (neoplasia primer) Tumor hati (metastasis) Hepatitis Kongesti hati, hepatitis Kongesti hati Kasus Tumor Kasus tumor hati ditemukan pada empat ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus tumor hati dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan yang teramati melalui USG pada hati akibat kasus tumor Kasus 1 2 Signalement ubu/dalmatian/ 9 tahun Chubby/Shih Tzu/ 8 tahun Perubahan yang teramati entuk tumor Ukuran hati Ekhogenitas multinodul Membesar mixed (hypohyperechoic) bulat Membesar mixed (an-hypoechoic)

2 Joy/Cocker spaniel/ 9 tahun Zigi/Mix labrador/ 12 tahun multinodul membesar asimetris mixed (an-hypohyperechoic) multinodul Membesar hypoechoic Pada sonogram kasus 1 (Gambar 5) terlihat lobus kanan dan tengah memiliki tekstur yang tidak homogen dengan ekhogenitas berupa mix hypohyperechoic. Selain itu terlihat adanya massa multinodul berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi yang menyebar di bagian lobus kanan dan tengah. Di bagian kaudal lobus tengah terdapat suatu massa berbentuk bulat dengan permukaan yang tidak rata dan terlihat hypoechoic. Massa tersebut memiliki diameter 4,5-5,5 cm. Pemeriksaan dengan menggunakan color flow Doppler menunjukkan bahwa massa tersebut adalah jaringan lunak dengan vaskularisasi sangat aktif. Secara keseluruhan ukuran hati mengalami pembesaran. Gambar 5. Sonogram hati pada kasus tumor 1. () Tekstur lobus kanan hati terlihat tidak homogen; () Massa yang terdapat di kaudal lobus tengah hati. Hasil interpretasi dari tekstur parenkim hati yang memiliki echogenitas mixed hypo-hyperechoic dan perbesaran ukuran hati secara menyeluruh merupakan tanda dari kasus limfoma atau metastasis tumor. Sedangkan massa di bagian kaudal lobus tengah yang memiliki ekhogenitas hypoechoic dapat didiagnosa sebagai kasus limfoma, metastasis, primary hepatic neoplasia, atau hematoma. Jika hasil interpretasi dari dua bagian tersebut digabungkan maka dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 1 adalah limfoma (d njou 2008). Menurut Mannion (2006), sonogram pada kasus limfoma hati akan

3 18 menunjukkan peningkatan ekhogenitas parenkim hati secara menyeluruh disertai dengan perbesaran ukuran hati. Namun Kealy et.al (2011) menyatakan bahwa sonogram kasus limfoma hati dapat menunjukkan penurunan ekhogenitas parenkim hati secara menyeluruh pada kondisi benign limfoma. Peningkatan ekhogenitas parenkim secara menyeluruh akan terlihat pada keadaan malignant limfoma. Limfoma merupakan salah satu malignansi paling umum yang terjadi pada anjing. eberapa ras yang memiliki prevalensi tinggi terhadap limfoma diantaranya boxers, Scottish terriers, basset hounds, iredale terriers, chow chows, German sheperds, poddles, St. ernards, English bulldogs, beagles, dan golden retrievers. erdasarkan distribusi anatomi pada tubuh, limfoma diklasifikasikan menjadi multisentrik, alimentarius, mediastinal, ekstranodul, dan kutaneus. Limfoma pada hati termasuk kedalam limfoma alimentarius. Menurut Morrison (2005), hasil pemeriksaan terhadap limfoma alimentarius dengan menggunakan radiografi dan ultrasonografi akan menunjukkan penebalan saluran gastrointestinal (focal atau diffuse), hilangnya lamina dinding usus dan lambung, limpadenomegali regional, hepatomegali, dan splenomegali. Pada sonogram kasus 2 (Gambar 6) terlihat tekstur lobus kanan, kiri dan tengah homogen dengan ekhogenitas mixed hypo-hyperechoic. Pada lobus tengah dan kiri ditemukan massa berbentuk elips dengan ekhogenitas mixed anhypoechoic. Massa I memiliki ukuran 5,0x2,3 cm sedangkan massa II memiliki ukuran 4,5x3,7 cm dengan ekhogenitas yang lebih anechoic. atas marginasi kedua massa tersebut terlihat dengan jelas. Pemeriksaan dengan menggunakan color flow Doppler menunjukkan vaskularisasi pada kedua massa tersebut sangat aktif. Ukuran hati mengalami pembesaran menyeluruh. Pada kasus 2 terdapat 2 massa yang menempel pada hati. Massa I memiliki ekhogenitas mixed an-hypoechoic sedangkan massa II lebih anechoic. Menurut d njou (2008), keberadaan suatu massa pada hati dengan echogenitas mixed dapat didiagnosa sebagai nodular hiperplasia, primary neoplasia, metastasis, dan hematoma. Sedangkan massa dengan ekhogenitas an-hypoechoic dapat didiagnosa sebagai tumor cystic, nekrosis, abses, dan hematoma. Dari

4 19 differensial diagnosa kedua massa tersebut dapat disimpulkan bahwa tumor pada kasus 2 merupakan neoplasia primer. Gambar 6. Sonogram hati pada kasus tumor 2. () Pemeriksaan massa I menggunakan color flow Doppler menunjukkan vaskularisasi yang aktif; () Terlihat Massa II menekan kantung empedu di sebelah kanannya. Pada sonogram kasus 3 (Gambar 7) terlihat tekstur lobus kanan, kiri dan tengah tidak homogen dan terdapat bentukan massa multinodul dengan ekhogenitas mixed (an-hypo-hyperechoic). Ukuran nodul bervariasi dengan diameter rata-rata 1 cm. Ukuran hati terkesan membesar dengan bentuk asimetris. Gambar 7. Sonogram hati pada kasus tumor 3. () Terlihat adanya massa multinodul (tanda panah) dengan mixed echogenitas pada lobus tengah hati; () Sonogram hati anjing normal Menurut d njou (2008), adanya massa multi nodul dengan mixed ekhogenitas dapat didiagnosa sebagai nodular hiperplasia, neoplasia primer, metastasis, atau hematoma. Sedangkan pembesaran hati dengan bentuk asimetris

5 20 dapat didiagnosa sebagai neoplasia primer, metastasis, granuloma, thrombosis, atau hematoma. Jika diambil irisan dari differensial diagnosa dari kedua interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 3 adalah neoplasia primer hepatik. Neoplasia hepatik primer sangat jarang ditemukan pada anjing, persentasenya hanya 0,6% 1,3% dari keseluruhan neoplasia pada anjing (Eves 2004), sedangkan menurut Shaw & Sherri (2006) persentase neoplasia pada anjing hanya 1%. Neoplasia hepatik primer cenderung muncul pada hewan tua sekitar umur tahun. Ras dan jenis kelamin tidak menjadi predisposisi kejadian neoplasia primer. Kasus hepatik neoplasia primer umumnya muncul disertai dengan kombinasi beberapa abnormalitas seperti muntah, anoreksia, dan rasa tidak nyaman pada abdomen. eberapa jenis neoplasia primer pada hati diantaranya hepatoma, bile duct cystadenoma, hepatocelluler carcinoma, dan cholangiocelluler carcinoma dengan ukuran 0,5-18 cm (Farrow 2003). Menurut Mannion (2006), neoplasia hepatik primer dapat berasal dari sel epiteliel atau mesenkim. Neoplasia tipe mesenkim biasanya berkembang menjadi neoplasia malignant (haemangiosarcoma, fibrosarcoma, leiomyosarcoma, dan ostesarcoma extra-skeletal) sedangkan neoplasia tipe epitelial umumnya merupakan neoplasia benign (hepatocellular adenoma dan cholangiocellular adenoma). Namun ada beberapa neoplasia malignant yang berasal dari sel epitelial yaitu hepatocellular carcinoma dan cholangiocellular carcinoma. Shaw & Sherri (2006) menyatakan bahwa neoplasma primer yang paling sering ditemukan pada anjing adalah hepatocelluler adenomas dan hepatocelluler carcinomas. Pada sonogram kasus 4 (Gambar 8) terlihat tekstur lobus kanan, kiri, dan tengah tidak homogen. Terdapat multi nodul hypoechoic dengan ukuran bervariasi pada lobus hati. Di bagian kaudal hati ditemukan massa hypoechoic berbentuk bulat, berdiameter sekitar 2 cm, dan memiliki batas kapsula yang jelas. Menurut d njou (2008), terbentuknya multi nodul & massa hypoechoic pada lobus hati memiliki beberapa differensial diagnosis, yaitu nodular hyperplasia, metastasis, lymphoma, hepatik neoplasia, atau hematoma. Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada abdomen ditemukan abnormalitas pada limpa berupa splenomegali, kapsula limpa tidak rata, tekstur tidak homogen, terdapat nodul-

6 21 nodul hypo-hyperechoic dengan ukuran bervariasi, dan pembuluh darah pada limpa sangat aktif. Kondisi tersebut menunjukkan adanya tumor primer pada limpa dan bermetastasis ke hati. Gambar 8. Sonogram hati pada kasus tumor 4. () Terlihat tekstur hati tidak homogen, dengan nodul-nodul yang lebih hypoechoic; () Sonogram hati anjing normal Untuk memastikan jenis tumor yang ada dalam setiap kasus maka diperlukan diagnosa lanjutan. Diagnosa lanjutan yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium terhadap darah dan pengambilan sampel jaringan tumor dengan menggunakan teknik biopsi. Dalam menangani kasus tumor, terapi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat malignant atau benign. maupun lokasi dari tumor. Terapi yang dapat dilakukan antara lain kemoterapi, penggunaan radiasi, tindakan bedah, atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Jika tumor hanya terletak pada satu lokasi, maka penanganan yang dilakukan adalah dengan prosedur bedah untuk mengangkat tumor tersebut. Jika tumor telah menyebar ke limfonodus sekitarnya terkadang masih bisa diangkat dengan prosedur bedah. Namun jika tumor tidak bisa dihilangkan dengan prosedur bedah maka pilihan terapi yang memungkinkan adalah radiasi, kemoterapi, atau gabungan keduanya (Moscow & Jowan 2007). Kasus Hepatitis Kasus hepatitis ditemukan pada dua ekor anjing. Kasus pertama ditemukan pada seekor Cocker spaniel berumur 5 tahun, sedangkan kasus kedua ditemukan pada seekor Dachshund berumur 15 tahun. Hasil sonogram dari kedua kasus

7 22 tersebut menunjukkan adanya pembesaran ukuran hati dan meningkatnya aliran pembuluh darah. Menurut d njou (2008), gambaran sonogram hepatitis ditandai dengan perubahan ekhogenitas parenkim hati menjadi mixed hypo-hyperecoic, diffuse hypoechoic (hepatitis akut) atau diffuse hyperechoic (hepatitis kronis). Pada sonogram kasus hepatitis juga ditandai dengan pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dengan batas yang halus. Pada kasus pertama (Gambar 9), sonogram menunjukkan tekstur parenkim hati homogen hypoechoic dengan kesan ukuran hati membesar. Pemeriksaan color flow Doppler menunjukkan aliran darah di dalam pembuluh darah pada hati sangat aktif. Pada kasus kedua (Gambar 10), kasus hepatitis disertai dengan kondisi kongesti vena hepatika Gambar 9. Sonogram hati pada kasus hepatitis 1. Dengan menggunakan color flow Dopller terlihat pembuluh darah pada hati sangat aktif.. Gambar 10. Sonogram hati pada kasus hepatitis 2. Terlihat echogenitas dinding pembuluh darah hati meningkat (tanda panah).

8 23 Hepatitis merupakan peradangan yang terjadi pada hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis agen seperti virus, bakteri, fungi, cacing, toksin, dan metabolit lainnya. Namun hepatitis dapat muncul tanpa penyebab yang jelas, atau biasa disebut dengan idiopatik hepatitis atau hepatitis periportal (Kelly 1993). Penyebab kasus hepatitis yang paling sering ditemukan adalah infeksi oleh Canine adenovirus -1, keracunan aflatoksin, dan akumulasi metabolit copper (oomkens et.al 2004). eberapa ras anjing menjadi predisposisi hepatitis. edlington terriers, Dobermann pinschers, West highland, White terriers, & Sky terriers secara herediter tidak memiliki kemampuan untuk mengeksresikan kandungan tembaga dalam empedu yang sering dikaitkan dengan akumulasi tembaga di dalam hati dan penyakit kronis pada hati (Nelson & Couto 2008). entuk paling umum dari hepatitis adalah hepatitis reaktif non spesifik, hepatitis akut, dan hepatitis kronis. Hepatitis reaktif non spesifik merupakan hepatitis yang terjadi akibat reaksi terhadap keberadaan endotoksin yang dihasilkan pada kondisi sepsis atau yang diserap dari gastrointestinal. Hepatitis akut dapat diakibatkan oleh infeksi, toksin, atau hypoxia hati. Hepatitis kronis merupakan bentukan hepatitis yang paling umum ditemukan. Hepatitis kronis disebabkan oleh reaksi peradangan autoimun yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus namun dapat juga disebabkan oleh intoksikasi. Simptom yang muncul pada kasus hepatitis biasanya tidak spesifik, diantaranya penurunan nafsu makan, lesu, terkadang muncul poliuria/polidipsi, dan diare. Hepatoencephalopati dan acites hanya muncul pada hepatitis kronis yang sudah parah. Sedangkan jaundice tidak selalu muncul pada kasus hepatitis (Rothuizen & Van Den Ing 1998). Sonogram pada kasus hepatitis umumnya menunjukkan adanya pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dan perubahan echogenisitas dari parenkim hati. Hepatitis akut dapat dibedakan dengan hepatitis kronis melalui pemeriksaan ultrasonografi. Sonogram pada kasus hepatitis akut menunjukkan perubahan echogenisitas parenkim hati menjadi lebih hypoechoic, sedangkan sonogram pada kasus hepatitis kronis akan memperlihatkan parenkim hati menjadi lebih hyperechoic. Hepatitis kronis biasanya tidak menyebabkan

9 24 pembesaran ukuran hati meskipun terjadi infiltrasi neoplastik dalam jumlah besar(d njou 2008). Untuk mengetahui penyebab spesifik dari kasus hepatitis diperlukan diagnosa lanjutan berupa pemeriksaan laboratorium. Jika diperlukan maka dapat juga dilakukan aspirasi menggunakan jarum halus maupun biopsi jaringan. Pengobatan dilakukan berdasarkan kausa yang ditemukan. Tidak ada terapi spesifik untuk kasus hepatitis akut, namun pemulihan dapat terjadi dengan perlakuan terapi suportif. Untuk terapi kasus hepatitis kronis dapat dilakukan dengan terapi jangka panjang menggunakan prednisolone dan azathioprine. Dalam terapi kasus hepatitis kronis perlu juga diberikan obat antifibrotik dan obat hepatoprotektor. Obat antifibrotik yang sering digunakan adalah colchicine (0,03mg/kg, PO), sedangkan beberapa obat hepatoprotektor yang umum digunakan adalah ursodeoxycholic acid (10 mg/kg, PO), vitamin E 400 i.u (PO), dan s-adenosyl-l-methionine (18 mg/kg, PO) (Rothuizen & Van Den Ing 1998). Kasus Kongesti Hati Kongesti hati ditemukan pada dua ekor anjing. Kasus pertama ditemukan pada seekor Dachshund berumur 15 tahun sedangkan kasus kedua ditemukan pada seekor Golden retriever berumur 7 tahun. Hasil sonogram dari kedua kasus tersebut menunjukkan pelebaran diameter (distensi) dari pembuluh darah yang ada di hati. Menurut d njou (2008), kongesti buluh darah di hati ditandai dengan membesarnya ukuran pembuluh darah, meningkatnya echogenisitas dinding buluh darah, dan disertai pembesaran hati (hepatomegali). Perubahan pada vaskularisasi hati lebih sering diakibatkan efek sekunder dari kelainan lain (Mannion 2006). Pada kasus pertama (Gambar 11), kongesti terjadi pada vena hepatika. Pada sonogram terlihat echogenitas dinding vena hepatika meningkat menjadi lebih hyperechoic. Selain itu terlihat ukuran vena hepatika membesar (distensi) terutama bagian yang akan menuju vena kava kaudalis. Sedangkan pada kasus kedua (Gambar 11) kongesti terjadi pada vena hepatika sekaligus vena porta. Pada sonogram terlihat adanya pembesaran diameter vena porta dan vena hepatika.

10 25 Distensi vena hepatika dan vena cava caudal dapat disebabkan oleh gagal ginjal kongestif atau obstruksi pada vena cava caudal. Distensi vena hepatika sering disertai dengan kejadian acites. Sedangkan distensi vena porta dapat disebabkan oleh hipertensi akibat efek sekunder dari gangguan hati, obstruksi vena porta, atau fistula pada hepatic arteriovenous. Kongesti hati yang parah dapat menimbulkan transudasi pada permukaan hati. Kondisi ini terjadi akibat dua kondisi: (1) kelainan pada sisi kanan jantung dan (2) akumulasi cairan pericardial dalam jumlah yang besar (Farrow 2003). Gambar 11. Sonogram hati pada kasus kongesti hati. () Terlihat pembesaran diameter vena hepatika disertai peningkatan echogenitas dinding pembuluh darah (tanda panah); () Terlihat pembendungan yang ditandai dengan pembesaran diameter vena porta. Kongesti pada hati umumnya merupakan efek sekunder dari kelainan lain, sehingga terapi yang dapat dilakukan adalah pegobatan terhadap kelainan primer yang terjadi. Kelainan pada kantung empedu Kelainan yang ditemukan pada kantung empedu berupa cholecystitis, cholelithiasis, dan mucocele seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3.Kasus-kasus kelainan yang ditemukan pada kantung empedu Kasus Signalement Interpretasi USG Diagnosa USG 1 2 ritney/golden retriever/- Stanley/Mixed/ 12 tahun Penebalan dinding kantung empedu, echogenitas lumen meningkat (endapan) Penebalan dinding kantung empedu, endapan di lumen Cholecystitis, mucocell Cholecystitis, mucocell

11 26 3 Funny/Mixed/ 5 tahun Penebalan dinding kantung empedu Cholecystitis 4 Mochi/Pom/ 5 tahun Penebalan dinding kantung empedu Cholecystitis 5 ear/chow chow/ 9 tahun Penebalan dinding kantung empedu, massa padat (hyperechoic) di lumen kantung empedu Cholecystitis, Cholelithiasis 6 aby/golden retriever/ 1 tahun Penebalan dinding kantung empedu, endapan di lumen kantung empedu Cholecystitis, Mucocell 7 oncel/dachshund/ 8 tahun Endapan di lumen Mucocell 8 Momo/Mix/ 15 tahun Endapan di lumen Muocell 9 Mushu/Shih tzu/ 8 tahun Endapan di lumen Muocell 10 Morgan/Mini snautzer/ 12 tahun Pembesaran lumen, endapan di lumen Mucocell, dilatasi lumen Kasus Cholecystitis Cholecystitis ditemukan pada enam ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus cholecystitis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perubahan yang teramati pada sonogram kantung empedu akibat kasus cholecystitis Kasus Signalement Perubahan yang teramati (nama/ras/umur) Dinding Ukuran Lumen 1 Stanley/Mixed/ 5 tahun Menebal Normal Terdapat mucocele 2 ear/chow chow/ 9 tahun Menebal Normal Terdapat cholelith 3 aby/golden retriever/ 1 tahun Menebal Normal Terdapat mucocele 4 ritney/golden retriever Menebal disertai edema Normal Ekhogenitas meningkat 5 Funny/Mixed/ 5 tahun Menebal disertai edema Normal Ekhogenitas meningkat 6 Mochi/Pom/ 5 tahun Menebal Normal Ekhogenitas meningkat

12 27 Hasil sonogram dari keenam kasus tersebut umumnya menunjukkan penebalan dinding kantung empedu (hyperechoic). Menurut d njou (2008), gambaran sonogram dari cholecystitis tergantung dari derajat keparahan peradangan yang terjadi, namun umumnya cholecystitis ditandai dengan penebalan dinding kantung empedu (lebih dari 2-3mm) dengan gambaran sonogram berupa peningkatan echogenisitas dari dinding kantung empedu. Sedangkan Shaw & Sherri (2006) menyatakan bahwa sonogram dari kasus cholecystitis akan menunjukkan perbesaran kantung empedu, distensi saluran empedu, penebalan dinding kantung empedu, meningkatnya ekhogenitas lumen akibat peningkatan cairan empedu, dan terkadang ditemukan adanya cholelith. Penebalan dinding kantung empedu dapat disertai dengan edema pada dinding kantung empedu. Pada sonogram, edema terlihat sebagai daerah hypoechoic yang memisahkan dua garis hyperechoic pada dinding kantung empedu (issi & Slimani 2009). Pada kasus 1, 2, dan 3, terlihat dinding kantung empedu mengalami penebalan (hyperechoic) tanpa disertai dengan edema (Gambar 12). Penebalan dinding kantung empedu tersebut merupakan salah satu tanda bahwa kantung empedu mengalami peradangan C Gambar 12. Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis. () Sonogram kasus 1; () Sonogram kasus 2; (C) Sonogram kasus 3. Terlihat variasi penebalan dinding kantung empedu (tanda panah). Pada kasus 4 dan 5, penebalan dinding kantung empedu disertai dengan edema. Hal ini terlihat pada sonogram berupa dua garis hyperechoic yang dipisahkan oleh suatu garis hypoechoic (Gambar 13). Garis hypoechoic yang berada diantara garis hyperechoic tersebut merupakan edema yang muncul akibat peradangan

13 28 Gambar 13. Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis dengan edema. () Penebalan dinding kantung empedu disertai edema pada kasus 4; () Penebalan dinding kantung empedu disertai dengan edema pada kasus 5. Sedangkan pada kasus 6, penebalan dinding kantung empedu hanya terjadi pada bagian muara dekat duktus sistikus (Gambar 14 ). Hal ini menunjukkan bahwa peradangan yang terjadi bersifat ascenden dengan sumber infeksi berasal dari saluran pencernaan. Gambar 14. Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis 6. () Terlihat adanya penebalan dinding kantung empedu pada bagian muara dekat duktus sistikus; () Sonogram kantung empedu normal Cholecystitis merupakan peradangan yang terjadi pada kantung empedu yang bisa terjadi bersamaan dengan peradangan buluh empedu (choledochitis), peradangan buluh hepatik (cholangitis), atau peradangan parenkim hati (cholangiohepatitis). Peradangan ini lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif aerobic (E. coli, Klebsiella, Pseudomonas dan Salmonella spp) atau bakteri anaerob seperti Clostridium spp (Johnson & Sherding 2000). Selain itu

14 29 dapat juga disebabkan oleh operasi bedah pada kantung empedu maupun penyumbatan buluh empedu (Taboada 1997). Kasus cholecystitis sangat jarang ditemukan pada anjing. Kejadian dan prevalensi dari cholecystitis kronis maupun akut tidak diketahui (Partington & iller 1996) Pada kasus yang ringan, terapi terhadap cholecystitis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik (misalnya cephalosporin, ampicilin, dan enrofloxacin). Pemeriksaan rutin harus dilakukan untuk mengetahui kondisi kantung empedu selanjutnya. Tindakan bedah dapat dilakukan jika terapi antibiotik tidak mampu mengatasi peradangan yang terjadi (Shaw & Sherri 2006) Kasus Cholelithiasis Cholelithiasis ditemukan pada satu ekor anjing Chow chow berumur 9 tahun. Hasil sonogram pada kasus tersebut menunjukkan adanya massa hyperechoic yang menggumpal di dalam lumen kantung empedu (Gambar 15). a b Gambar 15. Sonogram kantung empedu pada kasus cholelithiasis. () Terlihat a) cholelith memenuhi lumen kantung empedu disertai dengan b) acoustic shadowing; () Sonogram kantung empedu normal Thrall (2002) menyatakan, suatu massa atau struktur yang bersifat hyperechoic di dalam kantung empedu dengan atau tanpa acoustic shadowing merupakan cholelith. Cholelith dapat berukuran sangat kecil seperti pasir atau sangat besar dan tunggal. Cholelith dapat berada di bagian kantung empedu maupun di saluran empedu. Cholelithiasis ditandai dengan penumpukan massa yang mengeras hingga membentuk kalkuli atau batu di dalam kantung empedu. atu empedu dapat dengan mudah terdeteksi menggunakan ultrasonografi. Pada sonogram akan

15 30 terlihat suatu struktur hyperechoic dan dibagian posterior akan terbentuk acoustic shadowing. Kalkuli yang berada di dalam buluh empedu sulit terdeteksi karena ukurannya yang kecil dan adanya gangguan dari gas yang berada di usus (Nyland et al 2002). Terdapat 3 tipe kalkuli yang dapat muncul pada kantung empedu anjing, yaitu: kalkuli yang murni terbentuk dari kolesterol, kalkuli campuran (campuran kolesterol dengan asam empedu, pigmen,kalsium, dan protein), dan kalkuli pigmen (terbentuk dari kalsium bilirubinat). Patogenesis dari kasus cholelithiasis tidak diketahui dengan pasti. eberapa penyebab terbentuknya cholelith antara lain trauma, penyumbatan aliran empedu, faktor makanan, cholecystitis, dan infeksi bakteri maupun virus (Veronica et al 2006). Kalkuli pada kantung empedu terbentuk ketika cairan empedu menjadi jenuh akibat kandungan kolesterol yang tinggi sehingga menyebabkan terhambatnya pengeluaran cairan empedu dari lumen kantung empedu. Kondisi ini menimbulkan respon dari mukosa kantung empedu untuk memproduksi mucin dalam jumlah besar yang akan menginduksi oklusi duktus sistikus. eberapa zat seperti pigmen empedu, mukoprotein, dan bakteri dapat menyebabkan kalkuli berukuran mikroskopik menjadi besar sampai membentuk batu empedu (Ward 2006). Menurut Zoran (1997), batu empedu yang terbentuk umumnya terdiri atas garam empedu, kalsium, magnesium, fosfor,dan komponen lain termasuk kolesterol. Pada anjing dan kucing kasus cholelithiasis sangat jarang ditemukan. Tidak ada predileksi ras maupun genetik yang dihubungkan dengan kelainan ini. Predisposisi penyakit ini antara lain peradangan buluh empedu, pankreas, maupun jaringan parenkim hati yang terletak di sekitar kantung empedu dan buluh empedu Cholelithiasis sering dihubungkan dengan cholecystitis yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, cholangitis, atau obstruksi buluh empedu. Kasus cholelithiasis cenderung muncul pada hewan tua yang dikarenakan oleh pengendapan empedu di kantung maupun saluran empedu hingga mengeras dan menjadi cholelith (Zoran 1997). Kasus cholelithiasis lebih sering ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan kelainan lain karena cholelithiasis tidak menimbulkan gejala klinis yang spesifik (Kealy 2011). Namun gejala klinis yang biasanya muncul antara lain anoreksia, muntah, diare, letargi, ikterus,dan nyeri serta pembesaran

16 31 abdomen (Ward 2006). Menurut Willard & Fossum (2005), cholelithiasis yang muncul bersamaan dengan cholecystitis dapat menimbulkan muntah, ikterus, anoreksia, demam, rasa tidak nyaman pada abdomen, hingga ascites. Untuk batu empedu yang belum terkalsifikasi dapat diatasi dengan ursodeoxycholic yang dikombinasikan dengan silymarin dan vitamin E (Selvaraj et.al 2011). Sedangkan terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi kasus cholelithiasis adalah melalui tindakan bedah cholecystotomi. Jika kerusakan pada kantung empedu sudah parah sebaiknya dilakukan cholecsytectomy, sedangkan choledochotomy dilakukan jika cholelith berada didalam buluh empedu (Ward 2006). Kasus Mucocele Mucocele ditemukan pada tujuh ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus cholecystitis dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perubahan yang teramati pada sonogram kantung empedu akibat kasus Mucocele Signalement Perubahan yang teramati Kasus (nama/ras/umur) Dinding Ukuran Lumen 1 ritney/golden retriever/ Menebal disertai edema Normal Peningkatan ekhogenitas 2 Stanley/Mixed/12 tahun Menebal Normal Mucocele total 3 aby/golden retriever/ 1 tahun Menebal Normal Mucocele parsial 4 oncel/dachsund/8 tahun Normal Normal Mucocele parsial 5 Momo/Mixed/15 tahun Normal Normal Mucocele parsial 6 Mushu/Shistzu/8 tahun Normal Normal Mucocele parsial 7 Morgan/Mini snautzer/ 12 tahun Normal Membesar Mucocele, distensi kantung empedu Hasil sonogram dari kasus ini menunjukkan adanya suatu bentukan massa hypoechoic di dalam kantung empedu. Mucocele merupakan suatu massa hypoechoic yang berasal dari kumpulan endapan cairan empedu (billiary sludge) yang mengendap pada kantung empedu. Keberadaan mucocele sering dihubungkan dengan obstruksi buluh empedu maupun ruptur kantung empedu (Thrall 2002).

17 32 Pada kasus 1, mucocele yang terbentuk belum terlihat jelas. Pada sonogram hanya terlihat peningkatan echogenitas cairan di dalam lumen menjadi lebih hypoechoic (Gambar 16 ). Gambar 16. Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 1. () Pada sonogram terlihat peningkatan echogenitas dalam kantung empedu disertai dengan penebalan dinding kantung empedu (panah kuning); () Sonogram kantung empedu normal Pada kasus 3, 4, 5, dan 6 mucocele yang terbentuk di lumen kantung empedu dapat terlihat jelas (Gambar 17). a a G C D a G a Gambar 17. Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele. () Sonogram kasus 3; () Sonogram kasus 4; (C) Sonogram kasus 5; (D) Sonogram kasus 6. a, Mucocele; G, lumen kantung empedu.

18 33 Pada kasus 2, mucocele terlihat memenuhi lumen kantung empedu sehingga menyebabkan distensi kantung empedu (Gambar 18). Gambar 18. Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 2. () Pada hasil sonogram terlihat mucocele memenuhi seluruh lumen kantung empedu; () Sonogram kantung empedu normal Pada kasus 7, mucocele yang terbentuk sangat besar sehingga menyebabkan distensi luar biasa pada kantung empedu (Gambar 19). Gambar 19. Sonogram kantung empedu pada kasus 7. Pada sonogram terlihat mucocele menyebabkan dilatasi kantung empedu. Menurut Mesich et al (2009), mucocele terbentuk dari akumulasi mucus dari kantung empedu yang tidak tersalurkan keluar melalui buluh empedu dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan menurut esso et al (2000), penyebab primer dari terbentuknya mucocele adalah penyumbatan buluh empedu, hipertropi mukosa, atau infeksi aerob. Pada sonogram, gambaran dari mucocele sangat bervariasi. Mucocele dapat terlihat seperti bentukan debris tanpa struktur

19 34 internal. Kasus mucocele sering ditemukan pada anjing terutama anjing tua maupun anjing berukuran kecil hingga sedang. njing yang cenderung sering terkena kelainan ini adalah ras Cocker spaniel, namun anjing jenis Shetland sheepdog dan Miniature schnauzer juga sering terkena kasus mucocell. Mucocell dapat dibedakan dengan endapan cairan empedu (billiary sludge) maupun debris meskipun memiliki echogenisitas yang hampir sama. Mucocell tidak terpengaruh oleh gravitasi sehingga saat dilakukan pemeriksaan melalui USG maka mucocell tidak akan bergerak sama sekali (Worley et al 2004), sedangkan debris akan terpengaruh oleh gravitasi sehingga posisi dan bentuknya akan berubah saat hewan direposisi. Mucocele pada kantung empedu biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan karena kasus mucocele tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Mucocele dapat menyebabkan peritonitis lokal dan ruptur kantung empedu (Kealy et al 2011). Keberadaan mucocele didalam lumen kantung empedu berisiko menyebabkan terjadinya ruptur maupun infeksi bakteri sekunder sehingga perlu ditangani. Tindakan bedah melalui cholecystectomy direkomendasikan dalam mengatasi kasus mucocele. Jika tindakan bedah tidak dapat dilakukan maka dapat dilakukan terapi melalui penggunaan ursodeoxycholic acid (10-15 mg/kg, PO) dan adenosylmethionine (20 mg/kg, PO, dalam keadaan lambung kosong). Selain itu penggunaan levothyroxine dapat membantu pengosongan kantung empedu dan dikombinasikan dengan pakan rendah lemak untuk meningkatkan aliran empedu (Norwich 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan fisik terhadap kucing dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan sonogram organ hati dan kantung empedu dengan peralatan USG. Hal ini

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU ANJING (Canis lupus) I WAYAN WIDI PARNAYOGA B

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU ANJING (Canis lupus) I WAYAN WIDI PARNAYOGA B i STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU ANJING (Canis lupus) I WAYAN WIDI PARNAYOGA B04070079 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HEPATOBILIARI ANJING (Canis lupus)

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HEPATOBILIARI ANJING (Canis lupus) Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X Deni Noviana, dkk STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HEPATOBILIARI ANJING (Canis lupus) Case Study Sonogram Interpretation of Hepatobiliary Organs Abnormalities

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ hati dan kantung empedu serta ukuran atau lebar organ hati, ketebalan dinding kantung empedu, dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema

Lebih terperinci

MORFOMETRI ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU KUCING KAMPUNG (Felis catus) DENGAN TEKNIK ULTRASONOGRAFI DUA DIMENSI KURNIAWAN PRASETYA

MORFOMETRI ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU KUCING KAMPUNG (Felis catus) DENGAN TEKNIK ULTRASONOGRAFI DUA DIMENSI KURNIAWAN PRASETYA MORFOMETRI ORGAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU KUCING KAMPUNG (Felis catus) DENGAN TEKNIK ULTRASONOGRAFI DUA DIMENSI KURNIAWAN PRASETYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Karakteristik Anjing ( Canis lupus)

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Karakteristik Anjing ( Canis lupus) 3 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Karakteristik Anjing (Canis lupus) Sejak jaman dahulu anjing telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia. Hubungan antara manusia dan anjing semakin berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HSIL N PEMHSN Hasil Pemeriksaan Fisik abi Pemeriksaan fisik lakukan untuk mengetahui status kesetan hewan penelitian dan sebagai penunjang data bahwa hewan yang gunakan merupakan hewan set. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

KOLELITIASIS A. PENGERTIAN

KOLELITIASIS A. PENGERTIAN KOLELITIASIS A. PENGERTIAN Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

Sifat-sifat fisik ultrasound

Sifat-sifat fisik ultrasound Sifat-sifat fisik ultrasound Frekuensi yg sangat tinggi (2-13 MHz atau lebih) Panjang gelombang pendek (< 1mm) Memerlukan medium untuk berpindah dimana cairan merupakan medium terbaik untuk penghantaran

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

Portal Hypertension. Penyebab

Portal Hypertension. Penyebab Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering ASKEP HEPATITIS TINJAUAN TEORITIS Defenisi Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala kemungkinan sejak ratusan ribu tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

drh. Ahmad Fauzi M.Sc

drh. Ahmad Fauzi M.Sc drh. Ahmad Fauzi M.Sc Definisi Enterotomy adalah operasi insisi (sayatan) pada usus Enterektomi adalah operasi pemotongan sebagian usus Enteropexy adalah fiksasi segmen usus ke dinding cavum abdomen. Indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada proses pencernaan, makanan yang dimakan oleh manusia dicerna sampai dapat diabsorpsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). Menurut UU RI No.

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 1. Kaitan antara hati dan eritrosit adalah??? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 Hati berperan dalam perombakan eritosit Hati menghasilkan eritrosit Eritrosit merupakan

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kolelitiasis Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6 1. Apendisitis disebabkan oleh... SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6 Makanan masuk di umbai cacing dan membusuk Bakteri Kekurangan protein

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis 1 PENDAHULUAN Latarbelakang Indonesia yang beriklim tropis memberikan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai cendawan. Salah satu diantara cendawan tersebut adalah Aspergillus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Babi

TINJAUAN PUSTAKA. Babi 2 TINJAUAN PUSTAKA Babi Babi merupakan mamalia dengan struktur anatomi dan fisiologi yang tidak jauh berbeda dengan manusia sehingga seringkali digunakan dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? Dikutip dari tulisan Ibu Andang Gunawan, ADN, ND (Majalah NIRMALA Mei 2004) - sebagian kecil tulisan asli dibuang Anda punya masalah sembelit, demam, flu, kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler SISTEM UROPOETIKA Reabsorbsi pada kapiler peritubuler Substansi yang dieliminasikan dari tubuh melalui filtrasi dari kapiler peritubuler GANGGUAN GINJAL Menunjukkan gejala klinis jika 70% fungsinya terganggu

Lebih terperinci

K35-K38 Diseases of Appendix

K35-K38 Diseases of Appendix K35-K38 Diseases of Appendix Disusun Oleh: 1. Hesti Murti Asari (16/401530/SV/12034) 2. Rafida Elli Safitry (16/401558/SV/12062) 3. Zidna Naila Inas (16/401578/SV/12082) K35 Acute Appendicitis (Radang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, Tumor dikenal sebagai Neoplasia. Neo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerja dan Responden 1. Pengertian Kerja Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk memperoleh upah, baik berupa kerja fisik material atau kerja intelektual.

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di klinik Animal Clinic My Vets Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Alat Penelitian

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

Kanker Hati. Liver Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Hati. Liver Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Hati Kanker hati merupakan kanker pembunuh nomor 3 setelah kanker paru-paru dan kanker usus besar. Ada sekitar 1.800 kasus baru yang terjadi setiap tahunnya di Hong Kong. Dari semua kasus baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

Hepatology. dr. Prasetio Kirmawanto, M. Kes

Hepatology. dr. Prasetio Kirmawanto, M. Kes Hepatology dr. Prasetio Kirmawanto, M. Kes Definisi Hepatologi adalah cabang kedokteran berkaitan dengan studi, pencegahan, diagnosis dan manajemen penyakit yang mempengaruhi hati, kandung empedu, cabang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam

Lebih terperinci

Berbagai Penyakit. Yang Menyerang Liver (Hati)

Berbagai Penyakit. Yang Menyerang Liver (Hati) Seri penyuluhan kesehatan Berbagai Penyakit Yang Menyerang Liver (Hati) Dipersembahkan dengan gratis Oleh: Klinik Umiyah www.klinik-umiyah.com Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

3. Perhatikan gambar di bawah ini!

3. Perhatikan gambar di bawah ini! Nilai Paraf Mata Pelajaran : IPA Nama : Kelas : VI (Enam) A, B, C Indikator KD 9.1: Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu

Lebih terperinci

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum: Syifa Ramadhani (2013730182) 4. Jelaskan mekanisme dan etiologi terjadinya bengkak? Mekanisme terjadinya bengkak Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik (gaya yg mendorong cairan keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning. Hepatitis dapat

Lebih terperinci

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

drg. Muhammad Hamka Maha Putra drg. Muhammad Hamka Maha Putra Latar Belakang: Diagnosis yang akurat dari tumor muskuloskeletal adalah penting untuk pengobatan yang berhasil. Studi telah melaporkan risiko tinggi komplikasi setelah biopsi

Lebih terperinci

PENYAKIT MIOKARDIUM. Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan

PENYAKIT MIOKARDIUM. Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan (acquired heart disease) yang paling umum ditemukan pada anjing. Bentuk yang paling umum dari penyakit miokardium tersebut adalah kardiomiopati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,

Lebih terperinci

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit

Lebih terperinci