BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis Guided Inquiry Laboratory (GIL). Bahan kajian yang dikembangkan adalah Kompetensi Dasar (KD) 3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dan mengaitkannya dengan nutrisi dan bioprosesnya, sehingga peserta didik dapat menjelaskan proses pencernan serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada pencernaan manusia melalui studi literatur, pengamatan, praktikum dan simulasi. Data hasil tahapan penelitian pengembangan yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Penelitian dan Pengumpulan Data Tahap penelitian dan pengumpulan data dilakukan sebelum pembuatan produk dengan melakukan analisis kebutuhan, meliputi: studi literatur, studi lapangan yang dijelaskan sebagai berikut: a. Studi Literatur Studi literatur digunakan untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran biologi dan sebagai dasar acuan untuk menentukan solusi terkait permasalahan yang ada. Tahap studi literatur dilakukan dengan menganalisis struktur isi kurikulum SMA, mengidentifikasi materi ajar, dan analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 1) Mengkaji Kurikulum Langkah awal dalam menentukan produk yang akan dikembangkan yaitu dengan mengkaji literatur-literatur. Literatur yang dikaji adalah kurikulum. Kurikulum menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi 128

2 digilib.uns.ac.id 129 yang harus dipenuhi yaitu: 1) RPP terkait tujuan, isi, dan bahan pelajaran; 2) strategi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Tahap mengkaji kurikulum dilakukan melalui wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan guru biologi di SMA Negeri 8 Surakarta. Tujuan wawancara tersebut untuk mengetahui kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 8 Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh hasil bahwa di SMA Negeri 8 Surakarta sudah menerapkan Kurikulum 2013, yaitu kelas X dan XI baik IPA maupun IPS namun belum diterapkan pada kelas XII. Kelas XII menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena peralihan KTSP ke Kurikulum 2013 membutuhkan waktu lama pada penyesuaian alokasi waktu serta SK yang beralih pada KI serta KD meskipun berubah tetapi tetap memiliki muatan materi yang sama. 2) Menganalisis Materi Ajar Hasil analisis pemetaan materi ajar dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bertujuan untuk mengetahui materi yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) supaya pengembangan produk sesuai dengan kebutuhan yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil analisis pemetaan materi BNSP Tahun 2013/2014 menunjukkan bahwa materi Sistem Organ berada di bawah KKM, presentase peserta didik tingkat sekolah sebesar 42,75; tingkat Kota/Kab sebesar 58,52; pada tingkat provinsi 53,13; dan pada tingkat nasional 51,36. Didukung hasil Ujian Nasional (UN) Tahun 2013/2014 khususnya Sistem Pencernaan masih di bawah KKM yakni sebesar 62,03; pada tingkat Kota/Kab 60,44; pada tingkat provinsi 57,43, dan pada tingkat nasional 60,56 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil pemetaan materi dan UN SMA Negeri 8 Surakarta diperoleh kesimpulan bahwa skor pencapaian masih berada pada skala 50% sehingga dapat dikatakan belum memenuhi standar ketuntasan. Karakteristik KI dan KD pada materi Sistem Pencernaan meliputi 22 aspek: a) rancangan praktikum sistem pencernaan; b) kandungan zat

3 digilib.uns.ac.id 130 makanan; c) contoh bahan makanan sebagai sumber zat-zat makanan; d) hubungan zat makanan pada bahan makanan dengan fungsi tubuh; e) kandungan zat aditif pada makanan; f) dampak kelebihan dan kekurangan zat makanan bagi tubuh; g) cara perhitungan angka metabolisme basal; h) cara perhitungan total energi yang diperlukan tubuh; i) cara perhitungan penentuan berat badan ideal; j) cara perhitungan indeks massa tubuh; k) menu makanan seimbang; l) menyusun menu makanan seimbang; m)pola menu makan seimbang; n) organ-organ percernaan manusia; o) struktur organ pencernaan manusia; p) fungsi organ pencernaan manusia; q) mekanisme pencernaan manusia; r) kelainan/penyakit sistem pencernaan; s) teknologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan manusia; t) organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; u) struktur organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; v) fungsi organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; w) mekanisme proses pencernaan ruminansia; dan x) perbedaan organ pencernaan makanan pada manusia dan ruminansia. Berdasarkan hasil analisis materi Sistem Pencernaan tersebut, memperoleh kesimpulan bahwa karakteristik materi Sistem Pencernaan bersifat kontekstual. 3) Data Hasil Analisis RPP Terhadap Indikator Literasi Sains Studi literatur juga melakukan analisis RPP Biologi Kelas XI Sistem Pencernaan di SMA Negeri 8 Surakarta menggunakan indikator literasi sains. Analisis RPP tersebut bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP yang digunakan dalam pembelajaran biologi. Hasil analisis RPP dapat disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Hasil Analisis RPP Terhadap Indikator Literasi Sains Materi Aspek (%) Tujuan Materi Kegiatan Soal evaluasi Cara penyampaian Sistem Pencernaan Cara penggunaan 16,51 5,55 20,32 0,00 28,92 19,51 Data Tabel 4.1, menunjukkan persentase rata-rata: a) Aspek tujuan sebesar 16,51%; commit b) Aspek to user materi sebesar 5,55%; c) Aspek

4 digilib.uns.ac.id 131 kegiatan sebesar`20,32%; d) Aspek soal evaluasi sebesar 0,00%, soal yang tercantum dalam RPP hanya menekankan materi; e) Aspek cara penyampaian sebesar 28,92%; dan f) Aspek cara penggunaan sebesar 19,51%. Berdasarkan hasil analisis RPP terhadap indikator literasi sains tersebut memperoleh kesimpulan bahwa RPP yang digunakan di sekolah hanya menekankan pada konten materi tidak sampai pada konteks aplikasi sains (Lampiran 10). b. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah sebagai dasar untuk merumuskan kebutuhan terkait pengembangan produk pembelajaran. Tahap studi lapangan dilakukan dengan melakukan analisis SNP, observasi PBM, wawancara guru dan peserta didik terhadap PBM dan bahan ajar, angket, tes kemampuan awal literasi sains, analisis bahan ajar, dan pengukuran penguasaan inkuiri. Hasil yang diperoleh pada kegiatan tahap studi lapangan sebagai berikut: 1) Data Analisis SNP Data hasil analisis SNP dilakukan terhadap wakasek dan guru biologi untuk memperoleh informasi tentang 8 komponen SNP yang terkait dengan proses pembelajaran dan komponen di SMA Negeri 8 Surakarta. Data hasil analisis 8 komponen SNP dapat disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1. Tabel 4.2. Data Hasil Capaian Skor Pemenuhan 8 SNP di SMA Negeri 8 Surakarta Standar Kontribusi (%) Implementasi (%) Gap (%) Standar Isi 11,11 10,65 0,46 Standar Proses 13,89 11,11 2,78 Standar Kompetensi Lulusan 16,67 16,67 0,00 Standar Pendidik dan Tenaga 15,28 11,11 2,31 Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana 15,28 14,81 0,46 Standar Pengelolaan 5,56 5,56 0,00 Standar Pembiayaan 4,17 4,17 0,00 Standar Penilaian 18,06 17,13 0, ,06 6,94

5 digilib.uns.ac.id y Persentase 18,06 17,13 16,67 16,67 15,28 15,28 14,81 13,89 12,96 11,11 11,11 10,65 5,56 5,56 4,17 4,17 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 8 Kontribusi (%) Implementasi (%) x Gambar 4.1. Histogram Persentase Data Hasil Analisis 8 Komponen SNP di SMA Negeri 8 Surakarta Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa capaian skor pemenuhan 8 SNP di SMA Negeri 8 Surakarta adalah 93,06% sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Namun, dari skor pemenuhan komponen delapan SNP masih terdapat gap antara skor ideal dengan skor pencapaian di lapangan sebesar 6,94%. Skor gap tersebut berasal dari kontribusi beberapa komponen SNP yang memperoleh skor 1 dan 2. Komponen standar yang memiliki gap paling besar adalah standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, dan standar penilaian dengan persentase berturut-turut sebesar 2,78%, 2,31%, dan 0,93% (Lampiran 2). 2) Data Hasil Observasi PBM Data observasi diperoleh dari hasil pengamatan langsung di dalam kelas dan laboratorium menggunakan lembar observasi. Observasi bertujuan mengetahui karakteristik peserta didik dan karakteristik PBM yang dilakukan guru. a) Peserta Didik Data hasil observasi PBM terhadap peserta didik bertujuan mengetahui karakter peserta didik di kelas dan di laboratorium ketika PBM untuk menyesuaikan commit penyusunan to user modul, model pembelajaran,

6 digilib.uns.ac.id 133 materi pelajaran dengan memperhatikan karakter dan kemampuan awal peserta didik dengan cara pengamatan langsung menggunakan lembar observasi (LO) yang meliputi: keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kerjasama dalam kegiatan kelompok, kemampuan memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, rasa ingin tahu, dan kepercayaan diri peserta didik ketika menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan hasil observasi karakter peserta didik di kelas dan di laboratorium ketika PBM menunjukkan bahwa proses pembelajaran bersifat transfer of knowledge. Hal tersebut terlihat ketika proses pembelajaran peserta didik cenderung aktif dalam kegiatan berkelompok dan praktikum, jumlah peserta didik yang aktif sebesar 68% dan pasif sebesar 32%. Peserta didik kurang optimal dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terbukti ketika peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan, peserta didik kesulitan dalam menyelesaikannya. Persentase peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir tinggi sebesar 28%, sedangkan peserta didik dengan kemampuan berpikir rendah sebesar 72%. Peserta didik juga masih kesulitan menjawab pertanyaan dari guru tentang konsep materi yang dipelajari dengan benar. Persentase peserta didik yang menjawab pertanyaan dengan benar 44%, sedangkan dengan jawaban yang salah sebesar 56%. Selain itu, kerjasama dalam kegiatan kelompok masih kurang hal ini terbukti ketika proses pembelajaran peserta didik yang berinteraksi antar kelompok sebesar 24%; berinteraksi dengan semua anggota kelompok sebesar 32%; berinteraksi dengan beberapa anggota kelompok 28%; dan berinteraksi dengan satu teman sebesar 16% (Lampiran 5). Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik memiliki keaktifan, rasa ingin tahu, dan percaya diri yang tinggi sehingga perlu didukung dengan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan peserta commit didik secara to user maksimal untuk mencari dan

7 digilib.uns.ac.id 134 menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, diharapkan dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. b) Guru Data hasil observasi PBM terhadap guru dilakukan untuk mengetahui karakteristik PBM yang dilakukan guru di kelas dan di laboratorium dengan cara melakukan pengamatan langsung. Aspek yang diamati meliputi: model pembelajaran yang biasanya digunakan, praktikum yang digunakan, cara penyampaian materi, intensitas penggunaan media, penilaian, dan alokasi waktu yang digunakan. Berdasarkan hasil observasi PBM yang dilakukan guru di kelas dan di laboratorium menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang biasanya digunakan guru masih bersifat konvensional, pembelajaran biologi masih didominasi oleh metode ceramah, diskusi, dan praktikum. Guru jarang menggunakan media dalam menyampaikan materi pembelajaran, cara penyampaian materi ke peserta didik masih bersifat teacher center learning, evaluasi yang dilakukan guru hanya sekedar mengukur aspek pengetahuan pada tingkatan mengingat, memahami, dan aplikasi, serta alokasi waktu yang digunakan guru sesuai dengan silabus dan kalender akademik. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa guru cenderung menjelaskan materi biologi hanya sebatas produk dan sedikit proses. 3) Data Hasil Angket Bahan Ajar Data studi lapangan selain menggunakan observasi juga menggunakan angket. Penggunaan angket digunakan untuk mengetahui gambaran bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi. Angket berisi komponen-komponen yang berkaitan dengan bahan ajar yang digunakan meliputi: materi, keterbacaan, penyajian,dan kelengkapan bahan penunjang. Angket diberikan kepada 25 peserta didik di kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil pemberian angket disajikan secara ringkas pada Tabel 4.3 (Lampiran 8).

8 digilib.uns.ac.id 135 Tabel 4.3. Data Hasil Angket Bahan Ajar No Aspek yang diukur Persentase (%) 1 Materi 53,6 2 Keterbacaan 54,9 3 Penyajian 49 4 Kelengkapan bahan penunjang 49,75 Berdasarkan Tabel 4.3, presentase rata-rata hasil angket bahan ajar yang diberikan pada peserta didik adalah: 1) 53,6% pada aspek materi ; 2) 54,9% pada aspek keterbacaan; 3) 49% pada aspek penyajian; dan 4) 45,75% pada aspek kelengkapan bahan penunjang. Berdasarkan hasil angket bahan ajar yang dilakukan pada peserta didik dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan aspek yang lainnya. 4) Data Hasil Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru dan peserta didik bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang PBM dan bahan ajar yang ada di sekolah. Data wawancara digunakan sebagai data pendukung dari data observasi dan data angket. a) Data Hasil Wawancara Guru Wawancara guru dilakukan secara lisan bertujuan untuk mengetahui karakteristik PBM yang dilakukan di kelas maupun di laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara, guru berpendapat bahwa keterlaksanaan proses pembelajaran biologi telah dilakukan namun belum sesuai dengan standar proses yang diharuskan. Pembelajaran biologi menggunakan metode ceramah dan minim dengan kerja laboratorium. Metode ceramah dilakukan karena materi pembelajaran biologi yang diajarkan di sekolah terlampau banyak dengan alokasi waktu yang terbatas, sehingga materi tidak tersampaikan seluruhnya Kegiatan praktikum di sekolah dilakukan melalui praktikum yang disertai diskusi dengan bimbingan guru sepenuhnya. Peserta didik melakukan praktikum sesuai petunjuk praktikum yang terdapat pada buku ajar. Guru mengatakan bahwa bahan yang digunakan dalam praktikum adalah bahan kehidupan sehari-hari, misalnya nasi, jeruk,

9 digilib.uns.ac.id 136 dan tempe namun bahan tersebut sebatas penggunaan bahan untuk kegiatan praktikum belum dimanfaatkan untuk menggali kemampuan peserta didik. Guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri, sehingga bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku Biologi penerbit Erlangga karangan Irnaningtyas (2013). Belum ada perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Wawancara guru juga dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar yang digunakan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, guru berpendapat bahwa: 1) Bahan ajar yang digunakan kelas XI hanya berupa buku Biologi penerbit Erlangga karangan Irnaningtyas (2013), belum ada modul biologi yang bersifat mandiri sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013; 2) Bahan ajar kurang menarik minat baca peserta didik untuk mempelajarinya karena penyajian gambar tidak berwarna; 3) Bahasa yang digunakan sulit dsainshami, dalam satu kalimat terdapat dua makna sehingga menimbulkan penafsiran ganda bagi pembacanya misalnya kata buku memiliki makna kitab atau ruas, bahasa yang digunakan berbelit-belit sehingga harus dibaca berulang-ulang untuk memahaminya,; 4) Bahan ajar berisi kumpulan materi berupa konsep yang dipelajari, soal yang terdapat pada buku ajar mudah dikerjakan karena jawaban soal sudah terdapat pada buku ajar; dan 5) Bahan ajar sudah dilengkapi dengan glosarium namun kurang rinci sehingga peserta didik masih kesulitan dalam memahami kalimat karena harus mencari makna istilah terlebih dahulu. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diperoleh kesimpulan, yaitu: 1) Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi; 2) Guru mengharapkan perlunya bahan ajar yang bersifat mandiri sehingga mendorong peserta didik menemukan konsep-konsep materi melalui penemuan/penyelidikan; dan 3) Guru menganjurkan untuk membuat produk pengembangan berupa modul pembelajaran yang berbeda di pasaran.

10 digilib.uns.ac.id 137 b) Data Hasil Wawancara Peserta Didik Wawancara dilakukan secara tertulis kepada 25 peserta didik kelas XI untuk mengetahui karakter peserta didik ketika PBM di kelas maupun di laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara peserta didik berpendapat bahwa: 1) 85% peserta didik mengatakan guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah; 2) 72% menggunakan metode diskusi; dan 3) 52% menggunakan metode praktikum. Metode ceramah menyebabkan sebagian besar peserta didik merasa bosan yang mengakibatkan sebesar 72%, peserta didik merasa mengantuk 64%, dan tidak bersemangat 50%. Sebanyak 36% peserta didik mengatakan praktikum yang biasanya dilakukan di sekolah adalah praktikum dan diskusi. Sebanyak 64% peserta didik menginginkan pembelajaran biologi dengan melakukan praktikum yang lebih menantang. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh rasa ingin tahu yang tinggi sebesar 50% dan kepercayaan diri yang tinggi sebesar 68%. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik dapat diperoleh kesimpulan bahwa peserta didik memiliki karakter rasa ingin tahu dan kepercayaan diri yang tinggi namun praktikumnya tidak menantang. Wawancara peserta didik juga dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar yang digunakan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, peserta didik berpendapat bahwa: 1) Banyak istilah asing pada buku ajar sehingga harus mengartikannya dahulu supaya bisa memahaminya. Terdapat kalimat yang mengandung makna ganda misalnya, kucing makan tikus mati kalimat tersebut memiliki dua makna yaitu kucing memakan tikus yang mati atau kucing memakan tikus yang masih hidup lalu tikus itu mati; 2) Buku ajar memuat materi yang terlalu banyak, soal latihan jawabannya sudah ada pada materi, dan terdapat lembar kerja praktikum yang digunakan sebagai panduan untuk melakukan praktikum dengan bimbingan dari guru sepenuhnya; 3) Buku ajar kurang menarik karena gambar belum berwarna dan jumlah gambar belum commit sesuai to dengan user materi yang dipelajari; dan

11 digilib.uns.ac.id 138 4) Bahan ajar perlu dilengkapi dengan daftar istilah yang lebih rinci supaya mudah mempelajari istilah asing biologi dalam bahan ajar. Berdasarkan wawancara tersebut, peserta didik menginginkan bahan ajar yang dapat digunakan di rumah tanpa bimbingan guru dilengkapi dengan kegiatan praktikum serta gambar yang berwarna (Lampiran 13). 5) Data Hasil Tes Kemampuan Awal Literasi Sains Tes kemampuan awal literasi sains dilakukan pada 25 peserta didik kelas XI MIA 1 SMAN 8 Surakarta. Tes kemampuan awal literasi sains dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan awal literasi sains sebagai dasar penyusunan modul ajar. Tes kemampuan awal literasi sains diadopsi dari PISA 2006 berisi 76 soal dalam bentuk pilihan ganda dan essay. Hasil tes literasi disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2. Tabel 4.4. Data Hasil Tes Kemampuan Awal Literasi Sains No Dimensi Jumlah soal Skor Maksimal Skor Capaian Persentase (%) 1 Konten 17 20,93 9,73 15,50 2 Proses ,68 58,16 17,84 3 Konteks 7 11,48 5,74 16,68 Jumlah ,075 73,632 50,02 Persentase (%) y 15,5 17,84 Konten Proses Konteks Dimensi Literasi Sains 16,68 Gambar 4.2. Histogram Persentase Data Hasil Tes Kemampuan Awal Literasi Sains Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2, persentase data hasil tes kemampuan awal literasi sains berturut-turut 15,50% dimensi konten, 17,84% dimensi proses, dan 16,68% dimensi konteks. Berdasarkan hasil x

12 digilib.uns.ac.id 139 tes kemampuan awal literasi sains dapat disimpulkan bahwa persentase dimensi literasi sains paling rendah adalah dimensi konten (Lampiran 1). 6) Data Hasil Analisis Bahan Ajar Studi lapangan juga dilakukan untuk menganalisis bahan ajar yang digunakan di sekolah sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan modul. Bahan ajar yang digunakan oleh guru dan peserta didik di SMA Negeri 8 Surakarta berupa buku Biologi SMA Kelas XI Kelompok Perminatan Matematika dan Pengetahuan Alam karangan Irnaningtyas penerbit Erlangga (2013). Analisis bahan ajar dilakukan dengan menggunakan lembar analisis bahan ajar. Analisis bahan ajar meliputi: aspek keterbacaan, aspek materi, aspek penyajian, aspek penilaian, dan aspek kelengkapan bahan penunjang. Berdasarkan hasil analisis bahan ajar dapat diperoleh: a) Aspek bahasa: bahasa sulit dipahami karena menggunakan bahasa yang berbelit-belit sehingga harus dibaca berulang-ulang untuk memahaminya. Terdapat kalimat yang bermakna ambigu, dalam satu kalimat terdapat dua makna sehingga menimbulkan penafsiran ganda bagi pembacanya misalnya kata buku memiliki makna kitab atau ruas; b) Aspek materi masih bersifat tekstual, berupa kumpulan-kumpulan materi tentang konsep-konsep yang dipelajari sehingga kurang mendukung peserta didik untuk menemukan konsep melalui penemuan (praktikum). Materi belum dilengkapi dengan kegiatan merancang praktikum, peserta didik menerima konsep dari guru (transfer of knowledge) mengakibatkan kegiatan praktikum kurang optimal sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik kurang terlatihkan. Materi belum lengkap karena isi buku ajar berupa materi dan soal-soal; c) Aspek penyajian: penyajian gambar belum berwarna sehingga kurang mendorong minat baca peserta didik untuk mempelajarinya. Jumlah gambar yang disajikan belum lengkap sesuai dengan materi yang dipelajari. Beberapa gambar tata letaknya kurang sesuai dengan penempatannya; 4) Aspek commit penilaian: to user soal-soal yang terdapat dalam bahan

13 digilib.uns.ac.id 140 ajar terbatas pada tingkatan mengingat, memahami dan aplikasi. Jawaban dalam soal sudah tercantum dalam materi; 5) Aspek kelengkapan bahan penunjang: bahan ajar sudah dilengkapi dengan glosarium namun kurang rinci sehingga peserta didik masih kesulitan dalam memahami kalimat karena harus mencari makna istilah terlebih dahulu (Lampiran 6). Analisis bahan ajar juga dilakukan dengan menggunakan indikator literasi sains dimensi konten sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan modul. Hasil analisis meliputi: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, aktivitas peserta didik, dan evaluasi. Data hasil analisis bahan ajar menggunakan indikator literasi sains dimensi konten disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3. Tabel 4.5. Data Hasil Analisis Bahan Ajar No Hal yang dianalisis Skor (%) 1 Tujuan pembelajaran 2,44 2 Materi pembelajaran 2,44 3 Aktivitas peserta didik 0,42 4 Evaluasi 3,66 Persentase 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 y 3,66 2,44 2,44 0,42 Tujuan Materi Aktivitas Evaluasi x Gambar 4.3. Histogram Data Hasil Analisis Bahan Ajar Data Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 menunjukkan presentase rata-rata aspek: 1) tujuan dan materi pembelajaran sebesar 2,44%; 2) aktivitas peserta didik sebesar 0,42%; dan 3) soal evaluasi sebesar 3,66% (Lampiran 9). Hasil analisis bahan ajar menggunakan indikator literasi sains dimensi konten dapat disimpulkan bahwa persentase paling rendah adalah aspek aktivitas peserta didik. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang meliputi, studi literatur dan studi lapangan dapat diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul

14 digilib.uns.ac.id 141 sains sebagai sarana pelatihan mandiri dapat digunakan dengan atau tanpa bantuan guru sehingga mendorong peserta didik menemukan konsep melalui penemuan/penyelidikan. 7) Data Hasil Pengukuran Penguasaan Indikator Inkuiri Pengukuran penguasaan indikator inkuiri dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 8 Surakarta sebanyak 5 kelas berupa 35 soal pilihan ganda untuk menentukan penguasaan inkuiri dan kelas guna menyesuaikan penyusunan modul dan model dengan memperhatikan karakter dan kemampuan awal peserta didik. Data hasil pengukuran penguasaan indikator inkuiri disajikan pada Tabel 4.6 (Lampiran 11). Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Penguasaan Indikator Inkuiri di SMA Negeri 8 Surakarta Tingkat Observasi Manipulasi Generalisasi Verifikasi Aplikasi Ratarata Rata rata 2 I II II IV V VI VII Keterangan: 1: Kelas XI MIA 1 2: Kelas XI MIA 3 2. Perencanaan Berdasarkan Tabel 4.6, hasil pengukuran penguasaan indikator inkuiri dapat disimpulkan bahwa kelas yang digunakan dalam penelitian adalah kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3 dengan persentase berturut turut 61,71% dan 60,46%. Perencanaan merupakan tahap penyiapan draft modul awal yang dilakukan setelah melakukan studi pendahuluan berupa studi literatur dan studi lapangan dengan mengidentifikasi materi pokok pembelajaran dan tujuan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh gambaran yang akan dimasukkan ke dalam modul. Tahapan perencanaan meliputi: a. Menentukan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang dikembangkan disesuaikan dengan hakikat sains dalam pembelajaran biologi yang meliputi aspek proses, produk, dan

15 digilib.uns.ac.id 142 sikap serta disesuaikan dengan tujuan dalam Kurikulum Modul yang dikembangkan berupa modul sains berbasis GIL untuk meningkatkan literasi sains dimensi konten maka tujuan pembelajaran indikator dimensi konten mengacu pada pengetahuan KD 3.7 yaitu, aspek proses, produk, dan sikap. b. Menentukan Subpokok Bahasan Materi Subpokok bahasan pada materi Sistem Pencernaan ditentukan dengan menguraikan komponen materi pokok dalam KD 3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dan mengaitkannya dengan nutrisi dan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses pencernan serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada pencernaan manusia melalui studi literatur, pengamatan, praktikum dan simulasi. Berdasarkan KD tersebut pembahasan lebih diperinci dalam 3 bab dalam modul, yaitu: kandungan zat makanan, sistem pencernaan manusia, dan sistem pencernaan ruminansia. Subpokok bahasan pada bab kandungan zat makanan, meliputi: a) rancangan praktikum uji zat makanan; b) kandungan zat makanan; c) contoh bahan makanan sebagai sumber zat-zat makanan; d) hubungan zat makanan pada bahan makanan dengan fungsi tubuh; e) kandungan zat aditif pada makanan; f) dampak kelebihan dan kekurangan zat makanan bagi tubuh; g) cara perhitungan angka metabolisme basal; h) cara perhitungan total energi yang diperlukan tubuh; i) cara perhitungan penentuan berat badan ideal; j) cara perhitungan indeks massa tubuh; k) menu makanan seimbang; l) menyusun menu makanan seimbang; m) pola menu makan seimbang. Subpokok bahasan pada bab sistem pencernaan manusia, meliputi: a) rancangan praktikum sistem pencernaan manusia; b) organ-organ percernaan manusia; c) struktur organ pencernaan manusia; d) fungsi organ pencernaan manusia; e) mekanisme pencernaan manusia; f) kelainan/penyakit sistem pencernaan; g) teknologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan manusia. Subpokok bahasan pada bab sistem pencernaan ruminansia, meliputi: a) rancangan praktikum sistem pencernaan ruminansia; b) organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; c) struktur organ penyusun commit sistem pencernaan to user ruminansia; d) fungsi organ

16 digilib.uns.ac.id 143 penyusun sistem pencernaan ruminansia; e) mekanisme proses pencernaan ruminansia; dan f) perbedaan organ pencernaan makanan pada manusia dan ruminansia. Berdasarkan indikator pada KD 3.7, karakteristik materi sistem pencernaan bersifat kontekstual, sehingga proses penemuan konsep melalui pertanyaan dengan melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah sesuai dengan materi. c. Menyusun Analisis Bahan Ajar Penyusunan analisis bahan ajar disusun dengan memasukkan tahapan dalam sintaks pembelajaran GIL meliputi: 1) observasi; 2) manipulasi; 3) generalisasi; 4) verifikasi; dan 5) aplikasi (Wenning, 2011). Setiap tahapan sintaks GIL memuat 22 indikator literasi sains dimensi konten yang dijumpai pada materi ajar Sistem Pencernaan. Indikator literasi sains dimensi konten yang digunakan: 1) rancangan praktikum sistem pencernaan; 2) kandungan zat makanan; 3) contoh bahan makanan sebagai sumber zat-zat makanan; 4) hubungan zat makanan pada bahan makanan dengan fungsi tubuh; 5) kandungan zat aditif pada makanan; 6) dampak kelebihan dan kekurangan zat makanan bagi tubuh; 7) cara perhitungan angka metabolisme basal; 8) cara perhitungan total energi yang diperlukan tubuh; 9) cara perhitungan penentuan berat badan ideal; 10) cara perhitungan indeks massa tubuh; 11) menyusun menu makanan seimbang; 12) pola menu makan seimbang; 12) organ-organ percernaan manusia; 13) struktur organ pencernaan manusia; 14) fungsi organ pencernaan manusia; 15) mekanisme pencernaan manusia; 16) kelainan/penyakit sistem pencernaan; 17) teknologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan manusia; 18) organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; 19) struktur organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; 20) fungsi organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; 21) mekanisme proses pencernaan ruminansia; dan 22) perbedaan organ pencernaan makanan pada manusia dan ruminansia. Tahapan sintaks GIL yang menggunakan indikator literasi sains dimensi konten digunakan dalam materi ajar. Indikator literasi sains dimensi konten yang dijabarkan tidak semua digunakan, karena commit beberapa to user indikator literasi sains mempunyai

17 digilib.uns.ac.id 144 maksud dan tujuan yang sama. Tahapan sintaks GIL yang menggunakan indikator literasi sains dimensi konten, divisualisasikan ke dalam indikatorindikator pembelajaran dalam bentuk tujuan, materi, kegiatan dan soal evaluasi pada materi sistem pencernaan dalam modul sains berbasis GIL. d. Menentukan Formasi dan Visualisasi Isi Modul Modul yang dikembangkan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian penutup. Bagian awal modul terdiri atas: 1) halaman sampul ; 2) halaman judul; 3) halaman francis; 4) kata pengantar; 5) daftar isi; 6) daftar gambar; 7) daftar tabel; 8) pendahuluan; 9) peta kedudukan modul; 10) glosarium; 11) petunjuk penggunaan modul; dan 12) kompetensi inti. Bagian inti terdiri atas 3 bab, yaitu: kandungan zat makanan, sistem pencernaan manusia, dan sistem pencernaan ruminansia. Masing-masing bab berisi tentang: 1) kompetensi dasar dan indikator; 2) alur kegiatan; 3) lembar kerja peserta didik, meliputi: a) tahap observasi berisi gambar dan wacana yang mengarahkan peserta didik untuk mengidentifikasi masalah, rumusan masalah, hipotesis, dan rancangan praktikum; b) tahap manipulasi mengarahkan peserta didik untuk melakukan praktikum berdasarkan hasil rancangan praktikum yang dibuat; c) tahap generalisasi mengarahkan peserta didik untuk melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum kemudian peserta didik diminta untuk menganalisis/interpretasi data dari kegiatan penyelidikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja peserta didik; d) tahap verifikasi mengarahkan peserta didik mempresentasikan hasil temuan agar kelompok lain tertarik temuannya dan mampu menarik kesimpulan yang sama; dan e) tahap aplikasi mengarahkan peserta didik untuk mengerjakan soal-soal aplikasi dari konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan; 4) info sains; 5) ringkasan; 6) wawasan sains; 7) evaluasi; 8) latihan soal; 9) evaluasi diri; 10) refleksi diri; 11) tugas individu mapun kelompok. Bagian akhir terdiri atas: kunci jawaban dan daftar pustaka.

18 digilib.uns.ac.id 145 e. Menentukan Format Perangkat Pembelajaran untuk Implementasi Modul Implementasi modul yang dikembangkan mengacu pada silabus dan RPP yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013 disesuaikan dengan Kurikulum yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Surakarta. Kemudian dilakukan pengembangan produk bahan ajar berupa modul sains berbasis GIL untuk meningkatkan literasi sains dimensi konten. f. Menentukan Produk Terkait Pengembangan Modul Prosedur terkait pengembangan modul yang direncanakan meliputi: penentuan subjek penelitian, data yang diperlukan dan teknik pengambilan data mulai dari tahap pengembangan draft produk, validasi, uji coba produk sampai tahap diseminasi. 3. Pengembangan Produk Awal Pengembangan produk awal dilakukan dengan berpedoman pada perencanaan tujuan, sub pokok bahasan, format, dan visualisasi modul, format perangkat pembelajaran dan prosedur terkait pengembangan modul. Produk awal modul berbasis GIL berdasarkan kisi-kisi indikator pada RPP dengan desain sebagai berikut: a. Halaman Sampul Halaman sampul terdiri atas halaman sampul depan dan halaman sampul belakang. Halaman sampul depan meliputi: judul modul yaitu Modul Sistem Pencernaan, sasaran pengguna modul yaitu untuk SMA/MA Kelas XI IPA Semester Genap, nama penulis modul yaitu Ita Widya Yanti, dan gambar ilustrasi terkait isi modul. Halaman belakang sampul berisi sinopsis modul, biografi penulis, nama pembuat modul, tulisan lembaga seperti Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Universitas Sebelas Maret serta tahun penyusunan modul. Visualisasi halaman sampul disajikan pada Gambar 4.4.

19 digilib.uns.ac.id 146 Gambar 4.4. Halaman Sampul Gambar 4.4 menunjukkan halaman sampul modul. Tampilannya dibuat menarik dengan judul yang dibuat besar, tebal, dan berwarna yang dilengkapi dengan sasaran pengguna modul. Gambar ilustrasi yang digunakan merupakan gambar yang nyata mencerminkan isi dari materi pada modul. b. Halaman Judul Halaman judul merupakan halaman setelah sampul, halaman ini memuat: 1) judul yaitu Modul Berbasis Guided Inquiry Laboratory Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dimensi Konten; 2) materi modul yaitu Sistem Pencernaan; 3) sasaran pengguna modul yaitu SMA/MA Kelas XI ISemester Genap; 4) logo/lambang Universitas Sebelas Maret; 5) tulisan lembaga seperti Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Universitas Sebelas Maret. Halaman judul hampir sama dengan halaman sampul namun dengan tampilan yang berbeda, halaman judul merupakan bagian dari syarat penyajian dari produk modul. Halaman judul berfungsi sebagai halaman yang mempertegas judul modul. Halaman judul atau sering disebut halaman sampul dalam. Visualisasi halaman sampul disajikan pada Gambar 4.5.

20 digilib.uns.ac.id 147 Gambar 4.5. Halaman Judul c. Halaman Francis Halaman francis merupakan halaman dalam yang memuat: 1) judul yaitu Modul Berbasis Guided Inquiry Laboratory Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dimensi Konten; 2) materi modul yaitu Sistem Pencernaan; 3) sasaran pengguna modul yaitu SMA/MA Kelas XI Semester Genap; 4) logo/lambang Universitas Sebelas Maret; 5) tulisan lembaga seperti Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Universitas Sebelas Maret; 6) nama penulis yaitu Ita Widya Yanti; 7) konsultan ahli yang merupakan pembimbing I dan II; 8) validator yang terdiri atas ahli materi, ahli penyajian, dan ahli bahasa. Visualisasi halaman francis disajikan pada Gambar 4.6.

21 digilib.uns.ac.id 148 Gambar 4.6. Halaman Francis d. Kata Pengantar Kata pengantar memuat garis besar isi modul sains yang diwarnai basis modul yaitu GIL. Modul sains berbasis GIL merupakan modul sains yang dikembangkan berdasarkan sintaks GIL. Modul sains ini memuat kebutuhan peserta didik dalam mempelajari objek kajian biologi serta informasi tentang peran modul berbasis GIL pada materi Sistem Pencernaan dalam memfasilitasi kebutuhan peserta didik dalam mempelajari biologi dengan berbagai kelebihan yang dimiliki modul. Visualisasi kata pengantar disajikan pada Gambar 4.7.

22 digilib.uns.ac.id 149 Gambar 4.7. Kata Pengantar e. Daftar Isi Daftar isi memuat setiap bagian modul sains yang ditunjukkan dengan nomor halaman untuk memudahkan pengguna modul dalam mencari pokok bahasan modul yang diinginkan. Visualisasi daftar isi disajikan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Daftar Isi f. Daftar Gambar Daftar gambar memuat letak setiap bagian modul sains yang ditunjukkan dengan nomor commit halaman to user untuk memudahkan pengguna modul

23 digilib.uns.ac.id 150 dalam mencari gambar pada modul yang diinginkan. Visualisasi daftar gambar disajikan pada Gambar 4.9. Gambar 4.9. Daftar Gambar g. Daftar Tabel Daftar tabel memuat letak setiap bagian modul sains yang ditunjukkan dengan nomor halaman untuk memudahkan pengguna modul dalam mencari tabel pada modul yang diinginkan. Visualisasi daftar tabel disajikan pada Gambar Gambar Daftar Tabel

24 digilib.uns.ac.id 151 h. Pendahuluan Pendahuluan modul sains memuat gambaran isi modul yang disajikan dalam bentuk cuplikan bagian modul serta keterangannya. Pendahuluan modul berisi: 1) kompetensi inti; 2) gambar dan ilustrasi; 3) kompetensi dasar dan indikator; 4) alur kegiatan; 5) lembar kerja peserta didik; 6) tahap observasi; 7) tahap manipulasi; 8) tahap generalisasi; 9) tahap verfikasi; 10) tahap aplikasi, 11) info sains; 12) wawasan sains; 13) materi sains; 14) ringkasan; 15) evaluasi dan latihan soal; 16) evaluasi diri; 17) refleksi diri; 18) tugas kelompok dan individu.visualisasi pendahuluan disajikan pada Gambar Gambar Pendahuluan i. Peta Kedudukan Modul Peta kedudukan modul menunjukkan posisi/letak modul dalam pembelajaran. Modul sains dirancang pada materi Sistem Pencernaan untuk peserta didik SMA/MA kelas XI IPA Semester Genap. Visualisasi peta kedudukan modul disajikan pada Gambar 4.12.

25 digilib.uns.ac.id 152 j. Glosarium Gambar Peta Kedudukan Modul Glosarium merupakan bagian dari modul yang memuat istilah penting disertai penjelasannya agar memudahkan pengguna modul dalam memahami isi modul. Visualisasi glosarium disajikan pada Gambar Gambar Glosarium k. Petunjuk Penggunaan Modul Petunjuk penggunaan modul sains berbasis GIL memuat langkahlangkah dalam menggunakan modul tata cara yang dilakukan selama modul digunakan serta aturan-aturan yang harus dilakukan oleh pengguna

26 digilib.uns.ac.id 153 agar modul tersebut dapat berfungsi secara optimal. Visualisasi petunjuk penggunaan modul disajikan pada Gambar l. KI Gambar Petunjuk Penggunaan Modul KI pada modul menunjukkan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran menggunakan modul sains berbasis GIL. Peserta didik akan lebih mudah mengetahui cakupan apa saja yang harus dicapai. Visualisasi kompetensi inti disajikan pada Gambar Gambar KI

27 digilib.uns.ac.id 154 m. Pembahasan Sub Pokok Bahasan Sub pokok bahasan yang dibahas adalah materi Sistem Pencernaan yang memuat komponen sebagai berikut: 1) KD dan Indikator Pembelajaran KD yang dipelajari adalah 3.7. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dan mengaitkannya dengan nutrisi dan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses pencernan serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada pencernaan manusia melalui studi literatur, pengamatan, praktikum dan simulasi. Indikator yang termuat merupakan hasil rincian dari kompetensi dasar. Indikator juga akan membantu peserta didik untuk mengetahui apa saja yang harus dicapai saat mempelajari materi selama penggunaan modul. KI dan KD materi Sistem Pencernaan dapat dibuat dalam beberapa indikator, meliputi: a) rancangan praktikum sistem pencernaan; b) kandungan zat makanan; c) contoh bahan makanan sebagai sumber zat-zat makanan; d) hubungan zat makanan pada bahan makanan dengan fungsi tubuh; e) kandungan zat aditif pada makanan; f) dampak kelebihan dan kekurangan zat makanan bagi tubuh; g) cara perhitungan angka metabolisme basal; h) cara perhitungan total energi yang diperlukan tubuh; i) cara perhitungan penentuan berat badan ideal; j) cara perhitungan indeks massa tubuh; k) menu makanan seimbang; l) menyusun menu makanan seimbang; m) pola menu makan seimbang; n) organ-organ percernaan manusia; o) struktur organ pencernaan manusia; p) fungsi organ pencernaan manusia; q) mekanisme pencernaan manusia; r) kelainan/penyakit sistem pencernaan; s) teknologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan manusia; t) organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; u)struktur organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; v) fungsi organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; w) mekanisme proses pencernaan ruminansia; dan x) perbedaan organ pencernaan

28 digilib.uns.ac.id 155 makanan pada manusia dan ruminansia Visualisasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran disajikan pada Gambar Gambar KD dan Indikator 2) Alur Kegiatan Alur kegiatan merupakan sarana yang menunjang isi modul agar peserta didik mengetahui tahapan apa saja yang akan dilakukan sebelum memulai masuk ke dalam materi. Alur kegiatan akan mempermudah peserta didik untuk melihat pola dalam mengerjakan modul. Visualisasi alur kegiatan disajikan pada Gambar Gambar Alur Kegiatan

29 digilib.uns.ac.id 156 3) LKP Modul sains berisi LKP dapat mengakomodir peserta didik untuk melakukan kegiatan sesuai dengan tahapan yang sudah ada pada modul secara mandiri. Salah satu faktor untuk mengoptimalkan tercapainya hasil belajar adalah keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan atau aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah LKP. LKP merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik belajar secara terarah. a) Tahap Observasi Tahap observasi merupakan tahap dari GIL. Tahap ini memuat permasalahan atau fenomena yang disajikan guru yang dikemas dalam bentuk wacana dan gambar. Berdasarkan wacana dan gambar peserta didik diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis. Berdasarkan rumusan masalah dan rumusan hipotesis yang dibuat peserta didik tersebut maka dibuat rancangan praktikum, meliputi: tujuan praktikum; alat dan bahan praktikum; dan cara kerja praktikum.visualisasi tahap observasi disajikan pada Gambar Gambar commit to user Tahap Observasi

30 digilib.uns.ac.id 157 b) Tahap Manipulasi Tahap manipulasi merupakan tahap dari GIL, setelah peserta didik merencanakan suatu praktikum maka pada tahap ini praktikum mulai dilakukan sebagai jalan atau proses dalam menemukan konsep pemecahan masalah. Visualisasi tahap manipulasi disajikan pada Gambar Gambar Tahap Manipulasi c) Tahap Generalisasi Tahap generalisasi merupakan tahap dari GIL. Peserta didik melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum, kemudian peserta didik diminta untuk menganalisis/interpretasi data dari kegiatan penyelidikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada Lembar Kerja Peserta didik. Pada tahap ini peserta didik menganalisis kesesuaian antara permasalahan yang ditemukan dengan kegiatan penyelidikan ilmiah yang dilakukan dengan diskusi kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik diminta mengkomunikasikan data hasil praktikum dalam bentuk tabel. Visualisasi tahap generalisasi disajikan pada Gambar 4.20.

31 digilib.uns.ac.id 158 Gambar Tahap Generalisasi d) Tahap Verifikasi Pada tahap verifikasi peserta didik mempresentasikan hasil temuan agar kelompok lain tertarik temuannya dan mampu menarik kesimpulan yang sama. Jika ada perbedaan data dianalisis hingga paham bahwa mungkin.visualisasi tahap verifikasi disajikan pada Gambar Gambar Tahap Verifikasi

32 digilib.uns.ac.id 159 e) Tahap Aplikasi Tahap aplikasi merupakan tahap akhir dari GIL. Tahap ini peserta didik diminta untuk mengerjakan soal-soal aplikasi dari konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan. Visualisasi tahap aplikasi disajikan pada Gambar Gambar Tahap Aplikasi f) Info Sains Info sains merupakan bagian terakhir setelah pembelajaran inti karena info sains memuat materi pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan yang sedang dipelajari. Info sains berguna sebagai suplemen tambahan bagi peserta didik setelah mengkonstruk pengetahuannya. Visualisasi info sains disajikan pada Gambar 4.23.

33 digilib.uns.ac.id 160 Gambar Info Sains g) Ringkasan Ringkasan merupakan bagian dari modul yang berisi ringkasan materi yang terdapat pada info sains. Ringkasan akan lebih mempermudah mempelajari inti dari materi. ringkasan disajikan pada Gambar h) Wawasan Sains Gambar Ringkasan Wawasan sains pada modul memuat tentang pengetahuan yang berkaitan dengan sains commit baik to penemuan user maupun penelitian yang erat

34 digilib.uns.ac.id 161 kaitannya dengan materi yang sedang dipelajari. Visualisasi wawasan sains disajikan pada Gambar Gambar Wawasan Sains i) Evaluasi Evaluasi pada modul berisi latihan soal yang berfungsi untuk menguji kompetensi peserta didik, tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi. Evaluasi terdapat diakhir pada setiap pertemuan. Visualisasi evaluasi disajikan pada Gambar Gambar Evaluasi

35 digilib.uns.ac.id 162 j) Latihan Soal Latihan soal yang berfungsi untuk menguji tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi. Latihan soal terdapat di akhir pada setiap satu sintaks pembelajaran. Visualisasi latihan soal disajikan pada Gambar Gambar Latihan Soal k) Evaluasi Diri Evaluasi diri pada modul berisi petunjuk nilai sehingga dapat menilai diri sendiri, seberapa menguasai materi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh masing-masing peserta didik.visualisasi evaluasi diri disajikan pada Gambar 4.28.

36 digilib.uns.ac.id 163 Gambar Evaluasi Diri l) Refleksi Diri Refleksi diri merupakan tahapan peserta didik akan mengukur diri-sendiri melalui nilai yang telah diperoleh pada tahap evaluasi, jika nilai melebihi ambang batas tuntas maka peserta didik dapat melanjutkan mempelajari bab selanjutnya, namun jika nilai masih di bawah batas ketuntasan peserta didik diharap untuk mengulangi lagi hingga nilai peserta didik mencapai kriteria ketuntasan. Visualisasi refleksi diri disajikan pada Gambar Gambar Refleksi Diri

37 digilib.uns.ac.id 164 m) Tugas Individu dan Kelompok Tugas individu maupun kelompok berisi tugas yang dibebankan kepada peserta didik seperti menyiapkan referensi untuk pembelajaran selanjutnya maupun pembuatan laporan dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Visualisasi tugas individu dan kelompok disajikan pada Gambar n. Kunci Jawaban Gambar Tugas Individu dan Kelompok Kunci jawaban terdapat pada bagian belakang modul, kunci jawaban yang dicantumkan hanya sebatas sebagian dari soal-soal evaluasi. Modul merupakan bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri sehingga dibutuhkan adanya kunci jawaban. Visualisasi kunci jawaban disajikan pada Gambar 4.31.

38 digilib.uns.ac.id 165 Gambar Kunci Jawaban o. Daftar Pustaka Daftar pustaka merupakan bagian dari modul yang memuat semua referensi yang ada pada modul mencangkup acuan pengembangan modul dari materi gambar yang terdapat dalam modul. Daftar pustaka menjadi daftar acuan rujukan dari segala sesuatu yang ada pada modul. Visualisasi daftar pustaka disajikan pada Gambar Gambar Daftar Pustaka

39 digilib.uns.ac.id Uji Coba Lapangan Utama Uji coba lapangan utama berupa validasi instrumen pembelajaran dan modul yang dilakukan oleh validasi ahli, praktisi dan peserta didik. Validasi pertama dilakukan oleh validasi ahli diantaranya validasi instrumen pembelajaran dan validasi ahli pengembang modul meliputi: a) ahli instrumen pembelajaran yaitu: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd.; b) ahli materi yaitu: Dewi Puspita Sari, S.Pd., M.Sc.; c) ahli desain yaitu: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.; d) ahli bahasa/keterbacaan yaitu: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. Validasi praktisi dengan guru biologi kelas XI SMAN 8 Surakarta yaitu: Tri Sukrorini, S.Pd., M.Si. dan guru biologi kelas XI SMAN 7 Surakarta yaitu Tutik Endrawati, M.Pd. untuk menilai produk pengembangan modul yang telah dibuat. Data hasil validasi ahli instrumen pembelajaran disajikan pada Tabel 4.7 dan Gambar Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran No Aspek Rata-rata Kategori (%) 1 Perumusan tujuan pembelajaran 83,33 Baik 2 Pemilihan dan pengorganisasian materi 75,00 Baik 3 Pemilihan sumber belajar dan media ajar 93,75 Baik 4 Model dan metode pembelajaran 81,25 Baik 5 Penilaian hasil belajar 91,67 Baik Rata-rata 85,00 Baik Persentase (%) y 83, ,75 81,25 91,67 Perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan dan pengorganisasian materi Pemilihan sumber belajar dan media ajar Model dan metode pembelajaran Penilaian hasil belajar 0 x Aspek Gambar Histogram Persentase Data Hasil Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.33 menunjukkan bahwa persentase data hasil validasi instrumen pembelajaran sudah baik dan layak digunakan dalam penelitian sebagai acuan dalam mengembangkan produk bahan ajar

40 digilib.uns.ac.id 167 berupa modul (Lampiran 17). Setelah produk pengembangan bahan ajar berupa modul jadi proses selanjutnya dilanjutkan validasi modul dengan aspek keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh ahli serta penilaian modul oleh praktisi. Data hasil validasi aspek keterbacaan oleh ahli disajikan pada Tabel 4.8 dan Gambar Tabel 4.8 Data Hasil Validasi Ahli Keterbacaan Modul No Aspek Rata-rata (%) Katergori 1 Bahasa Indonesia yang baik dan benar 100 Sangat Baik 2 Peristilahan 100 Sangat Baik 3 Kejelasan bahasa 100 Sangat Baik 4 Kesesuaian bahasa 100 Sangat Baik Rata-rata 100 Sangat Baik Persentase (%) y 0 x Aspek Gambar Histogram Persentase Data Hasil Validasi Ahli Keterbacaan Modul Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.34 menunjukkan bahwa persentase data hasil ahli keterbacaan sangat baik, dapat diketahui dari nilai aspek persentase penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebesar 100%, aspek peristilahan sebesar 100%, aspek kejelasan bahasa sebesar 100%, dan aspek kesesuaian bahasa sebesar 100%. Berdasarkan hasil validasi ahli keterbacaan dapat disimpulkan bahwa modul termasuk kategori yang sangat baik (Lampiran 18) Bahasa Indonesia yang baik dan benar Peristilahan Kejelasan bahasa Kesesuaian bahasa

41 digilib.uns.ac.id 168 Gambar Data hasil validasi aspek materi oleh ahli disajikan pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.9 Data Hasil Validasi Ahli Materi Modul No Aspek Rata-rata (%) Kategori 1 Kelengkapan materi 100 Sangat Baik 2 Keakuratan materi 75 Baik 3 Kegiatan yang mendukung pembelajaran 100 Sangat Baik 4 Kemutakhiran materi 100 Sangat Baik 5 Materi dapat meningkatkan kompetensi sains 93,75 Baik peserta didik 6 Materi mengikuti sistematika keilmuwan 87,5 Baik 7 Materi mengembangkan keterampilan dan 87,5 Baik kemampuan berpikir Rata-rata 92 Baik Persentase (%) y Aspek x Gambar Histogram Persentase Data Hasil Validasi Ahli Materi Modul Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.35 menunjukkan bahwa nilai validasi ahli materi dalam modul terdiri atas aspek kelengkapan materi sebesar 100%, aspek keakuratan materi sebesar 75%, aspek kegiatan yang mendukung pembelajaran sebesar 100%, aspek kemutakhiran materi sebesar 100%, aspek materi yang dapat meningkatkan kompetensi sains peserta didik sebesar 93,75%, aspek materi mengikuti sistematika keilmuwan sebesar 87,5%, dan aspek materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir sebesar 87,5% (Lampiran 19) ,75 87,5 87,5 Kelengkapan materi Keakuratan materi Kegiatan yang mendukung pembelajaran Kemutakhiran materi Materi dapat meningkatkan kompetensi sains peserta didik Materi mengikuti sistematika keilmuwan Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir

42 digilib.uns.ac.id 169 Data hasil validasi aspek penyajian oleh ahli disajikan pada Tabel 4.10 dan Gambar Tabel Data Hasil Validasi Ahli Penyajian Modul No Aspek Rata-rata (%) Kategori 1 Organisasi penyajian umum 100 Sangat Baik 2 Penyajian pertimbangan kebermaknaan dan 100 Sangat Baik kebermanfaatan 3 Melibatkan peserta didik secara aktif 100 Sangat Baik 4 Tampilan umum 100 Sangat Baik 5 Variasi dan cara penyampaian informasi 100 Sangat Baik 6 Anatomi buku pelajaran 100 Sangat Baik 7 Memperhatikan kode etik dan hak cipta 100 Sangat Baik Rata-rata 100 Sangat Baik Persentase (%) 120 y Organisasi penyajian umum Penyajian pertimbangan kebermaknaan dan kebermanfaatan Melibatkan peserta didik secara aktif Tampilan umum Variasi dan cara penyampaian informasi Anatomi buku pelajaran Memperhatikan kode etik dan hak cipta Aspek x Gambar Histogram Persentase Data Hasil Validasi Ahli Penyajian Modul Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 4.36 menunjukkan bahwa rata-rata nilai persentase dari validator masing-masing aspek yaitu, aspek organisasian penyajian umum sebesar 100%, aspek penyajian pertimbangan kebermaknaan dan kebermanfaatan sebesar 100%, aspek melibatkan peserta didik secara selektif sebesar 100%, aspek tampilan umum sebesar 100%, dan aspek variasi dan cara penyampaian informasi sebesar 100%, aspek anatomi buku pelajaran sebesar 100%, dan aspek memperhatikan kode etik dan hak cipta sebesar 100%. Berdasarkan keseluruhan aspek tersebut hasil analisis validasi ahli penyajian modul termasuk dalam kategori sangat baik (Lampiran 20).

43 digilib.uns.ac.id 170 Data hasil validasi modul oleh praktisi disajikan pada Tabel 4.11 dan Gambar Tabel Data Hasil Validasi Modul oleh Praktisi No Aspek Rata-rata (%) Kategori 1 Isi modul 100 Sangat Baik 2 Materi 100 Sangat Baik 3 Evaluasi 100 Sangat Baik 4 Penyajian 100 Sangat Baik 5 Bahasa/keterbacaan 100 Sangat Baik 6 Tampilan modul 100 Sangat Baik Rata-rata 100 Sangat Baik Persentase (%) 120 y Isi modul 100 Materi 80 Evaluasi 60 Penyajian 40 Bahasa/keterbacaan 20 Tampilan modul 0 Aspek x Gambar Histogram Persentase Data Hasil Penilaian Modul Oleh Praktisi Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.37 menunjukkan bahwa rata-rata nilai persentase dari validator masing-masing aspek yaitu, aspek isi modul sebesar 100%, aspek materi sebesar 100%, aspek evaluasi sebesar 100%, aspek penyajian sebesar 100%, dan aspek bahasa/keterbacaan sebesar 100%, dan aspek tampilan modul sebesar 100%. Persentase penilaian modul oleh praktisi pendidikan menunjukkan bahwa isi, materi, evaluasi, penyajian, bahasa/keterbacaan, dan tampilan modul termasuk dalam kategori sangat baik (Lampiran 21). Uji lapangan permulaan juga dilakukan kepada pengguna modul/kelompok kecil yaitu, peserta didik kelas XII MIA sebanyak 10 orang untuk memperoleh evaluasi dari pengguna lapangan. Data diperoleh dari angket dan wawancara yang disebarkan kepada peserta didik sebelumnya peserta didik mempelajari isi dari modul. Hasil penilaian mencangkup isi

44 digilib.uns.ac.id 171 modul, materi, evaluasi, penyajian, bahasa/keterbacaan, dan tampilan modul dapat disajikan pada Tabel 4.12 dan Gambar Tabel Data Hasil Penilaian Modul Kelompok Kecil No Aspek Rata-rata Rata-rata (%) Kategori 1 Materi 3,49 87,14 Baik 2 Penyajian 3,45 86,25 Baik 3 Keterbacaan 3,55 88,75 Baik Rata-rata 3,50 87,38 Baik Persentase(%) 89 y 88,75 88,5 Materi 88 87,14 87, ,25 Penyajian 86,5 86 Keterbacaan 85,5 85 Aspek x Gambar Histogram Persentase Data Hasil Penilaian Modul Kelompok Kecil Berdasarkan Tabel 4.12 dan Gambar 4.38 diperoleh persentase dari masing-masing aspek mulai dari aspek materi sebesar 87,14%, aspek penyajian sebesar 86,26%, dan aspek keterbacaan sebesar 88,75%. Berdasarkan hasil angket penilaian modul uji lapangan permulaan dapat disimpulkan bahwa aspek materi, penyajian, dan keterbacaan modul berkualifikasi baik/relevan. Berdasarkan hasil wawancara secara lisan, peserta didik berpendapat bahwa: 1) sudah pernah menggunakan modul namun modul yang digunakan berisi materi dan latihan soal; 2) langkah-langkah dalam modul sudah cukup jelas dan detail sehingga mudah untuk dipelajari dan dilakukan; 3) keseluruhan isi dari materi modul mudah untuk dipahami; 4) materi dilengkapi dengan info sains, ringkasan, dan wawasan sains yang sangat membantu menambah pengetahuan khususnya pada materi sistem pencernaan; 5) modul berbasis GIL sangat menarik untuk dipelajari karena gambar dalam modul berwarna; 6) bahasa yang digunakan mudah dsainshami sehingga tidak perlu berkali kali mengulang membacanya; dan 7) modul pembelajaran berbasis GIL dapat mengembangkan kreativitas karena commit terdapat to user kegiatan merancang praktikum

45 digilib.uns.ac.id 172 sebelum melakukan praktikum. Berdasarkan penilaian oleh peserta didik dapat disimpulkan bahwa modul yang dikembangkan sudah relevan, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap uji lapangan terbatas setelah memperbaiki kekurangan modul berdasarkan saran yang diperoleh. Peserta didik mengemukakan bahwa modul sudah bagus dan penyajian modul, gambar dan tabel sudah menarik dan mampu meningkatkan berpikir, dan gambar yang terdapat dalam modul sudah jelas dan menarik namun ada beberapa penulisan yang perlu diperbaiki (Lampiran 22). 5. Revisi Produk Tahap I Berdasarkan validasi ahli dan praktisi serta kelompok kecil diperoleh beberapa saran/masukan untuk perbaikan/revisi. Revisi produk pertama kali dilakukan untuk memperbaiki produk awal modul berbasis GIL berdasarkan saran yang diperoleh dari uji validasi ahli perangkat pembelajaran, ahli materi, ahli keterbacaan, ahli penyajian, praktisi, dan kelompok kecil. Revisi produk pertama secara umum mencangkup perbaikan penulisan kalimat, kesalahan penulisan istilah, kesalahan penggunaan pendahuluan, dan glosarium. Perbaikan pada modul dilakukan sebelum dilanjutkan pada uji coba lapangan terbatas. Perbaikan dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli perangkat pembelajaran yaitu, format RPP telah disesuaikan dengan format RPP yang mengacu dalam Permen Nomor 103 Tahun Materi yang disajikan dalam RPP ditambahkan materi pengayaan, tidak hanya terbatas pada materi regular supaya lebih lengkap. Perbaikan juga dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli materi meliputi: a) Praktikum uji kandungan makanan khusus uji amilum telah diganti dengan uji vitamin C; b) Bahan makanan tambahan sudah dilengkapi dengan gambar asli; c) Pembiusan mencit yang semula menggunakan HCL diganti dengan kloroform; d) Info sains pada materi uji kandungan makanan sudah diganti menjadi Kolesterol Baik dan Jahat ; e) Teknik pembedahan mencit sudah diganti yakni dari bagian leher sampai ke anus; f) Nomor tabel yang semula commit tidak urut to user sudah diganti; dan g) Penggunaan

46 digilib.uns.ac.id 173 kaleng aluminium dalam praktikum pembuatan biogas tidak dilakukan karena zat aluminium dapat bereaksi dengan gas metan yang menimbulkan ledakan. Saran dan perbaikan dari ahli Keterbacaan/Bahasa yaitu, ada beberapa penggunaan EYD yang perlu diperbaiki, kalimat aktif dalam rancangan praktikum telah diganti dengan kalimat perintah, penulisan kutsainsn dalam materi sudah diperbaiki, istilah yang tercantum di glosarium sudah ditambahkan supaya lengkap. Saran dan perbaikan dari ahli penyajian meliputi: a) pemilihan huruf, ukuran dan warna sudah diperbaiki, tidak boleh terlalu berwarna-warni; b) gambar yang tidak relevan dengan materi sudah dihilangkan; c) daftar gambar dan daftar tabel sudah ditambahkan; dan d) bagian awal modul sudah ditambahkan dengan posisi kedudukan modul. Saran dan perbaikan dari ahli praktisi meliputi: a) format penulisan RPP sudah disesuaikan dengan format RPP yang tercantum dalam Permen Nomor 103 Tahun 2014; b) istilah dalam glosarium sudah ditambahkan; c) materi yang terdapat pada RPP dibuat lebih rinci; dan d) modul sudah dijilid dengan kuat. Saran dan perbaikan dari kelompok kecil/pengguna modul yaitu peserta didik meliputi: a) gambar modul sudah diperbesar supaya jelas; b) penulisan daftar pustaka sudah diperbaiki; dan c) penulisan keterangan pada gambar sudah diperjelas. Saran dari validasi ahli tidak dilakukan secara keseluruhan atas dasar pertimbangan seperti yang telah dijelaskan. Saran yang telah dilakukan bertujuan untuk memperbaiki produk awal modul yang dikembangkan yaitu modul berbasis GIL pada materi sistem pencernaan supaya dapat dilanjutkan ke tahap uji lapangan terbatas yang dilaksanakan dengan melibatkan pengguna modul di sekolah baik peserta didik maupun guru sebagai alternatif pilihan bahan ajar yang digunakan. Saran yang diberikan peserta didik telah dilakukan. Saran yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki modul berbasis GIL pada materi Sistem Pencernaan agar lebih layak untuk dilanjutkan ke tahap uji lapangan terbatas.

47 digilib.uns.ac.id Uji Lapangan Terbatas Uji lapangan terbatas bertujuan untuk mengetahui keefektivan modul sains berbasis GIL pada materi Sistem Pencernaan untuk meningkatkan literasi sains dimensi konten peserta didik. Uji lapangan terbatas dilakukan dengan menggunakan dua kelas yaitu, kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3 yang ditentukan dengan teknik pengukuran penguasaan indikator inkuiri. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 50 sampel. Data yang diperoleh dalam tahap uji lapangan terbatas meliputi: data keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, data sintaks pembelajaran, data literasi sains dimensi konten dan data pendukung berupa data hasil belajar peserta didik meliputi: aspek spiritual, sikap ilmiah dan sosial, pengetahuan,dan keterampilan. Data yang diperoleh dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Data Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran 1) Kelas XI MIA 1 Data hasil keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap uji coba lapangan terbatas kelas XI MIA 1 disajikan pada Tabel 4.13 dan Gambar Tabel Data Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kelas XI MIA 1 Kegiatan Pembelajaran Rata-rata Total Persentase (%) Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Aktivitas Guru Awal 3,40 3,40 85,0 85,0 Inti 3,50 3,33 87,9 81,7 Penutup 3,60 3,00 91,7 75,0 Aktivitas Peserta Didik y Persentase (%) ,9 88,2 81,7 75 Guru Peserta Didik 65 Awal Inti Penutup x Kegiatan Pembelajaran Gambar Histogram commit Keterlaksanaan to user Kegiatan Pembelajaran Kelas XI MIA 1

48 digilib.uns.ac.id 175 Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.39 menunjukkan bahwa persentase data hasil keterlaksanaan kegiatan pembelajaran guru dan peserta didik yang diperoleh dari 3 observer menggunakan LO. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada kegiatan awal adalah 3,40 dengan persentase sebesar 85,0%, kegiatan inti adalah 3,50 dengan persentase sebesar 87,9%, dan kegiatan penutup adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%. Berdasarkan rerata aktivitas guru dalam pengamatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat dikategorikan sangat baik. Rerata yang diperoleh aktivitas peserta didik pada kegiatan awal adalah 3,40 dengan persentase sebesar 85,0%, kegiatan inti adalah 3,33 dengan persentase sebesar 81,7%, dan kegiatan penutup adalah 3,00 dengan persentase sebesar 75,0%. Berdasarkan rerata aktivitas peserta didik dalam pengamatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diperoleh pada setiap pertemuan, modul dapat dikategorikan baik. 2) Kelas XI MIA 3 Data hasil keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap uji coba lapangan terbatas kelas XI MIA 3 disajikan pada Tabel 4.14 dan Gambar Tabel Data Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kelas XI MIA 3 Kegiatan Pembelajaran Rata-rata Total Persentase (%) Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Aktivitas Guru Awal 3,50 3,33 87,5 83,3 Inti 3,60 3,50 91,7 87,5 Penutup 3,73 3,60 93,7 91,7 Aktivitas Peserta Didik

49 digilib.uns.ac.id 176 y Persentase (%) ,7 91,7 91,7 87,5 87,5 83,3 Awal Inti Penutup Guru Peserta Didik x Gambar Histogram Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.14 dan Gambar 4.40 menunjukkan bahwa persentase data hasil keterlaksanaan kegiatan pembelajaran guru dan peserta didik yang diperoleh dari 3 observer menggunakan LO. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada kegiatan awal adalah 3,50 dengan persentase sebesar 87,5%, kegiatan inti adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, dan kegiatan penutup adalah 3,73 dengan persentase sebesar 93,7%. Berdasarkan rerata aktivitas guru dalam pengamatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat dikategorikan sangat baik. Rerata yang diperoleh aktivitas peserta didik pada kegiatan awal adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%, kegiatan inti adalah 3,50 dengan persentase sebesar 87,5%, dan kegiatan penutup adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%. Berdasarkan rerata aktivitas peserta didik dalam pengamatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diperoleh pada setiap pertemuan, modul dapat dikategorikan baik. b. Data Hasil Keterlaksanaan Sintaks GIL 1) Kelas XI MIA 1 Data hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada tahap uji coba lapangan terbatas kelas XI MIA 1 disajikan pada Tabel 4.15 dan Gambat Kegiatan Pembelajaran

50 digilib.uns.ac.id 177 Tabel Data Hasil Keterlaksanaan Sintaks GIL Kelas XI MIA 1 Sintaks Kegiatan Rata-rata Total Persentase (%) Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Aktivitas Guru Observasi 3,50 3,00 87,5 75,0 Manipulasi 3,73 3,60 93,7 91,7 Generalisasi 3,60 3,33 91,7 83,3 Verifikasi 3,33 3,33 83,3 83,3 Aplikasi 3,33 3,00 83,3 75,0 Aktivitas Peserta Didik y Persentase (%) ,791,7 91,7 91,7 91,7 83,3 83,3 83,3 79,2 75 Observasi Manipulasi Generalisasi Verifikasi Aplikasi Guru Peserta Didik x Gambar 4.41.Histogram Keterlaksanaan Sintaks GIL Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.41 menunjukkan bahwa persentase data hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran guru dan peserta didik yang diperoleh dari 3 observer menggunakan LO. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada sintaks observasi adalah 3,50 dengan persentase sebesar 87,5%, sintaks manipulasi adalah 3,73 dengan persentase sebesar 93,7%, sintaks generalisasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, sintaks verifikasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%, dan sintaks aplikasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%. Berdasarkan rerata aktivitas guru dalam pengamatan keterlaksanaan sintaks yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat dikategorikan sangat baik. Rerata yang diperoleh aktivitas peserta didik pada sintaks observasi adalah 3,50 dengan persentase sebesar 87,5%, sintaks manipulasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, sintaks generalisasi adalah 3,33 dengan

51 digilib.uns.ac.id 178 persentase sebesar 83,3%, sintaks verifikasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%, dan sintaks aplikasi adalah 3,00 dengan persentase sebesar 75%. Berdasarkan rerata aktivitas peserta didik dalam pengamatan keterlaksanaan sintaks yang diperoleh pada setiap pertemuan, modul dapat dikategorikan baik. 2) Kelas XI MIA 3 Data hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada tahap uji coba lapangan terbatas kelas XI MIA 3 disajikan pada Tabel 4.16 dan Gambar Tabel Data Hasil Keterlaksanaan Sintaks GIL Kelas XI MIA 3 Sintaks Kegiatan Rata-rata Total Persentase (%) Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Aktivitas Guru Observasi 3,33 3,16 83,3 79,2 Manipulasi 3,76 3,60 93,7 91,7 Generalisasi 3,60 3,33 91,7 83,3 Verifikasi 3,60 3,33 91,7 83,3 Aplikasi 3,60 3,00 91,7 75,0 Aktivitas Peserta Didik Persentase (%) y 93,7 91,7 91,7 91,7 91,7 83,3 83,3 83,3 79,2 75 Observasi Manipulasi Generalisasi Verifikasi Aplikasi x Guru Peserta Didik Gambar Histogram Keterlaksanaan Sintaks GIL Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.42 menunjukkan bahwa persentase data hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran guru dan peserta didik yang diperoleh dari 3 observer menggunakan LO. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada sintaks observasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 8,33%, commit sintaks to user manipulasi adalah 3,76 dengan

52 digilib.uns.ac.id 179 persentase sebesar 93,7%, sintaks generalisasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, sintaks verifikasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, dan sintaks aplikasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%. Berdasarkan rerata aktivitas guru dalam pengamatan keterlaksanaan sintaks yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat dikategorikan sangat baik. Rerata yang diperoleh aktivitas peserta didik pada sintaks observasi adalah 3,16 dengan persentase sebesar 79,2%, sintaks manipulasi adalah 3,60 dengan persentase sebesar 91,7%, sintaks generalisasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%, sintaks verifikasi adalah 3,33 dengan persentase sebesar 83,3%, dan sintaks aplikasi adalah 3,00 dengan persentase sebesar 75%. Berdasarkan rerata aktivitas peserta didik dalam pengamatan keterlaksanaan sintaks yang diperoleh pada setiap pertemuan, modul dapat dikategorikan baik. c. Data Literasi Sains Dimensi Konten Hasil pretest dan posttest literasi sains dimensi konten peserta didik kelas XI MIA 1 dan MIA 3 pada materi Sistem Pencernaan sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran GIL sebagai berikut: a) Distribusi Data Literasi Sains Dimensi Konten 1) Kelas XI MIA 1 Distribusi data literasi sains dimensi konten yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.17 dan Gambar Tabel Distribusi Data Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Interval Nilai Pretest Posttest Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Jumlah

53 digilib.uns.ac.id 180 Persentase (%) y 40 Interval Gambar Histogram Nilai Pretest dan Posttest Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.43 menunjukkan bahwa frekuensi nilai pretest literasi sains terbesar terletak pada nilai 64 sampai nilai 73 nilai tengah 69 dan nilai 74 sampai nilai 82 nilai tengah 78 dengan persentase sebesar 40%. Frekuensi nilai posttest literasi sains terbesar terletak pada nilai 83 sampai nilai 91 nilai tengah 87 dengan persentase sebesar 52%. 2) Kelas XI MIA Distribusi data literasi sains dimensi konten yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.18 dan Gambar Tabel Distribusi Data Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Interval Nilai Pretest Posttest Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase , , , , , Jumlah x Pretest Posttest

54 digilib.uns.ac.id 181 y Persentase (%) Gambar Histogram Nilai Pretest dan Posttest Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.18 dan Gambar 4.44 menunjukkan bahwa frekuensi nilai pretest literasi sains terbesar terletak pada nilai 69 sampai nilai 76 nilai tengah 72,5 dengan persentase sebesar 40%. Frekuensi nilai posttest literasi sains terbesar terletak pada nilai 85 sampai nilai 92 nilai tengah 88,5 dengan persentase sebesar 56%. b) Deskripsi Data Literasi Sains Dimensi Konten 1) Kelas XI MIA 1 Deskripsi data literasi sains dimensi konten yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest disajikan dalam Tabel 4.19 dan Gambar Interval Tabel Deskripsi Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Jenis Jumlah Ratarata Standar Maksimum Minimum Tes Peserta Didik Deviasi Pretest , Posttest 25 86,4 6, x Pretest Posttest

55 digilib.uns.ac.id 182 y Persentase (%) Gambar Histogram Perbandingan Nilai Rata-rata Literasi Sains Dimensi Konten Kelas MIA 1 86,4 Literasi Sains Dimensi Konten x Pretest Posttest Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.45 menunjukkan bahwa rata-rata sebelum diberikan pembelajaran dengan modul sains adalah 72 dengan standar deviasi sebesar 7,36, nilai minimum yang diperoleh adalah 60 dan nilai maksimum yang diperoleh adalah 85. Rata-rata setelah diberikan modul pembelajaran adalah 86,4 dengan standar deviasi sebesar 6,85, nilai minimum yang diperoleh adalah 75 dan nilai maksimum yang diperoleh adalah ) Kelas XI MIA 3 Deskripsi data literasi sains dimensi konten yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest disajikan dalam Tabel 4.20 dan Gambar Tabel 4.20 Deskripsi Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3. Jenis Jumlah Rata-rata Standar Maksimum Minimum Tes Peserta Didik Deviasi Pretest , Posttest 25 88,6 6,

56 digilib.uns.ac.id y 88 Persentase (%) Gambar Histogram Perbandingan Nilai Rata-rata Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.20 dan Tabel 4.46 menunjukkan bahwa rata-rata sebelum diberikan pembelajaran dengan modul sains adalah 58,32 dengan standar deviasi sebesar 13,61, nilai minimum yang diperoleh adalah 36 dan nilai maksimum yang diperoleh adalah 82. Rata-rata setelah diberikan modul pembelajaran adalah 79,48 dengan standar deviasi sebesar 10,56, nilai minimum yang diperoleh adalah 64 dan nilai maksimum yang diperoleh adalah 100. c) Literasi Sains Dimensi Konten Tinggi dan Rendah Tingkatan literasi sains dimensi konten peserta didik dapat dikategorikan ke dalam kategori tinggi dan rendah. Nilai literasi sains dimensi konten tinggi apabila peserta didik memperoleh nilai di atas rata-rata dan nilai literasi sains dimensi konten rendah apabila peserta didik memperoleh nilai di bawah nilai rata-rata. Tingkatan hasil literasi sains dimensi konten dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kelas XI MIA 1 Tingkatan hasil literasi sains dimensi konten kelas XI MIA 1 dapat disajikan pada Tabel 4.21 dan Gambar Tabel Tingkatan Hasil Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Kategori Rata Jumlah Maksimum Minimum Ratarata Nilai Peserta Didik Konten Tinggi Konten Rendah 88,6 Literasi Sains Dimensi Konten x Pretest Posttest

57 digilib.uns.ac.id 184 y Persentase (%) x Literasi Sains Dimensi Konten Gambar Histogram Persentase Kategori Nilai Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.21 dan Gambar 4.47 menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori literasi sains dimensi konten tinggi sebanyak 11 peserta didik sedangkan peserta didik yang masuk ke dalam literasi sains dimensi konten rendah sebanyak 14 peserta didik. Meskipun 14 orang peserta didik termasuk dalam kategori rendah namun hasil yang diperoleh berada diatas KKM. 11 2) Kelas XI MIA 3 Tingkatan hasil literasi sains dimensi konten kelas XI MIA 3 disajikan pada Tabel 4.22 dan Gambar Konten Tinggi Konten Rendah Tabel 4.22.Tingkatan Hasil Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Kategori Rata Nilai Jumlah Peserta Maksimum Minimum Ratarata Didik Konten Tinggi Konten Rendah

58 digilib.uns.ac.id 185 y Persentase (%) Konten Tinggi 2 Konten Rendah 0 Literasi Sains Dimensi Konten x Gambar Histogram Persentase Kategori Nilai Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.48 menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori literasi sains dimensi konten tinggi sebanyak 14 peserta didik sedangkan peserta didik yang masuk ke dalam kategori literasi sains dimensi konten tinggi sebanyak 11 peserta didik. Meskipun 11 orang peserta didik termasuk dalam kategori rendah namun hasil yang diperoleh berada diatas KKM. d) Hasil Penilaian Aspek Literasi Sains Dimensi Konten Aspek literasi sains dimensi konten yang diukur berdasarkan Kurikulum 2013 pada KD 3.7, meliputi: 1) menjelaskan rancangan praktikum sistem pencernaan; 2) menjelaskan kandungan zat yang terdapat pada bahan makanan; 3) menyebutkan contoh bahan makanan sebagai sumber zat-zat makanan yang diperlukan bagi tubuh; 4) mengevaluasi hubungan zat makanan pada bahan makanan dengan fungsi tubuh; 5) menganalisis dampak kelebihan dan kekurangan zat makanan bagi tubuh; 6) menjelaskan zat-zat aditif pada makanan; 7) menganalisis dampak zat aditif bagi tubuh; 8) menganalisis cara perhitungan angka metabolisme basal; 9) menganalisis cara perhitungan total energi yang diperlukan tubuh; 10) menganalisis cara perhitungan berat badan ideal; 11) menganalisis cara perhitungan indeks massa tubuh; 12) menjelaskan menu makanan seimbang; 13) menyusun menu makanan seimbang; 14) commit menerapkan to user pola menu makan seimbang;

59 digilib.uns.ac.id ) menyebutkan organ-organ penyusun sistem pencernaan manusia; 16) menjelaskan struktur organ-organ penyusun sistem pencernaan manusia; 17) menjelaskan fungsi organ-organ penyusun sistem pencernaan manusia; 18) menjelaskan mekanisme proses pencernaan manusia; 19) menganalisis berbagai kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia; 20) menjelaskan teknologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan manusia; 21) menyebutkan organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; 22) menjelaskan struktur organ-organ penyusun sistem pencernaan ruminansia; 23) menjelaskan fungsi organ-organ penyusun sistem pencernaan ruminasia; 24) menjelaskan mekanisme proses pencernaan ruminansia; dan 25) membedakan organ sistem pencernaan manusia dengan hewan ruminansia. Hasil penilaian literasi sains dimensi konten tiap masing-masing indikator dijelaskan sebagai berikut: 1) Kelas XI MIA 1 Hasil penilaian literasi sains dimensi konten tiap masingmasing indikator untuk kelas XI MIA 1 dapat disajikan pada Tabel 4.23 dan Gambar Tabel 4.23.Penilaian Aspek Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Aspek Jumlah Persentase Merancang praktikum Zat makanan dan contoh makanan Hubungan zat makanan dan dampaknya Zat aditif dan dampak bagi tubuh Cara perhitungan AMB dan Total Energi Cara perhitingan BB Ideal Menu makanan seimbang Mekanisme pencernaan manusia Struktur dan fungsi pencernaan manusia Kelainan dan teknologi yang berkaitan pencernaan manusia Sistem pencernaan ruminansia 16 64

60 digilib.uns.ac.id y Persentase (%) Aspek x Gambar Histogram Penilaian Literasi Sains Dimensi Konten Tiap Aspek Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.23 dan Gambar 4.49 menunjukkan hasil persentase nilai literasi sains dimensi konten pada masing-masing aspek diperoleh nilai tertinggi pada aspek hubungan zat makanan dan dampaknya sebesar 24 dengan persentase 96% dan nilai terendah pada cara perhitungan BB ideal dan sistem pencernaan sebesar 16 dengan persentase 64%. 2) Kelas XI MIA Hasil penilaian literasi sains dimensi konten tiap masingmasing indikator untuk kelas XI MIA 3 dapat disajikan pada Tabel 4.24 dan Gambar Tabel 4.24.Penilaian Aspek Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Aspek Jumlah Persentase Merancang praktikum Zat makanan dan contoh makanan Hubungan zat makanan dan dampaknya Zat aditif dan dampaknya bagi tubuh Cara perhitungan AMB dan Total Energi Cara perhitingan BB Ideal Menu makanan seimbang Mekanisme pencernaan manusia Struktur dan fungsi pencernaan manusia Kelainan dan teknologi yang berkaitan pencernaan manusia Sistem pencernaan ruminansia Merancang praktikum Zat makanan dan contoh makanan Hubungan zat makanan dan dampaknya Zat aditif dan dampak bagi tubuh Cara perhitungan AMB dan Total Energi Cara perhitingan BB Ideal Menu makanan seimbang Mekanisme pencernaan manusia Struktur dan fungsi pencernaan manusia Kelainan dan teknologi yang berkaitan pencernaan manusia Sistem pencernaan ruminansia

61 digilib.uns.ac.id 188 Persentase (%) 120 y 100 Aspek x Gambar Histogram Penilaian Literasi Sains Dimensi Konten Tiap Aspek Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.24 dan Gambar 4.50 menunjukkan hasil persentase nilai literasi sains dimensi konten pada masing-masing aspek diperoleh nilai tertinggi pada aspek cara perhitungan AMB dan Total Energi sebesar 24 dengan persentase 96% dan nilai terendah pada zat aditif dan dampaknya bagi tubuh sebesar 17 dengan persentase 68%. e) Hasil Uji Nilai Literasi Sains Dimensi Konten Nilai literasi sains dimensi konten yang diperoleh peserta didik sebelum dilakukan uji lanjut harus dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu normalitas dan homogenitas. Ringkasan hasil uji prasyarat nilai pretest dan posttest literasi sains dimensi konten disajikan pada Tabel MIA Tabel Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest Literasi Sains Dimensi Konten Kelas Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan MIA 1 Kolmogorov- Sig. pretest= 0,200 H 0 diterima Data normal Smirnov Kolmogorov- Smirnov Sig. posttest= 0,200 Sig. pretest= 0,200 Sig. posttest= 0,130 H 0 diterima Data normal Berdasarkan Tabel 4.25, hasil uji prasyarat nilai pretest dan posttest diketahui bahwa uji normalitas literasi sains dimensi konten menggunakan uji normalitas commit to Kolmogorov-Smirnov, user diperoleh taraf Merancang praktikum Zat makanan dan contoh makanan Hubungan zat makanan dan dampaknya Zat aditif dan dampak bagi tubuh Cara perhitungan AMB dan Total Energi Cara perhitungan BB Ideal Menu makanan seimbang Mekanisme pencernaan manusia Struktur dan fungsi pencernaan manusia Kelainan dan teknologi yang berkaitan pencernaan manusia Sistem pencernaan ruminansia

62 digilib.uns.ac.id 189 signifikansi sebesar 0,200 untuk pretest dan posttest kelas MIA 1, kedua nilai tersebut lebih besar dari α=0,05 sehingga H 0 diterima, yang berarti bahwa nilai pretest dan posttest literasi sains dimensi konten kelas XI MIA 1 terdistribusi normal. Uji normalitas untuk kelas XI MIA 3 diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,200 untuk pretest dan 0,130 untuk posttest, kedua nilai tersebut lebih besar dari α=0,05 sehingga H 0 diterima, yang berarti bahwa nilai pretest dan posttest literasi sains dimensi konten kelas XI MIA 3 terdistribusi normal. Syarat lain dari uji-t (t-test) adalah data yang digunakan adalah data yang homogen. Uji homogenitas menggunakan Levene s test yang disajikan pada Tabel Tabel Data Hasil Uji Homogenitas Literasi Sains Dimensi Konten Kelas Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan MIA 1 Levene s test Sig=0,644 H0 diterima Data homogen MIA 3 Levene s test Sig=0,397 H0 diterima Data homogen Berdasarkan Tabel 4.26, uji homogenitas literasi sains dimensi konten diperoleh taraf signifikansi kelas XI MIA 1 sebesar 0,644 yang berarti signifikansi>0,05 sehingga H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi setiap sampel sama (homogen). Taraf signifikansi uji homogenitas kelas XI MIA 3 sebesar 0,397 yang berarti signifikansi>0,05 sehingga H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi setiap sampel sama (homogen). Data pretest dan posttest literasi sains dimensi konten telah diketahui bahwa distribusinya normal dan homogeny selanjutnya dianalisis dengan uji lanjut berupa uji paired sample t-test (uji-t dua sampel berpasangan) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan modul sains berbasis GIL.

63 digilib.uns.ac.id 190 Hasil analisis dengan paired sample t-test (uji-t dua sampel berpasangan) dapat disajikan pada Tabel Tabel 4.27.Data Hasil Uji Paired Sample T-test Literasi Sains Dimensi Konten Kelas Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan MIA 1 paired sample t- test t hitung =-9,212 p= 0,00 H0 ditolak Hasil tidak sama (ada beda) MIA 3 paired sample t- test t hitung = -6,920 p=0,00 H0 ditolak Hasil tidak sama (ada beda) Berdasarkan Tabel 4.27, perhitungan menggunakan uji lanjut berupa uji paired sample t-test (uji-t dua sampel berpasangan) diperoleh t hitung untuk kelas XI MIA 1 sebesar t hitung = -9,212 dengan probabilitas sebesar 0,00 (p<0,05), maka H 0 ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan antara nilai literasi sains dimensi konten peserta didik sebelum diberikan modul dengan nilai literasi sains dimensi konten peserta didik setelah diberikan modul. Uji lanjut untuk kelas XI MIA 3 diperoleh t hitung sebesar t hitung = -6,920 dengan probabilitas sebesar 0,00 (p<0,05), maka H 0 ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan antara nilai literasi sains dimensi konten peserta didik sebelum diberikan modul dengan nilai literasi sains dimensi konten peserta didik setelah diberikan modul. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa modul sains berbasis GIL pada materi Sistem Pencernaan dapat meningkatkan literasi sains dimensi konten peserta didik karena literasi sains dimensi konten peserta didik mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran menggunakan modul sains berbasis GIL. f) Data Gain dan N-gain Gain dan N-gain digunakan untuk mengetahui peningkatan literasi sains dimensi konten peserta didik menggunakan modul sains berbasis GIL. Deskripsi data gain dan N-gain berdasarkan nilai pretest dan posttest setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modul sains berbasis GIL dijelaskan sebagai berikut:

64 digilib.uns.ac.id 191 1) Kelas XI MIA 1 Deskripsi data gain dan N-gain berdasarkan nilai pretest dan posttest setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modul sains berbasis GIL untuk kelas XI MIA 1 disajikan pada Tabel Tabel Data Hasil Gain dan N-gain Kelas XI MIA 1 Jenis Tes N Minimum Maksimum Rata-rata Std.Deviation gain ,82 N-gain ,00 0,51 0,24 Berdasarkan Tabel 4.28 dapat diperoleh nilai gain minimum sebesar 0 dan gain maksimum sebesar 30. Skor minimum menunjukkan bahwa peningkatan nilai paling rendah adalah angka 0 dan skor maksimum sebesar 30 menunjukkan bahwa peningkatan skor tertinggi sebanyak 30 angka. Sedangkan untuk data N-gain diketahui bahwa skor minimum sebesar 0 dengan kategori rendah, skor maksimum sebesar 1,00 dengan kategori tinggi. Rata-rata yang diperoleh nilai gain sebesar 14 sedangkan nilai N-gain memiliki nilai rata-rata sebesar 0,51 ini berarti rata-rata peningkatan masuk dalam kategori sedang. Distribusi peningkatan skor gain dan N-gain masing-masing peserta didik disajikan pada Tabel 4.29 dan Gambar Tabel Data Hasil Peningkatan Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Interval Nilai Tengah Gain Frekuensi Frekuensi (%) 0-5 2, , , , , ,5 1 4 Jumlah

65 digilib.uns.ac.id 192 y Persentase (%) x Interval Gambar 4.51.Histogram Kenaikan Skor Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.29 dan Gambar 4.51, perolehan skor gain peserta didik paling banyak terdapat pada interval dengan selisih nilai 6-11 dengan persentase sebesar 44%. Skor perolehan terendah nilai gain berada pada rentang dengan persentase sebesar 4% Data hasil sebaran peningkatan skor literasi sains dimensi konten melalui N gain disajikan pada Tabel 4.30 dan Gambar Tabel Data Hasil Analisis N gain Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 1 Nilai Kriteria N gain Frekuensi Frekuensi (%) <g> 0,7 Tinggi ,7 > <g> 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah Frekuensi y Frekuensi Tinggi Sedang Rendah x N gain Kategori Gambar Histogram Distribusi N gain Kelas XI MIA 1

66 digilib.uns.ac.id 193 Menurut kriteria Hake (1998) N gain dapat dikategorikan tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan data Tabel 4.30 dan Gambar 4.52, diperoleh sebaran skor N gain peserta didik yang memiliki persentase pada kategori tinggi sebesar 32%, kategori sedang sebesar 52%, dan kategori rendah sebesar 16%. Hasil perhitungan N gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan literasi sains dimensi konten dari 25 peserta didik adalah 0,51. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kenaikan literasi sains dimensi konten pada kelas XI MIA 1 dalam kategori sedang. Rata-rata kenaikan literasi sains dimensi konten menunjukkan bahwa terdapat peningkatan literasi sains dimensi konten setelah menggunakan modul sains berbasis GIL. 2) Kelas XI MIA 3 Deskripsi data gain dan N-gain berdasarkan nilai pretest dan posttest setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modul sains berbasis GIL untuk kelas XI MIA 3 disajikan pada Tabel Tabel Data Hasil Gain dan N-gain Kelas XI MIA 3 Jenis N Minimum Maksimum Rata-rata Std.Deviation Tes Gain ,38 N-gain ,00 0,46 0,32 Berdasarkan Tabel 4.31 menunjukkan nilai gain minimum sebesar -5 dan gain maksimum sebesar 30. Skor minimum menunjukkan bahwa peningkatan nilai paling rendah adalah angka -5 dan skor maksimum sebesar 30 menunjukkan bahwa peningkatan skor tertinggi sebanyak 30 angka. Sedangkan untuk data N-gain diketahui bahwa skor minimum sebesar -1 dengan kategori rendah, skor maksimum sebesar 1,00 dengan kategori tinggi. Rata-rata yang diperoleh nilai gain sebesar 12 sedangkan nilai N-gain memiliki nilai rata-rata sebesar 0,46 ini berarti rata-rata peningkatan masuk dalam kategori sedang. Distribusi peningkatan skor gain dan N-gain masing-masing peserta didik disajikan pada Tabel 4.32 dan Gambar 4.53.

67 digilib.uns.ac.id 194 Tabel Data Hasil Peningkatan Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Interval Nilai Tengah Gain Frekuensi Frekuensi (%) , Jumlah Frekuensi y 3 Interval Gambar 4.53.Histogram Kenaikan Skor Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.32 dan Gambar 4.53 perolehan skor gain oleh masing-masing peserta didik paling banyak terdapat pada interval dengan selisih nilai dengan persentase sebesar 32%. Skor perolehan terendah nilai gain berada pada rentang dengan persentase sebesar 4%. 5 6 (-5) - 1 2_8 9_15 16_22 23_29 30_36 Data hasil sebaran peningkatan skor literasi sains dimensi konten melalui N gain disajikan pada Tabel 4.33 dan Gambar Tabel Data Hasil Analisis N gain Literasi Sains Dimensi Konten Kelas XI MIA 3 Nilai Kriteria N gain Frekuensi Frekuensi (%) <g> 0,7 Tinggi ,7 > <g> 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah Frekuensi x

68 digilib.uns.ac.id 195 y Frekuensi N gain x Tinggi Sedang Rendah Kategori Gambar Histogram Distribusi N gain Kelas XI MIA 3 Menurut kriteria Hake (1998) N gain dapat dikategorikan tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan data Tabel 4.33 dan Gambar 4.54 sebaran skor N gain peserta didik yang memiliki persentase pada kategori tinggi sebesar 24%, kategori sedang sebesar 56%, dan kategori rendah sebesar 20%. Hasil perhitungan N gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan literasi sains dimensi konten dari 25 peserta didik adalah 0,46. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kenaikan literasi sains dimensi konten pada kelas XI MIA 3 dalam kategori sedang. Rata-rata kenaikan literasi sains dimensi konten menunjukkan bahwa terdapat peningkatan literasi sains dimensi konten setelah menggunakan modul sains berbasis GIL (Lampiran 26). d. Data Pendukung Data pendukung ini merupakan data hasil belajar peserta didik yang meliputi: sikap spiritual, sikap sosial dan ilmiah, pengetahuan, dan keterampilan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berikut data hasil belajar peserta didik: 1) Aspek Spiritual Penilaian hasil belajar sikap spiritual dilakukan oleh guru pada setiap pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai produk dan peserta didik (penilaian diri) pada setiap pertemuan setelah kegiatan belajar sebagai nilai proses. Penilaian sikap spiritualpeserta didik oleh guru selama proses pembelajaran menggunakan LO yang dilakukan oleh 3 pengamat.

69 digilib.uns.ac.id 196 Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikonversikan ke dalam skala Distribusi data pendukung hasil belajar sikap spiritualsecara ringkas dijelaskan sebagai berikut: a) Kelas XI MIA 1 Data distribusi hasil belajar sikap spiritual dapat disajikan pada Tabel 4.34 dan Gambar Tabel Distribusi Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 1` Interval Nilai Penilaian Diri (Proses) Penilaian Guru (Produk) Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase , , , , , Jumlah y Frekuensi x Proses Produk Interval Gambar 4.55.Histogram Nilai Produk dan Proses Sikap Spiritual Kelas MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.34 dan Gambar 4.55 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses sikap spiritual terbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 82 nilai tengah 79,5 dengan persentase sebesar 60%. Frekuensi nilai produk sikap spiritualterbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 82 nilai tengah 79,5 dengan persentase sebesar 48%.

70 digilib.uns.ac.id 197 Hasil distribusi data selanjutnya dilihat didiskripsikan untuk melihat rata-rata nilai proses dan produk. Berikut deskripsi data sikap spiritual proses dan produk yang disajikan pada Tabel 4.35 dan Gambar Tabel Data Hasil Deskripsi Sikap Spiritual Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Sikap Spiritual N Minimum Maksimum Ratarata Std.Deviation Proses ,12 5,09 Produk ,00 5,08 y 79, ,8 79 Rata-rata 78,6 78,4 78,2 78,12 77,6 x Sikap Spiritual Gambar Histogram Rata-rata Nilai Sikap Spiritual Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.35 dan Gambar 4.56 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap spiritual proses mempunyai nilai minimum 71, nilai maksimum sebesar 89, nilai rata-rata 78,12 dengan standar deviasi 5,09. Sikap spiritual produk mempunyai nilai minimum 71, nilai maksimum sebesar 95, nilai rata-rata 79 dengan standar deviasi 5,08. Berdasarkan deskripsi data hasil belajar sikap spiritual proses dan produk yang diperoleh selanjutnya dihitung rata-rata nilai sikap spiritualpeserta didik yang disajikan pada Tabel 4.36 dan Gambar ,8 Proses Produk

71 digilib.uns.ac.id 198 Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 1 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah y 10 8 Frekuensi x Interval Gambar Histogram Hasil Belajar Sikap Spiritual MIA Berdasarkan Tabel 4.36 dan Gambar 4.57 dapat diperoleh frekuensi terbesar nilai sikap spiritual yang terletak pada nilai 79 sampai nilai 82 sebanyak 10 peserta didik. Frekuensi terendah nilai sikap spiritual yang terletak pada nilai 87 sampai nilai 90 tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai tersebut. Hasil distribusi tersebut kemudian dideskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar sikap spiritual peserta didik. Deskripsi hasil belajar sikap spiritual peserta didik dapat disajikan secara ringkas pada Tabel 4.37 sebagai berikut: Tabel Deskripsi Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 1 Hasil Jumlah Minimum Maksimum Ratarata Std.Deviation Belajar Peserta Didik Spiritual ,80 4,78 Berdasarkan deskripsi data pada Tabel 4.37 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap spiritual peserta didik mempunyai nilai rata-rata sebesar 78,56, dengan nilai minimum 71, nilai maksimum 92 dan dengan standar deviasi sebesar 4,92. Nilai rata-rata hasil

72 digilib.uns.ac.id 199 belajar sikap spiritual peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan literasi sains dimensi konten. b) Kelas XI MIA 3 Distribusi data pendukung hasil belajar sikap spiritual kelas XI MIA 3 dapat disajikan pada Tabel 4.38 dan Gambar Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 3 Interval Nilai Penilaian Diri (Proses) Penilaian Guru (Produk) Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase , , , , , , Jumlah y 11 Frekuensi x Interval Gambar 4.58.Histogram Nilai Proses dan Produk Sikap Spiritual Kelas XI MIA Proses Produk Berdasarkan Tabel 4.38 dan Gambar 4.58 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses sikap spiritual terbesar terletak pada nilai 83 sampai nilai 87 nilai tengah 84,5 dengan persentase sebesar 44%. Frekuensi nilai produk sikap spiritual terbesar terletak pada nilai 87 sampai nilai 90 nilai tengah 88,5 dengan persentase sebesar 36%.

73 digilib.uns.ac.id 200 Hasil distribusi data selanjutnya didiskripsikan untuk melihat rata-rata nilai proses dan produk. Berikut deskripsi data sikap spiritual proses dan produk yang disajikan pada Tabel 4.39 dan Gambar Tabel Deskripsi Sikap Spiritual Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Sikap N Minimum Maksimum Ratarata Std.Deviation Spiritual Proses ,12 4,96 Produk ,12 4,83 80, ,5 y 80,12 Rata-rata 79 78, ,12 77,5 Sikap Spiritual Gambar Histogram Rata-rata Nilai Sikap Spiritual Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.39 dan Gambar 4.59 dapat diketahui bahwa hasil belajar proses mempunyai nilai minimum 71, nilai maksimum sebesar 92, nilai rata-rata 80,12 dengan standar deviasi 4,96. Hasil belajar sikap spiritual produk mempunyai nilai minimum 71, nilai maksimum sebesar 91, nilai rata-rata 78,12 dengan standar deviasi 4,83. Berdasarkan deskripsi data hasil belajar sikap spiritual proses dan produk yang diperoleh selanjutnya dihitung rata-rata nilai sikap spiritual peserta didik yang disajikan pada Tabel 4.40 dan Gambar x Proses Produk

74 digilib.uns.ac.id 201 Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 3 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah 25 y Frekuensi Interval x Gambar Histogram Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.40 dan Gambar 4.60 dapat diperoleh frekuensi terbesar nilai sikap spiritual yang terletak pada nilai 74 sampai nilai 76 sebanyak 9 peserta didik. Frekuensi terendah nilai sikap spiritual yang terletak pada nilai 89 sampai nilai 91 sebanyak 1 peserta didik. Hasil distribusi tersebut kemudian dideskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar sikap spiritual peserta didik. Deskripsi data hasil belajar sikap spiritual peserta didik dapat disajikan secara ringkas pada Tabel Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas XI MIA 3 Hasil Jumlah Minimum Maksimum Ratarata Std.Deviation Belajar Peserta Didik Spiritual 25 73,5 88,9 79,00 4,25 Berdasarkan Tabel 4.41 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap spiritual peserta didik mempunyai nilai rata-rata sebesar 79,00, dengan nilai minimum commit 73,5 nilai to user maksimum 88,9 dan dengan standar

75 digilib.uns.ac.id 202 deviasi sebesar 4,25. Nilai rata-rata hasil belajar sikap spiritual peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan literasi sains dimensi konten (Lampiran 27). 2) Aspek Sikap Ilmiah dan Sosial Penilaian hasil belajar sikap ilmiah dan sosial dilakukan oleh peserta didik (penilaian antarteman) sebagai nilai proses setiap pertemuan terakhir setelah kegiatan belajar dan guru sebagai nilai produk ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Penilaian sikap ilmiah dan sosial produk menggunakan LO yang dilakukan oleh 3 pengamat. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Penilaian sikap sosial peserta didik (penilaian antarteman) dilakukan pada akhir setiap pertemuan setelah kegiatan belajar. Instrumen yang digunakan untuk penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian (rating scale) dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikonversikan ke dalam skala Distribusi data pendukung hasil belajar sikap ilmiah dan sosial dijelaskan sebagai berikut: a) Kelas XI MIA 1 Distribusi data pendukung hasil belajar sikap ilmiah dan sosial secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.42 dan Gambar Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial XI Kelas XI MIA 1` Interval Nilai Tengah Penilaian Antarteman (Proses) Penilaian Guru (Produk) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase , , , , , , Jumlah

76 digilib.uns.ac.id 203 y Frekuensi x Proses Produk Interval Gambar Histogram Penilaian Sikap Ilmiah dan Sosial Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.42 dan Gambar 4.61 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses sikap ilmiah dan sosial terbesar terletak pada nilai 71 sampai nilai 74 nilai tengah 72,5 dengan persentase sebesar 32%. Frekuensi nilai produk sikap ilmiah dan sosial terbesar terletak pada nilai 71 sampai nilai 74 nilai tengah 72,5 dan nilai 79 sampai nilai 82 nilai tengah 80,5 dengan persentase sebesar 28%. Hasil distribusi data selanjutnya didiskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata sikap ilmiah dan sosial proses dan produk. Berikut deskripsi data sikap ilmiah dan sosial proses dan produk disajikan pada Tabel 4.43 dan Gambar Tabel Deskripsi Sikap Ilmiah dan Sosial Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Sikap Ilmiah dan Sosial N Minimum Maksimum Ratarata Std. Deviation Proses ,12 6,13 Produk ,00 6,50

77 digilib.uns.ac.id 204 y 80, ,8 80 Rata-rata 79,6 79,4 79,2 79, ,8 78,6 Gambar HistogramRata-rata Nilai Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.43 dan Gambar 4.62 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap ilmiah dan sosial proses mempunyai nilai minimum 72, nilai maksimum sebesar 94, nilai rata-rata 72,12 dengan standar deviasi 6,13. Hasil belajar sikap ilmiah dan sosial produk mempunyai nilai minimum 71, nilai maksimum sebesar 93, nilai rata-rata 80 dengan standar deviasi 6,50. Berdasarkan deskripsi data hasil belajar sikap ilmiah dan sosial proses dan produk yang diperoleh selanjutnya dihitung rata-rata nilai sikap ilmiah dan sosial peserta didik yang disajikan pada Tabel 4.44 dan Gambar Sikap Ilmiah dan Sosial Proses Produk Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 1 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah 25 x

78 digilib.uns.ac.id 205 y Frekuensi Interval Gambar Histogram Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA x Berdasarkan Tabel 4.44 dan Gambar 4.63 dapat diperoleh frekuensi terbesar nilai sikap ilmiah dan sosial yang terletak pada nilai 71 sampai nilai 74 dan nilai 83 sampai nilai 86 masing-masing sebanyak 7 peserta didik. Frekuensi terendah nilai sikap ilmiah dan sosial yang terletak pada nilai 91 sampai nilai 94 sebanyak 1 peserta didik. Hasil distribusi tersebut kemudian dideskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik. Deskripsi hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik dapat disajikan secara ringkas pada Tabel Tabel Deskripsi Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 1 Hasil Belajar Jumlah Peserta Minimum Maksimum Ratarata Std. Deviation Sikap Ilmiah dan sosial Didik 25 71,25 93,13 79,68 6,19 Berdasarkan deskripsi data pada Tabel 4.45 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik mempunyai nilai rata-rata sebesar 79,68, dengan nilai minimum 71,25, nilai maksimum 93,13 dan dengan standar deviasi sebesar 6,19. Nilai ratarata hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan literasi sains dimensi konten.

79 digilib.uns.ac.id 206 b) Kelas XI MIA 3 Distribusi data pendukung hasil belajar sikap ilmiah dan sosial XI MIA 3 secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.46 dan Tabel 4.46.Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 3` Interval Nilai Tengah Penilaian Antarteman (Proses) Penilaian Guru (Produk) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Jumlah y Frekuensi x Interval Gambar Histogram Penilaian Sikap Ilmiah dan Sosial Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.46 dan Gambar 4.64 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses sikap ilmiah dan sosial terbesar terletak pada nilai 76 sampai nilai 80 nilai tengah 78 dengan persentase sebesar 56%. Frekuensi nilai produk sikap ilmiah dan sosial terbesar terletak pada nilai 81 sampai nilai 85 nilai tengah 83 dengan persentase sebesar 48%. Hasil distribusi data selanjutnya didiskripsikan untuk melihat rata-rata nilai sikap ilmiah dan sosial proses dan produk. Berikut deskripsi data sikap ilmiah dan sosial proses dan produk yang disajikan secara ringkas pada Tabel 4.47 dan Gambar Proses Produk

80 digilib.uns.ac.id 207 Tabel Deskripsi Sikap Ilmiah dan Sosial Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Sikap Ilmiah dan Sosial N Minimum Maksimum Ratarata Std. Deviation Proses ,56 4,91 Produk ,16 4,88 y 83, ,08 82,5 Rata-rata 82 81,5 81, ,5 Sikap Ilmiah dan Sosial Gambar Histogram Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Produk dan Proses Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.47 dan Gambar 4.65 dapat diperoleh hasil belajar sikap ilmiah dan sosial proses mempunyai nilai minimum 76, nilai maksimum sebesar 97, nilai rata-rata 81,56 dengan standar deviasi 4,91. Hasil belajar sikap sosial produk mempunyai nilai minimum 76, nilai maksimum sebesar 96, nilai rata-rata 83,16 dengan standar deviasi 4,88. Berdasarkan deskripsi hasil belajar sikap ilmiah dan sosial proses dan produk yang diperoleh selanjutnya dihitung rata-rata nilai sikap ilmiah dan sosial peserta didik yang disajikan pada Tabel 4.48 dan Gambar Proses Produk Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 3 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah 25 x

81 digilib.uns.ac.id y Frekuensi Gambar Histogram Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.48 dan Gambar 4.66 dapat diperoleh frekuensi terbesar nilai sikap ilmiah dan sosial yang terletak pada nilai 81 sampai nilai 85 sebanyak 13 peserta didik. Frekuensi terendah nilai sikap ilmiah dan sosial yang terletak pada nilai 91 sampai nilai 95 tidak ada peserta didik yang memperpleh nilai tersebut. Hasil distribusi tersebut kemudian dideskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik. Deskripsi hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik dapat disajikan secara ringkas pada Tabel Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Sikap Ilmiah dan Sosial Kelas XI MIA 3 Hasil Belajar Jumlah Peserta Minimum Maksimum Ratarata Std. Deviation Sikap Ilmiah dan Sosial Interval Didik 25 76, ,6 4,35 Berdasarkan Tabel 4.49 dapat diketahui bahwa hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik mempunyai nilai rata-rata sebesar 82,6, dengan nilai minimum 76,45, nilai maksimum 96 dan dengan standar deviasi sebesar 4,35. Nilai rata-rata hasil belajar sikap ilmiah dan sosial peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan literasi sains dimensi konten (Lampiran 28). x

82 digilib.uns.ac.id 209 3) Aspek Pengetahuan Penilaian hasil belajar pengetahuan dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran dan pertemuan terakhir setelah kegiatan belajar berupa tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda. Nilai yang diperoleh kemudian dikonversikan dalam skala Distribusi data pendukung hasil belajar pengetahuan dijelaskan sebagai berikut: a) Kelas XI MIA 1 Distribusi data pendukung hasil belajar pengetahuan secara ringkas disajikan pada Tabel 4.50 dan Gambar Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 1 Interval Nilai Proses Produk Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Jumlah y Frekuensi Interval Gambar Histogram Nilai Produk dan Proses Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA Proses Produk x Berdasarkan Tabel 4.50 dan Gambar 4.67 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses pengetahuan terbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 81 nilai tengah 79 dengan persentase sebesar 40%. Frekuensi nilai produk pengetahuan terbesar terletak pada nilai 82 sampai nilai 86 nilai tengah 84 dengan persentase sebesar 44%.

83 digilib.uns.ac.id 210 Hasil distribusi data selanjutnya dideskripsikan untuk mengetahui rata-rata nilai proses dan produk. Berikut deskripsi data proses dan produk yang disajikan secara ringkas pada Tabel 4.51 dan Gambar Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Pengetahuan Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Pengetahuan N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviation Proses ,84 5,53 Produk ,04 5,52 y Rata-rata x Pengetahuan Gambar Histogram Rata-rata Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Proses dan Produk Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.51 dan Gambar 4.68 diperoleh hasil belajar pengetahuan proses mempunyai nilai minimum 72, nilai maksimum sebesar 92, nilai rata-rata 79,84 dengan standar deviasi 5,53. Hasil belajar pengetahuan produk mempunyai nilai minimum 74, nilai maksimum sebesar 94, nilai rata-rata 84,04 dengan standar deviasi 5,52. 79,92 Berdasarkan deskripsi data hasil belajar pengetahuan proses dan produk yang telah diperoleh selanjutnya nilai yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan pembagian 40% untuk proses berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan essay dan 60% untuk produk berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang disajikan pada Tabel 4.52 dan Gambar ,04 proses produk

84 digilib.uns.ac.id 211 Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 1 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah 25 y Frekuensi Gambar 4.69 Histogram Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 1 Berdasarkan Tabel 4.52 dan Gambar 4.69 dapat diperoleh frekuensi terbesar nilai pengetahuan yang terletak pada nilai 82 sampai nilai 86 sebanyak 9 peserta didik. Frekuensi terendah nilai sikap spiritualyang terletak pada nilai 92 sampai nilai 96 sebanyak 2 peserta didik. 4 Hasil distribusi tersebut kemudian dideskripsikan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan peserta didik. Deskripsi data hasil belajar pengetahuan peserta didik dapat disajikan secara ringkas pada Tabel Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 1 Hasil Belajar Jumlah Peserta Minimum Maksimu m Ratarata Std. Deviation Didik Pengetahuan ,44 5,37 9 Interval Berdasarkan Tabel 4.53 dapat diketahui bahwa hasil belajar pengetahuan peserta didik mempunyai nilai rata-rata sebesar 82,44, dengan nilai minimum 73, nilai maksimum 93 dan dengan standar deviasi sebesar 5,37. commit Nilai rata-rata to user hasil belajar pengetahuan peserta 3 2 x

85 digilib.uns.ac.id 212 didik mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan literasi sains dimensi konten. b) Kelas XI MIA 3 Distribusi data pendukung hasil belajar pengetahuan kelas XI MIA 3 secara ringkas disajikan pada Tabel 4.54 dan Gambar Tabel Distribusi Data Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 3 Interval Nilai Proses Produk Tengah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Jumlah y Frekuensi Interval Gambar 4.70.Histogram Nilai Produk dan Proses Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.54 dan Gambar 4.70 menunjukkan bahwa frekuensi nilai proses pengetahuan terbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 81 nilai tengah 79 dengan persentase sebesar 48%. Frekuensi nilai produk pengetahuan terbesar terletak pada nilai 82 sampai nilai 86 nilai tengah 84 dengan persentase sebesar 32%. Hasil distribusi data selanjutnya didiskripsikan untuk melihat rata-rata nilai proses dan produk. Berikut deskripsi data proses dan produk yang disajikan secara ringkas pada Tabel 4.55 dan Gambar x Proses Produk

86 digilib.uns.ac.id 213 Tabel Deskripsi Hasil Belajar Pengetahuan Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Pengetahuan N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviation Proses ,88 4,79 Produk ,96 5,60 y Rata-rata Gambar 4.71 Histogram Rata-rata Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Proses dan Produk Kelas XI MIA 3 Berdasarkan Tabel 4.55 dan Gambar 4.71 dapat diperoleh hasil belajar pengetahuan proses mempunyai nilai minimum 72, nilai maksimum sebesar 90, nilai rata-rata 79,88 dengan standar deviasi 4,79. Hasil belajar pengetahuan produk mempunyai nilai minimum 77, nilai maksimum sebesar 96, nilai rata-rata 85,96 dengan standar deviasi 5,60. 79,88 Berdasarkan deskripsi hasil belajar pengetahuan proses dan produk yang telah diperoleh selanjutnya nilai yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan pembagian 40% untuk proses berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan essay dan 60% untuk produk berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang disajikan pada Tabel 4.56 dan Gambar Pengetahuan 85,96 Tabel Distribusi Hasil Belajar Pengetahuan Kelas XI MIA 3 Interval Jumlah Peserta Didik Jumlah 25 x proses produk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban kehidupan di era globalisasi semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut telah dirasakan oleh seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Hasil Penelitian 1. Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian dan pengumpulan data merupakan tahap awal dalam pengembangan media

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan sehingga dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengembangan modul biologi berbasis Discovery learning adalah sebagai berikut. 1. Pendahuluan dan Pengumpulan Informasi Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

( Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Semester 2 di SMA Negeri 7 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015) TESIS

( Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Semester 2 di SMA Negeri 7 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015) TESIS PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LABORATORY DIPADUKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (IL-2TS) PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filsafat, pendididikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptanya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Baleendah. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PROSES PENYUSUNAN MODUL, KUALITAS MODUL DAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PROSES PENYUSUNAN MODUL, KUALITAS MODUL DAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PROSES PENYUSUNAN MODUL, KUALITAS MODUL DAN RESPON SISWA TERHADAP MODUL Penelitian ini mempunyai 3 data yakni proses penyusunan modul, kualitas modul, dan respon siswa.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pengembangan Pengembangan modul biologi Discovery Learning Dipadu Survey Dengan Memanfaatkan Potensi Lokal materi fungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian. pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian. pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Peneltian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran matematika berbasis multimedia flash

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran Bahasa inggris dengan konsep media CBI berbasis Adobe Captivate. Metode dalam penelitian

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 117-122 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENINGKATAN AKTIVITAS

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia telah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN Anisah, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 102 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Prototipe Produk 1. Pengumpulan Data Awal a. Analisis Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Analisis KBM dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

Lebih terperinci

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUA N A.

BAB I PENDAHULUA N A. 1 BAB I PENDAHULUA N A. Latar Belakang Penelitian Sains memiliki peran yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu sains diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia (science

Lebih terperinci

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Luthfi Faza Afina Riza Walida 1) Rudiana Agustini 2), Tukiran

Lebih terperinci

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting, planning, develop preliminary form of product dan preliminary

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses penemuan tentang alam secara sistematis. Sains menggunakan suatu pendekatan emperis melalui pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran tentang keteraturan dan keindahan alam sebagai wujud kebesaran

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, 57126

Universitas Sebelas Maret, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang diartikan sebagai usaha membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Menurut Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab I Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi ialah ilmu tentang makhluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan (Campbell et al., 2010). Sebagai ilmu, biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA DENGAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT (STM) DALAM POKOK BAHASAN ENERGI DAN MOMENTUM Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang positif.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI OLEH ALANISA LOLA PASARIBU NIM RSA1C112010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development. Menurut Borg, W.R & Gall, M.D.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DITINJAU DARI PEMENUHAN STANDAR PENDIDIK DAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI SMA

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DITINJAU DARI PEMENUHAN STANDAR PENDIDIK DAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI SMA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah utama dalam pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LABORATORY (LAB) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI PROSES PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LABORATORY (LAB) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI PROSES PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LABORATORY (LAB) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI PROSES PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan embedded

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang ditujukan untuk menilai dan mendeskripsikan fakta sebanyakbanyaknya terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI KONTEN PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI TESIS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI KONTEN PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI TESIS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BOUNDED INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI KONTEN PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa pocket book IPA berpendekatan authentic inquiry learning. Berdasarkan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of Science untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik kelas VII Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di era globalisasi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap dalam situasi dimana banyak nilai yang berubah tetapi banyak pula nilainilai yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi yang sangat cepat perlu upaya proaktif dari pemerintah seperti perubahan kurikulum sains. Perubahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data hasil analisis kebutuhan Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di peroleh informasi sebagai berikut banyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa 35 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan saintifik menggunakan model discovery learning ini adalah metode

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan fakta yang ada di lapangan saat ini, pembelajaran sains secara utuh belum dilaksanakan, banyak ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu kimia ada dua hal yang tidak dapat terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Kimia sebagai produk artinya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA () BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA Yanuar Sinatra Dosen Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Malang Email: ysinatra@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran kalkulus kelas XI semester genap dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam dan dijelaskan ke dalam bahasa matematika. Karakteristik ilmu fisika seperti Ilmu Pengetahuan Alam lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) dengan produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA kelas XI. Pengembangan menggunakan model ADDIE (Analysis,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA kelas XI. Pengembangan menggunakan model ADDIE (Analysis, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Media Pembelajaran Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran matematika berbasis macromedia flash pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk Hasil penelitian dan pengembangan ini yaitu produk modul elektronik berbasis PBL. Bahan kajian yang dikembangkan mengacu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali III. METODE PENELITIAN A. Rencana Pelaksanaan Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci