BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis. Bahan kajian Standar Kompetensi; mengagumi dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudknnya dalam pengamatan ajaran agama yang dianutnya. yang dikembangkan adalah Kompetensi Dasar 3.8 yaitu mendiskripsi interaksi antar mahkluk hidup dengan lingkungannya, dan K.D. 3.9 yaitu mendiskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi kehidupan. Data hasil dari tahapan penelitian pengembangan ini melalui 4 tahapan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). a) Pendefinisian (Define) Tahap pendefinisian ini mencakup 8 langkah yaitu: analisis PISA, analisis 8 Standar Pendidikan Nasional, analisis Ujian Nasional, analisis Kurikulum, Analisis Proses Pembelajaran, analisis Bahan Ajar, analisis Kemampuan Analisis, dan Kepedulian Lingkungan. Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini tercermin dari hasil Study Programme For International Assesment (PISA) selama 4 periode evaluasi menunjukkan prestasi pelajar Indonesia bidang IPA mengalami penurunan. Jumlah anggota PISA terdiri dari 64 negara, prestasi pelajar Indonesia tahun 2003 peringkat 38, tahun 2006 peringkat 50, tahun 2009 peringkat 60 dan tahun 2012 peringkat 64 (Lampiran 2: 106) Hasil analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 poin, di SMP Negeri 1 Sragen, antara lain: (1) Standar Kompetensi Lulusan (1,39); (2) Standar Isi (4,67); (3) Standar Proses (1,86); (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (0,93); (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan (3,25). 67

2 Wawancara dilakukan kepada wakasek kurikulum dan guru mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel Capaian Skor Pemenuhan 8 SNP Skor ideal Jumlah Indikator Kontribusi Implementasi SNP gap Skor % Skor % % Min Max Mean Standar , ,72 1, ,63 I Standar , ,26 4, ,00 II Standar , ,81 1, ,67 III Standar , ,35 0, ,82 IV Standar V , , ,00 Standar , , ,00 VI Standar 3 9 4,17 9 4, ,00 VII Standar , ,81 3, ,46 VIII Total ,96 12,04 68 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan capaian skor pemenuhan delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMP Negeri 1 Sragen adalah 87,96% sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Namun, masih terdapat gap antara skor ideal dengan skor pencapaian di lapangan yaitu sebesar 12,04%. Skor gap tersebut berasal dari kontribusi beberapa komponen SNP yang memperoleh skor 1 dan 2. Komponen standar yang paling banyak memiliki gap adalah standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan dengan persentase 4,69%; 3,25%; dan 1,86%. Standar proses berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar di sekolah, sumber belajar/ bahan ajar, serta perangkat dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil analisis Ujian Nasional (UN) di SMP Negeri 1 Sragen ditujukan untuk mengetahui capaian nilai IPA sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Tabel Nilai Ujian Nasional (NUN) IPA SMP N 1 Sragen Tahun Ajaran Rata-rata Nilai Peringkat Tk. Kabupaten 2012/ / / Sumber: kurikulum SMP Negeri 1 Sragen

3 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan analisis hasil UN 2014/2015 pada tema Ekosistem rata-rata skor yang diperoleh siswa SMP Negeri 1 Sragen dan hasil UN IPA mempunyai rata-rata tergolong rendah dibanding dengan mata pelajaran lain yang masuk dalam Ujian Nasional. Berdasarkan hasil analisis kurikulum pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Sragen pada tahun penelitian mengacu pada Kurikulum Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran IPA menggunakan IPA Terpadu, meskipun sudah terpadu proses keterpaduan tidak diperhatikan. Kompetensi dasar dan standar kompetensi disajikan secara terpisah antara kajian sains itu sendiri. Akibatnya peserta didik tetap tidak mengerti bahwa materi yang dipelajarinya itu ada kaitan yang dekat dengan materi yang lain. Sebagai akibatnya mengalami kesulitan dalam menyusun desain pembelajaran IPA Terpadu. Hasil analisis tema Ekosistem mencakup 2 Kompetensi Dasar yaitu K.D Mendiskripsikan Interaksi antar Mahkluk Hidup dan Lingkungan dan K.D Dampak Pencemaran bagi Kehidupan disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Analisis Materi Tema Ekosistem Terhadap Pemberdayaan Kemampuan Analisis. Tema Kajian Materi Pemberdayaan Kemampuan Analisis Ekosistem Interaksi mahkluk hidup dengan lingkungan Pencemaran Siswa 69 Materinya belum memberdayakan Kemampuan analisis siswa karena hanya memberikan informasi materi. Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa materi tema Ekosistem belum memberdayakan kemampuan analisis peserta didik, materi hanya memberikan informasi kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ( menganalisis). Hasil analisis bahan ajar, digunakan di SMP Negeri 1 Sragen diperoleh hasil bahwa materinya sudah lengkap juga disertai dengan contoh-contoh namun masih bersifat umum. Bahan ajar tersebut lebih dominan pada materi dan latihan soal, belum mengoptimalkan kemampuan analisis peserta didik melalui diskusi dan eksperimen, serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Bahan ajar tersebut juga tidak dilengkapi dengan gambar/simbol dengan warna yang menarik dan bahasa

4 70 yang digunakan kurang komunikatif. Bahan ajar tersebut umumnya belum memanfaatkan dengan potensi sekolah, potensi lingkungan di sekitar peserta didik, serta karakteristik peserta didik. Hasil observasi kegiatan laboratorium di SMP Negeri 1 Sragen menunjukkan pemakaian belum optimal. Ruang laboratorium difungsikan untuk kelas, karena keterbatasan jumlah ruang kelas. Dampaknya peserta didik kurang dilatih ketrampilan proses sains yang mendukung pengembangan kemampuan analisis peserta didik. Hasil analisis proses pembelajaran di kelas: a). Pembelajaran menggunakan metode konvensional atau berpusat pada guru sehingga keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah; b). Siswa kurang bersemangat dalam belajar IPA terlihat dari aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran hanya duduk dan mendengar; c). Siswa merasa pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dan tumit sehingga terkadang membosankan. Hasil analisa kemampuan analisis peserta didik di SMP Negeri 1 Sragen menunjukkan masih perlu ditingkatkan, dapat dilihat dari hasil pretest menggunakan soal analisis (C4) Bloom khususnya pada materi Ekosistem menunjukkan hasil belum optimal, nilai rata-rata diperoleh 74,5. Data berupa nilai rata-rata (Lampiran 4). Hasil analisis kepedulian lingkungan peserta didik melalui angket dan observasi menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan masih rendah, ditandai ada sebagaian peserta didik yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Kesimpulan dari hasil analisa studi pendahuluan tersebut di atas yang permasalahan paling menonjol terdapat pada bahan ajar. Melihat permasalahan yang tersebut di atas, maka perlu dikembangkan bahan ajar berupa modul Terpadu tema Ekosistem dengan pendekatan jelajah alam sekitar untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis b) Perancangan (Design) Draf awal disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum, analisis materi, observasi dan tujuan penyusunan modul. Analisis kebutuhan digunakan sebagai rujukan pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhkan guru dan siswa. yaitu diarahkan pada pengembangan modul IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan JAS untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis.

5 71 Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka dapat dilakukan perencanaan pembelajaran sebagai berikut: a). SK yang dipilih untuk dikembangkan adalah Standar Kompetensi 4 dengan Kompetensi Dasar yang dipilih adalah 3.8 yaitu Menjelaskan Keterkaitan antar mahkluk hidup dengan Lingkungannya; b). Tujuan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan hakikat sains yaitu tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik; c). Bahan ajar yang dikembangkan berupa modul. Modul berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. Namun, dalam modul ini juga diberikan kesempatan untuk siswa bereksperimen dan berdiskusi dalam kelompok sehingga selain dapat digunakan untuk belajar mandiri, modul ini juga dapat melatih siswa untuk bekerja sama, menyumbangkan pendapat, dan saran dalam diskusi kelompok. Modul yang dikembangkan terdiri dari tiga kegiatan belajar yaitu lingkungan, pencemaran, dan pemanasan global. Setiap kegiatan terdiri atas bagian-bagian berikut: 1) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator; 2) asah pemahaman; 3) wacana; 7) info sains; 8) rangkuman; 9) wawasan sains; 10) evaluasi; 11) petunjuk penilaian, tugas individu, dan refleksi diri; 12) kunci jawaban dan pembahasan, daftar pustaka, serta glosarium. Selain itu, dalam modul ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan peta konsep di bagian awal modul. Daftar pustaka dan kunci jawaban terdapat dibagian akhir modul: a). Model pembelajaran yang dipilih agar peserta didik lebih aktif dan berhubungan dengan lingkungan selama pembelajaran adalah IPA terpadu berorientasi JAS yang menuntut siswa untuk melakukan prediksi/ dugaan sementara terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian melakukan pengamatan atau eksperimen untuk membuktikan hasil pengamatan, dan menjelaskan kesesuaian hasil pengamatan/ eksperimen dengan hasil prediksi; b). Pembelajaran IPA erat kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber belajar IPA karena adanya gejala-gejala di alam dapat memunculkan persoalan-persoalan sains. Khususnya pada materi ekosistem, lingkungan dapat dijadikan sebagai contoh riil dalam mempelajari permasalahan dan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

6 72 Setelah bahan-bahan yang diperlukan dalam pengembangan modul terkumpul, selanjutnya peneliti membuat desain modul sesuai dengan tahapan IPA terpadu berorientasi JAS yang telah diintegrasikan dalam komponen modul. Produk yang dihasilkan berupa modul IPA Terpadu berorientasi JAS pada tema Ekosistem. Modul terdiri atas bagian awal, inti, dan penutup. Bagian awal terdiri atas judul modul, petunjuk penggunaan modul, dan peta konsep. Bagian inti terdiri atas identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, asah pemahaman, wacana, permasalahan, rancangan percobaan, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pemecahan masalah, rangkuman, dan wawasan sains yang berisi informasi peneliti dalam bidang sains atau informasi yang berhubungan dengan materi. Bagian penutup terdiri atas evaluasi, petunjuk penilaian, refleksi diri, tugas individu, daftar pustaka, kunci jawaban dan pembahasan, serta glosarium. Desain awal modul yang telah dikembangkan terdapat komponen-komponen sebagai berikut: a). Halaman Sampul, pada halaman sampul terdiri atas komponen sebagai berikut: (1) judul modul yaitu modul pembelajaran IPA Terpadu; (2) materi Ekosistem; (3) gambar/ ilustrasi kondisi lingkungan; (4) Sasaran/ pengguna modul yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Sragen; (5) Nama pembuat modul; (6) Tulisan lembaga seperti Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, dan Universitas Sebelas Maret, dan Tahun modul disusun; b). Kata Pengantar, memuat informasi tentang peran modul IPA Terpadu berorientasi JAS pada tema Ekosistem dalam proses pembelajaran serta penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul; c). Daftar Isi, memuat bagian-bagian atau komponen modul yang dilengkapi dengan nomor halaman; d). Petunjuk Penggunaan Modul, memuat panduan tatacara menggunakan modul bagi siswa, yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul secara benar, serta perlengkapan, seperti sarana prasarana/ fasilitas yang harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan belajar; e). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, standar kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini yaitu menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem sedangkan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian alam; f). Indikator Pembelajaran, memuat indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran sesuai

7 73 dengan materi yang dipelajari yang terdiri dari indikator kognitif, psikomotor, dan afektif. Namun, dalam modul yang dikembangkan hanya dicantumkan indikator kognitif; g) Wacana/ Materi, berisi uraian pengetahuan/konsep/prinsip tentang kompetensi yang sedang dipelajari; h) Permasalahan, wacana yang memuat deskripsi permasalahan di lingkungan sekitar; i) Info Sains, memuat materi pembelajaran sesuai dengan kegiatan yang sedang dipelajari; j) Rangkuman dan Wawasan Sains, memuat rangkuman materi yang telah dipelajari serta pada wawasan sains memuat tentang penemuan atau penelitian yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga dapat menambah pengetahuan siswa; k). Evaluasi, berisi sepuluh soal tes pilihan ganda; l) Petunjuk Penilaian, berisi petunjuk untuk menilai hasil evaluasi yang telah dikerjakan siswa; m) Tugas Individu, berisi instruksi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa berupa rangkuman, laporan, maupun pengamatan; n) Refleksi Diri, penjelasan atau ketentuan untuk dapat mempelajari materi selanjutnya; o) Kunci Jawaban dan Pembahasan, berisi jawaban tes pilihan ganda yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran yang dilengkapi dengan pembahasan/penjelasan secara singkat; p). Daftar Pustaka, semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan modul; q) Glosarium, memuat daftar istilah penting yang disertai dengan penjelasnnya. 3. Pengembangan (Develop) Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan draf II modul pembelajaran IPA berdasarkan masukan para validator ahli, praktisi (guru IPA) dan siswa. Tahap-tahap pengembangan ini adalah: a) Validasi modul, tahap selanjutnya adalah validasi. Validasi pertama (draft I) dilakukan oleh validator ahli dan praktisi meliputi validasi instrumen pembelajaran dan aspek dalam modul (materi, keterbacaan, dan penyajian). Data hasil pengujian pertama ini meliputi data hasil validasi oleh dua orang ahli dan praktisi. Validasi aspek keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh ahli Bahasa modul disajikan pada Tabel 4.4.

8 74 Tabel 4.4. Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli Bahasa No. Aspek Rata-rata Kategori Keterbacaan 1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar 3 Baik 2. Peristilahan 3,5 Baik 3. Kejelasan bahasa 3 Baik 4. Kesesuaian bahasa 3,25 Baik Rata-rata 3,17 Baik Materi 1. Kelengkapan materi 3,25 Baik 2. Keakuratan materi 3 Baik 3. Kegiatan yang mendukung pembelajaran 3,33 Baik 4. Kemutakhiran materi 3,5 Baik 5. Materi dapat meningkatkan kompetensi 3,13 Baik sains siswa 6. Materi mengikuti sistematika keilmuan 3,25 Baik 7. Materi mengembangkan keterampilan dan 3 Baik kemampuan berpikir Rata-rata 3,2 Baik Penyajian 1. Organisasi penyajian umum 3,5 Baik 2. Penyajian mempertimbangkan 3,5 Baik kebermaknaan dan kebermanfaatan 3. Melibatkan siswa secara aktif 3 Baik 4. Tampilan umum 3,17 Baik 5. Variasi dan cara penyampaian informasi 3 Baik 6. Anatomi modul pelajaran 3,75 Sangat Baik 7. Memperhatikan kode etik dan hak cipta 3,5 Baik Rata-rata 3,36 Baik Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan hasil Validator Ahli diperoleh rata-rata 3,17 untuk aspek keterbacaan, aspek materi 3,2 sedangkan aspek penyajian 3,36. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan modul pembelajaran sudah dalam kategori Baik. Hasil Validasi modul oleh Praktisi disajikan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5. Hasil Validasi Modul Oleh Praktisi No. Aspek Rata-rata Kategori Keterbacaan 1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar 3,5 Baik 2. Peristilahan 3,5 Baik 3. Kejelasan bahasa 4 Sangat Baik 4. Kesesuaian bahasa 4 Sangat Baik Rata-rata 3,75 Sangat Baik Materi 1. Kelengkapan materi 3,75 Baik

9 Lanjutan Tabel Keakuratan materi 4 Baik 3. Kegiatan yang mendukung pembelajaran 4 Baik 4. Kemutakhiran materi 4 Sangat Baik 5. Materi dapat meningkatkan kompetensi 3,75 Sangat Baik sains siswa 6. Materi mengikuti sistematika keilmuan 3,75 Sangat Baik 7. Materi mengembangkan keterampilan dan 4 Sangat Baik kemampuan berpikir Rata-rata 3,87 Sangat Baik Penyajian 1. Organisasi penyajian umum 4 Sangat Baik 2. Penyajian mempertimbangkan 4 Sangat Baik kebermaknaan dan kebermanfaatan 3. Melibatkan siswa secara aktif 4 Sangat Baik 4. Tampilan umum 3,83 Sangat Baik 5. Variasi dan cara penyampaian informasi 4 Sangat Baik 6. Anatomi modul pelajaran 4 Sangat Baik 7. Memperhatikan kode etik dan hak cipta 4 Sangat Baik Rata-rata 3,96 Sangat Baik 75 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh dari aspek keterbacaan 3,75, materi 3,87, dan penyajian 3,96. Berdasarkan penilaian oleh praktisi modul tersebut masuk dalam kategori Sangat Baik. Validasi Intrumen Pembelajaran oleh Validator Ahli Perangkat Pembelajaran disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Validasi Modul Oleh Ahli Perangkat Pembelajaran No. Aspek Rata-rata Kategori Silabus 1. Perumusan tujuan pembelajaran 3 Baik 2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 3,38 Baik 3. Kegiatan yang mendukung 3 Baik 4. Model dan metode pembelajaran 3,13 Baik 5. Penilaian hasil belajar 3,16 Baik Rata-rata 3,15 Baik RPP 1. Perumusan tujuan pembelajaran 3 Baik 2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 3,38 Baik 3. Kegiatan yang mendukung 3,17 Baik 4. Model dan metode pembelajaran 3,38 Baik 5. Penilaian hasil belajar 3 Baik Rata-rata 3,21 Baik Lembar Observasi Kinerja Siswa 1. Aspek yang diamati sesuai dengan SK, KD, 3,5 Baik dan indicator 2. Aspek yang diamati meliputi kognitif, 3,5 Baik afektif, dan psikomotor 3. Aspek yang dinilai mudah diamati 3,5 Baik

10 Lanjutan Tabel Kesesuaian aspek dengan penskoran 3 Baik 5. Aspek yang diamati dapat disimpulkan 3,5 Baik dengan rata-rata skor 6. Kemampuan yang diukur tidak terlalu 3 Baik banyak 7. Aspek yang diamati dapat didefinisikan 3 Baik dengan jelas 8. Aspek yang diamati dapat diulang penilaian 3,5 Baik 9. Urutan kriteria aspek yang diamati sesuai 3 Baik dengan urutan yang diamati 10. Aspek yang diamati sudah relevan dengan 3,5 Baik kriteria yang sudah ada Rata-rata 3,3 Baik Tabel 4.6 menunjukkan bahwa penilaian silabus 3,15, RPP 3,21, dan lembar observasi 3,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori Baik. Validasi Intrumen Pembelajaran oleh Praktisi disajikan pada Tabel 4.7. Tabel. 4.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Praktisi No. Aspek Rata-rata Kategori Silabus 1. Perumusan tujuan pembelajaran 3,83 Sangat Baik 2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 4 Sangat Baik 3. Kegiatan yang mendukung 3,67 Sangat Baik 4. Model dan metode pembelajaran 3,88 Sangat Baik 5. Penilaian hasil belajar 4 Sangat Baik Rata-rata 3,88 Sangat Baik RPP 1. Perumusan tujuan pembelajaran 4 Sangat Baik 2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 4 Sangat Baik 3. Kegiatan yang mendukung 3,67 Sangat Baik 4. Model dan metode pembelajaran 3,88 Sangat Baik 5. Penilaian hasil belajar 4 Sangat Baik Rata-rata 3,91 Sangat Baik Lembar Observasi Kinerja Siswa 1. Aspek yang diamati sesuai dengan SK, KD, 4 Sangat Baik dan indicator 2. Aspek yang diamati meliputi kognitif, 4 Sangat Baik afektif, dan psikomotor 3. Aspek yang dinilai mudah diamati 4 Sangat Baik 4. Kesesuaian aspek dengan penskoran 4 Sangat Baik 5. Aspek yang diamati dapat disimpulkan 3,5 Sangat Baik dengan rata-rata skor 6. Kemampuan yang diukur tidak terlalu 4 Sangat Baik banyak 7. Aspek yang diamati dapat didefinisikan dengan jelas 4 Sangat Baik

11 Lanjutan Tabel Aspek yang diamati dapat diulang penilaian 4 Sangat Baik 9. Urutan kriteria aspek yang diamati sesuai 4 Sangat Baik dengan urutan yang diamati 10. Aspek yang diamati sudah relevan dengan 3,5 Sangat Baik kriteria yang sudah ada Rata-rata 3,9 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian silabus adalah 3,88; RPP sebesar 3,91; dan lembar observasi kinerja sebesar 3,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori Sangat Baik. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa modul dan perangkat pembelajaran sudah layak untuk diuji coba secara terbatas, tetapi memerlukan beberapa perbaikan. b) Revisi Produk Tahap I Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator ahli dan praktisi diperoleh beberapa masukan/ saran untuk perbaikan/revisi modul sebelum diuji dalam skala terbatas. Saran serta perbaikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Saran dan Hasil Revisi Tahap I No. Saran Revisi Tahap I 1. Materi disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan disertai contoh-contoh yang mudah dipahami. Materi telah disesuaikan dengan perkembangan IPTEK dan ditambahkan contoh-contoh yang mudah dipahami siswa. 2. Materi dibuat agar lebih aplikatif bagi siswa Materi telah dibuat lebih aplikatif sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Materi terlalu sedikit sehingga perlu Materi telah ditambahkan. ditambahkan. 4. Materi perlu dicantumkan sumber/catatan kaki. Sumber/catatan kaki telah ditambahkan. 5. Indikator pada modul tidak perlu dicantumkan semua. Indikator yang dicantumkan pada modul hanya indikator kognitif. 6. Gambar dalam modul harus dicantumkan sumbernya. Gambar dalam modul sudah dicantumkan sumbernya. 7. Diberikan tambahan peta konsep pada tiap sub bab, tidak hanya peta konsep secara keseluruhan. Peta konsep telah ditambahkan per sub bab materi yaitu pencemaran air, udara, dan tanah. 8. Diberikan gambaran modul dengan penjelasan singkat agar siswa mudah Gambaran modul telah ditambahkan beserta penjelasan singkat. memahami cara penggunaan modul. 9. Petunjuk penggunaan tidak hanya dibuat untuk siswa tetapi perlu ditambahkan Petunjuk penggunaan bagi guru telah ditambahkan. petunjuk penggunaan bagi guru. 10. Setiap komponen modul diberikan Setiap komponen modul telah

12 Lanjutan Tabel gambar/simbol tertentu agar lebih menarik. 11. Setiap komponen modul diberikan kolom yang berisi kata/instruksi sehingga mempermudah siswa dalam meggunakan modul. 12. Menyamakan indikator dan tujuan yang ada di RPP dan silabus. diberikan gambar/ simbol supaya lebih menarik. Kolom yang berisi instruksi telah ditambahkan dalam setiap komponen. Indikator dan tujuan yang ada di silabus dan RPP sudah disamakan. Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa masukan dari ahli dan praktisi, telah dilakukan beberapa perbaikan untuk modul dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam uji terbatas. Perbaikan untuk modul adalah dengan penambahan materi yang disesuaikan dengan perkembangan IPTEK, selain itu tampilan modul mulai dari cover beserta isinya dibuat lebih berwarna dan disertai gambar agar lebih menarik. c) Hasil Pegujian Tahap II (Uji Coba Terbatas) Uji coba terbatas dilakukan terhadap sepuluh orang siswa. Data diperoleh dari angket dan wawancara tanggapan siswa terhadap modul. Hasil dari angket uji coba terbatas dapat dilihat pada Tabel 4.9. (Lampiran 6). Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Terbatas No. Aspek Rata-rata Kategori 1. Materi 3,36 Baik 2. Penyajian 3,53 Sangat Baik 3. Keterbacaan 3,53 Sangat Baik Tabel 4.9 menunjukkan skor rata-rata untuk aspek materi adalah 3,66 dengan kategori Baik, aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,53 dengan kategori Sangat Baik, dan aspek keterbacaan memperoleh rata-rata 5,53 dengan kategori Sangat Baik. Hasil wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa: 1) sebelumnya siswa pernah diberikan modul tetapi hanya berupa modul latihan soal; 2) rata-rata siswa mengatakan bahwa modul IPA terpadu berorientasi JAS menarik dan membuat mereka ingin mempelajari materi Ekosistem; 3) isi dari modul mudah dipahami; 4) menurut siswa modul ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; 5) materi di dalam modul cukup membantu dan membuka wawasan baru bagi siswa khususnya pada materi Ekosistem; 6) langkah-langkah dalam modul sudah jelas dan detail sehingga mudah untuk dipelajari dan dilakukan; 7) gambar dalam modul sudah

13 79 jelas dan menarik karena berwarna; 8) bahasa yang digunakan sudah cukup jelas, komunikatif, dan mudah dipahami; 9) materi sudah lengkap dan dihubungkan dengan kondisi lingkungan sekitar; 10) beberapa siswa mengatakan jika soal di dalam modul cukup sulit. Berdasarkan hasil angket dan wawancara terhadap siswa diperoleh beberapa saran/masukan sebagai berikut: 1) terdapat beberapa siswa yang menyatakan bahwa perlu diberi tambahan pada materi. Namun, ada juga yang menyarankan agar materi dan bahasa dalam modul dibuat lebih ringkas; 2) ilustrasi/gambar dibuat sejelas mungkin agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa modul sudah layak untuk diuji coba lapangan, tetapi memerlukan beberapa perbaikan. Hasil uji coba terbatas dapat dilihat selengkapnya pada (Lampiran 6 : 172). d) Revisi Produk Tahap II Setelah diuji coba secara terbatas, terdapat beberapa masukan dari siswa. Perbaikan telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan yang telah didapatkan. Tabel Saran dan Revisi Tahap II No. Saran Revisi Tahap II 1. Ada beberapa siswa yang menyatakan bahwa perlu diberi tambahan pada materi. Namun, ada juga yang menyarankan agar materi dan bahasa dalam modul dibuat lebih ringkas 2. Ilustrasi/gambar dibuat sejelas mungkin agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Beberapa bagian dari materi telah ditambahkan agar lebih lengkap, dan dibuat dengan bahasa yang jelas agar lebih mudah dipahami siswa. Ilustrasi/gambar telah dibuat lebih jelas. Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa materi dan bahasa dalam modul dibuat lebih ringkas dan ilustrasi atau gambar dibuat lebih jelas. Revisi taha kedua materi telah ditambahkan agar lebih lengkap dan bahasa diperbaiki sehingga lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Ilustrasi dan gambar telah dibuat lebih jelas. e) Hasil Pengujian Ketiga (Uji Coba Lapangan) Uji coba lapangan menggunakan 32 sampel yaitu kelas 7A. Data yang diperoleh dalam tahap uji coba lapangan meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa terhadap modul pembelajaran, dan data hasil belajar yang meliputi ranah

14 kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Data yang diperoleh dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Keterlaksanaan Pembelajaran Data keterlaksanaan sintaks pada tahap uji coba lapangan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel Tabel 4.11 Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran IPA Terpadu berorientasi JAS Pertemuan Pengamat (%) Rata-rata (%) Kategori Aktivitas Guru I II I 85,71 82,14 83,93 Sangat Baik II 92,85 92,85 92,85 Sangat Baik III ,86 96,43 Sangat Baik Aktivitas Siswa I Baik II 91,67 88,89 90,28 Sangat Baik III 97,22 94,44 95,83 Sangat Baik 80 Tabel 4.11 menunjukkan persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran guru dan siswa yang diperoleh dari dua pengamat. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada pertemuan I adalah 83,93%, pertemuan II adalah 92,85%, dan pertemuan III adalah 96,43%. Berdasarkan rerata yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat dikategorikan Sangat Baik. Rerata yang diperoleh aktivitas siswa pada pertemuan I adalah 75% dengan kategori Baik, pada pertemuan II adalah 92,85%, dan pertemuan III adalah 96,43% sehingga dapat dikategorikan Sangat Baik. Data keterlaksanaan sintaks selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 7). 2) Data Hasil Belajar Siswa i) Tes Kognitif Deskripsi data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari nilai pretest dan postest disajikan pada Tabel Tabel 4.12 Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Jenis Tes Jumlah Mean Standar Maksimum Minimum siswa Deviasi Pretest 32 64,41 7, Postest 32 81,44 8,

15 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa rerata sebelum diberikan pembelajaran dengan modul adalah 64,41 dengan standar deviasi 7,89; nilai minimum yang diperoleh adalah 60; dan nilai maksimum yang diperoleh 87. Mean sesudah diberikan modul pembelajaran adalah 81,44 dengan standar deviasi 8,654; nilai maksimum yang diperoleh adalah 93; dan nilai minimum yang diperoleh 60. Data deskripsi hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 9). Nilai pretest dan postest tersebut kemudian dihitung tingkat kenaikan hasil belajarnya untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan modul. Rumus yang digunakan adalah rumus N-gain ternormalisasi. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32 orang siswa adalah 0,45. Menurut kriteria Hake (1998: 1) nilai tersebut menunjukkan bahwa kenaikan hasil belajar siswa dalam kategori Sedang.Setelah dilakukan perhitungan N-gain ternormalisasi, hasil belajar selanjutnya diuji prasyarat sebelum dilakukan uji t. Data selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 10). Tabel Ringkasan hasil analisis nilai pretest dan postest hasil belajar disajikan pada Tabel Ringkasan Hasil Analisis Nilai Pretest dan Postest Uji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan Normalitas Kolmogorof- Sig pretest= 0,621 Ho diterima Data normal Smirnov Sig postest= 0,502 Homogenitas Levene s test Sig Ho diterima Data homogeny Hasil Pretes- Paired t hitung = -8,464 Ho ditolak Hasil tidak Postes sample t-test p= 0,00 sama (ada beda) 81 Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh ringkasan hasil analisis nilai siswa diketahui bahwa normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,621 untuk pretes dan 0,502 untuk postes, kedua nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai pretest dan postest berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,372 yang berarti signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi setiap sampel sama (homogen). Data nilai pretest dan postest yang telah diketahui bahwa distribusinya normal dan homogen selanjutnya dianalisis dengan uji paired sample t-test (Uji t dua sampel berpasangan). Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung = -8,464 dengan probabilitas

16 82 sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa sebelum diberikan modul pembelajaran dengan nilai hasil belajar siswa setelah diberikan modul pembelajaran. Merujuk pada hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemberian modul berorientasi IPA terpadu berorientasi JAS pada materi pencemaran ini dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan mean ± SD diperoleh bahwa rata-rata nilai postest (81,44) lebih tinggi daripada nilai pretest (61,41), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa semakin baik atau mengalami peningkatan. Data selengkapnya mengenai analisis hasil belajar kognitif dapat dilihat pada (Lampiran 9). ii) Hasil Belajar Psikomotorik Penilaian hasil belajar psikomotorik dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran dan pada pertemuan terakhir dilakukan wawancara dan observasi unjuk kerja. Penilaian psikomotorik siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat, sedangkan untuk penilaian unjuk kerja menggunakan wawancara dan lembar observasi yang dilakukan oleh guru. Data hasil penilaian hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.14 Hasil Belajar Psikomotorik Jumlah Siswa Pertemuan I (%) Pertemuan II (%) Pertemuan III (%) 32 87,34 89,45 89,84 Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa hasil belajar psikomotorik pada pertemuan I materi pencemaran air adalah 87,34%, pertemuan II materi pencemaran udara sebesar 89,45%, dan materi pencemaran tanah pada pertemuan ketiga sebesar 89,84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotor siswa termasuk dalam kategori Sangat Baik. Data hasil belajar psikomotorik selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 11). iii) Hasil Belajar Afektif

17 83 Penilaian hasil belajar afektif dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Penilaian afektif siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat Data hasil penilaian yang disajikan merupakan hasil penilaian lembar observasi afektif dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.15 Hasil Belajar Afektif Jumlah Siswa Pertemuan I (%) Pertemuan II (%) Pertemuan III (%) 32 81,51 84,11 84,4 Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa hasil belajar afektif pada pertemuan I adalah 81,51%, pertemuan II sebesar 84,11%, dan pertemuan ketiga sebesar 84,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotor siswa termasuk dalam kategori Sangat Baik. Data hasil belajar Afektif selengkapnya dapat dibaca pada (Lampiran 12). 3) Data Penilaian Modul oleh Siswa Penilaian modul oleh siswa dilakukan dengan menggunakan angket dan kuisioner. Data hasil analisis angket disajikan pada Tabel Tabel 4.16 Hasil Analisis Angket Penilaian Modul No. Aspek Rata-rata Kategori 1. Materi 3,3 Baik 2. Penyajian 3,3 Baik 3. Keterbacaan 3,2 Baik Berdasarkan Tabel 4.16 diperoleh rerata dari aspek materi sebesar 3,3; aspek penyajian sebesar 3,3 dan aspek keterbacaan sebesar 3,2 sehingga dapat digolongkan dalam kategori Baik. (Lampiran 8). Menurut hasil kuisioner siswa secara umum diperoleh hasil sebagai berikut: 1) siswa pernah mengggunakan modul pembelajaran sebelumnya tetapi tidak berwarna dan kurang menarik karena lebih banyak latihan soal-soal; 2) modul yang dikembangkan membuat siswa ingin mempelajari materi pencemaran; 3) bahasa yang jelas dan komunikatif membuat modul ini mudah dipahami; 4) adanya permasalahan dan praktikum melatihkan siswa dalam pemecahan masalah; 5) menambah wawasan dan

18 84 mempermudah materi pencemaran; 6) langkah-langkah pembelajaran cukup mudah dilakukan; 7) penggunaan gambar yang berwarna membuat modul lebi menarik; 8) bahasa sudah komunikatif, jelas, dan mudah dipahami; 9) materi dalam modul sudah cukup lengkap; 10) beberapa siswa ada yang menjawab soal mudah dikerjakan tetapi ada beberapa juga yang menjawab jika soal latihan pada modul sulit. Data hasil kuisioner siswa selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 8). 1. Penyempurnaan (Revisi III) Berdasarkan hasil uji lapangan diperoleh beberapa saran dari siswa untuk perbaikan modul yang disajikan pada Tabel Tabel 4.17 Saran dan Revisi Tahap III No. Saran Revisi Tahap III 1. Gambar diperjelas, karena ada beberapa Gambar sudah diperjelas bagian yang kabur (tidak jelas) 2. Cover dibuat lebih menarik Cover telah diubah agar lebih menarik. 3. Soal dalam modul dibuat lebih mudah untuk dipahami Soal-soal disertai kunci jawaban dan penjelasan. 4. Penyebaran (Disseminate) a. Kelayakan Produk Pengembangan Berdasarkan hasil yang diperoleh saat uji coba ahli diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek keterbacaan oleh ahli adalah 3,17 dan oleh pakar sebesar 3,75. Rata-rata aspek materi oleh ahli adalah 3,2 dan oleh pakar sebesar 3,87 sedangkan rata rata-rata aspek penyajian oleh ahli adalah 3,36 dan oleh pakar sebesar 3,96. Secara umum kriteria modul menurut ahli adalah Baik dan menurut praktisi adalah Sangat Baik, sehingga modul tersebut sudah layak untuk diujicobakan dalam uji terbatas. Skor paling tinggi adalah pada aspek penyajian, hal tersebut dikarenakan dalam penyajian modul menggunakan gambar serta warna yang menarik. Gambar dan warna dapat dijadikan daya tarik dan mengurangi kebosanan saat membaca modul. Sistematika penyajian pada modul runtut meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Materi disajikan secara sistematis dan logis, serta mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.

19 85 Aspek materi modul cukup baik, tetapi disarankan untuk ditambah dengan materi yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena materi disajikan dengan bahasa yang interaktif, serta dapat meningkatkan kompetensi sains siswa. Materi disajikan dari yang sederhana ke materi yang lebih sulit, menekankan pada pengalaman langsung dan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Aspek keterbacaan memiliki rata-rata yang paling rendah karena masih terdapat kesalahan dalam penulisan dan EYD, serta belum dicantumkan petunjuk-petunjuk pada setiap langkah pembelajaran. Namun, hal tersebut telah diperbaiki. Berdasarkan uji coba terbatas aspek materi modul memiliki rata-rata 3,36; aspek penyajian 3,53 dan aspek keterbacaan 3,53. Dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian dan keterbacaan mendapatkan rata-rata tertinggi. Secara umum, modul dalam kriteria baik dan layak untuk diterapkan. Hal tersebut menunjukkan respon positif siswa terhadap modul yang dikembangkan. Menurut siswa, modul yang dikembangkan sudah baik dan siswa lebih mudah dalam mempelajari materi pencemaran karena disajikan menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS dan pendekatan lingkungan. Uji coba lapangan didapatkan rata-rata aspek materi, penyajian, dan keterbacaan berturut-turut adalah 3,3; 3,3; dan 3,2. Aspek materi dan penyajian mendapatkan ratarata tertinggi. Hal tersebut karena dalam modul sudah dilengkapi dengan gambar/ilustrasi serta warna yang menarik. Selain itu, sudah dicantumkan materi yang lengkap di dalam modul. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menurut validasi ahli, uji terbatas, dan uji lapangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA Terpadu berorientasi JAS ini dalam kategori yang baik/ layak. Berdasarkan respon yang diterima, siswa menanggapi penggunaaan modul tersebut secara positif. Siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari IPA karena materi yang dikemukakan berkaitan erat dengan lingkungan di sekitar siswa. Materi yang berkaitan langsung dengan lingkungan membuat siswa lebih mudah dalam memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ozdemir dkk. (2011: 169), yang mengemukakan bahwa IPA terpadu berorientasi JAS dapat meningkatkan motivasi terhadap pembelajaran sains dan membantu menghilangkan miskonsepsi bagi calon guru dan bagi pendidik.

20 86 Menurut siswa modul yang dikembangkan mudah dipahami, sajian materi dalam modul sudah cukup lengkap, permasalahan yang dikemukakan berkaitan erat di lingkungan sekitar siswa, dan modul disajikan secara berwarna, serta dilengkapi dengan gambar-gambar. Hal tersebut senada dengan pendapat Suratsih dkk. (2009: 176), yang mengemukakan bahwa siswa merasa senang dengan adanya modul yang dikaitkan dengan fenomena di sekitar karena merasa mendapat pengalaman baru dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis terhadap kejadian sehari-hari yang ada di lingkungannya. b. Keefektifan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba lapangan menunjukkan hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32 orang siswa adalah 0,45. Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), kenaikan hasil belajar siswa dalam kategori Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa walaupun kenaikan tersebut tidak dalam kategori tinggi. Kenaikan hasil belajar tersebut disebabkan karena dalam penggunaan modul ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk kelompok melalui tahap memprediksi, mengobservasi, dan menjelaskan hasil. Budiono dan Susanto (2006: 86) mengemukakan bahwa cara yang makin baik dalam menggunakan modul adalah siswa aktif mempelajarinya bersama dengan teman sementara guru melakukan pengecekan secara intensif dan memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan dalam mempelajari modul secara individual. Berdasarkan analisis hasil belajar setiap siklusnya terdapat peningkatan hasil belajar dan kemandirian siswa. Selain itu, dengan adanya modul ini siswa juga dapat belajar secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Johnson (2009: 152), yang mengemukakan bahwa pembelajaran mandiri adalah proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang atau biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik siswa dengan kehidupan sehari-hari sehingga tujuan yang bermakna dapat tercapai. Siswa dengan pembelajaran mandiri mungkin

21 memilih mendapatkan informasi dengan jalan mengamati, mendengarkan, membaca atau berdiskusi. 87 c. Hasil Belajar Peserta Didik Setelah dilakukan perhitungan N-gain ternormalisasi, hasil belajar selanjutnya diuji prasyarat sebelum dilakukan uji lanjut. Berdasarkan hasil analisis nilai siswa diketahui bahwa normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,621 untuk pretest dan 0,502 untuk postest, kedua nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti data nilai pretest dan postest berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,372, yang berarti signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi setiap sampel sama (homogen). Data nilai pretes dan postes yang telah diketahui bahwa distribusinya normal dan homogen selanjutnya dianalisis dengan uji Paired Sample t- test (Uji t dua sampel berpasangan). Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung = -8,464, dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa sebelum diberikan modul pembelajaran dengan nilai hasil belajar siswa setelah diberikan modul pembelajaran. Merujuk pada hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemberian modul berorientasi JAS pada tema Ekosistem ini dapat meningkatkan/ berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Wenno (2010: 186) mengemukakan bahwa melakukan pembelajaran dengan modul membuat siswa lebih mudah memahami konsep/ materi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa tentang ide/gagasan yang dimiliki. Proses pembelajaran tersebut akan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dan membangun pengetahuan, sikap, serta perilaku. B. Pembahasan 1. Pendefinisian (Define) a. Karakteristik Pengembangan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS Pengembangan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS pada tema Ekosistem menggunakan model pengembangan yang dipakai adalah model pengembangan 4-D

22 88 mengacu pada S. Thiagarajan (1974:5). Model pengembangan 4-D terdiri 4 tahap, yaitu: 1. Pendifinisian (Define); 2. Perancangan (Design); 3. Pengembangan (Develop); 4. Penyebaran (Disseminate). Alasan menggunakan model ini adalah: (a) perangkat pembelajaran model 4-D lebih runtut; (b) adanya tahapan validasi dan ujicoba yang menjadikan draft lebih sempurna; (c) langkah-langkah pengembangan logis; dan (d) tahapan lebih sederhana dibandingkan model yang lain. b. Kelayakan Produk Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS Berdasarkan hasil yang diperoleh saat uji coba ahli diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek keterbacaan oleh ahli adalah 3,17 dan oleh pakar sebesar 3,75. Rata-rata aspek materi oleh ahli adalah 3,2 dan oleh pakar sebesar 3,87 sedangkan rata rata-rata aspek penyajian oleh ahli adalah 3,26 dan oleh pakar sebesar 3,96. Secara umum kriteria modul menurut ahli adalah Baik dan menurut praktisi adalah Sangat Baik, sehingga modul tersebut sudah layak untuk diujicobakan dalam uji terbatas. Skor paling tinggi adalah pada aspek penyajian, hal tersebut dikarenakan dalam penyajian modul menggunakan gambar serta warna yang menarik. Gambar dan warna dapat dijadikan daya tarik dan mengurangi kebosanan saat membaca modul. Sistematika penyajian pada modul runtut meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Materi disajikan secara sistematis dan logis, serta mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Aspek materi modul cukup baik, tetapi disarankan untuk ditambah dengan materi yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena materi disajikan dengan bahasa yang interaktif, serta dapat meningkatkan kompetensi sains siswa. Materi disajikan dari yang sederhana ke materi yang lebih sulit, menekankan pada pengalaman langsung dan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Aspek keterbacaan memiliki rata-rata yang paling rendah karena masih terdapat kesalahan dalam penulisan dan EYD, serta belum dicantumkan petunjuk-petunjuk pada setiap langkah pembelajaran. Namun, hal tersebut telah diperbaiki. Berdasarkan uji coba terbatas aspek materi modul memiliki rata-rata 3,36; aspek penyajian 3,53 dan aspek keterbacaan 3,53. Dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian

23 89 dan keterbacaan mendapatkan rata-rata tertinggi. Secara umum, modul dalam kriteria baik dan layak untuk diterapkan. Hal tersebut menunjukkan respon positif siswa terhadap modul yang dikembangkan. Menurut siswa, modul yang dikembangkan sudah baik dan siswa lebih mudah dalam mempelajari materi pencemaran karena disajikan menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS dan pendekatan lingkungan. Uji coba lapangan didapatkan rata-rata aspek materi, penyajian, dan keterbacaan berturut-turut adalah 3,3; 3,3; dan 3,2. Aspek materi dan penyajian mendapatkan ratarata tertinggi. Hal tersebut karena dalam modul sudah dilengkapi dengan gambar/ilustrasi serta warna yang menarik. Selain itu, sudah dicantumkan materi yang lengkap di dalam modul. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menurut validasi ahli, uji terbatas, dan uji lapangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA Terpadu berorientasi JAS ini dalam kategori yang baik/ layak. Berdasarkan respon yang diterima, siswa menanggapi penggunaaan modul tersebut secara positif. Siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari IPA karena materi yang dikemukakan berkaitan erat dengan lingkungan di sekitar siswa. Materi yang berkaitan langsung dengan lingkungan membuat siswa lebih mudah dalam memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ozdemir dkk. (2011: 169), yang mengemukakan bahwa IPA terpadu berorientasi JAS dapat meningkatkan motivasi terhadap pembelajaran sains dan membantu menghilangkan miskonsepsi bagi calon guru dan bagi pendidik. Menurut siswa modul yang dikembangkan mudah dipahami, sajian materi dalam modul sudah cukup lengkap, permasalahan yang dikemukakan berkaitan erat di lingkungan sekitar siswa, dan modul disajikan secara berwarna, serta dilengkapi dengan gambar-gambar. Hal tersebut senada dengan pendapat Suratsih dkk. (2009: 176), yang mengemukakan bahwa siswa merasa senang dengan adanya modul yang dikaitkan dengan fenomena di sekitar karena merasa mendapat pengalaman baru dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis terhadap kejadian sehari-hari yang ada di lingkungannya. c. Keefektifan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji keefektifan modul IPA Terpadu tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar untuk Meningkatkan

24 90 Kepedulian Lingkungan dan Kemampuan Analisis, diperoleh hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32 orang siswa adalah 0,45. Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), kenaikan hasil belajar siswa dalam kategori Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa walaupun kenaikan tersebut tidak dalam kategori tinggi. Kenaikan kemampuan analisis dan kepedulian lingkungan karena dalam penggunaan modul ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk kelompok melalui tahap memprediksi, mengobservasi, dan menjelaskan hasil. hakikat belajar dan pembelajaran IPA konstruktivisme memiliki pandangan dalam kaitannya dengan pengalaman belajar. Pertama, belajar IPA adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan reflektif serta interpretasi. Kedua, mengajar IPA adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Ketiga, siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terahadap lingkugan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterprestasikannya (Slavin,1994: 225). Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, berarti anak SMP berada pada peralihan antara tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal. Pada tahap operasional konkret peserta didik bernalar secara logis berdasarkan kejadian-kejadian konkret, sedangkan dalam tahap operasional formal peserta didik sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan memikirkannya secara abstrak, idealis dan logis. Membelajarkan IPA kepada peserta didik, guru hendaknya mengetahui tentang hakikat IPA terlebih dahulu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja akan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di SMP diajarkan secara terpadu sejalan dengan hakikat IPA. 2. Tahap Perancangan (Design) Pada tahap perencanaan telah dilakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, analisis materi, observasi dan tujuan penyusunan modul. Analisis kebutuhan digunakan sebagai rujukan pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhakan guru dan siswa.

25 91 Analisis kurikulum meliputi penentuan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar yang dijadikan dasar untuk menentukan pengembangan indikator dan merumuskan tujuan yang akan dicapai. Modul disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dirumuskan terlebih dahulu. Menurut Gandasari (2010: 9), modul adalah suatu unit desain pembelajaran yang isinya relatif singkat dan spesifik, yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur ini merupakan langkah pertama dalam pengembangan modul menurut Nasution (2000) cit Suratsih (2010: 12). Modul disusun dengan dilengkapi gambar dan ilustrasi sehingga akan menambah daya tarik modul. Gambar merupakan salah satu jenis alat bantu atau media yang dapat menentukan dalam proses pembelajaran. Teks yang disajikan disertai ilustrasi gambar akan mudah dipahami. Gambar akan memberikan informasi tentang tema teks, yang selanjutnya peserta didik dapat membuat hipotesis tentang isi teks bacaan. Gambar mempunyai banyak kelebihan. menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1997) cit Sukiman (2012: 87), gambar bisa menyampaikan banyak pesan, bersifat konkret dan dapat membatasi ruang dan waktu. Gambar yang baik menurut Arief S. Sadiman (2006) cit Sukiman (2012: 88) harus memenuhi beberapa syarat antara lain: (1) autentik yaitu gambar harus jujur melukiskan situasi seperti orang melihat sebenarnya, (2) sederhana yaitu komposisi gambar cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, dan (3) mengandung gerak atau perbuatan. Gambar dalam modul ini diambil dari beberapa foto yang mudah ditemui di sekitar peserta didik sehingga mempermudah pemahaman pesan terhadap gambar. Seperti menurut Purwanto (2007: 116) foto merupakan ilustrasi yang baik untuk bahan ajar, yang menunjukkan realita atau wujud sebenarnya. Modul dengan pendekatan JAS dalam tiap kegiatannya diberikan simbol tertentu. Menurut Purwanto (2012: 117), simbol adalah bentuk sajian grafis yang menonjolkan ide atau konsep. Simbol yang baik dapat denga mudah dimengerti peserta didik. Tujuan pemberian simbol untuk menarik perhatian dan mempermudah peserta didik menemukan komponen yang dimaksud. Simbol semua komponen berkarakter berbeda, disesuaikan dengan karakter komponen. Modul dikembangkan untuk menarik perhatian penggunanya selama pembelajaran. Modul tersedia informasi mengenai manfaat pelajaran, cara penggunaan

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan produk yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). Penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) PADA MATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) PADA MATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) PADA MATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Ratna Widyaningrum 1, Sarwanto 2 dan Puguh 3 1 Program Studi Pendidikan Sains

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Webbed pada Tema Pencemaran Air untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif, Sikap Peduli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan A. RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D) yang merupakan desain penelitian dan pengembangan, yaitu metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika dengan menggunakan model 4D (Four D Model) oleh Thiagarajan dan Sammel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pendekatan konvensional dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tahap pengembangan dan tahap validasi produk awal dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uji coba terbatas dan uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR HAK CIPTA... ii HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTRAK... v BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (Research and Development). Alasan penggunaan jenis metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa R&D

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO Adhin Setyo Winarko 1, Widha Sunarno 2, Mohammad Masykuri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO BIOEDUKASI Volume 6, Nomor 2 Halaman 58-75 ISSN:1693-2654 Agustus 2013 PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut. BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Model penelitian pengembangan yang dipilih untuk pengembangan LKS yaitu model penelitian 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajah dan memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Menurut Thiagarajan (1974: 5-9), Research and Development adalah desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Penelitian eksperimen semu merupakan desain pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan Kalianda tahun pelajaran 2015/2016. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam uji coba ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. Produk yang dikembangan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan LKPD berbasis SETS dengan metode outdoor learning untuk menumbuhkan science process skill dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian ini dikembangkan bahan ajar dalam bentuk komik. Komik ini divalidasi oleh dua dosen ahli materi dan dua orang guru seni rupa sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis R&D (Research and Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema pencemaran lingkungan berbasis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of Science untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik kelas VII Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Tujuan dari penelitian ini adalah mengasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian the matching only pretest-posttest control group design (Fraenkel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS

Lebih terperinci

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & D). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA... DAFTAR ISI PERNYATAAN. i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Rumusan Masalah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1. Distribusi dan Deskripsi Data Penguasaan Konsep Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1. Distribusi dan Deskripsi Data Penguasaan Konsep Biologi BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Solving terhadap penguasaan konsep biologi ditinjau dari tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa pocket book IPA berpendekatan authentic inquiry learning. Berdasarkan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) BERWAWASAN LINGKUNGAN PADAMATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) BERWAWASAN LINGKUNGAN PADAMATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIOEDUKASI Volume 6, Nomor 1 Halaman 100-117 ISSN: 1693-2654 Februari 2013 PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) BERWAWASAN LINGKUNGAN PADAMATERI PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode weak experiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian Pengembangan LKPD IPA menggunakan metode Research and Development (R & D). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 164) penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development (R&D). Model penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experiment. Penelitian quasy experiment memiliki variabel kontrol, tetapi

BAB III METODE PENELITIAN. experiment. Penelitian quasy experiment memiliki variabel kontrol, tetapi A. Jenis dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu atau quasy experiment. Penelitian quasy experiment memiliki variabel kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA Rachma Indah Kurnia 1, M. Masykuri 2, Sarwanto 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian pengembangan modul IPA ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi experiment atau eksperimen semu merupakan pengembangan dari true experimental design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi/ Sampel Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 25 yang beralamat di Jl. Baturaden VIII no.21 kota Bandung. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penguasaan Konsep Penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and Development (penelitian dan pengembangan). Menurut Sukmadinata (2011: 167), dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu ini digunakan untuk meneliti keefektifan pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1. Tumijajar semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1. Tumijajar semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1 Tumijajar semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa e-module pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi Eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MA Ma arif 06 Pasir Sakti pada semester

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MA Ma arif 06 Pasir Sakti pada semester 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Ma arif 06 Pasir Sakti pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian yaitu pada bulan mei 2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all., BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Desain penelitian yang akan digunakan untuk mengembangkan produk adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all., (1974:5) yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes satu kelompok, one design group pretest-postest (Arikunto, 2002). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut, maka desain dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut, maka desain dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa LKPD IPA berbasis inquiry science issues yang dapat mengembangkan practical skills dan scientific

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Korespondensi:

Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Korespondensi: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menghasilkan produk pengembangan berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila 3 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 01/013 yang berjumlah 38 siswa dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan analisis terhadap beberapa permasalahan dalam mata pelajaran IPA di SMK sebagai kelompok mata pelajaran adaptif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran reciprocal teaching dengan strategi peta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Produk Hasil penelitian dan pengembangan ini yaitu produk modul elektronik berbasis PBL. Bahan kajian yang dikembangkan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (quasi exsperimental). Ciri khas dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci