PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA"

Transkripsi

1 PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) NOVI PUSPITASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Novi Puspitasari NIM I

3 3 ABSTRACT NOVI PUSPITASARI. The Role of Gender, Women's Economic Contribution and Family Welfare Horticulture Farmers (Case in Padajaya Village, Sindangjaya Village, District Cipanas, Cianjur). Guided by HERIEN PUSPITAWATI and TIN HERAWATI. This study aimed to analyze the role of gender, women's economic contribution and wellbeing of the family farmer horticulture that involving 30 families purposively with the criteria as a vegetable farmer husband and wife worked as a cut flower crop farmers. The data was collected through interviews by using questionnaires. Gender roles consist of domestic and public activities that include farm financial management. Economic contribution was measured by the proportion of women and family income. In addition subjective well-being was measured by the satisfaction of sample. Morever, data was analyzed descriptively and inferentially using Pearson correlation. The results showed an average of women's economic contribution of 11,3 percent. Gender roles in domestic and public activities were categorized as moderate and gender roles in farm financial management are in high category. Subjective well-being of the family generally grouped as moderate. Women's economic contribution significantly positively related to objective and subjective well-being. Keywords: economic contribution, family welfare, gender roles ABSTRAK NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura yang melibatkan 30 keluarga secara purposive dengan kriteria suami sebagai petani sayuran dan istri bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner. Peran gender terdiri dari aktivitas domestik dan publik yang mencakup manajemen keuangan usaha tani. Kontribusi ekonomi diukur berdasarkan proporsi pendapatan perempuan dan keluarga. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan contoh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan sebesar 11,3 persen. Peran gender pada aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang dan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani berada pada kategori tinggi. Kesejahteraan subjektif keluarga termasuk kategori sedang. Kontribusi ekonomi perempuan berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan objektif dan subjektif. Kata kunci : kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi, peran gender

4 4 RINGKASAN NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (2) Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga (3) Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan subjektif keluarga contoh (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian ini adalah istri yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong dan suami sebagai petani sayuran di Kecamatan Cipanas. Berdasarkan sumbernya, jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa setempat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi Pearson. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies , kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.) Karakteristik contoh menunjukkan bahwa rata-rata usia contoh tergolong dewasa awal dan rata-rata usia suami adalah dewasa menengah dengan pendidikan sebagian besar contoh (90.0%) dan suami (83,3%) adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Rata-rata besar keluarga contoh adalah kecil yaitu 4 orang. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp ,33 dan rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp ,90. Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan Rp ,67 dan rata-rata pengeluaran per kapita keluarga adalah Rp ,38. Hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran. Rata-rata pengeluaran untuk pangan dan non pangan sebesar Rp ,00 dan Rp ,67. Hal ini berarti pengeluaran pangan jauh lebih besar daripada pengeluaran non pangan. Kerjasama peran gender yang dilakukan dalam aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang. Artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam hal manajemen keuangan usaha tani kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri terutama dalam hal manajemen keuangan hasil usaha tani. Rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga sebesar 11,3 persen. Hal ini berarti contoh memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun tidak terlalu besar. Tingkat kesejahteraan keluarga secara fisik, sosial dan psikologi termasuk dalam kategori sedang, dan pada indikator kesejahteraan ekonomi termasuk dalam kategori rendah. Lebih dari separuh contoh (60,0) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total dengan kategori sedang. Artinya, keluarga contoh merasa cukup puas terhadap semua kesejahteraan subjektif yang dimiliki. Terbukti kondisi kesejahteraan subjektif keluarga contoh tergolong cukup puas dengan rata-rata skor sebesar 54,8 persen.

5 5 Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri maka kesejahteraan keluarga objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri maka kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara peran gender dengan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi perempuan, peran gender

6 6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

7 7 PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) NOVI PUSPITASARI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

8 8 Judul : Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) Nama : Novi Puspitasari NIM : I Disetujui, Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Pembimbing I Dr. Tin Herawati, SP, M.Si Pembimbing II Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus :

9 9 PRAKATA Puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikutura di Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan Ibu Dr. Tin Herawati SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, saran, dan nasihat-nasihat selama penulisan skripsi ini dilakukan. 2. Ibu Dr.Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan yang selalu memberikan saran serta motivasinya. 3. Ibu Dr.Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Ibu Irni Rahmayani Johan SP, MM sebagai dosen penguji skripsi serta Ibu Alfiasari, SP, M.Si sebagai dosen pemandu seminar untuk masukan dan sarannya agar skripsi ini lebih baik lagi. 4. Kantor Desa Padajaya, Ketua RT 01 sekaligus ketua kelompok tani Sindangjaya atas segala bantuan dalam pengambilan data dan atas kemudahan dalam penelitian. Seluruh responden dalam penelitian ini yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 5. Orangtua tercinta Bapak Agus Suhaya dan Ibu Acih Rukaesih S.Pd yang telah memberikan doanya, mendukung dan memotivasi. Selain itu untuk kakak tercinta Rudi Firmansyah SP dan Andri Lahardi ST yang selalu memberikan semangat, serta Wahyu Firmansyah S.Sos atas doa, perhatian, dan semangat penuh kepada penulis. 6. Latifatul Hayati, Fauziah Fajrin, Atirah dan Ayunda sebagai teman seperjuangan, seluruh teman-teman IKK 44 dan IKK 45 yang telah menjadi keluarga selama perkuliahan berlangsung, tempat mencurahkan perasaan dan berbagi suka serta duka serta selalu memberikan kekompakan, Teh Tika atas doa, motivasi, bantuan dan masukan yang telah diberikan selama ini. 7. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas semua dukungannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, Oktober 2012 Novi Puspitasari

10 10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Pendekatan Teori Keluarga... 7 Pengertian Keluarga... 7 Pendekatan Teori Struktural Fungsional... 8 Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga Konsep Gender Persepsi Peran Gender Peran Perempuan (istri) dalam Keluarga Kontribusi Ekonomi Perempuan Kesejahteraan Keluarga Hasil Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengambilan Contoh Jenis dan Pengambilan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh dan Keluarga Usia Contoh dan Suami... 31

11 11 Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami Besar Keluarga Contoh Kondisi Tempat Tinggal Kepemilikan Aset Pendapatan Keluarga per Bulan Pengeluaran Keluarga per Bulan Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Per kapita Pengeluaran Pangan dan non Pangan Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender dalam Aktivitas Domestik Peran Gender dalam Aktivitas Publik Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga Kesejahteraan Keluarga Subjektif Hubungan Antar Variabel Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh, Kontribusi Ekonomi Contoh, Peran Gender, dan Kesejahteraan Keluarga Pembahasan Umum Keterbatasan Penelitian SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 87

12 12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Penelitian terdahulu terkait topik penelitian Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran skala data Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami Sebaran contoh berdasarkan pendidikan contoh dan suami Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran per kapita Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas domestik Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas publik Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani... 48

13 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan fisik Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan ekonomi Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan sosial Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif total Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender dan kesejahteraan keluarga... 59

14 14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Teknik Pengambilan Contoh DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian Jenis tanaman yang ada di pekarangan Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun Alat pertanian di pekarangan dan kebun Pembagian hasil kebun dan pekarangan Foto kegiatan... 86

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari 91 juta penduduk yang bekerja (BPS 2004). Selanjutnya berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari sejumlah 104 juta penduduk berumur 15 tahun ke atas, terdapat 43 juta orang yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam penurunan jumlah penduduk miskin dan dalam penyediaan lapangan kerja menyebabkan banyaknya program-program pemerintah yang menunjang perkembangan sektor pertanian di tiap daerah. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 persen dan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 persen 1. Sebagai daerah beriklim tropis, di wilayah Cianjur tumbuh subur tanaman sayuran dan tanaman hias. Salah satu daerah yang mendominasi tanaman sayuran dan tanaman hias berupa bunga potong adalah Kecamatan Cipanas. Sebagian besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura dengan komoditas sayuran dan tanaman bunga potong. Hal ini berkorelasi dengan ketersediaan produksi untuk konsumsi penduduk yang cenderung mengalami peningkatan. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah utama. Meskipun pemerintah selalu berupaya mengkaitkan program pembangunan dengan penanggulangan kemiskinan tetapi hingga saat ini kelompok masyarakat atau rumah tangga miskin masih belum dapat dihilangkan. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

16 2 Populasi penduduk miskin menurut data BPS (2010) di Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah sebesar juta orang (13.33%), dan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah juta (14.15%), berarti terdapat penurunan sebesar 1.51 juta orang. Angka ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi pengurangan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 0.81 juta (dari juta pada Maret 2009 menjadi juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan berkurang sebesar 0.69 juta orang (dari juta pada Maret 2009 menjadi juta pada Maret 2010). Analisis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS) mengenai penurunan angka kemiskinan yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah sekitar 70 persen penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman buah- buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Hal ini didukung dengan data BPS (2006), yaitu lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja secara berturut-turut adalah pertanian, perdagangan, dan industri dengan proporsi masing-masing sebesar 44,5 persen, 19,5 persen, dan 12,2 persen. Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumahtangga, menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Keterlibatan seluruh keluarga dalam mengelola usaha tani mutlak dibutuhkan. Keterlibatan perempuan memiliki peran yang besar dalam keluarga baik untuk kegiatan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi yang dapat menunjang pendapatan rumahtangga. Perempuan (istri petani) secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, perempuan umumnya dihargai dengan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Seringkali upah yang dihasilkan istri untuk keluarga

17 3 dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil dari laki-laki (Sobari 1992). Hal ini dikarenakan perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga. Sejauh ini, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga cukup memegang peranan penting. Namun demikian, pada kenyataanya perempuan masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008). Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga petani hortikultura di Kampung Padajaya, Kabupaten Cianjur. Perumusan Masalah Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur adalah 26,7 persen dari total jumlah penduduk, tetapi pada tahun 2008 telah mencapai 34,01 persen dari total jumlah penduduk. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur menunjukkan pada tahun 2005 tingkat kemiskinan naik menjadi 28,34 persen, tahun 2006 naik menjadi 35,92 persen, dan tahun 2007 sempat turun menjadi 32,44 persen, tetapi kemudian pada tahun 2008 kembali naik menjadi 34,01 persen. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tercatat jiwa dengan jumlah penduduk miskin jiwa. Tingkat pengangguran walaupun masih banyak tetapi sudah mengalami penurunan. Sebab sebagian besar sudah dan dapat diserap melalui berbagai kegiatan. Penyerapan tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian sebesar 48,12 persen, dan sektor perdagangan 23,73 persen 2. Dampak keluarga miskin dan banyaknya pengangguran dalam era globalisasi menuntut perempuan untuk memberikan sumbangan yang lebih bagi keluarga, tidak hanya terbatas pada pekerjaan domestik, seperti melayani suami, mengurus rumah tangga, dan merawat anak. Hal ini menyebabkan banyak wanita 2 http ://cianjur.go.id (diakses 15 Mei 2011)

18 4 yang terdorong untuk ikut bekerja mencari nafkah yang dimotivasi oleh ekonomi keluarganya, namun mayoritas perempuan yang bekerja di daerah perdesaan berada pada status pekerja keluarga tidak dibayar. Rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah (Gulcubuk 2010). Daerah Cianjur, terutama Desa Padajaya memiliki potensi pertanian dengan komoditas utama yaitu sayuran dan tanaman bunga potong. Lahan untuk menanam sayuran biasanya di kebun yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh suami dan tanaman bunga potong ditanam di daerah pekarangan yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh istri. Di Dusun Padajaya, istri ikut memberikan kontribusi ekonomi dalam peran publik, dengan memanfaatkan lahan pekarangan yaitu menanam tanaman bunga potong yang kemudian dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Namun, adanya kendala terhadap lahan yang masih sempit, terbatasnya modal, akses dan pengetahuan mengenai pertanian, menyebabkan potensi yang dimiliki tersebut kurang optimal. Penghasilan yang diperoleh oleh keluarga petani, cenderung dipengaruhi oleh besarnya lahan yang mereka miliki, termasuk lahan pekarangan. Istri yang memiliki lahan pekarangan luas, dapat ditanami oleh berbagai tanaman bunga potong yang lebih bervariasi dan bernilai jual tinggi, sebaliknya, perempuan yang memiliki lahan pekarangan yang sempit, akan lebih terbatas dalam meningkatkan kuantitas produksi hasil pekarangannya. Masalah utama perempuan yang bekerja dalam bidang pertanian diantaranya, tidak memiliki akses berkualitas seperti rendahnya akses pendidikan dan kesehatan, melakukan pekerjaan berstatus dan penghasilan rendah, tidak adanya jaminan sosial, besarnya peran tradisional terutama dalam hal aktivitas domestik, dan rendahnya kesempatan (Gulcubuk 2010). Dalam aktivitas publik secara umum, pada petani sayuran, istri kurang terlihat ikut terlibat dalam pemasaran secara ekonomi, sehingga akses istri terbatas. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana pembagian gender dalam keluarga? 2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga?

19 5 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif? Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura (studi kasus di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga. 2. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga. 3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai pentingnya peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga. 2. Sumbangan informasi bagi pengembangan IPTEK di Indonesia terutama yang berkaitan dengan keluarga. 3. Bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait yang peduli dengan keluarga, sehingga akan bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.

20 6 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran dan kedudukan istri yang membantu perekonomian keluarganya dan mengetahui kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. 5. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga serta dapat berguna sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya.

21 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN 1992). Menurut Saxton (1990) keluarga merupakan suatu hubungan antar dua orang atau lebih yang dipersatukan melalui kelahiran, adopsi, atau perkawinan, dan hidup bersama-sama dalam suatu rumah tangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gunarsa&Gunarsa (2004) bahwa keluarga yaitu sekelompok orang yang diikiat oleh perkawinan atau pertalian darah, biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak. Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995) keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga). Keluarga merupakan suatu manajerial unit yang mampu mengelola sumberdaya keluarga yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga (Gross, Crandal, dan Knoll 1973). Menurut Duvall dan Miller (1985) keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, ikatan darah, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya. Tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu bangsa (Landis 1989). Fungsi keluarga utama yang telah diuraikan didalam resolusi majelis Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi 2009). Definisi-definisi tersebut menunjukkan

22 8 bahwa selain adanya ikatan yang terjalin antara anggota keluarga, keluarga juga mempunyai tujuan dan fungsinya. Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN (1996) terdapat delapan fungsi utama keluarga dalam proses untuk mengembangkan potensinya agar dapat terwujud keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Pendekatan Teori Struktural- Fungsional Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam suatu institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat, dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Penganut pandangan teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagianbagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir (Puspitawati 2012) Pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz 2002). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional adalah bahwa pada setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi keluarga yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut. Peran adalah sejumlah kegiatan yang diharapkan bisa dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebagai subsistem keluarga dengan baik, untuk mencapai tujuan sistem. Menurut Levy dalam Megawangi (1999) harmoni dalam pembagian dan penyelenggaraan fungsi dan peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban dan nilainilai bersama ini merupakan kondisi utama bagi berfungsinya suatu keluarga.

23 9 Menurut Puspitawati (2012) aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem yang tertib (social order), ketertiban keluarga akan tercipta jika ada struktur atau strata dalam keluarga, yaitu masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut. Levy dalam Megawangi (1999) mengatakan bahwa tanpa adanya pebagian peran dan tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang nantinya akan berpengaruh terhadap sistem yang lebih besar lagi. Jika hal ini terjadi, maka akan ada satu posisi yang tidak dapat dipenuhi, sehingga akan dapat menimbulkan konflik bagi keluarga, dan akhirnya keberadaan institusi keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai suatu sistem dapat berfungsi antara lain: 1. Adanya diferensiasi peran, dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap anggota dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing- masing aktor. 2. Alokasi solidaritas, distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta dan kepuasan menggambarkan hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak laki-laki mungkin lebih utama daripada hubungan suami dan istri pada suatu budaya tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antaranggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi, yaitu distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas ini juga ada terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik, distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka diperlukan distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu.

24 10 5. Alokasi integrasi dan ekspresi, distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota. Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga Konsep Gender Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, gender adalah hasil kesepakatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena itu, gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya (Puspitawati 2012). Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting untuk menentukan hubungan keduanya. Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan menjadi pendefinisian perilaku gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapkan oleh kelas, gender, dan suku (Mosse 2002). Puspitawati (2012) menyatakan bahwa gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Konsep gender yang digunakan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Perempuan (1996) adalah perbedaan-perbedaan sifat perempuan dan pria yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilai-nilai sosial budaya yang menentukan peranan perempuan dan pria dalam kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang masyarakat. Kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarkhi menafsirkan perbedaan biologis menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung

25 11 pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol, dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya, tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya (Puspitawati 2012). Menurut Puspitawati (2012) Pembagian peran gender bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan tradisi para leluhur yang sudah dibakukan dalam internalisasi dan sosialisasi norma masyarakat. Kesetaraan gender yaitu kondisi perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan. Sedangkan keadilan gender yaitu suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki (Puspitawati 2012), Menurut Puspitawati (2009) wujud kesetaraan dan keadilan gender antara lain : 1. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan dalam memperoleh informasi pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir. 2. Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki partisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan, contoh: memberikan peluang yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan untuk ikutn serta dalam menentukan pilihan pendidikan di dalam rumahtangga. 3. Kontrol, yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama pada sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam penguasaan terhadap sumberdaya baik materi maupun non materi dan mempunyai kontrol yang mandiri dalam menentukan apakah laki-laki dan perempuan mau meningkatkan jabatan struktural menuju jenjang yang lebih tinggi.

26 12 4. Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki, contoh: Program Pendidikan dan Latihan (Diklat) harus memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Persepsi Peran Gender Pandangan laki-laki lebih cocok untuk melakukan peran produktif dan perempuan lebih cocok untuk mengerjakan peran reproduktif secara tradisional ditanamkan dalam benak individu tentang kekhasan perilaku seorang perempuan (feminin) dan kekhasan perilaku laki-laki (maskulin) yang oleh Hurlock (1980) disebut sebagai peran gender, dan akhirnya akan membentuk suatu pendapat yang dapat menjadi suatu norma di dalam masyarakat. Pada dasarnya pembagian peran gender dalam keluarga petani antara aktivitas domestik rumah tangga dan aktivitas pertanian, istri petani paling dominan dalam melakukan aktivitas domestik dan suami dalam aktivitas pertanian (Whatmore 1991). Pada budaya patriarkhi, terdapat pembagian peran gender yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan sosialiasi norma masyarakat, dengan kata lain, norma membatasi apa yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan yang tidak pantas dilakukan oleh lakilaki, sebaliknya juga dengan perempuan. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas dilakukan baik oleh laki-laki dan perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya di depan umum dan tabu bagi seorang perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Namun demikian, ada juga masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai naik ke atap rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki sebagian besar menyabung ayam untuk berjudi (Puspitawati 2012). Scanzoni dan Supriyantini (2002) dalam Rachmawati (2010) membedakan pandangan peran gender melalui dua bagian yaitu peran gender tradisional dan peran gender modern.

27 13 1. Peran gender tradisional Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. 2. Peran gender modern Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui minat dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtannga dan memutuskan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern, berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami. Peran Perempuan (Istri) dalam Keluarga Gender dalam rumahtangga adalah perbedaan status dan peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam menjalankan fungsi-fungsi rumahtangga. Gender dalam rumahtangga dapat mencakup pembagian kerja bagi anggota keluarga, adanya pembagian kerja tersebut akan menentukan peran dan tanggungjawab masing-masing anggota keluarga. Adanya peran anggota keluarga pun dapat menentukan seberapa besar partisipasi anggota keluarga dapat berkontribusi tehadap ekonomi keluarga. Telah diakui adanya peran ganda (multy roles) dari perempuan, baik sebagai istri, ibu dan sebagai pekerja, serta anggota masyarakat. Jadi perempuan dapat memainkan peranannya baik di sektor publik, domestik dan kemasyarakatan. Perempuan dikenal sebagai individu yang dapat mengerjakan berbagai kegiatan pada waktu yang sama (overlapping activities) sehari-hari. Halhal yang biasa dilakukan peempuan di desa adalah aktivitas-aktivitas seperti menggendong anak sambil menyapu halaman rumah di pagi hari atau sambil menunggu menjemur padi dan menjemur pakaian, atau aktivitas-aktivitas seperti mengasuh anak sambil menunggu di rumah, sambil memasak air dan menunggu menjemur pakaian. Peran perempuan di sektor publik dalam menambah

28 14 pendapatan keluarga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan oleh realita bahwa ternyata perempuan dapat menjadi penyelamat keluarga dan juga penyelamat bangsa di masa krisis ekonomi dengan keuletannya dalam beraktifitas mencari tambahan uang bagi keluarganya (family generating income) (Puspitawati 2009). Hubeis (2000) menyebutkan bahwa pembagian kerja dalam perspektif gender mengacu pada cara-cara dimana semua jenis-jenis pekerjaan (reproduktif, produktif dan sosial) dibagi antara pria dan wanita serta bagaimana pekerjaan tersebut dinilai dan dihargai secara kultural dalam masyarakat tertentu. Pekerjaan reproduktif atau domestik adalah kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan tugas-tugas kerumah tanggaan seperti menyiapkan makanan, berbelanja, mengasuh dan mendidik anak. Pekerjaan produktif menyangkut segala pekerjaan yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi sendiri atau diperdagangkan. Sedangkan pekerjaan sosial adalah pekerjaan atau aktifitas yang terkait dengan aspek status kekuasaan atau kewajiban kewajiban bagi seseorang yang terbentuk secara kultural pada struktur masyarakat dimana ia tinggal. Kontribusi Ekonomi Perempuan Keluarga yang hidup dalam kondisi miskin melakukan suatu strategi untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan. Rumahtangga petani-petani di perdesaan contohnya menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota keluarga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik on farm maupun off farm. Dalam strategi nafkah tersebut, wanita seperti juga pria memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (White, Hart, Pudjiwati Sajogyo dalam Sitorus 1991). Masalah rendahnya produktivitas perempuan dalam pengembangan ekonomi keluarga sama sekali belum disentuh secara mendetail dan berkesinambungan. Produktivitas perempuan dalam hal ini diukur berdasarkan

29 15 kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan perempuan di aspek domestik tidak diperhitungkan (Puspitawati 2012). Di daerah perdesaan, wanita memiliki peranan besar dalam kegiatan mencari nafkah, di samping mengatur rumahtangga. Berbagai kegiatan usahatani spesifik gender dilakukan wanita, seperti: menanam, menyiang, panen dan pasca panen, bahkan menentukan tenaga kerja, pemasaran, dan perputaran kredit. Peran wanita tersebut sangat dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendapatan (makin miskin suatu rumahtangga, maka makin besar kontribusi tenaga atau waktu wanita yang tercurah); 2) kondisi sosial budaya (tingkat pendidikan, kesehatan, posisi dalam proses pengambilan keputusan, mobilitas yang sangat dipengaruhi nilai atau norma sosial dan keseimbangan; 3) umur dan status perkawinan (Roosganda 2007). Pada umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah penghasilan keluarga. Karena itu penghasilan tambahan dari aktifitas ekonomi perempuan dapat mengentaskan keluarga dari kemiskinan (Rahardjo 1995). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa perempuan merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumahtangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di Perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumahtangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Sajogyo 1981). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum wanita memberikan kontribusi setengah atau lebih dari total tenaga kerja usahatani (Roosganda 2007). Kontribusi perempuan terhadap pendapatan pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003). Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan merupakan harapan dan tujuan hidup setiap orang. Tingkat kesejahteraan setiap orang dapat berbeda-beda dalam arti keadaan kesejahteraan yang dialami seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Kesejahteraan menurut Sawidak (1985) merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat

30 16 relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang telah diperoleh oleh keluarga (Park & Kim 2002). Secara umum, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dibedakan melalui dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Pengukuran menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati 2000). Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa kesejahteraan keluarga objektif dapat diukur salah satunya berdasarkan pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan secara materia, sehingga digolongkan pada keluarga miskin. Diener (2009) mendefinisikan kesejahteraan subjektif sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan seseorang atau keluarga sesuai dengan evaluasi subjektif terhadap kehidupan mereka. Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal (Chen 2010). Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala berkaitan dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan dan kepuasan (Sunarti 2008). Terdapat perbedaan pandangan kesejahteraan secara subjektif berdasarkan wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial-budaya yang ada di masyarakat (Raharto & Romdiati 2000). Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan

31 17 seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992). Pembangunan keluarga sejahtera pada hakekatnya adalah meningkatkan keberdayaan dan kemampuan serta peran seluruh anggota keluarga dalam membangun keluarga yang berkualitas sesuai dengan tahapan-tahapannya. Sasaran dari pembangunan keluarga sejahtera adalah keluarga secara utuh dengan sasaran difokuskan kepada ibu atau perempuan. Hal ini dipertimbangkan karena ibu atau perempuan merupakan anggota keluarga yang paling rentan dan memiliki pengaruh yang besar serta resiko yang tidak dimiliki oleh anggota keluarga lain. Ibu juga merupakan anggota keluarga yang memiliki peranan yang besar dalam mengembangkan dan melaksanakan fungsi keluarga yang selama ini belum banyak diberikan dukungan. Dengan demikian seluruh dukungan yang diberikan kepada ibu akan memberikan nilai lebih pada keluarga dibandingkan dengan bila diberikan kepada anggota keluarga yang lain (BKKBN 1998). Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia antara lain 1) Domain Being (domain yang berkaitan dengan keadaan badan atau makhluk) yang terdiri dari kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologi, sosial dan keadaan spiritual; 2) Domain belonging (domain berkaitan dengan harta milik dan barangbarang) yang meliputi harta fisik, harta sosial, dan harta masyarakat (Universitas Toronto 2003 dalam Puspitawati 2012). Kesejahteraan keluarga pada hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu dimensi material dan spiritual (Sunarti 2008). Untuk menciptakan kesejahteraan suatu keluarga, maka diperlukan suatu keluarga kecil yang bahagia, namun dengan ekonomi yang kuat. Keluarga dengan ekonomi yang kuat dapat terwujud apabila fungsi ekonomi dalam keluarga tersebut dapat dipersiapkan dan dibangun dengan baik (BKKBN 1998). Berdasarkan penelitian Khairunnisa (2010) kesejahteraan subjektif itu dipengaruhi oleh jumlah anak. Sedangkan berdasarkan penelitian Irzalinda (2010) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga adalah permasalahan keluarga itu sendiri, dan dinyatakan faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian

32 18 Puspitawati (2009) ditemukan adanya pengaruh positif dari besar keluarga. lama pendidikan suami, umur istri, umur balita, pengeluaranlkapitalbulan dan nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pekerjaan pemeliharaan rumah terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Sementara itu, faktor yang berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah umursuami. Sedangkan Chen (2010) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Frekuensi peran yang tinggi akan meningkatkan rata-rata kesejahteraan perempuan. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terkait peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan domestik khususnya dalam mengurus anak dan memelihara rumahtangga lebih banyak dilakukan oleh istri, dan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan publik/ekonomi (mencari nafkah) lebih banyak dilakukan oleh suami, tetapi pada kegiatan mencari nafkah terlihat pula keterlibatan istri, sedangkan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan usaha tani dilakukan secara bersama-sama antara suami istri. Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menunjukkan juga bahwa keluarga petani mempunyai pola pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan yang diperoleh, permasalahan dalam usaha tani yang paling banyak dialami adalah rendahnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian terdahulu ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah pendapatan/kapita/bulan, frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum keluarga, adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam usaha tani adalah jumlah anggota keluarga, frekuensi perencanaan dan permasalahan umum keluarga. Fausia dan Prasetyaningsih (2005) menyatakan bahwa mayoritas perempuan di pedesaan kurang memiliki akses terhadap sumberdaya pertanian seperti terbatasnya akses dan hak atas lahan dan sumberdaya lainnya. Penelitian

33 19 Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian terdahulu terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian No. Tahun Penulis Judul Hasil Ukoha Contribution of Women to Farm Family income in Ikuwano Local Government Area of Abia State, Nigeria Khaerunisa Nurul Firdausi Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga TKW Vivi Irzalinda Kontribusi Ekonomi, Peran Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor Sinta Rahmi Putri Relasi Gender pada Rumahtangga Petani Sayuran Dataran Rendah Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen Kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga Kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak Rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah 16,4 dan 46,2 persen pada masingmasing dua daerah lokasi penelitian Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah permasalahan keluarga. Pada masyarakat petani sayuran pola pengambilan keputusan masih di dominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluarga. Perempuan hanya memiliki dominasi kekuasaan dalam mengambil keputusan pada kegiatan domestik. Keterlibatan perempuan di kegiatan produktif sebagian besar terbatas pada mencabut dan mengikat sayuran pada akhir periode tanam. Mayoritas kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki

34 20 No. Tahun Penulis Judul Hasil Wiwik Gustina Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. adalah di sektor produktif yaitu mengelola lahan pertanian sayuran dengan memegang kontrol terhadap reproduksi hingga pemasaran Rata-rata kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga perbulan adalah 43,3 persen. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri dan kepemilikan aset. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total keluarga.

35 21 KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural fungsional yang memiliki asumsi dasar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar maka fungsifungsi harus dijalankan dan harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homoeostatik (Klein dan White 1996; Megawangi 1999). Aplikasi teori yang digunakan adalah pembagian peran gender dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga baik secara objektif maupun subjektif. Keluarga merupakan subsistem dalam sistem masyarakat yang luas dan saling berinteraksi (Deacon dan Firebaugh 1988). Keluarga sebagai sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi supaya sistem tersebut dapat berjalan. Berdasarkan pendekatan teori struktural fungsional, sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumahtangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Parson dan Bales 1995 dalam Hill 2006). Levi dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masingmasing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Hal ini bisa terjadi jika ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam pembagian tugas. Dengan demikian penting adanya pembagian peran dalam keluarga antara suami dan istri dalam segala apapun yang menyangkut urusan keluarga. Berdasarkan aspek ekonomi, suatu keluarga dapat mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, yang menghasilkan pendapatan, jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo 1989). Tujuan terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial, ekonomi, psikologis atau mental dan spiritual. Kesejahteraan keluarga akan tercapai dengan maksimal apabila kerjasama kemitraan antara suami dan istri dalam keluarga tercipta dengan optimal. Secara tradisional peran gender seorang istri adalah di sektor domestik yaitu sebagai ibu rumahtangga dengan tugas mengurus rumah dan mengasuh anak, sedangkan suami berperan sebagai kepala rumahtangga dengan tugas mencari nafkah. Namun pada kenyataannya saat ini

36 22 sudah banyak istri yang bekerja di sektor publik yang menghasilkan uang untuk menambah penghasilan keluarga, namun, hal tersebut juga tidak lepas dari karakteristik istri. Menurut Zhang (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia dan pendidikan. Menurut Lasswell dan Lasswell (1987) kontribusi ekonomi perempuan dalam keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Wiryono (1994) menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap struktur sosial dalam keluarga. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan. Penelitian ini difokuskan pada peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Pada penelitian ini diduga terdapat hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh, dan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Bagan kerangka pemikiran secara menyeluruh dapat dilihat pada Gambar 1.

37 23 Karakteristik Ibu - Umur Pendidikan Pendapatan Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga Kesejahteraan Keluarga Objektif dan Subyektif Karakteristik Keluarga: - Umur suami - Pendidikan suami - Besar keluarga - Pendapatan keluarga Pemilikan asset Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Gambar. 1 Kerangka Pemikiran

38

39

40 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri bekerja di sektor informal yaitu petani tanaman bunga potong. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Juli Teknik Pengambilan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang suami dan istrinya bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Responden penelitian merupakan istri yang memiliki pekerjaan sebagai petani tanaman bunga potong. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri sebagai petani tanaman bunga potong, berasal dari keluarga lengkap (mempunyai suami) dan bersedia untuk dijadikan responden. Jumlah contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah yang sama. Teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya RW 4 = 7 orang RW 5 = 23 orang RT 1 = 1 orang RT 3 = 2 orang RT 4 = 4 orang RT 1 = 13 orang RT 2 = 7 orang RT 3 = 2 orang RT 4 = 1 orang Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

41 25 Jenis dan Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi : 1. Karakteristik contoh (umur contoh, pendidikan contoh, pendapatan contoh). 2. Karakteristik keluarga contoh (umur suami, pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan keluarga dan kepemilikan aset). 3. Pembagian peran gender contoh. 4. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga. 5. Kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel, internet, dan literaturliteratur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya. Tabel 2 Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran, skala data Jenis Data Peubah Contoh Alat & Cara Primer Karakteristik contoh Istri Pengukuran Kuesioner dan wawancara Skala Data Primer Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Karakteristik keluarga contoh Istri Kuesioner dan wawancara Rasio Rasio Nominal Rasio Umur suami Pendidikan suami Pekerjaan suami Jumlah anak Besar keluarga Pendapatan suami Pendapatan total (kesejahteraan objektif) Primer Peran gender contoh Istri Kuesioner dan wawancara Primer Kesejahteraan subjektif contoh Istri Kuesioner dan wawancara Sekunder Potensi dan profil daerah yang diteliti serta hasil-hasil penelitian sebelumnya Rasio Rasio Nominal Rasio Rasio Rasio Rasio Ordinal Ordinal

42 26 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara sesuai dengan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum lokasi penelitian. Secara rinci peubah, skala, contoh, alat dan cara pengukuran penelitian disajikan pada Tabel 2 dan skala pengkategorian serta pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies , kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.). Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data mencakup tahapan editing, entry, transfer, coding, cleaning, dan analyzing. Analisis data dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Window. Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah : 1. Analisis deskriptif untuk menyajikan berbagai gambaran variabel yang diteliti 2. Uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi, dan kesejahteraan keluarga contoh Data primer yang dianalisis secara deskriptif terdiri dari karakteristik contoh, karakteristik keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. Data sekunder yaitu data mengenai keadaan umum dan potensi wilayah penelitian disajikan pula dalam bentuk deskriptif. Peran gender dalam keluarga, terdiri atas 3 bagian antara lain peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan dalam manajemen usaha tani. Setiap butir pertanyaan dalam peran gender aktivitas domestik dan publik disediakan 6 jawaban, yaitu suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan istri diberi skor 3, istri dominan diberi skor 4, istri saja diberi skor 5, dan lainnya diberi skor 6. Selanjutnya untuk melihat kerjasama gender, dilakukan recode skor menjadi: suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan istri diberi skor 3, istri dominan diberi skor 2, istri saja diberi skor 1 dan lainnya diberi skor 0. Skor tersebut dijumlahkan dan diperoleh skor total. Dalam manajemen

43 27 kegiatan usaha tani, setiap butir pertanyaan disediakan hanya 5 butir jawaban, tanpa ada lainnya. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga contoh diolah dengan menggunakan rumus : Kontribusi ekonomi (%) = Pendapatan contoh (Rp/bulan) x100% Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan tingkat kepuasan subjektif keluarga (Subjective Quality of Life). Semakin puas ibu terhadap kehidupan dan sumber daya keluarga maka keluarga tersebut semakin sejahtera. Pada saat melakukan pengolahan, data variabel peran gender dan kesejahteraan subjektif diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara indeks, dengan rumus sebagai berikut : Indeks = skor yang dicapai skor terendah x100 skor tertinggi-skor terendah Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off peran gender dan kesejahteraan subjektif, maka perlu dicari interval kelasnya (Slamet 1993 ; Babbie 1989) dengan menggunakan rumus : Interval Kelas = (Skor Maksimum Skor minimum) Jumlah Kategori Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabelvariabel tersebut yaitu : Interval Kelas (IK) = (100%-0%) = 33,3% 3 Dengan demikian cut off bagi peran gender dan kesejahteraan subjektif, yaitu: a. Rendah : 0% - 33,3% b. Sedang : 33,4% - 66,6% c. Tinggi : 66,7% - 100%

44 28 Analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson karena data memiliki skala rasio. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Definisi Operasional Keluarga petani hortikultura adalah keluarga yang suaminya bekerja sebagai petani sayuran dan istrinya bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Contoh adalah istri petani yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Perempuan adalah perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang telah menikah dan tinggal bersama suami dalam satu rumah. Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat). Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja produktif yang dilakukan oleh perempuan. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang didapatkan oleh seluruh anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani, maupun dari pendapatan lainnya. Pengeluaran rumahtangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran pangan maupun nonpangan. Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan, pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk manajemen keuangan usaha tani. Pembagian peran gender dalam keluarga adalah kebijakan didalam masingmasing keluarga contoh terhadap tindakan pembagian tugas dalam rumahtangga. Peran gender adalah pembagian kerja antara suami dan istri di dalam rumah maupun dalam komunitas yang dinyatakan dalam kategori suami saja, suami dominan, suami dan istri, istri dominan dan istri saja.

45 29 Kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi pendapatan perempuan terhadap pendapatan total keluarga. Kontribusi suami adalah proporsi pendapatan suami terhadap pendapatan total keluarga. Kesejahteraan keluarga objektif berdasarkan BPS adalah keluarga dikatakan sejahtera apabila pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulan di atas garis kemiskinan Kabupaten Cianjur Rp ,00 per kapita per bulan (BPS 2010). Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, sosial, dan psikologi berdasarkan persepsinya (subjektif).

46 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sindangjaya yang merupakan salah satu desa inti Agropolitan yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya. Desa Sindangjaya secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara : Desa Cimacan b. Sebelah selatan : Desa Sukatani c. Sebelah timur : Kabupaten Sukabumi d. Sebelah barat : Desa Sindanglaya Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sebesar 512 ha, dengan wilayah terbesar digunakan untuk pertanian sayur-sayuran yaitu 321 ha yang dapat menghasilkan ton per tahun. Kondisi topografi daerah ini berupa dataran tinggi yang memiliki ketinggian ± m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan sebesar mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 25º - 30º C. Desa Sindangjaya terdiri dari lima dusun. Total Rukun Warga berjumlah sembilan RW dan total Rukun Tetangga berjumlah 45 RT. Lokasi penelitian yaitu di RW 4 yang terdiri dari RT 1, 3, dan 4, sedangkan di RW 5 terdiri dari RT 1,2,3 dan 4. Desa Sindangjaya dihuni oleh Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan adalah jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa, dan hanya 30 Kepala Keluarga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu anggota kelompok tani Padajaya. Pada usia produktif penduduk Desa Sindangjaya memiliki mata pencaharian atau pekerjaan yang beragam, namun pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penduduk berada pada sektor pertanian. Sebagian besar penduduk Sindangjaya (1.943 orang) bekerja pada sektor pertanian atau petani. Jenis pekerjaan penduduk lainnya di seluruh sektor yaitu bekerja sebagai karyawan (149 orang), wiraswasta ( orang), pertukangan (48 orang), buruh tani (598 orang) dan pensiunan (52 orang). Jumlah penduduk menurut kelompok tenaga

47 31 kerja yaitu usia tahun sebanyak orang dan usia tahun sebanyak orang. Desa Sindangjaya merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya, disamping sebagai daerah tujuan wisata, Desa ini juga cukup strategis dalam pemasaran produk sayuran ke daerah Ibu Kota dan sekitarnya. Adanya potensi yang besar dari daerah ini dalam bidang pertanian khususnya produk sayuran dan hortikultura, maka terbentuklah kelompok tani Padajaya, kelompok tani ini bermula dari kerjasama antara pemerintah desa, petani, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Kelompok tani Padajaya berdiri pada tanggal 15 Juli 2002, didirikan oleh sembilan orang perwakilan para petani di daerah Padajaya. Usia Contoh dan Suami Karakteristik Contoh dan Keluarga Usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa menengah (41-60 tahun) dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,3 %) usia contoh berada pada rentang usia dengan ratarata usia contoh yaitu 37,7 tahun dan lebih dari separuh usia suami (53,3 %) berada pada rentang dengan rata-rata usia suami yaitu 43,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia contoh didominasi pada tahap dewasa awal, sedangkan usia suami didominasi tahap dewasa menengah menurut kategori Hurlock (1980). Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami No. Kategori Usia* Contoh Suami n % n % 1. Dewasa awal (18-40 Tahun) 19 63, ,4 2. Dewasa menengah ( , ,3 Tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 Tahun) 0 0,0 1 3,3 Total , ,0 Rata-rata 37,7 43,3 Minimum Maksimum Standar deviasi *Kategori usia berdasarkan Hurlock ,0 60,0 9,0 29,0 70,0 9,2

48 32 Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (90,0%) mengenyam pendidikan tamat SD dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) yang tidak tamat SD. Persentase terbesar (83,3%) tingkat pendidikan suami adalah tamat SD, sedangkan suami yang tingkat pendidikan SMP dan SMA masing-masing yaitu 3,3 persen. Sesuai dengan pernyataan Guhardja et al. (1992) bahwa situasi keluarga di pedesaan dicirikan oleh sumber daya manusia yang tingkat pendidikannya rendah. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan contoh dan suami No. Kategori Pendidikan Contoh Suami n % n % 1. Tidak Tamat SD 3 10,0 3 10,0 2. Tamat SD 27 90, ,3 3. Tamat SMP 0 0,0 1 3,3 3. Tamat SMA 0 0,0 1 3,3 Total , ,0 Besar Keluarga Contoh Besar keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara lima sampai dengan tujuh orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan delapan orang (BKKBN 2005). Berdasarkan Tabel 5 lebih dari separuh keluarga contoh (60,0%) merupakan tipe keluarga kecil yaitu 4 orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah empat orang. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga No. Besar Keluarga* Jumlah (n=30) Persentase(%) 1. Keluarga Kecil ( 4 Orang) 18 60,0 2. Keluarga Sedang (5-7 Orang) 12 40,0 3. Keluarga Besar (> 7 Tahun) 0 0,0 Total ,0 Rata-rata 4,0 Minimum 2,0 Maksimum 7,0 Standar deviasi 1,4 * Klasifikasi berdasarkan BKKBN (2005) Ukuran keluarga berhubungan erat dengan pengeluaran dalam rumahtangga. Apabila terjadi penambahan anggota keluarga dalam rumahtangga

49 33 maka akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi dalam bekerja agar kebutuhan ekonomi dapat terpenuhi dengan cara lebih banyak menggali pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga beban untuk kepala keluarga akan semakin berat. Kondisi Tempat Tinggal Kualitas tempat tinggal mempunyai arti penting dalam tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Derajat kelayakan rumah diukur dari dua aspek yaitu kualitas fisik dan kualitas fasilitas. Kualitas fisik rumah diukur melalui jenis jenis atap terluas, jenis dinding terluas, jenis lantai terluas, dan luas lantai perkapita, sedangkan kualitas fasilitas rumah diukur melalui sumber air minum, sumber penerangan, dan ketersediaan fasilitas tempat BAB (BPS 2010). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (90,0%) memiliki dinding rumah tembok, dan seluruh contoh (100,0%) memiliki atap rumah genteng (Tabel 6). Persentase terbesar (90,0%) contoh memiliki lantai rumah plester semen atau keramik, dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) memiliki lantai rumah kayu. Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki jumlah ruangan di rumah sebanyak 7-9 ruangan, dan kurang dari separuh contoh (46,7 %) memiliki jumlah ruangan yang berjendela 7-9 ruangan. Berdasarkan hasil penelitian lebih dari tiga perempat contoh (76,7%) menggunakan sumber air minum dan sumber air untuk mandi atau mencuci berasal dari PAM, sedangkan seluruh contoh (100,0%) melakukan aktivitas mandi, mencuci, dan buang air besar di WC sendiri. Dilihat dari kondisi tempat tinggal, sebagian besar contoh sudah memiliki tempat tinggal yang layak untuk ditempati.

50 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal Keadaan Tempat Tinggal Jumlah (n) Persentase (%) Jenis dinding Bilik/kayu 3 10,0 Setengah tembok 0 0,0 Tembok 27 90,0 Atap Rumah Rumbia/daun kelapa kering 0 0,0 Seng 0 0,0 Genteng ,0 Lantai Rumah Tanah 0 0,0 Kayu 3 10,0 Plester semen/keramik 27 90,0 Jumlah ruangan di rumah , , , , ,3 Jumlah ruangan yang berjendela , , , , ,3 Sumber Air Minum Sungai 0 0,0 Sumur/mata air 7 23,3 PAM 23 76,7 Sumber air untuk mandi/cuci Sungai 0 0,0 Sumur/mata air 7 23,3 PAM 23 76,7 Tempat mandi atau mencuci Sungai/pancuran 0 0,0 WC umum 0 0,0 WC sendiri ,0 Tempat BAB Kebun/sungai/empang 0 0,0 WC umum 0 0,0 WC sendiri ,0 34

51 35 Kepemilikan Aset Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Aset ini terdiri dari lahan pertanian berupa kebun dan pekarangan, rumah, sawah, kolam, kendaraan, televise, kulkas, handphone, emas, dan hewan ternak seperti kambing, ayam, bebek/itik, kerbau/sapi dan ikan. Pada penelitian ini kepemilikan aset dalam keluarga dibagi atas: (1) Tidak punya, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4) Dibeli bersama. Berdasarkan kepemilikan aset pada Tabel 7, lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki kebun dengan status bawaan istri dan kurang dari separuh contoh (33,3%) merupakan bawaan suami, kebun yang merupakan bawaan istri biasanya merupakan warisan yang diberikan orangtua. Aset lain seperti pekarangan (33,3%), rumah (50,0%), televisi (56,7%) dan handphone (50,0%) merupakan barang yang dibeli bersama. Sebagian besar contoh tidak memiliki sawah (90,0%), kolam (90,0%), kulkas (90,0%), ayam (86,7%) dan ikan (83,3%). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Status Kepemilikan (%) Jenis Aset Tidak Punya Bawaan Istri Bawaan Suami Dibeli bersama Kebun 0,0 60,0 33,3 6,7 Pekarangan 0,0 33,3 33,3 33,3 Rumah 6,7 23,3 20,0 50,0 Sawah 90,0 3,3 6,7 0,0 Kolam 90,0 6,7 0,0 3,3 Kendaraan 50,0 0,0 10,0 40,0 Televisi 43,3 0,0 0,0 56,7 Kulkas 90,0 0,0 0,0 10,0 Handphone 40,0 6,7 3,3 50,0 Emas 70,0 10,0 3,3 16,7 Kambing 66,7 0,0 6,7 26,7 Ayam 86,7 3,3 0,0 10,0 Ikan 83,3 3,3 0,0 3,3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak memiliki aset berharga. Menurut Bryant (1990), keluarga yang memiliki aset banyak cenderung lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas. Rothwel (2011) juga menyatakan bahwa aset merupakan hal yang

52 36 penting karena aset akan dapat membantu seseorang untuk lebih maju dan sebaliknya keterbatasan aset yang dimiliki akan berdampak pada kesulitan ekonomi dan stress pada keluarga. Pendapatan Keluarga per Bulan Deacon dan Firebaugh (1988), sumberdaya keuangan keluarga yang utama didapatkan dari pendapatan keluarga. Menurut Sumarwan (2002) pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya dalam mencari nafkah. Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini dapat berasal dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) , , , , , , , , ,7 20,0 Rata-rata (Rupiah) ,33 Minimum ,00 Maksimum ,00 Standar deviasi ,05 Kategori pendapatan keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp ,00) Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR Kabupaten Cianjur) tahun 2011 adalah Rp Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai batasan apakah contoh memiliki pendapatan dibawah atau diatas garis UMR. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan contoh adalah Rp ,33 dengan kisaran Rp ,00 sampai Rp ,00. Keluarga yang memiliki pendapatan terbesar adalah keluarga yang memiliki kontribusi istri paling besar yaitu Rp perbulan dan memiliki pendapatan lain dari ternak domba sebesar Rp perbulan. Tabel 9 menunjukkan bahwa hampir separuh contoh (40,0%) memiliki pendapatan keluarga sebesar Rp ,00. Berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur, hampir separuh contoh ini termasuk dalam kategori dibawah UMR.

53 37 Pendapatan per kapita merupakan gambaran kemampuan konsumsi untuk setiap anggota keluarga. Pendapatan per kapita merupakan indikator penting dalam pembangunan suatu negara karena pendapatan per kapita ini dapat menentukan pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh melalui hasil pembagian antara pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh contoh (40,0%) memiliki pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp ,00 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp ,90. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) , , , , , , ,00 > , ,3 16,7 Rata-rata (Rupiah) ,90 Minimum ,00 Maksimum ,00 Standar deviasi ,46 Kategori pendapatan per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp ) Berdasarkan pendapatan per kapita keluarga contoh, maka hampir separuh contoh memiliki pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan, hal ini berarti, keluarga tersebut kurang sejahtera. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita yang berada dibawah garis kemiskinan dapat dilihat di Tabel 10.

54 38 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan dan besar keluarga No. Rata-rata pendapatan/kapita/bulan (Rp) Besar Keluarga (Orang) , , , , , , , , , , , ,00 4 Pengeluaran Keluarga per Bulan Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang dapat menggambarkan kondisi keuangan keluarga (Sumarwan 2002). Kondisi pengeluaran lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena pendapatan bukan bukan satu-satumya sumberdaya keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam atau berhutang. Lebih dari separuh contoh (63,3%) memiliki pengeluaran dengan selang Rp ,00 - Rp ,00 dan rata-rata pengeluaran keluarga per bulan sebesar Rp ,67. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan No. Pengeluaran (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) , , , , , , , , ,7 10,0 Rata-rata (Rupiah) ,67 Minimum ,00 Maksimum ,00 Standar deviasi ,07 Kategori pengeluaran keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp ,00) Pengeluaran per kapita keluarga dapat dibandingkan dengan garis kemiskinan. Semakin pengeluaran keluarga berada di atas garis kemiskinan maka

55 39 keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera. Garis kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 yaitu sebesar Rp ,00. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki pengeluaran per kapita sebesar Rp ,00 hingga Rp ,00 dan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp ,38. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran per kapita diatas garis kemiskinan. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) , , , , , , ,00 > , ,0 6,7 Rata-rata (Rupiah) ,38 Minimum ,12 Maksimum ,00 Standar deviasi ,86 Kategori pengeluaran per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp ) Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Per kapita Berdasarkan hasil penelitian, hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih kecil daripada pengeluaran per kapita (Tabel 13), dan kondisi ini menyebabkan mereka berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara berhutang. Sepertiga contoh (30,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran per kapita. Pendapatan dan pengeluaran per kapita ini cenderung dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota keluarga, anggota keluarga yang semakin banyak, maka akan memiliki pendapatan dan pengeluaran per kapita yang lebih sedikit. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran per kapita Per kapita per bulan Jumlah (n=30) Persentase (%) Pendapatan > Pengeluaran 9 30,0 Pendapatan = Pengeluaran 0 0,0 Pendapatan < Pengeluaran 21 70,0

56 40 Pengeluaran Pangan dan Nonpangan Pengeluaran keluarga terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan dan nonpangan. Pengeluaran pangan yaitu pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan makanan sehari-hari seperti makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, dan jajanan lainnya, sedangkan pengeluaran nonpangan dialokasikan untuk kebutuhan di luar kebutuhan pangan seperti pendidikan, bahan bakar, pakaian, kesehatan, dan keperluan pertanian. Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk pangan contoh sebesar Rp ,00 sedangkan untuk nonpangan sebesar Rp ,67. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan pangan jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk non pangan. Rahardjo (2000) menyatakan bahwa keluarga yang berpendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk pangan dan membeli pangan dengan harga yang lebih murah. Pada keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan membeli pangan dengan harga yang lebih mahal dan mengalokasikan pengeluaran non pangan lebih besar. Oleh karena itu besarnya proporsi pengeluaran untuk pangan dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan keluarga. Tingkat kesejahteraan contoh yang rendah dalam penelitian ini dapat dilihat dari pengeluaran pangan yang lebih besar daripada non pangan. Menurut BPS (1994), terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin berkurang presentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan, begitu juga sebaliknya bahwa semakin rendah pendapatan, maka alokasi untuk konsumsi makanan semakin besar dan semakin rendah tingkat kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan teori Maslow bahwa pemenuhan kebutuhan hidup dimulai dari kebutuhan primer (basic need), yaitu tingkatan paling rendah (kebutuhan makanan, minuman, dan sex) kemudian berpindah pada tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan dapat dilihat di Tabel 14.

57 41 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan Pengeluaran Keluarga Rata-rata ± std (Rp) Min-Maks (Rp) Pangan (Makanan pokok,lauk pauk,sayuran, buahbuahan,minyak goreng, minuman, dan jajanan) Nonpangan (Pendidikan, bahan bakar, pakaian, kesehatan, kebutuhan bahan dan alat pertanian) ,00± , ,67± , , , , ,00 Persentase (%) 74,6 25,4 Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender dalam Aktivitas Domestik Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Pada penelitian ini, pembagian peran gender yang diteliti adalah pembagian peran gender dalam aktivitas domestik dan publik yang termasuk didalamnya manajemen keuangan usaha tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti memasak atau menyiapkan makanan (66,7%), mengasuh anak (43,3%), membersihkan rumah (50,0%), mencuci pakaian (80,0%), menyetrika pakaian (76,7%), belanja kebutuhan sehari-hari (56,7%), menyapu halaman (63,3%), mengambil air untuk mandi/masak (50,0%), menata meja makan (56,7%), mengatur menu makanan (50,0%), membersihkan rak piring (60,0%), mencuci piring (66,7%), mengambil sayuran di pekarangan untuk dimasak (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh istri (Tabel 15). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleha (2003) dan Puspitawati (2008) yang menunjukkan bahwa pada masyarakat berlaku pola pembagian kerja di sektor domestik yang merupakan tanggungjawab istri, meskipun dalam beberapa kasus dimana suami bersedia untuk berbagi pekerjaan dengan istri. Ihromi (1990) juga mengatakan bahwa pekerjaan domestik utamanya berada dalam tanggung jawab istri. Berdasarkan Tabel 15 belanja peralatan rumahtangga (43,3%) dilakukan oleh suami dan istri, sedangkan membeli gas untuk kompor (26,7%) dilakukan oleh suami saja.

58 42 Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik No Pernyataan Persentase (%) Modus 1. Memasak atau 0,0 0,0 0,0 33,3 66,7 0,0 5 menyiapkan makanan 2. Mengasuh anak 0,0 0,0 20,0 43,3 36,7 0, Membersihkan rumah 0,0 0,0 6,7 43,3 50,0 0, Mencuci pakaian 0,0 0,0 0,0 16,7 80,0 3, Menyetrika pakaian 0,0 0,0 0,0 13,3 76,7 10, Belanja kebutuhan 0,0 3,3 3,3 36,7 56,7 0,0 5 sehari- hari 7. Menyapu halaman 0,0 0,0 0,0 33,3 63,3 3, Belanja peralatan rumah 0,0 3,3 43,3 6,7 46,7 0,0 5 tangga 9. Mengambil air untuk 3,3 0,0 0,0 46,7 50,0 0,0 5 mandi/masak 10. Menata meja makan 0,0 0,0 0,0 43,3 56,7 0, Mengatur menu 0,0 0,0 6,7 40,0 50,0 3,3 5 makanan 12. Membersihkan rak 0,0 0,0 0,0 40,0 60,0 0,0 5 piring 13. Mencuci piring 0,0 0,0 3,3 26,7 66,7 3, Membeli gas untuk 26,7 20,0 16,7 13,3 16,7 6,7 1 kompor 15. Mengambil sayuran di pekarangan untuk dimasak 0,0 6,7 3,3 33,3 40,0 16,7 5 Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya Pembagian peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan manajemen usaha tani yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi menjelaskan bahwa : 1) Kerjasama rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama dalam aktivitas domestik, publik maupun manajemen, contoh: pada pekerjaan domestik memasak dilakukan oleh istri saja dan pada pekerjaan publik menanam tanaman di kebun dilakukan oleh suami saja; 2) Kerjasama sedang artinya suami dan istri mulai melakukan kerjasama namun masih didominasi oleh salah satunya, misalnya suami dan istri sama-sama ikut mengontrol keuangan usaha tani, namun suami lebih dominan; 3) Kerjasama tinggi artinya suami dan istri melakukan kerjasama secara bersama atau melakukan secara bersama-sama, contohnya suami dan istri bersama-sama memutuskan membelanjakan uang usaha tani. Tabel 16 menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan domestik (66,6%) termasuk kategori sedang dengan rata-rata sebesar 48,1 persen.

59 43 Artinya, masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas dalam rumahtangga atau kegiatan domestik, meskipun masih ada salah satu yang dominan. Pembagian peran keluarga contoh cukup seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri. Keterlibatan suami dalam urusan rumahtangga sangat diharapkan untuk meringankan tugas istri. Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang suami ikut berpartisipasi dalam pekerjaan rumahtangga adalah pandangan gender yang dianut oleh suami. Menurut William dan Best (1990) pandangan peran gender merupakan kepercayaan normatif tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang laki-laki atau perempuan, apa yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, dan bagaimana keduanya berinteraksi. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas domestik* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 8 26,7 Sedang ( 33,4-66,7) 20 66,6 Tinggi (>66,7) 2 6,7 Rata-rata (skor) 48,1 Minimum 28,9 Maksimum 71,1 Standar deviasi 12,9 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0 Peran Gender dalam Aktivitas Publik Megawangi (1999) menyatakan bahwa dalam keluarga perlu adanya alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem tetap ada. Moser (1993) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu peranan produktif (publik), peranan reproduktif dan peran pengelolaan masyarakat. Peran gender aktivitas publik dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu wilayah pekarangan dan kebun, hal ini berdasarkan adanya pembagian gender yang lebih dominan di masyarakat, yaitu wilayah pekarangan yang dominan di kerjakan oleh istri dan kegiatan di kebun yang lebih banyak dilakukan oleh suami.

60 44 Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik Pernyataan Persentase (%) Modus Pekarangan Mempersiapkan lahan 20,0 33,3 20,0 16,7 10,0 0,0 2 Membeli bibit 23,3 20,0 23,3 10,0 16, ,3 Menanam tanaman 0,0 3,3 23,3 43,3 30,0 0,0 4 Memberi pupuk 16,7 10,0 13,3 36,7 23,3 0,0 4 Menyiangi tanaman 0,0 3,3 10,0 36,7 50,0 0,0 5 Pemanenan 3,3 10,0 10,0 36,7 33,3 6,7 4 Membersihkan bunga 3,3 6,7 6,7 6,7 33,3 43,3 6 Mengikat atau mengemas bunga 0,0 6,7 13,3 6,7 33,3 40,0 6 Memasarkan hasil 3,3 16,7 10,0 13,3 36,7 20,0 5 tanaman pekarangan Kebun Mempersiapkan lahan 50,0 46,7 0,0 0,0 0,0 3,3 1 Membuat saluran air 56,7 20,0 0,0 0,0 0,0 23,3 1 Membeli bibit 53,3 20,0 10,0 6,7 6,7 3,3 1 Menanam tanaman 26,7 30,0 36,7 3,3 0,0 3,3 3 Memberi pupuk 53,3 30,0 13,4 0,0 0,0 3,3 1 Penggunaan peralatan 73,4 23,3 0,0 0,0 0,0 3,3 1 pertanian (bajak, arit, cangkul) Menyiangi tanaman 36,7 46,7 6,7 3,3 3,3 3,3 2 Pemanenan 30,0 26,7 6,7 0,0 0,0 36,7 6 Membersihkan sayuran 20,0 33,3 3,3 0,0 0,0 43,3 6 Mengikat atau 23,3 33,3 3,3 0,0 0,0 40,0 6 mengemas sayuran Memasarkan hasil kebun 36,7 26,7 0,0 0,0 0,0 36,7 1,6 Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan-kegiatan di pekarangan seperti menanam tanaman (43,3%), memberi pupuk (36,7%), dan pemanenan (36,7%) lebih dominan dikerjakan oleh istri, sedangkan menyiangi tanaman (50,0) dan memasarkan hasil (36,7%) lebih banyak dilakukan oleh istri saja (Tabel 17). Kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh suami yaitu mempersiapkan lahan, sedangkan membeli bibit dilakukan oleh suami dan istri (23,3%) dan suami saja (23,3%). Kegiatan membersihkan bunga (43,3%) dan mengikat atau mengemas bunga (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya yaitu seperti tengkulak. Berdasarkan Tabel 17, kegiatan aktivitas publik di kebun seperti mempersiapkan lahan (50,0%), membuat saluran air (56,7%), membeli bibit

61 45 (53,3%), memberi pupuk (53,3%), penggunaan alat pertanian di kebun (73,4%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja. Kegiatan lain seperti menanam tanaman (36,7%) dilakukan oleh suami dan istri secara bersama-sama, menyiangi tanaman (46,7%) dilakukan oleh suami secara dominan, sedangkan pemanenan (36,7), membersihkan sayuran (43,3%), mengikat atau mengemas sayuran (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya seperti tengkulak. Kegiatan memasarkan hasil kebun masing-masing 36,7 persen banyak dilakukan oleh suami saja dan oleh tengkulak. Hal ini senada dengan hasil penelitian Gustina (2011) yang menyatakan bahwa peran publik lebih dominan dilakukan oleh suami. Berdasarkan Levy dalam Megawangi (1999) salah satu syarat strukutural agar keluarga sebagai sebuah sistem dapat berfungsi maka harus ada diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang dilakukan dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sudah terdapat alokasi diferensiasi peran antara suami dan istri dalam melakukan aktivitas publik dan domestik, sehingga kerjasama dalam struktur keluarga sudah dapat dikatakan setara dan seimbang. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh istri di pekarangan biasanya adalah aktivitas yang tidak terlalu sulit, sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh suami di kebun, biasanya merupakan aktivitas yang memerlukan tenaga yang lebih besar. Aktivitas yang biasa dilakukan di pekarangan dan kebun dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain itu alat yang biasa digunakan di pekarangan adalah perkakas ringan untuk merawat bunga, sedangkan di kebun biasanya perkakas yang lebih berat yang biasa digunakan untuk mengolah tanah dalam luas lahan yang lebih besar (Lampiran 5). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas publik* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 3 10,0 Sedang ( 33,4-66,7) 27 90,0 Tinggi (>66,7) 0 0,0 Rata-rata (skor) 46,2 Minimum 28,3 Maksimum 73,0 Standar deviasi 8,4 *Skala di tabel 17 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan publik (90,0%) dengan rata-rata skor sebesar 46,2 persen termasuk

62 46 kategori sedang (Tabel 18). Artinya, pembagian peran gender dalam aktivitas publik sudah terdapat kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan oleh istri, sedangkan kegiatan tani di kebun, lebih banyak dilakukan oleh suami. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Becker (1965) diacu dalam Rohaeni dan Lokollo (2005) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki banyak mengalokasikan waktu untuk pekerjaan mencari nafkah. Pembagian peran sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Berkaitan dengan gender dan pemenuhan hidup, diketahui adanya kerjasama antara perempuan dan laki-laki di tingkat keluarga dan masyarakat (Bappenas 2008). Dalam aktivitas publik terdapat keuangan usaha tani. Hasil penelitian pada Tabel 19 juga pembagian tugas dalam manajemen menunjukkan bahwa kegiatan mengelola uang usaha tani (33,3%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani No. Pernyataan Persentase (%) Modus 1. Merencanakan keuangan usaha tani 16,7 16,7 56,7 6,7 3, Mengontrol keuangan usaha tani 26,7 23,3 40,0 3,3 6, Mengelola uang usaha tani 33,3 23,3 30,0 3,3 10, Memutuskan membelanjakan uang usaha tani 20,0 30,0 50,0 0,0 0,0 3 Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja Kegiatan manajemen keuangan lainnya seperti merencanakan keuangan usaha tani (56,7%), mengontrol keuangan usaha tani (40,0%), dan memutuskan membelanjakan uang usaha tani (50,0%) dilakukan bersama antara suami dan istri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) bahwa pembagian peran gender dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan keluarga dalam

63 47 menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri bersepakat dalam membagi peran dan tugas sehari-hari, bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen bersama. Hampir separuh contoh (43,4%) memiliki kerjasama suami dan istri dalam manajemen keuangan usaha tani dalam kategori tinggi (Tabel 20). Artinya bahwa dalam melakukan manajemen keuangan usaha tani dilakukan secara bersamasama oleh suami dan istri atau sudah terdapat kerjasama dan kompromi secara seimbang antara suami dan istri. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori strukturalfungsional yang menekankan keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Levi dalam Megawangi (1999) juga menguatkan bahwa harmoni dalam pembagian peran dan penyelenggaran fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilainilai bersama adalah kondisi utama berfungsinya keluarga. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 8 26,7 Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0 Tinggi (>66,7) 13 43,3 Rata-rata (skor) 57,5 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 34,1 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1 Kontribusi Ekonomi perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga Kontribusi ekonomi perempuan yaitu peran perempuan dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang merupakan proporsi antara pendapatan istri dengan pendapatan total keluarga, sebagai usaha dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga. Perempuan di Kampung Padajaya ini sudah mulai terlihat memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun kontribusi yang dihasilkan belum terlalu maksimal, namun sudah ada kemauan dan kemampuan dari perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas publik. Kontribusi yang diberikan oleh perempuan, mereka dapatkan dari hasil pengolahan pekarangan, yaitu dengan menanam tanaman bunga potong yang

64 48 memiliki nilai jual di pasaran. Terdapat berbagai macam bunga potong yang biasa ditanam di pekarangan untuk dijual diantaranya bunga ruskus, anggrek, pandan, aepi, grasena, rosmeri, kuping gajah, pakis bintang, lidah buaya, ciklok kodok, ekor bajing, lilih, sansifera, amarilis, bunga terompet, bunga melati, mawar, pakis doren, agrisera, astalias, roskol dan terdapat juga berbagai macam tanaman buah seperti jambu air, jambu batu, jambu brazil, terong belanda, dan lain-lain. Jenis tanaman yang ada di pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berbagai macam tanaman tersebut memiliki waktu panen yang berbeda, dan biasanya bunga potong dapat dipanen dalam waktu tiga bulan sekali. Tanaman bunga potong ini dijual kepada tengkulak dengan harga yang bervariasi, ada yang Rp3.000,00 per pot, bahkan ada yang Rp ,00 per pohon. Pendapatan yang diperoleh oleh perempuan ini tergantung pada luas lahan pekarangan yang dimiliki, variasi bunga potong yang ditanam serta proses pemeliharaan yang dilakukan. Gambaran kondisi pekarangan rumah dapat dilihat di Lampiran 3. Kegiatan yang biasa perempuan lakukan di pekarangan sama halnya seperti yang biasa dikerjakan oleh laki-laki di kebun seperti menanam tanaman, mengoyos, menyiram, memupuk, memotong bunga yang layu, mencabut rumput, membersihkan bunga dan bahkan ada yang mencangkul dan menyiapkan lahan. Proses pemanenan seperti mengikat dan memotong bunga biasanya dilakukan langsung oleh tengkulak. Hasil keuangan dari penjualan tanaman bunga potong ini sebagian besar dipegang oleh istri sebagai tambahan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, seperti tambahan uang jajan untuk anak, membeli bumbu dapur, dan biaya membeli buku untuk anak sekolah. Hampir seluruh responden menjual dan memegang hasil pekarangannya sendiri. Keterangan lebih lanjut mengenai pembagian hasil pekarangan dan kebun dapat dilihat di Lampiran 6.

65 49 Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga No. Kontribusi Rupiah Ekonomi(%) (Rp) Jumlah (n=30) Persentase(%) 1. 0,0 0, , , , ,3 Rata-rata (skor) 11,3 Minimum 0,6 Maksimum 33,3 Standar deviasi 8,6 Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 50,0 persen contoh memiliki persentase kontribusi pendapatan terhadap keluarga sebesar 1-10 persen, dengan rata-rata kontribusi sebesar 11,3 persen, dan terdapat empat orang contoh yang memiliki kontribusi ekonomi sebesar persen, keempat responden ini memiliki lahan pekarangan yang luas dan memiliki variasi bunga yang beragam. Satu orang contoh yang memiliki kontribusi terbesar diantara contoh lain, responden tersebut memiliki kontribusi sebesar 33,3 persen terhadap pendapat total keluarga dengan penghasilan sebulan dapat mencapai Rp ,00. Responden tersebut memiliki lahan pekarangan yang paling luas, serta memiliki berbagai variasi tanaman bunga potong yang paling lengkap. Tanaman bunga potong yang dimilikinya diperhatikan dan dirawat dengan baik, sehingga memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi. Kesejahteraan Keluarga Subjektif Kesejahteraan subjektif yaitu kepuasan pribadi seseorang atas terpenuhinya semua kebutuhan hidup baik itu dalam hal fisik, sosial, ekonomi maupun psikologis. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepauasan contoh maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif tersebut. Menurut Santamarina dalam Sunarti (2008) terdapat enam kategori kesejahteraan (quality of life atau individual well-being) yaitu: 1) Fisik, 2) Psikologis, 3) Tingkat kemandirian, 4) Sosial, 5) Lingkungan dan 6) Spiritual.

66 50 Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan fisik menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan merasa puas dengan keadaan kesehatan keluarga, masing-masing memiliki presentase sebesar 36,7 persen. Hampir separuh contoh (46,7%) merasa sudah puas dengan kesehatannya, hal ini karena kondisi lingkungan di sekitar rumah masih alami dan tidak ada polusi udara yang mengganggu kesehatan. Kurang dari separuh contoh (43,3% dan 40,0%) merasa cukup puas dengan keadaan makanan di keluarga dan kebersihan di dalam rumah. Kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan cukup puas dengan kebersihan di pekarangan dengan presentase masing-masing sebesar 40,0 persen, dan lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa puas dengan keadaan air di sekitar (Tabel 22). Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada keadaan kesehatan contoh dan keadaan air di sekitar. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik No. Pernyataan Persentase (%) Modus 1. Keadaan kesehatan keluarga 36,7 26,7 36,7 1,3 2. Keadaan kesehatan Anda 26,7 26,7 46, Keadaan makanan keluarga anda 36,7 43,3 20, Kebersihan di dalam rumah 36,7 40,0 23, Kebersihan pekarangan 40,0 40,0 20,0 1,2 6. Keadaan air di sekitar 3,3 33,3 63,3 3 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas Penggolongan kategori kesejahteraan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh contoh (56,7%) memiliki kesejahteraan fisik yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata sebesar 52,5 persen (Tabel 23). Hal ini menunjukkan bahwa contoh sudah merasa cukup puas dengan kesejahteraan fisik yang dimilikinya, terutama keadaan kesehatan dan keadaan air sekitar yang masih bersih dan alami. Kesehatan yang baik ditunjang oleh udara yang masih bersih tanpa polusi, banyaknya tanaman sehingga kaya akan oksigen, dan asupan gizi makanan yang baik yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.

67 51 Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan fisik Kesejahteraan Fisik Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 7 23,3 Sedang ( 33,4-66,7) 17 56,7 Tinggi (>66,7) 6 20,0 Rata-rata (skor) 52,5 Minimum 16,7 Maksimum 91,7 Standar deviasi 20,0 Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi pada Tabel 24 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh merasa tidak puas dengan keadaan keuangan keluarga (56,7%) dan keadaan pendapatan (56,7%). Kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan tempat tinggal keluarga, lebih dari tiga perempat contoh (76,7%) tidak puas dengan keadaan materi/aset keluarga, kurang dari seperempat contoh masing-masing 40,0 persen merasa belum puas dengan keadaan pakaiannya dan keadaan pakaian keluarga. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi Persentase (%) No. Pernyataan Modus 1. Keadaan keuangan keluarga 56,7 23,3 20, Keadaan pendapatan anda 56,7 23,3 20, Keadaan tempat tinggal keluarga anda 33,3 23,3 43, Keadaan materi/aset keluarga anda 76,7 16,7 6, Keadaan pakaian keluarga 40,0 33,3 26, Keadaan pakaian Anda 40,0 33,3 26, Fasilitas dan alat-alat pertanian 33,3 13,3 53, Kepemilikan lahan pertanian 63,3 16,7 20, Hasil panen sayuran 43,3 30,0 26,7 1 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas Lebih dari separuh contoh (53,3%) merasa puas dengan fasilitas dan alatalat pertanian yang dimilikinya (Tabel 24), sedangkan lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa tidak puas dengan kepemilikan lahan pertanian karena mereka merasa bahwa lahan pertanian yang dimilikinya masih kurang, dan kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa tidak puas terhadap hasil panen sayuran yang biasa mereka dapatkan, karena mereka merasa hasil panennya kurang banyak dan biasanya kualitas hasil panen pun kadang tidak sesuai dengan harapan mereka. Hal ini dikarenakan hasil panen sayuran ditentukan oleh kondisi alam seperti

68 52 curah hujan dan cuaca. Jika musim hujan, biasanya hasil panen sayuran kurang bagus, karena sayuran banyak yang busuk dan pestisida yang digunakan akan boros, namun petani dapat menanggulanginya dengan membuat atap dan perubahan pola tanam. Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang masih kurang terdapat pada keadaan keuangan keluarga, keadaan pendapatan contoh, keadaan aset yang dimiliki oleh keluarga, keadaan pakaian, kepemilikan lahan pertanian yang masih kurang dan hasil panen sayuran, sedangkan tingkat kepuasan yang relatif sudah baik yaitu keadaan tempat tinggal dan fasilitas alat-alat pertanian yang dimiliki. Tabel 25 menunjukkan bahwa kesejahteraan ekonomi contoh termasuk dalam kategori rendah (50,0%). Hal ini berarti keadaan ekonomi yang dimiliki oleh contoh masih kurang baik, sehingga contoh masih merasa tidak puas terutama dalam hal keadaan keuangan, kurangnya pendapatan, kepemilikan aset yang masih terbatas, dan kepemilikan lahan pertanian yang sempit. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan ekonomi Kesejahteraan Ekonomi Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 15 50,0 Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0 Tinggi (>66,7) 6 20,0 Rata-rata (skor) 38,9 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 32,0 Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan sosial menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa tidak puas dengan keadaan pendidikan anak mereka (Tabel 26). Hal ini karena sebagian besar penduduk di daerah tersebut kurang memprioritaskan pendidikan, sehingga anak-anaknya pun cenderung mengikuti pemikiran orangtuanya, hal ini mengakibatkan anak kurang memiliki kemauan untuk melanjutkan sekolah. Orangtua memiliki pemikiran bahwa setinggi apapun anaknya sekolah maka pada akhirnya akan menjadi petani pula seperti mereka. Lebih dari separuh contoh (66,7%) merasa puas dengan gaya manajemen waktunya. Mereka merasa sudah dapat membagi waktu antara pekerjaan domestik dan publik yang mereka lakukan. Kurang dari separuh contoh (masing-masing

69 53 36,7%) merasa tidak puas dan cukup puas dalam manajemen keuangan. Kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan pekerjaannya, mereka merasa bersyukur dan menikmati pekerjaan yang saat ini ditekuninya yaitu sebagai petani. Sebagian besar contoh puas dengan hubungan antara suami dan istri (93,3%), hubungan dengan saudara atau kerabat (96,7%), hubungan antara orangtua dan anak (80,0%), dan seluruh contoh (100,0%) merasa puas melakukan komunikasi dengan tetangga. Hal ini terbukti dengan kehidupan yang begitu dekat dan rukun antara tetangga dalam kehidupan bermasyarakat. Kurang dari separuh contoh (46,7%) tidak puas dengan akses informasi penyuluhan. Hal ini dikarenakan mereka kurang mendapat pemberitahuan atau informasi jika ada kegiatan penyuluhan, serta masih kurang adanya kegiatan penyuluhan pertanian yang ada di desa tersebut. Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan terhadap kesejahteraan sosial yang sudah baik diantaranya keadaan pekerjaan, hubungan antara suami dan istri, hubungan dengan saudara atau kerabat, hubungan antara orangtua dan anak, serta hubungan atau komunikasi dengan tetangga, sedangkan tingkat kesejahteraan yang relatif belum puas yaitu keadaan pendidikan anak dan akses informasi penyuluhan. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial Persentase (%) No. Pernyataan Modus 1. Keadaan pendidikan anak 63,3 20,0 16, Gaya manajemen waktu anda 20,0 13,3 66, Gaya manajemen keuangan anda 36,7 36,7 26,7 1,2 4. Keadaan pekerjaan anda 30,0 26,7 43, Hubungan antara suami dan istri 0,0 6,7 93, Hubungan dengan saudara/ kerabat 0,0 3,3 96, Hubungan antara orangtua dan anak 3,3 16,7 80, Hubungan/komunikasi dengan tetangga 0,0 0,0 100, Akses informasi penyuluhan 46,7 16,7 36,7 1 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas Tabel 27 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,3%) memiliki tingkat kesejahteraan sosial dalam kategori sedang, dan tidak terdapat contoh yang memiliki tingkat kesejahteraan sosial rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan sosial contoh sudah cukup baik, terutama dalam hal berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, seperti antara suami dan istri, hubungan

70 54 dengan saudara atau kerabat, hubungan orangtua dan anak, serta hubungan atau komunikasi dengan tetangga. Adat masyarakat di Dusun Padajaya ini masih kental dengan sifat gotong royong dan kekeluargaan, mereka memiliki hubungan yang rukun dengan tetangga dan tidak terlihat individualis. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan sosial Kesejahteraan Sosial Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 0 0,0 Sedang ( 33,4-66,7) 16 53,3 Tinggi (>66,7) 14 46,7 Rata-rata (skor) 70,0 Minimum 44,4 Maksimum 100,0 Standar deviasi 13,9 Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh (40,0%) merasa puas dengan kelakuan atau kepribadian anaknya. Mereka beranggapan bahwa anaknya sudah memiliki kepribadian yang baik karena mereka selalu membantu orangtuanya, tidak terlalu banyak menuntut, dan masih selalu menjalankan perintah agama seperti mengaji dan sholat. Lebih dari separuh contoh (53,3%) puas dengan keadaan spiritual atau keagamaan keluarga, dan separuh contoh (50,0%) puas dengan keadaan spiritual atau keagamaannya. Kegiatan keagaaman masih selalu rutin dilakukan di Dusun Padajaya, seperti pengajian majlis ta lim ibu-ibu, pengajian bapak-bapak dan pengajian muda-mudi serta sekolah agama yang biasa dilakukan sore hari. Lebih dari separuh contoh cukup puas dengan keadaan mental keluarga (63,3%) dan keadaan mentalnya (53,3%). Kurang dari separuh contoh (40,0%) puas dengan pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki tentang pertanian, dan separuh contoh (50,0%) merasa cukup puas dengan keoptimisan keluarga dalam menatap masa depan. Keoptimisan ini dimiliki karena contoh beranggapan bahwa selama ada kemauan dan terus bekerja keras, maka mereka akan mendapatkan hasil yang baik teruitama dari hasil pertanian sayuran dan pekarangan. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi dapat dilihat di Tabel 28. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada kepribadian anak, keadaan

71 55 spiritual atau keagamaan keluarga, keadaan spriritual contoh, dan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh istri dalam bidang pertanian. Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi Persentase (%) No. Pernyataan Modus 1. Kelakuan/ kepribadian anak anda 23,3 36,7 40, Keadaan spiritual/ keagamaan keluarga 10,0 36,7 53, Keadaan spiritual/ keagamaan Anda 10,0 40,0 50, Keadaan mental keluarga 20,0 63,3 16, Keadaan mental anda 20,0 53,3 26, Pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki tentang pertanian 30,0 30,0 40, Keoptimisan keluarga 16,7 50,0 33,3 2 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas Tabel 29 berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologi contoh termasuk dalam kategori sedang (60,0%). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan kesejahteraan psikologi contoh sudah cukup baik terutama dalam hal spiritual atau keagamaan. Kondisi tersebut dibuktikan dengan masih aktifnya kegiatan keagamaan di masyarakat dan kuatnya norma-norma agama yang diberlakukan di lingkungan masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bergaul, bahkan cara hidup sehari-hari dalam bermasyarakat. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi Kesejahteraan Psikologi Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 5 16,7 Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0 Tinggi (>66,7) 7 23,3 Rata-rata (skor) 57,5 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 26,3 Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan subjektif maka di kategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi, yaitu rendah (< 33,3), sedang (33,4-66,7), tinggi (>66,7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-

72 56 rata 54,8 persen (Tabel 30). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh cukup puas dalam kesejahteraan psikologi. Menurut Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu dan bersifat subjektif. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif total Kesejahteraan Keluarga Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 5 16,7 Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0 Tinggi (>66,7) 7 23,3 Rata-rata (skor) 54,8 Minimum 23,4 Maksimum 90,6 Standar deviasi 20,0 Frankl (1963) yang dikutip Puspitawati et al. (2010) menyatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap kualitas kehidupan dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi seperti keadaan keluarga, pekerjaan, tetangga, kelompok masyarakat, kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama). Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif (Subjektif Quality of Life) total dapat dilihat pada Tabel 30. Hubungan Antar Variabel Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh, Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Contoh, dan Kesejahteraan Keluarga Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson diketahui terdapat hubungan positif dan signifikan antara usia contoh dan usia suami terhadap kesejahteraan objektif. Artinya, semakin tinggi usia contoh dan usia suami contoh, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Berdasarkan pengamatan di lapang semakin tua usia seorang petani, maka cenderung memiliki lahan kebun dan pekarangan yang lebih luas, sehingga pendapatan keluarga yang dimiliki pun

73 57 semakin besar, selain itu, semakin tinggi usia petani maka anggota keluarga yang menjadi tanggungan pun akan semakin berkurang, dan kesejahteraan objektif pun akan semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan dengan Zhang (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia, peran gender dan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pengeluaran total dan kesejahteraan objektif (pendapatan total keluarga). Artinya, semakin tinggi pengeluaran total keluarga petani, semakin tinggi pula kesejahteraan objektif keluarga petani. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa pendapatan total berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran total keluarga. Hal ini berarti, keluarga yang memiliki pendapatan total tinggi maka memiliki pengeluaran total yang tinggi pula. Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi suami contoh dengan kesejahteraan objektif (Tabel 31). Artinya, semakin tinggi kontibusi ekonomi yang diberikan oleh contoh dan suami, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Hal ini didukung oleh Puspitawati (2008) yang menyatakan bahwa kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi positif signifikan dengan kesejahteraan keluarga. Besar keluarga memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif, artinya semakin sedikit besar keluarga, maka kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hasil ini didukung oleh Hatmadji dan Anwar (1993) yang menyatakan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga akan semakin berkurang sehingga tingkat kesejahteraan akan semakin meningkat. Menurut Alabi et al. (2006) semakin besarnya anggota keluarga, maka kebutuhan uang akan semakin besar, sehingga semakin banyak anggota keluarga, kesejahteraan keluarga akan semakin menurun. Lewin dan Maurin (2005) menjelaskan bahwa besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit alokasi pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera.

74 58 Pendapatan total keluarga memiliki hubungan yang positif dan sangat signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan total keluarga maka kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hal ini Sejalan dengan Alabi et al. (2006) yang menjelaskan bahwa pendapatan merupakan sumberdaya utama keluarga yang akan digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan keluarga. Semakin pendapatan keluarga meningkat maka keluarga akan semakin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kesejahteraan keluargapun dapat terwujud. Pendapatan yang rendah merupakan hambatan yang menyebabkan rumahtangga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang mencukupi (Sajogyo et al. 1994) Tabel 31 Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender,dan kesejahteraan keluarga Variabel Kesejahteraan objektif (pendapatan total) Kesejahteraan subjektif Usia contoh.361*.247 Usia suami Pendidikan contoh Pendidikan suami.407* Besar keluarga Pendapatan total Pengeluaran total.713**.308 Kontribusi ekonomi contoh.629** Kontribusi suami contoh.975** Peran gender domestik Peran gender publik manajemen keuangan -.375*.526**.373*.500** Keterangan : ** berkorelasi signifikan pada 0,01 level (2-tailed) * berkorelasi signifikan pada 0,05 level (2-tailed) Kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kontribusi ekonomi yang diberikan oleh contoh dan suami, maka akan meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Menurut Adriyani (2000), tinggi rendahnya kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang. Apabila kontribusi ekonomi yang diberikan istri tinggi terhadap pendapatan keluarga, maka kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dan kesejahteraan subjektif keluarga akan meningkat.

75 59 Tabel 31 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran gender baik itu dalam aktivitas domestik maupun publik dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan ekspektasi dari tujuan yang diinginkan.

76 60 Pembahasan Umum Penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural fungsional melalui pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga, terutama difokuskan pada peran gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan kesejahteraan keluarga. Menurut Megawangi (1999) pendekatan struktural fungsional menganggap bahwa setiap keluarga merupakan sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan. Pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz 2002). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional adalah bahwa pada setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi keluarga yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pekerjaan domestik dan publik, sebagian besar contoh termasuk ke dalam keluarga yang mempunyai kerjasama antara suami istri dengan kategori sedang. Artinya, sudah mulai ada kerjasama yang baik antara suami dan istri walaupun sedikit. Hal ini membuktikan bahwa sudah ada tanggung jawab bersama antara suami dan istri meskipun dalam hal mencari nafkah masih dominan dilakukan oleh suami dan pekerjaan rumahtangga masih dominan dilakukan oleh istri. Backer (1965) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota keluarga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aktivitas publik manajemen keuangan usaha tani, keluarga mempunyai kerjasama antara suami dan istri dengan kategori tinggi. Hal ini berarti sudah terjalin kerjasama dan tanggungjawab bersama dalam mengelola keuangan hasil dari usaha tani. Menurut Megawangi (1999) pembagian antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Hasil penelitian dalam bidang pertanian di Nigeria menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peran berdasarkan jenis kelamin pada para petani terutama petani tanaman. Pria lebih terlibat dalam

77 61 semua kegiatan produksi pangan kecuali pengolahan makanan. Tingkat partisipasi perempuan yang rendah adalah akibat dari perubahan sikap, dataran tanah pertanian yang sulit, kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan dan pendekatan pelayanan penyuluhan pertanian yang berfokus hanya pada petani pria saja, bukan dari keluarga secara keseluruhan (Uzokwe 2009). Audu (2009) menjelaskan bahwa kegiatan pertanian lebih dikenal dilakukan oleh laki-laki, sedangkan peran perempuan lebih dikenal dalam kegiatan rumahtangga dan mengurus anak, pria lebih mendominasi kegiatan produksi dan pertumbuhan tanaman pangan serta pengaturan uang tunai dibandingkan perempuan. Dalam penelitian di Ethiopia diketahui bahwa peran perempuan dalam kegiatan pertanian lebih besar dibandingkan laki-laki, namun peran penting perempuan tersebut tidak diakui dan tidak dihargai (Ogato et al. 2009) Perempuan seringkali dianggap sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga (Zehra 2008). Seiring dengan perkembangan zaman, peran perempuan sebagai pengurus rumahtangga yang bekerja di sektor domestik telah mengalami pergeseran. Saat ini perempuan tidak hanya bekerja di sektor domestik saja tetapi juga sebagai pencari nafkah utama maupun tambahan (Sayogyo 1981). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan sudah memiliki kontribusi ekonomi terhadap pendapatan total dengan rata-rata sebesar 11,3 persen yang diperoleh dari hasil pendapatan bunga potong. Elfina (2011) menyatakan bahwa pendapatan istri seimbang dengan suami dalam ekonomi keluarga, walaupun tingkat upah pada pekerjaan yang sama lebih murah dibandingkan yang diterima oleh laki-laki. Gulcubuk (2010) menjelaskan bahwa rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan juga memiliki kontribusi dalam menunjang perekonomian keluarga disamping pendapatan suami. Pembagian peran dan kontribusi anggota keluarga sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga yaitu kesejahteraan, baik secara objektif maupun subjektif. Kesejahteraan objektif dapat dilihat berdasarkan pendapatan total

78 62 keluarga. Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang menunjukkan perasaan kepuasan pribadi akan kehidupan keluarganya. Menurut Chen (2010) kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan hidup yang diukur berdasarkan standar personal. Schmidth dan Welsh (2010) menjelaskan bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari tiga bagian yaitu perasaan positif, perasaan negatif, dan kepuasan yang dirasakan dalam hidup yang akan stabil dan tidak berubah dalam jangka waktu yang lama. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif, karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan ekspektasi dari tujuan yang diinginkan. Keterbatasan Penelitian Salah satu keterbatasan atau konsekuensi dari penelitian non probability sampling adalah tidak dapat menggambarkan kasus yang sama di tempat yang berbeda atau tidak dapat digeneralisasikan. Keterbatasan tersebut juga berlaku untuk penelitian ini yang hanya menggunakan 30 contoh dengan karakteristik sosial ekonomi yang cenderung homogen. Penelitian ini hanya dilakukan di satu desa sehingga dari lokasi kurang representatif. Penelitian juga hanya menggunakan istri sebagai responden.

79 63

80 64 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kerjasama gender dalam aktivitas domestik dan publik termasuk dalam kategori sedang, artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik manajemen keuangan usaha tani, kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri dalam hal manajemen keuangan hasil usaha tani. Rata-rata kontribusi istri terhadap pendapatan total keluarga adalah sebesar 11,3 persen. Kontribusi ini diperoleh dari hasil penjualan tanaman bunga potong yang ditanam di pekarangan rumah. Berdasarkan pengamatan di lapang, besarnya pendapatan tergantung dari luas lahan pekarangan yang dimiliki dan variasi bunga yang ditanam. Tingkat kesejahteraan subjektif contoh secara fisik, sosial dan psikologi termasuk dalam kategori sedang, sedangkan tingkat kesejahteraan subjektif ekonomi termasuk dalam kategori rendah. Kesejahteraan subjektif secara total termasuk dalam kategori sedang (cukup puas) dengan rata-rata sebesar 54,8 persen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi suami dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami, maka kesejahteraan keluarga objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi contoh, dan kontribusi ekonomi suami contoh dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami contoh maka kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi.

81 65 Saran 1. Melihat kenyataan bahwa tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas di sektor domestik lebih banyak dibebankan pada pihak istri, maka dirasakan perlu dilakukan sosialisasi nilai yang menganjurkan adanya pembagian kerja domestik antara suami dan istri dengan tujuan untuk meringankan beban kerja istri dalam keluarga tanpa mengganggu tujuan keluarga tersebut. 2. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan perlunya strategi penyuluhan atau pemberdayaan keluarga yang dapat memberikan pembekalan tentang pentingnya pembagian peran gender dengan kerjasama yang baik antara suami dan istri untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga. 3. Berdasarkan hasil korelasi terdapat hubungan yang positif signifikan antara kontribusi ekonomi perempuan dengan kesejahteraan keluarga baik secara objektif atau subjektif. Beranjak dari hasil penelitian tersebut, maka diperlukan peningkatkan pengetahuan dan wawasan serta keterampilan contoh dalam mengelola pekarangan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman bunga potong yang dihasilkan, sehingga pendapatan yang diperoleh pun akan semakin tinggi dan kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat.

82 66 DAFTAR PUSTAKA [ 15 Mei 2011] [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kajian Keluarga Sejahtera dan Peran Gender di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan. The Pro Door Planning and Budgeting Project. Working Papaer No.7. [15 Januari 2012]. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Undangundang Republik Indonesia No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BPS] Badan Pusat Statistika Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1993: Expenditure for Consumption of Indonesia Jakarta: CV Arief Brothers. [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Data Kemiskinan Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Adriyani Y Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumahtangga Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Alabi D.L, Ogbimi, G.E, dan Soyebo K.O. (2006). Factor Enhancing Effective Financial Management of Rural Women in Osun State. Research Journal of Social Sciences. Obafemy Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria. Audu SI Gender Roles in Agricultural Production in The Middle Belt Region of Nigeria. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture, 3(4): Babbie E The Practice of Social Research. Fifth edition. Belmont, California. Wadsworth Publishing Company.

83 67 Becker GS The Economic Approach to Human Behaviour. The University of Chicago Press. Chicago USA. Bryant, W.K. (1990). The Economic Organization of The Household. United States of America: Cambridge University Press. Chen Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China Focusing on Multiple Roles: BioScienceTrends. 4(2): Deacon RE. Firebaugh FM Family Resource Management Principles and Application. Ed ke -2. Massachusetts: Allyn and Bacon Inc. Diener Ed Subjektive Well Being: a General Overview, South African Journal of Psychology, 39(4) : Duvall, E., Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York: Harper & Row Publisher. Elfina, M Wanita Minangkabau dan Otonomi dalam Rumah Tangga, Universitas Andalas Padang. Fahmi, SH Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Fakih, Mansour Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Fausia, L, dan Prasetyaningsih, N Gender dan Kawasan DAS Citanduy: Kajian aktivitas reproduktif dan produktif perempuan dalam sumberdaya alam [Laporan Penelitian]. Bogor: Kerjasama dengan Partnership For Governance Reform In Indonesia- UNDP. Guhardja et al Diktat Manajemen Sumber Daya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gulcubuk Bulent The Dimensions Of Women s Contribution To The Workfoce In Agriculture: The Turkey Case. International Business & Economic Research Journal. Ankara University. 9(5) Gunarsa S & Gunarsa YSD Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia. Gustina Wiwik Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

84 68 Hatmadji S, Anwar E.N Transisi Keluarga di Indonesia: Perspektif Global. Makalah Seminar Mengisi Hari Keluarga Nasional Jurusan Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan BKKBN. Hubeis Aida Gender Analysis Pathway (GAP) in Policy Outlook and ActionPlanning in Co-operatives and Small Medium Enterprises. Bappenas: Jakarta. Hurlock EB Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga. Ihromi TO Laporan Penelitian: Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. Kelompok Studi Wanita FISIP UI. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Irzalinda V Kontribusi Ekonomi, Peran Istri, dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Klein, D.M & White, J.M Family Theories. An Introduction. Sage Publication. Landis Sociology: Concept and Characteristics (6 th Wadsworth Inc. Ed). California: Lasswell, M & Lasswell, T Mariage & The Family. California: Wadsworth Pub. Lewin A.C., Maurin, E. (2005) The Effect of Family Size on Incentive Effect of Welfare Transfers in Two Parent Families. Sage Publication. 6(29) Megawangi R Membiarkan berbeda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan. Meylasari I Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan Terhadap Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga [skripsi]. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Moser, Caroline Gender Planning and Development: Theory, Practice, and Training. London : Routledge. Mosse, J. C Gender dan Pembangunan. Diterjemahkan oleh Hartian Silawati. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Newman, D. M. & Grauerholz, L Sociology of families. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press.

85 69 Nurulfirdausi K Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Ogato GS et al Gender Roles in Crop Production and Management Practices: A Case Study of Three Rural Communities in Ambo District, Ethiopia. Journal of Human Ecology. 27(1) : Park M, Kim K The Level Of Subjective Well-Being and Household Consumption Expenditures. Journal Consumers and Families As Market Actors. Helsinki. Prabawa, S Sumberdaya Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani, Studi Desa Water Jaya, Kecamatan Cijeruk. Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H, Fahmi SH Analisis Pembagian Gender pada Keluarga Petani. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): Puspitawati H Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam kehidupan keluarga [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,. Puspitawati H Konsep dan Teori Gender [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H Modul Peningkatan Fungsi Keluarga Menuju Ketahanan Pangan Keluarga Petani. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H Pengaruh Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): Puspitawati H Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press. Rachmawati, Ary Strategi koping dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada keluarga penerima program keluarga sejahtera (PKH). [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rahardjo, Diah Wanita, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta: Pusat Penelitian dan pembangunan Ketenagakerjaan.

86 70 Raharjo Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS, Surakarta 21 Oktober Raharto A., Romdiati H. (2000). Identifikasi Rumah Tangga Miskin. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bappenas, UNICEF, Deptan, Depkes dan BPS. Rambe A Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rohaeni S & Lokolfo E Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agroekonomi, 23(2): Roosganda Peran Ganda Wanita Tani sebagai Motivator Mencapai Strategi Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani di Perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pertanian. Rothwel D Exploring Asset and Family Stress. Centre for Research Children and Family. McGill School of Social Work. Sajogyo P Peranan Wanita dalam Pembangunan di Berbagai Lingkungan, Desa dan Kota; Suatu Tinjauan Sosiologi. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sajogyo et al Menuju gizi baik yang merata di Pedesaan dan di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sakernas Jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas berdasarkan pekerjaan utama. [diakses tanggal 10 Mei 2011] Saleha Qoriah Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Saxton The individual, Marriage, and Family (7 th Division of Wadsworth. Inc. ed). California : A Schmidt C.K, dan Welsh A.C College Adjusment and Subjektive Well Being When Coping With a Family Members Illness. Journal of Counseling and Development.

87 71 Simanjuntak M Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH). [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Sinta Rahmi Putri Relasi Gender Pada Rumah Tangga Petani Sayuran Dataran Rendah [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Slamet Y Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher. Sumarwan U Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sunarti, Euis Naskah Akademik Indikator Keluarga Sejahtera. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Ukoha O.O. (2003). Contributions of Women to Farm Family Income in Ikwuano Local Government Area of Abia State, Nigeria. Journal of Agr Food Sci. 1(2), Uzokwe U.N Gender roles in agricultural production in the Seychelles. Nigerian Agricultural Journal. 40 (1-2). Whatmore, Sarah Farming Women (Gender, Work, and Family Enterprise). British : University of Bristal. Williams, J.E, & Best, D.L. (Eds.) Sex and psyche: Gender and self viewed cross cuturally. Newbury Park. CA: Sage Publications. Wiryono, B Diferensiasi Peran Wanita dalam Mencari Nafkah dan Pola Pengasuhan Anak di Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul, Yogyakarta. [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Zehra The Economic Contribution of Pakistan Women Through Unpaid Labour. Pakistan: Society for Alternative Media and Research. Zeitlin MF Strenghening The Family Implication for International Development. Tokyo, Japan. The United Nation University Press. Zhang W, Liu G. (2007). Childlessness, psychological wellbeing and life satisfaction among the elderly in China. Journal of Cross Cult Gerontol. 22,

88 LAMPIRAN 72

89 73

90

91 75 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X1 1 X2.948** 1 X X X X6.361*.407* X ** 1 X * **.696** 1 X9.390* **.446*.439* 1 X X X *.526** **.373* X1 Umur istri X10 Peran gender dalam aktivitas domestik X2 Umur suami X11 Peran gender dalam aktivitas publik+manajemen keuangan X3 Pendidikan suami X12 Kesejahteraan keluarga subjektif X4 Pendidikan istri X5 Besar keluarga X6 Pendapatan total (kesejahteraan objektif) X7 Pengeluaran total X8 Kontribusi suami X9 Kontribusi ekonomi perempuan

92 76 Lampiran 2 Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian No Variabel penelitian Pengkategorian/pengukuran 1 Usia contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut Hurlock (1980), yaitu: 1. Dewasa awal (18-40 tahun) 2. Dewasa menengah (41-60 tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 tahun) 2 Tingkat pendidikan contoh Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 3 Umur suami contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut Hurlock (1980), yaitu: 1. Dewasa awal (18-40 tahun) 2. Dewasa menengah (41-60 tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 tahun) 4 Tingkat pendidikan suami contoh Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5 Besar keluarga contoh Besar keluarga digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut BKKBN (1998), yaitu: 1. Kecil ( 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) 3. Besar (> 7 orang) 6 Kepemilikkan aset Kepemilkan aset dibedakan menjadi dua yaitu memiliki aset dan tidak memiliki aset. Keluarga yang memiliki aset dibedakan menjadi: 1= Tidak punya 2= Bawaan istri 3= Bawaan suami 4= Dibeli bersama 7 Pendapatan keluarga per bulan 8 Pendapatan perkapita keluarga per bulan Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Cianjur tahun < Rp ,00 2. Rp ,00 Rp ,00 3. Rp ,00 Rp ,00 4. > Rp ,00 Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS 2011 sebesar Rp ,00:

93 77 No Variabel penelitian Pengkategorian/pengukuran 1. Rp ,00 2. Rp ,00-Rp ,00 3. Rp ,00-Rp ,00 4. > Rp ,00 9 Pengeluaran keluarga per bulan 10 Pengeluaran perkapita per bulan 11 Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga 12 Peran gender dalam aktivitas domestik 13 Peran gender dalam aktivitas publik 14 Peran gender dalam aktivitas manajemen keuangan usaha tani 15 Kesejahteraan keluarga subjektif Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Cianjur tahun < Rp ,00 2. Rp ,00 Rp ,00 3. Rp ,00 Rp ,00 4. > Rp ,00 Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS 2010 sebesar Rp ,00 : 1. Rp ,00 2. Rp ,00-Rp ,00 3. Rp ,00-Rp ,00 4. > Rp ,00 Dihitung berdasarkan persentase pendapatan contoh terhadap pendapatan keluarga: % % % % % 6. >31 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3%) 2. Sedang (33,4-66,7%) 3. Tinggi (>66,7%)

94 Lampiran 3 Jenis tanaman yang ada di pekarangan No Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah 1 Bunga ruskus, ekor bajing, pakis doren, pohon jambu 2 Bunga Laderlip, grasena, ekor bajing, ruskus, aepi, melati, pakis bintang, lidah buaya,anggrek 3 Bunga ruskus, anggrek, Pandan, Aepi, Grasena, Rosmeri, Kuping gajah 4 Ekor bajing, pohon jambu, bunga ruskus 5 Pakcoy, ekor bajing, ruskus, roskol, daun bawang, jambu batu, melati, lili, ciklok. 6 Bunga ruskus, ekor bajing, elpi, roskol, pohon jeruk, binbin, jambu, ecorbia, pohon kurma. 7 Bunga ruskus, singklok, palem, agrasena, jeruk, jambu batu, lilih tarompet, lilih amarilis 8 Pohon jeruk, pohon jambu, binbin, ruskus, ekor bajing, siklok kodok, lilih 9 Bunga buntut bajing, malika, aepi, melati, anggrek, arbei, waluh, jambu, kol, kacang, daun sirih, pakis doren, ros kol, kolam ikan 10 Bunga ruskus, pakis doren, Ekor bajing, Jambu brazil, Ecorbia, Kencring manis, Pohon jambu batu 11 Bunga ruskus, ekor bajing, grasena, jambu brazil 12 Jambu bool, bunga ruskus, jambu batu, palem, sansivera, bunga terompet, ayam 1 ekor, burung 1 ekor 13 Bunga ruskus 14 Bunga ruskus, ekor bajing. 15 Bunga ruskus, seledri, Jambu air, daun bawang 16 Bunga ruskus, jambu air, siklok kodok, ekor bajing, jambu batu, terong belanda, ikan, rumput packing, jambu brazil 17 Kolam ikan, ruskus, anggrek, ciklok, terompet 18 Daun bawang, ekor bajing, pakcoy. 19 Bunga siklok kodok 20 Bunga ruskus 21 Jambu, ruskus, kupa ladah, ekor bajing, yuka, anggrek pandan, seku putih, sisipera tulang, lidah buaya, lilih, feruk, pakis, pinus 22 Pohon pakis duren 23 Bunga siklok kodok, lilih, ruskus, ekor bajing, pakis doren 24 Daun bawang, jambu, ruskus, sensifera, jeruk, semai pokcoy, jambu siam, jambu air, jambu bool, amarilis, sirih 78

95 79 No Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah 25 Bunga amarilis, pakcoy, pot 26 Bunga ruskus, ciklok kodok Bunga grasena, ruskus, ekor bajing, esparagus bitang, parigata, pakis doren, roskol, son of india, kedondong, jambu brazil, jeruk, daun 27 bawang 28 Buntut Bajing, astalias, roskol,agrisera 29 Ekor bajing, pakcoy, roskol, belimbing, jeruk, grasena, daun bawang, kartes danes, ciklok kodok 30 Ciklok kodok, ruskus, strawberri

96 80 Lampiran 4 Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun No Aktivitas pertanian di pekarangan Aktivitas pertanian di kebun 1 Menyapu, membersihkan halaman, menyiram, menggunting Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram 2 Menanam, menyiram, memupuk, memotong, membersihkan, menyapu Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk 3 Menyapu, merawat bunga, Menanam, menyiram, memotong Menyemprot, mencangkul, memupuk, menanam 4 Ngoyos,Memupuk, menanam, menyiram, menyapu, memotong Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk 5 Menanam, menyapu, memupuk, memotong Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram 6 Membersihkan halaman, menyapu, menanam, menyiram, Memupuk Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk, menyiram, panen 7 Mengoyos, menanam, menyiram, memupuk, menyapu Menyemprot, menanam, mencangkul, menyiangi, memupuk, menyiram 8 Membersihkan rumput, menanam, memupuk, menyiram, menyapu, memotong Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram 9 Menyiram, menanam, menyapu, memupuk Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot 10 Menanam, menyiram, Menyapu, memtong, memupuk Menyiram, menyemprot, mencangkul, menanam, memupuk 11 Menanam, memupuk, memotong, menyiram, Membersihkan Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram 12 Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram 13 Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram 14 Menyapu, menyiram Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram 15 Menyapu, ngoyos, memupuk, menyiram, menanam, Memotong Mencangkul, menanam, menyemprot, menyiram, memupuk 16 Menyiangi, mencabut rumput Menyemprot, memupuk 17 Menanam, menyiram, memupuk,mencangkul Mencangkul, memupuk, menyiram, memanen 18 Menanam, menyiram, menyemai Mencangkul, menyemprot, menanam 19 Menanam, menyiram, mencabut rumput Menyemprot, menanam 20 Menanam, menyiram, memupuk Menyemprot ketika ada hama, menanam 21 Membersihkan rumput, menyiram Mencangkul, menyemprot 22 Menanam, Menyiram, mencabut rumput, memupuk,menjual Mencangkul, menyemprot, menanam, panen 23 Menanam, mencangkul Menyemprot, memupuk

97 81 No Aktivitas pertanian di pekarangan Aktivitas pertanian di kebun 24 Menyiangi, menanam pakcoy Menyemprot, memupuk 25 Menanam, menyiangi Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk 26 Menanam, pisah bunga, memupuk, memanen, menyiram Menanam, mencangkul, memanen, menyemprot 27 Menyiram, menyapu, menyiangi, mencangkul Mencangkul,menyemprot, menanam, memupuk

98 82 Lampiran 5 Alat pertanian yang digunakan di pekarangan dan kebun No Alat yang digunakan di pekarangan Alat yang digunakan di kebun 1 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Parang, alat semprot,cangkul, emrat 2 gunting, cangkul kecil, emrat, sapu Cangkul, parang, alat semprot, emrat 3 Emrat, sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, parang, alat semprot, emrat 4 gunting, sapu, emrat, cangkul kecil, garpu kecil Parang, alat semprot,cangkul, emrat 5 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, kampak, garpu kecil, emrat 6 Emrat, sapu, cangkul kecil, pupuk Cangkul, alat semprot, parang, emrat 7 Cogek, gunting, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 8 Sapu, cangkul kecil, gunting, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 9 Gunting potong, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul,alat semprot, emrat, parang 10 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 11 gunting,sapu,cangkul kecil,emrat Cangkul, parang, alat semprot, emrat 12 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida 13 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida 14 Sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 15 Sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, alat semprot, parang, emrat 16 Sapu, emrat, gunting kecil Kampak 17 selang, garpu kecil, gayung cangkul, selang, piring 18 Cangkul, teko, arit Cangkul, kampak 19 Cangkul kecil Alat semprot pestisida, cangkul 20 Cangkul kecil, pompa teko, pupuk Cangkul, suplier, parang 21 Parang, cangkul kecil, emrat Cangkul, kampak 22 Garpu kecil, cangkul kecil Cangkul, kampak, parang 23 Cangkul, garpu kecil, teko plastik Cangkul, kampak 24 Gunting, sapu, garpu kecil Pompa, pacul, parang

99 83 No Alat yang digunakan di pekarangan Alat yang digunakan di kebun 25 Cangkul, parang, tali Cangkul, parang, kampak 26 Cangkul, ember Cangkul, kampak Sepatu boat, topi, sarung tangan, cangkul, linggis, parang 27 Selang, sapu, garpu kecil, sarung tangan 28 Selang,garpu,polibag Cangkul, Parang 29 Garpu kecil, cangkul kecil Kampak, cangkul, parang, garpu 30 Garpu kecil Kampak,Cangkul,parang

100 84 Lampiran 6 Pembagian hasil kebun dan pekarangan No Yang menjual Yang memegang Istri diberi berapa Yang menjual hasil Yang memegang Istri diberi berapa hasil kebun hasil kebun persen? pekarangan hasil pekarangan persen? 1 Bapak Bapak 45% Ibu Ibu 100% 2 Bapak Bapak 40% Ibu Ibu 100% 3 Bapak Bapak 30% Ibu Ibu 100% 4 Bapak Ibu 20% untuk dapur Ibu Ibu 100% 5 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100% 6 Bapak Ibu 60% Ibu Ibu 100% 7 Bapak Bapak 30% untuk dapur Ibu Ibu 100% 8 bapak Ibu 30% untuk dapur Ibu Ibu 100% 9 Bapak Bapak 25% untuk dapur Bapak Bapak 25% untuk jajan anak 10 Bapak Ibu 35% untuk dapur Ibu Ibu 100% 11 Bapak Ibu 20% untuk dapur Ibu Ibu 100% 12 Bapak Bapak 25% untuk dapur Bapak+Ibu Ibu 100% 13 Bapak Bapak 25% untuk dapur Ibu Ibu 100% 14 Bapak Bapak 20% untuk dapur Ibu Ibu 100% 15 Bapak Ibu 40% untuk dapur Ibu Ibu 100% 16 Bapak Bapak 100 ribu per hari Ibu Ibu 100% 17 Bapak Ibu 70% ibu Ibu 100% 18 Bapak Bapak ibu 30% ibu Ibu 70% 19 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100% 20 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100% 21 Bapak Ibu 70% Ibu Ibu 100% 22 Bapak Ibu 90% Ibu Ibu 100% 23 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%

101 85 No Yang menjual Yang memegang Istri diberi berapa Yang menjual hasil Yang memegang Istri diberi berapa hasil kebun hasil kebun persen? pekarangan hasil pekarangan persen? 24 Bapak Ibu 100% Bapak Ibu 100% 25 Bapak Ibu 80% Ibu Ibu 100% 26 Bapak Bapak 50% Ibu Ibu 100% 27 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100% 28 Bapak Ibu 25% Ibu Ibu 100% 29 Bapak Bapak 10% Ibu Ibu 100% 30 Bapak Bapak 100 rb/mggu Ibu Ibu 100%

102 86 Lampiran 3 Foto Kegiatan Gambar 1 dan 2 Beberapa contoh suami dan istri bekerja sama dalam aktivitas publik Gambar 3 Suami sedang melakukan pekerjaan domestik Gambar 4 Istri sedang melakukan aktivitas domestik Gambar 5 Sayuran hasil kebun Gambar 6 Tanaman bunga potong di wilayah pekarangan rumah

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga 7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya memposisikan perempuan sebagai pekerja domestik, mempunyai tugas untuk mengurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional 7 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBAGIAN PERAN GENDER PADA KELUARGA PETANI. Herien Puspitawati 1 dan Sri Andriyani Fahmi 2

ANALISIS PEMBAGIAN PERAN GENDER PADA KELUARGA PETANI. Herien Puspitawati 1 dan Sri Andriyani Fahmi 2 ANALISIS PEMBAGIAN PERAN GENDER PADA KELUARGA PETANI Gender Role Analysis on Farmer Families Herien Puspitawati 1 dan Sri Andriyani Fahmi 2 ABSTRACT.The aims of this study were to analyze the gender roles

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

PERAN GENDER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA USIA PENSIUN SRI WAHYUNI MUHSIN

PERAN GENDER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA USIA PENSIUN SRI WAHYUNI MUHSIN PERAN GENDER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA USIA PENSIUN SRI WAHYUNI MUHSIN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 32 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi suami istri. Variabel yang diteliti pada penelitian interaksi

Lebih terperinci

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia. BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu istilah paling populer dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dipisahkan dari roda kehidupan manusia setiap orang membutuhkan komunikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Instrumen Penelitian Kehidupan Keluarga Variabel: Identitas Keluarga Nama Pekerjaan Umur (tahun) Pendidikan Suami IBU Nama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Staf Pengajar: Prof. Dr.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DI KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desty Dwi Kurnia desty.dwi.k@mail.ugm.ac.id Wiwik Puji Mulyani mulyaniwp@gmail.com Abstrak Desa Selopamioro

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pembangunan dikatakan berhasil dengan melihat tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera harus dimulai dari bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan

Lebih terperinci