BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) merupakan wadah tertutup yang dirancang untuk menampung dan memproses cairan atau gas pada temperatur yang berbeda dari temperatur lingkungan. Adapun komponen-komponen dari suatu bejana tekan terdiri dari beberapa bagian utama seperti; dinding (shell), kepala bejana (head), lubang orang/lubang pembersih (manhole), nosel-nosel (nozzles), dudukan penyangga (support), dan aksesoris lainnya yang digunakan sebagai alat pendukung, baik komponen yang berada didalam maupun diluar. 2.2 Bagian Bagian dalam Bejana Tekan (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) dibagi dalam beberapa bagian: Kulit (Shell) Kulit (Shell) merupakan bagian yang menyelimuti seluruh bagian dari bejana tekan. Kulit bejana tekan ini meliputi: Tabel 2.1. Jenis kulit (shell) bejana tekan. No Deskripsi Gambar 1 Kulit Silinder (cylindrical shell) 6

2 No Deskripsi Gambar 2 Kulit Bulat (spherical shell) Sumber : Kepala (Head) Kepala (Head) merupakan bagian penutup akhir dari suatu pressure vessel, berikut jenis-jenis kepala (Head) pada pressure vessel. Tabel 2.2. Jenis kepala pada bejana tekan. No Deskripsi Gambar 1 Spherical or Hemispherical heads Semi-Elliptical Heads (2:1), 2 Elliptical or Ellipsoidal Heads (1:9:1) 3 Torispherical Heads, Flanged and Dished head (F&D Head) 4 Flat Dishead Heads, Non Standard Dished Heads 5 Dishead Discs 7

3 No Deskripsi Gambar 6 Toriconical Heads Sumber : Nosel (Nozzle Neck) Nosel (Nozzle Neck) pada umumnya terdiri dari potongan pendek sebuah pipa yang dilas di kulit bejana tekan atau bagian head dengan sebuah flange sebagai penghubung akhir ke pipa dengan menggunakan baut. Secara umum Nozzle terdiri dari Integrally reinforced, Built-up construction, Pad type (studding outlet), Sight glasses, Elliptical manways. Berdasarkan penggunaannya nozzle terdiri dari Manways, Inspection openings, PSV, Instrument connections, Vents, Drains, Process connections. Gambar 2.1 Jenis Nozzle Sumber : Flange Flanges merupakan bagian penepat yang digunakan untuk menghubungkan flange pada pipa dengan menggunakan baut secara bersama-sama. Berdasarkan tipe secara umum flange ini meliputi; Slip on, Weld neck, long weld neck, Lap joint, Blind, Screwed, Plate flanges, Studding outlets, Reverse-type flange, Reducing flange, Graylock hub connector, Socket weld. Berdasarkan permukaannya flange ini meliputi: Flat face, Raised face, Finish (smooth, standard, serrated), Ring joint, Tongue and groove, Male and female. 8

4 Gambar 2.2 Jenis-jenis Flange Sumber : Gasket Gasket merupakan kemasan yang terbuat dari material yang dapat berubah bentuk (deformasi), biasanya dalam bentuk lembaran atau cincin yang digunakan untuk membuat sendi tekanan ketat antara bagian stasioner, meliputi: Ring, nonasbestos sheet, Flat metal, Spiral wound, Metal jacketed, Corrugated metal, Rings (hexagonal or oval), Yielding metal gaskets (lens ring, delta ring, rectangular ring), Elastometric (rubber, cork, etc) Gambar 2.3 Jenis-jenis Gasket Sumber : Penyangga (Support) Support di sini adalah penyangga, dimana vessel tersebut tidak bisa berdiri sendiri, ia butuh penyangga agar dapat berdiri. Dan penyangga itulah yang 9

5 dinamakan support. Struktur penyangga bejana tekan yang biasa digunakan memiliki beberapa orientasi, seperti; a) Skirt Jenis support ini diperuntukan untuk vertical vessel, bentuknya ada yang lurus berdiameter sama dengan vessel ada juga yang bentuknya semi mengerucut (seperti skirt atau rok). Gambar 2.4 Jenis Skirt Support Sumber : b) Leg support Sesuai dengan namanya, bentuk support ini seperti kaki. Digunakan pada Vertical vessel (Column). Bejana tekan vertikal kecil biasanya menggunakan penyangga tipe leg support. Perbandingan maksimum antara panjang leg dengan diameter bejana tekan biasanya 2:1. Banyaknya leg yang dibutuhkan tergantung pada ukuran bejana tekan dan besarnya beban yang diterima. 10

6 Gambar 2.5 Jenis Leg Support Sumber : Pressure Vessel Handbook, Twelfth Edition, 2001 Hal.108 c) Lug support Lug support adalah penyangga yang penyambunganya langsung dilas di shell. Jenis penyangga seperti bisa juga digunakan pada bejana tekan vertikal. Lug support bisa digunakan pada bejana tekan dari ukuran kecil sampai medium (diameter 1 sampai 10 ft), bejana tekan dengan perbandingan tinggi dan diameter antara 2:1 sampai 5:1. Gambar 2.6 Jenis Lug Support Sumber : Pressure Vessel Handbook, Twelfth Edition, 2001 Hal.109 d) Saddle Tabung horizontal biasanya disangga dengan saddle supports pada dua tempat. Struktur seperti ini akan menyebarkan berat bejana sehingga akan menghindari terjadinya tegangan lokal pada shell pada titik sangga. Dimensi penyangga tergantung pada ukuran dan kondisi desain dari bejana tekan. Bentuk support ini dikhususkan untuk Horizontal Vessel. 11

7 Gambar 2.7 Jenis Saddle Support Sumber : Pressure Vessel Handbook, Twelfth Edition, 2001 Hal Internal Part Internal part merupakan bagian-bagian yang terletak didalam sebuah bejana tekan, bagian ini biasanya terdiri dari; Trays, seal pan, Piping distributors, Baffles, Demisters, Packing, Liquid distributors, Vortex breakers, Bed supports, Coils 2.3 Dimensi Bejana Tekan (Pressure Vessel) Untuk melakukan perancangan bejana tekan terdapat beberapa dimensi atau ukuran dari suatu bejana tekan, dalam hal ini akan dibahas beberapa rumus yang berkaitan dalam menentukan ukuran atau dimensi suatu bejana tekan berupa kapasitas (Volume), diameter, panjang, ketebalan dinding untuk (shell), dan ketebalan dinding kepala (Head) dari suatu bejana tekan. Didalam perancangan bejana tekan ini ditentukan kriteria sebagai berikut: 1. Jenis bejana tekan = Separator 2. Kapasitas produksi, (cu.ft) 3. Diameter, (inch) 4. Panjang, (inch) 5. Tekanan Perencanaan, (psi) 6. Tekanan operasional, (psi) 7. Max. tekanan test, (psi) 12

8 13 8. Temperatur perencanaan, ( 0 F) 9. Temperatur operasional ( 0 F) 10. Corrosion Allowance, (inch) Kapasitas Bejana Kapasitas produksi yang dapat ditampung oleh bejana tekan diasumsikan terlebih dahulu diameter dan panjang bejana dengan rumus sebagai berikut: Total Volume (V) = x D 2 x L Partial Volume = Koef. x Total Volume Dimana : D : Diameter Luar, (inch) L : Panjang Bejana (shell), (inch) V : Kapasitas, (cu.ft) Panjang Bejana Panjang bejana tekan dapat dihitung berdasarkan asumsi atau perkiraan waktu aliran gas yang masuk sampai gas keluar, dengan waktu yang sama untuk besarnya butiran dengan ukuran diameter (Dp) jatuh dari atas bejana tekan ke permukaan cairan, sehingga untuk panjang bejana bisa dicari dan diameter ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan. L = Dimana : L : Panjang bejana tekan gas masuk gas keluar, (mm) Qa : Aliran Gas Vt : Terminal velocity, (m/s) Dv : Diameter bejana tekan, (mm) ( 2.1 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal.418 ( 2.2 Gas Liduid Separator Design, Section 7 Hal. 7-8

9 Ketebalan Dinding dan MAWP (shell) Ketebalan dinding bejana yang mengalami tekanan internal tidak boleh lebih kecil dari nilai ketebalan yang dihitung melalui rumus (formula) pada ASME Section VIII Divisi 1, paragraph UG-27. MAWP merupakan tekanan maksimum yang diijinkan saat keadaan operasi normal pada temperatur yang spesifik, biasanya design temperature dalam kondisi panas dan terkorosi, ASME Section VIII Divisi 1, paragraph UG-23. Tekanan ini berdasarkan perhitungan tiap elemen pressure vessel dengan menggunakan ketebalan nominal dikurangi corrosion allowance Untuk melakukan perhitungan ketebalan dinding bejana tekan dan maximum allowable working pressure (MAWP) dapat menggunakan rumus berikut: 1) Jika menggunakan diameter dalam (Inside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t =. 2.3 tm = t + CA P = Dimana: P S E R t : Tekanan perencanaan, MAWP, (psi) : Stess Value of shell material, (psi) : Joint efficiency : Radius dalam (inside radius), (inch) : Tebal dinding, (inch) tm : Tebal minimum, (inch) CA : Corrosion Allowance, (inch) ( 2.3 & 2.4 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.18

10 15 2) Jika menggunakan diameter luar (Outside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t = tm = t + CA P = Dimana: P S E R t : Tekanan perencanaan, MAWP, (psi) : Stess Value of shell material, (psi) : Joint efficiency : Radius luar (outside radius), (inch) : Tebal dinding, (inch) tm : Tebal minimum, (inch) CA : Corrosion Allowance, (inch) Gambar 2.8 Dinding (Shell) Sumber : Pressure Vessel Handbook, Twelfth Edition, 2001 Hal Ketebalan Dinding Kepala dan MAWP (Head) Secara umum kepala (Head) yang biasa digunakan dalam bejana tekan adalah 2:1 Ellipsoidal Head dan Hemispherical Head. 2:1 Ellipsoidal Head merupakan type yang paling umum, head ini seperti namanya dibentuk oleh ruang ellips, disebut 2:1 karena antara diameter vertical dan horizontal perbandingannya ( 2.5 & 2.6 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.22

11 16 sekitar 2 banding 1. Berbeda dengan Hemispherical Head, type ini dikenal juga dengan sebutan sphere, yaitu head yang dibuat dengan diameter sempurna. Kalau kita kenal dengan bola, jenis head ini merupakan setengah dari bola. Ketebalan dinding kepala bejana tekan dan maximum allowable working pressure (MAWP) type 2:1 Ellipsoidal head dapat dicari dengan rumus berikut: 1) Jika menggunakan diameter dalam (Inside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t = tm = t + CA P= Dimana: D : Diameter (inside diameter), (inch) CA : Corrosion Allowance (inch) 2) Jika menggunakan diameter luar (Outside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t = P= Dimana: D : Diameter (inside diameter), (inch) Untuk ketebalan dinding kepala bejana tekan type Hemispherical Head dapat dicari dengan rumus berikut: ( 2.7 & 2.8 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.18 ( 2.9 & 2.10 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.22

12 17 1) Jika menggunakan diameter dalam (Inside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t = P= Dimana: R : Radius dalam (inside radius), (inch) 2) Jika menggunakan diameter luar (Outside Diameter), maka rumus yang digunakan adalah; t = P= Dimana: R : Radius dalam (inside radius), (inch) Gambar 2.9 Kepala (Head) Sumber : Pressure Vessel Handbook, Twelfth Edition, 2001 Hal.22 ( 2.11 & 2.12 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.18 ( 2.13 & 2.14 Pressure Vessel Handbook, twelfth edition, 2001 Hal.22

13 2.4 Klasifikasi Bejana Tekan (Pressure Vessel) Secara garis besar, klasifikasi bejana tekan dibagi menurut posisi atau letak bejana tekan yang terdiri dari dua macam posisi yaitu 1) Posisi tegak (Vertical) Posisi vertical yaitu posisi tegak lurus terhadap sumbu netral axis, dimana posisi ini banyak digunakan didalam instalasi anjungan minyak lepas pantai (offshore), yang mempunyai tempat terbatas. Jenis bejana tekan ini banyak difungsikan sebagai jenis 2 phase, yaitu pemisahan antara minyak mentah dan gas saja yang mana pada penggunaannya bejana tekan pada posisi vertical ini hasil utama yang diproses adalah gas dan cair, sehingga gas yang di hasilkan lebih kering (dry gas) dibandingkan dengan separator dengan posisi horizontal. Gambar 2.10 Bejana tekan posisi tegak (Vertical) Sumber : 2) Posisi datar (Horizontal) Bejana tekan pada posisi horizontal banyak ditemukan dan digunakan pada ladang sumur minyak didaratan karena mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar. Jenis bejana tekan dengan posisi horizontal ini biasanya berfungsi sebagai pemisah (separator) 3 phase, yaitu pemisah minyak mentah (crude oil), air (water), dan gas (air). 18

14 Gambar 2.11 Bejana tekan posisi data (Horizontal) Sumber : Bahan Baku (Material) Secara umum pemilihan material harus berdasarkan kondisi layanan (service) dan MDMT/temperatur desain. Material bejana tekan biasanya berdasarkan spesifikasi datasheet dalam nama yang umum, dengan komposisi nominal atau dengan nama dagang. Dalam datasheet mekanik, bahan-bahan generic ini harus dibuat dengan material-material yang berdasarkan ASME/ASTM. Spesifikasi ASME memiliki penunjukan numeric yang sama dengan spesifikasi ASTM, tetapi didahului oleh SA bukan A untuk bahan besi (misalnya: SA ) dan SB bukan B untuk bahan non ferrous (misalnya: B424). Spesifikasi ASME harus sesuai dengan ASME section II, bagian A. 1. Baja karbon (carbon steel) Baja karbon untuk bejana tekan memiliki komposisi nominal besi sekitar 1% mangan dan karbon hingga 0.35%. Beberapa keterbatasan dari baja karbon adalah sebagai berikut: a. Patah getas (Brittle fracture) Patah getas didefenisikan sebagai jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat. Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, 19

15 ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan. b. Serangan hydrogen (hydrogen attack) Baja karbon rentan terhadap serangan hydrogen pada suhu tinggi dalam hydrogen bertekanan tinggi. c. Grafitisasi (graphitization) Grafitisasi adalah proses perubahan dari bahan karbon yang strukturnya relative yang terkena panas, dari dekomposisi dari karbida besi. Ini akan menyebabkan kegagalan dari beban kecil atau regangan (strain). d. Retakan korosi regangan (stress corrotion cracking-scc) Retakan korosi regangan ialah retakan oleh korosi local dari lapisan pasip yang pecah karena tegangan tarik. Pada bejana tahan karat austenite retakan korosi regangan sangat menyusahkan karena bersamaan dengan korosi lubang. Lingkungan yang utama adalah yang mengandung klorida, sulfida, air dengan temperature dengan tekanan tinggi dan soda kaustik. e. Retakan tegangan akibat sulfida (sulfide stress cracking-scc) Retakan korosi yang diakibatkan oleh bakteri atau jamur yang menempel pada permukaan logam, atau secara langsung dan tidak langsung dengan reaksi kimia antara logam yang dikeluarkan oleh mikroba yaitu asam sulfat, karbonat, H2S atau NH3. Bakteri pereduksi sulfat mereduksi sulfat menjadi sulfide dan mengoksidasi fero menjadi daerah anoda, sehingga korosi dipercepat. Atau bakteri yang menempel menyebabkan oksigen akan berkurang di permukaan sehingga terbentuk dua permukaan anoda dan katoda. 20

16 f. Hydrogen induced cracking (HIC) HIC merupakan suatu bentuk kerusakan internal yang disebabkan oleh menjalarnya retak parallel dengan permukaan baja walaupun tanpa diberi tegangan eksternal. Salah satu penyebab terjadinya HIC pada lingkungan gas asam adalah karena terbentuknya mikro void pada batas antarmuka inklusi-matrix selama proses pengerolan panas (hot rolling). Ada 3 janis baja karbon: - Baja karbon non-killed (non-killed carbon steel) Material ini tidak dapat digunakan untuk bagian tekanan,seperti semua untuk baja kelas A 283 dan A Baja karbon semi-killed (semi-killed carbon steel) Material ini dapat digunakan untuk bagian tekanan dengan ketebalan nominal tidak kurang dari 1 inci (25.4mm) dan tempertur minimal tidak kurang dari 30 0 F ( C). contohnya adalah semua baja kelas untuk A 285. Berikut ini material Baja karbon non-killed yang umum digunakan sesuai standard ASTM/ASME: Pelat untuk bagian tekanan: A 285-C, A /70, A /70. Pelat untuk bagian non tekanan : A 36, A 183-B/C, A 285-B/C. Pipa: A 106-B, A 333-1/3/6. Tube: A 179, A 214, A 334-1/3. Forging untuk flange ANSI: A 105, A 350-LF2/LF3. Forging untuk body / penutup flange dan tubesheet: A 266-2/4, A 765- I/II/III, Fitting untuk pengelasan: A 234-WPB, A 420-WPL3. 21

17 - Killed Carbon steel Seperti material A 515 semua kelas, A 516 semua kela, A 106 dan A 105 semua kelas. Bahan-bahan ini dapat diterima untuk bagian tekanan untuk semua tebal nominal dengan suhu desain minimaltidak kurang dari 50 0 F (46 0 C) tetapi mungkin menjadi dinormalisasi atau dampak diuji tergantung ketebalannya (lihat UCS-66 dari ASME VIII, div.1). Berikut ini material Killed Carbon steel yang umum digunakan sesuai standard ASTM/ASME: Pelat untuk bagian tekanan: A 285-C, A /70, A /70. Pelat untuk bagian bukan tekanan: A 36, 283-B/C, A 285-B/C. Pipa: A 106-B, A 333-1/3/6. Tube: A 179, A 214, A334-1/3. Forging untuk flange ANSI: A 105, A 350-LF2/LF3. Forging untuk body / penutup flange dan tubesheet : A 266-2/4, A 765- I/II/III. Fitting untuk pengelasan: A 234-WPB, A 420-WPL3. 2. Baja karbon-moly (baja paduan. Low alloy rendah untuk temperature tinggi) Baja karbon-moly mirip dengan baja karbon (carbon steeel) tetapi dengan 0.5% molybdenum (C-1/2Mo) ditambah untuk meningkatkan kekuatan pada temperature tinggi dan tahan terhadap gravitasi. Beberapa keterbatasan dari C- 1/2Mo sebagai berikut: - Patah getas (brittle fracture) 22

18 - Kecuali untuk dibuat prakte fine-grain dan normal, baja karbon-moly memiliki ketangguhan yang sedikit (oeningkatan kerentanan terhadap patah getas). - Serangan hydrogen (hydrogen attack) Baja karbon-moly tidak dapat diandalkan untuk menahan serangan hydrogen. - Gratifitasi Karbon-moly tahan terhadap suhu maksimal F ( C). - Retakan korosi regangan (stress corrotion cracking) Retakan ini terjadi akiba regangan dan tegangan akibat sulfide (sulfide stress cracking) sama seperti sifat baja karbon. Umumnya material baja karbon-moly (C-1/2Mo) yang menggunakan standard ASTM/ASME pada: Pelat : A 204-B Pipa : A 335-PI Tube : A 209-TI Forging : A 182-F1 Fitting untuk pengelasan : A 234-WPB. 3. Baja chrome-moly (Baja paduan rendah untuk suhu tinggi) Baja chrome-moly paduan rendah mirip baja karbon tetapi ditambah dengan chromium dan molybdenum. Nilai khasnya adalah 1Cr-Mo½, 1 ¼Cr-Mo½ dan 2 ¼ Cr-1Mo. Karakteristiknya adalah: - Ketahanan yang lebih baik terhadap serangan hydrogen 23

19 - Kekuatan yang lebih baik pada suhu tinggi - Baja chrome-moly tidak mengalami grapitisasi - Lebih susah dibuat/fabrikasi - Memiliki control preheat untuk pengelasan - Memerlukan perlakuan panas setelah pengelasan (Postweld Heat Threatment /PWHT) semua kontruksi pengelasan. - Patah getas (brittle fracture) Baja chrome-moly menjadi lebih rentan terhadap patah getas pada temperature rendah dan diatas sekitar F ( C) menjadi rapuh dalam menservis. Baja 2-¼Cr-1Mo sangat rentan, tetapi 1Cr- ½ Mo dan 1- ¼ Cr- ½ Mo juga sangat rentan. - Serangan hydrogen (hydrogen attack) Ketahanan/resistensi terhadap serangan bydrogen tergantung pada kromium dan molybdenum pada baja. Meningkatkan resistensi dengan bertambahnya konten paduan (alloy). - Retakan korosi regangan (stress corrotion cracking) dan retakan tegangan akibat sulfide (sulfide stress cracking) sama seperti sifat baja karbon. Umumnya material baja chrome-moly dengan standard ASTM/ASME digunakan pada: Pelat 1Cr-Mo ½ : A kelas 1 atau 2 Pelat 1 ¼ Cr-Mo ½ : A Kelas 1 atau 2 (catatan: kelas 2 adalah normal dan tempered, tekanan yang diijinkan adalah lebih tinggi dari kelas 1) Pipa 1Cr- ½ Mo : A 335-P12 24

20 Pipa 1 ¼Cr- ½ Mo : A 335-P11 Pipa 2 ¼Cr- 1Mo : A 335-P22 Tube 1Cr- ½ Mo : A 213-T12 Tube 1 ¼Cr- ½ Mo : A 213-T11 Tube 2 ¼Cr- 1Mo : A 213-T12 Forging 1Cr- ½ Mo : A 182-F12 Forging 1 ¼Cr- ½ Mo : A 182-F11 Forging 2 ¼Cr- 1Mo : A 182-F22 Fitting pengelasan 1Cr- ½ Mo : A 234-WPB12 Fitting pengelasan 1 ¼Cr- ½ Mo : A 234-WPB11 Fitting pengelasan 2 ¼Cr- 1Mo : A 234-WPB22 4. Baja Nikel (baja paduan rendah untuk suhu rendah) Untuk meningkatkan ketangguhan baja karbon pada suhu rendah, nikel ditambah untuk meningkatkan patah rapuh karena gaya kontak yang kuat (antitearing property. Namun, bahan ini sulit untuk pengelasan. Umumnya material baja nikel dengan standar ASTM/ASME digunakan pada: Pelat 2- ½ Ni : A 203-A/B Pelat 3- ½ Ni : A 203-D/E Pelat 9 Ni : A 353 Pipa 2- ½ Ni : A Pipa 3- ½ Ni : A Pipa 9 Ni : A Forging 2- ½ Ni : - Forging 3- ½ Ni : A 350-LF3 25

21 Forging 9 Ni : A 522-I Fitting pengelasan : - 5. Steinless Steel (baja paduan tinggi) Steinless steel dapat diklasifikasikan juga sebagai austenitic, feritik, martensit, atau duplex tegantung pada struktur mikro mereka. a. Austenitik stainless steel memiliki struktur austenite mirip dengan suhu tinggi dari baja karbon. Karakteristik dari austenitic stailess steel adalah: - Tidak mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Non magnetic - Mampu las (weldable) - Dapat digunakan untuk cladding dan konstruksi dinding masif Pada umumnya material austenitic stainless steel dengan standar ASTM/ASME ada pada: Pelat : A , 304L, 316, 316L, 321, 347 Pipa : A 312-TP304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Tube : A 213-TP304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Forging : A 182-F304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Forging untuk badan (body) / penutup flange dan tubesheet : A 336-F304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Fitting pengelasan : A 403-WPB304, 304L, 316, 316L, 321, 347 b. Ferritic stainless steel memiliki struktur feritik mirip dengan struktur suhu rendah dari baja karbon. Karakteristiknya adalah: 26

22 - Tidak mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Magnetik - Mampu las yang buruk - Penggunaannya pada bejana tekan terutama sebagai cladding (lapisan pelindung) Pada umumnya material ferritic stainless steel dengan standar ASTM/ASME ada pada: Pelat : A dan 430 Pipa : N/A Fitting pengelasan : N/A c. Martensitik stainless steel (13Cr) Karakteristik dari martensitik stainless steel adalah: - Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas (heat treatment) - Magnetik - Mampu las yang buruk - Penggunaannya dalam bejana tekan terutama sebagi cladding (lapisan pelindung) Pada umumnya material martensitik stainless steel standard ASTM/ASME ada pada: Pelat : A Pipa : N/A Tube : A 268-TP410 Forging : N/A 27

23 Fitting pengelasan : N/A d. Duplex stainless steel Duplex stainless steel memiliki struktur dari sekitar 50% auntenit dan 50% ferit (22Cr-5Ni-3Mo-1N). Duplex stainless steel telah meningkatkan ketahanan terhadap tegangan korosi retak akibat klorida (chloride stress corrosion cracking) - Tidah mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Mampu las (weldable) - Dapat digunakan untuk cladding dan konstruksi dinding massif Pada umumnya duplex stainless steel dengan standar ASTM/ASME duplex ada pada: Pelat : A 240-S31803 Pipa : A 790-S31803 Tube : A 789-S31803 Forging : A 182-F51 Fitting pengelasan : N/A 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bejana Tekan (Pressure Vessel) 2.1.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel) Bejana tekan atau istilah dalam teknik adalah tabung tertutup berbentuk silinder, sebagai penampung

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK SEPARASI 3 FASA

PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK SEPARASI 3 FASA ISSN: 1410-2331 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK SEPARASI 3 FASA Abdul Aziz, Abdul Hamid dan Imam Hidayat Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Email : abdul.aza@gmail.com

Lebih terperinci

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

TUTUP BEJANA ( HEAD )

TUTUP BEJANA ( HEAD ) TUTUP BEJANA ( HEAD ) Tutup tangki (head) adalah bagian tutup atas suatu tangki yang penggunaanya disesuaikan dengan tekanan operasi. Tutup bejana tersebut terbagi menjadi 5 bentuk yaitu : 1. Hemispherical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Vessel 1. Vessel merupakan salah satu contoh dari bejana bertekanan (Pressure Vessel) yang paling sederhana, hal ini dikarenakan bagian utama dari suatu Vessel hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div 1 terhadap variasi tekanan dan beban eksentris. Definisi bejana

Lebih terperinci

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( ) SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle (studi kasus separator unit karaha PT. Pertamina Geothermal Energy), secara garis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Sesuai dengan perencanaan yaitu pembuatan air receiver tank dimana fluida dalam hal ini udara yang mempunyai tekanan disimpan didalam bejana tekan. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div I terhadap variasi tekanan. Definisi bejana tekan berdasarkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan

II. LANDASAN TEORI. Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan II. LANDASAN TEORI Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8)

Lebih terperinci

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 9 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 Fadhlika Ridha Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 Riki Candra Putra Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS

PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS Ilham Kurniawan,Edi Septe.S, Iman Satria. Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung Hatta Jl. Gajah

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 013 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati 1) A. Yudi

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL A. Kerangka Konsep Baja stainless merupakan baja paduan yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Ir. Hari Subiyanto, MSc Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai

Lebih terperinci

DUPLEX STAINLESS STEEL

DUPLEX STAINLESS STEEL DUPLEX STAINLESS STEEL Oleh: Mohamad Sidiqi Pendahuluan Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat tinggi di berbagai kondisi lingkungan, khususnya pada atmosfer ambient

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari perancangan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan: 1. Untuk Organic Rankine Cycle alat penukar kalor yang biasa digunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN TARIK Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

DESIGN KONSTRUKSI BEJANA TEKANUNTUK SEPARATOR GAS (KAP. 9 MMSCFD), OIL (KAP. 200 BARREL/HARI) DAN WATER (KAP. 200 BARREL/HARI)

DESIGN KONSTRUKSI BEJANA TEKANUNTUK SEPARATOR GAS (KAP. 9 MMSCFD), OIL (KAP. 200 BARREL/HARI) DAN WATER (KAP. 200 BARREL/HARI) DESIGN KONSTRUKSI BEJANA TEKANUNTUK SEPARATOR GAS (KAP. 9 MMSCFD), OIL (KAP. 200 BARREL/HARI) DAN WATER (KAP. 200 BARREL/HARI) Ir. Aznam barun 1,. Fitroh Malik 2 Lecture 1,College Student 2,Departmen of

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

Available online at Website

Available online at Website Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh PWHT dan Preheat pada Kualitas Pengelasan Dissimilar Metal antara Baja Karbon (A-106) dan Baja Sri Nugroho, Wiko Sudiarso*

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY Disusun oleh : Dyan Ratna Mayangsari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci

Lebih terperinci

LAMPIRAN A GRAFIK DAN TABEL. 1. Grafik untuk menentukan dimensi optimal bejana tekan. [Ref.5 hal 273]

LAMPIRAN A GRAFIK DAN TABEL. 1. Grafik untuk menentukan dimensi optimal bejana tekan. [Ref.5 hal 273] DAFTAR PUSTAKA 1. Bednar, H. Henry.P.E. 1986. Pressure Vessel Design Handbook. Krieger Publishing Company. Florida. 2. Brownell, E. Llyod. dan Edwin, H. Young. 1959. Process Equipment Design. John Willey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baut adalah salah satu komponen pengikat, banyak digunakan dalam industri mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat ditemukan

Lebih terperinci

Stainless and Heat-Resisting Crude Steel Production (in 000 metric tons)

Stainless and Heat-Resisting Crude Steel Production (in 000 metric tons) Karakteristik Dan Pemilihan Material Ferritic Stainless Steel Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto Metallurgy and Materials Engineering Department 2007 Stainless and Heat-Resisting Crude Steel

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

Fabricating of Pressure Vessel

Fabricating of Pressure Vessel Fabricating of Pressure Vessel Kelompok 10: 1.Luthfie Ahmaddani (0706198663) 2.Rohman Hidayah (0706198814) 3.I Gede Wahyu Widiatmika Ariasa (0706198594) 4.Budi Susanto (0706198404) Design Standard : ASME

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dunia industri terutama industri kimia dan perminyakan banyak proses yang berhubungan dengan perubahan satu material ke material yang lain baik secara kimia maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

BAHAN KONTRUKSI TEKNIK KIMIA

BAHAN KONTRUKSI TEKNIK KIMIA BAHAN KONTRUKSI TEKNIK KIMIA Disusun oleh: Andri Pratama S I 0512007 Endah Apriliani I 0512019 Kukuh Eka Prasetya I 0512031 Pangesti Willistania I 0512045 Suci Ardiana I 0512060 Jurusan Teknik Kimia Fakultas

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP

IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP 4.1 Pertimbangan Dasar 4.1a Perkerabangan pengelasan Pada awalnya dipakai paku keiing unluk penyambungan head dengan shell pada berbagai macam vessel.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti pada saat ini, banyak orang beranggapan bahwa kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat mahal. Kesehatan seseorang bisa terganggu akibat

Lebih terperinci

bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik. 2.2 Bejana Tekan Silindris Penelaahan bejana

bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik. 2.2 Bejana Tekan Silindris Penelaahan bejana BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel). Bejana tekan atau istilah dalam dalam tehnik adalah tabung tertutup berbentuk silinder, sebagai penampung yang dapat menahan tekanan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset merupakan mesin dengan pembakaran dalam atau disebut motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi thermalnya. Untuk membangkitkan listrik sebuah mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jacketed Vessel Jacketed vessel adalah bejana tekanshell tekan dengan shell tekan sekunder yang menempel pada sisi luar dinding shell. Jacket diinstal di dinding shell, head,

Lebih terperinci

Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas

Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas Yunita Sari, Siska Titik Dwiyati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : siska.td@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENGARUH HEAT TREATMENT TUGAS AKHIR PENGARUH HEAT TREATMENT SESUDAH PENGELASAN (POST WELD) PADA BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KOMPOSISI KIMIA Disusun : CATUR WIDODO YUNIANTO

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Mirtha Angga S.R

TUGAS AKHIR. Mirtha Angga S.R TUGAS AKHIR Oleh : Mirtha Angga S.R 6607 040 006 PERANCANGAN VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PT SAIPEM MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 DAN ANALISA KEKUATANNYA BERDASAR SOFTWARE MSC NASTRAN LATAR

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORIZONTAL UNTUK PENYIMPANAN ACRYLONITRILE

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORIZONTAL UNTUK PENYIMPANAN ACRYLONITRILE PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORIZONTAL UNTUK PENYIMPANAN ACRYLONITRILE TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Mesin Strata Satu ( SI ) Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel Perancangan Bejana (Vessel Design) 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desain Vessel Mesin yang Paling Banyak Digunakan Bejana (vessel) adalah bagian dasar dari berbagai peralatan proses Bejana mungkin menjadi

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S

ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya manusia yang handal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Program Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun oleh : MEMET

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Khoirul Huda 1), Luchyto Chandra Permadi 2) 1),2) Pendidikan Teknik Mesin Jl. Semarang 6 Malang Email :khoirul9huda@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Arthana(2014), meneliti tentang ketahanan aus lapisan ni-cr pada dinding silinder liner yang juga meneliti melalui proses powder flame spray coating. penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KiLN / HEAT TREATMENT

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin IC 02

Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin IC 02 Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin 20408335 4 IC 02 Latar Belakang Seperti halnya perusahaan perusahaan pembuat vessel dalam berbagai jenis

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23 DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23 2. Tabel 3.2. Penentuan ph dari konsentrasi Cl (table G-11, API 581)... 24 3. Tabel 3.3. Perkiraan laju korosi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Merancang merupakan suatu usaha untuk memenuhi permintaan yang dianggap cara paling sesuai untuk dilakukan. Merancang sebagai kegiatan teknik yang meliputi berbagai segi kehidupan

Lebih terperinci

Disusun oleh: KHAMDAN KHAMBALI

Disusun oleh: KHAMDAN KHAMBALI Perancangan Bejana Tekan Vertikal Air Receiver Kapasitas 50 m 3, Tekanan Desain Internal 0,99 MPa, dan Temperatur Desain 70,8ºC, dengan Bantuan Software PV Elite 2016 TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

1 BAB IV DATA PENELITIAN

1 BAB IV DATA PENELITIAN 47 1 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Dan Informasi Awal 4.1.1 Data Operasional Berkaitan dengan data awal dan informasi mengenai pipa ini, maka didapat beberapa data teknis mengenai line pipe

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03 BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat

Lebih terperinci

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN 1693-248X KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. Vol., No. 1, (01) ISSN: 7-59 (01-971 Print) G-67 Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas Aulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT Yurianto 1), Pratikto 2), Rudy Sunoko 3) Wahyono Suprapto 4) 1),2),3),4) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) PERANCANGAN PABRIK: SISTEM PERPIPAAN Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai

Lebih terperinci

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng TUGAS AKHIR (MN 091482) ANALISIS PENGARUH APLIKASI POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) PADA PENGELASAN CAST STEEL (SC 42 ) DENGAN CARBON STEEL (Grade E) TERHADAP Oleh Wahyu Ade Saputra (4109.100.034) Dosen

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

PENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT PENGENDALIAN KOROSI STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT Kavitasi Bentuk kerusakan yang hampir serupa dengan erosi mekanis, hanya mekanisme penyebabnya berbeda. 1. Terbentuknya gelembung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci