IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP"

Transkripsi

1 IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER DENGAN PENUTUP 4.1 Pertimbangan Dasar 4.1a Perkerabangan pengelasan Pada awalnya dipakai paku keiing unluk penyambungan head dengan shell pada berbagai macam vessel. Tetapi ternyata sering timbul masalah yaitu seringnya terjadi kebocoran pada daerah sekitar paku keiing, terutama ketika tekanan operasi jauh lebih besar dari tekanan luar. Selain itu sering pula terjadi lepasnya paku keiing. Untuk mengatasi hal tersebut mak dikembangkan jenis paku keiing yaitu dengan fillet welding dan seal welding. Kemudian ditemukan bahwa temyata denagn adanya pengelasan kekuatan menjadi lebih besar, sehingga dewasa mi penggunaan las menjadi cara yang dipakai pada kebanyakan sambungan head pada shell. 4.1b Kegunaan formed head Vessel silinder dengan head sudah digunakan secara luas. Secara umum penggunaan vessel dapat dikelompokkan dalam tiga katagori : 1. Fungsi 2. pertimbangan tekanan 3. batasan ukuran Pada peralatan proses seperti kolom distilasi, unit desorpsi, menara bahan isian, evaporator, kristalizer dan HE pengggunaan head sangat penting dengan berbagai perlengkapan proses lairmya. Jika tekanan proses tidak atmosferis, penggunaan head menjadi penting untuk menutup vessel. Pada umumnya semua vessel silinder yang beroperasi pada tekanan bagian nap sekitar 5 psig atau lebih diproduksi dengan formed head. Vessel flat-bottomed dengan diameter besar, tangki penyimpanan cone-roofed terbatas pemakaiannya untuk tekanan pada bagian uap beberapa ons. Vessel silinder flat-bottomed dengan diameter kecil digunakan untuk tekanan operasi beberapa psig dengan roof berbentuk payung atau kubah. Alat yang digunakan pada tekanan di bawah atmosferis juga memerlukan formed head. Tangki penyimpanan horizontal yang kecil biasanya juga memakai formed head.

2 4.1c Vertikal versus horizontal Pada umumnya yang menentukan tangki vertikal atau horizontal adalah fungsi tangki tersebut. Sebagai contoh kolom distilasi dan menara bahan isian yang memanfaatkan gaya grafitasi untuk memisahkan fasa, memerlukan instalasi vertikal. Heat exchanger dan tangki penyimpanan bisa berbentuk vertikal maupun horizontal. Pada heat exchanger penentuan horizontal dan vertikal ditentukan oleh arah aliran fluida dan pertimbangan perpindahan panas. Pada tangki penyimpanan penentuan horizontal vertikal lebih ditentukan oleh tempat instalasi. Jika tangki penyimpanan dipasang di luar ruangan maka angin mempunyai pengaruh pada kekuatan penyangga, sehingga tangki horizontal lebih ekonomis. Selain itu pertimbangan penting lainnya seperti ketersediaan, ruang head pemeliharaan menjadi faktor penentu. 4.2 SPESIFIKASI BAHAN Vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed head) umumnya dibuat dari bahan low carbon steel, yang mana bahan ini akan jadi pilihan yang lebih murah apabila dikaitkan dengan pertimbangan suhu dan korosi. Selain itu, bahan ini memiliki kekuatan yang cukup tinggi, mudah dibuat dan baja lunaknya (sebagai bahan dasar baja) mudah didapat. Sedangkan low dan high alloy steel umumnya digunakan untuk keperluan-keperiuan fabrikasi tertentu. Baja yang umum digunakan terbagi menjadi dua kategori umum: Baja yang dispesifikasi oleh ASME Lebih sering merujuk pada boilerplate steel. Digunakan untuk vessel bertekanan. Struksural grade steel Sebagian baja ini ada yang sesuai dengan spesifikasi dari ASME yang khusus digunakan untuk keperluan fabrikasi tertentu dan juga yang khusus digunakan untuk konstruksi vessel storage (vessel penyimpan) Perancangan vessel yang sesuai dengan standar ASME akan dibicarakan lebih detail dalam bab 13, meliputi penjabaran tentang bahan dan spesifikasi. Dalam bab ini pembicaraan akan dibatasi hanya pada penggunaan baja untuk fabrikasi vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed head) yang tidak perlu disesuaikan dengan standar ASME.

3 4.3 Tipe structural steel plates Jenis tipe ini yang banyak tersedia dapat dilihat pada daftar 67, pada ASTM A6-54T. Tipe yang cocok untuk konstruksi vessel adalah A-7, A-113, A-131 dan A-283. Spesifikasi ASTM-A6-54T memberikan pertimbangan umum, seperti variasi dimensi dan berat yang diijinkan, metode pengetesan, koreksi, ASTM A-7, A-283 grade C dan A-283 grade D adalah yang paling umum digunakan untuk konstruksi vessel penyimpanan dan vessel dengan head yang dibentuk, khususnya baja yang didesign, seperti ASTM A-283 grade C. Baja A tipe structural digunakan untuk fabrikasi vessel secara umum. Tipe ini tersedia dalam 4 grade yaitu A, B, C dan D dengan daya regang minimum sebesar ,50.000, dan psi. ketebalannya tersedia dari ukuran 2 in keatas. Tapi untuk perancangan vessel, ketebalannya dibatasi dari ukuran % in keatas. Grade A dan B memiliki duktilitas (kegetasan) yang tinggi dan daya regang yang rendah sementara grade D duktilitasnya tidak memadai untuk membentuk shell dan head dan lebih sulit di las. Sehingga grade C-lah yang paling banyak digunakan untuk konstruksi vessel. Yang paling banyak adalah untuk tangki penyimpanan minyak, tangki bertingkat, pipa air tegak, dan berbagai penggunaan tangki. Baja A-7 umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan berbagai aplikasi structural lainnya. Tipe ini memiliki sifat fisis yang mirip dengan A-283 grade D. Dua tipe baja ini dibuat dengan proses yang sama yaitu dengan proses pada tungku perapian terbuka atau electric furnace. Bagaimanapun juga, baja A-7 juga dibuat melalui proses acid-bassemer, dan baja yang dibuat melalui proses ini tidak direkomendasikan untuk konstruksi vessel. Baja A-7 tersedia dalam berbagai ukuran fcetebalan standar. Baja ASTM A-l merupakan baja structural yang umum digunakan untuk konstruksi lokomotif dan jalan rel. Dibuat melalui proses tungki perapian terbuka atau proses menggunakan electric furnace. Baja ini juga tersedia dalam berbagai ukuran ketebalan standar dan dalam ti a grade yaitu A, B dan C. Baja A grade B memiliki sifat fisis diantara baja A-283 grade B dan C, tapi daya regangnya kurang lebih sama dengan baja A-283. Tidak ada keuntungan lain lebih memilih baja tipe ini dibandingkan dengan baja A-283 kecuali bahwa baja ini tersedia dalam bentuk yang siap pakai. Baja ini juga bisa digunakan untuk konstruksi vessel untuk mendapatkan spesifikasi yang sama dengan batasan seperti baja A-283.

4 Baja ASTM A merupakan baja structural yang lebih baik dan digunakan untuk konstruksi kapal. Spesifikasi baja ini pada dasarnya mirip dengan baja A-7 dan A-283 grade D. untuk memperbaiki mutu dari baja kapal ini, tahun 1950 spesifikasinya pernah diubah dengan menambah ketebalan. Peningkatan kualitas dengan menambah ketebalan, memberikan dampak pada baja ini sebagai bahan konstraksi. Untuk baja ini, terdapat batasan persen maksimum kandungan karbon dan batasan 0,6% - 0,9% kandungan mangan untuk fcetebalan yang kurang dari ½ inch begitu juga untuk fcetebalan baja 1 in atau lebih, dipersyaratkan kandungan silicon sebesar 0,15% - 0,3%. Baja ini tersedia dalam banyak ukuran ketebalan dan memiliki kualitas yang lebih tinggi dari baja A-7 tapi tidak diijinkan penggunaannya untuk konstruksi vessel bertekanan yang sesuai standar. Ukuran plat baja yang lebih tebal akan lebih mahal harganya. Baja structural lain yang distandarkan ASTM untuk perancangan adalah A-8, A-94, A-284 dan A-242. Baja A-8 memiliki kandungan 3% - 4% baja nikel dan kandungan karbon maksimum sebesar 0,43% dengan daya regang sebesar psi hingga psi. Digunakan untuk beban tegangan yang sangat besar. Tambahan nikel menyebabkan baja ini lebih kokoh, kuat dan lebih berkilau dibandingkan kilau carbon steel, meningkatkan yield point, batas kelelahan, dan menambah kekuatan. Kesulitan dalam pengelasan dan biaya extra karena penambahan nikel menyebabkan baja ini tidak digunakan untuk konstruksi vessel. Baja A-94 merupakan baja silicon structural yang mimiliki kandungan karbon maksimum 0,2% dan kandungan silicon minimum 0,2% dengan daya regang berkisar antara psi hingga psi. Yield point minimum sebesar psi. Baja ini juga dihindari penggunaannya untuk konstruksi vessel sebab pengelasannya sulit dan ada biaya extra untuk pematian sempurna baja (fully killed steel). Baja A-284 merupakan baja silicon-karbon dengan kekuatan rendah hingga menengah yang memiliki 0,1% - 0,3% kandungan silicon dan daya regang sebesar hingga psi, tergantung pada grade yang dimiliki. Baja ini memiliki ukuran butir yang kasar dan dibutuhkan proses pemanasan lebih lanjut untuk perbaikan ukuran butir. Adanya silicon yang terpisah ikatan dari karbon (untuk membentuk grafit yang lebih halus) menyebabkan lemahnya sambungan las, ditambah lagi dengan adanya biaya extra untuk pematian sempurna bajanya menyebabkan baja ini tidak ekonomis jika digunakan untuk kontruksi vessel.

5 Baja A-242 merupakan low alloy structural steel yang digunakan terutama sebagai material tumpuan tegangan diantara semua baja structural yang ada, dimana berat dan tahanan korosi pada kondisi atmosferis menjadi pertimbangan penting. Ketebalannya dibatasi tidak lebih tipis dari 3/16 inch dan tidak lebih tebal dari 2 inch. Baja ini memiliki kandungan mangan sebesar 1,25% dan kadar karbon maksimum 0,2%. Yield point sebesar psi untuk ketebalan 3/16-3/4 inch, psi untuk ketebalan 3/4-1 ½ inch dan psi untuk ketebalan 1 ½ - 2 inch. Bandingkan dengan yield point psi yang dimiliki oleh baja A-283 grade C. Untuk ketebalan 1 ½ inch, mem'ngkatnya ketebalan akan meningkatkan kekuatan sebesar 50% lebih. Dengan menggunakan factor design aman yang sama berdasar pada yield point, dihasilkan bahwa penurunan ketebalan logam yang digunakan akan menurunkan pula kemampuan menahan beban yang diberikan. Pada perancangan vessel dimana tegangan bahan lebih mengontrol dibanding stabilitas elastis, maka penggunaan baja ini akan lebih aman jika dibanding dengan penggunaan baja A-283 grade C.

6 4.4 PERSAMAAN UNTUK VESSEL DENGAN ELIPTICAL DISHED HEADS Volume tangki silinder tertutup dengan eliptical dished heads sama dengan volume silinder ditanbah dua kali volume head. Volume head dapat dihitung dengan menggunakan persamaan untuk silinder dengan volume yang ekivalen dan diameter dalam yang sama dengan bagian silindris dari head. Gambar di bawah ini memperlihatkan irisan melintang dari elipsoidal head dengan rasio sumbu mayor: sumbu minor = 2:1

7

8 Pemilihan tangki dibatasi oleh diameter atau panjang maksimum yang dapat diangkut dengan railroad flatcar ( kereta dengan gerobak datar), umumnya sekitar 13ft 6in. Tangki yang lebih besar daripada itu bisa didapatkan dengan cara: a. Diangkut dengan kapal (jika antara lokasi dan pembuat terdapat sarana transportasi laut) b. Pengelasan sambungan dan pembentukan dilakukan di lokasi c. Plat dipotong dan dibentuk di penjual dan dirakit di lokasi Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah sambungan karena berpengaruh terhadap proporsi tangki. Usahakan jumlah sambungan seminimal mungkin.

9 Pemilihan dimensi plate yang optimum Lebar Plate, tangki silinder dapat dibuat dengan meng-roll dan mengelas 1 atau beberapa plate. Pilihan pengelasan tergantung pada ukuran plate yang digunakan. Pengelasan keliling dan mendatar dapat dihilangkan dengan menggunakan plate yang ukurannya lebih besar, Plate dengan lebar lebih dari 90 inch akan lebih mahal setiap inch kelebihannya. Tetapi penghematan yang didapatkan dengan mnggunakan plat yang lebih lebar sehingga mengurangi jumlah sambungan dan pengelasan melebihi biaya tambahan dari plate yang lebih lebar. GAMBAR : Hubungan beaya fabrikasi dengan ketebalan plat yg dipakai

10 GAMBAR : Hubungan lebar plat yang optimum untuk dinding shell Sebagai contoh penghematan yang dapat dilakukan, diberikan oleh W.G. Theisinger. Penggunaan dua buah plate menghabiskan total USD 17,440 sedangkan penggunaan satu buah plate hanya menghabiskan total USD 9,853. Penghematan yang dapat dilakukan adalah USD 7,587 dan 5800 jam kerja. Biaya ekstra yang dibutuhkan untuk plain-carbon-steel adalah : C e =. (w-90)1,23 Dengan : C e = dollar per 100 lb W = lebar plate, inch

11 Biaya fabrikasi per circumferential weld adalah xc.d.c w. Sehingga biaya total untuk pengelasan plate sejumlah N (tanpa head) adalah : Persamaan di atas akan memberikan lebar plate optimum dengan biaya fabrikasi minimum. Tebal Plate, Plate dengan tebal 0,5-1 inch tidak membutuhkan biaya tambahan. Penggunaan tebal lebih dari 1 inch akan memerlukan biaya tambahan sehingga serittgkali digunakan plate yang lebih kuat. Panjang Plate, Plate dengan panjang antara 8-50 feet tidak memerlukan biaya tambahan. Persediaan yang ada biasanya mempunyai panjang tidak lebih 40 ft dengan tebal % inch dan lebar plate maksimal 72 inch. Tetapi persediaan juga tergantung pada fcemampuan untuk rnenangani ukuran plate yang tersedia.

12 4.5 Tipe Head yang Umum Dipakai dan Pemilihannya Hampir semua head dibuat dari plate melingkar yang di spin atau dengan metode press. Meskipun membutuhkan biaya tambahan untuk membentuk head dari plate datar, tetapi penggunaan head yang telah dibentuk akan lebih ekonomis daripada penggunaan head yang datar, kecuali untuk diameter tangki yang kecil. Penghematan dapat diperoleh dengan berkurangnya tebal head yang digunakan. Gambar di atas menunjukkan macam-maeam head yang umum digunakan, dengan: t = tebal head, inch icr = inside comer radius, inch sf = straight flange, inch r = radius of dish, inch OD = diameter luar, inch b =depth of dish, inch a = ID/2 = inside radius, inch s = slope of cone, deg

13 OA = overall dimension, inch H = diameter of flat spot, inch 4.5a Flanged-only Heads Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena hanya membentuk flange dengan radius pada plate datar. Penggunaannya yang paling banyak adalah pada tangki bertekanan atmosferis. Head ini juga dapat digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal dengan diameter maksimal 20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk ukuran in dengan selisih 2 in, in dengan selisih 6 in, in dengan selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in. 4.5b Flanged standard dished and Flanged shallow dished Head Untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan maka bagian datar dari flanged only head harus dirubah menjadi lengkungan. Pada head semacam ini, terdapat dua radius yaitu radius lengkungan dan inside comer radius. Jika radius dari lengkungan lebih besar dari diameter luar shell maka disebut flanged and shallow dished head. Jika radius tersebut sama atau lebih kecil maka disebut flanged and standard dished head. Head yang tersedia ukurannya sama dengan flanged only head. Head ini tidak boleh digunakan untuk tangki bertekanan tinggi, Penggunaan umumnya adalah untuk tangki vertikal dengan tekanan rendah, tangki horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki berdiatneter besar yang tekanan uap dan tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flaged only head. 4.5c Torispherical Head Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan dari flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali ketebalan plate, atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya digunakan untuk tangki bertekanan antara psig bahkan dapat lebih dari 200 psig. Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk menggunakan elliptical flanged and dished head. Head ini dapat digunakan untuk tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai alat proses

14 4.5d Elliptical Dished Head Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih dari 200 psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head akan sama dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang sama. Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari sumbu minor atau sama dengan \4 diameter dalam dari head. 4.5e Hemispherical Head Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling kuat. Head ini dapat menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell silinder dengan tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya lain-lain dari head ini paling besar dibandmgkan dengan yang lain. Ketersedian head ini juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal lebih sulit. 4.6 Perancangan Tebal Plat Untuk Tutup ( Vessel Head) Mengaeu pada ASME Code (under internal working pressure) Perancangan tebal plat untuk dinding vessel mengacu pada ASME VIII div 1, paragraph : Part UG- 32 (d) dan Appendix 1 ( Supplementary Design Formulas ) l-4(c) Part UG: General requirement ( persyaratan yang harus dipenuhi secara umum) untuk semua cara / method untuk kontruksi dan berlaku untuk seaiua material Part UG - 32 : General requirement untuk : FORMED HEAD, PRESSURE ON CONCAVE SIDE (a) Ketebalan yang diperlukan pada titik ketebalan paling tipis setelah pembentukan head jenis ellipsoidal dimana tekanan yang bekerja pada bagian sisi cekungan (internal pressure), harus dihitung berdasarkan formula pada paragraph ini

15 (b) Simbol yang dipakai t = ketebalan minimum yang diperluaka setelah pembentukan head, tidak termasuk corrosion allowance, inci P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk vessel yang terancang ( existing vessel) D = inside diameter dari " head skirt" atau inside length dari major axis dari ellipsoidal head, inci S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstrufcsi, psi E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup sambungan antara shell dan head ( head to shell joint) Untuk welded vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW - 12, yaitu pada label UW - 12 ( Max. allowable joint efficiencies for arc and gas welded joints) Part UG - 32 (d): Ellipsoidal head Ketebalan yang diperlukan untuk dished head yang berbentuk semi-ellipsoid, dimana separuh dari minor axis (inside depth dari head dikurangi fcetinggian skirt) sama dengan ¼ dari inside diameter dari" head skirt", haras dihitung dengan persamaan : T =. atau : P =.

16 4.7 Perhitungan Tebal Head Mengacu Appendix 1-4c (Supplementary design formulas) RUMUSAN UNTUK PERANCANGAN " FORMED HEAD " UNDER INTERNAL WORKING PRESSURE (a) Rumusan dari paragraph ini berlakuk untuk perancangan tutup vessel dengan bentuk tertentu ( formed head ) dengan proporsi ukuran lain daripada seperti tertulis ada UG - 32 (ASME Div. VTII, section 2 ) dalam besaran diameter dalam (inside diameter) dan diameter luar (outside diameter) (b) Simbol yang dipakai dibawah ini digunakan dalam rumusan perancangan dari paragraph ini. t = tebal dari head minimum yang diperlukan setelah pembentukan head inci P = tekanan perancangan ( internal design pressure ), psi ( lihat UG -21) untuk tekanan kerja maksimum (maximum allowable working pressure untk vessel yang sudah ada, lihat UG - 98) D = diameter dalam dari " head skirt", atau inside length dari major axis dari ellipsoidal head, inci Do= diameter luar dari" head skirt" atau panjang luar dari major axis dari ellipsoidal head, inci S = tegangan kerja dari bahan konstruksi maksimum yang diperkenankan, psi E = efisiensi sambungan yang terendah dari katagori sambungan jenis A ( Category A joint ) untuk hemispherical mencakup sambungan head to shell joint. Untuk vessel dengan sambungan cara las (welded vessels, efisiensi dipakai seperti tertulis pada UW - 12 r = inside knuckle radius, inci h = one - half of length dari minor axis dari ellipsoidal head atau inside depth dari ellipsoidal head yang diukur dari tangent line (head bend line), inci K= factor dari rumus untuk ellipsoidal head, yang harganya tergantung dari(d/2h)

17 (D/2h) = rasio dari major axis dengan minor axis pada ellipsoidal head, harganya sama dengan inside diameter dari "skirt" dari head dibagi dengan dua kali inside height dari ellipsoidal head, dapat dilihat dari table TABLE VALUE OF FACTOR K ( use nearest value of D/2h, interpolation unnecessary) D/2h K

18 FORMULA Atau : Dimana : Peraneangan Tebal Plat Untuk Dinding / Shell (under internal working pressure ) Perancangan untuk menghitung ketebalan dinding shell dari vessel absorber, mengacu pada kode ASME VIII, div. 1, paragraph UG -27 (c) dan Appendix 1 - (1-1) Part UG 27 (c): Menghitung ketebalan shell under internal working pressure PartUG-27(a): Ketebalan dinding shel yang terkena beban internal working pressure haras tidak boleh lebih tipis dari ketebalan yang dihiutng dari formula (c) PartUG-27(b) Symbol - symbol yang dipakai: t = ketebalan minimum plat yang diperlukan untuk shell, tidak termasuk corrosion allowance, inci P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk vessel yang terancang ( existing vessel) R = inside radius dari "shell courses" yang ditinjau sebelum corrosion allowance ditambahkan, inci S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstruksi, psi

19 E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup sambungan antara shell dan head (head to shell joint) Untuk welded vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW -12, yaitu pada label UW - 12 (Max. allowable joint efficiencies for arc and gas welded joints) Part UG- 27 (c): Ketebalan Shell Silinder Ketebalan plate minimum yang diperlukan untuk beban working pressure yang bekerja pada silinder seharusnya dipakai ketebalan yang lebih besar dari persamaa / formula dibawah ataupun ketebalan yang memberikan tekanan yang lebih rendah dari formula dibawah : 1. Circumferential stress (longitudinal joints) jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari inside radius atau P tidak melebihi SE, dipakai formula sbb.:. atau. 2. Longitudinal stress ( circumferential joints ) Jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari inside radius dari shell ataupun P tidak melebihi dari 1.25 SE, maka dipakai formula sbb.. atau.

20 4.9 Perancangan Tebal Plat Untok Binding/ Shell Mengacu Appendix 1-1 APPENDIX 1 : Supplementary Design formulas 1-1 : Ketebalan untuk kulit (shell) silinder dan kulit ( shell) bola (a) : Rumusan untuk kulit silinder didasarkan pada jari - jari luar silinder analog dengan formula yang diberikan pada UG -27 (c ). Untuk ketebalan kulit silinder (under circumferential stress). atau. dengan: R o = out side radius dari kulit silinder yang ditinjau ( cylinder shell course ), inci 4.10 Rumusan untuk design stabilitas dari vessel (Design of vessel stability : Tall vessel design) 1. Untuk vessel / tower yang menjulang tinggi, maka pada vessel akan mendapatkan beban angin. Jika angin yang bertiup kencang, maka akan memberikan moment puntir pada vessel yang dapat mengakibaikan vessel patah (failure). Demikian juga dengan gempa. Gempa akan menggetarkan vessel, yang dapat mengakibatkan gaya geser bekerja pada dinding vessel dan akan menimbulkan tegangan geser bekerja pada dinding vessel ( seismic stress) 2. Kegagalan vessel di pabrik, dapat dijumpai pada bewrbagai kondisi pelayanan ( loading case) vessel itu. Ada beberapa loading case yang selalu dialami olea vessel di industri : a. Vessel kosong ( selesai didirikan = belum dipakai), boleh jadi jika design vessel keliru, begitu vessel berdiri, terkena angin / gempa vessel bias roboh ( gagal berdiri) b. Vessel dipakai untuk operasi (operating vessel). Pada keadaan ini vessel dipakai untuk keperntingan proses, sehingga didalam

21 vessel terdapat cairan proses yang bekerja pada tekanan dan suhu operasi yang ditargetkan. c. Vessel dipakai untuk test hidrostatik, Untuk setiap design dari vessel dan test commissioning dari vessel sebelum dilakukan penyerahan ke pemiliknya, maka selalu dilakukan test hidrostatik untuk melifaat ketahanan vessel terhadap beban yang bekerja. Pada test hidrostatik, vessel disi penuh dengan air dan tekanan test dipakai lebih besar ( kira - kiran 50 % ) dari maksimum allowable working pressure (MAWP) d. Pada tahapan perancangan, diantara tiga kondisi vessel diatas, dicari beban - beban (stress atupun moment) yang bekerja, yang paling berpengaruh. Untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh, maka dapat dilakukan perhitungan " loading case ", ataupun Netto stress yang bekerja. Loading yang paling besar ataupun netto stress yang bekerja yang paling besar, adalah yang berpengaruh. Perhitungan stress gabungan yang bekerja pada absorber

22 Up- wind side : Netto stress yang bekerja kearah atas, berupa tensile stress tensile stress keatas nilai positif dead weight stress araahnya selalu kebawah, nilai negatif 1. Netto stress yang bekerja untuk ketebalan plat yang terpakai : S up-wind = (S w + S ap + S s ) - S dw 2. Netto stress yang bekerja pada down-wind side, adalah tegaangan tekan ( compressive stress ), denga arafa kebawah nilainya positif : S down-wind = (S dw + S w + S s ) - S ap Pengkajian stress yang bekerja: Plat yang dipakai oleh absorber di Pabrik akan aman ( safe in operation ), jika memnuhi persaratan sbagai berikut : S down-wind S allowable dari material. S down-wind Sc allowable (= compressive stress) 4.11 Perhitungan Kemiringan dari Vessel (Design of vessel deflection) (a) Untuk menara yang terfcena beban angin ataupoun gempa, maka vessel hams dirancang agar defleksi (yang diukur sebagai penyimpan dari arah vertical / poros vessel di bagian puncak menara / vessel tidak melebihi 6 in per 100 ft ketinggian menara / vessel (b) Defleksi ini disebabkan olen beban angin yang bekerja ( wind load) pada menara. (c) Defleksi dihitung sebagai berikut: 12 8 dengan: = defleksi maksimum pada puncak menara, in P W = tekanan angin yang bekerja, Ib/ft2 D 1 = diameter vessel (termasuk isolasi yang dipakai), ft

23 H = ketinggian vessel, ft E = modulus elastisitas material yang dipakai, psi I = moment inertia (kelebaman) dari silinder tipis I = 3,UxR 3 xt t = ketebalan plat yang dipakai, in

TUTUP BEJANA ( HEAD )

TUTUP BEJANA ( HEAD ) TUTUP BEJANA ( HEAD ) Tutup tangki (head) adalah bagian tutup atas suatu tangki yang penggunaanya disesuaikan dengan tekanan operasi. Tutup bejana tersebut terbagi menjadi 5 bentuk yaitu : 1. Hemispherical

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan bahan bakar minyak didalam negeri merupakan hal yang amat penting

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Vessel 1. Vessel merupakan salah satu contoh dari bejana bertekanan (Pressure Vessel) yang paling sederhana, hal ini dikarenakan bagian utama dari suatu Vessel hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div I terhadap variasi tekanan. Definisi bejana tekan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( ) SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida

Lebih terperinci

V. MECHANICAL DESIGN PERHITUNGAN TEBAL MENARA

V. MECHANICAL DESIGN PERHITUNGAN TEBAL MENARA V. MECHANICAL DESIGN PERHITUNGAN TEBAL MENARA 5.1 Data perancangan : Data diperoleh dari ZNO Guard Chamber, Amenta plant, PT Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat. Data-data: Shell inside diameter : 8' 0"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div 1 terhadap variasi tekanan dan beban eksentris. Definisi bejana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

Rencana Program Kerja Pembelajaran Semester (RPKPS )

Rencana Program Kerja Pembelajaran Semester (RPKPS ) Rencana Program Kerja Pembelajaran Semester (RPKPS ) I. Nama mata kuliah : Perancangan Alat Proses II. Kode/SKS : TKK/2 III. Prasarat : IV. Status Mata Kuliah : Mata kuliah pilihan V. Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.

Lebih terperinci

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel Perancangan Bejana (Vessel Design) 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desain Vessel Mesin yang Paling Banyak Digunakan Bejana (vessel) adalah bagian dasar dari berbagai peralatan proses Bejana mungkin menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN ERHITUNGAN 4.1 erhitungan dan emeriksaan Kekuatan 4.1.1 erhitungan Tutup Bejana Dari hasil pengumpulan data, tutup bejana (head) yang dipakai adalah jenis Ellipsoidal, data yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. Vol., No. 1, (01) ISSN: 7-59 (01-971 Print) G-67 Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas Aulia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan 2 BAB II TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan yang terjadi mempunyai nilai rasio lebih kecil atau sama dengan 1 dari tegangan yang diijinkan (allowable

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Popov (1996) bejana tekan berdinding tipis adalah bejana yang memiliki dinding yang idealnya bekerja sebagai membran, yaitu tidak terjadi lenturan dari

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 Riki Candra Putra Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut.

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut. DECANTER (D) Deskripsi Tugas : Memisahkan benzaldehyde dari campuran keluar reaktor yang mengandung benzaldehyde, cinnamaldehyde, serta NaOH dan katalis 2 HPb-CD terlarut dalam air Suhu : 50 o C (323 K)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 47 BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat proses pabrik isopropil alkohol terdiri dari tangki penyimpanan produk, reaktor, separator, menara distilasi, serta beberapa alat pendukung seperti kompresor, heat

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 013 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati 1) A. Yudi

Lebih terperinci

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Data Penelitian Data material pipa API-5L Gr B ditunjukkan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan unloading line dari jetty menuju plan ditunjukan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Tangki pada dasarnya dipakai sebagai tempat penyimpanan material baik berupa benda padat, cair, maupun gas. Dalam mendesain tangki, konsultan perencana harus merencanakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA *Hendri Hafid Firdaus 1, Djoeli Satrijo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik. 2.2 Bejana Tekan Silindris Penelaahan bejana

bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik. 2.2 Bejana Tekan Silindris Penelaahan bejana BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel). Bejana tekan atau istilah dalam dalam tehnik adalah tabung tertutup berbentuk silinder, sebagai penampung yang dapat menahan tekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Sesuai dengan perencanaan yaitu pembuatan air receiver tank dimana fluida dalam hal ini udara yang mempunyai tekanan disimpan didalam bejana tekan. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

Disusun oleh: KHAMDAN KHAMBALI

Disusun oleh: KHAMDAN KHAMBALI Perancangan Bejana Tekan Vertikal Air Receiver Kapasitas 50 m 3, Tekanan Desain Internal 0,99 MPa, dan Temperatur Desain 70,8ºC, dengan Bantuan Software PV Elite 2016 TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jacketed Vessel Jacketed vessel adalah bejana tekanshell tekan dengan shell tekan sekunder yang menempel pada sisi luar dinding shell. Jacket diinstal di dinding shell, head,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya 1. PENDAHULUAN Jika ditemukan sumber gas yang baru, maka perlu dipertimbangkan pula untuk mengalirkannya melalui sistem perpipaan yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengadaan sistem

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle (studi kasus separator unit karaha PT. Pertamina Geothermal Energy), secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dunia industri terutama industri kimia dan perminyakan banyak proses yang berhubungan dengan perubahan satu material ke material yang lain baik secara kimia maupun

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, kondenser, accumulator, reboiler, heat exchanger, pompa dan tangki. tiap alat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03 BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 9 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 Fadhlika Ridha Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, kondenser, accumulator, reboiler, heat exchanger, pompa dan tangki. tiap alat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Khoirul Huda 1), Luchyto Chandra Permadi 2) 1),2) Pendidikan Teknik Mesin Jl. Semarang 6 Malang Email :khoirul9huda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Analisa Tegangan 4.1.1 Perhitungan Ketebalan Minimum Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. Perbedaan ketebalan pipa

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Absorber Kode : AB : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh H2O Material Kondisi Operasi : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C : T = 40

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh TOMI SANTOSO. Ir. SOEWEIFY M. Eng.

TUGAS AKHIR. Oleh TOMI SANTOSO. Ir. SOEWEIFY M. Eng. DESAIN TANGKI DAN TINJAUAN KEKUATANNYA PADA KAPAL PENGANGKUT COMPRESSED NATURAL GAS (CNG) TUGAS AKHIR Oleh TOMI SANTOSO Pembimbing Ir. SOEWEIFY M. Eng. JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,

Lebih terperinci

28-2 SUPPLEMENTARY REQUIREMENTS (ASME VIII

28-2 SUPPLEMENTARY REQUIREMENTS (ASME VIII Persyaratan tambahan WPS yang telah dikualifikasi dengan ASME IX untuk pengelasan joint tertentu pada header box (seperti gambar dibawah) yang di design, di fabrication dan di inspection sesuai ASME VIII

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL ISSN : 2338-0284 Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang Aulia Havidz 1, Warjito 2 1&2 Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam sejarah kehidupan umat manusia yang sudah berjalan selama puluhan ribu tahun lamanya, seni mendisain dan membangun jaringan Pemipaan sudah dikenal berabad-abad lalu. Awal mulanya,

Lebih terperinci

Tabung baja LPG SNI 1452:2007

Tabung baja LPG SNI 1452:2007 Standar Nasional Indonesia Tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT 42 BAB III SPESIFIKASI ALAT 3.1. Reaktor Tugas 1. Tekanan 2. Suhu umpan 3. Suhu produk Waktu tinggal Shell - Tinggi - Diameter - Tebal Shell Head - Tebal head - Tinggi head Tabel 3.1 Reaktor R Mereaksikan

Lebih terperinci

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel) BAB 8 BEJANA TEKAN (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) adalah tempat penampungan suatu fluida baik berupa cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Bejana Tekan

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Sejak dahulu manusia sudah mengenal sistem perpipaan, namun penggunaan sistem dan bahannya masih sangat sederhana, untuk memenuhi kebutuhan mereka secara pribadi ataupun

Lebih terperinci

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL

PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BEJANA TEKAN HORISONTAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Program Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun oleh : MEMET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S

ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya manusia yang handal,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13 BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Ribuan tahun yang lalu, sistem pipa sudah dikenal dan digunakan oleh manusia untuk mengalirkan air sebagai kebutuhan air minum dan irigasi. Jadi pada dasarnya sistem

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB. V SPESIFIKASI PERALATAN

BAB. V SPESIFIKASI PERALATAN BAB. V SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses Peralatan proses pabrik Dekstrosa dengan kapasitas 60.000 ton/tahun terdiri dari: 1. Tangki Penyimpanan Manihot U. (ST-101) Tabel. 5.1 Spesifikasi Tangki

Lebih terperinci