BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yuliana Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bejana Tekan (Pressure Vessel) Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel) Bejana tekan atau istilah dalam teknik adalah tabung tertutup berbentuk silinder, sebagai penampung tekanan dalam maupun tekanan luar. Adapun komponenkomponen dari suatu bejana tekan, terdiri dari beberapa bagian utama seperti; dinding (shell), kepala bejana (head), lobang orang/lubang pembersih (manhole), nosel-nosel (nozzles), dudukan penyangga (support) dan aksesoris lainnya yang digunakan sebagai alat pendukung, baik komponen yang berada di dalam maupun luar, sebagai suatu alat proses pemisahan dan penampungan, baik untuk pemisah minyak mentah, air dan gas atau fluida lainnya yang akan dipisahkan dalam bejana tekan ini juga akan mengendap secara gravitasi di dalam bejana tekan tersebut sehingga terpisah secara sendirinya. Adapun material atau bahan yang digunakan untuk membuat bejana tekan ini adalah pelat baja yang terlebih dahulu direncanakan dan dihitung ketebalan pelat yang akan digunakan dan spesifikasi material yang akan direncanakan didalam proses pabrikasi pembuatan bejana tekan ini. Sistem penyambungan yang digunakan antara komponen yang satu dengan yang lainnya digunakan sistem pengelasan. Bejana 4
2 tekan paling sering digunakan sebagai media penampung fluida cairan, uap air, atau gas pada tingkatan tekanan lebih besar dari tekanan udara. Bejana tekan menampung suatu unsur yang digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi industri yang mencakup bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik. 2.2 Dimensi Bejana Tekan (Pressure Vessel) Dalam menentukan dimensi atau ukuran dari suatu bejana tekan, maka akan dibahas mengenai rumus-rumus yang berkaitan dalam menentukan ukuran atau dimensi dalam merencanakan suatu bejana tekan yaitu kapasitas, diameter, panjang, tebal dinding dan tebal dinding kepala bejana dari suatu bejana tekan. Didalam kriteria perancanaan bejana tekan ini ditentukan kriteria sebagai berikut : 1. Jenis bejana tekan = separator 3 Fasa. 2. Kapasitas produksi (V) = m 3 3. Diameter (Di) = mm 4. Panjang (L) = mm 5. Tekanan Perencanaan (Pd) = bar = MPa 6. Tekanan operasi (Po) = bar = MPa 7. Max. tekanan test (Pi) = bar = MPa 8. Temperatur perencanaan (t) = 0 C 9. Temperatur operasi (ti) = 0 C 10. Corrosion Allowance (CA) = mm 5
3 Kapasitas Bejana Kapasitas atau volume produksi yang dapat ditampung secara terus menerus oleh bejana tekan dengan diasumsikan terlebih dahulu diameter dan panjang bejana dengan rumus sebagai berikut : Total Volume (V) = x D 2 x L.. [1] (1 Partial Volume = Koef. x Total Volume Dimana : D = Diameter luar = mm L=Panjang Bejana (Shell) = mm V = Kapasitas (m 3 ) Panjang Bejana Panjang bejana tekan dapat dihitung berdasarkan asumsi atau perkiraan waktu aliran gas yang masuk sampai gas keluar, dengan waktu yang sama untuk besarnya butiran dengan ukuran diameter (Dp), jatuh dari atas bejana tekan ke permukaan cairan, sehingga untuk panjang separator bisa dicari dan diameter ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan. L =..[2] (2 Dimana : L Qa Vt Dv = Panjang bejana tekan gas masuk gas keluar (mm) = Aliran gas = Terminal velocity (m/s) = Diameter bejana tekan (mm) ( 1 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal ( 2 Gas Liquid Separator Design, Section 7 Hal
4 Gambar. 2.1 Separator Gas Inlet dan Outlet Ketebalan Dinding (Shell) Ketebalan badan dinding bejana yang mengalami tekanan internal tidak boleh lebih tipis dari pada nilai yang dihitung dari rumus berikut, disamping itu provisi harus dibuat untuk setiap beban lain, jika beban itu diperkirakan terjadi, untuk menghitung ketebalan dinding badan bejana maka dapat digunakan rumus sebagai berikut : 1) Jika yang diameter dalam yang digunakan, maka; t =.. [3] (3 tm = t + CA Dimana : P S = Tekanan perencanaan atau MAWP (MPa) = Stress valaue of shell material = Yeild stress = σ = F/A (N/mm 2 = Mpa) E = Joint efficiency = 1 R t tm = Radius dalam (mm) = Tebal dinding (mm) = Tebal minimal (mm) CA = Corrosion allowance (mm) = 6 mm (asumsi) ( 3 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal
5 2) Jika yang diameter luar yang digunakan, maka; t =.. [4] (4 tm = t + CA Dimana : P S = Tekanan perencanaan atau MAWP (MPa) = Stress valaue of shell material = Yeild stress = σ = F/A (N/mm 2 = Mpa) E = Joint efficiency = 1 R t tm = Radius luar (mm) = Tebal dinding (mm) = Tebal minimal (mm) CA = Corrosion allowance (mm) = 6 mm (asumsi) Gambar. 2.2 Separator menghitung ketebalan dinding (shell) Ketebalan Dinding kepala bejana tekan Ketebalan dinding kepala bejana tekan terbentuk setengah lingkaran (Sphere dan Hemispherical Head) dapat kita cari dengan rumus sebagai berikut : 1) Jika yang diameter dalam yang digunakan, maka; t =. [5] (5 ( 4 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal
6 tm = t + CA Dimana : R = Radius dalam (mm) CA = Corrosion allowance (mm) = 6 mm (asumsi) 2) Jika yang diameter luar yang digunakan, maka; t =. [6] (6 Dimana : R = Radius luar (mm) Untuk Ketebalan dinding kepala bejana tekan terbentuk setengah lingkaran (Ellipsoidal) dimana perbandingan diameter (D) dan tinggi (h) adalah 2:1 dapat kita cari dengan rumus sebagai berikut : 1) Jika yang diameter dalam yang digunakan, maka; t =. [7] (7 Dimana : D = Diameter dalam (mm) 2) Jika yang diameter luar yang digunakan, maka; t =. Dimana : [7] (8 D = Diameter luar (mm) ( 5 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal. 18. ( 6 & 8 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal. 22. ( 7 Pressure Vessel Handbook, tenth edition, 1997 Hal
7 Gambar. 2.3 Ketebalan dinding kepala bejana tekan Letak Posisi Saddle Untuk bejana tekan jenis separator agar kedudukannya seimbang, kuat, dan permanen, maka digunakan dua penyangga (saddle). Untuk merencanakan penyangga supaya lebih hemat dari segi material maka tidak usah menggunakan plat pengkaku (stiffener ring) bila tidak diperlukan. Bila separator cukup besar maka letak penyangga harus dekat dengan kepala bejana tekan. Penyangga bila menggunakan plat pengkaku, maka minimum dianjurkan menggunakan ASME adalah terkecuali separator kecil menggunakan standar G-6 A = minimum 0.2 x L (9 8 Gambar. 2.4 Posisi penyangga bejana tekan (saddle) 2.3 Bahan baku (Material) Bejana tekan Secara umum pemilihan material harus berdasarkan kondisi layanan (service) dan MDMT/temperatur desain. Material bejana tekan biasanya ( 8 Engineers Guide to Pressure Equipment, Clifford Matthews, Hal
8 berdasarkan spesifikasi dari data sheet dalam nama yang umum, dengan komposisi nominal atau dengan nama dagang. Dalam data sheet mekanik, bahanbahan generik ini harus dibuat dengan material-material yang berdasarkan ASME/ASTM. Spesifikasi ASME memiliki penunjukan numerik sama dengan spesifikasi ASTM, tetapi didahului oleh SA bukan A untuk bahan besi (misalnya; SA516-70) dan SB bukannya B untuk bahan non ferrous (misalnya; B424). Spesifikasi ASME harus sesuai dengan ASME Section II, bagian A. 1. Baja karbon (carbon steel) Baja karbon untuk bejana tekan memiliki komposisi nominal besi sekitar 1% mangan dan karbon hingga 0.35%. Beberapa keterbatasan dari baja karbon adalah sebagai berikut : - Patah getas (Brittle fracture) Patah getas didefenisikan sebagai jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat. Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan. - Serangan hidrogen (Hydrogen attack) Baja karbon rentan terhadap serangan hidrogen pada suhu tinggi dalam hidrogen bertekanan tinggi. - Grafitisasi (graphitization) Grafitisasi adalah proses perubahan dari bahan karbon yang strukturnya relatif tak teratur menjadi bahan karbon dengan struktur yang teratur yang disebut dengan struktur grafit. Baja karbon dilas dibatasi sampai F (427 0 C) untuk 11
9 mencegah grafitisasi. Grafitisasi adalah pembentukan grafit, terutama mengelas pada bagian yang terkena panas, dari dekomposisi dari karbida besi. Ini akan menyebabkan kegagalan dari beban kecil atau regangan (strain). - Retakan korosi regangan (stress corrosion cracking-scc) Retakan korosi regangan ialah retakan oleh korosi lokal dari lapisan pasip yang pecah karena tegangan tarik. Pada baja tahan karat austenit retakan korosi regangan sangat menyusahkan karena bersamaan dengan korosi lubang. Lingkungan yang utama adalah yang mengandung klorida, sulfida, air dengan temperatur dengan tekanan tinggi dan soda kaustik. - Retakan tegangan akibat sulfida. (sulfide stress cracking-ssc) Retakan korosi yang diakibatkan oleh bakteri atau jamur yang menempel pada permukaan logam, atau secara langsung dan tidak langsung dengan reaksi kimia antara logam yang dikeluarkan oleh mikroba yaitu asam sulfat, karbonat, H2S atau NH3. Bakteri pereduksi sulfat meredusi sulfat menjadi sulfida dan mengoksidasi fero menjadi daerah anoda, sehingga korosi dipercepat. Atau bakteri yang menempel menyebabkan oksigen akan berkurang di permukaan hingga terbentuk dua permukaan anoda dan katoda. - Hydrogen induced cracking (HIC) HIC merupakan suatu bentuk kerusakan internal yang disebabkan oleh menjalarnya retak paralel dengan permukaan baja walaupun tanpa diberi tegangan eksternal. Salah satu penyebab terjadinya HIC pada lingkungan gas asam adalah karena terbentuknya mikro void pada batas antarmuka inklusi-matrix selama proses pengerolan panas (hot rolling). Ada 3 jenis baja karbon : 12
10 a. Baja karbon non-killed (non-killed carbon steel) Material ini tidak dapat digunakan untuk bagian tekanan, seperti semua untuk baja kelas A283 dan A36. b. Baja karbon semi-killed (semi-killed carbon steel) Material in dapat digunakan untuk bagian tekanan dengan ketebalan nominal tidak kurang dari 1 inci (25mm) dan temperatur minimal tidak kurang dari 30 0 F (-1,11 0 C). Contohnya adalah semua baja kelas untuk A285. Umumnya material baja karbon yang menggunakan standard ASTM/ASME pada : Pelat untuk bagian tekan: A285-C, A515-60/70, A516-60/70 Pelat untuk bagian non tekan: A36, A283-B / C, A285-B / C Pipa: A106-B, A333-1/3/6 Tube: A179, A214, A334-1/3 Forging untuk flange ANSI: A105 A350-LF2 / LF3 Forging untuk body / penutup flange dan tube sheet.: A266-2/4, A765-I / II / III Fitting untuk pengelasan: A234-WPB, A420-WPL3 c. Killed Carbon Steel Seperti A515 semua kelas, A516 kelas semua, A106 dan A105 semua kelas. Bahan-bahan ini dapat diterima untuk bagian tekanan untuk semua tebal nominal dengan suhu desain minimal tidak kurang dari 50 0 F (46 0 C) tetapi mungkin menjadi dinormalisasi atau dampak diuji tergantung ketebalannya (lihat UCS-66 dari ASME VIII, div.1). Umumnya material baja karbon yang menggunakan standard ASTM/ASME pada: Pelat untuk bagian tekanan: A285-C, A515-60/70, A516-60/70 13
11 Pelat untuk bagian bukan tekanan : A36, A283-B/C, A285-B/C Pipa: A106-B, A333-1/3/6 Tube: A179, A214, A334-1/3 Forging untuk flange ANSI: A105 A350-LF2 / LF3 Forging untuk body / penutup flange dan tube sheet.: A266-2/4, A765-I / II / III Fitting untuk pengelasan: A234-WPB, A420-WPL3 2. Baja Karbon-Moly (Baja paduan / low alloy rendah untuk temperatur tinggi) Baja karbon-moly mirip dengan baja karbon (carbon steel) tetapi dengan 0.5% molybdenum (C-1/2Mo) ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan pada temperatur tinggi dan tahan terhadap grapitasi. Beberapa keterbatasan dari C- 1/2Mo sebagai berikut: - Patah getas (Brittle fracture) Kecuali untuk dibuat prakte fine-grain dan normal, baja karbon-moly memiliki ketangguhan yang sedikit (peningkatan kerentanan terhadap patah getas) - Serangan hidrogen (Hydrogen attack) Baja karbon-moly tidak dapat diandalkan untuk menahan serangan hidrogen. - Gratifitasi Karbon-moly tahan terhadap suhu maksimal F ( C) - Retakan korosi regangan (stress corrosion cracking) dan retakan tegangan akibat sulfida. (sulfide stress cracking) sama seperti sifat baja karbon. Umumnya material baja karbon-moly (C-1/2Mo) yang menggunakan standard ASTM/ASME pada : Pelat: A204-B 14
12 Pipa: A335-P1 Tube : A209-T1 Forging: A182-F1 Fitting untuk pengelasan: A234-WP1 3. Baja chrome-moly (Baja paduan rendah untuk suhu tinggi) Baja chrome-moly paduan rendah mirip baja karbon tetapi ditambah dengan chromium dan molybdenum. Nilai khasnya adalah 1 Cr-Mo ½, 1 ¼ Cr-Mo ½, dan 2 ¼ Cr-1 Mo. Karakteristiknya adalah : - Ketahanan yang lebih baik terhadap serangan hidrogen - Kekuatan yang lebih baik pada suhu tinggi - Baja chrome-moly tidak mengalami grapitisasi - Lebih susah di buat/fabrikasi - Memerlukan control preheat untuk pengelasan - Memerlukan perlakuan panas setelah pengelasan (postweld heat treatment PWHT) semua konstruksi pengelasan. Beberapa keterbatasan dari baja chrome-moly sebagai berikut : - Patah getas (Brittle fracture) Baja chrome-moly menjadi lebih rentan terhadap patah getas pada temperatur rendah dan diatas sekitar F (343,3 0 C) menjadi rapuh dalam menservis. Baja 2-1/4 Cr-1 Mo sangat rentan, tetapi 1 Cr ½ Mo dan 1-1/4 Cr ½ Mo juga sangat rentan. - Serangan hidrogen (Hydrogen attack) 15
13 Ketahanan/resistensi terhadap serangan hydrogen tergantung pada kromium dan molybdenum pada baja. Meningkatnya resistensi dengan bertambahnya konten paduan (alloy) - Retakan korosi regangan (stress corrosion cracking) dan Retakan tegangan akibat sulfida. (sulfide stress cracking) sama seperti sifat baja karbon. Umumnya Material Baja chrome-moly dengan standar ASTM/ASME digunakan pada: Pelat 1 Cr-Mo ½ : A Kelas 1 atau 2 Pelat 1 ¼ Cr-Mo ½ : A Kelas 1 atau 2 (catatan: Kelas 2 adalah normal dan tempered, tekanan yang diijinkan adalah lebih tinggi dari kelas 1) Pipa 1 Cr ½ Mo : A335-P12 Pipa 1 ¼ Cr ½ Mo : A335-P11 Pipa 2 ¼ Cr - 1 Mo: A335-P22 Tube 1 Cr ½ Mo : A213-T12 Tube 1 ¼ Cr ½ Mo : A213-T11 Tube 2 ¼ Cr - 1 Mo : A213-T22 Forging 1 Cr ½ Mo : A182-F12 Forging 1 ¼ Cr ½ Mo : A182-F11 Forging 2 ¼ Cr - 1 Mo : A182-F22 Fitting pengelasan 1 Cr ½ Mo : A234-WP12 Fitting pengelasan 1 ¼ Cr - ½ Mo : A234-WP11 Fitting pengelasan 2 ¼ Cr-1 Mo: A234-WP22 4. Baja nikel (baja paduan rendah untuk suhu rendah) 16
14 Untuk meningkatkan ketangguhan baja karbon pada suhu rendah, nikel ditambahkan untuk meningkatkan patah rapuh karena gaya kontak yang kuat (anti-tearing property). Namun, bahan ini sulit untuk pengelasan. Umumnya Material Baja nikel dengan standar ASTM/ASME digunakan pada: Pelat 2 - ½ Ni : A203-A/B Pelat 3 - ½ Ni: A203-D/E Pelat 9 Ni: A353 Pipa 2 - ½ Ni: A333-7 Pipa 3 - ½ Ni: A333-2 Pipa 9 Ni: A333-8 Forging 2 - ½ Ni: - Forging 3 - ½ Ni: A350-LF3 Forging 9 Ni: A522-I Fitting pengelasan : - 5. Stainless Steel (Baja Paduan Tinggi) Stainless steel dapat diklasifikasikan juga sebagai austenitik, feritik, martensit, atau duplex tergantung pada struktur mikro mereka. A. Austenitik stainless steel memiliki struktur austenit mirip dengan suhu tinggi dari baja karbon. Karakteristik dari austenitic stainless steel adalah : - Tidak mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Non magnetic -Mampu las (weldable) - Dapat digunakan untuk cladding dan konstruksi dinding masif 17
15 Umum material austenitic stainless steel dengan standar ASTM / ASME ada pada: Pelat: A , 304L, 316, 316L, 321, 347 Pipa: A312-TP304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Tube: A213-TP304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Forging: A182-F304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Forging untuk badan (body) / penutup flange dan tube sheet: A336-F304, 304L, 316, 316L, 321, 347 Fitting pengelasan: A403-WP304, 304L, 316, 316L, 321, 347 B. Ferritic stainless steel memiliki struktur ferit mirip dengan struktur suhu rendah dari baja karbon. Karakteristiknya adalah: - Tidak mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Magnetik - Mampu las yang buruk - Penggunaannya dalam bejana tekan terutama sebagai cladding (lapisan pelindung) Umum material ferritic stainless steel dengan standar ASTM / ASME ada pada : Pelat: A and 430 Pipa: N/A Tube: A268-TP405 and 430 Forging: N/A Fitting pengelasan: N/A C. Martensitik stainless steel (13Cr) Karakteristik dari martensitik stainless steel adalah : - Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas (heat treatment) 18
16 - Magnetik - Mampu las yang buruk - Penggunaannya dalam bejana tekan terutama sebagai cladding (lapisan pelindung) Umum material martensitik stainless steel standar ASTM / ASME ada pada : Pelat: A Pipa: N/A Tube: A268-TP410 Forging: N/A Fitting pengelasan: N/A D. Duplex Stainless steel memiliki struktur dari sekitar 50% austenit dan 50% ferit (22Cr-5Ni-3mo-1N). Duplex Stainless steel telah meningkatkan ketahanan terhadap tegangan korosi retak akibat klorida (chloride stress corrosion cracking) - Tidak mampu keras (nonhardenable) oleh perlakuan panas (heat treatment) - Mampu las (weldable) - Dapat digunakan untuk cladding dan konstruksi dinding masif Umum material duplex stainless steel dengan standar ASTM / ASME Duplex ada pada : Pelat: A240-S31803 Pipa: A790-S31803 Tube: A789-S31803 Forging: A182-F51 Fitting pengelasan: N / A 19
17 Tabel 2.1 Untuk pemilihan material untuk layanan lingkungan. 20
18 Tabel 2.2 Untuk pemilihan material untuk desain temperatur. Tabel 2.3 Pemilihan material untuk baut dan mur 21
19 2.4 Jenis dan komposisi kimia pada baja Klasifikasi Bejana Tekan Klasifikasi bejana tekan di bagi menurut posisi atau tata letak bejana tekan yang terdiri dari dua macam posisi yaitu : posisi vertikal dan posisi horizontal. 22
20 1. Posisi tegak (vertical) Posisi vertical yaitu posisi tegak lurus terhadap sumbu netral axis, dimana posisi ini banyak digunakan didalam instalasi anjungan minyak lepas pantai (offshore), yang mempunyai tempat terbatas. Jenis bejana tekan ini banyak difungsikan sebagai jenis 2 Phase, yaitu pemisahan antara minyak mentah dan gas saja yang mana pada penggunaan bejana tekan pada posisi vertical ini hasil utama yang akan diproses adalah gas dan cair, sehingga gas yang dihasilkan lebih kering (dry gas) dibandingkan dengan separator dengan posisi horizontal. Gambar bejana tekan vertical Gambar 2.5 Bejana tekan tegak (vertical) 2. Posisi datar (horizontal) Bejana tekan pada posisi horizontal banyak ditemukan dan digunakan pada ladang sumur minyak didaratan karena mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar. Jenis bejana tekan dengan posisi horizontal ini biasanya berfungsi sebagai separator (pemisah) 3 Phase, yaitu pemisahan minyak mentah (crude oil), air (water) dan gas (air). 23
21 Gambar 2.6 Bejana tekan horizontal 2.4 Support Bejana Tekan Support bejana tekan biasanya didukung oleh salah satu metode berikut 1. Skirt 2. Support legs 3. Support lugs 4. Ting girders 5. Saddles Gambar 2.7 Jenis-jenis dudukan support 24
22 1. Support sadel (saddle) Sandaran (support) bejana tekan horizontal biasanya memiliki 2 sadel. Metode desain dari support untuk bejana tekan horizontal berdasarkan analisa L.P Zick pada tahun Material dari sadel bejana tekan harus A283 Gr. C dan memperkuat pelat-pelat yang secara langsung mengelas ke dinding (shell) harus memiliki material yang sama dengan shell bejana tekan. Jarak antara garis singgung kepala (head) dan pusat garis sadel tidak harus lebih dari 20% dari panjang garis singgung (L). Salah satu ujung dari bejana tekan horizontal biasanya berisi support geser untuk fasilitasi ekspansi thermal. Sudut kontak minimum yang disarankan oleh ASME adalah 120 0, kecuali untuk bejana tekan yang sangat kecil. 25
23 Gambar 2.8 Support tipe sadel (saddle) 2. Skirt, Kaki (leg) atau lug Bejana tekan tegak dapat didukung oleh support dengan skirt, kaki (leg) atau lug. Umumnya, bejana tekan tegak memiliki support skirt ketika bejana tekan memiliki diameter lebih dari 4 kaki atau ketika tinggi shell untuk rasio diameter melebihi sekitar 3. 26
24 A. Dudukan Support kaki untuk bejana tekan tegak Dudukan support kaki bejana tekan biasanya ringan, dan kaki menyediakan akses mudah ke bawah dari bejana tekan. Kaki dapat di buat dari siku (angle), U- channel, H-beam atau pipa dan jumlah kaki dapat 3, 4 atau tergantung dari diameter bejana tekan. Material dari kaki harus baja A36 atau dibuat juga dari A283 Gr. Atau A285Gr. C. Kaki lebih panjang dari sekitar 7 kaki (2.1m) sebaiknya gunakan palang yang mengait. Jangan gunakan kaki dimana getaran tinggi, kejutan atau layanan siklik yang diantisipasi di dalam bejana tekan. Gambar 2.9 Dudukan Support kaki untuk bejana tekan tegak B. Support Lug (Support Lugs) Bejana tekan yang menggunakan dudukan lug biasanya terletak di struktur. Dua atau empat lug umumnya digunakan. Lug sendiri biasanya memiliki dua gusset dan pelat atas. Memperkuat pelat dapat digunakan untuk mengeraskan 27
25 shell. Material dari lug sebaiknya baja A283 Gr. C atau A285 Gr. C. Jika tegangan lokal (local stress) di dalam shell di lokasi lug melebihi batas yang diperbolehkan, gunakan jenis ring girder. Elevasi dudukan support lug akan ditentukan oleh piping designer. Gambar 2.10 Support Lug C. Ring-girder Kadang-kadang ring girder yang terdiri dari cincin bagian atas dan bawah yang ditambahkan pada lug yang memiliki keuntungan dari momen puntir dan lentur yang dihasilkan dari pengalihan beban dari dinding bejana ke dudukan support. 28
26 Gambar 2.11 Ring-girder D. Skirt Ketika dudukan support pada skirt, garis tengah yang berkarat pada pelat skirt harus bertepatan dengan garis tengah yang berkarat pada pelat bawah dinding, dibulatkan ke terdekat 1/16 (1.5mm). Ketebalan minimum untuk skirt baja karbon (carbon steel) harus ¼ (6mm). Untuk ketebalan kepala bejana (head) 1 (25mm) dan lebih besar, ketebalan skirt harus tidak kurang 1/4 dari ketebalan bagian yang telah terpasang, kecuali bahwa ketebalan skirt tidak perlu melebihi 1-1/2 (38mm) dalam memenuhi persyaratan ini. Tidak ada karat yang diperlukan untuk skirt dan cincin dasar, kecuali diisyaratkan oleh spesifikasi klien, dan lain-lain. Skirt harus jenis yang lurus bila tinggi untuk rasio diameter dalam kurang dari 18 dan jenis bentuk yang menyebar luas (flare) bila tinggi untuk rasio diameter lebih besar dari atau sama dengan
27 Gambar 2.12 Skirt 30
28 2.5 Nosel-nosel (nozzles) Biasanya, standar ASME B16.5 Pipa flange untuk diameter nozzle 24 in. (600mm) dan kurang atau ASME B16.47 Seri B flange baja berdiameter besar untuk diameter nozzle lebih dari 24 in (600mm), digunakan untuk nosel flange. Flange non standar seperti ketebalan (girth) flange untuk shell dan tabung (tube) penukar panas akan desain sesuai Lampiran 2 dari ASME VIII divisi 1. Ketika flange standar dipilih, tidak ada perhitungan tambahan yang diperlukan. Beberapa jenis jenis flange yaitu weld neck, socket weld, ring-type joint, screwed dan slip-on. Flange slip-on biasanya digunakan untuk flange rating 150 PSI dan untuk nosel untuk tangki asmosfer (asmospheric tank). Flange weld neck harus digunakan untuk flange rating 300 PSI atau lebih tinggi. Gambar 2.13 Jenis-jenis flange 31
29 Beberapa jenis dari facing flange yaitu O-ring, raised face, recessed face, tongue and groove dan flate face. Raised face umumnya digunakan untuk flange rating 600 PSI atau lebih rendah, dan O-ring diterapkan untuk rating 900 PSI atau lebih tinggi. Recessed face umumnya diterapkan untuk mengarah ke body flange secara terbatas di dalam shell dan tabung penukar panas (tube heat exchanger). Gambar 2.14 Jenis-jenis facing flange Beberapa jenis-jenis nosel yaitu set-on long forged weld neck, set through pipe and weld neck flange, set-in with reinforcing pad, forged butt-wellded nozzle, dan forged nozzle and weld neck flange. Self reinforcing (SR) / forged nosel dianjurkan jika memenuhi salah satu dari berikut: 1. Rating flange 600 psi atau lebih tinggi 2. Ketebalan komponen shell lebih dari 2 inci (50mm). 3. Desain temperatur lebih F ( C) 32
30 4. Untuk servis suhu rendah maka dibutuhkan pengujian dengan Charpy V-Notch (CV-impact). Set-on biasanya diterapkan untuk nosel koneksi ke header di pendingin sirip udara (air fin cooler). Set-in dengan memperkuat pad biasanya diterapkan untuk nosel koneksi ke shell / kepala (head) dalam bejana tekan untuk flange rating 150 PSI dan 300 PSI Jenis-jenis nosel 33
31 2.6 Simbol-simbol peralatan tekanan Simbol peralatan tekanan pada umumnya digunakan dalam gambar skematik dan proses dan instrumentasi diagram (P&ID). Ada banyak variasi berdasarkan British standard (BS), IS, dan Amercian standard (ANSI). Dibawah ini adalah simbol-simbol dari perlatan tekanan. Gambar 2.16 Simbol-simbol Bejana tekan pada P&ID. 34
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) merupakan wadah tertutup yang dirancang untuk menampung dan memproses cairan atau gas pada temperatur
Lebih terperinciPERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK SEPARASI 3 FASA
ISSN: 1410-2331 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK SEPARASI 3 FASA Abdul Aziz, Abdul Hamid dan Imam Hidayat Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Email : abdul.aza@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup
Lebih terperinciProses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.
Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI.1 Vessel 1. Vessel merupakan salah satu contoh dari bejana bertekanan (Pressure Vessel) yang paling sederhana, hal ini dikarenakan bagian utama dari suatu Vessel hanya terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle (studi kasus separator unit karaha PT. Pertamina Geothermal Energy), secara garis
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div I terhadap variasi tekanan. Definisi bejana tekan berdasarkan
Lebih terperinciJurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013
Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 013 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati 1) A. Yudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div 1 terhadap variasi tekanan dan beban eksentris. Definisi bejana
Lebih terperinciSEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )
SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk
Lebih terperinciDAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Sesuai dengan perencanaan yaitu pembuatan air receiver tank dimana fluida dalam hal ini udara yang mempunyai tekanan disimpan didalam bejana tekan. Langkah pertama
Lebih terperinciSumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim
Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)
35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi
Lebih terperinciANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258
9 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 Fadhlika Ridha Program Studi Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.
Lebih terperinciTUTUP BEJANA ( HEAD )
TUTUP BEJANA ( HEAD ) Tutup tangki (head) adalah bagian tutup atas suatu tangki yang penggunaanya disesuaikan dengan tekanan operasi. Tutup bejana tersebut terbagi menjadi 5 bentuk yaitu : 1. Hemispherical
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS
PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS Ilham Kurniawan,Edi Septe.S, Iman Satria. Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung Hatta Jl. Gajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara
Lebih terperinciStainless and Heat-Resisting Crude Steel Production (in 000 metric tons)
Karakteristik Dan Pemilihan Material Ferritic Stainless Steel Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto Metallurgy and Materials Engineering Department 2007 Stainless and Heat-Resisting Crude Steel
Lebih terperinciIr. Hari Subiyanto, MSc
Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan
Lebih terperinciKERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL
KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL A. Kerangka Konsep Baja stainless merupakan baja paduan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dunia industri terutama industri kimia dan perminyakan banyak proses yang berhubungan dengan perubahan satu material ke material yang lain baik secara kimia maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baut adalah salah satu komponen pengikat, banyak digunakan dalam industri mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN TARIK Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK
ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY
ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY Disusun oleh : Dyan Ratna Mayangsari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses
Lebih terperinciPERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1
PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 Riki Candra Putra Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK Dalam
Lebih terperinciAvailable online at Website
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh PWHT dan Preheat pada Kualitas Pengelasan Dissimilar Metal antara Baja Karbon (A-106) dan Baja Sri Nugroho, Wiko Sudiarso*
Lebih terperinciBAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.
IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT
MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN
Lebih terperinciTIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik
1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-021-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Logam dan Mesin Mekanik Logam dan paduannya Kuat tarik (tensile strength) SNI 07-0408-1989 JIS Z 2241-1998
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Arthana(2014), meneliti tentang ketahanan aus lapisan ni-cr pada dinding silinder liner yang juga meneliti melalui proses powder flame spray coating. penelitian
Lebih terperinciDUPLEX STAINLESS STEEL
DUPLEX STAINLESS STEEL Oleh: Mohamad Sidiqi Pendahuluan Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat tinggi di berbagai kondisi lingkungan, khususnya pada atmosfer ambient
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan
Lebih terperinciKorosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas
Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas Yunita Sari, Siska Titik Dwiyati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : siska.td@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II
ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,
Lebih terperinciFabricating of Pressure Vessel
Fabricating of Pressure Vessel Kelompok 10: 1.Luthfie Ahmaddani (0706198663) 2.Rohman Hidayah (0706198814) 3.I Gede Wahyu Widiatmika Ariasa (0706198594) 4.Budi Susanto (0706198404) Design Standard : ASME
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bukit Asam adalah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia yang bertempat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. PT. Bukit Asam menggunakan pembangkit
Lebih terperinciPENGARUH HEAT TREATMENT
TUGAS AKHIR PENGARUH HEAT TREATMENT SESUDAH PENGELASAN (POST WELD) PADA BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KOMPOSISI KIMIA Disusun : CATUR WIDODO YUNIANTO
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA *Hendri Hafid Firdaus 1, Djoeli Satrijo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2
Lebih terperinciBAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI
BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi
Lebih terperinciDASAR-DASAR PENGELASAN
DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti pada saat ini, banyak orang beranggapan bahwa kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat mahal. Kesehatan seseorang bisa terganggu akibat
Lebih terperinciProses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin IC 02
Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin 20408335 4 IC 02 Latar Belakang Seperti halnya perusahaan perusahaan pembuat vessel dalam berbagai jenis
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL
ISSN : 2338-0284 Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Mirtha Angga S.R
TUGAS AKHIR Oleh : Mirtha Angga S.R 6607 040 006 PERANCANGAN VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PT SAIPEM MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 DAN ANALISA KEKUATANNYA BERDASAR SOFTWARE MSC NASTRAN LATAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciSIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA
SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA Oleh kelompok 7 AYU ANDRIA SOLIHAT (20130110066) SEPTIYA WIDIYASTUTY (20130110077) BELLA LUTFIANI A.Z. (20130110080) M.R.ERNADI RAMADHANI (20130110100) Pengertian Baja Baja
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA
PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA
Lebih terperinciPEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H
PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KiLN / HEAT TREATMENT
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201
PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Didalam sebuah Plant, entah itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore,
Lebih terperinciBAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN
BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23
DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23 2. Tabel 3.2. Penentuan ph dari konsentrasi Cl (table G-11, API 581)... 24 3. Tabel 3.3. Perkiraan laju korosi untuk
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciKINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK
Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN 1693-248X KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT
MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT Yurianto 1), Pratikto 2), Rudy Sunoko 3) Wahyono Suprapto 4) 1),2),3),4) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinci03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya
KLASIFIKASI BAJA KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA L U K H I M U L I A S 1 Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya 1) BAJA PEGAS Baja pegas adalah baja karbon yang mengandung 0,5-1,0% karbon
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset merupakan mesin dengan pembakaran dalam atau disebut motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi thermalnya. Untuk membangkitkan listrik sebuah mesin
Lebih terperinciDESIGN KONSTRUKSI BEJANA TEKANUNTUK SEPARATOR GAS (KAP. 9 MMSCFD), OIL (KAP. 200 BARREL/HARI) DAN WATER (KAP. 200 BARREL/HARI)
DESIGN KONSTRUKSI BEJANA TEKANUNTUK SEPARATOR GAS (KAP. 9 MMSCFD), OIL (KAP. 200 BARREL/HARI) DAN WATER (KAP. 200 BARREL/HARI) Ir. Aznam barun 1,. Fitroh Malik 2 Lecture 1,College Student 2,Departmen of
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak
Lebih terperinciBAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)
BAB 8 BEJANA TEKAN (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) adalah tempat penampungan suatu fluida baik berupa cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Bejana Tekan
Lebih terperinciBab II STUDI PUSTAKA
Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13
BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat
Lebih terperinci1. Pendahuluan Pembentukan Logam
1. Pendahuluan Pembentukan Logam Pembentukan logam adalah proses untuk mengubah benda kerja (work piece) dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis dan menjadi bentuk yang diinginkan.
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK 6 IWAN PONGO,ST,MT
MATERIAL TEKNIK 6 IWAN PONGO,ST,MT LINGKUP PEMAKAIAN DAN KRITERIA PEMILIHAN LOGAM DAN PADUAN 嗗 Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah (Carbon and Low Alloy Steels) Carbon Steels: ± 80% digunakan di industri
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA KONDISI MESIN
BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,
Lebih terperinci