REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU"

Transkripsi

1 Kementerian PPN/ Bappenas Laporan Pelaksanaan REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Disiapkan Oleh : DIREKTORAT TENAGA KERJA DAN PENGEMBANGAN KESEMPATAN KERJA Kementerian PPN/BAPPENAS

2

3 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU i 1. DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL...iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kegiatan Keluaran Kegiatan Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksana Kegiatan Sistematika Penulisan...6 BAB II REVITALISASI JEJAKMU UPAYA PENGENTASAN PENGANGGURAN KAUM MUDA INDONESIA Permasalahan Ketenagakerjaan Kaum Muda Indonesia Pengembangan Model Kegiatan Terpadu dari Lima Pilar JEJAKMU...18 BAB III PELAKSANAAN KEMITRAAN KELEMBAGAAN JEJAKMU DI KABUPATEN/KOTA Tahapan Pengembangan Kemitraan Multipihak untuk Kelembagaan JEJAKMU Sosialisasi Konsolidasi Pembentukan Monitoring dan Evaluasi Inisiasi Rencana Aksi Nasional Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan JEJAKMU di 6 (enam) Kabupaten/Kota Kabupaten Karawang Kota Bandar Lampung Kota Bandung Kota Semarang Kota Surabaya Kabupaten Timor Tengah Selatan...44

4 ii LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU BAB IV PENGEMBANGAN LAMAN JEJAKMU Pengembangan Laman JEJAKMU Bappenas Evaluasi dan Monitoring Laman JEJAKMU...60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...64

5 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU iii 2. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pekerja Formal dan Informal Berdasarkan Sektor Tahun Gambar 2.2 Pekerja Berdasarkan Lapangan Kerja...10 Gambar 2.3 Penganggur Usia Muda Menurut Tingkat Pendidikan...12 Gambar 2.4 Alur Tahapan Kelembagaan JEJAKMU...21 Gambar 3.1 Contoh Struktur Kelembagaan JEJAKMU di Tingkat Kabupaten/Kota...31 Gambar 4.1 Laman Depan Jejakmu.bappenas.go.id...49 Gambar 4.2 Halaman Profil JEJAKMU Bappenas...50 Gambar 4.3 Info Lowongan Pekerjaan di JEJAKMU...50 Gambar 4.4 Info Pemagangan di JEJAKMU...51 Gambar 4.5 Info Kewirausahaan di JEJAKMU...51 Gambar 4.6 Ekosistem JEJAKMU...52 Gambar 4.7 Nilai Unggul Kemitraan...52 Gambar 4.8 Kolaborasi dan Kemitraan dengan Pemerintah dan Non Government Organization...53 Gambar 4.9 Ilustrasi Teknis Integrasi...53 Gambar 4.10 Dukungan yang Dibutuhkan untuk Pengembangan Laman JEJAKMU...54 Gambar 4.11 Mitra Laman Kementerian yang Akan Terintegrasi dengan JEJAKMU...54 Gambar 4.12 Laman Kios3in Gambar 4.13 Laman Balai Latihan Kerja Industri Semarang...56 Gambar 4.14 Laman-laman Informasi Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan...57 Gambar 4.15 Dashboard Laporan TopKarir

6 iv LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 10. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Data Pengangguran Usia Muda (15-24 Tahun)...11 Tabel 2.2 Sosialisasi...22 Tabel 2.3 Peningkatan Kompetensi...23 Tabel 2.4 Penempatan...26 Tabel 3.1 Tugas dan Fungsi Secara Umum Para Pemangku Kepentingan di Kabupaten/Kota...32

7 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 1 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini angkatan kerja Indonesia khususnya kaum muda masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) angkatan kerja muda yang berusia tahun, yakni sebesar 22,59% atau setara dengan orang pada Agustus Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 22,20% atau setara dengan orang. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kaum muda, seperti pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai dan tidak relevan dengan kebutuhan dunia usaha, terbatasnya jumlah lapangan kerja serta terbatasnya akses informasi pasar kerja. Keberadaan kaum muda dalam suatu negara dapat memberi kontribusi yang berharga bagi perekonomian. Dengan semangat, inovasi, kreativitas, keberanian dan keterbukaan yang dimilikinya, kaum muda dapat menjadi peluang bagi negara dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2015, Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja muda sekitar 20, 34 juta orang baik perempuan maupun lakilaki yang berusia antara tahun. Besarnya jumlah kaum muda di Indonesia tentu harus disikapi dengan pembentukan berbagai kebijakan, yang mengarah pada pengembangan kualitas dan penciptaan lapangan kerja yang layak dan produktif bagi kaum muda. Hal ini dilakukan agar peluang besarnya jumlah kaum muda tersebut dapat menjadi motor bagi perwujudan masa depan Indonesia yang lebih baik. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Indonesia demi mewujudkan tujuan tersebut adalah revitalisasi kelembagaan Indonesia Youth Employment Network (IYEN) atau Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indonesia (JEJAKMU). Indonesia telah bergabung dalam Youth Employment Network (YEN) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 2001 dalam rangka pelaksanaan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs), dimana para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan sepakat untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang memberikan kesempatan kepada kaum muda dimana pun untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif. Jejaring ini merupakan kemitraan antara PBB, Bank Dunia, dan ILO untuk mempertemukan para pembuat kebijakan, pemimpin industri, perwakilan kaum muda, dan masyarakat sipil, untuk mencari pendekatan-pendekatan imajinatif terhadap lapangan kerja bagi kaum muda.

8 2 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang mengajukan diri secara sukarela sebagai lead country/negara pionir YEN. Guna mengkoordinasikan dan menyelaraskan semua kebijakan dan program untuk kaum muda, pada tahun 2002 Pemerintah Indonesia, dengan bantuan dari ILO, mendirikan the Indonesia Youth Employment Network (IYEN). Inisiatif ini dimaksudkan untuk membangun jaringan dan kemitraan diantara pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja, organisasi kaum muda dan kelompok masyarakat lainnya untuk menyatukan upaya dan sumberdaya dalam mengentaskan pengangguran kaum muda. Di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, IYEN mengembangkan Indonesia Youth Employment Action Plan (IYEAP) atau Rencana Aksi Nasional (RAN) Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia Dalam rangka menguatkan kelembagaan IYEN dan meningkatkan efektivitas RAN, kepemimpinan dalam mengkoordinasikan tujuan-tujuan IYEN, sebagaimana tercermin pula dalam Surat Menkoekon No. Ref.: S-44/M.EKON/07/2 kepada Secretary General United Nations H.E Ban Ki Moon, maka IYEN diserahkan kepada Bappenas dan menjadi Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia (JEJAKMU). JEJAKMU atau IYEN melibatkan para pembuat kebijakan dan perwakilan-perwakilan terkemuka dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, serta organisasi-organisasi kepemudaan. Banyak program dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda yang dilakukan pemerintah. Setidaknya terdapat 17 kementerian/lembaga dan beberapa organisasi (termasuk internasional) yang melaksanakan program-program untuk penganggur usia muda. Walaupun pelaksanaan kegiatan oleh para pemangku kepentingan yang mengacu kelima pilar JEJAKMU sudah banyak dilakukan, namun belum terasa dampaknya terhadap perluasan lapangan kerja kaum muda secara signifikan. Menurut Janti Gunawan yang telah mengevaluasi pada tahun 2011, menyatakan bahwa dari sekitar 63% kegiatan yang dilakukan K/L hanya 26% yang mentargetkan secara spefisik kaum muda. Selain itu pelaksanaan kegiatan belum terintegrasi dan manajemennya belum efektif. Kondisi ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya (1) IYEN/JEJAKMU belum memiliki dasar hukum yang kuat; (2) Jaringan kelembagaannya belum menjangkau ke tingkat daerah; (3) belum memiliki panduan pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing pemangku kepentingan yang masih bersifat sektoral. Kondisi ini yang membuat perlunya revitalisasi kelembagaan JEJAKMU ke tingkat kabupaten/ kota. Pada tahun 2015, JEJAKMU telah melakukan beberapa kegiatan koordinasi

9 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 3 dalam rangka memetakan program-program penganggur usia muda. JEJAKMU juga telah membangun pendataan terkait program tersebut. Selain itu, untuk menunjang kegiatan JEJAKMU dalam rangka menyebarluaskan informasi kegiatan maupun program-program penganggur usia muda baik oleh pemerintah maupun swasta, JEJAKMU bekerja sama dengan ILO Jakarta membangun laman JEJAKMU. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan khususnya terkait koordinasi dengan kementerian/lembaga dan memperkuat keberadaan dari JEJAKMU. Awalnya inisiatif revitalisasi pelembagaan JEJAKMU akan diadakan di 9 (sembilan) provinsi yang merupakan daerah percontohan yaitu: Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Lampung, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Aceh. Pada pelaksanaannya, kabupaten/kota yang dijadikan sebagai percontohan adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. 1.2 Tujuan Kegiatan Tujuan dilaksanakannya koordinasi penguatan kelembagaan IYEN ini adalah untuk : (1) memperoleh masukan arah keberlanjutan dari kelembagaan JEJAKMU; (2) memperoleh masukan bagaimana best practice dari pihak-pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan kelembagaannya;(3) memperoleh masukan bagaimana membangun suatu kelembagaan yang baik. 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan koordinasi ini, antara lain mencakup rangkaian forum diskusi/seminar/diskusi teknis untuk membahas bagaimana mengembangkan kelembagaan JEJAKMU agar lebih terstruktur sehingga memperkuat keberadaan JEJAKMU dan diharapkan adanya rekomendasi pengembangan kelembagaan JEJAKMU. Kegiatan koordinasi diantaranya meliputi: Seminar Nasional JEJAKMU Bappenas Peluncuran Laman Jejakmu.Bappenas.or.id Workshop Sosialisasi Jejakmu di 6 (enam) Kabupaten/ Kota Workshop Konsolidasi Pengembangan Laman Jejakmu.bappenas.or.id 1.4 Keluaran Kegiatan Dari hasil kegiatan koordinasi penguatan kelembagaan IYEN, diharapkan nantinya kelembagaan JEJAKMU-IYEN dapat diperkuat dan lebih aktif dalam melakukan kegiatannya. Sebagai hasil administrasi, akan disusun satu laporan hasil kegiatan koordinasi.

10 4 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 1.5 Pelaksana Kegiatan Kegiatan koordinasi ini dilaksanakan secara swakelola oleh Direktorat Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Januari s/d Desember 2015 (12 bulan) Dalam melaksanakan kegiatan Koordinasi ini dibentuk Tim Koordinasi Pendanaan Pelatihan yang terdiri dari: Pengarah Kegiatan (1 orang) bertugas untuk memberikan arahan bagi terlaksananya kegiatan koordinasi. Penanggung Jawab Kegiatan (1 orang) Ketua Tim (1 orang) Sekretaris Tim (1 orang) Anggota Tim (16 orang) bertugas sebagai pelaksana di lapangan Tenaga Pendukung (5 orang) bertugas sebagai pendukung pelaksana koordinasi yang bertugas menyiapkan bahan-bahan bagi terlaksananya kegiatan koordinasi. Anggota tim terdiri dari pejabat dan staf di lingkungan Direktorat Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas, lintas sektor di Bappenas dan lintas kementerian/lembaga untuk membantu kegiatan Penguatan Kelembagaan Indonesia Youth Employment Network (IYEN). Awalnya inisiatif revitalisasi pelembagaan JEJAKMU akan diadakan di 9 (sembilan) provinsi yang merupakan daerah percontohan yaitu : Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Lampung, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Aceh. Pada pelaksanaannya, ada 6 (enam) kabupaten/ kota yang dijadikan sebagai percontohan yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

11 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 5 Kegiatan dilaksanakan selama 12 bulan (Januari s/d Desember 2015) dengan jadwal sebagai berikut : No Keterangan Persiapan pelaksanaan kegiatan Pengumpulan bahan dan data Pelaksanaan forum diskusi /seminar/diskusi teknis 4 Kunjungan ke daerah Penyusunan laporan awal Penyusunan laporan tengah Penyusunan laporan akhir Bulan Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kegiatan Koordinasi Penguatan Kelembagaan JEJAKMU adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Kegiatan 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Keluaran 1.5. Pelaksana Kegiatan 1.6. Sistematika Penulisan BAB 2 REVITALISASI JEJAKMU UPAYA PENGENTASAN PENGANGGUR KAUM MUDA INDONESIA 2.1. Permasalahan Ketenagakerjaan Kaum Muda Indonesia 2.2. Pengembangan Model Kegiatan Terpadu dari Lima Pilar JEJAKMU BAB 3 PELAKSANAAN KEMITRAAN KELEMBAGAAN JEJAKMU DI KABUPATEN/KOTA 3.1. Tahapan Pengembangan Kemitraan Multipihak untuk Kelembagaan JEJAKMU Sosialisasi Konsolidasi Pembentukan Monitoring dan Evaluasi Inisiasi Rencana Aksi Nasional

12 6 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 3.2. Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan JEJAKMU di 6 (Enam) Kabupaten/Kota Kabupaten Karawang Kota Bandar Lampung Kota Bandung Kota Semarang Kota Surabaya Kabupaten Timor Tengah Selatan BAB 4 PENGEMBANGAN LAMAN JEJAKMU 4.1. Pengembangan Laman JEJAMU Bappenas 4.2. Evaluasi dan Monitoring Laman JEJAKMU BAB 5 KESIMPULAN 2.

13 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 7 3. BAB II REVITALISASI JEJAKMU UPAYA PENGENTASAN PENGGANGGURAN KAUM MUDA INDONESIA Pengentasan pengangguran kaum muda merupakan persoalan yang harus dipecahkan bersama. Hal ini sudah tertuang dalam arah kebijakan Arah Pembangunan Pasca 2015: Bahan Pemikiran untuk Indonesia (Bappenas: 77-97). Salah satu bentuk yang diharapkan ada dan dapat membantu kaum muda dalam memperoleh pekerjaan adalah informasi pasar kerja. Informasi pasar kerja diharapkan dapat membantu upaya peningkatan mekanisme kegiatan antar kerja, sehingga mobilisasi tenaga kerja akan meningkat, baik tingkat lokal, antar daerah maupun antar negara. Dalam rangka mempertemukan pencari kerja dengan pemberi kerja, maka perlu upaya pengembangan dan penyempurnaan pasar tenaga kerja. Namun akan tetapi fungsi ini belum berjalan penuh. Belum memadainya sarana dan kepasitas petugas antar kerja ditambah tidak lancarnya informasi dari daerah ke pusat menyebabkan kurang terolah dan termanfaatkannya informasi tenaga kerja dengan baik, serta kurang relevannya informasi kepada pihak yang berkepentingan. Sering kali kekinian informasi dari bursa tenaga kerja dari pemerintah terlambat, sehingga kurang berguna bagi pencari kerja. Hal tersebut menyebabkan sukarnya mempertemukan pencari kerja dan pemberi kerja serta terhambatnya mobilitas tenaga kerja baik antar jabatan, antar daerah maupun antar negara. Dengan semakin tingginya tuntutan dunia usaha merespon perubahan yang terjadi, yang semakin membutuhkan tenaga terampil dan menginginkan lowongan kerja dapat terisi dengan tepat, perlu dilakukan suatu terobosan agar informasi pasar kerja dapat lebih tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu agenda prioritas pembangunan. Berbagai masalah ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti angkatan kerja yang masih didominasi tingkat pendidikan yang rendah, kualitas atau kompetensi angkatan kerja yang masih rendah, ketidaksesuaian antara kualifikasi lowongan kerja dan pencari kerja, terbatasnya lapangan kesempatan kerja formal dan masih rendahnya minat untuk berwirausaha.

14 Gambar 2.1 Pekerja Formal dan Informal Berdasarkan Sektor Tahun 2015 Sumber: Sakernas Agustus 2015, BPS (diolah) Dari data di atas terlihat sektor pertanian menjadi sektor dengan jumlah pekerja informal terbanyak yakni 87,12% atau orang, disusul oleh sektor jasa dan lainnya dan sektor industri. Jumlah pekerja formal terbanyak dimiliki oleh sektor industri yakni 69,86% atau orang, disusul oleh sektor jasa dan lainnya serta sektor pertanian. Dari aspek ketersediaan lapangan kerja, sejak tahun 2002 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian semakin menurun dari sekitar 43% sampai 38% pada tahun 2013, kondisi ini kian menurun sampai tahun 2015 sekitar 37%. Untuk sektor industri cukup tidak mengalami banyak perubahan yakni sekitar 20% hingga tahun Kondisi sebaliknya terjadi peningkatan di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan yang cenderung naik dari tahun 2008 sekitar 21% hingga sekitar 25% di tahun Kenaikan juga terlihat pada sektor bangunan sekitar 10% pada tahun 2015, hal ini disebabkan juga karena banyaknya pembangunan infrastuktur di Indonesia. Dari jenis pekerjaan utama, kaum muda usia tahun masih mendominasi dari sektor perdagangan dan pertanian, menyusul jasa kemasyarakatan, industri dan bangunan.

15 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 9 Gambar 2.2 Pekerja Berdasarkan Lapangan Kerja Selain ketersediaan lapangan kerja yang terbatas seperti telah diuraikan di atas, rendahnya kualitas tenaga kerja yang ditunjukkan dengan masih rendahnya penguasaan kompetensi kerja sehingga tidak sepenuhnya dapat diterima pasar kerja juga merupakan persoalan yang harus dihadapi. Hal ini mengakibatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand dan Philipina. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2015, tercatat Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) Nasional usia tahun sebesar 22,59% atau setara dengan orang dari total orang yang merupakan angkatan kerja usia tahun. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yaitu 22,20% atau setara dengan orang dari total orang pada Tabel 2.1 Data Pengangguran Usia Muda (15-24 Tahun) Tahun Angkatan Kerja Pekerja Pengangguran Terbuka TPT (%) ,45 % ,99 % ,56 % ,64 % ,20 % ,59% Sumber: Sakernas Agustus 2015, BPS (diolah)

16 10 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 2.1 Permasalahan Ketenagakerjaan Kaum Muda Indonesia Ada beberapa kendala kaum muda dalam mendapatkan pekerjaan yang layak diantaranya sistem pendidikan dan pelatihan yang belum memadai. Mutu, relevansi dan kesetaraan sistem pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk dapat mengikuti permintaan pasar kerja yang semakin membutuhkan tenaga terampil. Keluhan dunia usaha bahwa tenaga kerja Indonesia tidak atau kurang mempunyai keterampilan yang memadai cukup memprihatinkan. Beberapa studi menyatakan bahwa ada kesenjangan keterampilan yang dihasilkan dunia pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan dunia usaha sehingga mengakibatkan lowongan menjadi tidak terisi. Gambar 2.3 Penganggur Usia Muda Menurut Tingkat Pendidikan Sumber : Sakernas Agustus 2015, BPS (diolah) Dari data di atas terlihat pada usia tahun, jumlah penganggur terbanyak memiliki tingkat pendidikan SMA dan Paket C yakni orang, sedangkan pada tingkat pendidikan universitas tidak terdapat penganggur. Pada usia tahun, jumlah penganggur terbanyak memiliki tingkat pendidikan SMA dan Paket C yakni sekitar orang dan jumlah paling sedikit terdapat pada tingkat pendidikan tidak/belum tamat SD yakni sekitar orang. Pada usia tahun, tingkat pendidikan dengan jumlah penganggur terbanyak terdapat pada SMA dan Paket C dengan orang, sedangkan jumlah penganggur paling sedikit terdapat pada tingkat pendidikan tidak/belum pernah sekolah yaitu sekitar orang.

17 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 11 Kendala lainnya adalah rendahnya pengakuan sertifikasi kompetensi pekerja. Rendahnya keahlian tenaga kerja Indonesia dirasakan masih menjadi kendala utama bagi dunia usaha. Rendahnya keahlian ini akan mempersempit ruang bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang masih menghadapi masalah yang mendasar, yaitu adanya ketidaksesuaian antara bidang kejuruan, mutu dan kuantitas yang dibutuhkan pasar kerja dengan yang dihasilkan oleh lembaga pelatihan kerja. Ketimpangan ini dapat pula terjadi karena sistem pelatihan belum berorientasi pada demand driven, diikuti lemahnya relevansi dan koordinasi di antara lembaga/ institusi terkait yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan latihan kerja. Dalam jangka menengah hingga jangka panjang, seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan di tempat kerja (global workplace), standar kompetensi international sudah merupakan keharusan. Pengembangan standar kompetensi kerja mempertimbangkan berbagai jenis profesi yang berkembang di Indonesia, dengan menentukan skala prioritas pengembangan. Hal yang menjadi tantangan adalah mewujudkan sertifikasi kompetensi kerja agar dapat diakui secara nasional maupun internasional. Kendala lain dari kaum muda yang berasal dari latar belakang ekonomi miskin pedesaan dan penduduk asli adalah kesulitan untuk mengakses dan menyelesaikan pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi karena rendahnya kualifikasi pendidikan yang mereka miliki sebelumnya. Begitu pula halnya dengan pelatihan yang dapat diakses oleh kelompok rentan seperti kelompok yang berkebutuhan khusus. Perlu adanya usaha memperkuat kerja sama dengan pemerintah, akademisi dan dunia usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan mutu pendidikan dan keterampilan, sistem pendidikan dan sistem pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi juga masih belum memenuhi kualitas yang diharapkan. Lembaga pelatihan yang ada masih terbatas kapasitasnya dalam melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi. Keterbatasan prasarana, peralatan, sarana pelatihan dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan berkurangnya kemampuan lembaga-lembaga pelatihan untuk memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Penyelenggara pelatihan kerja belum banyak yang mengembangkan standar kompetensi kerja nasional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Sebaliknya lembaga-lembaga pelatihan kerja yang telah menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi belum memiliki suatu kriteria dan standar yang lazim digunakan untuk lembaga pelatihan berbasis kompetensi. Tantangan yang dihadapi adalah kemampuan lembaga penelitian yang merespon perubahan pasar kerja yang cepat bekerja sama dengan asosiasi profesi dan industri untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan.

18 12 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Umumnya pelatihan keterampilan yang tersedia lebih ditujukan kepada angkatan kerja yang belum bekerja, khususnya golongan pemuda dan wanita agar mereka siap memasuki lapangan kerja atau menciptakan lapangan kerja produktif secara mandiri. Tetapi pelatihan keterampilan juga diberikan kepada angkatan kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan manajemen. Penggangguran kaum muda yang cukup tinggi adalah cerminan dari ketidaksiapan mereka memasuki pasar kerja yang semakin menuntut keterampilan lebih tinggi. Untuk menjembatani peralihan dari dunia pendidikan ke dunia kerja, pembinaan melalui sistem pemagangan dapat digunakan. Sistem pemagangan formal di Indonesia masih relatif kecil dalam jumlah peserta dan bidang keterampilan yang ditawarkan. Masih terdapat banyak pemagangan yang dilakukan secara informal tanpa adanya standarisasi keterampilan. Untuk menghadapi tuntutan globalisasi, dunia usaha di Indonesia, maka perlu mempunyai lebih banyak tenaga kerja terampil yang dapat diperoleh dari lulusan sekolah menengah yang apabila diberi pelatihan yang memadai, dapat diharapkan menduduki pekerjaan untuk kepentingan produksi ekspor. Oleh karena itu, memiliki sistem pemagangan yang memberikan kerangka komprehensif dalam program, target, akreditasi dan sertifikasi pelatihan menjadi suatu sistem yang lebih modern dan komprehensif serta memayungi semua kegiatan pemagangan formal dan informal, perlu menjadi bahan pemikiran ke depan. Selain itu, Indonesia juga masih menghadapi sejumlah tantangan dalam meningkatkan produktivitas dan perluasan kesempatan kerja, berbagai tantangan tersebut sebagaimana tercantum dalam Agenda Pembangunan Bidang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , antara lain : 1. Meningkatkan produktivitas melalui realokasi tenaga kerja ke arah sektor dan sub-sektor kegiatan ekonomi dengan produktivitas tinggi. Tantangan ini terkait dengan transformasi structural sektor ekonomi ke arah sektor bernilai tambah tinggi. Pertumbuhan yang diharapkan adalah pertumbuhan yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan tetap meningkatkan produktivitas. a. Sektor pertanian merupakan pemberi kesempatan kerja besar dan membantu dalam ketahanan pangan bagi jutaan orang; b. Sektor industri mempunyai potensi dapat menggerakkan pertumbuhan, menciptakan kesempatan kerja dan membawa

19 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 13 perbaikan pada kesejahteraan hidup. Industri padat pekerja juga didorong untuk memberikan pekerjaan bagi penduduk yang tingkat pendidikannya rendah. 2. Meningkatkan standar hidup pekerja, terutama bagi penduduk 40% dengan pendapatan terendah (termasuk pekerja miskin), melalui penyediaan kesempatan kerja produktif. Tantangan ini erat kaitannya dengan (i) terbukanya lapangan kerja baru menjadi salah satu sarana meningkatkan pendapatan penduduk, (ii) terciptanya lapangan kerja baru melalui investasi baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri, (iii) ketersediaan kesempatan kerja produktif bagi penganggur dan pekerja miskin, (iv) standar hidup pekerja miskin ditingkatkan melalui penyediaan kesempatan kerja khususnya bagi pekerja rentan. 3. Meningkatkan penyediaan kesempatan kerja bagi angkatan kerja usia muda sesuai tingkat pendidikannya. Tantangan ini terkait dengan: (i) meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja usia muda (19-24 tahun) berpendidikan tinggi, (ii) persebaran angkatan kerja antar pulau dan antar provinsi/kabupaten/kota yang tidak merata berimplikasi pada ketimpangan faktor produksi tenaga kerja antar daerah, dan (iii) adanya peluang bonus demografi yang mengkaitkan penduduk dan ekonomi. 4. Membekali tenaga kerja Indonesia dengan keterampilan dan keahlian dalam menghadapi keterbukaan pasar. Pergerakan bebas tenaga kerja (free movement of labor) hanya berlaku untuk tenaga kerja yang memiliki keterampilan atau skilled labor. Selain perlu meningkatkan daya saing tenaga kerja melalui peningkatan keterampilan dan keahlian, perlu adanya mekanisme perlindungan tenaga kerja domestic melalui kebijakan yang sesuai dengan kesepakatan internasional. Untuk memperluas lapangan kerja bagi kaum muda, pemerintah melalui Bappenas telah membentuk forum koordinasi lintas sektoral yang disebut JEJAKMU (Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia) atau IYEN (Indonesia Youth Employment Network). Pembentukan JEJAKMU merupakan respon pemerintah Indonesia terhadap Deklarasi PP mengenai perluasan lapangan kerja kaum muda (the UN s MDG s on Youth Employment) pada tahun Pada awalnya JEJAKMU berada di bawah koordinasi Menko Perekonomian, kemudian pada tahun 2010 dialihkan kepada Bappenas, khususnya Direktorat Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.

20 14 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU JEJAKMU didukung oleh berbagai kementerian/lembaga yang mempunyai program perluasan kesempatan kerja melalui kegiatan lima pilar JEJAKMU diantaranya Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pemuda dan Olah Raga, dll. Selain didukung oleh kementerian/lembaga, forum koordinasi JEJAKMU juga didukung oleh APINDO dan Indonesia Business Links. Pada perkembangannya, forum koordinasi JEJAKMU menggunakan model program pemberdayaan kaum muda ketika penerapan pola kemitraan di tingkat kabupaten/kota, seperti yang dilakukan Indonesia Business Links, Plan Indonesia dan Save the Children. Lebih lanjut, sehubungan dengan adanya 9 (sembilan) kategori inisiatif ketenagakerjaan kaum muda yang disusun oleh Bank Dunia, Pemerintah Indonesia melalui berbagai programnya telah merespon hampir seluruh kategori intervensi yang ada. Kategori-kategori tersebut, antara lain : 1. Membuat pasar kerja berfungsi lebih baik bagi kaum muda; 2. Meningkatkan kesempatan untuk menjadi pengusaha muda; 3. Pelatihan keahlian bagi kaum muda; 4. Membuat sistem pelatihan berfungsi lebih baik bagi kaum muda; 5. Program untuk menghindarkan tersingkirnya kaum muda yang kurang beruntung; 6. Meningkatkan kebijakan pasar kerja agar bermanfaat bagi kaum muda; 7. Pendekatan yang komprehensif; 8. Lainnya, seperti program nasional pemberdayaan masyarakat yang mewadahi aspirasi dari bawah untuk penciptaan lapangan kerja. Namun respon yang memberi perhatian pada kaum muda masih terbatas, hanya 25,8% program yang menargetkan secara spesifik pada kaum muda. Begitu pula halnya dengan pelaksanaan kegiatan oleh para pemangku kepentingan yang mengacu pada Lima Pilar JEJAKMU. Walaupun berbagai kegiatan sudah banyak dilakukan, namun belum terasa dampaknya terhadap perluasan lapangan kerja kaum muda secara signifikan. Menurut Janti Gunawan yang telah mengevaluasi Program JEJAKMU pada tahun 2011, menyatakan bahwa dari sekitar 63% kegiatan yang dilakukan kementerian/lembaga hanya 26% yang mentargetkan secara spefisik kaum muda. Selain itu pelaksanaan kegiatan belum terintegrasi dan manajemennya belum efektif.

21 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 15 Kondisi ini disebabkan beberapa faktor, antara lain : (1) IYEN/JEJAKMU belum memiliki dasar hukum yang kuat; (2) Jaringan kelembagaannya belum menjangkau ke tingkat daerah; (3) belum memiliki panduan pelaksanaan kegiatan oleh masingmasing pemangku kepentingan yang masih bersifat sektoral. Kondisi ini yang membuat perlunya revitalisasi kelembagaan JEJAKMU ke tingkat kabupaten/kota. Revitalisasi kelembagaan JEJAKMU berfungsi, antara lain : a) Menyusun National Youth Employment Action Plan (Rencana Aksi Nasional Ketenagakerjaan Bagi Kaum Muda); b) Menyiapkan panduan dan dukungan untuk perencanaan dan pelaksanaan rencana aksi baik di tingkat provinsi maupun kabupaten; c) Menfasilitasi kemitraan dan membangun jejaring ketenagakerjaan kaum muda; d) Menggalang dukungan dan sumber daya dari organisasi nasional maupun internasional untuk memperkuat pemberdayaan tenaga kerja muda; e) Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait program-program kegiatan JEJAKMU. Selanjutnya, revitalisasi kelembagaan JEJAKMU di daerah akan dilakukan melalui 4 (empat) tahap, yaitu : a) Identifikasi potensi jaringan kelembagaan di kabupaten/kota yang dilakukan melalui identifikasi mitra, sosialisasi inisiatif Lima Pilar JEJAKMU dan membentuk forum koordinasi Lima Pilar JEJAKMU; b) Mensinergikan pemangku kepentingan di kabupaten/kota yang dilakukan melalui koordinasi diantara Bappeda, dinas terkait, SMK/BKK, BLK dan LSM serta pembagian tugas sesuai Tiga Pilar JEJAKMU; c) Mengembangkan model kegiatan terpadu dari Lima Pilar JEJAKMU; d) Monitoring dan evaluasi. Strategi yang digunakan untuk memperkuat jaringan dan kelembagaan JEJAKMU akan dilakukan dengan (1) membentuk kelembagaan JEJAKMU tingkat provinsi dan kabupaten/kota; (2) menetapkan legalitas atau dasar hukum JEJAKMU tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota; (3) menetapkan tugas, fungsi dan mekanisme kerja JEJAKMU tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota; (4) melakukan sinkronisasi dan sinergi kegiatan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya.

22 16 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 2.2 Pengembangan Model Kegiatan Terpadu dari Lima Pilar JEJAKMU Model kegiatan terpadu Lima Pilar JEJAKMU menggambarkan alur kegiatan fasilitasi kepada kaum muda untuk mendapatkan pekerjaan yang layak (decent work) dan memulai usaha yang berskala ekonomi mikro maupun kecil. Model ini dikembangkan berdasarkan pengalaman lapangan kementerian maupun lembaga juga lembaga swadaya masyarakat dalam penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda. Kelima Pilar JEJAKMU tersebut adalah: a. Pilar Kebijakan Ketenagakerjaan Kaum Muda Peningkatan penyerapan tenaga kerja kaum muda akan lebih cepat terjadi dengan adanya kebijakan ketenagakerjaan yang fokus dan mendukung tujuan tersebut. Peninjauan kembali segala kebijakan ketenagakerjaan juga diperlukan untuk memfasilitasi kesempatan kerja yang lebih besar bagi kaum muda. b. Pilar Pendidikan Keahlian untuk Bekerja Kebijakan pendidikan keahlian untuk bekerja ditujukan untuk mempersiapkan tenaga kerja muda masuk ke dalam pasar kerja. c. Pilar Pemagangan Pemagangan sebagai salah satu strategi untuk mempersiap tenaga kerja muda untuk masuk ke dalam pasar kerja dengan terjun langsung ke dalam dunia kerja maupun dunia usaha sehingga mereka mampu menyesuaikan atau menguasai keterampilan dan keahlian. d. Pilar Pengembangan Kewirausahaan Pengembangan kewirausahaan adalah peningkatan keterampilan kewirausahan (entrepreneurship) sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan juga orang lain. Dengan adanya dorongan dari pemerintah secara aktif untuk berwirausaha, kaum muda diharapkan dapat lebih cepat terserap ke dalam pasar kerja. e. Pilar Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Segala upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas bagi kaum muda tidak akan dapat berjalan tanpa adanya dukungan dari semua pihak yang terlibat sebagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, perlu adanya media yang dapat mengakomodasi dalam berbagi pengetahuan (knowledge sharing) yang

23 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 17 membantu tercapainya tujuan program JEJAKMU. Fungsi utama media ini adalah berbagi pengetahuan mengenai kebijakan dan program ketenagakerjaan kaum muda yang dimiliki oleh berbagai kementerian/lembaga. Untuk mendukung Pilar Berbagi Pengetahuan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas hingga saat ini sedang membangun media yang akan digunakan untuk berbagi pengetahuan (knowledge sharing) melalui pengembangan laman yang berfungsi sebagai portal pengetahuan untuk menyebarkan informasi secara luas kepada masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda. Laman tersebut memuat segala informasi mengenai program JEJAKMU mulai dari sejarah pendiriannya hingga langkah revitalisasi yang sedang dilakukan pemerintah serta berbagai program yang melibatkan kaum muda yang dimiliki oleh kementerian/lembaga. Selain menjadi portal pengetahuan, fungsi utama dari laman JEJAKMU adalah menyediakan informasi lowongan pekerjaan dan pemagangan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tidak hanya itu, sebagai upaya meningkatkan antusiasme kaum muda Indonesia dalam menyukseskan program revitaslisasi JEJAKMU, laman tersebut juga akan menyajikan informasi pendukung seputar ketenagakerjaan kaum muda, seperti saran-saran dalam melamar pekerjaaan, kisah sukses wirausaha muda Indonesia, dan informasi-informasi kaum muda lainnya. Informasi JEJAKMU dapat diakses melalui kanal jejakmu.bappenas.go.id dalam laman bappenas.go.id. Model keterpaduan kelembagaan JEJAKMU meliputi tahapan dan alur kegiatan. Masing-masing tahapan tersebut adalah pendataan, sosialisasi, peningkatan kompetensi dan penempatan kerja (Sumarna, Revatilisasi IYEN: Langkah Ke Depan Pengembangan Lapangan Kerja Berkualitas untuk Kaum Muda, 2014).

24 18 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU JEJAKMU. Berikut ini alur untuk menggambarkan model keterpaduan kelembagaan Gambar 2.4 Alur Tahapan Kelembagaan JEJAKMU Keterangan: a. Pendataan Pendataan dilakukan pada tingkat nasional/pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan pendataan calon peserta program JEJAKMU yang terdiri kaum muda yang berusia antara tahun yang terdiri dari mereka yang putus sekolah, penganggur, maupun lulusan SLTA/PT. Data diperoleh dari BPS, Dinas Ketenagakerjaan dan Pendidikan, serta sumber lainnya. b. Sosialisasi dan Rekrutmen Pada tahapan sosialisasi, kegiatan yang penting adalah kegiatan di tingkat kabupaten/kota yaitu memberikan informasi dan bimbingan kepada kaum muda untuk memilih jalur karir. Tahapan tersebut dilaksanakan seperti tabel berikut

25 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 19 Tabel 2.2 Sosialisasi Untuk tingkat nasional sosialisasi dilakukan oleh Bappenas beserta kementerian/lembaga yang mempunyai program peningkatan keahlian bagi kaum muda, APINDO, LPKP (Kemenpora), beserta LSM yang mempunyai program pemberdayaan bagi kaum muda. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sosialisasi dilakukan di SKPD, Kadinda, FKJP (Forum Pemagangan) serta para mitra kelompok kerja. Program ini disosialisasikan kepada calon peserta ke sekolah-sekolah setingkat SLTA, Bursa Kerja Khusus (BKK), Balai Latihan Kerja (BLK), Karang Taruna, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dll. Informasi yang disampaikan meliputi program JEJAKMU meliputi peluang kerja dan kesempatan usaha. Proses sosialisasi dan rekrutmen, selain mendatangi langsung tempat di atas, juga dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Setelah calon peserta mendapatkan informasi tentang program JEJAKMU, mereka kemudian diseleksi melalui konseling minat bakat untuk menentukan minat dan bakat peserta calon pencari kerja untuk mengikuti program pelatihan Kerja atau kewirausahaan. c. Peningkatan Kompetensi Setelah menjalani konseling minat dan bakat, peserta dibagi untuk memilih program untuk menjadi pekerja terampil atau memulai usaha mandiri atau tahapan peningkatan kompetensi. Pada tingkat nasional kegiatan utamanya adalah menetapkan kebijakan tentang penerapan pelatihan dan pemangangan berbasis kompetensi untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di tingkat

26 20 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU kabupaten kota berupa Standar Nasional (SKKNI) dan standar khusus. Pada tingkat provinsi kegiatan utamanya adalah sosialisasi program diklat dan pemagangan berbasis kompetensi yang dilakukan di BLK atau LPK milik Kementerian dan Lembaga. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, dilakukan layanan teknis berupa pendidikan dan pelatihan kerja dan wirausaha serta sertifikasi. Peserta dibagi menjadi peminatan untuk pengembangan keterampilan teknis dan wirausaha. Tabel 2.3 Peningkatan Kompetensi 1) Peserta Pelatihan untuk Siap Kerja Peserta dengan peminatan menjadi pekerja terampil menjalani beberapa tahapan agar siap bekerja, yaitu: i. Pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skill Training) Peserta diberikan pengayaan untuk pengembangan karakter menjadi pekerja yang mempunyai disiplin dan etos kerja yang tinggi, seperti mengelola emosi, manajemen waktu, kemampuan komunikasi, pengelolaan konflik, mengelola keuangan pribadi, dan menjaga kesehatan diri. ii. Pelatihan Teknis/Pemagangan Berbasis Kompetensi (sertifikasi) Peningkatan keahlian dan keterampilan tenaga kerja merupakan keharusan, terutama untuk menghadapi persaingan pasar tenaga kerja yang semakin berat dan terbuka. Pelatihan teknis diadakan dengan menyesuaikan antara kebutuhan

27 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 21 industri yang ada di kabupaten/kota yang dihubungkan dengan kesiapan Balai Latihan Kerja (BLK). Pemagangan merupakan bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan dengan terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja /buruh yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan jasa di perusahaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Kegiatan pemagangan dilakukan agar kaum muda dapat memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari selama pelatihan teknis dan untuk mempelajari secara detail tentang seluk beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini yang kemudian menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Kegiatan pemagangan dapat dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Negara tujuan pemagangan yang sering dilakukan adalah Jepang dan Korea Selatan. Koordinasi kegiatan pemagangan dilakukan di bawah Direktorat Pemagangan, Kementerian Ketenagakerjaan. iii. Pelatihan/Bimbingan Aplikasi Kerja Pelatihan ini diadakan untuk mempersiapkan peserta memasuki dunia kerja. Materi yang diberikan seperti cara membuat curriculum vitae dan surat lamaran, mengetahui hak-hak pekerja, serta menghadapi tes wawancara. 2) Peserta Pelatihan Kewirausahaan Peserta dengan peminatan menjadi wirausaha muda yang terampil menjalani beberapa tahapan agar siap membuka usahanya yaitu: i. Pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skill Training) Seperti peserta program pelatihan untuk siap kerja, peserta pelatihan untuk kewirausahaan juga dibekali keterampilan hidup (life skill). Materi yang diberikan mengenai pengembangan karakter menjadi wirausaha yang mempunyai disiplin dan etos kerja yang tinggi, seperti mengelola emosi, manajemen waktu, kemampuan komunikasi, pengelolaan konflik, mengelola keuangan pribadi, dan materi yang berkaitan dengan pelayanan terhadap pelanggan.

28 22 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU ii. Pelatihan Teknis/Pemagangan di bidang Kewirausahaan Pelatihan ini diberikan sebagai pembekalan menjadi wirausaha mandiri sesuai jenis usaha yang digeluti. Materi yang diberikan berupa pengenalan ide usaha (bussiness planning), pemasaran, serta pengelolaan keuangan usaha. Selain itu dilakukan pula kegiatan pemagangan di bidang kewirausahaan, sehingga peserta mendapatkan bimbingan langsung dari para mentor bisnis. Cara ini menjadikan peserta memiliki kesempatan dalam menjalani persaingan di dunia usaha. iii. Pendampingan Usaha Mandiri (Mentoring Bussiness) Tidak mudah bagi kaum muda untuk memulai usaha. Untuk itu mentoring bisnis harus dilakukan meskipun usahanya sudah berjalan. Selain itu kaum muda juga membutuhkan bantuan teknis/ modal/ informasi pasar, sehingga usaha yang dijalankan oleh kaum muda dapat berkembang. d. Penempatan Untuk peserta yang memilih menjadi pekerja terampil, setelah menjalani kegiatan pelatihan life skill dan pelatihan persiapan memasuki dunia kerja atau pemagangan, maka peserta mulai disalurkan ke perusahaan yang membutuhkan keterampilan yang telah dikuasai peserta program. Tabel 2.4 Penempatan

29 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 23 Sedangkan peserta yang mempunyai minat menjadi wirausaha muda terampil yang telah menjalani pelatihan life skill, kewirausahaan, serta mendapat mentoring business dapat memulai bisnis sesuai dengan permintaan atau sumber daya lokal yang ada di sekitarnya

30

31 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU BAB III PELAKSANAAN KEMITRAAN KELEMBAGAAN JEJAKMU DI KABUPATEN/KOTA Pengembangan kelembagaan JEJAKMU dilakukan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten kota. Di tingkat pusat, JEJAKMU nantinya akan diperkuat dengan dasar hukum atau legalitas berupa Keputusan Presiden (Kepres) atau Keputusan Menteri (Kepmen). Tugas dan fungsi utama JEJAKMU di tingkat pusat adalah menetapkan kebijakan mengenai standarisasi pelatihan, pemagangan dan sertifikasi maupun alokasi sumber daya masing-masing pemangku kepentingan. Sekretariat JEJAKMU di tingkat pusat berkedudukan di Bappenas. Di tingkat provinsi, JEJAKMU dibentuk dengan Keputusan Gubernur (KepGub) atau Peraturan Daerah (Perda). Tugas dan fungsinya adalah sebagai koordinator program dan sumber daya; Pengumpulan sekaligus mendiseminasikan data/ informasi; Mensosialisasikan program pendidikan latihan dan pemagangan; serta mengharmonisasikan kebijakan penempatan kerja dan pengembangan usaha. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota, JEJAKMU dibentuk berdasarkan keputusan Bupati/Walikota atau Peraturan Daerah. Tugas dan fungsinya lebih operasional, yaitu melaksanakan kegiatan seperti pelatihan, pemagangan, bimbingan teknis, bantuan modal dan penempatan kerja. Sekretariat JEJAKMU di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bappeda Kabupaten/Kota. 3.1 Tahapan Pengembangan Kemitraan Multipihak untuk Kelembagaan JEJAKMU Agar kelembagaan JEJAKMU dapat terlaksana, dibutuhkan kemitraan multipihak yang terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Kemitraan diperlukan karena masing-masing institusi, perusahaan, atau organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan pembangunan bila bekerja sendiri-sendiri dan hanya dengan bekerja sama maka akan tercapai inovasi, dampak, skala, reformasi dan/atau keberlanjutan yang diinginkan. Kemitraan merupakan suatu hubungan kerja yang dijalani bersama, dimana resiko dan manfaat ditanggung bersama, sehingga setiap mitra secara seimbang terlibat dalam membuat bersama (co-creating) kegiatan-kegiatan kemitraan, memberikan kontribusi (berbagai bentuk) serta bersedia (committed) untuk menanggung akuntabilitas bersama.

32 26 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Terdapat tiga tahap pelaksanaan kemitraan JEJAKMU, yaitu : Sosialisasi Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah Workshop Sosialisasi Revitalisasi Kelembagaan JEJAKMU. Hasil yang diharapkan (output) yaitu terjalin komitmen multipihak pelaksanaan JEJAKMU di kabupaten/kota. Tahapan pertama ini merupakan langkah awal proses pemilihan mitra yang baik. Kemitraan terdiri dari pemerintah (pusat dan daerah), kalangan swasta, sekolah dan akademisi, serta kelompok organisasi masyarakat sipil mutlak diperlukan dalam membangun visi bersama kelembagaan JEJAKMU. Pihak Bappeda Kabupaten/Kota berperan sebagai koordinator dan menjembatani kepentingan semua pemangku kepentingan. Tujuan dilakukannya sosialisasi, yaitu: (a) Identifikasi tugas dan peran para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kemitraan. Sebagai contoh, peran pelaku dunia usaha (swasta) sebagai penyedia lapangan kerja untuk mendata permintaan yang ada di pasar tenaga kerja (Community Employment Assessment); (b) Mensosialisasikan inisatif Lima Pilar JEJAKMU sebagai cara pengentasan pengangguran kaum muda; (c) Membentuk forum koordinasi sebagai cikal bakal kelembagaan JEJAKMU di kabupaten/kota; Konsolidasi Setelah forum koordinasi terbentuk, peran Bappeda Kabupaten/Kota pada tahap selanjutnya adalah mengkoordinasikan agar kemitraan yang telah dibangun melalui forum koordinasi telah terjalin sinergitas yang baik antar pemangku kepentingan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah Workshop Konsolidasi Kelembagaan JEJAKMU. Hasil yang diharapkan (output), yaitu : (a) Lahirnya Surat Keputusan (SK) yang mendasari pelaksanaan pelembagaan JEJAKMU; (b) Terbentuk sekretariat lembaga JEJAKMU di tingkat kabupaten/kota;

33 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 27 (c) Adanya struktur kelembagaan JEJAKMU di tingkat kabupaten/kota. Tujuan dilakukannya konsolidasi, yaitu : (a) Adanya koordinasi sehingga terjadi optimalisasi peran diantara pihak Bappeda, dinas-dinas terkait, perusahaan, SMK/BKK ( Bursa Kerja Khusus), Balai Latihan Kerja (BLK), serta LSM yang selama ini bergerak di dalam pemberdayaan dalam masyarakat sehingga tercipta tenaga kerja muda yang berkualitas; (b) Adanya pembagian tugas multipihak sesuai dengan Tiga Pilar JEJAKMU (pilar pelatihan keterampilan untuk siap kerja, pilar kewirausahaan, dan pilar pemagangan) Pembentukan Pada tahap ini kemitraan multipihak yang terdiri dari pemerintah kabupaten/ kota, dunia usaha dan kelompok organisasi masyarakat sipil sudah terbentuk. Di dalam struktur ini, Bupati/Walikota yang menjadi koordinator kemitraan multipihak JEJAKMU di wilayah kabupaten/kota. Gambar 3.1 Contoh Struktur Kelembagaan JEJAKMU di Tingkat Kabupaten/Kota

34 28 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Pembentukan struktur kelembagaan JEJAKMU terdiri dari: a. Struktur Kelompok Kerja (Pokja) Pelatihan Kerja Kelompok kerja (Pokja) pelatihan kerja terdiri dari ketua dan wakil ketua yang berasal dari SKPD yang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pelatihan kerja. Anggota terdiri dari SKPD dan pihak-pihak yang melaksanakan pelatihan kerja seperti kalangan dunia usaha, sekolah, BKK, BLK/BLKI. LPK, dan LSM. (Gunakan lampiran Pilar Pelatihan Kerja). b. Struktur Kelompok Kerja (Pokja) Kewirausahaan Kelompok kerja (Pokja) pelatihan kerja terdiri dari ketua dan wakil ketua yang berasal dari SKPD yang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan. Anggota terdiri dari SKPD dan pihak-pihak yang melaksanakan kewirausahaan seperti UMKM, sekolah, koperasi, perkumpulan atau wadah wirausaha, dan LSM. (Gunakan lampiran Pilar Kewirausahaan). c. Struktur Kelompok Kerja (Pokja) Pemagangan Kelompok kerja (Pokja) pelatihan kerja terdiri dari ketua dan wakil ketua yang berasal dari SKPD yang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pemagangan. Anggota terdiri dari dunia usaha (perusahaan), UMKM, lembaga pemagangan ke luar negeri, sekolah, dan LSM. (Gunakan lampiran Pilar Pemagangan) Berikut ini adalah contoh tabel yang menggambarkan peran yang dapat dijalankan pemerintah daerah dan para mitra kerja baik di kalangan dunia usaha (swasta) maupun dari kelompok organisasi masyarakat sipil (civil society).

35 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 29 Tabel 3.1 Tugas dan Fungsi Secara Umum Para Pemangku Kepentingan di Kabupaten/Kota Pelaku Tugas Fungsi Bupati Mengarahkan Mengendalikan Memimpin rapat periodik Membuat keputusan Mengangkat dan Ketua Bappeda Koordinasi kegiatan Fasilitasi administrasi memberhentikan personil Menyelenggarakan rapat Mengumpulkan informasi Membuat rencana kerja tahunan SKPD Membuat rencana dan alokasi dana kegiatan Melaksanakan kegiatan Menginformasikan kegiatan & alokasi dana Menjalin kemitraan Melaksanakan kegiatan Melaksanakan monitoring & evaluation (monev) Dunia Usaha Menginformasikan peluang kerja Merekut tenaga kerja Menginformasikan kebutuhantenaga kerja Memberi kesempatan magang Merekrut tenaga kerja Lembaga Diklat & LSP Menyelenggarakan program diklat berbasis kompetensi Melaksanakan diklat berbasis kompetensi Sertifikasi kompetensi Menginformasikan jumlah lulusan

36 30 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Forum Pemagangan & Kewirausahaan Pemuda LSM & SP Menginformasikan Program Magang & Program Kewirausahaan Pemuda Mengembangkan model lapangan kerja layak (decent work) Menginformasikan program magang dan kewirausahaan Menginformasikan jumlah peserta dan alumni magang Menginformasikan bantuan permodalan kewirausahaan Mengembangkan pola rekrutmen & penempatan kerja yang layak (decent work) Mengembangkan pola kewirausahaan yang memiliki skala ekonomi layak Lembaga Pendanaan Mengembangkan skema kredit yang terjangkau Menyediakan pinjaman tanpa jaminan dan bunga rendah Menyelenggarakan program financial literacy Lembaga Teknis Menyediakan jasa Konsultasi, manajemen, keuangan, dan teknologi Memberikan bimbingan manajemen dan teknis Memberikan informasi pasar dan keuangan

37 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (monev) kelembagan JEJAKMU merupakan strategi untuk mengukur pencapaian kinerja pelaksanaan program JEJAKMU di kabupaten/ kota. Tujuan : (a) Pemantauan yang dilakukan secara berkala terhadap pelaksanaan pelembagaan program JEJAKMU yang sedang atau sudah berjalan; (b) Mengetahui hasil atau perkembangan apa saja yang sudah terjadi di lapangan; (c) Mengukur pencapaian kinerja, perkembangan, dampak, serta manfaat dari pelembagaan JEJAKMU. Hasil yang diharapkan dari data monitoring dan dan evaluasi adalah adanya informasi data penting mengenai : (a) Capaian kinerja; (b) Jumlah penerima manfaat program (beneficiaries); (c) Dampak atau manfaat kegiatan; (d) Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan; (e) Data dukungan berbagai pihak atas pelaksanaan program; (f) Permasalahan atau solusi yang sedang diupayakan; (g) Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara mengamati langsung (kunjungan lapangan), wawancara, dan kuesioner Inisiasi Rencana Aksi Nasional Pengembangan kelembagaan JEJAKMU dilakukan baik di tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten kota. Di tingkat pusat, JEJAKMU nantinya akan diperkuat dengan dasar hukum atau legalitas berupa Keputusan Presiden (Kepres) atau Keputusan Menteri (Kepmen). Tugas dan fungsi utama JEJAKMU di tingkat pusat adalah menetapkan kebijakan mengenai standarisasi pelatihan, pemagangan dan sertifikasi maupun alokasi sumber daya masing-masing pemangku kepentingan. Sekretariat JEJAKMU di tingkat pusat berkedudukan di Bappenas.

38 32 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Di tingkat provinsi, JEJAKMU dibentuk dengan Keputusan Gubernur (KepGub) atau Peraturan Daerah (Perda). Tugas dan fungsinya adalah sebagai Koordinator program dan sumber daya; Pengumpulan sekaligus mendiseminasikan data/ informasi; Mensosialisasikan program pendidikan latihan dan pemagangan; serta mengharmonisasikan kebijakan penempatan kerja dan pengembangan usaha. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota dibentuk berdasarkan keputusan Bupati/ Walikota atau Peraturan Daerah. Tugas dan fungsinya lebih operasional, yaitu melaksanakan kegiatan seperti pelatihan, pemagangan, bimbingan teknis, bantuan modal dan penempatan kerja. Sekretariatan JEJAKMU di tingkat Kabupaten/ Kota berkedudukan di Bappeda Kabupaten/ Kota. Adanya kebijakan yang tertulis SK Bupati/ Perda ini diharapkan mampu menjadi solusi ketika menjalankan kemitraan JEJAKMU di Kabupaten/ Kota. Selama ini kendala yang sangat besar ketika menjalankan berbagai forum koordinasi JEJAKMU di 6 Kabupaten/Kota, JEJAKMU belum memiliki dasar hukum tertulis, sehingga menyulitkan para pemangku kepentingan ketika menjalin kemitraan. Hal ini dikarenakan menyangkut sumber daya dan dana yang terbatas serta adanya tugas dan fungsi pokok masing-masing SKPD yang merupakan kewajiban masing-masing pemangku kepentingan. Ini merupakan beberapa tantangan ketika ingin membangun kemitraan di kabupaten/kota. 3.2 Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan JEJAKMU di 6 (enam) Kabupaten/ Kota Untuk merevitalisasi kelembagaan JEJAKMU dibutuhkan kemitraan multipihak agar forum koordinasi JEJAKMU dapat berjalan dengan baik. Kemitraan multipihak diperlukan karena masing-masing institusi, perusahaan, atau organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan pembangunan bila bekerja sendiri-sendiri dan hanya dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain dapat mencapai inovasi, dampak, skala, reformasi dan/atau keberlanjutan. Kemitraan juga merupakan suatu hubungan kerja yang dijalani bersama, dimana resiko dan manfaat ditanggung bersama, sehingga setiap mitra secara seimbang terlibat dalam membuat bersama (co-creating) kegiatan-kegiatan kemitraan, memberikan kontribusi (berbagai bentuk) serta bersedia (committed) untuk menanggung akuntabilitas bersama. Terdapat tiga prinsip yang harus ada dalam kemitraan, yaitu: (1) prinsip kesetaraan yang akan menimbulkan saling menghormati;(2) prinsip transparansi yang akan menimbulkan hubungan saling percaya dan;(3) prinsip saling menguntungkan yang akan menimbulkan keberlanjutan.

39 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 33 Awalnya inisiatif revitalisasi pelembagaan JEJAKMU akan diadakan di 9 (sembilan) provinsi yang merupakan daerah percontohan yaitu: Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Lampung, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Aceh. Pada pelaksanaannya kabupaten/kota yang dijadikan sebagai percontohan adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pemilihan dasar kriteria kabupaten/kota yang menjadi percontohan adalah adanya organisasi non pemerintah (LSM) yang melakukan program pemberdayaan kaum muda di tempat tersebut. LSM tersebut adalah Indonesia Business Links yang mempunyai program pemberdayaan kaum muda di Kabupaten Bekasi dan Karawang, Save the Children di Kota Bandar Lampung dan Bandung dan Plan Indonesia yang mempunyai program pemberdayaan kaum muda di 5 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Seperti yang diuraikan sebelumnya, pembangunan kemitraan JEJAKMU di kabupaten/kota mempunyai 4 tahap yaitu sosialisasi, konsolidasi, pembentukan dan monitoring & evaluasi. Berikut perkembangan masing-masing kemitraan multi pihak untuk pelembagaan JEJAKMU di enam wilayah kabupaten/kota tersebut Kabupaten Karawang a. Sosialisasi Workshop sosialisasi JEJAKMU di Karawang pertama kali diadakan pada 11 November 2014, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan Pihak Bappeda Kabupaten Karawang pada 22 Januari 2015 untuk membahas struktur kelembagaan JEJAKMU. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk menyusun kerangka kerja JEJAKMU Kabupaten Karawang selama satu ke depan. Hasilnya berupa identifikasi masalah isu, langkah perencanaan dan menyusun rencana kerja nantinya. Inisiasi kemitraan ini didukung oleh TNP2K. b. Konsolidasi Workshop konsolidasi JEJAKMU diadakan pada 19 Maret 2015 yang telah membahas peran masing-masing pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Tiga Pilar Jejakmu. TNP2K berencana melaksanakan Community Employment Survey yang dapat memetakan potensi tenaga kerja dan potensi daerah agar dapat mengembangkan kaum muda yang sesuai dengan potensi daerah tersebut. Hal lain yang menjadi catatan adalah dibutuhkan kesediaan pihak perusahaan untuk dapat berbagi data dan informasi terkait kesempatan kerja sehingga pemerintah dapat

40 34 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU mempersiapkan tenaga kerja berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Workshop konsolidasi yang kedua dilaksanakan pada 21 April 2015 telah melahirkan rancangan SK. Tantangan: Mutasi pejabat baik kepala Bappeda maupun Dinas terkait ditingkat eselon I, II dan III membuat SK ini menjadi terkatung-katung. c. Pembentukan Tahap pembentukan belum dilakukan. d. Mitra Mitra JEJAKMU pada Kabupaten Karawang, antara lain : Bappeda Kab. Karawang, TNP2K dan Indonesia Business Links Kota Bandar Lampung a. Sosialisasi Workshop sosialisasi di Lampung diadakan pada 4 Maret Sosialisasi ini didukung oleh multi stakeholders. Acara dihadiri sekitar 50 orang terdiri dari unsur dunia pendidikan (beberapa SMK dan SMA), universitas, lembaga kursus dan pelatihan, dunia usaha (beberapa perusahaan besar dan menengah), ketua Forum Koordinasi Jejaring Pemagangan (FKJP), lembaga pemerintah (dinas-dinas terkait di Kota Bandar Lampung), APINDO dengan beberapa manager HRD, Bappenas, TNP2K dan Save the Children. Inisiasi kemitraan ini didukung oleh TNP2K. Pertemuan monitoring kegiatan inisiatif kelembagaan JEJAKMU dilaksanakan pada 31 Agustus 2015 di kantor Bappeda Kota Bandar Lampung, yang memberikan gambaran bahwa kemitraan JEJAKMU di Kota Bandar Lampung belum dapat berjalan karena kurangnya koordinasi pasca workshop sosialisasi JEJAKMU dan belum ada petunjuk pelaksanaan pembentukan kelembagaan JEJAKMU. Hal ini menyebabkan Bappeda Kota Bandar Lampung mengalami kesulitan bertindak sebagai pemimpin dalam menjalin kemitraan untuk pelembagaan JEJAKMU. Hambatan lainnya adalah tugas internal Bappeda Kota yang banyak membuat inisiatif kelembagaan ini menjadi tidak maksimal. Pada saat kunjungan dilaksanakan bersamaan waktunya dengan pembahasan anggaran 2016 di DPRD Kota Bandar Lampung. b. Konsolidasi Workshop konsolidasi di Kota Bandar Lampung dilakukan pada 28 Desember Pada Workshop ini masing-masing pemangku kepentingan menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi dan program-program yang mereka miliki berkaitan dengan tiga pilar JEJAKMU. Pada tahun 2016, Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

41 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 35 akan melaksanakan berbagai program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan seperti montir sepeda motor, menjahit, tata kecantikan rambut, tata boga, sulam usus dan bordir. Selain itu, berbagai program dalam rangka penempatan dan perluasan kesempatan kerja juga akan dilaksanakan melalui pemberian informasi ketenagakerjaan, pembinaan Kelompok Kerja Usaha Mandiri, penempatan tenaga kerja dengan mekanisme antar kerja lokal dan peningkatan jumlah PMA dan PMDN yang dapa menyerap tenaga kerja. Dinas Komunikasi dan Informatika juga mendukung melalui program yang mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi untuk berwirausaha bagi kaum muda, seperti program smart city yang telah dikembangkan sejak tahun Tidak hanya pemerintah, APINDO Lampung juga turut membantu menurunkan tingkat pengangguran kaum muda dengan melakukan program pelatihan dan pemagangan yang bekerja sama dengan SMK Negeri 5 Bandar Lampung dan NHO. Pada dasarnya semua pihak mendukung dan mengharapkan keberlanjutan kemitraan JEJAKMU terutama dalam hal koordinasi. Kemudian, saat ini SK JEJAKMU sedang dalam proses penyusunan dan direncanakan akan ditetapkan pada Januari c. Pembentukan Tahap pembentukan belum dilakukan. e. Mitra Mitra JEJAKMU pada Kota Bandar Lampung, antara lain: Bappeda Kota Bandar Lampung, TNP2K dan Save The Children Kota Bandung a. Sosialisasi Workshop sosialisasi JEJAKMU Kota Bandung pertama dilaksanakan pada 10 Februari 2015 di Ruang Auditorium Balai Kota Bandung Jawa Barat. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak swasta, NGO, asosiasi, dan lembaga donor. Beberapa hal yang menjadi catatan dalam pelaksanaan acara tersebut antara lain; (i) Database tenaga kerja usia muda menjadi hal penting dalam pelaksanaan IYEN. Kerja sama dari berbagai pihak dalam berbagi data dan informasi menjadi kunci untuk dapat mewujudkan database tenaga kerja tersebut, (ii) Kota Bandung berencana melaksanakan program khusus pengembangan pemuda karang taruna. Program ini dapat sejalan dengan pelaksanaan IYEN dalam memperkuat kewirausahaan pada kaum muda di Kota Bandung, (iii) Selain keahlian dan keterampilan, tenaga kerja usia muda juga membutuhkan pelatihan karakter agar memiliki ketahanan dalam dunia kerja.

42 36 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Strategi penempatan tenaga kerja adalah program link and match antara spesifikasi pencari kerja dengan kebutuhan tenaga kerja yang disyaratkan oleh badan usaha/ instansi. Workshop sosialisasi yang kedua dilaksanakan pada Senin 5 Oktober 2015 di Ruang Pertemuan Bappeda Provinsi Jawa Barat. Hadir Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat dihadiri dinas-dinas Kota Bandung dan dari dunia usaha. Agendanya adalah pemetaan para pemangku kepentingan dan identifikasi permasalahan dan peluang kaum muda dalam pelaksanaan tiga pilar JEJAKMU. Mempertemukan para pihak yang sesuai dengan kebutuhan. Proses pelatihan, promosi, pemasaran. Kemudian perancangan program yang berkelanjutan sesuai dengan potensi wilayah. Hal ini sejalan dengan kebijakan kota bandung untuk pemberdayaan tenaga kerja muda dengan pengembangan 7 sentra industri untuk menumbuhkan industri kreatif; menciptakan wirausahawan baru; menciptakan lapangan pekerjaan baru; bantuan 100 juta/lpm kelurahan/tahun serta adanya program bantuan 100 juta/karang taruna/kelurahan/tahun. b. Konsolidasi Workshop konsolidasi di Kota Bandung dilaksanakan pada 5 Oktober Pada Workshop ini, para pemangku kepentingan memaparkan karakteristik potensi ekonomi, struktur dan permasalahan ketenagakerjaan yang dihadapi di Kota Bandung. Selain itu, masing-masing instansi dan pihak lain yang terkait juga menyampaikan berbagai upaya-upaya yang dilaksanakan dalam rangka membangun jejaring lapangan kerja bagi kaum muda. Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Barat memiliki kebijakan program prioritas ketenagakerjaan seperti peningkatan daya saing, melalui pengembangan pelatihan kerja yang disesuaikan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para penganggur dan standar kompensasi yang dibutuhkan oleh dunia usaha, penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat berkebutuhan khusus, membuka 2 juta lapangan kerja baru dan mencetak wirausahawab baru di Jawa Barat, peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Bappeda Provinsi Jawa Barat juga turut mendukung kebijakan Kota Bandung dalam pemberdayaan tenaga kerja muda dengan mengembangkan 7 sentra industri, menumbuhkan industri kreatif, menciptakan wirausahawan baru, menciptakan lapangan pekerjaan baru, bantuan 100 juta/lpm kelurahan/ tahun dan bantuan 100 juta/karang taruna/kelurahan/tahun. Perwakilan dari Karang Taruna Kota Bandung juga menekankan pentingnya pemberdayaan kaum muda melalui pemetaan para pemangku kepentingan dan identifikasi permasalahan dan peluang serta perancangan program yang berkelanjutan sesuai dengan potensi wilayah. Terakhir, seluruh forum koordinasi pemagangan dan pelatihan diharapkan

43 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 37 pada akhirnya bergabung ke dalam Forum Koordinasi JEJAKMU. c. Pembentukan Tahap pembentukan belum dilakukan. d. Mitra Mitra JEJAKMU Kota Bandung, antara lain: Bappeda Kota Bandung, TNP2K dan Save The Children Kota Semarang a. Sosialisasi Workshop sosialisasi JEJAKMU di kota Semarang dilakasanakan pada 4 Desember 2014 dan 2 Juli Hasilnya berupa identifikasi kebutuhan dan sumber daya masing-masing para pemangku kepentingan dalam kemitraan Jejakmu Kota Semarang. Bappeda Kota Semarang mempunyai program pengentasan kemiskinan yang melibatkan multi stakeholders yang bernama Gerdu Kempling pada Prioritas tahun adalah pengentasan penggangguran, hal ini sejalan dengan program JEJAKMU. b. Konsolidasi Workshop konsolidasi dilakukan pada 22 September JEJAKMU Kota Semarang mengambil model Gerdu Kempling. Model Gerdu Kempling yang merupakan program terpadu pengentasan kemiskinan yang melibatkan multi pihak akan diadaptasi untuk kemitraan Jejakmu. Gerdu Kemping adalah Gerakan terpadu penanggulangan kemiskinan dalam pemenuhan kebutuhan dasar di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan lingkungan. Program ini sesuai dengan visinya yaitu terwujudnya Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa yang berbudaya menuju masyarakat sejahtera. Program Gerdu Kempling berupa Jamkesmaskot, Bantuan Operasional Sekolah, Bea siswa Gakin, Raskin, Pembedayaan Masyarakat (PNPM), Penanganan Gizi Buruk, Mandiri Pangan, Pelatihan Keterampilan dan Bantuan Sarana/ Peralatan Usaha, Pelatihan Wirausaha Baru dan Bantuan Modal, Padat Karya Produktif, Kelurahan Vokasi, Santunan Kematian Gakin, Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni serta Perbaikan Lingkungan Kumuh Miskin. Pada Workshop ini sudah dilakukan diskusi kelompok terfokus untuk menyusul rencana aksi tiga pilar JEJAKMU Kota Semarang. c. Pembentukan Tahap pembentukan belum dilakukan.

44 38 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU d. Mitra Mitra JEJAKMU Kota Semarang, antara lain: Bappeda Kota Semarang, TNP2K, Plan Indonesia Kota Surabaya a. Sosialisasi Workshop Sosialisasi JEJAKMU Kota Surabaya dilaksanakan pada 23 Januari 2015 di Aula Kantor Bappeda Kota Surabaya. Acara dibuka oleh Bapak Agus Imam Sonhaji, Kepala Bappeda Kota Surabaya. Acara dihadiri sebanyak 50 orang terdiri dari unsur dunia pendidikan (beberapa SMK dan SMA), Universitas, Lembaga Kursus dan Pelatihan, HIPKI (Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia), dunia industri (beberapa perusahaan besar dan menengah), Ketua Forum Koordinasi Jejaring Pemagangan (FKJP), lembaga pemerintah (dinas-dinas terkait di Kota Surabaya), APINDO, sector swasta, beberapa manager HRD, Bappenas, TNP2K, juga dari LARAS DIKDUDI (Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Usaha Kota Surabaya). TNP2K mempresentasikan konsep dasar dan revitalisasi JEJEKMU dan rencana Kelembagaan JEJAKMU secara nasional dan di provinsi, kabupaten/kota. Penekanan diberikan pada tiga pilar utama JEJAKMU yaitu Ketenagakerjaan, Kewirausahaan dan Pemagangan. Pihak Bappenas menyampaikan beberapa arahan terhadap sinergi dan perkembangan JEJAKMU Kota Surabaya. b. Konsolidasi Workshop konsolidasi JEJAKMU dilakukan pada 16 April 2015 dengan pembentukan tiga pilar JEJAKMU. Di Surabaya sudah terbentuk Forum Laras Dikdudi (Forum yang menyelaraskan kebutuhan dunia pendidikan dan industri). Forum ini sejalan dengan tujuan JEJAKMU, tinggal memperkuat kelembagaan LARAS DIKDUDI dan mensinkronkannya dengan konsep JEJAKMU itu sendiri. c. Pembentukan Tahap pembentukan belum dilakukan. d. Mitra Mitra JEJAKMU Kota Bandung, antara lain: Bappeda Kota Surabaya, TNP2K dan forum Laras Dikdudi.

45 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Kabupaten Timor Tengah Selatan a. Sosialisasi Kegiatan Workshop sosialisasi diadakan pada tanggal 23 Maret 2015 di Kabupaten Timor Tengah Selatan, provinsi Nusa Tenggara Timur ini difasilitasi oleh Bappeda Kab TTS. Workshop ini dihadiri perwakilan dari Bappenas, Wakil DPRD NTT, Wakil bupati TTS, TNP2K, Plan Indonesia, serta dari NGO dan kalangan pemuda. Persoalan yang diangkat Kabupaten TTS menyangkut masalah infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Salah satu persoalan terbesar di Kabupaten TTS adalah minimnya lapangan pekerjaan, dengan keterbatasan SDM yang didominasi oleh perempuan dengan latar belakang pendidikan SD sampai SMP menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Kab TTS. Untuk mengatasi persoalan yang ada di Kabupaten TTS, perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. b. Konsolidasi Pada Workshop konsolidasi JEJAKMU pada tanggal 8 September 2015 sudah bentuk kelembagaan JEJAKMU Kabupaten Soe dengan lahirnya SK Bupati Kabupaten Soe. Bupati Kabupaten Soe Ir. Paulus Victor Rolland Mella, M.Si juga melantik pengurus JEJAKMU. Hadir dalam Workshop ini Ketua DPRD, SKPD, Plan Indonesia dan perwakilan LSM. Keunggulan kabupaten Soe adalah hasil pertanian serta adanya sentra-sentra kerajinan kain tenun khas NTT. Diharapkan kelembagaan JEJAKMU dapat memberikan dampak positif terhadap perekomian dan menurunkan angka penggangguran kaum muda. c. Pembentukan Telah terbit Keputusan Bupati Timor Tengah Selatan No: 345/KEP/HK/2015 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi dan Koordinasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Kabupaten Timor Tengah Selatan TA d. Mitra Mitra JEJAKMU di Kabupaten Timor Tengah Selatan, antara lain: Bappeda Kabupaten Timor Tengah Selatan, anggota DPRD, Kadin, SKPD dan Plan Indonesia.

46

47 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU BAB IV PENGEMBANGAN LAMAN JEJAKMU Salah satu hambatan yang dihadapi kaum muda dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai adalah belum memadainya informasi pasar kerja yang lengkap serta mudah diakses. Informasi pasar kerja diharapkan dapat membantu upaya peningkatan mekanisme kegiatan antar kerja, sehingga mobilisasi tenaga kerja akan meningkat, baik tingkat lokal, antar daerah maupun antar negara. Dalam rangka mempertemukan pencari kerja dengan pemberi kerja, perlu upaya pengembangan dan penyempurnaan pasar tenaga kerja. Namun ternyata fungsi ini belum berjalan dengan baik. Hambatan lainnya, belum memadainya sarana dan kepasitas petugas antar kerja ditambah dengan tidak lancarnya informasi dari daerah ke pusat menyebabkan kurang terolah dan termanfaatkannya informasi tenaga kerja. Hal tersebut karena kurang relevannya informasi kepada pihak yang berkepentingan. Sering kali kekinian informasi dari bursa tenaga kerja dari pemerintah terlambat, sehingga kurang berguna bagi pencari kerja. Hal tersebut menyebabkan sukarnya mempertemukan pencari kerja dan pemberi kerja serta terhambatnya mobilitas tenaga kerja baik antar jabatan, antar daerah maupun antar negara. Ini sejalan dengan semakin tingginya tuntutan dunia usaha merespon perubahan yang terjadi yang semakin membutuhkan tenaga terampil dan menginginkan lowongan kerja dapat terisi dengan tepat. Untuk itu perlu dilakukan suatu terobosan agar informasi pasar kerja dapat lebih tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Selain memerlukan informasi pasar kerja yang komprehensif, kaum muda juga membutuhkan agar informasi pelatihan kerja yang tersedia lebih ditujukan kepada angkatan kerja yang belum bekerja, khususnya golongan pemuda dan wanita agar mereka siap memasuki lapangan kerja atau menciptakan lapangan kerja produktif secara mandiri. Namun, pelatihan keterampilan juga diberikan kepada angkatan kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan manajemen. Penggangguran kaum muda yang cukup tinggi adalah cerminan dari ketidaksiapan mereka memasuki pasar kerja yang semakin menuntut keterampilan lebih tinggi. Untuk menjembatani peralihan dari dunia pendidikan ke dunia kerja pembinaan melalui sistem pemagangan dapat digunakan. Informasi yang dibutuhkan kaum muda lainnya adalah informasi sistem pemagangan formal di Indonesia yang jumlahnya masih relatif kecil. Pelaksanan

48 42 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU pemagangan terdapat pula di kementerian teknis lain. Padahal banyak informasi pemagangan yang dilakukan secara informal tanpa adanya standarisasi keterampilan. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi sistem pemagangan yang memberikan kerangka komprehensif dalam program, target, akreditasi dan sertifikasi pelatihan sehingga menjadi suatu sistem informasi yang komprehensif serta memayungi semua kegiatan pemagangan formal dan informal yang perlu menjadi bahan pengembangan JEJAKMU. Oleh karena itu perlu dibangun sistem informasi yang terpadu melalui laman JEJAKMU Bappenas. Bappenas menyambut baik inisiatif kerjasama dari Top Karir yang ingin membantu mengembangkan laman ini. Laman JEJAKMU ini masih dalam pengembangan agar nantinya terdapat integrasi data yang menginformasikan kegiatan Pilar Pelatihan, Pilar Pemagangan dan Pilar Kewirausahaan. Data ini berasal dari penyatuan atau integrasi data-data kementerian dan lembaga yang mempunyai kegiatan serupa di tiga pilar tersebut. Nantinya platform JEJAKMU akan bekerja dengan mempertimbangkan youth behavior yakni memahami bagaimana kaum muda berinteraksi mencari informasi kerja agar JEJAKMU menjadi platform penyedia informasi kerja bagi kaum muda. Pemerintah diharapkan dapat berperan aktif dengan menggunakan platform JEJAKMU sebagai media sharing informasi kerja yang dimiliki dengan hasil akhir berupa pusat database informasi kerja bagi kaum muda. Platform JEJAKMU juga harus secara dinamis mengikuti perkembangan, pola pikir dan perilaku kaum muda yang tidak tertinggal dengan penyedia informasi kerja sejenis yang sudah ada. Selain itu, distribusi pengelolaan JEJAKMU secara professional dengan fokus pemerintah pada kebijakan terkait swasta sebagai pengelola dalam kerja sama pemerintah dan swasta. 4.1 Pengembangan Laman JEJAKMU Bappenas Top Karir akan mengembangan laman Jejakmu.bappenas.or.id sebagai salah satu inisiatif dari sektor dunia usaha untuk membantu mengentaskan penggangguran kaum muda usia tahun dengan membantu mengembangkan laman tersebut melalui kerjasama dengan berbagai kementerian dan lembaga, komunitas anak muda, dan asosiasi profesional. Hal ini sesuai dengan visi dan misi Top Karir yaitu berkolaborasi penuh dan intensif terhadap pihak pemerintah, komunitas seperti Young On Top dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya membangun ekosistem terbesar dari Jejaring Tenaga Kerja Muda Indonesia dan mendukung program pemerintah dalam program pengentasan pengangguran melalui peningkatan kualitas kehidupan dan karir yang lebih baik.

49 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 43 Inisiatif pemerintah saat ini terhadap pengentasan pengangguran sudah ada di berbagai kementerian/lembaga, namun belum terintegrasi dengan baik. Dari profil demografis yang ada saat ini, database kaum muda Indonesia hanya mencapai 5-10% dari total database yang ada dan pada saat yang sama terdapat 40% pekerjaan untuk entry level (masih belum terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja muda). Padahal adanya perkembangan pengguna internet saat ini juga mengubah kebiasaan pencarian pekerjaan yaitu melalui media online. Dari hasil survei terlihat bahwa 75% dari pencari kerja di Indonesia memilih job portal untuk mencari informasi. Pengembangan laman JEJAKMU akan dilakukan dengan penyediaan platform informasi seperti lowongan kerja (baik bekerja penuh, paruh waktu maupun magang), informasi karir, pelatihan kerja, kewirausahaan dan informasi beasiswa yang akan dibuatkan oleh Top Karir. Agar penyatuan data dalam bentuk platform yang terpadu dalam laman JEJAKMU dapat berjalan, Top Karir membutuhkan dukungan data dari berbagai kementerian/lembaga terutama yang menyangkut perizinan untuk mendapatkan data yang terkait dengan kegiatan Tiga Pilar JEJAKMU. Kanal JEJAKMU ini sedang dalam pembuatan agar nantinya terdapat integrasi data yang menginformasikan kegiatan Pilar Pelatihan, Pilar Pemagangan dan Pilar Kewirausahaan. Data ini berasal dari penyatuan atau integrasi data-data kementerian/ lembaga yang mempunyai kegiatan serupa di tiga pilar tersebut. Laman JEJAKMU bertujuan menyusun suatu sistem informasi terpadu yang berhubungan dengan ketenagakerjaan muda dalam mendukung salah satu pilar JEJAKMU yakni Pilar Berbagi Pengetahuan (knowledge sharing). Target yang menjadi sasaran pengguna laman adalah kaum muda, sehingga baik konten, fitur dan direktori yang digunakan sesuai dengan karakter pemuda. Beberapa fitur penunjang yang terdapat dalam laman JEJAKMU, antara lain pencarian kerja, tips muda, dunia wirausaha dan database. Berikut ini beberapa tampilan dari laman JEJAKMU.

50 44 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Gambar 4.1 Laman Depan Jejakmu.bappenas.go.id Gambar 4.2 Halaman Profil JEJAKMU Bappenas

51 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 45 Gambar 4.3 Info Lowongan Pekerjaan di JEJAKMU Gambar 4.4 Info Pemagangan di JEJAKMU

52 46 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Gambar 4.5 Info Kewirausahaan di JEJAKMU Melalui JEJAKMU kami ingin menghadirkan konten yang berdampak besar terhadap kemajuan jejaring tenaga kerja muda Indonesia yang berkualitas dengan merangkul beberapa pemangku kepantingan seperti berikut. Gambar 4.6 Ekosistem JEJAKMU

53 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 47 Gambar 4.7 Nilai Unggul Kemitraan Gambar 4.8 Kolaborasi dan Kemitraan dengan Pemerintah dan Non Government Organization

54 48 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Gambar 4.9 Ilustrasi Teknis Integrasi Gambar 4.10 Dukungan yang Dibutuhkan untuk Pengembangan Laman JEJAKMU

55 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 49 Gambar 4.11 Mitra Laman Kementerian yang Akan Terintegrasi dengan JEJAKMU

56 50 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU Selain itu terdapat pula laman-laman lembaga lain yang dapat terintegrasi dengan laman JEJAKMU karena sejalan visi dan misinya sebagai berikut. Gambar 4.12 Laman Kios3in1 Gambar 4.13 Laman Balai Latihan Kerja Industri Semarang

57 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 51 Gambar 4.14 Laman-laman Informasi Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan

58 52 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU

59 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 53

60 54 LAPORAN PELAKSANAAN REVITALISASI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN JEJAKMU 4.2 Evaluasi dan Monitoring Laman JEJAKMU Dalam melakukan evaluasi dan monitoring laman JEJAKMU, TopKarir menggunakan dashboard laporan seperti di bawah ini : Gambar 4.15 Dashboard Laporan TopKarir Untuk mengevaluasi sebuah laman kita bisa menggunakan sebuah parameter sebagai acuan dalam penilaian kita. Ada banyak sekali parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sebuah laman. Namun secara umum beberapa parameter yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah laman, antara lain :

INDONESIA YOUTH EMPLOYMENT NETWORK JEJARING LAPANGAN KERJA INDONESIA JEJAKMU

INDONESIA YOUTH EMPLOYMENT NETWORK JEJARING LAPANGAN KERJA INDONESIA JEJAKMU INDONESIA YOUTH EMPLOYMENT NETWORK JEJARING LAPANGAN KERJA BAGI KAUM MUDA INDONESIA JEJAKMU KEDEPUTIAN KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Jakarta - 2016 OUTLINE 1 2 3 4 5 6 7 Kondisi Ketenagakerjaan Tenaga

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.163, 2017 PEMERINTAHAN. Kepemudaan. Penyelenggaraan. Lintas Sektor. Koordinasi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN Dialog Perempuan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN Oleh Ruslan MR Asisten Deputi Penelitian dan Pengkajian

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA DISNAKERTRANSDUK PROV. JAWA TIMUR Untuk mewujudkan agenda dan prioritas pembangunan di Jawa Timur berdasarkan visi, misi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) ARIFIN RUDIYANTO Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN)

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN) BAB III OBJEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum BBPLKDN Bandung 3.1.1 Sejarah BBPLKDN Bandung Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN) bandung adalah lembaga pelatihan pemerintah yang

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi akan terus merebak. Tidak ada satu wilayahpun yang dapat menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan segala berkah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Situasi ketenagakerjaan di Indonesia masih ditandai dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka dan masih lambatnya daya serap tenaga kerja di lapangan kerja formal.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI SKALA BESAR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI SKALA BESAR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /Per/M.KUKM/IX/2011 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI SKALA BESAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan. Page ii

PEDOMAN. Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan. Page ii Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan Page ii KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya buku review pedoman pembentukan forum komunikasi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 20 - VISI : Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing dan harmonis, masyarakat transmigrasi yang mandiri,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015

LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1325, 2015 KEMENPORA. Fasilitasi. Kewirausahaan Pemuda. Pemberian. Pencabutan PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0944 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY

Lebih terperinci

2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin.

2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin. BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci