TUGAS AKHIR TM141585

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR TM141585"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR TM PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH LUASAN SISI KOMPRESI DAN EKSPANSI DENGAN VARIASI DIAMETER PISTON, ORIFICE, PISTON ROD TERHADAP GAYA REDAM DAN RESPON DINAMIS SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J M FAUZI RAHMAN NRP Dosen Pembimbing: 1. Dr. Wiwiek Hendrowati, ST., MT. 2. Dr. Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng. PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

2 FINAL PROJECT TM MODELLING AND ANALYSIS OF THE EFFECT OF COMPRESSION AND EXPANSION SIDES AREA WITH VARIATION OF PISTON, ORIFICE, AND PISTON ROD DIAMETER TOWARDS DAMPING FORCE OF SHOCK ABSORBER AND DYNAMIC RESPONSE OF YAMAHA MIO J M FAUZI RAHMAN NRP Advisory Lecturer 1. Dr. Wiwiek Hendrowati, ST., MT. 2. Dr. Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng. BACHELOR PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2017

3

4 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI LUASAN SISI KOMPRESI DAN EKSPANSI DENGAN PERUBAHAN DIAMETER PISTON, ORIFICE, DAN PISTON ROD TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J Nama Mahasiswa : M Fauzi Rahman NRP : Jurusan : Teknik Mesin FTI-ITS Dosen Pembimbing : 1. Dr. Wiwiek Hendrowati, St.,MT. 2. Dr. Harus Laksana Guntur ST., M.Eng. ABSTRAK Perkembangan dunia industri dan teknologi terus mengalami kemajuan yang sangat pesat, salah satunya dibidang otomotif. Banyaknya jumlah spare-parts yang diimpor sangat berpengaruh terhadap sektor industri otomotif di indonesia. Dimana ketika nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS maka akan semakin meningkat pula nilai beli spare part dari kendaraan motor. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu dilakukan pengembangan terhadap spare part salah satunya dengan mereduksi dimensi yang ada pada sistem suspensi sepeda motor sehingga dapat memperkecil biaya manufaktur. Dalam tugas akhir ini, dilakukan redesign suspensi kendaraan motor mio J dengan merubah parameter-parameter yang terdapat pada sistem suspensi untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dan efisien. Analisis sistem suspensi yang dilakukan didasarkan pada pemodelan setengah kendaraan. Perubahan parameter yang ada pada sistem suspensi ini seperti variasi diameter piston (D p) sebesar m, variasi diameter piston rod sebesar m dan variasi diameter orifice sebesar m. Setelah melakukan perubahan parameter i

5 ii tersebut selanjutnya dilakukan analisa kekuatan pada piston rod. Sehingga dalam tugas akhir ini nantinya didapatkan suatu sistem suspensi yang lebih efisien dan tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan saat berkendara. Dari hasil modifikasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber didapatkan bahwa gaya redam yang dihasilkan dipengaruhi oleh perubahan parameter modifikasi pada sistem suspensi. Gaya redam pada sistem suspensi asli dan modifikasi sebesar 399 N dan 526 N. Penentuan gaya redam tersebut didapatkan berdasarkan nilai damping ratio. Perubahan dimensi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber tidak terlalu signifikan nilainya sehingga berdasarkan analisa kekuatan dengan pembebanan statis dan dinamis masih dalam batas aman. Pada sistem setengah kendaraan pada penggunaan sistem suspensi modifikasi dengan input bump modified respon penumpang untuk mencapai kondisi steady state kurang dari 1,5 detik. Sedangkan untuk input sinusoidal respon penumpang untuk mencapai kondisi steady state kurang dari 2 detik. Pada penggunaan sistem suspensi modifikasi hasil dari nilai RMS percepatan getaran penumpang masih memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem suspensi asli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan paramater modifikasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber memiliki kenyaman yang lebih baik. Kata kunci : sistem suspensi, hydrolic shock absorber, respon dinamis, sistem suspensi motor, kompresi, ekspansi.

6 MODELLING AND ANALYSIS OF THE EFFECT OF COMPRESSION AND EXPANSION SIDES AREA WITH VARIATION OF PISTON, ORIFICE, AND PISTON ROD DIAMETER TOWARDS DAMPING FORCE OF SHOCK ABSORBER AND DYNAMIC RESPONSE OF YAMAHA MIO J Nama Mahasiswa : M Fauzi Rahman NRP : Jurusan : Teknik Mesin FTI-ITS Dosen Pembimbing : 1. Dr. Wiwiek Hendrowati, St.,MT. 2. Dr. Harus Laksana Guntur ST., M.Eng. ABSTRACT Technological and industrial development nowadays has developed rapidly. One of them is automotive industry. The large amount of spare parts imported to Indonesia has taken some influences to the national automotive industry. The weaker the exchange rate of rupiah against US dollar, the higher the national expenditure should be spent. One of the solution to offer is that developing the spare part by reducing the dimensions of the suspension system in motorcycle. This would decrease the amount of cost spent on the manufacturing process. This research is conducted to redesign the parameters on the suspension system to get better efficiency. The analysis of the suspension system is done by modelling half of the vehicle. The improvement parameters are the variation of piston diameter (Dp) which is m, the piston rod diameter which is m and the variation of the orifice which is m. After having some changes on those parameters, the research went to analyzing the piston rod. By the end, this research would not only present a better efficiency on the suspension system but also the comfort and safety for driving. iii

7 iv From the result on modified suspension system of hydraulic shock absorber, It is known that the damping force is influenced by this modification. The damping force of the original and modification suspension systems are 399 N and 526 N respectively. The determination of this damping force is based on the value of the damping ratio. The change of the suspension system of hydraulic shock absorber does not give a significant influence. Based on the analysis on static and dynamic force, the system is still in the safe limit. On a half vehicle system with the input of modified bump, the response of passenger to reach steady state is less than 1.5 seconds. While for sinusoidal input, passanger sresponse to the steady state condition is less than 2 seconds. The suspension with modification has lower value of vibration RMS acceleration compared to the original one. Thus, It can be concluded that parameter modification on hydraulic suspension of shock absorber has a better comfort value. Key words : suspension system, hydrolic shock absorber, dynamic response, compresion, ekspansion.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta ala, hanya karena tuntunan-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan pendidikan Sarjana S-1 di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Penyusunan Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua penulis, khususnya Bapak Moch.Husni Thamrin dan Ibu Enur Nurhayati yang senantiasa mendoakan, mendorong, dan menyemangati penulis. Terimakasih karena telah menjadi bapak sekaligus ibu terbaik bagi penulis 2. Saudara kandung penulis, M Ramadhan Arrauf yang selalu mendoakan dan menjadi semangat penulis untuk segera menyelesaikan studinya. 3. Dr. Harus Laksana Guntur, ST.M.Eng yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan Tugas Akhir ini. 4. Dr. Wiwiek Hendrowati, ST, MT., Moch. Solichin, ST,. MT., dan Aida Annisa A.D., ST., MT. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis tentang Tugas Akhir ini. 5. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin FTI ITS, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 6. Teman-teman angkatan M55 yang senantiasa memberi motivasi, menemani, dan meninggalkan banyak cerita indah bagi penulis selama 4.5 tahun ini. 7. Teman-teman kambing tapanuli, yang selalu memberikan banyak waktu untuk berfutsal ria selama 4.5 tahun ini 8. Teman Riset H.L.G sekaligus teman seperjuangan untuk lulus 4,5 tahun yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. v

9 vi 9. Teman-teman SAR. Sekaligus teman seperjuangan TOEFL yang saling memberikan semangat dan motivasi 10. Teman-teman SMA AL-Bayan yang senantiasa memberikan motivasi dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan masa perkuliahan di ITS Dengan segala keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis, tidak menutup kemungkinan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan lebih lanjut. Semoga hasil penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surabaya, Januari 2017 Penulis

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat...3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Suspensi Oleo Pneumatic Shock Absorber Sistem Suspensi Hydro Pneumatic Shock Absorber Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Konstruksi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Prinsip Kerja Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Teori Getaran Base Excitation Transmisibilitas Gaya Transmisibilitas Perpindahan Persamaan Pada Mekanisme Hidrolik Konservasi Massa pada Mekanika Fluida Persamaan Fluida Minyak untuk Sistem Suspensi Hydrolic Shock Absorber Pengaruh Percepatan terhadap Kenyamanan Pengendara Analisa Kekuatan Material vii

11 viii BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Tahap Studi Literatur Pemodelan dan Simulasi Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Pemodelan Fisik Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Pemodelan Matematis dan Pembuatan Persamaan dari Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Pembuatan Blok Simulasi Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Analisa Grafik Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Analisa Kekuatan pada Piston Pemodelan 3D pada Modifikasi Hydraulic ShockAbsorber Shock Absorber Pemodelan dan Simulasi Sistem Setengah Kendaraan Sepeda Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic ShockAbsorber BAB IV PEMODELAN DINAMIS 4.1 Pemodelan Dinamis Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pemodelan Dinamis Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Aborber Diagram Block Input yang Digunakan Diagram Blok Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Diagram Blok Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber... 58

12 ix BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Respon Dinamis Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber dengan Variasi Diameter Piston, Piston Rod, dan Orifice Analisa Kekuatan Material Piston Respon Dinamis Penumpang dari Sistem Setengah Kendaraan Akibat Input Sinusoidal Variasi Kecepatan Kendaraan Perbandingan Respon Dinamis antara Penggunaan Sistem Suspensi Asli dengan Sistem Suspensi Modifikasi pada Sistem Setengah Kendaraan Motor Grafik RMS (Root Mean Square) Grafik Perbandingan RMS Percepatan Body Penumpang pada Sistem Suspensi Asli dan Sistem Suspensi Modifikasi dengan Variasi Kecepatan Kendaraan Grafik Displacement Transmibility pada Input Sinusoidal Variasi Kecepatan Kendaraan BAB VI KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS

13 x Halaman ini sengaja dikosongkan

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang pesawat terhadap waktu dengan input bump modified (untuk landing)... 5 Gambar 2.2 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang pesawat terhadap waktu dengan input sinusoidal (untuk take off)... 6 Gambar 2.3 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada massa jenis minyak (ρ=860 kg/m3), diameter piston (Dp = 3 cm) dan diameter orifice (Do =1-3 mm) dengan variasi frekuensi... 9 Gambar 2.4 Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber 10 Gambar 2.5 Respon tubuh pengendara berupa percepatan akibat input harmonik sebesar 0.03 m pada kecepatan (a) 20 km/jam, (b) 50 km/jam, (c) 80 km/jam Gambar 2.6 Respon Gaya Redam terhadap Perpindahan dan kecepatan pada silinder hidrolik pasangan 5 cm dan 3 cm dengan pasangan diameter orifice 2 mm Gambar 2.7 Respon Gaya Redam terhadap Perpindahan dan kecepatan pada silinder hidrolik pasangan 3 cm dan 1.8 cm dengan pasangan diameter orifice 2 mm Gambar 2.8 Komponen Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Gambar 2.9 Siklus Kompresi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber xi

15 xii Gambar 2.10 Siklus Ekspansi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Gambar 2.11 Base excitation (a) Sistem fisik base excitation (b) Free body diagram untuk sistem base excitation Gambar 2.12 Transmibilitas Gaya Gambar 2.13 Grafik variasi Td dan ϕ terhadap r Gambar 2.14 Penerapan hukum Bernoulli pada sebuah pipa Gambar 2.15 Ilustrasi untuk aliran dalam suatu kontrol volume Gambar 2.16 Grafik percepatan RMS (Root Mean Square) berdasarkan ISO Gambar 3.1 Diagram alir penyelesaian tugas akhir Gambar 3.2 Komponen Shock Absorber motor Yamaha Mio J Gambar 3.3 Model fisik rancangan sistem suspensi mono tube hydraulic Gambar 3.4 Model matematis rancangan sistem suspensi Hydraulic ShockAbsorber Gambar 3.5 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan variasi diameter Piston Rod (Dpr) Gambar 3.6 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan variasi diameter piston (Dp) Gambar 3.7 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic ShockAbsorber dengan variasi diameter penampang orifice (Do)... 37

16 xiii Gambar 3.8 Model fisik sistem suspensi Gambar 3.9 Komponen penyusun sistem suspensi Gambar 3.10 Susunan komponen penyusun sistem suspensi Gambar 3.11 Model matematis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor dengan Fd merupakan sistem suspensi Hydraulic ShockAbsorber Gambar 3.12 Diagram alir pembuatan persamaan gerak dari sistem setengah kendaraan Gambar 4.1 Model Matematis Rancangan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Gambar 4.2 Penimbangan Bidang Datar Gambar 4.3 FBD untuk sistem Setengah Kendaraan Motor Gambar 4.4 Profil jalan dengan input bump yang dimodifikasi (a) γ = 1 (b) γ = 3 (c) γ = Gambar 4.5 Profil Jalan dengan Input Sinusoidal Gambar 4.6 FBD untuk sistem Setengah Kendaraan Motor Gambar 4.7 Diagram Blok untuk Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Input Bump Modified Gambar 4.8 Diagram Blok untuk Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Input Sinusoidal. 60 Gambar 4.9 Diagram Blok untuk Input Bump Modified. 61 Gambar 5.1 Respon Dinamis Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber dengan Variasi Diameter Piston, Piston Rod dan Orifice Gambar 5.2 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (Dp = 0,02 m), diameter piston rod (Dpr = 0,01 m),

17 xiv dan diameter orifice (Do = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi...67 Gambar 5.3 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (D p = 0,02 m), diameter piston rod (D pr = 0,008 m), dan diameter orifice (D o = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi Gambar 5.4 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (D p = 0,02 m), diameter piston rod (D pr = 0,006 m), dan diameter orifice (D o = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi Gambar 5.5 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (D p = 0,018 m), diameter piston rod (D pr = 0,01 m), dan diameter orifice (D o = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi Gambar 5.6 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (D p = 0,018 m), diameter piston rod (D pr = 0,008 m), dan diameter orifice (D o = (0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi Gambar 5.7 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada diameter piston (D p = 0,018 m), diameter piston rod (D pr = 0,006 m), dan diameter orifice (D o = (0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi Gambar 5.8 Skema Pembebanan Statis pada Sisi (a) Ekspansi (b) Kompresi Gambar 5.9 Skema Pembebanan Dinamis Gambar 5.10 Tegangan Equivalent terhadap Perubahan Frekuensi... 83

18 xv Gambar 5.11 Respon penumpang akibat input sinusoidal variasi kecepatan kendaraan terhadap (a) Perpindahan (b) Kecepatan (c) Percepatan. 84 Gambar 5.12 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang seperempat kendaraan mobil terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 1) Gambar 5.13 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang seperempat kendaraan mobil terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 3) Gambar 5.14 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang seperempat kendaraan mobil terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 5) Gambar 5.15 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 20 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Gambar 5.16 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 40 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Gambar 5.17 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 60 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Gambar 5.18 Grafik respon percepatan RMS penumpang pada sistem setengah kendaraan motor

19 xvi terhadap frekuensi dengan input sinusoidal dengan variasi kecepatan 20 km/jam, 40 km/jam, dan 60 km/jam Gambar 5.19 Grafik Ketahanan Pengemudi terhadap Percepatan Penumpang Gambar 5.20 Grafik Perbandingan Displacement Transmibility antara Penggunaan Sistem Suspensi Asli dengan Sistem Suspensi Modifikasi

20 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai gaya redam maksimum untuk massa jenis minyak (ρ=860 kg/m 3 ) dan diameter piston (D p = 3 cm) pada masing-masing diameter orifice (D o = 1-3 mm)...8 Tabel 2.2 Reaksi kenyamanan terhadap percepatan ISO 2631 [6] Tabel 3.1 Parameter sistem suspensi Hydraulic ShockAbsorber Tabel 3.2 Material properties pada cast iron Tabel 3.2 Parameter untuk simulasi sistem setengah kendaraan Tabel 5.1 Parameter yang Digunakan saat Simulasi Respon Gaya Redam pada Sistem Suspensi Tabel 5.2 Hasil Simulasi Pasangan Silinder Hidrolis Pada Tabel 5.3 Diameter Piston Sebesar 0,02 m Hasil Simulasi Pasangan Silinder Hidrolis Pada Diameter Piston Sebesar 0,02 m Tabel 5.4 Nilai C pada Pasangan Silinder Hidrolis dan Diameter Piston Sebesar 0,02 m Tabel 5.5 Nilai C pada Pasangan Silinder Hidrolis dan Diameter Piston Sebesar 0,18 m Tabel 5.6 Nilai a RMS pada Variasi Parameter Modifikasi Tabel 5.7 Tabel 5.8 Nilai Tegangan Kerja Pada sisi Ekspansi dan Kompresi Nilai Tegangan Equivalent akibat Pembebanan Dinamis Tabel 5.9 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.10 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi xvii

21 xviii Tabel 5.11 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.12 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 20 km/h) pada system suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.13 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 40 km/h) pada system suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.14 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 60 km/h) pada system suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.15 Hubungan antara kecepatan kendaraan dengan percepatan penumpang pada sistem suspensi hydraulic shock absorber asli dan modifikasi Tabel 5.16 Ketahanan Tubuh Pengendara terhadap Kecepatan Tabel 5.17 Data Simulasi Setengah Kendaraan dengan Penggunaan Suspensi Asli dan Modifikasi

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia industri dan teknologi terus mengalami kemajuan yang sangat pesat, salah satunya dibidang otomotif. Perkembangan yang terjadi berasal dari permintaan konsumen yang menginginkan kendaraan yang lebih baik. Berbagai macam teknologi otomotif telah ditemukan dan dikembangkan dalam upaya memberikan kondisi terbaik bagi masyarakat dalam berkendara. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu dilakukan pengembangan terhadap spare part sepeda motor agar didapatkan hasil yang lebih efisien namun tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan saat berkendara. Salah satunya adalah sistem suspensi pada sepeda motor. Sistem tersebut memiliki fungsi sebagai penghubung badan kendaraan dengan roda, dengan tujuan untuk melindungi dari kejutan-kejutan yang timbul pada kendaraan. Dalam hal ini sering ditemukan suatu permasalahan yang timbul pada saat berkendara yaitu getaran yang berlebih. Getaran ini apabila tidak diantisipasi maka akan menyebabkan kegagalan pada mesin, berkurangnya tingkat keamanan pada kendaraan bermotor serta perasaan tidak nyaman pada penumpang. Dalam tugas akhir ini, dilakukan redesign suspensi kendaraan motor mio J dengan merubah parameter-parameter yang terdapat pada sistem suspensi untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dan efisien. Analisis sistem suspensi yang dilakukan didasarkan pada pemodelan setengah kendaraan. Perubahan parameter yang ada pada sistem suspensi ini seperti variasi diameter piston (D p) sebesar m, variasi diameter piston rod sebesar m dan variasi diameter orifice sebesar m. Setelah melakukan perubahan parameter tersebut selanjutnya dilakukan analisa kekuatan pada piston rod. Sehingga dalam tugas akhir ini nantinya didapatkan suatu sistem 1

23 2 suspensi yang lebih efisien dan tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan saat berkendara. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut, 1. Bagaimana pengaruh perubahan parameter diameter orifice silinder hidrolik, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber terhadap gaya redam? 2. Bagaimana respon dinamis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor terhadap perubahan parameter diameter orifice, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber? 3. Bagaimana pengaruh perubahan parameter sistem suspensi hydraulic shock absorber terhadap kekuatan material piston? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut, 1. Mengetahui pengaruh perubahan parameter diameter orifice silinder hidrolik, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber terhadap gaya redam. 2. Mengetahui respon dinamis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor terhadap perubahan parameter diameter orifice, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber. 3. Mengetahui pengaruh perubahan parameter sistem suspensi hydraulic shock absorber terhadap kekuatan material piston 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut,

24 3 1. Untuk simulasi, hanya digunakan sistem setengah kendaraan 2. Fluida kerja minyak pada silinder hidrolik diasumsikan incompressible flow. 3. Profil jalan dimodelkan sebagai input sinusoidal. 4. Parameter yang digunakan dalam simulasi didapat dari pengujian secara langsung maupun dari jurnal. 5. Tipe sepeda motor yang dimodelkan adalah Yamaha Mio J 1.5 Manfaat Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut, 1. Memberikan informasi mengenai pengaruh perubahan parameter diameter orifice silinder hidrolik, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber terhadap gaya redam. 2. Memberikan informasi mengenai respon dinamis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor terhadap perubahan parameter diameter orifice silinder hidrolik, diameter piston, dan diameter piston rod pada hydraulic shock absorber 3. Memberikan informasi mengenai pengaruh perubahan parameter sistem suspensi hydraulic shock absorber terhadap kekuatan material piston.

25 4 Halaman ini sengaja dikosongkan

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Suspensi Oleo Pneumatic Shock Absorber Pada tahun 2015, Yunita Hestiningrum, mahasiswa S1 Teknik Mesin ITS Surabaya melakukan penelitian mengenai perubahan sistem suspensi pada pesawat terbang Boeing dimana penggunaan shock absorber jenis hydro-pneumatic diganti menjadi oleo-pneumatic. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perubahan sistem suspensi terhadap gaya redam dan gaya pegas serta respon dinamis penumpang pesawat saat proses landing dan take off. Pemodelan dan analisis dilakukan dengan menggunakan software Matlab untuk mendapatkan karakteristik getaran sistem suspensi dengan perubahan parameter-parameter. Untuk mendapatkan nilai respon dinamis terhadap gaya redam saat kondisi landing dan kondisi take off persamaan yang digunakan seperti pada persamaan 2.1 dan 2.2. Persamaan gaya redam untuk dua buah oleo-pneumatic shock absorber saat kondisi landing adalah : A3 Fd = 2p l A = 2. 1 ρ 2 ξ 2 A 2 (x 1 x 2 )2 = ρ 0 ξ 2 A 2 (x 1 x 2 )2 0 5 A3 (2.1) Persamaan gaya redam untuk tiga buah oleo-pneumatic shock absorber saat kondisi takeoff adalah : A3 Fd = 3p l A = 3. 1 ρ 2 ξ 2 A 2 (x 1 x 2 )2 = 1.5ρ 0 A3 ξ 2 A 0 2 (x 1 x 2 )2 (2.2) Dengan input yang digunakan berupa input sinusoidal dan input bump modified didapatkan bahwa semakin kecil luas penampang orrifice (A 0) maka semakin besar gaya redam yang dihasilkan. Dan semakin besar tekanan awal gas (P 0) pada oleopneumatic sock absorber maka gaya pegas yang dihasilkan semakin besar. Kemudian semakin besarnya volume awal gas (V 0)

27 6 maka gaya pegas akan semakin besar. Berikut adalah hasil simulasi dari respon suspensi berupa perpindahan, kecepatan, dan percepatan pada penumpang pesawat terhadap waktu. Untuk kondisi landing, didapatkan grafik pada Gambar 2.1 dimana respon transient yang dihasilkan hampir sama, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 25 detik. Sementara untuk kondisi take off, didapatkan grafik pada Gambar 2.2 dimana dari ketiga jenis gas yang digunakan pada simulasi, hasil dari nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang adalah tidak ada keluhan (nyaman) apabila merujuk pada standar ISO Dengan asumsi kecepatan pesawat saat take off sebesar 196 knots = 362,992 km/jam, respon yang dihasilkan ketiga grafik tersebut hampir sama dan merupakan respon steady state, dimana mencapai kondisi steady state sebelum 15 detik. Gambar 2.1 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang pesawat terhadap waktu dengan input bump modified (untuk landing)

28 7 a b Gambar 2. 1 Grafik respon perpindahan (a) dan kecepatan (b) terhadap gaya redam pada massa jenis minyak (ρ = 912 kg/ m 3 ), luas penampang piston (A=0,01376 m 2 ) dan luas penampang orifice (A o = 0, ) 2.2 Sistem Suspensi Hydro Pneumatic Shock Absorber Pengaruh perubahan parameter pada sistem suspensi hydro-pneumatic kembali diteliti oleh Istina Rahmawati, mahasiswa S1 Teknik Mesin ITS Surabaya, pada tahun 2016 dengan judul Pemodelan dan Analisis Pengaruh Perubahan Parameter Sistem Suspensi Hydro-Pneumatic terhadap Gaya Redam dan Gaya Pegas Serta Respon Dinamis Mobil. Dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa semakin kecil diameter orrifice (D 0) maka gaya redam yang dihasilkan semakin besar, sesuai dengan persamaan 2.3. Semakin besar tekanan awal gas (P 0), maka gaya pegas yang dihasilkan semakin besar. Semakin besar volume awal gas (V 0) yang digunakan, maka gaya pegas yang dihasilkan semakin kecil. F d = p l A = 1 A ρa (( ) 2 1) 2 ξa (x 1 x 2 )2 (2.3) 0

29 8 Tabel 2.1 Nilai gaya redam maksimum untuk massa jenis minyak (ρ=860 kg/m 3 ) dan diameter piston (D p = 3 cm) pada masing-masing diameter orifice (D o = 1-3 mm) Diameter Orifice (D o) Gaya Redam 0,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz 1 mm N N N N 2 mm 674, ,9 N 6074,7 N N N 3 mm 133,3258 N 533,3032 N 1199,9 N 2196 N x ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz x ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz Damping Force (N) Damping Force (N) Displacement (m) (a) D p = 3 x 10-2 m, D o = 2 x 10-3 m Velocity (m/s) (b) D p = 3 x 10-2 m, D o = 2 x 10-3 m 1.5 x ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz 1.5 x ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz Damping Force (N) Damping Force (N) Displacement (m) (c) Velocity (m/s) (d)

30 9 D p = 3 x 10-2 m, D o = 3 x 10-3 m D p = 3 x 10-2 m, D o = 3 x 10-3 m ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz ,5 Hz 1 Hz 1,5 Hz 2 Hz Damping Force (N) Damping Force (N) Displacement (m) Velocity (m/s) Gambar 2. 2 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam pada massa jenis minyak (ρ=860 kg/m 3 ), diameter piston (D p = 3 cm) dan diameter orifice (D o =1-3 mm) dengan variasi frekuensi Dengan input bump modified dengan variasi jenis gas dan tekanan awal gas, respon kendaraan mencapai kondisi steady state kurang dari 2 detik, sementara untuk respon penumpang mencapai steady state kurang dari 1,5 detik. Sedangkan untuk input sinusoidal dengan variasi jenis gas dan tekanan awal gas, respon kendaraan dan penumpang mencapai kondisi steady state kurang dari 3 detik. Dari kedua jenis variasi jenis gas dan tekanan awal gas yang digunakan pada simulasi, hasil dari nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang adalah tidak ada keluhan (nyaman) apabila dibandingkan dengan standar ISO 2631 dan mencapai ketahanan lebih dari 24 jam. Untuk gaya tekan ban (road holding) untuk variasi jenis gas maupun tekanan gas bernilai positif, sehingga ban dalam posisi aman, yaitu masih menapaki jalan. 2.3 System Suspensi Hydraulic Shock Absorber Sistem suspensi merupakan salah satu bagian pada chasis sepeda motor yang berfungsi menyerap kejutan maupun getaran akibat permukaan jalan sehingga meningkatkan keamanan, kenyamanan dan stabilitas berkendara. Sistem suspensi dapat

31 10 menjaga agar ban selalu kontak dengan permukaan jalan, selain itu sistem suspensi juga berfungsi untuk menopang body/rangka sepeda motor. Pada sistem suspensi hydraulic shock absorber fluida kerja yang digunakan sebagai medium kerjanya adalah oli atau minyak shock absorber. Seperti pada gambar 2.4. Gambar 2. 3 Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pemodelan pengendara dan sepeda motor pada sistem suspensi hydraulic shock absorber pernah dilakukan oleh Chika Olviani dengan sistem 8 derajat kebebasan yang terdiri dari massa roda depan, massa roda belakang, massa bodi motor, massa paha, massa lower torso, massa upper torso, dan massa kepala. Dari hasil simulasi didapatkan nilai percepatan maksimum pada tubuh pengendara karena pemberian input harmonik minimum sebesar 0.01 m pada kecepatan maksimal (80 km/jam), nilai RMS percepatan tubuh pengendara dari paha, lower torso, upper torso dan kepala berturut-turut adalah m/s2, m/s2, m/s2, dan m/s2. Kemudian pemberian input harmonik maksimal sebesar 0.03 m pada kecepatan maksimal (80 km/jam), nilai RMS percepatan tubuh pengendara dari paha, lower torso, upper torso dan kepala berturut-turut adalah m/s2, m/s2, m/s2, dan m/s2. Berdasarkan ISO 2631, nilai percepatan hasil simulasi pada kecepatan 20 km/jam pada semua input tubuh pengendara dari paha, lower torso, upper torso dan

32 11 kepala berada di bawah standart kenyamanan. Sedangkan pada kecepatan 50 km/jam dan 80 km/jam pada semua input harmonik nilai percepatan dari hasil simulasi masih berada pada standart kenyamanan karena kurang dari 2 m/s2, tetapi sudah terasa adanya ketidaknyamanan. Gambar 2. 4 Respon tubuh pengendara berupa percepatan akibat input harmonik sebesar 0.03 m pada kecepatan (a) 20 km/jam, (b) 50 km/jam, (c) 80 km/jam Pemodelan dan analisis pengaruh variasi luasan orifice terhadap gaya redam pernah dilakukan juga oleh Aulia Wardani pada tahun Dalam penelitian ini menggunakan sistem Hydraulic Motor Regenerative Shock Absorber (HMRSA). Pada simulasi pada model seperempat kendaraan (quarter car model) dan HMRSA, didapatkan respon getaran akibat 2 jenis input, yaitu input sinusoidal dengan variasi kecepatan kendaraan dan input bump yang dimodifikasi. Sebelum dilakukan simulasi pada keseluruhan sistem, terlebih dahulu dilakukan simulasi pada HMRSA. Adapun simulasi awal yang dilakukan yaitu simulasi pada silinder hidrolik dengan variasi frekuensi ( Hz), variasi diameter silinder hidrolik (5 cm - 3 cm dan 3 cm cm), dan variasi diameter orifice (2 mm, 4 mm, dan 6 mm). Dari hasil simulasi tersebut didapatkan perbedaan karakteristik dinamis dan daya listrik bangkitan yang dihasilkan pada variasi input (sinusoidal dan bump yang dimodifikasi). Selain itu, dari kedua jenis input akan dibandingkan pula antara HMRSA dengan nilai konstanta redaman C tertentu yang dipasang pada quarter car.

33 12 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil luasan suatu orifice maka gaya redamnya semakin besar. Seperti gambar 2.6 Gambar 2.6 Respon Gaya Redam terhadap Perpindahan dan Kecepatan pada Silinder Hidrolik pasangan 5 cm dan 3 cm dengan pasangan diameter orifice 1 konstan sebesar 2 mm dan diameter orifice 2 sebesar 2 mm Gambar 2.7 Respon Gaya Redam terhadap Perpindahan dan Kecepatan pada Silinder Hidrolik pasangan 3 cm dan 1.8 cm dengan pasangan diameter orifice 1 konstan sebesar 2 mm dan diameter orifice 2 sebesar 2 mm

34 Konstruksi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Sistem suspensi terdiri dari dua komponen penyusun utama yaitu spring dan damper. Spring berfungsi untuk menyerap kejutan dari jalan dan getaran roda-roda agar tidak diteruskan ke bodi secara langsung sedangkan damper berfungsi untuk meredam gerakan ayunan pegas saat melewati permukaan jalan yang tidak rata. Pantulan akibat pegas tersebut mengakibatkan motor sulit dikendalikan dan tidak nyaman. Oleh karena itu, sebuah sistem suspensi membutuhkan komponen untuk mendisipasi energi yang tersimpan pada pegas seperti pada gambar 2.5. Gambar 2. 8 Komponen Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Shock absorber memiliki bagian-bagian sebagai berikut: 1. Eye Eye merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi sebagai penahan atau dudukan antara shock absorber dengan chassis kendaraan. Eye memiliki bentuk bulat yang bagian dalamnya terdapat karet dan bushing untuk masuk kedalam baut pemegang shock. 2. Spring Spring biasa disebut pula per atau pegas. Komponen ini mempunyai bentuk ulir melingkar yang berfungsi untuk menahan beban kendaraan dan memberikan fungsi elastisitas pada suspensi,

35 14 spring juga berfungsi untuk menahan beban dan membantu proses rebound. 3. Piston Piston merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi untuk mengatur kinerja sirkulasi fluida yang ada didalam tabung sok (shock tube). Bagian piston yang ada di shock absorber ini, terdiri dari beberapa bagian pula. Misalnya, ring piston dan valve yang berfungsi untuk menahan kompresi tekanan di tabung (tube). 4. Piston Rod Piston rod merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi sebagai jalur penopang dan dudukan piston. Terutama dibagian ujung. Piston akan ditahan oleh mur yang berada di bagian atas main shaft. Panjangnya piston rod (as) juga mempengaruhi panjang langkah atau stroke. Semakin panjang as, maka stroke juga akan semakin panjang. Begitu pula sebaliknya. 5. Damper Damper merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi untuk meredam beban yang diterima ketika terjadi proses rebound. Maka dari itu, hubungan antara damper dengan spring sangat erat. Damper ini berfungsi untuk meredam gaya ke atas dari elastis spring dan menambah fungsi spring, ketika terjadi proses rebound akan terdengar bunyi keras akibat benturan part yang satu dengan part yang lainnya. 6. Tabung (Tube) Tabung (tube) merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi sebagai bagian penampung oli atau gas. Ketika shock absorber bekerja, maka oli atau gas akan mengisi bagian luar tabung. Dalam perkembangannya, sekarang ini terbagi menjadi model mono tube dan double tube. Model tabung double tube cenderung lebih kuat ketimbang model mono tube. Biasanya model mono tube memiliki tabung dibagian atas. Sedangkan double tube, umumnya berada dibagian bawah. 7. Rebound Adjuster Rebound Adjuster merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi untuk menghambat atau melancarkan sirkulasi oli.

36 15 Semakin dihambat sirkulasi oli, maka rebound yang dihasilkan lambat. Sebaliknya, jika dilancarkan, maka rebound semakin cepat. 8. Yoke Yoke disebut juga dudukan sok bagian bawah. Fungsi dari yoke sama dengan fungsi dari eye. Yoke merupakan bagian dari shock absorber yang berfungsi sebagai penahan atau dudukan antara shock absorber dengan chassis kendaraan bagian bawah. Yoke memiliki bentuk dudukan shock absorber bermodel U yang terdapat karet dan bushing untuk masuk kedalam baut pemegang shock. 2.5 Prinsip Kerja Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Saat shock absorber ditekan karena gaya osilasi dari pegas suspensi, maka gerakan yang terjadi adalah shock absorber mengalami pemendekan ukuran. Siklus kompresi terjadi ketika piston bergerak ke bawah, menekan fluida hidrolik di dalam ruang bawah piston. Dan minyak shock absorber yang berada dibawah piston akan naik keruang atas piston melalui lubang yang ada pada piston. Sementara lubang kecil (orifice) pada piston tertutup karena katup menutup saluran orifice tersebut. Penutupan katub ini disebabkan karena peletakan katup yang berupa membran (plat tipis) dipasangkan dibawah piston, sehingga ketika minyak shock absorber berusaha naik ke atas maka katup membran ini akan terdorong oleh shock absorber dan akilbatnya menutup saluran orifice. Jadi minyak shock absorber akan menuju ke atas melalui lubang yang besar pada piston, sementara minyak tidak bisa keluar melalui saluran oriface pada piston. Pada saat ini shock absorber tidak melakukan peredaman terhadap gaya osilasi dari pegas suspensi, karena minyak dapat naik ke ruang di atas piston dengan sangat mudah.

37 16 Gambar 2. 9 Siklus Kompresi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pada saat memanjang piston di dalam tabung akan begerak dari bawah naik ke atas. Gerakan naik piston ini membuat minyak shock absorber yang sudah berada diatas menjadi tertekan. Minyak shock absorber ini akan mencari jalan keluar agar tidak tertekan oleh piston terus. Maka minyak ini akan mendorong katup pada saluran oriface untuk membuka dan minyak akan keluar atau turun ke bawah melalui saluran oriface. Pada saat ini katup pada lubang besar di piston akan tertutup karena letak katup ini yang berada di atas piston. Minyak shock absorber ini akan menekan katup lubang besar, piston ke bawah dan mengaakibat katup ini tertutup. Tapi letak katup saluran oriface membuka karena letaknya berada di bawah piston, sehingga ketika minyak shock menekan ke bawah katup ini membuka. Pada saat ini minyak shock absorber hanya dapat turun ke bawah melalui saluran orifice yang kecil. Karena salurannya yang kecil, maka minyak shock absorber tidak akan bisa cepat turun ke bawah alias terhambat. Di saat inilah shock absorber melakukan peredaman terhadap gaya osilasi pegas suspensi. Gambar Siklus Ekspansi Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber

38 Teori Getaran Base Excitation Akibat adanya eksitasi input y(t), memungkinkan suatu sistem pegas-massa-peredam mengalami gerak harmonik seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9(a). Eksitasi input y(t) menyatakan perpindahan dari base, dan x(t) menyatakan perpindahan massa dari posisi kesetimbangan statis pada waktu t. Sehingga perpanjangan dari pegas adalah (x y) dan kecepatan relatif antara kedua ujung damper adalah (x y ). Dari free body diagram yang ditunjukkan pada gambar 2.9(b), didapatkan persamaan gerak: (a) (b) Gambar Base excitation (a) Sistem fisik base excitation (b) Free body diagram untuk sistem base excitation 2.7 Transmisibilitas Gaya (Force Transmissibility) Rasio dari FT/kY diketahui sebagai force transmissibility dengan catatan gaya yang ditransmisikan berada pada fase yang sama dengan gerakan dari massa x(t). Variasi dari gaya yang ditransmisikan ke permukaan jalan (base) dengan rasio frekuensi r dapat dilihat pada gambar untuk nilai damping ratio (ζ ) yang berbeda.

39 18 Gambar 2.12 Grafik Force Transmibility Gaya, F, ditransmisikan ke permukaan jalan atau tumpuan bergantung pada reaksi dari pegas (spring). Gaya tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: F = k(x y) + c(x y ) = mx (2.4) F = mω 2 Xsin(ωt φ) = F T sin(ωt φ) (2.5) Dimana FT adalah amplitudo atau nilai maksimum dari gaya yang ditransmisikan ke permukaan jalan, dirumuskan sebagai berikut: F T = ky r2 1+(2ζr) [ (1 r 2 ) 2 +(2ζr) 2] (2.6) 2.8 Transmisibilitas Perpindahan (Displacement Transmibility) Rasio dari amplitudo respon x p (t) terhadap base motion y(t), yaitu X, disebut dengan displacement transmissibility. Y Displacement transmissibility adalah seberapa besar respon gerakan yang ditransmisikan dari input jalan ke massa kendaraan dengan variasi frekuensi saat berkendara. Grafik transmisibilitas perpindahan dapat dilihat pada gambar 2.11 di bawah ini.

40 19 T = X Y T = X Y = = input displacement output displacement 1+(2ζr)2 (2.7) (1 r 2 ) 2 +(2ζr) 2 Gambar Grafik variasi Td dan ϕ terhadap r Berikut ini merupakan karakteristik yang didapat dari gambar 2.14a, yaitu: 1. T d = 1 saat r = 0 dan mendekati 1 untuk nilai r yang sangat kecil 2. Untuk sistem yang tak teredam (ζ = 0), T d menuju tak hingga saat r = 1 (resonansi) 3. Nilai T d < 1 ketika r = 2, untuk semua nilai ζ 4. Nilai T d = 1 ketika r = 2, untuk semua nilai ζ 5. Untuk r < 2, semakin kecil nilai ζ maka akan semakin besar T d-nya. Sebaliknya, untuk r > 2, semakin kecil nilai ζ maka akan semakin kecil T d-nya. 6. Nilai dari T d mencapai maksimum untuk 0 < ζ < 1 pada saat r = r m< 1. Perumusan r m dapat ditulis sebagai berikut: r m = 1 2ζ [ 1 + 8ζ2 1] 1 2 (2.8)

41 Persamaan Pada Mekanisme Hidrolik Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli. Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow). Berikut ini persamaan Bernoulli untuk aliran yang tak termampatkan (incompressible flow) : Gambar Penerapan hukum Bernoulli pada sebuah pipa Persamaan Bernoulli : p 1 + v 2 1 ρ + v 2 2 ρ + gh 2 1 = p 2 Keterangan: p 1 : Tekanan fluida pada kondisi 1 (N/m 2 ) p 2 : Tekanan fluida pada kondisi 2 (N/m 2 ) 2 + gh 2 (2.9) v 1 : Kecepatan aliran fluida pada kondisi 1 (m/s) v 2 : Kecepatan aliran fluida pada kondisi 2 (m/s) h 1 : Tinggi pipa kondisi 1 (m) h 2 : Tinggi pipa kondisi 2 (m) g : gravitasi bumi (9.8 m/s 2 )

42 Konservasi Massa pada Mekanika Fluida Gambar Ilustrasi untuk aliran dalam suatu kontrol volume dm ) = 0 dt system (2.10) CV ρdv + ρv. da = 0 (2.11) CS t karena diasumsikan aliran incompressible, ρ = konstan, sehingga: CV ρdv + ρ V. da = 0 CS t ρ CS V. da = 0 V. da = 0 (2.12) CS dimana ρ : massa jenis fluida (kg/m 3 ) V : volume fluida (m 3 ) V : kecepatan (m/s) A : luas area (m 2 ) 2.11 Persamaan Fluida Minyak untuk Sistem Suspensi Hydrolic Shock Absorber Gaya redam dipengaruhi oleh energi disipasi dari minyak yang mengalir melalui orifice. Minyak tersebut diasumsikan incompressible fluid dan p l merepresentasikan perbedaan tekanan antara ruang bawah dan atas (MPa). Dari hukum konservasi massa

43 22 dan persamaan Bernoulli, maka didapat persamaan sebagai berikut : A(x s ) = A 0v l (2.13) p l = 1 ρ(v 2 l 2 (x s )2 ) (2.14) dimana A 0 : luas penampang orifice= πd 2 o / 4 (m 2 ) : kecepatan minyak yang mengalir melalui berikut : Fd = p l A v l x s orifice (m/s 2 ) : kecepatan piston relatif terhadap daerah di luar silinder dari hydraulic shock absorber (m/s 2 ) ρ : densitas dari minyak (kg/m 3 ) A : luas permukaan piston = πd 2 p / 4 (m 2 ) Sehingga gaya redamannya dapat dituliskan sebagai (2.15) 2.12 Pengaruh Percepatan terhadap Kenyamanan Pengendara Gerakan utama yang dialami pengemudi selama mengemudi adalah berupa percepatan atau perlambatan dan getaran. Unit dasar yang digunakan sebagai ukuran dari percepatan yang dialami manusia adalah berbasis pada gaya gravitasi yang diringkas G. Seseorang yang jatuh bebas dimana percepatan jatuhnya adalah 9,81 m/s 2 dikatakan mengalami percepatan sebesar 1 G. Toleransi manusia terhadap percepatan ditunjukan pada gambar 2.2. Gambar tersebut menunjukan level percepatan ratarata untuk bermacam arah gerakan yang mampu ditahan oleh tubuh manusia. Informasi ketahanan badan manusia terhadap percepatan merupakan hal yang sangat penting sebagai referensi dalam perancangan ketahanan bodi kendaraan terhadap impact. Jika pada saat kendaraan mengalami impact dimana pengemudi atau penumpang mendapat percepatan atau perlambatan melebihi yang

44 23 mampu didukung oleh badan, maka akan dapat membahayakan pengemudi dan penumpang kendaraan tersebut. Untuk kriteria kenyamanan berdasarkan besar percepatan menurut standart ISO 2631, ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Reaksi kenyamanan terhadap percepatan ISO 2631 No. Getaran Keterangan 1. a < m/s 2 Tidak ada keluhan m/s 2 < a < 0.63 m/s 2 Sedikit tidak nyaman m/s 2 < a < 0.1 m/s 2 Agak tidak nyaman m/s 2 < a < 1.6 m/s 2 Tidak nyaman m/s 2 < a < 2.5 m/s 2 Sangat tidak nyaman 6. a > 2 m/s 2 Amat sangat tidak nyaman Untuk kriteria ketahanan pengendara berdasarkan besar percepatan menurut standart ISO 2631, ditampilkan pada gambar 2.14 dibawah ini. Gambar Grafik percepatan RMS (Root Mean Square) berdasarkan ISO 2631

45 24 Selain berdasarkan tingkat kenyamanan, acuan baik tidaknya suspensi kendaraan juga dilihat berdasarkan tingkat keamanan. Suspensi dapat dikatakan relatif aman jika roda dan permukaan jalan melekat dengan baik atau diusahakan defleksi pada roda seminimal mungkin. Defleksi maksimum dari suspensi depan sebesar 10 cm, sedangkan untuk suspensi belakang maksimum sebesar 12 cm Analisa Kekuatan Material Kekuatan Material Suatu sistem struktur yang menanggung beban luar (external forces) akan menyebabkan timbulnya gaya dalam (internal forces) pada elemen-elemen penyusun struktur tersebut, gaya dalam berfungsi untuk menahan beban yang bekerja sesuai dengan hukum keseimbangan (equilibrium). Apabila gaya dalam bertambah maka akan menyebabkan bertambahnya tahanan dalam material yang digunakan sampai mencapai suatu nilai maksimum, jika penambahan beban masih terus dilanjutkan maka akan terjadi kegagalan pada elemen struktur tersebut. Batas maksimum kemampuan elemen struktur dalam memberikan tahanan guna melawan beban luar yang bekerja disebut sebagai kekuatan, selanjutnya kekuatan struktur sangat dipengaruhi oleh material yang digunakan, jenis pembebanan, sistem struktur, temperatur, jangka waktu pembebanan dan lain sebagainya. Kriteria kekuatan juga berhubungan dengan material, hal ini tergantung pada besarnya gaya tarik-menarik dan tolak-menolak antar atom-atom penyusun material yang digunakan pada elemen struktur sebagai hasil dari perubahan jarak antar atom (interatomic spacing) akibat bekerjanya gaya luar. Analisis kekuatan bahan perlu mempertimbangkan intensitas gaya dalam yang bekerja untuk menahan seluruh beban luar yang bekerja pada elemen struktur. Intensitas gaya dalam yang bekerja pada setiap titik material disebut sebagai tegangan, sedangkan tegangan maksimum yang terukur pada saat terjadinya kegagalan disebut sebagai kekuatan bahan.

46 Tegangan Tegangan merupakan intensitas gaya dalam pada elemen struktur sebagai reaksi terjadinya deformasi yang timbul akibat bekerjanya beban luar, pada umumnya intensitas gaya ini berarah miring pada bidang potongan. Dalam praktek keteknikan intensitas gaya tersebut diuraikan menjadi tegak lurus dan Komponen Tegangan Normal dan Geser dari Tegangan Tegangan normal merupakan intensitas gaya yang bekerja tegak lurus terhadap potongan tampang melintang, apabila tegangan normal tersebut bekerja ke arah luar dari penampang maka disebut sebagai tegangan tarik dengan tanda positif, sedangkan tegangan yang menuju potongan tampang disebut tegangan tekan dengan tanda negatif. Besarnya tegangan normal dihitung menurut Persamaan σ = P/A (2.16) Safety Factor (SF) Safety Factor adalah faktor yang dimasukan untuk dijadikan sebagai batas keamanan pada suatu desain bila diberikan beban yang berlebihan dari beban yang diizinkan. Tujuan dibuatnya safety factor adalah untuk memastikan bahwa desain yang telah dibuat tidak terjadi kegagalan apabila diberikan beban yang berlebihan. Menurut D.G Ulman safety factor dibagi menjadi 5 faktor, yaitu material properties factor, stress factor geometry factor, failure analysis factor, and desired realibility factor, di mana setiap factor memiliki nilai tersendiri sesuai dengan definisinya. Berikut adalah nilai safety factor yang disebabkan akibat pembebanan dinamis dan pembebanan statis seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Nilai Safety Factor berdasarkan jenis beban Jenis Beban Beban Statis Beban Dinamis Nilai Safety Factor (SF) 1,

47 26 Halaman ini sengaja dikosongkan

48 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penulisan tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui respon dinamis berupa perpindahan dan kecepatan dari sistem suspensi hydraulic shock absorber pada motor Yamaha Mio J. Dalam proses analisis dilakukan beberapa langkah yang ditunjukkan oleh diagram alir pada gambar 3.1. Mulai Studi Literatur dan studi lapangan Data Spesifikasi dan Dimensi Awal Shock Absorber Pemodelan dinamis sistem suspensi mono tube hydraulic Pembuatan diagram block dari sistem suspensi mono tube hydraulic Simulasi dan anlisa grafik sistem suspensi mono tube hydraulic Pemodelan dinamis modifikasi sistem suspensi mono tube hydraulic Pembuatan diagram block modifikasi sistem suspensi mono tube hydraulic Simulasi dan anlisa grafik modifikasi sistem suspensi mono tube hydraulic Membandingkan simulasi dan analisa grafik sistem suspensi mono tube hydraulic setelah dilakukan modifikasi dengan menggunakan input sinosoidal Hasil sesuai kebutuhan B A 27

49 28 B A Dimensi dengan gaya damper terbaik Pembuatan model 3D shock absorber menggunakan software solidworks analisa kekuatan piston rod setelah dilakukan modifikasi σ kerja > σ Izin Pemodelan dinamis sistem setengah kendaraan sepeda motor dengan penggunaan sistem suspensi mono tube hydraulic Pembuatan diagram block pada simulink untuk sistem setengah kendaraan sepeda motor dengan penggunaan sistem suspensi mono tube hydraulic Input Bump Input Sinosoidal Simulasi dan analisis grafik dari sistem setengah kendaraan Grafik karakteristik dinamis pada sistem suspensi mono tube hydraulic dan sistem setengah kendaraan Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3. 1 Diagram alir penyelesaian tugas akhir

50 29 Metode pelaksanaan tugas akhir ini secara umum ditunjukkan pada gambar 3.1, dimulai dari studi literatur mengenai sistem suspensi hydraulic shock absorber dan studi lapangan dengan membongkar suspensi hydraulic shock absorber pada motor Yamaha Mio J. Langkah selanjutnya yaitu pemodelan fisik dari matematis untuk sistem suspensi hydraulic shock absorber. Kemudian membuat persamaan gerak dari sistem tersebut. Selanjutnya adalah membuat blok diagram pada MATLAB Simulink dengan input sinusoidal. Dari Simulink tersebut, didapatkan grafik karateristik gaya redam dengan variasi dimensi luas penampang orifice, luas penampang piston, serta diameter piston rod. Selanjutnya dari hasil modifikasi parameter sistem suspensi hydraulic shock absorber didpatkan perubahan dimensi sistem suspensi yang terdiri dari diameter piston, diameter piston rod serta diameter orifice. Setelah didapatkan dimensi yang baru selanjutnya adalah pembuatan 3D model modifikasi pada hydraulic shock absorber. Selanjutnya dilakukan analisa kekuatan pada piston rod untuk mengetauhi apakah modifikasi shock absorber itu aman atau tidak untuk diaplikasikan. Untuk selanjutnya, sistem suspensi hydraulic shock absorber ini dipasangkan pada sistem setengah kendaraan sepeda motor dan menggunakan langkah yang sama, yaitu dengan membuat model fisik dan matematis serta dengan variasi parameternya. Selanjutnya membuat blok diagram dengan input sinusoidal. Dari simulasi tersebut didapatkan grafik karateristik dinamis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber dan variasi parameternya serta gaya tekan dari ban kendaraan dengan penggunaan sistem suspense hydraulic shock absorber pada sepeda motor. setelah itu dilakukan analisis dari grafik tersebut dan membuat perbandingan dari grafik tersebut, manakah variasi parameter yang menghasilkan gaya damper terbaik untuk sistem setengah kendaraan sepeda motor untuk membuat modifikasi dimensi pada hydraulic shock absorber. Terakhir membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang didapatkan yang berhubungan dengan kenyamanan penumpang

51 30 dan keamanan pengaplikasian modfikiasi shock absorber dan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. 3.2 Tahap Studi Literatur Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan referensireferensi yang dapat menunjang dalam menganalisis sistem suspensi hydraulic shock absorber pada sepeda motor. Oleh karena itu, dilakukan studi literatur untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan landasan mengenai permasalahan yang akan dibahas. Adapun materi dari studi literatur yang mendukung dalam penulisan tugas akhir ini yaitu mekanika getaran dasar, pemodelan sistem dinamis, sistem mekanis getaran translasi, sistem hidrolik, proses adiabatic, serta pembuatan blok diagram pada program MATLAB Simulink. Sedangkan studi lapangan yang dilakukan meliputi penentuan nilai parameter dari sistem suspensi hydraulic shock absorber yang digunakan dalam pemodelan dan simulasi sistem dengan cara pembongkaran shock absorber. Nilai parameter tersebut adalah berupa data teknis dari sistem suspensi hydraulic shock absorber yang meliputi dimensi shock absorber, massa sepeda motor motor saat kosong,massa maksimum sepeda motor dengan adanya penumpang, massa roda belakang sepeda motor, dan kecepatan saat berjalan dari sepeda motor Yamaha Mio J. Untuk studi literatur, referensi didapat dari buku, jurnaljurnal ilmiah, maupun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan. Sedangkan studi lapangan meliputi pengukuran dimensi sistem suspensi hydraulic shock absorber seperti pada gambar 3.2,

52 31 Gambar 3. 2 Komponen Shock Absorber motor Yamaha Mio J 3.3 Pemodelan dan Simulasi Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Pemodelan Fisik Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Model sistem suspensi hydraulic shock absorber pada sepeda motor digambarkan seperti gambar 3.3. Peredam (absorber) adalah komponen utama dari sistem pasif. Sistem ini terdiri dari sebuah ruang atas dengan luasan tertentu. Ruang tersebut dibatasi oleh sebuah piston dengan diameter D p yang didalamnya memiliki lubang-lubang kecil (orifice) berdiameter D o. Volume atas pada ruang atas diisi dengan minyak. Desain absorber ini menghasilkan gaya gaya redam. Saat sepeda motor berjalan, shock-strut mengalami kompresi dan ekspansi. Gerakan ini mendorong minyak mengalir melalui orifice, yang menghilangkan sejumlah energi akibat impact atau eksitasi. saat proses kompresi, minyak mengalir melewati lubang-lubang kecil menujuh bagian bawah piston. Ketika energi yang tersimpan ini dilepaskan pada

53 32 proses ekspansi, shock-strut memanjang dan minyak mengalir melewati lubang-lubang kecil menuju bagian atas piston sehingga menghilangkan energi impact atau eksitasi tersebut. Siklus kompresi dan ekspansi ini terus terjadi hingga seluruh energi impact atau eksitasi saat sepeda motor berjalan menghilang. KOMPRESI EKSPANSI Fd com Do com D p Do exp Fd exp Dpr Dpr Gambar 3. 3 Model fisik rancangan sistem suspensi mono tube hydraulic Pemodelan Matematis dan Pembuatan Persamaan dari Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Pemodelan matematis untuk sistem suspensi hydraulic shock absorber ini, seperti terlihat pada gambar 3.4, meliputi silinder hidrolik, piston, orifice dan fluida kerja di dalamnya yaitu minyak. Persamaan gaya redam yang digunakan adalah berupa Fd pada saat proses ekspansi dan kompresi dijabarkan sebagai berikut :

54 33 Persamaan gaya redam (Fd) saat proses kompresi dijabarkan sebagai berikut : Fd = P. A k Fd = ρ (( A p 2 Ao kompresi )2 2 1) x. Ap 3.1 Persamaan gaya redam (Fd) saat proses ekspansi dijabarkan sebagai berikut : Fd = P. A e Fd = ρ (( A 2 p Apr ) 2 1) x. (Ap-Apr) Ao ekspansi KOMPRESI EKSPANSI Fd com Do com D p Do exp Fd exp Dpr Dpr Gambar 3. 4 Model matematis rancangan sistem suspensi hydraulic shock absorber Pembuatan Blok Simulasi Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Setelah mendapatkan persamaan gerak dari sistem, langkah selanjutnya yaitu membuat blok simulasi. Berikut merupakan parameter yang digunakan untuk membuat simulasi sistem suspensi hydraulic shock absorber :

55 34 Table 3.1 Parameter awal sistem suspensi hydraulic shock absorber Parameter Nilai Koefisien discharge orifice (ξ) 0,3 Diameter Piston Rod (Dpr) 0,012 m Diameter piston (D p) 0,02 m Diameter orifice ekspansi (D oe) 0,002 m Diameter orifice kompresi (D ok) 0,002 m Massa jenis minyak (ρ) 860 Kg/m³ Proses pembuatan blok diagram pada Simulink dijelaskan berupa diagram alir pada gambar 3.5, 3.6, 3.7. Input yang digunakan yaitu input sinusoidal dengan variasi frekuensi 0,5-2,5 Hz, variasi diameter piston (D p) sebesar m, variasi diameter piston rod sebesar m dan variasi diameter orifice sebesar m. Selanjutnya dilakukan simulasi untuk mendapatkan gaya redam yang optimal dengan menggunakan frekuensi dan diameter silinder hidrolik yang telah divariasikan sebelumnya.

56 35 Variasi diameter piston rod (Dpr) Mulai Parameter dan persamaan gerak dari sistem suspensi hydropneumatic Dpr = 0,010 m i = 0,002 ; 0,004 ; 0,006 Membuat blok diagram pada Simulink Dpr(i) = Do - i Membuat M-file untuk sistem tersebut Menjalankan M-file Menjalankan Simulink Dpr(i) = 0,004 m Tidak Ya Grafik dari karakteristik gaya pegas untuk sistem suspensi hydro-pneumatic dengan variasi diameter penampang orifice Selesai Gambar 3. 5 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan variasi diameter piston rod (D pr)

57 36 Variasi diameter piston (Dp) Mulai Parameter dan persamaan gerak dari sistem suspensi hydropneumatic Dp = 0,02 m i = 0,001 ; 0,002 Membuat blok diagram pada Simulink Dp(i) = Do - i Membuat M-file untuk sistem tersebut Menjalankan M-file Menjalankan Simulink Dp(i) = 0,018 m Tidak Ya Grafik dari karakteristik gaya pegas untuk sistem suspensi hydro-pneumatic dengan variasi diameter penampang orifice Selesai Gambar 3. 6 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan variasi diameter piston (D p)

58 37 Variasi Diameter Orifice (Do) Mulai Parameter dan persamaan gerak dari sistem suspensi hydropneumatic Doo = 0,002 m i = 0 ; 0,0005 ; 0,0010 Membuat blok diagram pada Simulink Do(i) = Do - i Membuat M-file untuk sistem tersebut Menjalankan M-file Menjalankan Simulink Doi = 0,001 m Tidak Ya Grafik dari karakteristik gaya pegas untuk sistem suspensi hydro-pneumatic dengan variasi diameter penampang orifice Selesai Gambar 3. 7 Diagram alir proses pembuatan blok diagram Simulink dari sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan variasi diameter orifice (D o)

59 Analisa Grafik Sistem Suspensi Mono Tube Hydraulic Dari simulasi yang telah dilakukan untuk sistem suspensi Hydraulic ShockAbsorber, akan didapatkan grafik karakteristik gaya redam, yaitu berupa grafik gaya redam terhadap perpindahan maupun kecepatan dengan variasi diameter piston (D p) sebesar , variasi diameter piston rod (Dpr) sebesar dan variasi diameter orifice (Do) sebesar Dari hasil tersebut nantinya didapatkan gaya redam yang paling optimal dengan melakukan perubahan parameter dimensi diameter orifice, diameter piston dan diameter piston rod Setelah itu grafik-grafik tersebut dianalisa dan diambil kesimpulan. Kemudian dipilih salah satu dari perubahan dmensi dengan gaya redam yang optimal untuk selanjutnya digunakan sebagai parameter sistem suspensi dengan penumpang pada sistem suspensi hydraulic shock absorber pada sistem setengah kendaraan sepeda motor. 3.4 Analisa Kekuatan pada Piston Analisa kekuatan dilakukan untuk mengetahui distribusi tegangan yang terjadi pada piston. Analisis tegangan pada piston dilakukan dengan dua jenis pembebanan yaitu pembebanan statis dan pembebanan dinamis. Material yang digunakan pada hydraulic shock absorber yamaha mio J adalah besi tuang (cast iron). Berikut material properties yang akan digunakan pada tabel 3.2 Name General Stress Tabel 3.2 material properties pada cast iron Iron, Cast Mass density 7.15 g/cm 3 Yield strength 758 MPa Ultimate tensile strength 884 MPa Young s modulus GPa Poisson s ration 0.3 ul Shear modulus GPa

60 39 Pembebanan Statis Untuk mendapatkan nilai tegangan izin material, tegangan kerja saat ekspansi dan tegangan kerja pada proses kompresi dijabarakan pada persamaan sebagai berikut : Tegangan Izin Tegangan Kerja Ekspansi = Tegangan Kerja Kompresi = = Yield Strength Safety Factor Fd ekspansi A piston rod Fd ekspansi A piston rod Tegangan Kerja < Tegangan Izin ( AMAN ) Pembebanan Dinamis Untuk menganalisa tegangan dinamis perlu diketahui tegangan equivalen yang bekerja. Dalam analisa pembebanan dinamis teori yang digunakan adalah teory soederberg. Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menganalisa tegangan akibat pembebanan dinamis :

61 Pemodelan 3D pada Modifikasi Hydraulic shock absorbershock Absorber Setelah didapatkan dimensi terbaik dari sistem suspensi tersebut, selanjutnya dilakukan pemodelan 3D pada software solidworks seperti pada gambar 3.9, 3.10, Gambar 3. 8 Model fisik sistem suspensi Gambar 3. 9 Komponen penyusun sistem suspensi

62 41 Gambar Susunan komponen penyusun sistem suspensi 3.6 Pemodelan dan Simulasi Sistem Setengah Kendaraan Sepeda Motor dengan Penumpang pada Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pemodelan Matematis dan Pembuatan Persamaan dengan Penumpang pada Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pemodelan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah pemodelan setengah kendaraan dengan dua derajat kebebasan (3 DOF). Pada gambar 3.12 di bawah ini menunjukkan model sepeda motor yang meliputi, Mp yaitu massa penumpang, Kp mewakili konstanta pegas jok, Cp konstanta redaman jol, M v yaitu massa sepeda motor, m t yaitu massa ban, K v mewakili konstanta kekakuan dari pegas shock absorber sistem suspensi hydraulic shock absorber, K t yaitu kontanta kekakuan dari ban, C t yaitu konstanta redaman dari ban dan F d merupakan gaya redam yang dihasilkan oleh adanya fluida minyak dari sistem suspensi hydraulic shock absorber.

63 42 Xp Xp m p m p k p c p k p (x v -x p ) c p (v v -v p ) Xv Xv m v m v k v Fd Xt k v (x t -x v ) m t m t Fd Xt k t c t Xr k t (x r -x t ) c t (v r -v t ) Gambar Model matematis dari sistem setengah kendaraan sepeda motor dengan Fd merupakan sistem suspensi hydraulic shock absorber Setelah didapatkan model matematis, kemudian dibuat persamaan gerak dari sistem setengah kendaraan sepeda motor tersebut. Persamaan gerak untuk massa ban (m t) dapat dijabarkan sebagai berikut : F y = m t x t (3.10) k t (x r x t ) + c t (x r x t ) k v (x t x v ) F D = m t x t (3.11) v t = 1 m t [k t (x r x t ) + c t (x r x t ) k v (x t x v ) F D ] (3.12) Persamaan gerak untuk massa kendaraan (m v) dapat dijabarkan sebagai berikut : F y = m v x v (3.13)

64 43 k v (x t x v ) + F D k p (x v x p ) c p (x v x p) = m v x v (3.14) v v = 1 m v [k v (x t x v ) + F D k p (x v x p ) c p (x v x p)] (3.15) Persamaan gerak untuk massa penumpang (m p) dapat dijabarkan sebagai berikut : F y = m p x p (3.16) k p (x v x p ) + c p (x v x p) = m p x p (3.17) v p = 1 m p [k p (x v x p ) + c p (x v x p)] (3.18) Sistem suspensi hydraulic shock absorber yang dipasang pada sepeda motor merupakan sistem suspensi yang memiliki gaya redam yang paling optimum. Secara garis besar proses pembuatan persamaan gerak dapat ditransformasikan menjadi diagram alir pada gambar 3.13.

65 44 Mulai Model matematis dari sistem setengah sepeda motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shockabsorber yang memiliki gaya redam terbesar Pembuatan Free Body Diagram dari sistem setengah sepeda motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shockabsorber yang memiliki gaya redam terbesar Pembuatan persamaan gerak dari sistem setengah sepeda motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shockabsorber yang memiliki gaya redam terbesar Persamaan gerak dari sistem setengah sepeda motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shockabsorber yang memiliki gaya redam terbesar Mulai Gambar Diagram alir pembuatan persamaan gerak dari sistem setengah kendaraan Pembuatan Blok Simulasi Sistem Setengah Kendaraan Sepeda Motor dengan Penumpang pada Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Setelah mendapatkan persamaan gerak dari sistem, langkah selanjutnya yaitu membuat blok simulasi. Parameter yang digunakan untuk sistem setengah kendaraan sepeda motor yaitu data referensi berdasarkan data spesifikasi sepeda motor Yamaha Mio J. Parameter yang digunakan untuk simulasi sistem setengah kendaraan dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber terdapat pada tabel 3.2.

66 45 Table 3.2 parameter untuk simulasi sistem setengah kendaraan Parameter Nilai Massa motor kosong (m v) 87 kg Massa ban belakang (m t) 6,6 kg Massa 1 penumpang dan 1 alas duduk 70 kg (m p) Konstanta pegas shock absorber (k v) N/m Konstanta pegas ban (k t) 1600 N/m Konstanta pegas dudukan penumpang Ns/m Koefisien redaman ban (c t) 2200 Ns/m Koefisien redaman dudukan penumpang 150 Ns/m Analisa Grafik Sistem Setengah Kendaraan Sepeda Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Dari simulasi sistem setengah kendaraan sepeda motor, akan didapatkan respon dinamis, berupa perpindahan, kecepatan, maupun percepatan dari input sinusoidal, dengan memodifikasi blok diagram pada Simulink. Grafik-grafik tersebut dianalisis dan diharapkan sistem suspensi hydraulic shock absorber ini mampu mengurangi getaran pada bodi sepeda motor akibat beban impact saat proses berjalan dan akibat energi eksitasi oleh profil permukaan jalan yang tidak rata saat sepeda motor berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi pada proses berjalan secara optimal, sehingga vibrasi yang diterima oleh penumpang sangat kecil. Kemudian juga dianalisis grafik dari gaya tekan ban akibar penggunaan dari sistem suspensi hydraulic shock absorber tersebut. Gaya cengkram ban ini menunjukkan bahwa seberapa besar pengaruh gaya tekan pada jalan, sehingga dapat diketahui posisi ban dengan jalan. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan mengambil kesimpulan dari hasil analisis yang berhubungan dengan kenyamanan penumpang dan evaluasi yang telah dilakukan.

67 46 Halaman ini sengaja dikosongkan

68 BAB IV PEMODELAN SISTEM 4.1 Pemodelan Dinamis Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Untuk sistem suspensi hydraulic shock absorber ini menggunakan mekanisme hidrolik dengan fluida kerja minyak. Fluida minyak ini berfungsi sebagai damper untuk menghasilkan gaya redam pada saat proses ekspansi dan proses kompresi KOMPRESI EKSPANSI Fd com Do com D p Do exp Fd exp Dpr Dpr Gambar 4.1 Model matematis rancangan sistem suspensi hydraulic shock absorber Gaya redam yang tejadi pada sistem suspensi hidrolis dipengaruhi oleh energi disipasi dari minyak yang mengalir 47

69 48 melalui orifice. Minyak tersebut diasumsikan fluida inkompresibel dan ΔP menunjukkan perbedaan tekanan antara ruang bawah dan ruang atas piston. Dari hukum konservasi massa, didapat persamaan sebagai berikut: Q o = Q p ζ.a o. v o = A p. v p v o = A p v ζ.a p o (4.1) dimana: Ao = Luas area orifice (m 2 ) Ap = Luas area piston (m 2 ) vo = Kecepatan minyak memasuki orifice (m/s 2 ) vp = Kecepatan piston (m/s 2 ) ζ = Koefisien discharge orifice Apabila ditinjau dari persamaan Bernoulli yaitu sebagai berikut: P o ρv o 2 + ρgz o = P p ρv p 2 + ρgz p zo = zp, sehingga: dimana: P o ρv o 2 = P p ρv p 2 P p P o = 1 2 ρ(v o 2 v p 2 ) P = 1 2 ρ(v o 2 v p 2 ) (4.2) Po = Tekanan minyak memasuki orifice (N/m 2 ) Pp = Tekanan piston (N/m 2 )

70 49 ρ = Densitas minyak (kg/m 3 ) Gaya redam sistem suspensi hidrolis (Fdh) yang terdiri dari siklus kompresi dan ekspansi didapatkan dari substitusi persamaan 4.1 dan 4.2 ke persamaan hukum Pascal: Siklus Ekspansi F de = P. A e F de = 1 2 ρ(v o 2 v p 2 )A e F de = ρ ((A p v A p ) v 2 p ) A e o F de = 1 2 ρ ((A p A pr A oe v p ) 2 v p 2 ) (A p A pr ) F de = 1 ρ(a 2 p A pr ) (( A p A pr ) 2 ζ.a oe 1) (v p 2 ) (4.3) Siklus Kompresi F dk = P. A k F dk = 1 2 ρ(v o 2 v p 2 )A k F dk = ρ ((A p v A p ) v 2 p ) A k o F dk = 1 2 ρ (( A p A ok v p ) 2 v p 2 ) A p F dk = 1 2 ρ(a p) (( A p ζ.a ok ) 2 1) (v p 2 ) (4.4)

71 50 dimana: Apr = Luas piston rod (m 2 ) 4.2 Pemodelan Dinamis Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Sebelum memodelkan dinamis terlebih dahulu mencari besarnya nilai mv yang dimodelkan pada sistem setengah kendaraan, dengan asumsi bahwa nilai mv adalah massa kendaraan pada bagian belakang. Untuk mencari nilai mv yang akan digunakan perlu diketahui masa kendaraan pada bagian belakang dengan cara melakukan penimbangan pada bagian roda belakang dan roda depan. Setelah melakukan penimbangan bisa didapatkan posisi center of grafity (CG) pada motor. Sehingga dari CG tersebut bisa diketahui presntasi beban pada bagian belakang motor seperti pada gambar 4.2 CG Lf Lr Wf Wr Gambar 4.2 Penimbangan bidang datar

72 51 Pada penimbangan ini akan didapatkan nilai Wf dan Wr yaitu distribusi berat di bagian depan dan belakang kendaraan dengan menggunakan rumus (2.1) dan (2.2). Apabila tumpuan di roda depan (titik A) : ƩMA = 0 W. Lf Wr. L = 0 Lf = Wr.L W (4.9) Apabila tumpuan di roda belakang (titik B) : ƩMB = 0 W. Lr + Wf.L = 0 dimana : Lr = W f.l W (4.10) Lf = jarak CG sampai tumpuan roda depan (m) Lr = jarak CG sampai tumpuan roda belakang (m) L = jarak dari poros roda depan dan belakang (m) Wf = Berat kendaraan depan (kg) Wr = Berat kendaraan bagian belakang (kg) W =Berat total kendaraan kosong (kg) Dari model matematis yang telah dijelaskan pada gambar 3.8, akan didapatkan FBD sebagai berikut,

73 52 Xp Xp m p m p k p c p k p (x v -x p ) c p (v v -v p ) Xv Xv m v m v k v Fd Xt k v (x t -x v ) m t m t Fd Xt k t c t Xr k t (x r -x t ) c t (v r -v t ) Gambar 4.3. FBD untuk sistem setengah kendaraan motor a. Persamaan matematis dari mp adalah sebagai berikut: m p x p Fd p Fk p = 0 m p x p + c p (x p x v) + k p (x p x v ) = 0 m p x p = c p (x p x v) k p (x p x v ) x p = 1 m p [ c p (x p x v) k p (x p x v )] Persamaan state variable dari persamaan 4.8 yaitu: x p = v p v p = 1 m p [ c p (v p v v ) k p (x p x v )] (4.8) b. Persamaan matematis dari mv adalah sebagai berikut:

74 53 m v x v + Fd p Fd h + Fk p Fk v = 0 m v x v c p (x p x v) + ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (x v x t 2 ζa )2 o k p (x p x v ) + k v (x v x t ) = 0 m v x v = c p (x p x v) ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (x v x t 2 ζa )2 o + k p (x p x v ) k v (x v x t ) x v = 1 [c m p (x p x v v) ( 1 A ρa (( ) 2 ) 1) (x 2 ζa v o x t )2 + k p (x p x v ) k v (x v x t )] (4.9) yaitu: Persamaan state variable dari persamaan 4.9 x v = v v v v = 1 m v [c p (v p v v ) ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (v 2 ζa v v t ) 2 o + k p (x p x v ) k v (x v x t )] c. Persamaan matematis dari mt adalah sebagai berikut: m t x t Fd t + Fd h + Fk v Fk t = 0

75 54 m t x t + c t (x t x r ) ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (v v v t 2 ζa )2 o k v (x v x t ) + k t (x t x r ) = 0 m t x t = c t (x t x r ) + ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (v v v t 2 ζa )2 o + k v (x v x t ) k t (x t x r ) x t = 1 [ c m t (x t x r ) + (1 A ρa (( ) 2 ) t 2 ζa o 1) (v v v t )2 + k v (x v x t ) k t (x t x r )] (4.10) yaitu: Persamaan state variable dari persamaan 4.10 v t = 1 m t [ c t (v t v r ) x t = v t + ( 1 2 A ρa (( ) ) 1) (v 2 ζa v v t ) 2 o + k v (x v x t ) k t (x t x r )] 4.3 Diagram Blok Dari persamaan gerak yang diperoleh, selanjutnya dibuat diagram blok yang sesuai dengan persamaan gerak dari masing-masing sistem. Dan dari diagram blok tersebut akan didapatkan grafik respon dari masing-masing sistem yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

76 Displacement (m) Velocity (m/s) Input yang Digunakan Pada tugas akhir ini, akan dilakukan simulasi untuk sistem suspensi hydraulic shock absorber dan system setengah kendaraan motor dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber. Pada saat pemodelan pada program simulasi, digunakan dua macam input, yaitu pertama, input bump yang telah dimodifikasi yang akan menghasilkan respon transien. Kedua, input sinusoidal yang akan menghasilkan respon steady-state. Persamaan dari kedua input tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. Input bump yang dimodifikasi y (t) = Y 0.37e 2 (γω 0 t)e γω 0t (4.14) Severity parameter =1 Severity parameter = Time (s) Time (s)

77 Accerelation(m/s 2 ) 56 Severity parameter = Time(s) Gambar 4.4 Profil jalan dengan input bump yang dimodifikasi (a) γ = 1 (b) γ = 3 (c) γ = 5 Input ini merupakan fungsi dari γ (severity parameter), yaitu 1 untuk low impact, 3 untuk less severe impacts, dan 5 untuk more severe impact. Sedangkan ωo adalah k ap m ap. Nilai Y merupakan amplitudo yang digunakan. Amplitudo yang digunakan dalam simulasi yaitu 2 cm.

78 Accerelation(m/s 2 ) Displacement(m) Velocity(m/s) 57 Input sinusoidal y(t) = Y sin(ωt) (4.15) 0.05 V=20 km/jam V=40 km/jam Time(s) V=60 km/jam Time(s) Perpindahan (m) Pro Time(s) Gambar 4.5 Profil jalan dengan input sinusoidal Pada persamaan (4.16), nilai Y merupakan amplitudo yang digunakan. Besar frekuensi akan divariasikan dengan amplitudo 2 cm dan panjang gelombang ( ) 5 m. Pada input sinusoidal tersebut digunakan tiga macam frekuensi yang masing-masing mewakili kecepatan kendaraan yang berbeda (20 km/jam, 40 km/jam, dan 60 km/jam), menggunakan rumus f = v. Untuk menghitung frekuensi ( ) input λ sinusoidal digunakan rumus ω = 2πf W

79 Diagram Blok Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Untuk melakukan simulasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber, hanya menggunakan input sinusoidal. Parameter yang digunakan pada sistem suspensi hydraulic shock absorber ini telah dijelaskan pada tabel 3.1. Gambar 4.6 Diagram blok untuk gaya redam pada sistem suspensi hydraulic shock absorber Diagram Blok Sistem Setengah Kendaraan Motor dengan Penggunaan Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber Pada sistem setengah kendaraan motor, nilai konstanta redaman pada massa setengah kendaraan motor digantikan dengan nilai gaya redaman yang dihasilkan oleh sistem suspensi hydraulic shock absorber. Input yang digunakan dalam simulasi sistem sistem setengah kendaraan motor, yaitu input sinusoidal dengan kecepatan motor 20 km/h, 40 km/h, 60 km/h dan input bump yang telah dimodifikasi dengan γ (severity parameter) sama dengan 1 untuk low impact, 3 untuk less severe impacts, dan 5 untuk more severe impact. Parameter yang digunakan pada sistem setengah kendaraan motor ini telah dijelaskan pada tabel 3.2.

80 Gambar 4.7 Diagram blok untuk sistem setengah kendaraan motor dengan input bump modified 59

81 60 Gambar 4.8 Diagram blok untuk sistem setengah kendaraan motor dengan input sinusoidal

82 Gambar 4.9 Diagram blok untuk input bump modified 61

83 62 Halaman ini sengaja dikosongkan

84 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam pemodelan ini didapatkan respon dinamis dari sistem suspensi hydraulic Sock absorber, sistem setengah kendaraan motor dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber. Respon dinamis pada sistem suspensi hydraulic shock absorber yang dibahas pada bab ini adalah respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam,. Perlu diketahui bahwa pada grafik respon gaya redam dan gaya pegas yang dihasilkan, nilai positif adalah nilai pada kondisi kompresi dan nilai negatif adalah nilai pada kondisi ekspansi. Pada sistem setengah kendaraan, respon dinamis yang dibahas adalah respon perpindahan, kecepatan, dan percepatan getaran yang dialami oleh penumpang terhadap waktu. Pada simulasi model setengah kendaraan motor saat kondisi sebelum dan setelah modifikasi, didapatkan respon getaran akibat 2 jenis input, yaitu input sinusoidal dengan variasi kecepatan kendaraan dan input bump yang dimodifikasi. Sebelum dilakukan simulasi pada sistem suspensi yang di modifikasi, terlebih dahulu dilakukan simulasi pada sistem suspensi asli. Adapun simulasi awal yang dilakukan yaitu simulasi pada silinder hidrolik dengan variasi frekuensi (0.5 2 Hz), variasi diameter piston (0,02 m 0,018 m), variasi diameter piston rod (0,01 m, 0,008 m, dan 0,006 m) dan variasi diameter orifice (0,002 m, 0,0015 m 0,001 m). Dari simulasi tersebut didapatkan gaya redam pada saat sistem suspensi asli dan suspensi modifikasi. Kemudian dipilih variasi modifikasi yang memiliki dimensi paling efisien dan menghasilkan gaya redam yang optimal yang nantinya disimulasikan di model setengah kendaraan motor untuk dianalisa kenyamanannya. Selanjutnya, sistem suspensi hydraulic shock absorber diaplikasikan pada sistem setengah kendaraan motor dengan input yang digunakan, yaitu input sinusoidal dan input bump modified. Dari kedua input ini didapatkan respon dinamis dari penumpang. Kemudian respon dinamis tersebut dibandingkan dengan kriteria 63

85 64 kenyamanan berdasarkan besar percepaan RMS menurut ISO Respon Dinamis Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber dengan Variasi Diameter Piston, Diameter Piston Rod, dan Diameter Orifice Sebelum menganalisis respon dinamis yang terjadi pada silinder hidrolik, perlu diketahui dimensi asli dari sistem suspensi yang digunakan pada simulasi. Skema sistem dengan dimensi asli hydraulic shock absorber yang digunakan dapat dilihat pada gambar 5.1. Sistem hydraulic shock absorber sendiri terdiri dari piston, piston rod dan lubang orifice. Sedangkan Tabel 5.1 merupakan tabel dimensi hidraulis yang digunakan untuk simulasi pada silinder hidrolik. Berdasarkan tabel, dilakukan simulasi sebanyak 18 kali yang terdiri dari 2 variasi diameter piston rod, 3 variasi diameter piston rod dan 3 variasi diameter orifice yang diberi input sinusoidal dengan frekuensi antara 0.5 Hz sampai 2 Hz. KOMPRESI EKSPANSI Fd com Docom Dp Doexp Fd exp Dpr Dpr Gambar 5.1 Skema Sistem Suspensi Hydraulic Shock Absorber

86 65 Tabel 5.11Parameter yang digunakan saat simulasi respon gaya redam pada sistem suspense Dp(piston) m Dpr(piston rod) m Do (orifice) m 0,020 0,01 0,008 0,006 0,002 0,0015 0,001 0,002 0,0015 0,001 0,002 0,0015 0,001 Dp(piston) m Dpr(piston rod) m Do (orifice) m 0,018 0,01 0,008 0,006 0,002 0,0015 0,001 0,002 0,0015 0,001 0,002 0,0015 0,001

87 Grafik Respon Gaya Redam pada Diameter Piston 0,02 m dengan Variasi Diameter Piston Rod dan Diameter Orifice Gambar 5.2 hingga 5.4 merupakan hasil simulasi silinder hidrolik pada diameter piston sebesar 0,02 m dengan variasi diameter piston rod dan diameter orifice yang terdiri dari grafik gaya redam terhadap perpindahan maupun kecepatan dari massa sprung. Di bawah ini merupakan grafik simulasi untuk pasangan silinder hidrolis pada diameter piston konstan sebesar 0,02 m, diameter piston rod divariasikan sebesar (0,01, 0,008, 0,006) dan variasi diameter orifice (0,02 m, 0,0015 m, 0,001 m) seperti pada tabel 5.1. Variasi Do dengan (Dp = 0,02 m dan Dpr = 0,01 m) (a)

88 67 (b) (c) Gambar 5.21 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,0015 m, (c) 0,001 m.

89 68 Variasi Do dengan (Dp = 0,02 m dan Dpr = 0,008 m) (a) (b) (c) Gambar 5.32 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,0015 m, (c) 0,001 m.

90 69 Variasi Do dengan (Dp = 0,02 m dan Dpr = 0,006 m) (a) (b) (c) Gambar 5.43 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,0015 m, (c) 0,001 m.

91 70 Gambar 5.4, Gambar 5.5, dan Gambar 5.6 merupakan grafik respon gaya redam terhadap perpindahan (a c e) dan kecepatan (b d f) pada massa jenis minyak (ρ=860 kg/m 3 ), diameter piston (D p = 0,02 m), Diameter piston rod (D pr = 0,01-0,006), dan diameter orifice (D o = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi. Variasi frekuensi yang digunakan yaitu 0,5 Hz; 1 Hz; 1,5 Hz; 2 Hz. Pada grafik respon gaya redam terhadap perpindahan terlihat dengan jelas bahwa semakin bersar frekuensi, maka gaya redam yang dihasilkan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa frekuensi berbanding lurus dengan perpindahan maupun kecepatan, dan kecepatan juga berbanding lurus dengan gaya redam yang dihasilkan. Namun pada grafik respon gaya redam terhadap kecepatan tidak terlihat perbedaannya antara masingmasing frekuensi. Hanya trend line pada frekuensi 2 Hz saja yang terlihat. Hal ini dikarenakan pada frekuensi 0,5 Hz sampai 1 Hz memiliki trend line yang berhimpit dengan 2 Hz tetapi hanya berbeda pada nilai gaya redam yang dihasilkan Grafik Respon Gaya Redam pada Diameter Piston 0,018 m dengan Variasi Diameter Piston Rod dan Diameter Orifice Gambar 5.5 hingga 5.7 merupakan hasil simulasi silinder hidrolik pada diameter piston sebesar 0,018 m dengan variasi diameter piston rod dan diameter orifice yang terdiri dari grafik gaya redam terhadap perpindahan maupun kecepatan dari massa sprung. Di bawah ini merupakan grafik simulasi untuk pasangan silinder hidrolis pada diameter piston konstan sebesar 0,018 m, diameter piston rod divariasikan sebesar (0,01, 0,008, 0,006) dan variasi diameter orifice (0,02 m, 0,0015 m, 0,001 m) seperti pada tabel 5.1.

92 71 Variasi Do dengan (Dp = 0,018 m dan Dpr = 0,01 m) (a) (b) (c) Gambar 5.54 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,0015 m, (c) 0,001 m.

93 72 Variasi Do dengan (Dp = 0,018 m dan Dpr = 0,008 m) (a) (b) (c) Gambar 5.65 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,001m, (c) 0,001 m.

94 73 Variasi Do dengan (Dp = 0,018 m dan Dpr = 0,006 m) (a) (b) (c) Gambar 5.76 Grafik respon perpindahan dan kecepatan terhadap gaya redam dengan variasi Do (a) 0,002 m, (b) 0,0015 m, (c) 0,001 m.

95 74 Gambar 5.5, Gambar 5.6, dan Gambar 5.7 merupakan grafik respon gaya redam terhadap perpindahan (a c e) dan kecepatan (b d f) pada massa jenis minyak (ρ=860 kg/m 3 ), diameter piston (D p = 0,018 m), Diameter piston rod (D pr = 0,01-0,006), dan diameter orifice (D o = 0,002-0,001 m) dengan variasi frekuensi. Variasi frekuensi yang digunakan yaitu 0,5 Hz; 1 Hz; 1,5 Hz; 2 Hz. Pada grafik respon gaya redam terhadap perpindahan terlihat dengan jelas bahwa semakin bersar frekuensi, maka gaya redam yang dihasilkan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa frekuensi berbanding lurus dengan perpindahan maupun kecepatan, dan kecepatan juga berbanding lurus dengan gaya redam yang dihasilkan. Namun pada grafik respon gaya redam terhadap kecepatan tidak terlihat perbedaannya antara masingmasing frekuensi. Hanya trend line pada frekuensi 2 Hz saja yang terlihat. Hal ini dikarenakan pada frekuensi 0,5 Hz sampai 1 Hz memiliki trend line yang berhimpit dengan 2 Hz tetapi hanya berbeda pada nilai gaya redam yang dihasilkan. Tabel 5.2 merupakan data nilai gaya redam maksimum pada saat frekuensi 2 Hz yang dihasilkan sesuai dengan gambar 5.2, 5.3, dan 5.4. Sedangkan Tabel 5.3 merupakan data nilai gaya redam maksimum pada saat frekuensi 2 Hz yang dihasilkan sesuai dengan gambar 5.5, 5.6, dan 5.7. Dari data tersebut, didapatkan nilai karakteristik gaya redam dengan variasi perubahan pada diameter piston, piston rod, dan orifice. Tabel 5.22Hasil Simulasi Pasangan Silinder Hidrolis Pada Diameter Piston Sebesar 0,02 m Diameter Gaya Redam Orifice (D o) Dp = 0,02 m Dpr= 0,01 m Dp = 0,02 m Dpr= 0,008 m Dp = 0,02 m Dpr= 0,006 m 0,002 m 399 N 561 N 714 N 0,0015 m 1264 N 1776 N 2258 N 0,001 m 6399 N 8991 N N

96 75 Tabel 5.33Hasil Simulasi Pasangan Silinder Hidrolis Pada Diameter Piston Sebesar 0,018 m Diameter Gaya Redam Orifice (D o) Dp = 0,018 m Dpr= 0,01 m Dp = 0,018 m Dpr= 0,008 m Dp = 0,018 m Dpr= 0,006 m 0,002 m 166 N 260 N 353 N 0,0015 m 526 N 822 N 1118 N 0,001 m 2664 N 4166 N 5662 N Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai gaya redam yang dihasilkan saat diameter piston 0,018 m lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai gaya redam pada saat diameter piston 0,02 m. Hal ini dikarenakan diameter piston dan diameter piston rod sangat berpengaruh terhadap luasan yang bekerja pada saat proses kompresi dan ekspansi. Berdasarkan persamaan gaya redam yang digunakan pada sistem suspensi hydraulic shock absorber (persamaan (3.2)) yaitu selisih antara luasan piston dan luasan piston rod (A p - A pr) berbanding lurus dengan gaya redam yang dihasilkan (F d). semakin besar selisih luasan antara piston dan piston rod maka gaya redam yang dihasilkan akan semakin besar. Gaya redam yang dihasilkan oleh sistem suspensi hydraulic shock absorber akan semakin besar apabila semakin besar frekuensi dari perpindahan batang piston, dan semakin kecil diamter orifice (A o). Hal tersebut sesuai dengan persamaan gaya redam pada silinder hidrolik yang digunakan (persamaan (3.2)). Tabel 5.4 merupakan nilai konstanta damping yang didapatkan dari gradient kemiringan grafik respon gaya redam terhadap kecepatan pada saat frekuensi 2 Hz yang dihasilkan sesuai dengan gambar 5.2, 5.3, dan 5.4. Sedangkan Tabel 5.5 merupakan nilai konstanta damping yang didapatkan dari gradient kemiringan grafik respon gaya redam terhadap kecepatan pada saat frekuensi 2 Hz yang dihasilkan sesuai dengan gambar 5.5, 5.6, dan 5.7. Dari data tersebut, didapatkan nilai konstanta damping pada setiap variasi perubahan diameter piston, piston rod dan orifice. Dari nilai

97 76 tersebut kemudian akan didapatkan nilai ζ pada setiap variasi modifikasi. Dimana ζ merupakan perbandingan antara nilai konstanta damping dibagi dengan nilai critical damping. Tabel 5.44Nilai C pada Pasangan Silinder Hidrolis dan Diameter Piston Sebesar 0,02 m Diameter Orifice (D o) Dp = 0,02 m Dp = 0,02 m Dp = 0,02 m Dpr = 0,01 m Dpr = 0,008 m Dpr = 0,006 m C ζ C ζ C ζ 0,002 m , , ,30 0,0015 m , , ,82 0,001 m , , ,00 Tabel 5.55Nilai C pada Pasangan Silinder Hidrolis dan Diameter Piston Sebesar 0,018 m Diameter Orifice (D o) Dp = 0,018 m Dp = 0,018 m Dp = 0,018 m Dpr = 0,01 m Dpr = 0,008 m Dpr = 0,006 m C ζ C ζ C ζ 0,002 m , , ,772 0,0015 m , , ,852 0,001 m , , ,645 Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai konstanta redaman yang dihasilkan pada setiap variasi gaya redam yang dihasilkan menunjukan bahwa diameter piston 0,018 m memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai konstanta redaman saat diameter piston 0,02 m. Hal ini dikarenakan gaya redam yang dihasilkan saat diameter piston 0,02 lebih besar dibandingkan dengan saat diameter piston 0,018 m. Sesuai dengan persamaan gaya redam (Fd = C. Ẋ), nilai konstanta redaman berbanding lurus dengan gaya redam. Semakin besar gaya redam yang dihasilkan maka konstanta redaman akan semakin besar. Nilai konstanta

98 77 redaman yang dihasilakan akan mempengaruhi karakteristik getaran berupa nilai ζ. Dimana ζ merupakan perbandingan antara nilai konstanta redaman dibagi dengan critical damping. Kemudian Nilai ζ akan menentukan karakteristik getaran berupa underdamp maupun overdamp. Berdasarkan tabel 5.5 kondisi underdamp memiliki nilai ζ kurang dari 1 dan kondisi overdamp memiliki nilai ζ lebih dari 1. Untuk pemilihan parameter modifikasi pada diameter piston, piston rod, dan diameter orifice yang digunakan sebagai parameter sistem suspensi hydraulic shock absorber saat dipasangkan pada sistem setengah kendaraan, perlu diketahui analisa kenyamanan pada saat penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber. Analisa kenyamanan dilihat berdasarkan nilai constanta damping dan percepatan a RMS yang dihasilkan pada sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi. Setelah didapatkan nilai percepatan a RMS dan nilai konstanta redaman pada sistem suspensi asli kemudian dilakukan pemilihan parameter sistem suspensi modifikasi yang terdiri dari variasi diameter piston, diameter piston rod, dan diameter orifice yang memiliki gaya redam dan nilai a RMS dan nilai konstanta redaman yang sesuai kebutuhan yaitu memiliki gaya redam yang lebih besar dan nilai ζ kurang dari 1. Nilai konstanta redaman dan a RMS pada sistem suspensi asli adalah 2100 Ns/m dan 0,9965 m/s 2. Berdasarkan nilai a RMS dan konstanta redaman sistem suspensi asli yang didapat selanjutnya menetukan parameter modifikasi yang memiliki nilai konstanta redaman dan a RMS yang memiliki tingkat kenyamanan paling baik. Dari hasil simulasi parameter modifikasi didapatkan gaya redam sebesar 526, nilai a RMS sebesar 0,8933 m/s 2 dan konstanta redaman sebesar 2300 Ns/m. Sehingga dipilih dimensi diameter piston sebesar 0,018 m, diameter piston rod 0,01, dan diameter orifice sebesar 0,0015 m.

99 78 Tabel 5.66nilai a RMS pada Variasi Parameter Modifikasi a RMS Diamet er Orifice (D o) Dp = 0,02m Dpr= 0,01 m Dp = 0,02 m Dpr= 0,008 m Dp = 0,02 m Dpr= 0,006 m Dp = 0,018 m Dpr= 0,01 m Dp = 0,018 m Dpr= 0,008 m Dp = 0,018 m Dpr= 0,006 m 0,002 m 0,9965 0,9455 0,9206 1,0891 1,0292 0,993 0,0015 m 0,8933 0,9015 0,9098 0,9252 0,9058 0,901 0,001 m 0,9724 0,9928 1,005 0,9163 0,9406 0, Analisa Kekuatan Material pada Piston Setelah didapatkan dimensi modifikasi pada system suspensi hydraulic shock absorber, kemudian dilakukan analisa kekuatan material pada bagian piston. Analisa kekuatan material ini dilakukan agar perubahan dimensi seperti diameter piston, piston rod dan orifice pada sistem suspensi modifikasi hydraulic shock absorber dipastikan aman. Dalam melakukan analisa kekuatan material ini ditinjau berdasarkan dua jenis pembebaban yaitu, pembebanan statis dan pembebanan dinamis. Gambar 5.8 merupakan skema pembebanan statis ditinjau saat kondisi beban maksimum yang bekerja pada sisi kompresi dan sisi ekspansi piston. Gambar 5.9 merupakan skema pembebanan dinamis dengan siklus frekuensi 0.5, hz, 1 hz, 1.5 hz, dan 2 hz.

100 79 Pembebaban Statis Sisi Ekspansi Sisi Kompresi Orifice Orifice Gaya Redam (Fd) Kompresi PISTON PISTON Piston Gaya Redam (Fd) Ekspansi Gaya Redam (Fd) Ekspansi Orifice Orifice (a) PISTON ROD (b) PISTON ROD Gambar 5.8 Skema Pembebanan Statis pada Sisi (a) Ekspansi (b) Kompresi Gambar 5.8 merupakan skema pembebanan statis pada sisi ekspansi dan sisi kompresi. Pada sisi ekspansi luasan yang bekerja merupakan luasan piston dikurangi dengan luasan piston rod sedangkan pada sisi kompresi luasan yang bekerja merupakan luasan piston itu sendiri. Dalam analisa pembebanan statis ini perlu diketahui tegangan kerja maksimum pada sisi kompresi dan sisi ekspansi. tegangan kerja maksimum ditinjau berdasarkan beban yang bekerja yaitu berupa gaya redam maksimum saat kondisi ekspansi dan kompresi. Tegangan kerja dinyatakan aman apabila nilainya tidak melebihi nilai dari tegangan yang diizinkan. Tabel 5.7 merupakan hasil dari perhitungan analisa kekuatan material akibat beban statis

101 80 Tabel 5.7 Nilai Tegangan Kerja Pada sisi Ekspansi dan Kompresi Frekuensi (Hz) Tegangan Izin Fd (N) Kompresi Tegangan Kerja Fd (N) Ekspansi Tegangan Kerja 0,5 379 Mpa 6, pa 32,3 0,19 Mpa Mpa 24, pa 131,5 0,77 Mpa 1,5 379 Mpa 55, pa 252,6 1,48 Mpa Mpa 99, pa 526 3,05 Mpa Berdasarkan Tabel diatas nilai tegangan kerja yang dihasilkan pada sisi kompresi dan sisi ekspansi memiliki nilai yang jauh lebih kecil dari tegangan yang diizinkan. Sehingga dalam analisa pembebanan statis ini perubahan parameter modifikasi sistem suspensi hydraulic shock absorber dinyatakan aman

102 81 Pembebanan Dinamis Gaya Redam (Fd) Kompresi PISTON Gaya Redam (Fd) Ekspansi Gaya Redam (Fd) Ekspansi (a) PISTON ROD Gaya Redam (Fd) Kompresi PISTON Gaya Redam (Fd) Ekspansi Gaya Redam (Fd) Ekspansi (b) PISTON ROD Gaya Redam (Fd) Kompresi PISTON Gaya Redam (Fd) Ekspansi Gaya Redam (Fd) Ekspansi (c) PISTON ROD

103 82 Gaya Redam (Fd) Kompresi PISTON (d) Gaya Redam (Fd) Ekspansi PISTON ROD Gaya Redam (Fd) Ekspansi Gambar 5.9 Skema Pembebanan Dinamis pada Siklus Frekuensi (a) 0.5 Hz, (b) 1 Hz, (c) 1.5 hz, (d) 2 Hz Gambar 5.9 merupakan skema pembebanan dinamis pada siklus frekuensi 0.5 Hz 2 Hz. Pada analisa pembebanan dinamis tegangan yang bekerja merupakan tegangan kerja equivalent saat kompresi dan ekspansi pada siklus tertentu. Untuk analisa pembebanan dinamis menggunakan teori soederberg. Nilai tegangan equivalent harus lebih kecil dibandingkan dengan nilai endurance limit atau disebut dengan batas ketahanan lelah dari material akibat adanya pembebanan secara berulang. Tabel 5.8 merupakan nilai tegangan equivalent yang didapatkan akibat pembebanan dinamis pada siklus frekuensi 0,5 Hz 2 Hz. Tabel 5.8 Nilai Tegangan Equivalent akibat Pembebanan Dinamis pada Siklus Frekuensi 0,5 Hz 2 Hz. Se Frekuensi Tegangan Tegangan (Endurance (Hz) Amplitudo Mean Limit) Tegangan Equivalent 0, , , , , ,

104 Stress 83 Berdasarkan tabel diatas tegangan equivalent terus mengalami kenaikan akibat perubahan frekuensi yang semakin besar seperti pada gambar Namun tegangan equivalent yang dihasilkan pada masing-masing frekuensi memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai endurance limitnya (Se). Sesuai dengan teori soederberg pada persamaan 3. bahwa tegangan equivalent dinyatakan aman ketika lebih kecil dari endurance limitnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan parameter modifikasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber akibat pembebanan dinamis masih dalam batas aman. Beban Dinamis Frekuensi Se (endurance limit) Tegangan Eqivalen Gambar 5.10 Tegangan Equivalent terhadap Perubahan Frekuensi 5.3 Respon Dinamis Penumpang dari Sistem Setengah Kendaraan Akibat Input Sinosoidal Variasi Kecepatan Kendaraan Setelah dilakukan simulasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber, sistem suspensi tersebut diaplikasikan pada sistem

105 84 setengah kendaraan motor dengan input yang digunakan, yaitu input bump modified dan input sinusoidal dengan variasi kecepatan sebesar 20 km/h, 40 km/h, dan 60 km/h. Input bump modified digunakan untuk melihat respon transient sistem setengah kendaraan akibat beban impact, dan input sinusoidal digunakan untuk melihat respon dinamis sistem setengah kendaraan akibat beban harmonik. Untuk sistem suspensi hydraulic shock absorber tersebut digunakan pada saat parameter asli dan parameter modifikasi. (a) (b) (c) Gambar 5.11 Respon penumpang akibat input sinusoidal variasi kecepatan kendaraan terhadap (a) Perpindahan (b) Kecepatan (c) Percepatan

106 85 Fenomena lainnya yang dapat dilihat pada gambar 5.11 yaitu semakin besar frekuensi ataupun kecepatan kendaraan, maka gelombang yang dihasilkan akan semakin banyak dan memiliki kerapatan yang cukup besar. Dengan osilasi yang semakin banyak, dapat dikatakan bahwa kendaraan semakin tidak bagus/nyaman karena getaran semakin dapat dirasakan. Dengan kata lain, semakin kecil dan sedikit osilasi yang terjadi, maka semakin baik/semakin nyaman suatu kendaraan. Pada pemberian input sinusoidal 20 km/jam, didapatkan hasil bahwa respon perpindahan maksimum sebesar m, kecepatan maksimum sebesar m/s, percepatan maksimum sebesar m/s2. Pada pemberian input sinusoidal 40 km/jam, nilai perpindahan maksimum sebesar m, kecepatan maksimum sebesar m/s, percepatan maksimum sebesar 0,9758 m/s2. Pada pemberian input sinusoidal 60 km/jam, nilai perpindahan sebesar m, kecepatan maksimum sebesar m/s, percepatan maksimum sebesar m/s 5.4 Perbandingan Respon Dinamis antara Penggunaan Sistem Suspensi Asli dengan Sistem Suspensi Modifikasi Pada Sistem Setengah Kendaraan Motor Untuk Menganalisa kenyamanan pada penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber, perlu diketahui perbandingan nilai respon perpindahan, kecepatan, percepatan, maupun gaya redam yang terjadi antara kendaraan dengan penggunaan system suspensi asli dan sistem suspensi yang sudah dilakukan modifikasi. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui seberapa besar perbedaan respon dinamis penumpang saat penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi yang telah dimodifikasi Grafik Respon Dinamis pada Penumpang Akibat Input Bump Modified Di bawah ini adalah hasil simulasi sistem setengah kendaraan dengan penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi yang telah dimodifikasi dengan input bump yang

107 86 dimodifikasi. variasi yang digunakan yaitu severity 1 untuk low impact, severity 3 untuk less severe impacts, dan severity 5 untuk more severe impact. Severity Parameter = 1 (a) (b) Gambar Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 1) (c)

108 87 Dari Gambar 5.9 didapatakan grafik respon dinamis sistem setengah kendaraan motor berupa perpindahan (a), kecepatan (b), dan Percepatan (c) pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified. Dari ketiga grafik tersebut respon transient yang didapat hampir sama, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 1,5 detik. Pada grafik respon perpindahan 5.12 (a) dan tabel 5.5, nilai maksimum perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0190 m saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0163 m sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan 5.12 (b) nilai maksimum kecepatan sebesar 0,0901 m/s saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0820 m/s sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan 5.12(c) nilai maksimum percepatan sebesar 0,8111 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,7895 m/s 2 saat menggunakan system suspensi modifikasi. Dari penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi tersebut, hasil dari nilai perpindahan, kecepatan dan percepatan pada penumpang sangat kecil dan bisa dikatakan berhimpit. Dan apabila dibandingkan antara sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi tersebut, maka sistem suspensi modifikasi memiliki nilai percepatan maksimum, yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem suspensi asli. Tabel 5.97 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi Paramete r Perpindaha n maksimum (m) Kecepatan maksimu m (m/s) Percepata n maksimum (m/s 2 ) Settlin g time (detik) Asli 0,0190 0,0901 0,8105 1,5 Modifikas 0,0163 0,0820 0,7895 1,5 i

109 88 Severity Parameter = 3 (a) (b) (c) Gambar 5.13 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 3) Dari Gambar 5.13 didapatakan grafik respon dinamis sistem setengah kendaraan motor berupa perpindahan (a), kecepatan (b), dan Percepatan (c) pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified. Dari ketiga grafik tersebut respon transient yang didapat hampir sama, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 1,5 detik. Pada grafik respon perpindahan 5.13 (a) dan tabel 5.5, nilai maksimum

110 89 perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0060 m saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0049 m sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan 5.13 (b) nilai maksimum kecepatan sebesar 0,0592 m/s saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0624 m/s sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan 5.13 (c) nilai maksimum percepatan sebesar 1,1750 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi asli dan 1,3804 m/s 2 saat menggunakan system suspensi modifikasi. Tabel Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi Paramete r Perpindaha n maksimum (m) Kecepatan maksimu m (m/s) Percepata n maksimum (m/s 2 ) Settlin g time (detik) Asli 0,0060 0,0592 1,1750 1,5 Modifikas 0,0049 0,0624 1,3804 1,5 i Severity Parameter = 5 (a) (b)

111 90 (c) Gambar Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified (γ = 1) Dari Gambar 5.14 didapatakan grafik respon dinamis sistem setengah kendaraan motor berupa perpindahan (a), kecepatan (b), dan Percepatan (c) pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump modified. Dari ketiga grafik tersebut respon transient yang didapat hampir sama, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 1,5 detik. Pada grafik respon perpindahan 5.14 (a) dan tabel 5.5, nilai maksimum perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0031 m saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0030 m sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan 5.14 (b) nilai maksimum kecepatan sebesar 0,0510 m/s saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0579 m/s sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan 5.14 (c) nilai maksimum percepatan sebesar 1,6241 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi asli dan 2,007 m/s 2 saat menggunakan system suspensi modifikasi.

112 91 Tabel Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input bump pada system suspensi asli dan modifikasi Parameter Perpindah an maksimu m (m) Kecepatan maksimu m (m/s) Percepata n maksimum (m/s 2 ) Asli 0,0031 0,0510 1,6241 1,5 Modifikasi 0,0030 0,0579 2,007 1,5 Settlin g time (detik) Grafik Respon Dinamis pada Penumpang Akibat Input Sinusoidal Variasi Kecepatan Kendaraan Kecepatan 20 km/jam (a) (b)

113 92 (c) Gambar 5.15 Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 20 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Gambar 5.15 merupakan grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, dan (c) percepatan penumpang terhadap waktu pada sistem setengah kendaraan motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shock absorber pada kecepatan motor saat mencapai 20 km/jam. Dari ketiga grafik tersebut dapat dilihat bahwa respon dari grafik merupakan respon steady state. Dari ketiga grafik tersebut respon yang didapat pada sistem suspensi modifikasi lebih rendah dibandingkan dengan sistem suspensi asli, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 2 detik. Pada grafik respon perpindahan, nilai maksimum perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0231 m saat menggunakan sistem suspensi asli, maupun sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan, nilai maksimum kecepatan sebesar 0,0736 m/s saat menggunakan system sistem suspensi modifikasi dan 0,0739 m/s saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan nilai maksimum percepatan sebesar 0,2862 m/s 2 saat menggunakan sistem suspeni modifikasi, dan 0,2914 m/s 2 saat

114 93 menggunakan sistem suspensi asli. Dilihat dari trend line-nya ketiga grafik ini berhimpit pada respon perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Namun respon pada suspensi modifikasi cenderung memiliki respon yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan sistem suspensi asli Tabel Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 20 km/h) pada system suspensi asli dan modifikasi Parameter Perpin dahan maksi mum (m) Kecepat an maksim um (m/s) Percep atan maksi mum (m/s 2 ) Percepa tan RMS dari getaran (m/s 2 ) Asli 0,0231 0,0739 0,2914 0, Modifikasi 0,0231 0,0736 0,2862 0, Settling time (detik) Kecepatan 40 km/jam (a) (b)

115 94 Gambar (c) Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 40 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Gambar 5.16 merupakan grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, dan (c) percepatan penumpang terhadap waktu pada sistem setengah kendaraan motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shock absorber pada kecepatan motor saat mencapai 40 km/jam. Dari ketiga grafik tersebut dapat dilihat bahwa respon dari grafik merupakan respon steady state. Dari ketiga grafik tersebut respon yang didapat pada sistem suspensi modifikasi lebih rendah dibandingkan dengan sistem suspensi asli, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 1 detik. Pada grafik respon perpindahan, nilai maksimum perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0228 m saat menggunakan sistem suspensi asli, dan 0,0190 m saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan, nilai maksimum kecepatan sebesar 0,1506 m/s saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,1367 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan nilai maksimum percepatan sebesar 0,5684 m/s 2 saat menggunakan sistem suspeni asli, dan 0,5444 m/s 2 saat menggunakan sistem suspense modifikasi. Dilihat dari trend linenya ketiga grafik pada sistem suspensi modifikasi memiliki respon

116 95 perpindahan, kecepatan, dan percepatan yang lebih rendah dibandingkan penggunaan system suspensi asli. Tabel 5.13 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 40 km/jam) pada system suspensi asli dan modifikasi Parameter Perpin dahan maksi mum (m) Kecep atan maksi mum (m/s) Percep atan maksi mum (m/s 2 ) Percepa tan RMS dari getaran (m/s 2 ) Asli 0,0228 0,1506 1,0274 0, Modifikasi 0,0190 0,1367 0,9758 0, Settling time (detik) Kecepatan 60 km/jam (a) (b)

117 96 (c) Gambar Grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, (c) percepatan pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 60 km/h), dengan penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi Tabel 5.14 Nilai perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum pada penumpang setengah kendaraan motor terhadap waktu dengan input sinusoidal (v = 60 km/jam) pada system suspensi asli dan modifikasi Parameter Perpin dahan maksi mum (m) Kecepat an maksim um (m/s) Percep atan maksi mum (m/s 2 ) Percepa tan RMS dari getaran (m/s 2 ) Asli 0,0135 0,1373 1,4344 0,8963 1,5 Modifikasi 0,0116 0,1230 1,3233 0,7998 1,5 Settling time (detik)

118 97 Gambar 5.17 merupakan grafik respon (a) perpindahan, (b) kecepatan, dan (c) percepatan penumpang terhadap waktu pada sistem setengah kendaraan motor dengan penambahan sistem suspensi hydraulic shock absorber pada kecepatan motor saat mencapai 60 km/jam. Dari ketiga grafik tersebut dapat dilihat bahwa respon dari grafik merupakan respon steady state. Dari ketiga grafik tersebut respon yang didapat pada sistem suspensi modifikasi lebih rendah dibandingkan dengan sistem suspensi asli, yaitu mencapai kondisi steady state sebelum 1,5 detik. Pada grafik respon perpindahan, nilai maksimum perpindahan sangat kecil, yaitu sebesar 0,0135 m saat menggunakan sistem suspensi asli dan 0,0116 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon kecepatan, nilai maksimum kecepatan sebesar 0,1373 m/s saat menggunakan sistem suspense asli dan 0,1230 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada grafik respon percepatan nilai maksimum percepatan sebesar 0,8963 m/s 2 saat menggunakan sistem suspeni asli, dan 0,7998 m/s 2 saat menggunakan sistem suspense modifikasi. Dilihat dari trend linenya ketiga grafik pada sistem suspensi modifikasi memiliki respon perpindahan, kecepatan, dan percepatan yang lebih rendah dibandingkan penggunaan system suspensi asli. 5.5 Grafik RMS (Root Mean Square) Grafik Perbandingan RMS Percepatan Body Penumpang pada Sistem Suspensi Asli dan Sistem Suspensi Modifikasi dengan Variasi Kecepatan Untuk menganalisa kenyamanan kendaraan akibat eksitasi sinusoidal digunakanlah standar ISO Gambar 5.13 menunjukkan grafik respon percepatan RMS (Root Mean Square) terhadap frekuensi dengan asumsi lamda 10 meter. Simulasi dilakukan dengan variasi kecepatan 0-80 km/jam dengan interval 10 km/jam. Dari kecepatan tersebut, akan diperoleh nilai frekuensi dengan rumus f = v /λ untuk dijadikan inputan berupa sinusoidal. Setelah itu, nilai percepatan RMS yang telah disimulasikan akan diplot pada grafik ISO Dari gambar 5.13, dapat dilihat berapa

119 98 lama ketahanan pengendara saat berkendara menurut ISO 2631 untuk setiap frekuensi kendaraan. Tabel 5.15 Hubungan antara kecepatan kendaraan dengan percepatan penumpang pada sistem suspensi hydraulic shock absorber asli dan modifikasi V (km/h) f (Hz) ASLI a (RMS) MODIFIKASI a (RMS) 10 0,28 0,0383 0, ,56 0,1411 0, ,83 0,3216 0, ,11 0,5684 0, ,39 0,7956 0, ,67 0,8963 0, ,94 0,9535 0, ,22 0,9965 0,9058 Perbandingan percepatan rms penumpang terhadap kecepatan kendaraan pada sistem suspensi hydraulic shock absorber dengan penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi dapat dilihat pada grafif berikut

120 a (RMS) a RMS vs Kecepatan Kecepatan (km/h) Asli Modifik asi Gambar Grafik respon percepatan RMS penumpang pada sistem setengah kendaraan motor terhadap frekuensi dengan input sinusoidal dengan variasi kecepatan 20 km/jam, 40 km/jam, dan 60 km/jam Berikut merupakan grafik ketahanan pengemudi terhadap percepatan body penumpang berdasarkan standar ISO-2631 untuk system setengah kendaraan dengan penggunaan system suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi Gambar Grafik ketahanan pengemudi terhadap percepatan penumpang

121 100 Nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang pada saat mobil berkecepatan 20 km/jam adalah sebesar 0,1411 m/s 2 ketika menggunakan system suspensi asli dan 0,1359 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang pada saat mobil berkecepatan 40 km/jam adalah sebesar 0,5684 m/s 2 ketika menggunakan system suspensi asli dan 0,4318 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang pada saat mobil berkecepatan 60 km/jam adalah sebesar 0,8963 m/s 2 ketika menggunakan system suspensi asli dan 0,8592 m/s 2 saat menggunakan sistem suspensi modifikasi. Pada gambar 5.19 adalah grafik ketahanan pengendara saat berkendara berdasarkan ISO Pada tabel 5.16 terlihat bahwa pada kecepatan km/h ketahahan pengendara saat berkendara mencapai lebih dari 24 jam. Pada kecepatan 30 ketahanan pengendara saat berkendara mencapai jam. Pada kecepatan 40 km/h ketahanan pengendara saat berkendara mencapai 8-16 jam. Pada kecepatan 50 km/h ketahanan pengendara saat berkendara mencapai 4-8 jam. Pada kecepatan km/h ketahanan pengendara saat berkendara mencapai jam Tabel 5.16 Ketahan Tubuh Pengendara terhadap Kecepatan Kecepatan Ketahanan Tubuh Asli Modifikasi 10 > 24 Jam > 24 Jam 20 > 24 Jam > 24 Jam Jam Jam Jam 8-16 Jam Jam 4-8 Jam 60 2,5-4 Jam 2,5-4 Jam 70 2,5-4 Jam 2,5-4 Jam 80 2,5-4 Jam 2,5-4 Jam

122 101 Nilai RMS dengan penggunaan sistem suspensi modifikasi dan sistem suspensi asli memiliki nilai yang lebih rendah. Berdasarkan standard ISO 2631 percepatan getaran penumpang saat penggunaan sistem suspensi modifikasi memiliki kenyaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan sistem suspensi asli. Sehingga perubahan parameter yang terdapat pada sistem suspensi dengan mereduksi dimensi pada diameter piston, piston rod dan orifice memiliki nilai percepatan RMS dan perpindahan penumpang yang lebih rendah. Berdasarkan grafik ketahanan tubuh penggunaan sistem suspensi asli dan modifikasi memiliki waktu ketahanan yang sama Grafik Displacement Transmissibility pada Input Sinusoidal Variasi Kecepatan Kendaraan Tabel 5.10 merupakan data tabel simulasi yang dilakukan pada sistem setengah kendaraan motor dengan penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi. Keduanya dilakukan pada variasi kecepatan kendaraan 0-80 km/jam. Kedua sistem ini disimulasikan menggunakan asumsi λ = 10 m Tabel 5.17 Data Simulasi Setengah Kendaraan dengan Penggunaan Suspensi Asli dan Modifikasi dengan Variasi Kecepatan Asli Modifikasi V f Xr X (rms) / Xr X (rms) / Xr km/h) (Hz) (m) (m) (m) 10 0,28 0,02 0,79 0, ,56 0,02 0,83 0, ,83 0,02 0,86 0, ,11 0,02 0,805 0, ,39 0,02 0,64 0, ,67 0,02 0,495 0,475

123 Xrms/Xr (m) ,94 0,02 0,4 0, ,22 0,02 0,365 0,455 Dari tabel 5.7, didapatkan grafik seperti pada gambar Di bawah ini merupakan grafik X(RMS) / Xr terhadap variasi frekuensi dari kecepatan kendaraan, dimana X(RMS) menunjukkan respon perpindahan RMS penumpang dan Xr menunjukkan amplitudo yang digunakan sebagai inputan profil jalan. Nilai RMS sendiri merupakan nilai efektif dari nilai yang divariasikan, dimana setiap kecepatan kendaraan yang divariasikan akan memiliki nilai X(RMS)/ Xr yang bervariasi pula Displacement Transmibility Asli Modifikasi Kecepatan (km/h) Gambar 5.20 Grafik Perbandingan Displacement Transmibility antara Penggunaan Sistem Suspensi Asli dengan Sistem Suspensi Modifikasi Grafik tersebut menunjukkan perbandingan grafik displacement transmissibility antara penggunaan system suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi. Dari grafik di atas dapat

124 103 dilihat bahwa antara system suspensi asli dengan sistem suspensi modifikasi memiliki karakteristik grafik yang sama, yaitu saat kecepatan 30 km/h membentuk titik puncak dan selanjutnya grafik menurun seiring dengan bertambahnya kecepatan. Titik tertinggi/titik puncak dari grafik dengan penggunaan sistem suspensi asli memiliki nilai X(RMS)/Xr dengan nilai 0,86 m pada frekuensi sebesar 0,83 Hz. Sedangkan saat penggunaan sistem suspensi modifikasi memiliki nilai X(RMS)/Xr dengan nilai 0,83 m pada frekuensi 0,83 Hz. Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kendaraan dengan penggunaan sistem suspensi modifikasi dengan nilai konstanta redaman sebesar 526 Ns/m lebih baik daripada kendaraan dengan penggunaan sistem suspensi asli dikarenakan penggunaan sistem suspensi modifikasi memiliki nilai a (RMS) dan nilai displacement transmissibility yang lebih rendah, dan hal tersebut menunjukkan bahwa input perpindahan (amplitudo) tidak jauh berbeda dengan output perpindahan (Xrms). Namun di sisi lain, kendaraan dengan penggunaan system suspensi modifikasi memiliki nilai displacement transmibility yang lebih besar pada saat kecepatan kendaraan mencapai lebih dari 60 km/h.

125 104 Halaman ini sengaja dikosongkan

126 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi dan analisis pada sistem suspensi asli hydraulic shock absorber,dan sistem suspensi modifikasi hydraulic shock absorber pada sistem setengah kendaraan motor, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemilihan parameter dimensi modifikasi pada sistem suspensi hydraulic shock absorber terdiri dari diameter piston sebesar 0,18 m, diameter piston 0,01 m dan diameter orifice sebesar 0,0015 m. 2. Pemilihan parameter dimensi modifikasi didapatkan berdasarkan kenyamanan kendaraan berupa nilai zeta sebesar 0,899 dan nilai a RMS sebesar 0, Nilai gaya redam yang dihasilkan pada sistem suspensi modifikasi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem supensi asli yaitu sebesar 526 N dikarenakan pengaruh perubahan pada diameter piston, piston rod dan orifice 4. Nilai tegangan kerja saat ekspansi dan kompresi akibat pembebanan statis masih lebih rendah dibandingkan nilai tegangan yang diizinkan sebesar 379 Mpa. Sehingga dinyatakan aman 5. Nilai tegangan equivalent akibat pembebanan dinamis memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai endurance limit sebesar 1,3 Mpa. Sehingga sistem suspensi yang digunakan dapat dinyatakan aman 6. Pada sistem setengah kendaraan motor dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber untuk input bump modified respon penumpang mencapai kondisi steady state kurang dari 1,5 detik. 7. Pada sistem setengah kendaraan motor dengan penggunaan sistem suspensi hydraulic shock absorber untuk input sinusoidal dengan dan respon penumpang mencapai kondisi 105

127 106 steady state kurang dari 2 detik dengan nilai overshoot maksimum dengan penggunaan sisem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi saat kecepatan 20 km/h sebesar 0,0231 m dan 0,0231 m pada respon perpindahan penumpang 8. Nilai RMS untuk percepatan getaran penumpang saat penggunaan sistem suspensi asli dan sistem suspensi modifikasi dengan kecepatan 10 km/jam sebesar lebih dari 24 jam, 20 km/jam sebesar lebih dari 24 jam, 30 km/jam sebesar jam, 40 km/jam sebesar 8 16 jam, 50 km/jam sebesar 4 8 jam, km/jam sebesar 2,5 4 jam. 9. Hasil dari nilai RMS untuk percepatan getaran yang menggunakan sistem suspensi modifikasi memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan sistem suspensi asli. 6.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran untuk pengembangan dalam penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan pengujian eksperimen pada sistem suspensi hydrraulic shock absorber yang telah dilakukan modifikasi. 2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan perkembangan sistem suspensi dengan melakukan perubahan bentuk pada luasan sisi ekspansi dan kompresi agar didapatkan sistem suspensi yang lebih efektif dan efisien

128 DAFTAR PUSTAKA [1] Rao, Singiresu S Mechanical Vibrations Fifth Edition. Miami: Pearson Education, Inc. [2] Sutantra, Nyoman I Teknologi Otomotif Teori dan Aplikasinya. Surabaya: Penerbit Guna Widya. [3] ISO: Guide for The Evaluation of Human Exposure to Whole-Body Vibration International Standart International Organization for Standardization. [4] Fox dan McDonald s Introduction to Fluid Mechanics Eighth Edition. Amerika: John Wiley & Sons, Inc. [5] Hestingrum, Yunita dan Laksana Guntur, Harus Pemodelan dan Analisis Pengaruh Perubahan Parameter Sistem Suspensi Oleo-Pneumatic terhadap Gaya Redam dan Gaya Pegas serta Respon Dinamis Penumpang Pesawat Boeing Proses Landing dan Takeoff. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [6] Rahmawati, Istina dan Laksana Guntur, Harus Pemodelan dan Analisis Pengaruh Perubahan Parameter Sistem Suspensi Hydro Pneumatic Terhadap Gaya Redam dan Gaya Pegas serta Respon Dinamis Mobil. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [7] Olviani, Chika dan Laksana Guntur, Harus Analisa Kenyamanan Kendaraan Roda Dua dengan Pemodelan Pengendara sebagai Sistem Multi D.O.F. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [8] Wardani, Aulia dan Laksana Guntur, Harus Pemodelan dan Analisis Pengaruh Variasi Luasan Orifice terhadap Gaya Redam, Daya Listrik Bangkitan, dan Respon Dinamis pada Hydraulic Motor Regenerative Shock Absorber (HMRSA). 91

129 92 Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [9] Yalcin, B., Ucun, I., Usal, M.R. (2009) Failure Analysis of a Shock Absorber Piston Produced by Powder Metallurgy Processing. 5th International Advanced Technologies Symposium [10] Mulyo, Citro Modul Melakukan Perbaikan Sistem Suspensi. Pemalang: Sekolah Menengah Kejuruan Nusa Mandiri Pemalang. [11] Aisi Data Penjualan Motor Indonesia. Diambil dari

130 BIODATA PENULIS M Fauzi Rahman dilahirkan di Tasikmalaya, 26 Februari 1994 anak yang terlahir dari orangtua terbaik bernama Moch. Husni Thamrin dan Enur Nurhayati. Riwayat pendidikan penulis diawali di SD Insan Kamil, Bogor pada tahun Penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Insan Kamil, Bogor pada tahun , kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA PU Al-Bayan, Sukabumi pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan jenjang S-1 Jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui jalur mandiri. Penulis aktif dalam kegiatan akademik maupun organisasi selama perkuliahan. Dalam organisasi kemahasiswaan, penulis aktif menjadi staff Departemen PPIM di Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) dan staff Divisi BPU di Lembaga Dakwah Kampus JMMI ITS pada tahun Pada tahun , penulis aktif menjadi Ketua Biro Pelatihan Departemen PPIM. Motto hidup penulis adalah Jadilah seperti sebatang lilin yang sinarnya selalu memberikan manfaat untuk sekitarnya menjadikan penulis lebih bersemangat dan berusaha keras untuk senantiasa memberikan manfaat dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Untuk semua informasi dan masukan terkait tugas akhir ini dapat menghubungi penulis melalui fauzi2352@gmail.com.

PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI OLI DAN DIAMETER ORIFICE TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z

PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI OLI DAN DIAMETER ORIFICE TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TUGAS AKHIR TM141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI OLI DAN DIAMETER ORIFICE TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z 2008 NEWANDA ASA WAHID NRP. 2112100073

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam Dual Flywheel

Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam Dual Flywheel JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (25) ISSN: 2337-3539 (23-927 Print) F 49 Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 76

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 76 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 76 Pemodelan Dan Analisis Pengaruh Variasi Oli dan Diameter Orifice terhadap Gaya Redam Shock Absorber Dan Respon Dinamis Sepeda

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 113

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 113 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F 113 Pemodelan dan Analisis Pengaruh Perubahan Parameter Orifice Sistem Hidrolik Terhadap Gaya Redam yang Dihasilkan dan Respon Dinamis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TM141585

TUGAS AKHIR TM141585 TUGAS AKHIR TM141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER VARIABLE ORIFICE SISTEM SUSPENSI HIDROLIK TERHADAP GAYA REDAM YANG DIHASILKAN DAN RESPON DINAMIS PENUMPANG PADA SEPEDA MOTOR HONDA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( Print) E27 Rancang Bangun dan Analisis Karakteristik Dinamis Atmospheric Pressure Shock Absorber (APSA) dengan Diameter Silinder 60 mm dan Diameter Orifice 1 mm Pada Kendaraan Angkut Bima Adisetya Putra dan Harus

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISIS RESPON DINAMIS VARIABLE ORIFICE PADA SHOCK ABSORBER KENDARAAN YAMAHA JUPITER Dr. Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng.

PEMODELAN DAN ANALISIS RESPON DINAMIS VARIABLE ORIFICE PADA SHOCK ABSORBER KENDARAAN YAMAHA JUPITER Dr. Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng. TUGAS AKHIR TM141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI LUASAN SISI KOMPRESI DAN EKSPANSI DENGAN PERUBAHAN DIAMETER PISTON, ORIFICE, DAN PISTON ROD TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS

Lebih terperinci

NRP ANALISIS PENGARUH VARIASI NILAI KOEFISIEN REDAMAN TERHADAP RESPON DINAMIS SUSPENSI ORIFICE PADA SHOCK ABSORBER KERETA API

NRP ANALISIS PENGARUH VARIASI NILAI KOEFISIEN REDAMAN TERHADAP RESPON DINAMIS SUSPENSI ORIFICE PADA SHOCK ABSORBER KERETA API TUGAS AKHIR TM141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH VARIASI LUASAN SISI KOMPRESI DAN EKSPANSI DENGAN PERUBAHAN DIAMETER PISTON, ORIFICE, DAN PISTON ROD TERHADAP GAYA REDAM SHOCK ABSORBER DAN RESPON DINAMIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT REDAMAN SHOCK UPSIDE DOWN PADA KENDARAAN BERMOTOR YAMAHA BYSON 150 CC

ANALISIS PENGARUH TINGKAT REDAMAN SHOCK UPSIDE DOWN PADA KENDARAAN BERMOTOR YAMAHA BYSON 150 CC ANALISIS PENGARUH TINGKAT REDAMAN SHOCK UPSIDE DOWN PADA KENDARAAN BERMOTOR YAMAHA BYSON 150 CC Dedy Muji Prasetyo, Eko Prasetyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unversitas Pancasila dedymuji@gmail.com,

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Kata kunci : regenerative shock absorber, orifice, gaya redam, daya bangkitan

Kata kunci : regenerative shock absorber, orifice, gaya redam, daya bangkitan Banjarmasin, 7-8 Oktober 15 Pengaruh Variasi Diameter Orifice Terhadap Karakteristik Dinamis Hydraulic Motor Regenerative Shock Absorber (HMRSA) dengan Satu Silinder Hidraulik Aida Annisa Amin Daman 1,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F 126

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F 126 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (015) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F 16 Pemodelan dan Analisis Pengaruh Penggunaan Adaptive Shock Absorber Menggunakan Terhadap Karakteristik Gaya Redam dan Respon Dinamis

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN RESPON DINAMIS DARI KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN SHOCK ABSORBER HIDROLIS DAN YANG MENGGUNAKAN SISTEM PEREDAM DUAL FLYWHEEL

ANALISIS PERBANDINGAN RESPON DINAMIS DARI KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN SHOCK ABSORBER HIDROLIS DAN YANG MENGGUNAKAN SISTEM PEREDAM DUAL FLYWHEEL TUGAS AKHIR TM 141585 ANALISIS PERBANDINGAN RESPON DINAMIS DARI KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN SHOCK ABSORBER HIDROLIS DAN YANG MENGGUNAKAN SISTEM PEREDAM DUAL FLYWHEEL PIENDRASWARTI SOELISTYANING PANGASTUTI

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA)

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) 1 ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) Amirul Huda dan Unggul Wasiwitono,ST.,M.Eng.Sc,Dr.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4)

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4) Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4) Puja Priyambada dan I Nyoman Sutantra Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER. Muchamad Eko Jayadilaga

PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER. Muchamad Eko Jayadilaga PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER Muchamad Eko Jayadilaga 2110106021 LATAR BELAKANG Hanya 10-16 % dari energi yang dihasilkan engine yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan. Sisanya

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA Disusun oleh Yonathan A. Kapugu (2106100019) Dosen pembimbing Prof. Ir. IN Sutantra, M.Sc.,

Lebih terperinci

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi Email : bagus.suryasa@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER. Paridawati 1)

ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER. Paridawati 1) ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER Paridawati 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi ABSTRAK Shock absorber merupakan komponen penting

Lebih terperinci

Pengembangan Dan Studi Karakteristik Prototipe Regenerative Shock Absorber Sistem Hidrolik

Pengembangan Dan Studi Karakteristik Prototipe Regenerative Shock Absorber Sistem Hidrolik ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017 Pengembangan Dan Studi Karakteristik Prototipe Regenerative Shock Absorber Sistem Hidrolik 1 Kadaryono, 2 Mualifi Usman 1,2 Teknik Mesin, Universitas Darul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUGAS AKHIR Studi Eksperimen Karakteristik Redaman dan Energi Bangkitan dari Hydraulic Electro Mechanic Shock Absorber (HEMSA) Dua Selang Compression Satu Selang Rebound dengan Variasi Pembebanan Listrik

Lebih terperinci

Pengembangan Prototipe Hybrid Shock Absorber : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Absorber

Pengembangan Prototipe Hybrid Shock Absorber : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Absorber JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Prototipe Hybrid Shock : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Mohammad Ikhsani dan Harus Laksana Guntur Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 132 Pemodelan dan Analisa Reduksi Respon Getaran Translasi pada Sistem Utama dan Energi Listrik yang Dihasilkan oleh Mekanisme

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT Siti Nafaati dan Harus

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TM

TUGAS AKHIR TM TUGAS AKHIR TM 141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ADAPTIVE SHOCK ABSORBER MENGGUNAKAN VARIABEL ORIFICE TERHADAP KARAKTERISTIK GAYA REDAM DAN RESPON DINAMIS KENDARAAN MUHAMAD RAI ANGGARA

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Abdul Rohman 1,*, Harus Laksana Guntur 2 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK REGENERATIF SHOCK ABSORBER DOUBLE SILINDER HYDRAULIC ACTUATOR DENGAN VARIASI VISKOSITAS OLI

STUDI KARAKTERISTIK REGENERATIF SHOCK ABSORBER DOUBLE SILINDER HYDRAULIC ACTUATOR DENGAN VARIASI VISKOSITAS OLI STUDI KARAKTERISTIK REGENERATIF SHOCK ABSORBER DOUBLE SILINDER HYDRAULIC ACTUATOR DENGAN VARIASI VISKOSITAS OLI Wanda Afnison 1 dan Harus Laksana Guntur 2 Mahasiswa Program Magister, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Surya Hadi Putranto

Surya Hadi Putranto TUGAS AKHIR Rancang Bangun Speed Bump dan Analisa Respon Speed Bump Terhadap Kecepatan Kendaraan Dosen Pembimbing : Ir. Abdul Aziz Achmad Surya Hadi Putranto 2105100163 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 31-971 1 Pemodelan dan Analisis Respon Dinamis Kendaraan Truk Akibat Pengaruh Profil Jalan dan Getaran Engine Prayogi Adista P. dan Wiwiek Hendrowati Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 Disusun oleh : SUHANDOKO NIM : D200080001 JURUSAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TM141585

TUGAS AKHIR TM141585 TUGAS AKHIR TM141585 PEMODELAN DAN ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN HYDRO-MAGNETO-ELECTRIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER (HMERSA) DUAL INPUT-SINGLE OUTPUT TERHADAP ENERGI BANGKITAN DAN RESPON DINAMIS HALF-CAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR/SKRIPSI HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN

STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN Sidang Tugas Akhir Bidang Studi : Desain STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN Disusun oleh : DENNY SAPUTRA NRP. 2105

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER)

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) Abdul Rohman Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi E-mail :

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 107

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 107 JURNL TEKNIK ITS Vl. 6, N. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 107 Pemdelan dan nalisis Pengaruh Variasi Luasan Sisi Kmpresi dan Ekspansi dengan Perubahan Diameter Pistn, dan Pistn Rd terhadap

Lebih terperinci

PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL ABSTRAK

PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL ABSTRAK PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL Boby / 0622086 E-mail : boby_18jan@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri 65 Bandung

Lebih terperinci

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a*

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a* Journal of Mechanical Engineering and Mechatronics Submitted : 2017-09-15 ISSN: 2527-6212, Vol. 2 No. 1, pp. 11-16 Accepted : 2017-09-21 2017 Pres Univ Press Publication, Indonesia Simulasi Peredam Getaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Suspensi Sebagai Komponen Pengganti (Interchange) Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan GEA

Studi Eksperimental Sistem Suspensi Sebagai Komponen Pengganti (Interchange) Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan GEA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Studi Eksperimental Sistem Suspensi Sebagai Komponen Pengganti (Interchange) Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan GEA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Tugas Akhir Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Oleh : Aldila Ningtyas 2108 100 003 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-313

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-313 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) F-313 Studi Eksperimen Respon Reduksi Getaran Translasi dan Rotasi pada Sistem Utama dan Energy Density Mekanisme Cantilever Piezoelectric

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TORSIONAL VIBRATION ABSORBER TERHADAP RESPON GETARAN PADA SISTEM GETAR ROTASI UTAMMA

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TORSIONAL VIBRATION ABSORBER TERHADAP RESPON GETARAN PADA SISTEM GETAR ROTASI UTAMMA TUGAS AKHIR TM141585 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TORSIONAL VIBRATION ABSORBER TERHADAP RESPON GETARAN PADA SISTEM GETAR ROTASI UTAMMA ARYO KUSUMO NRP. 2111100106 Dosen Pembimbing: Dr. Harus Laksana Guntur,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 Agus Supriatna 20412401 Teknik Mesin Pembimbing: Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Energi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder)

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-270

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-270 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-270 Studi Karakteristik Reduksi Getaran Translasi Dan Rotasi Sistem Utama dan Energi Listrik yang Dihasilkan oleh Mekanisme Cantilever

Lebih terperinci

PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN. Sutarno. Abstraction

PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN. Sutarno. Abstraction PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN Sutarno Abstraction Comfortableness going up the motor vehicle in this time very wantek even sometimes become a compulsion. One of way of creating the comfort

Lebih terperinci

Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan ISO 2631

Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan ISO 2631 A739 Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan ISO 2631 Fridam Amruloh Baqarizky dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 164 Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi Tiara Angelita Cahyaningrum dan Harus Laksana Guntur Laboratorium

Lebih terperinci

Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo

Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo Apriyanto S. 247 1 6 Pembimbing : Ir. Jerri Susatio, M.T. 1954117 1983 1 5 Latar Belakang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NANANG ISMAIL FAHMI JURUSAN TEKNIK MESIN. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. MEng TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN

NANANG ISMAIL FAHMI JURUSAN TEKNIK MESIN. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. MEng TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN NANANG ISMAIL FAHMI 2106100042 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. MEng JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Oleh : Moch. Wahyu Kurniawan 219172 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng Bidang Studi Desain Rian Kurniawan 2108100034 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng RANCANG BANGUN MODEL TM Regenerative UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT Latar Belakang Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : FARIS ADITYA PUTRA NIM. I 0410018 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF

Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF Talifatim Machfuroh 1,*, Harus Laksana Guntur 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan ISO 2631

Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan ISO 2631 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-833 Desain dan Analisa Sistem Suspensi Mobil Multiguna Pedesaan Menggunakan Peredam Magnetorheological Dengan Standar Kenyamanan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) Pemodelan dan Analisa Energi Listrik Yang Dihasilkan Mekanisme Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Air (PLTG-AIR) Tipe Pelampung Silinder Dengan Cantilever Piezoelectric Sherly Octavia Saraswati dan Wiwiek

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 Disusun Oleh : Nama : Ananda Mauludi Rachman Npm : 20411691 Jurusan : Teknik Mesin

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 138

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 138 JURNL TEKNIK ITS Vl. 6, N. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 138 nalisis Perbandingan Respn Dinamis dari Kendaraan yang Menggunakan Sistem Hidrlik dengan Kendaraan yang Menggunakan Sistem Mdifikasi

Lebih terperinci

: Tri Ayu Rachmawati Nrp : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.,M.Eng.

: Tri Ayu Rachmawati Nrp : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.,M.Eng. TUGAS AKHIR TM 141585 PEMODELAN DAN ANALISA RESPON DINAMIS DAN ENERGI BANGKITAN DARI HYDRO- MAGNETO ELECTRIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER PADA SISTEM SUSPENSI TRUK DENGAN KAPASITAS ENGINE 4000 CC TRI AYU

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API

PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API SIDANG TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API Disusun oleh Yohanes Dhani Kristianto (20800626) Dosen pembimbing Ir. YUNARKO

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 650 cc 2 Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 180 untuk Rubber Mount

Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 650 cc 2 Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 180 untuk Rubber Mount Sidang Tugas Akhir Bidang Studi : Desain Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 65 cc Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 8 untuk Rubber Mount Disusun Oleh: Mela Agus Christianti NRP. 9 36 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TM

TUGAS AKHIR TM TUGAS AKHIR TM 141585 PEMODELAN DAN ANALISA REDUKSI RESPON GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI PADA SISTEM UTAMA OLEH MEKANISME DYNAMIC VIBRATION ABSORBER MODEL BEAM DENGAN PENGARUH POSISI PELETAKAN TERHADAP

Lebih terperinci

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE Richy Dwi Very Sandy 2106.100.085 Dosen Pembimbing: Ir. Sampurno, MT Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Frame, Analisis Tegangan Statik, Ansys 14.5, Tegangan Von Mises, Faktor Keamanan. Abstract

Abstrak. Kata Kunci : Frame, Analisis Tegangan Statik, Ansys 14.5, Tegangan Von Mises, Faktor Keamanan. Abstract ANALISIS KOMPARATIF TEGANGAN STATIK PADA FRAME GANESHA ELECTRIC VEHICLES 1.0 GENERASI 1 BERBASIS CONTINOUS VARIABLE TRANSMISSION (CVT) BERBANTUAN SOFTWARE ANSYS 14.5 K. Budarma, K. Rihendra Dantes, G.

Lebih terperinci

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 TUGAS AKHIR ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR. Skripsi

UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR. Skripsi UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR Skripsi Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : Mulyono NIM : 5201403034

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan Fitriana Ariesta Dewi dan Ir. Yerri Susatio, MT Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : EKO SULISTIYONO NIM. I 8111022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

Studi Efek Kondisi-Ujung (end condition) Silinder Fleksibel terhadap Vortex-Induced Vibration

Studi Efek Kondisi-Ujung (end condition) Silinder Fleksibel terhadap Vortex-Induced Vibration LAPORAN TUGAS AKHIR Studi Efek Kondisi-Ujung (end condition) Silinder Fleksibel terhadap Vortex-Induced Vibration LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN MANFAAT BATASAN MASALAH METODOLOGI ANALISA DAN

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN

BAB IV PROSES PERANCANGAN BAB IV PROSES PERANCANGAN 4.1 Rancangan Teoritis Rancangan teoritis yang ideal perlu ditetapkan sebagai acuan perancangan dan pemilihan bahan. Dengan mempertimbangkan kondisi pembebanan dan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung pembahasan penyelesaian persamaan diferensial linier tak homogen dengan menggunakan metode fungsi green antara lain: persamaan

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BODY (BAGIAN RANGKA BODY DEPAN) TMUNEJ-1 HYBRID VEHICLE. Oleh: Muhammad Khairil Umam

PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BODY (BAGIAN RANGKA BODY DEPAN) TMUNEJ-1 HYBRID VEHICLE. Oleh: Muhammad Khairil Umam PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BODY (BAGIAN RANGKA BODY DEPAN) TMUNEJ-1 HYBRID VEHICLE Oleh: Muhammad Khairil Umam 101903101011 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Sistem Suspensi pada Truck

Sistem Suspensi pada Truck Sistem Suspensi pada Truck Halaman 1 dari 4 Fungsi utama sistem suspensi pada kendaraan adalah mendukung berat kendaraan untuk diteruskan ke tanah (ground). Fungsi lain adalah melindungi badan kendaraan

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi getaran yang terjadi pada body kendaraan akibat ketidakrataan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi getaran yang terjadi pada body kendaraan akibat ketidakrataan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat kenyamanan kendaraan sangat erat hubungannya dengan sistem suspensi kendaraan. Sistem suspensi kendaraan harus mampu mengisolasi atau mengurangi getaran

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK RESPON GETARAN MESIN BENSIN DUA SILINDER SEGARIS DENGAN VARIASI SUDUT ANTAR ENGKOL

STUDI NUMERIK RESPON GETARAN MESIN BENSIN DUA SILINDER SEGARIS DENGAN VARIASI SUDUT ANTAR ENGKOL Jurnal SIMETRIS, Vol. 9 No. April 8 ISSN: 5-98 STUDI NUMERIK RESPON GETARAN MESIN BENSIN DUA SILINDER SEGARIS DENGAN VARIASI SUDUT ANTAR ENGKOL Hendri Suryanto Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI VISCOUS, FRICTION DAN ELECTRIC DUMPING PADA REGENERATIF SHOCK ABSORBER (RSA) TIPE HYDRAULIC ELECTRO MECHANIC SHOCK ABSORBER (HEMSA)

DISTRIBUSI VISCOUS, FRICTION DAN ELECTRIC DUMPING PADA REGENERATIF SHOCK ABSORBER (RSA) TIPE HYDRAULIC ELECTRO MECHANIC SHOCK ABSORBER (HEMSA) Vol. 17, No. 2, Oktober 2017 p-issn: 1411 3411 e-issn: 2549 9815 DISTRIBUSI VISCOUS, FRICTION DAN ELECTRIC DUMPING PADA REGENERATIF SHOCK ABSORBER (RSA) TIPE HYDRAULIC ELECTRO MECHANIC SHOCK ABSORBER (HEMSA)

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi mochamad nur qomarudin, februari 015 mnurqomarudin.blogspot.com, alfiyahibnumalik@gmail.com bismillah. seorang kawan meminta saya mempelajari

Lebih terperinci