HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Indra Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Tikus Rumah Pengujian Konsumsi Perlakuan Kontrol,, dan Konsumsi tikus rumah terhadap umpan gabah, beras, dan jagung disajikan pada Tabel 3 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 1. Dari hasil pengujian tersebut, dapat diketahui bahwa komsumsi beras yang paling besar (6,688 g), dilanjutkan dengan gabah (6,388 g), kemudian jagung (6,024 g). Akan tetapi selisih jumlah konsumsi sang at sedikit dan berdasarkan Uji Duncan α=5% menunjukkan hasil pengujian umpan tidak berbeda nyata pada masing -masing perlakuan. Tabel 3 Konsumsi rerata tikus rumah pada perlakuan kontrol Perlakuan Pr > F Umpan 6,338 aa 6,688 aa 6,024 aa 0,5185 ns Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Rodentisida Brodifacoum vs Umpan pada Tikus Rumah Hasil yang diperoleh dari pengujian rodentisida brodifacoum vs umpan disajikan pada Tabel 4 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 2-4. Secara statistika, per bandingan konsumsi antara umpan beras dan gabah dengan rodentisida berbeda sangat nyata (α= 1%). Perbandingan konsumsi umpan jagung dengan rodentisida tidak berbeda nyata. Umpan gabah yang dikonsumsi relatif sama dengan umpan beras, begitu juga dengan rode ntisida yang dikonsumsi pada kedua perlakuan ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa tikus lebih memilih mengonsumsi umpan beras dan gabah daripada rodentisida brodifacoum. Umpan
2 18 jagung yang dikonsumsi merupakan yang terendah, sedangkan konsumsi racun merupakan yang tertinggi. Tabel 4 Rerata konsumsi tikus rumah pada pengujian rodentisida brodifacoum vs umpan gabah, beras, dan jagung Perlakuan Umpan Rodentisida Pr > F 8,992 aa 8,844 aa 5,033 aa 0,425 bb 0,145 bb 3,174 aa 0,1562 ns Angka dalam baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Rodentisida Bromadiolone vs Umpan pada Tikus Rumah Hasil yang diperoleh dari pengujian rodentisida bromadiolone vs umpan disajikan pada Tabel 5 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 5-7. Seperti halnya konsumsi beras dan gabah pada perlakuan rodentisida brodifacoum, rerata konsumsi tikus rumah terhadap umpan dan rodentisida relatif sama antar kedua perlakuan. Pada pengujian rodentisida bromadiolone terdapat perbedaan dengan pengujian seb elumnya, perlakuan dengan umpan jagung menunjukkan konsumsi rodentisida lebih banyak dan berbeda nyata (α=5%) daripada umpan jagung. Tabel 5 Rerata konsumsi tikus rumah pada pengujian rodentisida bromadiolone vs umpan gabah, beras, dan jagung Perlakuan Umpan Rodentisida Pr > F 7,668 aa 7,778 aa 2,522 aa 0,431 bb 0,143 bb 5,010 ba 0,0367 * Angka dalam baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata
3 19 Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Rodentisida Coumatetralyl vs Umpan pada Tikus Rumah Konsumsi tikus rumah pada pengujian rodentisida coumatetralyl vs umpan disajikan pada Tabel 6 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran Konsumsi umpan dan rodentisida pada perlakuan rodentisida coumatetralyl menunjukkan perbandingan yang berbeda sangat nyata (α=1%) pada ketiga perlakuan. Tingkat konsumsi tikus rumah terhadap perlakuan umpan lebih tinggi daripada rodentisida. Tabel 6 Rerata konsumsi tikus rumah pada pengujian rodentisida coumatetralyl vs umpan gabah, beras, dan jagung Perlakuan Umpan Rodentisida Pr > F 6,868 aa 6,027 aa 4,278 aa 0,353 bb 0,272 bb 1,089 bb Angka dalam b aris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Perbandingan Rerata Konsumsi pada Konsumsi Umpan pada Kontrol dan Rodentisida Brodifacoum, Bromadiolone, dan Coumatetralyl Perbandingan rerata konsumsi umpan gabah, beras, dan jagung pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 7 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran Perlakuan kontrol gabah menunjukkan has il yang lebih kecil dari ketiga perlakuan lainnya. Pada perlakuan kontrol beras, hasil lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan brodifacoum dan bromadiolone dan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan coumatetralyl. Hal ini dapat disebabkan pada saat ti kus rumah diberi perlakuan dengan rodentisida, dapat menstimulir konsumsi terhadap umpan tanpa racun. Berbeda dengan perlakuan jagung yang menunjukkan jumlah konsumsi kontrol lebih banyak dari pada perlakuan lainnya, tikus rumah cenderung menyukai rodentis ida sehingga konsumsi untuk umpan menjadi berkurang.
4 20 Tabel 7 Perbandingan rerata konsumsi umpan pada perlakuan kontrol dan rodentisida Kontrol Perlakuan Rodentisida Brodifacoum Bromadiolone Coumatetralyl Rerata Konsumsi Umpan 6,338 cb 8,992 aa 7,668 bab 6,868 bcb 6,688 bcbc 8,844 aa 7,778 abab 6,027 cc 6,024 aa 5,033 aab 2,522 bb Rata-rata 7,446 7,334 4,460 4,278 abab Pr > F 0,0002** 0,0007** 0,0045** Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Pengujian Konsumsi pada Tikus Pohon Pengujian Konsumsi Perlakuan Kontrol,, dan Hasil konsumsi kontrol umpan pada tikus pohon dapat dilihat pada Tabel 8 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 14. Konsumsi umpan beras dan gabah pada tikus pohon menunjukkan hasil yang sama dan tidak berbeda nyata (α=5% dan 1%). Berbeda dengan umpan jagung yang jumlah konsumsinya lebih sedikit dan berbeda sangat nyata dengan umpan lainnya. Umpan beras dan gabah lebih disukai oleh tikus pohon daripada umpan jagung. Tabel 8 Jumlah konsumsi rerata tikus pohon pada perlakuan kontrol Perlakuan Umpan 8,011 aa 8,357 aa 3,917 bb Pr > F Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata
5 21 Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Rodentisida Umpan Pada Tabel 9 disajikan perbandingan konsumsi rodentisida Brodifacoum (Biru) vs brodifacoum biru dengan umpan dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran Dari hasil rerata konsumsi umpan gabah, beras, dan jagung dibandingkan dengan konsumsi rodentisida berbeda sangat nyata α=5% dan 1%. Hal ini menunjukkan perbandingan konsumsi umpan jauh lebih besar daripada konsumsi rodentisida. Tabel 9 Konsumsi rerata tikus pohon pada pengujian rodentisida (biru) vs umpan gabah, beras, dan jagung Perlakuan Umpan Rodentisida Pr > F 7,681 aa 7,236 aa 4,536 aa 0,381 bb 0,472 bb 0,265 bb brodifacoum 0,0001** 0,0001** 0,0001** Angka dalam baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Rodentisida Brodifacoum (Hijau) vs Umpan Data perbandingan konsumsi antara ketiga umpan terhadap rodentisida brodifacoum hijau disajikan pada Tabel 10 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran Tabel 10 Konsumsi rerata tikus pohon pada pengujian rodentisida brodifacoum (hijau) vs umpan gabah, beras, dan jagung Perlakuan Umpan Rodentisida Pr > F 6,406 aa 5,484 aa 2,780 aa 0,192 bb 0,868 bb 0,941 ba 0,0004 ** 0,0204 * Angka dalam baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Konsumsi umpan gabah pada saat perlakuan menunjukkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dari kedua umpan, dan konsumsi umpan jagung menunjukkan tingkat konsumsi yang paling rendah. Perbandingan jumlah konsumsi dengan
6 22 rodentisida pada perlakuan umpan gabah dan ber as berbeda sangat nyata (α=1%), sedangkan pada perbandingan ump an jagung dengan rodentisida berbeda nyata (α=5%). Perbandingan Rerata Konsumsi pada Konsumsi Umpan pada Kontrol dan Rodentisida Brodifacoum Perbandingan rerata konsumsi umpan gabah, beras, dan jagung menunjukkan variasi pada masing-masing perlakuan dan disajikan pada Tabel 11 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran Perbandingan konsumsi umpan gabah dan beras kontrol lebih ti nggi daripada konsumsi umpan vs rodentisida. Berbeda dengan umpan jagung kontrol yang konsumsinya lebih rendah daripada umpan pada rodentisida daripada rodentisida brodifacoum hijau. brodifacoum biru tetapi lebih besar Dari ketiga umpan yang diuji pada kontrol dan rodentisida, umpan gabah adalah umpan yang paling disukai dibandingk an dengan kedua umpan lainnya, sedangkan umpan jagung adalah umpan yang paling tidak disukai oleh tikus pohon. Tabel 11 Perbandingan rerata rodentisida Kontrol Perlakuan Rodentisida Brodifacoum biru Brodifacoum hijau konsumsi umpan pada perlakuan kontrol dan Rerata Konsumsi Umpan 8,011 aa 7,681 aba 6,406 ba 8,357 aa 7,236 aab 5,484 bb 3,917 aa 4,536 aa 2,780 aa Rata-rata 7,366 7,026 3,744 Pr > F 0,0393* 0,0001** 0,0493 ns Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata Perubahan Bobot Tikus Perubahan Bobot Tikus Rumah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Dalam setiap perlakuan dilakukan penimbangan sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui perubahan bobot dan rata -rata bobot tikus rumah
7 23 pada masing-masing perlakuan. Perubahan bobot dan rata -rata bobot tikus rumah disajikan pada Tabel 12. Perubahan bobot tikus pada perlakuan rodentisida brodifacoum menunjukkan kenaikan pada saat diberi umpan gabah dan beras dan terjadi penurunan pada pemberian umpan jagung. Hal ini disebabkan jumlah konsumsi umpan pada perlakuan jagung (C) sangat sedikit dan jauh dari jumlah yang normal. Selain itu konsumsi rodentisi da yang cukup banyak dapat menyebabkan reaksi dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan bobot tubuh. Tabel 12 Perubahan dan rerata bobot tikus rumah pada perlakuan Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Perubahan Bobot (g) A B C 121, , , , , ,839 1,652 1,022-0,134 D E F 118, , , , , ,242-0,813-1,221-0,358 G H I 127, , , , , ,648-3,097-4,469-1,667 J K L 124, , , , , ,953-4,050-0,323 1,138 Rata-rata 122, ,498-1,001 Pada perlakuan rodentisida bromadiolone menunjukkan perubahan bobot yang menurun pada semua perlakuan umpan. Penurunan bobot tertinggi berurutan adalah umpan gabah (D), beras (E), dan jagung (F). Jika dilihat dari konsumsi umpan, perlakuan E dan D tikus lebih banyak mengonsumsi umpan sedangkan perlakuan F lebih banyak mengonsumsi rodentisida, tetapi perlakuan F paling kecil penurunan bobotnya. Hal ini disebabkan tikus merasa dalam cekam an pada saat mencicipi rodentisida D dan E sehingga tikus menjadi stres dan pengaruh rodentisida yang bereaksi dalam waktu yang berbeda.
8 24 Begitu juga dengan perlakuan rodentisida coumatetralyl yang menunjukkan penurunan bobot pada setiap perlakuan terutama perlakuan coumatetralyl vs beras yang paling besar penurunannya. Perlakuan kontrol gabah dan beras menunjukkan penurunan bobot, sedangkan kontrol jagung menunjukkan kenaikan bobot meskipun jumlah konsumsi totalnya lebih sedikit. Kandungan protein pada j agung lebih tinggi daripada beras, protein berfungsi untuk memberikan bahan pertumbuhan, pembentukan jaringan, dan pemeliharaan (Harper et al 1986). Perubahan Bobot Tikus Pohon Sebelum dan Sesudah Perlakuan Konsumsi tikus pohon terhadap umpan dan rodent isida dapat mempengaruhi terhadap bobot tikus. Perubahan bobot dan rata -rata bobot tikus pohon disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perubahan dan rerata bobot tikus pohon pada perlakuan Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Perubahan Bobot (g) A B C 125, , , , , ,322 1,235-0,418-2,766 D E F 123, , , , , ,891-0,225-2,284-3,067 G H I 123, , , , , ,848 4,226 1,253-4,162 Rata-rata 123, ,199-0,591 Pada pengujian umpan vs rodentisida brodifacoum biru terjadi perubahan berupa kenaikan bobot pada perlakuan umpan gabah dan terjadi penurunan bobot pada perlakuan umpan beras, dan jagung. Penurunan bobot pada perlakuan jagung disebabkan konsumsi tikus terhadap umpan pada perlakuan ini sangat sedikit dan sangat kurang dari kebutuhan pakan normal.
9 25 Pada perlakuan rodentisida brodifacoum hijau terjadi penurunan pada semua perlakuan. Penurunan bobot terbesar terjadi pada perlakuan umpan jagung, karena jumlah konsumsi umpan sangat sedikit dan konsumsi rodentisida yang cukup banyak. Pada perlakuan umpan gabah penurunan bobot paling sedikit dibandingkan dengan umpan lainnya, karena konsumsi umpan paling banyak dan konsumsi rodentisida paling sedikit. Pada perlakuan kontrol, terjadi peningkatan bobot tubuh pada perlakuan umpan gabah dan beras dan terjadi penurunan bobot pada perlakuan jagung. Hal ini disebabkan konsumsi jagung yang sedikit bila di bandingkan dengan kedua umpan. Perubahan Bobot pada Saat Masa Istirahat Tikus yang yang masih hidup dan telah digunakan selama tiga hari perlakuan kemudian diberi pakan berupa gabah secara melimpah ( ad libitum ) selama tiga hari. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh rodentisida yang telah dikonsumsinya dan mengistirahatkan tikus dari pengujian rodentisida. Jika setelah tiga hari tikus dalam kondisi yang sehat, maka tikus dapat digunakan lagi untuk perlakuan berikutnya. Perubahan bobot tikus uji set elah masa istirahat disajikan pada Tabel 14 dan 15. Tabel 14 Rerata perubahan bobot tubuh tikus rumah setelah masa istirahat Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Perubahan Bobot (g) A B C D E F G H I 123, , , , , , , , , , , , , , , , , ,956 3,329 2,104 2,915 5,883 1,319 2,540 5,564-0,474 0,361 Rata-rata 122, ,583 2,616
10 26 Tabel 15 Rerata perubahan bobot tubuh tikus pohon setelah masa istirahat Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Perubahan Bobot (g) A 133, ,470 2,901 B 116, ,244 1,139 C 121, ,317 1,438 D 120, ,138 2,981 E 124, ,924 3,420 F 133, ,754 1,797 Rata-rata 125, ,974 1,851 Pemberian gabah secara melimpah selam tiga hari pada tikus rumah dan tikus pohon dapat menyebabkan peningkatan bobot tubuh tikus dengan rerata 2,616 g untuk tikus rumah dan 1,851 g untuk tikus pohon. Penurunan bobot terjadi pada tikus rumah perlakuan rodentisida coumatetralyl vs beras, karena pada bobot sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan penurunan bobot yang tinggi. Pembahasan Umum Pengujian kontrol pada tikus rumah menunjukkan jumlah konsumsi yang relatif sama pada ketiga umpan. Berdasarkan bobot tikus, jumlah konsumsi umpan kurang dari jumlah normal (10%) sehingga terjadi penurunan bobot tikus kecuali pada umpan jagung karena peng aruh kandungan gizi. Pada saat diberikan rodentisida brodifacoum, konsumsi umpan lebih banyak daripada konsumsi rodentisida kecuali pada umpan jagung, sehingga pada perlakuan jagung terjadi penurunan bobot tikus. Bila diberikan rodentisida bromadiolone, konsumsi rodentisida pada umpan jagung lebih banyak daripada konsumsi umpan sehingga terjadi penurunan bobot tubuh. Jika diberi umpan gabah dan beras konsumsi umpan lebih banyak daripada konsumsi rodentisida, penurunan bobot tubuh terjadi pada perlakuan bera s. Pada pengujian rodentisida coumatetralyl konsumsi umpan lebih banyak daripada konsumsi rodentisida. Penurunan bobot terjadi pada perlakuan umpan jagung karena konsumsi rodentisidanya yang cukup tinggi sehingga menimbulkan efek negatif dalam tubuh tikus. Pengujian kontrol pada tikus pohon menunjukkan bahwa konsumsi umpan gabah dan beras relatif sama dan lebih banyak daripada umpan jagung sehingga
11 27 pada perlakuan jagung terjadi penurunan bobot tubuh tikus yang lebih besar. Pada perlakuan rodentisida brodifacoum biru, konsumsi umpan relatif lebih banyak daripada konsumsi rodentisida, hal ini sejalan dengan penelitian Aryata (2006) yang menunjukkan bahwa tikus pohon lebih menyukai umpan dibandingkan rodentisida. Penurunan bobot tubuh pada tikus terjadi pada s emua perlakuan ini. Penurunan terbesar terjadi pada perlakuan jagung karena konsumsi umpan yang paling sedikit, dan penurunan terkecil terjadi pada perlakuan umpan gabah disamping karena jumlah konsumsi gabah yang lebih banyak juga karena konsumsi r odentisida yang lebih sedikit, s edangkan pada perlakuan rodentisida brodifacoum hijau konsumsi umpan yang paling banyak adalah gabah sehingga mengalami kenaikan bobot yang paling besar. Konsumsi umpan paling sedikit dan konsumsi rodentisida paling banyak adalah p erlakuan jagung sehingga terjadi penurunan bobot tubuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
20 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Kontrol Gabah, Beras, dan Jagung (No Choice Test) Hasil yang diperoleh dari pengujian konsumsi tikus terhadap umpan gabah, beras, dan jagung (no
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal
15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Ketertarikan Tikus Sawah terhadap Rodentisida dan Umpan (Choice Test) Konsumsi Tikus Sawah terhadap Empat Formulasi Rodentisida Bromadiolon Tikus sawah yang mempunyai habitat
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 145 PREFERENSI DAN EFIKASI RODENTISIDA BRODIFAKUM TERHADAP TIGA JENIS TIKUS HAMA Swastiko Priyambodo dan Rizky Nazarreta Dept. Proteksi Tanaman, Fak.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum perlakuan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% terhadap 2 tikus sawah pada masingmasing konsentrasi. Didapatkan hasil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Gambar 1), dari Bulan Oktober hingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida Pengujian tingkat kejeraan tikus sawah dan tikus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar
Lebih terperinciPENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI
PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciTERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA. Rizka Yudha Aryata A
PREFERENSI (Rattus tiomanicus MAKAN TIKUS MILLER) POHON TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA Rizka Yudha Aryata A44102051 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai Juli 2011.
Lebih terperinciUJI PALATABILITAS RODENTISIDA ANTIKOAGULAN TERHADAP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Mill.
UJI PALATABILITAS RODENTISIDA ANTIKOAGULAN TERHADAP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Mill.) PRIHADMOKO ADI LUMADYO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa Pengujian Individu terhadap Konsumsi Gabah Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dapat dilihat pada
Lebih terperinciUJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI
UJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK NURIHIDAYATI. Uji Bentuk Umpan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan September sampai Desember
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Maret sampai Juni 2011.
Lebih terperinciKualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c
Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c (THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE FROZEN STORAGE AT - 19 O C) Thea Sarassati 1, Kadek Karang Agustina
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGUJIAN EFEK SEKUNDER DARI TIKUS YANG MENGONSUMSI RODENTISIDA SEBAGAI MANGSA BURUNG HANTU CELEPUK (Otus sp.) SERTA PREFERENSINYA TERHADAP UMPAN BIDANG KEGIATAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta daerah pengambilan tikus uji
Lebih terperinciPENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)
PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT
Lebih terperinciThis document is created with trial version of Document2PDF Pilot 2.4. TINJAUAN PUSTAKA
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah (Rattus rattus diardii) Klasifikasi dan Morfologi Tikus rumah ( R. rattus diardii ) berdasarkan karakter ciri morfologinya digolongkan ke dalam kelas Mamalia, Ordo Rodentia,
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler
29 IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 5. Tabel
Lebih terperinciUJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA SYARIF SYUKRI HARAHAP A
UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA SYARIF SYUKRI HARAHAP A44102059 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah
Lebih terperinciKualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C
Kualitas Sapi dan yang Disimpan pada Suhu THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE COLD STORAGE AT 4 O C Mita Andini 1, Ida Bagus Ngurah Swacita 2 1) Mahasiswa Program Profesi Kedokteran
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Lebih terperinciSusunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus
Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus Pimpinan: I Wayan Batan Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli Penyunting Pelaksana : Muhammad Arafi Nur Faidah Hasnur Hanesty Jantiko Deny Rahmadani Affan Nur A Prista
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Bandung untuk membuat teh hijau dan teh daun murbei; dan menganalisis kimia teh daun
Lebih terperinciNoverita Sv. Staf Pengajar US-XII, Medan
1 PENGARUH KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR NIPKA- PLUS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BABY KAYLAN (Brassica oleraceae L. Var. Acephala DC.) SECARA VERTIKULTUR Noverita Sv Staf
Lebih terperinciTERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA. Rizka Yudha Aryata A
PREFERENSI (Rattus tiomanicus MAKAN TIKUS MILLER) POHON TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA Rizka Yudha Aryata A44102051 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciLampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan
LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan R1 R2 R3 Ulangan Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total ---------------------------------------------g/ekor/hari---------------------------------------------
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN PERANGKAP, PENGUJIAN JENIS RODENTISIDA DALAM PENGENDALIAN TIKUS POHON
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PERANGKAP, PENGUJIAN JENIS RODENTISIDA DALAM PENGENDALIAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Mill.), TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.), DAN TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer
Lebih terperinciSTUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A
STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A44102030 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran
Lebih terperinciMemiliki kelemahan terlalu panjang jalannya padahal berujung pada S a, produksi D A juga menyebabkan kerumitan.
PENYEDERHANAAN TATA BAHASA BEBAS KONTEKS Tujuan : Melakukan pembatasan sehingga tidak menghasilkan pohon penurunan yang memiliki kerumitan yang tidak perlu atau aturan produksi yang tidak berarti. Contoh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian berupa konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan serta konsumsi lemak, protein, serat dan vitamin A ayam petelur pada tiap perlakuan tecantum dalam Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh setiap ekor puyuh selama penelitian. Rataan konsumsi ransum per ekor
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan
Lebih terperinciKombinatorial. Matematika Diskrit Pertemuan ke - 4
Kombinatorial Matematika Diskrit Pertemuan ke - 4 Pengertian Cabang matematika yang mempelajari pengaturan objek-objek Solusi yang diperoleh : jumlah cara pengaturan objek-objek tertentu dalam himpunan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering
33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,
Lebih terperinciLampiran 1 Tahap Penelitian. kolesterol. Analisis. Perlakuan IV. n=5. Induksi kolesterol 9 minggu Pembuatan pakan kolesterol. Perlakuan III.
LMPIR 16 17 Lampiran 1 Tahap Penelitian. rmal n=10 Hiperlipidemia n=10 Pembedahan awal @ 5ekor nalisis nalisis statistik Perlakuan I n=5 Pencekokan ekstrak selama 5 minggu Pembedahan akhir @ 5ekor Tikus
Lebih terperinciEFEK SEKUNDER TIGA RODENTISIDA ANTIKOAGULAN TERHADAP BURUNG HANTU CELEPUK (Otus lempiji Horsfield) ARDIANA MARTADITA
EFEK SEKUNDER TIGA RODENTISIDA ANTIKOAGULAN TERHADAP BURUNG HANTU CELEPUK (Otus lempiji Horsfield) ARDIANA MARTADITA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983
LAMPIRAN 41 Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983 Jenis Analisis Metode Analisis Kriteria ph H 2 O ph-metri 5,2 Masam ph KCl 1 M ph-metri
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data yang diambil berdasarkan dari penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada objek penelitian berkisar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI Oleh RYAN YOGA PRASETYA PROGRAM STUDI
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam Sentul sebanyak 100 ekor yang diperoleh dari Peternakan Warso Unggul
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciUkuran Pemusatan (Central Tendency)
Ukuran Pemusatan (Central Tendency) MUHAMMAD ARIF RAHMAN arifelzain@ub.ac.id Central Tendency Ukuran statistik yang menyatakan bahwa satu skor dapat mewakili keseluruhan distribusi skor yang sedang diteliti.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Wonopringgo Pekalongan (Variabel X), peneliti menggunakan metode angket yang
40 BAB IV AALISIS HASIL PEELITIA A. Analisis Kompetensi Profesional Guru MTs. Syarif Hidayatullah Wonopringgo Pekalongan Untuk mengetahui kompetensi profesional guru MTs. Syarif Hidayatullah Wonopringgo
Lebih terperinciPRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA
PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA Agus Budiyanto, Abdullah bin Arif dan Nur Richana Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian n Disampaikan Pada Seminar Ilmiah dan Lokakarya Nasional 2016
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Penelitian
105 Lampiran 1. Skema Penelitian DOC (Day Old Chick) Ampas kecap - Diberikan air gula & vaksin antistress - Vaksin ND (umur 4 & 20 hari) - Vaksin gumboro (umur 10 & 25 hari) - umur 0-2 minggu (protein
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawahkecamatan medan baru dengan ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat 3.331810 LU dan
Lebih terperinciUJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI
UJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK NURIHIDAYATI. Uji Bentuk Umpan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Chairudin P Lubis (CPL) Desa Simalingkar Kelurahan Kuala Bekala, Medan. Penelitian berlangsung selama 4
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinciPengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati
Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati Erna Winarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jln. Stadion Maguwoharjo No. 22 Sleman, Yogyakarta E-mail:
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis dijelaskan pada Tabel
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER Apakah Broiler Itu? Broiler adalah ayam tipe pedaging jantan/betina umur muda (4-5 minggu), daging empuk Asal kata : to broil = dipanggang di atas api Keunggulan
Lebih terperinciPENGUJIAN ANTIKOAGULAN BROMADIOLON PADA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.) PUTRI SETYA UTAMI
PENGUJIAN ANTIKOAGULAN BROMADIOLON PADA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.) PUTRI SETYA UTAMI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK PUTRI
Lebih terperinciFORMULASI BUBUR BAYI INSTAN DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI
FORMULASI BUBUR BAYI INSTAN DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI (Formulations of Instant Baby Porridge with Tempeh Flour and Pumpkin Flour Substitution
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian evaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember
Lebih terperinciUnit 5 PELUANG. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan
Unit 5 PELUANG lara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan P ada unit lima ini kita akan membahas peluang. Peluang merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari cara menghitung tingkat keyakinan seseorang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciBAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar
37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai
Lebih terperinciANALISIS RAGAM KLASIFIKASI 2 ARAH. b. Mengetahui perbedaan keragaman disebabkan perbedaan antarkolom. Kolom 1 2. j. c. Nilai rata I... R..
ANALISIS RAGAM KLASIFIKASI 2 ARAH 1) Analisis Ragam Klasifikasi Dua Arah Analisis ragam klasifikasi dua arah adalah analisis ragam klasifikasi pengamatan yang berdasarkan dua kriteria Dalam analisis ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan itik Cihateup yang terjadi akibat perubahan bentuk dan komposisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciKARYA ILMIAW. moaorr. SULlSTYANl RAHAYU FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
PENGARUH TINGKATAN TETES SEBAGAI CAMPURAN TEPUNG DAUN KETELA POHON TERHADAP DEGRADASI BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK CAMPURAN DAN PRODUKSI TOTAL VPA DALAM RUMEN KERBAU KARYA ILMIAW SULlSTYANl RAHAYU FAKULTAS
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK HAYATI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL
Laporan Hasil Penelitian PENGARUH PUPUK HAYATI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL Oleh Ir. Susana Tabah Trina Sumihar,
Lebih terperinciIr. Tito Adi Dewanto. Statistika I: Angka Indeks 1
Ir. Tito Adi Dewanto Statistika I: Angka Indeks 1 ARTI DAN KLASIFIKASI Ukuran yang menyatakan tingkat perubahan harga, kuantitas dan produktivitas pada suatu periode dibandingkan pada periode tertentu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum ayam Sentul Warso dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak
Lebih terperinci(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.
METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi minyak ikan dan L-karnitin pada ransum basal membuat kandungan energi pada ransum meningkat. Meningkatnya kandungan energi pada ransum basal akan mudah di manfaatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa
33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 NH3 atau amonia merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil degradasi protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya
Lebih terperincitanya-tanya.com Barisan dan Deret Aritmetika Barisan dan Deret Geometri
Barisan dan Deret Aritmetika 1. Barisan Aritmetika Barisan aritmetika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Berlaku: Un - Un - 1 = b atau Un = Un - 1 +
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinci