PERBEDAAN KETERIKATAN KERJA DI ANTARA BERBAGAI KORPS PADA PERWIRA TNI ANGKATAN UDARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN KETERIKATAN KERJA DI ANTARA BERBAGAI KORPS PADA PERWIRA TNI ANGKATAN UDARA"

Transkripsi

1 PERBEDAAN KETERIKATAN KERJA DI ANTARA BERBAGAI KORPS PADA PERWIRA TNI ANGKATAN UDARA Anisa Prima Isnainiyah, Siti Farida Haryoko Boru Tobing, Aries Yulianto Work Engagement atau keterikatan kerja merupakan kondisi psikologis positif berhubungan dengan pekerjaan yang dialami seseorang dan memiliki tiga karakteristik yaitu tingkahlaku (vigor), dedikasi (dedication), dan absorpsi (absorption). Pada dekade ini, work engagement menjadi pembahasan yang cukup penting bagi bertahannya pekerja atau karyawan dalam organisasi, baik dalam organisasi profit maupun non-profit. Organisasi TNI-AU sebagai sebuah organisasi kemiliteran di Indonesia juga menganggap work engagement penting terutama dengan adanya isu menurunnya partisipasi dan dedikasi para perwira TNI-AU di organisasi pada korps-korps tertentu serta adanya perwira TNI-AU yang tetap berdedikasi dan partisipasi dalam organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan keterikatan kerja (work engagement) pada korps-korps perwira TNI-AU. Partisipan penelitian ini berjumlah 150 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan One-Way Anova Planned Comparison. Penelitian ini menggunakan alat ukur work engagement yaitu Utrecht Work Engageent Scale (UWES) yang sudah di modifikasi dari penelitian Schaufeli dan Bakker (2006). Hasil dari penelitian menunjukkan,f tidak signifikan (F = 0,841; p>0.05 signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya tidak terdapat perbedaan keterikatan kerja yang signifikan di antara berbagai korps pada perwira TNI-AU. Pendahuluan Dalam dunia bisnis, keterikatan karyawan terhadap pekerjaannya, ataubiasa disebut keterikatan kerja (work engagement) merupakan permasalahan yang menjadi topik bahasan akhir-akhir ini dan juga berkaitan erat dengan perubahan paradigma dibidang manajemen. Dalam organisasi militer, khususnya pada TNI-AU, work engagement atau keterikatan kerja juga dianggap penting terutama dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan teknologi

2 pada alat persenjataan, sistem-sistem strategi, dan fenomena yang mempengaruhi keberadaan SDM yaitu para perwira TNI-AU sendiri, terutama dengan adanya observasi penulis dan laporan dari MABES TNI-.AU yang menyebutkan bahwa kurangnya partisipasi kerja di organisasi TNI-AU dari beberapa orang yang berasal dari korps tertentu dan beberapa orang perwira yang lebih memilih bekerja diluar organisasi TNI- AU. Berdasarkan data dari personil MABES TNI (2012) pada lima tahun terakhir tercatat sebanyak 1,27% dari 957 orang perwira TNI-AU yang berdinas di MABES TNI, keluar atas kemauannya sendiri. Hal ini disebabkan karena menurut mereka penghargaan yang diberikan pada penerbangan swasta jauh lebih besar dibandingkan dengan organisasi TNI-AU. Beberapa diantara penerbang banyak yang selain mempunyai pekerjaan utama sebagai penerbang perwira TNI-AU juga mempunyai pekerjaan tambahan sebagai pilot maupun pengajar pilot di perusahaan swasta. Hal ini menyebabkan banyak dari penerbang kompeten yang sudah dididik oleh TNI-AU tidak memberikan kontribusi,dan dedikasi secara maksimal. Hal ini terlihat dari jadwal mereka untuk terbang lebih banyak di penerbangan swasta daripada di penerbangan TNI-AU, selain itu semangat mereka untuk lebih mengembangkan karir di organisasi TNI- AU kurang karena mereka menganggap di penerbangan swasta mereka lebih dihargai dan disejahterakan. Dilaporkan juga bahwa, sebanyak 1,27% dari perwira TNI-AU yang berkorps penerbang di MABES TNI, keluar atas kemauannya sendiri. Berdasarkan data dari Dinas Staf Ahli (2012) mengatakan bahwa pada korps khusus sebanyak 121 orang keluar pada 5 tahun terakhir. Dengan keadaan tersebut orang-orang yang berdedikasi tinggi dan tetap berkontribusi dalam keadaan apapun pada suatu organisasilah yang menandakan bahwa mereka mempunyai keterikatan kerja yang tinggi. Maka penting bagi organisasi TNI-AU untuk melakukan suatu langkah dan melakukan upaya untuk mengelola SDM yang mereka

3 punyai agar dapat terus produktif bagi organisasi dengan melihat perbedaan keterikatan kerja (work engagement) pada perwira TNI-AU. Dengan mengetahui perwira-perwira seperti apa yang nantinya mempunyai keterikatan kerja, akan dapat memajukan organisasi TNI-AU. Fenomena yang telah di paparkan menimbulkan pertanyaan pada penulis apakah keterikatan kerja pada setiap korps perwira TNI-AU berbeda-beda. Berdasarkan fenomena, penulis juga menduga bahwa adanya perbedaan keterikatan kerja diantara berbagai korps yang ada pada perwira TNI-AU. Lalu peneliti menduga bahwa perwira dengan korps penerbang dan korps khusus mempunyai keterikatan kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan korps-korps lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengaan tipe korelasional. Responden dalam penelitian ini adalah perwira TNI-AU yang sudah lulus dari pendidikan dasar Akademi dan sudah berdinas minimal 4 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dikembangkan dari Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dari Schaufeli dan Bakker (2003). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan data yang diperoleh akan diolah menggunakan teknik korelasi. Tinjauan Pustaka Keterikatan Kerja (Work Engagement) keterikatan kerja (work engagement) oleh Schaufeli (2004) disebutkan sebagai a positive, fulfilling, work-related state of mind that is characterized by vigor, dedication and absorption merupakan kondisi psikologis positif berhubungan dengan pekerjaan yang dialami seseorang, dan memiliki tiga dimensi, yaitu tingkah laku (vigor), dedikasi (dedication), dan absorpsi (absorption). Vigor merujuk pada energi yang dimiliki individu ketika bekerja dan kesediaan individu untuk memberikan usahanya terhadap pekerjaan, serta persistensi individu ketika menghadapi kesulitan pada pekerjaan, dedikasi merujuk pada keterlibatan individu yang tinggi pada pekerjaannya, rasa antusias dan bangga akan

4 pekerjaannya, dan absopsi yang merujuk pada tingkat konsentrasi individu pada saat melakukan pekerjaan. Jadi keterikatan kerja (work engagement) merupakan bentuk sikap yang melibatkan tingkah laku, emosi dan kognitif individu terhadap organisasinya dan pada akhirnya ditunjukkan oleh individu melalui performa individu tersebut dalam organisasi. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Schaufeli maka terdapat tiga dimensi utama yang menyusun keterikatan kerja (Scaufeli & Bakker, 2004), yaitu vigor, dedication, dan absorption. Vigor ditunjukkan dengan tingginya tingkat energi dan ketahanan mental ketika bekerja dan keinginan untuk melakukan sebuah usaha untuk pekerjaannya dan tetap persisten meskipun menghadapi kesulitan. Schaufeli juga menyebutkan bahwa Vigor mengacu juga kepada tinggi rendahnya energi dan mental sesorang dalam melakukan upaya-upaya kembali dari keterpurukan ketika bekerja dan kemauan orang tersebut untuk melakukan upaya dalam pekerjaan. Dedication merujuk pada perasaan terlibat dalam pekerjaan dan perasaan bahwa keterlibatan diri merupakan hal yang penting bagi pekerjaan. Selain itu individu dengan dedication memiliki karakter keterikatan secara psikologis dengan suatu pekerjaan, antusias, bangga, dan menyukai tantangan (Schaufeli et al., 2002 dalam Medhurst & Albrect, 2011). Korps TNI-AU Dalam buku panduan Pola Dasar Karir Perwira (2007) disebutkan bahwa korps atau kecabangan merupakan korps dalam TNI-AU merupakan satuan kerja yaitu kecabangan profesi bagi perwira lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU), Sekolah Pertama perwira Prajurit Karir (Semapa PK) dan Prajurit Sukarela Dinas Pendek dimulai saat lulus pendidikan kecabangan, sedangkan bagi bintara yang mendapatkan kesempatan menjadi perwira melalui sekolah pembentukan perwira kecabangannya ditetapkan sejak dilantik menjadi perwira. Seorang Perwira dipersyaratkan menguasai salah satu bidang profesi sesuai dengan kecabangannnya. Korps dalam perwira TNI-AU dikelompokkan menjadi Sembilan kecabangan yaitu: Penerbang (PNB), Teknik

5 (TEK),Navigasi (NAV), Elektronika (LEK), Administrasi (ADM), Perbekalan (KAL), Kesehatan (KES), serta Dinas Khusus (SUS) Dinamika Perbedaan Work Engagement ditinjau berdasarkan Korps pada Perwira TNI-AU Penelitian mengenai keterikatan kerja pada anggota kemiliteran masih jarang diteliti terutama di Indonesia. Berdasarkan penelitian Scahaufeli dan Bakker (2007) bahwa anggota kemiliteran cenderung memiliki keterikatan kerja yang tinggi, terutama terlihat ketika diukur pada dimensi dedication. Selain itu mereka juga menyebutkan bahwa kecenderungan dari anggota militer juga mempunyai vigor yang tinggi. Korps atau satuan kerja dalam TNI-AU merupakan salah satu hal essensial bagi perkembangan seorang karir perwira angkatan udara, bahkan korps merupakan identitas kesatuan di angkatan udara dan menjadi identitas bagi seorang perwira TNI-AU. Korps merupakan sebuah kelompok satuan kerja yang dianggap merupakan bagian penting bagi perkembangan karir seorang perwira. Korps pada perwira TNI-AU inilah yang menunjukkan bagaimana cara berpikir, sudut pandang, lingkungan, serta peran seorang perwira dalam organisasi. Berdasarkan data dari personil MABES TNI (2012) Pada lima tahun terakhir tercatat sebanyak 1,27% dari perwira TNI-AU yang berkorps penerbang di MABES TNI, keluar atas kemauannya sendiri. Berdasarkan data dari Dinas Staf Ahli (2012) mengatakan bahwa pada korps khusus sebanyak 121 orang keluar pada 5 tahun terakhir. Walaupun berdasarkan data menyebutkan sebagian perwira menunjukkan turnover yang mengindikasikan menurunnya work engagement, masih banyak perwira TNI-AU yang tetap berkontribusi dan berdedikasi bagi organisasi maupun pada kesatuan angkatan udara. Berdasarkan data tersebut peneliti menduga bahwa ada perbedaan work engagement pada setiap korps di TNI-AU serta ada kecenderungan bahwa korps penerbang dan korps khusus mempunyai skor work engagement yang rendah dibandingkan dengan korps lain

6 Metode penelitian Ada dua variabel penelitian ini yaitu keterikatan kerja dan korps TNI-AU. Penelitian ini dilakukan pada Perwira TNI-Angkatan udara yang berdinas di MABES TNI-AU dan berusia 26 tahun sampai 56 tahun. Hipotesis penelitian (Ha) ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel korps TNI-AU dengan skor total pada alat ukur keterikatan kerja (work engagement) pada perwira TNI-AU yang berdinas di MABES TNI-AU. Hipotesis Null (Ho) penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel korps TNI-AU dengan skor total pada alat ukur keterikatan kerja (work engagement) pada perwira TNI-AU yang berdinas di MABES TNI-AU. Untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan satu alat ukur Utretch Work Engagement Scale (UWES) yang disusun oleh Schaufelli, Bakker, dan Salanova tahun (2004) dan telah diadaptasi oleh kelompok payung skripsi keterikatan kerja angkatan mahasiswa psikologi UI angkatan 2007 pada tahun (2011) untuk mengukur keterikatan kerja para perwira. Ada dua macam teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama adalah statistik deskriptif, digunakan untuk mengetahui gambaran umum variabel keterikatan kerja, korps TNI-AU, jenis kelamin, usia, lama bekerja, pendidikan terkahir dan pangkat. Kedua adalah teknik statistik One Way- ANOVA (Analysis of Variance) yang digunakan untuk melihat perbedaan mean keterikatan kerja pada masing-masing variabel korps sampel penelitian. Hasil Penelitian Gambaran Demografis Partisipan Penelitian Hasil dari penelitian menunjukkan mayoritas partisipan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 126 orang (84%). Usia responden sebagian besar berada pada tahap awal karir yang berusia antara 26

7 tahun sampai 40 tahun sebanyak 118 orang (79%). Berdasarkan pangkat yang ada pada partisipan, pangkat terbanyak ada pada korps Kapten sebanyak 90 orang (60%) dan partisipan paling sedikit terdapat pada Marsekal muda sebanyak 1 orang (0.7%). Korps yang paling banyak ada pada korps SUS sebanyak 67 orang (44.7%) sedangkan korps dengan partisipan paling sedikit berasal dari Korps KES sebanyak 6 orang (4%). Berdasarkan lama bekerja partisipan paling banyak berada pada tahap pemeliharaan (maintenance stage) yaitu perwira yang telah bekerja lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 89 orang (59,3%) Gambaran Umum Keterikatan Kerja (Work Engagement) Partisipan Skor keterikatan kerja terendah adalah 46, dan yang paling tinggi adalah 118 dengan standard deviasi sebesar 15,117. Dari tabel 4.3, dapat dikatakan keterikatan kerja pada perwira TNI-AU bervariasi. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 4.2. Statistik Deskriptif Keterikatan kerja (Work Engagement) (N=150) M Nilai Nilai SD Minimum Maksimum 89, ,117 Pada tabel di atas akan dijelaskan gambaran keterikatan kerja berdasarkan dimensinya. Untuk membandingkan skor dari ketiga dimensi dari keterikatan kerja, skor total setiap dimensi dibagi dengan banyaknya item. Hal ini dilakukan karena dimensi-dimensi tersebut mempunyai jumlah item yang berbeda satu sama lain. Tabel Mean Keterikatan Kerja berdasarkan dimensi Dimensi Min. Max. Mean Std. deviasi Vigor 2,17 6,0 4,34 0,835 Dedication 2,00 6,0 4,68 0,84 Absorption 2,57 6,0 4,35 0,75

8 Tabel di atas menunjukkan bahwa dimensi dedication memiliki mean skor paling tinggi dibandingkan kedua dimensi lainnya. Mean skor tertinggi kedua adalah absorption. Nilai skor terendah ada pada dimensi vigor. Dimensi dedication merupakan dimensi dengan mean skor tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan memiliki perasaan terlibat dalam pekerjaan dan perasaan bahwa keterlibatan diri merupakan hal yang penting bagi pekerjaan. Selain itu, terlibat juga perasaan-perasaan antusias, inspirasi, kebanggaan, dan tantangan. Dimensi vigor merupakan dimensi dengan nilai mean skor terendah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan tidak menunjukkan tingginya tingkat energi dan ketahanan mental ketika bekerja dan tidak menunjukkan keinginan untuk persisten ketika menghadapi kesulitan. Hasil Utama Penelitian Uji hipotesis I Tabel Uji beda Skor Keterikatan kerja berdasarkan Korps (N=150) Levene s test One-Way Anova Variabel F p F p Keterikatan Kerja 1,791 0,093 0,841 0,555 Berdasarkan hasil uji asumsi Levene s test diketahui tidak ada perbedaan varians diantara kelompok korps, F(7, 142) = 1,791, p>0.05. Artinya, uji beda dengan One-Way Anova dapat dilanjutkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan jumlah partisipan pada setiap korps tidak akan mempengaruhi hasil uji beda. Hasil dari One-Way Anova menunjukkan tidak ada perbedaan skor keterikatan kerja yang signifikan diantara korps pada perwira TNI-AU, F (7, 142) = 0,841, p>0.05. Dengan demikian, H 01 diterima, yaitu tidak terdapat perbedaaan yang signifikan pada skor keterikatan kerja berdasarkan korps pada perwira TNI -AU.

9 Uji Hipotesis 2 Untuk mengetahui perbedaan skor keterikatan kerja korps penerbang dengan korps lainnya digunakan Contrast One-Way Anova atau Planned Comparison. Tabel Uji kontras Skor Keterikatan kerja pada korps penerbang dan khusus dengan korps lainnya Perbandingan N M Uji Kontras t P Pertama -0,491 0,624 Penerbang Lainnya ,23 88,92 Kedua Khusus Lainnya ,37 90,84 1,343 0,181 Berdasarkan uji hasil kontras diketahui tidak ada perbedaan skor keterikatan kerja antara korps penerbang dibandingkan dengan korps lainnya, t(13) = 93,23, p>0.05 dan pada korps khusus tidak ada perbedaan skor keterikatan kerja dengan korps lainnya, t(67)=87,37,p>0.05. Artinya, H 02 dan H 03 diterima. Hasil Data Tambahan Tabel 4.7 Hasil Uji beda Skor Keterikatan kerja terhadap demografis Jenis kelamin Laki-laki Perempuan partisipan Karakteristik n M SD Uji beda F P 0,586 0, ,13 14, ,71 17,165 Umur Awal (20-39 tahun) Tengah (39 59 tahun) Pendidikan terakhir SMA D3 S1 S ,12 219,728 91,48 85,72 89,08 83,60 14,484 17,195 13,792 16,966 14,93 23,776 1,489 0,224 0,924 0,431 Pangkat 3,142 0,006

10 Letda Lettu Kapten Mayor Letkol Kolonel Marsekal muda Lama bekerja Advancement Stage Maintanance Stage ,13 78,00 90,67 92,87 85,60 107,00 72,00 90,33 88,58 14,037 15,218 15,173 12,923 12,300 5,657-14,330 15,674 0,480 0,490 Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan hasil tambahan untuk data demografis partisipan yang dihubungkan dengan perilaku keterikatan kerja. Pada karakteristik jenis kelamin, didapatkan hasil tidak signifikan yaitu F(1,148) = 0,586, p>.05. Pada karakteristik umur partisipan, didapatkan hasil tidak signifikan F (1,148) = 1,489, p>.05. Pada karakteristik pendidikan terakhir, didapatkan hasil tidak signifikan F(3,146) = 0,924, p>.05. Pada karakteristik lama bekerja, didapatkan hasil F(1,148)= 0,20, p>.05 yang menunjukkan tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan skor keterikatan kerja berdasarkan jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan korps. Namun, pada data demografis berdasarkan pangkat, terdapat perbedaan mean yang signifikan terhadap keterikatan kerja F(6,143)=.3,142, p<.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini, hanya ada satu data demografis, yaitu pangkat, yang memiliki perbedaan mean skor yang signifikan terhadap keterikatan kerja. Sedangkan pada data demografis berdasarkan jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan korps tidak signifikan dengan keterikatan kerja. Diskusi Berdasarkan data yang diperoleh dari 150 orang perwira TNI-AU tidak ditemukan adanya perbedaan skor keterikatan kerja antara berbagai korps pada perwira TNI-AU. Hal ini dapat disebabkanoleh beberapa faktor, seperti adanya kemungkinan bahwa partisipan yang peneliti ambil merupakan sebuah sampel yang pada dasarnya sudah memiliki tingkat

11 keterikatan terhadap organisasi maupun keterikatan kerja yang tinggi sejak awal bekerja dan berkontribusi di organisasi TNI-AU sedangkan orang-orang yang tidak mempunyai keterikatan kerja yang tinggi pada tahapan tertentu sudah keluar atas keinginannya sendiri sebelum penelitian ini diadakan. Keterikatan kerja pada perwira TNI-AU yang tidak mempunyai perbedaan dapat terjadi karena adanya peran rasa bangga sebagai satu kesatuan besar personil TNI-Angkatan udara, terutama rasa bangga terhadap kecabangan karir atau korps yang dimiliki, karena setiap perwira pada jenis korps apapun akan tetap bangga dan mengaggap korpsnya yang terbaik, bagaimanapun keadaan yang terjadi dilapangan. Soebandono (2011) dalam disertasinya menyebutkan bahwa rasa bangga meningkatkan keterikatan kerja seseorang, adanya rasa bangga menimbulkan reinforcement yang berasal dari faktor eksternal yang berkaitan dengan organisasi, salah satunya adalah reputasi organisasi yang membentuk persepsi masyarakat dalam bentuk citra atau sebuah image positif. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian besar perwira TNI-AU tidak mempunyai perbedaan keterikatan kerja yang signifikan karena adanya kebanggan menjadi bagian dari personil TNI-AU yang dianggap mempunyai citra positif di masyarakat. Selain itu, jika dilihat lebih lanjut, lama bekerja pada perwira TNI-AU ikut memiliki andil terhadap tidak adanya perbedaan skor keterikatan kerja berdasarkan korps. Berdasarkan hasil statistik, perwira TNI-AU yang menjadi partisipan kebanyakan sudah berada pada tahap maintanance stage yang artinya kebanyakan dari mereka sudah merasa stabil dengan pekerjaannya dan rata-rata mereka berupaya lebih agar segala sesuatunya tetap stabil sampai pada sutu tahapan mereka pensiun. Sehingga pada dasarnya, para perwira TNI-AU mempunyai kesamaan untuk mempertahankan apa yang mereka punyai sekarang yang menyebabkan mereka lebih terikat terhadap TNI-AU. Tempat pengambilan data para perwira yaitu di MABES TNI-AU, juga memiliki pengaruh tidak

12 adanya perbedaan keterikatan kerja diantara korps pada TNI-AU. Hal ini disebabkan bahwa pada dasarnya orang-orang yang sudah bekerja di MABES TNI-AU Cilangkap merupakan orang-orang yang rata-rata sudah stabil keadaannya, mendapatkan kemudahan akses tentang data pekerjaan, semua fasilitas mudah di dapatkan, sehingga membuat mereka memiliki keadaan yang sama dibandingkan orang-orang yang berada di daerah lain di luar Jabodetabek dan menyebabkan tidak ada perbedaan skor keterikatan kerja. Pada hasil statistik variabel lain, yaitu pangkat, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterikatan kerja. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor personal resource. Personal resource atau sumber daya personal merujuk pada kualitas karakteristik pribadi individu seperti aspek kepribadian, selfesteem, self-efficacy, locus of control, dan hardiness. Adanya pangkat merupakan merupakan suatu hal yang meningkatkan self-esteem perwira TNI-AU sehingga menyebabkan keterikatan kerja pada masing-masing perwira menjadi berbeda ketika mendapatkan kenaikan pangkat. Hasil penelitian mengenai gambaran keterikatan kerja pada partisipan menunjukkan bahwa dimensi dedication merupakan dimensi dengan mean skor tertinggi. Tingginya mean skor partisipan pada dedication menunjukkan bahwa partisipan menganggap pentingnya keterlibatan diri dalam pekerjaan secara menyeluruh, merasa bangga terhadap pekerjaannya, terinspirasi dan tertantang dengan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Schaufelli dan Salanova (2006) bahwa dimensi dedication dan absorption tertinggi ditemukan pada partisipan anggota kemiliteran, manajer, dan pendidik. Sehingga, dapat dikatakan bahwa partisipan penelitian yaitu Perwira TNI-AU yang termasuk sebagai anggota kemiliteran terbukti skor dimensi dedication termasuk tinggi. Dimensi absorption merupakan dimensi tertinggi kedua. Tingginya mean skor partisipan pada dimensi absorption menunjukkan bahwa partisipan penelitian memiliki konsentrasi penuh pada pekerjaan serta terikat dengan pekerjaan. Dimensi vigor merupakan dimensi dengan

13 skor terendah. Schaufeli dan Salanova (2006) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa anggota kemiliteran dalam dimensi vigor mempunyai skor yang terendah diantara profesi lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena pada dasarnya setiap anggota kemiliteran harus dan dituntut, mau tidak mau, untuk tetap semangat dan mempunyai energi penuh setiap waktu sehingga menyebabkan perilaku yang keluar untuk bersemangat dan mempunyai banyak energi, tidak secara voluntary atau secara tidak sukarela, perilaku vigor keluar karena adanya tuntutan profesi. Hasil dari penelitian menyebutkan tidak ada perbedaan mean jenis kelamin terhadap keterikatan kerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aven, Parker dan McEvoy (1993) bahwa gender dan keterikatan kerja (work engagement) tidak memiliki hubungan walaupun responden laki-laki memiliki mean yang lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan. Hal ini menunjukkkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak membedakan work engagement yang dimliki oleh perwira TNI-AU yang bekerja di MABES TNI-AU. Berbeda halnya dengan Paradise (2008), perbedaan jenis kelamin ditemukan berkontribusi terhadap keterikatan kerja, dimana laki-laki memiliki keterikatan kerja yang lebih tinggi dengan pekerjaan karena posisinya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, sedangkan perempuan sebaliknya. Sejalan dengan penelitian tersebut, Gardner (2004) juga menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnya keterikatan kerja dimana tingkat keterikatan kerja pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Berdasarkan usia, perwira TNI-AU paling banyak berada pada tahap awal perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari perwira TNI-AU masih berada dalam keadaan penyeusaian menuju tingkat karir yang lebih stabil. Hal ini sesuai dengan teori dari Greenberg dan Baron (1993) yang mengatakan bahwa pada tahap awal karir (early career) dengan periode usia awal 20 sampai 39 tahun. Pada masa ini, seorang individu masih senang untuk mencari keahlian spesifik dan senang untuk menemukan tantangan dalam bekerja. Sehingga pada masa

14 ini, seorang perwira masih mencari keahlian spesifik serta mencari tantangan dari pekerjaannya walaupun pada dasarnya seorang perwira sudah memiliki jalur kecabangan karir yang jelas. Kesimpulan Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor keterikatan kerja antara setiap korps pada perwira TNI-AU. Hal ini menandakan bahwa kecabangan karir (korps) yang berbeda tidak membedakan tingkat keterikatan kerja perwira TNI-AU. Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran metodologis yang dapat dipertimbangkan bagi penelitian selanjutnya. Pertama, pada penelitian selanjutnya besar sampel (sample size) penelitian yang digunakan lebih diperbanyak agar hasil penelitian lebih merepresentasikan kondisi pada populasi penelitian. Kedua, Pada tahap pengambilan data, segala persiapan teknis dan antisipasi harus dilakukan dengan matang. Terutama mengenai jumlah responden, jumah responden laki-laki terlalu banyak yaitu 125 orang dan berbeda jauh dengan partisipan perempuan yang hanya 24 orang. Diharapkan pada penelitian yang akan datang, jumlah partisipan disamakan saja agar lebih terlihat keterkaitan hubungannya. Ketiga, Berkaitan dengan data kontrol ada baiknya peneliti telah menyiapkan beberapa pilihan yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan dengan data tersebut, seperti untuk kontrol korps, akan lebih baik peneliti memberikan pilihan jawaban LEK, ADM, PNB, ataupun TEK. Hal ini disebakan pada saat partisipan mengisi data kontrol banyak partisipan yang tidak mengisi atau menjawab tidak sesuai dengan sasaran yang dituju. Pada saat telah dikelompokkan seperti ini, maka akan mempermudah meneliti data kontrol dan data tambahan. Ke empat, Akan lebih baik jika setiap kategori korps pada subjek disamakan jumlah

15 pengambilan datanya sehingga akan lebih memudahkan pengolahan data dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang terjadi akibat terlalu bervariasinya jumlah subjek pada masing-masing korps. Berkaitan dengan pengambilan data partisipan, akan lebih baik agar penelitian tentang keterikatan kerja perwira TNI-AU tidak hanya dilakukan di MABES TNI-AU, tetapi juga di pangkalan udara, maupun tempat-tempat spesifik seperti pada dinas navigasi, teknik, maupun skadron TNI-AU agar data serta hasil yang didapatkan lebih bervariatif. Pada penelitian selanjutnya terhadap keterikatan kerja baik pada perwira TNI-AU maupun pada bidang kemiliteran lainnya, akan lebih baik untuk meneliti variabel pangkat sebagai variabel yang diteliti lebih lanjut. Daftar Pustaka Albrect, S.L. (2010). Handbook of employee engagement: Perspectives, issues, research and practice. Northampton: Edward Elgar Publishing, Inc. Bakker, A.B., & Salanova M (2007). The measurement of work engagement with a short questionnaire. Educational and and Psychological Measurement, 66, Buckingham, M. & Coffman, C. (1999). First break all the rules: What the world s greatest managers do differently. Sidney: Simon & Schuster Australia. Dinas Staf Ahli MABES TNI-AU (2012). Laporan Sumber Daya Personil Seluruh Indonesia. MABES TNI-AU: Jakarta. Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Behavioral in organization (4 th ed). Manhattan: Allyn & Bacon. Gardner, D. (2004). The effect of paylevel on organization based selfesteem an performance: A field study. Journal of Occupational and Organizational Psychology. 77, Kahn, W.A. (1990), Psychological condition of personal engagement and disengagement at work,academy of Management Journal, 33,

16 MABES TNI-AU (2007). Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI-AU tentang Pola Pembinaan Karier Perwira. MABES TNI-AU: Jakarta McShane, S.L., & Herscovitch, L. (2010). Organizational behavior: Emerging knowledge and practices for the real world. New York: McGraw-Hill International. Medhurst, A., & Albrecht, S. (2011). Salesperson engagement and performance: A theoretical model. Journal of Management and Organization, 17, Saks, A. M. (2006). Antecedence and consequanes of employee engagement. Journal of Managerial Psychology, 21, Seniati, L., Yulianto, A., dan Setiabudi, B. N. (2008). Psikologi eksperimen. Jakarta: PT. Indeks Gramedia Seniati, A.N.L (2002). Pengaruh masa kerja, trait kepribadian, kepuasan kerja, dan iklim psikologis terhadap komitmen dosen pada Universitas Indonesia. Disertasi. Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Schaufeli, W.B., Bakker, A.B., & Salanova, M. (2006). The measurement of work engagement with a short questionnaire. Educational and Psychological Measurement, 66, Soebandono, J.P. (2011). Peran rasa bangga, kepercayaan, rasa aman, dan nilai kerja pribadi dalam keterikatan kerja karyawan. Disertasi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Wellins, R.S., Bernthal, P., & Phelps, M. (2005). Employee engagement: The key to realizing competitive advantage. Development Dimentions Internationa, Inc Inilah.Com.(2012). Panglima TNI terima kenaikan pangkat 12 pati TNI. Diakses 21 Oktober 2012, dari TNI-AU (2012). Korps. Diakses dari

17

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) Rian Pri¹, Zamralita² ¹Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email : rianpri13@gmail.com ²Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Selain itu juga akan dibahas tentang definisi, aspek dan karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

Lebih terperinci

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 1, No. 1, April 2017: hlm 338-345 ISSN 2579-6348 (Versi Cetak) ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik) Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 36 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pembahasan dalam bagian empat ini meliputi gambaran umum partisipan, hasil penelitian, dan hasil analisis tambahan. Dalam bagian ini juga akan dijelaskan lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergantian manajer wilayah yang terjadi pada BUMN adalah suatu hal yang biasa terjadi, salah satunya pada PT. Kimia Farma, Tbk. Pergantian manajer wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 47 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 5 ini meliputi gambaran umum partisipan dan hasil penelitian berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian 25 Bab III Metode Penelitian A. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan self-efficacy antara guru yang mengajar di SMA Plus dengan guru

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 33 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Gambaran Responden Untuk mendapatkan gambaran subyek, dilakukan penghitungan distribusi frekuensi berdasarkan data responden yang terdapat pada bagian akhir

Lebih terperinci

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Psikodimensia Vol. 14 No.1, Januari - Juli 2015, 97-115 EMPLOYEE ENGAGEMENT DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber pendapatan seseorang dapat berasal dari berbagai hal. Menurut Kiyosaki (2002) terdapat empat sumber untuk mendapat penghasilan, yaitu sebagai karyawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di lingkungan PT PGE. Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 68 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam Bab ini peneliti akan membuat kesimpulan dalam penelitian ini, berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya. Kemudian peneliti akan membuat diskusi mengenai temuan-temuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Berdasarkan data yang didapat dari pengumpulan data, dilakukan perhitungan statistik untuk mengetahui gambaran umum partisipan, analisis data utama untuk menjawab permasalahan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA Rahmani Azizah 15010113140103 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak dicapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Pada tahun 1992, beberapa orang sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dari berbagai disiplin ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan MEDIAPSI 2016, Vol. 2, No. 2, 38-45 Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan Ferry Iswanto, Ike Agustina ferry.iswanto44@gmail.com Program Studi Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 79 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan berbagai temuan selama melakukan penelitian yang dianalisis menggunakan metode kuantitatif. Pembahasan ini sebagai jawaban atas permasalahan

Lebih terperinci

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian mengenai Work Engagement dalam konteks organisasi kesehatan atau rumah sakit, jika ditelusuri berdasarkan catatan publikasi masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bagian dari manajemen yang berfokus kepada aspek manusia. Fungsi dari manajemen sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bonyta Ermintika Rizkiani, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keterikatan kerja selalu menjadi isu penting di dalam dunia kerja, hal ini sangat berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang kemudian akan menentukan keberhasilan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda (Turmudi dan Sri Harini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka, 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi kuantitatif, dimana pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 6 ini, peneliti memaparkan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian yang mungkin akan dilakukan selanjutnya. 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 73 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis utama dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression), maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pekerjaan sebagai perawat hemodialisa (HD) terdiri dari beberapa tahap, dengan tuntutan untuk terlibat secara cermat dengan kondisi pasien dan alat HD, sehingga dibutuhkan Work Engagement pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN Fensi Arintia Ekaputri Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Surabaya Alamat: Green Semanggi Mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Hubungan Psychological Well-Being dan Work Engagement pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang

Hubungan Psychological Well-Being dan Work Engagement pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang Hubungan Psychological Well-Being dan Work Engagement pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang Kimberly dan Siti Dharmayati Bambang Utoyo Program Studi Sarjana, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini karyawan menjadi salah satu aset perusahaan yang penting dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan. Karyawan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang antara lain dari pendekatan analisis, kedalaman analisis serta sifat permasalahannya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali 2 structural equation model (SEM) to examine the relationship and the effects of independent variable to the dependent variable by the presence of mediator variable. The result of this research was that

Lebih terperinci

Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada. anggota DPRD Kota Surakarta.

Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada. anggota DPRD Kota Surakarta. Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada Anggota DPRD Kota Surakarta The Relationship Between Self-efficacy and Hardiness with Work engagement on Surakarta City Council Members

Lebih terperinci

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Tabel Integratif Gambaran Umum Partisipan

Tabel 4.1 Tabel Integratif Gambaran Umum Partisipan 4. HASIL DA A ALISIS PE ELITIA Dari sejumlah kuesioner yang disebarkan kepada partisipan-partisipan yang berdomisili di Jakarta, terkumpul 226 kuesioner. Tidak semua kuesioner layak untuk diolah. Terdapat

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Iklim Organisasi 2.1.1 Pengertian Iklim Organisasi Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad ke 20 istilah organisasi non pemerintah atau disebut sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai digunakan untuk membedakan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 35 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasakan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bab

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan interpretasi dari hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. 5. 1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK... Abstrak Tinggi rendahnya derajat work engagement pada guru akan sangat berpengaruh terhadap penghayatan atas pekerjaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai work engagement

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi

Lebih terperinci

5. KESIMPULA, DISKUSI, DA SARA

5. KESIMPULA, DISKUSI, DA SARA 51 5. KESIMPULA, DISKUSI, DA SARA Bagian ini mengemukakan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti. Di

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan terhadap peran mereka dalam pekerjaan, dimana mereka akan mengikatkan

Lebih terperinci

ABSTRACT. The result of this study shows that the socialization of new job description doesn t enhance the level of work engagement in CV X Bandung

ABSTRACT. The result of this study shows that the socialization of new job description doesn t enhance the level of work engagement in CV X Bandung ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Pengaruh Sosialisasi Job Description baru Terhadap Peningkatan Work Engagement (Studi Pada seluruh karyawan CV. X Bidang Industri Teknologi Informasi di kota Bandung).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu 56 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI 4.1 Gambaran Responden Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu yang bekerja full time yang berdomisili di wilayah Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang melakukan transformasi dan reformasi pelayanan kesehatan primer serta penguatan sistem kesehatan melalui sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini sebesar 76 subyek yakni pegawai Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase.

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase. BAB 4 ANALISA HASIL 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini adalah karyawan PT Binayasa Putra Batara. Sampel terdiri dari pria ataupun wanita, berpendidikan minimal SMA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian dilakukan pada awal bulan Mei 2017 sampai dengan pertengahan bulan Juli 2017. Berikut ini adalah uraian gambaran umum subjek berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Desain deskriptif dibagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu : 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu : Variabel I (X):

Lebih terperinci