BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG"

Transkripsi

1 BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG 1.1. PENGARUSUTAMAAN Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan Kondisi Saat ini Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Untuk mencapai keberlanjutan yang menyeluruh, diperlukan keterpaduan antara 3 pilar pembangunan, yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berintegrasi dan saling memperkuat satu dengan yang lain. Walaupun Indonesia telah menyusun National Sustainable Development Strategy (Agenda 21) pada tahun 1997 yang berisi rekomendasi kepada sektor dalam penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2020 serta ditetapkannya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan sebagai salah satu prinsip dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun pada RPJM Namun, hingga saat ini belum ada suatu sistem, serta mekanisme yang andal untuk melakukan pengintegrasian isu pembangunan berkelanjutan tersebut ke dalam program-program pembangunan secara terarah. Pada tahun 2009 dengan ditetapkannya UU 32/2009 mengenai Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup telah diwajibkan dilakukannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penyusunan Kebijakaan, Program dan Rencana Pembangunan. Hal ini merupakan salah satu upaya mengarusutamakan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dilakukan setelah penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sejak akhir 1980an dirasa tidak mencukupi untuk mengurangi dampak lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan. Selain itu, pada RPJMN telah ditetapkan prinsip-prinsip pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang meliputi 3 pilar yaitu pilar ekonomi, sosial dan lingkungan hidup dengan indikator-indikator utamanya. Hingga tahun 2010 penerapan KLHS serta penerapan sistem pengarusutamaan pembangunan masih dalam upaya meletakkan dasar-dasar kebijakan serta penerapan KLHS pada tata ruang dan perencanaan di daerah. Untuk itu, hal ini masih perlu terus untuk dikembangkan terutama pada tahun Permasalahan dan Sasaran Walaupun sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup, pencemaran dan penurunan kualitas daya dukung lingkungan hidup terus terjadi. Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan hidup yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral. Selain itu, diperlukan suatu upaya pengintegrasian pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan sektoral. Banyaknya pemangku kepentingan yang berperan dalam pembangunan berkelanjutan mengharuskan adanya koordinasi serta sinergi yang baik antarberbagai pihak tersebut. Setiap pihak mempunyai peran dan fungsi dalam menggerakkan subsistem yang II.1-1

2 membentuk sistem pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan harus bersifat membuka akses seluruh pihak agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan itu. Pemerintah diharapkan dapat memberikan arah, kebijakan, standar-standar, manual, serta kerangka kebijakan penunjang lainnya yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2011 adalah (1) teradopsinya pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (2) terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup tahun 2011; dan (3) disepakati, disusun, dan digunakannya indeks kualitas lingkungan hidup sebagai salah satu alat untuk mengukur pembangunan yang berkelanjutan. Arah Kebijakan Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam menyusun kerangka strategis, struktur kelembagaan, strategi dan kebijakan nasional, sektoral dan wilayah, serta dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan juga harus dilakukan dengan memperhatikan permasalahan strategis lingkungan dan sosial yang ada. Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: (1) kegiatannya merupakan upaya integral dalam kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan; (2) kegiatan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi) yang signifikan karena berasaskan koordinasi dan sinergi; (3) pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sosial kemasyarakatan, kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya; dan (4) pengarusutamaan terutama dilakukan pada sektor yang memberikan dampak besar terhadap kualitas lingkungan dan di wilayah/daerah yang rawan kerusakan lingkungan, diprioritaskan pada kegiatan strategis pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan serta keadilan dan keberlanjutan sosial. Kegiatan pembangunan tidak mengabaikan kemampuan daya dukung lingkungan yang menopang kegiatan pembangunan tersebut. Tiga indikator daya dukung lingkungan utama sebagai penopang pembangunan adalah daya dukung lahan, daya dukung air, dan udara. Daya dukung sumber daya lahan dapat dilihat dari (1) daya serap air (infiltrasi air), (2) kualitas lahan, (3) tutupan lahan, dan (4) laju erosi lahan. Kegiatan pembangunan hendaknya memperhatikan daya dukung sumber daya lahan itu. Daya dukung sumber daya air dapat dilihat dari kualitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang ada tidak menurunkan kualitas air setempat dan kuantitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan air tidak mengeksploitasi air melebihi daya pemulihan dan pengisiannya kembali. Pertimbangan utama dalam pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam aspek sosial adalah: (1) struktur sosial masyarakat: kegiatan pembangunan yang direncanakan diupayakan mempertimbangkan struktur sosial masyarakat agar tidak terjadi konflik dan benturan nilai yang tidak diinginkan dan (2) partisipasi masyarakat pelaku dan marjinal/minoritas: kegiatan pembangunan yang direncanakan telah memasukkan unsur partisipasi masyarakat/pemangku kepentingan dan masyarakat marjinal terutama dalam proses pengambilan keputusan serta peran-peran lainnya. II.1-2

3 Berkaitan dengan itu, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan mempunyai indikator kinerja yang mencerminkan 3 pilar pembangunan yaitu: (1) ekonomi: indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, dan dampak ekonomi; (2) sosial: tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) lingkungan hidup: dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati) Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan oleh sebuah negara mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional, dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi secara efektif dan efisien. Terbangunnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam manajemen pemerintahan, tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi, makin tingginya keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, meningkatnya kualitas pelayanan publik, dan terbentuknya birokrasi pemerintahan yang profesional dan berkinerja tinggi. Oleh karena itu, guna mewujudkan visi pembangunan nasional berupa kesejahteraan masyarakat, demokrasi, dan keadilan, maka tata kelola pemerintahan yang baik dalam manajemen pemerintahan harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan. Sejalan dengan komitmen dan prioritas pemerintah untuk memantapkan dan memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi pada seluruh instansi pemerintah, maka implementasi kebijakan tata kelola pemerintahan yang baik bersifat sangat penting dan strategis. Implementasi kebijakan tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai sasaran yang optimal. Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, sasaran yang ingin dicapai pada setiap kementerian/lembaga (K/L), antara lain: tersedianya sistem penegakan disiplin beserta penanganan atas pelanggaran disiplin pada PNS, penerapan sistem pakta integritas dan sistem pelaporan gratifikasi, dan penyampaian LHKPN para pejabat dan penyelenggara negara. Seluruh K/L diharapkan telah menerapkan sistem pengendalian intern sesuai pedoman dan terus ditingkatkan efektivitasnya. Demikian pula penerapan e-procurement untuk mencegah praktek KKN dalam pengadaan barang dan jasa terus diperluas pada seluruh instansi pemerintah. Akuntabilitas pengelolaan keuangan terus diperkuat melalui pemeriksaan oleh auditor eksternal (BPK), termasuk melalui peningkatan tindak lanjut atas hasil audit. Disamping itu, sistem pengaduan masyarakat terus disempurnakan dalam rangka peningkatan efektivitas penanganan pengaduan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, pada tahun 2010 diharapkan seluruh K/L telah melakukan review atas peraturan/kebijakan pelayanan publik yang ada di instansi masing-masing dan menyusun rencana perbaikan. PAN dan RB, bertugas mengkoordinasikan dan memastikan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik di setiap K/L. Selanjutnya, pada tahun 2011 diharapkan setiap K/L melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik pada setiap unit pelayanan publik dengan menggunakan instrumen yang kredibel. Dengan adanya dan diberlakukannya Standar Pelayanan, Maklumat Pelayanan, Sistem Pengaduan, dan Sistem Evaluasi Kinerja tersebut, diharapkan kualitas II.1-3

4 pelayanan publik dapat meningkat, sebagai upaya untuk mencapai Skor Integritas Pelayanan Publik 8,0 pada tahun Pada tahun 2011 diharapkan setiap K/L menetapkan 3-5 unit pelayanan publik untuk ditingkatkan secara signifikan kualitas pelayanannya dalam waktu 1 tahun sebagai quick wins pelayanan publik K/L yang bersangkutan. Sedangkan dalam rangka peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, pada tahun 2011 seluruh K/L diharapkan telah melakukan kajian yang mendalam tentang penataan kelembagaan dengan melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi untuk rightsizing yang didasarkan visi, misi, strategi dan analisis obyektif. Seluruh K/L juga ditargetkan telah mengembangkan sistem ketatalaksanaan dengan melengkapi SOP utama. Sasaran lainnya adalah; pengelolaan manajamen kepegawaian yang lebih baik, melalui pengembangan dan penerapan sistem rekruitmen pegawai, sistem penilaian kinerja pegawai, sistem promosi dan penempatan pada jabatan struktural, sistem diklat, dan kode etik pegawai. Pengembangan e-government termasuk manajemen kearsipan berbasis TIK terus ditingkatkan. Selanjutnya, diperkuat pula dengan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP). Sebagaimana telah menjadi komitmen pemerintah, maka reformasi birokrasi instansi diharapkan terlaksana secara menyeluruh pada instansi pusat pada tahun 2011 dan secara bertahap dilaksanakan pada instansi pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan kapasitas pengelolaan dan pengendalian yang kuat, baik selama proses penyiapan, dalam proses konsultasi dan asistensi, maupun setelah pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi. Berdasarkan atas hal tersebut, langkah-langkah yang harus ditempuh oleh /Lembaga dalam rangka penyiapan dan peningkatan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi agar secara bertahap menginternalisasikan dan menginstitusionalisasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan pada Rencana Kerja /Lembaga masing-masing, sehingga mampu mempercepat dan memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi secara sistematis, terukur dan berkelanjutan. Disamping itu, implementasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, secara langsung turut memperbaiki sistem manajemen dan organisasi, kelembagaan dan sumber daya manusia aparatur pada instansi pemerintah, serta makin meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas. Adapun implementasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2011 untuk ditetapkan sebagai indikator yang perlu diterapkan dan dicapai sasarannya pada tahun 2011 pada masing-masing Rencana Kerja /Lembaga sebagaimana tabel di bawah ini. II.1-4

5 TABEL 1.2 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK RKP TAHUN 2011 MELALUI RENCANA KERJA KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 BESERTA INDIKATORNYA Kebijakan Instansi dalam No. Isu/Kebijakan Nasional Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi Target Rencana Kerja K/L Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN 1.1 Penegakan disiplin PNS di seluruh instansi pemerintah Penegakan peraturan mengenai disiplin PNS - Sistem penegakan disiplin yang efektif - Sistem penegakan disiplin telah tersedia dan diimplementasikan - % Pelanggaran disiplin mendapatkan sanksi - Meningkatnya pelanggaran disiplin yang mendapatkan sanksi 1.2 Penerapan pakta integritas bagi pejabat pemerintah Penerapan pakta integritas bagi pejabat Eselon I, II, dan III % pejabat telah menandatangani Telah tersedia sistem dan melaksanakan pakta integritas penerapan pakta integritas dan diimplementasikan 1.3 Kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Mewajibkan pejabat untuk melaporkan LHKPN % pejabat yang telah melaporkan LHKPN Meningkatnya pejabat yang telah menyampaikan LHKPN 1.4 Kebijakan antikorupsi Mewajibkan pelaporan gratifikasi Tersedianya sistem pelaporan gratifikasi Meningkatnya implementasi sistem pelaporan gratifikasi 1.5 Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Penerapan sistem pengendalian internal yang efektif Tersedia dan terlaksananya sistem pengendalian internal yang efektif Diterapkannya SPIP sesuai pedoman. Pembinaan penerapan SPIP dilakukan oleh BPKP. 1.6 Pengembangan Sistem e-procurement Nasional Penerapan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa % pengadaan menggunakan e- procurement Meningkatnya pengadaan menggunakan e- procurement 1.7 Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK Peningkatan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan % temuan yang ditindaklanjuti Meningkatnya temuan yang ditindaklanjuti 1.8 Akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara Peningkatan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan pelaporannya Opini BPK atas LK K/L Meningkatnya kualitas opini BPK 1.9 Pengaduan masyarakat Tindaklanjut pengaduan masyarakat - Tersedianya sistem pengaduan masyarakat yang efektif - Telah tersedia sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan diimplementasikan II.1-5

6 Kebijakan Instansi dalam No. Isu/Kebijakan Nasional Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi - % Penyelesaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan masyarakat Target Rencana Kerja K/L Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut pengaduan masyarakat 2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2.1 Penerapan Standar Pelayanan pada Unit Penyelenggara Pelayanan Publik Penerapan Standar Pelayanan Publik untuk seluruh unit penyelenggara pelayanan publik % unit penyelenggara pelayanan publik yang sudah menerapkan Standar Pelayanan Meningkatnya unit penyelenggara pelayanan publik yang menerapkan standar pelayanan 2.2 Penerapan Maklumat Pelayanan pada unit pelayanan publik Menerapkan maklumat pelayanan untuk unit pelayanan publik % unit pelayanan publik yang sudah menerapkan maklumat pelayanan Meningkatnya unit pelayanan publik yang menerapkan maklumat pelayanan 2.3 Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk pelayanan utama dan investasi Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Daerah menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)/One Stop Services (OSS) Meningkatnya Pemda yang menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan berfungsi efektif melalui koordinasi PAN dan RB, BKPM dan Kemendagri. 2.4 Penerapan Manajemen Pengaduan Penerapan manajemen pengaduan yang efektif pada unit penyelenggara pelayanan publik % unit pelayanan publik yang menerapkan manajemen pengaduan yang efektif Meningkatnya unit pelayanan publik pada K/L yang menerapkan manajemen pengaduan yang efektif 2.5 Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik Menyusun rencana percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik dan melaksanakannya sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pelayanan publik - Tersusunnya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik pada unit penyelenggara pelayanan publik - Terlaksananya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai batas waktu yang ditetapkan Tersusunnya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik Terlaksananya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik 2.6 Pelaksanaan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja pelayanan publik Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan penilaian kinerja kepada unit penyelenggara pelayanan publik yang ada - Tersedianya sistem evaluasi kinerja pelayanan publik - Tersusunnya sistem evaluasi kinerja pelayanan publik dan dimplementasikan pada setiap unit pelayanan publik yang ada di K/L dengan instrumen yang kredibel II.1-6

7 Kebijakan Instansi dalam No. Isu/Kebijakan Nasional Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi - % Unit Penyelenggara Pelayanan Publik yang mendapat penilaian baik Target Rencana Kerja K/L Meningkatnya unit penyelenggara pelayanan publik yang mendapat penilaian baik - Setiap K/L menetapkan 3-5 unit pelayanan publik sebagai Quick Wins. 3. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi 3.1 Penataan kelembagaan instansi pemerintah Melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi untuk rightsizing di dasarkan visi, misi, strategi dan analisis obyektif, serta tupoksi. % Tersusunnya struktur kelembagaan (organisasi dan tata kerja) yang proporsional, efektif, efisien Meningkatnya kelembagaan dan tatalaksana instansi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien 3.2 Penataan ketatalaksanaan instansi pemerintah Penyederhanaan proses bisnis dan penyusunan SOP utama % SOP utama telah tersusun sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana Tersusunnya 50% SOP utama pada setiap K/L sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana 3.3 Pemantapan kualitas manajemen SDM Penerapan manajemen SDM yang berkualitas (transparan dan berbasis merit/kompetensi) - Tersedianya sistem rekrutmen yang transparan - Tersedia sistem rekrutmen pegawai yang transparan dan berbasis merit/kompetensi serta mulai diimplementasikan - Tersedianya sistem penilaian kinerja yang terukur - Tersedia sistem penilaian kinerja yang terukur dan mulai diimplementasikan - Tersedianya sistem promosi dan mutasi yang terbuka dan transparan - Tersedia sistem promosi dan penempatan dalam jabatan struktural yang terbuka, transparan, dan berbasis merit/kompetensi, serta diimplementasikan. - Tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi - Tersedia sistem diklat berbasis merit dan kompetensi, serta merupakan bagian integral dari fungsi pembinaan kapasitas dan karir pegawai, II.1-7

8 Kebijakan Instansi dalam No. Isu/Kebijakan Nasional Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi - Tersedianya sistem penegakan kode etik yang efektif, disertai penerapan reward and punishment Target Rencana Kerja K/L 2011 serta meningkatkan kinerja lembaga - Tersedia sistem kode etik instansi, dan diimplementasikan dengan penegakannya secara efektif 3.4 Pengembangan dan penerapan e- Government Pengembangan dan penerapan e-government Tersusunnya rencana penerapan e- Government yang konkrit dan terukur Tersusunnya rencana penerapan e-government 3.5 Sistem kearsipan dan dokumentasi berbasis TIK Penerapan manajemen kearsipan dan dokumentasi berbasis TIK Manajemen kearsipan dan dokumentasi sudah dilaksanakan dengan sistem berbasis TIK Tersedia sistem kearsipan dan dokumentasi berbasis TIK, serta diimplementasikan secara efektif. 3.6 Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Aparatur Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah % penerapan SAKIP (renstra, penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan lain-lain) Makin meningkatnya kualitas penerapan SAKIP (renstra, penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan lain-lain) Pengarusutamaan Gender Pembangunan nasional selama ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Untuk itu, pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai serta adil dan setara bagi perempuan dan lakilaki untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendalian/kontrol pembangunan. Hal ini juga tercermin pada salah satu agenda pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , yaitu agenda kelima, pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan. Pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Pengarusutamaan gender (PUG) dilakukan dengan mengintegrasikan perspektif (sudut pandang) gender ke dalam proses pembangunan di setiap bidang. Penerapan pengarusutamaan gender akan menghasilkan kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Pencapaian pengarusutamaan gender dalam pembangunan ditunjukkan oleh peningkatan nilai Gender-related Development Index (GDI) atau Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) dan Gender Empowerment Measure (GEM) atau Indeks Pemberdayaan II.1-8

9 Gender (IDG). Berdasarkan data Human Development Report (HDR), nilai IPG Indonesia meningkat dari 0,704 pada tahun 2004 (UNDP, 2006) menjadi 0,726 pada tahun 2007 (UNDP, 2009). Peningkatan ini dikontribusikan oleh penurunan tingkat kesenjangan angka melek huruf perempuan dengan laki-laki serta penurunan kesenjangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD-SMA perempuan dan laki-laki. Sementara itu, IDG juga menunjukkan peningkatan dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi 0,623 pada tahun 2008 (KPPPA-BPS, 2009). Hal ini disebabkan oleh: (i) meningkatnya partisipasi perempuan di bidang politik; (ii) meningkatnya proporsi perempuan sebagai pengambil keputusan; (iii) menurunnya kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan dengan laki-laki; dan (iv) meningkatnya rata-rata upah pekerja perempuan di sektor nonpertanian. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah: (i) Masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, antara lain, disebabkan oleh terjadinya kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap sumber daya, terutama di bidang politik, jabatan-jabatan publik, dan di bidang ekonomi; (ii) Masih belum memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan bagi perempuan korban kekerasan karena banyaknya jumlah korban yang harus dilayani dan luasnya cakupan wilayah yang harus dijangkau; (iii) Masih belum efektifnya kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan, yang terlihat dari: (a) belum optimalnya penerapan peranti hukum, peranti analisis, dan dukungan politik terhadap kesetaraan gender sebagai prioritas pembangunan; (b) belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus pembangunan; dan (c) masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan, terutama di kabupaten/kota. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka sasaran pengarusutamaan gender adalah meningkatnya kesetaraan gender, yang ditandai dengan: (a) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik dan pengambilan keputusan; (b) meningkatnya persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan; dan (c) meningkatnya efektivitas kelembagaan PUG dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah. Pengarusutamaan gender dilakukan melalui tiga isu nasional. Pertama, peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, melalui peningkatan akses terhadap pelayanan yang berkualitas serta harmonisasi peraturan perundangan dan pelaksanaannya di semua tingkat pemerintahan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Kedua, perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan, melalui upaya-upaya pencegahan, pelayanan, dan pemberdayaan. Ketiga, peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan. II.1-9

10 TABEL 1.3. TARGET KINERJA PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN GENDER TAHUN 2011 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan 1.1 Penyediaan Layanan Pendidikan TK 1 ) 1.2 Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD 1 ) 1.3 Peningkatan Akses dan Mutu Madrasah Ibtidaiyah 1 ) 1.4 Penjaminan Kepastian Pendidikan SMP 1 ) 1.5 Peningkatan Akses dan Mutu Madrasah Tsanawiyah 1 ) 1.6 Penyediaan dan Peningkatan Pendidikan SMA 1 ) 1.7 Peningkatan Akses dan Mutu Madrasah Aliyah 1 ) 1.8 Penyediaan Layanan Akademik Program Studi 1 ) 1.9 Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tinggi Islam 1 ) 1.10 Penyediaan Layanan Pendidikan Kesetaraan 1 ) 1.11 Penyediaan Layanan Pendidikan Masyarakat 1 ) Rasio APK peserta didik TK/TKLB perempuan:lakilaki Rasio APM peserta didik perempuan/laki-laki pada SD/SDLB Rasio APM peserta didik perempuan:laki laki pada MI Rasio APM peserta didik perempuan/laki-laki pada SMP/SMPLB Rasio APM peserta didik perempuan:laki laki pada MTs Rasio APK peserta didik perempuan/laki-laki pada SMA/SMK/SMLB Rasio APK peserta didik perempuan:laki laki pada MA Rasio APK peserta didik perempuan/laki-laki pada PT Rasio APK peserta didik perempuan:laki laki pada PTA Rasio jumlah peserta didik orang dewasa lakilaki:perempuan menurut kabupaten/kota 1 Disparitas gender penduduk berkeaksaraan usia 15 tahun 2 Persentase kab/kota yang telah menerapkan pengarusutamaan gender bidang pendidikan 3 Persentase penduduk perempuan berkeaksaraan dasar yang memperoleh layanan kecakapan hidup PROGRAM >0,98 Program Pendidikan Taman Kanakkanak dan Pendidikan Dasar >0,98 Program Pendidikan Taman Kanakkanak dan Pendidikan Dasar >0,98 Program Pendidikan Islam >0,97 Program Pendidikan Taman Kanakkanak dan Pendidikan Dasar >0,97 Program Pendidikan Islam >0,85 Program Pendidikan Menengah >0,85 Program Pendidikan Islam 1,08 Program Pendidikan Tinggi 1,12 Program Pendidikan Islam 0,7 Program Pendidikan Nonformal dan Informal 2,7% Program Pendidikan Nonformal dan Informal 23,0% 10,0% PELAKSANA Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Agama Pendidikan Nasional Agama Pendidikan Nasional Agama Pendidikan Nasional Agama Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional II.1-10

11 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 1.12 Penyediaan Guru untuk Seluruh Jenjang Pendidikan 1 ) 1.13 Peningkatan Mutu dan Kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Madrasah 1 ) 1.14 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi 1 ) INDIKATOR Rasio guru perempuan:lakilaki yang bersertifikat pendidik Rasio guru perempuan:lakilaki yang bersertifikat pendidik 1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) 2 Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan K4) TARGET TAHUN PROGRAM ,00% Program Peningkatan Mutu dan Kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 60% Program Pendidikan Islam 86 Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 88 PELAKSANA Pendidikan Nasional Agama Kesehatan 1.15 Pembinaan Keperawatan dan Kebidanan 1 ) 1.16 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas dan Gender 1.17 Penyehatan Lingkungan 1 ) 1.18 Penanggulangan Krisis Kesehatan 1 ) 1.19 Pembinaan ketahanan keluarga 1 ) 1.20 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi pengendalian penduduk dan KB 1 ) 1.21 Pengelolaan pembangunan kependudukan dan KB provinsi Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan kebidanan sesuai standar dan pedoman Persentase kab/kota minimal memiliki 2 puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan responsif gender Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Jumlah kab/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana Jumlah kebijakan kegiatan pembinaan ketahanan keluarga Persentase PUS, WUS, dan remaja yang mengetahui informasi Kependudukan dan KB melalui media massa (cetak dan elektronik) dan media luar ruang 1 Persentase komplikasi berat yang dilayani 2 Persentase kegagalan KB yang dilayani 140 Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 25 Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 62,5 Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 150 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya - Program Kependudukan dan Keluarga Berencana 95% Program Kependudukan dan Keluarga Berencana 0,12% Program Kependudukan dan Keluarga Berencana 0,03% Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan BKKBN BKKBN BKKBN Provinsi II.1-11

12 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 1.22 Pelayanan Sosial Lanjut Usia 1 ) 1.23 Bantuan Sosial Korban Bencana Alam 1 ) 1.24 Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial 1 ) 1.25 Pedoman, petunjuk teknis dan bimbingan teknis/supervisi/publik asi/sosialisasi penyelenggaraan pemilu dan pendidikan pemilih 3 ) 1.26 Pengembangan Nilainilai Kebangsaan 3 ) 1.27 Pembinaan dan Pengembangan Budaya Politik 3 ) 1.28 Fasilitasi Lembaga Perwakilan dan Partisipasi Politik 3 ) INDIKATOR 3 Persentase pengetahuan remaja tentang: a. Kesehatan reproduksi remaja b. HIV AIDS c. Perencanaan kehidupan berkeluarga Jumlah lanjut usia terlantar yang berhasil dilayani, dilindungi dan direhabilitasi baik di dalam maupun di luar panti (jiwa) Jumlah korban bencana alam yang berhasil dibantu dan dilayani (jiwa) Jumlah korban bencana sosial yang berhasil dibantu dan dilayani (jiwa) 1 Jumlah modul pendidikan pemilih untuk kelompok perempuan,miskin, cacat, pemilih pemula, lansia 2 Jumlah kegiatan pendidikan pemilih bagi caleg perempuan 3 Jumlah kader parpol perempuan yang mendapatkan pendidikan politik Jumlah forum sosialisasi pengembangan nilai kebangsaan untuk pemuda, perempuan, aparatur pemerintah Jumlah materi/modul pendidikan politik bagi calon pemilih pemula Jumlah paket kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil dalam peningkatan partisipasi politik perempuan TARGET TAHUN % 67% 15% PROGRAM Program Rehabilitasi Sosial Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Program Perlindungan dan Jaminan Sosial 5 Program Penguatan Kelembagaan Demokrasi dan Perbaikan Proses Politik Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik 3 Modul tentang Pendidikan Politik bagi calon pemilih Pemula Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik 100 Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik PELAKSANA Sosial Sosial Sosial KPU Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri 1.29 Pembinaan Penyelenggaraan Kegiatan di bidang Kesehatan dan Perawatan warga binaan pemasyarakatan 4 ) Persentase bayi, ibu hamil, ibu menyusui dan kelompok resiko tinggi yang memperoleh perlindungan secara tepat waktu dan akuntabel 35% Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan Hukum dan HAM II.1-12

13 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR 2. Perlindungan Perempuan terhadap Berbagai Tindak Kekerasan 2.1 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan 1 ) Persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan 2.2 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik 3 ) 2.3 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah 3 ) 2.4 Peningkatan perlindungan dan pelayanan WNI/BHI di Luar Negeri 3 ) 2.5 Peningkatan Perlindungan Pekerja Perempuan dan Penghapusan Pekerja Anak 2 ) Tingkat penanganan isu illegal migrant dan human traficking serta isu-isu lainnya Tingkat penanganan isu illegal migrant dan human traficking serta isu-isu lainnya Prosentase pemberian bantuan hukum (advokasi dan lawyer) bagi WNI terutama tenaga kerja wanita 1 Persentase perusahaan yang memenuhi norma kerja perempuan dan anak 2 Tersedianya kebijakan dalam upaya perlindungan pekerja perempuan dan anak 3 Jumlah pengawas ketenagakerjaan dalam pengawasan norma kerja perempuan dan anak yang ditingkatkan kapasitasnya TARGET TAHUN 2011 PROGRAM 60 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 25% Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika 25% Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika 29.17% Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran 20% Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Sosialisasi Pedoman Pengawasan Norma Kerja Perempuan 150 PELAKSANA KPP dan PA Luar Negeri Luar Negeri Luar Negeri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2.6 Pembinaan Penempatan dan Perlindungan TKI Luar Negeri 2 ) 1 Persentase calon pekerja migran yang terlayani dan tercatat pada dinas tenaga kerja provinsi dan kabupaten 100% calon pekerja migran terlayani Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Tenaga Kerja dan Transmigrasi II.1-13

14 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Pemenuhan Hak Korban 4 ) INDIKATOR 1 Tingkat pelibatan dan penyikapan aparat negara dalam upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM perempuan 2 Tingkat pelibatan dan penyikapan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM perempuan 3 Tingkat rekomendasi hasil pengkajian dan penelitian yang terkait dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan HAM perempuan 4 Jumlah pemantauan termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian pelanggaran HAM perempuan 5 Prosentase pengaduan pelanggaran HAM perempuan yang ditindaklanjuti 6 Prosentase sistem pemulihan korban pelanggaran HAM yang dikembangkan 7 Meningkatnya fungsi kelembagaan Komnas Perempuan dalam rangka menciptakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan mandat Komnas Perempuan TARGET TAHUN PROGRAM % Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komnas HAM 30% 35% 2 80% 40% 40% PELAKSANA Komnas HAM (Komnas Perempuan) 3. a. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan 3.1 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang pendidikan yang responsif gender 1 ) 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan K/L 1 II.1-14

15 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 3.2 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang kesehatan yang responsif gender 1 ) TARGET INDIKATOR TAHUN 2011 ARG di bidang pendidikan prov 2 3 Jumlah K/L dan pemda yang K/L 1 difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di prov 2 bidang pendidikan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang kesehatan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang kesehatan PROGRAM 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 prov 5 PELAKSANA KPP dan PA 3.3 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang sumber daya alam dan lingkungan yang responsif gender 1 ) 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang kesehatan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang sumber daya alam dan lingkungan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang sumber daya alam dan lingkungan K/L 1 prov 2 - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 2 prov 5 KPP dan PA 3.4 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan partisipasi perempuan di bidang politik dan pengambilan keputusan 1 ) 3.5 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang hukum yang responsif gender 1 ) 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang sumber daya alam dan lingkungan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang politik dan pengambilan keputusan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang politik dan pengambilan keputusan 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang politik dan pengambilan keputusan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang hukum K/L 1 prov 2 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 3 prov 7 K/L 3 prov 3 - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA KPP dan PA II.1-15

16 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 3.6 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang ketenagakerjaan yang responsif gender 1 ) 3.7 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan yang responsif gender 1 ) 3.8 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis yang responsif gender 1 ) INDIKATOR 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang hukum 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang hukum 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ketenagakerjaan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang ketenagakerjaan 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang ketenagakerjaan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis TARGET TAHUN 2011 K/L 1 prov 8 K/L 2 PROGRAM prov 7 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 prov 5 K/L - prov 2 - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 4 prov 4 K/L 2 prov 4 K/L 3 4 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan PELAKSANA KPP dan PA KPP dan PA KPP dan PA II.1-16

17 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 3.9 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi yang responsif gender 1 ) 3.10 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang infrastruktur yang responsif gender 1 ) 3.11 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan 1 ) INDIKATOR 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi 1 Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang infrastruktur 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang infrastruktur 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang infrastruktur 1 Jumlah kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan 3 Jumlah kompilasi data perlindungan perempuan dari tindak kekerasan TARGET TAHUN 2011 prov 7 K/L 3 PROGRAM prov 4 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 prov 5 K/L 1 prov 2 2 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 prov 1 K/L prov 2 4 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 3 prov 14 3 PELAKSANA KPP dan PA KPP dan PA KPP dan PA II.1-17

18 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 3.12 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penyusunan data gender 1 ) INDIKATOR 4 Persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan 5 Persentase cakupan anak korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan 1 Jumlah kebijakan penerapan sistem data gender 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan pelaksanaan sistem data terpilah gender TARGET TAHUN PROGRAM 2 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 4 PELAKSANA KPP dan PA 3.13 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan masalah sosial perempuan 1 ) 3 Tersedianya sistem data gender 1 Jumlah kebijakan perlindungan masalah sosial perempuan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan masalah sosial perempuan prov Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 KPP dan PA 3.14 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan 1 ) 3.15 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan korban perdagangan orang 1 ) 3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data perlindungan masalah sosial perempuan 1 Jumlah kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan 3 Jumlah kompilasi data perlindungan tenaga kerja perempuan 1 Jumlah kebijakan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang prov 4 K/L 1 prov 1 - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan K/L 1 prov 5 K/L 1 prov 2 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan KPP dan PA KPP dan PA II.1-18

19 No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL 3.16 Sistem Informasi Manajemen 4 ) 3.17 Kegiatan Kerjasama HAM 4 ) 3.18 Kegiatan Perancangan Peraturan Perundangundangan 4 ) 3.19 Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perundangundangan 4 ) INDIKATOR 2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang 3 Jumlah kompilasi data perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang Jumlah data perkara yang disajikan dalam rangka pelayanan system informasi manajemen berdasarkan jenis penanganan perkara termasuk jenis perkara KDRT, perkara anak, dan perkara lainnya (statistikkriminal) Persentase harmonisasi rancangan peraturan peruuan dalam perspektif HAM Persentase Peraturan Perundang-undangan di bidang mekanisme Perlindungan Saksi dan Pelapor Persentase Peraturan Perundang-undangan di bidang mekanisme Perlindungan Saksi dan Pelapor TARGET TAHUN 2011 K/L 10 prov 15 K/L 1 PROGRAM Perempuan prov 1 1 SIM Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Kejaksaan RI 100% Program Perlindungan dan Pemenuhan HAM 40% Program Pembentukan Hukum 40% Program Pembentukan Hukum PELAKSANA Kejaksaan Agung Hukum dan HAM Hukum dan HAM Hukum dan HAM Keterangan: 1 ) Kegiatan ini tercantum pada Bab II (Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama) 2 ) Kegiatan ini tercantum pada Bab III (Bidang Ekonomi) 3 ) Kegiatan ini tercantum pada Bab VI (Bidang Politik) 4 ) Kegiatan ini tercantum pada Bab VIII (Bidang Hukum dan Aparatur) II.1-19

20 1.2. KEBIJAKAN LINTAS BIDANG Penanggulangan Kemiskinan Kondisi Umum Pendahuluan Sebagai program prioritas lintas bidang, penanggulangan kemiskinan dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik kementerian/lembaga di pusat, maupun dinas teknis di tingkat daerah serta didukung oleh para pihak baik perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat sendiri. Sehubungan dengan itu, tingkat kemiskinan yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar yang merupakan cerminan dimensi non pendapatan dari kemiskinan, merupakan hasil akhir dari berbagai upaya tersebut yang dilakukan oleh berbagai pihak. Selain itu, pencapaian tingkat kemiskinan pada tahun tertentu merupakan rangkaian hasil dari upaya yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya secara konsisten dan kontinyu. Secara garis besar, tingkat kemiskinan pada tahun 2009 dicapai sebesar 14,15 persen, dan pada tahun 2010 diharapkan akan menurun menjadi sebesar 12-13,5 persen. Sasaran tingkat kemiskinan pada tahun 2010 tersebut akan dicapai apabila berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dilaksanakan pada tahun 2010 dapat mencapai hasil yang optimal, serta beberapa kondisi ekonomi makro dapat diwujudkan terutama tingkat pertumbuhan yang mencukupi dan inflasi yang terkendali. Secara rinci pelaksanaan kebijakan dan program serta rencana pelaksanaan tahun 2010 diuraikan dalam bagian berikut. Pelaksanaan program tahun 2009 dan rencana pelaksanaan tahun 2010 Realisasi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 4,5 persen, didukung oleh pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,1 persen. Pertumbuhan sektor pertanian yang cukup stabil ini merupakan faktor penting, karena bukan saja dapat mempertahankan mata pencaharian masyarakat di daerah perdesaan, namun juga menjaga dan mencukupi pasokan bahan komoditas pokok terutama bahan pangan. Pertumbuhan sektor pertanian tersebut tercermin diantaranya pada produksi padi yang cukup tinggi yaitu mencapai 64,3 juta ton gabah kering giling, sehingga cadangan beras pemerintah yang dapat dihimpun Badan Urusan Logistik (Bulog) mencapai sebesar 514 ribu ton pada akhir Desember Dukungan produksi dan stok beras ini telah berhasil mengendalikan laju inflasi pada tahun 2009 mencapai sebesar 2,78 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,8 persen, dan sektor pertanian diharapkan tumbuh 3,6 persen. Selain itu, inflasi ditargetkan dapat dikendalikan sebesar 5,3 persen, agar kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui peningkatan pendapatan dapat secara riil dinikmati masyarakat. Penyerapan tenaga kerja juga masih meningkat, yaitu mencapai 104,87 juta tenaga kerja, meskipun sebanyak 72,72 juta (69 %) adalah tenaga kerja di sektor informal. Penyerapan tenaga kerja di sektor informal yang meningkat ini memberikan kelangsungan pendapatan bagi masyarakat di sekitar garis kemiskinan. Agar masyarakat dapat meningkat pendapatannya, selama tahun , sasaran penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 9,6-10,7 juta pekerja. Selain itu, program penanggulangan kemiskinan yang sudah direncanakan, terutama yang tercakup di dalam 3 (tiga) klaster penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana dengan baik, sebagaimana diuraikan berikut ini. Untuk meringankan beban pemenuhan kebutuhan dasar dan agar rumah tangga miskin dan anggotanya dapat terpenuhi kebutuhan II.1-20

21 dasarnya, maka berbagai program dalam Klaster 1 telah dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada realisasi penyaluran subsidi Raskin per 29 Desember 2009 sebesar 3,24 juta ton atau 97,37 % dari pagu Januari-Desember 2009, sehingga rencana distribusi sebesar 3,33 juta ton kepada 18,5 juta rumah tangga sasaran dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, pada akhir Desember 2009, realisasi total Jamkesmas adalah sebesar Rp 4,41 Triliun (99%) dari alokasi sebesar Rp 4,46 Triliun. Peserta Jamkesmas 2009 tetap 76,4 juta orang, disesuaikan dengan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) Penyediaan Jamkesmas terus disediakan sebagai upaya kuratif, sehingga pada tahun 2010 sasaran Jamkesmas direncanakan masih melayani 76,4 juta orang, walaupun jumlah orang miskin sudah menurun. Pemberian beasiswa pendidikan untuk siswa miskin juga ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat miskin. Rencana pemberian beasiswa untuk siswa miskin pada tahun 2009 sebanyak 5,3 juta siswa, dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati pendidikan dengan tenang dan menyelesaikannya sebagai bekal kehidupan ke depan serta dapat membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan dasarnya. Selanjutnya, pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program pendidikan dan kesehatan terutama pada masyarakat miskin terus ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Lebih jauh PKH dimaksudkan agar masyarakat miskin tetap menjaga anak mereka di sekolah dan menyelesaikan wajib belajar serta memelihara kesehatan balita mereka, sehingga pertumbuhan anak balita pada masa golden years dapat dilakukan secara optimal. Pada tahun 2009, pelaksanaan PKH pada rumah tangga sangat miskin, baru dapat dilakukan pada 726 ribu rumah tangga sangat miskin di 70 Kabupaten pada 13 Provinsi. Jumlah ini pada tahun 2010 ditingkatkan menjadi 816 ribu rumah tangga sangat miskin, di 88 Kabupatan pada 20 Provinsi. Selain itu, penanganan masyarakat dengan masalah kesejahteraan sosial juga semakin diperluas cakupannya. Pada tahun 2010 diharapkan pelayanan terhadap sekitar 300 ribu jiwa dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga tekad pemerintah untuk mewujudkan pembangunan inklusif dapat dilakukan secara bertahap dan semakin baik kualitasnya. Sementara itu, pelaksanan program Klaster II Pemberdayaan Masyarakat terus diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, agar semakin efektif dalam mewujudkan kemandirian dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pada tahun 2009 sudah dapat dilaksanakan pelayanan PNPM Mandiri Inti di Kecamatan di seluruh Indonesia. Untuk melanjutkan upaya ini, pada tahun 2010 PNPM Mandiri Inti dilaksanakan dan akan mencakup pemberdayaan masyarakat di lebih dari Kecamatan. Untuk melaksanakan PNPM Mandiri Inti di kecamatan-kecamatan tersebut dilakukan dengan penempatan fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan didukung dengan penyaluran bantuan langsung masyarakat sebesar Rp 11 triliun yang berasal dari APBN dan APBD. Pelaksanaan PNPM Mandiri, selain dilakukan oleh PNPM Mandiri Inti, juga didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu diantaranya: (i) PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi penerus, yang pada tahun 2009 dilakukan di 164 kecamatan di 21 kabupaten pada 5 provinsi, dan pada tahun 2010 akan dilaksanakan di 189 Kecamatan, 25 Kabupaten dan 5 Provinsi; (ii) PNPM Perikanan dan kelautan pada tahun 2009 dilaksanakan di 133 Kecamatan, 120 Kabupaten dan 33 Provinsi; (iii) PNPM Agribisnis (PUAP) yang pada tahun 2009 dilaksanakan di Desa, dan pada tahun 2010 akan menjangkau Desa, ditujukan agar usaha agribisnis berkembang dan meningkat kualitasnya. Selanjutnya pelaksanan Klaster III yang berupa Penyaluran Kredit Usaha Rakyat II.1-21

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 No Fokus / Kegiatan Plk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan kualitas tumbuh 1. APK PAUD (persentase)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

DAFTAR ISI BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG... II.1-1 1.1 Pengarusutamaan... II.1-2 1.1.1 Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan... II.1-2 1.1.2 Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-047.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG Pembangunan nasional direncanakan dan dilaksanakan dengan dilandasi oleh beberapa pengarusutamaan. Pengarusutamaan ini menjadi prinsip yang menjadi jiwa

Lebih terperinci

MATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

MATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK VISI MISI TUJUAN 1. Mewujudkan 1. Meningkatnya 1. meningkatnya 1. Kesetaraan Gender dan Program masyarakat Kesetaraan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

MATRIKS 22.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN

MATRIKS 22.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN MATRIKS 22.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Peningkatan kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak 31.170,3 30.813,4

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Sesuai dengan amanat Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG Pembangunan nasional direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya pencapaian pembangunan tersebut, dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PAN & RB 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA Terwujudnya peningkatan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik WILAYAH : Sumatera A Hari/ Tanggal : Sabtu/01 Mei 2010 Sesi

Lebih terperinci

Revisi ke 07 Tanggal : 28 Oktober 2015

Revisi ke 07 Tanggal : 28 Oktober 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2019 1. PENDAHULUAN Penyusunan RKT 2019 mengacu kepada Dokumen Renstra Kemenko PMK 2015-2019, 100 Program Prioritas Presiden, serta Isu Strategis Bidang PMK dalam

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap individu selalu dihadapkan pada aturan, norma, standar, ukuran yang harus dipenuhi. Aturan, norma, standar, maupun ukuran tersebut

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk seluruh penduduk tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN IV.1. Tujuan 1. Menguatkan akses pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang merata dan berkualitas 2. Peningkatan pembinaan peserta KB

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus - 9 - Strategi 1: Penguatan Institusi Pelaksana RANHAM Belum optimalnya institusi pelaksana RANHAM dalam melaksanakan RANHAM. Meningkatkan kapasitas institusi pelaksana RANHAM dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah) MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih,

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA % Capaian Kinerja % Realisasi

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : H.

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA BIRO BINA SOSIAL YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 2015, telah ditetapkan Visi Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Kerja Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, diamanatkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mencermati kondisi aktual daerah dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BUPATI PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

BUPATI PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, BUPATI PELALAWAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY

Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY 2017-2022 Visi dalam RPJMD DIY 2017-2022 Terwujudnya Peningkatan Kemuliaan Martabat Manusia Jogja Misi 1. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH Sasaran Reformasi Birokrasi Maraknya KKN Buruknya Pelayanan Publik Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 8 Area Perubahan Bersih dari KKN Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

(19) Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah; (20) Peningkatan pelayanan kedinasan Bupati/Wakil Bupati; (21) Pengembangan budaya baca d

(19) Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah; (20) Peningkatan pelayanan kedinasan Bupati/Wakil Bupati; (21) Pengembangan budaya baca d BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Berdasarkan isu-isu strategis, visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih, serta kebijakan umum pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar maka dirumuskan agenda,

Lebih terperinci