Laporaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah"

Transkripsi

1 BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Laporaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah L A K I P 2014

2 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur kepada publik atas kinerja pencapaian visi dan misinya pada Tahun Anggaran Selain itu, LAKIP juga merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Badan Lingkungan Hidup untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Penyusunan LAKIP Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur telah menetapkan visi yaitu Terwujudnya Lingkungan Hidup Jawa Timur Yang Baik dan Sehat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur telah menetapkan misi yaitu Bersama mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pelestarian sumber daya alam di Jawa Timur. Misi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) BLH Provinsi Jawa Timur Tahun dan digunakan sebagai landasan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). RKT 2014 berisi indikatorindikator kinerja yang akan dicapai oleh BLH di tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini dimaksudkan sebagai media pertanggungjawaban secara periodik yang berisi informasi mengenai kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dalam mencapai misi dan tujuan dalam rangka perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance). Laporan ini menggambarkan tingkat pencapaian kinerja, keberhasilan dan /atau kegagalan di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan visi dan misi Badan Lingkungan Hidup Lakip BLH. Prov. Jatim 2014 Page i

3 Provinsi Jawa Timur. Diharapkan LAKIP Tahun 2014 ini adanya umpan balik perbaikan kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur di masa yang akan datang sehingga semakin mampu memperlihatkan pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Dengan demikian pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan di Daerah lebih berdaya guna dan berhasil guna. Kami menyadari LAKIP ini belum secara lengkap menggambarkan kinerja yang ideal. Oleh karena itu kami berupaya menyempurnakan terbangunnya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Instansi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian disadari pula bahwa pengembangan dan penyempurnaan SAKIP ini memang memerlukan waktu yang relatif lama hingga sistem ini berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu masukan dan saran perbaikan dari atasan, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas sangat kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan laporan di masa yang akan datang. Akhirnya, kami berharap LAKIP ini dapat memberikan masukan berharga dan manfaat untuk peningkatan kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur guna mewujudkan good governance di lingkungan Pemprov. Jatim. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala upaya kita dalam mengabdi bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja kita semua. Surabaya, Januari 2015 KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Pembina Utama Muda Ir. BAMBANG SADONO, MM NIP Lakip BLH. Prov. Jatim 2014 Page i

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Ikhtisar Eksekutif... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Tujuan Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tugas Pokok Fungsi Susunan Organisasi Gambaran Kondisi Lingkungan... 9 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA Rencana Strategis dan Rencana Kinerja a. Visi b. Misi c. Tujuan d. sasaran e. Indikator Kinerja Utama f. Program dan Kegiatan Rencana Kinerja Tahun BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja Evaluasidan Analasis Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kierja Badan Lingkungan hidup Prov. Jawa Timur dibandingkan dengan Capaian Kinerja BLH DI. Yogyakarta Telaahan Renstra Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan Renstra Provinsi Jawa Timur Arah Kebijakan dan Sasaran Strategis Kementerian Negara Lingkungan 60 Hidup RI Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Provinsi Jawa Timur Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Rekomendasi Lakip BLH. Prov. Jatim 2014 Page ii

5 LAMPIRAN Matriks Renstra Rencana Kinerja Tahun 2014 Penetapan Kinerja Tahun 2014 Pengukuran Kinerja Tahun 2014 Lakip BLH. Prov. Jatim 2014 Page ii

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Matrik Hubungan Visi, Misi dan Tujuan Tabel 2.2 Matrik Hubungan Tujuan dan Sasaran. Tabel 2.3 Penetapan Kinerja Tahun Tabel 3.0 Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja.. Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis. Tabel 3.2 Sasaran Strategis Tahun Tabel 3.3 Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja.. Tabel 3.4 Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja.. Tabel 3.5 Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja.. Tabel 3.6 Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja.. Tabel 3.7 Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja.. Tabel 3.4 Rekapitulasi Serapan Anggaran Tahun Lakip BLH. Prov. Jatim 2014 Page iii

7 IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka penyelenggaraan Negara, Pemerintah Propinsi Jawa Timur telah berusaha untuk mewujudkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Asas akuntabiltas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan yang akuntabel dan terwujudnya Good Governance, sebagaimana tertuang dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) harus dibuat dan secara umum dimulai dengan Rencana Strategik yang dijabarkan dalam pelaksanaan kegiatan Dinas/Badan instansi sebagai laporan pertanggungjawaban. LAKIP merupakan pengendali atau kontrol dalam penyusunan LKPJ Kepala Daerah dengan mengacu kepada Restra yang telah disusun. Indikator kinerja LAKIP meliputi : (a) masukan (inputs), (b) keluaran (ouput), (c) hasil (outcomes), (d) manfaat (benefits), dan (e) dampak (impacts), dengan menggunakan analisa kualitatif maupun kuantitatif. Mekanisme penyusunan Laporan Akutabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

8 kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategis. Dalam penyusunan ini perlu pula dijelaskan perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Penyusunan LAKIP dilakukan dengan menggunakan informasi atau data yang diperoleh secara lengkap dan akurat. Selain dipandang dari segi kinerja yang dihasilkan oleh instansi pemerintah, perlu juga dianalisa apakah pengalokasian dan pemanfaatan anggaran tepat sasaran, dilakukan secara transparan dan hasil kinerjanya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia. Dalam penyajian perkembangan anggaran hendaknya dilakukan menurut program atau kegiatan pokok. Laporan Akutabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini, disusun berdasarkan INPRES Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sesuai INPRES Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dalam rangka memberikan tuntutan kepada semua instansi pemerintah untuk menyiapkan LAKIP sebagai bagian integral dari siklus Akuntabilitas Kinerja yang utuh dan dituangkan dalam suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. LAKIP ini menyajikan capaian kinerja Badan Lingkungan Hidup Tahun 2014berkaitan dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Capaian kinerja tahun 2014 tersebut diperbandingkan dengan penetapan kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan Badan Lingkungan Hidup berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang Lingkungan Hidup. Evaluasi kinerja program prioritas Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dilakukan terhadap indikator kinerja utama. Hasil evaluasi tersebut adalah: LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

9 1. Konsentrasi BOD di DAS Brantas dari tahun 2010 sampai dengan 2014 telah memenuhi target yang ditetapkan didalam RENSTRA meskipun kualitasnya nya masih lebih rendah dari kelas II. Sesuai dengan RENSTRA dimaksud, konsentrasi BOD di Kali Brantas ditargetkan mengalami penurunan sebesar 8%, 12%, 15%, 18% dan 21% berturut turut dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan Pada tahun 2010, kadar BOD adalah sebesar 5,12 mg/l dan mengalami trend penurunan secara berturut turut sampai dengan 2014 menjadi 4,41 mg/l; 4,33 mg/l; 3.6 mg/l dan 4.27 mg/l. Nilai penurunan ini telah mencapai target dimaksud karena telah mencapai penurunan sebesar 8%; 21,87%; 23,43%; 37,69%; dan 24,68%. Namun demikian, dapat dilihat bahwa kisaran nilai konsentrasi BOD pada tahun tahun tersebut masih lebih tinggi dari baku mutu air sungai untuk kelas II (3 mg/l) yang berarti memiliki level kualitas air yang lebih rendah dari kelas II. 2. Konsentrasi COD di DAS Brantas juga mengalami trend penurunan yang nilainya telah memenuhi target yang ditetapkan dalam RENSTRA BLH Prov. Jatim dan telah memenuhi baku mutu air sungai kelas II. Sebagaimana BOD, penurunan konsentrasi COD di DAS Brantas juga ditargetkan secara berturut turut dari tahun 2010 sampai 2014 sebagai berikut: 8%, 12%, 15%, 18% dan 21%. Konsentrasi COD yang tercapai pada tahun tahun tersebut berturut turut adalah 17,94; 15,45; 13,64; 10,92 dan 12,45 mg/l dengan capaian nilai penurunan sebesar: 85; 21,88%; 31,97%; 47,13%; dan 38,61%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa target RENSTRA dari tahun 2010 sampai dengan 2014 telah terpenuhi dengan kisaran konsentrasi COD memenuhi baku mutu air sungai untuk kelas II namun tidak memenuhi kelas I. konsentrasi BOD dan COD cenderung menurun dari tahun 2010 sampai tahun 2013 untuk kemudian naik lagi pada tahun Bila LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

10 dicermati lebih dalam, dapat disimpulkan bahwa penurunan konsentrasi BOD dan COD pada tahun 2013 tampak sedikit lebih ekstrim jika dibandingkan dengan capaian penurunan di tahun tahun yang lain. Hal ini bisa jadi diakibatkan oleh berbagai aspek seperti kondisi saat itu yang memang lebih ekstrim dari kondisi tahun sebelumnya atau mungkin juga dikarenakan oleh tingkat validitas teknik sampling, metode uji, ataupun pemilihan lokasi, jumlah titik sampling dan frekuensi sampling yang dimasukkan dalam perhitungan. Dengan demikian, untuk penetapan capaian kinerja ditahun-tahun mendatang. Perlu dilakukann standarisasi teknis pelaksanaan pemantauan dan penetapan titik sampling yang dimasukkan kedalam perhitungan agar didapatkan data yang dapat merepresentasikan kondisi yang sesungguhnya. Selain itu, data tahun 2013 hendaknya tidak digunakan sebagai base line dalam penetapan target kinerja pada tahun mendatang. Kondisi kualitas air sungai di DAS Brantas yang masih berada pada kisaran kelas II atau lebih rendah menunjukkan bahwa masih perlu langkah konkrit untuk menurunkan beban pencemaran di DAS tersebut. Mengingat bahwa kontributor beban pencemaran terdiri dari berbagai sektor seperti domestik, industri, pertanian, kegiatan usaha lain dan erosi tanah. Sehingga upaya pengendalian dari berbagai sumber tersebut harusnya dilakukan secara lebih komprehensif. 3. Pada tahun 2013 sebanyak 212 dari 253 perusahaan atau sekitar 84% perusahaan yang telah memnuhi ketaatan terhadap perijinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll). sedangkan untuk tahun 2014 tingkat ketaatan perusahaan terhadap perijinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll) tidak mampu memnuhi target sebesar 75%. Capaian kinerja tahun 2014 tidak mampu memenuhi target sebesar 75% dikarenakan : pada tahun LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

11 2014 ini disebabkan perusahaan yang menjadi target didalam pemenuhan kelengkapan dokumen AMDAL, UK UPPL, SPPL, DPL, Dll adalah perusahaan yang belum termasuk kategori taat pada tahun Serta jumlah perusahaan yang menjadi target mangalami peningkatan yaitu sebanyak 267 perusahaan. Meningkatnya ketaatan dunia usaha/kegiatan terhadap perijinan dokumen lingkungan merupakan indikator keberhasilan dari BLH Prov. Jawa Timur terutama untuk meningkatkan partisipasi dan kesadaran pelaku industri untuk memenuhi kewajiban mereka didalam pemenuhan kelengkapan dokumen perijinan usaha sebagaimana dimanatkan didalam Pasal 36 UUPPLH. 4. Semakin meningkatnya Desa/Kelurahan yang memperoleh penghargaan Program BERSERI menggambarkan bahwa tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat di Desa/kelurahan didalam pengelolalaan lingkungan hidup sekitarnya semakin meningkat, sehingga untuk hidup bersih dan sehat sudah menjadi kebiasaan hidup mereka sehari-hari, dengan demikian kemungkinan untuk membuang sampah padat dan limbah domestik kedalam badan air/sungai semakin kecil. Sehingga kualitas lingkungan hidup disekitar kita akan tetap terpelihara dan akanj memberikan manfaat yang optimal bagi kehidupan.pada tahun 2010 jumlah sekolah ADIWIYATA di jawa timur adalah sebanyak 30 sekolah, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 28 sekolah, pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan menjadi 56 buah sekolah sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup siginifikan menjadi 73 sekelah yang memperoleh predikat sekolah ADIWIYATA tingkat Nasional atau sekitar 97,33 % capaian kinerjanya. Sedangkan pada tahun 2014 ini jumlah sekolah adiwiyata adalah 136 sekolah. 88 sekolah masih dalam proses usulan untuk memperoleh predikat sekolah adiwiyata nasional. Dengan prosentase capaian kinerja 90%. LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

12 5. Pada tahun 2010 jumlah sekolah ADIWIYATA di jawa timur adalah sebanyak 30 sekolah, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 28 sekolah, pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan menjadi 56 buah sekolah sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup siginifikan menjadi 73 sekelah yang memperoleh predikat sekolah ADIWIYATA tingkat Nasional atau sekitar 97,33 % capaian kinerjanya. Sedangkan pada tahun 2014 ini jumlah sekolah adiwiyata adalah 136 sekolah. 88 sekolah masih dalam proses usulan untuk memperoleh predikat sekolah adiwiyata nasional. Dengan prosentase capaian kinerja 90%. 6. Pada tahun 2010 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 8 (delapan) pengaduan. Dari 8 (delapan) pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Sedangkan pada tahun 2011 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 21 pengaduan. Dari 21 pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Pada tahun 2012 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 41 pengaduan. Dari 41 pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Sedangkan pada Tahun 2013 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk ke Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 53 (Lima Puluh Tiga) pengaduan. Berdasarkan penelaahan untuk mengklasifikasi jenis pengaduan dan kewenangan pengaduan, sebanyak 30 (tiga puluh) pengaduan merupakan kewenangan Kabupaten/ Kota, sebanyak 52 (lima puluh dua) merupakan kewenangan Kabupaten/kota yang diambil alih oleh LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

13 Provinsi dan 16 (enam belas) pengaduan kewenangan Provinsi yang sudah ditindak lanjuti. Pada tahun 2014 pengaduan masyarakat mengenai kasus lingkungan yangmasuk ke BLH Prov. Jatim sebanyak 49 pengaduan. Dari 49 pengaduan tersebut, sebnayk 17 pengaduan merupakan kewenangan Kabupaten/kota sehingga penanganannya diserahkan kepada kabupaten/kota bersangkutan. Sebanyak 19 pengaduan kewenangan kabupaten/kota yang diambil alih oleh BLH Prov. Jatim. Bahkan ada 1 (satu) pengaduan kewenangan Kabupaten/kota yang diambil alih oleh Kementrian Lingkungan Hidup. 1 (satu) pengaduan kewenangan kabupaten/kota dalam proses penyelesaian yang dilakukan oleh BLH. Prov. Jatim. 7. Pada tahun 2010 Kabupaten /kota yang memperoleh penghargaan ADIPURA sebanyak 33 Kabupaten/Kota, pada Tahun 2011 Provinsi Jawa Timur perolehan penghargaan ADIPURA ini mengalami penurunan menjadi 14 Kabupaten/kota, pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan dengan mendapatkan 35 penghargaan. dan pada tahun 2013 ini provinsi Jawa Timur memperoleh penghargaan sebanyak 37 buah dengan rincian penghargaan Adipura kencana sebanyak 4 Kabupaten/Kota, adipura sebanyak 22 Kabupaten/Kota, dan yang memperoleh piagam hanya 1(satu) Kabupaten/kota. Pada tahun 2014 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang memperoleh penghargaan ADIPURA sebanyak 30 Kabupaten/kota.capaian ini belum memenuhi target tahun 2014 yaitu sebanyak 38 kabupaten/kota dengan capaian kinerja sebesar 78.95% dari target yang ingin dicapai. Walaupun demikian Capaian penghargaan ini adalah yang terbanyak diantara Provinsi lainnya di Indonesia. Menurunnya perolehan penghargan ADIPURA Tahun Ini dikarenakan adanya perubahan passing grade penilaian yang semula hanya 74 dinaikan menjadi 75 untuk tahun LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

14 Pada tahun 2013, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur berhasil meraih beberapa penghargaan tingkat nasional, yaitu; 1. Pada tahun 2013 Provinsi Jawa Timur memperoleh penghargaan dalam penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) dari Bapak Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan oleh Bapak Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Prof. DR. Balthasar Kambuaya, M.B.A kepada Bapak Gubernur Jawa Timur Dr. Sukarwo, SH.M.Hum yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Bapak DR. H. Rasiyo di Jakarta pada saat peringatan Hari Lingkungan hidup se Dunia pada tahun Pada tahun 2013 ini Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pembinaan Kalpataru telah berhasil mengantarkan 1 (satu) orang kategori Pengabdi Lingkungan dan 2 (dua) kelompok dengan kategori Penyelamat Lingkungan, dan 5 (lima) Nominasi Penerima Penghargaan Kalpataru yaitu 5 (lima) kelompok kategori Penyelamat Lingkungan, 3 (tiga) orang kategori Perintis Lingkungan serta 2 (dua) orang kategori Pengabdi Lingkungan dari Bapak Presiden Republik Indonesia. Selain itu BLH sudah membentuk forum komuniasi penerima kalpataru yang berbadan hukum, sehingga para penerima Kalpataru dapat terus melakukan kegiatan pelestarian bahkan dapat ikut berperan pada kegiatan-kegiatan yang ada didaerahnya masingmasing. 3. Pada Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni 2013 di Jakarta telah diserahkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri oleh Bapak Presiden dan Penghargaan Sekolah Adiwiyata. Untuk tahun 2013 perolehan Adiwiyata Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan yang sangat signifikan, kategori Adiwiyata Mandiri 45 sekolah, sedangkan adiwiyata Nasional adalah sebanyak 73 sekolah. Prestasi ini dimulai pada tahun 2011 Adiwiyata Mandiri hanya 9 (sembilan) meningkat menjadi 44 pada tahun 2012, sedangkan Adiwiyata LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

15 Nasional pada tahun 2011 hanya 22 menjadi 72 pada tahun 2012, hal ini menandakan bahwa tingkat kesadaran dan partisipasi siswasiswi sekolah untuk hidup bersih dan hijau mengalami peningkatan. 4. Penerimaan Adipura Tahun 2013 Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan yang sangat signifikan, pada tahun 2013 ini memperoleh 4 penghargaan Adipura kencana, 32 piala Adipura dan 1 (satu) piagam Adipura. capaian penghargaan ini merupakan perolehan terbanyak diantara Provinsi lainnya di Indonesia. LAKIP adalah sarana penyampaian pertanggung jawaban kinerja kepada pemerintah dan kepada publik, yang merupakan sarana evaluasi atau capaian kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan visi dan misinya, sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa mendatang. LAKIP BLH. PROV. JATIM 2014 Page iv

16 Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terselenggaranya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara, sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan legitimate agar penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejalan dengan itu, dalam rangka pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut telah diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa azas-azas umum penyelenggaraan negara meliputi azas kepastian hukum, azas tertib penyelenggaraan negara, azas kepentingan umum, asas keterbukaan, azas proporsionalitas, azas profesionalitas dan azas akuntabilitas. Menurut penjelasan Undang-undang tersebut, azas akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Instruksi Peresiden Nomor 7 Tahun 1999, Surat Keputusan Kepala Lembaga 1

17 Adminitrasi Negara (LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun Hal ini merupakan bagian dari Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah Kepemerintahan yang baik bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) di Indonesia sebagaimana telah diamanahkan oleh rakyat melalui Tap MPR Nomor IX Tahun Dengan disusunnya LAKIP Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur tahun 2014 ini, diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka : 1. Mendorong Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur untuk dapat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik dan benar, yang didasarkan kepada peraturan perundangundangan yang berlaku, kebijakan yang transparan, dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat di seluruh Jawa Timur ; 2. Menjadikan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur yang akuntabel, sehingga dapat berperan secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan yang tentram, tertib, dan kondusif ; 3. Menjadikan masukan dan umpan balik dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur guna membantu pelayanan kepada masyarakat lebih baik ; 4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat di Jawa Timur terhadap Program/kegiatan yang sudah disusun dan dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Landasan Hukum a) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) b) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan 2

18 Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah c) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur d) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 94 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur e) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 131 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Tujuan Tuntutan dan layanan masyarakat di daerah semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Kondisi tersebut menuntut pola pikir yang terukur untuk dapat memberdayakan fungsi publik agar sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik dan budaya. Untuk pencapaian tujuan tersebut diperlukan etos kerja yang berorientasi kepada pencapaian hasil dan pertanggungjawaban berdasarkan nilai-nilai akuntabilitas menuju Good Government yang bersih, berwibawa dan bertanggungjawab. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Instansi Pemerintah mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yaitu : a. Penyusunan LAKIP bertujuan sebagai sarana penyampaian pertanggungjawaban kinerja kepada instansi pemerintah dan kepada publik yang diwakili oleh lembaga legislatif, dan merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Dinas Perikanan dan Kelautan dalam melakukan visi dan misinya sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa mendatang. 3

19 b. LAKIP sebagai sarana untuk menyampaikan pertanggung jawaban kinerja kepada pimpinan yaitu Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur maka tugas, fungsi dan susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : Tugas Pokok Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Lingkungan Hidup Fungsi Dalam melaksanakan tugas, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur Susunan Organisasi Didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur, Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung Gubernur, dipimpin oleh seorang kepala, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah yang bersifat spesifik yaitu di bidang lingkungan hidup. 4

20 Didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur, BAPEDAL berubah nama menjadi Badan Lingkungan Hidup (BLH), dengan demikian Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : a. Kepala Badan Mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan di Bidang Lingkungan Hkdup. b. Sekretariat Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan keuangan. Sekretariat membawahi : 1) Sub Bagian Tata Usaha 2) Sub Bagian Penyusunan Program 3) Sub Bagian Keuangan c. Bidang Tata Lingkungan Mempunyai tugas menyusun perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan standardisasi, pengkajian lingkungan, laboratorium lingkungan, pembinaan teknis AMDAL, dan penataan kawasan berwawasan lingkungan. Bidang Tata Lingkungan membawahi: 1) Sub Bidang Standardisasi dan Pengkajian Dampak Lingkungan 2) Sub Bidang Bina Teknis AMDAL d. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan dan pengendalian pencemaran air, Pesisir dan laut, tanah, udara dan kerusakan 5

21 lingkungan. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan membawahi: 1) Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Air dan Laut; 2) Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Tanah dan Udara e. Bidang Konservasi dan Pemulihan Lingkungan Mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang konservasi sumber daya alam dan keaneka ragaman hayati, pemulihan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Bidang Konservasi dan Pemulihan Lingkungan membawahi: 1) Sub Bidang Konservasi Lingkungan; 2) Sub Bidang Pemulihan Lingkungan f. Bidang Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran serta Masyarakat Mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang komunikasi lingkungan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Susunan organisasi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran serta Masyarakat terdiri atas: 1) Sub Bidang Komunikasi Lingkungan; 2) Sub Bidang Peningkatan Peran Serta Masyarakat g. UPT Badan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Uji Kualitas Air Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. h. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional sampai saat ini sudah terbentuk. Walaupun hanya dalam bidang perpustakaan, untuk kedepan masih diperlukan jabatan fungsional lainnya untuk menampung personilpersonil dengan keahlian khusus antara lain PPNS dan PPLHD. 6

22 Ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan dalam pembentukan Kelompok Jabatan Fungsional sebagai berikut : 1) Keputusan Presiden No. : 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional ; 2) Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.: 47/KEP/MENPAN/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya ; 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya ; 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan Untuk Jabatan Fungsional Pengendali Lingkungan ; 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak Lingkungan ; 6) Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 62 Tahun 2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan. Struktur organisasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dapat dilihat padagambar berikut: 7

23 Kepala BLH Fungsional Sekretaris Subbag. Sungram Subbag. Keuangan Subbag T.U Bidang Tata Lingkungan Bidang Wasdal Penc. Lingkungan Bidang Konservasi & Pemilihan Lingkungan Bidang Kom. & Peningk. PSM Subbid Standarisasi dan PDL Subbid Wasdal Penc. Air dan Laut Subbid Konservasi Lingungan Subbid Kom Lingkungan Subbid Bina Teknis AMDAL Wasdal Penc. Tanah & Udara Subbid Pemilihan Lingungan Subbd Pening PSM Kepala UPT LAB. Subbag. TU Kasie. Pelayanan Teknis Kasie. Pengembangan LAB & Pemantauan 8

24 1.5. Gambaran Kondisi Lingkungan Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun (Renstra ), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan ada 5 (lima) isu pokok yang wajib mendapat perhatian bersama, yaitu : a. Pengelolaan Hutan, Lahan dan Sumber Air Kerusakan ekosistem hutan telah memberikan dampak pada konservasi lahan maupun kelangkaan sumber air/mata air. Kecenderungan ini telah tampak dari indikator menurunnya kualitas lingkungan hidup karena tekanan penduduk maupun bencana alam, dan pemanfaatan berlebihan sumber daya alam yang melampaui daya dukung lingkungannya. Kasus pembalakan hutan secara liar, erosi dan longsor, rusaknya habitat biota, menurunnya biodiversitas, banjir dan kekeringan, berubahnya iklim, kebakaran hutan, masalah dampak sosial ekonomi akibat eksploitasi dan sebagainya, telah menjadikan masalah laten yang memerlukan pendekatan holistik dan bertahap guna menyelesaikan atau menangani masalah ini. Keberadaan Taman Hutan Raya (Tahura) ditujukan untuk menjaga pelestarian alam, mengembangkan pendidikan dan wisata, juga berperan dalam pemeliharaan kelangsungan fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, DAS Konto, dan DAS Kromong. Termasuk untuk melestarikan mata air sumber Sungai Brantas di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang kondisinya sangat memprihatinkan. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1992, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 11190/KPTS-II/2002, di Jawa Timur dibentuk kawasan pelestarian alam yang disebut Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo, yang mencakup areal seluas ,30 hektare. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur melalui Balai Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo mengelola kawasan Tahura R. Soerjo seluas ,30 hektare, dengan rincian Tahura seksi wilayah Malang 9

25 (8.928,30 hektare), Tahura seksi wilayah Pasuruan (4.607,30 hektare), dan Tahura seksi wilayah Mojokerto (11.468,10 hektare), dan Tahura seksi wilayah Jombang (2.864,70 hektare). Hasil pantauan Citra Landsat (foto udara), Mei 2003, terhadap Tahura R. Soerjo seluas ,30 hektare, terdapat kawasan berhutan sekitar hektare, dan sisanya hektare tidak berhutan lagi (gundul). Dari areal gundul yang dikategorikan lahan kritis itu, hektare di antaranya tergolong lahan kritis abadi, yaitu sekitar puncak Gunung Welirang, dan Gunung Arjuno. Dengan demikian, tersisa lahan kritis seluas hektare. Penanganan lahan kritis berlangsung setiap tahun melalui kegiatan reboisasi, yang rata-rata per tahun sekitar hektare. Sampai 2008, sisa lahan yang masih tergolong kritis berkurang menjadi hektare. Kondisi fisik tiga wilayah Tahura (Malang, Pasuruan, Mojokerto) yang cenderung kering, dan berisi jenis tanaman alang-alang, serta semak belukar, membuat kawasan hutan itu rawan bencana kebakaran saat musim kemarau. Sedangkan Tahura di wilayah Jombang, sebagian besar ditumbuhi tanaman basah, seperti pohon pisang, dan bambu, sehingga aman di musim kemarau. Hampir setiap tahun, di musim kemarau, kawasan hutan selalu mengalami kebakaran. Jenis tanaman yang terbakar adalah tanaman jati muda, rumput, dan alang-alang. Penyebab bencana kebakaran hutan, hampir 90% karena ulah manusia, seperti api unggun yang tidak dimatikan, puntung rokok milik pendaki yang masih menyala, atau sengaja dibakar oleh masyarakat sekitar untuk membuka lahan. Sisanya, karena faktor alam, seperti letusan gunung atau gesekan ranting-ranting yang kering. Untuk lahan kritis non-tahura R. Soerjo, terbagi menjadi dua kategori, yakni lahan kritis dalam kawasan, yaitu dalam kawasan hutan lindung (tidak termasuk areal HPH, ex-hph, areal bekas tebangan, dan areal hutan mangrove). Dan, lahan kritis luar kawasan, yaitu di luar 10

26 kawasan hutan (tidak termasuk lahan kritis areal hutan mangrove di luar kawasan hutan). Luas kawasan hutan dan perairan Provinsi Jawa Timur berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi, Nomor 417/Kpts-II/1999, mencapai ,07 hektare. Data Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, menyatakan sampai dengan 2006, luas lahan kritis dalam kawasan mencapai ,53 hektare, sedangkan lahan kritis luar kawasan seluas ,68 hektare. (RPJMD Jatim ) b. Permasalahan Wilayah Pesisir dan laut Luasnya wilayah pesisir dan keanekaan sumberdaya yang ada, maka wilayah pesisir sebagai daerah ekoton yang labil, perlu ditangani dengan kehati-hatian dan menyeluruh, karena ciri khas pantai yang cukup beraneka ragam. Interaksi nelayan dengan perairan pesisir maupun laut, dengan kegiatan utama eksploitasi hayati laut telah berlangsung sejak lama, yang menyangkut kehidupan masyarakat, dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena itu untuk mengurangi masalah pesisir dan laut dibutuhkan pendekatan kemasyarakatan yang menyeluruh, terencana, melibatkan fihak terkait, serta konsisten dalam pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Dengan meningkatnya pembangunan diwilayah pesisir yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, utamanya didaerah Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya telah menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan laut. Sebagai contoh ekosistem mengrove di Jawa Timur saat ini tercatat Ha, dengan kondisi rusak seluas Ha dan tanah kosong yang ideal untuk ditanami mangrove sluas Ha, sedangkan luas hutan mangrove idealnya sebesar Ha. Kondisi di Jawa Timur masih kurang optimal. Untuk ekosistem terumbu karang di perairan laut Jawa Timur, pada tahun 2004 kondisi kerusakannya bervariasi antara % yang tersebar antara lain di wilayah pesisir Situbondo, dan beberpa 11

27 pulau kecil diantaranya, Pulau Sabunten, Pulau Sesiil, Pulau Bili Raja, Pulau Raas dan Pulau Mamburit. c. Permasalahan Pencemaran Air, Tanah dan Udara Pencemaran lingkungan, baik dalam medium air, udara maupun tanah telah menjadikan kualitas lingkungan hidup menurun. Sumber-sumber pencemar dari industri, domestik, maupun yang lain harus dapat diatasi, dalam bentuk pencegahan maupun pengendalian. Dampak pencemaran yang bersifat akut atau kronis perlu diantisipasi, agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Masalah pencemaran ini perlu ditangani secara sistemik, terencana, taat asas dan terus menerus. Upaya pemulihan dan pencegahan juga harus dimulai dari perencanaan hingga evaluasi pelaksanaannya, agar prinsip pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan dalam mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan. Pada tahun 2003, tercatat pencemaran air dari industri sebanyak 14 kasus, sedangkan tahun 2004 tercatat 5 kasus ditambah dengan kualitas air sungai yang buruk pada masing-masing Daerah Aliran Sungai (DAS), terutama bagian hilir. Hal ini juga diakibatkan oleh karena penggunaan pestisida yang tidak terpantau. Berdasarkan indikator kualitas air, khususnya BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand), pada tahun 2004 sungai Brantas mencapai BOD : 18, 83 Mg/l, COD : 39,59 Mg/l yang masing-masing diatas ambang batas baku mutu yang ditetapkan yaitu BOD : 6 Mg/l dan COD :10 Mg/l. Hasil penghitungan secara statisik ( metode STORET) untuk menentukan status kualitas air sungai di DAS Brantas menunjukkan bahwa Kali Brantas di daerah hulu dan tengah (mulai dari jembatan pendem kota batu sampai dengan DAM Lengkong) berada pada kondisi tercemar sedang dan di hilir (mulai dari DAM lengkong hingga pecah menjadi Kali surabaya dan Kali Porong sampai ke muara) tercemar berat. 12

28 d. Permasalahan Lingkungan Perkotaan Permasalahan lingkungan yang paling utama di perkotaan adalah masalah pengelolaan sampah, banjir, emisi kendaraan bermotor, limbah cair domestik, minimnya ruang terbuka hijau (RTH), penataan ruang kota dan sebagainya. Sebagai contoh pengelolaan limbah padat, produksi sampah di Surabaya dikumpulkan pada lokasi-lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir), yaitu : TPA Sukolilo dan TPA Benowo, yang telah menimbulkan konflik sosial. Rata-rata produksi sampah di Surabaya sebesar M3/hari atau ton/hari, sedangkan produksi sampah di Gresik rata-rata M3/hari atau 442,45 ton/hari. Hal ini ditambah dengan sistem pengelolaannya yang kurang tepat, yaitu dengan open dumping dan bukan sanitary landfil sehingga mengakibatkan umur TPA terbatas, pencemaran lindi cair,dan harus menyediakan lahan TPA baru. e. Permasalahan Sosial Kemasyarakatan Pendekatan pada komponen utama Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) yaitu ekonomi, ekologi dan sosial perlu diterapkan mulai tahap perencanaan, hingga operasional dan evaluasinya. Oleh karena masalah pengelolaan lingkungan hidup tidak akan lepas dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan tingkat pendidikan karena menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar dan kesejahteraan masyarakat. Aspek kemasyarakatan dilihat dari indikator memburuknya kualitas fisik/infrastruktur perkotaan, serta menurunnya kualitas hidup masyarakat perkotaan, serta menurunnya kualitas hidup masyarakat perkotaan, antara lain disebabkan karena keterbatasan pelayanan kebutuhan dasar perkotaan yang lebih banyak dipicu oleh factor daya tarik ekonomi dalam urbanisasi. Masalah kemasyarakatan ini dapat didekati dengan perubahan paradigma yang berfihak pada pengelolaan lingkungan hidup, untuk kemudian diikuti dengan sosialisasi tentang hak dan kewajiban mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan 13

29 sehat, dan diikuti dengan perubahan budaya tingkah laku menuju masyarakat yang hidup baik, sehat dan bertanggung jawab. Kelima isu tersebut perlu diterjemahkan dalam program dan kegiatan yang mendukung berbagai upaya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dalam rangka menjaga agar pembangunan tetap terlanjutkan, dan sumberdaya alam dan lingkungan dapat lestari guna pemanfaatan yang terkendali, serta membangun sikap ramah dengan lingkungan alam sekitarnya. Pembangunan akan menjadi tak terlanjutkan, apabila para fihak terkait mengabaikan atau meninggalkan wawasan dan kesadaran tentang kelestarian fungsi lingkungan hidup 14

30 Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana Strategis dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah (RPJMD) untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Sesuai dengan masa jabatan Gubernur Jawa Timur, saat ini telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur untuk kurun waktu tahun Dengan demikian maka RENSTRA Badan Lingkungan Hidup harus konsisten dengan RPJMD dimaksud. RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Tahun disusun secara realistis sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang ada. Untuk itu dibentuk Tim Penyusun RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun dengan Surat Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur tanggal 3 Pebruari 2009 Nomor : 188/40/KPTS/207/2009 Tahun 2009 tentang Tim Penyusun Rencanaan Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun RENSTRA Badan Lingkungan Hidup merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai BLH selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. RENSTRA BLH Provinsi Jawa Timur Tahun memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan serta ukuran keberhasilan dalam pelaksanaannya. 15

31 2.1. Rencana Strategis RENSTRA BLH Provinsi Jawa Timur Tahun disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan bagi BLH Provinsi Jawa Timur untuk kurun waktu tahun Sedangkan tujuannya adalah : 1. Sinkronisasi Tujuan, Sasaran, program dan kegiatan BLH dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur. 2. Menyediakan bahan serta pedoman untuk penyusunan Rencana Kinerja (Rencana Kerja Tahunan) BLH Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu tahun Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi BLH Provinsi Jawa Timur beserta seluruh unit kerjanya dalam pengendalian dampak lingkungan hidup dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. a. Visi Dalam rangka mewujudkan hak masyarakat untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai mana amanah dari Undang Undang Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 Pasal 5 ayat (1), serta untuk mendukung tujuan pembangunan Jawa Timur saat ini yang pro terhadap wong cilik, maka Visi pengelolaan lingkungan hidup di Jawa Timur adalah: Terwujudnya Lingkungan Hidup Jawa Timur Yang Baik dan Sehat 16

32 b. Misi Mengingat bahwa permasalahan lingkungan merupakan suatu permasalahan kompleks yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas manusia baik aktifitas yang terorganisir dalam skala besar seperti kegiatan industri dan kegiatan usaha yang lain, maupun permasalahan sosial kemasyarakatan yang tidak terorganisir namun sudah menjadi bagian dari pola hidup masyarakat karena terkait dengan faktor ekonomi dan sosial budaya seperti penebangan hutan secara liar, pembuangan sampah secara sembarangan, emisi kendaraan bermotor dan lain lain, serta lemahnya kontrol dari pihak pemerintah sehingga mengakibatkan adanya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya maka penyelesaian masalah tidak akan dapat terwujud tanpa adanya kerja sama dan partisipasi dari semua pihak. Kualitas lingkungan hidup saat ini relatif masih rendah dan keberadaan sumber daya alam yang mengalami banyak kerusakan maka salah satu cara untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian sumber daya alam. Perumusan Misi Pengelolaan Lingkungan Hidup diarahkan untuk membangun suatu kebersamaan antara pihak pemerintah sebagai regulator, pihak swasta sebagai kontributor pencemaran, pihak akademisi sebagai penghasil teknologi dan solusi ilmiah dan pihak Masyarakat yang sangat diperlukan perannya dalam bentuk perilaku yang berwawasan lingkungan serta sebagai pengendali / pengontrol pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka Misi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur adalah: Bersama mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pelestarian sumber daya alam di Jawa Timur 17

33 c. Tujuan Tujuan Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur telah mengacu kepada RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun adalah untuk: Meningkatkan Kualitas dan Fungsi Lingkungan serta Pengelolaan Sumber Daya Alam. d. Matrik Hubungan Visi, Misi dan Tujuan Tabel 2.1 Matrik Hubungan Visi, Misi dan Tujuan VISI MISI TUJUAN Terwujudnya Lingkungan Hidup Bersama mewujudkan Meningkatkan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Jawa Timur Yang Baik peningkatan kualitas serta Pengelolaan dan Sehat lingkungan hidup Sumber Daya Alam dan pelestarian yang Berwawasan sumber daya alam di Lingkungan Jawa Timur Sumber: BLH Prov. Jatim e. Sasaran Memperhatikan adanya permasalahan mendasar, potensi, peluang, kebutuhan akan partisipasi semua pihak dan teknologi yang tersedia maka sasaran strategis bidang lingkungan hidup Jawa timur adalah sebagai berikut: Meningkatnya Kualitas dan Fungsi Lingkungan serta Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berwawasan Lingkungan 18

34 f. Matrik Hubungan antara Tujuan dan Sasaran Tabel 2.2 Matrik Hubungan Tujuan dan Sasaran TUJUAN Meningkatkan Kualitas dan Fungsi Lingkungan serta Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berwawasan Lingkungan SASARAN 1. Meningkatnya Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar. 2. Meningkatnya Partisipasi dan Peran Serta Masyarakat didalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Sumber: BLH Prov. Jatim g. Indikator Kinerja Utama Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/9/M.PAN/5/2007 tentang pedoman umum penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur menetapkan Indikator Kinerja Utama yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut : 19

35 Tabel 2.3 Tabel Indikator Indikator Utama (IKU) No. SASARAN STRATEGIS TAHUN DASAR URAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Meningkatkan Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar 1 % penurunan beban pencemaran parameter kunci BOD di Kali Brantas 2 % penurunan beban pencemaran parameter kunci COD di Kali Brantas 3 Prosentase ketaatan industri ditinjau dari kelengkapan perizinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL dll) - 8% 12% 15% 18% 21% - 8% 12% 15% 18% 21% - 15% 30% 45% 60% 75% 2 Meningkatnya Partisipasi dan Peran Serta Masyarakat didalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 1 Jumlah desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri) 2 Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Prosentase penanganan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan 4 Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA 100% 100% 100% 100% 100% 100%

36 h. Program Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, ataukegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. (UU No. 25 Th Pasal 1 Ayat (16), PP No. 8 Th Pasal 1 Ayat (13)). Dalam RPJMD telah ditetapkan program Prioritas dan Program Penunjang serta arahan kegiatan pokok pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai berikut : PROGRAM PRIORITAS a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, perairan tawar, dan laut, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan, antara lain pada: 1. Pengawasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Industri Hasil Tembakau 2. Penerapan AMDAL bagi Usaha dan Kegiatan Industri Rokok dan Perkebunan Tembakau 3. Penyusunan regulasi pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, pedoman teknis, baku mutu (standar kualitas) lingkungan hidup, dan penyelesaian kasus pencemaran dan perusakan lingkungan secara hukum 4. Pengembangan dan penerapan berbagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup, termasuk tata ruang, kajian dampak lingkungan, dan perijinan 21

37 5. Pemantauan Kualitas Udara dan Air Tanah di Perkotaan, Kualitas Air Permukaan, serta Kualitas Air Laut di Kawasan Pesisir 6. Pengawasan Penaatan Baku Mutu Air Limbah, Emisi atau Gas Buang dan Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) 7. Peningkatan Kelembagaan Laboratorium Lingkungan, serta Fasilitas Pemantauan Udara (Ambient) di Kota-kota Besar 8. Pengembangan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan, termasuk Teknologi Tradisional dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pengelolaan Limbah, dan Teknologi Industri yang Ramah Lingkungan 9. Upaya Konservasi Tanah dan Air pada Budidaya Tanaman Tembakau 10. Sosialisasi tentang Bahaya Pencemaran Udara akibat Merokok pada Masyarakat sejak Dini dan Publikasi Pengelolaan Lingkungan Industri Rokok dan Pendukungnya 11. Pelayanan Pengujian Uji Kualitas Lingkungan 12. Peningkatan Kemampuan Laboratorium Pengawasan Pencemaran Lingkungan oleh Industri Hasil Tembakau dan Pendukungnya. b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Program ini bertujuan melindungi sumber daya alam dari kerusakan, dan mengelola kawasan yang sudah ada untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya senagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan, antara lain pada: 1. Pengembangan koordinasi kelembagaan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terpadu. 2. Pengembangan daya dukung dan daya tampung lingkungan 3. Pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati dari 22

38 ancaman kepunahan. 4. Pengembangan kemitraan dalam rangka perlindungan dan pelestarian sumber daya alam. c. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Program ini bertujuan Merehabilitasi alam yang telah rusak, dan mempercepat pemulihan cadangan sumber daya alam, sehingga selain berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan, juga memiliki potensi dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan, antara lain pada: 1. Rehabilitasi daerah hulu untuk menjamin pasokan air irigasi pertanian, dan mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi di wilayah sungai dan pesisir 2. Rehabilitasi ekosistem dan habitat yang rusak di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, pesisir (terumbu karang dan mangrove) serta pengembangan sistem manajemen pengelolaannya PROGRAM PENUNJANG a. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik (good environmental governance) berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan, antara lain pada: 1. Penegakan hukum terpadu dan penyelesaian hukum atas kasus perusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. 23

39 2. Peningkatan pendidikan lingkungan hidup formal dan non formal. 3. Pengembangan program Good Environmental Governance (GEG) secara terpadu 4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 5. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif melalui Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengawas Lingkungan b. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan, antara lain pada: 1. Peningkatan pelibatan peran masyarakat dalam bidang informasi dan pemantauan kualitas lingkungan hidup 2. Penyebaran dan Peningkatan Akses Informasi kepada Masyarakat, termasuk Informasi Mitigasi Bencana dan Potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Setelah penetapan program organisasi, maka yang dilalkukan adalah perumusan dan penetapan Kegiatanguna pengukuran masing-masing program sebagai standar keberhasilan yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Pencapaian kinerja akan dapat diukur dengan baik apabila terdapat satuan pengukuran secara jelas, yang dirumuskan dalam program aksi dan dijabarkan kedalam aktifitas atau kegiatan Instansi Pemerintah yang disusun dengan dimensi waktu tahunan. 24

40 2.2. RENCANA KINERJA Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Rencana kerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada lampiran Rencana Kinerja Tahun Rencana Kinerja tahun 2014 merupakan dokumen yang menyajikan sasaran beserta indikator kinerja dan target yang akan dicapai pada tahun Rencana kinerja tersebut selanjutnya dituangkan menjadi Penetapan Kinerja yang merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada tahun Penetapan Kinerja Tahun 2014 Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh para pejabat di setiap SKPD, dengan demikian penetapan kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat tersebut sebagai penerima amanah pada akhir tahun nanti akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian terhadap pejabat tersebut. Dengan penetapan kinerja ini, diharapkan instansi tidak hanya pandai mendapatkan dan menghabiskan anggaran saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pimpinannya dan kepada masyarakat. Penetapan Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upayadalam membangun anajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel dan berorientasi hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja 25

41 Pemerintah Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 ini. Penetapan kinerja merupakan kesepakatan antara pihak yang menerima tugas dan tanggung jawab kinerja dengan pihak yang memberikan tugas dan tanggungjawab kinerja secara berjenjang dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia. Penetapan kinerja ini menjabarkan target kinerja berupa nilai kuantitatif yang dilekatkan pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran strategis maupun tingkat kegiatan, dan merupakan patokan bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan. Dengan demikian Penetapan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Penetapan Kinerja (PK) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2014 Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar Indikator Kinerja Target Program Anggaran (Rp) 1 Prosentase penurunan beban pencemaran parameter kunci BOD Prosentase penurunan beban pencemaran parameter kunci COD 21% - Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup 21% - Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

42 Meningkatnya Partisipasi dan Peran Serta Masyarakat didalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Prosentase ketaatan industri ditinjau dari perizinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL- UPPL, SPPL, DPl dll) 3. Jumlah desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri) 4. Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) 5. Prosentase penanganan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan 6. Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Sumber BLH Prov. Jatim 75% - Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup 38 desa / keluraha n 75 sekolah - Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam - Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH 100% - Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH 38 Kab. / Kota - Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH 27

43 Bab III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi perencanaan yang sudah berjalan mulai dari Perencanaan Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ataupun Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pun tidak terlepas dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri sebagai fungsi Actuating dari berbagai piranti perencanaan yang sudah dibuat tersebut, hingga kemudian sampailah pada saat pertanggung jawaban pelaksanaan pembangunan yang mengerahkan seluruh sumber daya manajemen pendukungnya. Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggung jawaban pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program, dan sasaran, yang prosesnya adalah sejauh mana kegiatan, program, dan sasaran dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai piranti perencanaan yang telah dibuat. 3.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Badan Lingkungan Propinsi Jawa Timur. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kenerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan 28

44 kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan yang dilakukan untuk menilai apakah kebijakan yang telah ditempuh selama tahun 2014 dapat mendukung tercapainya tujuan dan sasaran badan dan pada akhirnya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan dan pembangunan Provinsi sebagaimana telah diamanatkan dalam RPJMD. Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap Indokator Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau celah Kinerja (performance gap. Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk peningkatan Kinerja dimasa yang akan datang (performance improvement). Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran, menggunakan skala pengukuran 4 (empat) katagori sebagai berikut : Tabel 3.0 Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2014 No. Persentase capaian Kategori capaian 1 Lebih dari 100 % Sangat Baik 2 75 % sampai 100 % Baik 3 55 % sampai 75 % Cukup 4 Kurang dari 55 % Kurang Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing - masing indikator sasaran. Tingkat capaian kinerja masing - masing indikator disajikan pada tabel pengukuran kinerja sasaran strategis tahun Pengukuran kinerja ini digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program atau kegiatan pada tahun 2014 sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam 29

45 rangka mewujudkan visi dan misi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Adapun Tabel Pengukuran Kinerja disajikan sebagai berikut : Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Tahun Meningkatnya Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar Meningkatnya Partisipasi dan Peran Serta Masyarakat didalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. % penurunan beban pencemaran parameter kunci BOD DAS Brantas II % penurunan beban pencemaran parameter kunci COD DAS Brantas III Prosentase ketaatan industri ditinjau dari perizinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL- UPPL, SPPL, DPl dll) I Jumlah desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri) II Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) 3.60 Mg/Lt Mg/Lt Target Th % (1.07 mg/lt) Dari tahun 2010 (5.12 mg/lt) 21 % (3.77) (mg/l) dari tahun 2010 (17.94) % Atau 200 perusahaan dari 267 perusahaan 80 desa / keluraha n 73 sekolah Realisasi Th mg/lt Dengan penurunan sebesar 0.85 mg/lt dari tahun mg/lt. dengan penurunan sebesar 5.49 mg/ltr dari tahun % atau 195 dari 267 perusahaan Capaian Th % 30.61% 97.5 % % ,67% 30

46 III Prosentase penanganan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan IV Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Sumber : BLH Prov. Jatim % 37 Kab. / Kota % 3.2 EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan dengan membandingkan prosentase capaian Indikator Kinerja Utama pada tahun 2014 dengan tahun sebelumnya. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program atau kegiatan di masa yang akan datang. Pengukuran kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2014 menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2014 disajikan sebagai berikut : 31

47 Tabel 3.2 Sasaran Strategis Tahun 2014 Sasaran : Meningkatnya Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar serta Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berwawasan Lingkungan Sumber : BLH Prov. Jatim Keberhasilan dari sasaran strategis ini diukur melalui 2 (dua) kinerja, yaitu: indikator 1. Persentase penurunan beban pencemaran parameter kunci BOD dan COD DAS Brantas; 2. Prosentase ketaatan industri ditinjau dari perizinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPl dll) Sedangkan upaya yang dilakukan untuk merealisasikannya didukung oleh 5 (lima) program kegiatan, yaitu: 1. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup 2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 3. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam 4. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 5. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup. Adapun capaian indicator kinerja, target dan realisasinya tahun 2014 selengkapnya dapat dijelaskan dibawah ini: a) Persentase (%) Penurunan Beban Pencemaran Parameter Kunci BOD dan COD DAS Brantas BOD dan COD sebagai indikator kunci perubahan kualitas air sungai di DAS Brantas. Kedua parameter ini dipandang dapat mewakili keterukuran cemaran material organik yang dihasilkan oleh berbagai jenis sumber pencemar seperti: domestik, industri, pertanian, dan kegiatan usaha lain. Semakin besar nilai BOD dan COD berarti semakin besar pula 32

48 tingkat pencemarannya. Berdasarkan PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, mutu air diklasifikasikan dalam empat kelas yaitu kelas I, II, III, dan IV. Baku mutu untuk parameter BOD untuk kelas I sampai dengan IV berturut turut adalah 2, 3, 6, dan 12 mg/l sedangkan untuk COD berturut turut adalah 10, 25, 50, dan 100 mg/l. Dengan demikian, pemantauan terhadap parameter BOD dan COD dilakukan secara periodik di DAS Brantas dari hulu sampai dengan hilir untuk mengetahui tingkat kualitas air sungai dari waktu ke waktu. Tabel 3.3 dibawah ini akan menggambarkan capaian kinerja BLH Prov. Jatim selama 5 (lima) tahun terhadap target Penurunan Beban Pencemaran Parameter Kunci BOD dan COD DAS Brantas yang sudah ditetapkan dan tertuang didalam RENSTRA BLH Prov. Jatim Tabel 3.3 Persentase (%) Penurunan Beban Pencemaran Parameter Kunci BOD dan COD DAS Brantas No. Indikator Kinerja Tahun Persentase penurunan beban pencemaran parameter kunci BOD DAS Branta 2. Persentase penurunan beban pencemaran parameter kunci COD DAS Brantas Target (%) Realisasi (%) Konsentrasi (mg/lt) Target Realisasi Sumber : hasil analisa Konsentrasi (mg/lt)

49 Berdasarkan data hasil pengujian kualitas air DAS Brantas yang dilaksanakan oleh Perum Jasa Tirta (PJT) I Malang, BBWS Sungai Brantas, Dinas PU Pengairan dan BLH Provinsi Jawa Timur pada ruas DAS Brantas Hulu, Tengah dan Hilir pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan telah disepakati bahwa hasil analisa kualitas air badan air (ABA) pada titik pantau terlengkap dipergunakan sebagai acuan perhitungan rata-rata kualitas air. Adapun perhitungan rata-rata air kualitas air rata-rata tahunan sebagai standart kinerja yang digunakan adalah parameter BOD dan COD sebagai parameter kunci yang dihitung berdasarkan titik pantau sebagai berikut: 1. Segmen Brantas Hulu Lokasi waduk lodoyo Jembatan Pandem di Kab. Blitar, Malang, Kota Malang dan Kota Batu; 2. Segmen Brantas Tengah Lokasi Jembatan Ngujang Jembatan Padangan di Kab. Tulungagung, Nganjuk, Jombang, Kota Kediri dan Kota Mojokerto. 3. Segmen Brantas Hilir Lokasi Jembatan Canggu Jagir di Kabupaten Mojokerto, Gresik dan Kota Surabaya. Grafik 3.1 dibawah ini akan menjelaskan secara detail mengenai trend pencapaian target penurunan BOD DAS Brantas

50 Grafik 3.1 Tren Pencapaian Target Penurunan BOD DAS Brantas Sumber : hasil analisa Konsentrasi BOD di DAS Brantas dari tahun 2010 sampai dengan 2014 telah memenuhi target yang ditetapkan didalam RENSTRA meskipun kualitasnya nya masih lebih rendah dari kelas II. Sesuai dengan RENSTRA dimaksud, konsentrasi BOD di Kali Brantas ditargetkan mengalami penurunan sebesar 8%, 12%, 15%, 18% dan 21% berturut turut dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan Pada tahun 2010, kadar BOD adalah sebesar 5,12 mg/l dan mengalami trend penurunan secara berturut turut sampai dengan 2014 menjadi 4,41 mg/l; 4,33 mg/l; 3.6 mg/l dan 4.27 mg/l. Nilai penurunan ini telah mencapai target dimaksud karena telah mencapai penurunan sebesar 8%; 21,87%; 23,43%; 37,69%; dan 24,68%. Namun demikian, dapat dilihat bahwa kisaran nilai konsentrasi BOD pada tahun 35

51 tahun tersebut masih lebih tinggi dari baku mutu air sungai untuk kelas II (3 mg/l) yang berarti memiliki level kualitas air yang lebih rendah dari kelas II. Grafik 3.2 dibawah ini akan menjelaskan secara detail mengenai trend pencapaian target penurunan COD DAS Brantas Grafik 3.2 TREND PENCAPAIAN TARGET PENURUNAN COD DAS BRANTAS Sumber : hasil analisa Konsentrasi COD di DAS Brantas juga mengalami trend penurunan yang nilainya telah memenuhi target yang ditetapkan dalam RENSTRA BLH Prov. Jatim dan telah memenuhi baku mutu air sungai kelas II. Sebagaimana BOD, penurunan konsentrasi COD di DAS Brantas juga ditargetkan secara berturut turut dari tahun 2010 sampai 2014 sebagai berikut: 8%, 12%, 15%, 18% dan 21%. Konsentrasi COD yang tercapai pada tahun tahun tersebut berturut turut adalah 17,94; 15,45; 13,64; 10,92 dan 12,45 mg/l dengan capaian nilai penurunan sebesar: 85; 21,88%; 31,97%; 36

52 47,13%; dan 38,61%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa target RENSTRA dari tahun 2010 sampai dengan 2014 telah terpenuhi dengan kisaran konsentrasi COD memenuhi baku mutu air sungai untuk kelas II namun tidak memenuhi kelas I. Dari Grafik BOD dan COD diatas dapat dilihat bahwa trend konsentrasi BOD dan COD cenderung menurun dari tahun 2010 sampai tahun 2013 untuk kemudian naik lagi pada tahun Bila dicermati lebih dalam, dapat disimpulkan bahwa penurunan konsentrasi BOD dan COD pada tahun 2013 tampak sedikit lebih ekstrim jika dibandingkan dengan capaian penurunan di tahun tahun yang lain. Hal ini bisa jadi diakibatkan oleh berbagai aspek seperti kondisi saat itu yang memang lebih ekstrim dari kondisi tahun sebelumnya atau mungkin juga dikarenakan oleh tingkat validitas teknik sampling, metode uji, ataupun pemilihan lokasi, jumlah titik sampling dan frekuensi sampling yang dimasukkan dalam perhitungan. Kondisi kualitas air sungai di DAS Brantas yang masih berada pada kisaran kelas II atau lebih rendah menunjukkan bahwa masih perlu langkah konkrit untuk menurunkan beban pencemaran di DAS tersebut. Mengingat bahwa kontributor beban pencemaran terdiri dari berbagai sektor seperti domestik, industri, pertanian, kegiatan usaha lain dan erosi tanah. Sehingga upaya pengendalian dari berbagai sumber tersebut harusnya dilakukan secara lebih komprehensif. Sejauh ini, Badan Lingkungan Hidup hanya dapat memfokuskan diri pada upaya untuk mengendalikan pencemaran air dari sektor industri dan kegiatan usaha lain. Berbagai upaya melalui program pembinaan, pengawasan, susur sungai, patroli air, sidak, penilaian program peringkat kinerja lingkungan industri (PROPER) dan penegakan hukum telah berhasil meningkatkan ketaatan pihak industri untuk memenuhi baku mutu air limbah di Jawa Timur. Namun demikian, pencapaian ini belum diimbangi dengan penurunan beban pencemaran dari sektor yang lain. 37

53 Air limbah domestik, termasuk didalamnya industri skala rumah tangga yang berpotensi memberikan beban pencemaran secara signifikan, bahkan bisa mencapai 60% dari total beban pencemaran, belum dapat dikendalikan dengan baik. Karena itu, tidak mengherankan jika kondisi kualitas air sungai di DAS Brantas secara umum tidak bisa memenuhi baku mutu air sungai untuk kelas I dan kelas II. Untuk itu, dimasa mendatang, perlu dilaksanakan tindakan konkrit untuk pelaksanaan pengendalian air limbah domestik melaui perencanaan, regulasi, kebijakan dan dengan diikuti oleh pelaksanaan program yang nyata. Pengendalian pencemaran air dari sumber kegiatan pertanian dan terbawanya lapisan tanah beserta material lain oleh run off air hujan juga perlu diperhatikan. Kegiatan pemupukan dan pemberian pestisida pada aktivitas pertanian berpotensi untuk menghasilkan residu yang terbawa masuk ke aliran air sungai kembali. Adapun dampak dari erosi tanah dan terbawanya material lain dari daratan ke sungai selama musim hujan sudah dapat dirasakan secara signifikan. Air sungai menjadi berwarna coklat tua sebagai indikasi tingginya padatan tersuspensi (tanah) dalam air sungai. Dengan demikian, sering kali PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) selaku pengguna air dalam skala besar harus menghentikan produksi nya karena tidak mampu untuk melaksanakan pengolahan air sungai dengan tingkat TSS (Total Suspended Solid) yang sangat tinggi. Untuk mendukung tercapainya penanganan permasalahan DAS Brantas dari hulu sampai hilir secara lebih komprehensif dan berkesinambungan. diperlukan dukungan penuh dari pengambil kebijakan terutama dalam ketersedian anggaran. Selama ini anggaran untuk Program/kegiatan yang mendukung pencapaian target penurunan konsentrasi BOD dan COD DAS Brantas sangat terbatas bahkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan target penurunan konsentrasi BOD dan COD semakin tinggi. Dengan kualitas DAS brantas yang semakin terdegradasi, hal ini tentu menjadi masalah terhadap pencapaian target. Sehingga sangat dibutuhkan 38

54 dukungan penambahan anggaran untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan pengewasan dan pengendalian pencemaran khususnya di DAS Brantas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa target penurunan konsentrasi BOD dan COD sebagaimana ditetapkan dalam RENSTRA BLH Provinsi Jawa Timur dari tahun 2010 hingga tahun 2014 telah terpenuhi. Namun demikian, nilai yang dicapai secara umum belum bisa memenuhi baku mutu air sungai kelas II karena kegiatan pengendalian pencemaran secara signifikan hanya bisa dilakukan pada sumber pencemar dari sektor industri. Sumber pencemar lain yang berkontribusi besar terhadap pencemaran kualitas air seperti air limbah domestik, pertanian dan erosi tanah dan material lain yang terbawa oleh air hujan ke dalam sungai belum dapat dikendalikan secara nyata dan masih perlu penanganan tindak lanjut secara lebih komprehensif. b) Prosentase Ketaatan Industri Ditinjau Dari Perizinan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll). Ketentuan Pasal 36 UUPPLH, menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) wajib memiliki izin lingkungan. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 UUPPLH atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini ditetapkan. Dan berdasarkan Pasal 39 UUPPLH, permohonan izin lingkungan dan izin lingkungan wajib diumumkan, dan dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat. Perizinan merupakan tindakan pemerintah untuk mengendalikan pengelolaan lingkungan yang hidup.pengendalian yang dilakukan pemerintah 39

55 adalah bersifat Preemitif, maksudnya adalah langkah atau tindakan yang dilakukan pada tingkat pengendalian keputusan dan perencanaan.pemberlakuan AMDAL sebagai tindakan preemitif, dari pemerintah. Artinya agar AMDAL dilakukan oleh pemrakarsa dengan efektif, sebagai upaya pengelolaan lingkungan yang baik. Tujuan diterbitkannya izin lingkungan antara lain yaitu untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme, dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan usaha dan/atau kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan. Pelanggaran terhadap izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dianggap sebagai pelanggaran terhadap izin lingkungan, maka berdasarkan Pasal 76 UUPPLH, Menteri, Gubernur dan/atau Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menerapkan sanksi administratif kepada pelaku usaha jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izinizin yang ada dalam izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup1[11]. Sanksi administratif yang dijatuhkan dapat berupa: a. teguran tertulis; b. paksaan pemerintah; c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan. Menteri Negara Lingkungan Hidup berdasarkan Pasal 77 UUPLH, dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan jika pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sanksi administratif tersebut berdasakan Pasal 40

56 78 UUPPLH tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana. Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan berdasarkan Pasal 79 UUPPLH, hal tersebut dilakukan apabila manakala telah terdapat masyarakat yang terganggu kesehatannya akibat pencemaran atau perusakan lingkungan dan para penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah (Bestuurdwang).Paksaan pemerintah itu dimaksudkan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh pelanggaran sebagai tindakan penyelamatan, penanggulangan serta pemulihan lingkungan atas biaya penanggung jawab. Paksaan pemerintah tersebut berdasarkan Pasal 80 UUPPLH, berupa: a. penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan sarana produksi; c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi; d. pembongkaran; e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup. Tabel 3.4 dibawah ini akan menjelaskan Prosentase Ketaatan Industri Ditinjau Dari Perizinan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll)

57 Tabel 3.4 Prosentase (%) Ketaatan Industri Ditinjau Dari Perizinan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll) Indikator Kinerja Prosentase ketaatan industri ditinjau dari perizinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL- UPPL, SPPL, DPL, dll) Sumber : hasil analisa Tahun Target (%) Capaian (%) Dalam Angka Pada tahun 2013 sebanyak 212 perusahaan dari 253 perusahaan atau sekitar 84% perusahaan yang telah memenuhi ketaatan terhadap perijinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll). sedangkan untuk tahun 2014 tingkat ketaatan perusahaan terhadap perijinan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPPL, SPPL, DPL, dll) tidak memenuhi target, kinerja ditahun 2014 ini hanya mampu mencapai 73% atau sekitar 195 perusahaan dari 267 perusahaan. Capaian kinerja tahun 2014 tidak mampu memenuhi target sebesar 75% dikarenakan : pada tahun 2014 ini disebabkan perusahaan yang menjadi target didalam pemenuhan kelengkapan dokumen AMDAL, UK UPPL, SPPL, DPL, Dll adalah perusahaan yang belum termasuk kategori taat pada tahun Serta jumlah perusahaan yang menjadi target mangalami peningkatan yaitu sebanyak 267 perusahaan. Tingginya ketaatan dunia usaha/kegiatan terhadap perijinan dokumen lingkungan merupakan indikator keberhasilan dari BLH Prov. Jawa Timur terutama didalam meningkatkan partisipasi dan kesadaran pelaku industri didalam pemenuhan kewajiban kelengkapan dokumen perijinan usaha sebagaimana dimanatkan didalam Pasal 36 UUPPLH. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan Rapat Kerja dengan seluruh pengusaha yang menjadi target pengawasan serta dilakukannya evaluasi pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan. 42

58 c) Jumlah desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri) Salah satu model pemberdayaan masyarakat dan aparatur desa/kelurahan agar bersedia serta mampu menjadi pioner untuk menumbuh kembangkan potensi desa/kelurahan sehingga masyarakatnya berperilaku ramah lingkungan, agar mampu mewujudkan desa/kelurahan yang bersih, sehat, lestari dan asri melalui Program Desa BERSERI. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan insentif (rangsangan) dan desentif (pemberdayaan), yaitu pembinaan, fasilitasi dan pembentukan kader lingkungan dengan pendampingan/pendekatan secara intensif. Program BERSERI (Bersih dan Lestari) merupakan salah satu program Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur adalah dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga masyarakat Desa/Kelurahan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, sehingga dapat terwujud desa/kelurahan yang bersih, sehat, lestari dan asri. Tabel 3.5 dibawah ini akan menjelaskan mengenai desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri))

59 Tabel 3.5 Desa/Kelurahan BERSERI Indikator Kinerja Jumlah desa / kelurahan yang masuk dalam kriteria desa / kelurahan yang bersih dan lestari (berseri) Target (desa) Capaian (desa) Realisasi (Tahun) Sumber : hasil analisa Pada tahun 2011 program pembinaan Desa/kelurahan berseri ini dicanangkan oleh Bapak Gubernur Jawa Timur, pada tahun 2012 Desa/kelurahan yang mendapatkan penghargaan sebagai desa/kelurahan berseri sebanyak 32 desa/keluarahan berseri, sedangkan Pada tahun 2013 jumlah desa/kelurahan yang memperoleh penghargaan desa/kelurahan berseri mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebanyak 80 desa/kelurahan, dari target 38 desa/kelurahan. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah desa/kelurahan berseri adalah sebanyak 75 Desa/kelurahan. Sehingga capaian kinerja pada tahun 2014 ini adalah sebesar 197%. Dengan semakin meningkatnya jumlah Desa/Kelurahan yang memperoleh penghargaan Program BERSERI, kondisi ini menggambarkan bahwa kinerja BLH Prov. Jatim didalam meningkatkan pemahaman dan kepedulian pengelolalaan lingkungan hidup yang diaplikasikan dalam bentuk peran serta masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan desa/kelurahannya. sehingga kesadaran untuk hidup bersih dan sehat sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari. karenanya kemungkinan untuk membuang sampah padat dan limbah domestik kedalam badan air/sungai semakin kecil. Sehingga kualitas lingkungan hidup desa/kelurahan tempat tinggal mereka akan tetap terpelihara sehingga mampu memberikan manfaat yang optimal bagi kehidupan. 44

60 Keberhasilan program/kegiatan ini tidak terlepas karena maksimalnya dukungan dari seluruh pengambil kebijakan di internal Blh Prov. Jatim maupun dan pemerintah daerah baik secara kelembagaan maupun pendanaan yang sehingga mampu meningkatkan partisipasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat desa setempat. Yang meyebabkan beban kerja pemerintah menjadi lebih ringan. d) Prosentase Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Tabel 3.6 dibawah ini akan menjelaskan Prosentase Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) dari tahun Tabel 3.6 Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Indikator Kinerja Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Sumber : hasil analisa Realisasi (Tahun) Target Capaian Kinerja

61 Pada tahun 2010 jumlah sekolah ADIWIYATA di jawa timur adalah sebanyak 30 sekolah, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 28 sekolah, pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan menjadi 56 buah sekolah sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup siginifikan menjadi 73 sekelah yang memperoleh predikat sekolah ADIWIYATA tingkat Nasional atau sekitar 97,33 % capaian kinerjanya. Sedangkan pada tahun 2014 ini jumlah sekolah adiwiyata adalah 205 sekolah. Dengan prosentase capaian kinerja 136,67%. e) Prosentase Penanganan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Yang Sesuai Dengan Kewenangan Pengaduan masyarakat terkait masalah Lingkungan Hidup adalah penyampaian informasi terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan. Penanganan Pengaduan Lingkungan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.09 Tahun 2010 tentang tata cara pengaduan dan penanganan akibat dugaan pencemaran dan/ atau peruskaan Lingkungan Hidup. Meliputi kegiatan penerimaan, penelaahan, verifikasi pengaduan, pengajuan rekomendasi tindak lanjut verifikasi dan penyampaian perkembangan dan hasil penanganan pengaduan kepada pengadu dan yang diadukan. Sehingga semakin banyak pengaduan yang masuk bias menngambarkan bahwa permasalahan lingkungan yang terjadi juga meningkat. Setiap orang dalam rangka melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mempunyai hak dan berperan dalam mengajukan pengaduan terhadap dugaan terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Berdasarkan Pasal 63 ayat (1) huruf r dan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Linkungan Hidup (UUPPLH) Pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertugas dan berwenang mengembangkan dan 46

62 melaksanakan pengelolaan pengaduan masyarakat. Tugas dan wewenang tersebut dilaksanakan dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Peran aktif masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 70 UUPPLH dapat berupa: a) pengawasan social, b) pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau c) penyampaian informasi dan/atau laporan. Peran tersebut dilakukan masyarakat untuk: a) meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, b) meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan, c) menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat, menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; dan d) mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tabel 3.7 dibawah ini akan menjelaskan Prosentase penanganan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan

63 Tabel 3.7 Penanganan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Indikator Kinerja Prosentase penanganan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan Realisasi (Tahun) Target (%) Capaian Kinerja (%) Sumber : BLH Prov. Jatim Dalam Angka Pada tahun 2010 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 8 (delapan) pengaduan. Dari 8 (delapan) pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Sedangkan pada tahun 2011 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 21 pengaduan. Dari 21 pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Pada tahun 2012 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk dan merupakan wewenang Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 41 pengaduan. Dari 41 pengaduan yang masuk seluruhnya telah ditidaklanjuti oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur atau sebesar 100%. Sedangkan pada Tahun 2013 pengaduan kasus terkait permasalahan lingkungan yang masuk ke Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebanyak 53 (Lima Puluh Tiga) pengaduan. Berdasarkan penelaahan untuk mengklasifikasi jenis 48

64 pengaduan dan kewenangan pengaduan, sebanyak 30 (tiga puluh) pengaduan merupakan kewenangan Kabupaten/ Kota, sebanyak 52 (lima puluh dua) merupakan kewenangan Kabupaten/kota yang diambil alih oleh Provinsi dan 16 (enam belas) pengaduan kewenangan Provinsi yang sudah ditindak lanjuti. Pada tahun 2014 pengaduan masyarakat mengenai kasus lingkungan yang masuk ke BLH Prov. Jatim sebanyak 49 pengaduan. Dari 49 pengaduan tersebut, sebanyak 17 pengaduan merupakan kewenangan Kabupaten/kota sehingga penanganannya diserahkan kepada kabupaten/kota bersangkutan. Sebanyak 19 pengaduan kewenangan kabupaten/kota yang diambil alih oleh BLH Prov. Jatim. Bahkan ada 1 (satu) pengaduan kewenangan Kabupaten/kota yang diambil alih oleh Kementrian Lingkungan Hidup. 1 (satu) pengaduan kewenangan kabupaten/kota dalam proses penyelesaian yang dilakukan oleh BLH. Prov. Jatim. f) Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Program Adipura dikembangkan untuk mendorong Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam mewujudkan kota bersih dan teduh dengan menerapkan prinsip-prinsi good governance. Program Adipura mengedepankan budaya bersih, teduh, indah dan sehat dengan prinsip keberlanjutan yang meliputi menerapkan prinsip menejemen, penguatan komitmen pimpinan daerah dan peningkatan partisipasi masyarakat serta dunia usaha. Kriteria penilaian program Adipura meliputi fisik perkotaan (Perumahan, sarana kota, sarana transportasi, sarana kebersihan dan lain-lain) dan penilaian non fisik (institusi, manajemen, partisipasi). Untuk tujuan tersebut di atas maka pemerintah mengadakan suatu kegiatan yang disebut dengan Adipura. Adipura ini berakhir pada tahun 1997 sejalan dengan berakhirnya pemerintah Orde Baru. Sejak itu, kualitas lingkungan di berbagai daerah menjadi menurun, sehingga pada tahun 2002 atas prakarsa Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) diadakan kegiatan Bangunpraja. Pendekatan kegiatan ini bersifat sukarela, artinya 49

65 bagi kota diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau tidak. Kemudian sejak tahun 2005/2006 program Bangunpraja diganti menjadi Adipura kembali dengan wajah yang baru dari Adipura pada era Orde Baru. Setiap kota yang memenuhi syarat wajib mengikuti kegiatan Adipura. Penilaian Adipura dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada bulan antara September-Oktober, tahap kedua antara bulan Februari-Maret, dan jika lolos dalam tahap kedua kota tersebut masuk dalam tahap verifikasi yang dilakukan antara bulan April-Mei. Tabel 3.8 dibawah ini akan menjelaskan Prosentase Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Tabel 3.8 Kabupaten/kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Indikator Kinerja Jumlah Kabupaten / kota yang mendapatkan penghargaan ADIPURA Sumber : hasil analisa Target (jumlah) Capaian Kinerja (jumlah) Realisasi (Tahun) Pada tahun 2010 Kabupaten /kota yang memperoleh penghargaan ADIPURA sebanyak 33 Kabupaten/Kota, pada Tahun 2011 Provinsi Jawa Timur perolehan penghargaan ADIPURA ini mengalami penurunan menjadi 14 Kabupaten/kota, pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan dengan mendapatkan 35 penghargaan. dan pada tahun 2013 ini provinsi Jawa Timur memperoleh penghargaan sebanyak 37 buah dengan rincian penghargaan Adipura kencana sebanyak 4 Kabupaten/Kota, adipura 50

66 sebanyak 22 Kabupaten/Kota, dan yang memperoleh piagam hanya 1(satu) Kabupaten/kota. Pada tahun 2014 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang memperoleh penghargaan ADIPURA sebanyak 30 Kabupaten/kota.capaian ini belum memenuhi target tahun 2014 yaitu sebanyak 38 kabupaten/kota dengan capaian kinerja sebesar 78.95% dari target yang ingin dicapai. Walaupun demikian Capaian penghargaan ini adalah yang terbanyak diantara Provinsi lainnya di Indonesia. Menurunnya perolehan penghargan ADIPURA Tahun Ini dikarenakan adanya perubahan passing grade penilaian yang semula hanya 74 dinaikan menjadi 75 untuk tahun Capaian Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dibandingkankan dengan Capaian Standart Pelayanan Minimum (SPM) Bidang lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur tahun Dengan membandingkan capaikan Kinerja Indikator kinerja dengan SPM Bidang lingkungan Hidup Provinsi jawa Timur tahun 2014 diharapkan muncul suatu korelasi antara keduanya, sehingga mampu dijadikan masukan untuk perbaikan terutama dalam rangka peningkatan kualitas kinerja. Keduanya merupakan produk yang berbeda namun hasil yang diharapkan dari keduanya adalah untuk perbaikan bidang lingkungan hidup secara menyeluruh. Untuk itu penting rasanya perbandingan ini dilakukan. Dalam rangka pencapaian penerapan standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup daerah Provinsi yang terkait dengan permasalahan lingkungan hidup di daerah Kabupaten/Kota terutama dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis dan pengawasan, jenis pelayanan bidang lingkungan hidup daerah Provinsi lebih ditekankan pada penyampaian informasi antara lain: 1. Informasi status mutu air; 51

67 2. Status mutu udara ambien dan 3. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Dari ketiga jenis pelayanan dasar SPM Bidang Lingkungan Hidup tahun 2014 hanya 2 (dua) jenis pelayanan yang menjadi Indikator Kinerja BLH Prov. Jatim. Kedua jenis pelayanan, yaitu: Informasi status mutu air dan Status mutu udara ambien. Untuk itu didalam pembahasan ini hanya 2 (dua) indikator ini yang akan diperbandingkan. 1. Pelayanan Informasi Status Mutu Air Didalam pelaporan SPM pelayanan informasi status mutu air di Jawa Timur hingga saat ini masih difokuskan pada sumber-sumber air di DAS Brantas. Peningkatan pelayanan informasi dilakukan dengan beberapa upaya sebagai berikut ; 1. Penambahan jumlah sungai yang akan diinformasikan status mutu airnya. 2. Jumlah titik sampling 3. Jumlah parameter yang diukur 4. Jumlah itensitas pengambilan sampel dalam setahun Sedangkan didalam pelaporan LAKIP data yang disajikan adalah kinerja BLH Prov. Jatim didalam meningkatkan kualitas air di DAS Brantas. peningkatan kualitas air di DAS Brantas hanya diukur melalui 2 (Dua) parameter kunci, yaitu BOD dan COD. sehingga data yang tersaji merupakan angka konsentrasi BOD dan COD saja. 52

68 Tabel 3.9 Informasi Status Mutu Air Tahun Sumber data: BLH Prov. Jatim 53

69 Tabel 3.10 Pelayanan Informasi Status Mutu Air Tahun Pelayanan Informasi Status Mutu Air Tahun Sumber data: BLH Prov. Jatim target nasional target provinsi realiasasi 54

BAB III ISU STRATEGIS

BAB III ISU STRATEGIS BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN LAKIP BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROV. JATIM

Bab PENDAHULUAN LAKIP BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROV. JATIM Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terselenggaranya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. LAKIP BLH. PROV. JATIM 2013 Page iv

IKHTISAR EKSEKUTIF. LAKIP BLH. PROV. JATIM 2013 Page iv IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka penyelenggaraan Negara, Pemerintah Propinsi Jawa Timur telah berusaha untuk mewujudkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012 II.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2012 dan Prioritas Renstra Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Bab IV PENUTUP Kesimpulan

Bab IV PENUTUP Kesimpulan Bab IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu urusan wajib dari pemerintah daerah didalam penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN / FORMULASI PENGHITUNGAN. 2 Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Bidang Komunikasi

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN / FORMULASI PENGHITUNGAN. 2 Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Bidang Komunikasi INDIKATOR KINERJA UTAMA Instansi Visi Misi Tugas Fungsi : BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR : Terwujudnya Lingkungan Hidup Jawa Timur Yang Baik dan Sehat : Bersama mewujudkan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2015-2018

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan pernyataan kehendak rakyat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam kerangka pembangunan Good Governance yang berorientasi pada hasil, dan dalam rangka mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 56 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 1. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur Visi Provinsi Jawa Timur : Terwujudnya Jawa Timur Makmur dan Berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi Provinsi

Lebih terperinci

BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan

BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

Bab III AKUNTABILITAS KINERJA

Bab III AKUNTABILITAS KINERJA Bab III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JOMBANG

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JOMBANG BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JOMBANG KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA KERJA BADAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS (RENJA SKPD) TAHUN 2015 HIDUP MUARA BELITI 2014 i DAFTAR ISI Kulit Muka Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jl. Raya Dringu No. 81 Telp/Fax (0335) 433860 website: www.blh.probolinggokab.go.id - email:

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN Renja SKPD atau Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka reformasi birokrasi yang sedang dilaksanakan di Indonesia, penetapan rencana kerja tahunan ini akan sangat mewarnai berbagai kebijakan yang akan diterapkan,

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Tahun 2016,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2016 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, akhirnya Kami

Lebih terperinci

I Pendahuluan 1.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi a. Kepala Badan b. Sekretariat Bidang Tata Lingkungan

I Pendahuluan 1.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi a. Kepala Badan b. Sekretariat Bidang Tata Lingkungan Bab I Pendahuluan Didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIS BADAN LlNGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIS BADAN LlNGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR SASARAN STRATEGIS Terwujudnya pelayanan kesekretariatan yang optimal dalam mendukung peningkatan kinerja PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIS BADAN LlNGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA PAGARALAM PEMERINTAH KOTA PAGARALAM JL. LASKAR WANITA MINTARJO KOMPLEK PERKANTORAN GUNUNG GARE iii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA Pada Tahun 2015 sesuai RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah bermaksud memfokuskan pencapaian sasaran utama yaitu : 1. Meningkatnya kinerja pengelolaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA JAKARTA, MARET 2011 DAFTAR ISI Hal BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Dasar Hukum

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA STAF AHLI WALIKOTA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk A. Latar Belakang Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia menuju

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LAPORAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA (SAKIP)

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LAPORAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA (SAKIP) PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LAPORAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA (SAKIP) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenannya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

BAB. IV VISI DAN MISI. pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapainya. langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kehidupan organisasi

BAB. IV VISI DAN MISI. pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapainya. langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kehidupan organisasi BAB. IV VISI DAN MISI 4.1. Visi dan Misi Visi Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana sebuah organisasi harus di arahkan agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif yang merupakan pedoman dan pendorong

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN III.1. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD BLH Provinsi Tahun 2015 Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang dampaknya berkesinambungan dan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci