PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA"

Transkripsi

1 PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Muhammad Anggi Natapraja

3 ABSTRAK MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA. C Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI. Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta (KPNDP) adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, kegiatan yang dilakukan di galangan kapal KPNDP hanya melayani kegiatan reparasi kapal bagi kapal-kapal yang berada di sekitar Muara Angke dan kapal-kapal yang singgah di Muara Angke. Banyaknya kapal yang melakukan reparasi, menimbulkan antrian di galangan. Lamanya waktu reparasi kapal dan proses antrian tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan para pemilik kapal dan berpengaruh pula pada produktivitas galangan. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya peningkatan teknologi yang dapat memperbaiki mekanisme reparasi kapal dan memperpendek waktu reparasi kapal. Namun sebelumnya, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat teknologi yang ada di galangan kapal KPNDP. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dengan menggunakan studi kasus sebagai metode penelitian di galangan kapal KPNDP. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal di galangan kapal KPNDP. Selanjutnya, untuk menilai tingkat teknologi pada galangan digunakan model teknometrik dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan di galangan, meliputi komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Tahapan reparasi di galangan kapal KPNDP terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Nilai kontribusi komponen technoware memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,328 sedangkan komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar 0,626. Nilai TCC dari galangan kapal KPNDP sebesar 0,415 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi galangan kapal tersebut berada pada level semi modern. Kata kunci : galangan, teknologi, model teknometrik

4 Hak cipta IPB, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke : Muhammad Anggi Natapraja : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Yopi Novita, S.Pi, M.Si. Vita Rumanti K, S.Pi, M.T. NIP: NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc. NIP: Tanggal Lulus: 16 Agustus 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si. dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, M.T. selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian, dan motivasi yang sungguh tidak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung; 2. Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 3. Fis Purwangka, S.Pi, M.Si. selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya; 4. Pak Sidik, Pak Budijanto, Pak Hadinata, Pak Agus, Pak Suaidi, Pak Fusifit dan seluruh staf UPT BTPI serta karyawan di galangan kapal KPNDP atas seluruh bantuannya saat pengambilan data; dan 5. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Agustus 2010 Muhammad Anggi Natapraja

8 UCAPAN TERIMA KASIH 1. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Djauhar Arif dan Ibu R. Tetty Hartiati yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, ketabahannya dan motivasi agar selalu sabar menjalani hidup ini; 2. Kakak dan adik, Adhita Era Fautiah dan Muhammad Aira Syarofal Zein atas kasih sayang, perhatian, dan motivasinya; 3. Ika Fatmawati yang selalu memberi perhatian dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai; 4. Seluruh dosen dan staf Departemen PSP yang telah memberikan arahan dan dukungan guna terselesaikannya penulisan skripsi ini; 5. Teman-teman seperjuangan di Departemen PSP, khususnya Angkatan 42 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini; 6. Achmad Fauzan, Bramantyas Febriyansyah dan Arief Mullah yang bersama penulis saling membantu saat pengambilan data di Muara Angke Jakarta; dan 7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 28 Agustus 1987 dari pasangan Bapak Ahmad Djauhar Arif dan Ibu R. Tetty Hartiati. Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bogor pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Minor Kebijakan Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan periode Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota di organisasi Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) periode Tahun 2008 hingga 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Teknologi tradisional Teknologi modern Galangan Kapal Fasilitas galangan Reparasi kapal Penilaian Teknologi Model Teknometrik Pengukuran komponen teknologi METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Alat Jenis Data Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Analisis deskriptif Model teknometrik KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Organisasi Sumberdaya Manusia Sarana dan Prasarana HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP Tata cara pelayanan reparasi Tahapan reparasi kapal...42 xi ix

11 Halaman 5.2 Tingkat Teknologi di Galangan Kapal KPNDP Estimasi derajat kecanggihan Pengkajian state of the art (SOTA) Penentuan kontribusi komponen Pengkajian intensitas kontribusi komponen Penghitungan TCC KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran...68 DAFTAR PUSTAKA...69 LAMPIRAN...72 x

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Penilaian kualitatif TCC Teknik wawancara berdasarkan komponen teknologi Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Matriks penilaian kriteria komponen technoware Matriks penilaian kriteria komponen humanware Matriks penilaian kriteria komponen infoware Matriks penilaian kriteria komponen orgaware Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen Penilaian kualitatif berdasarkan selangtcc Tingkat teknologi TCC Galangan kapal yang berada di lingkungan UPT BTPI Produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun Alokasi tenaga kerja di galangan kapal KPNDP Peralatan yang digunakan pada galangan kapal KPNDP Waktu pelayanan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware Nilai kontribusi komponen teknologi Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC galangan kapal KPNDP Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Dok Pembinaan UPT BTPI...66 xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi Peta lokasi penelitian Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik Perbandingan produksi galangan kapal KPNDP dengan produksi seluruh galangan di lingkungan UPT BTPI Struktur organisasi galangan kapal KPNDP Layout galangan kapal KPNDP Tata cara pelayanan reparasi di UPT BTPI Diagram alir proses reparasi kapal di galangan kapal KPNDP Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway Posisi kapal di atas slipway Aktivitas dan peralatan yang digunakan pada saat pembersihan Penggantian kayu pada lambung kapal Alat dan bahan pada aktivitas pemakalan Aktivitas pembakaran permukaan kayu pada badan kapal Aktivitas pendempulan pada badan kapal Aktivitas laminasi pada badan kapal Aktivitas pengecatan pada badan kapal...53 xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Data produksi bulanan galangan kapal KPNDP tahun Kondisi galangan kapal KPNDP Contoh Surat Keterangan Naik Dok Contoh blangko pengecekan perbaikan Kapal Matriks penilaian hasil survei kriteria komponen teknologi dan penghitungan rating state of the art Contoh penghitungan kontribusi komponen teknologi Penilaian intensitas kontribusi komponen dan consistency ratio...98 xiii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Galangan kapal merupakan unsur penunjang yang keberadaannya diperlukan sebagai sarana untuk membangun, merawat dan memperbaiki kapal. Salah satu kegiatan yang dilakukan di galangan kapal adalah kegiatan perawatan dan pemeliharaan kapal beserta mesinnya, yang bertujuan untuk menjaga agar kondisi kapal tetap baik. Kondisi kapal yang baik sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan awak kapal selama pengoperasian. Kegiatan perawatan dan pemeliharaan dilakukan dengan pemeriksaan atau pengecekan secara teratur dan terencana, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang fatal. Selain itu, dengan perawatan dan pemeliharaan kapal dan mesinnya, akan dapat menambah umur pakai kapal dan mesin itu sendiri. Galangan memerlukan dukungan sumberdaya manusia dan teknologi yang memadai dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini dikarenakan kemampuan galangan untuk membangun dan mereparasi kapal bergantung kepada sumberdaya manusia dan teknologi yang dimilikinya. Galangan kapal di Indonesia yang memproduksi kapal perikanan pada umumnya didominasi galangan kapal yang dikategorikan sebagai galangan tradisional. Galangan yang dikategorikan sebagai galangan tradisional memiliki teknik atau cara pembuatan kapal yang mengikuti tradisi secara turun-temurun serta tidak memiliki pengaturan pekerjaan dan perencanaan dalam setiap kegiatannya. Umumnya galangan tersebut hanya memakai peralatan sederhana yang sangat sedikit tersentuh oleh teknologi modern dalam proses produksinya. Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta di Muara Angke Jakarta adalah salah satu dari galangan kapal tradisional. Galangan kapal tersebut merupakan salah satu dari empat galangan yang berada di komplek UPT Balai Teknologi Penangkapan Ikan (BTPI) Muara Angke Jakarta. Kegiatan yang dilakukan di galangan kapal tersebut adalah reparasi kapal bagi kapal-kapal yang berada di sekitar Muara Angke dan kapal-kapal yang singgah di Muara Angke. Kegiatan pembangunan kapal sudah tidak dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang relatif tinggi, sehingga minim pembeli. Biaya

16 2 untuk mendatangkan kayu ke galangan ini cukup tinggi, sehingga pembeli beralih ke galangan kapal di daerah lain yang memiliki sumber kayu melimpah dengan harga yang relatif lebih murah. Proses reparasi tiap kapal di galangan kapal KPNDP berbeda-beda tergantung pada kerusakan yang dialami oleh kapal. Demikian juga dengan waktu yang dibutuhkan untuk reparasi kapal. Banyaknya kapal yang melakukan reparasi, menimbulkan antrian di galangan. Lamanya waktu dan proses antrian tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan para pemilik kapal dan tentu saja berpengaruh pula pada produktivitas galangan. Dengan demikian perlu dilakukan upaya peningkatan teknologi yang dapat memperbaiki mekanisme reparasi kapal dan memperpendek waktu reparasi kapal. Namun sebelumnya perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat teknologi galangan kapal KPNDP tersebut. Hal ini bertujuan mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan. Menurut Fuadi (2007), teknologi adalah pengembangan dan penggunaan dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Teknologi dapat diartikan bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan dan pengetahuan tentang apa yang bisa diproduksi. Sebagian besar pandangan orang terhadap teknologi hanya dalam arti sempit, yang hanya memandang teknologi dari segi metode dan keteknikan saja. Sebenarnya teknologi merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponenkomponen perangkat keras dan lunak yang secara totalitas dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan (Jaya, 2004). Oleh karena itu, dalam penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dari empat komponen teknologi, yaitu: technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penilaian tingkat kecanggihan teknologi galangan dilakukan untuk mengukur sejauh mana komponen-komponen teknologi memberikan kontribusi total dalam galangan kapal.

17 3 1.2 Tujuan 1) Mendeskripsikan proses reparasi kapal perikanan di galangan kapal KPNDP Muara Angke Jakarta; dan 2) Menentukan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP Muara Angke Jakarta berdasarkan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada pihak yang terkait yaitu pihak Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengenai tingkat teknologi galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta di Muara Angke Jakarta. Hasil penelitian tingkat teknologi ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan atau masukan bagi pihak galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta untuk pengembangan teknologi dan kemajuan galangan kapal.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan (Maryono & Istiana, 2007). Teknologi dapat dikatakan sebagai sebuah proses kreatif yang melibatkan manusia, pengetahuan, dan sumber-sumber material untuk meningkatkan efisiensi (Hall et al., 1994 vide Indrawati, 2003). Teknologi dalam prosesnya merupakan peralatan dan cara berpikir untuk mempermudah pengadaan, perbaikan atau penyempurnaan suatu industri yang menyatukan tiga unsur sekaligus, yaitu: sumber daya manusia, sumber daya alam dan mesin. Teknologi bertujuan untuk mempercepat proses produksi, memperbesar volume produksi, menyempurnakan hasil produksi, dengan harga produk terendah di pasaran dan selalu mencari perolehan ekonomi yang paling besar (Purwasasmita, 2000). Selain itu teknologi juga dapat diartikan sebagai cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia (Undang-Undang (UU No.18, 2002). Menurut Suryansyah (2005), teknologi dapat berupa teknik, metode atau cara serta peralatan yang dipergunakan untuk menyelenggarakan suatu rancangan transformasi input menjadi output dengan sasaran tertentu yang didasarkan atas hasil ilmu pengetahuan (science) dan rekayasa (engineering) tercapai. Menurut United Nation-Economic and Social Comission for Asia and The Pasific (UN-ESCAP, 1989 vide Budikania, 2008), teknologi terdiri dari empat komponen dasar yang saling terkait dan berinteraksi secara dinamik dalam suatu proses transformasi yang dapat menjelaskan tingkat kecanggihan pemanfaatan suatu teknologi. Adapun keempat komponen tersebut adalah perangkat teknologi (technoware), organisasi (orgaware), tenaga kerja (humanware), dan informasi tentang teknologi yang dimiliki (infoware). Identifikasi tingkat kecanggihan teknologi dapat dilakukan dengan melihat interaksi dinamis yang terjadi di antara

19 5 komponen-komponen tersebut. Gambar interaksi dinamis antara komponen teknologi disajikan pada Gambar 1. 1) Technoware; teknologi yang melekat pada obyek (object embodied technology) meliputi seluruh fasilitas fisik yang diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen, peralatan, permesinan, alat pengangkutan, dan infrastuktur fisik; 2) Humanware; teknologi yang melekat pada manusia (person embodied technology) meliputi seluruh kemampuan (abilities) yang dimiliki dan diperlukan dalam operasi transformasi seperti pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience); 3) Infoware; teknologi yang melekat pada dokumen (document embodied technology) mencakup seluruh fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi transformasi seperti informasi tentang proses (process), prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi, pengamatan (observation), serta keterkaitan (relation); dan 4) Orgaware; teknologi yang melekat pada kelembagaan (institution embodied technology) mencakup kerangka kerja yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek manajemen (management practice), pertalian (linkage) dan pengaturan organisasi (organizational arrangement). Sumber: Indrawati, 2003 Gambar 1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi.

20 6 Pemanfaatan dari empat komponen teknologi tersebut harus berjalan secara efektif pada fasilitas transformasi. Sebagai contoh technoware memerlukan operator dengan kemampuan tertentu. Humanware harus diperbaiki dan ditingkatkan sesuai perkembangan technoware, infoware merupakan akumulasi dari pengetahuan harus selalu ditingkatkan. Sementara itu, keterlibatan orgaware diperlukan untuk menghadapi perubahan lingkungan di luar aktivitas transformasi (UN-ESCAP, 1989 vide Budikania, 2008). Technoware adalah inti dari setiap sistem transformasi yang dikembangkan, diinstalasi, dioperasikan, dan ditingkatkan oleh humanware. Humanware adalah inti dari suatu operasi transformasi, keberadaan humanware mendorong technoware menjadi lebih produktif. Humanware bekerja berdasarkan panduan dari infoware. Ketersediaan infoware dan karakteristik orgaware mempengaruhi tingkat aktivitas yang dapat dilakukan dalam proses transformasi. Humanware turut berperan dalam menghasilkan infoware yang lebih baik guna memperbaiki utilitas technoware. Infoware menggambarkan akumulasi pengetahuan manusia yang selalu berkembang secara berkelanjutan dan perlu diperbaharui dalam menunjang kerja efektif humanware dan technoware. Orgaware diperlukan dalam mengkoordinasi infoware, humanware, dan technoware dalam menjalankan operasi transformasi. Jika efektifitas orgaware meningkat, maka produktivitas dari komponen lainnya cenderung meningkat. Hubungan yang terbentuk diantara komponen-komponen teknologi memiliki dampak terhadap pemilihan teknologi yang digunakan pada fasilitas transformasi (UN-ESCAP, 1989 vide Indrawati, 2003) Teknologi tradisional Menurut Jalius HR (2009), tradisional berasal dari Bahasa Latin: traditio, diteruskan atau kebiasaan. Tradisional adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Istilah tradisional dapat diartikan sebagai sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Tradisional juga dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun atau menurut tradisi (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

21 7 Pengembangan Bahasa, 1999). Teknologi tradisional sesungguhnya adalah teknologi yang sangat sedikit terkena sentuhan teknologi (Sa id et al., 2001). Teknologi yang dimaksud disini adalah masih menggunakan peralatan sederhana atau tradisional, tanpa ada pemutakhiran. Kegiatan atau aktivitasnya masih berpegang teguh pada adat serta kebiasaan yang secara turun temurun dilakukan Teknologi modern Modern adalah sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Menurut Jalius HR (2009), istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti sekarang ini. Kata modern selalu memiliki pengertian yang baru atau mutakhir. Salah satu ciri dari kehidupan modern adalah kesadaran akan suatu cara hidup baru yang lebih baik dan dimiliki bersama serta berlainan dengan cara hidup nenek moyang. Dengan demikian, manusia diharapkan mampu menghasilkan suatu cara, metode ataupun proses baru yang lebih baik dan berbeda dengan cara hidup generasi sebelumnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman. Teknologi mutakhir atau modern adalah teknologi yang sangat mengikuti perkembangan teknologi yang ada (Sa id et al., 2001). Enam ciri utama teknologi modern menurut Suryana (2008), yaitu: 1) Teknologi modern adalah teknologi yang telah melepaskan dirinya dari pasokan energi alam (seperti air dan angin); 2) Teknologi modern lahir oleh hasrat menguasai alam; 3) Teknologi modern dicirikan oleh orientasi yang serba komersial. Orientasi komersial teknologi modern ini dapat dijumpai pada beberapa bidang. Teknologi menjadi sangat bernilai tinggi setelah ia dapat mempercepat dan memperbanyak hasil proses produksi, karena itu teknologi menjadi komoditi yang laku diperjualbelikan. Dengan kata lain, percepatan penemuan dan pengembangan teknologi modern untuk sebagian didorong oleh tuntutan pasar; 4) Teknologi modern dicirikan oleh sistem hak individual yang dilegalisasikan oleh paten. Sistem kepemilikan pada teknologi modern adalah kompensasi biaya dan membutuhkan pendidikan dan

22 8 keterampilan tinggi yang harus dikeluarkan dalam proses menemukan dan mengembangkan teknologi modern; 5) Teknologi modern memiliki nilai jual yang tinggi. Itulah sebabnya banyak yang tidak segan menginvestasikan modal untuk melakukan penelitian dasar agar berhasil menciptakan dan mengembangkan sebuah teknologi baru; dan 6) Teknologi modern menjadi salah satu faktor pendorong ekspansi perusahaan-perusahaan internasional yang telah melampaui kedaulatan negara. Berbagai penemuan dan pengembangan teknologi modern yang terkait dengan proses produksi memungkinkan berbagai perusahaan multinasional membuka pabrik di negara-negara Asia Tenggara setelah ia menerapkan sistem dan berjalan pada manajemen produksinya. 2.2 Galangan Kapal Galangan kapal adalah suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah) (Stroch, 1995). Galangan kapal merupakan bangunan atau tempat yang terletak di tepi pantai perairan laut atau di tepi sungai yang berfungsi sebagai tempat untuk membangun dan memperbaiki atau mereparasi kapal. Pada umumnya, galangan diklasifikasikan sebagai galangan untuk pembangunan baru (shipbuilding yards) yaitu galangan yang memproduksi kapal baru dan galangan untuk perbaikan dan perawatan (shiprepair yards) yang kegiatan utamanya adalah untuk perbaikan dan perawatan kapal atau untuk keduanya (Mazurkiewich, 1981 vide Prawitaningrum, 2002). Menurut Pulungan (1986), lokasi galangan dan dok kapal harus mempunyai nilai strategis untuk keperluan produksi. Oleh karena itu, pembangunan galangan dan dok harus direncanakan pada lokasi yang mempunyai syarat-syarat tertentu, diantaranya : 1) Di sekitar pinggiran pantai atau di muara-muara sungai; 2) Di sekitar laut di mana banyak beropersi kapal-kapal perikanan; 3) Daerah yang dekat dengan ekspor-impor, agar dalam transportasi peralatan yang diimpor semakin cepat penyediaannya; dan

23 9 4) Daerah yang penduduknya banyak dan mempunyai keterampilan dalam industri logam. Hal ini akan mempermudah dalam mendapatkan tenaga kerja, apabila banyak terdapat pesanan Fasilitas galangan Menurut A. Korniak vide Pulungan (1986), untuk kapal-kapal perikanan, ada dua jenis instalasi doking yang sering digunakan, yaitu: 1) Slipway untuk kapal-kapal perikanan yang berukuran sampai 350 GT; dan 2) Dok apung (floating dock) untuk kapal-kapal perikanan yang berukuran sampai 500 GT. Sedangkan jenis instalasi doking terdiri atas tiga macam, yaitu: 1) Dok kolam (graving dock); merupakan suatu bangunan dari beton bertulang dengan bentuk seperti kolam dan dilengkapi dengan pintu kedap di mulut galangan dan pompa sebagai modal utama dalam pengoperasiannya; 2) Dok apung (floating dock); merupakan suatu bangunan dari baja berbentuk ponton dilengkapi pompa dan crane, cara pengoperasiannya dengan mengisi air dan membuang air di dalam tangki dengan alat utama pompa; dan 3) Landasan tarik (slipway); merupakan bangunan beton yang terdiri dari pondasi beton dan diberi rel memanjang dari darat ke laut dengan ukuran sesuai dengan ketentuan. Landasan tarik terdiri dari dua macam, yaitu : landasan tarik melintang dan landasan tarik membujur. Kedua jenis landasan tarik ini biasanya digunakan untuk perawatan dan perbaikan kapal-kapal yang berukuran kecil (Hartati, 1995). Menurut Storch et al. (1995), suatu galangan kapal pada umumnya mempunyai beberapa fasilitas khusus ditata untuk memfasilitasi aliran bahan dan rakitan. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh galangan kapal adalah sebagai berikut: 1) Kantor; 2) Fasilitas perancangan; 3) Gudang material; 4) Bengkel pelat dan pipa; 5) Bengkel mesin dan listrik;

24 10 6) Tempat untuk pembangunan kapal; dan 7) Tempat untuk mereparasi kapal Reparasi kapal Menurut Aurelia (1997), kegiatan-kegiatan reparasi atau perbaikan dan perawatan kapal di galangan meliputi: 1) Perbaikan badan kapal, yaitu dengan memakai dempul pada sambungansambungan antar papan yang bocor; 2) Perawatan kapal, berupa bottom cleaning dan pengecatan ulang yang dilakukan secara berkala setiap tiga bulan; dan 3) Perbaikan dan perawatan mesin, meliputi skir klep, over haul, perbaikan panel listrik, dinamo genset dan lain-lain. Perbaikan kapal adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kapal, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membuat atau mempersiapkan kapal kembali dalam kondisi semula atau normal, agar dapat dioperasikan kembali (Japan International Coorporation Agency, 1991 vide Prawitaningrum, 2002). Kapal-kapal yang sudah dibangun akan membutuhkan fasilitas reparasi (dockyard) yang baik dari segi teknis dan dekat dengan tempat pemeliharaan dan reparasi kapal (Pulungan, 1986). Menurut Korniak (1970) vide Pulungan (1986), kebutuhan untuk perbaikan kapal timbul karena: 1) Keusangan normal akibat umur kapal yang lanjut; 2) Kesalahan operasi dan prosedur pemeliharaan; 3) Mutu material yang jelek digunakan untuk konstruksi; 4) Mutu bahan bakar (minyak dan pelumas) yang jelek; dan 5) Bencana alam. Menurut Fauziyah (1997), klasifikasi perbaikan kapal dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Badan kapal; meliputi perbaikan kapal pada umumnya (perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan);

25 11 2) Mesin kapal; meliputi perbaikan mesin utama dan mesin bantu, instalasi pipa, cerobong dan tangki-tangki, instalasi dan perawatan elektrik, serta peralatan pengukur; dan 3) Instalasi khusus; meliputi perbaikan alat penangkap ikan, peralatan navigasi dan penelitian, instalasi pendingin, instalasi pengangkutan, dan perlengkapan processing hasil tangkapan. Perawatan atau pemeliharaan kapal dimaksudkan untuk menjaga agar kapal selalu dalam keadaan baik, bersih dan rapi, baik bagian dalam maupun bagian luar kapal, serta untuk menjaga keamanan dan kesinambungan operasi penangkapan. Bahan kapal terutama yang terbuat dari kayu akan cepat lapuk karena pengaruh air laut dan binatang-binatang laut yang menempel, seperti kapang dan teritip (Simbolon vide Sutyawan, 1998). Menurut Simbolon (1992) vide Fauziyah (1997), perawatan kapal baik untuk kapal kayu maupun kapal besi pada umumnya terdiri dari empat bagian utama, yaitu: pemeliharaan rutin, pemeliharaan tahunan, dok besar, dan pemeliharaan darurat. Penguraian keempat bagian tersebut sebagai berikut: 1) Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap hari baik saat kapal berada di pelabuhan maupun sedang berlayar atau berada di tengah laut. Perawatan tersebut meliputi: a. Kebersihan dek (penyiraman dek) yang dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari; b. Pembersihan dinding-dinding kapal dan bagian luar kapal lainnya; dan c. Pemeliharaan alat-alat perlengkapan kapal tetap, alat navigasi, alat penangkap ikan, alat penolong dan alat lainnya yang bersifat mudah aus (korosif). 2) Pemeliharaan tahunan adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh bagian kapal baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air serta pengecatan kapal. Periodenya adalah bulan sekali. Perawatan itu meliputi: a. Pembersihan buritan dan pengecatan seluruh bagian kapal; dan b. Pemeriksaan kulit kapal, mesin induk dan mesin bantu, alat-alat navigasi, alat tangkap beserta alat bantunya, dan perlengkapan kapal tetap.

26 12 3) Dok besar dilakukan empat kali setahun. Perawatan itu meliputi: a. Pemeriksaan atau pengeboran kulit kapal dan penggantian kulit kapal bila perlu; b. Semua pekerjaan dalam pemeliharaan tahunan; dan c. Overhaul mesin induk, mesin bantu, dan peralatan lainnya. 4) Pemeliharaan darurat adalah perawatan dalam keadaan darurat, misalnya terjadi kerusakan akibat tabrakan, kandas, dan lain-lain. Pemeliharaan darurat dilakukan jika perlu, sesuai dengan kerusakan kapal. Lebih lanjut lagi disebutkan bahwa selambat-lambatnya 1 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat kesempurnaan, kapal sebaiknya direparasi sebagai syarat untuk mengajukan permintaan sertifikat kesempurnaan yang baru. Menurut Simbolon vide Sutyawan (1998), pada kapal kayu terdapat pemeliharaan periodik yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi: 1) Mencuci bagian buritan kapal 2) Mengganti kulit kayu yang sudah busuk atau rusak akibat dimakan oleh binatang-binatang air. 3) Pengecatan semua bagian kapal, khususnya yang berada di bawah garis air. Dilakukan sebelum turun dok, menggunakan ter atau anti teritip (anti fauling). 4) Pemeriksaan atau perbaikan mesin, misalnya mengganti suku cadang. Ketika melakukan proses reparasi kapal, pada umumnya bagian kapal yang sering mengalami pergantian kayu adalah lunas kapal. Hal ini disebabkan pada bagian tersebut merupakan bagian yang mengalami resistance yang besar. Kerusakan lain terjadi pada bagian lambung kapal, bagian buritan dan haluan kapal, sehingga harus mengalami pergantian kayu (Fauziyah, 1997). 2.3 Penilaian Teknologi Penilaian teknologi merupakan tinjauan teknologi yang teratur tentang kekuatan dan kelemahan teknologi yang berkaitan dengan produk dan proses (dalam konteks bisnis saat ini dan di masa mendatang). Penilaian teknologi dapat berupa: melakukan pemeriksaan dan audit terhadap teknologi yang digunakan serta melakukan perbandingan dengan dasar bench-marking antara teknologi yang digunakan terhadap praktek industri terbaik. Penilaian teknologi menurut Lowe (1995), bertujuan untuk:

27 13 1) Menjelaskan dan menilai teknologi yang sedang digunakan; 2) Melakukan evaluasi biaya dan nilai tambah dari teknologi yang digunakan; 3) Melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari operasi teknologi perusahaan; 4) Menunjukkan cara membangun atau meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan yang lebih baik dari teknologi yang ada; 5) Melakukan identifikasi teknologi yang ada dan tersedia yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam produk dan operasi bisnisnya; 6) Menentukan dampak dan nilai tambah dari suatu penggunaan teknologi baru (dampak teknologi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat); dan 7) Menilai pilihan teknologi yang mungkin bagi perusahaan. Menurut Dussage (1997), audit teknologi merupakan proses identifikasi dan evaluasi kemampuan teknologi suatu perusahaan. Audit teknologi bertujuan untuk: 1) Mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan; 2) Melakukan bench-marking antar perusahaan serta evaluasi posisi persaingan perusahaan dan mendorong peningkatan kinerja yang berkelanjutan; dan 3) Mendefinisikan jasa yang ditawarkan oleh infrastruktur teknologi, konsepsi program dan orientasi kebijakan perusahaan terhadap industri, sehingga mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan riil perusahaan. Penilaian teknologi dapat menggunakan beberapa pendekatan model, diantaranya adalah model teknometrik (UN-ESCAP,1989), model audit teknologi (GRACIA- ARREOLA), dan model audit teknologi (SELADA-VELOSO). Pada penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dengan menggunakan model teknometrik.

28 Model Teknometrik UN-ESCAP (1989) menjelaskan bahwa model teknometrik adalah model yang digunakan untuk menilai dan mengukur kandungan teknologi. Model teknometrik mengukur kontribusi gabungan dari masing-masing komponen teknologi menuju pada kecanggihan teknologi yang dioperasikan pada fasilitas transformasi. Selain itu, model ini menilai empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Model ini digunakan untuk menilai dan mengukur kandungan teknologi melalui keempat komponen teknologi menurut United Nation-Economic and Social Commision for Asia and the Pasifik (UN- ESCAP, 1989 vide Hany, 2000). Teknologi merupakan alat yang sangat vital dan sangat berperan. Technoware membutuhkan humanware dengan kemampuan tertentu, begitu juga humanware harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan technoware. Infoware sebagai suatu informasi yang memberikan pemahaman dan peningkatan kinerja juga perlu secara teratur diperbaharui, sedangkan orgaware perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi Pengukuran komponen teknologi Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang disebut TCC dalam suatu fasilitas transformasi dan diberikan menurut persamaan (UN-ESCAP 1989): TCC = T βt H βh I βi O βo...(1) Dimana T, H, I, O adalah kontribusi dari masing-masing komponen teknologi dan β merupakan intensitas kontribusi dari masing-masing komponen terhadap koefisien TCC. TCC tidak memungkinkan bernilai nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Menurut UN-ESCAP (1989) vide Hany (2000), terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai T, H, I, O, β t, β h, β i, β o, yaitu:

29 15 1) Estimasi derajat kecanggihan Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Penentuannya dilakukan dengan cara: a. Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi dilakukan dengan pengamatan kualitatif komponen teknologi dan pengumpulan informasi teknologi yang relevan dengan penggunaan teknologi; b. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk infoware dan orgaware evaluasi dilakukan pada tingkat perusahaan; dan c. Penentuan batas bawah dan batas atas derajat kecanggihan masing-masing komponen teknologi. 2) Pengkajian state of the art State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Menurut Hany (2000), penentuan status komponen teknologi terhadap state of the art-nya memerlukan pengetahuan teknis yang dalam. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji state of the art komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik. Generik adalah kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating state of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor nol untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Skor untuk nilai spesifikasi diantaranya dilakukan dengan bantuan interpolasi. 3) Penentuan kontribusi komponen Kontribusi komponen ditentukan dengan menggunakan nilai-nilai yang telah diperoleh dari batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai kontribusi merupakan nilai yang dapat digunakan untuk menduga besarnya kontribusi masing-masing komponen teknologi terhadap nilai TCC. 4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen Intensitas kontribusi komponen dapat dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Prosedur estimasinya sebagai berikut: a. Keempat komponen teknologi diatur secara hierarki dengan urutan kepentingan meningkat. Nilai β yang berkaitan dengan komponenkomponen ini diatur dalam urutan kepentingan yang sama;

30 16 b. Nilai-nilai tersebut ditransformasikan ke dalam prosedur perbandingan berpasangan; dan c. Perbandingan berpasangan harus memenuhi syarat konsistensi, artinya memenuhi aturan ordinal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila suatu komponen memiliki urutan tingkat kepentingan lebih besar dari komponen lainnya, maka β komponen tersebut akan lebih besar dari yang lainnya. 5) Penghitungan TCC Berdasarkan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, koefisien kontribusi teknologi (TCC) dapat dihitung. Nilai TCC maksimum satu. Nilai TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Wiraatmaja dan Ma ruf (2004), nilai dari TCC dapat menunjukkan level teknologi pada suatu perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Penilaian kualitatif TCC Nilai TCC Klasifikasi 0,1 Sangat rendah 0,3 Rendah 0,5 Wajar 0,7 Baik 0,9 Sangat baik 1,0 Kecanggihan mutakhir Sumber: Wiraatmaja dan Ma ruf, 2004

31 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield vide Nazir (2003), studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personal. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008 hingga Desember 2009, mulai dari pengambilan data sampai pengolahan data. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 dan bulan Oktober 2009 di Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) Muara Angke, Jakarta. Pengolahan data dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai Desember Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Peta lokasi penelitian

32 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner dan kamera digital. Obyek penelitian adalah galangan kapal KPNDP DKI Jakarta di Muara Angke. 3.3 Jenis Data Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan sesuai dengan tujuan studi. Data primer terdiri atas: 1) Data keadaan umum galangan kapal; 2) Data aktivitas reparasi kapal; dan 3) Data yang terkait dengan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware di galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu sumber publikasi (pihak lain yang mengumpulkan dan mengolahnya). Data sekunder yang dikumpulkan berupa data produktivitas galangan kapal KPNDP. 3.4 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan narasumber yaitu manajer dan para pekerja yang bekerja di galangan kapal tersebut. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai teknik reparasi kapal serta komponen teknologi dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Data yang berhubungan dengan komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware didapatkan dengan melakukan wawancara kepada narasumber seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Teknik wawancara berdasarkan komponen teknologi Penilaian Komponen Jenis Responden Jumlah Technoware Seluruh pekerja 17 Humanware Seluruh pekerja 17 Infoware Seluruh pekerja 17 Orgaware Manajer, korlap, mandor 3

33 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil wawancara dengan narasumber berdasarkan jenis komponen teknologi ke dalam tabel penilaian dasar komponen teknologi. Pengelompokan data tersebut dimaksudkan untuk kemudian dilakukan analisis data (tabulasi data). 3.6 Analisis Data Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Menurut Sevilla et al. (2003), tujuan utama dari deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari sutu gejala tertentu. Dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan proses reparasi kapal perikanan di galangan kapal KPNDP Model teknometrik Penilaian tingkat teknologi galangan kapal KPNDP DKI Jakarta diukur dengan menggunakan model teknometrik (UN-ESCAP 1989). Model ini menilai tingkat teknologi berdasarkan empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) dalam suatu fasilitas transformasi. Kriteria komponen teknologi yang diteliti mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Wiraatmaja dan Ma ruf (2004). Terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai TCC, yaitu: 1) Estimasi derajat kecanggihan; 2) Pengkajian state of the art; 3) Penentuan kontribusi komponen; 4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen; dan 5) Penghitungan TCC.

34 20 1) Estimasi derajat kecanggihan Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Estimasi derajat kecanggihan dilakukan dengan mengacu pada salah satu prosedur yang diusulkan UN-ESCAP (1989). Untuk menentukan derajat kecanggihan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi Derajat Kecanggihan Komponen Teknologi Technoware Humanware Infoware Orgaware Fasilitas manual Kemampuan Fakta Kerangka (manual mengoperasikan pengenalan kerja usaha facilities) (operating (familianzing (striving abilities) facts) frameworks) Fasilitas tenaga Kemampuan Fakta Kerangka penggerak memasang penguraian kerja ikatan (power (setting-up (describing (tie-up facilities) abilities) facts) frameworks) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka serbaguna mereparasi pengkhususan kerja (general (repairing (specifying fact) bertindak purpose abilities) berani facilities) (venturing frameworks) Fasilitas penggunaan khusus (special purpose facilities) Fasilitas otomatisasi (automatic facilities) Fasilitas terkomputerisasi (computerized facilities) Fasilitas integrasi (integrated facilities) Sumber: Indrawati, 2003 Kemampuan reproduksi (reproducing abilities) Kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities) Kemampuan mengembangkan (improving abilities) Kemampuan inovasi (innovation abililities) Fakta penggunaan (utilizing facts) Fakta pemahaman (comprehending facts) Fakta pembiasaan (generalizing facts) Fakta pengkajian (assessing facts) Kerangka kerja proteksi (protecting frameworks) Kerangka kerja stabilitasi (stabiling frameworks) Kerangka kerja perluasan cakrawala (prospecting frameworks) Kerangka kerja memimpin (leading frameworks) Skor

35 21 Tabel 3 digunakan untuk menentukan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit) setiap komponen teknologi. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk komponen infoware dan orgaware dilakukan pada tingkat perusahaan. Transformasi dalam hal ini adalah proses reparasi kapal. Nilai batas bawah menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling rendah (sederhana) pada masing-masing komponen teknologi. Sementara itu, nilai batas atas menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling tinggi (kompleks) pada masing-masing komponen teknologi. Sebagai contoh seperti pada Tabel 3 derajat kecanggihan di atas, komponen technoware yang masih menggunakan fasilitas manual saja, tanpa dilengkapi fasilitas lainnya yang lebih kompleks memiliki nilai batas bawah 1 dan batas atas 3. Sedangkan untuk komponen technoware yang memiliki fasilitas manual tersebut dan dilengkapi dengan fasilitas tenaga penggerak maka nilai batas bawahnya adalah 1 dan nilai batas atasnya 4. Prosedur ini berlaku juga untuk ketiga komponen teknologi lainnya. Nilai batas bawah dan batas atas ini nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai kontribusi masing-masing komponen teknologi. Nilai dari batas bawah dan batas atas kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 4. Tabel 4 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Limit Komponen Lower Upper Technoware LT: UT: Humanware LH: UH: Inforware LI: UI: Orgaware LO: UO: Keterangan: LT = batas bawah technoware LI = batas bawah infoware UT = batas atas technoware UI = batas atas infoware LH = batas bawah humanware LO = batas bawah orgaware UH = batas atas humanware UO = batas atas orgaware

36 22 2) Pengkajian state of the art (SOTA) State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Sebelum dilakukan pengkajian terhadap rating state of the art setiap komponen teknologi, terlebih duhulu dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada setiap komponen teknologi. Kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan 8. Tabel 5 Matriks penilaian kriteria komponen technoware Kriteria Komponen No Technoware 1 Tipe mesin yang digunakan 2 Tipe proses yang diterapkan 3 Tipe operasi yang diselenggarakan 4 Rata-rata kesalahan yang terjadi pada saat reparasi kapal 5 Frekuensi untuk perawatan mesin 6 Keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin 7 Pemeriksaan pada setiap pekerjaan Keterangan Manual (0); mekanik (5); otomatis (10) Sederhana: hanya satu operasi diterapkan dalam tiap proses (2,5); kombinasi lebih dari satu operasi yang sama pada satu pekerjaan (5); kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan (7,5); progresif: lebih dari satu operasi yang diselenggarakan paralel pada pekerjaan yang berbeda pos (10) Tiap poin 2,5: pemotongan; pembengkokkan; penggambaran; penekanan 0% (10); 6-10% (5); 25%(0) Pemeliharaan preventif (10); sering tetapi tidak secara periodik (5); pemeliharaan pemulihan (0) Tidak perlu keahlian teknis (10); perlu tingkat keterampilan tertentu (5); perlu keahlian teknis yang spesifik (0) Pemeriksaan terkomputerisasi (10); pemeriksaan manual (5); tidak diperlukan pemeriksaan (0) Skor 8 Pengukuran pada setiap pekerjaan 9 Tingkat keselamatan dan keamanan kerja Sumber: Wiraatmaja dan Ma ruf, 2004 Kompleks dan terkomputerisasi (10); sederhana dan sketsa tangan (0) Aman (10); wajar (5); bahaya (0)

37 23 Tabel 6 Matriks penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen Humanware Keterangan 1 Kesadaran dalam tugas Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0) 2 Kesadaran kedisiplinan dan Sangat tinggi (10); rata-rata (5); tanggung jawab sangat rendah (0) 3 Kreativitas dan inovasi dalam Sangat tinggi (10); rata-rata (5); menyelesaikan masalah sangat rendah (0) 4 Kemampuan memelihara Sangat tinggi (10); rata-rata (5); fasilitas produksi sangat rendah (0) 5 Kesadaran bekerja dalam Sangat tinggi (10); rata-rata (5); kelompok sangat rendah (0) 6 Kemampuan untuk memenuhi 100% (10); <50% (0) tanggal jatuh tempo 7 Kemampuan untuk Sangat tinggi (10); rata-rata (5); menyelesaikan masalah sangat rendah (0) perusahaan 8 Kemampuan bekerja sama Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0) 9 Kepemimpinan Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0) Sumber: Wiraatmaja dan Ma ruf, 2004 Skor Tabel 7 Matriks penilaian kriteria komponen infoware No Kriteria Komponen Infoware Keterangan Skor 1 Bentang informasi manajemen Bentang informasi termasuk perusahaan eksternal (10); informasi sebagian (5); bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal (0) 2 Perusahaan menginformasikan Selalu (10); tidak pernah (0) masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan 3 Jaringan informasi di dalam Online (10); offline (0) perusahaan 4 Prosedur untuk komunikasi Mudah dan transparan (10); antara anggota di perusahaan 5 Sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan 6 Penyimpanan dan pengambilan informasi kembali Sumber: Wiraatmaja dan Ma ruf, 2004 rumit (0) Akses global (10); akses nasional (7.5); akses lokal (5); tidak ada (0) Terkomputerisasi (10); manual (5); tidak terarsip (0)

38 24 Tabel 8 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware No Kriteria Komponen Orgaware Keterangan Skor 1 Otonomi perusahaan Otonomi penuh (10); kontrol dari perusahaan induk (0) 2 Visi perusahaan Mengorientasi masa depan (10); tidak ada (0) 3 Kemampuan perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas 4 Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif 5 Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal 6 Kemampuan perusahaan untuk bekerjasama dengan supplier 7 Kemampuan perusahaan untuk memelihara hubungan dengan pelanggan Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) 8 Kemampuan perusahaan untuk mendapat dukungan sumberdaya dari luar Sumber: Wiraatmaja dan Ma ruf, 2004 Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Penentuan skor pada tabel di atas berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan wawancara. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan state of the art komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik, yaitu kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor 0 untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Penilaian kriteria dimana skornya tidak tertera pada acuan, maka dilakukan interpolasi dari nilai yang ada di atas dan bawahnya. Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing kriteria komponen teknologi di atas, maka pengkajian state of the art dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut:

39 25 Technoware ST 1 = 1 10 k t kt ik...(2) k = 1,2,...,k t k t = Jumlah kriteria komponen technoware Dimana t ik adalah nilai kriteria ke-k dari technoware kategori i. Humanware SH j = 1 10 l hij lh...(3) l = 1,2,...,l h l h = Jumlah kriteria komponen humanware Dimana h ij adalah nilai kriteria ke-i dari humanware kategori j. Infoware SI = 1 10 fm.....(4) mf m m = 1,2,3,...,m f m f = Jumlah kriteria komponen infoware Dimana f m adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat perusahaan. Orgaware SO = 1 10 on...(5) no n n = 1,2,3,...,n o n o = Jumlah kriteria komponen orgaware Dimana O n adalah nilai kriteria ke-n dari orgaware pada tingkat perusahaan.

40 26 Pembagian state of the art dengan angka 10 pada keempat persamaan di atas bertujuan untuk menormalisasi penilaian menjadi berkisar antara 0 dan 1, sekaligus menyatakan bahwa kriteria yang digunakan memiliki bobot yang sama. 3) Penentuan nilai kontribusi setiap komponen: Penentuan nilai kontribusi setiap komponen dilakukan dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art yang diformulasikan dalam persamaan berikut: T = 9 1 LT + ST(UT LT) (6) H = 9 1 LH + SH(UH LH). (7) I = 9 1 LI + SI(UI LI).. (8) O = 9 1 LO + SO(UO LO). (9) Keterangan: LT = batas bawah technoware ST = SOTA technoware UT = batas atas technoware LH = batas bawah humanware SH = SOTA humanware UH = batas atas humanware LI = batas bawah infoware SI = SOTA infoware UI = batas atas infoware LO = batas bawah orgaware SO = SOTA orgaware UO = batas atas orgaware Nilai T menunjukkan kontribusi dari komponen technoware, nilai H menunjukkan kontribusi dari setiap komponen humanware, nilai I menunjukkan kontribusi komponen infoware, serta nilai O menunjukkan kontribusi komponen orgaware. Penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai batas atas dan batas bawah pada komponen teknologi adalah berdasarkan kriteria skor derajat kecanggihan. Kriteria pada batas bawah diberi skor 1 untuk spesifikasi terendah dan pada batas atas diberi skor 9 untuk spesifikasi terbaik. Pembagian dengan angka 9 dilakukan agar kontribusi oleh setiap komponen pada state of the art bernilai satu.

41 27 4) Penilaian intensitas kontribusi komponen Data intensitas kontribusi komponen teknologi diperoleh dengan melakukan wawancara dimana yang menjadi narasumber yaitu manajer galangan mengenai tingkat kepentingan dari komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Penghitungan nilai intensitas kontribusi masing-masing komponen teknologi dilakukan dengan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process). Tabel 9 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen Intensitas Kepentingan Definisi 1 Sama pentingnya 3 Agak lebih penting daripada 5 Lebih penting daripada 7 Jauh lebih penting daripada 9 Mutlak lebih penting daripada Nilai tengah diantara dua 2,4,6,8 pendapat yang berdampingan Sumber: Saaty, 1991 Keterangan Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan Suatu aktivitas secara tegas memiliki kepentingan yang paling tinggi Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat kepentingannya Penghitungan nilai intensitas kontribusi menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess). Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbaikan penilaian kepentingan oleh manajer galangan dilakukan dengan konsisten atau tidak, dengan ketentuan sebagai berikut:

42 28 CR 0,1 : konsisten CR > 0,1 : tidak konsisten 5) Penghitungan TCC Dengan menggunakan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, technology coefficient contribution (TCC) dapat dihitung menggunakan persamaan: TCC = T βt H βh I βi O βo.(10) Keterangan: TCC = technology contribution coefficient T = nilai kontribusi komponen technoware βt = nilai intensitas kontribusi komponen technoware H = nilai kontribusi komponen humanware βh = nilai intensitas kontribusi komponen humanware I = nilai kontribusi komponen infoware βi = nilai intensitas kontribusi komponen infoware O = nilai kontribusi komponen orgaware βo = nilai intensitas kontribusi komponen orgaware Nilai TCC tidak memungkinkan nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Nilai TCC maksimum satu. TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Fauzan et al. (2009), nilai TCC dapat akan dibandingkan dengan Tabel 10 dan Tabel 11 yang merupakan modifikasi dari Tabel 1. Tabel 10 Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC Nilai TCC Klasifikasi 0<TCC 0,1 Sangat rendah 0,1<TCC 0,3 Rendah 0,3<TCC 0,5 Wajar 0,5<TCC 0,7 Baik 0,7<TCC 0,9 Sangat baik 0,9<TCC 1,0 Kecanggihan mutakhir Sumber: Fauzan et al. (2009)

43 29 Tabel 11 Tingkat teknologi TCC Nilai TCC Tingkat teknologi 0<TCC 0,3 Tradisional 0,3<TCC 0,7 Semi modern 0,7<TCC 1,0 Modern Sumber: Fauzan et al. (2009) Secara sistematis, prosedur penghitungan nilai TCC disajikan pada Gambar 3. Identifikasi komponen Kriteria penentuan derajat kecanggihan Kriteria penilaian state Penentuan intensitas kontribusi Penentuan derajat kecanggihan komponen teknologi Penentuan state of the art komponen teknologi Penentuan kontribusi komponen teknologi (T,H,I,O) Penghitunga n Gambar 3 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik.

44 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI Muara Angke). Galangan ini berada di wilayah komplek UPT. Balai Teknologi Penangkapan Ikan (BTPI) Muara Angke. Jumlah galangan kapal yang berada di lingkungan UPT. BTPI sebanyak empat galangan. Keempat galangan tersebut adalah Dok Pembinaan UPT BTPI, Fan Marine Shipyard (FMS), Karya Teknik Utama (KTU), dan Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP). Seluruh galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi kapal. Galangan kapal KPNDP merupakan satu dari empat galangan yang aktif melayani kegiatan reparasi kapal. Galangan kapal KPNDP sudah tidak melakukan kegiatan membangun kapal. Tidak adanya aktivitas tersebut disebabkan tingginya biaya produksi untuk membangun kapal. Kayu sebagai bahan baku utama untuk pembuatan kapal kayu didatangkan dari luar Jakarta. Kayu tersebut dipesan dari pulau Kalimantan. Hal tersebut yang mengakibatkan harga kayu menjadi semakin mahal. Oleh karena itu, banyak pembeli yang memesan kapal di daerah yang memiliki sumber kayu lebih melimpah, sehingga harga kapal menjadi lebih murah. Kemampuan galangan kapal KPNDP berbeda dengan galangan-galangan yang berada di komplek UPT BTPI. Galangan kapal KPNDP merupakan salah satu galangan di lingkungan UPT BTPI yang memiliki kapasitas terpasang paling besar sehingga mampu menaikan kapal dengan bobot mencapai 200 GT. Hal ini berarti bahwa kapal-kapal dengan bobot di atas 200 GT tidak dapat dilayani di galangan ini. Sesuai dengan jumlah slipway yang dimiliki, jumlah kapal yang dapat dilayani di galangan ini maksimal sepuluh kapal. Empat kapal untuk kapal besar atau di atas 30 GT, dan enam kapal untuk kapal-kapal di bawah 30 GT. Galangan ini umumnya melayani kapal yang terbuat dari kayu dan merupakan kapal perikanan yang mempunyai home base di PPI Muara Angke. Namun, tidak menutup kemungkinan juga melayani kapal fiber atau kapal kayu yang dilaminasi

45 31 dengan fiber. Kapal-kapal tersebut umumnya berasal dari luar PPI Muara Angke. Kapal-kapal di Muara Angke umumnya memiliki bobot 30 GT dan merupakan kapal kayu. Beberapa galangan kapal berserta jenis kegiatan, kapasitas, fasilitas dan jumlah slipway yang berada di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Galangan kapal yang berada di lingkungan UPT BTPI Nama galangan Jenis kegiatan Kapasitas Fasilitas yang dimiliki Jumlah Slipway KPNDP Reparasi kapal 10 kapal Slipway, kantor, mess karyawan dan gudang 8 buah Dok. Pembinaan Reparasi kapal 6 kapal Slipway, kantor, bengkel bubut, las dan bongkar pasang mesin (overhaul) 3 buah FMS Reparasi kapal 6 kapal Slipway, kantor 4 buah KTU Reparasi kapal 5 kapal Slipway, kantor bengkel las, bubut, bongkar pasang mesin (overhaul) 4 buah Galangan kapal KPNDP merupakan galangan yang menjadi tujuan bagi para pemilik kapal untuk mereparasi kapal, khususnya kapal-kapal yang memiliki bobot antara GT. Hal ini dikarenakan galangan kapal KPNDP salah satu galangan di komplek UPT BTPI yang memiliki fasilitas untuk melayani kapalkapal dengan ukuran yang besar. Tidak jarang kapal-kapal tersebut harus mengantri beberapa hari untuk mendapatkan layanan reparasi kapal di galangan ini. Data produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Tabel 13.

46 32 Tabel 13 Produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2008 No Bulan 1 s.d 10 (GT) 11 s.d 20 (GT) 21 s.d 30 (GT) KPNDP 31 s.d 50 (GT) > 50 (GT) Jumlah 1 s.d 10 (GT) 11 s.d 20 (GT) Seluruh Galangan 21 s.d 30 (GT) 31 s.d 50 (GT) > 50 (GT) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009 Jumlah Galangan kapal KPNDP mempunyai nilai produksi yang lebih tinggi diantara galangan-galangan yang berada di lingkungan UPT BTPI. Berdasarkan data produksi galangan kapal KPNDP yang ditunjukkan pada Lampiran 1, diketahui bahwa rata-rata setiap bulannya dapat melayani 28 kapal, dengan jumlah tertinggi pada bulan Februari sebanyak 32 kapal dan terendah pada bulan Desember sebanyak 22 kapal. Jenis kapal yang direparasi adalah kapal perikanan dan kapal non perikanan yang memiliki volume 200 GT. Kapal-kapal yang direparasi tersebut berasal dari PPI Muara Angke, PPS Muara Baru, dan kapalkapal lainnya yang berasal dari luar Jakarta yang sedang singgah atau bongkar muat di PPI Muara Angke. Setelah proses reparasi selesai dilakukan biasanya tidak pernah ada keluhan dari pemilik kapal, namun jika dihitung dalam satu tahun rata-rata galangan kapal KPNDP mendapat keluhan dari empat pemilik kapal yang kapalnya masih mengalami kebocoran setelah direparasi. Kebocoran tersebut dapat disebabkan kurang sempurnanya proses pemakalan atau kebocoran pada saat peluncuran

47 33 kapal. Grafik perbandingan produksi galangan kapal KPNDP dengan produksi galangan-galangan di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 4. Jumlah kapal KPNDP Pembinaa F M S K T U Gambar 4 Perbandingan produksi galangan kapal KPNDP dengan produksi galangan-galangan di lingkungan UPT BTPI. Tingginya jumlah produksi ini disebabkan oleh jumlah slipway dan tenaga kerja yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP. Galangan kapal KPNDP memiliki jumlah slipway paling banyak dibandingkan dengan galangan lainnya, sehingga dapat menaikan kapal ke atas slipway dengan jumlah banyak. Para pemilik kapal telah mengetahui kualitas dan pelayanan yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP. Oleh karena itu, banyak para pemilik kapal yang mereparasi kapalnya di galangan kapal KPNDP. Waktu yang dibutuhkan untuk reparasi kapal disetiap galangan berbedabeda. Fasilitas yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP memungkinkan galangan tersebut mampu mereparasi kapal dalam waktu yang lebih singkat. Waktu reparasi untuk kapal yang memiliki bobot di bawah 30 GT mencapai 3 hari dan kapal dengan bobot 30 GT GT mencapai 15 hari. Sementara itu, waktu mereparasi kapal di galangan lainnya dengan bobot yang sama dapat mencapai 6-20 hari. Enam hari untuk mereparasi kapal yang memiliki bobot di bawah 30 GT dan dua puluh hari untuk mereparasi kapal dengan bobot 30 GT GT.

48 34 Kualitas pelayanan yang diberikan oleh galangan kapal KPNDP cukup baik, terbukti dengan minimnya keluhan dari para pelanggan. Bahkan di antara mereka justru mempromosikan galangan kapal KPNDP. Dalam rangka memenuhi kebutuhan material, galangan kapal KPNDP tidak terikat dengan pemasok (supplier) tertentu. Hal ini dikarenakan kebutuhan material dibeli langsung oleh pemilik kapal. Seluruh kebutuhan untuk melakukan reparasi seperti jasa perbengkelan dan toko suku cadang sudah ada di lingkungan UPT BTPI, sehingga pemilik kapal mudah untuk memenuhi kebutuhan reparasi kapal. 4.2 Organisasi Galangan kapal KPNDP dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta. Galangan kapal KPNDP memiliki 21 tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari manajer galangan, koordinator lapangan, staf administrasi, mandor, juru mesin, juru selam, juru cat, juru las, juru alur. Pemilik kapal yang kapalnya akan direparasi harus terlebih dahulu melapor kepada koordinator lapangan, kemudian koordinator lapangan bertugas mengatur penempatan kapal di atas slipway. Para pekerja yang bertugas sebagai juru selam mampu merangkap bekerja sebagai juru cat, apabila juru cat membutuhkan bantuan ataupun kekurangan orang, begitupun sebaliknya. Visi galangan kapal KPNDP adalah ingin mengefektifkan teknologi sehingga dapat mempersingkat waktu reparasi dan memperpendek antrian kapal. Struktur organisasi galangan kapal KPNDP disajikan pada Gambar 5. Ketua Koperasi KPNDP Manajer Dok Staf Administrasi Koordinator Lapangan Mandor Juru Mesin Juru Selam Juru Cat Juru Las Juru Alur Gambar 5 Struktur organisasi galangan kapal KPNDP.

49 Sumberdaya Manusia Pekerja yang berada di lingkungan galangan kapal KPNDP terdiri dari pekerja tetap galangan kapal KPNDP dan pekerja tidak tetap (bukan pekerja dari galangan kapal KPNDP). Pekerja tetap galangan kapal KPNDP merupakan para pekerja dari galangan kapal KPNDP yang mempunyai tugas untuk menaikan dan menurunkan kapal dari slipway serta dapat bertugas sebagai juru cat kapal. Pekerja tidak tetap merupakan pekerja yang berasal dari luar galangan kapal KPNDP atau bukan pekerja dari galangan kapal KPNDP. Pekerja tidak tetap tersebut pada umumnya merupakan pekerja yang langsung diminta oleh pemilik kapal untuk mereparasi kapalnya dan telah menjadi langganan para pemilik kapal. Pekerja tidak tetap tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan para pemilik kapal dan bukan tanggungan dari galangan kapal KPNDP. Sumberdaya manusia yang berada di galangan kapal KPNDP terdiri atas berbagai macam latar belakang pendidikan yang ditempuh. Manajer kapal memiliki latar belakang pendidikan tertinggi dengan pendidikan terakhir S1, dan pada saat ini manajer tersebut sedang menempuh pendidikan S2. Pendidikan para pekerja galangan mayoritas berada pada tingkat SD. Latar belakang pendidikan yang bervariasi, tidak mempengaruhi kemampuan seluruh pekerja untuk melakukan kerjasama dalam proses transformasi. Pekerja galangan telah bekerja sesuai dengan pengalaman kerja pada bidangnya masing-masing. Pengalaman kerja para pekerja sudah tidak diragukan lagi, karena pengalaman para pekerja rata-rata sudah bekerja pada bidangnya selama 10 tahun, bahkan ada beberapa pekerja yang sudah bekerja pada bidangnya selama 16 tahun. Tingkat keberhasilan atau kecepatan pelaksanaan dalam bekerja dapat sesuai dengan waktu tempuh untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pekerjaan yang tidak selesai dikerjakan dengan waktu yang telah ditentukan. Kesadaran, gotong royong dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan serta kemampuan untuk berfikir kritis sudah cukup baik. Kemampuan tersebut tidak hanya mereka dapat dari pendidikan formal yang mereka telah jalani. Akan tetapi juga diperoleh melalui pelatihan-pelatihan soft skill yang diberikan oleh UPT BTPI setiap satu tahun sekali. Pelatihan-pelatihan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang ada

50 36 di galangan kapal KPNDP. Pelatihan tersebut diantaranya adalah: management team work pelatihan keselamatan dalam bekerja di galangan, pelatihan para tukang pakal dan pelatihan mengenai tata cara reparasi. Alokasi tenaga kerja di galangan kapal KPNDP disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Alokasi tenaga kerja di galangan kapal KPNDP No Nama Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Kerja (tahun) 1 Budijanto Manajer S Hardinata Koordinator lapangan SMA 16 3 Ahmad Agus M Administrasi SMA 12 4 Suaidi Mandor SD 16 5 Sahid Juru mesin SD 15 6 Suratno Juru mesin STM 9 7 Dana Juru mesin SD 14 8 Safin Juru las SD 16 9 Sutrisno Juru alur SMP 9 10 Fusifit Juru selam SD 7 11 Darmanto Juru selam SD Tayana Juru cat SD 5 13 Darga Juru cat SD Nursa Juru selam SD 5 15 Sukahar Juru selam SD Faizin Juru selam SD 5 17 Ali Gufron Juru alur SMP Sarana dan Prasarana Galangan kapal KPNDP memiliki landasan tarik (slipway) dengan 8 buah jalur sepanjang 90 meter dengan kapasitas sepuluh buah kapal untuk satu kali naik dok. Slipway pada bagian tengah dan bagian salah satu ujung galangan kurang panjang sehingga hanya dapat menampung satu kapal. Sedangkan 2 slipway lainnya mampu menaikan 2 kapal sekaligus dalam satu landasan tarik, untuk kapal berbobot di bawah 30 GT. Empat slipway lainnya dipergunakan untuk kapal berbobot GT. Tepi pantai di bagian depan galangan (water front) memiliki kemiringan yang curam, sehingga pada tahun 2007 dilakukan penimbunan untuk dapat memperkecil kemiringan landasan tarik dan mempermudah dalam proses penarikan atau penurunan kapal. Dengan adanya

51 37 upaya penimbunan tersebut, maka kemiringan landasan tarik menjadi 12. Kemiringan tersebut dibuat landai untuk memudahkan penarikan kapal ke atas slipway. Peralatan yang digunakan pada galangan kapal KPNDP umumnya menggunakan tenaga manual dan tenaga penggerak. Penggunaan alat-alat modern yang menggunakan tenaga penggerak pada proses reparasi mempermudah pekerja untuk melakukan kegiatan reparasi. Beberapa peralatan yang digunakan pada galangan kapal KPNDP, baik peralatan manual dan peralatan yang sudah menggunakan tenaga penggerak disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal KPNDP No Peralatan yang digunakan Jenis peralatan (manual/tenaga penggerak) Kegunaan 1 Mesin penarik Tenaga penggerak A 2 Gerinda mesin Tenaga penggerak B 3 Gergaji mesin Tenaga penggerak B 4 Bor listik Tenaga penggerak B 5 Sekrap Manual B 6 Pahat Manual B 7 Palu Manual B 8 Dongkrak hidrolik Tenaga penggerak B 9 Meteran Manual B 10 Kapak Manual B 11 Kuas cat Manual B 12 Gergaji Manual B 13 Alat bakar Manual B 14 Pahat besi Manual B 15 Kompresor Tenaga penggerak A 16 Mesin las Tenaga penggerak B 17 Mesin adukan semen Tenaga penggerak B 18 Linggis Manual B 19 Alat bantu lainnya Manual A Ket: A = penarikan/penurunan kapal B = reparasi kapal Peralatan yang digunakan sudah ada yang menggunakan tenaga penggerak. Akan tetapi masih ada peralatan yang dioperasikan secara manual. Pengoperasian

52 38 mesin dan alat-alat yang menggunakan tenaga penggerak tidak membutuhkan keahlian teknis tertentu sehingga seluruh pekerja dapat mengoperasikannya. Berdasarkan kegunaan dari setiap jenis peralatan, sekitar 84 % dari peralatan yang ada di galangan kapal KPNDP dipergunakan untuk kegiatan reparasi kapal. Dari ke dua jenis peralatan yang digunakan untuk kegiatan penarikan atau penurunan kapal, sekitar 42 % dari jumlah peralatan tersebut dioperasikan secara mekanik. Adapun dari ke dua jenis peralatan yang digunakan untuk kegiatan reparasi, sekitar 58 % dari jumlah peralatan tersebut dioperasikan secara manual. Perawatan yang dilakukan terhadap peralatan dalam fasilitas transformasi dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk menghindari kerusakan alat. Perawatan dilakukan dengan cara membersihkannya setiap selesai pakai dan perawatan rutin pada beberapa peralatan yang bersifat mekanik, seperti pemberian oli, dempul dan penggantian bagian-bagian yang telah aus atau rusak. Perawatan rutin tersebut dilakukan setiap satu bulan sekali. Lahan yang digunakan galangan kapal KPNDP merupakan milik Pemda DKI dengan luas area 9000 m 2. Galangan ini menggunakan landasan tarik, sehingga waktu penaikkan dan penurunan memanfaatkan air laut pasang. Hal ini disebabkan karena pada saat air laut surut, posisi lori berada di atas bagian kapal paling bawah. Sedangkan untuk keperluan penarikan kapal ke atas slipway, posisi lori harus berada di bawah bagian kapal paling bawah. Galangan ini memiliki gudang yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan peralatan dan bahanbahan yang diperlukan untuk reparasi. Galangan ini juga menyediakan mess untuk para pekerja. Layout galangan disajikan pada Gambar 6. Selain itu, dokumentasi yang menunjukkan kondisi galangan kapal KPNDP dapat dilihat pada Lampiran 2.

53 39 Keterangan gambar: 1. Rumah mesin 2. Mesin penarik 3. Tali sling untuk menarik lori 4. Landasan tarik (slipway) 5. Lori 6. Rantai penghubung lori 7. Bantalan kapal 8. Kapal di atas lori 9. Pelataran dok 10. Kolam galangan 11. Tembok pembatas galangan 12. Gudang 13. Mess karyawan Patok loper Loper (pengatur sling) Gambar 6 Layout galangan kapal KPNDP Muara Angke

54 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi kapal. Pemilik kapal yang telah melakukan reparasi mendapat Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari galangan kapal. SKND tersebut menjadi persyaratan untuk memperpanjang pas tahunan. Contoh Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dapat dilihat pada Lampiran 3. Waktu yang dibutuhkan untuk reparasi adalah tiga sampai lima belas hari, bahkan dapat mencapai satu bulan terhitung dari proses penaikkan sampai penurunan kapal tergantung dari kerusakan yang dialami kapal. Perincian waktu reparasi kapal disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Waktu pelayanan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP No Kegiatan Waktu 1 Permohonan naik dok 1 hari 2 Surat persetujuan naik dok 1 hari 3 Reparasi kapal di atas dok Ringan : 3 hari Berat : 15 hari 4 Surat Keterangan Naik Dok 1 hari Tahapan administrasi dalam kegiatan reparasi adalah sebagai berikut: 1) Pengurus atau pemilik kapal melapor ke pos terpadu dengan membawa: a. Surat Penangkapan Ikan (SPI); b. Ijin Usaha Penangkapan Ikan (IUP); dan c. Pas Tahunan Kapal. 2) Pos terpadu mengeluarkan surat pengantar doking sebanyak dua lembar; 3) Pengurus atau pemilik kapal menyerahkan surat pengantar doking yang asli ke UPT BTPI sedangkan fotokopinya dibawa ke galangan kapal yang dituju; 4) Pemilik galangan mengajukan permohonan persetujuan naik dok kepada UPT BTPI dengan melampirkan surat-surat kapal;

55 41 5) UPT BTPI mengeluarkan surat persetujuan naik dok dengan ketentuan wajib membayar retribusi alur maupun fasilitas sesuai dengan PERDA No.1 tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, atau disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang berlaku; 6) Setelah selesai reparasi, pemilik atau pengurus kapal membawa fotokopi surat pengantar doking yang sudah diketahui oleh galangan kapal ke UPT BTPI untuk memperoleh surat keterangan selesai doking; dan 7) Pengurus atau pemilik membawa surat keterangan doking kembali ke pos terpadu untuk memperoleh surat izin berlayar. Secara sistematis, tahapan administrasi reparasi kapal di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 7. Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2008 Gambar 7 Tata cara pelayanan reparasi di UPT BTPI.

56 Tahapan reparasi kapal Reparasi tiap kapal berbeda-beda tergantung dari kerusakan yang dialami oleh kapal. Proses reparasi di galangan kapal KPNDP terdiri atas dua jenis reparasi, yaitu reparasi ringan dan reparasi berat. Reparasi ringan biasanya dilakukan untuk memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan ringan. Prosesproses dalam reparasi ringan diantaranya adalah: penambalan pada bagian-bagian yang rusak, penambalan ke rongga antar papan dengan memasukan serat goni (mak jun), penggantian paku, pendempulan, pengecatan. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami kerusakan berat. Proses-proses dalam reparasi berat diantaranya adalah: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi buritan. Kapal dengan bobot di bawah 30 GT dan akan melakukan reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama dibandingkan dengan kapal yang melakukan reparasi ringan. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu antrian kapal yang akan melakukan reparasi. Secara umum kegiatan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Tahapan reparasi disajikan pada Gambar 8.

57 43 Persiapan Reparasi ringan Pemeriksaan Reparasi berat Pembersihan Pembersihan Pemakalan Pembakaran Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk) Pemakalan Pendempulan Pengecatan Pembakaran Proses Laminasi Ya Tidak Pendempulan Pelapisan Fiber Pendempulan Pengecatan Selesai (kapal siap diturunkan) Gambar 8 Diagram alir proses reparasi kapal kayu di galangan kapal KPNDP.

58 44 Deskripsi setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Proses persiapan dilakukan dengan mempersiapkan kapal dan alat yang akan digunakan untuk menarik kapal. Hal ini bertujuan untuk memperlancar proses penarikan kapal. Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu mempersiapkan kapal yang akan di reparasi dengan menaikkan kapal di atas kereta luncur (lori) yang terdapat pada slipway. Proses persiapan ini membutuhkan beberapa komponen untuk menaikan kapal ke atas landasan tarik (slipway). Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu: a. Mesin penarik (Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK); b. Winch; c. Sling; d. Lori; e. Loper; f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling. Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 9. Bantalan Rantai Lori Gambar 9 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway.

59 45 Mesin Klem sling Winch Loper Sling Gambar 9 Lanjutan. Sebelum dinaikkan ke atas slipway posisi kapal tidak boleh miring, tangkitangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal. Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Sebelumnya juru selam masuk ke dalam air untuk memeriksa landasan tarik dan memastikan tidak ada sesuatu yang dapat mengakibatkan kereta luncur macet. Setelah itu, juru selam memasang loper ke lori di dalam air. Kapal diposisikan tegak lurus dengan lori dan dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal yang akan dinaikkan memiliki length over all (LOA) 13 meter, maka jarak linggi lunas ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 5 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal. Pengukuran ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 10.

60 46 13 m 5 m 0,5 m Gambar 10 Posisi kapal di atas slipway. Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan. Lunas harus berada tepat di titik tengah lori depan agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway. Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori depan, kapal ditarik menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air. Selanjutnya dilakukan pengganjalan antara badan kapal dengan lori bagian depan agar posisi kapal tidak miring, kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang, tepat di tengah lori. Setelah itu, dilakukan pengganjalan kembali antara sisi kiri kanan badan kapal dengan lori bagian belakang, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Kapal besar atau kapal yang memiliki bobot diatas 30 GT membutuhkan tiga buah lori, satu lori untuk bagian haluan dan dua lori untuk bagian buritan kapal. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki dan ditambah balok penyangga samping yang dipasang pada lambung kanan dan kiri kapal. Pengganjalan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kapal dan menjaga keselamatan pekerja selama melakukan reparasi.

61 47 2) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan teliti terhadap konstruksi kapal secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan konstruksi kapal baik di atas maupun di bawah garis air. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk tindakan reparasi lebih lanjut dan menentukan kapal masuk dalam reparasi ringan atau reparasi berat. Blangko pemeriksaan atau pengecekan kapal dapat dilihat pada Lampiran 4. 3) Pembersihan Proses pembersihan dilakukan dengan membersihkan badan kapal dari binatang yang menempel dengan menggunakan alat. Pembersihan bertujuan untuk membersihkan badan kapal dari binatang laut, tumbuhan laut yang menempel dan sisa cat yang sudah rusak. Bagian-bagian kapal yang mengalami kerusakan akan terlihat ketika kapal sudah dalam keadaan bersih. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan terdiri atas: sekrap (sekop kecil), sapu ijuk, sikat baja, sikat kuningan, dan gerinda mesin. Peralatan yang digunakan dalam aktivitas pembersihan kapal disajikan pada Gambar 11. Sekrap Sikat kawat baja Gerinda mesin Gambar 11 Aktivitas dan peralatan yang digunakan pada saat pembersihan.

62 48 Sekrap digunakan untuk menyekrap atau membersihkan bagian-bagian yang berkarat, berteritip, atau untuk merontokkan cat-cat lama yang sudah rusak. Sapu ijuk digunakan untuk menyikat bagian-bagian tertentu yang tidak terjangkau dengan tangan. Sikat kawat baja digunakan untuk membersihkan bagian-bagian kapal yang berkarat. Sikat kuningan digunakan untuk menyikat bagian-bagian yang halus, misalnya as, baut kuningan, atau bagian-bagian yang lebih lunak dibandingkan dengan bahan baja. Gerinda mesin digunakan untuk membersihkan kapal dari teritip yang menempel pada kulit atau badan kapal. 4) Penggantian kayu pada reparasi berat Kapal yang mengalami kerusakan berat seperti kerusakan badan kapal, akan dilakukan reparasi berat. Pada reparasi berat biasanya dilakukan penggantian kayu pada bagian-bagian tertentu kapal seperti penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, linggi buritan, dan pondasi mesin. Proses ini terdiri atas beberapa jenis operasi, diantaranya adalah: a. Pemotongan; dilakukan untuk memotong kayu atau papan yang rusak atau rapuh dengan menggunakan gergaji; b. Pembengkokkan; dilakukan untuk membengkokkan papan yang digunakan untuk mengganti papan pada lambung kapal. Sebelum dilakukan pembengkokkan, dibuat pola menggunakan mal lengkung agar hasil pembengkokkan sesuai dengan yang dibutuhkan; dan c. Penekanan/pendesakan; jenis operasi ini biasanya dilakukan pada saat proses penggantian papan lambung kapal. Gambar 12 Penggantian kayu pada lambung kapal.

63 49 5) Pemakalan Pemakalan dilakukan dengan cara memasukkan serat goni (mak jun) ke dalam celah-celah papan, baik papan lambung maupun papan geladak. Bersamaan dengan proses ini juga dilakukan penggantian paku yang sudah aus. Penggantian paku dilakukan dengan memaku tepat disamping bagian paku yang sudah aus atau membuat lubang yang baru. Pemasangan paku baru pada badan kapal, harus tembus ke gading-gading kapal. Jika lubang terlalu lebar, maka mak jun dapat dililitkan pada paku untuk memperkecil rongga di sekitar paku. Proses pakal bermanfaat untuk menutup sambungan antar papan dan mengganti paku yang sudah aus. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan adalah sebagai berikut: a. Martil; digunakan untuk memasang paku baru pada badan kapal dan mengangkat bagian yang berkarat pada kapal; b. Pahat besi; digunakan untuk memasang pakal atau mak jun pada sela-sela sambungan kayu geladak atau lambung; c. Mak jun; digunakan untuk mengisi celah antar papan serta melilitkan paku yang digunakan untuk mengganti paku yang sudah aus; dan d. Bor listrik; digunakan untuk melubangi badan kapal sebagai tempat paku baru yang akan digunakan. Alat dan bahan yang digunakan pada proses pemakalan disajikan pada Gambar 13. Pahat Bor listrik Gambar 13 Alat dan bahan pada aktivitas pemakalan.

64 50 Martil Mak jun Paku Gambar 13 Lanjutan. 6) Pembakaran Proses ini dilakukan untuk membakar teritip, lumut dan binatang laut lainnya yang masih menempel dan tersisa pada lambung kapal. Sekeliling kulit pada lambung kapal di bakar secara perlahan sampai binatang yang menempel terlepas atau mati. Manfaat dari proses pembakaran ini adalah untuk mematikan kutu kayu (teritip) dan menghilangkan lumut yang masih menempel pada badan kapal. Pembakaran menggunakan daun kelapa yang sudah kering atau karung yang direndam minyak tanah atau solar yang disambungkan ke pipa besi (untuk sepuluh karung membutuhkan dua puluh liter solar). Selain dengan menggunakan alat tersebut, proses pembakaran juga bisa menggunakan pipa yang dihubungkan ke tabung gas. Aktivitas pembakaran disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Aktivitas pembakaran permukaan kayu pada badan kapal.

65 51 7) Pendempulan Bagian-bagian yang telah dipakal selanjutnya dilapisi dengan dempul. Pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan ringan dilakukan dengan menggunakan serbuk dempul yang dicampur dengan solar secukupnya. Sedangkan pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan berat menggunakan campuran semen putih dan lem kayu karena campuran tersebut memiliki daya rekat yang lebih tinggi. Tujuan dari proses pendempulan ini adalah untuk meratakan permukaan kayu dan mendapatkan hasil kerja yang lebih rata dan rapi. Aktivitas pendempulan disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Aktivitas pendempulan pada badan kapal. Setelah proses ini selesai, apabila pemilik kapal menginginkan kapalnya tersebut melakukan proses laminasi maka kapal-kapal tersebut dilaminasi. Laminasi dilakukan dengan melapisi badan atau lambung kapal menggunakan fiber. Pelapisan ini dimaksudkan untuk menambah kekuatan kulit atau lambung kapal dari korosi air laut dan melindungi kulit kapal dari binatang yang menempel pada badan kapal yang dapat merusak kulit kapal. Proses laminasi ini dapat menambah biaya dan waktu perbaikan kapal, sehingga hanya sebagian kapal saja yang melakukan proses laminasi. Biasanya kapal yang dilaminasi adalah kapal berbobot di atas 30 GT dan kapal yang melakukan reparasi berat. Aktivitas laminasi disajikan pada Gambar 16.

66 52 Gambar 16 Aktivitas laminasi pada badan kapal. 8) Pengecatan Permukaan konstruksi kapal yang sudah bersih dapat segera dilakukan pengecatan. Proses pengecatan bertujuan untuk melapisi dan menjaga agar papan tidak tembus air serta untuk memberi dasar dan perlindungan terhadap kulit kapal dari korosi air laut dan penimbunan jasad laut. Alat yang digunakan dalam proses pengecatan yaitu kuas cat dan kuas rol. Prosedur dalam proses pengecatan adalah sebagai berikut: a. Cat yang digunakan khusus untuk kapal (marine paint); b. Cat dasar berupa meni (anti karat); Lapisan pertama untuk 1 liter cat kayu dapat digunakan untuk pengecatan seluas kurang lebih 4 m 2, untuk lapisan kedua setiap 1 liter cat dapat digunakan mengecat permukaan seluas kurang lebih 7 m 2. c. Cat pelindung; Cat ini dikenal dengan nama cat protektif (protective paint). Seperti halnya cat meni pengecatan ini pun menggunakan warna lain, sehingga memperoleh kepastian agar permukaan yang sudah dicat meni telah tertutup oleh cat pelindung ini. d. Cat anti fouling; dan Cat ini mempunyai formula khusus agar teritip tidak menempel, sehingga tepat digunakan pada bagian konstruksi di bawah garis air. e. Cat luar Cat luar dikenal dengan cat top side, digunakan untuk menutup konstruksi kapal yang sudah dicat dengan cat pelindung.

67 53 Kuas rol Gambar 17 Aktivitas pengecatan pada badan kapal. Berakhirnya proses pengecatan, berarti proses reparasi kapal sudah selesai. Kapal siap diluncurkan untuk beroperasi kembali. Namun sebelumnya pemilik kapal harus mengurus proses administrasi. Pemilik atau pengurus kapal dapat mengambil Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari UPT BTPI. Persyaratan administrasi untuk memperoleh SKND, sebagai berikut: 1) Fotokopi surat-surat kapal (IUP, SPI, Pas tahunan) Tujuan dilampirkannya fotokopi surat-surat kapal adalah: a. Untuk menentukan besarnya retribusi alur dan fasilitas; b. Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak bermasalah; c. Untuk pendataan kapal yang melakukan kegiatan reparasi; d. Untuk membantu mengingatkan para pemilik atau pengurus kapal agar segera memperpanjang surat-surat kapalnya apabila masa berlaku suratsurat kapal tersebut sudah habis; dan e. Arsip. 2) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK) 3) Surat Pengantar Doking 5.2 Tingkat Teknologi di Galangan Kapal KPNDP Penentuan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP menggunakan metode scoring berdasarkan penilaian subyektif terhadap kriteria komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Kemudian untuk selanjutnya barulah dihitung nilai kontribusi masing-masing komponen menggunakan model teknometrik. Model teknometrik digunakan untuk menghitung nilai TCC

68 54 (technology contribution coefficient). Nilai TCC merupakan nilai total kontribusi keempat komponen teknologi dalam proses transformasi di galangan kapal KPNDP. Terdapat lima langkah untuk mengestimasi nilai TCC Estimasi derajat kecanggihan Penilaian hasil estimasi derajat kecenggihan mengacu pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penilaian derajat kecanggihan diperoleh nilai pada masingmasing komponen seperti terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Limit Komponen Lower Upper Technoware 1 4 Humanware 1 7 Infoware 1 6 Orgaware 2 4 Berdasarkan tinjauan di lapangan, diketahui bahwa fasilitas produksi di galangan yang terkait dengan komponen technoware terdiri dari fasilitas manual (manual facilities), dan fasilitas tenaga penggerak (power facilities). Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen technoware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 4. Ini menunjukkan bahwa meskipun fasilitas galangan telah menggunakan tenaga penggerak, akan tetapi masih terdapat fasilitas galangan yang dioperasikan secara manual. Fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak diantaranya adalah mesin penarik, bor listrik, gergaji listrik, gerinda mesin, mesin las, genset dan kompressor. Fasilitas transformasi yang masih menggunakan tenaga manual adalah fasilitas yang digunakan dalam proses skrap, pengecatan dan pemakalan seperti alat skrap, kuas cat dan palu. Terdapat keragaman kemampuan pada komponen teknologi humanware. Komponen humanware pada galangan memiliki kemampuan mengoperasikan (operating abilities), kemampuan memasang (setting-up abilities), kemampuan mereparasi (repairing abilities), kemampuan reproduksi (reproducing abilities), dan kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities). Mengacu pada Tabel 3

69 55 maka nilai derajat kecanggihan komponen humanware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 7. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh pekerja sudah sampai pada kemampuan mengadaptasi. Walaupun tidak semua pekerja memiliki kemampuan tersebut. Para pekerja yang memiliki kemampuan sampai batas merawat/mereparasi fasilitas galangan yaitu sekitar 64,7 %. Dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, kemampuan ini mereka miliki berdasarkan atas pengalaman mereka selama bekerja. Selain itu pekerja yang sudah sampai batas kemampuan reproduksi, sekitar 17,6 %. Kemampuan tersebut didapat berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Kemampuan mengadaptasi dimiliki oleh beberapa orang yang bekerja di galangan, kemampuan tersebut berdasarkan atas tingkat pendidikan yang sudah ditempuh. Kemampuan mengadaptasi dimiliki oleh manajer galangan, staft administrasi, dan koordinator lapangan. Kemampuan mengadaptasi sangat dibutuhkan dalam sebuah proses transformasi sehingga galangan dapat mengaplikasikan teknik baru untuk proses transformasi yang lebih baik. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen infoware diketahui bahwa pada galangan tersebut terdapat fakta pengenalan, fakta penguraian, fakta pengkhususan, dan fakta penggunaan. Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen infoware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 1 dan batas atas 6. Hal ini menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP sudah dalam tahap kemampuan menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif dengan pemahaman yang baik karena cukup tersedianya informasi di dalam perusahaan. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen orgaware diketahui kerangka kerja di galangan kapal KPNDP merupakan kerangka kerja ikatan. Mengacu pada tabel kriteria pemberian skor derajat kecanggihan maka nilai derajat kecanggihan komponen orgaware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 2 dan batas atas 4. Hal ini menunjukkan adanya kerangka kerja ikatan galangan kapal KPNDP dengan KPNDP pusat, sehingga perizinan untuk pendanaan kegiatan operasional galangan dan peningkatan fasilitas produksi

70 56 membutuhkan persetujuan dari KPNDP pusat. Galangan kapal KPNDP wajib melaporkan peningkatan usaha dan produktivitas galangan kepada KPNDP pusat. Jika dilihat dari penilaian batas atas (upper limit) dan batas bawah (lower limit) di atas. Maka rentang nilai terbesar diperoleh oleh komponen humanware dan infoware. Rentang nilai yang besar tersebut menunjukkan variasi yang tinggi pada kemampuan sumberdaya manusia yang ada di galangan dan galangan KPNDP sudah mampu menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif. Komponen technoware dan komponen orgaware memiliki rentang nilai yang paling kecil di antara keempat komponen teknologi. Hal tersebut dikarenakan fasilitas yang dimiliki oleh galangan belum didukung oleh fasilitas mutakhir yang dapat melancarkan kegiatan di galangan. Selain itu organisasi atau kelembagaan galangan kapal KPNDP masih bergantung kepada KPNDP pusat, baik dalam perizinan maupun dalam hal pendanaan. Hal ini disebabkan, tidak adanya kerjasama dengan pemasok maupun dengan pihak lain yang mampu melancarkan kegiatan di galangan, dalam hal ini peningkatan fasilitas dan pemasokan bahan baku untuk kegiatan reparasi kapal Pengkajian state of the art (SOTA) Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh nilai state of the art pada masingmasing komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware, sebagaimana terlihat pada Tabel 18, 19, 20 dan 21. Hasil kuisioner yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat dilihat pada tabel matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware (Tabel 18), menunjukkan bahwa kriteria komponen technoware yang tertinggi terdapat pada kriteria keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin. Kriteria tersebut mencapai spesifikasi tertinggi dengan nilai 9. Hal ini menunjukkan bahwa para pekerja di galangan kapal KPNDP dapat mengoperasikan mesin dengan baik. Sedangkan spesifikasi terendah terdapat pada kriteria pengukuran pada setiap pekerjaan dengan nilai 2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan perencanaan kerja pada galangan masih sederhana, tidak menggunakan pengukuran dan perencanaan yang kompleks serta terkomputerisasi. Hal inilah yang diduga menjadi sebab masih adanya timbul kesalahan pada saat pengerjaan.

71 57 Tabel 18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware Keterangan Skor 1 Tipe mesin yang digunakan Mekanik 5,00 2 Tipe proses yang diterapkan Kombinasi lebih dari satu operasi berbeda 7,50 pada suatu pekerjaan 3 Tipe operasi yang diselenggarakan Pemotongan, pembengkokkan, penggambaran, dan penekanan 7,50 4 Rata-rata kesalahan yang terjadi pada < 2% saat reparasi kapal 7,50 5 Frekuensi untuk perawatan mesin Tidak secara rutin, namun tujuannya 7,50 preventif 6 Keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin Hampir semua mesin tidak perlu keahlian teknis 9,00 7 Pemeriksaan pada setiap pekerjaan Pemeriksaan manual 5,00 8 Pengukuran pada setiap pekerjaan Sederhana dan sketsa tangan 2,00 9 Tingkat keselamatan dan keamanan Cukup aman kerja 7,50 Jumlah 58,50 Rata-rata 6,50 SOTA 0,650 Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen technoware sebesar 6,50 menunjukkan bahwa kriteria-kriteria komponen technoware memiliki skor yang cukup tinggi. Sebanyak 66,7 % kriteria komponen technoware berada di atas nilai rata-rata. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut cukup tinggi adalah kemudahan mengoperasikan mesin, tipe proses yang diterapkan, tipe operasi yang diselenggarakan, kesalahan pada saat reparasi kapal, frekuensi untuk perawatan mesin, serta tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata. Kriteria yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu tipe mesin yang digunakan, pemeriksaan pada setiap pekerjaan, dan pengukuran pada setiap pekerjaan. Tipe mesin utama yang digunakan di galangan adalah mesin yang dioperasikan secara mekanik, yaitu mesin penarik Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK. Mesin tersebut digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway dan

72 58 menurunkan kapal dari slipway. Seluruh proses reparasi dilakukan di galangan kapal KPNDP dengan kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan, sehingga dalam melakukan suatu operasi tidak harus menunggu operasi yang lainnya selesai. Jika dilihat dari rata-rata kesalahan dalam proses reparasi, kesalahan tersebut sangat jarang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kesalahan yang terjadi kurang dari 2%. Kesalahan tersebut berupa kebocoran kapal setelah selesai direparasi. Frekuensi untuk perawatan mesin ada yang dilakukan secara periodik dan ada yang dirawat tidak secara periodik. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin. Jika dilihat dari keahlian teknis operator yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin, maka kriteria tersebut mendapat nilai yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan hampir semua pekerja di galangan mampu mengoperasikan mesin dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap pekerjaan dilakukan secara manual oleh koordinator lapangan. Berdasarkan ketetapan yang sudah diberlakukan oleh galangan kapal KPNDP, tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang sudah cukup aman. Akan tetapi tidak semua pekerja di galangan memakai semua alat keselamatan kerja, seperti: helm, sarung tangan, sepatu boot, wearpack dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya tingkat kesadaran para pekerja dalam pentingnya alat keselamatan. Salah satu kecelakaan yang pernah terjadi seperti tergulingnya kapal, sling terputus yg mengakibatkan tembok rusak dan dapat membahayakan pekerja. Kriteria pada komponen technoware masih mempunyai nilai yang masih rendah. Upaya untuk meningkatkan nilai pada kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara otomatisasi mesin-mesin yang digunakan dalam proses transformasi. Hal ini berhubungan dengan investasi yang dimiliki oleh galangan harus ditingkatkan. Selain itu galangan harus meningkatkan kompleksitas pada tingkat pemeriksaan dan pengukuran kerja. Salah satu fasilitas yang harus dimiliki oleh galangan yaitu dengan penyediaan komputer sebagai sarana untuk dapat meningkatkan pemeriksaan dan pengukuran pekerjaan lebih terkomputerisasi. Namun tetap disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya yang ada.

73 59 Tabel 19 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen Humanware Keterangan Skor 1 Kesadaran dalam tugas Cukup tinggi 7,50 2 Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab Tinggi 8,00 3 Kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah Cukup tinggi 7,00 4 Kemampuan memelihara fasilitas produksi Rata-rata 6,00 5 Kesadaran bekerja dalam kelompok Sangat tinggi 10,00 6 Kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo Sangat tinggi 9,00 7 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan Rata-rata 6,00 8 Kemampuan bekerja sama Tinggi 8,00 9 Kepemimpinan Tinggi 8,00 Jumlah 69,5 Rata-rata 7,72 SOTA 0,772 Tabel di atas menunjukkan hasil skoring dari kriteria komponen humanware. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kesadaran bekerja dalam kelompok mendapat skor tertinggi sebesar 10. Nilai ini menunjukkan bahwa kesadaran karyawan galangan kapal KPNDP dalam bekerja secara kelompok sangat tinggi. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka menyelesaikan pekerjaan dan masalah-masalah pada saat melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Kriteria kemampuan memelihara fasilitas produksi dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan merupakan kriteria yang mendapat skor terendah sebesar 6. Skor tersebut menunjukkan bahwa kemampuan karyawan masih rata-rata dalam menyelesaikan masalah perusahaan. karyawan yang memiliki kemampuan cukup tinggi untuk kriteria tersebut. Hanya beberapa Skor rata-rata untuk seluruh kriteria komponen humanware sebesar 7,72 menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP tinggi. Dari kriteria komponen humanware, sebanyak 7 kriteria memiliki nilai di atas rata-rata sebesar 77,8 %. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut tinggi adalah kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab, kesadaran bekerja dalam kelompok, kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo, kemampuan

74 60 bekerjasama, kepemimpinan yang berada di atas skor rata-rata, serta sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP sudah mampu berfikir kritis terhadap lingkungan kerjanya dan memiliki kesadaran tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kriteria yang berada di bawah skor rata-rata yaitu kesadaran dalam tugas, kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah, kemampuan karyawan memelihara fasilitas produksi, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Nilai-nilai pada komponen humanware masih memungkinkan untuk ditingkatkan lagi. Upaya untuk meningkatan nilai pada kriteria-kriteria tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia seperti meningkatkan intensitas pelatihan soft skill agar para pekerja mampu berfikir lebih kritis serta mengadakan pelatihan penggunaan dan pemeliharaan fasilitas produksi. kualitas sumberdaya manusia yang ada. Pelatihan-pelatihan tesebut berguna untuk meningkatkan Tabel 20 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware No Kriteria Komponen Infoware Keterangan Skor 1 Bentang informasi manajemen Bentang informasi tidak termasuk 0,00 perusahaan eksternal 2 Perusahaan menginformasikan masalah Selalu dan kondisi internal dengan segera pada 10,00 karyawan di dalam perusahaan 3 Jaringan informasi di dalam perusahaan offline 0,00 4 Prosedur untuk komunikasi antar Mudah dan anggota di perusahaan transparan 10,00 5 Sistem informasi perusahaan untuk Akses nasional mendukung aktivitas perusahaan Penyimpanan dan pengambilan Data tersimpan informasi kembali dengan rapi tetapi tidak 5,00 terkomputerisasi Jumlah 32,50 Rata-rata 5,42 SOTA 0,542 Hasil scoring dari kriteria komponen infoware pada tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan serta kriteria prosedur

75 61 untuk komunikasi antar anggota di perusahaan sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan mendapat skor tertinggi yaitu 10. Skor ini menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP selalu menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera kepada karyawan serta prosedur untuk komunikasi antar anggota mudah dan transparan. Kriteria bentang informasi manajemen dan jaringan komunikasi di perusahaan mendapat skor terendah sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa bentang informasi manajemen di galangan tersebut tidak termasuk galangan di luar galangan kapal KPNDP dan jaringan komunikasi di dalam galangan masih offline. Penyimpanan dan pengambilan data mengenai galangan kapal KPNDP sudah dilakukan dengan baik dan rapi tetapi tidak terkomputerisasi. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen infoware sebesar 5,42. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan dengan skor rata-rata kriteria komponen teknologi lainnya. Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa 3 kriteria dari 6 kriteria komponen infoware yang memiliki nilai skor di atas rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dengan memperbaiki jaringan informasi di galangan dengan jaringan online, memperluas bentang informasi manajemen serta meningkatkan penyimpanan dan pengambilan data secara terkomputerisasi. Tidak adanya komputer di galangan kapal KPNDP sangat berpengaruh besar terhadap penilaian dan sistem administrasi serta untuk aktivitas hal-hal penting lainnya, sehingga perlu adanya fasilitas komputer pada galangan kapal KPNDP. Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware (Tabel 21) menunjukkan bahwa kriteria komponen orgaware yang mempunyai skor tertinggi adalah kriteria visi perusahaan dan kriteria kemampuan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sebesar 10. Skor tersebut menunjukkan visi galangan sudah berorientasi pada masa depan dan kemampuan galangan menjalin hubungan dengan pemilik kapal sangat tinggi. Visi dari galangan adalah meningkatkan teknologi di galangan demi mengefisienkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi dan untuk mempercepat antrian. Kemampuan menjalin hubungan dengan pelanggan yang sangat tinggi dapat ditunjukkan dengan fakta bahwa kapal-kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal KPNDP sangat banyak. Umumnya kapal-kapal yang menjadi pelanggan di galangan kapal

76 62 KPNDP berasal dari daerah sekitar galangan, pulau Jawa, bahkan sampai luar pulau. Kriteria yang mendapat skor terendah adalah kriteria kemampuan perusahaan untuk membina hubungan dengan supplier dengan skor 0. Hal ini menunjukkan kemampuan galangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier sangat rendah, terlihat dari tidak adanya kerjasama galangan dengan supplier dalam hal memasok kebutuhan reparasi kapal. berhubungan dengan supplier adalah pemilik kapal. Tabel 21 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware Hal ini disebabkan yang No Kriteria Komponen Orgaware Keterangan Skor 1 Otonomi perusahaan Kebijakan manajemen diatur sendiri 7,50 2 Visi perusahaan Mengorientasi masa depan 10,00 3 Kemampuan perusahaan dalam Rata-rata menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan 5,00 dan peningkatan produktivitas 4 Kemampuan perusahaan untuk Tinggi memotivasi karyawan dengan 7,50 kepemimpinan yang efektif 5 Kemampuan perusahaan untuk Rata-rata menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan 5,00 eksternal 6 Kemampuan perusahaan untuk Sangat rendah bekerjasama dengan supplier 0,00 7 Kemampuan perusahaan untuk Sangat tinggi memelihara hubungan dengan pelanggan 10,00 8 Kemampuan perusahaan untuk Rata-rata mendapat dukungan sumberdaya dari 5,00 luar Jumlah 50,00 Rata-rata 6,25 SOTA 0,625 Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen orgaware sebesar 6,25. Mengacu pada nilai rata-rata tersebut, maka sekitar 50 % dari kriteria komponen orgaware masih berada di bawah nilai rata-rata. Nilai tersebut di nilai masih rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan untuk memperbesar nilai rata-rata

77 63 kriteria komponen orgaware. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengambil alih pemenuhan kebutuhan material untuk reparasi, sehingga dapat langsung bekerjasama dengan supplier. Dengan demikian, kebutuhan bahan baku untuk mereparasi kapal dapat disediakan tepat waktu dan ada kemudahan dalam proses pembayaran bahan baku tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah penyesuaian kebijakan di dalam galangan dengan kondisi lingkungan bisnis Penentuan kontribusi komponen Penilaian kontribusi setiap komponen diperoleh dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus (6), (7), (8), (9). Nilai kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 22. Hasil penghitungan kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 22 Nilai kontribusi komponen teknologi Komponen Kontribusi Technoware 0,328 Humanware 0,626 Infoware 0,412 Orgaware 0,361 Nilai kontribusi komponen technoware sebesar 0,328 menjadi nilai kontribusi yang paling kecil bila dilihat dari pentingnya komponen technoware dalam proses transformasi pada galangan. Penyebab kecilnya nilai kontribusi tersebut karena masih digunakannya fasilitas manual dalam kegiatan reparasi walaupun terdapat fasilitas-fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak dan dioperasikan secara mekanik. Tidak adanya fasilitas komputer sebagai fasilitas serbaguna berpengaruh terhadap tipe operasi yang diselenggarakan. Nilai kontribusi tertinggi terdapat pada komponen humanware sebesar 0,626. Hal ini disebabkan karena sumberdaya manusia di galangan tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap tempat kerja. Loyalitas tersebut ditunjukkan dengan kepekaan untuk bekerja dengan baik dan mampu untuk

78 64 memelihara dan merawat fasilitas produksi. Selain itu, suasana kerja yang berbasis kekeluargaan dan gotong royong membuat para pekerja mampu bekerja secara kelompok dengan baik. Pekerja yang ada di galangan kapal KPNDP selalu bekerja tepat waktu, karena hampir sebagian besar para pekerja tinggal di mess karyawan yang terdapat di galangan. Para pekerja sangat menyadari bahwa bekerja di galangan kapal KPNDP sangat beresiko besar jika terjadi kesalahan sekecil apapun. Oleh karena itu, pentingnya kerja tim yang baik di antara para pekerja galangan. UPT BTPI sering mengadakan pelatihan untuk para pekerja galangan mengenai tata cara reparasi serta management team work. Pelatihanpelatihan tersebut memberikan dampak yang sangat baik terhadap peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di galangan. Hal itu terbukti dengan tingginya nilai kontribusi komponen humanware. Nilai kontribusi komponen infoware sebesar 0,412. Nilai yang cukup besar tersebut dikarenakan pihak galangan selalu menginformasikan masalah perkembangan galangan kepada karyawannya. Prosedur komunikasi antar anggota di galangan mudah dan langsung. Penyimpanan dan pengambilan data rapi. Jaringan informasi di dalam perusahaan masih offline dan informasi manajemen terbatas dalam lingkup UPT BTPI. Namun pada galangan ini perlu adanya fasilitas komputer untuk penyimpanan dan pengambilan data galangan. Nilai kontribusi orgaware sebesar 0,361 menjadi nilai kontribusi yang cukup dikarenakan pihak galangan dapat mengatur sendiri kebijakan manajemen untuk mengembangkan fasilitas galangannya. Terdapat visi perusahaan yang mengorientasikan masa depan dengan mengefektifkan teknologi. Galangan dinilai mampu untuk memelihara hubungan baik dengan pelanggan. Namun untuk perluasan galangan sendiri sudah tidak bias, disebabkan karena lahan di sekitar galangan sudah tidak ada yang kosong. Adapun kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis dinilai kurang. Hal ini dikarenakan pihak galangan tidak melakukan promosi untuk menjaring pelanggan. Berdasarkan nilai kontribusi pada setiap komponen di atas, kontribusi komponen teknologi dapat diurutkan sebagai berikut: H > I > O > T. Nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware perlu dilakukan peningkatan, yaitu dengan cara pembenahan struktur organisasi, mengkaji ulang kesepakatan

79 65 kerjasama, membeli fasilitas produksi yang memiliki tenaga penggerak dan halhal lainnya yang dapat meningkatkan nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware. Selain itu, kontribusi komponen humanware dan infoware juga dapat ditingkatkan dengan terus melaksanakan pelatihan sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan pekerja di galangan dan pengunaan sistem informasi manajemen sehingga kontribusi komponen humanware dan infoware dapat meningkat Pengkajian intensitas kontribusi komponen Penentuan intensitas kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess). Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 23. Hasil penilaian intensitas kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 23 Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi Komponen Intensitas Technoware 0,399 Humanware 0,304 Infoware 0,082 Orgaware 0,215 Consistency ratio 0,050 Nilai intensitas komponen teknologi memiliki nilai yang berbeda setiap komponennya. Komponen technoware memiliki nilai intensitas terbesar yaitu 0,399 dan nilai intensitas terendah pada komponen infoware sebesar 0,082. Adapun intensitas komponen humanware dan orgaware masing-masing sebesar 0,304 dan 0,215. Penentuan intensitas kontribusi berdasarkan hasil penilaian kepentingan oleh manajer galangan. Bila diurutkan, maka nilai intensitas masingmasing komponen menurut manajer galangan tersebut sebagai berikut: β t > β h > β o > β i. Berdasarkan penilaian manajer galangan, technoware memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi di antara keempat komponen teknologi.

80 66 Nilai Consistency ratio sebesar 0,05 menunjukkan bahwa penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut 0, Penghitungan TCC Berdasarkan hasil perhitungan estimasi derajat kecanggihan, state of the art, kontribusi komponen dan intensitas kontribusi komponen diperoleh nilai koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang disebut TCC, yang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC galangan kapal KPNDP Limit Komponen SOTA Kontribusi Intensitas TCC Lower Upper Technoware 1 4 0,650 0,328 0,399 Humanware 1 7 0,772 0,626 0,304 0,415 Infoware 1 6 0,542 0,412 0,082 Orgaware 2 4 0,625 0,361 0,215 Nilai TCC sebesar 0,415 menunjukkan bahwa tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP berada pada tingkat wajar bila dibandingkan dengan Tabel 9. Sedangkan bila dibandingkan dengan Tabel 10 maka dapat dikatakan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP sudah berada pada tingkat semi modern. Pengkajian mengenai nilai TCC pernah dilakukan pada Dok Pembinaan UPT BTPI. Berdasarkan Achmad Fauzan et al. (2009), hasil penilaian TCC pada Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Dok Pembinaan Limit Komponen SOTA Kontribusi Intensitas TCC Lower Upper Technoware 1 5 0,678 0,412 0,355 Humanware 1 7 0,733 0,600 0,316 0,447 Infoware 1 6 0,583 0,435 0,087 Orgaware 2 4 0,563 0,347 0,242

81 67 Jika nilai pada Tabel 24 dan Tabel 25 dibandingkan, maka terlihat bahwa nilai TCC galangan kapal KPNDP memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai TCC Dok Pembinaan UPT BTPI yang memiliki nilai TCC 0,447. Nilai-nilai dari komponen TCC (nilai estimasi derajat kecanggihan, state of the art dan kontribusi) pada komponen technoware dan komponen infoware pada Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki nilai yang lebih besar. Nilainilai tersebut dipengaruhi oleh tersedianya komputer pada galangan. Hal ini berpengaruh terhadap jaringan informasi di dalam perusahaan dan tipe operasi yang diselenggarakan.

82 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Tahapan dari proses reparasi kapal di galangan kapal KPNDP Muara Angke terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan; 2) Nilai kontribusi dari keempat komponen teknologi adalah sebagai berikut: technoware sebesar 0,328; humanware sebesar 0,626; infoware sebesar 0,412; serta orgaware sebesar 0,361; dan 3) Nilai TCC dari galangan kapal KPNDP Muara Angke sebesar 0,415 menunjukan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologinya berada pada level semi modern. 6.2 Saran Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Perlu ditingkatkannya kontribusi komponen teknologi yang masih rendah, agar kontribusi komponen teknologi di galangan kapal KPNDP dapat meningkat. 2) Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai tingkat teknologi yang diterapkan pada galangan-galangan kapal yang berbeda agar dapat mengetahui kualitas tingkat teknologi galangan-galangan kapal di Indonesia.

83 DAFTAR PUSTAKA Aurelia NMD Pengelolaan Doking Kapal di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) Ujung Pandang. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Hal: 6. Budikania TS Analisis Kontribusi Teknologi Pada Industri Kecil dan Menengah Komponen Elektronika. Tesis. [terhubung tidak berkala]. [31 Maret 2009]. Hal: Dussage P., Stuart H, dan Ramantsoa B Strategic Technology Management. [terhubung tidak berkala]. [31 Maret 2009]. Fauzan A., Novita Y, dan Kurniawati VR Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Volume XVIII No.1. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Fauziyah Pengoperasian Dok Kapal di PT. Citra Karya Utama Pelabuhan Ratu, Sukabumi [Laporan Praktek Lapang]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Fuadi S Pengetahuan Dalam Arus Teknologi. [terhubung tidak berkala]. [18 April 2009]. Hany I Analisis Kandungan Teknologi Terhadap Performansi Bisnis Industri Skala kecil. Tesis. [terhubung tidak berkala]. [31 Maret 2009]. Hal: Hartati K Pengelolaan Dok Kapal di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Unit Galangan Jakarta II. [Praktek lapang]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Hal: 5-8. Indrawati SW Analisis Pengaruh Komponen Teknologi Technoware, Humanware, Infoware, dan Orgaware Terhadap Faktor Utama Daya Saing Industri Kecil. Tesis. [terhubung tidak berkala]. [31 Maret 2009]. Hal: Jalius HR Pengertian Modern. [terhubung tidak berkala]. [18 Desember 2009].

84 70 Jaya RI Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Terhadap Kinerja Sistem Percetakan Surat Kabar Harian Umum Sumatera Ekspress Dengan Metode Teknometrik. [terhubung tidak berkala]. [26 Juni 2008]. Lowe P The Management of Technology: Perception and Opportunities. Chapman & Hall. [terhubung tidak berkala]. [31 Maret 2009]. Maryono dan Istriana Teknologi informasi & komunikasi. Bogor: Quadra (Yudhistira). Hal: 3. Nazir M Metode Penelitian. Cetakan ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: Nurani TW Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process). Bogor: IPB Press. 47 hal. Prawitaningrum L Docking Kapal dan Jaringan Kerjanya di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Unit Produksi Jakarta III Jakarta Utara. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Pulungan P Suatu Studi Tentang Galangan dan Dok NV Menara Trading Coy di Tegal [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Purwasasmita M Konsep Teknologi. Bandung: Penerbit ITB. Hal: Saaty TL Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek (Terjemahan dari Decision Making for Leader the Analytcal Hierarchy Process for Decisions in Complex Word). Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Hal: Sa id EG., Rachmayanti dan Muttaqin MZ Manajemen Teknologi Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: Sevila CG., Ochave JA., Punsalan TG., Regala BP, dan Uriarte GG Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Hal: Suryana A Sosiologi Alih Teknologi. Universitas Terbuka. [terhubung tidak berkala]. [18 April 2009]. Storch RL., Hammon CP., Bunch HM, dan Moore RC Ship Production. Cornel maritime express: Maryland. Hal:

85 71 Suryansyah Y Kriteria Teknologi Perikanan dan Kelautan Untuk Pengembangan Pulau Kecil di Wilayah Perbatasan [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Sutyawan F Kegiatan Doking Kapal Perikanan di Kabupaten Batang Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal: Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Pustaka. Hal: Undang-Undang (UU) No.18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [terhubung tidak berkala]. [18 Maret 2009]. UNESCAP Technology Atlas Project. A Framework For Technology Based Development: Technology Content Assessment & Technology Climate Assessment, Volume 2 & 3. Asian and Pasific Center For Transfer Of Technology, India. Hal: [UPT BTPI] Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan Tata Cara Doking Kapal Ikan di Kawasan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. [UPT BTPI] Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan Data Produksi Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Wiraatmaja IW dan Ma ruf A The Assesment of Technology in Supporting Industry Located at Tegal Industrial Park. Proceddings of Marine Transportation Engineering Seminar. Hal: 1-10.

86 LAMPIRAN

87 73 Lampiran 1 Data produksi bulanan galangan kapal KPNDP tahun 2008 (1) Bulan Januari No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. LAUT SUBUR Des 2-Jan Purseine / Ia TONY T 2 KM. SINAR ARINDO Des 3-Jan Long line / Fp ASMANDI 3 KM. KURNIA JAYA 28-Des 2-Jan Bouke ami / Gge RUDY 4 KM. BINTANG SAMUDRA 29-Des 2-Jan Bouke ami / Da DJAMAL 5 KM. BIDADARI 31-Des 5-Jan Gill Net / Bc YONGKY 6 KM. DANAO TOBA 31-Des 5-Jan Long line / Bc HORISON S 7 KM. MARGO NUGROHO 1-Jan 11-Jan Purseine / Gc PT. PANCA 8 KM. BAGAN WIJAYA - II 2-Jan 6-Jan Gill Net / PPf MULYADI 9 KM. SAHABAT INDAH 2-Jan 7-Jan Long line / Bc JULIANDIE H 10 KM. INFINITY Jan 9-Jan Purseine / Bc SUGIARTO S 11 KM. GEMILANG 4-Jan 9-Jan Bouke ami / Bc SULISTYO 12 KM. ALFA SAMUDRA 5-Jan 10-Jan Gill Net / Bc TIE ROBIN 13 KM. HARAPAN JAYA - XI 6-Jan 8-Jan Bouke ami / Bc AMAT 14 KM. TANJUNG PESONA 6-Jan 11-Jan Bouke ami / Bc ANTON H 15 KM. WINDU SEJAHTERA 8-Jan 12-Jan Long line / Bc KOP. WINDU 16 KM. SINAR ARINDO Jan 17-Jan Long line / Fp ANTON G 17 KM. SENTOSA LESTARI 9-Jan 15-Jan Bouke ami / PPf BUDIMAN T 18 KM. INDAH KAIL 11-Jan 19-Jan Long line / Fp MARHALIM 19 KM. SIMAMPALU Jan 16-Jan Gill Net / Da JABIR S 20 KM. AMAT JAYA 11-Jan 15-Jan Bouke ami / Hha JOHAN 21 KM. GILIRANG JAYA 12- Jan 15-Jan Long Line / Bc KOP. GILIRANG 22 KM. ARCO BAHARI 12-Jan 16-Jan Bouke ami / Bc KHIM T 23 KM. TUNAS HARAPAN 15-Jan 19-Jan Bouke ami / Rre SUGIANTO 24 KM. SAMUDRA SUKSES 15-Jan 20-Jan Bouke ami / Da ISMAN K 25 KM. BINTANG MAS - II 16-Jan 20-Jan Gill Net / Bc YULIANTO L 26 KM. ANTAR MINA 18-Jan 22-Jan Long Line / Fp ANTON G 27 KM. FILLADELFIA 19-Jan 26-Jan Purseine / Ft SUKIJAT 28 KM. PALAPA - I 21-Jan 26-Jan Bouke ami / Bc MISBALI D 29 KM. GUNUNG TUJUH 23-Jan 27-Jan Bouke ami / Bb HAL KANS 30 KM. TANJUNG INDAH - III 24-Jan 28-Jan Muro Ami / Eed JUNLI H 31 KM. ANDIKA BAHARI Jan 29-Jan Bouke ami / Bc SADIKIN T Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

88 74 Lampiran 1 Lanjutan (2) Bulan Februari No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. SINAR ARINDO Jan 16-Feb Long Line / Fp Ir. BUSTAM 2 KM. TORNADO 26-Jan 31-Jan Angkut H. ABDUL R 3 KM. TRI JAYA Jan 30-Jan Bouke Ami / Bc Ng. MULIONO 4 KM. TRI JAYA - VIII 30-Jan 3-Feb Purseine / Bc Ng. MULIONO 5 KM. TIMBUL JAYA - I 30-Jan 3-Feb Muro Ami / Bc TJIANG E 6 KM. BINTANG MUTIARA 30-Jan 3-Feb Bouke Ami / Bc CHANDRA 7 KM. PASTI JAYA 31-Jan 5-Feb Bouke Ami / Bc RIYADI H 8 KM. TRI JAYA Feb 6-Feb Purseine / Bc Ng. MULIONO 9 KM. INTAN LAUT Feb 9-Feb Muro Ami / Bc TJANG W 10 KM. BERKAH 5-Feb 9-Feb Gill Net / Bc ADI Putra 11 KM. SABAR SUBUR 5-Feb 11-Feb Jaring Cumi / Bc HARDI 12 KM. MILENIUM Feb 11-Feb Long Line / PPb TIU B 13 KM. TRI JAYA - XXI 6-Feb 10-Feb Purseine / Bc Ng. MULIONO 14 KM. OCEAN - II 10-Feb 15-Feb Purseine / Bc BURHAN W 15 KM. SUBUR JAYA 10-Feb 17-Feb Bouke Ami / Bc SUKARNI 16 KM. MARLIN JAYA 10-Feb 13-Feb Bouke Ami / Bb SIEN WIJAYA 17 KM. NELAYAN PATRIA 11-Feb 16-Feb Long Line / Bc KP. NELAYAN 18 KM. SURYA MANTAP 11-Feb 19-Feb Purseine / Fp KISYANTO S 19 KM. CHARLY TN WIJAYA 12-Feb 18-Feb Long Line / Bc DESSY 20 KM. BINTANG - V 12-Feb 15-Feb Bouke Ami / Bc CIE 21 KM. MATAHARI Feb 20-Feb Angkut / Bc SANUSI S 22 KM. PUTRA BUNGSU 16-Feb 21-Feb Bouke Ami / Fp ISMAN K 23 KM. SINAR ILLAHI 16-Feb 21-Feb Long Line / Gb MARCUS 24 KM. SUMBER MAKMUR 17-Feb 22-Feb Bouke Ami / Bc HASRAT A 25 KM. RUKUN ARTA 18-Feb 24-Feb Purseine / Gge H. SUMARNO 26 KM. YAMATOBA Feb 24-Feb Bouke Ami / Bb HORISON S 27 KM. PUTRA BAHARI 19-Feb 26-Feb Bouke Ami / Ft RAMLAN P 28 KM. LANTERA 21-Feb 25-Feb Jaring Cumi / RRc SUGIANTO 29 KM. BINTANG SAMUDRA 21-Feb 26-Feb Bouke Ami / Bc LISWATI L 30 KM. BINTANG SAMUDRA 24-Feb 28-Feb Purseine / Bc ISWANDI K 31 KM. BINTANG MARS 4-Feb 11-Feb Bouke Ami / Bc SUKARNI 32 KM. SAMUDRA PASIFIK 10-Feb 14-Feb Bouke Ami / Ft TJOA SUJA Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

89 75 Lampiran 1 Lanjutan (3) Bulan Maret No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. UNION ABADI 24-Feb 1-Mar Bouke Ami / Fp ANDERS 2 KM. BTNG SAMUDERA 26-Feb 1-Mar Bouke Ami / Bc LISWATI L 3 KM. HALUAN PERKASA 26-Feb 2-Mar Bouke Ami / Gge HALOMOAN 4 KM. BINTANG MAS 29-Feb 3-Mar Angkutan Ikan / Bc SURYANI 5 KM. DANAO TOBA 29-Feb 5-Mar Purseine / Bc SUSANTO S 6 KM. BANDAR NELAYAN 1-Mar 5-Mar Bouke Ami / PPf KAMIL 7 KM. SUN JAYA - IV 2-Mar 7-Mar Purseine / Bc Ng. BOBBY F 8 KM. SAMUDERA ABADI 4-Mar 9-Mar Bouke Ami / Bb ISMAN K 9 KM. WIDIANTO - I 5-Mar 12-Mar Bouke Ami / Bc WIDIANTO 10 KM. PRIMA UTAMA 5-Mar 10-Mar Long Line / Bc JUSMAN A 11 KM. CAHAYA MADINAH 6-Mar 10-Mar Angkutan Ikan / J.8 ANBO S 12 KM. ANUGERAH 7-Mar 12-Mar Bouke Ami / HHc TJAM A LIK 13 KM. HARMONI - V 7-Mar 12-Mar Long Line / Bc PT. TIGA SB 14 KM. REMAJA PUTERA - B 8-Mar 13-Mar Bouke Ami / Bc BASUKI 15 KM. HAETERI JAYA 10-Mar 14-Mar Purseine / Fp SUGENG H 16 KM. SUMBER MAKMUR 10-Mar 16-Mar Bubu / Bc MURPIAH 17 KM. KENCANA MAS 12-Mar 21-Mar Long Line / Bc SURJANDI 18 KM. TETAP JAYA II 15-Mar 19-Mar Bouke Ami / Bc Ir. HERRY M 19 KM. BANDAR NELAYAN 16-Mar 22-Mar Bouke Ami / Bb KAMIL 20 KM. EMAN PUTERA 18-Mar 21-Mar Angkutan Ikan / Da KANDAR 21 KM. HAETERI BARU 19-Mar 24-Mar Bouke Ami / Da KAMIL 22 KM. KARYA SAMPURNA 19-Mar 24-Mar Bouke Ami / Bc JUSRIYANI 23 KM. BINTANG MUTIARA 19-Mar 23-Mar Bouke Ami / Bb CHANDRA 24 KM. BANDAR NLYN UTM 21-Mar 26-Mar Bouke Ami / Bb KAMIL 25 KM. JIMMY WIJAYA Mar 26-Mar Long Line / Fp GOEI FANNY 26 KM. BANYU URIP - I 21-Mar 24-Mar Bouke Ami / Bc Ny. DEWI S 27 KM. ROSNI - I 22-Mar 27-Mar Bouke Ami / Bc TAN PEK N 28 KM. SUN JAYA - III 24-Mar 28-Mar Long Line / Bc Ng. BOBBY F Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

90 76 Lampiran 1 Lanjutan (4) Bulan April No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. BINTANG MUTIARA 27-Mar 30-Mar Bouke Ami / Bc CHANDRA 2 KM. JAWA INDAH 27-Mar 30-Mar Angk. Ikan / Fp TJAWANTI 3 KM. KENCANA MAS - II 30-Mar 4-Apr Long Line / Ia SURJANDI 4 KM. YAMATOBA Mar 3-Apr Bouke Ami / Da HORISON S 5 KM. SAM JAYA 1-Apr 11-Apr Bouke Ami / Bb SUMIYATI 6 KM. SUMBER JAYA Apr 6-Apr Long Line / Pd MERRIJ N 7 KM. KAWAN LAMA 4-Apr 9-Apr Gill Net / Bc Ir. ANDY S 8 KM. INTAN JAYA 6-Apr 10-Apr Gill Net / PPb SIN HIAP 9 KM. SUJONO JAYA 6-Apr 10-Apr Gill Net / Bb SUWARSI 10 KM. SUMBER BAHARI 7-Apr 12-Apr Angk. Ikan / Bc SARTONO 11 KM. BERINGIN JAYA - IV 9-Apr 16-Apr Gill Net / Fp HIDAYAT S 12 KM. PUTRA MAKMUR - I 9-Apr 16-Apr Long Line / Fp ANDREAS W 13 KM. PRIMA UTAMA 12-Apr 16-Apr Angk. Ikan / Bc TJAWANTI 14 KM. PEMUDA IDAMAN 13-Apr 16-Apr Long Line / Ia SUKIRTO 15 KM. MUNCUL LESTARI 15-Apr 20-Apr Bouke Ami / Bb TJOE SANTOLI 16 KM. SRI WIJAYA 15-Apr 19-Apr Gill Net / Bc SUHARTONO 17 KM. JALA MINA 16-Apr 22-Apr Purseine / Ia CV. KARYA MINA 18 KM. JIMMY WIJAYA Apr 22-Apr Long Line / Bc PT. CHARLY W.T 19 KM. ELANG SEPAKAT 16-Apr 22-Apr Purseine / Bc ANDI 20 KM. HASANUDIN JAYA 20-Apr 25-Apr Gill Net / Bc ONG CIKAWATI 21 KM. KAIL REJEKI 20-Apr 27-Apr Gill Net / Ga AMRAN 22 KM. KEMALA SARI II 21-Apr 25-Apr Gill Net / Bc TIO ADEK 23 KM. MITRA HARAPAN 22-Apr 26-Apr Purseine / Fp KISYANTO 24 KM. MITRA JAYA I 22-Apr 30-Apr Bouke Ami / Bb HAYANTO 25 KM. NAGA MAS 25-Apr 30-Apr Bouke Ami / Bc SUPARDI 26 KM. TUNAS WIBAWA 26-Apr 30-Apr Gill Net / Fp HIDAYAT S Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

91 77 Lampiran 1 Lanjutan (5) Bulan Mei No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. CITRA EXPRES - VII 21-Apr 26-Apr Purseine / Bc SUKARDI 2 KM. JIMMY WIJAYA Apr 28-Apr Long Line / Bc PT. CHARLY 3 KM. BINTANG JAYA Apr 5-Mei Purseine / Bc DELIANA 4 KM. MITRA MANTAP 30-Apr 6-Mei Purseine / Fp SIM LIE 5 KM. HARAPAN JAYA - A 1-Mei 19-Mei Long Line / Ft BUNTAT 6 KM. KOYONG JAYA - II 1-Mei 7-May Long Line / Qa Ny. MELI 7 KM. TAO TOBA JAYA 3-Mei 8-May Bouke Ami / Ft SUSANTO S 8 KM. METRO JAYA 5-Mei 12-Mei Bouke Ami / Bc DESSY 9 KM. BINTANG PELITA 7-Mei 13-Mei Bouke Ami / Bc WANTO A 10 KM. ALAM SEMESTA 7-Mei 13-Mei Long Line / Bc EFFENDI 11 KM. MITRA JAYA 8-Mei 12-Mei Bouke Ami / Ft TONY W H 12 KM. TAO TOBA JAYA - X 8-Mei 13-Mei Bouke Ami / Bc SUSANTO S 13 KM. CENTRAL REJEKI 12-Mei 16-Mei Bouke Ami / Bc DESSY 14 KM. NAGA JAYA III 12-Mei 16-Mei Long Line / PPb KASLIM 15 KM. ANABEL 12-Mei 16-Mei Jaring / Bc FEDRIK K 16 KM. HARAPAN BARU 13-Mei 18-Mei Bouke Ami / Bc SUMANTONO 17 KM. ALAM SAMUDRA 13-Mei 19-Mei Bouke Ami / Bb KOK TJU 18 KM. SUMBER JAYA - VI 13-Mei 20-Mei Long Line / Bc AMID KIMAN 19 KM. JIMMY WIJAYA Mei 21-Mei Long Line / Bc PT. CHARLY 20 KM. SATRIA BARU 16-Mei 20-Mei Bouke Ami / Bc YANTO 21 KM. TIP Mei 17-Mei Long Line / Ft PT. TUNA RAYA 22 KM. PULAU BATAM 17-Mei 25-Mei Long Line / Bc INSAN A 23 KM. SURYA HASIL LAUT 18-Mei 25-Mei Bouke Ami / Eed ALI JOHAN 24 KM. BINTANG BARU I 19-Mei 23-Mei Long Line / Bc ALADIN 25 KM. BNTG SUKSES MAM 19-Mei 24-Mei Purseine / Bc ELISON AGUSDI 26 KM. HORISON 20-Mei 25-Mei Bouke Ami / Bc MERRIJ N 27 KM. TAN JAYA 5 20-Mei 25-Mei Bouke Ami / Bb TAN PEK N 28 KM. BANDAR NELAYAN 20-Mei 23-Mei Bouke Ami / Bc KAMIL 29 KM. GABUNGAN JY 20-Mei 24-Mei Bouke Ami / HHc RISU INTONI 30 KM. MITRA ARINDO 8-Mei 12-Mei Long Line / Bc ASMAN Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

92 78 Lampiran 1 Lanjutan (6) Bulan Juni No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. CHARLY TUNA 24-Mei 3-Jun Long Line / Bc TJETJEP 2 KM. DANAO TOBA 24-Mei 1-Jun Pancing Cumi / Bc HENGKY S 3 KM. BAHARI 26-Mei 1-Jun Pancing Cumi / Bc TJETJEP 4 KM. USAHA MANDIRI 26-Mei 1-Jun Pancing Cumi / Bc INDRA TANDI 5 KM. ANDIKA BAHARI 28-Mei 2-Jun Gill Net / Bc SADIKIN T 6 KM. TUNAS HARAPAN 29-Mei 1-Jun Pancing Cumi / Bc SURYANI 7 KM. JIMMY WIJAYA 31-Mei 4-Jun Long Line / Bc PT. CHARLY 8 KM. ANUGRAH JAYA 1-Jun 7-Jun Pancing 6 59 No.1878 PT. PAHALA 9 KM. TEGUH JAYA 1-Jun 5-Jun Bouke Ami 31 6 / Ia PHI BUN T 10 KM. TWINDO 38 2-Jun 9-Jun Pancing Cumi / Bc Ir. BUSTAM 11 KM. HARAPAN JAYA 4-Jun 9-Jun Pancing Cumi / Bc CV. HARAPAN 12 KM. TWINDO 28 5-Jun 10-Jun Pancing Cumi / Bc Ir. BUSTAM 13 KM. DANAO TOBA 8-Jun 13-Jun Pancing Cumi / Bc HENGKY S 14 KM. TWINDO 88 9-Jun 13-Jun Pancing Cumi / Bc Ir. BUSTAM 15 KM. JIMMY WIJAYA 10-Jun 15-Jun Long Line / Bc TJETJEP 16 KM. YAMATOBA Jun 14-Jun Bouke Ami / Da HORISON S 17 KM. UTAMA JAYA - I 13-Jun 18-Jun Pancing Cumi / Bc RIYADI HERU 18 KM. ANDIKA 13-Jun 18-Jun Pancing Cumi / Bc SADIKIN TINUS 19 KM. MINA JAKARTA 14-Jun 19-Jun Gill Net / Ba PEMDA DKI 20 KM. ABADI MAJU 14-Jun 20-Jun Purseine / Bc PAIRAN 21 KM. TWINDO Jun 23-Jun Pancing Cumi / Bc Ir. BUSTAM 22 KM. TWINDO Jun 24-Jun Pancing Cumi / Bc Ir. BUSTAM 23 KM. SUMBER ABADI 20-Jun 25-Jun Bouke Ami / Bc ANG EFFENDY 24 KM. ULTRA 21-Jun 25-Jun Gill Net / RRc SUGIANTO 25 KM. TRYONE 25-Jun 30-Jun Bubu / Gga VERAWATI 26 KM. FORTUNA III 23-Jun 29-Jun Angkutan Ikan / Bc SUDIANTO 27 KM. PRIMA UTAMA 25-Jun 29-Jun Pancing Cumi / Bc KASLIM Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

93 79 Lampiran 1 Lanjutan (7) Bulan Juli No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. BINTANG 25-Jun 2-Jul Bouke Ami / Bc DESSY 2 KM. CAMAR 27-Jun 2-Jul Fish Net / Bc DICKY L 3 KM. SUMBER JAYA 29-Jun 5-Jul Gill Net / Bc AMID K 4 KM. MITRA ARINDO 29-Jun 4-Jul Long Line / Fp ANTON G 5 KM. TIP Jun 11-Jul Angkutan Ikan / Bc PT. TUNA RIP 6 KM. NAILI - B Jul 6-Jul Bouke Ami / Bc WENY Y 7 KM. MINA ARINDO 3-Jul 11-Jul Long Line / Fp IR. BUSTAM 8 KM. MITRA UNITED 4-Jul 13-Jul Purseine / Fp IR. SUSANTO 9 KM. SAMUDRA INDAH 5-Jul 10-Jul Fish Net / Bc ANG CAU L 10 KM. BINTANG MINA 10-Jul 18-Jul Bouke Ami / Fp WIBOWO 11 KM. SURYA 10-Jul 19-Jul Angkutan Ikan / Eed ALI JOHAN 12 KM. UTAMA JAYA 11-Jul 17-Jul Bouke Ami / Bc RINTONO H 13 KM. BERKAT SAHABAT 11-Jul 18-Jul Long Line / Qa SARJONO 14 KM. PELITA HARAPAN 12-Jul 24-Jul Bouke Ami / Bc TAMRIN H 15 KM. ARMADA JAYA II 16-Jul 24-Jul Bouke Ami / Bc JAP GIOK L 16 KM. BAHTERA KASIH 16-Jul 21-Jul Bouke Ami / Bc ENNY S 17 KM. ASIA BAGUS Jul 22-Jul Jaring Cumi / Bc MARTONO 18 KM. UNION ABADI 18-Jul 26-Jul Bouke Ami / Fp ANDERS 19 KM. SAFIR ALAM - IV 19-Jul 24-Jul Gill Net / Bc NARDI 20 KM. RATU PURNAMA 19-Jul 25-Jul Bouke Ami / Bc LENA P 21 KM. YAMATOBA Jul 26-Jul Bouke Ami / Bb HORISON S 22 KM. REZEKI 20-Jul 28-Jul Bouke Ami / Bc ANG CAU L 23 KM. JIMMY WIJAYA Jul 26-Jul Long Line / Bc TJETJEP 24 KM. ASIA PRIMA 1 22-Jul 26-Jul Long Line / Bc PT. PERSADA 25 KM. JITU WAHID 24-Jul 28-Jul Gill Net / Bc ASMIN 26 KM. MAJU JAYA Jul 29-Jul Bouke Ami 30 9 / Gb M. HANAFIAH 27 KM. PRIMA JY UTAMA 25-Jul 29-Jul Bouke Ami / Bc ANTONO 28 KM. JIMMY WIJAYA Jul 30-Jul Long Line / Bc PT. CHARLY 29 KM. BINTANG ARINDO 26-Jul 31-Jul Long Line / Fp ANTONY Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

94 80 Lampiran 1 Lanjutan (8) Bulan Agustus No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. SURYA MANTAP 28-Jul 6-Agst Purseine / Fp KISJANTO S 2 KM. VIVA GLORIA 29-Jul 5-Agst Bouke Ami / Bc SADIKIN T 3 KM. MUARA INDAH 31-Jul 4-Agst Fish Net / Bc SUYANTO 4 KM. SRI MARIANA 1-Agst 6-Agst Long Line / Bc DESSY 5 KM. FERNANDO II 2-Agst 6-Agst Purseine / Bc NG. IRAWATI 6 KM. MEKAR WIJAYA 2-Agst 9-Agst Bouke Ami / Ia SOFYAN SARI 7 KM. BINTANG BARU 5-Agst 12-Agst Long Line / Bc SUANLI M 8 KM. SUN RISE I 5-Agst 10-Agst Long Line / Bc Ng. INHOK 9 KM. JIMMY WIJAYA 6-Agst 11-Agst Long Line / Fp PT. CHARLY 10 KM. SETIA 6-Agst 12-Agst Bouke Ami / Bc TEHING 11 KM. PURI SANGIANG 6-Agst 13-Agst Bouke Ami / Bc RUSLAN 12 KM. COLUMBUS 7-Agst 15-Agst Bouke Ami / RRc M. UMAR 13 KM. PERINTIS PUTRA 7-Agst 12-Agst Bouke Ami / Bc LU ENG H 14 KM. REJEKI GARUDA 9-Agst 18-Agst Bouke Ami / SSd Ir. CIPTA 15 KM. JIMMY WIJAYA 11-Agst 18-Agst Purseine / Bc GOEI FANNY 16 KM. NAILI VIII 12-Agst 16-Agst Angkutan Ikan / Bc WENI Y 17 KM. JAYA KALBAR 12-Agst 20-Agst Bouke Ami / Bc RUDI 18 KM. HERU JAYA - III 13-Agst 18-Agst Bouke Ami / Bc RIYADI HERU 19 KM. NELAYAN MAJU 14-Agst 22-Agst Bouke Ami / Bc HERMANTO 20 KM. SINAR 16-Agst 21-Agst Angkutan Ikan / HHd ABDUL M 21 KM. MITRA - II 16-Agst 23-Agst Bouke Ami / PPn WANTO A 22 KM. MALINDO 16-Agst 21-Agst Long Line / PPb TJENG PENG 23 KM. SRI MARIANA - 18-Agst 24-Agst Long Line / Bc TJETJEP 24 KM. INDO KAIL 20-Agst 25-Agst Long Line / Fp PT. PERSADA 25 KM. CIPTA SUKSES 20-Agst 27-Agst Bouke Ami / Bc SYARIF T 26 KM. SUMBER JAYA 21-Agst 26-Agst Long Line / Bc SUHARTO 27 KM. IMANUEL 21-Agst 29-Agst Bouke Ami / Bc DEVIANA N 28 KM. NANDO JAYA 22-Agst 26-Agst Long Line / Bc HENDI R 29 KM. PERINTIS JAYA 23-Agst 29-Agst Bouke Ami / Bc OEY KAH H 30 KM. SINAR BINTANG 23-Agst 28-Agst Purseine / Bc SUKAMTO Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

95 81 Lampiran 1 Lanjutan (9) Bulan September No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. SAFIR ALAM - II 24-Agst 28-Agst Gill Net / Bc MARDI 2 KM. JIMMY WIJAYA - I 24-Agst 29-Agst Long Line / Bc PT. CHARLY 3 KM. GABUNGAN JY 25-Agst 30-Agst Long Line / Fp SALIM A 4 KM. BANDAR 27-Agst 3-Sep Bouke Ami / Bc KAMIL 5 KM.SUMBER JAYA II 27-Agst 31-Agst Long Line / Bc AMID KIMAN 6 KM. NAILI - VI 28-Agst 1-Sep Long Line / Bc SUASAN 7 KM. JIMMY WIJAYA 29-Agst 2-Sep Long Line / Bc PT. CHARLY 8 KM. RAJAWALI SFI II 30-Agst 4-Sep Angk.Ikan / Bc YVONNE W 9 KM. GABUNGAN JY 30-Agst 8-Sep Long Line / Fp CANDRAWAN 10 KM. PLANET JAYA - III 30-Agst 6-Sep Bouke Ami / Bc EFFENDY 11 KM. SURYA PERMATA 31-Agst 8-Sep Bouke Ami / Bc SAMSUL B 12 KM. BINTANG 3-Sep 9-Sep Long Line / Bc DESSY 13 KM. PULAU MAKMUR 3-Sep 6-Sep Gill Net C / PPf TAN BENG H 14 KM. INFINITY II 4-Sep 9-Sep Long Line / Bc PT. GEM 15 KM. SAMUDRA INDAH 5-Sep 12-Sep Bouke Ami / Ft HENDRO S 16 KM. PULAU MAKMUR 6-Sep 10-Sep Gill Net C / PPf TAN BENG H 17 KM. RATU JALANIDI - I 6-Sep 12-Sep Bouke Ami / Bc RUSLAN 18 KM. SUMBER JAYA V 8-Sep 12-Sep Long Line / Bc AMID KIMAN 19 KM. SUMBER JAYA I 9-Sep 13-Sep Long Line / Bc MERRIJ N 20 KM. CHARLY TUNA 10-Sep 17-Sep Long Line / Bc GOEI FANNY 21 KM. CHANDRA 12-Sep 18-Sep Bouke Ami / Bc ROBIN 22 KM. BUBU JAYA 14-Sep 21-Sep Long Line / Bc SUGIANTO H 23 KM. PULAU MAKMUR 15-Sep 19-Sep Gill Net C / Bc TAN BENG H 24 KM. REMAJA ABADI 17-Sep 21-Sep Bouke Ami / Fp DJONI S 25 KM. CHARLY TUNA 17-Sep 23-Sep Long Line / Bc GOEI FANNY Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

96 82 Lampiran 1 Lanjutan (10) Bulan Oktober No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. TAN JAYA Sep 24-Sep Bouke Ami / Bb TAN PEK N 2 KM. KENCANA MAS Sep 26-Sep Long Line / Ia SUPRIONO 3 KM. HANINDO Sep 26-Sep Gill Net / Bc SUMITRO 4 KM. HALOGEN STAR 20-Sep 24-Sep Purseine / Bc Ng. IRAWATI 5 KM. SENTOSA - VI 21-Sep 25-Sep Bouke Ami / PPb BUDIJONO L 6 KM. SUN RISE - VI 23-Sep 27-Sep Purseine / Bc Ng. IN HOK 7 KM. TANJUNG 5-Okt 11-Okt Bouke Ami / Bc ANTON H 8 KM. HASANUDIN 6-Okt 10-Okt Gill Net / Bc ONG CIKA 9 KM. SINAR BONE 7-Okt 18-Okt Angkutan Ikan / Bb MUCHTAR T 10 KM. SIMAMPALU - II 9-Okt 13-Okt Angkutan Ikan / Bc JABIR S 11 KM. PUTRA SAMUDRA 9-Okt 20-Okt Bouke Ami / PPf HENDI S 12 KM. BINTANG JAYA 10-Okt 15-Okt Bouke Ami / Bc SAMSIR 13 KM. ASIA PERKASA 11-Okt 17-Okt Long Line / PPb IJIJ KIAT 14 KM. UTAMA JAYA - V 13-Okt 19-Okt Angkutan Ikan / Bc RINTONO H 15 KM. MITRA SEJATI 14-Okt 24-Okt Purseine / Fp SALAM 16 KM. KERUKUNAN 14-Okt 21-Okt Purseine / Bc HESTY S 17 KM. BIDADARI 16-Okt 21-Okt Bouke Ami / Bc TONI 18 KM. BALI INDAH - VIII 18-Okt 23-Okt Gill Net C / Ft MUDIAN A 19 KM. TIP Okt 22-Okt Long Line / Bc KASLIM 20 KM. CHARLY TUNA Okt 23-Okt Long Line / Bc DESSY 21 KM. MITRA JAYA 19-Okt 24-Okt Purseine / Ga KISYANTO S 22 KM. ALAM MAKMUR 20-Okt 24-Okt Gill Net / Bb EDY S 23 KM. USAHA ABADI 21-Okt 25-Okt Bouke Ami / Bc INDRA TANDI 24 KM. PULAU BATAM 22-Okt 28-Okt Long Line / Bc INSAN ANTA 25 KM. CHARLY TUNA Okt 27-Okt Long Line / Bc PT. CHARLY 26 KM. MINA JAYA 24-Okt 27-Okt Bouke Ami / Fp MULIA T 27 KM. SARTIKA SARI 24-Okt 27-Okt Jaring Tangsi / Ba TIO ADEK Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

97 83 Lampiran 1 Lanjutan (11) Bulan November No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. CITRA ARINDO 25-Oct 4-Nov Long Line / Fp ANTON G 2 KM. BINTANG 27-Oct 1-Nov Long Line / Bc PT. TUNA 3 KM. SINAR 27-Oct 30-Oct Jaring Tangsi / Ba EFFENDI 4 KM. CITRA LINE 28-Oct 1-Nov Angkutan Ikan / Ppe LISWANI 5 KM. PELITA JAYA 1-Nov 11-Nov Long Line / Fp ASMANDI 6 KM. JIMMY WIJAYA 1-Nov 6-Nov Long Line / Hha PT. CHARLY 7 KM. SIMAMPALU - III 1-Nov 5-Nov Gill Net / Bc JABIR S 8 KM. MEGARIA 1-Nov 14-Nov Bubu / Mp SIONG BIE 9 KM. MARGO NUGROH 4-Nov 14-Nov Purseine / Gc PT. PANCA 10 KM. MINA GRAHA 5-Nov 11-Nov Bouke Ami / Bc TEGUH S 11 KM. JIMMY WIJAYA 6-Nov 12-Nov Purseine / Bc PT. CHARLY 12 KM. MINA ANUGRAH 7-Nov 11-Nov Long Line / Bc MEIFI S 13 KM. SINAR BULAN 8-Nov 12-Nov Bouke Ami / Bc SUKRISNANTO 14 KM. BAGAN WIJAYA 11-Nov 16-Nov Bouke Ami / PPf MULYADI 15 KM. SAPUTRA JAYA 11-Nov 16-Nov Bouke Ami / Bc SUNJAYA S 16 KM. BINTANG 11-Nov 15-Nov Bouke Ami / Bc G I A 17 KM. JIMMY WIJAYA Nov 18-Nov Long Line / Bc PT. CHARLY 18 KM. FAUNA SAMUDRA 14-Nov 10-Nov Bouke Ami / Bc HANDY K 19 KM. BINTANG 15-Nov 22-Nov Bouke Ami / Bc WANTO A 20 KM. BINTANG 15-Nov 18-Nov Bouke Ami / Bc CHANDRA 21 KM. SURYA HSL LAUT 15-Nov 25-Nov Bubu / N ALI JOHAN 22 KM. SUBUR JAYA 17-Nov 20-Nov Bouke Ami / Bc MARJANI H 23 KM. JIMMY WIJAYA 18-Nov 24-Nov Long Line / Bc PT. CHARLY 24 KM. UTAMA JAYA - II 20-Nov 24-Nov Angkutan Ikan / Bc RINTONO H 25 KM. SUMBER REJEKI 20-Nov 25-Nov Bouke Ami / Bc HARIJANTO J 26 KM. DANAO TOBA 24-Nov 28-Nov Long Line / Bc HORISON S 27 KM. BAHAGIA II 24-Nov 29-Nov Angkutan Ikan / Bc OEI HIAN EK Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

98 84 Lampiran 1 Lanjutan (12) Bulan Desember No Nama Kapal Tanggal Alat Tanda Pemilik/ GT Tangkap Selar Pengurus Naik Turun 1 KM. SUMBER MAKMUR 27-Nov 1-Dec Bouke Ami / Bc HASRAT A 2 KM. SINAR ARINDO 28-Nov 6-Dec Longline / Fp Ir. BUSTAM 3 KM. PELANGI JAYA 30-Nov 5-Dec Bouke Ami / Ge M. HANFIAH 4 KM. SINAR ARINDO 1-Dec 13-Dec Longline / Fp Ir. BUSTAM 5 KM. YULIA BARU 2-Dec 7-Dec Bouke Ami / Bc HARTONO 6 KM. BINTANG ABADI 3-Dec 7-Dec Bouke Ami / Bc HENCRO W 7 KM. BERUNA 5-Dec 12-Dec Bouke Ami / Bc GUNAWAN T 8 KM. MEGAH 6-Dec 18-Dec Longline / Fp Ir. BUSTAM 9 KM. PUTRA BAHARI 7-Dec 14-Dec Bouke Ami / Ft RAMLAN P 10 KM. SINAR BAHARI 7-Dec 13-Dec Bouke Ami / Eed GUNAWAN A 11 KM. PALAPA I 9-Dec 21-Dec Bouke Ami / Bc MISBALI D 12 KM. IRENE 10-Dec 14-Dec Gill Net / Bb HENDRA W 13 KM. SURYA CITRA 13-Dec 21-Dec Bouke Ami / Dda ASAN M 14 KM. CAHAYA SETIA 13-Dec 21-Dec Longline / Bc YACOBUS Ir 15 KM. ARGO MINA Dec 21-Dec Longline / Bc PT. SINAR 16 KM. CHANDRA 14-Dec 17-Dec Angkutan Ikan / Bc CHANDRA 17 KM. CHANDRA 14-Dec 17-Dec Angkutan Ikan / Bc CHANDRA 18 KM. MARLIN JAYA 14-Dec 19-Dec Bouke Ami / Bb SIEN WIJAYA 19 KM. HARAPAN INDAH 14-Dec 23-Dec Angkutan WAHAP 20 KM. SOPO NGIRO Dec 20-Dec Gill Net / J. 15 M. MAKRUF 21 KM. SERIWIJAYA 17-Dec 23-Dec Bouke Ami / Gge RUMINAH 22 KM. SUMBER LANCAR 21-Dec 24-Dec Bouke Ami / Ha DRg. RATNA Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2009

99 85 Lampiran 2 Kondisi galangan kapal KPNDP 1) Lokasi galangan kapal KPNDP Galangan kapal KPNDP LS dan BT 2) Kantor galangan kapal KPNDP

100 86 Lampiran 2 Lanjutan 3) Galangan kapal KPNDP

101 Lampiran 2 Lanjutan 87

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield vide Nazir (2003), studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan (Maryono & Istiana,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011. Pengamatan dan pengumpulan data akan dilaksanakan bulan Agustus 2011 di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta Oleh: Achmad Fauzan 1 *, Yopi Novita 2, dan Vita Rumanti

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 ANALISIS PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI PADA GALANGAN KAPAL DI SEKITAR PPI MUARA ANGKE (The Analysis of Shipyard s Technology Level

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Galangan Galangan PT. Proskuneo Kadarusman memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Jumlah kapal yang dibangun di galangan tersebut

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Produktivitas Galangan Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 28 4 KEADAAN UMUM GALANGAN Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan kapal KPNDP berada satu wilayah komplek

Lebih terperinci

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

Kemampuan Teknologi. Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989

Kemampuan Teknologi. Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989 Kemampuan Teknologi Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989 Wieke Irawati Kodri fe_bandung@yahoo.com Empat komponen

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK)

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) Rina Sandora*, Udisubakti Ciptomulyono**, Hari Supriyanto*** Pascasarjana

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu Analisis Kontribusi Pada Keripik Buah Di Kota Batu Analysis of Contributions Component Technology In SME Fruit Chips In Batu City Sigit Prayitno 1) *, Imam Santoso 2), Usman Effendi 2) 1) Alumni Jurusan

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK Retno Indriartiningtias 1, Resta Amijaya, dan Widi Nugroho Laboratorium Manajemen Industri Program

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI

PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI Ari Basuki Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, e-mail:

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN LAMPIRAN 66 Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN Kuesioner lanjutan untuk keperluan : Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang berpengaruh

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG 1 STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG MEIDA SAPTUNAWATI SKRIPSI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO. Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1

PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO. Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1 PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1 ABSTRAK Dalam dunia industri yang terus menerus berkembang

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analisis Tingkat Kontribusi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analysis of Contributions of Technology in Production of Fruit Chips

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

Keywords: Technology management, Technometric, Technologi Contribution Coefficient (TCC), Analytical Hierarchi Process (AHP).

Keywords: Technology management, Technometric, Technologi Contribution Coefficient (TCC), Analytical Hierarchi Process (AHP). ASSESMENT TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI PRESS TOOL DI PT. KENZA PRESISI PRATAMA DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Akbar Arsyad, Udisubekti Cipto Mulyono, Haryono Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: 133-144 Tahun 2017 133 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri http://www.industria.ub.ac.id ISSN 2252-7877 (Print)

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA BAB II. STUDI PUSTAKA Industri galangan kapal dewasa ini memiliki perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang 12 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1. Kerangka Teknologi ATLAS... 1 2. Gambar.1.2. Diagram Keterkaitan... 4 3. Gambar 1.3. Alur Penelitian... 7 4. Gambar 2.1. Proses Input dan Output... 8 5. Gambar 2.2. Skema

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PRAMUDYA PRATAMA PUTRA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT JOKO TRI PRASETYO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 20, ISBN : 9-02-9-- Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember Naning Retnowati ), Financia Mayasari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data 20 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI), Muara Angke, Jakarta.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware

Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware 48 Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware Hasil Survei Skor 1 Tipe mesin yang digunakan Mekanik (crane

Lebih terperinci

8/"t"r*t*'%r"r;rr* q"*"fr Qfr%t^* afhfl,h dm-,r" NOMOR 125 TAHUN 2OO9 TENTANG

8/tr*t*'%rr;rr* q*fr Qfr%t^* afhfl,h dm-,r NOMOR 125 TAHUN 2OO9 TENTANG ,*/ 8/"t"r*t*'%r"r;rr* q"*"fr Qfr%t^* afhfl,h dm-,r" PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 125 TAHUN 2OO9 TENTANG PELAYANAN FASILITAS PERBAIKAN KAPAL (DOCKING) DI KAWASAN BALAI

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1

TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1 TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1 Moh. Adam Jerusalem, S.T., S.H. Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI)

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) A N N I S A SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Materials Supply Chain Analysis In The Maritime Industrial Estate On The Productivity Of Shipbuilding

Lebih terperinci

Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung)

Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung) Performa (2010) Vol. 9, No.2: 11-18 Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung) Retno Indriartiningtias * Bidang Minat Manajemen Industri, Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 287-4235 Vol. 5, No. 1, Mei 214 Hal: 79-89 JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Network and Effectiveness of Ship Repair at KPNDP

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 2:

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 2: Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor : 96-06 96 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 5(): 96-06 (06) ISSN 5-7877 (Print) ISSN 59-89 (Online) Tersedia

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT 2.1 Peta Laut Peta laut adalah representasi grafis dari permukaan bumi yang menggunakan simbol, skala, dan sistem proyeksi tertentu yang mengandung informasi serta menampilkan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO

ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO Hana Catur Wahyuni, Udisubakti Ciptomulyono, Hari Supriyanto Jurusan Teknik Industri ITS Email :

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat beberapa

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah kapal banyak sekali terdapat system permesinan yang salah satunya terkadang berkaitan pada saat kapal beroperasi, salah satunya adalah bow thruster yang

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5360 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era perdagangan bebas, saat ini persaingan dunia usaha dan perdagangan semakin kompleks dan ketat. Hal tersebut tantangan bagi Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Ragil Utomo C54102006 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci