SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN LISTRIK KOMPOSIT FILM BERBASIS Fe-filled MULTIWALLED NANOTUBE CARBON NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN LISTRIK KOMPOSIT FILM BERBASIS Fe-filled MULTIWALLED NANOTUBE CARBON NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN LISTRIK KOMPOSIT FILM BERBASIS Fe-filled MULTIWALLED NANOTUBE CARBON NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis dan Karakterisasi Sifat Magnetik dan Listrik Komposit Film Fe-Filled Multiwalled Nanotube Carbon (MWNT) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Nadia Putry Utami S NIM G

4 ABSTRAK NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI. Sintesis dan Karakterisasi Sifat Magnetik dan Listrik Komposit Film Berbasis Fe-Filled Multiwalled Nanotube Carbon Dibimbing oleh SITI NIKMATIN dan SETYO PURWANTO. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi sifat magnetik dan listrik komposit film berbasis Fe-Filled Multiwalled Nanotube Carbon dengan metode Simple Mixing. Pada penelitian ini digunakan MWNT dan Fe-MWNT yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya. PVA dicampurkan dengan MWNT dan PVA dicampurkan dengan Fe-MWNT, baru kemudian dilakukan proses evaporasi dimana komposit tersebut hanya didiamkan selama 2 hari di udara terbuka pada temperatur ruangan sampai akhirnya membentuk film tipis. Analisis X-Ray Diffractometer menunjukkan dengan adanya penambahan MWNT dan Fe-MWNT akan mengubah sifat konduktivitas yang dilihat dari ukuran butir. Struktur morfologi dari PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT juga terlihat jelas dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy. Analisis LCR menunjukkan PVA/MWNT bersifat isolator dan PVA/Fe-MWNT bersifat konduktor. Sedangkan untuk sifat magnetik PVA/MWNT bersifat diamagnetik dan PVA/Fe- MWNT bersifat paramagnetik hasil pengujian dengan Vibrating Sampel Magnetometer. Kata kunci :Fe-MWNT, MWNT, PVA, sifat listrik, sifat magnetik ABSTRACT NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI. Synthesis and Characterization of Magnetic and Electric Properties Composite Film Based Fe-Filled Multiwalled Carbon Nanotubes. Guided by SITI NIKMATIN dan SETYO PURWANTO. Research and development have synthesis and characterization of magnetic and electrical properties of composite films based on Fe-Filled Multiwalled Carbon Nanotubes (MWNT) with the Simple Mixing method. In this study used MWNT and Fe-MWNT from the last research. MWNT mixed with PVA and PVA mixed with Fe-MWNT, and then do evaporation process where composite is allowed to stand for 2 days at the temperature room until finally forming a thin film. Analysis of X-Ray Diffractometer shows that the addition of MWNT and Fe-MWNT will enhance the conductivity from the number of broad grain size. Morphological structure of PVA/MWNT and PVA/Fe-MWNT also obvious by using Scanning Electron Microscopy. LCR analysis showed that PVA/MWNT are insulators and PVA/Fe-MWNT are conductors. As for the magnetic properties of PVA/MWNT is diamagnetic and PVA/Fe-MWNT is paramagnetic test results with Vibrating Sample Magnetometer. Keywords : electrical properties, Fe-MWNT, magnetic properties, MWWNT, PVA

5 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN LISTRIK KOMPOSIT FILM Fe-Filled MULTIWALLED NANOTUBE CARBON NADIA PUTRY UTAMI SUWANDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi: Sintesis dan Karakterisasi Sifat Magnetik dan Listrik Komposit Film Berbasis Fe-Filled Multiwalled Nanotube Carbon Nama : Nadia Putry Utami Suwandi NIM : G I>r. Siti ~iknaarirl S.Si,~i Pembimbing I ~ o Purwanto M.En Pembimbing II Diketahui oleh Tanggal Lulus: '1'6 SEP 2013

8 Judul Skripsi : Sintesis dan Karakterisasi Sifat Magnetik dan Listrik Komposit Film Berbasis Fe-Filled Multiwalled Nanotube Carbon Nama : Nadia Putry Utami Suwandi NIM : G Dr. Siti Nikmatin, S.Si, M.Si Pembimbing I Dr. Setyo Purwanto, M.Eng Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhirudin Maddu Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul Sintesis dan karakterisasi sifat magnetik dan dielektrik komposit Fe-filled carbon nanotube. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat melakukan penelitian dan memperoleh gelar sarjana Sains di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Siti Nikmatin selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 2. Bapak Setyo Purwanto selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 3. Bapak Akhirudin Maddu dan Bapak Irzaman selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran. 4. Kedua orang tua penulis Bapak Suwandi dan Ibu Anna Hasanah yang selalu mendoakan, membimbing dan memberikan semangat. 5. Kakak dan Adik Nindya Ayu Pratiwi dan Diana Triwulandari yang selalu mendukung dan memberikan semangat. 6. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 7. Singgih family (keluarga TPB) Singgih Giri, Amanda, Annisa, Ines, Della, Lutfi, Apis, Bagas, Agung, Anugrah, Natasha, dan Fitri. 8. Vino Fernando yang telah mendampingi dan memberikan semangat. 9. Sahabat-sahabat tercinta Ihsan, Lina,. Shelly, Anindya, Astrid, Olga, Yulia, Doddy, Ayu yang selalu mendukung dan memberikan semangat. 10. Teman-teman seperjuangan fisika 46 Irma, Zashli, Firda, Alpi, Agi, Chriss, Rian, Anugrah, Husnul dan Helena. 11. Pihak BATAN PTBIN bapak Mashadi, Ibu Madesa, bapak Saiful, bapak Yunas, bapak Purwanto, pak Salim dan pak Safei atas bantuan dan bimbingannya. 12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu, terimakasih banyak atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk pengembangan penelitian yang lebih baik. Bogor, Juni 2013 Nadia Putry Utami S

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian 6 Alat dan Bahan Penelitian 6 Prosedur Penelitian 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Difraksi Sinar X 9 Analisis Sifat Morfologi 14 Analisis Sifat Listrik 18 Analisis Sifat Magnetik 22 SIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 46 DAFTAR TABEL 1 Hasil Perhitungan FWHM PVA dan PVA/MWNT 11 2 Hasil Perhitungan Ukuran Butiran PVA dan PVA/MWNT 11 3 Hasil Perhitungan FWHM PVA dan PVA/Fe-MWNT 13

11 4 Hasil Perhitungan Ukuran Butiran PVA dan PVA/Fe-MWNT 14 5 Nilai EDS SEM PVA/MWNT 16 6 Nilai EDS SEM PVA/Fe-MWNT 18 7 Hasil Perhitungan Konduktivitas PVA dan PVA/MWNT 20 8 Hasil Perhitungan Konduktivitas PVA dan PVA/Fe-MWNT 22 DAFTAR GAMBAR 1 Carbon Nanotube 3 2 Struktur Gugus Fungsi Polyvinil Alchohol 5 3 Sintesis PVA/MWNT 7 4 Sintesis PVA/Fe-MWNT 8 5 Hasil Pengujian XRD untuk PVA dan PVA/MWNT 9 6 Literatur pola XRD untuk PVA dan MWNT 10 7 Grafik Jumlah Ukuran Butir PVA dan PVA/MWNT 12 8 Hasil Pengujian XRD untuk PVA dan PVA/Fe-MWNT 13 9 Grafik Jumlah Ukuran Butir PVA dan PVA/Fe-MWNT Citra SEM untuk PVA, PVA/MWNT 2, dan PVA/MWNT Citra SEM untuk PVA/Fe-MWNT 2 dan PVA/Fe-MWNT Hasil Pengujian Konduktivitas untuk PVA dan PVA/MWNT Pengaruh Variasi Konsentrasi MWNT terhadap konduktivitas Hasil Pengujian Konduktivitas PVA dan PVA/Fe-MWNT Pengaruh Variasi Konsentrasi MWNT terhadap konduktivitas Hasil Pengujian VSM untuk PVA dan PVA/MWNT Hasil Pengujian VSM untuk PVA dan Pva/Fe-MWNT 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram Alir Penelitian PVA/MWNT 28 2 Diagram Alir Penelitian PVA/Fe-MWNT 29 3 Hasil Pengujian XRD 30 4 Hasil Pengujian SEM 35 5 Hasil Pengujian LCR 40 4 Hasil Pengujian VSM 43

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi nano dewasa ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan sudah banyaknya produk hasil teknologi nanopartikel yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seperti komponen barang-barang elektronik dan lain-lain. Teknologi modern dengan material yang baru mempunyai sifatsifat yang lebih baik. Material nanopartikel bisa menampilkan sifat optik, elektronik, magnetik, dan kimia yang lebih baik dengan menyisipkan nanopartikel seperti clay, logam atau MWNT yang bertindak sebagai filler dalam sebuah matriks. Nanokomposit menunjukkan sifat baru yang lebih unggul dibandingkan dengan material asalnya. 1 Nanomaterial memiliki sifat yang khas dan banyak diminati karena memiliki ukuran partikel yang sangat kecil (1 nm = 10-9 m), sehingga luas permukaamnya sangat tinggi. Di samping itu, dengan ukuran yang sangat halus, maka sifat-sifat khas unsur tersebut akan muncul dan dapat direkayasa, misalnya sifat kemagnetan, optik, kelistrikan, termal dan lainnya. 2 Salah satu hasil dari teknologi nano adalah karbon dalam ukuran nanometer atau biasa disebut carbon nanotube (CNT). CNT adalah satu rantai atom karbon yang berikatan secara heksagonal berbentuk silinder tabung yang berdiameter nanometer. Beberapa metode dapat digunakan untuk sintesis CNT antara lain Chemical Vapor Deposition (CVD), Laser Ablation dan Spray Pyrolysis. CNT terdiri dari 2 jenis yakni SWNT (Single Walled Nanotube Carbon) dan MWNT (Multi Walled Nanotube Carbon). 3 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan sifat magnetik dan listrik dari campuran PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT pada konsentrasi yang berbeda. Hal ini memungkinkan apakah dengan adanya penambahan MWNT dan Fe- MWNT yang banyak akan mengubah sifat magnetik dan listrik dari komposit film ini. Penelitian ini menggunakan metode Simple Mixing dengan pelarut berupa Polivinil Alkohol (PVA). Metode Simple Mixing merupakan metode pencampuran sederhana dimana pembuatan atau sintesis material nanokomposit dilakukan dengan cara mencampurkan PVA dengan MWNT (nanotube karbon) menjadi PVA/MWNT dan pencampuran PVA dengan Fe-MWNT (unsur Fe yang telah dimasukkan kedalam MWNT) menjadi PVA/Fe-MWNT yang diaduk hingga homogen dan dibiarkan sampai kering. Dengan variasi konsentrasi yang dilakukan terhadap PVA, MWNT dan Fe- MWNT, hal ini memungkinkan untuk mengetahui apakah sifat listrik dan sifat magnetik dari komposit film ini akan meningkat. 4 Perumusan Masalah 1. Belum diketahuinya secara mendetail kondisi optimum pembuatan komposit film Fefilled Multiwalled Carbon Nanotube Polivinil Alkohol, khususnya dengan pendispersi SDS MWNT. 2. Belum diketahuinya sifat magnetik dan dielektrik dari komposit film yang dibuat dengan metode Simple Mixing dengan pelarut berupa Polyvinil Alcohol.

13 2 Tujuan Penelitian 1. Mensintesa dan karakterisasi sifat magnetik dan listrik seperti sifat hantaran atau konduktivitas bahan komposit film Fe-filled Multiwalled Carbon Nanotube (MWNT) 2. Mengetahui kondisi optimum pembuatan Komposit Film Fe-filled Multiwalled Carbon Nanotube 3. Mencari sifat magnetik dan listrik yang terbaik dari Komposit Film Fe-filled Multiwalled Carbon Nanotube..

14 TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Nano dan Carbon Nanotube Teknologi nano dapat didefinisikan sebagai bidang-bidang teknologi dimana dimensi dan toleransi pada skala nano memainkan peranan penting, teknologi nano meliputi pencitraan, pemodelan, pengukuran, fabrikasi dan manipulasi sesuatu pada skala nano. Setelah adanya penemuan fullerene ini kemudian memicu ditemukannya material baru bernama carbon nanotube. Struktur CNT mirip dengan fullerene. Bedanya, atomatom karbon pada fullerene membentuk struktur seperti bola, sedangkan CNT berbentuk silinder yang tiap ujungnya ditutup oleh atom-atom karbon yang berbentuk setengah struktur fullerene. Struktur CNT pertama kali ditemukan oleh Sumio Iijima dari NEC Laboratories di Jepang. 1 Berdasarkan jumlah dindingnya, CNT secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu CNT berdinding tunggal dan CNT berdinding banyak. Sifatsifat CNT yang luar biasa itu kemudian dapat diturunkan secara spesifik dengan menganalisis lembaran penyusun dinding tersebut, yaitu graphene (grafit berbentuk lembaran) yang digulung menjadi silinder. Salah satu bentuk dari carbon nanotube diperlihatkan pada Gambar 1. 5 Gambar 1 menunjukkan cara untuk menggulung lembaran graphene menjadi sebuah CNT, sama seperti ketika kita ingin menggulung selembar kertas. Gambar 1 Carbon Nanotube

15 4 Sifat Listrik dan Konduktivitas Elektrik CNT Karbon nanotube dengan diameter yang lebih kecil dapat menjadi semikonduktor atau menjadi metalik tergantung pada vector khiral. Berdasarkan teori zat padat, CNT memiliki kelakuan listrik yang ganda, yaitu sebagai logam atau semikonduktor. Jika (nm)/3 merupakan bilangan bulat maka CNT bersifat logam, sedangkan jika (n-m)/3 bukan bilangan bulat maka CNT bersifat semikonduktor. Keunikan sifat listrik CNT pada dasarnya merupakan turunan sifat dari struktur elektronik yang tidak biasa dari graphene dengan ikatan karbon sp 2. Graphene memiliki keadaan yang mampu menghantarkan listrik dengan tingkat energi yang ada di perbatasan struktur elektronik. Keadaan ini biasa disebut zero bandgap semiconductor atau semimetal karena bersifat logam (konduktor) pada arah tertentu dan semikonduktor pada arah lainnya. 2,3 Sifat elektrik dari nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa karena memiliki surface area yang besar. Hal ini berkaitan dengan resistivitas listrik yang mengalami kenaikan dengan berkurangnya ukuran partikel. Sifat Magnetik Sifat kemagnetan dari MWNT akan menjadi lebih tinggi dilihat dari penurunan ukuran butiran partikel dan kenaikan spesifik surface area persatuan volume partikel. Sehingga nanomaterial akan memiliki sifat yang bagus dalam peningkatan sifat magnet (ketika ukuran butir bahan magnetik diperkecil hingga skala nano, bahan feromagnetik berubah menjadi bahan superparamagnetik). 12 Polivinil Alkohol Polyvinil alchohol adalah air larut polimer sintetik. Polyvinil alchohol telah membentuk film yang sangat baik, pengemulsi dan perekat properti. PVA juga tahan terhadap minyak, lemak dan pelarut. PVA tidak berbau dan tidak beracun, dan mempunyai kekuatan tarik tinggi dan fleksibilitas serta oksigen yang tinggi dan sifat aroma penghalang. Namun sifatnya tergantung pada kelembaban, jika kelembaban yang tinggi maka akan lebih banyak air yang diserap. Air yang bertindak sebagai peliat akan mengurangi kekuatan tarik tetapi meningkatkan perpanjangan dan kekuatan sobek. PVA sepenuhnya terdegradable dan larut dengan cepat. PVA mempunyai titik leleh sebesar 230 C dan C ( Fahrenheit). PVA merupakan materi ataktik tetapi menunjukkan kristalinitas sebagai hidroksil kelompok kecil yang masuk ke dalam kisi. 8 Gambar 2 menunjukkan struktur gugus fungsi dari PVA yang tersusun atas gugus OH. 6

16 . Gambar 2 Struktur gugus fungsi Polyvinil Alchohol Simple Mixing Pembuatan material nanokomposit dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang mudah dan kompleks. Salah satunya adalah menggunakan pendekatan simple mixing. Permukaan nanopartikel yang sangat luas berinteraksi dengan rantai polimer, sehingga mereduksi mobilitas rantai polimer. Nanokomposit disintesis dengan cara melarutkan PVA dengan aquades yang diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer dengan suhu pemanasan 80 C sampai aquades menguap. Carbon nanotube MWNT dan SDS juga dilarutkan dengan aquades dicampurkan dengan ultrasonikasi milling atau sonikasi. Kemudian kedua larutan tersebut dicampurkan dengan variasi konsentrasi yang berbeda hingga campuran menjadi homogen. 13 Ultrasonik Milling atau Sonikasi Proses ultrasonik milling adalah dengan cara menggunakan gelombang ultrasonik dengan rentang frekuensi 20 khz 10 MHz. Gelombang ultrasonik ditembakkan ke dalam medium cair untuk menghasilkan kavitasi bubble yang dapat membuat partikel memiliki diameter dalam skala nano. Gelombang ultrasonik bila berada di dalam medium cair akan dapat menimbulkan acoustic cavitation. Selama proses cavitation akan terjadi bubble collapse (ketidakstabilan gelembung), yaitu pecahnya gelombang akibat suara. Akibatnya akan terjadi peristiwa hotspot yang melibatkan energi yang sangat tinggi. Dimana hotspot adalah pemanasan lokal yang sangat intens sekitar 5000 K pada tekanan sekitar 1000 atm, laju pemanasan dan pendinginannya sekitar 1010 K/s. Proses ultrasonikasi ini dilakukan agar ikatan dari rantai C terlepas dan juga untuk menghilangkan kotoran pada pemurnian suspensi yang dihasilkan. 11

17 6 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai bulan April 2013 bertempat di Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTBIN BATAN) Serpong dan Lab Material Departemen Fisika IPB. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah MWNT yang berupa black powder, Fe-MWNT yang berupa black powder, aquades, SDS dan Polivinil Alkohol. Alat Alat-alat yang digunakan adalah Gelas beaker, Spatula, Gelas Ukur, Stirer, Magnetik Stirer, Cawan Petri, Suntikan preparat dan Ultrasonikasi. Prosedur Penelitian Persiapan Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan menimbang 1 g PVA yang dilarutkan ke dalam 100 ml aquades kemudian diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer dengan kecepatan 300 rpm selama 15 menit. Sedangkan larutan MWNT dan Fe-MWNT yang digunakan telah dibuat pada penelitian sebelumnya. Sintesis PVA/MWNT Sintesis PVA/MWNT diawali dengan mencampurkan PVA dan MWNT. Dibuat 4 macam sampel dengan masing-masing konsentrasi larutan yang berbeda namun masingmasing larutan sampel harus berjumlah 5 ml. Larutan pertama hanya terdiri dari 5 ml PVA, larutan kedua terdiri dari 4,75 ml PVA dicampur dengan 0,25 ml MWNT, larutan ketiga terdiri dari 4,5 ml PVA dicampur dengan 0,5 ml MWNT, dan larutan keempat terdiri dari 4,00 ml PVA dicampur dengan 1,00 ml MWNT. Larutan tersebut dicampurkan di breaker glass setelah itu diaduk dengan menggunakan spatula. Kemudian masing-masing larutan dituangkan ke gelas preparat dan didiamkan di udara terbuka selama 2 hari pada temperatur ruangan. Setelah film kering barulah kemudian dilepaskan dari gelas preparat. Diagram alir untuk sintesis PVA/MWNT ditunjukkan oleh Gambar 3.

18 1 g PVA dilarutkan dalam 100 ml aquades, diaduk dengan magnetik stirer 300rpm selama 15 menit. Digunakan MWNT yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya. Sampel 1 terdiri dari 5 ml PVA Sampel 2 terdiri dari 4,75 ml PVA ml MWNT Sampel 3 terdiri dari 4.50 ml PVA ml MWNT Sampel 4 terdiri dari 4.00 ml PVA ml MWNT Pembuatan 4 macam sampel dengan konsentrasi larutan yang berbeda. Pencampuran di breaker glass dan diaduk dengan menggunakan spatula. Dituangkan ke preparat dan didiamkan selama 2 hari pada temperatur ruangan, setelah kering film dilepaskan dari preparat. Gambar 3 Sintesis PVA/MWNT Sintesis PVA/Fe-MWNT Sintesis PVA/Fe-MWNT yang dilakukan sama seperti sintesis PVA/MWNT. Dibuat 4 macam sampel dengan masing-masing konsentrasi larutan yang berbeda namun masing-masing larutan sampel harus berjumlah 5 ml. Larutan pertama terdiri dari 5 ml PVA, larutan kedua terdiri dari 4,75 ml PVA dicampur dengan 0,25 ml Fe- MWNT, larutan ketiga terdiri dari 4,5 ml PVA dicampur dengan 0,5 ml Fe-MWNT, dan larutan keempat terdiri dari 4,00 ml PVA dicampur dengan 1,00 ml Fe-MWNT. Larutan tersebut dicampurkan di breaker glass setelah itu diaduk dengan menggunakan spatula. Kemudian masing-masing larutan dituangkan ke gelas preparat dan didiamkan di udara terbuka selama 2 hari pada temperatur ruangan. Setelah film kering barulah kemudian dilepaskan dari gelas preparat. Diagram alir untuk sintesis PVA/Fe-MWNT ditunjukkan oleh Gambar 4.

19 8 1 g PVA dilarutkan dalam 100 ml aquades, diaduk dengan magnetik stirer 300rpm selama 15 menit. Digunakan Fe-MWNT yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya. Sampel 1 terdiri dari 5 ml PVA Sampel 2 terdiri dari 4,75 ml PVA ml Fe-MWNT Sampel 3 terdiri dari 4.50 ml PVA ml Fe-MWNT Sampel 4 terdiri dari 4.00 ml PVA ml Fe-MWNT Pembuatan 4 macam sampel dengan konsentrasi larutan yang berbeda. Pencampuran di breaker glass dan diaduk dengan menggunakan spatula. Dituangkan ke preparat dan didiamkan selama 2 hari pada temperatur ruangan, setelah kering film dilepaskan dari preparat. Gambar 4 Sintesis PVA/Fe-MWNT Karakterisasi Komposit Film Analisis X-Ray Diffraction Komposit film yang telah dihasilkan dari sintesis PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT dikarakterisasi dengan menggunakan XRD. Analisis XRD digunakan untuk mengetahui derajat kristalinitas dari campuran PVA/MWNT dan campuran PVA/Fe-MWNT. Analisis ini menggunakan sinar X, yang digunakan untuk menghasilkan pola difraksi yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. XRD merupakan salah satu alat yang memanfaatkan prinsip dari Hukum Bragg dengan menggunakan metoda karakterisasi material. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menetukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Sinar-X di jatuhkan pada sampel maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-x. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai puncak difraksi. Analisis Scanning Electron Microscopy Komposit film hasil sintesis PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT dianalisis struktur morfologinya dengan menggunakan SEM. Sampel diletakkan pada plat aluminium kemudian dilapisi emas pelapis emas setebal 48 nm. Kemudian sampel yang telah dilapisi emas diamati menggunakan SEM pada tegangan 22 kv dan perbesaran 9500x dan 3000x. Prinsip kerja SEM adalah dengan memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda, dimana lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai, kemudian elektron mengenai sampel maka sampel akan

20 mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT). Analisis LCR Komposit film hasil sintesis Pva/MWNT dan PVA/Fe-MWNT diuji sifat listrik dengan menggunakan LCR. Sifat listrik dari film ini diamati dengan melihat analisis LCR, sehingga bisa diketahui nilai konduktivitas dari bahan komposit PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT. Karakterisasi LCR untuk sampel menggunakan interval frekuensi dari 0.1 Hz sampai Hz. Analisis ini dilakukan untuk melihat perbandingan antara nilai konduktansi dengan frekuensi. Analisis Vibrating Sampel Magnetometer Komposit film hasil sintesis Pva/MWNT dan PVA/Fe-MWNT diuji sifat listriknya dengan menggunakan VSM. Sifat magnetik diamati dengan analisis VSM, dimana terjadi perubahan sifat bahan PVA dengan bahan PVA/MWNT dan PVA/Fe- MWNT. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kurva magnetisasi suatu bahan sebagai fungsi suhu maupun sebagai fungsi medan luar sehingga dapat ditentukan fasa magnetik bahan, suhu transisi magnetik dan konstanta anisotropik bahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Difraksi Sinar X Hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan pola XRD dari komposit PVA dan PVA/MWNT yang menunjukkan kuat puncak dari masing-masing komposit film. Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan masing-masing kuat puncak dari PVA, PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT yang telah dikarakterisasi dengan menggunakan XRD. Hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan pola XRD dari komposit PVA dan PVA/MWNT ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Hasil Pengujian XRD PVA dan PVA/MWNT

21 10 Pola difraksi PVA menghasilkan kuat puncak yang berada pada 2θ = 20 dengan puncak fasa PVA C(002) dan puncak fasa karbon C(004). Hal ini sama seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa puncak fasa PVA sebesar C(002) dan puncak fasa karbon sebesar C(004). 15 Gambar 6 menunjukkan hasil literatur pola XRD dari komposit PVA dan MWNT. Gambar 6 Hasil Literatur Pengujian XRD PVA dan MWNT Ketika adanya penambahan MWNT kedalam larutan PVA kuat puncaknya semakin menurun dengan semakin besarnya konsentrasi MWNT yang ditambahkan. Bisa dilihat dari variasi konsentrasi yang pertama PVA/MWNT 2 dengan perbandingan 4,75 ml PVA dan 0,25 ml MWNT, kuat puncaknya menurun berada pada 2θ = 19,7. Untuk variasi konsentrasi kedua PVA/MWNT 3, dengan perbandingan 4,50 ml PVA dan 0,50 MWNT kuat puncaknya menurun berada pada 2θ = 19,65. Begitu juga dengan variasi konsentrasi keempat PVA/MWNT 4 dengan perbandingan 4,00 ml PVA dan 1,00 ml MWNT kuat puncaknya berada pada 2θ = 19,65. Namun sama seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya 15 dengan adanya penambahan MWNT tidak mengubah fasa yang ada, dimana fasa PVA berada pada C(002) dan fasa karbon berada pada C(004). Hasil perhitungan menggunakan Gaussian Fitting Analysis dengan software ORIGIN ditunjukkan oleh Tabel 1 untuk puncak difraksi C(002) dan C(004), didapatkan nilai FWHM dari komposit PVA dan komposit campuran PVA/MWNT. Untuk komposit PVA didapatkan nilai FWHM sebesar 2.071, sedangkan untuk komposit PVA/MWNT 2 sebesar , PVA/MWNT 3 sebesar , dan PVA/MWNT 4 sebesar Namun dapat dilihat dari hasil ini, pada komposit PVA/MWNT 3 mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan PVA atau campuran PVA/MWNT yang lain, hal ini dimungkinkan karena campuran komposit PVA/MWNT 3 tidak terdispersi dengan baik.

22 Tabel 1 Hasil Perhitungan FWHM PVA dan PVA/MWNT dengan menggunakan software ORIGIN Sampel Area Center cos teta phi/180 Width (phi/180)*width PVA 328,34 19,784 0, , ,071 0,036 PVA/MWNT 2 457,6 19,725 0, , ,3218 0,023 PVA/MWNT 3 565,59 20,083 0, , ,5431 0,044 PVA/MWNT 4 544,86 19,717 0, , ,2451 0,022 Setelah didapatkan hasil perhitungan FWHM dengan software ORIGIN dilakukan perhitungan ukuran butiran dengan persamaan seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya 15 : D = 0,94λ / β cos θ (1) dimana : β = Lebar puncak difraksi pada FWHM(radian) θ = Sudut Bragg (derajat) λ = Panjang gelombang sinar-x = 1,5406 Å D = Ukuran butir (Å= 0,1 nm) Didapatkan nilai ukuran butir yang memperlihatkan dimana dengan adanya penambahan MWNT akan meningkatkan ukuran butirnya. Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan ukuran butir untuk PVA dan PVA/MWNT. Dapat dilihat nilai ukuran butir untuk PVA sebesar nm, PVA/MWNT 2 sebesar nm, PVA/MWNT 3 sebesar nm dan PVA/MWNT 4 sebesar nm. Berdasarkan sifat dari nanokomposit itu sendiri bahwa jika semakin tinggi nilai ukuran butirnya maka sifat konduktivitasnya akan semakin tinggi. Namun pada variasi PVA/MWNT 3 menunjukan nilai yang unik, hal ini dimungkinkan karena variasi PVA/MWNT 3 ini tidak terdispersi dengan baik pada saat pencampuran. Gambar 7 menunjukkan pola grafik ukuran butir dari PVA dan PVA/MWNT. Tabel 2 Hasil Perhitungan Ukuran Butir untuk PVA dan PVA/MWNT sampel 2 (θ) sin (θ) cos (θ) FWHM D β (rad) Center (phi*180)/ β (β) (nm) PVA 20 0,171 0,985 2,071 0,074 19,784 0,036 19,647 PVA/MWNT 2 19,7 0,171 0,985 1,321 0,030 19,725 0,023 48,227 PVA/MWNT 3 19,65 0,174 0,984 2,543 0,112 20,083 0,044 13,035 PVA/MWNT 4 19,65 0,171 0,985 1,245 0,027 19,717 0,021 54,351

23 12 Gambar 7 Grafik ukuran butir Pola XRD yang didapatkan dari komposit PVA dan PVA/Fe-MWNT menunjukkan kuat puncak dari masing-masing sampel. Gambar 8 menunjukkan hasil pengujian XRD untuk keempat macam variasi sampel. Pola difraksi PVA menghasilkan kuat puncak yang berada sekitar 2θ = 20. Ketika adanya penambahan Fe-MWNT kedalam larutan PVA kuat puncaknya semakin menurun, namun penambahan konsentrasi Fe-MWNT yang banyak menghasilkan kuat puncak yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan konsentrasi Fe-MWNT yang sedikit. Bisa dibandingkan nilai kuat puncak PVA/Fe-MWNT 4 dengan perbandingan konsentrasi (4,00 ml : 1,00 ml) berada sekitar 2θ = 19,35, sedangkan untuk PVA/Fe-MWNT 3 dengan perbandingan konsentrasi (4,50 ml : 0,50 ml) berada sekitar 2θ = 19,3 dan PVA/Fe-MWNT 2 dengan perbandingan konsentrasi (4,75 ml : 0,25 ml) berada sekitar 2θ = 19. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kuat puncak PVA/Fe-MWNT tidak lebih tinggi dari kuat puncak PVA, namun dengan konsentrasi Fe-MWNT yang lebih banyak ketika dicampurkan dengan PVA kuat puncaknya akan semakin tinggi. Hasil identifikasi untuk PVA/Fe-MWNT 2, PVA/Fe-MWNT 3 dan PVA/Fe-MWNT 4 juga sama seperti fasa PVA/MWNT. Fasa PVA terdapat pada puncak C(002) dan fasa karbon karbon dengan puncak C(004). Hal ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan puncak fasa PVA dan karbon yang sama. 15

24 Gambar 8 Hasil Pengujian XRD untuk PVA/Fe-MWNT Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan FWHM untuk PVA dan PVA/Fe-MWNT menggunakan Gaussian Fitting Analysis dengan software ORIGIN, didapatkan nilai FWHM yang meningkat dari penambahan konsentrasi pada komposit PVA/Fe-MWNT. Untuk komposit PVA/Fe-MWNT 2 didapatkan nilai FWHM sebesar , PVA/Fe- MWNT 3 sebesar , dan PVA/Fe-MWNT 4 sebesar Tabel 3 Hasil Perhitungan FWHM PVA dan PVA/Fe-MWNT dengan menggunakan software ORIGIN Nama Sampel Area Center cos teta phi/180 Width (phi/180)*width PVA 328,34 19,784 0, , ,071 0,036 PVA/Fe- MWNT 2 375,77 19,243 0, , ,3925 0,024 PVA/Fe- MWNT 3 384,93 19,459 0, , ,5552 0,027 PVA/Fe- MWNT 4 413,89 19,847 0, , ,8947 0,033 Kemudian nilai ukuran butir dihitung dengan menggunakan persamaan 1 sehingga didapatkan hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan Fe-MWNT akan menurunkan nilai ukuran butir. Tabel 4 menunjukkan nilai ukuran butir PVA/Fe-MWNT 2 sebesar nm, PVA/Fe-MWNT 3 sebesar nm dan PVA/Fe-MWNT 4 sebesar Dengan adanya sedikit saja penambahan Fe-MWNT sudah meningkatkan nilai ukuran butirnya, sedangkan ketika konsentrasi Fe-MWNT meningkat nilai ukuran butirnya menurun. Hal ini menunjukkan bahwa sifat konduktivitas yang baik dari campuran PVA/Fe-MWNT bisa diperoleh dengan hanya menambahkan sedikit saja Fe-MWNT. Gambar 9 menunjukkan grafik ukuran butir dari PVA dan PVA/Fe-MWNT.

25 14 Tabel 4 Hasil Perhitungan Ukuran Butir untuk PVA dan PVA/Fe-MWNT sampel 2 (θ) sin (θ) cos (θ) FWHM (phi*180)/ β (rad) Center (β) β D (nm) PVA 20 0,171 0, ,071 0,074 19,784 0,036 19,647 PVA/Fe- MWNT ,167 0, ,392 0,033 19,243 0,024 43,423 PVA/Fe- MWNT 3 19,3 0,168 0, ,555 0,042 19,459 0,027 34,823 PVA/Fe- MWNT 4 19,35 0,172 0, ,894 0,062 19,847 0,033 23,476 Gambar 9 Grafik ukuran butir Analisis Sifat Morfologi Struktur morfologi dari komposit film PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT yang didapatkan dari hasil pengujian SEM ditampilkan pada Gambar 10 (a), (b) dan (c). Gambar 10 (a) menunjukkan citra permukaan film yang hanya mengandung PVA, Gambar 10 (b) menunjukkan citra permukaan film yang hanya mengandung 4.75 ml PVA dan 0.25 ml MWNT, dan Gambar 10 (c) menunjukkan citra permukaan film yang hanya mengandung 4.0 ml PVA dan 1 ml MWNT.

26 (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Citra SEM PVA 5 ml, (b) Citra SEM PVA 4.0 ml dan MWNT 0.25ml dan (c) Citra SEM PVA 4 ml dan MWNT 1 ml

27 16 Tabel 5 (a) menunjukkan nilai EDS dari komposit film yang hanya mengandung PVA. Element (kev) Mass % Error % Atom % C K O K Na K Au K (a) Tabel 5 (b) menunjukkan nilai EDS dari komposit film yang hanya mengandung 4.75 ml PVA dan 0.25 ml MWNT. Element (kev) Mass % Error % Atom % C K O K Au K (b) Tabel 5 (c) menunjukkan nilai EDS dari komposit film yang hanya mengandung 4.0 ml PVA dan 1 ml MWNT. Element (kev) Mass % Error % Atom % C K O K Au K (c) Analisis SEM dilakukan untuk mengetahui sifat morfologi dari komposit film, seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan SEM 8 Gambar 10 memperlihatkan hasil pengujian SEM untuk tiap konsentrasi yang berbeda. Gambar 10 (a) menunjukkan permukaan film yang hanya mengandung PVA saja, dari gambar ini terlihat bahwa titik-titik terang tersebar dengan baik. Titik-titik terang ini menunjukkan terdapat PVA di dalam larutan tersebut. Dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa PVA mengandung karbon dan oksigen. Terdapat karbon pada kulit Kα dengan intensitas sebesar 1500 dengan %massa sebesar 59,31 dan %atom sebesar 73,95, begitu juga dengan oksigen terdapat pada kulit Kα dengan intensitas sebesar 300 didapatkan nilai %massa sebesar dan %atom sebesar Terdapat juga unsur lain yaitu unsur Na dan Cu. Gambar 10 (b) menunjukkan permukaan film yang hanya mengandung PVA 4.75 ml dan MWNT 0.25 ml, terlihat bahwa hanya sedikit untaian MWNT yang terlihat. Hal ini dimungkinkan karena konsentrasi PVA yang lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi MWNT sehingga hanya sedikit MWNT yang terlihat. Terdapat karbon pada kulit Kα dengan intensitas sebesar 280 dengan %massa sebesar dan %atom sebesar 63.70, begitu juga dengan oksigen yang terdapat pada kulit Kα dengan intensitas sebesar 120 dengan %massa sebesar dan %atom sebesar Pada

28 variasi ini hanya ada tambahan unsur Au saja, yang muncul akibat proses couting yang dilakukan sebelum analisis dengan SEM. Gambar 10 (c) dengan konsentrasi PVA 4 ml dan MWNT 1 ml, menunjukkan MWNT yang terlihat hanya sedikit tapi pendek. PVA/MWNT ini juga mengandung karbon dan oksigen namun semakin menurun, terdapat juga unsur lain yang muncul di kulit Kα ini berupa Au. Karbon terdapat pada kulit Kα dengan intensitas sebesar , sedangkan oksigen terdapat pada kulit Kα dengan intensitas sebesar 30-60, sedangkan unsur Au yang muncul pada kulit Kα berada pada intensitas 30. Munculnya unsur Au dimungkinkan berasal dari hasil couting sebelum dilakukan karakterisasi SEM. Hal ini dapat menjelaskan bahwa terdapat interaksi antara MWNT dengan matriks PVA, selain itu dengan konsentrasi MWNT yang cukup banyak akan semakin menunjukkan adanya MWNT walaupun MWNT yang terlihat pendek dan sedikit. Struktur morfologi dari komposit film PVA/Fe-MWNT diperlihatkan pada Gambar 11. Gambar 11 (a) memperlihatkan citra permukaan film dengan variasi 4.75 ml PVA dan 0.25 ml Fe-MWNT dan Gambar 11 (b) memperlihatkan citra permukaan film dengan variasi 4 ml PVA dan 1 ml Fe-MWNT. (a) (b) Gambar 11 (a) Citra SEM PVA 4.50 ml dan Fe-MWNT 0.25 ml dan (b) PVA 4 ml dan Fe-MWNT 1 ml

29 18 Tabel 6 (a) menunjukkan nilai EDS dari komposit film yang hanya mengandung 4.75 ml PVA dan 0.25 ml MWNT. Element (kev) Mass % Error % Atom % C K O K Al K Si K Cr K Mn K Fe K Au M (a) Tabel 5 (b) menunjukkan nilai EDS dari komposit film yang hanya mengandung 4.00 ml PVA dan 1 ml MWNT. Element (kev) Mass % Error % Atom % C K O K Na K Fe K Au K (b) Sedangkan struktur morfologi dari komposit film PVA/Fe-MWNT dapat dilihat dari Gambar 8. Gambar 11 (a) PVA/Fe-MWNT 2 menunjukkan permukaan film yang mengandung 4,75 ml PVA dan 0,25 ml Fe-MWNT, dari gambar ini terlihat bahwa titiktitik terang tersebar dengan baik. Titik-titik terang ini menunjukkan terdapat PVA di dalam larutan tersebut. Selain itu terdapat untaian karbon panjang juga yang menunjukkan Fe-MWNT. Terdapat Fe pada kulit Kα dengan %massa sebesar 18,56 dan %atom sebesar 6,82. Selain itu terdapat juga unsur-unsur lain seperti Al, Si, Cr, Mn dan Au namun tidak melebihi unsur Fe yang terdapat didalamnya. Gambar 11 (b) PVA/Fe-MWNT 4 dengan konsentrasi PVA 4,00 ml dan Fe- MWNT 1,00 ml, menunjukkan MWNT yang terlihat hanya sedikit. Terdapat Fe pada kulit Kα dengan %massa sebesar 5,32 dan %atom sebesar 1,45. Terdapat unsur Na dan Au juga di kulit Kα, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Fe yang ada. Konsentrasi Fe pada variasi keempat ini lebih menurun dibandingkan dengan konsentrasi Fe untuk variasi yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sedikit penambahan Fe-MWNT saja kedalam PVA sudah bisa melihat struktur Fe- MWNT dengan jelas dibandingkan dengan penambahan Fe-MWNT yang banyak. Analisis Sifat Listrik Hasil pengukuran sifat listrik terhadap komposit film PVA dan PVA/MWNT memakai alat ukut LCR meter yang menghasilkan nilai konduktansi dan resistansi listrik. Pengukuran sifat listrik ini dilakukan terhadap perubahan parameter frekuensi

30 yaitu dari 0.1 khz khz. Gambar 12 menunjukkan nilai konduktansi PVA, dan PVA/MWNT. Gambar 12 Hasil Pengujian Konduktivitas listrik LCR untuk PVA dan PVA/MWNT Hasil pengukuran sifat listrik terhadap komposit film PVA dan PVA/MWNT memakai alat ukut LCR meter yang menghasilkan nilai konduktansi dan resistansi listrik. Pengukuran sifat listrik ini dilakukan terhadap perubahan parameter frekuensi yaitu dari 0.1 khz khz. Dengan menggunakan formula model W. K. Lee dkk 14 maka nilai konduktivitas PVA dan PVA/MWNT dapat dihitung, yaitu dengan rumus sebagai berikut : σ = G.(L/A) (2) dimana σ, G, L dan A masing-masing adalah konduktivitas (Siemens/cm), konduktivitas (Siemens), tebal (cm) dan luas permukaan bahan (cm 2 ). Dari hasil perhitungan nilai konduktivitas ini, maka diperoleh nilai konduktivitas PVA yang lebih besar dibandingkan nilai konduktivitas campuran PVA/MWNT seiring dengan naiknya frekuensi, seperti ditunjukkan pada gambar 12. Hal ini bersesuaian dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya [19] bahwa nilai konduktivitas tersebut merupakan fungsi dari frekuensi. Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai konduktansi listrik PVA lebih tinggi dibandingkan nilai konduktansi listrik PVA/MWNT 2, PVA/MWNT 3 dan PVA/MWNT 4. Dengan adanya penambahan MWNT maka akan semakin menurunkan sifat konduktivitasnya. Nilai konduktansi listrik PVA yang didapatkan sebesar 6,81E-07 Siemens/cm, namun nilai konduktivitas listriknya menurun ketika PVA dicampurkan dengan MWNT. Untuk variasi konsentrasi PVA/MWNT 2 dengan perbandingan (4,75 ml : 0,25 ml) didapatkan nilai konduktivitas listrik sebesar 5,30E-07 Siemens. Sedangkan untuk nilai konduktivitas listrik campuran PVA/MWNT tertinggi didapat dari perbandingan konsentrasi MWNT terbanyak yakni PVA/MWNT 4 dengan perbandingan (4 ml : 1 ml) konduktivitas listriknya sebesar 5,59E-07 Siemens. Namun untuk sampel PVA/MWNT 3 dengan perbandingan konsentrasi (4,50 ml : 0,50 ml)

31 20 mengalami keunikan karena nilai konduktansi listriknya lebih besar dari nilai PVA yakni sebesar 1,54E-06 Siemens. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2 didapatkan nilai konduktivitas listrik tertinggi adalah PVA/MWNT 3 sebesar 1,15E-08 Siemens/cm. Sedangkan nilai konduktivitas listrik PVA, PVA/MWNT 2 dan PVA/MWNT 4 berada dibawah PVA/MWNT 3. Namun nilai konduktivitas listrik PVA masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konduktivitas listrik PVA/MWNT 2 dan PVA/MWNT 4, sehingga PVA lebih bersifat konduktor. Sama seperti yang pernah dilakukan pada penelitian Henny Ompusungu. 13 Keunikan PVA/MWNT 3 dimungkinkan karena pada saat proses sintesis PVA/MWNT 3 tidak terdispersi dengan baik, sehingga memungkinkan PVA yang lebih dominan. Oleh karena itu PVA/MWNT 3 lebih konduktor. Nilai konduktansi listrik PVA lebih tinggi dibandingkan dengan PVA/MWNT 2, PVA/MWNT 3 dan PVA/MWNT 4, hal ini dikarenakan PVA merupakan polimer cair yang bersifat melekat sehingga konduktivitas listriknya tinggi. Sedangkan MWNT bersifat keramik sehingga lebih isolator dibandingkan dengan PVA. Dengan hal ini menunjukkan bahwa PVA mempunyai sifat konduktor (penghantar) yang baik dibandingkan dengan campuran PVA/MWNT. Hasil perhitungan konduktivitas listrik PVA dan PVA/MWNT ditunjukkan pada Tabel 7. Sedangkan Gambar 13 menunjukkan grafik pengaruh konsentrasi MWNT terhadap nilai konduktivitas listrik. Tabel 7 Hasil Perhitungan konduktivitas listrik PVA dan PVA/MWNT dengan menggunakan persamaan 2 : sampel G (S) L (cm) A (cm2) σ (S/cm) PVA 6,72E-07 0,0005 0,0789 4,26E-09 PVA/MWNT 2 5,30E-07 0,0001 0,0559 9,48E-10 PVA/MWNT 3 1,54E-06 0,0005 0,0669 1,15E-08 PVA/MWNT 4 5,59E-07 0,0001 0,0507 1,10E-09 Gambar 13 Pengaruh variasi konsentrasi MWNT terhadap nilai konduktivitas listrik

32 Gambar 14 menunjukkan nilai konduktansi PVA, dan PVA/Fe-MWNT memakai alat ukut LCR meter. Gambar 14 Hasil Pengujian Konduktivitas listrik LCR untuk PVA dan PVA/MWNT. Dari hasil pengukuran sifat listrik terhadap komposit film PVA dan PVA/Fe- MWNT memakai alat ukur LCR meter menghasilkan nilai konduktansi listrik. Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai konduktansi listrik PVA lebih rendah dibandingkan nilai konduktansi listrik PVA/Fe-MWNT 2, PVA/Fe-MWNT 3 dan PVA/Fe-MWNT 4. Dengan adanya penambahan Fe-MWNT maka akan semakin meningkatkan sifat konduktivitas listriknya. Nilai konduktansi listrik PVA yang didapatkan sebesar 6,72E- 07 Siemens, sedangkan nilai konduktivitas listriknya semakin meningkat ketika PVA dicampurkan dengan Fe-MWNT. Untuk nilai konduktivitas listrik campuran PVA/Fe- MWNT tertinggi didapat dari perbandingan konsentrasi Fe-MWNT terbanyak yakni PVA/Fe-MWNT 4 dengan perbandingan (4 ml : 1 ml) sebesar 2,23E-06 Siemens. Namun untuk sampel PVA/Fe-MWNT 3 dengan perbandingan konsentrasi (4,50 ml : 0,50 ml) mengalami keanehan karena nilai konduktansi listriknya hampir sama dengan nilai PVA yakni sebesar 6,72E-07 Siemens. Hal ini dimungkinkan karena pada saat proses sintesis polimer PVA/MWNT tidak terdispersi dengan baik, sehingga memungkinkan PVA yang lebih dominan. Hasil perhitungan konduktivitas listrik PVA dan PVA/Fe-MWNT ditunjukkan oleh Tabel 8. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2 didapatkan nilai konduktivitas listrik tertinggi adalah PVA/Fe-MWNT 4 dengan variasi konsentrasi tertinggi sebesar 3.35E-08 Siemens/cm. Nilai konduktivitas listrik PVA/Fe-MWNT 2 sebesar 1.22E-08 Siemens/cm, nilai konduktivitas listrik PVA/Fe-MWNT 3 sebesar 5.00E-09 Siemens/cm dan nilai konduktivitas listrik terendah PVA sebesar 4.26E-09 Siemens/cm. Nilai konduktansi listrik PVA lebih rendah dibandingkan dengan campuran PVA/Fe-MWNT, hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan Fe kedalam MWNT menjadi Fe-MWNT akan meningkatkan sifat listriknya. Fe merupakan unsur karbon yang mempunyai sifat listrik yang baik sehingga mempunyai sifat konduktivitas listrik yang baik. Namun nilai konduktivitas listrik PVA/Fe-MWNT 2 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konduktivitas listrik PVA/Fe-MWNT 3, hal ini dimungkinkan karena pada saat sintesis PVA/Fe-MWNT 3 tidak terdispersi dengan

33 22 baik. Gambar 15 menunjukkan grafik pengaruh konsentrasi MWNT terhadap nilai konduktivitas listrik. Tabel 8 Hasil Perhitungan konduktivitas listrik PVA dan PVA/Fe-MWNT dengan menggunakan persamaan 2 : sampel G (S) L (cm) A (cm2) σ (S/cm) PVA 6,72E-07 0,0005 0,0789 4,26E-09 PVA/Fe-MWNT 2 1,64E-06 0,0005 0,0672 1,22E-08 PVA/Fe-MWNT 3 6,72E-07 0,0005 0,0672 5,00E-09 PVA/Fe-MWNT 4 2,23E-06 0,0010 0,0665 3,35E-08 Gambar 15 Pengaruh variasi konsentrasi Fe-MWNT terhadap nilai konduktivitas listrik Analisis Sifat Magnet Dari hasil karakterisasi dengan menggunakan VSM dapat melihat sifat kemagnetan dari PVA, PVA/MWNT dan PVA/Fe-MWNT. Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan kurva magnetisasi M-H antara momen magnet dengan medan magnet luar H yang dikenakan secara tegak lurus terhadap luas permukaannya untuk PVA, variasi PVA/MWNT dan variasi PVA/Fe-MWNT.

34 (a) (b) (c) (d) Gambar 16 Hasil pengujian VSM PVA (a), PVA (4.75 ml) dan MWNT (0.25 ml) (b), PVA (4.50 ml) dan MWNT (0.50 ml) (c), dan PVA (4.00 ml) dan MWNT (1.00 ml) (d) Vibrating Sampel Magnetometer merupakan perangkat yang bekerja untuk menganalisis sifat kemagnetan suatu bahan. VSM bisa digunakan untuk menentukan sifat magnetik dari berbagai macam material yang berukuran nano. Diantara sifat kemagnetan tersebut bisa digolongkan sebagai diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik dan antiferromagnetik. Bahan dengan sifat diamagnetik mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan sangat kecil, bahan dengan sifat paramagnetik mempunyai nilai kerentanan magnetik (k) positif dan lebih besar dari 1 dimana nilai k juga bergantung pada temperatur, sedangkan bahan bersifat ferromagnetik dan antiferomagnetik mempunyai nilai k yang positif dan lebih besar dari paramagnetik. Dari hasil karakterisasi dengan menggunakan VSM dapat dilihat bahwa sifat kemagnetan dari PVA dibandingkan dengan campuran PVA yang ditambahkan MWNT

35 24 berbeda. Gambar 16 menunjukkan kurva magnetisasi M-H antara momen magnet dengan medan magnet luar H yang dikenakan secara tegak lurus terhadap luas permukaannya. Kurva magnetisasi dari PVA menunjukkan sifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 0.17 emu/gr, sedangkan ketika adanya penambahan MWNT sifatnya beriubah menjadi diamagnetik. Hal ini mengacu dari penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan hal yang sama. 12 Semakin banyak konsentrasi MWNT yang ditambahkan maka sifat diamagnetiknya semakin tinggi, PVA/MWNT 2 bersifat diamagnetik dengan momen magnet sebesar 0.05 emu/gr, PVA/MWNT 3 bersifat diamagnetik dengan momen magnet sebesar emu/gr dan PVA/MWNT 4 bersifat diamagnetik dengan momen magnet sebesar 0.11 emu/gr. Namun pada sampel PVA/MWNT 3 mengalami keunikan karena nilai momen magnetnya menurun, hal ini dikarenakan campuran PVA dengan MWNT tidak terdispersi dengan baik. Hasil karakterisasi VSM untuk PVA dan PVA/Fe-MWNT ditunjukkan oleh Gambar 17. (a) (b) (c) (d) Gambar 17 (a) Hasil pengujian VSM PVA 5.00 ml, (b) PVA 4.75 ml dan Fe-MWNT 0.25 ml, (c) PVA 4.50 ml dan Fe-MWNT 0.50 ml, dan (d) PVA 4.00 ml dan Fe-MWNT 1.00 ml

36 Hasil karakterisasi VSM untuk PVA dan PVA/Fe-MWNT hampir sama. PVA dan PVA/Fe-MWNT sama-sama mempunyai sifat magnet paramagnetik. Namun sifat paramagnetik PVA/Fe-MWNT lebih tinggi dibandingkan dengan PVA, dapat dilihat dari kurva magnetisasi M-H antara momen magnet dengan medan magnet luar H yang dikenakan secara tegak lurus terhadap luas permukaannya. Gambar 17 menunjukkan kurva magnetisasi dari PVA yang bersifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 0.17 emu/gr, sedangkan ketika adanya penambahan Fe- MWNT sifatnya paramagnetiknya meningkat. Semakin banyak konsentrasi Fe-MWNT yang ditambahkan maka sifat paramagnetiknya semakin tinggi, PVA/Fe-MWNT 2 bersifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 0.20 emu/gr, PVA/Fe-MWNT 3 bersifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 0.30 emu/gr dan PVA/Fe-MWNT 4 bersifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 0.45 emu/gr. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan Fe-MWNT sifat paramagnetiknya dari komposit film ini akan semakin tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil analisis XRD untuk PVA/MWNT menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan MWNT akan meningkatkan ukuran butirnya. Semakin banyak konsentrasi dari MWNT maka nilai ukuran butirnya semakin besar. Namun untuk PVA/MWNT 3 dengan variasi konsentrasi 4.50 ml PVA dan 0.50 ml MWNT menunjukkan nilai yang unik, hal ini dimungkinkan PVA/MWNT 3 tidak terdispersi dengan baik pada saat pencampuran. Hasil analisis XRD untuk PVA/Fe-MWNT menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan Fe-MWNT akan meningkatkan ukuran butirnya. Namun ketika konsentrasi Fe-MWNT yang ditambahkan banyak nilai ukuran butirnya menurun. Hal ini menunjukkan dengan sedikit saja penambahan Fe-MWNT sudah menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hasil morfologi dengan SEM menunjukkan dengan konsentrasi MWNT yang cukup banyak akan semakin menunjukkan adanya MWNT walaupun MWNT yang terlihat pendek dan sedikit. Citra SEM yang baik terlihat jelas pada PVA/MWNT 4 dengan variasi konsentrasi 4 ml PVA dan 1 ml MWNT. Namun hal ini bisa menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara MWNT dengan matriks PVA. Namun berbeda dengan PVA/Fe-MWNT dimana hasil morfologi dengan SEM menunjukkan penambahan konsentrasi Fe-MWNT yang sedikit saja sudah bisa menunjukkan adanya Fe-MWNT walaupun yang terlihat pendek. Hasil analisis sifat listrik dengan LCR untuk PVA dan PVA/MWNT menunjukkan bahwa PVA lebih bersifat konduktor dibandingkan dengan PVA/MWNT. Nilai konduktivitas PVA lebih tinggi dibandingkan dengan PVA/MWNT, hal ini dikarenakan PVA merupakan polimer cair yang bersifat melekat sehingga konduktivitasnya tinggi sedangkan MWNT bersifat keramik sehingga lebih bersifat isolator. Sedangkan untuk PVA/Fe-MWNT nilai konduktivitas tertinggi didapatkan dari PVA/Fe-MWNT 4 dengan konsentrasi 4 ml PVA dan 1 ml Fe-MWNT. Namun pada PVA/Fe-MWNT 3 menunjukkan keunikan karena nilai konduktivitasnya menurun, hal ini dimungkinkan karena PVA/Fe-MWNT 3 tidak terdispersi dengan baik. Fe

37 26 merupakan unsur karbon yang mempunyai sifat listrik yang baik sehingga mempunyai konduktivitas yang baik. Oleh karena itu dengan adanya penambahan Fe-MWNT yang banyak akan semakin meningkatkan nilai konduktivitas listriknya. Hasil analisis dengan VSM menunjukkan bahwa PVA bersifat paramagnetik dibandingkan dengan PVA/MWNT yang bersifat diamagnetik. Namun pada variasi PVA/MWNT 3 menunjukkan keunikan dimana nilai momen magnetnya menurun, hal ini dimungkinkan karena pada saat sintesis tidak terdispersi dengan baik. Begitu juga dengan sifat magnetik untuk PVA/Fe-MWNT. Penambahan Fe-MWNT akan meningkatkan sifat paramagnetik. PVA/Fe-MWNT 4 mempunyai sifat peramagnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan PVA, PVA/Fe-MWNT 2 dan PVA/Fe-MWNT 3. Namun pada variasi PVA/Fe-MWNT 3 menunjukkan keunikan, hal ini dimungkinkan karena pada saat sintesis tidak terdispersi dengan baik. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui keunikan dari PVA/MWNT 3 dan PVA/Fe-MWNT 3, sehingga bisa diketahui sifat listrik dan sifat magnet yang terbaik dari variasi konsentrasi yang diberikan. Selain itu dibutuhkan ketelitian dalam proses sintesis sehingga ketika pencampuran antara PVA dengan MWNT ataupu PVA dengan Fe-MWNT bisa terdispersi dengan baik. Pada saat pelepasan dari gelas preparat harus dilakukan dengan hati-hati agar sampel tidak rusak dan sobek. DAFTAR PUSTAKA 1. Adrian Nur, Erwan Y. Sintesis dan Purifikasi Carbon Nanotube. Journal of Materials Chemistry. 2009;29: Nur Adrian, Paryanto, Jumari A, Dyartanti E R. Sintesis Karbon Nanotube dari Etanol Dengan Metode Chemical Vapor Deposition. Gema teknik-n0.2/tahun X Juli T.W.Odom, H.Jin-Lin, P.Kim, C.M.Lieber, Atomic Structure and Electronic Properties of Single-Walled Carbon Nanotubes, Nature, 2009;391: Aji, M.P.A. Yulianto, S.Bijaksana. Sintesis Nanopartikel Magnetik. Indonesian Journal of Materials Science. ISSN : 2007; : V. Shanov, Yeo-HeungYun, M.J. Schulz. Synthesis and Characterization of Carbon Nanotube Materials (Rexiew). Journal of The University of Chemical Technology and Metallurgy, 2006;41, 4, 2006, Anonim. Polyvinil Alchohol. Chemistry Natural Journal. 29 Oct Web.29Oct2012.< d_processing_of_nano.htm>

38 7. Ripandi, Ghanie. Polieliten. 29 Oct Web. 29 Oct 2012.< eresource/polimer/polietilen.htm> El-Kodsi, G & Schutz, J. [Kimia Karakteristik Polimer Tinggi. Polivinil Alkohol] [Chem, Abstr, 79, 54022h]. 1973;27: Rosyidah, A. Metode Sol-Gel pada Carbon Nanotube. Institut Teknologi Bandung. 15;27-29: Bambang, P. Teknik Metoda Sol-Gel. LIPI. Bandung. 2007;14; Flahaut, E, Preignet, A.Laurent, Ch, and Rousset. Synthesis of Single Walled Carbon Nanotube-Co-MgO Composite Powders and Extraction of the Nanotubes, Journal of Materials Chemistry, 2007;10; Lia. Kurnia, Darminto, Malik.A. Sintesis Dan Karakterisasi Partikel Nano Fe3O4 Yang Berasal Dari Pasir Besi Dan Fe3 O4 Bahan Komersial (Aldrich). Surabaya : ITS. 2010;2; Ompusunggu, Henny. Sintesis Dan Karakterisasi Sifat termal Nanokomposit PVA/ZnS Dengan Metode Simple Mixing. Medan : Universitas Negeri Medan. 2011;15; W. K. LEE, J. F. LIU, and A.S. NOWICK, Phys. Rev. Lett. 1997;67. 12; Yunasfi, Salim Mustofa. Analisis Ukuran Butir Dalam Serbuk Grafit Hasil Milling Dengan High Energy Milling. Tanggerang : Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN). 2009;2;

39 28 Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian PVA/MWNT Penelusuran literatur dan persiapan perlengkapan Menggunakan MWNT yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya Pembuatan 4 macam sampel dengan konsentrasi larutan yang berbeda. 1 g PVA dilarutkan dalam 100 ml aquades, diaduk dengan magnetik stirer 300 rpm selama 15 menit. Sampel 1 terdiri dari 5 ml PVA Sampel 2 terdiri dari 4,75 ml PVA ml MWNT Sampel 3 terdiri dari 4.50 ml PVA ml MWNT Sampel 4 terdiri dari 4.00 ml PVA ml MWNT Pencampuran di breaker glass dan diaduk dengan menggunakan spatula. Analisis karakterisasi film dengan menggunakan XRD, SEM, LCR dan VSM. Penuangan ke preparat dan didiamkan selama 2 hari pada temperatur ruangan, setelah kering film dilepaskan dari preparat.

40 Lampiran 2 Diagram Alir Penelitian PVA/Fe-MWNT 1 g PVA dilarutkan dalam 100 ml aquades, diaduk dengan magnetik stirer 300rpm selama 15 menit. Menggunakan Fe-MWNT yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya Sampel 1 terdiri dari 5 ml PVA Sampel 2 terdiri dari 4,75 ml PVA ml Fe- MWNT Sampel 3 terdiri dari 4.50 ml PVA ml Fe- MWNT Sampel 4 terdiri dari 4.00 ml PVA ml Fe- MWNT Pembuatan 4 macam sampel dengan konsentrasi larutan yang berbeda. Pencampuran di breaker glass dan diaduk dengan menggunakan spatula. Penuangan ke preparat dan didiamkan selama 2 hari pada temperatur ruangan, setelah kering film dilepaskan dari preparat. Analisis karakterisasi film dengan menggunakan XRD, SEM, LCR dan VSM.

41 30 Lampiran 3 Hasil Pengujian XRD 1. PVA 2. PVA/MWNT 2

42 3. PVA/MWNT 3

43 32 4. PVA/MWNT 4 5. PVA/Fe-MWNT 2

44 6. PVA/Fe-MWNT 3

45 34 7. PVA/Fe-MWNT 4

46 Lampiran 4 Hasil Pengujian dengan SEM PVA

47 36 PVA/MWNT 2

48 PVA/MWNT 4

49 38 PVA/Fe-MWNT 2

50 PVA/Fe-MWNT 4

51 40 Lampiran 5. Hasil Pengujian LCR PVA PVA/MWNT 2 PVA/MWNT 3

52 PVA/MWNT 4 PVA/Fe-MWNT 2 PVA/Fe-MWNT 3

53 42 PVA/Fe-MWNT 4

54 Lampiran 6. Hasil Pengujian VSM PVA PVA/MWNT 2

55 44 PVA/MWNT 3 PVA/MWNT 4 PVA/Fe-MWNT 2

56 PVA/Fe-MWNT 3 PVA/Fe-MWNT 4

57 46 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Rangkasbitung pada tanggal 29 September 1992 dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Anna Hasanah. Penulis merupakan puteri pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Komplek Kejaksaan Rangkasbitung dan dilanjutnya pada tahun 2006 di SMP Negri 4 Rangkasbitung. Tahun 2009 menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negri 1 Rangkasbitung dan pada tahun yang sama penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama perkuliahan, penulis menjadi salah satu pengurus organisasi HIMAFI (Himpunan Mahasiswa Fisika) periode , sebagai sekertaris Divisi Instrumentasi dan Teknologi, anggota Klub Robotik Fisika IPB, menjadi asisten praktikum eksperimen fisika 2 dan penulis juga sering mengikuti kepanitian yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) 1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PEMANFAATAN MULTIWALLED NANOTUBES (MWNT) DIPADU NiFe 2 O 4 SEBAGAI FILLER NANOKOMPOSIT LAPISAN TIPIS SEBAGAI BAHAN SENSOR BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN Diusulkan

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN MULTIWALLED KARBON NANOTUBE PADA SIFAT MAGNET BAHAN KOMPOSIT Fe 0,8 -C 0,2

PENGARUH PENAMBAHAN MULTIWALLED KARBON NANOTUBE PADA SIFAT MAGNET BAHAN KOMPOSIT Fe 0,8 -C 0,2 PENGARUH PENAMBAHAN MULTIWALLED KARBON NANOTUBE PADA SIFAT MAGNET BAHAN KOMPOSIT Fe 0,8 -C 0,2 Mashadi dan Setyo Purwanto Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI) Kawasan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN OPTIMASI SIFAT FISIS FILM NANOKOMPOSIT NiFe 2 O 4 -MULTIWALLED NANOTUBE/PVA ADE MULYAWAN

FABRIKASI DAN OPTIMASI SIFAT FISIS FILM NANOKOMPOSIT NiFe 2 O 4 -MULTIWALLED NANOTUBE/PVA ADE MULYAWAN FABRIKASI DAN OPTIMASI SIFAT FISIS FILM NANOKOMPOSIT NiFe 2 O 4 -MULTIWALLED NANOTUBE/PVA ADE MULYAWAN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor dimulai bulan Mei 2010 sampai Bulan Mei 2011 3.2.

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT LISTRIK NANOKOMPOSIT Fe 0,5 -C 0,5

ANALISIS SIFAT LISTRIK NANOKOMPOSIT Fe 0,5 -C 0,5 ANALISIS SIFAT LISTRIK NANOKOMPOSIT Fe 0,5 -C 0,5 Yunasfi Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang -15314 E-mail: yunasfi@gmail.com Masuk tanggal : 05-12-2014,

Lebih terperinci

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) (EFFECT OF CuI ON CONDUCTIVITY AND ACTIVATION ENERGY OF (CuI) x (AgI) 1-x (x = 0.5 to 0.9)) ABSTRAK Patricius Purwanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang material nanokomposit akhir-akhir ini mendapatkan perhatian yang serius dari para ilmuwan. Berbagai penelitian dengan sangat cermat terus menerus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nano material memiliki sifat mekanik, optik, listrik, termal, dan magnetik yang unik. Sifat sifat unik tersebut tidak ditemukan pada material yang berukuran bulk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanokomposit adalah struktur padat dengan dimensi berskala nanometer yang berulang pada jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Bahan nanokomposit biasanya

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5 Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 31 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2010 hingga bulan Juni 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating Fitriani *, Sri Handani

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polyvinyl alcohol (PVA) merupakan salah satu polimer yang banyak digunakan di kalangan industri. Dengan sifatnya yang tidak beracun, mudah larut dalam air, biocompatible

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 10 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan material berbasis karbon sangat luas aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan material berbasis karbon sangat luas aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan material berbasis karbon sangat luas aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh beberapa aplikasi dalam bidang lingkungan antara

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas 36 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4 PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4 Astuti, Aso Putri Inayatul Hasanah Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Andalas Email: tuty_phys@yahoo.com ABSTRAK Nanopartikel magnetik Fe 3O

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) H.Kurniawan 1), Salomo 2), D.Gustaman 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA J. Sains Dasar 2015 4 (2) 198-203 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA THE STRUCTURE AND CHEMICAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci