UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C"

Transkripsi

1 UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN YATNA PRIATNA. C Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara Dalam Pemikatan Ikan Mas ( Cyprinus carpio ). Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir Mulyono S Baskoro. M.Sc. Perkembangan alat-alat elektonik didalam dunia perikanan akhir-akhir ini menunjukan tingkat kemajuan yang cukup baik. Penggunaan alat tersebut sebagai alat bantu didalam dunia perikanan menjadikan salah satu solusi. Salah satunya didalam perikanan tangkap, sangat penting adanya guna mencapai sistem operasi penangkapan ikan yang maksimal. Salah satu contoh alat yang dapat dijadikan alat bantu di perikanan tangkap yaitu Alat Pemanggil Ikan, dengan metode pengoprasian yang sederhana dengan menggunakan frekuensi suara, dimana ketika suara dipancarkan dari sebuah sumber, mencoba untuk menarik perhatian ikan untuk menghampiri sumber suara berada. Bentuk suara yang dipancarkan tersebut bisa berupa sebuah pinangan, penghindaran terhadap musuh, atau mengenai keadaan bahaya yang mengancam. Penelitian yang dilakukan adalah pembuatan alat pemanggil ikan sederhana serta menguji coba penentuan frekuensi suara terhadap pemikatan ikan mas ( Cyprinus carpio ) yang bertujuan untuk mengestimasi frekuensi suara yang sesuai untuk memikat ikan mas dan mengetahui tingkah lakunya terhadap suara yang diberikan tersebut. Penelitian dilakukan di laboratorium instrumentasi fisika, Departemen Fisika, Institute Pertanian Bogor sebagai tempat pengambilan data dengan menggunakan Digital Storage Oscilloscop dan di Desa Cemplang Kecamatan Cibungbulang Bogor sebagai tempat pengambilan data dilapangan. Pengambilan data dilakukan dengan mempersiapkan alat pemicu suara yang telah di persiapkan, ujung hydrospeaker dimasukan kedalam air lalu berikan suara dengan frekuensi tertentu dan selang tertentu secara acak, lihat di alat ukur Frekuensi Counter untuk melihat nilai dari frekuensi yang diberikan, setelah itu hitung ikan yang menghampiri sumber suara. Ikan akan terhitung menghampiri sumber suara jika telah melewati batas lingkaran yang telah dibuat sejauh 15 cm dari sumber suara. Data yang telah didapat dari lapangan kemudian di bawa ke laboratorium fisika untuk dilakukan pengambilan data dengan menggunakan alat ukur lain yaitu Digital Storage Oscilloscop untuk melihat bentuk gelombang dari data yang telah didapat. Hasil yang didapat dari pengambilan data menunjukan selang frekuensi ke empat menjadikan selang frekuensi yang paling banyak menghampiri sumber suara, selang frekuensi ini bernilai antara 901 Hz sampai 1200 Hz. Dari data yang didapat, tercatat pada ulangan ke sepuluh ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak tiga belas ekor yang merupakan jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara dibandingkan dengan ulangan yang lain, frekuensi yang tercatat pada ulangan ini sebesar 1000 Hz. Adapun tingkah laku ikan yang terjadi saat diberikan suara, kecenderungan ikan mas sebelumnya mengumpul atau mengelompok pada sekitar jatuhnya air, kemudian ketika suara dibunyikan ikan melakukan pergerakan secara normal menuju sumber suara berada, kenormalan terlihat dari pergerakan ikan yang bergerak seperti biasanya yang menandakan tidak ada ancaman dari luar.

4 UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : YATNA PRIATNA C DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 SKRIPSI Judul Nama NIM : UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) : Yatna Priatna : C Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro M.Sc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof.Dr.Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara Dalam Pemikatan Ikan Mas ( Cyprinus carpio ) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Yatna Priatna C

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 juni 1982 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Ahmad dan Ibu Iti. Pendidikan formal penulis dimulai pada sekolah dasar di SD Negeri Cemplang 4 Cibungbulang Bogor tahun Pada tahun 1995, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Cibungbulang Bogor. Pada tahun 1998, melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Jasinga kabupaten Bogor. Pada tahun 2001 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjalani Studi di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) ( ). Selama kuliah penulis pernah mendapatkan beasiswa Himpunan Alumni Institute Pertanian Bogor, beasiswa kerja konseling untuk para pedagang dan Safety Net Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Pada tahun 2003, penulis pernah mengikuti PKM penelitian Institut Pertanian Bogor. Mengikuti seminar Nasional Trawl Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Seminar Internasional Revitalisasi Pelabuhan Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur selalu kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara Dalam Pemikatan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana pada program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan nasihat, masukan dan pengarahan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Wazir Mawardi, M.Si dan Bapak Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil selaku dosen penguji atas arahan dan saran dalam perbaikan skripsi. 3. Bapak Akhirudin selaku kepala laboratorium fisika, Departemen Fisika yang telah membantu meminjamkan alat Frekuensi Counter dan Digital Storage Oscilloscop. 4. Ibu Ir. Diniah selaku dosen yang begitu baik dan sabar membantu dalam kemajaun penulis. 5. Bapak Dr.Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si dan Ibu Ir.Yopi Novita selaku dosen yang menjadi penyemangat dan penyelamat studi penulis.

9 6. Semua Dosen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam mencapai studinya. 7. Bpk. Akhirudin yang telah membimbing selama penulis mengambil data di laboratorium Fisika, Departemen Fisika IPB. 8. Bapak dan Umi atas doa, harapan, kesabaran dan dukungan yang diberikan dalam menjalani hidup serta semangat agar terus berusaha menjadi yang terbaik. 9. Teh Ita serta A Yanto dan adik-adiku tercinta Wanti serta Dade sebagai suaminya dan Ira yang telah bersabar dan terus mendukung serta terus menyemangati penulis. 10. Mas Moh yang telah memberikan nasehat serta semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan dalam mengenal hidup yang sebenarnya. 11. Mamah Hilma serta adinda tercinta Hilma yang telah menjadi inspirasi baru dalam penyelesaian pendidikan ini. 12. Semua teman dan kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membacanya. Bogor, Agustus 2008 Yatna Priatna

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Mas Deskripsi Ikan Mas Morfologi Ikan Suara dalam Air Fungsi Suara Organ Pendengaran Gelembung Renang Gurat Sisi Tingkah Laku Ikan Terhadap Suara 11 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan Pembuatan Alat Pemicu Suara Pengujian Alat Pengambilan Data Klasifikasi Alat Ukur Universal Counter Digital Storage Oscilloscop... 23

11 3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Uji Kenormalan Analisis Ragam Uji T ( Uji Lanjutan ) 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Respon Ikan Tingkah Laku Ikan Pada Saat Pemberian Suara Frekuensi Yang Menjadi Ketertarikan Ikan Selang Dominasi Frekuensi Dari Uji Coba Tukey KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran. 51 DAFTAR PUSTAKA. 52 LAMPIRAN 54

12 DAFTAR TABEL No Teks Hal 1. Hasil uji kenormalan Ringkasan Anova... 28

13 DAFTAR GAMBAR No Teks Hal 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Gurat Sisi Mekanisme Metode Penelitian Universal Counter Tingkah laku ikan Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-1 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-2 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-3 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-4 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-5 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-6 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-7 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-8 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-9 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-10 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-11 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-12 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-13 ) Hubungan frekuensi dengan jumlah ikan ( ulangan ke-14 ) Pergerakan renang ikan Grafik selang jumlah ikan yang terbanyak Dominasi frekuensi pada selang ke Gelombang frekuensi 1000 Hz Gelombang frekuensi 1010 Hz... 47

14 DAFTAR LAMPIRAN No Teks Hal 1. Data Frekuensi 1000 Hz Data Frekuensi 2000 Hz Hasil plot data dengan menggunakan uji tukey Data Penelitian Plot frekuensi wave star oscilloscop Foto-foto penelitian. 70

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan alat - alat elektronik didalam dunia perikanan akhir - akhir ini menunjukan tingkat kemajuan yang cukup baik. Penggunaan alat tersebut sebagai alat bantu didunia perikanan cukup menjadikan solusi didalam perkembangan dunia perikanan. Contohnya alat bantu didalam perikanan tangkap, sangat penting adanya, guna mencapai sistem operasi penangkapan ikan yang maksimal. Sekarang ini banyak kerusakan yang diakibatkan oleh aktifitas penangkapan ikan, seperti dengan menggunakan bom dan racun, tujuannya tidak lain yaitu untuk memaksimalkan hasil tangkapan tanpa memperdulikan kelestarian sumberdaya perikanan yang ada. Akhirnya efek yang ditimbulkan tidak hanya menghancurkan fisik luarnya saja melainkan sampai ke biota lain yang ada di lingkungan sekitarnya, dan yang lebih berbahaya, dampak lain yang dirasakan dari penggunaan bom dan racun ialah keselamatan bagi nelayan itu sendiri. Diharapkan sekarang ini bisa bermunculan alat-alat yang praktis dan lebih efisien guna membantu didalam dunia perikanan. Salah satu contoh yang ada mengenai alat ini adalah alat pemanggil ikan, dewasa ini sangat dibutuhkan alat yang mampu membantu didalam operasi penangkapan ikan. Selain pengoperasiannya sederhana, juga mengefisienkan kerja didalam penangkapan ikan yang biasa ini dilakukan. Alat pemanggil ikan sekarang ini menjadikan inovasi baru yang cukup baik untuk memberikan pencerahan terhadap kemajuan teknologi pendukung alat tangkap.

16 Metode pengoperasian alat pemanggil ikan ini, menggunakan frekuensi suara. Dimana ketika suara dipancarkan dari sebuah sumber, mencoba untuk menarik perhatian ikan untuk menghampiri dimana sumber suara tersebut berada. Pemanggilan tersebut bisa berupa sebuah pinangan, penghidaran terhadap musuh atau mengenai keadaan bahaya yang mengancam. Media terbaik dalam komunikasi bawah air adalah suara, komunikasi ini terjalin melalui pencaritahuan gejala apa yang terjadi dari getaran atau suara yang ditimbulkan hewan tertentu dan selanjutnya akan digunakan sebagai metode untuk penyembuhan, sinyal adanya bahaya baik alam maupun gangguan makhluk lainnya, penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan berwawasan konservasi, penentuan potensi setiap jenis ikan tertentu dilaut, atau juga migrasi hewan pada musim-musim tertentu untuk melestarikan kelanjutan kehidupan satwa. Penelitian mengenai uji coba pemikatan terhadap ikan jarang sekali dilakukan, apalagi untuk perairan tawar. Penelitian terakhir mengenai suara ini ialah Studi Bioakustik Suara Stridulatory pada Tingkah Laku Makan (Feeding Behavior) Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Dalam penelitian tersebut mempelajari suara yang direkam yang dikeluarkan oleh ikan pada saat cara makannya, pada ikan kerapu. Ada juga yang meneliti ALPIN di daerah terumbu karang. Penelitian uji coba pemberian suara terhadap pemikatan ikan penting dilakukan, termasuk untuk perairan tawar. Untuk itu coba diterapkan karena melihat kondisi perairan yang berbeda. Banyak hal yang perlu dipelajari dalam penelitian ini. Masih kurangnya informasi yang berkaitan dengan penelitian ini

17 menjadikan penelitian uji coba diharapkan menjadi informasi yang berguna untuk kemajuan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan objek ikan air tawar yaitu ikan mas (Cyprinus carpio). Pemilihan ikan mas sebagai objek dikarenakan ikan mas memiliki gelembung renang besar, yang merupakan salah satu faktor dalam merespon suara. Selain itu ikan mas juga merupakan ikan ekonomis tinggi yang banyak dibudidayakan serta mudah dalam pemeliharaan dan mudah dalam mendapatkannya. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengestimasi frekuensi suara yang sesuai untuk memikat ikan mas (Cyprinus carpio). 2. Mengetahui tingkah laku ikan mas terhadap pemberian suara. 1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini ialah diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan dunia perikanan.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Mas Deskripsi Ikan Mas Gambar 1. Ikan Mas ( Cyprinus carpio ) Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan darat yang hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Sifatnya sangat aditif (membuat kecanduan) terhadap lingkungan baru, menjadikan ikan mas dengan berbagai strain-nya tersebar hampir diseluruh penjuru dunia. Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sitem pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut. Filum Sub Filum Super- kelas Kelas : Chordata : Vertebrata : Pisces : Osteichthyes

19 Sub Kelas : Actinopterygii Ordo Sub Ordo Famili Genus Species : Cypriniformes : Cyprinoidea : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio Morfologi Ikan Mas Ciri-ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut dan tidak bergerigi. Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak bersebrangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya berjarijari keras, sedang di bagian akhir bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini pun berjari-jari keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang simetris hingga kebelakang tutup insang. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak ditengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

20 2.2 Suara dalam Air Fungsi Suara Suara ialah suatu gelombang mekanis bujur (longitudinal) yang merambat melalui udara, air, dan perantara bermateri lainnya. Sedangkan gelombang mekanis bujur yaitu suatu gelombang dengan titik - titik perantara bergerak sejajar dengan arah perambatan gelombang (Alan H. Crom, 1994). Suara merupakan salah satu faktor terpenting bagi hewan tingkat tinggi yang mempunyai organ - organ terspesialisasi untuk menghasilkan dan mengamati gelombang-gelombang tersebut. Dengan menggunakan gelombang bunyi, hewanhewan tersebut mampu berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya termasuk yang hidup dalam air sebagai media komunikasi diantara individu. (Alan H. Crom.1994). Ada beberapa jenis ikan yang menjadikan suara sebagai alat komunikasi dari lingkungan sekitar dan dengan individu yang lain. Fungsi suara erat kaitannya dengan organ pendengaran yang dapat merespon suara dari luar, baik yang mendekati sumber maupun yang menjauhi sumber. Ikan yang mendekati sumber suara dikategorikan acoustictaksis positive, sedangkan bagi ikan yang menjauhi sumber suara dikategorikan acoustictaksis negative. Bagi beberapa ikan menjadikan media terbaik untuk komunikasi bawah air adalah suara, gelombang suara dalam kaitannya sebagai alat komunikasi ikan memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat merambat hingga jarak yang cukup jauh tanpa dipengaruhi oleh keberadaan terumbu karang atau batu karang. Gelombang suara juga tidak dipengaruhi oleh kecerahan perairan sehingga species ikan tertentu mampu berkomunikasi dengan menggunakan suara dalam keadaan

21 gelap (Tavolga, 1971), mudah untuk dihasilkan dan komposisi frekuensi suara dapat menyampaikan informasi yang berguna dari pengirim kepada penerima Organ Pendengaran Ada tiga kelompok hewan yang diketahui merespon suara dari lingkungan, yaitu: beberapa jenis crustacea atau udang-udangan, ikan telestei yang memiliki gelembung renang, dan mamalia laut. Kemampuan untuk mendengarkan suara dengan baik yang dihasilkan dari lingkungan dimiliki oleh mamalia laut melalui organ cluclea. Begitupun dengan organ ikan, sensitivitas pendengarannya terdapat dalam saluran yang menghubungkan otolith dengan gelembung renang dan sistem cardiac. Organ pendengaran pada mamalia laut seperti lumba-lumba, telinga memiliki konstruksi yang prinsipnya sama dengan kerabat mereka didaratan. Sumber suara dari luar ditransmisikan kedalam cochlea melalui membrane tifani dan mekanisme ossicular pendengaran. Pada gelembung renang yang merupakan organ penting untuk merespon suara yang dimiliki oleh ikan letaknya terhimpit oleh tulang rusuk kiri dan kanan dibagian tengah antara kepala dengan ekor. Tidak semua jenis ikan memiliki gelembung renang seperti halnya pada ikan pelagis. Keluar masuknya udara dikendalikan oleh gelmbung renang ini. Gerakan dinding gelembung renang juga mempunyai peranan dalam merespon suara dari luar yang selanjutnya dialirkan ke organ khusus. Fungsi organ ini menyerupai tulang telinga (otolith) pada mamalia, tetapi pada manusia otolith tidak saling berhubungan seperti pada ikan. Jika melihat sepintas, organ ini masih

22 merupakan bagian dari gelembung renang. Pada kenyataanya organ ini merupakan organ yang menghubungkan gelembung renang dengan organ yang memiliki sel rambut. Organ ini disebut organ penghubung. Selain ini ada organ yang mempunyai fungsi sebagai organ pendengaran, yaitu lateral line dan struktur labirin. Kedua organ ini mampu memberi respon suara dari luar melalui gerakan relative fluida disekitar tubuh ikan Gelembung Renang Gelembung renang merupakan organ penting yang dimiliki oleh ikan yang letaknya terhimpit oleh tulang rusuk kiri dan kanan dibagian tengah antara kepala dengan ekor. Tidak semua jenis ikan memiliki gelembung renang ini. Oleh sebab itu ketika ikan bergerak menuju perairan yang dalam, gelembung renang ini akan mengecil sebagai kompensasi untuk menyesuaikan tekanan yang ditimbulkan oleh perairan tersebut. Selain sebagai organ pengatur hidrodinamik, gerakan dinding gelembung renang juga mempunyai peranan dalam respon suara dari luar yang selanjutnya dialirkan ke organ khusus. Menurut Stevens (1981), selain gelembung renang sebagai pengatur hidrodinamika, organ ini pun dapat berfungsi sebagai reflector dan resonator gelombang suara yang mengenainya. Ikan itu tidak membutuhkan telinga tengah karena gelombang suara cukup mudah menempuh air dan tubuh ikan yang setengah padat itu sendiri. Tetapi penerimaan bunyi di dalam air secara baik menuntut adanya pengubah yang terdiri dari bahan yang berbeda dengan bahan yang mengelilinginya. Pada ikan yang baik pendengarannya gelembung renang yang berisi udara digunakan untuk tujuan ini. Gelombang suara yang dihantarkan

23 oleh air, yang mengenai gelembung renang menimbulkan getaran yang dipancarkan melalui selaput organ bagian tengah dan dengan begitu memperbaiki efisiensi pendengaran. Gelembung tersusun atas selaput yang mampu bergetar pada satu sisi terhadap udara, yang dapat dimanfaatkan dengan mudah, dan di sisi lain terhadap cairan, yang hampir tidak dimanfaatkan. Gas lebih mudah digerakan dari pada cairan. Menurut Stevens (1981), jika organ - organ bagian tengah tidak ada, gelombang tekanan dari luar akan memantul kembali ke luar, mengikuti jalan yang terkecil hambatannya. Dengan kata lain energi suara yang masuk akan dipantulkan kembali ke selaput yang kaku di pintu masuk organ bagian dalam, kebanyakan dari energi ini sama sekali tidak mencapai organ bagian dalam. Menurut para ahli fisiologi ikan, perubahan gas yang sangat mudah dimanfaatkan ke cairan yang hampir tidak dapat dimanfaatkan, akan mengakibatkan perbedaan impedansi. Impedansi merupakan faktor perkalian antara kecepatan di suatu medium dengan berat jenis medium itu sendiri Gurat Sisi (Linea lateralis) Selain organ penghubung, ada organ lain yang mempunyai fungsi sebagai organ pendengaran, yaitu Linea lateris (gurat sisi) dan struktur labirin. Organ ini mampu memberi respon suara dari luar melalui gerakan relative fluida di sekitar tubuh ikan gurat sisi peka terhadap gerakan air yang lemah. Gurat sisi tersebut tidak hanya dapat mengindera gerakan halus arus yang di pantulkan oleh penghalang tak terlihat seperti karang, tetapi juga dapat menemukan gangguan yang ditimbulkan oleh mangsa yang tersembunyi atau musuh yang akan

24 menyerang. Gurat sisi juga membantu sekelompok ikan supaya tetap berada dalam formasinya, karena masing-masing ikan merasakan gelombang yang ditimbulkan oleh yang lain. Gambar 2. Gurat Sisi (Linea lateralis) Konstruksi gurat sisi menunjukan adanya hubungan yang berarti dengan organ penerimaan getaran. Gurat sisi ini mempunyai sel rambut dan syaraf yang sama dengan yang ada di telinga manusia. Dalam sistem gurat sisi, dua syaraf yang terlentang di bawah kulit menempel pada organ indera di permukaan. Satu organ memiliki empat atau lebih bukit yang peka terhadap sentuhan. Di antara bukit-bukit itu terdapat tiang-tiang serupa agar-agar yang di namakan kupula. Kupula bereaksi terhadap aliran air yang bergerak menyilang organ-organ tersebut. Tampaklah bagaimana rambut getar dan sel indera dihubungkan dengan kedua syaraf itu. Struktur sel-sel rambut tersebut adalah serupa dengan struktur sel yang mengubah getaran menjadi impulsa - impulsa syaraf di telinga dalam mamalia.

25 Menurut Tujaya (1999), kisaran frekuensi respon dari sistem gurat sisi berada pada kisaran yang lebih rendah dari tekanan gelombang suara dan spektrum. Output nilai rangsangan dari organ neuromast berkisar antara Hz, tergantung species. Batas respon frekuensi terendah sulit diukur namun diduga di bawah 1 Hz. Dibandingkan dengan pendengaran manusia yang memiliki kisaran frekuensinya diantara 20 Hz sampai 20 KHz, ikan memiliki kisaran yang lebih rendah. Menurut Stevens (1981) kisaran frekuensi ikan rata-rata di bawah 100 Hz. Namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa spesies ikan yang mampu merespon frekuensi sampai dengan 5 KHz. Sensitivitas ikan dan biota lainnya terhadap suara telah menjadi subjek bagi banyak eksperimen yang dikemukakan oleh Propper, dkk (1988). Teknik pengkondisian klasik umumnya telah digunakan, dimana pada awalnya ikan dilatih untuk bereaksi terhadap suara yang dibunyikan secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi agar mudah dideteksi. Intensitas suara selanjutnya dikurangi sampai tidak terjadi lagi reaksi. Ambang pendengaran adalah level di mana hewan memberikan 50% dari uji coba percobaan. Respon-respon tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya makanan yang diberikan bersamaan dengan stimulus. 2.3 Tingkah Laku Ikan Terhadap Suara Suara merupakan hal yang sangat penting terhadap tingkah laku saat berkomunikasi untuk beberapa jenis ikan. Ikan dapat mengeluarkan beragam amplitude suara untuk melakukan komunikasi dalam pertukaran informasi (Winn, 1972). Informasi yang dibawa dari sinyal-sinyal suara menjelaskan mengenai keadaan bahaya yang mengancam, keadaan agresif untuk menakuti musuh, atau

26 panggilan peminangan (Pratt, 1975). Suara juga dihasilkan dari dampak tingkah laku lainnya seperti saat makan, bergerak, menghindari musuh, dan reproduksi (seksualitas dan fase pembesaran) (Popper dan Plat, 1993). Ikan dapat merespon secara sensitif suara-suara yang bersifat infrasonic, sonic, maupun ultrasonic (Nikolsky, 1963). Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survei, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain. Dalam penelitian tingkah laku ikan dapat digunakan untuk pergerakan/migrasi ikan (vertical dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi menghindar (avoidance) terhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon terhadap rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hydrodinamika, kimia, mekanik dan sebagainya. Dengan adanya indera pendengar maupun pembangkit sumber suara, ikan dalam melakukan proses perkawinan akan membangkitkan getaran-getaran suara tertentu yang dimengerti oleh ikan lawan jenisnya. Getaran suara yang ditimbulkan mulai dari saat mengejar, bercumbu dan sampai terjadinya perkawinan. Pada saat ikan jantan mendekati, ikan jantan akan membangkitkan getaran suara halus. Demikian seterusnya sampai pasangan ikan melakukan hubungan frekuensi yang dibangkitkan si jantan makin tinggi. (Pitcher 1986) Setiap species ikan memiliki perbedaan dalam hal frekuensi suara, amplitude, durasi, banyak pulsa tiap sinyal, dan jumlah rataan ulangan pulsa yang dipancarkan (Popper dan Plat, 1993; Fine et al., 1977 dalam Moyle dan Cech, 1988). Hasil studi tingkah laku menunjukan bahwa masing-masing species

27 mampu membedakan jenis suara antar species yang sama (Schultz, 1948) dan yang tidak sama berdasarkan jumlah rataan impuls yang dipancarkan (Popper dan Platt, 1993). 3 METODOLOGI

28 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Instrumentasi Fisika, Departement Fisika, Institut Pertanian Bogor, dan di desa Cemplang kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai April Kegiatannya mulai dari tahapan persiapan sampai dengan uji coba alat di lapangan. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Alat pemicu suara atau alatpemanggil ikan (dengan rancangan sederhana) yang terdiri dari komponen - komponen sebagai berikut : a). Sumber tegangan listrik (ACCU 12 Volt) b). IT type 191 c). Resistor d). Electrolit Condensator e). Transistor dan Transistor Variabel f). Hydrospeaker g). Kabel 2. Alat pengukur frekuensi suara a) Universal Counter b) Digital Storage Oscilloscope 3. Bak percobaan berukuran panjang 163 cm, lebar 100 cm dan tinggi 50 cm, yang berfungsi sebagai tempat pengamatan. 4. Aerator untuk membantu proses sirkulasi

29 5. Thermometer, untuk mengukur suhu air dalam kolam. 6. Alat dokumentasi 7. Ikan mas usia konsumsi (umur 3 5 bulan). Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah kolam yang berukuran panjang 163 cm, lebar 100 cm dan tinggi 50 cm, yang befungsi sebagai tempat pengamatan. Kolam ini terbentuk dari papan yang dibuat menjadi persegi panjang yang dilapisi oleh karpet pelastik sebagai penyanggah air, aerator untuk membantu proses sirkulasi udara di dalam air, aerator yang digunakan mempunyai dua lubang pengeluaran di mana hanya satu lubang yang dipakai dan di hubungkan ke sebuah alat yang menyerupai pancuran air. Alat lain yang digunakan yaitu sebuah alat pemicu suara (alat pemanggil ikan) dengan rancangan sederhana yang terdiri dari komponen komponen seperti : IT type 191, Resistor, Elektrolit Condensator, Transistor, Variable resistor, kabel, Earphone yang berfungsi sebagai hidrospeaker, dan sumber tegangan listrik dalam hal ini yang di pakai ACCU yang memiliki tegangan 12 Volt dan arus 5 ampere. Untuk hidrospeaker terbuat dari twiter yang di rancang khusus agar kedap terhadap air, pemilihan twiter sebagai output suara dikarenakan ikan lebih merespon dengan menggunakan alat ini sesui dengan penelitian pendahuluan yang sebelumnya telah di uji cobakan. Untuk mengukur frekuensi suara dalam penelitian ini, digunakan dua alat pengukur. Untuk alat pertama yaitu Universal Counter atau disebut dengan Frekuensi Counter, dan alat ukur yang kedua yaitu Digital Storage Oscilloscop.

30 Bahan yang digunakan adalah 15 ekor ikan mas ( Cyprinus carpio ) sebagai objek pengamatan. Ukuran ikan yang digunakan memiliki panjang cm, dan berusia 3 5 bulan. Setiap ekor ikan mas diberikan ciri dengan menggunakan benang jahit, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam menghitung jumlah ikan dalam pengamatan. 3.3 Metode Penelitian Frekuensi Counter (Frekuensi counter) APS Tegangan Listrik ACCU 12V Aerator Hydro Speaker Bak Pengamatan Pancuran Gambar 3. Mekanisme metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode experimental fishing. Sebelumnya telah dilakukan uji coba pendahuluan yang bertujuan untuk meminimalkan kesalahan kesalahan yang dilakukan pada saat penelitian sebenarnya serta memudahkan dalam tahap tahap pelaksanaan uji coba. Selama penelitian ini berlangsung pelaksanaannya dibagi ke dalam dua lokasi kerja, yaitu di lapangan dan di laboratorium. Lokasi kerja di lapangan

31 meliputi kegiatan penentuan nilai dari frekuensi gelombang suara, sedangkan untuk di laboratorium meliputi kegiatan penggunaan alat ukur Digital Storage Oscilloscop sebagai alat tambahan yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran gelombang suara. Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian diuraikan dibawah ini Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan penting dilakukan sebelum memulai penelitian ujicoba yang sesungguhnya. Penelitian dengan menggunakan experiment biasanya memiliki kendala yang cukup besar didalam pelaksanaan proses penelitian. Kurangnya informasi atau literatur yang sulit didapat menjadikan hambatan yang menjadikan penelitian tidak berjalan dengan sempurna. Namun bukan berarti penelitian yang telah di ujicobakan terlebih dahulu akan menghasilkan hasil yang sempurna, termasuk dalam penelitian ini, masih banyak kekurangan yang menghambat dalam proses pelaksanaannya. Penelitian pendahuluan ini dibagi atas beberapa tahapan uji coba diantaranya : 1. Pembuatan alat pemicu suara Pembuatan alat pemicu suara atau alat pemanggil ikan, dibuat dengan memodifikasi atau merubah alat yang telah ada. Perubahan itu tidak menjadikan komposisi awal alat yang sudah ada tidak berfungsi,atau alat tidak bekerja sesuai dengan tujuan kerja alat tersebut. Contoh alat yang ada menggunakan tegangan 3 volt dan alat dirubah menjadi alat yang memiliki tegangan 12 volt. Hal ini dilakukan berkaitan dengan radius dan pancaran suara yang merambat di dalam

32 air, dimana semakin besar tegangan yang diberikan maka semakin luas daya rambatan suara di dalam air. Tidak banyak yang berubah dari alat yang sekarang, perubahan yang terjadi yaitu meningginya tekanan suara yang terdengar dan lebih tahan lama untuk dipakai berjam-jam. perubahan lain yang terjadi terlihat dari out put alat, yang sebelumnya menggunakan earphone diganti dengan menggunakan hydrospeaker yang terbuat dari twiter, twiter ini dibuat sedemikian rupa agar kedap terhadap air, namun menghasilkan suara sesuai dengan kemampuan twiter. 2. Pengujian alat Pengujian alat dilakukan beberapa kali dan dilakukan diberbagai tempat, pengujian. pengujian inipun terbagi menjadi beberapa tahap diantaranya : 1. Pengujian alat dengan menggunakan objek ikan nila. Uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui respon ikan nila terhadap suara yang dipancarkan oleh sumber suara. Ikan nila yang digunakan berukuran 15 cm dengan luas bak yang digunakan yaitu berukuran 1 x 1meter. Penempatan sumber suara ditempatkan diberbagai sudut kolam dan dengan berbagai besaran frekuensi. Namun setelah diamati yang terjadi pada objek tersebut yaitu kurangnya respon ikan untuk mendekati atau menjauhi sumber suara, objek terlihat kurang memperdulikan dengan perlakuan yang diberikan. Dari tingkah lakunya terlihat objek tidak menghiraukan suara yang diberikan oleh alat, objek bergerak sesuai dengan sebelum diberikan perlakuan tanpa ada reaksi yang berlebihan. 2. Pengujian alat dengan menggunakan objek ikan mas.

33 Karena dari uji coba yang sebelumnya tidak mendapatkan hasil yang baik, maka diganti objek menjadi ikan mas. Ikan yang dijadikan objek diambil secara acak tanpa menghiraukan ukuran, berat dan umur ikan, namun sebelumnya ikan yang dijadikan objek disimpan dulu selama seharian dikolam yang sama. Setelah objek terlihat tenang dan bergerak sesuai dengan pergerakannya, maka dilakukan perlakuan dengan memberikan suara dalam air. Semula dilakukan perlakuan dengan frekuensi yang rendah. Setelah diamati kurang dari 2 menit ikan menghampiri sumber suara. Arah ikan berhadapan langsung dengan muka depan hidrospeaker yang menjadi output dari sumber, bahkan objek sempat bersentuhan dengan hidrospeaker berkali-kali. Perlakuan dilakukan disudut yang lain pada frekuensi yang sama, dan yang terlihat tidak jauh berbeda dengan perlakuan sebelumnya. Melihat respon seperti itu maka diubah frekuensi yang semula dengan menaikan sedikit frekuensinya. Pengaturan besaran frekuensi dilakukan dengan memutar variable, namun belum diketahui berapa nilai dari frekuensi yang tertera atau yang diberikan ketika perlakuan tersebut dilakukan, karena pada saat itu belum adanya alat pengukur frekuensi. Kami hanya ingin mengetahui respon ikan pada saat diberikan suara, dan yang terjadi ialah ikan tersebut sedikit demi sedikit mulai menjauhi sumber suara Pengambilan Data Proses pengambilan data dari penelitian uji coba ini dilakukan selama dua puluh hari. Dimulai dari pengadaptasian objek (ikan mas) yang telah didiamkan

34 dengan lingkungan barunya selama empat hari, tujuannya agar ikan tidak mengalami stress saat dilakukan pengambilan data. Proses pengadaptasian dilakukan sesuai dengan ketentuan standar, seperti pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari, suhu air yang disesuaikan dengan lingkungan aslinya dan lain sebagainya. Setelah terlihat ikan sudah teradaptasi maka dimulai pengambilan data dengan mempersiapkan segala keperluan proses uji coba. Settingan alat dilakukan sebelumnya, setelah siap semuanya baru dimasukan hydrospeaker ke dalam bak percobaan tersebut di mana alat dalam keadaan mati, baru dinyalakan alat pengukur frekuensi (Universal Counter). Posisi nilai dalam keadaan nol, setelah itu baru dinyalakan alat pemicu suaranya, settingan frekuensi dilakukan sesuai dengan rencana yang sebelumnya telah disusun, setelah itu amati tingkah laku ikan tersebut lalu perhatikan berapa ikan yang menghampiri sumber suara selama waktu sepuluh menit, lalu hitung jumlah ikan yang menghampiri. Ketentuan penghitungan ikan yang menghampiri sumber suara bila ikan berenang melewati batas jarak dari sumber suara ke garis, dimana jarak dari sumber suara ke garis pembatas sejauh 10 cm. Ikan yang telah menghampiri sumber suara lalu menjauhi sumber dan menghampiri kembali sumber tidak dihitung lagi, penghitungan hanya dilakukan satu kali dalam satu kali perlakuan pada frekuensi tertentu.setelah itu alat dimatikan selama 10 menit hingga objek tersebut menjauhi sumber suara. Alat dinyalakan kembali dengan frekuensi yang berbeda lalu hitung kembali berapa ikan yang menghampiri sumber suara selama waktu 10 menit, kemudian matikan kembali sumber suara selama 10 menit dan nyalakan kembali alat pemicu untuk

35 pengambilan data selanjutnya. Begitu seterusnya pengambilan data di lakukan,setiap satu hari pengambilan data di lakukan lima kali perlakuan di mana dalam satu kali perlakuan diberikan dua kali pengambilan data frekuensi yang berbeda. 3.4 Klasifikasi Alat Ukur Universal Counter Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu universal counter atau sering disebut juga dengan frekuensi counter, dimana alat tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut : - Alat ini memiliki tipe ESCORT EUC Tegangan listrik 220 volt - Frekuensi maksimum 175 MHz - Terdiri dari 2 chanel, dimana untuk chanel pertama berasal dari fungsi generator dan untuk chanel kedua untuk input dari alat yang akan dideteksi besaran frekuensinya. - Input maksimum 42 Vpk - Trig level - Reset : mengubah nilai kembali ke nol atau untuk kembali memulai. - Hold : untuk mengunci atau menentukan frekuensi yang akan dicari agar tidak berubah - Frekuensi level : untuk mengatur satuan skala yang di inginkan baik ke MHz atau ke KHz. - Func : untuk menentukan posisi input yang digunakan pada

36 salah satu chanel yang dihubungkan ke alat peraga. - Gate : untuk menentukan kelipatan bilangan desimal. - Tombol Power : untuk menghidupkan atau mematikan alat ukur. Gambar 4. Universal Counter Fungsi universal counter dalam penelitian ini yaitu sebagai alat untuk menentukan nilai dari frekuensi yang dihasilkan dari alat peraga, dimana nilai itu akan berubah sesuai pengaturan skala pemberian suara. Alat ini menampilkan gambaran nilai secara digital sehingga memudahkan dalam penentuan pembulatan nilai yang terkadang menjadi kendala. Proses dari pengukuran frekuensi dengan alat ini, pertama menghubungkan alat peraga ke chanel 2. Adapun yang dihubungkan ke chanel 2 yaitu output dari alat peraga sehingga terdapat 2 cabang kabel penghubung yang terhubung secara

37 paralel. Kabel pertama untuk dihubungkan ke alat pengukur sedang kabel yang kedua dihubungkan ke hidrospeaker Digital Storage Oscilloscop Alat ukur lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Digital Storage Oscilloscop. Alat ukur ini digunakan di laboratorium. Hasil data yang diperoleh dari universal counter diplotkan kembali ke digital storage oscilloscope, tujuannya ialah untuk mengetahui tampilan dari gelombang yang telah diketahui nilai frekuensinya. Spesifikasi dari alat ini : - Seri TDS 1000 dan TDS Countext sensitive help system - Monocrome LCD display - wave maksimum 20 MHz. - Automatic set menu - Probe chekk wijard - Cursor with readouts - Frekuensi trigger readouts - Eleven outomatic measurements - Wave form averaging and peak detection - Dual time base - Math fast Fourier transform - Pulse width trigger capability - External Trigger

38 - Set up and wave form storage Spesifikasi Umum Oscilloscope Display Display Type Display Resolution Display Contrast Black Ligh Intensity Typical 5,7 in (145 mm) Diagonal Liquitd Cristal 320 horizontal by 240 vertical pixels Adjustable, temperature Compensated 65 cd/m 2 Probe Compensator Out put Out put Voltage Typical Frequency 5 V into > 1M ohm Load 1 KHz Power Source Source Voltage Power Consumtion Fuse VAC rms ( 10 % ) from 45 Hz Throght VAC Less Than 30 W 1 A Environmental Temperatur Operating Non Operating 0 O C 50 O C - 40 O C 71 O C

39 3.5 Rancangan Percobaan dan Analisa Data Uji Kenormalan Untuk melihat kenormalan data hasil uji coba pemikatan ikan yang didapat dilakukan uji kenormalan. Uji kenormalan pada program SPSS ini menggunakan uji kolmogorov smirnov yang telah disamakan dengan uji kenormalan liliefors. Pedoman untuk pengambilan keputusan untuk hasil output yang didapat : - Jika nilai sig. atau signifikan < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal - Jika nilai sig. atau signifikan > 0,05 maka distribusi adalah normal Analisis Ragam (Anova ) Analisis data yang digunakan adalah analisis ragam dengan menggunakan Rancangn Acak Lengkap ( RAL ) sebagai rancangan percobaan yang dibantu dengan program SPSS.12 ( Statistical Product and Service Solution ). Selanjutnya dilakukan uji F untuk mengaplikasi perbandingan frekuensi suara memberikan pengaruh yang nyata terhadap koefisien hasil tangkap. Analisis ragam digunakan untuk pengujian hipotesis yang dilambangkan dengan F. Setelah uji F dilakukan, barulah digunakan uji lanjutan yaitu dengan menggunakan uji Tukey HSD untuk mengetahui nilai frekuensi mana yang terbaik dalam pemikatan. Rancangan dasar RAL adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij Di mana : Yij : nilai komposisi ikan yang terpikat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ : nilai rata rata komposisi

40 τi εij : Pengaruh besaran frekuensi terhadap pemberian suara : Galat percobaan pada perlakuan ke- i ulangan ke-j Hipotesis yang akan diujikan melalui penelitian ini ialah : H0 : τi = 0 yang berarti tidak ada perbedaan respon besaran frekuensi terhadp pemikatan H1 : τi 0 yang berarti terdapat perbedaan respon besaran frekuensi terhadap pemikatan. Dasar pengambilan keputusan untuk uji F dengan Anova ialah : Jika Fhit > Ftab maka Ho ditolak pada taraf nyata. Jika Fhit < Ftab maka Ho diterima pada taraf nyata. Jika nilai signifikan < 0.05 maka tolak Ho Jika nilai signifikan > 0.05 maka terima Ho F tabel dilihat dari tabel nilai-nilai F Uji T (uji lanjutan ) Bila hasil percobaan yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata, uji diteruskan dengan uji lanjut. Dalam hal ini uji lanjut yang digunakan yaitu uji Tukey. Uji lanjutan Tukey digunakan untuk menentukan ukuran frekuensi yang terbaik dari beberapa ukuran frekuensi yang dicobakan.

41 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Ikan mas (Cyprinus carpio) yang menjadi objek pengamatan mempunyai ukuran panjang cm dengan bobot lebih kurang gram. Pengamatan dilakukan selama 15 hari dengan waktu pengadaptasian dalam kolam

42 pengamatan selama 4 hari, diasumsikan bahwa selama waktu tersebut ikan sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, hal ini terlihat dari tingkah laku makan dan pergerakan ikan yang normal. Parameter fisik perairan yang terukur dalam pengamatan ini adalah suhu. Kisaran suhu setiap harinya berkisar antara 19 0 c 30 0 c sedangkan suhu optimum dari perairan ikan mas yaitu 22 0 c 28 0 c. dilihat dari hasil pengukuran parameter tersebut beserta pengamatan tingkah lakunya yang dilakukan dapat diasumsikan bahwa ikan mas yang menjadi objek pengamatan telah dapat hidup normal pada kolam pengamatan. Dari hasil penelitian uji coba pemberian frekuensi suara didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk FREK Statistic df Sig. Statistic df Sig Hz,175 14,200,878 14, Hz,290 14,002,803 14, Hz,129 14,200,949 14, Hz,193 14,168,897 14, Hz,246 14,022,935 14, Hz,180 14,200,928 14, Hz,225 14,052,925 14, Hz,168 14,200,907 14, Hz,225 14,053,896 14, Hz,206 14,109,870 14,042 Menurut kolmogorov-smirnov, data di atas terbilang normal karena data nilai signifikan lebih dari 0.05 hanya ada satu data yang menunjukan hasil yang di bawah nilai normal, namun hasil tersebut tidak menyimpulkan bahwa data yang ada menunjukan tidak normal. Namun jika mengacu pada Shapiro-wilk data tersebut menunjukan nilai normal karena nilai signifikan semuanya di atas 0.05,

43 hanya terdapat perbedaan sedikit saja dengan kolmogorov-smirnov. Dengan demikian nilai kenormalan data tersebut dianggap normal. Setelah mengetahui nilai kenormalan dari data-data tersebut maka selanjutnya yaitu mengetahui nilai statistik yang terjadi dari data-data hasil penelitian ini. Tabel 2. Ringkasan Anova Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Hit F tab Perlakuan 355, ,445 7,542 1,88 Sisa 679, ,230 Total 1034, Dari tabel di atas menunjukan bahwa pada taraf nyata 95 %, nilai F hitung yang didapat sebesar 7,542 sedangkan untuk nilai dari F tabelnya didapat sebesar 1,88, artinya nilai F hitung lebih besar dari nilai nilai F tabel, maka terdapat pengaruh yang nyata dari pemberian frekuensi terhadap pemikatan atau ketertarikan ikan terhadap suara tersebut. Untuk lebih mengetahui nilai frekuensi yang tepat maka perlu diuji lanjut yaitu dengan menggunakan uji tukey. 4.2 Respon Ikan

44 Gambar 5. Tingkah laku ikan Dari hasil penelitian yang telah diujikan respon ikan terhadap suara memiliki keragaman frekuensi, namun ada selang frekuensi yang mendominasi terhadap ketertarikan ikan, itu semua bisa terlihat dari jumlah ikan yang datang menghampiri sumber suara pada frekuensi tersebut, untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari grafik berikut ini : 10 8 jmlh ikan frekuensi Gambar 6. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah ikan (Ulangan ke - 1)

45 Pada grafik di atas untuk ulangan yang pertama terlihat frekuensi 500 Hz lebih banyak jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak 9 ekor dan jumlah ikan mas yang datang sedikit menghampiri sumber suara yaitu pada frekuensi 2500 Hz. Namun dilihat dari selang frekuensi tersebut jumlah ikan yang banyak menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 193 Hz sampai 1000 Hz, atau pada selang 1 sampai 4. Sedangkan untuk jumlah ikan yang paling sedikit menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 2500 Hz atau pada selang 9, dan pada frekuensi 2973 Hz jumlah ikan yang menghampiri sumber suara bertambah lagi menjadi 7 ekor jmlh ikan frekuensi Gambar 7. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 2) Untuk ulangan ke 2 dari uji coba penelitian ini terlihat dari grafik pada frekuensi 105 Hz jumlah ikan yang menghampiri yaitu 8 ekor, frekuensi 410 Hz menurun lagi menjadi 3 ekor. Jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara yaitu pada frekuensi 860 Hz atau selang ke 3 sebanyak 11 ekor, sedangkan untuk jumlah ikan yang paling sedikit menghampiri sumber suara yaitu pada frekuensi 2617 Hz atau selang ke 9.

46 8 7 6 jmlh ikan frekuensi Gambar 8. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 3) Pada grafik ini terlihat frekuensi yang memiliki jumlah ikan yang paling banyak menghampiri terdapat pada dua frekuensi yang berbeda yaitu pada frekuensi 1500 Hz atau selang ke 5 dan frekuensi 1790 Hz atau pada selang ke 6. Sedangkan untuk jumlah ikan yang sedikit menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 2320 Hz atau selang ke 8 dan pada frekuensi 2900 Hz atau selang ke 10. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh suhu yang besar, karena pengambilan data dengan frekuensi 1500 Hz dilakukan pada pukul 7 pagi dan pengambilan data untuk frekuensi 1790 Hz dilakukan pada pukul tujuh malam. Suhu yang tercatat dalam pengambilan data tersebut sekitar 22 0 c, sedangkan untuk suhu yang tercatat pada saat jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sedikit tercatat pada suhu 28 0 c.

47 jmlh ikan frekuensi Gambar 9. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 4) Perbedaan suhu yang terjadi pada ulangan sebelumnya yang menjadikan jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sedikit berpengaruh, ternyata tidak begitu berpengaruh pada ulangan ke 4 ini. Pasalnya pada ulangan ini jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara tercatat pada frekuensi 1200 Hz atau pada selang ke 4 dan pengambilan data dilaksanakan pada perlakuan ke 2 atau pada pukul 10, namun suhu yang tercatat pada waktu itu tidak sesuai dengan suhu normal yang biasa terjadi pada siang hari pada perairan kolam tersebut. Hal ini dimungkinkan karena faktor hujan yang menjadikan penurunan suhu yang tidak biasanya sehingga mempengaruhi suhu lingkungan perairan kolam tersebut. Dan jumlah ikan yang sedikit menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 2800 Hz atau pada selang ke 10 serta pengambilan data tercatat pada perlakuan ke 5 atau sekitar pukul 7 malam, pada frekuensi ini tidak satu pun ikan yang menghampiri sumber suara.

48 jmlh ikan frekuensi Gambar 10. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 5) Selang ke 4 tercatat menjadi jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara pada ulangan ke 5 ini. Pengambilan data dilakukan pada perlakuan pertama atau sekitar pukul 7 pagi. Frekuensi pada selang tersebut yaitu 1100 Hz dan jumlah ikan yang menghampiri sebanyak 10 ekor. Kondisi ini dimungkinkan kesejukan lingkungan sekitar dengan asumsi cuaca masih pagi, serta masih segarnya ikan. Untuk perlakuan ke 3 dari pengambilan data dilakukan selang ke 7 dan 8, namun jumlah ikan yang menghampiri tetap ada yaitu berjumlah 3 dan 2 ekor. Sedangkan untuk selang pertama dilakukan pada perlakuan ke 5 pada ulangan ini, terlihat jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak 2 ekor.

49 12 10 jmlh ikan frekuensi Gambar 11. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 6) Pada ulangan ke 6 ini masih terlihat jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 1110 Hz atau pada selang ke 4 sebanyak 10 ekor, hal ini dimungkinkan karena suhu yang masih sejuk. Ada hal yang berbeda pada ulangan ini, karena ketika pengambilan data pada perlakuan ke 3 dilakukan yaitu frekuensi 1950 Hz atau selang ke 7 jumlah ikan yang menghampiri sebanyak 5 ekor, namun dari kelima ekor ikan tersebut 3 diantaranya terus menempelkan mulutnya kesumber suara hingga waktu yang ditentukan berakhir atau sekitar selama 10 menit. Hal ini dimungkinkan karena ketiga ikan tersebut mengalami kelaparan sebab terjadi keterlambatan dalam pemberian makan ikan, pemberian pakan pada saat itu dilakukan setelah pengambilan perlakuan ke 3 dilakukan.

50 10 8 jum ikan frekuensi Gambar 12. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 7) Posisi jumlah ikan yang paling abanyak menghampiri pada pengambilan data untuk ulangan ke 7 ini adalah frekuensi 1023 Hz atau selang ke 4. Jumlah ikan yang menghampiri pada ulangan kali ini menunjukan tingkat yang lebih baik, dalam arti kata bahwa pada tiap tiap tahap dan selang jumlah ikan yang menghampiri sumber suara paling sedikit berjumlah 3 ekor dan itu hanya terlihat dari frekuensi 1400 Hz dan 2650 Hz sedangkan untuk selang 1 sampai 4 masih mendominasi dari jumlah ikan yang banyak menghampisi sumber suara. Suhu kolam yang terjadi pada pengambilan data untuk ulangan ini masih tergolong normal, namun ada kejadian yang sedikit mempengaruhi pelaksanaan pengambilan data ini, yaitu pada perlakuan ke 3, sebelumnya terjadi pemadaman listrik sehingga aerator yang digunakan tidak berfungsi, namun pengambilan data harus tetap dilaksanakan. Terlihat pada kondisi ini pada frekuensi 1400 Hz tercatat jumlah ikan yang menghampiri sebanyak 3 ekor, dan pada frekuensi 1540 Hz jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak 5 ekor, hal ini masih

51 tergolong normal, artinya tidak begitu terpengaruh besar akibat dari padamnya listrik tersebut jum ikan frekuensi Gambar 13. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 8) Pada selang ke 9 dalam ulangan ini menunjukan sesuatu yang agak berbeda dengan biasanya, pada frekuensi 2560 Hz ini jumlah ikan yang menghampiri sumber suara tergolong cukup banyak yaitu sebanyak 7 ekor. kejadian ini dimungkinkan karena pada saat itu tepatnya ketika pengambilan data perlakuan ke 5 terjadi hujan yang cukup deras, sehingga suara bising yang terjadi disekitar sedikit banyak mempengaruhi suara disekitar termasuk di dalam kolam tersebut. Sedangkan untuk jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara terlihat pada frekuensi 1100 Hz atau pada selang ke 4.

52 10 8 jum ikan frekuensi Gambar 14. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 9) Grafik untuk ulangan ke 9 menunjukkan jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara terdapat pada frekuensi 1270 Hz atau pada selang ke 5. Kondisi suhu 25 0 c, yang merupakan kondisi suhu yang optimum untuk lingkungan objek, walaupun jika dilihat dari perlakuan pengambilan data terjadi pada perlakuan yang ke 3 atau pengambilan dilakukan sekitar pukul 1 siang, namun kondisi suhu dalam kolam tetap optimum. Sedangkan yang sedikit menghampiri sumber suara terlihat pada frekuensi 2670 Hz atau pada selang ke 9. jum ikan frekuensi Gambar 15. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 10)

53 Terdapat variasi jumlah ikan yang menghampiri sumber suara pada tiap tiap perlakuan dan selang frekuensi. Untuk perlakuan pertama frekuensi suara yang diujikan yaitu pada selang ke 1 dan ke 2 yaitu frekuensi 186 Hz dengan hasil objek yang menghampiri sumber suara sebanyak 7 ekor dan frekuensi 440 Hz dengan hasil objek yang menghampiri sumber suara sebanyak 4 ekor. Sedangkan untuk jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara terdapat pada selang ke 4 dengan jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak 13 ekor. Pengambilan data untuk selang ke 4 ini terjadi pada perlakuan ke 2. Untuk jumlah ikan yang paling banyak menghampiri suara pada posisi ke 2 terdapat pada tahap ke 3 dengan frekuensi 1230 Hz sebanyak 10 ekor. jum ikan frekuensi Gambar 16. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 11) Selang ke 9 dan 10 menjadikan selang yang paling sedikit ikan menghampiri sumber suara, yaitu sebanyak 1 ekor ikan, masing masing terdapat pada frekuensi 2660 Hz dan 2820 Hz. Jika dilihat dari tahap pengambilan datanya, masing masing selang frekuensi terjadi pada perlakuan ke 3 dan ke 4.

54 Sedangkan untuk jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara terjadi pada frekuensi 1000 Hz atau terdapat pada selang ke 3 dimana pada perlakuan ini suhu yang tercatat mencapai 24 0 C yang termasuk suhu optimum untuk lingkungan objek. jum ikan frekuensi Gambar 17. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 12) Ada hal yang membedakan data yang dihasilkan pada ulangan ini dengan ulangan yang sebelumnya. Terlihat data yang ada menunjukan kurang normalnya data, yaitu dengan tercatatnya data pada frekuensi dimana ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara memberikan jarak yang begitu jauh dengan besar frekuensi yang lainnya. Frekuensi 820 Hz menjadi frekuensi yang paling banyak menghampiri sumber suara, yaitu sebanyak 8 ekor, dan pengambilan data dilakukan pada perlakuan pertama. Sedangkan jumlah ikan yang paling sedikit menghampiri sumber suara tercatat pada frekuensi 2300 Hz dan 2870 Hz, atau pada selang ke 8 dan ke 10.

55 6 5 jum ikan frekuensi Gambar 18. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 13) Pada perlakuan ke 2, terlihat jumlah ikan yang mengampiri sumber suara yaitu sebanyak 3 ekor dan 5 ekor, masing masing pada frekuensi 720 Hz dan 1010 Hz. Pada ulang ke 13 ini jumlah ikan yang menghampiri sumber suara semakin sedikit, bahkan ada frekuensi yang tidak terdapat objek yang menghampiri sumber suara, yaitu pada frekuensi 2950 Hz atau pada selang ke 10 dan frekuensi 2540 Hz atau pada selang ke 9. Sedangkan untuk suhu yang tercatat pada tahap kedua yaitu 25 0 C yang merupakan suhu yang optimum untuk lingkungan objek. 6 5 jum ikan frekuensi Gambar 19. Hubungan Frekuensi Dengan Jumlah Ikan (Ulangan ke 14)

56 Jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara pada frekuensi 720 Hz atau selang ke 3, dilanjutkan dengan frekuensi 1030 Hz atau pada selang ke 4. Untuk jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara yang ke 3 terdapat 4 frekuensi yang berbeda, masing masing pada frekuensi 200 Hz atau selang ke 1, 540 Hz atau selang ke 2, 1960 Hz atau selang ke 7 dan frekuensi 2230 Hz atau selang ke 8. Untuk frekuensi 2410 Hz dan 2830 Hz tidak terdapat ikan yang menghampiri sumber suara. Namun pada frekuensi 1280 Hz atau selang ke 5 dan frekuensi 1660 Hz atau selang ke 6 jumlah ikan yang menghampiri sumber suara sebanyak 2 ekor. 4.3 Tingkah Laku Ikan Pada Saat Pemberian Suara. Selain dilakukan pengambilan data terhadap besaran frekuensi gelombang suara terhadap jumlah ikan yang menghampiri sumber suara, yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini ialah tingkah laku ikan terhadap suara atau besaran frekuensi yang diberikan pada saat pengambilan data tersebut. Ada bermacam karakteristik tingkah laku ikan dalam hal ini. Kecenderungan ikan mas yang menjadi objek penelitian ini yaitu bahwa ikan sebelum diberikan perlakuan pemberian suara, ikan selalu mengumpul atau mengelompok pada sekitar jatuhnya air, karena pada penelitian ini dibuat konsep semacam air mancur yang diletakkan pada sisi yang berlawanan dari penempatan sumber suara ketika akan dilakukan pengambilan data. Tujuannya tidak lain yaitu memindahkan pikatan melalui suara agar pindah dari satu tempat ke sumber suara yang telah diatur besaran frekuensinya. Cara perpindahan ikan ini yang perlu diamati dalam kaitannya

57 mengenai tingkah laku ikan. Ketika suara dibunyikan pada suatu frekuensi tertentu respon ikan yang terlihat ialah kecenderungan ikan atau objek merasa bingung dengan bunyi suara tersebut, objek akan berenang ke sana kemari untuk memastikan bunyi yang terdengar itu berasal dari mana, pencarian suara menurut pengamatan yang dilakukan bahwa objek tidak semuanya mencari sumber suara asing tersebut, hanya beberapa ekor ikan saja, dan ikan yang lainnya masih menunggu dilingkungan tempat jatuhnya air mancur tersebut. Setelah itu ikan yang menghampiri sumber suara berenang lagi dan tidak lama kemudian ikan berkelompok menuju sumber suara. Objek tidak langsung mendekati sumber suara, dari sekelompok ikan itu ada yang kesana kemari berenang, namun terlihat dari pengamatan pergerakan renang ikan dalam keadaan normal, artinya pergerakan ikan tidak begitu agresif apabila objek menemukan sesuatu yang dianggap mengganggunya. Ketenangan pergerakan ikan tersebut bisa terlihat dari keteraturan pergerakan ikan pada satu kelompoknya seperti terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 20. Pergerakan Renang Ikan

58 Setelah ikan yang mengelompok tersebut merasa ada sesuatu hal yang tidak mengganggu dirinya maka dari situ mulai menghitung berapa jumlah ikan yang menghampiri sumber suara tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat, yaitu ikan dianggap menghampiri sumber suara jika ikan barada pada lingkar garis dari sumber suara atau melewati garis lingkar tersebut yang berjarak 15 cm. namun tidak semua ikan yang berenang sampai batas garis tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan, ikan biasanya ketika telah melewati garis tersebut akan diam beberapa saat lalu pergi berenang keluar dari batas, namun ikan tersebut biasanya akan kembali lagi ketempat sumber suara. Untuk hal seperti ini, ikan tersebut hanya dihitung sekali. Keberadaan ikan dilingkungan batas garis tersebut ada juga yang pergi berenang keluar tidak sesuai dengan lamanya waktu yang telah ditentukan yaitu sekitar 10 menit. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diduga ketertarikan ikan dikarenakan suara yang didengar berupa suara keterpikatan objek karena menganggap suara itu berasal dari mangsanya, kecenderungan ini di buktikan dengan adanya objek yang melumati sumber suara yang terjadi beberapa kali yang menandakan bahwa objek menganggap sumber suara tersebut berupa suara dari mangsanya. 4.4 Frekuensi Yang Menjadi Ketertarikan Ikan Jika melihat dari grafik di atas bisa terlihat dominasi selang frekuensi yang begitu besar dan dapat dengan mudah menentukan selang frekuensi yang menjadikan jumlah ikan yang paling banyak menghampiri sumber suara. Pada penelitian ini terlihat jumlah ikan yang paling banyak menghampiri gelombang suara yaitu pada selang frekuensi ke empat yaitu frekuensi antara 901 Hz sampai

59 1200 Hz. Dari 14 kali ulangan tercatat jumlah ikan yang banyak menghampiri pada selang frekuensi ini sebanyak delapan kali ulangan, itu artinya lebih dari setengah dari keseluruhan ulangan uji coba ini, selebihnya dominasi terlihat pada selang ke tiga sebanyak tiga kali, selang ke lima sebanyak dua kali dan selang ke dua sebanyak satu kali. Dominasi ini bisa terlihat pada grafik di bawah ini : Jumlah ikan Selang Frekuensi Gambar 21. Grafik Selang Jumlah Ikan Yang Terbanyak Untuk ketepatan frekuensi yang terjadi pada penelitian uji coba kali ini adalah bisa terlihat pada grafik selang ke empat di bawah ini : jumlah ikan frekuensi Gambar 22. Dominasi Frekuensi Pada Selang Ke - 4

60 Pada grafik terlihat frekuensi yang paling banyak muncul pada selang ke empat ini, terlihat besaran frekuensi 1000 Hz sampai 1100 Hz. Itu artinya pada kisaran frekuensi ini terlihat ikan paling banyak menghampiri sumber suara, bisa pula disimpulkan bahwa dalam selang besaran frekuensi antara 1000 Hz sampai 1100 Hz adalah besaran yang paling tepat untuk memikat atau menarik perhatian ikan mas di dalam penelitian uji coba ini. Hal ini dikondisikan dengan asumsi keadaan lingkungan perairan ikan normal ditambah dengan adanya suara gemericik air yang terpasang pada salah satu sisi kolam yang sedikit banyak mempengaruhi besaran frekuensi, namun keadaan itu dianggap normal karena melihat kondisi keberadaan dan gerak renang serta pemberian pakan ikan yang terlihat normal pula. Adapun gambar gelombang frekuensi pada selang ini bisa terlihat pada gambar di bawah ini : Gambar 23. Gelombang Frekuensi 1000 Hz

61 Gambar gelombang di atas merupakan hasil dari plot data yang telah tercatat di dalam salah satu alat ukur yang digunakan pada penelitian uji coba ini. Alat ukur yang digunakan ialah Digital Storage Oscilloscop. Perolehan data didapat dengan menggunakan program wave star dari oscilloscop. Untuk melihat data seutuhnya terdapat pada lampiran tabel data frekuensi 1000 Hz. Selain frekuensi 1000 Hz, yang menjadi selang dominasi frekuensi ini adalah frekuensi 1010 Hz, data ini pun didapat dari program wave star oscilloscop. Jika melihat perbedaan gambar gelombang dari data frekuensi 1000 Hz dengan 1010 Hz terlihat dari panjang gelombang pada masing masing frekuensi tersebut, namun tidak begitu besar perbedaan panjang gelombang tersebut. Panjang gelombang ini berpengaruh pada rambatan getaran suara yang dikeluarkan oleh sumber suara, termasuk untuk perambatan pada dimensi air. Gambar 24. Gelombang Frekuensi 1010 Hz

62 4.5 Selang Dominasi Frekuensi Dari Uji Coba Tukey Selain penilaian dominasi selang frekuensi terlihat dari tabel, ada juga penilain dominasi selang frekuensi dari uji coba tukey. Penggunaan uji coba tukey ini yaitu dengan cara membandingkan satu selang frekuensi dengan berbagai selang frekuensi yang lainnya untuk melihat perbedaan yang ada pada perbandingan selang selang tersebut. Adapun adanya perbedaan dari perbandingan selang tersebut ditandai dengan adanya tanda bintang yang ada pada beda nyata pada masing- masing selang tersebut atau adanya perbedaan bisa terlihat dari nilai signifikan yang harus kurang dari Jika nilai beda nyata berupa negative artinya selang dominasi frekuensi yang dibandingkan lebih besar dari pada selang frekuensi si pembanding, namun jika nilai beda nyata bernilai positive artinya selang dominasi frekuensi si pembanding lebih besar dari pada selang frekuensi yang dibandingkan. Dari hasil perhitungan uji tukey ini terlihat bahwa dominasi perbedaan frekuensi adalah: untuk selang satu mendapatkan satu, untuk selang kedua mendapatkan satu, untuk selang ketiga mendapatkan dua, untuk selang keempat mendapatkan tujuh, untuk selang kelima mendapatkan dua untuk selang keenam mendapatkan satu, untuk selang ketujuh mendapatkan satu, untuk selang kedelapan mendapatkan satu, untuk selang kesembilan mendapatkan tiga, dan untuk selang kesepuluh mendapatkan tiga. Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel data uji tukey ini pada lampiran. Dari hasil ini bisa disimpulkan bahwa selang frekuensi yang mendominasi yaitu pada selang keempat, artinya pada selang frekuensi keempat antara 901 Hz

63 sampai 1200 Hz merupakan frekuensi yang memikat ikan mas dengan jumlah yang paling banyak dari hasil penelitian uji coba ini.

64 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah diamati, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : Pada penelitian uji coba ini ikan mas yang dapat menghampiri suara kecenderungan pada selang frekuensi rendah, yaitu pada selang frekuensi satu sampai selang frekuensi ke lima, namun pada penelitian ini selang frekuensi yang paling banyak menghampiri sumber suara yaitu pada selang frekuensi ke empat. Dimana pada selang frekuensi ini besaran frekuensi yang tercatat antara frekuensi 900 Hz sampai 1200 Hz. Adapun tingkah laku ikan yang terjadi pada ikan mas saat diberikan suara adalah kecenderungan ikan mas sebelum diberikan perlakuan pemberian suara, ikan selalu mengumpul atau mengelompok pada sekitar jatuhnya air, ketika suara dibunyikan ikan melakukan pergerakan yang membuktikan bahwa ikan merespon dengan diberikannya suara. Ketika pemberian suara dengan frekuensi pada selang keempat terlihat awalnya objek merasa bingung dengan suara yang diberikan, objek berenang kesana-kemari, setelah itu baru ikan secara berkelompok menghampiri sumber suara, namun dari sekelompok ikan tersebut tidak semuanya mengikuti pergerakan dengan kelompoknya, mereka hanya terdiam dekat jatuhnya air. Pergerakan ikan terlihat normal terbukti dari pergerakan ikan yang tidak begitu agresif apabila objek diberikan suara, ketenangan pergerakan ikan tersebut terlihat dari keteraturan pergerakan ikan pada suatu kelompoknya.

65 5.2 Saran Penelitian Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara Dalam Pemikatan Ikan Mas (Cyprinus carpio) jauh dalam kesempurnaan, penulis menyarankan untuk ada penelitian lanjutan dalam rangka mencoba mendekati dalam penyempurnaan informasi, salah satunya perlu ada lanjutan penelitian ini dengan menentukan faktor waktu pada saat pemberian suara, menggunakan ikan yang memiliki tingkah laku hidup secara soliter, hal lain yaitu perlu dicobakan dengan menggunakan ikan air laut namun dalam skala labolatorium.

66 DAFTAR PUSTAKA Aulia G Studi Awal Karakteristik Suara Siulan (Wistle) dan Lengkingan (Burst) Pada Lumba lumba Hidung Botol (Tursiops truncates) Kelompok Usia SUBADULT (6 12 tahun) dan Kelompok Usia ADULT (> 12 tahun). Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Skripsi (tidak dipublikasikan). Cromer Alan H Fisika Untuk Ilmu ilmu Hayati, Penerjemah Sumartono Prawiro Susanto ed. Ke 2.Jogyakarta: Gajah Mada University Press. Hartono, C Studi Bioakustik Berdasarkan Tipe Suara Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops truncatus) di Gelanggang Samudera, PT.Pembangunan Jaya Ancol. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi (tidak dipublikasikan). Irawati, R Studi tingkah Laku Pelolosan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Pada Bubu Yang Dilengkapi Dengan Celah Pelolosan (Escaping Gaps). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Bogor. Skripsi (tidak dipublikasikan). Lentera, Tim Pembesaran Ikan Mas di Kolam air Deras. Agro Media Pustaka. Bogor. Jawa Barat. Moyle. Peter B Fishes : An Introduction To Ichthyology / Peter B. Moyle and Joseph J. Cech -2rd ed. Englewood Cliffs : Prentice Hall. New Jersey. Nikolsky. G.V The Ecology Of Fishes. Translet From Russian. L Birket. Academic Press. Inc. London. Pitcher, T.J The Behavior Of Teleost Fishes 1 st ed. London : Croom Helm England. Pitcher, T.J Behavior Of Teleost Fishes. 2 nd ed. Clays Ltd. St Ives Plc. England. Pratt, Mary M Better Angling With Simple Science: The White Friars Press. London. Popper, A.N. dan C.Plat Inner Ear and Lateral Line P In David H. Evans. (ed). The Physiology Of Fishes. CRC Press. Boca Raton.

67 Rismanto Studi Pendeteksian dan Karakteristik Suara Udang Windu (Peneus monodon). Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Schultz, L.P The Ways Of Fishes. D. Van Nostrand Company, Inc. Princeton. New Jersey. United States Of America. Stevens, R Malting and Brewing Science : Malt and Sweet Wort. Chapman and Hall. London. England. Tavolga, W.N Sound Production and Detection. P In W.S. Hoar., dan D.J. Randall. (ed). Fish Physiology. Vol 5: Sensory System and Electric Organic. Academic Press, Inc. New York. Waristriatmaja Studi Karakteristik Suara Stridulasi Pada Tingkah Laku Makan Ikan Kerapu Macan (Ephinephalus fuscoguttatus) Dalam Kondisi Terkontrol. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi (tidak dipublikasikan). Winn, H.E Acoustic Discrimination By The Road FishWith Comments On Signal System. P In Howard E. Winn. Dan Bori J. Olla. (ed) Behavior Of Marine Animals Vol 2: Vertebrates. Plenum Press. New york. Wirawanto S Studi Bioakustik Suara Stridulatory Terhadap Tingkah Laku Makan (Feeding Behavior) Ikan kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Skripsi (tidak dipublikasikan).

68 L A M P I R A N

69 Lampiran 1 Data frekuensi 1000 Hz Detik Volts , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , 2

70 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , 2

71 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

72 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

73 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , 2

74 , , , , , , , , , , , , , , 2

75 Lampiran 2 Data Frekuensi 2000 Hz Detik Volts , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

76 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

77 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

78 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

79 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , 2

80 Lampiran 3. Hasil plot data dengan menggunakan uji tukey (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda Nyata (I-J) Std. Error P<0,05 Selang Kepercayaan 95% Batas Bawah Batas Atas Hz Hz,50,864 1,000-2,28 3, Hz -1,93,864,441-4,71, Hz -3,43,864,005-6,21 -, Hz -1,43,864,819-4,21 1, Hz -,36,864 1,000-3,14 2, Hz,64,864,999-2,14 3, Hz,64,864,999-2,14 3, Hz 1,79,864,555-1,00 4, Hz 1,93,864,441 -,85 4, Hz Hz -,50,864 1,000-3,28 2, Hz -2,43,864,144-5,21, Hz -3,93,864,001-6,71-1, Hz -1,93,864,441-4,71, Hz -,86,864,992-3,64 1, Hz,14,864 1,000-2,64 2, Hz,14,864 1,000-2,64 2, Hz 1,29,864,895-1,50 4, Hz 1,43,864,819-1,35 4, Hz Hz 1,93,864,441 -,85 4, Hz 2,43,864,144 -,35 5, Hz -1,50,864,773-4,28 1, Hz,50,864 1,000-2,28 3, Hz 1,57,864,723-1,21 4, Hz 2,57,864,096 -,21 5, Hz 2,57,864,096 -,21 5, Hz 3,71,864,001,93 6, Hz 3,86,864,001 1,07 6, Hz Hz 3,43,864,005,65 6, Hz 3,93,864,001 1,15 6, Hz 1,50,864,773-1,28 4, Hz 2,00,864,387 -,78 4, Hz 3,07,864,018,29 5, Hz 4,07,864,000 1,29 6, Hz 4,07,864,000 1,29 6, Hz 5,21,864,000 2,43 8, Hz 5,36,864,000 2,57 8, Hz Hz 1,43,864,819-1,35 4, Hz 1,93,864,441 -,85 4, Hz -,50,864 1,000-3,28 2, Hz -2,00,864,387-4,78, Hz 1,07,864,964-1,71 3, Hz 2,07,864,337 -,71 4, Hz 2,07,864,337 -,71 4, Hz 3,21,864,011,43 6, Hz 3,36,864,006,57 6, Hz Hz,36,864 1,000-2,43 3, Hz,86,864,992-1,93 3, Hz -1,57,864,723-4,35 1, Hz -3,07,864,018-5,85 -,29

81 Hz -1,07,864,964-3,85 1, Hz 1,00,864,977-1,78 3, Hz 1,00,864,977-1,78 3, Hz 2,14,864,290 -,64 4, Hz 2,29,864,208 -,50 5, Hz Hz -,64,864,999-3,43 2, Hz -,14,864 1,000-2,93 2, Hz -2,57,864,096-5,35, Hz -4,07,864,000-6,85-1, Hz -2,07,864,337-4,85, Hz -1,00,864,977-3,78 1, Hz,00,864 1,000-2,78 2, Hz 1,14,864,947-1,64 3, Hz 1,29,864,895-1,50 4, Hz Hz -,64,864,999-3,43 2, Hz -,14,864 1,000-2,93 2, Hz -2,57,864,096-5,35, Hz -4,07,864,000-6,85-1, Hz -2,07,864,337-4,85, Hz -1,00,864,977-3,78 1, Hz,00,864 1,000-2,78 2, Hz 1,14,864,947-1,64 3, Hz 1,29,864,895-1,50 4, Hz Hz -1,79,864,555-4,57 1, Hz -1,29,864,895-4,07 1, Hz -3,71,864,001-6,50 -, Hz -5,21,864,000-8,00-2, Hz -3,21,864,011-6,00 -, Hz -2,14,864,290-4,93, Hz -1,14,864,947-3,93 1, Hz -1,14,864,947-3,93 1, Hz,14,864 1,000-2,64 2, Hz Hz -1,93,864,441-4,71, Hz -1,43,864,819-4,21 1, Hz -3,86,864,001-6,64-1, Hz -5,36,864,000-8,14-2, Hz -3,36,864,006-6,14 -, Hz -2,29,864,208-5,07, Hz -1,29,864,895-4,07 1, Hz -1,29,864,895-4,07 1, Hz -,14,864 1,000-2,93 2,64

82 Lampiran 4. Data Penelitian Ulangan Frekuensi (Hz) Jmlh ikan Yang menetap

83

84

85 Lampiran 5. Plot frekuensi wave star oscilloscop Frekuensi 2830 Hz Frekuensi 1000 Hz Frekuensi 1400 Hz Frekuensi 200 Hz

86 Frekuensi 2300 Hz Frekuensi 2500 Hz Lampiran 6. Foto-foto Penelitian

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode hidroakustik Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic instrumen), antara lain: echosounder,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Ukuran Tubuh Ikan Acoustical length adalah panjang target dalam akustik pada sebuah target, dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau panjang

Lebih terperinci

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG Oleh : Asep Permana C01400003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH P. Ika Wahyuningrum AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH Suatu teknologi pendeteksian obyek dibawah air dengan menggunakan instrumen akustik yang memanfaatkan suara dengan gelombang tertentu Secara

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian pengaruh periode hari bulan terhadap hasil tangkapan dan tingkat pendapatan nelayan bagan tancap dilakukan selama delapan bulan dari bulan Mei 2009 hingga Desember

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER Muhammad Hamim DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU DAVID OCTAVIANUS SIAHAAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b MELALUI Artemia DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon ASRI SUTANTI SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UJICOBA PENGGUNAAN GELOMBANG AUDIO FREKUENSI 10 khz UNTUK MENENTUKAN BULK DENSITY TANAH

UJICOBA PENGGUNAAN GELOMBANG AUDIO FREKUENSI 10 khz UNTUK MENENTUKAN BULK DENSITY TANAH UJICOBA PENGGUNAAN GELOMBANG AUDIO FREKUENSI 10 khz UNTUK MENENTUKAN BULK DENSITY TANAH Oleh: DENI F14103048 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR UJICOBA PENGGUNAAN GELOMBANG

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan 34 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan April 2015. Perancangan sistem, identifikasi kadar air pada kayu jati dan akasia daun

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Hama belalang kembara merupakan suatu masalah yang banyak. menimbulkan kerugian di sektor pertanian. Serangan hama belalang kembara

BAB 6 PEMBAHASAN. Hama belalang kembara merupakan suatu masalah yang banyak. menimbulkan kerugian di sektor pertanian. Serangan hama belalang kembara 75 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Pembangkit Gelombang Ultrasonik Hama belalang kembara merupakan suatu masalah yang banyak menimbulkan kerugian di sektor pertanian. Serangan hama belalang kembara ini berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur

Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur konfigurasi / kondisi lingkungannya dan mengirim informasi tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SUSI PUZI ASTUTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A

STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A44102030 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Nilai Target Strength (TS) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nilai target strength (TS) merupakan parameter utama pada aplikasi metode akustik dalam menduga kelimpahan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yang akan dilaksanakan di daerah pertambakan di Desa kemlagi kecamatan karanggeneng kabupaten lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari bunyi. Karen kita memiliki alat indera yaitu telinga yang berfungsi untuk mendengar bunyi. Bunyi adalah salah

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG 1 STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG MEIDA SAPTUNAWATI SKRIPSI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH Oleh : Helmy Hakim C64102077 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG 1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan duyung dan putri duyung. Dalam khasanah ilmiah, istilah dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Bagi hewan, komunikasi digunakan untuk mencari pasangan, menandai wilayah kekuasaan/teritori,

Lebih terperinci

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM PADA IKAN MAS Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM. 4001415010 JURUSAN IPA TERPADU FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s) SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit A. SOAL PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Sebuah mobil bergerak lurus dengan laju ditunjukkan oleh grafik di samping.

Lebih terperinci

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye 85 6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUI BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM 6. Pendahuluan Pemasangan bycatch reduction device pada trawl ditujukan untuk mengurangi ikan-ikan hasil tangkapan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. POTENSI JERUK NIPIS Citrus aurantifolia UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. DEWI MAHARANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo 58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

UJI COBA BUBU BUTON DI PERAIRAN PULAU BATANTA KABUPATEN SORONG, PROPINSI PAPUA

UJI COBA BUBU BUTON DI PERAIRAN PULAU BATANTA KABUPATEN SORONG, PROPINSI PAPUA UJI COBA BUBU BUTON DI PERAIRAN PULAU BATANTA KABUPATEN SORONG, PROPINSI PAPUA Oleh : * HAMZAN ARISMA NASUTION C05497037 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untukmemperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA

STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA Oleh Riza Aitiando Pasaribu C64103058 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT)

KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT) KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT) Oleh: Ince Mochammad Arief Akbar C64102063 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

Aroem Kristalia Astry Limas Y

Aroem Kristalia Astry Limas Y PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMANGGIL IKAN DENGAN SUARA DAN CAHAYA BERBASIS MIKROKONTROLLER Aroem Kristalia 6407030003 Astry Limas Y. 6407030004 Mencari ikan adalah kegiatan pokok seorang nelayan. Dan

Lebih terperinci

2. TINJUAUAN PUSTAKA

2. TINJUAUAN PUSTAKA 2. TINJUAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Metode Hidroakustik Hidroakustik merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya adalah air. Data hidroakustik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci