BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN"

Transkripsi

1 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci dengan rangkaiannya. Blok diagram sistem ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 Blok OSILATOR TRANSDUSER PEMANCAR Gambar 3.1 Blok Diagram Pemancar TRANSDUSER PEMANCAR Blok PENGUAT Blok BANDPASS FILTER Blok PEMBENTUK PULSA Blok ALARM Blok PENGGERAK RELAY Blok LOWPASS FILTER RC Blok PENGHILANG ALARM Gambar 3.2 Blok Diagram Penerima 22

2 23 Blok diagram dari pendeteksi gerakan pada alarm terdiri dari sepuluh bagian yaitu: 1. Blok Osilator Berfungsi untuk membangkitkan gelombang persegi. 2. Transducer Pemancar Berfungsi untuk memancarkan gelombang ultrasonic dengan tegangan sebesar 12 V dan frekuensi 40 khz yang dihasilkan dari gelombang persegi osilator. 3. Transducer Penerima Berfungsi untuk menerima gelombang yang dihasilkan dari transducer pemancar. 4. Blok Penguat Berfungsi untuk memperkuat gelombang yang diterima oleh transducer penerima. 5. Blok Band Pass Filter Berfungsi untuk menyaring sinyal yang diterima oleh rangkaian penguat sinyal dan meredam frekuensi-frekuensi dibawah daerah pancung bawah (f 1 ) dan frekuensi pancung atas (f 2 ). 6. Blok Pembentuk Pulsa Berfungsi untuk merubah tegangan keluaran dari band pass filter menjadi sebuah pulsa. 7. Blok Low Pass Filter RC Berfungsi untuk menghilangkan noise yang terjadi dari rangkaian pmbentuk pembentuk pulsa sehingga gelombang pulsa tidak lagi mengandung noise yang berfrekuensi lebih tinggi dari frekuensi tapisnya. 8. Blok Penghilang Alarm Awal Berfungsi untuk menghilangkan alarm awal yang menggunakan switch sebagai saklar AB. 9. Blok Penggerak Relay Berfungsi untuk mengaktifkan rangkaian penggerak relay setelah diberi catu daya selama 15 detik.

3 Blok Alarm. Berfungsi untuk output dari rangkaian, berbunyi bila rangkaian relay sudah aktif Rangkaian Catu Daya Rangkaian catu daya yang digunakan menghasilkan tegangan catu sebesar 12 Volt. Rangkaian catu daya memperoleh catu atau sumber tegangan dari jala-jala listrik PLN. Tegangan tinggi 220 volt harus diturunkan terlebih dahulu melalui trafo 1 A, penurunan tegangan menjadi arus tinggi sekitar 15 V. Tegangan tinggi tersebut kemudian diserahkan oleh jembatan yaitu D 10 sampai D 13, sehingga menghasilkan tegangan arus searah sebesar 12 V. Pada setengah siklus positif dioda D 11 dan D 13 bekerja sehingga selama siklus ini memberi tegangan positif pada rangkaian supply. D V 12 V D 13 IN C V 12 V D 10 D F C nF Gambar 3.3. Rangkaian Catu Daya Pengatur tegangan yaitu IC 2 LM7812 digunakan untuk memantapkan tegangan arus searah keluaran sebesar 12 volt, meskipun terdapat perubahan tegangan tegangan masukan. Rangkaian catu daya dapat dilihat pada gambar diatas, pemasangan kapasitor C 16 sebesar 470 F pada rangkaian ini digunakan untuk mengurangi tegangan ripple yang mempunyai frekuensi rendah. Sedangkan pemasangan kapasitor C 17 sekitar 100nF digunakan untuk mengurangi tegangan yang mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan memantapkan tegangan 12 volt.

4 Rangkaian Pemancar Rangkaian pemancar ini merupakan suatu osilator yang berfungsi untuk membangkitkan gelombang persegi, kemudian dipancarkan oleh transducer pemancar. Sebelum dipancarkan terlebih dahulu dilewatkan ke sebuah kristal sebesar 40 khz yang berfungsi sebagai penyaring frekuensi yang diberikan yang diberikan osilator. Sehingga transducer pemancar dapat memancarkan gelombang ultrasonic dengan tegangan sebesar 12 V dan frekuensi 40 khz. Gambar 3.4. Rangkaian Osilator Rangkaian Penerima Rangkaian ini berfungsi sebagai penerima gelombang yang dihasilkan dari transducer pemancar Rangkaian Penguat Setelah gelombang ultrasonic yang dipancarkan oleh transducer pemancar kemudian diterima oleh transducer penerima, gelombang ultrasonic tersebut melewati rangkaian penguat yang berfungsi untuk memperkuat gelombang yang diterima oleh transducer penerima.

5 26 Gambar 3.5. dibawah ini memperlihatkan sebuah rangkaian penguat Keluaran transducer penerima V 1 + IC LM 824 Vo R 21 R 2 2K K C nf Gambar 3.5. Rangkaian Penguat Berdasarkan rangkaian diatas besarnya penguat yang terjadi adalah sebesar : Av = Vo = 1 V 1 20 log R V 1 21 R 2 Vo = k 2,2 k = 101 Av (db) = 20 log 101 = 40 db Pemasangan kapasitor C 11 pada rangkaian supaya hasil keluaran yang diperkuat tersebut terhindar dari noise yang tidak diinginkan.

6 Rangkaian Band Pass Filter Gambar 3.6. dibawah ini memperlihatkan sebuah band pass filter aktif. C pf R K Vcc R K + IC Keluaran Bandpass Filter 150 pf C 8 Masukan dari penguat C9 10 M R 20 R K pf Gambar 3.6. Rangkaian Band Pass Filter Rangkaian band pass filter ini adalah rangkaian band pass filter aktif karena menggunakan penguat operasional dan komponen-komponen R dan C. Sinyal-sinyal dengan frekuensi yang tercakup dalam pita frekuensi atau pass band dapat dilewatkan dalam rangkaian band pass filter ini dan diredam frekuensi-frekuensi dibawah daerah frekuensi pacung bawah (f 1 ) dan frekuensi-frekuensi diatas frekuensi pacung atas (f 2 ). Berdasarkan gambar 3.6. rangkaian band pass filter frekuensi pancung bawah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7 yaitu : 1 f 1 = 2 R 18 C 9

7 28 Frekuensi pancung atas (f2) berdasarkan rangkaian band pass filter diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari persamaan 2.7 yaitu : 1 f 2 = 2 (R 20 + V R ) C 2 Dengan R 1 bernilai 1 k bernilai 150 pf, sedangkan V R diambil sebesar 129 k, maka diperoleh : 1 f 2 = 2 (R 20 + V R ) C 2 f 2 = 8,161 khz Band pass pada rangkaian ini melewatkan frekuensi diantara 0,159 khz yang juga disebut daerah pass band. Sedangkan daerah yang mendapat penguatan maksimum mempunyai frekuensi tengah (f 2 ) yaitu antara frekuensi pancung atas dan dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.8 yaitu : f fc 2 f 1 = 2 Maka diperoleh frekuensi tengah sebesar : fc = 8,161 khz 0,159 khz 2 = 4,001 khz 0,159 4,01 8,161, 01 khz Gambar 3.7. Respon dari Band Pass Filter

8 Rangkaian Pembentuk Pulsa Setelah mendapat tegangan keluaran dari band pass filter, rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan keluaran tersebut menjadi sebuah pulsa. Penguat opersional pembentuk pulsa sebagai komparator digunakan dalam rangkaian pembentuk pulsa ini. R 15 R 14 Masukan dari Bandpass Filter D 3 C 7 14 nf Keluaran rangkaian pembentuk pulsa + - D 4 R 16 R 17 Gambar 3.8. Rangkaian Pembentuk Pulsa Tegangan arus searah pada kaki tak membalik adalah sebesar : R 16 x V cc R 16 + R 15 = 1 M 1 M + 1,5 M X 5 V = 2 Volt Tegangan arus searah ini terjadi karena tidak ada masukan trigger dari rangkaian band pass filter. Sedangkan pada kaki membalik terdapat tegangan arus searah sebesar : R 17 x V cc R 17 + R 14 = 1,5 M 1,5 M + 1 M X 5 Vcc = 3 Volt

9 30 Dengan perhitungan ini jelas bahwa pada kaki membalik lebih besar dari pada tegangan pada kaki tak membalik Rangkaian Low Pass Filter Pemasangan low pass filter ini bertujuan untuk menghilangkan noise yang terjadi dari rangkaian pembentuk pulsa. Hasil keluaran dari rangkaian pembentuk pulsa dilewatkan ke rangkaian low pass filter sehingga gelombang pulsa tidak lagi mengandung noise yang berfrekuensi lebih tinggi dari frekuensi tapisnya. Masukan (Pulsa) R C 12 Keluaran Lowpass Filter Gambar 3.9. Rangkaian Low Pass Filter RC Frekuensi keluaran dari rangkaian low pass filter ini dapat dihitung dengan rumus persamaan 2.6 yaitu : f = 1 RC Maka diperoleh frekuensi keluaran sebesar : f = = 1 R 23 C 12 1 x 10 k x 10nF = 1,591 khz

10 31 Setelah melewati rangkaian low pass filter pulsa tersebut mempunyai frekuensi sebesar 1,591 khz, yang kemudian dipergunakan untuk mengaktifkan rangkaian penggerak relay Rangkaian Penghilang Alarm Awal D 7 S AB Switch TR 1 CS 9014 C F R B D 2 I 1 10K IN 4148 SCR C 230VV D 1 R Led 6 Hijau 1K 1K R 7 C B A R K R 4 1K R K t Vdc C F - 0 V Gambar Rangkaian Penghilang Alarm Awal Fungsi switch sebagai saklar yang menghubungkan AB jika tidak dihubungkan maka AB akan aktif beberapa saat kira-kira 15 detik. Pada mula diberi catu daya dan switch dihubungkan maka arus terbagi menjadi dua pada node A. Gambar dibawah ini memperlihatkan pembagian arus pada rangkaian ini. CS 9014 TR 1 IN 4148 R 8 D 2 C 10 K SCR C 203 VV 1K 100K R v dc t 2 R 4 R K C F - 0 v Gambar Arus pada saat Kapasitor C 3 belum penuh

11 32 Saat rangkaian mendapat catu daya, Arus I 1, mengalir melewati R 6, R 7, D 2, dan R 8 dan membuat TR 1 On. Selama TR 1 On rangkaian relay tidak aktif karena tidak mendapat atus dari dioda D 7. Sedangkan arus I 2 akan mengisi kapasitor C 3 secara perlahan-lahan kira-kira 15 detik. Pada saat kapasitor C 3 belum terisi penuh maka arus yang mengalir melewati resistor R 3, R 4, ke SCR sangat kecil sehingga SCR Off. Tegangan pada node B perlu diturunkan supaya tidak memberikan tegangan yang cukup pada SCR untuk On. Tegangan pada node B dapat diturunkan Setelah 15 detik maka kapasitor C 3 sudah terisi penuh dengan demikian I 2 akan mengalir ke SCR dengan melewati resistor R 3 dan R 4. Gambar 3.10 memperlihatkan arus I 2 mengalir melewati SCR. 12 Vdc TR 1 CS 9014 C t 2 C 3 R K Gambar Arus pada saat kapasitor C 3 sudah penuh Pada saat SCR dalam keadaan aktif atau On maka arus akan mengalir melewati SCR sampai ke ground sehingga transistor TR 1 tidak mendapat arus dan tegangan pada node C menjadi nol Vc = 0V, transistor TR 1 menjadi off maka rangkaian akan langsung aktif setelah diberi catu daya.

12 Rangkaian Penggerak Relay Setelah diberi catu daya selama 15 detik maka transistor TR 1 menjadi off dan rangkaian menjadi aktif. Pulsa keluaran setelah melewati low pass filter dapat diteruskan ke rangkaian penggerak relay karena dioda D 7 mendapat arus bias forward. Arus tersebut cukup untuk mengisi kapasitor C 14 sehingga membuat transistor TR 2 menjadi On. Besarnya arus yang mengalir menuju TR 2 dan melewati resistor R 26 seperti gambar 3.13, Jika transistor TR 3 adalah On maka, rangkaian penggerak relay terhubung ke ground sehingga mengakibatkan rangkaian relay aktif dan buzeer berbunyi. IN 4002 D v dc R 1 Pulsa Pengegerak Relay t 8 C F R k V B TR 2 CS 9013 Gambar Rangkaian Penggerak Relay Rangkaian Alarm Rangkaian Alarm pada alat ini hanya terdiri dari sebuah buzzer 12 V yang akan berbunyi bila rangkaian relay adalah aktif. Rangkaian relay terhubung ke rangkaian alarm seperti gambar dibawah ini :

13 34 Relay 12 Vdc 12 Vdc + Buzzer 12 vdc Gambar Rangkaian Alarm Rangkaian alarm ini dapat diganti dengan alarm yang lain dan jika mendapat tegangan 12 V dari rangkaian relay maka alarm tersebut akan aktif atau menyala. Rangkaian alarm konvensional tidak dihubungkan ke rangkaian detektor gerak ini karena rangkaian alarm tersebut memerlukan pembahasan yang lebih rinci Cara Kerja Rangkaian Secara Keseluruhan Pendeteksi gerakan ini menggunakan gelombang ultrasonic untuk mendeteksi adanya suatu pergerakan yang terjadi. Gelombang ultrasonic tersebut dibangkitkan pada transducer pengirim yang diberi regangan bolak-balik dengan frekuensi sebesar 40 khz dan mempunyai bentuk gelombang persegi oleh osilator. Gelombang persegi tersebut dengan frekuensi yang stabil sekitar 40 khz karena dilewatkan ke sebuah kristal, yang kemudian dipancarkan oleh transducer pemancar secara periodik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi suatu gerakan karena gelombang ultrasonic yang dipancarkan transducer pemancar terjadi perubahan intensitas gelombang setelah diterima oleh transducer penerima. Hal ini terjadi karena gerakan tersebut menghalangi gelombang ultrasonic maka terjadi perubahan intensitas gelombang.

14 35 Gelombang yang berubah intensitas itu kemudian diperkuat oleh rangkaian penguat, kemudian diubah menjadi sebuah trigger pada rangkaian band pass filter. Setelah terbentuk trigger oleh band pass filter yang kemudian diubah menjadi pulsa oleh rangkaian pembentuk pulsa. Setelah pulsa yang terbentuk tersebut dilewatkan pada rangkaian low pass filter RC untuk menghindari noise yang berfrekuensi lebih tinggi daripada frekuensi tapisnya. Pulsa yang telah bebas dari noise dan mempunyai frekuensi yang lebih rendah tersebut akan digunakan sebagai pengaktif rangkaian relay. Pulsa tersebut berfungsi untuk mengubah keadaan switch rangkaian relay agar dapat menyalakan alarm yang hanya terdiri dari sebuah buzzer dengan tegangan arus searah 12 volt dan dapat ditambahkan alarm yang sudah ada yang memerlukan catu daya dengan tegangan arus searah 12 volt untuk menggantikan buzzer tersebut. Perlu diingat pada saat pertama kali alat ini dinyalakan, kemungkinan rangkaian akan bunyi disebabkan orang yang menyalakan alat ini berada dihadapannya. Hal ini terjadi karena perubahan intensitas gelombang ultrasonic pada transducer penerima yang seterusnya dapat mengaktifkan alarm. Untuk menghindari rangkaian ini langsung aktif, maka dibuat rangkaian penghilang alarm awal yang mempergunakan sifat-sifat dari transistor. Rangkaian penghilang alarm awal ini bekerja berdasarkan cara kerja transistor sebagai switch. Pada rangkaian ini terdapat sebuah switch yang berfungsi untuk mencegah alat ini langsung aktif. Jika switch tersebut On (A dan B terhubung), maka rangkaian tidak langsung aktif dan akan aktif kembali beberapa saat (kira-kira 15 detik). Dalam hal ini rangkaian penghilang alarm awal akan mencegah pulsa untuk mengaktifkan rangkaian relay dengan membuat transistor TR 1 menjadi On.

15 36

16 Prosedur Pengujian Alat Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh alat ini dapat bekerja dengan baik dan dipengaruhi oleh VR, maka dilakukan pengujian dengan mengubah kedudukan resistor geser secara bertahap. Langkah langkah pengujian jarak aktif adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sumber tegangan tinggi 12 Volt dan alat tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan itu. 2. Alat ini dinyalakan dan saklar AB ditekan yaitu untuk menghindari alat ini langsung bekerja. Setelah kira-kira 15 detik alat ini akan bekerja langsung kembali 3. Kedudukan resistor geser (VR ) diubah pada posisi 400 k. 4. Obyek disini adalah manusia yang berjalan melewati transducer dengan jarak yang berbeda-beda seperti pada gambar untuk mengetahui seberapa jauh alat ini dapat bekerja. 5. Jika alat ini mendeteksi adanya gerakan, diulang langkah pada no. 4 dengan kedudukan resistor geser yang berbeda-beda 6. Kemudian mencatat hasil yang didapat Gambar pengamatan jarak aktif Pengujian daerah kerja ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh alat ini mendeteksi gerakan sehingga mengaktifkan rangkaian alarm. Langkah-langkah pengujian daerah kerja dari alat ini adalah sebagai berikut : 1. Mernyediakan sumber tegangan tinggi 12 volt dan alat ini dihubungkan ke

17 38 sumber tegangan tersebut. 2. Alat ini dinyalakan dan setelah 15 detik alat ini akan aktif kembali 3. Meletakan obyek pada jarak tertentu dan obyek tersebut bergerak tanpa menggeser jarak dari transducer. Jika alat ini mendeteksi adanya gerakan maka buzzer akan berbunyi 4. Diulang langkah No 3 untuk obyek dengan jarak berbeda-beda seperti terlihat pada gambar Kemudian mencatat hasil yang diperoleh Gambar Pengamatan daerah kerja Pengamatan Pada Blok Rangkaian Tujuan dari pengamatan terhadap blok diagram adalah untuk mengetahui setiap keluaran dari mesing-masing blok rangkaian yang menggambarkan apakah alat ini dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Dan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan secara teoritis lalu dibandingkan dengan hasil yang didapat dalam pengujian. Pengamatan ini dilakukan pada bagian yang dianggap penting dan perlu yaitu blok transducer pemancar, blok transducer penerima, blok rangkaian penguat dan percobaan yang dilakukan. Alat-alat yang diperlukan untuk mendapatkan hasil pengamatan ini adalah sebagai berikut : 1. TAS 250 dual channel Oscilloscope 50 MHz. 2. Multimeter digital M8330D. 3. Probe dan kabel - kabel penghubung.

18 Pengamatan Pada Transcuder Pemancar Tujuan dari pengamatan pada transcuder pemancar adalah untuk memperlihatkan bentuk gelombang yang dibangkitkan oleh blok rangkaian osilator pada frekunsi sebesar 40 khz. Langkah langkah yang digunakan dalam mengamati transcuder pemancar adalah sebagai berikut : 1. Alat ini dihubungkan ke sumber tegangan tinggi 220 V 2. Alat dinyalakan dan saklar AB ditekan untuk menghidari alat lansung aktif. 3. Kabel-kabel dan probe dihuibungkan ke oscilloscope dan oscilloscope tersebut dinyalakan. 4. Setelah semua terpasang dan aktif maka dilakukan pengamatan pada kaki transducer pemancar 5. Probe diletakkan pada kaki trasducer pemancar maka akan timbul gelombang dan diatur tombol TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga didapat bentuk gelombang Sedangkan besarnya frerkuensi pada gelombang pulsa tersebut dapat dihitung dengan menggunakantime/div. Besarnya periode ( T ) adalah : T = 2,5 X 10µ S = 25µ S Maka besarnya frekuensi adalah : f = 1/T = 1/ 25µ S = 40 khz Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui osilator membangkitkan gelombang persegi dengan tegangan sebesar 12 Volt dan frekuensinya adalah sebesar

19 40 40 Khz. Hal Ini sesuai dengan hasil pengamatan lanngsung pada alat pendeteksi gerakan ini Pengamatan Pada Transducer Penerima Tujuan dari pengamatan pada transducer penerima adalah untuk memperlihatkan bentuk gelombang setelah alat ini terderteksi karena adanya gerakan. Langkah-langkah pengamatan pada transducer penerima ini adalah sebagai berikut : 1. Langkah-langkah pada bagian diulang yaitu langkah 1 sampai 3 2. Probe diletakkan pada kaki transducer dan berikan gerakan agar alat ini dalam keadaan terdeteksi. 3. Maka akan timbul bentuk gelombang pada saat terdeteksi dan diatur besarnya TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga mendapatkan hasil Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui pada saat terdeteksi transducer penerima menerima gelombang ultrasonic yang intesitasnya terganggu sehingga terjadi perubahan bentuk gelombang. Perubahan bentuk inilah yang kemudian diproses menjadi pulsa Pengamatan Pada Rangkaian Pulsa Tujuan dari pengamatan pada rangkaian pulsa adalah untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari pengamatan dengan hasil yang penguat yaitu membandingkan tegangan input yang dihasilkan oleh transducer penerima (Vi) dengan tegangan keluaran dari rangkaian penguat (Vo) Langkah-langkah pengamatan pada blok rangkaian penguatan adalah sebagai berikut; 1. Langkah pada bagian diulang yaitu langkah 1 sampai 3 2. Probe diletakkan pada rangkaian penguat yaitu transducer penerima dan diberikan gerakan agar alat dalam keadaan terdeteksi sehingga mempunyai tegangan input 3. Setelah timbul gelombang penguatan maka diatur TIME/DIV dan VOLT/DIV

20 41 4. Kemudian dihitung besar penguatan yang terjadi itu, yaitu membandingkan tegangan input dengan tegangan output Dari hasil pengamatan pada blok rangkaian penguat besarnya tegangan input adalah : V in = 1,4 X 0,2 V = 0,28 Volt Sedangkan besarnya tegangan keluaran dari rangkaian penguat adalah sebesar V out = 2,2 X IV = 2,2 Volt Maka besarnya pengautan yang terjadi adalah: AV (Db) = 20 log = 20 log = 18 db Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui dalam perhitungan pada rangkaian penguat besarnya penguatan yang terjadi adalah 40 db, maka besarnya persen kesalahan adalah : 40 db -18db X 100% 40 Db = 55% Pengamatan Pulsa Penggerak Relay Tujuan dari pengamatan pada pulsa penggerak relay adalah untuk mengetahui bentuk pulsa penggerak relay tersebut. Pengamatan dilakukan setelah keluaran rangkaian lowpass filter yaitu pada dioda D7. Langkah-langkah pengamatan pada pulsa penggerak relay adalah sebagai berikut : 1. Alat dihubungkan ke sumber tegangan dan diaktifkan 2. Probe diletakkan pada katoda D7 da diberikan gerakan agar alat ini dalam keadaaan terganggu sehingga mempunyai pulsa untuk mengaktifkan relay

21 42 3. Setelah didapat pulsa penggerak relay maka atur TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga mendapatkan hasil Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui bentuk pulsa ini dipakai untuk membuat rangkaian penggerak relay aktif sehingga mampu membunyikan alarm Pengamatan Lebar Sudut Deteksi Tujuan dari pengamatan pada laser sudut deteksi adalah untuk mengetahui lebar sudut yang dapat dideteksi. Langkah-langkah pengamatan pada lebar sudut deteksi adalah sebagai berikut : 1. Alat dihubungkan ke sumber tegangan dan diaktifkan 2. Objek manusia berjalan mengelilingi pendeteksi dengan jarak tertentu 1 Meter dan membentuk lintasan setengah lingkaran mulai dari sudut 0 sampai 360 dari transducer seperti diperlihatkan pada gambar Dicatat hasil pengamatan pada tabel Lintasan orang berjalan Tranduscer Gambar 3.16 Pengamatan lebar sudut deteksi Hasil pengamatan lebar sudut deteksi dapat dilihat pada table 3.1 Hasil pengamatan lebar sudut deteksi.

22 43 Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Lebar Sudut Deteksi Tranducer Buzzer Kondisi Besaran Sudut Alarm Sensor 1 0º Diam Tidak Terdeteksi 2 20º Diam Tidak Terdeteksi 3 40º Diam Tidak Terdeteksi 4 60º Bunyi Terdeteksi 5 80º Bunyi Terdeteks 6 100º Bunyi Terdeteks 7 120º Bunyi Terdeteks 8 140º Diam Tidak Terdeteksi 9 160º Diam Tidak Terdeteksi º Diam Tidak Terdeteksi Dari hasil analisa pengamatan diatas didapat lebar sudut deteksi yaitu selama alarm berbunyi dan mempunyai lebar sudut deteksi dari 60º sampai 120º Pengujian Rangkaian Keseluruhan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jarak aktif dan tegangan minimum yang didapat ditanggapi alat terhadap gerakan yang memenuhi syarat-syarat pemicuan. Disini dapat dilihat apakah alat dapat bekerja sesuai dengan jarak aktif secara teori yaitu sebesar 0,5 meter. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 Pengujian alat keseluruhan dengan VR (470 k ) VR (max) 1 meter, VR (min) 10 Cm.

23 44 Tabel 3.2. Hasil Pengujian Alat Keseluruhan No Saklar AB Jarak Deteksi Alat Lebar Sudut Deteksi Alarm Sebagai Output 1 Terhubung 5 Centimeter 0º Diam 2 Terhubung 10 Centimeter 20º Diam 3 Terhubung 20 Centimeter 40º Diam 4 Terhubung 30 Centimeter 60º Bunyi 5 Terhubung 40 Centimeter 80º Bunyi 6 Terhubung 50 Centimeter 100º Bunyi 7 Terhubung 60 Centimeter 120º Bunyi 8 Terhubung 70 Centimeter 140º Diam 9 Terhubung 80 Centimeter 160º Diam Dari hasil analisa pengamatan dapat dilihat bahwa alat hanya dapat mendeteksi gerakan sampai dengan jarak 1 meter dengan Vr (min) 470k, terdapat perbedaan cukup jauh dari jarak deteksi seharusnya. Karena lebar sudut deteksi relatif cukup besar maka alat ini cukup besar maka alat ini cukup efektif digunakan sebagai alat pengaman. 3.5 Kendala Rangkaian Rangkaian yang penulis buat masih terdapat kendala terutama pada sensor dimana tingkat kepekaan terhadap jarak selalu berubah ubah. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pengaturan secara manual pada rangkaian input, karena sensor hanya bekerja pada objek yang bersifat padat. Selain itu pada rangkaian kendala juga terjadi Karena berubah ubahnya postur tubuh manusia yang terditeksi oleh sensor, karena sensor memiliki kepekaan

24 45 untuk mendapatkan ukuran maksimal yang dapat dijangkau dari objek yang dapat menghalangi transmitter dan receiver yang dihasilkan sensor. Selain itu hembusan udara juga mempengaruhi kinerja dari alarm ini.

25 46

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR LEMBAR KERJA V KOMPARATOR 5.1. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengoperasikan op amp sebagai rangkaian komparator inverting dan non inverting 2. Mahasiswa mampu membandingkan dan menganalisis keluaran dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN BAB III BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN 3.1 Blok Diagram SWITCH BUZZER MIKROKONTROLLER AT89S52 DTMF DECODER KUNCI ELEKTRONIK POWER SUPPLY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 0 # KEYPAD 43 3.2 Gambar Rangkaian 44 3.3

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, perancangan pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor ultrasonik ini terdiri dari Bar Display, Mikrokontroler ATMega8535, Relay,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 48 BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Cara Konfigurasi dan Pemasangan Konfigurasi rangkaian yang telah dipasangkan pada sumber tegangan 8 Volt. Dengan mengatur potensiometer 10 KΩ, kita setel potensiometer dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III ANALISA RANGKAIAN 36 BAB III ANALISA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1. INPUT PEMANCAR MEDIA TRANSMISI PENERIMA BLOK I BLOK II

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC A. TUJUAN 1) Mempelajari prinsip kerja dari ultrasonic ranging module HC-SR04. 2) Menguji ultrasonic ranging module HC-SR04 terhadap besaran fisis. 3) Menganalisis susunan rangkaian

Lebih terperinci

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM 3.1 Perancangan Diagram Blok Dalam pembuatan sistem diagram blok yang perlu dipahami adalah cara kerja dari sistem yang akan dibuat. Sistem sensor gas akan bekerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Fandhi Nugraha K D411 13 313 Teknik Elektro Makalah Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Universitas Hasanuddin Makassar 2015/2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 35 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan dan pemodelan serta realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk alat pengukur kecepatan dengan sensor infra

Lebih terperinci

TRANDUSER ULTRASONIK SEBAGAI PENDETEKSI GERAK PADA SISTEM KEAMANAN RUMAH

TRANDUSER ULTRASONIK SEBAGAI PENDETEKSI GERAK PADA SISTEM KEAMANAN RUMAH TRANDUSER ULTRASONIK SEBAGAI PENDETEKSI GERAK PADA SISTEM KEAMANAN RUMAH Fathul Qodir & Juniardi A. Putra Teknik Elektro FT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting 27 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Diagram blok dan cara kerja dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram Prototipe Blood warmer Tegangan PLN diturunkan dan disearahkan

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 34 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Otomatis Pengisian Tangki Air WSLIC Menggunakan Radio Frekuensi di Desa Sukobendu Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan

Rancang Bangun Alat Otomatis Pengisian Tangki Air WSLIC Menggunakan Radio Frekuensi di Desa Sukobendu Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Jurnal JE-Unisla Vol 2 No 1 Maret 2017 ISSN : 2502-0986 24 Rancang Bangun Alat Otomatis Pengisian Tangki Air WSLIC Menggunakan Radio Frekuensi di Desa Sukobendu Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Zainal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER A. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat a. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik High Pass Filter. b. Merancang, merakit dan menguji rangkaian High

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK ISSN: 1693-6930 109 ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK Balza Achmad 1, Anton Yudhana 2, Mardi Sugama 3 1 Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada e-mail: balzach@t-fisika.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Mulai Observasi dan studi pustaka Y Permasalahan Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 27 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Umum Didalam perancangan alat dirancang sebuah alat simulator penghitung orang masuk dan keluar gedung menggunakan Mikrokontroler Atmega 16. Inti dari cara

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem LM35 sc Heater Driver

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bab ini akan di uraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan,dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Alat Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem dari perangkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah. BAB IV PERANCANGAN 4.1 Perancangan Sebelum melakukan implementasi diperlukan perancangan terlebih dahulu untuk alat yang akan di buat. Berikut rancangan alat Alarm rumah otomatis menggunakan mikrokontroler

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Blok Diagram Sistem Secara lengkap, blok diagram detektor logam dengan menggunakan BFO (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON Oleh : Agus Mulyana 23207025 MAGISTER TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH Ir. Subijanto, M.Sc., SE Dosen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram Berikut merupakan diagram blok alat yang dirancang untuk mempermudah dalam memahami alur kerja alat. Sensor MPX5700 Tekanan Dari tabung Kode perintah Minimum

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran BAB IV PEMBAHASAN Setelah perancangan dan pembuatan peralatan selesai, maka tahap selanjutnya akan dibahas mengenai pembahasan dan analisa dari pengukuran yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah rangkaian

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya. BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan

Lebih terperinci