VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Permintaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Permintaan"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Permintaan Data mengenai permintaan daging itik di tingkat industri secara pasti belum diketahui. Akan tetapi informasi dari berbagai sumber misalnya media menyatakan bahwa permintaan daging itik tinggi dan semakin meningkat. Semakin banyaknya tempat makan yang menyediakan menu bebek (itik) merupakan salah satu indikasi adanya peningkatan permintaan terhadap daging itik. Pada Peternakan Maju Bersama peluang pasar diperoleh dari adanya kesempatan untuk menjalin kontrak dengan restoran di wilayah Jakarta. Permintaan dari restoran di Jakarta mencapai 100 ekor itik per hari dari satu restoran. Sedangkan cukup banyak restoran yang berada di Jakarta yang tengah menjadi incaran Peternakan Maju Bersama untuk menjadi pelanggan. Permintaan juga datang dari pedagang pengepul dan pengusaha rumah makan dan warung tenda yang menyediakan menu bebek. Semua permintaan itik dan potensi kesepakatan kontrak dari pelanggan yang datang belum mencapai kesepakatan karena peternakan belum mampu menyediakan itik sesuai dengan permintaan secara kontinu. Hal ini dikarenakan peternakan masih belum siap di sektor produksi. Kendala utama adalah skala usaha yang masih kecil dan peternakan belum berproduksi dengan baik karena masih dalam tahap belajar dan menghitung-hitung keuntungan dan kerugian perusahaan. Selain itu, faktor persaingan juga memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan perusahaan pesaing umumnya merupakan perusahaan yang memiliki skala yang lebih besar dan telah berproduksi dengan baik Penawaran Untuk penawaran itik di tingkat industri juga belum terdapat data yang lengkap. Namun berdasarkan pemberitaan di berbagai media baik elektronik ataupun cetak menginformasikan bahwa penawaran daging itik lebih kecil 60

2 dibandingkan dengan permintaannya. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya informasi yang menyatakan bahwa sebagian besar restoran yang menyediakan menu bebek kesulitan memperoleh bahan baku daging itik. Penawaran di tingkat perusahaan yaitu pada Peternakan Maju Bersama, ditunjukan dengan kemampuan peternakan melakukan produksi. Kemampuan produksi tersebut didasarkan dari kapasitas kandang yang dimiliki yaitu ekor itik per siklus produksi. Satu siklus produksi membutuhkan waklu yaitu 10 minggu. Pada tahun ke-0 peternakan melakukan produksi percobaan dengan memelihara 900 ekor bibit. Hasil dari produksi percobaan tersebut ternyata jauh dari perkiraan karena hanya berhasil memanen itik sebanyak 135 ekor. Semua hasil panen dijual dalam bentuk itik hidup. Hal itu dikarenakan bobot badan yang tidak memenuhi standar apabila dijadikan karkas. Harga jual juga sangat rendah yaitu Rp per ekor. Rendahnya harga diakibantkan bobot itik yang terlalu ringan. Evaluasi sementara menduga kegagalan panen pada produksi percobaan tersebut akibat pemberian pakan broiler yang terlalu sedikit. Umur panen itik yang mencapai 10 minggu memungkinkan peternakan berproduksi selama lima kali dalam satu tahun. Berdasarkan pola produksi yang telah direncanakan maka produksi yang dapat dilakukan pada tahun ke-2 hingga ke-5 sebanyak lima siklus produksi per tahun. Dalam satu siklus produksi perusahaan memelihara sebanyak ekor itik sesuai dengan kapasitas kandang. Dengan demikian dalam satu tahun dari tahun ke-2 hingga ke-5 peternakan dapat memproduksi itik sebanyak ekor. Dengan memerhatikan tingkat hidup (SR= Survival Rate) itik yang terjadi yaitu sebesar 75 persen maka dalam satu tahun jumlah itik yang dipanen sebesar ekor. Dengan demikian penawaran itik di Peternakan Maju Bersama pada tahun ke-2 hingga ke-5 yaitu sebesar ekor itik per tahun. Pada tahun ke-1, peternakan hanya dapat melakukan produksi sebanyak empat siklus produksi. Jumlah itik yang dipelihara sebanyak ekor per siklus produksi dikalikan empat siklus produksi sehingga menjadi ekor. Apabila SR yang ditetapkan oleh pihak manajemen sebesar 75 persen maka jumlah itik yang dipanen sebesar ekor. Dengan demikian penawaran itik di tingkat 61

3 Peternakan Maju Bersama pada tahun ke-1 sebesar jumlah yang dipanen tersebut yaitu ekor Analisis Pesaing Pesaing utama dari Peternakan Maju Bersama yaitu peternak lain yang melakukan usaha pembesaran itik pedaging atau pedagang itik pedaging. Pesaing yang berada di Kabupaten Bogor yang diketahui Peternakan Maju Bersama diantaranya peternakan yang terdapat di Kecamatan Gunung Bunder, Ciapus, Cipaku, dan Ciawi. Persaingan yang terjadi pada saat ini diantara peternak itik pedaging maupun pedagang itik tidak terlalu ketat bahkan berpotensi terjadinya kerjasama dalam memasarkan produk itik pedaging. Peternak yang kekurangan produk dapat meminta ke Peternakan Maju Bersama begitu juga sebaliknya, Peternakan Maju Bersama dapat mengambil produk dari peternak lain. Selain itu, yang terjadi adalah peternak lain menunjukan lokasi Peternakan Maju Bersama sehingga Peternakan Maju Bersama mendapatkan pelanggan dari rekomendari peternak yang lain dan juga sebaliknya. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerjasama diantara peternak dikarenakan produk yang dihasilkan masih sedikit sementara jumlah pelanggan semakin banyak. Belum lagi para pedagang pengumpul dari luar Kabupaten Bogor untuk dipasarkan di luar daerah Bogor. Persaingan terjadi apabila ada peternak yang bernegosiasi dengan palanggan yang sama. Hal ini berdampak pada turunnya harga yang berpotensi merugikan peternak dan menguntungkan pelanggan. Sehingga cara terbaik untuk mengatasi persaingan semacam ini adalah membentuk perkumpulan atau kelompok peternak atau bergabung dengan asosiasi peternak itik yang telah ada. Secara non formal hal tersebut sudah dilakukan oleh Peternakan Maju Bersama dengan membentuk perkumpulan sesama peternak atau pedagang pengumpul Bauran Pemasaran Produk Produk utama yang dihasilkan dari Peternakan Maju Bersama adalah itik pedaging dalam bentuk karkas utuh. Produk yang dapat dihasilkan dalam satu 62

4 siklus produksi sebesar ekor itik pedaging dimana satu siklus produksi yang ditargetkan adalah 2,5 bulan atau 10 minggu. Produk dijual dalam bentuk karkas yang dikemas dengan plastik transparan yang umum digunakan dalam pengemasan itik pedaging. Karkas dijual per ekor dengan bobot satu kilogram per ekor. Selain produk utama, peternakan juga menghasilkan produk sampingan dan limbah industri yang dapat dijual. Produk sampingan berupa ati ampela dan limbah industri yang dihasilkan berupa pupuk kandang Harga Produk utama yang dihasilkan Peternakan Maju Bersama yaitu itik karkas yang dijual dalam satuan ekor. Harga itik ditetapkan yaitu Rp per ekor. Satu ekor karkas pada Peternakan Maju Berama memiliki bobot satu kilogram. Penetapan harga dilakukan berdsarkan pertimbangan harga dipasaran yang berkisar rata-rata Rp per kg karkas. Untuk produk sampingan, terdiri dari ati ampela dan pupuk kandang. Ati ampela masih ditujukan untuk konsumsi sedangkan pupuk kandang untuk dijual sebagai pupuk organik. Harga ati ampela ditetapkan sebesar Rp 1.000,00 per pasang sedangkan harga kotoran sebesar Rp 3.000,00 per karung Distribusi Terdapat beberapa cara dalam mendistribusikan produk ke pelanggan yang disesuaikan dengan permintaan dari pelanggan tersebut. Pelanggan dapat mengambil sendiri karkas dari Peternakan Maju Bersama atau peternakan yang mengantar ke pelanggan. Semuanya cukup fleksibel sehingga memudahkan proses distribusi. Untuk pelanggan yang datang ke peternakan sangat dimungkinkan mengingat lokasi peternakan terjangkau untuk kendaraan roda dua. Untuk kendaraan roda tiga harus diparkir sekitar 200 meter dari lokasi kandang. Sebagian besar konsumen yang membeli langsung adalah pedagang pengumpul atau rekan usaha yang merupakan pedagang perantara. Sehingga terjadi rantai pemasaran yang terjadi pada peternakan. Rantai pertama yaitu dari Peternakan Maju Bersama - Restoran. Rantai kedua yaitu dari Peternakan Maju 63

5 Bersama - pedagang perantara konsumen akhir. Rantai ketiga adalah Peternak Lain - Peternakan Maju Bersama - Restoran. Dalam perencanaannya peternakan memilih rantai pertama yaitu dari Peternakan Maju Bersama menjual langsung ke Restoran dalam bentuk karkas. Di luar ketiga rantai tataniaga tersebut merupakan bentuk kondisional pelayanan peternakan. Daerah tujuan pemasaran yaitu daerah Jabodetabek dengan daerah pemasaran utama Jakarta. Peternakan hanya mampu memenuhi permintaan dari Jakarta padahal permintaan baik dari Jabotabek maupun luar Jabotabek sangat tinggi. Pertimbangan lainnya adalah karena wilayah Jakarta cukup dekat dibandingkan dengan daerah di luar Jakarta. Secara tidak langsung peternakan telah memiliki segmen berdasarkan letak geografis yaitu mengambil wilayah Jakarta. Cita-citanya adalah ingin menjadi peternakan besar pemasok daging itik untuk wilayah Jabodetabek. Biaya pengiriman itik dibebankan kepada konsumen. Jarak konsumen dengan Peternakan Maju Bersama mempengaruhi besarnya biaya kirim. Untuk pengiriman dari perusahaan sampai ke Stasiun Cawang biaya transportasi pengiriman sebesar Rp ,00. Oleh karena itu perusahaan tidak akan mengeluarkan untuk biaya transportasi pengiriman karkas. Untuk pemasaran ke Jakarta biasanya karkas dikirim melalui kereta dari stasiun Bogor. Sampai di Stasiun Cawang sudah ada penadah atau penjemput dari pihak pelanggan Promosi Proses pemasaran yang utama dilakukan dengan cara peternakan menawarkan kepada restoran-restoran yang menyediakan menu itik (menu bebek). Selain dengan cara menawarkan, peternakan menggunakan jejaraing yang dimiliki karena manajemen telah memilik banyak relasi sesama peternak atau pedagang pengumpul itik. Sehingga dalam posisi Peternakan Maju Bersama sebagai peternak maka dapat menjadi pemasok bagi pedagang pengumpul atau peternak lain yang kelebihan permintaan dan dialihkan ke Peternakan Maju Bersama. Hal ini juga dilakukan untuk meminimalisir tingkat persaingan dan meningkatkan kerjasama diantara peternak sehingga memiliki daya tawar peternak. Daya tawar 64

6 peternak diperlukan terutama ketika bertransaksi dengan konsumen besar seperti restoran dan instansi tertentu yang membutuhkan daging itik dalam jumlah besar. Di luar itu, promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) terus berlangsung sehingga Peternakan Maju Bersama mulai dikenal masyarakat Strategi Pemasaran Segmentasi Pasar dari produk Peternakan Maju Bersama disegmentasikan berdasarkan georgafis dan demografis. Dari segi georgafis, pasar dibedakan menjadi pasar Jabodetabek, luar Jabodetabek, Jawa Barat, Pulau Jawa, dan luar negeri. Dari segmentasi pasar yang ada, peternakan memilih pasar daerah Jabodetabek dengan alasan wilayah tersebut permintaannya besar dan jaraknya cukup dekat. Di samping itu, peternak itik di daerah Jabodeatbek juga dirasa masih sedikit sehingga permintaan masih sangat besar dibandingkan penawaran. Untuk wiilayah Jabodetabek sendiri peternakan memilih Jakarta sebagai pasar yang utama. Alasannya adalah restoran menu bebek banyak terdapat di Jakarta sehingga kebutuhan daging itik di Jakarta menjadi sangat tinggi. Dari segi demografis, pasar dibedakan diantaranya menjadi pasar untuk restoran-restoran yang menyediakan menu bebek, pasar tradisional, warung tenda dan pinggir jalan, rumah makan kecil, dan pedangang pengepul atau peternak lain. Dari pasar tersebut, peternakan mentargetkan pasar retoran. Alasannya adalah permintaan per harinya yang sangat tinggi. Dari satu restoran saja permintaan mencapai 100 ekor itik per harinya. Sebenarnya permintaan dari pedagang pengepul juga sangat tinggi. Akan tetapi harga dari pedagang pengepul biasanya lebih rendah dibandingkan yang diterima apabila menjual langsung ke restoranrestoran Target Pemasaran Target pemasaran utama Peternakan Maju Bersama pada saat ini yaitu restoran-restoran di Jakarta. Target pasar di masa depan yaitu ingin menguasai pasar Jabodetabek, termasuk untuk menyuplai kebutuhan restoran dan pasar tradisional. Tentunya ekspansi pemasaran menjadi tujuan jangka panjang dari 65

7 perusahaan. Ekspansi tersebut dapat mengarah pada perkembangan peternakan dan penambahan skala usaha yang berarti menambah jumlah kandang untuk proses produksi Posisi Perusahaan Peternakan Maju Bersama memposisikan diri sebagai peternakan penghasil itik pedaging di wilayah Bogor. Perusahaan juga memposisikan sebagai penghasil itik karkas. Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat dikatakan bahwa Peternakan Maju Bersama layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan masih terbukanya peluang pasar dari itik pedaging. Bahkan menurut pemilik, berapapun jumlah itik pedaging yang dihasilkan, pasti akan terserap oleh pasar. Saran yang dapat diberikan yaitu peternakan perlu membentuk kelompok usaha dengan peternak lain atau ikut ke dalam keanggotaan asosiasi yang relevan dengan bisnis itik pedaging yang telah ada. Hal itu dimaksudkan untuk menambah informasi mengenai bisnis itik, mengurangi tingkat persaingan, dan meningkatkan daya tawar perusahaan Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Beberapa aspek teknis yang perlu dianalisis dalam studi kelayakan bisnis diantaranya lokasi bisnis, luas produksi, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, layout, dan proses produksi (Nurmalina et al. 2009) Lokasi Usaha Peternakan Maju Bersama berlokasi di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi tersebut merupakan lokasi kandang itik dan pusat semua kegiatan peternakan. Pada saat ini peternakan memiliki satu buah kandang permanen dengan kapasitas ekor itik. Analisis pada lokasi usaha menunjukan bahwa Peternakan Maju Bersama memilih lokasi yang tepat. Hal ini dikarenakan semua variabel utama dapat 66

8 dipenuhi dengan baik. Variabel-variabel utama antara lain meliputi: ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Analisis mengenai variabel bukan utama juga menunjukan bahwa lokasi peternakan didukung dengan variabel bukan utama yang meliputi aspek hukum dan peraturan, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat, dan rencana masa depan perusahaan Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan komponen penting dalam proses produksi. Pada Peternakan Maju Bersama bahan baku yang diperlukan berupa input produksi yang diantaranya adalah bibit atau DOD (Day Old Duck), pakan, obat-obatan, vitamin, dan vaksin. Jumlah DOD yang diperlukan peternakan dalam satu siklus produksi sesuai dengan kapasitas kandang yaitu sebesar ekor. Hal itu berarti dalam satu tahun yang berjumlah lima siklus produksi pada tahun ke-2 sampai ke-5 diperlukan bibit sebesar ekor per tahun. Pada tahun ke-1 peternakan hanya dapat melakukan produksi sebanyak empat siklus produksi sehingga jumlah bibit yang diperlukan yaitu ekor. Pada tahun ke-0 digunakan bibit sebanyak 900 ekor. Dengan demikian total keperluan bibit selama umur bisnis sebesar ekor. Kebutuhan bibit yang cukup besar dipenuhi dari pemasok yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Alasan dalam memilih pemasok diantaranya pemasok tersebut sudah dapat dipercaya, kualitas itik dari pemasok tersebut cukup baik, dan bebas biaya pengiriman karena telah ditanggung pemasok. Jenis itik yang dibudidayakan yaitu jenis itik mojosari. Hal ini didasarkan atas pertimbangan manajemen perusahaan bahwa itik mojosari cukup baik sebagai itik penghasil daging. Selain itu harga DOD itik mojosari juga lebih rendah dibandingkan jenis lain misalnya itik peking, tiktok, dan mentok. Kebutuhan pakan terdiri dari pakan buatan pabrik dan pakan buatan sendiri. Pakan pabrik yang berupa pakan broiler, dan pakan pur didapatkan dari toko pakan yang berada di daerah Pasar Leuwi Liang. Kebutuhan pakan broiler cukup tinggi terutama untuk itik umur 0 4 minggu karena pada umur tersebut 67

9 itik memerlukan komposisi nutrisi pakan yang tepat yang terdapat pada pakan buatan pabrik. Untuk pakan buatan sendiri, dipenuhi dengan cara membuat ransum pakan yang terdiri dari campuran pakan broiler, pur, dedak, ampas tempe, limbah sayuran pasar, dan ubi. Bahan-bahan tersebut cukup banyak tersedia di sekitar lokasi usaha sehingga memudahkan untuk mendapatkannya. Selain bahan baku, pemilihan lokasi peternakan juga mempertimbangkan kemudahan mendapatkan peralatan dan ketersediaan lahan. Peralatan kerja dapat diperoleh dari pasar terdekat yang banyak terdapat disekitar lokasi kandang sehingga banyak alteratif pemilihan pemasok peralatan. Dengan demikian dapat dipilih harga yang paling rendah dengan kualitas yang sama. Lahan cukup banyak tersedia di sekitar lokasi peternakan. Banyak tersedianya lahan memudahkan peternakan untuk memperluas skala usahanya. Sistem penggunaan lahan yakni dengan sistem sewa per tahun. Kelebihan dengan sistem sewa adalah peternakan tidak mengeluarkan dana yang terlalu besar untuk kegiatan pra investasi pengadaan lahan. Pada awal perjanjian juga disepakati adanya penambahan sewa kontrak per tahunnya. Hal ini menjamin kesiapan lahan untuk digunakan hingga umur proyek Letak Pasar yang Dituju Berkembangnya rumah makan dan restoran yang menyediakan menu bebek di daerah Jabodetabek memberikan keuntungan bagi Peternakan Maju Bersama yang berada diwilayah yang sama. Hal tersebut dikarenakan daerah pemasaran utama dari Peternakan Maju Bersama yakni daerah Jabodetabek dengan target pasar utama yaitu Jakarta. Lokasi peternakan ke daerah pemasaran dapat dikatakan cukup strategis karena Bogor sendiri merupakan wilayah Jabodetabek dan cukup dekat dengan target pasar utama yaitu Jakarta. Melihat jarak yang tidak terlalu jauh, maka lokasi perusahaan cukup strategis dengan daerah pemasaran. 68

10 Supply Tenaga Kerja Tenaga kerja cukup mudah didapatkan dari lokasi sekitar peternakan. Tenaga kerja yang dibutuhkan meliputi tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap diperlukan pada proses produksi sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibutuhkan pada kegiatan pasca panen misalnya untuk pencabutan bulu, pembersihan itik, dan pengiriman. Hingga saat ini, perusahaan tidak kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja Ketersediaan Air dan Listrik Air dan listrik merupakan variabel yang sangat penting pada Peternakan Maju Bersama. Fungsi utama air yaitu untuk minum itik dan membersihkan peralatan kerja. Fungsi utama listrik yaitu sebagai penghangat suhu kandang pada induk buatan untuk bibit. Sejak bibit didatangkan hingga umur 2 minggu suhu udara harus tetap hangat. Selain itu, listrik juga berfungsi untuk penerangan di malam hari. Air dan listrik cukup banyak tersedia di sekiar lokasi peternakan. Pemasangan instalasi untuk kedua sumber daya tersebut semakin memudahkan dalam memenuhi kebutuhan air dan listrik. Dalam penggunaan air, manajemen tidak menggunakan air selokan yang tersedia cukup banyak. Hal ini karena dikhawatirkan air yang berasal dari persawahan telah tercemar polutan misalnya pestisida sehingga membahayakan kelangsungan itik atau menjadi residu di dalam tubuh itik sehingga berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk penyediaan listrik peternakan telah membangun instalasi listrik. Listrik sudah masuk ke wilayah tersebut sehingga pembangunan instalasi listrik dapat dilakukan dengan baik Fasilitas Transportasi Transportasi terutama dibutuhkan dalam mengangkut input dan output produksi misalnya mengangkut pakan dan mengirim karkas. Untuk kegiatan harian peternakan masih menggunakan fasilitas transportasi yang berupa sepeda motor pemilik dan karyawan. Untuk mendatangkan DOD, itik dikirim langsung 69

11 oleh pemasok dengan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pengirim. Untuk mengirim karkas biasanya menggunakan kendaran pribadi pemilik atau karyawan yang berupa sepeda motor. Karkas yang dikirim ke tujuan Jakarta menggunakan alat transportasi sepeda motor dari peternakan sampai ke Stasiun Bogor dan menggunakan kereta dari Stasiun Bogor hingga Stasiun Cawang. Prasarana transportasi yang tersedia yakni jalan yang bisa dilewati kendaraan sepeda motor. Sekitar jarak 200 meter dari lokasi kandang terdapat jalan beraspal yang bisa dilewati kendaraan roda empat. Hal ini dapat dipandang cukup baik mengingat jaraknya tidak terlalu jauh dengan peternakan. Sarana transportasi yang dapat digunakan dengan kondisi demikian yakni kendaraan roda dua dan roda empat Hukum dan Peraturan Hukum dan peraturan termasuk variabel penentuan lokasi yang bukan utama. Namun demikian, penting untuk diperhatikan Peternakan Maju Bersama. Regulasi yang terdapat di lokasi perusahaan dan di Kabupaten Bogor memungkinkan peternakan untuk berkembang. Hal ini dikarenakan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Peraturan yang perlu diperhatikan adalah peraturan tentang unggas dari kementerian pertanian dan peraturan yang terdapat di DKI Jakarta yang berupa Perda No. 4 Tahun 2007 tentang pengendalian, pemeliharaan, dan peredaran unggas yang melarang para peternak itik untuk menjual atau mendistribusikan itik dalam bentuk hidup memasuki wilayah kota Jakarta. Perda DKI Jakarta no 4 tersebut tidak terlalu berdampak buruk bagi perkembangan perusahaan karena Peternakan Maju Bersama menjual itik ke wilayah DKI Jakarta dalam bentuk karkas sehingga tidak melanggar perda tersebut. Dengan demikian, adanya peraturan tersebut tidak menjadi penghambat bagi perkembangan peternakan Agroekosistem Lokasi yang sesuai untuk itik dapat dilaksanakan hampir di semua jenis lokasi. Lokasi peternakan itik dapat dilaksanakan di dekat pantai, di pegunungan, di tempat yang terlindung matahari, di tempat terbuka dan terkena panas matahari 70

12 penuh, daerah berbatu-batu dan berumput. Bahkan dalam keadaan apapun itik dapat hidup (Windhyarti, 2000). Dengan demikian itik dapat hidup hampir di seluruh lokasi termasuk di Kabupaten Bogor. Hal yang harus diperhatikan adalah masalah lingkungan. Itik tidak cocok untuk hidup di daerah yang bising dan terlalu ramai. Keadaan tersebut akan membuat itik menjadi stress yang dapat menyebabkan kematian (Windhyarti, 2000). Peternakan Maju Bersama telah memerhatikan lingkungan yang cocok untuk hidup itik. Lokasi peternakan cukup jauh dari karamaian dan permukiman warga sekitar. Peternakan juga tidak mencemari permukiman warga karena jaraknya yang cukup jauh tersebut. Kondisi lingkungan demikian mendukung dalam usaha pembesaran itik Sikap dari Masyarakat Sikap masyarakat sekitar lokasi peternakan tidak menentang berdirinya usaha pembesaran itik. Hal ini dapat diketahui dari belum pernah ada pengaduan dari warga masyarakat dengan berdirinya Peternakan Maju Bersama. Selain itu lokasi peternakan juga cukup jauh dari permukiman warga sehingga warga kurang begitu mengenal peternakan dan tidak ada masalah bagi warga sekitar mengenai Peternakan Maju Bersama. Selain itu, peternakan juga telah memiliki perizinan lingkungan dari RT dan RW setempat. Kendala utama di bidang sosial masyarakat yang mungkin dihadapi adalah adanya kekhawatiran masyarakat mengenai isu flu burung. Akan tetapi, saat ini isu tersebut sudah semakin berkurang karena gencarnya kampanye yang menekankan pentingnya unggas yang baik untuk kesehatan dan kampanye langkah-langkah pencegahan flu burung. Selain itu, wabah flu burung pada saat ini juga sudah semakin berkurang terkait gencarnya berbagai penelitian yang menghasilkan vaksin dan obat flu burung Rencana Masa Depan Perusahaan Perencanaan masa depan tentunya sesuai dengan visi yang dimiliki setiap perusahaan. Peternakan Maju Bersama yang memiliki visi ingin menjadi 71

13 peternakan besar tentunya memiliki rencana perluasan kapasitas yaitu melalui penambahan jumlah kandang. Penambahan jumlah kandang akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk lokasi dibangunnya kandang tersebut. Kandang yang ada saat ini menempati lahan di tengah-tengah areal palawija. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan perluasan lahan dengan menyewa atau membeli lahan dari pemiliknya Luas Produksi Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi untuk mencapai keuntungan maksimum. Pada Peternakan Maju Bersama, luas produksi dapat diukur dari kapasitas kandang. Kapasitas kandang optimum pada Peternakan Maju Bersama sekitar ekor itik. Kapasitas kandang tersebut disesuaikan dengan ukuran kandang yaitu 20 meter x 13 meter atau luas kandang 260 m 2. Berdasarkan Wakhid (2010) padat tebar itik umur 8-12 minggu per m 2 lantai kandang yaitu 8 ekor. Dengan demikian, pada kandang seluas 260 m 2 dapat digunakan untuk tempat budidaya itik sejumlah 2080 ekor. Akan tetapi, tidak seluruh bagian kandang digunakan untuk tempat budidaya. Beberapa bagian kandang digunakan untuk tempat penyimpanan pakan, tempat penampungan kotoran, peralatan, dan kandang isolasi. Oleh karena itu, kapasitas kandang disesuaikan dengan kondisi kandang pada saat ini yaitu sebesar ekor itik dalam satu siklus produksi. Tabel 11. Padat Tebar Itik per m 2 Lantai Kandang Menurut Umur Umur (Minggu) Padat Tebar per m 2 (Ekor) > 12 6 Sumber: Wakhid 2010 (diolah) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Teknologi dan peralatan yang digunakan bertujuan untuk mempermudah jalannya usaha pembesaran itik. Teknologi dan peralatan yang terdapat pada 72

14 Peternakan Maju Bersama diantaranya mesin giling pakan, freezer, instalasi listrik, instalasi air, dan peralatan kerja. Keberadaan teknologi dan peralatan tersebut diharapkan dapat mendukung jalannya proses produksi. Hal itu dikarenakan peralatan-peralatan tersebut memiliki peran yang penting dalam produksi sehingga proses produksi menjadi optimal Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Fasilitas yang terdapat di Peternakan Maju Bersama terdiri dari kandang, peralatan pemeliharaan, instalasi listrik, instalasi air, dan tempat penangan pasca panen Layout Peternakan Peternakan Maju Bersama memiliki satu buah kandang pembesaran itik pedaging. Peternakan belum memiliki kantor sendiri sehingga freezer ditempatkan di rumah penanggung jawab kandang. Demikian juga pengolahan pasca panen yang dilakukan di rumah penanggung jawab kandang. Peralatan dan pakan ditempatkan pada kandang dengan pertimbangan kandang tersebut cukup luas. Instalasi listrik berada pada rumah penanggung jawab kandang dengan jaringannya yang bisa masuk ke kandang. Instalasi air berpusat di dekat rumah penanggung jawab kandang. Jarak rumah karyawan terdekat dengan kandang sekitar 100 meter. Gambaran layout peternakan dapat dilihat pada Gambar 4. 73

15 Keterangan: 1. Kandang Pembesaran Itik Pedaging 2. Tempat Pengolahan Pasca Panen 3. Pusat Instalasi Air 4. Rumah PJ Kandang Gambar 4. Layout Peternakan Maju Bersama Layout Kandang Kandang merupakan bangunan penting dalam usaha pembesaran itik pedaging. Pada Peternakan Maju Bersama kandang yang dibangun merupakan kandang intensif. Kandang terbuat dari batako dengan atap terbuat dari bahan asbes. Ukuran kandang yaitu 13 meter x 20 meter atau luas 260 m 2. Sistem sirkulasi udara cukup baik karena dinding di atas satu meter terbuat dari kawat ram yang memungkinkan udara masuk. Hal itu juga mempengaruhi pencahayaan sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang. Didalam kandang terdapat induk itik buatan. Induk buatan dibuat melingkar dengan menggunakan bahan seng. Penerangan dilakukan untuk membuat induk buatan hangat. Pada kandang juga disediakan ruangan untuk menyimpan pakan dan menyimpan peralatan, dan penampungan sementara kotoran. Keran untuk air pembersihan dan minum terdapat di luar kandang yaitu di depan kandang. Pada bagian depan kandang juga terdapat arena bermain itik. 74

16 Sesekali itik dapat bermain di tempat tersebut. Gambaran layout kandang dapat dilihat pada Gambar Keterangan: 1. Induk buatan 2. Tempat pemeliharaan tahap grower dan fisinher 3. Tempat penyimpanan kotoran 4. Tempat penyimpanan pakan 5. Tempat penyimpanan peralatan 6. Kandang isolasi 7. Tempat bermain itik Gambar 5. Layout Kandang Tempat Penangan Pasca Panen Tempat penangan pasca penen dilakukan di halaman dan dalam rumah salah satu karryawan yaitu penanggung jawab kandang. Hal ini dilakukan karena peternakan belum membangun tempat khusus untuk pengolahan pasca panen. Kegiatan pemotongan, perebusan, pencabutan bulu, dan pembersihan dilakukan di halaman rumah karyawan sedangkan pengemasan dilakukan di dalam rumah dan penyimpanan dilakukan di dalam freezer Proses Produksi Pola Produksi Satu siklus produksi pembesaran itik pedaging dimulai dari DOD hingga panen memerlukan waktu antara 2-3 bulan. Ditunjang dengan pemberian pakan 75

17 yang cukup dan bergizi, peternakan mengharapkan waktu yang dibutuhkan sekitar 2,5 bulan atau 10 minggu dalam satu siklus periode produksi. Estimasi produksi yaitu pada tahun ke-2 sampai ke-5 peternakan dapat melakukan produksi sebanyak lima siklus peoduksi dan pada tahun ke-1 hanya dapat melakukan produksi sebanyak empat siklus produksi. Estimasi produksi pada Peternakan Maju Bersama dapat dilihat dalam aktivitas perusahaan dalam Lampiran Pengelolaan Usaha Ternak 1) Kebutuhan Bibit Bibit didatangkan dari Jawa Tengah. Namun bibit tidak langsung ke Peternakan Maju Bersama melainkan melalui pedagang pengumpul di daerah Karawang. Dari daerah Karawang, bibit didatangkan ke kandang Peternakan Maju Bersama. Bibit didatangkan menggunakan sepeda motor dengan ongkos kirim ditanggung pengirim. Alasan dipilihnya bibit dari pemasok di daerah Karawang dengan pertimbangan yaitu, kualitas bibit bagus, pemasok tersebut sudah dikenal baik oleh pemilik, dan bebas biaya ongkos kirim. Peternakan memilih untuk membeli bibit dikarenakan belum siap untuk menghasilkan sendiri bibit. Alasan tersebut diantaranya usaha pembibitan dinilai membutuhkan investasi yang sangat besar, masih terbatasnya sumberdaya yang dimiliki, dan kemampuan teknis yang juga masih terbatas. Akan tetapi, rencana ke depannya peternakan memiliki cita-cita untuk melakukan peternakan yang terintegrasi antara bibit, pembesaran, penyediaan pakan, dan jaringan restoran bebek. Jenis itik yang diproduksi di Peternakan Maju Bersama yaitu Itik mojosari. Dipilihnya itik mojosari karena jenis itik tersebut dianggap cukup baik sebagai penghasil daging. Apabila dibandingkan dengan jenis itik lain misalnya itk peking, tiktok, dan mentok, harga bibit itik mojosari jauh lebih murah. 76

18 2) Pemberian Pakan Pemberian pakan dibedakan sesuai dengan perbedaan umur itik. Pada umur antara 0-4 minggu, itik diberikan pakan yang seluruhnya merupakan pakan buatan pabrik yakni pakan jenis broiler. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa kebutuhan nutrisi pada umur 0-4 minggu sangat tinggi dan perlu formulasi pakan yang lengkap. Formulasi nutrisi yang lengkap biasanya sudah terdapat pada pakan pabrik. Pada umur 4-10 minggu itik diberikan pakan campuran yaitu dengan membuat ransum. Ransum terbuat dari dedak, sisa sayuran pasar, ubi, ampas tempe/tahu, pakan pur, dan pakan broiler. Pemberian pakan dan pembuatan ransum disesuaikan dengan SOP (Standar Operational Procedure) yang terdapat di Peternakan Maju Bersama. Prosedur dalam SOP tersebut misalnya mengenai waktu pemberian pakan dan pembuatan ransum pakan. Sesuai SOP, pakan disediakan setiap saat untuk itik umur 0-4 minggu dan diberikan 3 kali sehari untuk itik umur 4-10 minggu. Pembuatan ransum yang terdiri dari campuran dedak, sayuran pasar, ampas tempe, dan ubi dilakukan sesuai dengan SOP misalnya sayuran perlu direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan racun. 3) Kebutuhan Air dan Pemberian Minum Itik Air terutama digunakan untuk minum itik. Untuk keperluan minum itik, air harus selalu tersedia di kandang. Hal ini dikarenakan itik pada dasarnya unggas air yang memerlukan banyak air. Penggantian air minum dilakukan setelah air dalam tempat minum terlihat kotor. Selain untuk keperluan minum itik, air digunakan untuk mencuci peralatan misalnya tempat pakan dan tempat minum. Kebutuhan air dapat dipenuhi dari instalasi air yang telah dibangun. Instalasi air menggunakan sumur dengan mesin pompa air untuk mengalirkan air dari sumur hingga ke perkandangan. Air mengalir melalui paralon-paralon dan selang hingga mencapai kandang. Penggunaan air dari saluran irigasi di persawahan dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar berbagai polutan 77

19 kimiawi yang berpotensi menjadi residu di dalam tubuh itik sehingga membahayakan bagi yang mengkonsumsinya. 4) Vitamin dan Vaksin Tujuan diberikannya vitamin yakni agar nafsu makan itik bertambah sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan bobot badan itik. Selain itu agar itik lebih kebal dari penyakit. Pemberian vitamin dan vaksin dapat diberikan seminggu sekali. Pemberian vitamin dilakukan dengan cara dicampur dengan air minum. Komposisi vitamin dalam campuran dengan air yakni 200 gr vitamin dilarutkan ke dalam air satu liter. Merek vitamin yang diberikan yaitu vitachick. Pemberian vitamin herbal juga perlu dilakukan. Beberapa vitamin herbal yang digunakan misalnya daun papaya, air gula, dan air arang. Daun papaya diduga berfungsi sebagai penambah nafsu makan itik. Pemberian air gula dilakukan dengan tujuan untuk mencegah itik mengalami stress saat itik baru didatangkan dan untuk pengobatan ketika itik terkena penyakit. Air arang diduga memiliki fungsi untuk menghilangkan racun. 5) Penanganan Penyakit Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang itik antara lain: batulismus (keracunan), fowl cholera (kolera unggas), salmonellosis (parathypus), penyekit lumpuh, dan penyakit bubul (Departemen Pertanian 1990 dalam Oktavia 2005). Adapun cara terbaik untuk menghindari serangan penyakit menurut Widhyarti (2003) adalah dengan memelihara itik dalam kandang yang memadai, baik sanitasi maupun luasnya (kepadatan kandang), serta pemberian pakan yang mencukupi jumlah, gizi dan kesegarannya. Penangan terhadap itik yang terkena penyakit yaitu diisolasi dan diberikan pengobatan. Penggunaan obat-obatan herbal dan tradisional cukup dominan pada Peternakan Peternakan Maju Bersama. Penggunaan obat-obatan tradisional atau herbal misalnya pemberian air gula pada itik yang terserang penyakit. 78

20 Selain penyakit, kematian juga dapat disebabkan oleh faktor selain penyakit. Kematian terutama terjadi pada saat masih DOD yang disebabkan karena bibit saling injak. Penyebabnya adalah padat tebar itik terlalu padat atau pada saat pemberian pakan saling berebutan sehingga terjadi saling injak. Kematian juga dapat terjadi akibat itik kedinginan. Oleh karena itu kondisi induk buatan harus berfungsi secara optimal. Dengan demikian suhu di dalam kandang selalu hangat. 6) Kegiatan Pembesaran Itik Peternakan Maju Bersama merupakan peternakan pembesaran itik pedaging dengan hasil akhir berupa karkas. Proses produksi yang dilakukan yaitu membesarkan itik pedaging dari itik umur sehari (Day Old Duck/DOD) hingga itik dewasa yang siap panen dengan bobot karkas sekitar satu kilogram. Periode produksi yang dilakukan sekitar 2,5 bulan atau 10 minggu. Tata laksana pengelolaan pembesaran itik dilakukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari hasil studi lapangan di peternakan yang sudah lebih dulu berdiri, membaca referensi buku, menanyakan ke instansi terkait, dan menanyakan ke pakar-pakar itik. Terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan pembesaran itik pedaging. Tahapan produksi tersebut berupa tahap persiapan, tahap pemeliharaan itik starter, grower dan finisher, tahap panen dan pasca panen, dan tahap pemasaran. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Persiapan Beternak Persiapan yang dilakukan sebelum bibit datang yaitu mengkondisikan kandang. Pengkondisian kandang dilakuakan agar kandang sesuai dengan keperluan pembesaran. Pengkondisian kandang meliputi pembersihan kandang, menyiapkan induk buatan, menyiapkan air gula, dan menyiapkan pakan dan minum. Pembersihan kandang dilakukan supaya keadaan kandang bersih sehingga dapat meminimalisir timbulnya penyakit dan jamur yang dapat membahayakan ternak dan pekerja. Induk buatan digunakan sebagai pengganti induk alami itik. Induk buatan 79

21 merupakan tempat berbentuk bulat dengan diameter satu meter, pembatas atau dinding terbuat dari seng, diberi alas sekam dan diberikan pemanas dari bola lampu. Air gula diberikan supaya itik tidak stres setelah mengalami perjalanan yang jauh dan menghadapi lingkungan baru. Pakan dan air minum digunakan untuk kebutuhan nutrisi itik. b) Tahap Starter Pada pemeliharaan itik tahap starter, itik yang baru datang ditempatkan pada induk buatan yang telah disediakan. Tahap pemeliharaan starter dimulai dengan pemeliharaan itik umur 0-4 minggu. Setelah itu, itik disortir dan dipisahkan untuk dilanjutkan pada tahap pemeliharaan grower. Perbedaan pada setiap tahapan pemeliharaan yaitu pada pemberian pakan baik jumlah, komposisi, maupun waktunya. c) Tahap Grower dan Finisher Setelah itik berumur lebih dari empat minggu komposisi pakan berubah. Pemberian pakan pabrik dikurangi dan diberikan pakan buatan sendiri. Ransum pakan terdiri dari campuran limbah sayuran pasar, dedak, ampas tempe, ubi, pakan pur, dan pakan broiler. Pakan diberikan tiga kali setiap harinya yaitu pagi, siang, dan sore. Pemberian minum harus selalu tersedia di kandang. Penggantian air dilakukan apabila telah terlihat kotor atau telah habis atau air diberikan bersamaan dengan pemberian pakan. Tahap grower dan finisher ini sampai itik berumur 2,5 bulan atau 10 minggu. Pada umur tersebut bobot itik hidup mencapai antara 1,00-1,3 kg dan bobot karkas mencapai antara 0,7 1,00 kg. Peternakan biasanya memanen itik ukuran karkas satu kilogram. Kadang kala dapat terjadi keterlambatan panen karena pada umur tersebut bobot atau tampilan itik masih terlihat kecil dan ringan. Manajemen menduga hal itu terjadi karena bebek tersebut kurang nafsu makan, sedikit makan, kalah persaingan dalam mendapatkan makanan, atau terkena penyakit. 80

22 d) Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan setelah pemeliharaan selama 2,5 bulan atau 10 minggu. Tahapan panen yakni menangkap itik, menghitung jumlah itik, dan penimbangan. Penimbangan itik hidup dilakukan untuk mendapatkan itik hidup dengan ukuran sekitar 1,2 kg. Dari ukuran itik hidup sekitar 1,2 kg tersebut diperkirakan akan menjadi karkas dengan ukuran satu kilogram. Setelah kegiatan panen, selanjutnya dilakukan kegiatan pasca panen. Dalam kegiatan pasca panen dilakukan pencabutan bulu, pembersihan jeroan, penimbangan ulang, pengemasan, dan penyimpanan. Pencabutan bulu dilakukan dengan terlebih dahulu mencelupkan itik ke dalam air panas. Hal ini untuk memudahkan dalam proses pencabutan bulu. Setelah pencabutan bulu selanjutnya dilakukan pembersihan jeroan itik. Penimbangan ulang dilakukan untuk memastikan bobot karkas sekitar satu kilogram per ekornya. Pengemasan dilakukan untuk memudahkan dalam pengiriman dan penyimpanan dan sebagai suatu taktik dalam atribut bauran pemasaran. Setelah dikemas, itik dapat didistribusikan langsung ke pelanggan atau terlebih dahulu dilakukan proses penyimpanan. Karkas yang disimpan dalam freezer memiliki tujuan agar itik lebih tahan lama, dan terlihat masih segar. Di dalam freezer itik dapat bertahan hingga satu bulan dengan kondisi yang masih baik dan terlihat segar. Setelah proses penyimpanan, karkas selanjutnya distribusikan ke pelanggan dalam bentuk karkas beku. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan Peternakan Maju Bersama layak dijalankan. Hal itu dikarenakan peternakan telah melakukan produksi uji coba dan telah belajar dari peternakan yang telah ada sebelumnya. Peternakan perlu memerhatikan nutrisi itik sehingga pertumbuhannya dapat sesuai waktu yang direncanakan. Selain itu perlu mewaspadai ancaman penyakit dan faktor penyebab kematian lainnya. Peternakan perlu memproduksi itik sesuai kapasitas kandang untuk mengoptimalkan penerimaan. Peternakan juga perlu melakukan studi banding secara rutin 81

23 mengenai tatacara produksi itik pedaging dari peternakan yang telah maju supaya dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup itik yang dibudidayakan Aspek Manajemen Manajemen berperan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Manajemen memiliki peran yang besar dalam memadukan sumberdaya yang dimiliki sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Variabel yang umum dipelajari dari aspek manajemen yaitu berkaitan dengan bentuk perusahaan, struktur organisasi, deskripsi setiap jabatan, jumlah tenaga kerja, menentukan siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti, dan sistem pemberian upah. Peternakan Maju Bersama merupakan perusahaan patungan atau bentuk usaha bersama. Sebagai usaha bersama, permodalan berasal daripada para anggotanya. Akan tetapi yang menjadi pengelola hanya satu orang daripada pemilik sedangkan yang lainnya tidak ikut mengelola usaha tersebut. Anggota yang lain hanya mendukung dari sisi finansial dan tetap bertanggungjawab terhadap risiko perusahaan. Usaha dikelola oleh salah satu dari pemilik sebagai manajer. Tugas daripada manajer diantaranya mencari pelanggan dan memperluas daerah pemasaran, mendistribusikan produk ke pelanggan, meninjau jalannya proses pembesasaran itik, berperan aktif membantu anak kandang dalam prose budidaya pembesaran itik terutama di awal tahap pembesaran, dan mengontrol kualitas produk. Manajer bertanggung jawab pada pemilik usaha. Manajer dibantu oleh seorang Penanggung Jawab Kandang (PJ kandang). Tugas utama PJ kandang yaitu bertanggung jawab penuh pada pengadaan input produksi, proses produksi, membantu pemasaran, dan tugas-tugas-tugas lain yang dilimpahkan dari manajer. Tugas PJ kandang hampir sama dengan manajer hanya saja tidak bertanggung jawab atas risiko perusahaan dan tidak berhak memperoleh laba perusahaan. Pada bagian produksi, PJ kandang dibantu dua orang anak kandang. Anak kandang bertugas melaksanakan kegiatan di kandang yang bersifat teknis misalnya memberi pakan dan minum itik, dan membersihkan kandang dan 82

24 peralatan. Anak kandang juga dapat membantu proses pasca panen seperti pemotongan, pembersihan, penimbangan, sortasi, dan grading. Struktur organisasi pada Peternakan Maju Bersama terdapat pada Gambar 6. Pemilik Manajer Penanggung Jawab Kandang Anak Kandang Anak Kandang Gambar 6. Struktur Organisasi Peternakan Maju Bersama Sistem pemberian upah dibedakan menjadi dua yakni upah bulanan dan harian. Penanggung jawab kandang mendapatkan upah bulanan dan upah harian. besarnya gaji bulanan yang diterima PJ kandang yakni Rp ,00 per bulan ditambah upah harian sebesar Rp ,00 per hari. Total gaji PJ kandang yaitu Rp ,00 per tahun. Anak kandang diberikan upah sebesar Rp ,00 per hari. Selain dengan sistem upah, juga terdapat bonus apabila dalam penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan yang dinilai tinggi tergantung dari keputusan pemilik perusahaan. Untuk pemilik pengelola (manajer) sebenarnya tidak mendapatkan gaji atau upah karena keuntungan dari usaha itulah yang merupakan gaji atau upah para pemilik. Akan tetapi, dalam analisis ini gaji pemilik pengelola (manajer) tetap akan diperhitungkan sebagai gaji manajer. Hal ini dikarenakan pemilik pengelola (manajer) juga terlibat langsung dalam kegiatan usaha. Besarnya gaji manajer sama dengan gaji PJ kandang yaitu sebesar Rp ,00. Gaji manajer sama dengan gaji PJ kandang dikarenakan tugas harian antara pemilik dan PJ kandang yang hampir sama. Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha ini sudah layak dijalankan. Hal ini dikarenakan telah memiliki garis koordinasi yang jelas dan tegas. 83

25 6.4. Aspek Hukum Aspek hukum berkenaan dengan bentuk badan usaha yang digunakan dan legalitas usaha. Peternakan Maju Bersama merupakan perusahaan patungan atau usaha bersama. Hal ini didasarkan pada proses berdirinya perusahaan didirikan oleh beberapa orang dan modal usaha merupakan modal bersama daripada para pendirinya. Perusahaan dijalankan sepenuhnya oleh pengelola sedangkan risiko kerugian ditanggung oleh pemilik. Aspek legal yang telah didapatkan yaitu berupa Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dari kelurahan. Dengan demikian, perusahaan telah terdaftar di kelurahan setempat sehingga perusahaan diakui secara legal keberadaannya. Menurut pemaparan pihak manajemen bahwa peternakan terjamin keamananya karena sudah mendapatkan izin dari kelurahan setempat. Peternakan Maju Bersama sebelumnya juga telah melapor kepada ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat untuk mendapatkan izin persetujuan lingkungan. Hal ini dapat mengurangi risiko adanya persengketaan dengan warga sekitar yang merasa keberatan atas berdirinya peternakan tersebut. Berdasarkan aspek hukum, Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan sudah memiliki izin dari kelurahan, RW, dan RT setempat. Peternakan memang belum memiliki aspek legal yang mencirikan suatu bentuk perusahan misalnya persekutuan komanditer dan belum tercatat dalam akta notaris yang dikarenakan Peternakan Maju Bersama baru didirikan dan skala usaha yang dijalankan masih merupakan skala kecil. Perusahaan juga perlu memiliki peraturan internal yang disepakati diantara para pemilik sehingga setiap pihak yang terlibat di dalam Peternakan Maju Bersama dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta dapat memudahkan penyelesaian apabila terjadi konflik internal perusahaan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dianalisis adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial, pengaruh dari didirikannya Peternakan Maju Bersama adalah menciptakan lapangan pekerjaan baru. 84

26 Peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak tiga orang dari daerah sekitar lokasi perusahaan. Dengan demikian, peternakan berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru. Penerangan listrik juga menjadi ada karena sebelumnya daerah tersebut sangat gelap. Dengan adanya kandang maka penerangan pun dilakukan. Selain itu, pada pasca panen biasanya dibantu oleh warga sekitar terutama dalam tahap pembersihan karkas dengan upah sebesar Rp 1.000,00 per ekor itik yang dibersihkan. Dari aspek ekonomi tentunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan adanya kesempatan kerja baru. Selin itu dapat menambah aktivitas ekonomi baik pada bagian hulu maupun bagian hilir agribisnis. Pada aktivitas hulu, semakin berkembangnya usaha pada hulu produksi misalnya penyediaan pakan bagi pabrik pakan, penyediaan ubi bagi petani ubi, dan penyediaan peralatan bagi toko peralatan. Pada aktivitas hilir peternakan berperan bagi perekonomian secara luas misalnya dalam menggunakan sarana transportasi dan mendukung berkembangnya rumah makan yang menyediakan menu itik atau bebek. Dari segi budaya, bisnis ini tidak merugikan budaya setempat. Justru dengan adanya bisnis ini bisa mempopulerkan mengkonsumsi daging itik. Hal ini dikarenakan daging unggas yang sangat popular selama ini adalah daging ayam. Selain itu, adanya kegiatan usaha pada tahap pembesaran dapat menjadi alternatif usaha selain usaha yang telah umum dilakukan yaitu usaha itik petelur. Dengan demikian usaha ternak itik pedaging terutama pada tahap pembesaran menjadi populer di masyarakat. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya dapat dikatakan Peternakan Maju Bersama layak dijalankan. Hal ini dikarenakan banyaknya dampak positif yang ditimbulkan misalnya menyediakan lapangan pekerjaan baru, menggiatkan kegiatan ekonomi off farm agribisnis itik, dan mempopulerkan mengkonsumsi daging itik untuk meningkatkan gizi masyarakat, dan memberikan alternatif dalam melakukan usaha ternak yaitu tahap pembesaran. 85

27 6.6. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Limbah dari sisa produksi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap lingkungan. Pada Peternakan Maju Bersama limbah yang dihasilkan berupa kotoran ternak yang bercampur dengan sekam dan sisa pakan. Sebenarnya kotoran itik tidak menjadi ancaman bagi timbulnya pencemaran lingkungan apabila penanganan yang dilakukan sudah sesuai. Hal tersebut dikarenakan kotoran itik dapat dijadikan sebagai pupuk kandang sehingga tidak mencemari lingkungan. Dengan demikian kotoran itik justru berdampak positif bagi lingkungan karena dapat memberi nutrisi pada tanah yang dibutuhkan tanaman. Demikian halnya dengan Peternakan Maju Bersama yang dapat menangani masalah kotoran dengan baik. Penanganan kotoran yang dilakukan Peternakan Maju Bersama yakni pembersihan kotoran dari kandang, penempatan pada karung, penyimpanan, dan penjualan. Pembersihan dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekaligus mengganti alas sekam sehingga kandang selalu terjaga kebersihannya. Setelah terkumpul cukup banyak kotoran yang bercampur dengan sekam dapat dijual dengan harga Rp 3.000,00 per karung. Selain dari limbah produksi, potensi pencemaran yang mungkin terjadi adalah berupa bau kotoran. Untuk menangani pencemaran ini kandang senantiasa dijaga kebersihannya. Pembersihan kandang dilakukan setiap dua minggu sehingga bau kotoran dapat diminimalkan. Pencemaran bau juga dapat diminimalkan dengan tipe kandang yang tertutup. Dengan kandang tertutup ini itik tidak sampai berkeliaran dan membuat lingkungan menjadi kumuh. Untuk mengantisipasi dampak negatif terhadap lingkungan baik berupa limbah sisa produksi maupun potensi pencemaran bau, peternakan telah meminimalkannya yakni pembangunan kandang yang cukup jauh dari permukiman warga. Jarak kandang sekitar lebih dari 200 meter dari pemukiman warga. 86

28 Selain adanya potensi dampak negatif, Peternakan Maju Bersama memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Peternakan memanfaatkan limbah sayuran pasar setiap harinya. Hal ini dapat mengurangi sampah dari limbah sayuran pasar. Berdasarkan analisis aspek lingkungan, dapat dikatakan Peternakan Maju Bersama layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya dampak positif terhadap lingkungan yakni sebagai penyedia pupuk kandang. Selain itu upaya mengantisipasi pencemaran udara berupa bau sudah diantisipasi dengan membangun kandang yang cukup jauh dari permukiman warga, kandang model tertutup, dan dilakukan pembersihan secara rutin dan teratur sehingga kandang terjamin kebersihannya. 87

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Indonesia adalah sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk terpadat ke empat setelah China, India, dan Amerika. Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

kimia yang dapat merusak sistem organ tubuh. mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia

kimia yang dapat merusak sistem organ tubuh. mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia 5. Menciptakan makanan yang terbuat dari bahan organik bukan dari bahan kimia yang dapat merusak sistem organ tubuh. 2. Manfaat Usaha 1. Secara ekonomis, bisnis ini akan bermanfaat untuk menambah pendapatan

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI Haris Lukman, Yatno dan Sestilawarti Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online Nama : Rizal Alan Yahya Kelas : S1-SI-09 NIM : 11.12.6004 Tugas : Lingkungan Bisnis Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online 1 A. Abstrak Tujuan dari pembuatan toko online ini adalah untuk pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN BISNIS Bersama ini saya meminta kesediaan bapak/ibu untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

Regulasi sanitasi Industri Pangan

Regulasi sanitasi Industri Pangan Regulasi sanitasi Industri Pangan Nur Hidayat Regulasi Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang: Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER)

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) Tugas: Lingkungan Bisnis Disusun oleh: Nama : Tri Mulyani NIM : 10.01.2693 Kelas : D3TI 2A PROGRAM D3TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 Abstrak Berternak ayam pedaging

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Top ~ 1

Peluang Bisnis Top ~ 1 Dengan semakin meningkatnya permintaan produk bebek baik daging maupun telur dan kelestarian sumber daya alam, serta penyediaan bibit unggul, maka prospek agribisnis ternak bebek menjanjikan di masa mendatang

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NON FINANSIAL

VI. ANALISIS NON FINANSIAL VI. ANALISIS NON FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid 5.1.1. Sejarah Perusahaan Peternakan Bapak Maulid adalah usaha peternakan ayam broiler yang didirikan oleh Bapak Maulid Ibrahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh : Yusmichad Yusdja Rosmijati Sajuti Wahyuning K. Sejati Iwan Setiajie Anugrah Ikin Sadikin

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU A. Jenis Ternak/Unggas Jenis Kegiatan/Usaha :... (... dari...) : 1. Pengembangbiakan 2. Penggemukan 4. Lainnya A). Mutasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan CV Cipta Usaha Sejahtera Cipta Usaha Sejahtera ( CV CUS ) merupakan perusahaan kemitraan Ayam Pedaging yang berdiri sejak tahun 2002 dengan No izin usaha

Lebih terperinci

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN Latar Belakang dan Pemasalahan Produksi unggas: bergizi dan harganya terjangkau Industri perunggasan: lapangan kerja dan sumber pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN SPDT12-TRK Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan 1. Rumah tangga pertanian yang menjadi responden harus memiliki anggota

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm 60 cm 1 TIPE KANDANG ITIK Tipe Kandang Itik Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. Kandang baterai Di kandang baterai, setiap 1 kandang hanya dihuni seekor itik dewasa. Ukuran kandang sekitar 50 cm

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan TINGKAT KERUGIAN PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BAMBANG KUSHARTONO DAN NAM IRIANI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221 Bogor, 16002 RINGKASAN Usaha peternakan ayam mempunyai arti ekonomis yang sangat penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci