II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Menurut Halwani (2005), sebab-sebab yang mendorong perdagangan internasional adalah perbedaan potensi sumber daya alam (natural resources), sumber daya modal (capital resources), sumber daya manusia (human capital) dan kemajuan teknologi antarnegara. Sejumlah keunggulan khusus yang dimiliki oleh masing-masing negara akan dijadikan basis dalam meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan. Eli Hecksher dan Bertil Ohlin dalam teorinya (factor-proportion theory) menekankan adanya saling keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi antarnegara dan perbedaan proporsi dalam penggunaannya untuk memroduksi berbagai macam barang. Teorema Hecksher-Ohlin (H-O theorem) menyatakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang bersamaan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut. Kemudian, Paul Samuelson menelaah sebuah teorema mengenai penyamaan harga faktor (price factor equalization theorem) yang merupakan kelanjutan dari teorema Hecksher-Ohlin. Pada intinya teorema tersebut (H-O-S theorem) menyatakan bahwa perdagangan internasional akan mendorong terjadinya penyamaan harga-harga faktor, baik secara relatif maupun secara absolut, di antara negara-negara yang terlibat di dalamnya. Artinya bahwa perdagangan internasional akan membuat tingkat upah riil tenaga kerja menjadi homogen, demikian pula terjadi pada tingkat hasil (bunga modal), yakni risiko dan produktivitas modal relatif sama, di negara-negara yang terlibat dalam perdagangan (Salvatore 1997). Integrasi ekonomi kawasan melalui pembentukan blok perdagangan bebas regional memiliki implikasi terhadap kesejahteraan negara-negara anggota, yaitu: efek positif berupa kreasi perdagangan (trade creation) dan efek negatif karena

2 12 diversi perdagangan (trade diversion). Perubahan tingkat kesejahteraan tersebut ditentukan oleh seberapa besar terjadinya kreasi dan diversi perdagangan. Apabila kreasi lebih besar dari diversi perdagangan, maka kesejahteraan meningkat dan sebaliknya (Krugman & Obstfeld 2000). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor antar negara mengatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu bagi suatu negara, selisih antara penawaran dan permintaan domestik (excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor. Sementara itu permintaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negara pengimpor (excess demand). Menurut Tambunan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat dari teori penawaran dan permintaan. Dari teori penawaran dan permintaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya kelebihan produksi dalam negeri (penawaran) dengan kelebihan permintaan negara lain. Secara teoritis, suatu negara A akan mengekspor suatu komoditi Z ke negara lain, misal negara B apabila harga domestik negara A (sebelum terjadinya perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik negara B (Gambar 2). Stuktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A terjadi excess supply (kelebihan produksi). Dengan demikian, negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Dilain pihak, di negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Jika negara B berkeinginan untuk membeli komoditi Z dari negara lain yang relatif lebih murah. Kemudian terjadi komunikasi antara negara A dengan negara B, maka akan terjadi

3 13 perdagangan antar keduanya dengah harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Gambar 2 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar internasional akan jika harga internasional lebih rendah dari PB. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi Z sebesar X sedangkan negara B akan mengimpor komoditi Z sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*. S B A X 2 S A S A2 ES P B X P* ES 2 P A ED 2 M D A ED M 2 B D B D B2 O Q A O Q* Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B Sumber: Salvatore (1997) Gambar 3 Kurva perdagangan internasional dan setelah ada trade facilitation Q** Lebih lanjut, secara teoritis trade facilitation sebagai bagian dari kebijakan perdagangan internasional yang bertujuan untuk menurunkan biaya transaksi perdagangan, meningkatkan daya saing dan meningkatkan efisiensi perdagangan akan berimplikasi kepada meningkatnya kemakmuran suatu negara. Secara teoritis pengaruh trade facilitation terhadap perdagangan internasional diperlihatkan oleh Gambar 2 garis hijau. Di negara eksportir (negara A), trade facilitation akan O Q B

4 14 menyebabkan supply suatu negara akan semakin meningkat (S A2 ) dari sebelumnya (S A ) dengan harga yang relatif tetap, hal ini dikarenakan pergerakan arus barang ekspor yang semakin baik. Di lain pihak di negara importir, penentuan kebijakan trade facilitation yang tepat akan menyebabkan membaiknya arus barang impor sehingga membuat demand suatu negara akan meningkat (D B2 ) dengan harga yang relatif tetap atau dapat lebih rendah dari sebelumnya. Peningkatan supply di negara pengekspor dan demand di negara pengimpor yang saling berdagang, maka akan terbentuk kurva ES dan ED yang baru yaitu ES 2 dan ED 2 dengan harga yang terjadi di pasar internasional relatif sama dengan harga sebelumnya bahkan bisa lebih rendah. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi Z yang lebih besar dari sebelumnya yaitu sebesar X 2 sedangkan negara B akan mengimpor komoditi Z yang juga lebih besar yakni sebesar M 2, dimana di pasar internasional sebesar X 2 sama dengan M 2 yaitu Q**. Peningkatan arus barang dalam perdagangan menunjukkan peningkatan kemakmuran baik dari negara pengekspor maupun dari negara pengimpor yang saling berdagang. Besarnya dampak akibat peningkatan kurva supply di negara pengekspor (negara A) dan peningkatan kurva demand di negara pengimpor (negara B) akibat peningkatan trade facilitation tergantung dari elastisitas kurva supply dan demand di masing-masing negara. Peningkatan trade facilitation terhadap kurva supply yang lebih elastis di negara pengekspor akan meningkatkan ekspor yang lebih besar. Sementara peningkatan trade facilitation terhadap kurva demand yang lebih elastis di negara pengimpor akan meningkatkan impor yang lebih besar. Pada sektor pertanian kemiringan kurva supply maupun demand lebih inelastis, hal ini mengakibatkan ekspor sektor pertanian akan lebih sedikit ke negara pengimpor yang memiliki kurva demand yang lebih inelastis, sehingga dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk ekspor sektor pertanian ke negara pengimpor. Di lain pihak, sektor manufaktur memiliki kurva supply dan demand yang lebih elastis, sehingga ekspor manufaktur akan lebih banyak ke negara pengimpor yang memiliki kurva demand yang lebih elastis. Dari sisi negara pengekspor Peningkatan dalam kebijakan trade facilitation, dilihat dari sisi negara pengekspor akan meningkatkan penawaran

5 15 dengan harga suatu komoditi yang sama bahkan lebih murah sehingga akan meningkatkan surplus perdagangan. Dari sisi negara pengimpor, peningkatan trade facilitation akan meningkatkan permintaan barang impor disebabkan harga barang yang lebih murah, di sisi lain peningkatan permintaan impor akan memotivasi para produsen di suatu negara untuk lebih efisien untuk meningkatkan daya saing produknya. 2.2 Integrasi Ekonomi Kegiatan ekonomi internasional memiliki kecenderungan untuk membentuk organisasi perdagangan multinasional. Organisasi ini dibentuk dari kumpulan negara berdekatan yang mempunyai kebijakan perdagangan bersama untuk menghadapi negara lain dalam bidang tarif dan akses pasar. Alasan umum pembentukan grup ini adalah menjamin pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat bagi Negara anggota. Contoh organisasi yang terkenal sekarang antara lain European Union (EU) dan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Pengaruh keberadaan dan pertumbuhan organisasi multinasional ini secara tidak langsung bagi negara peserta adalah untuk menjaga persaingan secara global. Secara luas, pengelompokan regional dibentuk sebagai usaha pemerintah untuk meningkatkan integrasi ekonomi global. Organisasi ini terdiri dari berbagai bentuk, tergantung tingkat kerjasamanya yang mengarah ke tingkat integrasi yang berbeda antara negara peserta. Ada lima tingkat kerja sama formal antar negara anggota kelompok regional, yaitu Free Trade Area (FTA), Custom Union, Common Market, Monetary Union, dan Political Union (Kotabe & Helsen 2001). Free Trade Are (FTA) adalah bentuk awal dari integrasi ekonomi, merupakan kerjasama formal antara dua atau lebih negara untuk mengurangi hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota. Akan tetapi masing-masing negara anggota bebas menentukan tingkat tarif individu dengan negara yang bukan anggota. FTA adalah salah satu bentuk reaksi adanya globalisasi dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan berbagai hambatan dalam kegiatan perdagangan baik hambatan tarif (tariff-barrier) maupun hambatan non

6 16 tarif (non-tariff barier). FTA atau Free Trade Area adalah suatu bentuk kerjasama ekonomi regional yang memperdagangkan produk-produk orisinal negara-negara anggotanya yang tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk. Dengan kata lain, internal tariff antara negara anggota menjadi 0 persen, sedangkan masingmasing negara memiliki external tariff sendiri-sendiri. Contohnya AFTA (Asean Free Trade Area) yang diawali dengan CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1993 serta ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) yang telah diberlakukan 1 Januari Dampak dibukanya perdagangan bebas tidak hanya akan dirasakan oleh ekonomi negara-negara anggota, namun juga akan dirasakan oleh perekonomian dunia secara keseluruhan. Dampak diliberalisasikannya perdagangan tersebut secara keseluruhan mengakibatkan kesejahteraan dunia menurun. Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan internasional seharusnya akan meningkatkan kesejahteraan negara-negara yang melakukan perdagangan bebas, karena melalui perdagangan bebas akan terjadi peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya domestik dan akses pasar ke negara lain (Stephenson 1994). Namun demikian, secara umum terdapat beberapa variabel ekonomi dunia yang meningkat seperti investasi global barang-barang kapital, volume perdagangan dunia, dan indeks harga perdagangan dunia. Peningkatan arus perdagangan sebagai akibat dibukanya tarif seluas-luasnya mengakibatkan peningkatan aliran barang-barang kapital untuk investasi volume perdagangan dunia. Peningkatan investasi global ternyata diikuti dengan tingkat pengembalian kapital yang negatif sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dunia. Custom Union. Anggota Custom Union tidak hanya mampu mengurangi atau menghilangkan tarif antara anggota, tapi juga mereka mempunyai tarif eksternal bersama terhadap negara yang bukan anggota Custom Union. Hal ini mencegah negara yang bukan anggota mengekspor ke negara anggota yang mempunyai tarif eksternal rendah. Common Market. Common Market menghilangkan semua tarif dan hambatan lain dalam perdagangan antara anggota, mengadopsi seperangkat tarif

7 17 eksternal bersama pada negara bukan anggota, dan menghilangkan batasanbatasan pada aliran modal dan tenaga kerja antar negara anggota. Monetary Union. Monetary Union berada pada level integrasi keempat dengan satu mata uang bersama antar negara. Contohnya Negara anggota European Union menggunakan mata uang. Tingkat integrasi ini juga disebut Economic Union karena juga melakukan harmonisasi kebijakan ekonomi negara anggota, seperti pajak, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal (Wild, Wild dan Han, 2000). Political Union. Political Union merupakan kerjasama tertinggi dari proses integrasi. Political Union dapat menjadi nama lain dari sebuah negara ketika union secara sungguh-sungguh mencapai tingkat integrasi. Terkadang, negara-negara yang berkumpul dalam Political Union antara lain adalah karena alasan sejarah, seperti British Commonwealth yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian oleh British Empire. Namun ketika British bergabung dengan European Union, perlakuan istimewa ini hilang. Sekarang kelompok ini hanya sebagai forum untuk diskusi dan ikatan sejarah yang sama (Firdaus AH 2011). 2.3 Trade Facilitation Definisi Trade Facilitation Trade facilitation, menurut definisi yang digunakan oleh WTO adalah: penyederhanaan dan harmonisasi dari prosedur perdagangan internasional, termasuk, praktek kegiatan dan formalitas yang terlibat dalam mengumpulkan, presentasi, komunikasi dan pengolahan data dan informasi lainnya yang diperlukan untuk pergerakan barang dalam perdagangan internasional (Dee & Findlay 2006). Dalam pengertian sempit, usaha-usaha trade facilitation menunjukkan logistik perpindahan barang-barang melalui pelabuhan atau yang lebih efisien melalui perpindahan dokumentasi yang dihubungkan dengan perdagangan antar negara. Pada tahun-tahun belakangan ini, definisi telah diperluas yang mencakup lingkungan dimana didalamnya terdapat transaksi perdagangan, transparansi dan profesionalisme bea cukai dan lingkungan pengaturan sebagaimana harmonisasi

8 18 dari standarisasi dan dikonversikan terhadap peraturan internasional atau peraturan regional. Perpindahan ini difokuskan pada usaha trade facilitation dalam batas pada kebijakan domestik dan struktur institusional dimana pembangunan kapasitas dapat memainkan peranan penting. Sebagai tambahan, integrasi yang cepat dari jaringan teknologi informasi ke dalam perdagangan yang berarti bahwa definisi modern dari trade facilitation memerlukan cakupan konsep teknologi yang baik. Dalam menerangkan perluasan definisi trade facilitation, definisi trade facilitation memasukkan secara relatif elemen batas yang konkrit seperti efisiensi pelabuhan dan administrasi bea cukai, dan elemen di dalam batas seperti lingkup kebijakan domestik dan infrastruktur yang memungkinkan pelaksanaan e-bisnis (Wilson et al 2003). Dalam publikasi United Nations tahun 2002 yang berjudul Trade Facilitation Handbook For the Greater Mekong Subregion trade facilitation didefinisikan lebih komprehesif yaitu "pipa perdagangan internasional" dan berfokus pada implementasi yang efisien dari aturan perdagangan dan regulasi. Dalam arti yang sempit, trade facilitation dapat didefinisikan sebagai rasionalisasi sistematis prosedur dan dokumentasi untuk perdagangan internasional. Dalam arti yang lebih luas, namun mencakup semua langkahlangkah regulasi yang mempengaruhi aliran impor dan ekspor, termasuk, namun tidak terbatas pada: a. Pengawasan bea cukai dalam melakukan langkah-langkah untuk memperoleh kepatuhan hukum bea cukai dan regulasi. b. Peraturan teknis untuk memastikan bahwa barang memenuhi standar wajib ditetapkan dalam hukum dan peraturan nasional. c. Inspeksi hewan dan produk hewan dan inspeksi fitosanitasi tanaman dan produk tanaman untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit dan melindungi hewan dan kehidupan manusia. d. Pemeriksaan kualitas kontrol lainnya untuk memastikan bahwa barang tersebut sesuai dengan standar minimum internasional dan standar nasional. Kemudian sistem komunikasi elektronik dan internet dapat memberikan kontribusi secara signifikan pada rasionalisasi prosedur dan dokumentasi, trade

9 19 facilitation dan juga menjadi semakin terkait dengan isu pengembangan e- commerce. Trade facilitation lebih baik dipahami dalam konteks strategi pembangunan perdagangan secara keseluruhan yang tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperluas arus perdagangan yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan ekonomi suatu negara. Tujuan utama dari trade facilitation adalah adalah untuk meminimalkan biaya transaksi dan kompleksitas perdagangan internasional dalam bisnis, dengan tetap menjaga tingkat efisiensi dan efektifitas dalam kontrol pemerintah. Trade facilitation tidak hanya keuntungan dari perdagangan. Penelitian yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa keuntungan dari perampingan prosedur perdagangan dapat melebihi keuntungan dari liberalisasi perdagangan (misalnya, pengurangan tarif). Kemampuan negara-negara untuk mengirimkan barang-barang dan jasajasa yang tepat waktu pada kemungkinan biaya terendah adalah faktor kunci dari integrasi ke dalam ekonomi dunia. Dengan penghapusan hambatan perdagangan dan ekspansi dalam volume perdagangan, kebijakan yang menghilangkan hambatan non-tarif dan mempercepat pergerakan barang-barang dan jasa melewati batas wilayah seperti trade facilitation yang mengedepankan agenda perdagangan. Definisi trade facilitation tidak henti-hentinya dikembangkan. Trade facilitation hendak membuat prosedur perdagangan seefisien mungkin melalui penyederhanaan dan harmonisasi dokumentasi, prosedur, dan arus informasi (Roy & Bagai 2004). Sementara kelebihan dari trade facilitation merupakan masalah yang penting baik negara sedang berkembang dan negara maju karena dapat berkontribusi pada: a. Pertumbuhan Ekspor b. Meningkatkan Daya Saing c. Meningkatkan Foreign Direct Investmen (FDI) d. Meningkatkan jumlah perusahaan ukuran kecil dan menengah dalam perdagangan internasional.

10 Trade Facilitation dan Strategi Pembangunan Perdagangan Trade facilitation lebih baik dipahami dalam konteks strategi pembangunan perdagangan secara keseluruhan yang tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperluas arus perdagangan yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan ekonomi suatu negara. Trade Development Strategy Trade facilitation Infrastruktur Development Trade Promotion Trade Relations Management Sumber: United Nations (2002) Gambar 3 Trade development strategy Memang, trade facilitation dapat dilihat sebagai salah satu dari empat komponen strategi pembangunan perdagangan yang komprehensif. Empat komponen tersebut antara lain: 1. Trade Facilitation Trade facilitation memberikan kontribusi kepada strategi pembangunan perdagangan secara keseluruhan dengan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur perdagangan dan melengkapi upaya promosi perdagangan dengan meningkatkan citra negara sebagai pusat perdagangan yang efisien. Hal ini juga memfasilitasi pembangunan dan pengelolaan hubungan perdagangan dengan membuat perdagangan peraturan dan prosedur yang lebih transparan dan konsisten dengan konvensi internasional dan standar. 2. Infrastruktur Development Pembangunan infrastruktur diperlukan untuk memungkinkan penanganan yang lebih besar volume perdagangan dan meningkatkan diversifikasi barang yang diperdagangkan dan jasa. Ini mencakup penyediaan utilitas dasar seperti listrik dan air, tetapi juga pengembangan pergudangan, transportasi, pengiriman dan infrastruktur teknologi informasi, dan mengatur badan-badan administratif terkait dan sistem.

11 21 3. Trade Promotion Trade Promotion terdiri dari program dan kegiatan untuk mempromosikan dan mengembangkan perdagangan dengan negara lain. Ini termasuk langkahlangkah yang akan membantu dalam membangun dan meningkatkan suatu negara atau partisipasi perusahaan dalam pameran dagang, misi dagang dan kampanye publisitas, serta memberikan informasi dan saran pada prospek pasar luar negeri, kontak dan akses. Secara khusus, melibatkan bagaimana sebuah negara membantu para eksportir untuk memasuki dan memperluas ke pasar luar negeri dan bagaimana membuat produk-produknya yang kompetitif. 4. Trade Relations Management Hubungan perdagangan internasional melibatkan pengembangan hubungan perdagangan baik dengan negara lain untuk melindungi kepentingan perdagangan suatu negara dan untuk menjamin akses pasar untuk produk dan layanan. Ini juga mencakup isu-isu tentang cara menanggapi pembatasan yang diberikan pada produk oleh negara pengimpor. Hubungan perdagangan biasanya dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu: a. Hubungan Bilateral, misal: hubungan antar dua negara b. Hubungan Regional, misal: perjanjian perdagangan regional, ASEAN FTA (AFTA) c. Hubungan Multilateral, misal: WTO 2.4 Faktor-Faktor Penunjang Arus Perdagangan Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) Gross Domestic Product (GDP) suatu negara adalah ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. Kapasitas perekonomian suatu negara terbuka dapat diketahui berdasarkan kurva batas kemungkinan produksinya. Batas kemungkinan produksi adalah sebuah kurva yang memperlihatkan berbagai alternatif kombinasi dua komoditi yang dapat diproduksi oleh sebuah negara dengan menggunakan semua sumberdayanya dengan teknologi terbaik yang dimilikinya. Jika diasumsikan negara memproduksi komoditi ekspor X, apabila terjadi kenaikan GDP, maka suatu negara akan menambah kapasitas negara untuk

12 22 memproduksi komoditi X untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Besar perubahan GDP yang terjadi menggambarkan pertambahan produksi domestik suatu negara. Adanya peningkatan GDP dan asumsi konsumsi masyarakat sama, maka negara akan mengekspor komoditi X menjadi lebih banyak dari sebelumnya Tarif Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yakni tarif impor (import tariff) dan tarif ekspor (expor tariff). Tarif impor adalah pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. Sedangkan tarif ekspor adalah pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberapa jenis tarif, yaitu tarif spesifik, tarif ad valorem, dan tarif campuran. Tarif spesifik (specific tariff) dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor (misalnya pungutan 3 dolar untuk setiap barel minyak). Tarif ad valorem (ad valorem tariff) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya suatu negara memungut tarif 25 persen atas nilai atau harga dari setiap unit mobil yang diimpor). Sedangkan tarif campuran (compound tariff) adalah gabungan dari keduanya (Salvatore 1997) Jarak Antara Negara Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah salah satu faktor penghambat perdagangan internasional. Jarak meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa internasional. Semakin jauh terpisah suatu negara dengan yang lain semakin besar pula biaya transportasi pada perdagangan diantara keduanya. Dengan adanya biaya transportasi keuntungan yang diterima oleh suatu negara dari perdagangan internasional semakin kecil. (Krugman 2003) mempertimbangkan jarak kedua negara sebagai determinan penting untuk pola perdagangan geografis.

13 Faktor-Faktor Penunjang Arus Perdagangan yang Berkaitan dengan Trade Facilitation Efisiensi Pelabuhan dan Infrastruktur Efisiensi pelabuhan merupakan salah satu faktor penting dari pengukuran trade facilitation, efisiensi ini biasanya berjalan beriringan dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan dimana dengan pembangunan infrastruktur memungkinkan penanganan volume perdagangan yang lebih besar dan meningkatkan diversifikasi barang yang diperdagangkan. Ini mencakup penyediaan utilitas dasar seperti listrik dan air, tetapi juga pengembangan pergudangan, transportasi, pengiriman dan infrastruktur teknologi informasi, dan mengatur badan-badan administratif terkait dan sistem. Dalam penellitian ini Efisiensi pelabuhan yang berhubungan dengan infrastruktur diproksi dengan variabel kualitas pelabuhan, hal juga dilakukan oleh Wilson et al (2005). Menurut Wilson et al (2003) menunjukkan bahwa perbaikan dalam efisiensi pelabuhan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perdagangan dan diikuti oleh perbaikan bea cukai dan pelaksanaan e-commerce dalam lingkungan bisnis pelabuhan dan bandara Efisien Prosedur Kepabeanan Efisien Prosedur Kepabeanan merupakan gambaran dari kinerja kepabeanan setiap negara. Pada dimensi trade facilitation efisiensi prosedur kepabeanan berada dalam lingkup custom environment. Dalam penelitian Portugal dan Wilson (2009), dijelaskan bahwa prosedur kepabeanan dalam konteks yang luas, bea cukai bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan perdagangan di perbatasan suatu negara. Ini melibatkan, misalnya, penetapan tarif yang sesuai, verifikasi barang impor dengan persyaratan peraturan di suatu negara dan internasional, dan mencegah barang impor yang dilarang atau tidak aman. Dalam penelitian Wilson et al (2005) custom environment memberikan dampak yang baik terhadap arus perdagangan di berbagai kawasan ekonomi Biaya Administrasi Impor Dalam penelitian ini biaya administrasi impor yang digunakan mencakup biaya yang dikenakan pada kontainer 20-kaki dalam dolar AS. Semua biaya yang

14 24 terkait dengan menyelesaikan prosedur untuk mengekspor atau mengimpor barang disertakan. Ini termasuk biaya untuk dokumen, biaya administrasi untuk bea cukai dan pengawasan teknis, biaya broker pabean, biaya terminal handling dan transportasi darat. Ukuran biaya tidak termasuk pajak atau pajak perdagangan. Disini hanya biaya resmi yang dicatat. Biaya administrasi impor menurut penelitian Anderson dan Wincoop (2003) termasuk ke dalam biaya perdagangan internasional. Mengurangi biaya perdagangan akan memiliki implikasi kesejahteraan yang besar. Karena kebijakan biaya perdagangan bernilai lebih dari 10% pendapatan nasional suatu negara. Biaya administrasi impor juga digunakan dalam penelitian Martines dan Marques (2008). 2.6 Gravity Model Model gravitasi adalah salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara. Model ini disebut gravity model, karena menggunakan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing- masing. Dalam bentuknya yang paling umum, konsep gravitasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Baldwin & Taglioni 2006). dimana : Iij Ai, Aj dij I ij = k A i a A j b c d (2.1) ij = Taksiran tingkat interaksi antara wilayah i dengan j = Besarnya daya tarik wilayah i dan j = Ukuran jarak antar wilayah i dan j k = Konstanta a, b, c = Parameter Dugaan

15 25 Interaksi antara i dan j (Iij) mencerminkan nilai dari aliran perdagangan suatu komoditas dari wilayah i ke wilayah j. Aliran perdagangan tersebut tidak hanya terbatas pada aliran perdagangan yang terjadi di tingkat negara tetapi juga meliputi arus perdagangan di wilayah bawahnya (propinsi/kabupaten). Di tingkat negara, penerapan model gravitasi tidak hanya diterapkan pada aliran perdagangan antar dua negara melainkan juga dapat diterapkan lebih dari dua negara, misalnya aliran perdagangan antar negara ASEAN, APEC, dan EROPA UNION. Umumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur besarnya daya tarik wilayah i dan j (A) adalah jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), nilai tukar, harga relatif komoditas yang diperdagangkan, dan lain-lain. Sedangkan variabel jarak (dij) dapat diukur melalui pendekatan biaya transportasi. Kemudian Beers (2000), memperlihatkan standar gravity model dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut : Log Xij = β0 + β1logyi + β2logyj + β3logni + β4lognj + β5logdij + β6logpij + uij (2.2) dimana : Xij Yi Yj Ni Nj Dij Pij uij : Komoditi aliran perdagangan bilateral dari negara i ke negara j : GDP negara i : GDP negara j : Populasi negara i : Populasi negara j : Jarak antara negara i dan j : Dummy : standar error Model di atas menggambarkan pola normal atau sistematik dari perdagangan dunia yang digambarkan oleh determinan natural dari volume perdagangan seperti Yi, Yj, Ni, Nj, dan Dij. Variabel dummy integrasi ekonomi diperkenalkan untuk menjelaskan deviasi dari pola perdagangan ini pada faktor

16 26 preferensial perdagangan. Variabel jarak bilateral dipakai untuk setiap aliran perdagangan bilateral. Spesifikasi model mengasumsikan bahwa rintangan hubungan jarak pada perdagangan menyebabkan timbulnya hambatan yang sama per unit jarak pada perdagangan dalam setiap arah. Anderson (1979), memperoleh persamaan gravity secara bersama-sama dengan memasukkan fungsi jarak bilateral ke dalam persamaan yang menunjukkan bahwa aliran dari i ke j tergantung pada jarak ekonomi dari i ke j relatif terhadap rata-rata terbobot perdagangan pada jarak ekonomi dari i ke semua titik dalam sistem. Modifikasi gravity model mengingatkan akan jarak bilateral relatif terhadap rata-rata terbobot dari jarak pengimpor ke semua para supplier yang potensial. Jika jarak bilateral tinggi dibandingkan dengan jarak rata-rata ke semua pengekspor potensial, pengimpor dilokasikan secara relatif kurang baik dan oleh sebab itu perdagangan bilateral menjadi menurun. Apabila pengimpor j dilokasikan secara relatif kurang baik, misalnya jarak efektif yang tinggi sebagai spesifikasi dalam persamaan di atas, hal tersebut masih menyisakan kemungkinan bahwa lokasi tersebut secara relatif menguntungkan dari perspektif pengekspor karena secara relatif akhirnya lokasi yang kurang baik menyebabkan tingginya rata-rata jarak untuk semua demanders potensial. Aliran perdagangan bilateral akan berpengaruh positif karena dampak spesifik tersebut (Beers 2000). 2.7 Metode Regresi Data Panel Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk melihat dampak trade facilitation terhadap arus perdagangan internasional maupun bilateral menggunakan beberapa metode analisis. Wilson et al (2003), Wilson et al (2005), dan; Shepherd dan Wilson (2008) menggunakan regresi data panel gravity. Walkenhorst dan Yasui (2003) serta Kim dan Park (2006) menggunakan model GTAP. Disesuaikan dengan kondisi data yang digunkan, maka metode regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan model gravitasi. Baltagi (2005) mengungkapkan beberapa keunggulan dalam penggunaan metode data panel sebagai berikut:

17 27 1) Mampu mengontrol heterogenitas individu karena estimasi dapat dilakukan secara eksplisit dengan memasukkan unsur heterogenitas individu. 2) Mampu memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah, meningkatkan derajat bebas dan lebih efisien. 3) Sangat baik digunakan dalam studi yang bersifat dynamics of adjustment, sehingga sangat sesuai untuk mengukur perubahan dinamis karena berkaitan dengan observasi cross section yang terjadi berulang. 4) Sangat baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak mampu dideteksi dalam data cross section saja atau data time series saja. 5) Dapat digunakan untuk mengkonstruksi dan menguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan dengan data cross section atau data time series. Penggunaan metode data panel juga memiliki beberapa keterbatasan terutama jika pengumpulan data menggunakan metode survei. Beberapa keterbatasanmya adalah: 1) Permasalahan dalam desain survei panel, pengumpulan dan manajemen data akibat besarnya unit observasi dalam data panel. Permasalahan tersebut terkait dengan cakupan (coverage), nonresponse, kemampuan daya ingat responden (recall), frekuensi dan waktu wawancara. 2) Distorsi kesalahan dalam pengamatan (measurement errors). Kesalahan dalam pengukuran umumnya terjadi karena respon yang tidak sesuai, pertanyaan yang tidak jelas, ketidaktepatan informasi, dan sebagainya. 3) Permasalahan selektivitas (selectivity) yang mencakup: a. Self-selectivity: permasalahan karena data yang dikumpulkan untuk penelitian tidak sepenuhnya dapat menangkap fenomena yang ada. b. Non-response: permasalahan yang muncul dalam panel data ketika ada ketidaklengkapan jawaban yang diberikan oleh responden. c. Attrition: jumlah responden yang cenderung berkurang pada putaran survei berikutnya yang biasanya terjadi karena responden pindah, meninggal dunia atau biaya menemukan responden yang terlalu tinggi 4) Dimensi waktu (time series) yang pendek. Jenis panel mikro biasanya mencakup data tahunan yang relatif pendek untuk setiap individu.

18 28 5) Cross-section dependence. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan contoh, data panel yang sifatnya makro dengan unit observasi negara dan saling memiliki ketergantungan antara negara yang satu dengan negara lainnya. Jika series mencakup waktu yang panjang maka akan mengabaikan crosscountry dependence sehingga menyebabkan penarikan kesimpulan yang salah (misleading inference). 2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu Wilson et al (2003) menganalisis hubungan antara trade facilitation, arus perdagangan dan GDP per kapita untuk sektor barang-barang di negara APEC dengan menggunakan empat indikator dari trade facilitation, yaitu efisiensi pelabuhan, custom environment, regulasi, dan e-bisnis. Penelitiannya menunjukkan bahwa perbaikan dalam efisiensi pelabuhan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perdagangan dan diikuti oleh perbaikan bea cukai dan pelaksanaan e-bisnis. Sedangkan indikator regulasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap perdagangan manufaktur APEC. Manfaat dari perbaikan trade facilitation akan meningkatkan perdagangan intra- APEC sebesar $254 milyar dan GDP per kapita sebesar 4,3 persen. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Wilson et al (2005) dalam penelitiannya juga menggunakan gravity model untuk mengestimasi hubungan antara trade facilitation dan arus perdagangan pada barang-barang manufaktur selama di 75 negara. Mereka menggunakan empat indikator dalam trade facilitation, yaitu efisisensi perdagangan, bea cukai, regulasi, dan jasa sektor infrastruktur. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa perbaikan dalam trade facilitation meningkatkan ekspor dan impor di setiap negara dan dunia. Hasil lain menunjukkan bahwa total keuntungan dalam arus perdagangan pada barang-barang manufaktur dari perbaikan trade facilitation adalah $377 milyar. Penelitian Walkenhorst dan Yasui (2003) menganalisis dampak biaya transaksi perdagangan terhadap manfaat perdagangan dunia dengan menggunakan analisis GTAP. Dari hasil penelitian memperkirakan bahwa pengurangan satu persen biaya transaksi perdagangan untuk perdagangan barang akan membawa keuntungan tahunan sekitar Rp 40 miliar di seluruh dunia. Sebagian besar

19 29 keuntungan akan menguntungkan negara-negara berkembang secara relatif dan tidak ada yang dirugikan. Hasil estimasi juga menunjukkan share perdagangan terhadap GDP akan meningkat lebih baik pada kawasan Timur Tengah & Afrika Utara yaitu sebesar 0,27 persen, Non-OECD Asia Pasifik sebesar 0,25 persen, OECD Eropa sebesar 0,19 persen dan Sub-Sahara Afrika sebesar 0,18 persen. Penelitian Shepherd dan Wilson (2008), pada penelitian ini menunjukkan bahwa impor dan ekspor dengan biaya bervariasi di negara-negara anggota, mulai dari sangat rendah ke tingkat yang cukup tinggi. Tarif dan hambatan non-tarif pada umumnya rendah sampai sedang. Kualitas Infrastruktur dan layanan berbagai sektor memiliki daya saing dari tingkatan adil (fair) sampai tingkatan sangat baik (excelent). Menggunakan model gravitasi standar, penulis menemukan bahwa arus perdagangan di Asia Tenggara sangat sensitif (particulary sensitive) untuk infrastruktur transportasi dan teknologi informasi serta komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi wilayah berada membuat keuntungan ekonomi yang signifikan dari reformasi perdagangan fasilitasi. Keuntungan ini bisa jauh lebih besar daripada yang dari reformasi tarif sebanding (comparable tariff reforms). Diperkirakan bahwa meningkatkan fasilitas pelabuhan di kawasan itu, misalnya, bisa memperluas perdagangan hingga 7,5 persen atau 22 miliar US$. Para penulis menafsirkan ini sebagai indikasi dari peran penting infrastruktur transportasi dapat berguna dalam meningkatkan perdagangan intra-regional. Kemudian penelitian Martinez dan Marquez (2008) menganalisis pengaruh trade facilitation terhadap arus perdagangan di tingkat sektoral. Data yang digunakan adalah prosedur dalam melakukan ekspor dan impor barang dengan fokus penelitian pada jumlah dokumen dan waktu yang dibutuhkan (clearence time) dalam menyelesaikan administrasi prosedur ekspor dan impor. Menggunakan model gravitasi dengan penduga OLS, PPML dan model Havey, pada 13 negara ekportir dan 167 negara importir. Penelitian ini menunjukkan arus perdagangan akan meningkat dengan menurunkan biaya transportasi dan menurunkan hari yang dibutuhkan untuk berdagang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan trade facilitation tidak hanya memberikan

20 30 manfaat kepada negara yang sedang berdagang atau satu negara saja, tapi juga kepada negara tujuan yang berdagang. Sementara pada penelitian ini juga membandingkan dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang mengkaji tentang dampak trade facilitation terhadap arus perdagangan dan peranannya bagi perkembangan negara-negara yang diobservasi. Bedanya penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokus penelitian yaitu mengakaji pada kerjasama yang lebih luas pada kawasan ASEAN, yaitu pada ASEAN+3 dimana perluasan ini akan memberikan dampak yang berbeda dan lebih besar terhadap perekonomian negara-negara ASEAN+3. Pada penelitian ini menggunakan model panel gravity yang menganalisis dampak trade facilitation terhadap arus perdagangan di negara-negara ASEAN Kerangka Pemikiran Kerjasama ASEAN+3 FTA yang ditandatangani pada bulan Oktober 2009, akan berimplikasi pada arus perdagangan di ASEAN+3 FTA. Implementasi ASEAN+3 FTA memberikan dampak yang terbatas terhadap arus perdagangan bilateral antar negara anggota. Sehingga menyebabkan perubahan pada nilai perdagangan antar negara anggota. Dalam merespon dampak yang terbatas tersebut maka diperkenalkan pengukuran trade facilitation. Dimana dengan adanya pengukuran trade facilitation ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada perekonomian masing-masing negara dalam rangka meningkatkan volume perdagangan diantara negara anggota ASEAN+3 FTA. Pemodelan yang dibangun disesuaikan dengan fenomena dan ketersediaan data yang ada, dengan batasan penelitian sebagai berikut:

21 31 Kerjasama ASEAN+3 Trade Development Strategy Trade facilitation Infrastruktur Development Trade Promotion Trade Relations Management Trade facilitation Model Panel Gravity GDP riil per kapita negara eksportir GDP riil per kapita negara importir Jarak Tarif Nilai Tukar Riil Keterangan: Kualitas Pelabuhan Efisiensi Prosedur Kepabeanan Biaya Impor : tidak dibahas dalam Penelitian Perdagangan Multilateral Intra ASEAN+3 Implikasi Kebijakan Gambar 4 Kerangka pemikiran 2.10 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. GDP per kapita suatu negara berhubungan positif dengan arus perdagangan. Peningkatan GDP per kapita suatu negara dengan lawan dagangnya menyebabkan perdagangan bilateral diantara keduanya akan meningkat. 2. Kualitas pelabuhan dan efisiensi prosedur kepabeanan memiliki hubungan yang positif terhadap arus perdagangan. 3. Biaya administrasi yang diperlukan dalam impor memiliki hubungan yang negartif terhadap arus perdagangan. 4. Jarak dan tarif berhubungan negatif terhadap arus perdagangan.

22 32 5. Depresiasi nilai tukar berpengaruh positif terhadap arus perdagangan impor. Artinya, makin terdepresiasi nilai tukar riil maka volume impor akan meningkat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional menurut Heckscher-Ohlin merupakan model analisis perdagangan antara dua negara yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi 329 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP ARUS PERDAGANGAN SEKTOR MANUFAKTUR DI KAWASAN ASEAN+6 DIAN PERTIWI WARDANI

DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP ARUS PERDAGANGAN SEKTOR MANUFAKTUR DI KAWASAN ASEAN+6 DIAN PERTIWI WARDANI DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP ARUS PERDAGANGAN SEKTOR MANUFAKTUR DI KAWASAN ASEAN+6 DIAN PERTIWI WARDANI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Liberalisasi Perdagangan Definisi mengenai liberalisasi perdagangan salah satunya dikemukakan oleh Madeley dan Solagral (2001) yang menyebutkan bahwa liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Salvatore (1997) perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional

Lebih terperinci

BAB IV. MODEL GRAVITASI, METODOLOGI PENELITIAN DAN SUMBER DATA

BAB IV. MODEL GRAVITASI, METODOLOGI PENELITIAN DAN SUMBER DATA BAB IV. MODEL GRAVITASI, METODOLOGI PENELITIAN DAN SUMBER DATA IV.1 Model Gravitasi dalam Model Perdagangan Internaional Model gravitasi pertama kali dikembangkan oleh Newton (1687) untuk menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil estimasi model gravity untuk persamaan perdagangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir

Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir Laporan Akhir 2010 Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi bilateral maupun multilateral, di mana sebuah negara mengekspor (menjual) barang dan jasa ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

INTERNASIONALISASI : TEORI DAN PERKEMBANGAN. PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KEDUA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV.

INTERNASIONALISASI : TEORI DAN PERKEMBANGAN. PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KEDUA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. INTERNASIONALISASI : TEORI DAN PERKEMBANGAN PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KEDUA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN TEORI POKOK PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia khususnya yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian terbuka dalam arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh sebuah

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci