ANALISA INDIKATOR KINERJA PADA URUSAN PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN, UMKM, DAN PERTANIAN Analisa Sumberdaya Instansi Pemerintahan (SKPD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA INDIKATOR KINERJA PADA URUSAN PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN, UMKM, DAN PERTANIAN Analisa Sumberdaya Instansi Pemerintahan (SKPD)"

Transkripsi

1 ANALISA INDIKATOR KINERJA PADA URUSAN PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN, UMKM, DAN PERTANIAN 4.1. Analisa Sumberdaya Instansi Pemerintahan (SKPD) Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tersusunnya suatu perencanaan pembangunan daerah secara baik adalah sumberdaya di lingkungan pemerintahan daerah. Berdasarkan Renstra (Rencana Strategi) di masing-masing instansi/satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pemerintah Kota Bogor diakui bahwa masih adanya keterbatasan sumberdaya pemerintahan baik dari aspek kompetensi sumberdaya manusia maupun dari aspek keuangan (anggaran), termasuk adanya inefisiensi alokasi sumberdaya. Secara garis besar, keterbatasan sumberdaya dalam penyelenggaraan urusan pilihan (perdagangan, perindustrian, UMKM,dan pertanian) pemerintahan dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Analisa Sumberdaya di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Koperasi dan UMKM, dan Dinas Pertanian Indikator Analisa Deskriptif Alokasi SDM Alokasi jumlah SDM di internal unit kerja pemerintah (SKPD) yang belum memadai. Dalam hal ini, bidang Sekretariat lebih banyak jumlah SDM-nya dibandingkan dengan bidang substantif yang terkait dengan tupoksi dari SKPD bersangkutan. Selain itu, tingginya mutasi pada SDM aparatur. Pendidikan SDM Anggaran Belanja Kompetensi SDM yang belum memadai. Misalnya pada bidang perdagangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Kantor Koperasi dan UMKM yang mana sebagian besar jumlah SDM-nya adalah lulusan Diploma dan SLTA. Penurunan alokasi anggaran belanja bidang perdagangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Ditambah lagi, alokasi anggaran pada bidang Sekretariat lebih besar dibandingkan di bidang Substantif. Misalnya, lebih dari 70 persen anggaran dialokasikan pada bidang Sekretariat, dan sisanya untuk bidang substantif (bidang perdagangan, perindustrian, dan metrologi). 69

2 Analisa sumberdaya pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Koperasi dan UMKM, dan Dinas Pertanian secara detail dijabarkan sebagai berikut ini Sumberdaya Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam sejarahnya, urusan perdagangan dan perindustrian berada dibawah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor yang telah 4 kali melakukan perubahan tentang kelembagaan. Pada tahun 2004 dengan adanya Peraturan Daerah No. 13 tahun 2004 tentang Organisasi Perangkat Daerah, instansi tersebut berganti nama menjadi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Perubahan nama tersebut diikuti dengan digabungkannya beberapa unit kerja pemerintah daerah menjadi satu dinas, yaitu Kantor Koperasi dan UKM, Kantor Pengelolaan Pasar, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang sebelumnya berdiri sendiri. Di tahun 2010, pemerintah Kota Bogor memisahkan kembali ketiga unit kerja tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Bogor, yang mana Dinas Perindustrian dan Perdagangan menjadi terpisah dari unit kerja lainnya. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: Kepala Dinas, Sekretaris, dan 3 (tiga) Kepala Bidang dengan rincian sebagai berikut (Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor , 2011): 1. Sekretaris membawahi : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan; dan Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan. 2. Bidang Perindustrian membawahi: Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan; Seksi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka; Seksi Industri kima. 3. Kepala Bidang Perdagangan membawahi : Seksi Perdagangan Dalam Negeri; Seksi Perdagangan Luar Negeri; dan Seksi Perlindungan Konsumen. 4. Bidang Metrologi membawahi : Seksi Ukur Arus, Panjang, Volume dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT); Seksi Masa dan Timbangan; Seksi Penyuluhan dan Pengawasan Kemetrologian. Secara detail, struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah. 70

3 KEPALA DINAS SEKRETARIAT SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN DAN PELAPORAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG BIDANG BIDANG PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN METROLOGI SEKSI INDUSTRI SEKSI SEKSI UKUR, ARUS,PANJANG, AGRO DAN HASIL PERDAGANGAN VOLUME, DAN BARANG DALAM HUTAN DALAM NEGERI KEADAAN TERBUNGKUS SEKSI INDUSTRI SEKSI LOGAM, MESIN, PERDAGANGAN SEKSI MASSA ELEKTRONIKA DAN LUAR NEGERI DAN TIMBANGAN ANEKA SEKSI INDUSTRI SEKSI PERLINDUNGAN SEKSI PENYULUHAN DAN KIMIA KONSUMEN PENGAWASAN KEMETROLOGIAN Sumber: Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Gambar 12 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Sejalan dengan perubahan kelembagaan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, mempengaruhi perubahan dari aspek jumlah sumberdaya aparatur. Di tahun 2010, Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang masih gabung dengan Kantor Koperasi dan UMKM, memiliki jumlah personil sebanyak 80 orang PNS. Sedangkan di tahun 2011, dengan adanya pemisahan kembali Kantor Koperasi dan UKMK, maka jumlah SDM aparatur di dinas ini menjadi sebanyak 76 orang PNS. Pada Bidang perdagangan, jumlah SDM aparatur di tahun 2011 adalah sebanyak 19 orang PNS atau meningkat sebesar 11,8 persen dibanding tahun 2010, yang jumlah SDM aparaturnya sebanyak 17 orang PNS. Pada bidang perindustrian, jumlah SDM aparatur di tahun 2011 adalah sebanyak 13 orang PNS atau meningkat sebesar 18,2 persen dibandingkan tahun 2010, yang jumlahnya adalah sebanyak 11 orang PNS. Berdasarkan jumlah PNS di Dinas 71

4 Perindustrian dan Perdagangan, bidang kesekretariatan yang berperan dalam administrasi dan manajemen internal organisasi memiliki jumlah SDM aparatur yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah SDM pada bidang substansi (misalnya bidang perdagangan, bidang perindustrian, dan bidang metrologi). Di tahun 2011, jumlah SDM aparatur di bidang Sekretariat adalah berjumlah 27 orang PNS (terdiri dari Sub-Bagian Keuangan sebanyak 8 orang PNS, Sub-Bagian Perencanaan dan Pelaporan sebanyak 3 orang PNS, dan Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian sebanyak 16 orang SDM. Secara detail perkembangan jumlah SDM aparatur pada urusan perdagangan dan perindustrian pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini. Jumlah (Orang) Total Jum lah SDM Bidang Perdagangan Bidang Perindustrian Keterangan: Jumlah SDM aparatur tidak termasuk pegawai kontrak Di tahun , jumlah SDM masih termasuk bidang koperasi dan UMKM Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2011 Gambar 13 Perkembangan Jumlah SDM Aparatur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun

5 Berdasarkan tingkat pendidikan di tahun 2011, jumlah SDM aparatur bidang perdagangan yang merupakan lulusan pendidikan pasca sarjana adalah sebanyak 2 orang PNS atau sebesar 11 persen dari jumlah SDM pada bidang perdagangan, 4 orang PNS lulusan sarjana srata-1, 5 orang PNS lulusan setingkat Diploma III, 7 orang PNS lulusan setingkat SLTA atau sebesar 37 persen, dan 1 orang lulusan setingkat SLTP. Sedangkan di bidang perindustrian, jumlah SDM aparatur yang merupakan lulusan program pendidikan pascaa sarjana adalah sebanyak 3 orang PNS, lulusan sarjana srata-1 sebanyak 4 orang PNS, 1 orang PNS lulusan Diploma III, 4 orang PNS lulusan setingkat SLTA, dan 1 orang lulusan setingkat SLTP (lihat Gambar 14). Keterangan: Jumlah SDM di kedua bidang belum termasuk jumlah tenaga kontrak Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2011 Gambar 14 Jumlah SDM Aparatur Di Bidang Perindustrian dan Perdagangan Menurut Tingkat Pendidikan di Tahun 2011 Perkembangan alokasi anggaran belanja Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengalami penurunan selama periode Di tahun 2011, jumlah anggaran belanja adalah sebanyak Rp 10,8 miliar atau mengalami penurunan sebesar 19,7 persen dibandingkan tahun 2010, yang anggarannya adalah sebesar Rp 13,4 miliar. Salah satu faktor terjadinya penurunan anggaran belanja di dinas ini adalah berkaitan dengan 73

6 adanya pemisahan bidang koperasi, menjadi unit kerja tersendiri dengan nama Kantor Koperasi dan UMKM (lihat Gambar 15) Rupiah Total Anggaran Belanja (Rp) Bidang Perdagangan (Rp) Bidang Perindustrian (Rp) Bidang Sekretariat , , , , , , , ,00 Rupiah , , ,00 - Keterangan: Di tahun , anggaran belanja masih termasuk bidang koperasi dan UMKM Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2011 Gambar 15 Perkembangan Anggaran Belanja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun Anggaran belanja urusan perdagangan di tahun 2011 adalah sebesar Rp 1,1 miliar atau menurun sebesar 31 persen dibandingkan tahun 2010, yang jumlah anggaran belanjanya adalah sebesar Rp 1,5 miliar. Sebaliknya, anggaran belanja untuk urusan perindustrian di tahun 2011 adalah sebesar Rp 725 juta atau meningkat sebesar 14,2 persen dibandingkan tahun Di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, alokasi anggaran belanja untuk bidang Sekretariat lebih besar dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk bidang substantif, yaitu porsinya di atas sebesar 70 persen dari total anggaran belanja di instansi tersebut. 74

7 Sumberdaya Pada Kantor Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Sejak tahun 2011, Urusan UMKM berada dibawah Kantor Koperasi dan UMKM. Sesuai dengan Peraturan Walikota Bogor No. 10 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Tata Kerja dan Uraian Jabatan Struktural di Lingkungan Kantor Koperasi dan UMKM, maka struktur organisasi Kantor Koperasi dan UMKM dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini. Kepala Kantor Kepala Bagian Tata Usaha Kasi Bina Lembaga dan Usaha Koperasi Kasi Bina UMKM & PKL Kasi Fasilitas Permodalan Koperasi dan UMKM Sumber: Renstra Kantor Koperasi dan UMKM Gambar 16 Struktur Organisasi Kantor Koperasi dan UMKM Jumlah SDM aparatur Kantor Koperasi di tahun 2011 adalah sebanyak 23 orang PNS, terdiri dari 8 orang PNS di Bagian Tata Usaha, 6 orang PNS pada Bagian Bina Lembaga dan Usaha Koperasi, 5 orang PNS pada Bagian Bina UMKM dan PKL, dan 3 orang pada Bagian Fasilitas Permodalan Koperasi dan UMKM. Jumlah SDM Aparatur kantor ini lebih banyak pada Bagian Tata Usaha dibandingkan dengan SDM aparatur pada Bagian substansi. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi SDM di internal Kantor Koperasi dan UMKM belum memadai. Pemisahan Kantor Koperasi dan UMKM membawa implikasi pada meningkatnya jumlah pegawai. Misalnya di tahun 2009, jumlah SDM aparatur bidang koperasi dan UMKM pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah sebanyak 15 orang PNS, meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan tahun 2008 yang jumlahnya adalah sebanyak 14 orang. Kemudian, di tahun 2011 dengan terbentuknya Kantor Koperasi dan UMKM jumlah SDM aparatur menjadi meningkat secara signifikan, yaitu sebesar 53,3 persen dibandingkan tahun 2010, yang masih sebanyak 15 orang PNS (lihat Gambar 17). 75

8 orang Jumlah Pegawai PNS (orang) Pertumbuhan (persen) 7,7 0,0 7,1 0,0 53, persen Keterangan: Tahun , jumlah SDM Bidang Koperasi dan UMKM di Dinas Perindagkop Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM, 2011 Gambar 17 Perkembangan Jumlah SDM Aparatur di Kantor Koperasi dan UMKM Kompetensi SDM aparatur Kantor Koperasi dan UMKM diakui masih belum memadai dan penempatan aparatur belum sesuai dengan keahlian (Renstra Kantor Koperasi dan UMKM, 2011:8). Berdasarkan tingkat pendidikan, di tahun 2011 jumlah SDM aparatur yang merupakan lulusan dari program pendidikan Pasca Sarjana adalah sebanyak 3 orang PNS atau sebesar 13 persen dari total SDM aparatur di kantor ini, lulusan Sarjana Strata-1 adalah sebanyak 3 orang PNS, dan sisanya adalah SDM aparatur yang merupakan lulusan pendidikan SLTA, yaitu sebanyak 17 orang PNS atau sebesar 74 persen (lihat Gambar 18). Sarjana S1 13% Sarjana S2 13% SLTA 74% umber: Kantor Koperasi dan UMKM, 2011 Gambar 18 Persentase Jumlah SDM Aparatur Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor Menurut Tingkat Pendidikan di Tahun

9 Konsekuensi lainnya dari adanya pemisahan bidang koperasi dan UMKM yang menjadi Kantor Koperasi dan UMKM di tahun 2011 adalah adanya peningkatan anggaran belanja daerah Kota Bogor di bidang kelembagaan. Di tahun 2010, anggaran belanja Bidang Koperasi dan UMKM di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Diperindagkop) adalah sebesar Rp 700 juta, atau meningkat sebesar 16,7 persen dibandingkan tahun Di tahun 2011, jumlah anggaran belanja untuk Kantor Koperasi dan UMKM menjadi sebesar Rp 1,23 miliar atau meningkat sebesar 75,3 persen dibandingkan tahun 2010 (lihat Gambar 19). Anggaran (Rp) 2,500,000, ,000,000, ,500,000, ,000,000, ,000, Keterangan: Data adalah anggaran belanja Bidang Koperasi dan UMKM di Diperindagkop Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM, Anggaran Belanja (Rp) 1,962,226,000 1,995,172, ,000, ,000, ,227,000,000 Pertumbuhan (persen) Gambar 19 Perkembangan Alokasi Anggaran Belanja Kantor Koperasi dan UMKM Tahun Anggaran (%) Sumberdaya Pada Dinas Pertanian Penyelenggaraan urusan pertanian berada dibawah manajemen Dinas Pertanian Kota Bogor. Dalam rangka menyelenggarakan urusan pertanian, Dinas Pertanian dipimpin oleh seorang kepala dinas, dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris membawahi 3 (tiga) Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, membawahi: Seksi Pengolahan Hasil dan Pemasaran; Seksi Sumberdaya; dan Seksi Produksi. Bidang Peternakan, membawahi Seksi Kesehatan Hewan; Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner; dan Seksi Produksi. Bidang Perikanan, membawahi Seksi Pengolahan dan Mutu Hasil, Seksi Pemasaran dan Kelembagaan Usaha, Seksi Budidaya 77

10 dan Pengembangan. Dan UPTD Rumah Potong Hewan, yang dikelola oleh Sub Bagian Tata Usaha. Selain terdapat kelompok jabatan fungsional yang berfungsi pembinaan dan pemberdayaan terhadap pelaku usaha bidang pertanian/perikanan/ peternakan. Secara umum, struktur organisasi Dinas Pertanian Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah. KEPALA DINAS SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PERENCANAAN KELOMPOK JABATAN KEPALA BIDANG TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KEPALA BIDANG PETERNAKAN KEPALA BIDANG PERIKANAN KASI PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL KASI SUMBERDAYA KASI PRODUKSI KASI KESWAN KASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER KASI PRODUKSI KEPALA UPTD RUMAH POTONG HEWAN (RPH) KASI BINA PENGOLAHAN DAN MUTU HASIL KASI BINA PEMASARAN DAN KELEMBAGAAN USAHA KASI BUDIDAYA DAN PENGEMBANGAN SUB BAGIAN TATA USAHA umber: Renstra Dinas Pertanian Gambar 20 Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kota Bogor SDM aparatur Dinas Pertanian Kota Bogor selama periode terus mengalami peningkatan yang signifikan, misalnya di tahun 2006, jumlah SDM aparatur Dinas pertanian adalah sebanyak 55 orang PNS, meningkat menjadi sebanyak 71 orang PNS di tahun 2011 (lihat Gambar 21). Komposisi jumlah SDM aparatur di Dinas Pertanian adalah pada Bagian Sekretariat, yaitu sebanyak 17 orang PNS, dan sisanya berada di ke tiga bidang substantif lainnya. 78

11 Jumlah (Orang) Jumlah SDM Aparatur (orang) Sumber: Dinas Pertanian, 2011 Gambar 21 Perkembangan Jumlah SDM Aparatur Dinas Pertanian Tahun Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, pegawai dengan tingkat pendidikan pasca sarjana (strata-2) berjumlah 11 orang, strata-1 berjumlah 21 orang, diploma III berjumlah 13 orang, tamat SMU/sederajat berjumlah 15 orang, SMP/sederajat berjumlah 3 orang dan tamat SD/sederajat berjumlah 8 orang. Dibandingkan dengan Dinas atau unit kerja lain yang menjadi sampel dari penelitian ini, Dinas Pertanian Kota Bogor memiliki jumlah SDM yang lebih banyak merupakan lulusan program pendidikan Pasca Sarjana (lihat Gambar 22) Sarjana S2 15% SD 11% SLTP 4% Sarjana S1 30% SLTA 21% Diploma 18% Sumber: Renstra Dinas Pertanian Gambar 22 Persentase Jumlah SDM Aparatur Dinas Pertanian Kota Bogor Menurut Tingkat Pendidikan di Tahun

12 Alokasi anggaran belanja di Dinas Pertanian Kota Bogor pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 92,9 persen atau sebanyak Rp 14,9 miliar. Peningkatan anggaran belanja di tahun 2011, lebih disebabkan adanya rencana program pemerintah Kota Bogor untuk membangun rumah potong unggas terpadu. Di tahun 2010, anggaran belanja Dinas Pertanian adalah sebanyak Rp 7,8 miliar, yang berarti adanya peningkatan anggaran belanja sebesar 38,8 persen dibandingkan anggaran belanja tahun 2009 (lihat Gambar 23). Anggaran (Rp) 16,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 6,000,000,000 4,000,000,000 2,000,000, Anggaran Belanja (Rp) 8,530,921,750 10,883,843,573 7,277,538,447 5,556,748,315 7,715,115,565 14,884,739,000 Pertumbuhan (persen) Anggaran (%) Sumber: Dinas Pertanian, 2011 Gambar 23 Perkembangan Alokasi Anggaran Belanja Dinas Pertanian Tahun Analisa Indikator Kinerja Menurut Poister (2003:4), pengukuran indikator kinerja adalah dimaksudkan untuk mencapai tujuan, dalam hal ini informasi yang relevan terkait hasil pengukuran indikator kinerja terhadap pelaksanaan program organisasi sangat diperlukan untuk memperkuat manajemen dan pengambilan keputusan, dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan, dan meningkatkan akuntabilitas. Sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab III (Metodologi) bahwa dalam menganalisa indikator kinerja terdapat tiga tahapan analisa. Pertama, analisa konsistensi antar indikator kinerja pemerintah Kota Bogor yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor dengan dokumen perencanaan lainnya, yaitu rencana strategi (Renstra) di masing-masing SKPD dalam hal ini adalah di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 80

13 Kantor Koperasi dan UMKM, dan Dinas Pertanian. Kedua, analisa indikator kinerja dengan pendekatan SMART (Specific, Measureable, Acceptable, Realistic, Timely). Ketiga, analisa orientasi dari indikator kinerja yang ada dalam RPJMD Kota Bogor periode tersebut Analisa Konsistensi indikator kinerja Secara keseluruhan, dokumen perencanaan pembangunan Kota Bogor di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Koperasi dan UMKM, dan Dinas Pertanian sudah konsisten, baik antara RPJMD Kota Bogor dengan rencana strategi (renstra) di masingmasing SKPD tersebut. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perdagangan Berdasarkan tahapan proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 menunjukkan bahwa RPJMD Kota Bogor periode telah dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Hal ini menunjukkan adanya konsistensi dalam menentukan program, sasaran program, dan indikator kinerja di kedua dokumen perencanaan pembangunan tersebut pada urusan perdagangan. Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk urusan perdagangan telah secara detail menjabarkan target indikator kinerja tahunan sesuai dengan indikator kinerja yang terdapat dalam RPJMD. Dalam hal ini, Renstra dinas tersebut sudah memuat lebih rinci keterkaitan antara tujuan program sasaran program strategi rencana tindak (action plan) indikator kinerja tahunan (lihat Gambar 24). 81

14 Sumber: RPJMD Kota Bogor dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gambar 24 Konsistensi Rencana Program dan Indikator Kinerja Urusan Perdagangan antara RPJMD Kota Bogor dengan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perindustrian Rencana program dan indikator kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk urusan perindustrian dalam RPJMD Kota Bogor telah digunakan oleh Pejabat Perencanaan di dinas ini untuk menyusun Renstra dinas terkait urusan perindustrian. Terdapat dua indikator kinerja yang telah ditentukan dalam upaya mengukur pencapaian tujuan RPJMD tersebut pada urusan prindustrian, yaitu jumlah industri kecil dan menengah (IKM), dengan target sebanyak 3510 unit IKM, dan jumlah industri yang memanfaatkan teknologi tepat guna, dengan target sebanyak 750 unit IKM (lihat Gambar 25 di bawah). 82

15 Sumber: RPJMD Kota Bogor dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gambar 25 Konsistensi Rencana Program dan Indikator Kinerja Urusan Perindustrian antara RPJMD Kota Bogor dengan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kantor Koperasi dan UMKM Pada Urusan UMKM RPJMD Kota Bogor telah digunakan oleh Kantor Koperasi dan UMKM untuk menyusun Renstra Kantor tersebut. Target indikator kinerja dalam RPJMD Kota Bogor tersebut telah dijabarkan secara detail dalam target indikator kinerja tahunan dalam Renstra Kantor Koperasi dan UMKM. Bahkan Renstra kantor tersebut sudah memuat lebih rinci keterkaitan antara tujuan program sasaran program strategi rencana tindak (action plan) target indikator kinerja tahunan. Pada Kantor Koperasi dan UMKM, indikator kinerja yang dianalisa peneliti adalah hanya fokus pada urusan UMKM. Indikator kinerja yang harus dicapai pada urusan UMKM dalam RPJMD Kota Bogor (yaitu persentase pertambahan UMKM yang dibina dari total UMKM), dengan target di tahun 2014 adalah sebesar 9 persen, telah secara konsisten dituangkan dalam Renstra Kantor Koperasi dan UMKM seperti yang terlihat pada Gambar 26 di bawah ini. Sumber: RPJMD Kota Bogor dan Renstra Kantor Koperasi dan UMKM Gambar 26 Konsistensi Rencana Program dan Indikator Kinerja Urusan UMKM antara RPJMD Kota Bogor dengan Renstra Kantor Koperasi dan UMKM 83

16 Dinas Pertanian Penyusunan Renstra Dinas Pertanian telah konsisten mengacu pada RPJMD Kota Bogor, mulai dari tujuan, program sampai pada penentuan indikator kinerja. Di tambah lagi Renstra tersebut telah menjabarkan secara detail target indikator kinerja tahunan Dinas Pertanian. Bahkan Renstra dinas tersebut sudah memuat lebih rinci keterkaitan antara tujuan program sasaran program strategi rencana tindak (action plan) target indikator kinerja tahunan. Indikator kinerja dalam RPJMD Kota Bogor dan Renstra Dinas Pertanian antara lain adalah peningkatan jumlah hewan yang dipotong di RPH, dengan target di tahun 2014 sebanyak ekor; Jumlah komoditi pertanian yang bernilai tambah tinggi (tanaman hias, Ikan hias, jambu), dengan target adalah sebanyak 27 komoditi di tahun 2014; peningkatan jumlah produk pertanian yang dikemas sesuai standar, dengan target sebanyak 9 komoditi di tahun 2014; dan jumlah hewan ternak dan unggas yang divaksin, dengan target di tahun 2014 adalah sebanyak ekor. Secara detail, indikator kinerja pada urusan pertanian dapat dilihat pada Gambar 27 di bawah ini. Sumber: RPJMD Kota Bogor dan Renstra Dinas Pertanian Gambar 27 Konsistensi Rencana Program dan Indikator Kinerja Urusan Pertanian antara RPJMD Kota Bogor dengan Renstra Dinas Pertanian 84

17 Analisa SMART Indikator Kinerja Penentuan beberapa indikator kinerja di masing-masing instansi (SKPD) belum spesifik. Selain itu, penentuan beberapa target indikator kinerja dapat dikatakan terukur, namun belum didasarkan pada database yang up to date, sehingga target indikator kinerja lima tahunan yang ada saat ini mudah bahkan terlalu mudah pencapaiannya. Secara detail, hasil analisa SMART dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Hasil Analisa SMART Indikator Kinerja Bidang Nilai SMART Analisa Deskriptif Perdagangan 2.4 (Indikator kinerja dapat dipahami, namun sulit dievaluasi dan direalisasikan) 1. Kurangnya koordinasi antara Bappeda dan Disperindag terkait upaya pencapaian indikator kinerja Rasio Los Terisi Terhadap Jumlah Los Yang Tersedia, yang menurut pejabat di bidang perdagangan tidak sesuai dengan fungsi Dinas, lebih tepat untuk indikator kinerja dari PD Pakuan Pasar Jaya 2. Pertumbuhan nilai ekspor kurun waktu hanya ditentukan sebesar 15,8 persen, sedangkan pertumbuhan dari nilai ekspor pada periode adalah sebesar 25,1 persen. 3. Target untuk indikator kinerja Peningkatan ekspor antara tahun 2010 dan 2011 adalah sama, yaitu sebesar US$ 149,9 juta Perindustria n 3.6 (Indikator kinerja dapat terukur dan dipahami) Pencapaian Indikator kinerja jumlah industri kecil dan menengah binaan sangat mudah dicapai dan tergantung pada besaran dana. Pada tahun 2009 jumlah IKM sebanyak 3144 unit, target 2014 adalah 3510 unit, berarti hanya membutuhkan 366 unit. UMKM 4.2 (Indikator kinerja sudah tepat, jelas, dan dapat direalisasikan oleh instansi bersangkutan) Pencapaian Indikator kinerja persentase pertambahan UMKM yang dibina dari total UMKM sangat mudah dicapai dan tergantung pada besaran dana yang dialokasikan. Tahun 2010, persentase UMKM binaan 8.8%, target 2014 adalah 9%. 85

18 Pertanian 3.6 (Indikator kinerja dapat terukur dan dipahami) 1. Indikator kinerja Peningkatan jumlah hewan yang dipotong di RPH dan jumlah hewan ternak dan unggas yang divaksin sudah terukur, namun belum spesifik. Indikator kinerja yang penting di Dinas Pertanian adalah peningkatan produksi daging berkualitas halal di RPH. Hal ini untuk mendukung program makanan halal di Kota Bogor. 2. Indikator kinerja jumlah komoditi pertanian bernilai tambah tinggi (tanaman hias dan ikan hias) kurang realistis dalam hal peningkatan nilai tambah produk sektor pertanian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perdagangan Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat pada urusan perdagangan menunjukkan bahwa indikator kinerja urusan perdagangan yang ada dalam dokumen perencanaan baik pada RPJMD Kota Bogor maupun dalam Renstra (Rencana Strategi) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki nilai SMART adalah 2.4 (lihat Lampiran 1), yang berarti bahwa indikator kinerja pada urusan perdagangan dapat dipahami, namun sulit di evaluasi dan direalisasikan. Artinya indikator kinerja pada urusan perdagangan tidak dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan (yaitu meningkatkan pengembangan perekonomian pada sektor perdagangan ) yang sudah ditentukan sebelumnya dalam RPJMD Kota Bogor , dan tidak dapat digunakan sebagai input untuk pengambilan keputusan dan perbaikan perencanaan pembangunan sektor perdagangan ke depan. Indikator kinerja urusan perdagangan Kota Bogor antara lain adalah Rasio los terisi terhadap jumlah los yang tersedia, target pencapaian adalah 60 persen di tahun 2014; Tingkat pengawasan barang beredar dan pengujian mutu barang, target pencapaian adalah 65 persen; dan Peningkatan nilai ekspor, dengan target pencapaian di tahun 2014 adalah US$ ,76. Ekspor (US$ Juta) Nilai Ekspor (US$ juta) Pertumbuhan (persen) Ekspor (%) 86

19 Keterangan: Data 2001 dan 2009 bersumber dari BPS Kota Bogor Data 2005 adalah target tahunan urusan perdagangan dalam RPJMD Kota Bogor Data 2014 adalah target RPJMD Kota Bogor Sumber: Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2007, 2008, dan 2009 RPJMD Kota Bogor Gambar 28 Perkembangan dan Target Nilai Ekspor Kota Bogor Bila dianalisa lebih lanjut terhadap target indikator kinerja yang ada menunjukkan bahwa walaupun secara nominal target nilai ekspor periode meningkat seperti pada Gambar 28, namun pertumbuhan nilai ekspor pada kurun waktu tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan nilai ekspor selama periode , yaitu pertumbuhan nilai ekspor kurun waktu hanya ditentukan sebesar 15,8 persen, sedangkan pertumbuhan dari nilai ekspor pada periode adalah sebesar 25,1 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa target pencapaian nilai ekspor yang ditentukan pemerintah Kota Bogor selama periode , tidak menunjukkan perbaikan dalam meningkatkan perekonomian pada sektor perdagangan. Selain itu, terdapat adanya kesalahan dalam penentuan target nilai ekspor di tahun 2010 dan 2011 dalam rencana kerja tahunan Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada urusan perdagangan, yang mana masing-masing target memiliki nilai ekspor yang besarannya sama, yaitu sebesar US$ 149,9 juta. Hal ini dikhawatirkan menunjukkan bahwa selama periode perkembangan nilai ekspor tidak mengalami peningkatan. Pada indikator kinerja Rasio los terisi terhadap jumlah los yang tersedia, menjadi isu dikalangan SDM Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yang menurut responden (Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri) sulit pengukurannya dan tidak sesuai dengan indikator kinerja yang direkomendasikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kepada Bappeda pada tahap proses penyusunan RPJMD tersebut. Selain itu, menurut responden pencapaian indikator kinerja tersebut merupakan tanggung jawab dari PD Pakuan Pasar Jaya selaku pengelola los-los milik pemerintah Kota Bogor. Kondisi ini menunjukkan bahwa mekanisme koordinasi dalam proses penyusunan perencanaan dan penentuan indikator kinerja untuk urusan perdagangan belum berjalan dengan baik antar instansi pemerintah daerah terkait, padahal perencanaan 87

20 pembangunan daerah dan indikator kinerjanya akan sangat mempengaruhi efektifitas pemanfaatan anggaran belanja pada pembangunan urusan perdagangan di Kota Bogor. Dengan kata lain adanya keterbatasan anggaran belanja pada urusan perdagangan harus diimbangi dengan penyusunan rencana pembangunan dan indikator kinerja yang lebih baik agar pemanfaatan anggaran publik tersebut dapat efektif dan efisien. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perindustrian Hasil wawancara dengan pejabat dibidang perindustrian menunjukkan bahwa indikator kinerja urusan perindustrian dalam dokumen perencanaan baik pada RPJMD Kota Bogor maupun dalam Renstra (Rencana Strategi) Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk urusan perindustrian memiliki nilai SMART adalah 3,6 (lihat Lampiran 1); yang berarti bahwa indikator kinerja pada urusan perindustrian dapat diukur, dipahami dan direalisasikan. Namun demikian, bila dilihat dari target indikator kinerja untuk urusan perindustrian yaitu jumlah industri kecil dan menengah (IKM) sebanyak unit IKM di tahun 2014, menunjukkan bahwa pencapaian dari target indikator kinerja tersebut sangat mudah dan sangat tergantung pada besaran anggaran belanja di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Artinya bila alokasi anggaran belanja di sektor UMKM lebih besar, maka jumlah IKM binaan secara langsung akan meningkat, demikian pula sebalikmya. Menurut data BPS Kota Bogor (2009) menunjukkan bahwa jumlah IKM di tahun 2009 adalah sebanyak unit terdiri dari 958 unit IKM formal dan unit industri kecil non-formal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa penentuan indikator kinerja di atas belum spesifik. Dalam hal ini, indikator kinerja pada urusan perindustrian lebih penting diarahkan untuk meningkatkan jumlah industri kecil formal atau mengurangi jumlah industri kecil non-formal, dibandingkan dengan indikator kinerja yang hanya memperhatikan peningkatan aspek jumlah IKM binaan semata. Apalagi jumlah industri kecil non-formal dari tahun 2007 sampai 2009 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Misalnya di tahun 2009, jumlah industri kecil non-formal meningkat sebesar 2,2 persen dibandingkan dengan jumlah industri non-formal tersebut di tahun 2008, yang jumlahnya adalah sebanyak unit. Sebaliknya, jumlah IKM formal mengalami penurunan sebesar 0,21 persen di tahun 2009, dengan jumlah IKM sebanyak 958 unit. 88

21 Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya keseriusan pemerintah daerah untuk berkontribusi menangani masalah yang ada melalui identifikasi masalah di tingkat IKM formal dan program pengembangan industri kecil non-formal dalam rangka meningkatkan usaha di sektor formal. Secara detail, perkembangan IKM di sektor formal dan non-formal di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 29 berikut ini Jumlah IKM 2000 (unit) IKM Formal (unit) Industri Kecil Non Formal (unit) Total Jumlah IKM (unit) Sumber: BPS, Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2007, 2008, dan 2009 Gambar 29 Perkembangan Jumlah IKM di Sektor Formal dan Non-Formal Tahun Kantor Koperasi dan UMKM Pada Urusan UMKM Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator kinerja untuk urusan UMKM memiliki nilai SMART adalah 4,2 (lihat Lampiran 1), yaitu menunjukkan bahwa indikator kinerja sudah tepat, jelas, mudah dipahami dan dapat direalisasikan oleh unit kerja bersangkutan. Namun demikian, indikator kinerja untuk urusan UMKM seperti yang terlihat pada Gambar 25 di atas (Sub-Bab 4.2.1) menunjukkan adanya penekanan hanya pada pertambahan jumlah UMKM yang dibina, artinya bila besaran alokasi belanja publik pada kegiatan pembinaan Kantor Koperasi dan UMKM rendah, maka pertambahan jumlah UMKM yang dibina pun relatif rendah. Karena itu, indikator kinerja pada urusan UMKM dalam RPJMD dapat dikatakan belum spesifik. Apalagi target indikator kinerja yang ditentukan sebesar 9 persen di tahun 2014 terlalu mudah untuk dicapai, karena di tahun 2010, persentase penambahan UMKM binaan sudah 89

22 mencapai 8,8 persen. Selama periode , telah terjadi lonjakan jumlah UMKM binaan Dinas Perindagkop, yaitu di tahun 2009 sebanyak 2019 unit UMKM binaan, meningkat menjadi sebanyak 2884 di tahun Peningkatan jumlah UMKM binaan sejalan dengan adanya peningkatan alokasi anggaran belanja bidang koperasi dan UMKM di Dinas Perindagkop di tahun 2010, yaitu sebesar Rp 975 juta (lihat Gambar 30). Jumlah UMKM (unit) Jumlah UMKM Binaan (unit) Jumlah UMKM (unit) Penambahan UMKM Binaan (persen) 6,1 6,2 6,3 8,8 10,0 9,0 8,0 7,0 Jumlah 6,0 5,0 UMKM 4,0 (%) 3,0 2,0 1,0 0,0 Keterangan: Data adalah jumlah UMKM yang dibina oleh Perindagkop Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2011 Gambar 30 Perkembangan Jumlah UMKM Binaan Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor Tahun Berdasarkan data Kantor Koperasi dan UMKM, indikator kinerja yang lebih tepat dalam rangka pencapaian tujuan RPJMD Kota Bogor pada urusan UMKM adalah peningkatan pertumbuhan kapasitas produksi UMKM binaan. Di tahun 2010, nilai kapasitas produksi UMKM adalah sebesar Rp 3,70 triliun atau meningkat sebesar 20 persen dibandingkan tahun 2009, yang hanya sebesar Rp 3,08 triliun. Secara detail, perkembangan nilai produksi UMKM dapat dilihat pada Gambar 31 di bawah. 90

23 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00 Kapasitas Produksi UMKM (Rp T) Pertumbuhan Peningkatan Produksi UMKM (persen) ,95 3,11 3,08 3,70 5,3-0,8 20,0 Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM, 2011 Gambar 31 Perkembangan Kapasitas Produksi UMKM Tahun Indikator kinerja peningkatan kapasitas produksi UMKM akan memberikan gambaran terkait peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM. Perkembangan jumlah tenaga kerja di sektor UMKM selama periode terus mengalami peningkatan, misalnya di tahun 2007, jumlah tenaga kerja di sektor UMKM adalah sebanyak orang, meningkat menjadi sebanyak orang di tahun 2010 (Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2011). Dinas Pertanian Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator kinerja pada urusan pertanian memiliki nilai SMART, yaitu 3,6 (lihat Lampiran 1); berarti adalah indikator kinerja Dinas Pertanian dapat diukur, dipahami dan direalisasikan. Bila dilihat dari indikator kinerja yang ada, misalnya peningkatan jumlah hewan yang dipotong di RPH, dengan target di tahun 2014 adalah sebanyak ekor dan jumlah hewan ternak dan unggas yang divaksin, target di tahun 2014 adalah sebanyak ekor, menunjukkan bahwa indikator kinerja tersebut telah terukur, namun belum spesifik. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian serius dari Dinas Pertanian adalah konsistensi dari peningkatan produksi daging dengan mutu yang halal (termasuk bebas dari penyakit), sehingga indikator 91

24 kinerja yang penting di Dinas Pertanian adalah peningkatan produksi daging berkualitas halal di RPH Analisa Orientasi Indikator Kinerja (Output atau Outcome) Penentuan indikator kinerja pada urusan perdagangan, perindustrian, UMKM, dan pertanian dalam RPJMD Kota Bogor dan Renstra di masing-masing unit kerja pemerintah (SKPD) lebih berorientasi output (keluaran), atau belum berorientasi pada outcome (hasil). Hal ini mengindikasikan sulitnya pengukuran pencapaian tujuan pembangunan Kota Bogor dengan visi menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Perdagangan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor Hal ini didukung dengan pernyataan dari responden yang merupakan anggota DPRD Kota Bogor pada Komisi B (bidang ekonomi), yang menyatakan pesimis atas upaya penyelenggaraan urusan pilihan pemerintah Kota Bogor dalam mencapai tujuan pembangunan daerah seperti yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor. Hal ini dikarenakan adanya proses penyusunan RPJMD Kota Bogor yang terburu-buru, dan tidak sinkronnya proses penyusunan RPJMD Kota Bogor yang baru direalisasikan pada tahun 2010, dengan proses penyusunan rancangan anggaran belanja pemerintah yang telah direalisasikan sejak tahun Dalam hal ini menurut responden adalah perlunya proses penyusunan RPJMD Kota Bogor yang sudah mulai disusun sejak awal tahun anggaran sebelumnya. Selain itu, penyusunan target indikator kinerja belum secara memadai memanfaatkan database yang up to date. Berdasarkan hasil klarifikasi dengan responden dari Bappeda Kota Bogor menunjukkan bahwa adanya pengakuan terhadap kekeliruan dalam menentukan indikator kinerja, termasuk pada penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan di sektor perdagangan, perindustrian, UMKM, dan pertanian, yang tidak berorientasi outcome (hasil). Menurut responden kekeliruan dalam penentuan pendekatan indikator kinerja lebih disebabkan karena adanya ketidakjelasan panduan pemerintah pusat dalam membedakan indikator kinerja yang berorientasi output dan outcome, yaitu panduan yang disusun oleh Kementerian Pendayaan Aparatur Negara. Berdasarkan hasil analisa peneliti terhadap Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dalam Lampiran IB/4-5 yang menunjukkan 92

25 bahwa penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam dokumen perencanaan, terutama dalam renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah setidaknya berorientasi outcome. Namun, dalam peraturan ini tidak terdapat penjelasan yang detail mengenai perbedaan antara indikator kinerja berorientasi output dan outcome, sehingga wajar bila terjadi kesulitan atau kebingungan dalam membedakan antara indikator kinerja output dan outcome di tingkat daerah. Di tingkat pengusaha, yang diwakili oleh responden dari Kadinda menunjukkan bahwa program dan indikator kinerja dalam RPJMD yang terkait dengan pengembangan perekonomian daerah belum secara memadai diketahui. Menurut responden, masih terdapat adanya gap (kesenjangan) antara kebutuhan dunia usaha dengan perencanaan yang disusun oleh pemerintah dalam rangka pengembangan perekonomian Kota Bogor. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perdagangan Indiktor kinerja untuk urusan perdagangan, menurut responden sudah berorientasi pada outcome (hasil). Namun demikian, bila mengacu pada fungsi indikator kinerja sebagai alat bantu untuk mengukur pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan pendekatan program logic model, menunjukkan bahwa indikator kinerja tersebut belum dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan di sektor perdagangan. Hal ini dikarenakan indikator kinerja yang ada tidak berkaitan langsung dengan pengukuran pencapaian tujuan pada urusan perdagangan tersebut. Misalnya indikator Peningkatan Nilai Ekspor, tidak dapat secara langsung digunakan untuk mengukur pengembangan perekonomian pada sektor perdagangan, karena meningkatnya nilai ekspor belum dapat dikatakan pengembangan perekonomian di sektor perdagangan meningkat. Kecuali, indikator tersebut diubah menjadi Peningkatan Net Ekspor yang merupakan komponen dalam PDRB, yang dapat digunakan untuk menunjukkan perkembangan pembangunan perekonomian suatu daerah dan dapat diukur dengan data yang up to date (lihat Gambar 32 di bawah). 93

26 Gambar 32 Indikator Kinerja Urusan Perdagangan Pada RPJMD Kota Bogor Berdasarkan Pendekatan Program Model Logika Gambar 32 di atas mengindikasikan bahwa Pejabat Perencanaan dan pejabat di bidang substantif untuk urusan perdagangan mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara indikator kinerja yang berbasis output (keluaran) dengan indikator kinerja berbasis outcome (hasil) pada urusan perdagangan Kota Bogor. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Urusan Perindustrian Menurut responden bahwa indikator kinerja yang ada sudah menerapkan pendekatan berorientasi outcome (hasil) atau tidak hanya berdasarkan pendekatan yang berorientasi output (keluaran). Berdasarkan analisa peneliti dengan menggunakan pendekatan Program Model Logika yang menggambarkan keterkaitan antara indikator kinerja urusan perindustrian tersebut dengan tujuan urusan perindustrian dalam RPJMD Kota Bogor , yaitu Meningkatkan pengembangan perekonomian pada sektor industri, mengindikasikan indiktor kinerja urusan perindustrian belum dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan urusan perindustrian Kota Bogor tersebut. Kedua indikator kinerja tersebut, yaitu: Peningkatan jumlah industri kecil dan menengah (IKM) dan Peningkatan jumlah industri yang memanfaatkan teknologi tepat guna (TTG) lebih mengarah pada penerapan pendekatan yang berorientasi output (lihat Gambar 33 di bawah). 94

27 Gambar 33 Indikator Kinerja Urusan Perindustrian Pada RPJMD Kota Bogor Berdasarkan Pendekatan Program Model Logika Pendekatan program model logika di atas mengindikasikan bahwa Pejabat Perencana baik di Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun di Bappeda mengalami kesulitan dalam menentukan indikator kinerja berorientasi output dan indikator kinerja yang berorientasi outcome. Kantor Koperasi dan UMKM Pada Urusan UMKM Menurut responden di Kantor Koperasi dan UMKM menyebutkan bahwa indikator kinerja yang ada untuk urusan UMKM sudah berorientasi outcome (hasil). Namun demikian, bila di analisa lebih lanjut dengan menggunakan Program Model Logika dapat ditunjukkan bahwa tidak adanya keterkaitan langsung antara peningkatan UMKM binaan (sebagai indikator kinerja) dengan peningkatan peran UMKM dalam perekonomian daerah. Dalam hal ini, perlu adanya indikator kinerja yang berbasis outcome (hasil), untuk menjembatani pengukuran pencapaian tujuan RPJMD Kota Bogor pada urusan UMKM (lihat Gambar 34). Indikator kinerja (yaitu persentase penambahan UMKM binaan) yang ada saat ini belum dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan RPJMD Kota bogor di sektor UMKM, yaitu peningkatan peran UMKM pada perekonomian daerah. 95

28 Gambar 34 Indikator Kinerja Urusan UMKM Pada RPJMD Kota Bogor Berdasarkan Pendekatan Program Model Logika Dinas Pertanian Berdasarkan hasil in-depth interview dari responden di Dinas Pertanian, responden menyatakan bahwa indikator kinerja yang ada sudah berorientasi outcome (hasil). Namun, bila dianalisa lebih lanjut keterkaitan indikator kinerja dalam mengukur pencapaian tujuan pada urusan pertanian dengan pendekatan Program Model Logika menunjukkan bahwa indikator kinerja yang ada belum dapat mampu mengukur pencapaian tujuan tersebut (lihat Gambar 35). Gambar 35 Indikator Kinerja Urusan Pertanian di Dinas Pertanian Pada RPJMD Kota Bogor Berdasarkan Pendekatan Program Model Logika 96

29 Keterbatasan indikator kinerja yang ada dalam mengukur pencapaian tujuan pada urusan pertanian lebih disebabkan karena: Pertama, tujuan yang ditetapkan pada urusan pertanian, yaitu meningkatkan pengembangan sektor pertanian berbasis agribisnis adalah sulit diukur pencapaiannya dan tidak dapat dicapai secara sendiri oleh Dinas Pertanian, tanpa koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lainnya dan pihak swasta, dengan kata lain pencapaian tujuan diatas tidak dapat dikendalikan secara penuh oleh Dinas Pertanian sendiri. Agribisnis adalah suatu sistem yang terdiri dari rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain (IPB, 2012). Sub sistem agribisnis meliputi: (1) Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), yaitu pengadaan saprotan; (2) sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), yaitu budidaya pertanian/usahatani; (3) sub-sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system), yaitu agroindustri hasil pertanian; (4) sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), yaitu faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan; dan (5) sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system) atau subsistem jasa (service subsystem), yaitu lembaga keuangan, lembaga pelatihan, dan lain-lain. Sehingga lebih tepat apabila pernyataan di atas digunakan dalam penyusunan misi yang sifatnya lebih luas, dan bukan untuk suatu tujuan yang harus dicapai dan dibebankan pada suatu unit kerja/instansi pemerintahan tertentu. Kedua, indikator kinerja yang ada untuk urusan pertanian lebih berorientasi pada output, dibandingkan berorientasi outcome. Salah satu contoh indikator kinerja yang berorientasi outcome pada urusan pertanian adalah peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Bogor, produktivitas bahan pangan utama lokal per hektar, atau pertumbuhan produksi daging yang berkualitas halal. 97

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 1. STRUKTUR ORGANISASI Keberadaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor diatur dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

METODOLOGI. 9 Moral hazard adalah tindakan yang muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi dan

METODOLOGI. 9 Moral hazard adalah tindakan yang muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi dan METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi yang telah berjalan selama 12 tahun, belum mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari pengembangan

Lebih terperinci

Rencana Strategis BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Strategis BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor merupakan salah satu unit kerja teknis yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

KONDISI EXISTING 2008 TARGET PENCAPAIAN PROGRAM INDIKASI KEGIATAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM STRATEGI PROGRAM SASARAN PROGRAM 1.1. URUSAN PERDAGANGAN

KONDISI EXISTING 2008 TARGET PENCAPAIAN PROGRAM INDIKASI KEGIATAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM STRATEGI PROGRAM SASARAN PROGRAM 1.1. URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR : 5 TAHUN 2010 TANGGAL : TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 1.1. URUSAN PERDAGANGAN jaringan distribusi pada sektor

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - 1 - BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2015 Latar belakang, maksud dan tujuan Penyusunan Renja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi periode

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum PENDAHULUAN BAB I 1.1 Latar Belakang Potensi Usaha di lingkup Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kabupaten Purworejo memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang karena ketersediaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016-2021 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BANJAR PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Jl. Perwira No. 44 Gg Tanjung Rema Telp.

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintahan yang akuntabel merupakan sebuah keharusan yang mesti dilaksanakan dalam usaha mewujudkan visi dan misi pembangunan sekaligus aspirasi serta cita-cita

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BIMA BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BIMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang RENCANA STRATEGIS TAHUN 2016-2020 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BIMA Rencana strategis BAB I PENDAHULUAN Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima merupakan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

Renstra Dinas Pertanian Kab. Soppeng KATA PENGANTAR

Renstra Dinas Pertanian Kab. Soppeng KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Kabupaten Soppeng Tahun 2016-2021 i KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 15 Ayat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Kinerja

Lebih terperinci

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Berdasarkan latar belakang dan landasan pemikiran telah dikemukakan di depan, maka untuk memberikan gambaran tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI

WALIKOTA TEBING TINGGI WALIKOTA TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan aspirasi serta cita-cita masyarakat dalam mencapai masa depan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya.

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya. KATA PENGANTAR Jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi bertekat mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk melaksanakan amanat pembangunan di bidang perindustrian dan perdagangan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KETAHANAN PANGAN TAHUN 205 I. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) merupakan dokumen perencanaan yang disusun berpedoman kepada Rencana Strategis (Renstra) dan mengacu

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara BAB I PENDAHULUAN KEPALA DINAS PERDAGANGA N DALAM KEPALA SEKSI

Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara BAB I PENDAHULUAN KEPALA DINAS PERDAGANGA N DALAM KEPALA SEKSI BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI SKPD Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara yang berada di bawah dan bertanggung

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 103 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN JABATAN PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi Usaha di lingkup Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata Kabupaten Purworejo memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang karena ketersediaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG DINAS-DINAS DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA PADANG TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh

Lebih terperinci

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 8.1. Alokasi Anggaran Pembangunan Terhadap Pengembangan Sektor Perekonomian Dalam mendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KOTA PAREPARE DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH JL. Jenderal Sudirman No. 6 Telp (0421) 21426 Fax (0421) 28132 Kode Pos 91122, E-mail : perindag@pareparekota.go.id

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) TAHUN 2016 DAFTAR ISI Halaman IKHTISAR EKSEKUTIF...i KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi A.1. Kedudukan 1. Dinas Pertanian dan Peternakananian merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang Pertanian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG DINAS KOPERASI, UKM, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Jl. Jend. Sudirman Timur Nomor 50 Telp. (0284) 321542 Pemalang Email : diskoperindag.pemalang@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO 1 GAMBARAN UMUM OPD IMPLEMENTASI SAKIP OPD SISTEMATIKA PAPARAN INOVASI OPD 3 4 GAMBARAN UMUM DINAS KOPERASI DAN USHA MIKRO 1 2 3 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Potensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2016 1 KATA PENGANTAR Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

P ERATURAN DAERAH K ABUPATEN SINJAI N O MOR 35 TAHUN 2012 T E NTANG

P ERATURAN DAERAH K ABUPATEN SINJAI N O MOR 35 TAHUN 2012 T E NTANG P ERATURAN DAERAH K ABUPATEN SINJAI N O MOR 35 TAHUN 2012 T E NTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kota Bogor 4.1.1 Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya

Lebih terperinci

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Besarnya tantangan sebagai konsekuensi dari adanya era reformasi dan peningkatan persaingan di era globalisasi

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO Departemen SOSEK-Faperta IPB 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistem yang saling terkait

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN Revisi Atas Dinas Komunikasi dan Informatika Tahun 2016-2021 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG 1 PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ( RPJP ) KOTA PONTIANAK TAHUN 2005 S/D 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Kata Pengantar Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Periode 2017 2021

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 13 TAHUN 2011 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG DINAS-DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Magetan diprioritaskan pada bidang Pendidikan, Pertanian, Pariwisata, Industri, Perdagangan, Kesehatan, Infrastruktur dan Pengentasan Kemiskinan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang sangat besar dan memiliki rentang tugas

Lebih terperinci

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA BARAT

GUBERNUR PAPUA BARAT GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci