BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Maret Maret Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode VAKT terhadap tingkat kemampuan pemahaman kata kerja dasar pada anak dengan gangguan spektrum autis kelas X di SLB Harmony Surakarta tahun Deskripsi dari siswa tersebut dijelaskan sebagai berikut: Nama : K Umur : 16 tahun Kelas : X Sekolah : SLB Harmony Surakarta Deskripsi kemampuan awal siswa 1. Kognitif 1. Siswa sudah mengenal huruf 2. Siswa sudah dapat membaca permulaan 3. Siswa lambat dalam merespon 4. Siswa sering tidak fokus 5. Siswa memiliki ingatan yang cukup baik 2. Emosi a. Siswa tidak mudah marah b. Siswa lebih sering diam 3. Sosial Siswa dapat berinteraksi dengan teman dan guru tetapi cukup memerlukan pendekatan untuk berinteraksi dengan orang baru. 4. Fisik Keadaan fisik lengkap dan tidak mengalami gangguan tetapi kurang dapat melakukan kontak mata. 50

2 51 5. Bahasa/ Komunikasi a. Mampu berkomunikasi sederhana b. Sering mengulang kata Proses penelitian dilakukan dengan empat tahapan yaitu baseline 1, intervensi 1, baseline 2, dan intervensi Deskripsi tahap baseline 1 Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap baseline. Pengukuran baseline 1 dilakukan pada tanggal 24 Maret Tahap baseline merupakan tahap dimana peneliti melakukan assesmen untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam memahami kata kerja dan mengetahui kondisi anak. Pengukuran baseline 1 ini dilakukan dengan memberikan 10 kata kerja yaitu injak, lari, lipat, maju, pukul, putar, remas, tarik, tekan, dan tiup berupa tes lisan dan perbuatan secara langsung tanpa memberikan intervensi. Tes lisan I berupa membaca kata kerja, tes perbuatan berupa peragaan kata kerja, dan tes lisan II dengan menyebutkan kata kerja. Tes lisan I dilakukan dengan peneliti menunjukkan kata kerja tersebut dalam bentuk kartu kata yang kemudian dibaca oleh siswa. Siswa hanya dapat menyebutkan dengan benar kata lari dan maju. Hal ini disebabkan kedua kata tersebut terdiri dari dua suku kata dan merupakan kata berpola kvkv yang telah dikuasai siswa. Bertentangan dengan itu untuk kata remas dan tiup siswa tidak dapat menyebutkan kata tersebut. Siswa hanya melihat kartu kata tanpa memberikan respon. Kata selain itu dapat disebutkan oleh siswa tetapi kurang tepat sebagai contoh kata putar dibaca puter. Masih ada pula kata yang salah disebutkan oleh siswa contohnya kata injak. Siswa mengeja kata per huruf dengan benar tetapi membaca kata tersebut dengan kata yang asing dan tidak dimengerti. Tes perbuatan dilakukan dengan peneliti menyebutkan kata kerja kemudian siswa memperagakan kata kerja yang telah disebutkan tersebut. Siswa tidak dapat memperagakan 5 dari 10 kata yang disebutkan yaitu kata injak, pukul, putar, remas, dan tekan. Kata-kata tersebut masih

3 52 dirasa asing untuk siswa sehingga siswa hanya diam dan terkadang perhatiannya beralih. Ada kata kerja yang masih kurang tepat diperagakan oleh siswa contohnya lari. Siswa memperagakan kata lari dengan berjalan langkah besar. Siswa dapat memperagakan dengan benar beberapa kata kerja seperti kata tarik diperagakan dengan memegang kursi kemudian menggeser mundur atau ke arah belakang. Tes lisan II dilakukan dengan peneliti memperagakan kata kerja kemudian siswa menyebutkan kata kerja tersebut. Siswa tidak dapat menyebutkan kata kerja yang diperagakan peneliti seperti injak, remas, dan tekan. Siswa hanya diam tanpa memberikan respon apapun. Tujuh kata selain itu dapat disebutkan oleh siswa tetapi ada dua kata yang siswa salah dalam menyebutkan yaitu kata maju dan tarik. Kata maju disebutkan dengan berjalan dan kata tarik disebutkan dengan dorong. Hasil dari ketiga tes yang dilakukan pada tahap baseline 1 diperoleh nilai akhir dari penilai 1 yaitu 46,7 dan nilai dari penilai 2 yaitu 51,1. 2. Deskripsi tahap intervensi 1 Tahap setelah melakukan asesmen pada tahap baseline selanjutnya penelitian dilakukan pada tahap intervensi. Intervensi dilakukan dengan memberikan tindakan berdasarkan hasil dari tahap baseline. Tahap intervensi 1 dilakukan pada tanggal 25 Maret 2014 dalam waktu 45 menit, pada tahap ini peneliti memberikan materi tentang kata kerja dasar dengan menggunakan metode VAKT (visual auditori kinestetik taktil). Kata kerja yang digunakan masih sama seperti dalam tahap baseline 1 yaitu injak, lari, lipat, maju, pukul, putar, remas, tarik, tekan, dan tiup. Pengukuran yang digunakanpun sama seperti tahap baseline 1 yaitu dengan tes lisan dan perbuatan. Tes lisan I berupa membaca kata kerja, tes perbuatan berupa peragaan kata kerja, dan tes lisan II dengan menyebutkan kata kerja. Langkah-langkah pembelajaran pada tahap intervensi adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru mengucapkan salam kemudian berdoa.

4 53 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru menyiapkan media pembelajaran. 4) Guru memusatkan perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi a) Guru menunjukkan kepada siswa kartu kata bertuliskan kata kerja. b) Guru membaca kartu kata, kemudian siswa menirukan. c) Guru menunjukkan kepada siswa video peragaan kata kerja, kemudian siswa menirukan peragaan kata kerja tersebut. d) Guru menunjukkan kepada siswa video peragaan kata kerja dan melafalkan kata kerja tersebut, kemudian siswa menirukan pelafalan kata kerja. e) Guru memberikan balok kata pembentuk kata kerja, kemudian anak menelusuri kata kerja tersebut. 2) Elaborasi a) Siswa membaca kata kerja yang ada pada kartu kata yang ditunjukkan guru. b) Siswa memperagakan kata kerja yang disebutkan guru. c) Siswa menyebutkan kata kerja yang diperagakan guru. 3) Konfirmasi a) Guru memperbaiki cara siswa dalam membaca kata kerja yang masih kurang tepat. b) Guru memperbaiki cara siswa dalam memperagakan kata kerja yang masih kurang tepat. c) Guru memperbaiki cara siswa dalam menyebutkan kata kerja yang masih kurang tepat. c. Kegiatan Penutup 1) Guru bersama siswa mengingat kembali kata kerja yang telah dipelajari. 2) Guru memberikan penguatan positif kepada siswa.

5 54 3) Guru menutup pelajaran. Berdasarkan pengukuran pada tahap baseline 1 masalah yang terjadi yaitu karena siswa masih asing dengan beberapa kata kerja dasar yang diberikan peneliti sehingga terkadang siswa merepon dengan salah, perhatian beralih, bahkan tidak merespon. Hasil yang didapat dari pengukuran pada tahap baseline 1 digunakan sebagai acuan untuk memberikan intervensi dengan menggunakan metode VAKT. Hasil yang diperoleh setelah diberikan intervensi 1 ini menunjukkan peningkatan baik dalam tes lisan I, tes perbuatan, dan tes lisan II. Hal ini disebabkan pembelajaran menggunakan seluruh indera pada siswa sehingga siswa lebih mudah mengingat dan memahami kata kerja yang diberikan. Tes lisan I menunjukkan peningkatan respon siswa terhadap kata kerja dalam kartu kata. Siswa menyebutkan dengan cepat dan tanpa mengeja kata kerja yang ditunjukkan dengan kartu kata meskipun masih ada beberapa kata yang kurang tepat dalam menyebutkan seperti kata tekan disebutkan dengan teken. Tes perbuatan pada tahap intervensi 1 terlihat bahwa siswa selalu merespon meskipun peneliti harus menyebutkan kata kerja berulang kali dan respon anak cukup lambat. Siswa dapat memperagakan kata kerja dengan benar lebih banyak dibanding pada tahap baseline 1. Tes lisan II menunjukkan kesamaan dengan tes perbuatan yaitu siswa selalu merespon meskipun peneliti harus menanyakan berulang kali kata kerja yang diperagakan. Siswa dapat menyebutkan dengan benar kata kerja yang diperagakan peneliti meskipun masih terdapat kata yang kurang tepat dalam menyebutkan dan masih terdapat satu kata kerja yang salah dalam menyebutkan yaitu kata maju disebutkan dengan jalan. 3. Deskripsi tahap baseline 2 Tahap baseline 2 ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami kata kerja dasar tanpa diberikan perlakuan dengan metode VAKT. Tahap baseline 2 dilakukan pada tanggal 26 Maret Pengukuran pada tahap baseline 2 ini sama seperti pengukuran pada tahap baseline 1 yaitu dengan memberikan tes lisan I berupa membaca kata kerja, tes perbuatan

6 55 berupa memperagakan kata kerja, dan tes lisan 2 berupa menyebutkan kata kerja. Kata kerja yang diberikan berbeda dengan kata kerja pada tahap baseline 1. Kata kerja tersebut antara lain angkat, dorong, jinjit, jongkok, lempar, lompat, merangkak, mundur, tangkap, dan tendang. Tes lisan I siswa hanya dapat menyebutkan dengan benar tiga kata kerja yang ditunjukkan dengan kartu kata yaitu kata lempar, lompat, dan mundur. Hal ini dikarenakan ketiga kata tersebut memiliki tipe yang sama dalam pembentukan katanya dan lebih mudah dibaca dari tujuh kata lainnya. Siswa tidak dapat menyebutkan sama sekali dua kata kerja seperti jinjit dan merangkak. Lima kata kerja lainnya belum dapat disebutkan dengan benar. Siswa masih salah dalam membaca kata-kata tersebut dengan menyebutkan kata yang tidak jelas. Tes perbuatan yang diberikan pada tahap ini menunjukkan bahwa ada kata kerja yang dapat diperagakan dengan benar seperti kata kerja lompat karena anak sudah memahami sebelumnya. Siswa masih salah memperagakan beberapa kata kerja seperti angkat, dorong, dan jongkok. Siswa memperagakan kata kerja dorong dengan menarik kursi bukan mendorong kursi. Siswa tidak merespon kata kerja seperti jinjit, merangkak, dan tangkap. Hal ini disebabkan karena kata kerja tersebut masih asing sehingga siswa bingung dan hanya diam. Tes lisan II siswa menyebutkan dengan benar kata kerja yang diperagakan peneliti seperti kata kerja jongkok, lempar, lompat, dan tendang. Lain halnya dengan kata kerja seperti angkat, dorong, mundur dan tangkap, siswa menyebutkan dengan kata kerja lain contohnya kata kerja dorong disebutkan dengan kata kerja tarik. Ada dua kata kerja yang sama sekali tidak dapat disebutkan oleh siswa yaitu kata kerja jinjit dan merangkak. kata kerja tersebut masih asing bagi siswa sehingga siswa tidak dapat merespon kata kerja tersebut seperti halnya pada tes perbuatan.

7 56 4. Deskripsi tahap intervensi 2 Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap intervensi 2 yang merupakan intervensi dari baseline 2. Tahap intervensi 2 ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dalam waktu 45 menit. Intervensi yang diberikan pada tahap ini sama seperti pada tahap intervensi 1 yaitu memberikan materi tentang kata kerja dasar dengan menggunakan metode VAKT (visual, auditori, kinestetik, taktil) hanya saja kata kerja yang digunakan berbeda diantaranya angkat, dorong, jinjit, jongkok, lempar, lompat, merangkak, mundur, tangkap, dan tendang. Pengukuran yang dilakukan juga sama yaitu dengan tes lisan I berupa membaca kata kerja yang ditunjukkan dengan kartu kata, tes perbuatan berupa memperagakan kata kerja yang disebutkan peneliti, dan tes lisan II berupa menyebutkan kata kerja yang diperagakan peneliti. Langkah-langkah pembelajaran pada tahap intervensi adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru mengucapkan salam kemudian berdoa. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru menyiapkan media pembelajaran. 4) Guru memusatkan perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi a) Guru menunjukkan kepada siswa kartu kata bertuliskan kata kerja. b) Guru membaca kartu kata, kemudian siswa menirukan. c) Guru menunjukkan kepada siswa video peragaan kata kerja, kemudian siswa menirukan peragaan kata kerja tersebut.

8 57 d) Guru menunjukkan kepada siswa video peragaan kata kerja dan melafalkan kata kerja tersebut, kemudian siswa menirukan pelafalan kata kerja. e) Guru memberikan balok kata pembentuk kata kerja, kemudian anak menelusuri kata kerja tersebut. 2) Elaborasi a) Siswa membaca kata kerja yang ada pada kartu kata yang ditunjukkan guru. b) Siswa memperagakan kata kerja yang disebutkan guru. c) Siswa menyebutkan kata kerja yang diperagakan guru. 3) Konfirmasi a) Guru memperbaiki cara siswa dalam membaca kata kerja yang masih kurang tepat. b) Guru memperbaiki cara siswa dalam memperagakan kata kerja yang masih kurang tepat. c) Guru memperbaiki cara siswa dalam menyebutkan kata kerja yang masih kurang tepat. c. Kegiatan Penutup 1) Guru bersama siswa mengingat kembali kata kerja yang telah dipelajari. 2) Guru memberikan penguatan positif kepada siswa. 3) Guru menutup pelajaran. Pengukuran pada tahap intervensi 2 dilakukan sebagai pembanding antara hasil pengukuran dengan menggunakan metode VAKT dan hasil pengukuran tanpa menggunakan metode VAKT pada tahap baseline 1. Hasil pengukuran pada tahap intervensi 2 menunjukan peningkatan yang sangat baik. Anak semakin antusias dalam mengikuti pembelajaran dan merespon perintah yang diberikan peneliti. Tes lisan I menunjukkan anak dapat merespon semua perintah dengan menyebutkan kata kerja yang ditunjukkan dalam kartu kata. Siswa

9 58 menyebutkan dengan cepat kata kerja yang ditunjukkan oleh peneliti hanya saja pada kata jinjit siswa masih lama dalam merespon dan masih kurang tepat. Tes perbuatan yang diperagakan oleh siswa sudah menunjukkan peningkatan dari hasil pengukuran pada baseline 2. Siswa mampu memperagakan semua kata kerja yang disebutkan peneliti meskipun masih ada peragaan kata kerja yang kurang tepat. Peningkatan yang terlihat dalam memperagakan kata kerja dengan benar contohnya pada peragaan kata kerja dorong siswa dapat memperagakan kata kerja tersebut dengan mendorong kursi bukan lagi menarik kursi seperti pada tahap baseline 2. Peragaan kata kerja yang masih kurang tepat diperagakan contohnya pada kata kerja jinjit siswa hanya menjinjit salah satu kakinya. Tes lisan II menunjukkan peningkatan bahwa siswa dapat menyebutkan delapan kata kerja dengan benar dibanding pada tahap baseline siswa hanya menyebutkan empat kata kerja dengan benar, empat kata menyebutkan tetapi salah, dan dua kata tidak direspon sama sekali. Dua kata kerja jinjit dan mundur pada tahap intervensi 2 ini siswa masih menyebutkan dengan salah. B. Hasil Ananlisis Data Kemampuan memahami kata kerja dasar siswa kelas X SLB Harmony Surakarta yang berinisial K dapat dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan empat tahap yang berbeda. Hasil pengukuran pada tahap baseline 1, intervensi 1, baseline 2, dan intervesi 2 ini diperoleh dari tes lisan I, tes perbuatan, dan tes lisan II dengan masing-masing tes berjumlah 10 butir soal. Nilai dari hasil setiap tahap diperoleh dari penilaian yang dilakukan oleh dua rater. Penilai pertama yaitu peneliti dan penilai kedua yaitu guru kelas. Ketentuan penilaian dengan nilai 3 untuk respon dengan baik, 2 untuk respon kurang tepat, 1 untuk respon salah, dan 0 jika tidak memberikan respon. Tahap baseline 1 tanpa memberikan intervensi berupa metode VAKT diperoleh hasil nilai sebagai berikut:

10 59 1. Penilai pertama Siswa mendapat nilai 46,7 pada tahap baseline 1 oleh peneliti pertama dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan tiga kata kerja dengan benar, dua kata kerja kurang tepat, empat kata kerja salah, dan dua kata kerja yang tidak dapat disebutkan sehingga siswa mendapatkan nilai 46,7. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan tiga kata kerja dengan benar, dua kata kerja kurang tepat, dan lima kata kerja tidak dapat diperagakan sehingga siswa mendapatkan nilai 43,3. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan tiga kata kerja dengan benar, dua kata kerja kurang tepat, dua kata kerja salah, dan tiga kata kerja tidak direspon sehingga siswa mendapat nilai Penilai kedua Siswa mendapat nilai 51,1 pada tahap baseline 1 oleh peneliti kedua dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan dua kata kerja dengan benar, tiga kata kerja kurang tepat, tiga kata kerja salah, dan dua kata kerja yang tidak dapat disebutkan sehingga siswa mendapatkan nilai 50. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan empat kata kerja dengan benar, satu kata kerja kurang tepat, dan lima kata kerja tidak dapat diperagakan sehingga siswa mendapatkan nilai 46,7.

11 60 c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan lima kata kerja dengan benar, dua kata kerja salah, dan tiga kata kerja tidak direspon sehingga siswa mendapatkan nilai 51,1. Tahap intervensi 1 dengan metode VAKT diperoleh hasil nilai sebagai berikut: 1. Penilai pertama Siswa mendapat nilai 85,9 pada tahap intervensi 1 oleh peneliti pertama dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan tujuh kata kerja dengan benardan dua kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapatkan nilai 90. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan enam kata kerja dengan benar dan empat kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapatkan nilai 87,7. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan lima kata kerja dengan benar, empat kata kerja kurang tepat, dan satu kata kerja salah sehingga siswa mendapat nilai Penilai kedua Siswa mendapat nilai 86,7 pada tahap intervensi 1 oleh peneliti kedua dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan tujuh kata kerja dengan benar, dua kata kerja kurang tepat, dan satu kata kerja salah sehingga siswa mendapatkan nilai 86,7. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan sembilan kata kerja dengan benar dan satu kata kerja salah sehingga siswa mendapatkan nilai 93,3.

12 61 c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan lima kata kerja dengan benar, emapat kata kerja kurang tepat, dan satu kata kerja salah sehingga siswa mendapat nilai 80. Tahap baseline 2 tanpa memberikan intervensi berupa metode VAKT diperoleh hasil nilai sebagai berikut: 1. Penilai pertama Siswa mendapat nilai 47,8 pada tahap baseline 2 oleh peneliti pertama dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan tiga kata kerja dengan benar, lima kata kerja salah, dan dua kata kerja yang tidak dapat disebutkan sehingga siswa mendapatkan nilai 46,7. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan dua kata kerja dengan benar, dua kata kerja kurang tepat, tiga kata kerja salah, dan tiga kata kerja tidak dapat diperagakan sehingga siswa mendapatkan nilai 43,3. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan empat kata kerja dengan benar, empat kata kerja salah, dan dua kata kerja tidak direspon sehingga siswa mendapat nilai 53,3. 2. Penilai kedua Siswa mendapat nilai 50 pada tahap baseline 2 oleh peneliti kedua dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut:

13 62 a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan tiga kata kerja dengan benar, lima kata kerja salah, dan dua kata kerja yang tidak dapat disebutkan sehingga siswa mendapatkan nilai 46,7. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan empat kata kerja dengan benar, tiga kata kerja salah, dan tiga kata kerja tidak dapat diperagakan sehingga siswa mendapatkan nilai 50. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan empat kata kerja dengan benar, empat kata kerja salah, dan dua kata kerja tidak direspon sehingga siswa mendapatkan nilai 53,3. Tahap intervensi 2 dengan metode VAKT diperoleh hasil nilai sebagai berikut: 1. Penilai pertama Siswa mendapat nilai 90,7 pada tahap intervensi 2 oleh peneliti pertama dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan sembilan kata kerja dengan benardan satu kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapatkan nilai 96,7. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan enam kata kerja dengan benar dan empat kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapatkan nilai 87,7. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan delapan kata kerja dengan benar dan dua kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapat nilai 87,7.

14 63 2. Penilai kedua Siswa mendapat nilai 93,7 pada tahap intervensi 2 oleh peneliti kedua dengan masing-masing nilai pada setiap tes sebagai berikut: a. Tes lisan I Siswa dapat menyebutkan semua kata kerja sehingga siswa mendapatkan nilai 100. b. Tes perbuatan Siswa dapat memperagakan delapan kata kerja dengan benar dan dua kata kerja kurang tepat sehingga siswa mendapatkan nilai 93,3. c. Tes lisan II Siswa dapat menyebutkan delapan kata kerja dengan benar dan dua kata kerja salah sehingga siswa mendapatkan nilai 87,7. Hasil yang diperoleh dari penilaian tes lisan 1, tes perbuatan, dan tes lisan 2 dari setiap tahap baseline 1, intervensi 1, baseline 2, dan intervensi 2 oleh penilai pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Penilaian Penilai Pertama Tes Kemampuan Memahami Kata Kerja Dasar Setiap Tahap Tes Tahap Lisan 1 Perbuatan Lisan 2 Baseline 1 46,7 43,3 50 Intervensi ,7 80 Baseline 2 46,7 43,3 53,3 Intervensi 2 96,7 87,7 87,7 Berdasarkan tabel penilaian dari penilai pertama yang telah tertera di atas maka dapat dilihat bahwa peningkatan nilai terjadi di semua tes pada setiap tahap intervensi. Peningkatan hasil akan lebih terlihat jelas bila disajikan dalam bentuk grafik. Berikut ini grafik perbandingan nilai pada setiap tes dalam setiap tahap.

15 tes lisan 1 tes perbuatan tes lisan 2 0 baseline 1 intervensi 1 baseline 2 intervensi 2 Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Nilai dari Penilai Pertama pada Setiap Tes dalam Setiap Tahap Hasil yang diperoleh dari penilaian tes lisan 1, tes perbuatan, dan tes lisan 2 dari setiap tahap baseline 1, intervensi 1, baseline 2, dan intervensi 2 oleh penilai kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2. Penilaian Penilai Kedua Tes Kemampuan Memahami Kata Kerja Dasar Setiap Tahap Tahap Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Tes Lisan 1 Perbuatan Lisan ,7 46, ,7 93, ,3 56, ,3 87,7 Berdasarkan tabel penilaian dari penilai kedua yang telah tertera di atas maka dapat dilihat bahwa peningkatan nilai terjadi di semua tes pada setiap tahap intervensi. Peningkatan hasil akan lebih terlihat jelas bila disajikan dalam bentuk grafik. Berikut ini grafik perbandingan nilai pada setiap tes dalam setiap tahap.

16 tes lisan 1 tes perbuatan tes lisan 2 0 baseline 1 intervensi 1 baseline 2 intervensi 2 Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Nilai dari Penilai Kedua pada Setiap Tes dalam Setiap Tahap Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh dari kedua rater, maka rata-rata nilai kemampuan memahami kata kerja dasar kelas X di SLB Harmony Surakarta tahun 2014 dari setiap pengukuran tahap baseline 1, intervensi 1, baseline 2, dan intervensi 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Memahami Kata Kerja No Dasar Setiap Tahap Nama Siswa (inisial) Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 K 48,9 86,3 48,9 92,2 Berdasarkan tabel perbandingan nilai di atas maka dapat dilihat peningkatan nilai dari setiap tahap baseline pada setiap tahap intervensi. Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai dari setiap tahap intervensi dengan menggunakan metode VAKT dalam pembelajaran kata kerja dasar memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran pada tahap baseline tanpa menggunakan metode VAKT.

17 66 Penjabaran nilai dari hasil pengukuran setiap tahap yang telah dijelaskan di atas akan disajikan dalam bentuk grafik. grafik perbandingan nilai kemampuan memahami kata kerja dasar disajikan sebagai berikut: nilai akhir baseline 1 intervensi 1 baseline 2 intervensi 2 nilai akhir Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Memahami Kata Kerja Dasar Setiap Tahap Berdasarkan deskripsi, tabel dan grafik yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan metode VAKT memiliki pengaruh yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan memahami kata kerja dasar anak dengan gangguan spektrum autis kelas X di SLB Harmony Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode VAKT pada tahap intervensi 1 dan intervensi 2 lebih bagus dibandingkan dengan tanpa menggunakan metode VAKT pada tahap baseline 1 dan baseline 2. Nilai rata-rata pada tahap baseline 1 yaitu 48,9 menjadi 86, 3 setelah diberikan tindakan dengan metode VAKT pada tahap intervensi 1 sedangkan nilai rata-rata pada tahap baseline 2 yaitu 48,9 menjadi 92,2 setelah diberikan tindakan dengan metode VAKT pada tahap intervensi 2. C. Pembahasan Penggunaan metode VAKT dalam pembelajaran ternyata sangat berpengaruh pada peningkatan prestasi siswa seperti halnya peningkatan kemampuann memahami kata kerja dasar pada penelitian anak dengan gangguan spektrum autis yang telah dilakukan ini. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada peningkatan nilai dari setiap tes yang dilakukan baik tes lisan I, tes perbuatan, dan

18 67 tes lisan II dalam setiap kondisi intervensi dengan pemberian metode VAKT. Perbandingan dapat dilihat dari nilai sebelum diberikan intervensi pada setiap tahap baseline tanpa menggunakan metode VAKT dengan peningkatan nilai setelah dilakukan intervensi dengan metode VAKT. Nilai yang didapat dari setiap tes pada setiap tahap diperoleh dari penilaian dua rater. Nilai yang diperoleh dari kedua rater tersebut memiliki perbedaan antara nilai dari rater 1 dan nilai dari rater 2. Hal ini disebabkan karena tes yang dilakukan merupakan tes lisan dan tes perbuatan yang dapat dinilai dari sebuah pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh pengamat satu dengan yang lain ada kemungkinan terjadi perbedaan hasil dari pengamatan yang dilakukan masing-masing pengamat. Perbedaan nilai yang diperoleh dari kedua rater dicari reliabilitas dari kedua nilai tersebut untuk menentukan keajegan dari nilai kedua rater terhadap hasil tes. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi productmoment maka diperoleh reliabilitas nilai di atas 0,5 pada setiap tahap. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas nilai pada setiap tahap menunjukkan reliabilitas yang tinggi sehingga nilai dapat digunakan sebagai data penelitian untuk menarik kesimpulan. Pengukuran pada baseline 1 dimaksudkan sebagai assesmen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami kata kerja dasar. Selain itu pada tahap ini peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa baik dari segi kognitif, emosi, sosial, fisik, dan bahasa. Hasil yang diperoleh dari tahap baseline 1 menunjukkan bahwa anak sudah mengenal huruf dan dapat membaca kata sederhana. Hasil ini diperoleh dari tes lisan I dengan membaca kata kerja yang ditunjukkan pada kartu kata. Pengukuran yang dilakukan pada tes perbuatan sangat menunjukkan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami kata kerja. Hal ini dikarenakan kata kerja merupakan suatu perbuatan yang dapat diperagakan. Apabila siswa memahami suatu kata kerja, maka anak tersebut dapat memperagakan kata kerja yang dimaksudkan sebagai tolak ukur kemampuan kata kerja seorang siswa. Hasil yang ditunjukkan pada tes perbuatan ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami kata kerja masih rendah. Kosa kata yang dimiliki siswa dalam hal ini kata kerja masih minim sehingga siswa terlihat

19 68 bingung untuk memperagakan kata kerja yang disebutkan tersebut dan hanya diam. Tes lisan II berupa menyebutkan kata kerja yang diperagakan merupakan hal penting dalam mengukur kemampuan siswa dalam memahami kata kerja. Siswa dikatakan memahami kata kerja jika ia mengetahui nama dari kata kerja yang dilakukan sehingga ia dapat menyebutkan kata kerja yang diperagakan oranglain. Hasil tes lisan II menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menyebutkan kata kerja yang masih asing baginya. Hal ini dimungkinkan karena anak tidak biasa melihat, mendengar, dan melakukan kata kerja tersebut. Siswa juga terbalik dalam menyebutkan kata pada kata kerja dengan kata antonimnya. Hasil yang diperoleh siswa dari pengukuran pada tahap baseline 1 mendapatkan nilai ratarata yang termasuk rendah yaitu hanya 48,9. Selama tahap baseline 1 dalam pengukuran terlihat bahwa siswa lambat dalam merespon kata kerja. Selain itu perhatian siswa seringkali teralih saat perintah diberikan sehingga perintah harus diberikan berulang kali agar siswa memperhatikan perintah tersebut. Salah satu ciri anak dengan gangguan spektrum autis yaitu perhatian mudah teralih sehingga tidak fokus. Siswa dapat berkomunikasi sederhana meskipun pandangan kearah lain atau tidak dapat melakukan kontak mata seperti pandangan kosong. Pengukuran pada tes lisan untuk menyebutkan kata kerja dari peragaan kata kerja terlihat bahwa siswa dapat berkomunikasi sederhana tetapi sering mengulang kata dan mengucapkan kata yang tidak dapat dimengerti. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran baseline 1 maka dilakukan intervensi 1 dengan menggunakan metode VAKT. Tes yang dilakukan masih sama tetapi dilakukan intervensi dengan metode VAKT melalui suatu pembelajaran kata kerja dasar sebelum tes diberikan. Kata kerja yang diberikan dan diujikanpun sama seperti pada tahap baseline 1. Hal ini disebabkan tahap intervensi 1 merupakan tahap pengukuran sebagai pembanding dengan tahap baseline 1 yang tanpa diberi metode VAKT. Metode VAKT diberikan karena anak dengan gangguan spektrum autis mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian terlebih saat kegiatan pembelajaran sehingga harus ada suatu metode yang dapat menarik perhatian siswa untuk mempelajari suatu konsep tertentu

20 dalam suatu pembelajaran. Metode ini melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa untuk terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Sasaran pertama dari penggunaan metode VAKT ini yaitu menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran. Perhatian dalam suatu pembelajaran merupakan dasar dari berlangsungnya suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan akhir suatu pembelajaran tersebut. Upaya untuk menarik perhatian siswa dilakukan dengan penggunaan media yang menunjang pembelajaran kata kerja dengan metode VAKT seperti kartu kata, balok huruf, dan video peragaan kata kerja. Hal tersebut termasuk dalam pembelajaran dengan modalitas visual. Media pembelajaran salah satu penunjang keberhasilan suatu pembelajaran. Fungsi media dalam pembelajaran salah satunya yaitu digunakan untuk melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa (Sudjana, 2010: 66) Penggunaan video dalam pembelajaran kata kerja juga termasuk penunjang dalam modalitas auditori. Video merupakan multimedia dalam pembelajaran yang digunakan agar siswa terlibat dalam pengalaman multisensori untuk meningkatkan kegiatan belajar memahami kata kerja. Media audio visual ini dapat membantu penglihatan dan pendengaran siswa sehingga materi yang diberikan dapat dimengerti dengan lebih jelas dan menarik. Penggunaan video peragaan kata kerja bertujuan agar siswa dapat memahami kata kerja yang diberikan dengan melihat peragaan kata kerja sekaligus mengenal nama dari kata kerja tersebut dengan mendengarkan pelafalan kata kerja yang diperdengarkan melalui video peragaan kata kerja. Selain itu, visualisasi dari peragaan kata kerja dalam video sekaligus menjadi gambaran siswa untuk dapat melakukan peragaan kata kerja. Media audio visual berupa video efektif untuk digunakan dalam pembelajaran kata kerja. Secara umum bahan bahan ajar yang disajikan dalam bentuk video memiliki beberapa keuntungan seperti yang dijelaskan oleh Majid (2005: 180), antara lain: 1. Seseorang dapat belajar sendiri dengan video. 2. Sebagai media pandang denga video menyajikan situasi yang komunikatif dan dapat diulang-ulang. 69

21 3. Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak, kompleks yang sulit dilihat dengan mata. 4. Video dapat dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan dapat diperbesar. 5. Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda dalam waktu bersamaan. 6. Video juga dapat dipergunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, mengangkat suatu situasi, dokumentasi, promosi suatu produksi, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses. Pembelajaran yang dilakukan di samping dengan media pembelajaran penyampaianpun dilakukan dengan pengucapan langsung kata kerja sebagai sumber auditori dan peragaan langsung kata kerja sebagai sumber kinestetik yang didapat dari modalitas visual. Pembelajaran dengan memperagakan merupakan penerapan kinestetik. Siswa mempraktekkan langsung peragaan dari kata kerja sehingga anak terlibat langsung dalam memahami kata kerja. Penerapan kinestetik dengan memperagakan suatu kata kerja diharapkan siswa dapat memahami kata kerja yang dianjurkan karena siswa mempraktekkan langsung. Keterlibatan siswa dengan kegiatan yang menggunakan kemampuan motorik membuat siswa merasa pembelajaran tersebut menyenangkan sehingga perhatian siswapun terfokus ke dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Pembelajaran bahasa termasuk pembelajaran kosa kata harus dilakukan dengan pengalaman-pengalaman atau penghayatan langsung dan konkrit. Pemahaman kata kerja dari segi pembentukan kata dirasa perlu meskipun bukan fokus utama. Pembelajaran tersebut dapat diberikan dengan media pembelajaran berupa kartu kata dan balok huruf sebagai bahan ajar. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan perabaan terhadap huruf pembentukan kata kerja berupa balok huruf. Kegiatan ini merupakan penerapan taktil. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam membaca kata kerja yang ditunjukkan dengan kartu kata. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan langkah untuk mengupayakan siswa agar dapat memahami kata kerja dasar yang diajarkan. Metode VAKT yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah upaya untuk 70

22 71 mencapai tujuan yang diharapkan dengan melalui fase-fase dalam kegiatan pembelajaran. Gagne dalam (Majid, 2005: 70) mengemukakan secara umum rangkaian fase dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: 1. Perhatian (attention alertness) Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari. 2. Menyadari tujuan belajar (motivation, expectancy) Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri. 3. Menggali (retrieval to working memory) Siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui/dipahami/dikuasai tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. 4. Berpersepsi selektif (selective perception) Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan sehingga siswa memperoleh pola perseptual. 5. Mengeolah informasi (encoding, entry to storage) Siswa memberikan makna pada pola perseptual dengan membuat informasi sungguh berarti dengan menghubungkan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang. 6. Menggali informasi (responding to question or task) Siswa membuktikan melalui suatu prestasi belajar bahwa pokok bahasan telah dikuasai. 7. Mendapatkan umpan balik (feed back, reinforcement) Siswa mendapat penguatan dari guru jika prestasinya tepat dan koreksi jika prestasinya salah. 8. Memantapkan hasil belajar (frequent retrieval transfer) Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar dan mengulang-ulang kembali pokok bahasan. Upaya untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa harus mengetahui gaya belajar siswa tersebut sehingga diharapkan siswa mampu menyesuaikan cara belajar yang efektif dan efisien. Setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda-beda tetapi jangan terpaku pada satu gaya saja melainkan dapat

23 72 mengakomodasikan gaya belajar yang berbeda-beda agar semua modalitas sensori ikut terlibat dan berperan. Chasiyah, dkk (2009) mengemukakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dapat menggunakan pendekatan-pendekatan belajar seperti pendekatan preferensi sensori yang melibatkan keterampilan visual, auditori, kinestetik, dan taktil. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran setelah dilakukan intervensi 1 dengan metode VAKT menunjukkan hasil yang lebih baik daripada hasil pengukuran baseline 1. Peningkatan terjadi dalam setiap tes baik tes lisan I, tes perbuatan, dan tes lisan II. Pengukuran pada tes lisan I berupa membaca kata kerja terlihat bahwa siswa memiliki daya ingat yang baik. Siswa dengan cepat menyebutkan kata kerja yang ditunjukkan dengan kartu kata. Hal ini dikarenakan pembelajaran kata kerja dasar yang dilakukan melibatkan visual, auditori, dan taktil dengan kegiatan melihat kartu kata berupa kata kerja dasar, mendengarkan pelafalan kata kerja dasar, dan perabaan balok huruf pembentuk kata kerja dasar. Pengukuran pada tes perbuatan berupa memperagakan kata kerja yang disebutkan peneliti terlihat bahwa siswa antusias dalam mengikuti dan merespon kata kerja dengan bergerak memperagakan kata kerja yang disebutkan. Pembelajaran kata kerja dasar yang dilakukan melibatkan visual, auditori, dan kinestetik dengan kegiatan melihat peragaan kata kerja baik dari peragaan dengan media video maupun peragaan langsung, mendengarkan nama kata kerja baik dari suara dengan media video ataupun kata kerja yang diucapkan peneliti, dan keterlibatan motorik siswa untuk bergerak memperagakan kata kerja. Pengukuran pada tes lisan II berupa menyebutkan kata kerja yang diperagakan peneliti menunjukkan bahwa siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran kata kerja dasar yang dilakukan dengan melibatkan sensori siswa berupa visual dan auditori dari kegiatan melihat peragaan kata kerja baik dari media video ataupun peragaan langsung oleh peneliti dan kegiatan mendengarkan kata kerja yang sedang diperagakan menggunakan media video ataupun secara langsung. Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran pada tahap intervensi 1 menunjukkan angka 86,3. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai pada tahap intervensi 1 setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan

24 73 metode VAKT daripada hasil pengukuran pada tahap baseline 1 yang hanya mendapatkan nilai rata-rata 48,9. Hasil yang diperoleh dari pengukuran baseline 1 dan intervensi 1 menunjukkan perbandingan yang sangat jauh. Hasil pengukuran tahap intervensi 1 jauh lebih baik dari hasil pengukuran baseline 1. Pengukuran tahap baseline dan intervensi perlu dilakukan kembali untuk mengetahui peningkatan yang terjadi merupakan pengaruh dari metode VAKT dalam pembelajaran kata kerja dasar atau ada faktor lain yang memperngaruhi hasil pengukuran terhadap dua tahap tersebut. Tahap baseline 2 dilakukan seperti pada tahap baseline 1 tetapi dengan kata kerja yang berbeda. Hasil menunjukkan seperti pada tahap baseline 1 dan dengan nilai rata-rata 48,9. Hasil baseline 2 sebagai pembanding hasil tahap intervensi 2. Tahap intervensi 2 serupa dengan tahap intervensi 1 yaitu melakukan pembelajaran kata kerja dasar dengan menggunakan metode VAKT dengan berpacu pada hasil pengukuran pada tahap baseline 2. Hasil pada tahap intervensi 2 menunjukkan hasil seperti pada tahap intervensi 1 dan nilai rata-rata yang diperoleh dari pengukuran tahap ini yaitu 92,2. Hasil yang diperoleh pada tahap intervensi 2 menunjukkan peningkatan yang sangat baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran pada tahap baseline2. Perbandingan peningkatan hasil yang diperoleh dari setiap tahap intervensi dengan tahap baseline menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode VAKT dalam pembelajaran kata kerja dasar. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswantia (2012) bahwa metode VAKT dengan media plastisin dapat meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam membaca huruf hijaiyah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan terhadap prestasi membaca braille anak tunanetra, Krishartanti (2009) menyimpulkan bahwa penggunaan metode Fernald dalam membaca Braille dapat meningkatkan prestasi membaca braille bagi siswa tunanetra.

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Pengaruh Metode Fernald terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Huruf Awas Peserta Didik Low Vision Ratih Ratnasari dan Ehan Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN 1

KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN 1 KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN 1 Sri Muryaningsih 2 PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Tugas umum guru sebagai sebuah profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap kasus tunggal sehingga rancangan yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian Subjek Tunggal)

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MELALUI METODE MULTISENSORI BAGI ANAK AUTIS Oleh: Evri Yeni Abstract: This research coming because of there is a problem in the First Grade Class in Autism Harapan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK Maman Abdurahman SR dan Dede Supriyanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik. Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 9: Peseptual Motorik HAKIKAT PERSEPTUAL MOTORIK Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK A Dharma Wanita 1 Ngraji Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Subyek penerima tindakan berjumlah

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Efektifitas Flash Card Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Alphabet Pada Siswa Tunarungu Kelas Tk-A2 SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Riani Rachmawati, Tati Hernawati, dan Juhanaini Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning adalah belajar, disability artinya ketidak mampuan sehingga terjemahannya menjadi ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 88 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh dari metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan membaca dini pada anak

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 615-626 EFEKTIVITAS METODE VAKT UNTUK MENINGKATKAN HAFALAN SURAH AL-KAUTSAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen, termasuk penelitian dengan subjek tunggal. Menurut Sugiono (2009:38) Variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berperan penting bagi manusia adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berperan penting bagi manusia adalah pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan karakteristik Subjek Penelitian Setting penelitian tindakan kelas ini mencakup tempat penelitian, subjek penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sebagaimana telah disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum dilakukan intervensi, subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita perlu diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita perlu diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita perlu diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak pada umumnya sesuai dengan kemampuan dan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Meskipun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tahap Prasiklus Tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel a. Media Komunikasi Visual Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK UPT PENDIDIKAN KECAMATAN GEBOG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH 2012 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Tema : Hewan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat akibat dari pemberian perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. (Sunanto, et al. 2006 : 13) variabel bebas dalam penelitian subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan dalam pengumpulan dan analisis data, serta menginterpretasikan data yang diperoleh menjadi suatu

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Merangkai Bunga Hias Dari Bahan Daur Ulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Tunggal) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Pezi Awram

Pezi Awram 315 PROBLEMATIKA MEMBACA CEPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Pezi Awram Pezi.awram@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini disusun untuk menjelaskan problema apa saja dalam membaca cepat khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam praktek mengajar di kelas I SDN Tlogowungu kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 25 pada mata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey dimana penelitian dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Rojoimo. SD Negeri 1 Rojoimo terletak di Desa Mirombo Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN 1 Ringinharjo Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dilihat dari segi geografisnya SDN 1 Ringinharjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Bahasan mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen yaitu variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB 5 PELAKSANAAN METODE FERNALD BERBASIS MULTISENSORI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN MEMBACA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN

BAB 5 PELAKSANAAN METODE FERNALD BERBASIS MULTISENSORI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN MEMBACA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN BAB 5 PELAKSANAAN METODE FERNALD BERBASIS MULTISENSORI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN MEMBACA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN Peneliti merumuskan alternatif pemecahan masalah berupa bentuk perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, kata shalat mengandung dua pengertian. Pertama, shalat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, kata shalat mengandung dua pengertian. Pertama, shalat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam bahasa Arab, kata shalat mengandung dua pengertian. Pertama, shalat berarti ikatan, yaitu saling bertemu untuk mengikat tali kasih sayang. Kedua, shalat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik...

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... DAFTAR ISI Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Indentifiasi

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Pengaruh Penggunaan Media Adobe Flash terhadap Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Anak Cerebral Palsy di SLB D YPAC Bandung Nisa Nurmalani, dan Musjafak Assjari Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Identitas dan Lokasi Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Pengukuran frekuensi kemampuan bahasa reseptif dan rekam kejadian pre test dan post test dilakukan di ruang kelas Sekolah Terpadu ABK

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :256-262 Peningkatan Kemampuan Membuat Kalung Berbahan Kancing Baju Melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Kebolampang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis

Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis 84 Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis Pertanyaan kepada guru: 1. Bagaimana guru mempersiapkan kegiatan belajar mengajar dalam penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis saja tetapi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

d. Siswa menunjukan 20 suku kata [(bu-ku), (ca-be), (da-du), (gu-la), (ja-ri),

d. Siswa menunjukan 20 suku kata [(bu-ku), (ca-be), (da-du), (gu-la), (ja-ri), 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal ini dikenal Treatment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Kemampuan membaca permulaan mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945, bab III pasal 3 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK Asep Ardiyanto, S. Pd, M. Or Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Gerak merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pratindakan sebelum melaksanakan proses penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Permainan sondah adalah permainan meloncati garis dengan satu kaki, permainan ini terdapat di daerah Jawa Barat dan deerah luar Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tlogodalem. SD Negeri Tlogodalem terletak di Dusun Ngadisari, Desa Tlogodalem, Kecamatan Kertek, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal 4.1.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Setelah dilakukan uji reliabilitas

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 639-648 Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Tari Melalui Media Audio

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PRA SIKLUS Pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2013 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit, dengan materi ajar menggapi cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya dependen (terikat)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 1 Januari 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 372-379 EFEKTIFITAS PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU 234 STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU Rezka B. Pohan 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S. JRR Tahun 23, No. 2, Desember 204 06-2 PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA Oleh: Siti Rachmawati, S.Pd SLB N Semarang ABSTRAK Kemampuan

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017 Metode Suku Kata Untuk Pembelajaran Membaca Permulaan Peserta Didik Low Vision Widya Nur Hidayah, dan Ahmad Nawawi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VI yang berjumlah 28 siswa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Media papan congkak hitung merupakan sebuah Alat Permainan Edukatif (APE) atau media pembelajaran matematika. Eliyawati,dkk (2005

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI METODE MULTISENSORI BAGI ANAK AUTIS ABSTRAK This study begins of encountered a child with autism who do not understand with the concept of numbers.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Lampiran 08 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1 Topik/ Sub Topik :Gaya/ Jenis-jenis Gaya dan Pengukuran Gaya

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

Lebih terperinci

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah bukan istilah yang asing dan belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL 239 PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL Fatwa T. Radityan 1, Iwa Kuntadi 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J., 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian eksperimen ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Pelaksanaan Tindakan 1.1.1 Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 72) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 48 siswa kelas 2 SD Sidorejo Lor 1 Salatiga yang dibagi menjadi 2 kelas paralel.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pra Siklus Tahap pra siklus adalah tahap dimana belum diterapkannya model pembelajaran yang baru. Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan observasi awal. Fokus observasi adalah hasil belajar dan proses pembelajaran siswa kelas V. Observasi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi an an ini mengambil lokasi di SDLB Negeri Panggungsari yang terletak di Desa Panggungsari, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami belajar dalam hidupnya. Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk melakukan sesuatu yang sistematis pula. Sedangkan metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL PENELITIAN Variabel merupakan suatu atribut atau ciriciri sesuatu yang diamati atau diukur dalam penelitian (Sunanto,dkk,2006:3). Dengan demikian variabel dapat

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 2 Juni 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Cindri Wulan Alam Sari ( 2016 ) : Efektivitas Bermain Papan Pasak Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MED IA ELEKTRONIK PENGUKURAN PANGKALA ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 4 BAND UNG

2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MED IA ELEKTRONIK PENGUKURAN PANGKALA ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 4 BAND UNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang semakin cepat menyebabkan banyak perubahan pada dinamika kehidupan. Aplikasinya terasa langsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi awal Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri 3 Karangwuni pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risma Rosyanti,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risma Rosyanti,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat belajar anak dalam mengembangkan kemampuannya secara optimal. Hasil belajar yang terjadi diharapkan bisa ikut serta dalam mewujudkan

Lebih terperinci