BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN"

Transkripsi

1 34 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN 4.1 Studi Pendahuluan Sejarah berdirirnya PT Semen Gresik dimulai pada tahun , saat Ir. Van Es mengadakan survei di daerah Gresik Jawa Timur ternyata daerah tersebut banyak mengandung batu kapur dan tanah liat yang merupakan bahan utama pembuatan semen. Pemerintah Hindia Belanda setelah mengetahui hal itu bermaksud mendirikan pabrik Semen di Gresik, tetapi tidak terwujud karena pecah perang dunia ke-2. Bapak Drs. Moh. Hatta pada tahun 1950 berusaha untuk memprakarsai berdirinya pabrik semen di Gresik. Pada tahun 1951 oleh Dr. F. Lauver dan Dr. A. kraef dari Jerman mengadakan penyelidikan secara intensif terhadap batu kapur dan tanah liat di daerah Gresik. Pada tahun 1953 tepatnya pada tanggal 25 Maret 1953 pemerintah RI menugaskan Bank Industri Negara (BAPINDO) untuk membentuk badan hukum NV di pabrik Semen Gresik dengan akta notaris No. 14 dari Raden Master Soemandi di Jakarta dan yang ditunjuk sebagai Komisaris Dirut adalah bapak Ir. Ibrahim bin Moh Zahier. Pada tanggal 1 April 1955 pembangunan fisik pertama semen Gresik dimulai. Pabrik Semen Gresik diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 7 Agustus 1957 dan merupakan pabrik semen pertama di Indonesia yang dibangun setelah Proklamasi Kemerdekaan dengan kapasitas produksi ton/ tahun. PT Semen Gresik menjadi BUMN pertama yang diakui sebagai PT Persero pada tanggal 24 Oktober PT Semen Gresik mendapat ISO 9002 yang merupakan pengakuan jaminan mutu dalam produksi oleh dunia Internasional pada tanggal 29 Mei 1996 yang dapat memperlancar aspek pemasaran produk PT Semen Gresik. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik melakukan

2 35 go publik dengan menjual lembar saham. Komposisi kepemilikan saham negara 73% dan masyarakat 27%. 24 September 1994 dilakukan peresmian Pabrik Tuban I dengan kapasitas ton semen per tahun dengan kapasitas terpasang meningkat menjadi ton per tahun. PT Semen Gresik mengadakan konsolidasi dengan Pabrik Semen milik BUMN yang lain yaitu P.T. Semen Padang dan P.T.Semen Tonasa pada tanggal 15 September Ketiga perusahaan ini memberikan sinergi dalam bidang pemasaran, distribusi proyek, investasi, keuangan, tekhnik, sumber daya manusia,penelitian, pengembangan, sistem informasi logistik infentori serta pengawasan intern hukum. Dari hal tersebut diharapkan diperoleh pengelolaan perusahaan yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat memberikan keuntungan yang maximal pada semua pemegang saham. Pada bulan itu juga dilakukan penjualan saham pada masyarakat untuk kedua kalinya sehingga komposisi kepemilikan saham menjadi 65% milik pemerintah dan 35% milik masyarakat. Pada 29 Mei tahun 1996, PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO Pada tahun 1998 pemerintah melakukan privatisasi dan menjual sahamnya kepada Cemex sehingga komposisi kepemilikan sahan di PT.Semen Gresik menjadi 51 % Pemerintah RI, 26 % Cemex dan 23% masyarakat Produk yang Dihasilkan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. PT Semen Gresik (Persero) Tbk menghasilkan produk semen yang dapat dibedakan menjadi dua jenis semen yang mempunyai komposisi dan bahan penyusun berbeda disesuaikan dengan penggunaan semen tersebut, yaitu :

3 36 a. PORTLAND POZZOLAN CEMENT (PPC) Gambar 4.1 Semen PPC Portland Pozzolan Cement adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak semen Portland, gypsum, dan bahan Pozzolan. PPC diproduksi PT Semen Gresik (Persero) Tbk memenuhi persyaratan SNI jenis A dan ASTM C 595M-1995 type IP. Komposisi dari semen bedasarkan hasil pengujian kimia adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Komposisi kimia dari semen PP Jenis Komposisi Kimia Hasil Uji PPC (%) Silikon Dioksida (SiO2) Aluminium Oksida (Al2O3) 8.76 Ferri Oksida ( Fe2O3) 4.62 Kalsium Oksida (CaO) Magnesium Oksida (MgO) 0.90 Sulfur Trioksida (SO3) 2.18 Hilang Pijar (LOI) 1.69 Kapur Bebas 0.69 Bagian tidak larut 8.82

4 37 Sedangkan berdasarkan pengujian secara fisika, semen PPC mempunyai ciri sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil pengujian fisika semen PPC Jenis Uji Hasil Pengujian PPC Kehalusan: Dengan alat Blaine (m 2 /Kg ) 325 Waktu Pengikatan dengan Vicat: Awal (Menit) Akhir (Menit) Kekekalan dengan alat Autoclave: Pemuaian (%) Penyusutan (%) Kuat Tekan : 3 hari (Kg/cm 2 ) 7 hari (Kg/cm 2 ) 28 hari (Kg/cm 2 ) Pengikatan Semu (False Set) Penetrasi Akhir (%) Panas Hidrasi: 7 hari (Cal/gr) 28 hari (Cal/gr) Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum seperti pada semen Portland jenis 1, dan bangunan-bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang. Antara lain digunakan untuk : 1. Bangunan bertingkat tinggi 2. Perumahan 3. Jembatan dan jalan raya 4. Landasan Bandara Udara 5. Bangunan dilingkungan garam seperti dermaga dan bangunan irigasi

5 38 6. Beton volume besar seperti bendungan, dam, pondasi plat penuh 7. Beton pracetak dan pratekan 8. Elemen bangunan seperti genteng, batako, paving blok, dll b. ORIGINAL PORTLAND CEMENT (OPC) Gambar 4.2 Semen OPC Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak semen Portland dan gypsum. Semen Portland jenis I produksi PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Memenuhi persyaratan SNI jenis I dan ASTM C type I. Komposisi dari semen bedasarkan hasil pengujian kimia adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Komposisi kimia dari semen OPC Jenis Komposisi Kimia Hasil Uji OPC (%) Silikon Dioksida (SiO2) Aluminium Oksida (Al2O3) 5.49 Ferri Oksida ( Fe2O3) 3.78 Kalsium Oksida (CaO) Magnesium Oksida (MgO) 0.97

6 39 Tabel 4.3 Komposisi kimia dari semen OPC (lanjutan) Sulfur Trioksida (SO3) 2.22 Hilang Pijar (LOI) 1.35 Kapur Bebas 0.59 Bagian tidak larut 0.43 Alkali (Na2O K2O) 0.19 Tricalsium Silicate (C3S) Dicalsium Silicate (C2S) Tricalsium Aluminate (C3A) 8.16 Tricalsium Aluminate Ferrit (C4AF) 11.5 Sedangkan berdasarkan pengujian secara fisika, semen OPC mempunyai ciri sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil pengujian fisika semen OPC Jenis Uji Hasil Pengujian OPC Kehalusan: Dengan alat Blaine (m 2 /Kg ) 320 Waktu Pengikatan dengan Vicat: Awal (Menit) Akhir (Menit) Kekekalan dengan alat Autoclave: Pemuaian (%) Penyusutan (%) Kuat Tekan : 3 hari (Kg/cm 2 ) 7 hari (Kg/cm 2 ) 28 hari (Kg/cm 2 ) Pengikatan Semu (False Set) Penetrasi Akhir (%) 73.39

7 40 Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekan yang tinggi dan tidak memerlukan persyaratan khusus. Antara lain digunakan untuk: 1. Bangunan bertingkat tinggi 2. Perumahan 3. Jembatan dan jalan raya 4. Landasan Bandara Udara 5. Beton pracetak dan pratekan 6. Elemen bangunan seperti genteng, batako, paving blok, dll Semen ini didistribusikan dalam dua kemasan atau bentuk yang berbeda yaitu : 1. Zak Yaitu semen yang dipasarkan dengan menggunakan kemasan zak dengan berat 50 kilogram untuk per zaknya. Biasanya digunakan untuk melayani pembelian semen guna memenuhi kebutuhan rumah tangga atau distributor yang akan menjual kembali semen tersebut. 2. Bulk Yaitu semen yang tidak dikemas dalam zak melainkan langsung ditempatkan pada bulk atau semacam truk tangki tertutup. Ukurannya disesuaikan dengan permintaan konsumen dan kapasitas bulk atau tangki. Pengemasan semen ini biasanya digunakan pada perusahaan atau untuk melayani kebutuhan semen yang akan langsung digunakan dalam proyek dengan skala yang besar.

8 Proses Pembuatan Semen Pada proses pembuatan semen ini dapat dibagi menjadi 6 bagian besar yaitu : 1. Proses Penambangan Penambangan merupakan proses pengambilan batu kapur dan tanah liat yang diperlukan dalam memproduksi semen. Dimana telah dibuat perencanaan lokasi penambangan untuk kebutuhan setiap harinya. Langkah-langkah dalam melakukan penambangan adalah sebagai berikut : a. Pembersihan dan Pengupasan Topsoil Langkah pertama yang dilakukan pada penambangan ini adalah dengan melakukan pembersihan dari tanaman-tanaman yang tumbuh dan melakukan pengupasan lapisan atas dari tanah yang berada di bukit kapur. Perbedaan pengupasan Topsoil dari batu kapur dan tanah liat adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Perbedaan Batu Kapur dan Tanah Liat Kriteria Batu Kapur Tanah Liat Peralatan yang Komatsu D150 Komatsu D85SS digunakan Kedalaman pengupasan Dipengaruhi oleh tinggi permukaan Kurang lebih 40 cm dari permukaan Pengalokasian Topsoil Disimpandi Topsoil bank (sisi Selatan greenbelt, 1 km kuari) untuk media reklamsi. Disimpan ditanggul-tanggul antar kuari. b. Pengeboran Pengeboran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar CaO dari lapisan batu kapur yang akan digunakan

9 42 dalam proses produksi semen. Untuk tanah liat tidak diperlukan proses pengeboran dan peledakan cukup dengan penggalian. Penambangan batu kapur, dilakukan pada 3 lokasi, dimana diantara 3 lokasi tersebut dapat memenuhi 3 kriteria batu kapur yaitu Low Grade, Medium Grade dan High Grade yang dilakukan adalah dengan melakukan pengeboran sampai kedalaman 6m dan diameter 3.5 inch dengan burden 2.5 meter dan dengan jarak antar lubang adalah 3 meter pada lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan alat bor Atlas Copco ROC F7. Selain dilakukan pengeboran dilakukan juga subdrilling sedalam 0.5 meter untuk mengantisipasi kedalaman hasil peledakan yang kurang dari kriteria yang ditentukan. Kemudian dilakukan pengambilan sampel pada minimal 5 titik dimana 4 sampel terletak di sudut dan satu sampel terletak di tengah pada setiap area peledakan untuk mengetahui keadaan dan kualitas batu kapur. Sampel tersebut dibawa menuju laboratorium pengendalian proses untuk menguji kualitas dari batu kapur tersebut agar dapat disesuaikan dengan komposisi bahan yang lain sehingga dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan kriteria semen yang telah ditentukan sebelumnya. c. Peledakan Setelah itu mulailah dilakukan peledakan untuk menghancurkan bukit kapur agar didapatkan bongkahanbongkahan batu kapur tersebut. Untuk memeperkecil ukuran bongkahan batu kapur itu maka dilakukan proses pemecahan batu kapur dengan fragmentasi maksimal 80 cm dengan jumlah paling sedikit 90% dari yang dihasilkan sehingga dapat memudahkan untuk pemrosesan selanjutnya. Pada proses ini menggunakan bahan peledak ANFO (94,5%) dan juga Fuel oil (5,5%) dengan target ROM Ton batu kapur per hari. d. Penggalian dan Pemuatan

10 43 Proses penggalian batu kapur dilakukan untuk mempermudah mendapatkan batu kapur dengan ukuran yang lebih kecil serta memindahkan batu kapur tersebut ke dalam dump truk. Peralatan yang digunakan adalah Excavator Komatsu PC-650, Komatsu PC-400, Wheel Loader Komatsu WA500 serta ditunjang dengan Dozer dan Grader. Sedangkan untuk tanah liat dilakukan dengan menggunakan Excavator Komatsu PC-400 dan Komatsu PC-200. Pengambilan sample tanah liat dilakukan pada tanah liat yang telah dikeruk atau digali secara chanelling sepanjang front aktif kurang lebih 2 meter. Pengambilan sample ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar dari alumina yang terkandung dalam tanah liat tersebut agar dapat disesuaikan dalam penentuan komposisi batu kapur dan tanah liat dalam pembuatan pile. Sedangkan maksud dari penggalian secara chanelling adalah, penggalian dilakukan dengan pola vertikal. e. Pengangkutan ke ROM storage / hopper crusher Setelah bongkahan - bongkahan tersebut menjadi lebih kecil maka dilakukan pengangkutan dengan menggunakan Dump Truck dengan kapasitas 20 Ton kemudian dibawa untuk memenuhi kebutuhan crusher dari masing-masing pabrik dengan jarak kurang lebih 2 kilometer. Setelah itu tanah liat tersebut siap untuk diangkut menggunakan dump truck menuju proses crusher dengan jarak untuk kuari Mliwang kurang lebih 6 kilometer sedangkan untuk Telogowaru kurang lebih 3 kilometer. 2. Proses Crusher Proses Crusher merupakan proses penghancuran batu kapur dan tanah liat. Dengan tujuan untuk memperkecil ukuran batu kapur dan tanah liat yang berasal dari pertambangan, sehingga mempermudah proses selanjutnya. Langkah-langkah proses crusher adalah sebagai berikut : a. Memasukkan batu kapur dari dump truk ke dalam hopper. Hopper merupakan mesin yang digunakan untuk

11 44 menyaring batu kapur sesuai dengan ukurannya. Untuk batu kapur yang mempunyai ukuran diameter kurang dari 15 cm masuk ke dalam conveyor sedangkan untuk batu kapur yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 15 cm akan masuk ke dalam mesin crusher. b. Untuk batu kapur yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 15 cm akan diproses pada mesin crusher dimana didalam mesin ini terdapat hammer mill yang akan menghaluskan batu kapur tersebut. Sehingga dihasilkan batu kapur yang mempunyai ukuran kurang dari 15 cm. c. Hasil penghalusan mesin crusher tersebut akan menuju Belt Conveyor 2 serta dibawa menuju percampuran dengan tanah liat. d. Memasukkan tanah liat dari dump truk ke Hopper yang digunakan untuk pemrosesan tanah liat, dimana sebenarnya proses ini hampir sama dengan proses yang dilakukan pada pengolahan batu kapur. Appron merupakan mesin yang digunakan untuk menyaring tanah liat sesuai dengan ukurannya. Untuk tanah liat yang mempunyai ukuran diameter kurang dari 15 cm masuk ke dalam conveyor sedangkan untuk tanah liat yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 15 cm akan masuk ke dalam mesin crusher. e. Untuk tanah liat yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 15 cm akan diproses pada mesin crusher dimana didalam mesin ini terdapat clay cutter yang akan menghaluskan tanah liat tersebut. Sehingga dihasilkan tanah liat yang mempunyai ukuran kurang dari 15 cm. f. Hasil penghalusan mesin crusher tersebut akan menuju Belt conveyor 1 serta dibawa menuju percampuran dengan batu kapur. g. Hasil pengolahan mesin crusher pada batu kapur yang dibawa dengan Belt conveyor 2 serta pengolahan pada tanah liat yang dibawa dengan Belt conveyor 1 akan bertemu pada Belt conveyor 3. Jadi pada conveyor ini

12 45 hanya dilakukan pencampuran dengan manjatuhkan batu kapur serta tanah liat dengan bersama-sama. Dimana penentuan pencampuran ini diberi toleransi kurang lebih 0.25 h. Setelah itu dibawa oleh Belt conveyor 3 menuju ke Surge Bin dimana pada Surge Bin ini, material yang telah dicampur dan dibawa oleh Belt Conveyor hanya akan melewati Bin tersebut tanpa ada pemrosesan terhadap material tersebut didalamnya. i. Setelah dilakukan pencampuran maka hasilnya akan turun lalu dibawa oleh Belt conveyor 4 dilanjutkan ke Belt conveyor 5, Belt conveyor 6, Belt conveyor 7 dan yang terakhir adalah Belt conveyor 8. j. Setelah diangkut oleh Belt conveyor 8 maka akan dilanjutkan dengan menaikkan hasil pencampuran tersebut pada tripper guna dibentuk pile. k. Pada tripper ini proses yang terjadi adalah dijatuhkannya batu kapur dan tanah liat tersebut ke tanah sepanjang 150 dari arah barat ke timur sampai mempunyai kapasitas sekitar ton. Inilah yang dinamakan pile. Untuk lebih jelasnya, pile adalah tumpukan campuran tanah liat dan batu kapur yang membentuk seperti gunung agar dapat diproses secara lanjut. Untuk tiap-tiap bagian dari pabrik ini terdapat 2 pile. Pile yang dihasilkan ini memakai standar LSF. l. Dilakukan perngambilan sampel pada setiap pencampuran agar dalam pengolahan membuat pile, jika ada komposisi yang kurang sesuai maka akan dilakukan penambahan batu kapur murni yang mempunyai kandungan CaO paling tinggi agar nantinya hasil pencampuran yang diharapkan bisa terbentuk. 3. Proses Roller Mill Proses Roller Mill merupakan proses untuk menghaluskan pile yang telah dibuat sebelumnya dengan

13 46 menambah bahan baku seperti pasir silika dan pasir besi. Proses ini dilmulai dari storage yang menyimpan pile yang akan digunakan sebagai umpan dalam proses raw mill ini. Langkah-langkah dari proses Roller Mill ini adalah sebagai berikut: a. Pile yang ada di dalam storage di makan oleh alat reklamer yang berfungsi untuk mengambil umpan tersebut dan dibawa dengan menggunakan Belt conveyor. Proses pengambilan ini dilaksanakan secara bergantian antara east dan west pile apabila salah satu pile sedang dimakan maka tripper akan mengisi pile yang lain. b. Campuran batu kapur dan tanah liat tersebut dibawa dengan menggunakan Belt conveyor menuju mix bin. Sedangkan bahan lain seperti pasir silika, pasir besi dan pure batu kapur (koreksi) juga dibawa dengan Belt conveyor menuju masing-masing bin. a. Proses selanjutnya adalah mencampur bahan tersebut sesuai dengan komposisi berat yang telah ditentukan. Masing-masing bahan tersebut keluar dari bin menuju satu belt konveyor yang sama dan masuk ke dalam mesin Roller Mill untuk dihaluskan. b. Didalam mesin Roller Mill terdapat alat clasifier atau alat penyaring yang akan digunakan untuk menyaring bahan yang telah diroller dimana material yang telah memenuhi syarat akan tersedot ke dalam clasifier dan diteruskan menuju cyclone. Sedangkan material yang ditolak oleh clasifier akan diturunkan ke bawah mesin roller dan diangkut melalui bucket elevator untuk diproses kembali kedalam mesin Roller Mill. c. Untuk material yang telah halus dan ukurannya telah memenuhi persyaratan setelah melalui cyclone akan dibawa dengan menggunakan air slight menuju ke dalam bucket elevator untuk selanjutnya disimpan dalam

14 47 4. Proses Kiln Proses Kiln merupakan proses pembakaran umpan yang telah melalui proses roller mill dan telah dihomogenkan. Langkah-langkah dalam proses pemanasan ini adalah sebagai berikut: a. Umpan yang berasal dari blending silo dibawa dengan menggunakan air slide menuju bucket elevator untuk selanjutnya dimasukkan kedalam kiln feed bin. Di dalam kiln feed tersebut material ditimbang sesuai dengan kemampuan kiln kurang lebih 5100 ton/ jam. b. Sebelum masuk kedalam mesin kiln, material tersebut dipanaskan dengan menggunakan pre heater, dimana pre heater tersebut dibagi menjadi empat stage yang akan menaikkan suhu material secara bertahap yaitu : 1. Stage 1 kurang lebih C 2. Stage 2 kurang lebih C 3. Stage 3 kurang lebih C 4. Stage 4 kurang lebih C c. Setelah material mengalami pemanasan awal, material dimasukkan kedalam kiln untuk dibakar dengan menggunakan panas kurang lebih C. Sehingga material yang sebelumnya halus mengalalmi perubahan fase menjadi butiran-butiran material dengan ukuran diameter 3-5 cm. d. Kemudian material tersebut didinginkan dengan menggunakan water cooler, sehingga keluar dari mesin kiln tersebut material mempunyai panas sekitar C. e. Material tersebut dibawa dengan menggunakan conveyor untuk dimasukkan ke dalam dum.

15 48 5. Proses Finish Mill Proses Finish Mill merupakan proses penghalusan akhir material, dimana material yang dihaluskan tersebut terdiri dari hasil dari proses kiln ditambah dengan gypsum dan trass. Proses Finish Mill ini terdiri dari : a. Material yang tersimpan dalam bin tersebut akan melalui proses penimbangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan dengan menggunakan alat weight feeder. b. Untuk material dibawa dengan menggunakan bucket elevator menuju ke mesin pre greeding. Clinker tersebut akan berubah menjadi bentuk lembaran atau kubus. c. Selanjutnya material tersebut dicampur dengan trass dan gypsum sebagai umpan untuk bowl mill. Dalam mesin tersebut terjadi proses pencampuran dan proses penghalusan akhir. Mesin ini menggunakan dua prinsip yaitu pinsip tarikan dan dorongan. Dimana material yang memenuhi syarat kehalusan tertentu akan tertarik keatas dengan menggunakan fan dan masuk kedalam separator apabila ukuran telah sesuai maka akan masuk ke dalam cyclone sedangan yang masih kasar akan dihaluskan kembali dengan menggunakan bowl mill. d. Dari cyclone matrial yang telah sesuai dibawa dengan menggunakan air slight menuju silo penyimpanan. Maka material tersebut telah menjadi semen yang telah dapat digunakan. 6. Proses Packer Proses selanjutnya adalah proses pengemasan semen kedalam zak atau kedalam bulk. Proses pengemasan ini terdiri dari : a. Semen yang telah disimpan dalam silo dibawa dengan menggunakan airslight menuju ke bucket elevator dan melalui proses ayakan atau fibrating untuk menyaring kerikil atau metal yang terbawa.

16 49 b. Kemudian hasil ayakan tersebut dibawa menuju bin sentral dan di salurkan ke dalam bin untuk setiap mesin packer. c. Pada mesin packer dapat dikerjakan secara otomatis atau dengan menggunakan tenaga manual. Untuk proses yang manual operator diharuskan untuk memasang kantong atau zak ke setiap lengan pengisi pada mesin packer sehingga dibutuhkan kecepatan dan keterampilan yang baik untuk menghasilkan jumlah semen yang optimal. Sedangkan untuk mesin packer yang otomatis operator hanya menyiapkan zak yang akan diisi semen, dan Zak tersebut akan terisi secara otomastis dengan bantuan robot. Untuk setiap satu zak semen berisi 50 kg dimana setelah diisi semen tersebut akan di timbang untuk mengetahui apakah berat semen tersebut telah sesuai atau belum. Jika berat semen tersebut tidak sesuai dengan toleransi yang telah ditetapakan maka zak yang berisi semen tersebut akan dihancurkan dan akan masuk ke dalam bin kembali sedang zak tersebut akan dihancurkan. d. Untuk semen tanpa kemasan atau dengan jumlah yang besar dibawa dengan menggunakan bulk yang secara otomatis terisikan dalam truk tangki yang mengangkut semen tersebut Peralatan yang Terdapat di Bagian Kiln & Coal Mill Peralatan peralaan yang terdapat dibagian Kiln adalah sebagai berikut : 1. Blending Silo 2. Kiln Feed Bin 3. Pre Heater 4. Kiln 5. Water Cooler 6. Clinker Dumb

17 50 Peralatan peralatan yang akan diteliti pada penelitian ini hanya berjumlah 6 peralatan yaitu sebagai berikut : 1. Air Slight, berfungsi sebagai alat transportasi material yang berasal dari blening silo menuju ke preheater. 2. Roll Crusher, dimana perlatan ini berfungsi sebagai pemecah yang ukurannya masih kasar agar menjadi lebih halus. 3. Clinker Cooler, peralatan ini berfungsi sebagai pendingin klinker yang keluar dari kiln setelah mengalami pembakaran. 4. Rotary Kiln, peralatan ini sebagai penukung dalam mesin kiln dimana berfungsi sebagai penggerak dalam proses pembakaran material menjadi klinker. 5. Preheater, berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk pemanasan awal dari material yang berasal dari blending silo sebelum material tersebut masuk kedalam kiln. 6. Bucket Elevator, alat ini berfungsi sebagai alat transportasi material atau klinker yang berasalal dari air slight atau yang klinker yang keluar dari kiln. 4.2 Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data data yang diperlukan yang selanjutnya akan diolah dengan menggunakan FMEA (Failure Mode Effect and Analysis), softweilbull dan menggunakan software Matchad. Data data yang diperlukan untuk untuk pengolahan data yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitif. Kedua data ini memiliki pengolahan yang berbeda beda. Data kualitatif digunakan untuk membuat FMEA (Failure Mode Effect and Analysi) untuk setiap komponen dari bagian Kiln. Data kualitatif yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Data fungsi mesin, berupa data mengenai fungsi dari masing masing mesin yang ada di bagiab Kiln 1 beserta dengan bagaimana cara opersai dari mesin tersebut.

18 51 2. Data kegagalan, berupa data mengenai kegagalan fungsi yang dialami setiap mesin dalam menjalankan fungsinya. 3. Data penyebab kegagalan, berupa data mengenai penyebab dari kegagalan fungsi dari mesin mesin tersebut. 4. Data efek yang ditimbulkan, berupa data mengenai pengaruh kegalan fungsi terhadap sekitarnya muali dari operasional mesin, operator dan lingkungan. 5. Data kecelakaan kerja tahun , berupa data mengenai jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Kiln 1. Sedangkan data kuantitatif yang didapat digunakan untuk menentukan interval perawatan mesin pada bagian Kiln 1. Data kuantitaif yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Time Failure and Time to Failure tahun Data Workorder untuk tahun 2005, berupa data mengenai frekuensi permohonan pekerjaan perawatan untuk setiap komponen yang ada pada Kiln Data jumlah Produksi tahun 2005, berupa data mengenai jumlah produksi untuk setiap bulannya. 4. Data biaya kegagalan mesin, meliputi : Biaya operasional Biaya tenaga kerja Biaya penggantian Harga sparepart Biaya perawatan 4.3 Pengolahan Data Pada tahap ini data data yang telah dikumpulkan tersebut maka akan diolah datanya. Data data yang telah dikumpulkan akan diolah untuk membuat FMEA, dengan menggunakan software Weilbull dan Mathcad untuk menentukan intervala perawatan untuk setiap komponen yang dianggap kritis, dan tahap yang terakhir adalah menghitung penghematan biaya perawatan.

19 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Tabel 4.6 Failure Mode and Effect Analysi (FMEA) Worksheets FMEA WORKSHEET No Komponen Function AS 7 Air Slide CR1 - CR2 Clinker Breaker Sebagai alat transportasi untuk membawa material dari cyclone menuju ke bucket elevator Untuk menghancurka n yang ukurannya masih kasar SISTEM : SISTEM PEMBAKARAN SUBSISTEM : KILN 1 TUBAN 1 Functional Failure Tidak dapat membawa material yang telah halus dari cyclone menuju ke bucket elevator Tidak dapat mengahncurkan yang masih kasar atau berukuran besar Failure Failure Effect Mode Local System Plant Venting buntu - Terganjal Coating - V belt penggerak putus Material akan menumpuk di cyclone Free lime dalam tidak terbentuk akibat ukuran yang masih Mempenga ruhi proses selanjutnya yaitu pembuatan material menjadi terganggu - Akan mempengaru hi proses selanjutnya yaitu finish mill akibat Produksi menurun Target produksi yang diharapkan tidak dapat dipenuhi - Karena kurang halus ukuran partikel umpan S O D RPN

20 53 relatif besar Karena luas permukaan masih besar maka sifat homogenitas kurang sempurna tidak dapat diolah suhu yang diperlukan untuk mencapai CaO bebas tinggi, kualitas produk menurun CC 1 Clinker Cooler Untuk mendinginkan hasil pembakaran di rotary kiln Tidak dapat mendinginkan hasil pembakaran - Misaligme nt - Retoorque Cooler - Snowman - Penggerak hidrolik macet - Gear lepas - Belt putus Tidak mampu menurunkan temperatur keluar Tidak mampu menghasilka n udara sekunder dengan temperatur tinggi Clinker tidak dapat didistribusika n ke proses selanjutnya Proses - Mutu dan kualitas yang diharapkan tidak dapat terjadi Penurunan reability dari sistem Panas yang dibutuhkan di peralatan lain sebagai proses pembakaran tidak terjadi Produksi menurun Biaya pemelihara an akan meningkat Efisiensi peralatan menurun Target produksi yang diharapkan tidak dapat dipenuhi

21 54 quenching terhadap material tidak dapat terjadi KL1 Rotary Kiln Membakar material dengan cara memutarnya sehingga menjadi Rotary kiln macet sehingga pembakaran raw mix atau terak menjadi berhenti Raw mix atau feeling umpan macet sehingga tidak dapat diolah menjadi Kiln shoe lepas Kiln red spot Tyre ring putus Main gear pada kiln drive rusak Motor kiln stop Inlet kiln buntu Seal kiln rusak Kiln shell tidak dapat berputar Terjadi penjalaran keretakan dan deformasi pada kiln Tidak dapat terbentuk homogenitas / tingkat kesamaan raw mix Inlet kiln buntu dan tekanan menjadi tinggi Konsumsi O2 untuk Terganggu nya proses pembakaran terak menjadi Terganggu nya proses pembakaran di sistem pembakaran karena preheater stand by Berkurang nya efisiensi pemisahan gas panas dan material dalam preheater Tidak terbentuk panas sebesar Btu/lb Produksi semen atau berkurang Biaya pemelihara an akan meningkat Efisiensi peralatan menurun

22 FN 1 Preheater ID Fan Untuk menghasilkan udara panas guna pembakaran awal raw material Tidak dapat mengalirkan gas panas dari rotary kiln menuju ke preheater Tidak dapat menghisap udara yang diperlukan untuk pembakaran Fan unbalance Motor fan tripped Vibration ID fan Ampere motor berfluktuatif Loss connection pembakaran berkurang Pembakaran lokal yang terjadi pada rotary kiln dan preheater menjadi kurang sempurna Meningkatny a kehilangan panas akibat udara yang dihisap oleh fan Berlebihnya panas yang terjadi untuk memanaskan raw mill Terganggu nya proses perpindahan panas (konduksi, konveksi, dan radiasi) di 5 zona kiln Timbul over burn raw mix sehingga menjadi keras dan sulit digiling menjadi semen Apabila overheat terjadi maka raw mix akan menjadi sticky atau lengket dan Biaya pemelihara an akan meningkat Efisiensi peralatan menurun Target produksi yang diharapkan tidak dapat dipenuhi

23 56 sehingga komposisi berubah Konsumsi O2 untuk pembakaran berkurang cyclonenya akan buntu BE 3 Bucket Elevator Membawa material yang dibawa oleh air slide untuk dimasukkan kedalam belnding silo Tidak dapat mentransfer feed / umpan raw mix menuju preheater Belt draft switch Bearing rusak Bucket miring Bucket tidak dapat mentranfer umpan Elevator terhenti atau macet Switch control nyala sehingga mesin interlock Doom silo akan penuh karena raw mix tidak dapat diolah lebih lanjut Preheater dan kiln akan stand by atau proses terhentui Produksi semen atau berkurang Biaya pemelihara an akan meningkat Efisiensi peralatan menurun

24 RCM Worksheet Tabel 4.7 RCM Decision Worksheet No RCM Decision Worksheet Komponen AS 7 Air Slide CR1 - CR2 Clinker Breaker Function Sebagai alat transportasi untuk membawa material dari cyclone menuju ke bucket elevator Untuk menghancurka n yang ukurannya masih kasar Sistem : Sistem Pembakaran Facilitator : Date : Subsistem : Kiln 1 Tuban 1 Auditor : Year : Failure Failure Effect Mode Local System Plant Venting buntu Expantion sobek Compensa tor rusak Terganjal Coating V belt penggerak putus Material akan menump uk di cyclone Free lime dalam tidak terbentuk akibat ukuran Mempengar uhi proses selanjutny a yaitu pembuatan material menjadi terganggu - Akan mempenga ruhi proses selanjutny a yaitu finish mill akibat Produksi menurun Target produksi yang diharapka n tidak dapat dipenuhi - Karena kurang halus ukuran partikel umpan suhu yang Failure Consequences Hidden Failure Consequences Operational Consequences Operational Consequences Proactive Task SOCT SOCT Proposed Task Failure finding On Conditioning Scheduled restoration task Redesign Failure finding On conditioning Scheduled Restoration

25 58 yang masih relatif besar Karena luas permukaan masih besar maka sifat homogenit as kurang sempurna tidak dapat diolah diperlukan untuk mencapai CaO bebas tinggi, kualitas produk menurun Task CC 1 Clinker Cooler Untuk mendinginkan hasil pembakaran di rotary kiln Support Baluf lepas Misaligme nt Retoorque Snowman Comparte men rusak Tidak mampu menurunka n temperatur keluar Tidak mampu menghasilk an udara sekunder dengan temperatur tinggi Mutu dan kualitas yang diharapkan tidak dapat terjadi Penurunan reability dari sistem Panas yang dibutuhka n di peralatan lain Produksi menurun Biaya pemelihar aan akan meningkat Efisiensi peralatan menurun Target produksi yang diharapka Operational Consequences SOCT Failure finding On conditioning Scheduled Restoration Task

26 59 Clinker tidak dapat didistribusi kan ke proses selanjutnya Proses quenching terhadap material tidak dapat terjadi sebagai proses pembakara n tidak terjadi n tidak dapat dipenuhi KL1 Rotary Kiln Membakar material dengan cara memutarnya sehingga menjadi Kiln shoe lepas Kiln red spot Tyre/live ring putus Main gear pada kiln drive rusak Motor kiln stop PLC mengalam i kerusakan Kiln shell tidak dapat berputar Terjadi penjalaran keretakan dan deformasi pada kiln Tidak dapat terbentuk homogenita s / tingkat kesamaan raw mix Terganggun ya proses pembakara n terak menjadi Terganggun ya proses pembakara n di sistem pembakara n karena preheater stand by Berkurangn ya efisiensi Produksi semen atau berkurang Biaya pemelihar aan akan meningkat Efisiensi peralatan menurun Operational Consequences Safety and Environment Consequences SOCT Scheduled restoration task Failure finding On conditioning Redesign Scheduled discard task

27 FN 1 Preheater ID Fan Untuk menghasilkan udara panas guna Inlet kiln buntu Seal kiln rusak Fan unbalance Motor fan tripped Inlet kiln buntu dan tekanan menjadi tinggi Konsumsi O2 untuk pembakara n berkurang Pembakara n lokal yang terjadi pemisahan gas panas dan material dalam preheater Tidak terbentuk panas sebesar Btu/lb untuk memanask an raw mill Terganggun ya proses perpindaha n panas (konduksi, konveksi, dan radiasi) di 5 zona kiln Timbul over burn raw mix sehingga Biaya pemelihar aan akan meningkat Safety and Environment Consequences Operational SOCT Failure finding On conditioning

28 61 pembakaran awal raw material Vibration ID fan Ampere motor berfluktua tif Loss connectio n Meningkat nya kehilangan panas akibat udara yang dihisap oleh fan Berlebihny a panas yang terjadi sehingga komposisi berubah Konsumsi O2 untuk pembakara n berkurang Apabila overheat terjadi maka raw mix akan menjadi sticky atau lengket dan cyclonen ya akan buntu Efisiensi peralatan menurun Target produksi yang diharapka n tidak dapat dipenuhi

29 62 No Komponen Function BE 3 Bucket Elevator Membawa material yang dibawa oleh air slide untuk dimasukkan kedalam belnding silo Failure Mode Belt draft switch Bearing rusak Bucket miring Failure Effect Local System Plant Bucket tidak dapat mentranfer umpan Elevator terhenti atau macet Switch control nyala sehingga mesin interlock Doom silo akan penuh karena raw mix tidak dapat diolah lebih lanjut Preheate r dan kiln akan stand by atau proses terhentui Produksi semen atau berkurang Biaya pemelihar aan akan meningkat Efisiensi peralatan menurun Failure Consequences Non Operational Consequences Proactive Task SOCT Proposed Task Failure finding Scheduled restoration task Scheduled discard task On conditioning

30 Hubungan RPN dengan Proposed Task Langkah selanjutnya setelah membuat FMEA dan RCM Decision Worksheet maka akan dibandingkan nilai RPN yang telah didapat dengan proposed task yang ada pada RCM Decision Worksheet. Keduanya dibandingkan untuk mengetahui apakah nilai RPN yang telah didapat telah sesuai dengan Proposed task ayng akan dijalankan untuk masing masing peralatan tersebut. Perbandingan akan keduanya ini ditunjukkan oleh tabel 4.8. Tabel 4.8. Hubungan RPN dan Proposed Task Komponen RPN Proposed Task AS Air Slight 54 Failure finding Conditioning Scheduled restoration task CR Roll Crusher 120 Redesign Failure finding On conditioning Scheduled Restoration Task CC Clinker Cooler 140 KL Rotary Kiln 160 Failure finding On conditioning Scheduled Restoration Task Scheduled restoration task Failure finding On conditioning Redesign Scheduled discard task

31 64 Tabel 4.8. Hubungan RPN dan Proposed Task (lanjutan) FN ID-Preheater Fan 120 BE Bucket Elevator 54 Failure finding On conditioning Failure finding Scheduled restoration task Scheduled discard task On conditioning Penentuan Distribusi Data Interval Waktu Pada tahap ini data data yang telah diperoleh akan ditentukan distribusinya. Penentuan distribusi dari data ini menggunakan sofware Weibull 4++. Data yang digunakan dalam penentuan distribusi ini adalah data interval kerusakan untuk masing masing dimana perhitungan interval untuk air slight ditunjukkan oleh tabel 4.9, sedangkan untuk peralatan yang lain dapat dilihat pada lampiran.

32 65 No. Failure date Interval Kerusakan Tabel 4.9. Interval Kerusakan untuk Air Slight Start Date Air Slight Complete Date Interval Repair Preventive Date Interval Preventive 1 1/6/2005 1/6/2005 1/6/ /6/ /1/ /3/2005 3/3/ /3/ /3/ /4/2005 6/4/ /4/ /31/ /4/2005 7/6/ /27/ /4/ /6/2005 9/7/ /4/ /27/ /30/ /22/ /27/ /27/ /16/ /6/ /27/ /27/

33 66 Distribusi data dari data data yang diperoleh ditunjukkan tabel 4.10 dibawah ini. Tabel Distribusi untuk masing masing Peralatan No. Komponen Time Between η β γ AS 7 Air Slight Tf TP CR1 - CR2 Tf Clinker Breaker TP CC 1 Tf Clinker Cooler TP KL1 Rotary Kiln Tf TP FN 1 Preheater ID Tf Fan TP BE 3 Tf Bucket Elevator TP

34 Penentuan Mean Time To Failure ( MTTF ) Setelah distribusi dari data data tersebut diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menentukan Mean Time To Failure dari masing masimg komponen dengan menggunakan persamaan pada bab 2. Mean Time To Failure untuk Air Slight adalah : MTTF Air Slight = 0 e t dt Hasil perhitungan dari masing peralatan ditunjukkan pada tabel 4.11 dibawah ini. int erval repair MTTR n repair Tabel Mean Time To Failure (MTTF) No. Komponen MTTF (hari) MTTR (hari) AS 7 Air Slight 441 CR1 - CR2 Clinker Breaker 441 CC 1 Clinker Cooler 441 KL1 Rotary Kiln

35 68 Tabel Mean Time To Failure (MTTF) (lanjutan) FN 1 Preheater ID Fan BE 3 Bucket Elevator Penentuan Biaya Perawatan yang Optimal Penentuan biaya perawatan yang optimal untuk setiap komponen ini bergantung pada nilai interval perawatan untuk tiap komponen. Pada tahap ini akan dihasilkan biaya yang optimal untuk perawatan tiap komponen yang ada pada Kiln 1 Tuban 1. Nilai biaya perawatan untuk tiap komponen dapat ditunjukkan oleh tabel Perhitungan biaya perawatan dari masing masing komponen yang ada dapat dilihat pada lampiran. CR Air Slight = ( )

36 69 Tabel Biaya yang berhubungan dengan Perawatan Komponen Cw Co CM Cv CF CR AS , , ,5 1,931,963 5,141 x 10 9 CR , , ,5 4,653,100 2,535 x 10 9 CC , , ,5 7,804,321 6,06 x 10 9 KL , ,5 54,440,487 7,595 x 10 9 FN , , ,5 4,412,118 8,87 x 10 8 BE , , ,5 2,523,305 1,734 x 10 9

37 Penentuan Interval Perawatan Pada tahap ini akan ditentukan interval perawatan untuk masing masing komponen yang diteliti. Interval perawatan tiap komponen ini akan bergantung pada hasil MTTF yang telah ditentukan sebelumnya dan juga bergantung pada biaya biaya yang berhubungan dengan perawatan yaitu biaya perawatan tiap komponen serta biaya pemulihan untuk setiap komponen. Perhitumgan interval perawatan untuk masing masing peralatan ini ditunjukkan dengan rumus dibawah ini. TM CR = ( ) Sedangkan untuk peralatan yang lain perhitungan interval perawatannya dapat diliha pada lampiran. Interval perawatan untuk setiap komponen dapat dilihat pada tabel Sedangkan perhitungan dari interval perawatan untuk setiap komponen dapat dilihat pad lampiran Komponen AS Air Slight CR Roll Crusher CC Clinker Cooler KL Rotary Kiln Tabel Interval Perawatan TM (Interval Perawatan) dalam hari 1,598 85,31 8,737 5,108

38 71 Tabel Interval Perawatan (lanjutan) FN ID-Preheater Fan BE Bucket Elevator 1,727 6, Perancangan Kebijakan Perawatan Dari FMEA dan RCM Decision Worksheet maka akan dilakukan perancangan kebijakan perawatan untuk masing masing komponen. Kebijakan perawatan yang dirancang untuk masing masing komponen ini akan disesuaikan pada hasil FMEA dan RCM Decision Worksheet. a. Scheduled Restoration Task Scheduled Restoration Task ini dibuat untuk failure yang mempunyai konsekuensi pada sistem operasionalnya sehingga failure mode dari failure ini hanya dicatat dan didokumentasikan oleh perusahaan. Restoration dilakukan untuk menjaga agar performa perlatan atau komponen dapat terjaga dengan melaksanakam minimal repair. Komponen yang dilakukan penjadwaklan perbaikan adalah Roll Crusher, Clinker Cooler dan Rotary Kiln. b. Scheduled Discard Task Scheduled Discard Task ini dilakukan untuk kebijakan penggantian part part dari perlatan yang ada berdasarkan pada analisa FMEA dan RCM Decision Worksheet. Maka berdasarkan apada analisa dari FMEA dan RCM Decision Worksheet peralatan peralatan yang mendapatkan penjadwalan penggantian komponen komponennya adalah Air Slide, Bucket Elevator dan Fan ID-Preheater. c. Scheduled On-Conditioning Task Kebijakan ini dilakukan berdasarkan pada kondisi dari komponen kompone atau pada peralatan peralatan dari bagian Kiln 1 Tuban 1. Penjadwalan ini akan dirancang dengan melihat kondisi dari peralatan yang ada.

39 72 d. Failure Finding Kebijakan ini diterapkan pada semua komponen yang ada yaitu dengan melakukan kegiatan preventif maintenance secara periodik yang telah terjadwal. Dengan adanya kebijakan ini maka akan ditemukan failure failure yang terjadi sehingga dapat mencegah efek yang timbul akibat dari failure failure tersebut. e. Re-design Kebijakan ini dilakukan untuk peralatan seperti Roll Crusher, Clinker Coler dan Rotary Kiln. Dimana re-design yang dimaksud pada kebijakan ini adalah perancangan ulang dari kegiatan perawatan yang ada. Dimana prosedur prosedur yang ada akan disesuaikan kembali sehingga akan mencegah terjadinya failure.

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 73 BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 5.1 Analisa Proses Produksi Semen Proses produksi dari semen ini dibagi menjadi 6 proses bagian yang besar. Keenam proses ini adalah sebagai berikut : 7. Proses Penambangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau. Spesifikasi, metode pengujian, yang diuji. sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau. Spesifikasi, metode pengujian, yang diuji. sifat-sifat yang diukur Kimia Portland cement Cara basah : Bagian tak larut (IR) SNI 15-2049-2004, butir 7.1.3.1 ASTM C 114-03 section 5 Silikon oksida (SiO 2 ) SNI 15-2049-2004, butir 7.1.3.2 ASTM C 114-03 section 6 Besi (III)

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-328-IDN Nama Laboratorium : Laboratorium Quality Control Departemen Plant 9/10- PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Kimia Semen Portland Tipe I,(II/V),V

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Semen portland pozolan

Semen portland pozolan Standar Nasional Indonesia Semen portland pozolan ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Anggita Hardiastuty1 *, Galih Anindita 2, Mades D. Khairansyah

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Raya Indarung, Sumatera Barat Februari 2010 Telp. (0751) Faks. (0751)

Masa berlaku: Alamat : Jl. Raya Indarung, Sumatera Barat Februari 2010 Telp. (0751) Faks. (0751) LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-280-IDN Nama Laboratorium : PT. Semen Padang Kimia Semen Bagian tak larut ASTM C 114-07 part 5 SNI 15-2049-2004 butir 7.1.3.1 EN 196:2005 part 2 section

Lebih terperinci

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF INDUSTRI SEMEN Khamdi Mubarok, M.Eng Definisi Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

Semen portland komposit

Semen portland komposit Standar Nasional Indonesia Semen portland komposit ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN 1/10/2014 : 1 dari 5 SKEMA Semen Portland (SNI 15-2049-2004) ; Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004); Semen Portland Pozolan (SNI 15-0302-2004); Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004); Semen Portland

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih Standar Nasional Indonesia Semen portland putih ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Presentasi Kelompok 3 PABRIK SEMEN Arief Sugianto Astrid Fatimah Atmadiputri Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Pendahuluan Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis,

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Oleh : PRIMA PANGLIPUR J NPM. 0532010014 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL

ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL QUALITY ANALYSIS OF PPC CEMENT 40 KG FINENESS USING STATISTICAL QUALITY CONTROL METHO Debrina Puspita Andriani

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Ringkas PT. Semen Andalas Medan didirikan pada tanggal 17 Januari 1982 dengan akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan dengan penetapan

Lebih terperinci

Semen portland komposit

Semen portland komposit Standar Nasional Indonesia Semen portland komposit ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Oleh : Novita Kurnia Putri

Oleh : Novita Kurnia Putri Oleh : Novita Kurnia Putri 6507040036 Boiler System dan Sulfuric Acid Storage Tank System pada plant produksi sulfurid acid di PT. Liku Telaga Gresik merupakan dua sistem yang memiliki resiko. Dikarenakan

Lebih terperinci

Desy Ambar Yunanta ( )

Desy Ambar Yunanta ( ) Penilaian Risiko dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Induction Furnace dengan Pendekatan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Studi Kasus di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik Desy Ambar Yunanta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif, dimana bubur kertas yang digunakan sebagai agregat dapat memberi kontribusi dalam meringankan beban

Lebih terperinci

Oleh : Umi Fitriyani

Oleh : Umi Fitriyani PENENTUAN WAKTU PERAWATAN PULVERIZER MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) II DENGAN PENDEKATAN BENEFIT- COST ANALYSIS Study Kasus di PT.PJB UP Paiton Oleh : Umi Fitriyani 6506 040

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 07 agustus 1957 oleh Presiden

Lebih terperinci

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Gambar L.1 Uji Kuat Tekan Silinder Gambar L.2 Benda Uji Normal 7 hari Gambar L.3 Benda Uji Normal 14 hari Gambar L.4 Benda Uji Normal 28 hari Gambar L.5 Benda Uji Sukrosa

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011 TEKNOLOGI BAHAN I Wed, March 13 th 2011 1 1. Pendahuluan 2. Material Penyusun Beton (Semen, Agregat, Air, dan Aspek ekonomi (murah) & teknik Perkembangan bidang konstruksi Kebutuhan material Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Direktur Pemasaran PT Semen Padang Widodo Santosa di Bengkulu, Selasa (15/12),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI PADA PABRIK X

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI PADA PABRIK X PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI PADA PABRIK X Ida Bagus Suardika Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini pertumbuhan industri telah memberikan dampak yang sangat besar bagi seluruh Negara yang memiliki lahan industri, dimana tidak ada lagi penghalang

Lebih terperinci

PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR

PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR Diajukan Sebagai Persyaratan Kurikulum dan Melengkapi Tugas dalam Menyelesaikan Studi pada Fakultas Teknik Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran umum objek penelitian 3.1.1 Sejarah singkat perusahaan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen.diresmikan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK PABRIK TUBAN 01 JUNI 30 JUNI 2016

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK PABRIK TUBAN 01 JUNI 30 JUNI 2016 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK PABRIK TUBAN 01 JUNI 30 JUNI 2016 Diajukan oleh: Muhammad Ridho Agus Saputra NRP: 5203013032 Apolonaris Ama Maran NRP: 5203013051 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci

Material Paving Block

Material Paving Block Material Paving Blck PORTLAND CEMENT (PC) Semen(PC) yang dipakai = semen prtland type 1 dari PT. Semen Gresik yang banyak beredar di pasaran. PULVERIZED FLY ASH Fly ash yang dipakai pulverized fly ash

Lebih terperinci

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT Fly Ash dan Bottom Ash Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH BATU MARMER SEBAGAI AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON ABSTRAK

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH BATU MARMER SEBAGAI AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON ABSTRAK PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH BATU MARMER SEBAGAI AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON Jurusan/Prodi Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta Jl. Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281 email : rsetioningsih@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Industri semen merupakan salah satu penopang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG) 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Cemindo Gemilang (PT. CG) didirikan pada bulan Juli 2011 untuk memulai proyek pembangunan pabrik semen dengan kapasitas klinker

Lebih terperinci

Semen (CEMENT) Pendahuluan. TKS 4406 Material Technology I

Semen (CEMENT) Pendahuluan. TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Semen (CEMENT) Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Pendahuluan Semen merupakan bahan bangunan yang

Lebih terperinci

Kekurangannya adalah: - Kekuatan tarik yang rendah, keuletan yang rendah dan beberapa penyusutan.

Kekurangannya adalah: - Kekuatan tarik yang rendah, keuletan yang rendah dan beberapa penyusutan. 19. Concrete (Beton) Beton adalah material teknik yang umum digunakan untuk konstruksi struktur seperti desain dan konstruksi jembatan, bangunan, dam, dinding penahan, dudukan mesin/konstruksi baja dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE)

PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) Oleh: Mirza Imesya Nialda 6506.040.004 ABSTRAK Perusahaan ini sering

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton terbuat dari campuran homogen dengan perbandingan tertentu yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta dapat ditambahkan pula dengan bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

Ariska Andi Kurniawati 1*, Anda Iviana Juniani 2, dan Ekky Nur Budiyanto 3. Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Ariska Andi Kurniawati 1*, Anda Iviana Juniani 2, dan Ekky Nur Budiyanto 3. Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Perencanaan Perawatan Mesin Tuber dan Bottomer Line-2 Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus : PT. Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG) Tuban Jawa Timur) Ariska Andi Kurniawati 1*, Anda Iviana Juniani

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam jarak yang tidak

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci

Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif

Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-164 Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif Rasdiana Rahma Nur, Firda

Lebih terperinci

Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk.

Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk. Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk. Atrisita Diastari 1, Priyo Agus Setiawan 2, Aulia Nadia Rachmat 3 1

Lebih terperinci

ALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM

ALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM 15 ALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM Dock Mobile Hopper Dust Suppression Stacker water spray Transfer House Dust Suppression Stacker water spray Crusher Dust Suppression Stacker Reclaimer Dust Collector

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN MESIN PACKER SEMEN DI TUBAN IV DENGAN PENDEKATAN FMEA DAN LTA

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN MESIN PACKER SEMEN DI TUBAN IV DENGAN PENDEKATAN FMEA DAN LTA ANALISA PENYEA KERUSAKAN MESIN PACKER SEMEN DI TUAN IV DENGAN PENDEKATAN FMEA DAN LTA Ratnanto Fitriadi 1*, ambang Setiawan 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN Pengaruh Perbandingan Semen Pozolan Dan... Hargono e-mail: hargono_tkundip@yahoo.co.id M. Jaeni F. S. Budi Jurusan Teknik Kimia FT UNDIP Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang 50239 Telp : (024) 7460058

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir yang berjudul Kajian Analisa Perhitungan Pemanfaatan Sekam Padi sebagai Bahan Bakar Tambahan di Calciner PT. Semen Baturaja

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung medorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan suatu bangunan, baik sebagai tempat tinggal

Lebih terperinci

Pengaruh Kehalusan Serbuk Pasir Silika Terhadap Kekuatan Tekan Mortar

Pengaruh Kehalusan Serbuk Pasir Silika Terhadap Kekuatan Tekan Mortar INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (56-66) Pengaruh Kehalusan Serbuk Pasir Silika Terhadap Kekuatan Tekan Mortar Fauzi Rahman Abstrak Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian beton ringan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN SEMEN DENGAN ABU SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN BETON K-400

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN SEMEN DENGAN ABU SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN BETON K-400 PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN SEMEN DENGAN ABU SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN BETON K-400 ABSTRAK Drs. Djaka Suhirkam,S.T., M.T. Ir. A. Latif, MT Penggunaan bahan tambah mineral ( additive ) didalam campuran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Beton 1. Pengertian Beton Beton merupakan salah satu bahan gabungan dari suatu material-material diantaranya semen Portland, agregat (agregat kasar dan agregat halus), dan air.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) II PADA MESIN BLOWING OM (Studi Kasus: PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Lawang) PRODUCTION

Lebih terperinci

LAMPIRAN A POLA RETAK BENDA UJI BALOK

LAMPIRAN A POLA RETAK BENDA UJI BALOK LAMPIRAN A POLA RETAK BENDA UJI BALOK Tnmpali Depan Tampak Smping Benda Uji 1 Tamp& Depan Tarnpak S'mping Benda Uji 2 Tampak Belakang Tarnpak Depan T'mpak Samping Benda Uji 3 Pola Retak Benda Uji Balok

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Bata Beton Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen Portland, air dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan dinding. Bata

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND POZZOLAN

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND POZZOLAN KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND POZZOLAN R.Arianto Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Tel. 076166596, Pekanbaru 28293 Riau, E-mail: raja.ariyanto@yahoo.com Alex

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mortar Mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai perekat untuk membuat struktur bangunan, yang membedakan moratar dengan semen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

L 01 UJI KLASIFIKASI

L 01 UJI KLASIFIKASI L 01 UJI KLASIFIKASI L 01 1 UJI INDEX PROPERTIES BERAT JENIS TANAH No. Uji 1 2 Picnometer Kecil Kecil Berat pic kosong (gr) (A) 37,5 39,3 berat pic + aquades (gr) (B) 138,6 139,7 Temperatur, T1 ( ) 28

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

PEMBUATAN PAVING BLOCK DENGAN STABILITAS LUSI DAN PASIR DENGAN AYAKAN SERTA ABU BATU DENGAN PENAMBAHAN VARIASI SEMEN

PEMBUATAN PAVING BLOCK DENGAN STABILITAS LUSI DAN PASIR DENGAN AYAKAN SERTA ABU BATU DENGAN PENAMBAHAN VARIASI SEMEN PEMBUATAN PAVING BLOCK DENGAN STABILITAS LUSI DAN PASIR DENGAN AYAKAN SERTA ABU BATU DENGAN PENAMBAHAN VARIASI SEMEN ABSTRAK Oleh: Endang Kasiati, Boedi Wibowo Dosen Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email:

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN PORTLAND SNI

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN PORTLAND SNI 2.08.2014 of 5 I. SELEKSI 1. Permohonan Sesuai Persyaratan Permohonan yang tercantum dalam dokumen LSPro (Client Application AF -080- Rx dan Conformity Declaration) 2. Tipe Sertifikasi Tipe 5 3. Menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis, artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahanbahan lain menjadi satu

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci