BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG)"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (PT. CEMINDO GEMILANG) 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Cemindo Gemilang (PT. CG) didirikan pada bulan Juli 2011 untuk memulai proyek pembangunan pabrik semen dengan kapasitas klinker ton per hari atau setara dengan produksi 4 juta ton semen per tahun di Lebak, Provinsi Banten. PT Cemindo Gemilang merupakan pemegang merk Semen Merah Putih. Selain membangun pabrik semen terintegrasi di daerah Bayah, PT. Cemindo Gemilang juga memiliki pabrik penggilingan (grinding plant) di daerah Ciwandan, Banten dengan kapasitas dua line produksi sebesar dan ton per tahun dan pabrik penggilingan (grinding plant) di Gresik dengan kapasitas ton per tahun, dan pabrik pengantongan di Pontianak dengan fasilitas terminal pelabuhan yang memiliki kapasitas ton per tahun. Untuk mempermudah distribusi semen baik untuk konsumsi besar maupun konsumsi kecil dan untuk mempermudah pengangkutan serta penyimpanan semen, maka PT. Cemindo Gemilang membangun Cement Bag Plant di setiap basis produksi khususnya di penggilingan (grinding plant) di daerah Ciwandan. Line produksi pertama dari pabrik Ciwandan telah beroperasi sejak Januari 2014 dan pabrik Gresik beroperasi sejak tahun

2 Gambar 2.1. Pabrik Semen Merah Putih di Banten Untuk lokasi pabrik semen terintegrasi PT. Cemindo Gemilang meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bayah (Desa Sawarna, Sawarna Timur, Darmasari dan Pambubulan) dan Kecamatan Cilograng (Desa Cilograng, Gunung Batu, Cireundeu dan Cijengkol di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi pabrik pengantongan semen Ciwandan di Jl. Raya Anyer Km.18, Kel. Kepuh, Kec. Ciwandan Kota Cilegon Banten dan lokasi pengantongan semen Gresik di Jl. Gama Alpha Desa Sukomulyo Kabupaten Gresik Jawa Timur serta lokasi kantor pusat PT. Cemindo Gemilang di Gama Tower Lantai 43 Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22, Jakarta Selatan. 11

3 2.2 Milestone Sejarah Perusahaan Gambar Milestone Sejarah Perusahaan Kerjasama Operasional dengan Semen Kupang memproduksi 300 clinker semen di NTT 2014 Pabrik Bayah mulai 2013 Memulai dioperasi, Pabrik 2012 Memulai Operasi gresik dan Pontianak pembangunan Pabrik mulai beroperasi, pabrik Bayah, Ciwandan penghargaan Home membuat Line I dan Preferred Brand memulai Award kategori Semen Launching Motive Mulia Ciwandan Portland terbaik Semen Merah Putih dan Line II menyebarkan ke lebih dari 10 Provinsi di Indonesia 12

4 2.3 Visi PT. Cemindo Gemilang memiliki visi untuk menjadi salah satu yang terbaik di industri dalam waktu yang cepat. 2.4 Misi Menyediakan produk yang lebih diminati dan layanan terbaik dengan pengelolaan perusahaan yang handal, ramah lingkungan dan memberikan nilai tambah yang lebih untuk seluruh stakeholder. 2.5 Logo Perusahaan Logo Perusahaan berbentuk Badak dengan dominan warna merah putih. Gambar 2.3. Logo Perusahaan 2.6 Kepemilikan Saham Kepemilikan saham PT. Cemindo Gemilang terdiri dari asing dengan nilai investasi Rp (WH investments Pte. Ltd) dan Indonesia dengan saham Rp dan dapat dilihat dalam Pie Chart Gambar

5 Kepemilikan Saham PT. Cemindo Gemilang 5% 95% Modal Asing Indonesia Gambar 2.4. Penyertaan dalam Modal PT.Cemindo Gemilang 2.7 Struktur Organisasi Struktur Organisasi PT. Cemindo Gemilang pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT Cemindo Gemilang 14

6 2.8 Profile Sumber Daya Manusia Tabel 2.1. Profile Sumber Daya Manusia PT. Cemindo Gemilang No. Posisi Pendidikan Jumlah 1 Komisaris S3 1 2 Presiden Direktur S3-S2 3 3 Direktur S2-S Senior Manager S2-S Manager S2-S Superintendent S2-S Supervisor S1-D Team Leader S1-D Member S1-D Total 1476 Sumber daya manusia pada PT. Cemindo Gemilang meliputi BOD dan Top Management, Management, Staff dan operator. Untuk Jajaran BOD & Top Management meliputi : 1. Presiden Komisaris : Vince Erlington Indigo 2. Komisaris : Ateng Selamat Timin Dajat 3. Komisaris : Jaqueline Sitorus 4. Presiden Direktur : Liu Chang I 5. Direktur 1 : Gary Tan Pei Yih 6. Direktur 2 : Wahyu Budi Susetyo 7. Direktur 3 : Maria Eugeny 15

7 2.9 Lingkup dan Bidang Usaha Gama Group terdiri dari Gama Land, PT. Cemindo Gemilang, PT. AMS, Gama Mining dan Motive Muliaa. Gambar 2.6. Ruang Lingkup Usaha Gama Group Dalam penelitian yang menjadi objek penelitian adalah PT. Cemindo Gemilang yang bergerak dalam industri semen. Jenis Produk dari PT. Cemindo Gemilang terdiri dari 3 jenis yaitu semen, Ready Mix Concrete dan Precast Concrete. Semen Merah Putih memproduksi Portland Composite Cement (PCC) tersedia dalam dua kemasan kantong 40 kg dan 50 kg. Gambar 2.7. Produk Semen Merah Putih 16

8 2.10 Tantangan Bisnis Sebagai pemain baru dalam industri semen maka PT Cemindo Gemilang memiliki tantangan untuk masuk kedalam pasar. Pemain lama dalam industri semen antara lain Semen Indonesia, Holcim, Tiga Roda, Semen Bosowa, Semen Andalas, serta masuknya pemain baru semen yaitu Siam Cement, Anhui Conch Cement, dan lainnya semakin memperketat persaingan antar pemain semen. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan properti melambat ditambah proyek infrastruktur pemerintah belum berjalan maksimal menekan produsen semen menjadi tantangan bisnis bagi perusahaan. Untuk menjawab tantangan bisnis, maka perusahaan melakukan strategi bisnis dengan berupaya mendekat ke pasar (market) dan terus berupaya mengembangkan strategi dan inovasi Proses Pembuatan Semen Pabrik semen PT. Cemindo Gemilang memakai proses kering dengan menggunakan Kiln berputar (Rotary Kiln) dan dilengkapi dengan pemanas awal (preheater with preclaciner) untuk mendapatkan proses kalsinasi sehingga kapasitas dan effisiensi didapatkan secara optimal. Bahan baku utama dalam pembuatan semen adalah batu kapur (limestone), sedangkan tanah liat (clay), pasir silika, pasir besi dan gypsum sebagai bahan aditif. 17

9 Gambar 2.8. Flowsheet Pembuatan Semen Secara garis besar proses pembuatan semen dibagi dalam 9 tahap: 1. Penambangan (Quarrying) 2. Penghancuran (Crushing) 3. Penyimpanan dan pencampuran awal 4. Penggilingan dan pengeringan bahan baku 5. Homogenasi tepung baku (Blending) 6. Pemanasan awal (Pre-heating) 7. Pembakaran dan pelelehan (Firing) 8. Pendinginan (Quick Cooling) 9. Penggilingan Akhir 18

10 Penambangan Pembuatan semen pada PT. Cemindo Gemilang menggunakan proses kering dengan menggunakan bahan baku batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi (cooper slag) dengan perbandingan tertentu. 1. Bahan Baku Utama Bahan baku utama pembuatan semen ialah limestone/batu kapur (CaCO 3 ) dan clay. Tanah liat mempunyai rumus kimia 2SiO 3.2H 2 O (kaolinite) yang pada umumnya dikenal oleh masyarakat sebagai lempung atau clay. Untuk semen, yang diperlukan adalah kadar Al 2 O 3 nya sehingga apabila jumlah SiO 3 lebih banyak dari Al 2 O 3 maka tanah liat itu tergolong tanah liat yang kurang baik untuk digunakan. 2. Bahan Baku Korektif Bahan mentah ini dipakai apabila ada kekurangan pada salah satu komponen oksida mineral pada pencampuran bahan mentah utama. Bahan baku korektif pembuatan semen ialah silica sand/pasir silica yang banyak mengandung SiO 2, iron sand/ pasir besi yang banyak mengandung Fe 2 O 3. Pasir Besi berfungsi juga sebagai penghantar panas dalam pembentukan luluhan terak semen. Pasir silika disebut juga silica sand mempunyai kandungan SiO 2 yang tinggi (90 95%). Depositnya berbentuk gunung-gunung pasir silika dan berkadar SiO 2 sekitar 90 %. Semakin murni pasir silika, maka akan semakin putih warnanya dan biasa disebut Pasir Kuarsa yang berkadar SiO %. Ini dipakai sebagai bahan tambahan pada pembuatan semen apabila kadar SiO 2 nya masih rendah. 19

11 3. Bahan Baku Tambahan Bahan baku tambahan pembuatan semen ialah gypsum (CaSO 4. 2H 2 ). Untuk mendukung kegiatan tambang di PT.Cemindo Gemilang, diperlukan heavy equipment yang mendukung yang terdiri dari: 1. Buldozer yang berjumlah 1 unit Buldozer adalah traktor beroda rantai yang dapat digunakan pada berbagai jenis pekerjaan konstruksi seperti; menggali,mendorong, menggusur, dan menarik beban. Alat berat ini biasanya dilengkapi dengan peralatan tambahan seperti: blade, ripper, winch dan lain-lain sehingga menjadi multi fungsi. Gambar 2.9. Bulldozer 2. Bulk truck yang berjumlah 1 unit. 3. Dump truck berjumlah 4 unit (DT 01, DT 02, DT 04, DT 05). Kegiatan penambangan dengan biaya terbesar adalah pengangkutan (hauling). Hal ini karena jumlah dump truck umumnya lebih banyak dari alat lain. 20

12 4. Forklift berjumlah 3 unit. 5. Excavator berjumlah 2 unit (EX 01, EX 02). Excavator merupakan alat serbaguna yang dapat digunakan untuk menggali, memuat, dan mengangkat material. Dengan mengganti attachment, alat ini dapat juga dipakai untuk memecah batu, mencabut tangul, membongkar aspal. Alat ini dapat berputas sehingga memungkinkan bekerja di tempat sempit. Bucket merupakan perlengkapan utama pada excavator. 6. Wheeloader berjumlah 3 unit (WL 01, WL 02, WL 03). Whell Loader adalah alam muat beroda karet (ban). Dipergunakan pada pengoperasian dengan kerusakan landasan kerja minimal, disertai mobilitas tinggi. Alat ini untuk material lepas (stock pile). Tidak disarankan digunakan menggali tanah asli. Pekerjaan pemindahan mekanis yang dilakukan dengan whell Loader (metode load and carry) yang efisien adalah sampai jarak 100 meter. Sasaran mutu untuk tambang yaitu: 1. Kualitas Target dalam pemenuhan kualitas adalah 95%. Penyediaan bahan baku limestone dan clay yang sesuai dengan spesikasi dari quality control yaitu: 1. Batu kapur (limestone): - CaO minimal 50%, - MgO maximum 1,5%, - Al 2 O 3 maximal 0,5%, 21

13 - SiO 2 maximal 0,75%, 2. Tanah liat (clay): -SiO 2 minimal 52%, -Al 2 O 3 berkisar 15 %-25%, - Fe 2 O 3 minimal 15%. 2. Kuantitas Dalam menyediakan bahan baku limestone dan clay untuk kegiatan produksi maka target untuk ketersediaan bahan baku batukapur sebanyak ± 2000 ton/day dan tanah liat sebanyak ± 400 ton/day. Target dalam pemenuhan kuantitas adalah 98%. 3. Ketersediaan alat Untuk pencapain target kualitas dan kuantitas bahan baku maka diperlukan kesiapan dan ketersediaan alat berat. Target dalam pemenuhan ketersediaan alat adalah 90% Penghancuran (Crushing) Material Batu kapur dari area pertambangan bisa langsung diangkut dengan truck dan dimasukkan ke alat penghancur (crusher). Batu kapur dihancurkan, biasanya sampai didapat ukuran < 10 cm, sehingga lebih mudah dikirim dengan menggunakan conveyor (ban berjalan) menuju tempat penampungan bahan baku. Penggilingan material mentah saat ini banyak memakai Vertical Mill (penggilingan tegak) karena dari segi energi bisa menghemat energi listrik lebih dari 30%. Di Vertical Mill, material dihaluskan dengan cara meletakkan material 22

14 sebagai bantalan diantara roller dengan table mill. Sedangkan udara panas sisa dari pembakaran atau dari cooler dipakai sebagai pengering. Material yang sudah halus dan kering tersebut kemudian dihisap dengan kipas/ fan, material kemudian melalui penangkap debu Crusher adalah equipment atau alat yang berfungsi untuk memecahkan material, seperti batu kapur, clay, coal, dan clinker. Gambar Hammer Crusher Homogenasi (Blending) Tepung baku yang sudah disimpang dalam silo tersebut kemudian diaduk dan disirkulasi agar kualitasnya lebih seragam. Cara mengaduk tepung baku (raw meal) tersebut dengan menggunakan udara bertekanan yang dibuat berbeda-beda dan beraturan. Sehingga diperoleh efek pencampuran di dalam silo, oleh karena itu silo Raw meal dengan cara ini disebut Blending Silo. Semakin kecil fluktuasi 23

15 kualitas material, maka blending efeknya semakin bagus dan akan berpengaruh positif terhadap operasional maupun kualitas clinker. Tujuan pre-homogenisasi material adalah untuk memperoleh bahan baku yang lebih homogen. Adapun metode pre-homogenisasi yaitu: 1. Stacking/Penumpukan/Penimbunan: gerakan maju-mundur atau kanan-kiri 2. Reclaiming/Pengambilan/Penarikan: dari samping (side reclaiming), dari depan. Gambar Reclaming dan Stacking Umumnya, stock pile dibagi menjadi 2 bagian yaitu sisi kanan dan sioi kiri. Hal ini dilakukan untuk menunjang proses, jika stock pile bagian kanan sedang digunakan masukan proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher. Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan reclaimer. Reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke belt conveyor dengan kapasitas 24

16 tertentu, sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini sendiri berfungsi untuk menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor. Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor menuju tempat penyimpanan kedua, yang bias dikatakan merupakan awalan masukan proses pembuatan semen, yaitu bin. Umumnya ada 4 buah bin yang diisi oleh masing-masing 4 material bahan baku, yaitu limestone, clay, pasir silica, dan pasir besi. Semua bin dilengkapi dengan alat pendeteksi ketinggian atau level indicator sehingga apabila bin sudah penuh, maka secara otomatis masukan material ke dalam bin akan terhenti. Pengumpanan bahan baku ke dalam sistem proses selanjutnya diatut oleh weight feeder, yang diletakkan tepat di bawah bin. Prinsip kerja weight feeder ini adalah mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt conveyor dan dikirim ke Vertical Roller Mill untuk mengalami proses penggilingan danan pengeringan. Pada belt conveyor terjadi pencampuran limestone, clay, pasir silica, dan pasir besi. Di Vertical Roller Mill, raw material akan mengalami proses grinding (penggilingan), proses drying (pengeringan), proses separating (pemisahan) dan proses transporting Saat Operasi, Grinding table dalam keadaan berputar sedangkan posisi roller dalam keadaan diam. Ketika material masuk kedalam mill dan jatuh diatas grinding table, material juga akan ikut berputar seiring dengan 25

17 putaran grinding table. Material yang bertemu dengan roller akan menyebabkan roller juga ikut berputar sehingga terjadilah proses grinding. Material yang memiliki ukuran yang lebih besar akan dihancurkan terlebih dahulu dibandingkan material yang memiliki ukuran yang relative lebih kecil. Material yang telah memiliki ukuran yang halus baik karena proses grinding di dalam mill atau karena sudah memiliki ukuran yang halus diawal akan berada di bagian pinggir grinding table. Akibat adanya udara panas yang mengalir dari nozzle ditambah tarikan dari mil fan sehingga material akan terangkat ke atas menuju separator. Material yang memiliki ukuran yang halus dan ringan akan tertarik keluar sebagai produk oleh tarikan mill fan sedangkan material yang masih memiliki ukuran yang kasar akan kembali jatuh ke grinding table sebagai tailing. Udara panas yang masuk ke dalam mill berasal dari kiln. Udara panas ini selain berfungsi untuk mendorong material keatas, juga berfungsi sebagai udara pengering untuk material. Karena kapasitas grinding table terbatas sehingga menyebabkan adanya material yang jatuh keluar dari grinding table. Material yang jatuh ini akan ditarik oleh screw menuju ke vibrator dan akan keluar sebagai material reject. Material reject ini akan dikembalikan sebagai feeding ke dalam mill. 26

18 Gambar Vertical Raw Mill Pemanasan awal (Preheating) Material dari Blending silo, selanjutnya diumpankan kedalam kiln sistem melewati preheater, yang biasa disebut SP (Suspension preheater). Di sini, material bertukar panas dengan udara panas dari kiln. Material masuk ke preheater dengan suhu < C, sedangkan udara panas dari Kiln yang menuju keluar melewati preheater mempunyai temperatur > 900 C. Di SP, biasanya ada beberapa tingkat separasi (siklon) yang berguna untuk pertukaran panas bertahap. Ada yang 3 tahap, bahkan ada yang 6 tahap. 27

19 Siklon preheater memiliki 1-3 string, 4-6 stages, dan untuk suhu Preheating yaitu: 1. Cyclone 1 (atas), o C 2. Cyclone 2 (atas), o C 3. Cyclone 3 (atas), o C 4. Cyclone 4 (atas), o C Gambar Komponen Preheater Untuk kondisi Indonesia yang cenderung basah, perlu panas lebih banyak untuk melakukan pengeringan, sehingga di SP biasanya ada 4-5 tahap separasi (siklon). Akibat pertukaran panas yang dilakukan bertahap di SP tersebut, material masuk ke dalam kiln dengan temperatur > C sedangkan udara keluar dengan temperatur sekitar C. Untuk meningkatkan kapasitas kiln, di SP pada masa sekarang juga dilengkapi dengan calciner, yaitu ruang bakar untuk tempat terjadinya kalsinasi. Energi yang diperlukan untuk proses kalsinasi ini mencapai 28

20 60% dari keseluruhan panas untuk pembuatan clinker. Dengan adanya kalsiner ini, maka kiln (dengan ukuran sama) bisa menaikkan kapasitas lebih dari 50%. Kalsiner memerlukan bahan bakar yang lebih besar daripada Kiln, karena energi kalsinasi memang lebih besar dari energi pembentukan clinker. Panas di kalsiner biasanya dipertahankan pada temperatur sekitar C. Tabel 2.2. Reaksi yang terjadi pada Preheater Suhu C C Tahap Proses Penguapan air bebas dari bahan baku, dan uap air menguap bersama gas hasil pembakaran. Pelepasan air kristal hidrat pada tanah liat. Al 2 O 3.SiO 2.2H 2 O Al 2 O 3.SiO 2 + H 2 O Kalsinasi sampai 91% C CaCO 3 CaO + CO 2 MgCO 3 MgO + CO 2 > 800 C Pembentukan C 2 S, C 3 A, dan C 4 AF Setelah mengalami homogenisasi di blending silo, material terlebih dahulu ditampung ke dalam kiln feed bin. Bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk ke dalam pre-heater. Suspension pre-heater merupakan suatu susunan 4-5 buah cyclone dan 1 buah calciner yang tersusun menjadi 1 string. Suspension preheater yang digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu in-line calciner (ILC) dan separate line calciner (SLC). Material akan masuk terlebih dahulu pada cyclone yang paling atas hingga keluar dari cyclone kelima. Setelah itu, material akan masuk ke dalam rotary kiln. 29

21 Gambar Suspension Preheater (SP) dengan tinggi 129 m Pembakaran dan Pelelehan Dari SP, material masuk kedalam kiln. Di kiln terjadi reaksi penyempurnaan kalsinasi dan reaksi pembentukan clinker. Pada pembentukan clinker, material dilelehkan pada temperatur sekitar C oleh gas panas yang diperoleh dari pembakar (kiln burner). Bahan bakar yang dipakai di pabrik semen di Indonesia saat ini adalah batubara. Tapi ada juga yang memakai gas ataupun minyak sebagai bahan bakar, tergantung dari harga bahan bakar setempat. Di kiln ini secara umum ada 4 zona; Zona kalsinasi yang ada di inlet kiln, biasanya sepanjang panjang 1/3 kiln. Zona transisi yang ada di bagain tengah kiln sepanjang ¼ panjang kiln, karena disini terjadi perubahan material padat dan mulai terjadi reaksi terbentuknya clinker. Zona pelelehan yang ada di antara zona transisi sampai zona pendinginan, biasanya sepanjang 1/4-1/3 panjang kiln, tergantung dari ukuran kiln. Disini terjadi pembentukan clinker dan kualitas clinker. Material meleleh dan 30

22 bereaksi pada suhu sekitar C. Zona pendinginan, yang dimaksud disini adalah clinker dari suhu sekitar C dan bentuk lelehan menjadi granular dan memadat kembali karena temperaturnya turun dibawah titik lelehnya. Zona ini biasanya sepanjang ¼ ~ 1/5 panjang kiln kearah outlet kiln (kearah cooler). Gambar Kiln dengan kapasitas ton Raw mix yang telah mengalami pemanasan awal dan kasinasi masuk ke dalam kiln untuk diproses lebih lanjut menjadi klinker. Proses-proses yang terjadi dibagi menjadi beberapa zona, yaitu : a. Zona Kalsinasi (Clasination Zone) Di daerah ini terjadi proses kalsinasi yang merupakan proses-proses pelepasan gas CO 2 dan pembentukkan oksidasi CaO dan MgCO 3. Persamaan reaksinya adalah: CaCO 3 CaO + CO 2 MgCO 3 MgO + CO 2 Proses kalsinasi ini sudah terjadi % pad siklon tingkat IV sisanya didalam kiln. 31

23 b. Zona Transisi (Transition Zone) Pada daerah ini hanya terjadi proses penaikkan suhu material sampai ke suhu pijar. c. Zona Pemijaran (Sintering Zone) Di daerah ini terjadi proses peminjaran yang berlangsung pada sushu 1100 o C 1450 o C dimulai denga terbentuknya senyawa semen memegang peranan penting dalam menentukan daya ikat. Reaksi yang terjadi pada proses pemijaran ini adalah : Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 + 4CaO 4CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 (C 4 AF) Reaksi ini berlangsung hingga senyawa Fe2O3 habis bereaksi. Al 2 O 3 + 3CaO 3CaO.Al 2 O 3 (C 3 A) Reaksi ini berlansung hingga Al2C3 habis bereaksi. SiO 2 + 2CaO 2CaO.SiO 2 (C 2 S) 2CaO.SiO 2 + CaO 3CaO.SiO 2 (C 3 S) Disamping itu juga terbentuk coating yang berfungsi untuk melindungi lapisan batu tahan api yang dipasang sekeliling dinding kiln dari kerusakan akibat panas yang berlebihan. d. Zona Pendinginan (Cooling Zone) Material yang keluar dari pemijaran mempunyai suhu ± 1250 o C, akan mengalami proses pendinginan di dalam alat yang terpasang di sekeliling kiln pada bagian belakang yang disebut cooler. Material yang keluar dari cooler ini berbentuk butiran-butiran kecil bersuhu 220 o C 250 o C disebut klinker. 32

24 Tabel 2.3. Reaksi Pembentukan Clinker yang terjadi pada Rotary Kiln Suhu C Kalsinasi lanjutan : CaCO 3 CaO + CO 2 Reaksi Awal Pembentukan Dicalsium Silikat ( C 2 S ) 2CaO + SiO 2 2CaO.SiO 2 Awal pembentukan Tricalsium Alumina ( C 3 A ) C 3CaO + Al 2 O 3 3CaO.Al 2 O 3 Awal pembentukan Tetracalsium Alumina Ferrit ( C 4 AF ) 4CaO + Al 2 O3 + Fe 2 O 3 4CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 Awal pembentukan Tricalsium Silika ( C 3 S ) C 2CaO + CaO.SiO 2 3CaO.SiO Pendinginan Proses pendinginan sebenarnya sudah dimulai sejak dari kiln, tetapi yang disebut pendinginan dalam sistem kiln adalah cooler. Di cooler disemburkan udara dengan temperatur ambient (temperatur sekitar) biasanya sekitar 30 0 C. Udara dingin tersebut berpapasan dengan clinker panas yang jatuh dari Kiln. Karena perbedaan temperatur yang sangat besar tersebut, maka proses terjadinya pendinginan juga berlangsung cepat, quick cooling, yang menghasilkan clinker porous dan mempunyai reaktifitas yang tinggi. Bila pendinginan dilakukan bertahap, maka hasil clinker-nya menjadi lebih padat dan reaktifitasnya berkurang. Jenis pendingin yang digunakan oleh PT. Cemindo Gemilang adalah Grate Cooler dengan tenaga penggerak hidrolik. 33

25 Gambar Pendinginan Clinker Di cooler ini biasanya juga ada bebeapa zona, yaitu zona recuperation atau zona pengambilan panas dan zona excess cooling. Zona recuperation artinya gas pendingin yang berpapasan dengan clinker panas itu kemudian menjadi gas panas yang dipakai kembali sebagai sumber oksigen untuk pembakaran di Kiln dan kalsiner. Temperatur gas panas ini bisa mencapai C. Sedangkan zona excess, udara pendingin tersebut mempunyai suhu yang tidak terlalu panas (sekitar C ) yang biasanya dipakai juga untuk sumber panas pengering di Cement Mill ataupun Raw mill, bahkan bisa dipakai sebagai economizer pembangkit listrik. Clinker yang sudah didinginkan ini kemudian disimpan didalam clinker silo. Bila ada clinker yang kurang baik, terutama saat proses pembakaran, maka harus dipisahkan penyimpanannya dari clinker yang bagus. Clinker yang kurang bagus nantinya akan dipakai sebagai campuran clinker yang bagus agar tetap bisa dipakai menjadi semen. 34

26 Penggilingan akhir Cement mill di PT. Cemindo Gemilang menggunakan jenis tube mill Gambar Cement Mill Untuk mendapatkan semen, clinker harus dihaluskan dan dicampur dengan gypsum. Sebenarnya clinker itulah yang bersifat perekat, sedangkan gypsum berfungsi sebagai retarder. Untuk menjadi semen, clinker dan gypsum digiling sampai kehalusan tertentu; biasanya sampai 3200 blaine (cm2/gr), atrinya setiap gram material bisa menutupi area 3200 cm2, atau sekitar mikron. Pada prinsipnya, semakin halus semen, maka kecepatan reaksinya akan semakin tinggi, tapi energi yang dibutuhkan untuk menghaluskan juga semakin tinggi. 35

27 Gambar Penggilingan Akhir Pengepakan (Packing) Dari dalam silo, semen dikirim ke unit pengepakan ataupun langsung dikirim dalam bentuk curah. Pengeluaran semen dari dalam silo dengan memakai sistem campur, artinya semen yang keluar tidak berasal dari satu sisi silo saja, melainkan bergantian dari seluruh bagian silo. Semen dikeluarkan dan dikirimkan ke packer untuk selanjutnya dikantongi dalam kemasan 40 kg atau 50kg seperti lazimnya dijual di wilayah Indonesia. Sedangkan untuk konsumen besar, biasanya mereka membeli dalam bentuk curah yang dikemas dalam jumbo bag berukuran 1-2 ton atau dengan bulk truck (truk semen curah). 36

28 Gambar Proses Semen Untuk setiap jenis semen, harus dikelola dengan peruntukannya. Semen OPC biasanya mempunyai kehalusan sekitar 3000 ~ 3400 blaine sehingga bentuk kantong dan jumlah pori-pori di kantong tidak terlalu besar. Sedangkan semen PCC mempunyai kehalusan 3600 ~ 4000 blaine sehingga memerlukan pori-pori kantong yang lebih banyak agar udara tidak tertahan didalam kantong yang akhirnya bisa mempengaruhi keakuratan timbangan dan kecepatan pengepakan. Untuk pengiriman ke daerah yang mempunyai kelembaban lebih tinggi, sebaiknya kantong dibuat berlapis dengan sejenis plastik (PE) agar kecepatan hidrasi akibat kandungan air diudara menjadi lebih kecil. Dalam menjalankan fungsi bisnis, maka pabrik semen Merah Putih di Bayah memiliki fasilitas pendukung yaitu Power Plant dengan daya 2x60 MW, Pengantongan Semen (paper bag Plant) di Ciwandan dan Pelabuhan. 37

29 Diagram Alir Proses PENAMBANGAN (MINING) PENGERINGAN DAN PENGGILINGAN (DRYING AND GRINDING) PEMBAKARAN DAN PENDINGINAN CLINKER (BURNING AND COOLING) PENGGILINGAN AKHIR (FINISHING MILL) PENGANTONGAN (PACKING) Gambar 2.20 Diagram Alir Proses Semen 38

30 2.12 Proses Bisnis Dalam menjalankan proses bisnis PT. Cemindo Gemilang, maka perusahaan memiliki flowchart mulai dari pemesan hingga sampai ke konsumen seperti pada Gambar Gambar Flow Chart dari Pemintaan kepada Konsumen 39

31 Sementara untuk flowchart dari produksi dari Gambar Gambar Flowchart Untuk Produksi 40

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF INDUSTRI SEMEN Khamdi Mubarok, M.Eng Definisi Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor)

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif

Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-164 Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif Rasdiana Rahma Nur, Firda

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Presentasi Kelompok 3 PABRIK SEMEN Arief Sugianto Astrid Fatimah Atmadiputri Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Pendahuluan Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis,

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Semen Semen berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat, dengan kata lain semen

Lebih terperinci

PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR

PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA PLANT ACEH BESAR Diajukan Sebagai Persyaratan Kurikulum dan Melengkapi Tugas dalam Menyelesaikan Studi pada Fakultas Teknik Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap Pemerintah Indonesia saat ini sedang berjuang keras untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

Semen (CEMENT) Pendahuluan. TKS 4406 Material Technology I

Semen (CEMENT) Pendahuluan. TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Semen (CEMENT) Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Pendahuluan Semen merupakan bahan bangunan yang

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN 1/10/2014 : 1 dari 5 SKEMA Semen Portland (SNI 15-2049-2004) ; Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004); Semen Portland Pozolan (SNI 15-0302-2004); Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004); Semen Portland

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai faktor penggerak utama, khususnya dalam

Lebih terperinci

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA

BAB II BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA BAB II BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 2.1 Bahan Semen Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya tidak bisa lepas dari standarstandar yang sering digunakan di Indonesia, misalnya Standar Industri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Ringkas PT. Semen Andalas Medan didirikan pada tanggal 17 Januari 1982 dengan akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan dengan penetapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata semen berasal dari bahasa Latin yaitu Caementum yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata semen berasal dari bahasa Latin yaitu Caementum yang artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Semen Kata semen berasal dari bahasa Latin yaitu Caementum yang artinya perekat.semen sudah dikenal sejak jaman dahulu kala oleh bangsa Mesir, kuno dibuat dari

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN Budi Setiyana 1) Abstract Raw grinding mill sebagai salah satu bagian dari alat produksi semen mempunyai peranan yang cukup penting. Selain

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek PT. Semen Baturaja (Persero) BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kerja Praktek PT. Semen Baturaja (Persero) BAB I PENDAHULUAN Laporan Kerja Praktek PT. Semen Baturaja (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Perkembangan Pabrik Untuk memenuhi semen dalam negeri yang setiap tahun meningkat, maka tahun 1973 di daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 URAIAN UMUM Kata semen awalnya digunakan dalam arti ikatan atau bahan perekat tetapi secara umum sekarang digunakan sebagai nama dari jenis ikatan anorganik atau zat perekat

Lebih terperinci

STONE PRODUCTION LINE

STONE PRODUCTION LINE STONE PRODUCTION LINE Pengolahan batu lini produk terdiri dari pengumpan, Rahang crusher, crusher dampak atau crusher Kerucut, bergetar layar dan poros vertikal dampak crusher dll. Didukung oleh conveyor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Semen Semen berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat, dengan kata lain semen

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabas Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di pengolahan pakan ternak unggas dan perikanan. Perusahaan ini didirikan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton terbuat dari campuran homogen dengan perbandingan tertentu yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta dapat ditambahkan pula dengan bahan

Lebih terperinci

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan PERBANDINGAN BERAT ISI DAN REMBESAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM BERGRADASI TERTENTU DENGAN DAN TANPA PERAWATAN KHUSUS Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM. PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TINGKAT INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI PADA SUB-SEKTOR INDUSTRI SEMEN DAN INDUSTRI TEKSTIL SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TINGKAT INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI PADA SUB-SEKTOR INDUSTRI SEMEN DAN INDUSTRI TEKSTIL SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TINGKAT INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI PADA SUB-SEKTOR INDUSTRI SEMEN DAN INDUSTRI TEKSTIL SKRIPSI DAVID KARUNIA MULYONO 0706269672 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, persaingan pasar global yang semakin ketat memaksa setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas kerjanya, karena ini akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri konstruksi merupakan bagian utama dalam kelancaran dan perkembangan pembangunan di suatu negara maju maupun negara berkembang. Semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

Analisis Penambahan Additive Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland

Analisis Penambahan Additive Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland Analisis Penambahan Limestone Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland 64 Analisis Penambahan Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland Analysis of Addition of Limestone to

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR Julian Bagus Hariawan NPM. 10302047 Semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Seperti

Lebih terperinci

Pengolahan Rafinat Hasil Ekstraksi Spent Catalyst Sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen

Pengolahan Rafinat Hasil Ekstraksi Spent Catalyst Sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 Februari 2011 Pengolahan Rafinat Hasil Ekstraksi

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Cirebon BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kerja Praktek PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Cirebon BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembuatan semen diperlukan alat transportasi untuk mengangkut atau memindahkan material dari satu tahap proses ke tahap yang lain sesuai dengan waktu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Direktur Pemasaran PT Semen Padang Widodo Santosa di Bengkulu, Selasa (15/12),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri semen membutuhkan jumlah energi yang besar untuk berproduksi. Hampir sekitar 50% biaya produksi berasal dari pembelian energi yang terdiri dari 75% dalam bentuk

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN AGREGAT KASAR BATU

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011 TEKNOLOGI BAHAN I Wed, March 13 th 2011 1 1. Pendahuluan 2. Material Penyusun Beton (Semen, Agregat, Air, dan Aspek ekonomi (murah) & teknik Perkembangan bidang konstruksi Kebutuhan material Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya sumber daya alam, diantaranya sumber daya energi yang tersimpan diberbagai wilayah. Salah satu jenis sumber daya energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Semen Tiga Roda adalah sebuah merek semen yang diproduksi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Perusahaan ini menjadi salah satu produsen utama semen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif, dimana bubur kertas yang digunakan sebagai agregat dapat memberi kontribusi dalam meringankan beban

Lebih terperinci

Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Unjuk Kerja Mortar

Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Unjuk Kerja Mortar Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Unjuk Kerja Mortar Lilies Widojoko Dosen Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung Email : labtekniksipil_lw@yahoo.co.id Abstrak Oksida dominan semen portland terdiri dari

Lebih terperinci

Kekurangannya adalah: - Kekuatan tarik yang rendah, keuletan yang rendah dan beberapa penyusutan.

Kekurangannya adalah: - Kekuatan tarik yang rendah, keuletan yang rendah dan beberapa penyusutan. 19. Concrete (Beton) Beton adalah material teknik yang umum digunakan untuk konstruksi struktur seperti desain dan konstruksi jembatan, bangunan, dam, dinding penahan, dudukan mesin/konstruksi baja dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

VARIASI KOMPOSISI ADITIF BATU KAPUR DALAM PEMBUATAN SEMEN CAMPURAN (BLENDED CEMENT)

VARIASI KOMPOSISI ADITIF BATU KAPUR DALAM PEMBUATAN SEMEN CAMPURAN (BLENDED CEMENT) VARIASI KOMPOSISI ADITIF BATU KAPUR DALAM PEMBUATAN SEMEN CAMPURAN (BLENDED CEMENT) Adhytia Ihwan Prasetyo 1, Agus Taufiq 2, Diana Widiastuti 3 1 Alumni Program Sarjana Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universiatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batako 2.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan pembangunan di Indonesia pada era globalisasi ini semakin meningkat yang ditandai dengan banyaknya pembangunan fisik, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metodologi penelitian ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan dalam suatu penelitian. Metode harus ditetapkan sebelum penelitian dilakukan, sehingga

Lebih terperinci

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PABRIK CEMENT RETARDER DARI GYPSUM DENGAN PROSES GRANULASI PRA RENCANA PABRIK. oleh : FERO GUNA WIYONO

PABRIK CEMENT RETARDER DARI GYPSUM DENGAN PROSES GRANULASI PRA RENCANA PABRIK. oleh : FERO GUNA WIYONO PABRIK CEMENT RETARDER DARI GYPSUM DENGAN PROSES GRANULASI PRA RENCANA PABRIK oleh : FERO GUNA WIYONO 0831010031 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah kebutuhan akan bangunan meningkat dari waktu ke waktu.ini mengakibat kebutuhan akan beton meningkat. Beton umumnya tersusun dari empat bahan penyusun utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957). II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan. Dalam ilmu geologi,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton adalah campuran antara semen portland, agregat kasar, agregat halus, air dan terkadang ditambahkan dengan menggunakan bahan tambah yang

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL

ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL ANALISIS KUALITAS KEHALUSAN SEMEN PPC 40 KG MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL QUALITY ANALYSIS OF PPC CEMENT 40 KG FINENESS USING STATISTICAL QUALITY CONTROL METHO Debrina Puspita Andriani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

INTRODUCTION. oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada

INTRODUCTION. oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada INTRODUCTION Prinsip dasar pemurnian besi adalah menghilangkan kandungan oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada proses ini bijih besi dibakar dengan charcoal yang banyak

Lebih terperinci

Semen portland pozolan

Semen portland pozolan Standar Nasional Indonesia Semen portland pozolan ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PABRIK PLASTER OF PARIS DARI GYPSUM DENGAN PROSES KALSINASI PRA RENCANA PABRIK. Oleh: LINA DHARMAWATI NPM:

PABRIK PLASTER OF PARIS DARI GYPSUM DENGAN PROSES KALSINASI PRA RENCANA PABRIK. Oleh: LINA DHARMAWATI NPM: PABRIK PLASTER OF PARIS DARI GYPSUM DENGAN PROSES KALSINASI PRA RENCANA PABRIK Oleh: LINA DHARMAWATI NPM: 0831010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir yang berjudul Kajian Analisa Perhitungan Pemanfaatan Sekam Padi sebagai Bahan Bakar Tambahan di Calciner PT. Semen Baturaja

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI SEMEN MERAH TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK MORTAR

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI SEMEN MERAH TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK MORTAR PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI SEMEN MERAH TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK MORTAR Siti Nurlina *1, Taufik Hidayat 1, Hendro Suseno 1, Estetika Matra Kharisma 2 1 Dosen / Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK DI DEPARTEMEN PENGADAAN PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. 1 Februari 29 Februari 2016

LAPORAN KERJA PRAKTIK DI DEPARTEMEN PENGADAAN PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. 1 Februari 29 Februari 2016 LAPORAN KERJA PRAKTIK DI DEPARTEMEN PENGADAAN PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. 1 Februari 29 Februari 2016 ANALISIS SAFETY STOCK DAN INVENTORY TURNOVER PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU GYPSUM PABRIK TUBAN Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konstruksi merupakan bidang yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan bagi para insinyur/sarjana untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.472, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPARIN. Semen. Clinker. Teknis, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR16/M-IND/PER/3/2014 0TENTANG KETENTUAN TEKNIS SEMEN CLINKER DAN

Lebih terperinci