HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
|
|
- Sudomo Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Hasil Profil SMA Negeri 20 Bandung. SMA Negeri 20 Bandung terletak di Jl. Citarum No. 23 Bandung dan resmi berdiri pada 5 Juni Sejak berdiri pada tanggal tersebut, secara perlahan tapi pasti SMA Negeri 20 Bandung terus tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, jumlah sisiwa terus bertambah seiring dengan meningkatnya animo dan kepercayaan masyarakat, jumlah guru dan tata laksana bertambah, sarana dan prasarana pendukung pendidikan terus menerus ditingkatkan. Secara kualitas input siswa semakin bagus ditandai dengan passing grade sekolah yang berada dijajaran sepuluh teratas di Kota Bandung, prestasi akademik dan non akademik siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, kualitas pelayanan edukatif dari guru dan kualitas pelayanan administratif dari tata laksana berjalan baik dan lancar. Sekolah dengan luas bangunan m 2 memiliki visi menjadi sekolah yang BERSIH HATI (berkualitas, bersih, sehat, dan indah) serta memiliki misi sebagai sekolah yang senantiasa melakukan peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan, peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, peningkatan kualitas pengembangan diri, dan peningkatan kualitas kebersihan, kesehatan, dan keindahan lingkungan sekolah. SMA Negeri 20 Bandung saat ini memiliki 884 siswa dari rentang kelas X hingga XII dengan program jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang dididik oleh 70 staf pengajar. Profil SMA Taruna Bakti Bandung. SMA Taruna Bakti yang terletak di Jl. L.L.RE. Martadinata No. 52 Bandung ini resmi berdiri pada 1 Agustus SMA Taruna Bakti berada dibawah kelola Yayasan Taruna Bakti yang berdiri pada tahun Yayasan yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Akademi Sekretaris Manajemen ini bertujuan membantu negara dalam bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa. Saat ini SMA Taruna Bakti memiliki 647 siswa dari rentang kelas X hingga XII dengan program jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan
2 28 Ilmu pengetahuan Sosial yang dididik oleh 52 staf pengajar. Sekolah yang memiliki satu kelas bilingual pada setiap rentang kelas ini memiliki visi menjadi sekolah terkemuka yang menumbuhkan dan menghasilkan lulusan yang cerdas, disiplin, kreatif, berbudi pekerti luhur, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan kehidupan pada tatanan nasional dan internasional. Disamping itu misi SMA Taruna Bakti adalah mewujudkan suasana belajar yang kondusif untuk menumbuhkan sifat siswa dan menghasilkan lulusan yang cerdas, disiplin, kreatif, dan berbudi pekerti luhur, menyediakan fasilitas dan menciptakan suasana belajar mengajar yang mampu mengenalkan siswa pada perkembangan IPTEK, menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghormati, serta memperbaiki mutu sumberdaya kependidikan dan sistem belajar mengajar secara berkelanjutan. Prestasi akademik maupun non akademik yang diukir siswa SMA Taruna Bakti sudah cukup baik salah satunya adalah juara olahraga hockey pada beberapa pertandingan. Karakteristik Remaja Jenis Kelamin. Jumlah contoh pada penelitian sebanyak 60 siswa dari dua sekolah. Lebih dari separuh remaja berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 58,3 persen (Tabel 3). Perbedaan jenis kelamin ini diduga dapat menyebabkan perbedaan kepribadian terkait keinovatifan dalam konsumsi (Rogers 2003). Perempuan lebih mudah terpengaruh media massa dibandingkan laki-laki sehingga kemungkinan wawasan dan keterbukaan perempuan mengenai suatu inovasi lebih besar daripada laki-laki (Santrock 2007). Tabel 3 Sebaran remaja berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki 25 41,7 Perempuan 35 58,3 Total ,0 Uang Saku. Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan
3 29 harian, mingguan, atau bulanan. Tabel 4 memperlihatkan sebaran remaja berdasarkan besarnya uang saku per bulan yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kurang dari sama dengan Rp ,00; antara Rp ,00 hingga Rp ,00; dan lebih dari Rp ,00. Separuh remaja memiliki jumlah uang saku per bulan antara Rp ,00 hingga Rp ,00. Sementara itu hanya 6,7 persen remaja yang memiliki jumlah uang saku per bulan kurang dari sama dengan Rp ,00. Rata-rata uang saku dari seluruh remaja sebesar Rp ,00. Jumlah uang saku terbesar adalah Rp ,00 dan jumlah uang saku terkecil adalah Rp ,00 (Lampiran 1). Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan besar uang saku Uang Saku (Rp) Jumlah n % ,00 4 6, , , ,0 > , ,3 Total ,0 Kepribadian. Kepribadian yang diamati dalam penelitian ini adalah ciri pribadi yang menggambarkan respon konsumen terhadap produk baru atau yang disebut dengan keinovatifan konsumen. Tabel 5 Sebaran remaja berdasarkan kepribadian Kepribadian Jumlah n % Dogmatis (skor 22-55) 36 60,0 Inovatif (skor 56-88) 24 40,0 Total ,0 Tabel 5 memperlihatkan sebaran remaja berdasakan skor kepribadian yang menunjukkan kecenderungan inovatif (skor 56-88) dan dogmatis (skor 22-55). Lebih dari separuh remaja (60%) cenderung dogmatis. Hal ini disebabkan oleh produk ramah lingkungan yang belum banyak beredar di pasaran sehingga remaja pun belum terbiasa mengonsumsi produk ramah lingkungan. Remaja masih merasa nyaman mengonsumsi produk yang sudah ada sejak lama dibandingkan dengan produk alternatif, dalam hal ini adalah produk ramah lingkungan. Skor terbesar dari jawaban contoh mengenai kepribadian sebesar 67 dan skor
4 30 terkecilnya sebesar 43. Sedangkan skor rataan jawaban remaja mengenai kepribadian sebesar 55,4 (Lampiran 1). Pengetahuan. Konsumen yang memiliki banyak pengetahuan akan lebih baik dalam mengambil keputusan, lebih efisien dan tepat dalam mengolah informasi, dan mampu menggunakan informasi dengan lebih baik. Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar remaja yaitu sebanyak 78,3 persen berada pada kategori tingkat pengetahuan yang tinggi dan tidak ada remaja yang berada pada kategori tingkat pengetahuan rendah mengenai isu lingkungan hidup dan produk ramah lingkungan secara umum. Hal ini terjadi karena mudahnya akses informasi yang didapatkan remaja salah satunya adalah dari materi yang diajarkan di sekolah melalui pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Baik siswa di SMA Negeri 20 maupun siswa di SMA Taruna Bakti sama-sama mendapatkan pelajaran PLH selama 1 jam pelajaran dalam seminggu. Skor terbesar dari jawaban remaja terkait pengetahuannya tentang isu lingkungan dan produk ramah lingkungan sebesar 15 dan skor terkecilnya adalah 7 (Lampiran 1). Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan pengetahuan tentang isu dan produk ramah lingkungan Pengetahuan Jumlah n % Rendah (skor 0-5) 0 0,0 Sedang (skor 6-10) 13 21,7 Tinggi (skor 11-15) 47 78,3 Total ,0 Karakteristik Keluarga Usia Orang tua. Lebih dari separuh ayah (66,7%) berada pada rentang usia 41 hingga 50 tahun dan hanya 5 persen yang usianya berada pada rentang 30 hingga 40 tahun. Begitu pula usia ibu, proporsi terbesar ibu (78,3%) berada pada rentang usia antara 41 hingga 50 tahun dan hanya 3,3 persen saja yang usianya berada pada rentang 51 hingga 60 tahun (Tabel 7). Usia termuda dari ayah dan ibu adalah 40 dan 35 tahun. Sedangkan usia tertua ayah dan ibu adalah 59 dan 54 tahun (Lampiran 1).
5 31 Tabel 7 Sebaran usia orang tua Kategori Usia Ayah Ibu n % n % tahun 3 5, , tahun 40 66, , tahun 17 28,3 2 3,3 Total , ,0 Tingkat Pendidikan Orang tua. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar, berlangsung terus menerus, sistematis, dan terarah yang bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan pada setiap individu. Tingkat pendidikan dapat diketahui dari pendidikan formal yang telah ditempuh oleh orang tua contoh pada berbagai tingkat pendidikan diantaranya SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3. Tabel 8 Sebaran tingkat pendidikan orang tua Tingkat Pendidikan Ayah Ibu n % n % SMA dan Diploma , ,4 Strata 1 (S1) 36 60, ,7 Strata 2 (S2) 9 15,0 5 8,3 Strata 3 (S3) 4 6,7 4 6,7 Total , ,0 Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah (60%) dan ibu (46,7%) adalah S1. Sedangkan proporsi terkecil tingkat pendidikan baik ayah maupun ibu adalah S3 yaitu sebesar 6,7 persen. Pekerjaan Orang tua. Pendidikan dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling terkait. Pendidikan akan menentukan pekerjaan seseorang. Jenis pekerjaan yang dilakukan orang tua merupakan pekerjaan utama orang tua, seperti Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai BUMN, pengacara, TNI, dan lainnya. Berdasarkan Tabel 9, proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah pegawai swasta yaitu sebanyak 33,3 persen dan tidak ada ayah yang tidak bekerja. Sedangkan separuh ibu merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Proporsi terkecil ibu yaitu masing-masing sebesar 1,7 persen bekerja sebagai pegawai BUMN, pengacara, dan lainnya.
6 32 Tabel 9 Sebaran jenis pekerjaan orangtua Jenis Pekerjaan Ayah Ibu n % n % Pegawai Negeri Sipil 8 11, ,0 Wiraswata 16 26,7 1 18,3 Swasta 20 33,3 14 6,7 BUMN 7 11,7 1 1,7 Pengacara 2 3,3 1 1,7 TNI 4 6,7 0 0,0 Tidak Bekerja 0 0, ,0 Lainnya 3 5,0 1 1,7 Total Pendapatan Orang tua. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah yang biasanya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan dikelompokkan menjadi kurang dari sama dengan Rp ,00; antara Rp ,00 hingga Rp ,00; antara Rp ,00 hingga Rp ,00; antara Rp ,00 hingga Rp ,00; dan lebih dari Rp ,00. Tabel 10 Sebaran pendapatan keluarga per bulan Pendapatan (Rp) Jumlah n % ,00 2 3, , , , , , , , , ,7 > , ,3 Total Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar keluarga remaja yaitu sebesar 38,3 persen pendapatannya lebih dari Rp ,00. Hanya 3,3 persen saja keluarga yang pendapatannya kurang dari sama dengan Rp ,00. Karakteristik Lingkungan Lingkungan Pertemanan. Besarnya interaksi remaja dengan lingkungan pertemanannya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sebagian besar remaja cukup berinteraksi dengan lingkungan pertemanannya (85%) dan hanya 6,7 persen interaksi remaja dengan lingkungan
7 33 pertemanan yang berada pada kategori tinggi (Tabel 11). Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sedikit remaja yang perilakunya didominasi oleh interaksinya dengan teman-teman di sekitarnya. Disamping itu bagi sebagian remaja, teman-teman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilakunya meskipun tidak terlalu dominan dan remaja tetap berperilaku sesuai dengan kehendaknya dan tanpa paksaan dari teman. Skor terbesar interaksi remaja dengan lingkungan pertemanannya adalah 23, skor terkecilnya adalah 10, dan rataannya adalah 18,50 (Lampiran 1). Tabel 11 Sebaran remaja berdasarkan interkasi dengan lingkungan pertemanan Lingkungan Pertemanan Jumlah n % Rendah (skor 7-14) 5 8,3 Sedang (skor 15-21) 51 85,0 Tinggi (skor 22-28) 4 6,7 Total ,0 Aktivitas Sekolah. Besarnya keaktivan sekolah remaja dalam mengadakan kegiatan betema lingkungan hidup dan keterlibatan remaja dalam kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yiatu rendah, sedang, dan tinggi. Sebagian besar aktivitas sekolah remaja terkait isu lingkungan dan keterlibatan remaja dalam kegiatan tersebut berada pada kategori sedang (70%) dan hanya 5 persen remaja termasuk kategori rendah (Tabel 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan sekolah menambah wawasan remaja mengenai isu lingkungan dan hanya sedikit remaja yang merasa kurang mendapat manfaat dari kegiatan di sekolah terkait lingkungan. Disamping itu juga, remaja cukup aktif mengikuti kegiatan bertema lingkungan hidup yang diadakan sekolahnya. Skor terkecil dari jawaban remaja terkait kegiatan sekolah adalah 10, skor terbesarnya adalah 26, dan skor rataannya adalah 19,75 (Lampiran 1). Tabel 12 Sebaran remaja berdasarkan aktivitas dengan isu lingkungan hidup di sekolah Aktivitas Sekolah Jumlah n % Rendah (skor 7-14) 3 5,0 Sedang (skor 15-21) 42 70,0 Tinggi (skor 22-28) 15 25,0 Total ,0
8 34 Dimensi AIDA Kesadaran. Kesadaran konsumen mengenai suatu produk diukur untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan konsumen mengenai keberadaan produk tersebut secara negatif maupun positif. Kesadaran mengenai produk ramah lingkungan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar kesadaran remaja (75%) mengenai produk ramah lingkungan dan isu kemasan termasuk kategori sedang dan sisanya yaitu sebesar 25 persen berada pada kategori tinggi. Skor terbesar kesadaran remaja adalah 12, skor terkecilnya adalah 6, dan rataannya sebesar 9,62 (Lampiran 1). Tabel 13 Sebaran remaja berdasarkan tingkat kesadaran mengenai produk ramah lingkungan Kesadaran Jumlah n % Rendah (skor 0-5) 0 0,0 Sedang (skor 6-10) 45 75,0 Tinggi (skor 11-15) 25 25,0 Total ,0 Kesadaran berdasarkan pengetahuan yang dimiliki remaja sebagai konsumen ini merupakan gambaran wawasan remaja yang digunakan dalam perilaku konsumsi sehari-hari (Lampiran 3). Lebih dari separuh remaja (63,3%) menjawab benar mengenai karakteristik makanan organik sebagai salah satu bentuk produk ramah lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja sudah mengenal salah satu bentuk produk ramah lingkungan dengan cukup baik. Sebagian besar remaja menjawab benar mengenai tidak adanya kandungan pestisida dalam makanan organik (80%), manfaat makanan organik (83,3%), kandungan vitamin yang lebih banyak terdapat pada makanan organik (88,3%), dan waktu urai kemasan (91,7%). Sedangkan lebih dari separuh remaja tidak mengetahui bahwa makanan organik tidak menggunakan bahan kimia sama sekali (56,7%) dan sebagian besar remaja tidak mengetahui bahwa makanan organik tidak diproduksi oleh petani konvensional biasa (83,8%).
9 35 Tabel 14 Sebaran kesadaran remaja mengenai produk ramah lingkungan berdasarkan jenis kelamin (persen) Kesadaran Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Rendah 0,0 0,0 Sedang 76,0 74,3 Tinggi 24,0 25,7 Total 100,0 100,0 Tabel 14 menunjukkan bahwa kesadaran sebagian besar remaja laki-laki (76%) dan remaja perempuan (74,3%) mengenai produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang. Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa remaja yang kesadarannya tinggi sebagian besar (60%) berasal dari sekolah negeri. Sebagian besar remaja yang kesadarannya tinggi juga memiliki kepribadian yang inovatif (60%) dan pengetahuan mengenai isu lingkungan hidup dan produk ramah lingkungan yang tinggi (86,7%). Artinya, keterbukaan remaja terhadap produk ramah lingkungan membuat remaja lebih banyak memperoleh informasi mengenai produk ramah lingkungan sehingga kesadaran atas atribut produk pun semakin baik. Tabel 15 Sebaran kesadaran remaja mengenai produk ramah lingkungan berdasarkan karakteristiknya (persen) Kesadaran Sedang (n=45) Tinggi (n=15) Sekolah Kepribadian Pengetahuan Swasta tif tis Total Inova Dogma Total Total Negeri Sedang Tinggi 46,7 53,3 100,0 33,3 66,7 100,0 24,4 75,6 100,0 60,0 40,0 100,0 60,0 40,0 100,0 13,3 86,7 100,0 Hasil temuan yang digambarkan melalui Tabel 16 menunjukkan bahwa bagi remaja yang kesadarannya sedang, sebagian besar lingkungan pertemanan (84,4%) dan aktivitas sekolah (64,4%) berada pada kategori sedang. Begitu pula pada remaja yang kesadarannya tinggi, sebagian besar lingkungan pertemanan (86,6%) dan aktivitas sekolah (86,7%) berada pada kategori sedang.
10 36 Tabel 16 Sebaran kesadaran remaja mengenai produk ramah lingkungan berdasarkan karakteristik lingkungannya (persen) Kesadaran Lingkungan pertemanan Aktivitas sekolah Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Total Sedang (n=45) 8,9 84,4 6,7 100,0 6,7 64,4 28,9 100,0 Tinggi (n=15) 6,7 86,6 6,7 100,0 0 86,7 13,3 100,0 Perhatian. Pada tahap ini, konsumen mulai menilai inovasi suatu produk. Secara psikologis konsumen lebih terlibat dengan inovasi produk karena tahap ini berada pada ranah afektif. Dengan kata lain, pada tahap ini konsumen membentuk persepsinya sendiri mengenai suatu produk. Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar perhatian remaja (75%) terhadap produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang dan hanya 1,7 persen remaja yang perhatiannya rendah. Tabel 17 Sebaran remaja berdasarkan tingkat perhatian terhadap produk ramah lingkungan Perhatian Jumlah n % Rendah (skor 20-40) 1 1,7 Sedang (skor 41-60) 45 75,0 Tinggi (skor 61-80) 14 23,3 Total ,0 Hal tersebut menggambarkan bahwa sikap remaja terhadap produk ramah lingkungan sudah cukup baik. Skor terbesar perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan adalah 77, skor terkecilnya adalah 35, dan rataannya sebesar 56,47 (Lampiran 1). Sebagian besar remaja menyatakan setuju dengan sikap positif terhadap produk ramah lingkungan (Lampiran 4). Artinya, remaja memiliki penerimaan yang baik terhadap kemasan ramah lingkungan dan makanan organik. Tabel 18 Sebaran perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan jenis kelamin (persen) Perhatian Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Rendah 4,0 0,0 Sedang 84,0 68,6 Tinggi 12,0 31,4 Total 100,0 100,0
11 37 Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar perhatian remaja laki-laki (84%) dan remaja perempuan (68,6%) terhadap produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang. Sementara itu, Tabel 19 kembali menunjukkan bahwa kebanyakan remaja yang perhatiannya termasuk kategori tinggi memiliki kepribadian yang inovatif (64,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pribadi yang inovatif merupakan salah satu modal awal penerimaan produk baru di kalangan konsumen. Disamping itu, kebanyakan remaja memiliki pengetahuan yang tinggi meskipun perhatiannya berada pada kategori yang berbeda-beda. Tabel 19 Sebaran perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan karakteristiknya (persen) Perhatian Rendah (n=1) Sedang (n=45) Tinggi (n=14) Sekolah Total Kepribadian Total Pengetahuan Total Negeri Swasta Inova tif Dog matis Sedang Tinggi 100,0 0,0 100,0 0,0 100,0 100,0 0,0 100,0 100,0 48,9 51,1 100,0 33,3 66,7 100,0 17,8 82,2 100,0 50,0 50,0 100,0 64,3 35,7 100,0 28,6 71,4 100,0 Tabel 20 menunjukkan bahwa remaja yang perhatiannya rendah berada pada kategori rendah pula dalam hal aktivitas sekolah. Begitu pula dengan sebagian besar remaja yang perhatiannya sedang, aktivitas sekolahnya pun berada pada kategori sedang. Sementara itu, remaja yang perhatiannya tinggi sebagian besar berada pada kategori tinggi terkait aktivitas sekolahnya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas sekolah memiliki andil dalam pembentukkan perhatian remaja pada produk ramah lingkungan. Perhatian yang erat kaitannya dengan pemahaman, pembentukan persepsi, serta pembentukan sikap ternyata tergantung pada aktivitas yang remaja lakukan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler bertema lingkungan hidup membantu remaja dalam mengenal produk ramah lingkungan dengan lebih baik. Disamping itu, keterlibatan remaja dalam kegiatan bertema lingkungan hidup di sekolah juga membuat remaja lebih menaruh perhatian pada produk ramah lingkungan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sebagai sarana untuk memahami produk ramah lingkungan secara lebih menyeluruh.
12 38 Tabel 20 Sebaran perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan karakteristik lingkungannya Perhatian Lingkungan pertemanan Aktivitas sekolah Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Total Rendah (n=1) 100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 0,0 0,0 100,0 Sedang (n=45) 8,9 86,7 4,4 100,0 4,4 80,0 15,6 100,0 Tinggi (n=14) 0,0 85,7 14,3 100,0 0,0 42,9 57,1 100,0 Minat. Sebelum memutuskan untuk mengadopsi atau menolak suatu produk maka konsumen harus mencoba produk tersebut. Mencoba untuk mengonsumsi suatu produk berarti menunjukkan minat konsumen terhadap produk tersebut. Minat mengonsumsi produk ramah lingkungan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sebagian besar minat remaja (83,3%) terhadap produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang dan hanya 3,3 persen remaja saja yang minat terhadap produk ramah lingkungannya rendah (Tabel 21). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan besar remaja bersedia mengadopsi produk ramah lingkungan sebagai produk yang dikonsumsi sehari-hari. Skor terbesar minat remaja terhadap produk ramah lingkungan adalah 39, skor terkecilnya adalah 19, dan rataan skornya adalah 27,08 (Lampiran 1). Tabel 21 Sebaran remaja berdasarkan tingkat minat terhadap produk ramah lingkungan Minat Jumlah n % Rendah (skor 10-20) 2 3,3 Sedang (skor 21-30) 50 83,3 Tinggi (skor 31-40) 8 13,3 Total ,0 Dinyatakan juga bahwa lebih dari separuh remaja setuju untuk bersedia berhenti membeli produk dari pabrik yang mencemari lingkungan (56,7%), membeli makanan organik meskipun harganya lebih mahal (65%), bersedia mengganti makanan biasa dengan makanan organik (58,3%), tetap mencari makanan organik meskipun sulit didapatkan di pasaran (53,5%), bersedia mengajak orang lain untuk mengonsumsi makanan organik (58,3%), dan mengimbau orang lain untuk mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam
13 39 (58,3%) (Lampiran 5). Sebesar 80 persen remaja pernah dan akan mencoba mengonsumsi makanan organik. Hal ini menunjukkan minat remaja yang cukup baik pada produk ramah lingkungan. Akan tetapi, lebih dari separuh remaja masih akan tetap membeli makanan meskipun kemasannya berupa styrofoam (56,7%). Hal ini terjadi akibat masih banyaknya penjual makanan yang menggunakan kemasan styrofoam ataupun plastik dengan alasan kepraktisan. Sulit bagi remaja sebagai konsumen untuk menghindari hal tersebut. Oleh karenanya remaja tetap akan membeli makanan dengan kemasan styrofoam meskipun mereka mengetahui bahwa kemasan styrofoam tidak aman digunakan dan mencemari lingkungan. Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa sebagian besar minat remaja laki-laki (80%) dan remaja perempuan (85,7%) terhadap produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang. Disamping itu, tidak ada remaja perempuan yang minat terhadap produk ramah lingkungannya termasuk kategori rendah. Tabel 22 Sebaran minat remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan jenis kelamin (persen) Minat Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Rendah 8,0 0,0 Sedang 80,0 85,7 Tinggi 12,0 14,3 Total 100,0 100,0 Tabel 23 menunjukkan bahwa remaja yang minatnya terhadap produk ramah lingkungan tergolong tinggi sebagian besar (75%) berasal dari sekolah swasta. Sementara itu, remaja yang minatnya tinggi memiliki proporsi yang seimbang dalam hal kepribadian inovatif (50%) dan kepribadian dogmatis (50%). Sebagian besar (60%) remaja yang minat terhadap produk ramah lingkungannya sedang memiliki kepribadian yang dogmatis. Disamping itu, kebanyakan remaja memiliki pengetahuan yang tinggi meskipun minatnya berada pada kategori yang berbeda-beda.
14 40 Tabel 23 Sebaran minat remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan karakteristiknya (persen) Minat Rendah (n=2) Sedang (n=50) Tinggi (n=8) Sekolah Total Kepribadian Total Pengetahuan Total Negeri Swasta Inovatif Dogmatis Sedang Tinggi 0,0 100,0 100,0 0,0 100,0 100,0 0,0 100,0 100,0 56,0 44,0 100,0 40,0 60,0 100,0 22,0 78,0 100,0 25,0 75,0 100,0 50,0 50,0 100,0 25,0 75,0 100,0 Klaim ramah lingkungan pada suatu produk tidak begitu saja dipercaya oleh konsumen. Perlu adanya penelaahan lebih lanjut guna memastikan bahwa produk tersebut ramah lingkungan. Oleh karenanya, tingkat pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan minat seseorang terhadap produk ramah lingkungan yang merupakan langkah awal tindakan konsumsi produk ramah lingkungan. Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah meskipun proporsi terbesar ayah telah menempuh pendidikan hingga Strata 1 pada seluruh kategori minat, namun separuh ayah remaja yang minatnya rendah terhadap produk ramah lingkungan berpendidikan Pascasarjana (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran minat remaja terhadap produk ramah lingkungan berdasarkan tingkat pendidikan ayah (persen) Minat Tingkat pendidikan SMA & D3 S1 S2 S3 Total Rendah (n=2) 0,0 50,0 50,0 0,0 100,0 Sedang (n=50) 16,0 62,0 14,0 8,0 100,0 Tinggi (n=8) 37,5 50,0 12,5 0,0 100,0 Tindakan. Tahapan terakhir dari Model AIDA adalah tindakan. Terdapat dua kemungkinan tindakan yang akan dilakukan remaja yaitu mengabaikan dan mengadopsi. Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja (51,7%) cenderung untuk mengabaikan produk ramah lingkungan. Skor terbesar dari tindakan remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan adalah 5, skor terkecilnya adalah 0, dan rataan skornya adalah 2,53 (Lampiran 1).
15 41 Tabel 25 Sebaran remaja berdasarkan tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan Tindakan Jumlah N % Mengabaikan (skor 0-2) 31 51,7 Mengadopsi (skor 3-5) 29 48,3 Total ,0 Meskipun sebagian besar kesadaran, perhatian, dan minat remaja terhadap produk ramah lingkungan termasuk kategori sedang, akan tetapi remaja masih mengabaikan produk ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan remaja belum terbiasa mengonsumsi produk ramah lingkungan. Sebagian besar remaja belum mengonsumsi produk ramah lingkungan lebih dari tiga kali dalam seminggu (65%), masih menggunakan plastik lebih dari lima buah dalam sehari (63,3%), dan tetap akan menggunakan kemasan plastik dan styrofoam (61,7%). Meskipun demikian, sebagian besar remaja tetap bersedia untuk mengonsumsi makanan organik (76,7%) dan bersedia mencari informasi mengenai produk ramah lingkungan dan isu lingkungan lainnya (65%) (Lampiran 6). Tabel 26 menunjukkan bahwa kebanyakan remaja laki-laki (64%) mengabaikan produk ramah lingkungan dan lebih dari separuh remaja perempuan (57,1%) mengadopsi produk ramah lingkungan. Artinya, dari keseluruhan contoh laki-laki masih banyak yang mengabaikan produk ramah lingkungan. Kebanyakan remaja laki-laki masih merasa nyaman dalam mengonsumsi produk biasa, berbeda dengan kebanyakan remaja perempuan yang sudah mulai mengonsumsi produk ramah lingkungan secara rutin. Tabel 26 Sebaran tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan pada remaja berdasarkan jenis kelamin (persen) Tindakan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Mengabaikan 64,0 42,9 Mengadopsi 36,0 57,1 Total 100,0 100,0 Tabel 27 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (51,6%) remaja yang mengabaikan produk ramah lingkungan berasal dari sekolah swasta dan lebih dari separuh (51,7%) remaja yang mengadopsi produk ramah lingkungan berasal dari
16 42 sekolah negeri. Tindakan mengabaikan produk ramah lingkungan didominasi oleh kepribadian yang dogmatis (74,2%). Sebaliknya, tindakan mengadopsi produk ramah lingkungan sebagian besar dilakukan oleh remaja yang kepribadiannya inovatif (55,2%). Baik remaja yang mengabaikan maupun yang mengadopsi produk ramah lingkungan telah memiliki pengetahuan mengenai isu lingkungan dan produk ramah lingkungan yang tinggi. Oleh karenanya, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai alasan remaja untuk mengabaikan atau mengadopsi produk ramah lingkungan salah satunya melalui analisis costumer response index. Tabel 27 Sebaran tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan pada remaja berdasarkan karakteristiknya (persen) Tindakan Mengabaikan (n=31) Mengadopsi (n=29) Sekolah Total Kepribadian Total Pengetahuan Total Negeri Swasta Inovatif Dogmatis Sedang Tinggi 48,4 51,6 100,0 25,8 74,2 100,0 29,0 71,0 100,0 51,7 48,3 100,0 55,2 44,8 100,0 13,8 86,2 100,0 Sementara itu, Tabel 28 menunjukkan bahwa baik ayah remaja yang mengabaikan (58,1) maupun ayah remaja yang mengadopsi (62,1) kebanyakan telah menempuh pendidikan hingga Strata 1. Disamping itu, proporsi terkecil ayah remaja yang mengabaikan (9,7%) dan ayah remaja yang mengadopsi (3,4%) produk ramah lingkungan telah menempuh pendidikan formal hingga Strata 3. Tabel 28 Sebaran tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan pada remaja berdasarkan pendidikan ayah Tindakan Tingkat pendidikan SMA & D3 S1 S2 S3 Total Mengabaikan (n=31) 12,9 58,1 19,3 9,7 100,0 Mengadopsi (n=29) 24,1 62,1 10,3 3,4 100,0 Customer Response Index. Berdasarkan Customer Response Index (CRI), dari seluruh responden lebih dari separuhnya yaitu sebesar 55 persen atau 33 remaja memiliki kesadaran mengenai produk ramah lingkungan. Dari 33 remaja tersebut, lebih dari separuhnya yaitu sebanyak 18 orang (54,4%) memberikan perhatian pada produk ramah lingkungan. Sementara itu dari 18 remaja, sebagian
17 43 besarnya berminat untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan yaitu sebanyak 14 orang (77,8%). Selanjutnya dari 14 remaja yang berminat, terdapat 12 remaja (85,7%) yang mengadopsi produk ramah lingkungan (Lampiran 7). CRI = (% kesadaran)x(% perhatian)x(%minat)x(%tindakan) = 0,55 x 0,545 x 0,778 x 0,857 = 0,1998 atau 19,98% Suatu produk dikatakan efektif dalam analisis CRI apabila nilai CRI sekurang-kurangnya adalah 50 persen. Dengan demikian, produk ramah lingkungan belum efektif di kalangan remaja, dibuktikan dengan besarnya CRI yang hanya sebesar 19,98 persen. Artinya, masih terdapat 80,02 persen peluang CRI yang masih bisa diraih. Hubungan Antarvariabel AIDA (Kesadaran, Perhatian, Minat, dan Tindakan) Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson yang ditampilkan dalam Tabel 29, terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel perhatian dengan minat mengonsumsi produk ramah lingkungan dengan koefisien korelasi sebesar 0,666 (p<0,05), artinya semakin tinggi perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan maka semakin tinggi juga minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan. Terdapat pula hubungan yang positif signifikan antara minat dan tindakan konsumsi produk ramah lingkungan dengan koefisien korelasi sebesar 0,507 (p<0,05), artinya semakin besar minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan maka tindakan remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan semakin baik. Tabel 29 Hubungan antarvariabel kesadaran, perhatian, minat, dan tindakan Variabel Perhatian Minat Tindakan Kesadaran 0,179 Perhatian 0,666** Minat 0,507** Keterangan: *) nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05
18 44 Akan tetapi tidak terdapat hubungan antara kesadaran atas produk ramah lingkungan dan perhatian terhadap produk ramah lingkungan. Hal ini diduga karena kesadaran yang diukur berdasarkan pengetahuan tidak digunakan oleh remaja sebagai landasan untuk senantiasa lebih memilih produk ramah lingkungan daripada produk lainnya. Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, dan Karakteristik Lingkungan terhadap Konsumsi Produk Ramah Lingkungan Pengaruh Karakteristik Remaja dan Karakteristik Lingkungan terhadap Kesadaran. Tabel 30 menunjukkan bahwa status sekolah berpengaruh positif siginifikan terhadap kesadaran atas produk ramah lingkungan (β=0,920; p=0,009). Hal ini berarti siswa sekolah negeri memiliki skor kesadaran mengenai produk ramah lingkungan yang lebih besar 0,920 poin daripada kesadaran siswa sekolah swasta. Sebesar 11,1 persen minat terhadap produk ramah lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel yang diteliti (Adj. R 2 =0,111; p=0,048) dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 30 Model pengaruh karakteristik remaja dan karakteristik lingkungan terhadap kesadaran konsumsi produk ramah lingkungan No Variabel independen Koefisien tidak Terstandardisasi Koefisien Terstandardisasi Sig. β Std. Error β Konstanta 10,550 1,952 0,000 1 Jenis kelamin (0= perempuan; 1= laki-laki) -0,555 0,347-0,206 0,116 2 Sekolah (0= swasta; 1= negeri) 0,920 0,338 0,346 0,009 3 Uang saku (rupiah) -4,37E-007 0,000-0,067 0,595 4 Kepribadian (0= dogmatis; 1= inovatif) 0,416 0,364 0,153 0,258 5 Pengetahuan (skor) 0,053 0,110 0,062 0,629 6 Lingkungan pertemanan (skor) -0,092 0,073-0,169 0,215 F 2,227 Adjusted R 2 0,111 Sig. 0,048 Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Lingkungan, dan Kesadaran terhadap Perhatian. Hasil penelitian Tabel 31 juga menunjukkan bahwa kepribadian remaja berpengaruh positif signifikan terhadap perhatian pada
19 45 produk ramah lingkungan (β=3,508; p=0,043). Hal ini berarti remaja yang dogmatis mempunyai skor 3,508 poin lebih rendah daripada remaja yang inovatif. Sebesar 11,7 persen minat terhadap produk ramah lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel yang diteliti (Adj. R 2 =0,117; p=0,050) dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 31 Model pengaruh karakteristik remaja, karakteristik lingkungan, dan kesadaran terhadap perhatian pada produk ramah lingkungan No Variabel Independen Koefisien tidak Terstandardisasi Koefisien Terstandaridsasi Sig. β Std. Error β Konstanta 33,398 11,172 0,004 1 Jenis kelamin (0= perempuan; 1= laki-laki) -0,456 1,633-0,037 0,781 2 Sekolah (0= swasta; 1= negeri) -1,582 1,658-0,129 0,344 3 Uang saku (rupiah) 3,85E-006 0,000 0,129 0,312 4 Kepribadian (0= dogmatis; 1= inovatif) 3,508 1,691 0,280 0,043 5 Pengetahuan (skor) 0,287 0,506 0,073 0,573 6 Lingkungan pertemanan (skor) 0,557 0,342 0,222 0,109 7 Kesadaran (skor) 0,718 0,631 0,156 0,261 F 2,119 Adjusted R 2 0,117 Sig. 0,050 Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan, Kesadaran, dan Perhatian terhadap Minat. Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap minat mengonsumsi produk ramah lingkungan adalah perhatian terhadap produk ramah lingkungan (β=0,412; p=0,000), artinya setiap kenaikan satu satuan perhatian remaja terhadap produk ramah lingkungan akan meningkatkan minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan sebesar 0,412 poin. Sementara itu, terdapat pengaruh negatif signifikan pendidikan ayah terhadap minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan (β=-0,438; p=0,027). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan lama pendidikan ayah akan menurunkan minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan sebesar 0,438 poin. Sebesar 47,6 persen minat terhadap produk ramah lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel yang diteliti (Adj.
20 46 R 2 =0,476; p=0,000) dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 32 Model pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan, dan perhatian terhadap minat mengonsumsi produk ramah lingkungan No Variabel Independen Koefisien tidak Terstandardisasi Koefisien Terstandardisasi Sig. β Std. Error β Konstanta 18,233 8,910 0,046 1 Jenis kelamin (0= perempuan; 1= laki-laki) -0,561 0,752-0,075 0,459 2 Sekolah (0= swasta; 1= negeri) -0,171 0,741-0,023 0,819 3 Uang saku (rupiah) 9,83E-007 0,000 0,055 0,582 4 Kepribadian (0= dogmatis; 1= 0,756 0,818 0,101 0,360 inovatif) 5 Pengetahuan (skor) -0,391 0,237-0,165 0,105 6 Usia ayah (tahun) 0,037 0,085 0,045 0,666 7 Pendidikan ayah (tahun) -0,438 0,192-0,244 0,027 8 Pendapatan (0= Rp ; 1= >Rp ) -0,867 0,781-0,115 0,273 9 Lingkungan pertemanan (skor) -0,260 0,167-0,172 0, Perhatian (skor) 0,412 0,064 0,686 0,000 F 6,359 Adjusted R 2 0,476 Sig. 0,000 Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan, Kesadaran, Perhatian, dan Minat terhadap Tidakan. Hasil penelitian yang tertera pada Tabel 33 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan adalah minat mengonsumsi (β= 0,136; p=0,002). Hal ini berarti setiap kenaikan satu satuan minat remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan akan meningkatkan tindakan mengonsumsi remaja sebesar 0,136 poin. Disamping itu, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan yaitu jenis kelamin (β= -0,702; p=0,023) dan pendidikan ayah (β= -0,159; p=0,047). Hasil tersebut menunjukkan bahwa skor remaja laki-laki lebih rendah 0,702 poin daripada remaja perempuan dalam hal tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan lama
21 47 pendidikan ayah akan menurunkan tindakan adopsi remaja dalam hal mengonsumsi produk ramah lingkungan sebesar 0,159 poin. Sebesar 34,2 persen tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel yang diteliti (Adj. R 2 =0,342; p=0,000) dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 33 Model pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan, dan minat terhadap tindakan mengonsumsi produk ramah lingkungan No Variabel Independen Koefisien tidak Terstandardisasi Koefisien Terstandardisasi Sig. β Std. Error β Konstanta 2,377 3,650 0,518 1 Jenis kelamin (0= perempuan; 1= laki-laki) -0,702 0,299-0,267 0,023 2 Sekolah (0= swasta; 1= negeri) 0,164 0,293 0,063 0,578 3 Uang saku (rupiah) -9,36E-007 0,000-0,148 0,189 4 Kepribadian (0= dogmatis; 1= inovatif) 0,641 0,323 0,242 0,053 5 Pengetahuan (skor) 0,007 0,094 0,008 0,944 6 Usia ayah (tahun) 0,016 0,033 0,055 0,637 7 Pendidikan ayah (tahun) -0,159 0,078-0,251 0,047 8 Pendapatan (0= Rp ; 1= >Rp ) 0,200 0,311 0,075 0,524 9 Lingkungan pertemanan (skor) -0,075 0,065-0,141 0, Minat (skor) 0,136 0,042 0,385 0,002 F 4,068 Adjusted R 2 0,342 Sig. 0,000
22 48
23 49 Pembahasan Salah satu bentuk inovasi produk yang sedang marak dipasarkan adalah produk ramah lingkungan. Selain mengampanyekan dan mengajak masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, produk ramah lingkungan juga muncul dengan keunikan yang menambah nilai jual produk tersebut. Mengonsumsi produk ramah lingkungan merupakan suatu bentuk kontribusi nyata bagi bumi yang mulai menua. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk ramah lingkungan diambil secara lestari dan tidak merusak konservasi alam yang diolah dengan bersih dan higienis sehingga senantiasa selaras dengan alam (Goleman 2009). Sebagai produk yang tergolong baru, produsen produk ramah lingkungan harus menyosialisasikan manfaat produk tersebut secara serius agar tujuan produk sebagai penanggulangan masalah lingkungan dapat tercapai dengan baik (Junaedi 2005). Pada dasarnya, remaja memiliki daya tarik tersendiri yang membuat kelompok usia ini banyak dijadikan target pasar berbagai produk. Remaja juga disebut-sebut sebagai kelompok usia yang yang konsumtif dan mudah dipengaruhi iklan melalui media (Makgosa 2010). Selain itu, remaja sudah mulai belajar mandiri dalam pengambilan keputusan pembelian. Remaja sebagai agent of change diharapkan agar menaruh perhatian lebih besar terhadap produk ramah lingkungan. Oleh karenanya, apabila sikap baik remaja terhadap produk ramah lingkungan sudah terbentuk sejak dini maka kemungkinan remaja untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan secara terus menerus di masa depan semakin besar. Berbagai informasi mengenai produk ramah lingkungan salah satunya makanan organik sangat mudah diakses melalui media massa maupun internet. Bagi remaja khususnya, informasi mengenai produk ramah lingkungan dan isu lingkungan lainnya diberikan secara formal oleh sekolah melalui materi ajar Pendidikan Lingkungan Hidup yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa Sekolah Menengah Atas. Sementara itu, temuan penelitian terkait dengan karakteristik remaja menunjukkan beberapa hal menarik. Diantaranya, uang saku remaja yang lebih tinggi daripada kelompok remaja lainnya berdasarkan pada penelitian sebelumnya (Ibaniati 2005; Jayanti 2010; dan Rahayu 2011). Uang saku yang diterima remaja
24 50 digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti membeli makanan, transportasi, pendidikan, dan keperluan lain. Uang saku yang semakin besar membuat seseorang lebih leluasa dalam memilih dan mengonsumsi produk yang beragam (Engel et al. 1994). Sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai isu lingkungan hidup secara umum berdasarkan pada total skor pengetahuan yang besar. Kebanyakan remaja mengetahui penyebab pemanasan global, karakteristik produk ramah lingkungan secara umum, dan kelebihan dari produk ramah lingkungan. Informasi mengenai lingkungan hidup dan produk ramah lingkungan tersebut membantu remaja untuk memahami produk ramah lingkungan serta menjadi modal utama bagi remaja untuk menentukan perilakunya sebagai konsumen (Sumarwan 2004). Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, media massa, dan orang lain. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan menghasilkan suatu penilaian tersendiri yang dipengaruhi oleh keunikan masing-masing individu. Kombinasi unik dari berbagai faktor yang ada pada diri seseorang bergabung membentuk kepribadian (Sumarwan 2004). Kepribadian yang diamati dalam penelitian ini adalah ciri pribadi yang menggambarkan respon remaja sebagai konsumen terhadap produk baru atau yang disebut dengan keinovatifan. Keinovatifan membagi konsumen ke dalam dua kelompok yaitu konsumen yang inovatif dan konsumen yang dogmatis (Schiffman & Kanuk 2000). Konsumen yang memiliki sifat inovatif cenderung menjadi orang pertama yang mencoba berbagai produk baru. Disamping itu, ada pula konsumen yang bersedia mengonsumsi produk baru setelah orang lain banyak mengonsumsi produk tersebut (Rogers 2003). Faktor kepribadian sebagai salah satu faktor penting pada diri remaja dalam mengadopsi inovasi baru menunjukkan bahwa sebagian besar remaja dalam penelitian ini cenderung dogmatis. Hal ini menunjukkan bahwa remaja belum bisa menerima produk ramah lingkungan sepenuhnya dan belum terbiasa untuk mengonsumsi produk tersebut. Remaja masih merasa nyaman mengonsumsi produk yang biasa digunakan. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000), konsumen yang dogmatis lebih cenderung memilih produk yang sudah mapan dibandingkan alternatif produk yang baru dan inovatif. Meskipun wawasan remaja mengenai isu
25 51 lingkungan dan produk ramah lingkungan luas akan tetapi kepribadiannya masih cenderung dogmatis. Hal ini menunjukkan ada pengaruh dari luar diri remaja yang mempengaruhi kepribadiannya, yaitu ketersediaan produk ramah lingkungan yang masih terbatas di pasaran dan harga produk ramah lingkungan yang lebih mahal daripada produk serupa lainnya (Soler & Gil 2002). Bagi remaja, orang tua dan keluarga merupakan pihak yang berpengaruh dalam proses pembentukan perilakunya (Berns 1997). Sebab, orang tua dan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan remaja. Sebagian besar kedua orang tua remaja berada pada rentang usia antara 40 hingga 50 tahun dan berpendidikan tinggi (Strata 1). Pada umumnya, pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dan menentukan besar pendapatan yang akan diterima. Hampir separuh ayah bekerja sebagai pegawai swasta dan separuh ibu adalah ibu rumah tangga. Proporsi terbesar keluarga remaja memiliki pendapatan lebih dari Rp ,00 per bulan. Kondisi status sosial keluarga remaja yang tergolong menengah keatas ini akan mempengaruhi kapasitas remaja dalam membentuk keinovatifan dan menghimpun pengetahuan yang baik (Rogers 2003). Status sosial ekonomi dan keinovatifan selalu berjalan beriringan karena biaya pengadaan inovasi produk cukup besar sehingga hanya kelompok sosial ekonomi menengah keatas yang dapat mengadopsi inovasi tersebut. Remaja banyak membagi waktunya bersama teman-teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Teman yang berada di sekitar remaja mempengaruhi perilaku remaja itu sendiri (Santrock 2007). Melalui hubungan sosial yang dibangun bersama teman sebaya, remaja saling bertukar informasi dan pengetahuan. Disamping itu, remaja juga mengamati minat temannya untuk diintegrasikan dengan minat dan sudut pandangnya sendiri sehingga muncul kesamaan dirinya dengan temannya (Sarwono 2011). Sebagian besar remaja menunjukkan bahwa teman disekitar memiliki andil dalam pembentukkan perilakunya, tetapi remaja tetap berperilaku sesuai dengan kehendaknya tanpa merasa berada dibawah tekanan lingkungan pertemanannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura dalam Santrock (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang namun ada banyak hal yang
26 52 perlu dipertimbangkan salah satunya faktor pribadi seperti keterampilan berpikir logis dan mengetahui keinginannya sendiri. Sebagian besar waktu yang dimiliki remaja banyak dihabiskan di sekolah dengan kegiatan belajar mengajar maupun ekstrakurikuler dan organisasi. Sekolah merupakan tempat remaja memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai mata pelajarannya. Sekolah juga merupakan tempat remaja mengasah kemampuan kognitifnya sehingga lebih baik dalam memproses berbagai informasi yang diterimanya. Sekolah senantiasa memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi bagi siswanya dalam rangka menambah wawasan dan keahlian siswa tersebut. Kegiatan yang dilakukan di sekolah biasanya tidak keluar dari ruang lingkup pelajaran yang pernah diterima siswa. Sebagian besar sekolah remaja cukup aktif mengadakan kegiatan bertema lingkungan dan remaja pun cukup aktif terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah memberikan berbagai bentuk informasi dan kegiatan kepada remaja untuk lebih dekat dengan isu lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki kesadaran yang cukup mengenai produk ramah lingkungan. Kesadaran konsumen mengenai suatu produk diukur untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan konsumen mengenai keberadaan produk secara positif maupun negatif (Rogers 2003). Konsumen yang berpengetahuan banyak lebih mungkin terfokus pada informasi yang paling relevan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu produk (Sumarwan 2004). Melalui kesadaran mengenai suatu produk, remaja juga dapat memahami manfaat produk tersebut secara menyeluruh. Kesadaran terbentuk sebagai hasil pencarian informasi yang dilakukan seseorang. Dengan demikian, kesadaran erat kaitannya dengan keinovatifan dan keaktivan seseorang (Rogers 2003). Kesadaran yang diukur berdasarkan pengetahuan ini meliputi pengetahuan produk secara umum, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan penggunaan produk. Kesadaran yang dimiliki akan mengarahkan remaja pada suatu respon berupa perasaan tertentu terhadap produk. Berbeda dengan kesadaran yang berada pada ranah kognitif, perhatian lebih cenderung bekerja di ranah afektif. Perhatian yang dilakukan konsumen terhadap produk akan membentuk persespsi dan sikap konsumen terhadap produk
27 53 tersebut. Sikap yang terbentuk antara lain kesukaan terhadap produk, memahami tujuan produk, dan merencanakan konsumsi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja cukup memberikan perhatian pada produk ramah lingkungan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa remaja telah cukup mengolah informasi yang dimilikinya sehingga menyukai produk ramah lingkungan tersebut. Kesadaran dan perhatian adalah proses belajar remaja untuk memahami produk ramah lingkungan secara utuh dan menjadi prediksi tindakan konsumsi contoh di masa depan (Rogers 2003). Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa minat dari kebanyakan remaja terhadap produk ramah lingkungan berada pada kategori sedang. Minat terhadap produk merupakan salah satu faktor utama untuk menentukan tindakan adopsi suatu produk. Pada tahap ini, remaja mengonsumsi produk secara terbatas dengan tujuan untuk menghindari resiko kesenjangan antara harapannya dengan kinerja aktual dari produk ramah lingkungan. Minat ditandai dengan kesediaan remaja membayar dengan harga yang lebih mahal kemudian bersedia memberikan rekomendasi pada orang lain serta bersedia melakukan pembelian ulang sebagai bentuk ketertarikan contoh terhadap produk ramah lingkungan (Lee et al. 2010). Kemungkinan dari tindakan konsumen terhadap suatu produk mencakup dua hal yaitu mengadopsi atau mengabaikannya. Lebih dari separuh remaja cenderung mengabaikan produk ramah lingkungan. Meskipun sebagian besar kesadaran, perhatian, dan minat remaja terhadap produk ramah lingkungan termasuk kategori sedang, akan tetapi ternyata remaja cenderung mengabaikan produk ramah lingkungan. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa tindakan remaja tidak cukup hanya dengan dorongan kesadaran, perhatian, dan minat mengonsumsi saja. Dapat dikatakan pula bahwa mayoritas remaja merupakan kelompok konsumen yang sadar tetapi bukan pembeli, ditandai dengan remaja yang belum terbiasa mengonsumsi produk ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain di luar individu yang mempengaruhi tindakannya, yaitu ketersediaan produk ramah lingkungan yang masih terbatas di pasaran sehingga contoh tidak leluasa untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan dan harga produk ramah lingkungan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk serupa lainnya (Soler & Gil 2002). Junaedi (2005) menyatakan
28 54 bahwa konsep organik masih merupakan sistem baru bagi petani dan konsumen sehingga ketersediaannya di pasaran masih sangat sedikit. Disamping itu, remaja bukan pihak pengambil keputusan pembelian di keluarganya. Oleh karenanya, meskipun remaja sudah tertarik dengan produk ramah lingkungan tapi remaja tidak dapat mengonsumsi produk ramah lingkungan secara rutin karena keluarga pun belum mengadopsi produk ramah lingkungan secara rutin. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) proses adopsi merupakan proses mental yang harus dilalui seseorang untuk mempelajari sebuah inovasi. Kesediaan contoh untuk tetap mengonsumsi dan mencari informasi terkini mengenai produk ramah lingkungan menunjukkan bahwa remaja masih berada dalam proses belajar menuju suatu tindakan mengadopsi inovasi produk ramah lingkungan secara menyeluruh. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode Customer Response Index (CRI), produk ramah lingkungan belum efektif di kalangan remaja. Dengan kata lain, respon remaja terhadap produk ramah lingkungan belum maksimal. Dari seluruh remaja, lebih dari separuhnya memiliki kesadaran mengenai produk ramah lingkungan. Kemudian dari remaja yang sadar tersebut, lebih dari separuhnya memiliki perhatian terhadap produk ramah lingkungan. Cukup besarnya jumlah remaja yang tidak sadar menunjukkan bahwa remaja belum memahami produk ramah lingkungan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa remaja tidak tertarik dengan produk ramah lingkungan sehingga tidak berusaha mengingat informasi yang pernah didapat serta tidak mencari informasi mengenai produk ramah lingkungan. Disamping itu, cukup besarnya jumlah remaja yang tidak perhatian dari remaja yang telah sadar mengenai produk ramah lingkungan menunjukkan bahwa remaja tidak merasakan timbulnya kebutuhan atas produk ramah lingkungan berdasarkan informasi yang diketahuinya. Artinya, pengetahuan yang dimiliki remaja justru menimbulkan ketidaksesuaian produk dengan dirinya sehingga merasa tidak perlu lagi untuk memperhatikan produk ramah lingkungan lebih lanjut. Penyebab ketidaksesuaian produk dengan diri remaja dikarenakan produk ramah lingkungan bukan produk yang biasa dikonsumsi olehnya, sulit didapat di pasaran, dan harganya relatif lebih mahal daripada produk serupa. Akan tetapi, bagi remaja yang telah perhatian pada produk ramah lingkungan cenderung akan berminat mengonsumsi dan akhirnya
PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar konsumen yang memberi pengaruh pada pergerakan konsumsi adalah konsumen akhir yang biasanya merupakan konsumen individu (Engel et al. 1995). Setiap konsumen individu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Kepribadian Remaja dalam Sudut Pandang Konsumen
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock 2007). Menurut Santrock (2002), ciri utama remaja
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU KONSUMSI PRODUK RAMAH LINGKUNGAN PADA REMAJA: APLIKASI MODEL AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action) NADIA NAOMI
1 ANALISIS PERILAKU KONSUMSI PRODUK RAMAH LINGKUNGAN PADA REMAJA: APLIKASI MODEL AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action) NADIA NAOMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Lebih terperinciHASIL. Faktor Internal
Jenis Kelamin HASIL Faktor Internal Lebih dari separuh konsumen (66,9%) berjenis kelamin perempuan, sementara 33,1 persen sisanya laki-laki. Dapat dilihat bahwa konsumen perempuan lebih mendominasi pasar
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY 4.1.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pendidikan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga
Lebih terperinci5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari
Lebih terperinciBAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik Remaja
HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15
Lebih terperincigolongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai
PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan
Lebih terperinciHASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian
33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU
68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku konsumen yang melakukan aktivitas pembelian di DKI Jakarta khususnya. Aktivitas pembelian yang dilakukan
Lebih terperinciII. HASIL DAN PEMBAHASAN
II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciVI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR
VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR 6.1. Karakteristik Konsumen Minute Maid Pulpy Orange Karakteristik konsumen pada penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei. Penelitian dengan desain cross sectional study adalah penelitian yang dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen. konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui periklanan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan senantiasa terjadi terus menerus dalam proses perkembangan suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri contoh terletak di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1980 dengan
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta
Lebih terperinciKarakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta
44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Visi dan Misi ITS Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Institut Teknologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.
41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciSekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman
Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
95 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosss sectional study. Desain cross sectional study adalah salah satu caraa pengumpulan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia, dewasa ini telah memperlihatkan ke arah kemajuan. Terbukti dengan semakin menjamurnya berbagai bentuk badan usaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum tempat penelitian mengenai sejarah bedirinya KSO. sistem promosi yang dilakukan. hubungan KSO dengan NOSC dan pelanggan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mendefinisikan bahwa konsumen adalah setiap
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dapat memberikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Karakteristik identitas responden adalah profil terhadap obyek penelitian yang dapat memberikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :
4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu instansi telah menyebabkan munculnya persaingan yang semakin ketat bagi seluruh instansi. Salah satu faktor penentu keberhasilan bagi kinerja
Lebih terperinciTabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Wisatawan Sebagai Konsumen Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mendefinisikan konsumen adalah setiap orang pemakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak tersruktur. Secara terstruktur, pendidikan
Lebih terperincimempengaruhi pembelian impulsif berupa faktor kognitif? 3. Bagaimana faktor celebrity endorser yang terdiri dari kredibilitas, daya tarik,
Pengaruh Celebrity Endorser pada Faktor Afeksi, Faktor Kognitif, Tingkat Pendapatan, Tendensi Belanja, dan Nilai Produk dalam Pembelian Impulsif Nicholas/ Shellyana Junaedi Latar Belakang Masalah Perusahaan
Lebih terperinciPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan. mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk tetap hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi pada tiap individu dalam mengembangkan berbagai dimensi pribadinya. Baik itu berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan cukup banyak, namun sebagian besar masih memiliki kualitas yang tergolong rendah. Hal ini dibuktikan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT
9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap pemain bisnis di Indonesia harus menghadapi tingkat persaingan bisnis yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap pemain bisnis di Indonesia harus menghadapi tingkat persaingan bisnis yang cukup ketat. agar bisnis yang dijalaninya tetap eksis, bahkan tidak sekedar
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan yang berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Pendidikan merupakan wadah untuk mencetak
Lebih terperinciA. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di
BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan terbanyak yang ada di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta sudah banyak
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan gerakan Islam yang maksud gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sayuran organik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen dan super market
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sayuran Organik Karakteristik responden pada penelitian ini dikaji berdasarkan jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan terakhir,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Berikut deskripsi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Pada penelitian ini kuesioner disebarkan kepada pasien rawat jalan yang telah mendapatkan pelayanan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini dinyatakan dalam bentuk deskripsi responden penelitian, deskripsi variabel penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian
37 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua sekolah berbeda di Kota Bogor dan melibatkan tiga kelas yaitu kelas akselerasi, SBI dan reguler Kelas akselerasi dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Kuesioner Penelitian Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian ini. Pengujian ini meliputi analisis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )
II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI
VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Lebih terperinciUPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd
UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.
BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan ini. Berbekal pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014
BAB V PENUTUP Bagian ini mengemukakan dua pokok pembahasan yaitu simpulan hasil penelitian, dan saran kepada pihak-pihak terkait. A. Simpulan Mengacu pada hasil evaluasi kurikulum mata kuliah Pendidikan
Lebih terperinciSTATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015
No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Produk Sayur Organik Untuk mensuplai kebutuhan sayur, pihak Super Indo menjalin kerjasama dengan petani setempat. Sebut saja Kelompok Tani Tranggulasi Magelang,
Lebih terperinci