KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI
|
|
- Hengki Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
2 ABSTRAK SARI RACMAWATI. Kajian Mikrostruktur Membran Komposit Selulosa Asetat- Polistirena Berbahan Dasar Limbah Tahu. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan AMAD SJARIZA. Nata de soya merupakan bahan dasar dalam pembuatan selulosa asetat (CA) yang kemudian diasetilasi sehingga menghasilkan selulosa asetat lalu dibuat membran. Kelemahan dari membran CA ini adalah bahannya yang rapuh sehingga perlu dikembangkan dibuat membran komposit, yaitu membran yang dikombinasikan dengan bahan polimer sintetis lain untuk meningkatkan mutu membran. Polimer sintetis yang digunakan ialah polistirena (PS). Kajian mikrostruktur membran komposit CA-PS dilakukan dengan uji spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) dan mikroskop susuran elektron (SEM). CA mempunyai kadar air sebesar 6.23% dan kadar asetil sebesar 43.26% (yang setara dengan kisaran derajat substitusi ) serta rendemen %. Analisis SEM menunjukkan bahwa membran komposit CA-PS merupakan membran mikrofiltrasi dengan jenis pori asimetris. Spektrum serapan membran komposit CA-PS hanya merupakan spektrum serapan gabungan antara pita serapan CA dan PS. Analilsis FTIR tidak menunjukkan terbentuknya pita serapan baru. ABSTRACT SARI RACMAWATI. Microstructure Study of Cellulose Acetate-Polystyrene Composite Membrane based on Tofu Waste. Supervised by SRI MULIJANI and AMAD SJARIZA. Nata de soya is basic material to make cellulose acetate, then it was acetylated to make CA membrane. The problem is the weakness of CA membrane so it has to be composited with other synthetic polymer to improve the quality. This experiment used polystyrene (PS) as synthetic polymer. Microstructure of CA-PS composite membrane was studied using Fourier transformed infrared (FTIR) and scanning electron microscope (SEM). CA moisture was 6.23%, acetyl content 43.26% (equivalent to substitution degree of ), and the yield was %. SEM analysis showed that CA-PS composite membrane was microfiltrate assimetric type. CA-PS spectra showed it was only a combination between the individual spectra of CA and PS. FTIR analysis did not show any new spectra.
3 KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
4 Judul Nama NIM : Kajian Mikrostruktur Membran Komposit Selulosa Asetat-Polistirena Berbahan Dasar Limbah Tahu : Sari Rachmawati : G Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II Dra. Sri Mulijani, MS Drs. Ahmad Sjahriza NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Tanggal Lulus:
5 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Kajian Mikrostruktur Membran Komposit Selulosa Asetat-Polistirena Berbahan Dasar Limbah Tahu, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai dengan Januari 2007 di Laboratorium Kimia Anorganik, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini, di antaranya Dra. Sri Mulijani, MS dan Drs. Ahmad Sjahriza selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis, juga kepada Ibu Tetty Kemala, Kak Budi Arifin, dan Kak Ara atas diskusi-diskusi berharga yang berkaitan dengan penelitian ini, staf kimia anorganik (Pak Sawal, Pak Caca, Pak Mul, Mbak Nur, Ibu Siti Maemunah), staf kimia analitik (Pak Eman), staf kimia fisik (Pak Mail, Pak Nano, Ibu Ai), staf kimia organik (Pak Sabur, Ibu Yeni), staf departemen (Mas eri, almarhumah Mbak Maya, Pak Didi), serta temanteman seperjuangan: Yudi KS, Jaka, Ari, Dias, Lukmana, dan Obie. Terima kasih pula kepada Pak Zul dari Universitas Pendidikan Indonesia untuk analisis FTIR. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya serta rekan-rekan Kimia 39 atas canda tawa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Maret 2007 Sari Rachmawati
6 RIWAYAT IDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 1983 sebagai anak sulung dari pasangan Abdul Rahman dan Yuliati. Tahun 2002 penulis lulus dari SMUN 98 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2005, Penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur, dengan judul Reaktivitas Batuan Fosfat dengan 2 SO 4 : Pengaruh Konsentrasi, Waktu, dan Asal Batuan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Anorganik II pada tahun ajaran 2005/2006, serta asisten Retooling tahun ajaran 2006/2007. Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa dengan judul Biomembran Asetilasi Berpori Berbahan Dasar asil Fermentasi Limbah Cair Tahu Menggunakan Acetobacter xylinum.
7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... alaman PENDAULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Tahu... Selulosa Bakteri (BC)... Selulosa Asetat (CA)... Polistirena (PS)... Membran... Pencirian Membran... BAAN DAN METODE Bahan dan Alat... Pembuatan Nata de Soya... Pembuatan Selulosa Asetat... Pembuatan Membran Selulosa Asetat... Pencirian Membran... ASIL DAN PEMBAASAN Kadar -Selulosa dan Kadar Air... Kadar Asetil dan Rendemen... Asetilasi... Membran Selulosa Asetat dan Membran Komposit Selulosa Asetat- Polistirena... Morfologi Permukaan... Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)... SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv iv iv
8 DAFTAR TABEL alaman 1 ubungan derajat substitusi selulosa asetat, kadar asetil, dan aplikasinya Kelarutan CA Sifat mekanik PS Klasifikasi membran berdasarkan proses... 3 DAFTAR GAMBAR alaman 1 BC berbahan dasar limbah tahu CA berbahan dasar limbah tahu Foto mikroskopik membran CA perbesaran 100 kali Morfologi permukaan membran CA-PS perbesaran 1000 kali Morfologi permukaan CA-PS berbahan dasar serat batang pisang Spektrum FTIR BC Spektrum FTIR CA Spektrum FTIR PS Spektrum FTIR membran CA-PS DAFTAR LAMPIRAN alaman 1 Pembuatan serbuk nata de soya Proses asetilasi selulosa bakteri Penetapan kadar air, -selulosa, dan asetil Data kadar air selulosa bakteri dan kadar -selulosa Data standardisasi NaO dan Cl serta kadar air dan kadar asetil selulosa asetat Perhitungan rendemen selulosa asetat Foto mikroskopik membran komposit CA-PS Mekanisme reaksi asetilasi... 20
9 PENDAULUAN Perkembangan teknologi membran dari waktu ke waktu semakin meningkat. Membran dapat ditemui pada hampir semua industri, seperti industri tekstil, makanan, minuman, bahkan kini sudah merambah dalam bidang medis. Umumnya membran yang digunakan adalah membran sintetis. Membran tersebut tidak dapat diuraikan secara biologis. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari cara mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah dengan membuat membran dari bahan alami seperti selulosa yang dimodifikasi menjadi selulosa asetat (CA). Membran ini disebut membran CA. CA sendiri diperoleh dari proses asetilasi selulosa bakteri (BC). Keuntungan dari membran CA ini adalah bahan baku pembuatannya sangat murah dan produk yang dihasilkan dapat diuraikan secara biologis selama kurang lebih dua bulan. Umumnya selulosa yang digunakan untuk pembuatan membran berasal dari kayu atau kapas. Namun, kini ada alternatif baru untuk menghasilkan selulosa, yaitu dengan proses fermentasi menggunakan bakteri. Bakteri yang biasa digunakan adalah Acetobacter xylinum yang akan memproduksi selulosa murni (Safriani 2000). Penelitian tentang pembuatan CA dari BC sudah banyak dilakukan di antaranya, yaitu BC dengan menggunakan media air kelapa atau dikenal dengan nata de coco (Arifin 2004), nata de pina dari kulit nanas (Tresnawati 2006), nata de soya dari limbah tahu (Safriani 2000). Safriani (2000) juga sudah melakukan penelitian untuk membuat membran CA dari hasil asetilasi BC berbahan dasar limbah tahu. Kelemahan dari membran CA tersebut adalah bahannya yang rapuh, sehingga perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu membran tersebut. Atas dasar permasalahan tersebut maka dibuatlah membran komposit, yaitu membran yang dikombinasikan dengan bahan polimer sintetis lain untuk meningkatkan mutu membran. Polimer sintetis yang digunakan adalah polistirena (PS). Penelitian sebelumnya tentang membran komposit CA-PS berbahan dasar serat batang pisang telah dilakukan oleh Meenakshi et al. (2000). Mengacu dari penelitian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang membran komposit CA- PS berbahan dasar limbah tahu. Alasan pemilihan PS sebagai polimer dalam pembuatan membran komposit karena sifat fisik PS kuat, sehingga produk yang dihasilkan diharapkan memiliki sifat fisik yang lebih kuat namun tetap bisa diuraikan secara biologis. Kajian mikrostruktur terhadap membran komposit CA-PS dilakukan dengan melakukan uji spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) dan mikroskop susuran elektron (SEM). FTIR dapat mengidentifikasi senyawa berdasarkan informasi dalam memprediksi gugus fungsi berupa spektrum. SEM dapat memperlihatkan topografi dan morfologi membran dengan batas resolusi sampai dengan ukuran mikrometer. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sifat membran CA-PS melalui analisis FTIR dan SEM. Analisis ini bermanfaat untuk memprediksi gugus fungsi dan jenis pori membran. ipotesis penelitian ini adalah nata de soya merupakan BC yang dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan membran CA. TINJAUAN PUSTAKA Limbah Tahu Limbah tahu sangat potensial sebagai sumber media pembuatan nata. Menurut Linaya & Singkanparan (1983), limbah tahu mengandung protein 0.22% (b/b) protein, 0.10% (b/b) karbohidrat, 0.02% (b/b) lemak, 0.20% (b/b) abu, dari 1% (b/b) total padatan. Limbah tahu difermentasikan menggunakan A. Xylinum, sehingga diperoleh nata de soya yang merupakan suatu BC. A. xylinum merupakan penghasil BC yang paling efisien yang akhir-akhir ini diklasifikasi ulang sebagai Gluconobacter xylinus. Jenis mikroorganisme lain yang dapat menghasilkan BC berasal dari genus Agrobacterium, Rhizobium, dan Sarcina (Krystynowicz & Bielecki 2001). Selulosa Bakteri (BC) Tahun 1886, Brown melaporkan bahwa galur Acetobacter tertentu dapat menghasilkan pelikel putih bergelatin ekstraseluler yang kelak diidentifikasi sebagai BC pada permukaan media air dalam sistem kultur diam (Toyosaki et al. 1995). Produk BC dari suatu galur Acetobacter murni secara kimiawi, yaitu bebas dari lignin dan hemiselulosa serta produkproduk biogenik lainnya (Masaoka et al. 1993, Geyer et al. 1994). Karena itu, BC dapat dimurnikan dari media dan sel-sel bakteri yang terperangkap di dalamnya dengan perlakuan lembut memakai larutan basa encer, misalnya
10 10 O NaO 0.1N; selama 20 menit pada suhu 80 o C (Toyosaki et al. 1995). Unit ulang dari rantai struktur selulosa adalah unit selobiosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-glikosidik. Struktur selulosa adalah sebagai berikut: O O O O O O O O O O O O O O O O n O O Bakteri seperti Acetobacter, Rhizobium, Agrobacterium, dan Sarcina telah dikenal baik dapat mensintesis biopolimer. Di antara bakteri-bakteri tersebut A. xylinum ditegaskan sebagai bakteri yang paling efektif untuk menghasilkan BC dan telah digunakan secara luas (Jonas & Farah 1998). Selulosa Asetat (CA) CA merupakan ester organik selulosa yang berupa padatan tidak berbau, tidak beracun, tidak berasa, dan berwarna putih yang dibuat dengan mereaksikan selulosa dengan bantuan asam sulfat sebagai katalis (Kroschwitch 1990). Selulosa memiliki tiga gugus hidroksil per residu anhidroglukosa. Indikator kemurnian suatu selulosa dapat dinyatakan sebagai kadar -selulosa (Tanaka & Daud 2000). Selulosa dapat direaksikan melalui reaksi esterifikasi. Salah satu bentuk esterifikasi adalah asetilasi selulosa dengan menggunakan asam asetat yang menghasilkan CA. Reaksi asetilsi selulosa menjadi CA adalah sebagai berikut: O C 6 7 O 2 O + 3 (C 3 CO) 2 O selulosa O n asetat anhidrida 2 SO 4 OOCC 3 C 6 7 O 2 OOCC C 3 O OOCC 3 n selulosa triasetat asam asetat Aplikasi CA bergantung pada jenis CA yang diperoleh dan dapat dilihat dari derajat substitusinya. ubungan antara aplikasi CA terhadap pelarut dan derajat substitusi terdapat pada Tabel 1. O O Tabel 1 ubungan derajat substitusi CA, kadar asetil, dan aplikasinya (Fengel & Wegener 1989) Derajat Kadar Asetil Aplikasi Substitusi (%) plastik benang, film pembungkus Kelarutan CA akan berbeda dengan berubahnya kadar asetil. al ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kelarutan CA (Fengel & Wegener 1989) Kadar asetil (%) Dapat larut dalam Tidak dapat larut dalam <13.0 Diklorometana Aseton 2-Metoksimetanol Air Tidak semua pelarut di atas Aseton Diklorometana Aseton 2-Metoksimetanol Semua pelarut di atas CA dibuat melalui beberapa tahapan, yaitu aktivasi, asetilasi, hidrolisis, dan pengendapan. Aktivasi dilakukan untuk meningkatkan reaktivitas karena matriks BC sangat sulit untuk dimasuki pereaksi kimia. Pada tahapan ini terjadi pembengkakan yang meningkatkan aksesibilitas dan hidrolisis yang menurunkan kadar -selulosa. Proses ini memudahkan asam sulfat sebagai reagen asetilasi ke dalam serat selulosa. Pengaktivasi yang digunakan biasanya adalah asam asetat glasial (Arifin 2004, Awalludin et al. 2004). Asetilasi bertujuan mensubstitusi gugus hidroksil dari selulosa dengan gugus asetil dari asam asetat anhidrida sehingga terbentuk CA. Katalis yang dibutuhkan untuk proses asetilasi adalah asam sulfat. Kelebihan penggunaan asam sulfat antara lain suhu yang rendah selama esterifikasi, konsentrasi rendah, dan absorbsi ke dalam serat selulosa cepat. Proses asetilasi berlangsung 5-10 jam atau sampai materi larut sempurna dalam campuran asetilasi. Yulianawati (2002) menghasilkan CA dengan lama proses asetilasi dua jam. Rendemen yang dihasilkan 43.90% dan derajat subsitusi adalah 3. Perlakuan terbaik pembuatan CA adalah menggunakan nisbah selulosa dan pereaksi asetilasi 1:5 (Arifin 2004). idrolisis dilakukan dengan penambahan larutan asam asetat encer untuk menghentikan reaksi esterifikasi. idrolisis dilakukan selama 30 menit. Setelah itu dilakukan pengendapan untuk memisahkan CA dengan selulosa yang tidak terasetilasi.
11 11 Polistirena (PS) PS adalah polimer dari monomer stirena. Struktur PS adalah sebagai berikut: Pada suhu kamar PS adalah padatan termoplastik. Sifat mekanik PS dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sifat mekanik PS (Rabek 1983) Sifat mekanik Kekuatan Kuat tarik MPa Modulus Young MPa Elongasi % Kompresif MPa Leksur MPa Impak MPa Membran Membran adalah lapisan semipermeabel berupa padatan polimer tipis yang menahan pergerakan bahan tertentu (Scott & ughes, 1996). Menurut Osada & Nakagawa (1992), membran merupakan lapisan semipermeabel yang tipis dan dapat digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan cara menahan dan melewatkan komponen tertentu melalui pori-pori. Klasifikasi membran berdasarkan proses disenaraikan pada Tabel 4. Pencirian Membran Mikroskop Susuran Elektron (SEM) Analisis SEM merupakan metode yang tepat untuk mengkarakterisasi membran mikrofiltrasi. Batas resolusi mikroskop elektron 0.01 m (10 nm) dan sekitar m (5 nm). Prinsip SEM adalah elektron dengan energi kinetik tinggi dipancarkan dari sumbernya mengenai sampel membran. Pantulan elektron akan ditangkap oleh detektor, sehingga membentuk bayangan tertentu (Darwo 2003). Teknik SEM merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Tampilan merupakan data yang berasal dari permukaan atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 m dari permukaan. asil foto SEM merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan, lekukan, atau lubang permukaan. Gambar tersebut diperoleh dari penangkapan elektron yang dipancarkan oleh spesimen melalui celah logam lensa magnetik, membentuk cahaya monokromatik. Sinar yang mengenai sampel menyebabkan terjadinya interaksi yang menimbulkan pancaran elektron baru. Sinyal elektron yang dihasilkan ditangkap oleh detektor, kemudian diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang memperlihatkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya, gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. (Sutiani 1997).
12 12 Sebelum dianalisis dengan SEM, contoh harus dipreparasi terlebih dahulu. al-hal yang harus dipenuhi untuk menyiapkan contoh, yaitu menghilangkan seluruh pelarut, air, atau bahan lain yang dapat menguap ketika di dalam vakum dan menipiskan sampel yang akan dianalisis. Jika spesimen merupakan suatu isolator atau merupakan bahan organik, maka perlu dilapisi dengan bahan konduktor. Bahan konduktor yang biasa digunakan adalah emas, perak, dan aliansi emas dan paladium. Pelapisan dilakukan dalam ruang penguapan vakum (Sutiani 1997). Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) Analisis FTIR bertujuan mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan pembacaan gugus fungsi yang dimiliki berupa spektrum. al ini terjadi karena senyawa tersebut dapat menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah inframerah dengan panjang gelombang antara cm -1. FTIR dapat memperlihatkan informasi dalam mempresiksi dan mengidentifikasi gugus fungsi yang ada dalam suatu senyawa. al tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis spektrum-spektum yang dihasilkan sesuai dengan puncak-puncak yang dibentuk dari suatu gugus fungsi (Rabek 1983). BAAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah limbah tahu, gula pasir, amonium sulfat, bakteri A. xylinum, NaO, NaCO 3, asam asetat glasial, asam asetat anhidrida, etanol, Cl, (COO) O, 2 SO % (v/v), diklorometana, PS, dan air destilata. Alat-alat yang digunakan adalah alatalat kaca, kain kasa, wadah fermentasi, penangas panas, kertas koran, termometer, pengaduk magnet, pompa vakum, corong Buchner, sentrifus, neraca analitik, oven, botol bertutup ganda (BBG), pelat kaca, kaca masir, alat SEM LEO Oxford Link Penafet model 6599, alat FTIR 8400 Shimadzu, dan alat foto mikroskopik Nikon SMZ1000. Pembuatan Nata de Soya Nata de soya dibuat dengan modifikasi prosedur Warintek (2005). Limbah tahu segar diendapkan, lalu disaring dengan kain kasa. Filtrat sebanyak 600mL dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk. Larutan ditambah asam asetat glasial (1% b/v) dan gula pasir (8% b/v) sambil terus diaduk hingga semua gula larut. Larutan ini dinamakan whey asam bergula. Amonium sulfat (0.5% b/v) dilarutkan dalam sebagian whey asam bergula (20mL/1g ammonium sulfat) lalu dididihkan. Larutan dituangkan kembali ke whey asam bergula awal sehingga diperoleh media nata, kemudian didinginkan. Media nata diukur pnya dan diatur hingga p 4. Bakteri A. xylinum dimasukkan ke dalam media nata (10% v/v). Larutan dimasukkan ke dalam media fermentasi dengan ketinggian 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas koran yang telah dipanaskan dalam oven. Wadah disimpan dalam ruang fermentasi selama 7 hari sampai terbentuk nata dengan ketebalan cm. Tahapan pembuatan nata de soya terdapat pada Lampiran 1. Pemurnian Pemurnian nata de soya dilakukan dengan perendaman dalam larutan NaO 1% (b/v) pada suhu kamar selama 24 jam dengan nisbah bobot nata (kg) terhadap volume larutan (L) sebesar 2:3. Larutan perendam dinetralkan dengan asam asetat 1% selama 24 jam. Jika p naik, maka dinetralkan kembali sampai p ±7. Nata disaring dengan penyaring vakum lalu diperas, kemudian dikeringudarakan. Selanjutnya nata dihancurkan dalam keadaaan kering (Arifin 2004). Pembuatan Selulosa Asetat Pembuatan CA pada penelitian ini merupakan modifikasi prosedur pembuatan CA yang dilakukan oleh Arifin (2004) (Lampiran 2). Prosedur pembuatan CA, yaitu selulosa yang dihasilkan dari tahap pemurnian sebanyak 0.9 gram dicampurkan dengan 100mL asam asetat glasial di dalam botol bertutup ganda (BBG), lalu dikocok dengan pengaduk (200 rpm, 20 menit) dan pengadukan kuat beberapa menit pertama. Selanjutnya, selulosa disaring vakum dan diperas dengan kuat. Perlakuan ini dilakukan duplo. asil perasan yang kedua dikembalikan ke dalam BBG dan direndam dalam 50mL asam asetat glasial murni selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah 3 jam, selulosa disaring-vakum dan diperas dengan kuat.
13 13 Asam asetat glasial dan 2 SO 4 pekat ditambahkan pada selulosa hasil aktivasi dengan perbandingan 100:1 (10.1mL). Campuran diaduk kuat selama 1 menit. Asam asetat anhidrida ditambahkan dengan nisbah 1:5 tetes demi tetes, kemudian diaduk. Larutan dibiarkan selama 2 jam. Waktu 2 jam dihitung sejak ditambahkannya asam asetat anhidrida. Setelah proses asetilasi, campuran air destilata dan asam asetat glasial (2:1) sebanyak 2.4mL ditambahkan ke dalam larutan hasil asetilasi dan dilakukan pengadukan pada beberapa menit pertama. Larutan hasil hidrolisis dipisahkan menggunakan sentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm untuk memisahkan kotoran sisa asetilasi. Selanjutnya, supernatan dituang ke dalam 500mL air destilata yang diaduk kuat dengan pengaduk magnetik. Endapan yang terbentuk disaring-vakum. Serbuk selulosa asetat ini dinetralkan p-nya dengan NaCO 3 1N, lalu dicuci dengan air destilata. Produk CA ini selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah diketahui bobot kosongnya, lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu ±40 C selama 72 jam. Produk selulosa asetat yang dihasilkan selanjutnya dianalisis kadar air dan kadar asetilnya (Lampiran 3), lalu dihitung rendemennya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: (1-M 2 ) (W 3 W 2 ) Rendemen (%) = x 100% C(1-M 1 )W 1 Keterangan: W 1 = bobot contoh uji (gram) M 1 = kadar air contoh uji (%) C = kadar -selulosa (%) W 2 = bobot gelas piala (gram) W 3 = bobot gelas piala + CA kering (gram) M 2 = kadar air CA (%). Pembuatan Membran Selulosa Asetat Pembuatan membran dilakukan dengan metode pembalikan fase. Tahap pertama diawali dengan pembuatan larutan polimer CA dan PS dengan nisbah 100:0; 95:5; 90:10; 85:15; 80:20; 75:25. Larutan polimer 14% (b/b) dicetak sebagai lapisan tipis di atas pelat kaca yang telah diberi selotip di kedua sisinya dengan tujuan membuat membran dengan ketebalan yang sama, selanjutnya sebagian pelarut dari polimer diuapkan. Pelat kaca direndam dalam air destilata hingga membran terlepas dari kaca. Pencirian membran Mikroskop Susuran Elektron (SEM) Contoh membran CA-PS dikeringkan lalu disimpan dalam desikator. Contoh direkatkan dalam lempeng alumunium yang juga telah diberi perekat, kemudian perangkat tersebut dimasukkan ke dalam pemancar ion untuk melapisi contoh dengan Pt-Au. Perangkat tersebut dimasukkan dalam tempat contoh untuk divakum, kemudian dimasukkan argon supaya keadaan menjadi lembam dan mesin pelapis dijalankan. Setelah selesai, tempat contoh dibuka lalu perangkat dikeluarkan. Contoh difoto dengan alat SEM LEO Oxford Link Penafet model 6599 pada perbesaran 1000 kali dan kekuatan 10kV. Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) Contoh membran CA-PS yang berbentuk lembaran dipotong dengan ukuran (3x1.5) cm 2. Contoh dijepit dengan pinset, lalu diletakkan ke dalam tempat contoh. Tempat contoh itu dimasukkan ke dalam alat FTIR 8400 Shimadzu yang telah dipanaskan terlebih dahulu selama 15 menit, lalu lampu dinyalakan tepat mengenai sampel pada bilangan gelombang cm -1. Foto Mikroskopik Contoh membran CA dan CA-PS diletakkan di atas preparat lalu dilihat permukaannya dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 100 kali. Mikroskop tersebut kemudian dihubungkan dengan kamera Nikon SMZ1000. Setelah peralatan terhubung, contoh difoto. ASIL DAN PEMBAASAN Kadar -selulosa dan Kadar Air Kadar -selulosa untuk BC berbahan dasar limbah tahu adalah 91.98% (Lampiran 4). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tresnawati (2006) memperoleh kadar -selulosa untuk BC berbahan dasar limbah kulit nanas sebesar 88.72%. Arifin (2004) memperoleh kadar -selulosa untuk BC berbahan dasar air kelapa sebesar 82.55%. Safriani (2000) memperoleh kadar -selulosa untuk BC berbahan dasar limbah tahu sebesar 74.97%. al ini menunjukkan bahwa penelitian kali ini yang dilakukan terhadap BC berbahan
14 14 dasar limbah tahu memiliki tingkat kemurnian yang paling tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kadar air BC berbahan dasar limbah tahu adalah 6.23% (Lampiran 4). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tresnawati (2006) memperoleh kadar air BC berbahan dasar limbah kulit nanas sebesar 7.56%. Arifin (2004) memperoleh kadar air BC berbahan dasar air kelapa sebesar 6.57%. Menurut Pasla (2006), kadar air dipengaruhi oleh proses pengeringan BC. Pada penelitian ini, BC berbahan dasar limbah tahu dikeringkan dengan metode kering udara. Dari hasil kadar air yang diperoleh, BC berbahan dasar limbah tahu memiliki kadar air paling kecil. Kadar air mempengaruhi reaktivitas selulosa pada saat asetilasi. Kadar air selulosa untuk memproduksi CA berkisar antara 4-7%, menurut Ullmann s Encyclopedia (1998). Kadar air yang rendah diperlukan untuk mendapatkan tingkat reaktivitas yang tinggi, sehingga proses substitusi gugus hidroksil menjadi gugus asetil pada proses asetilasi dapat berlangsung dengan baik. Kadar Asetil dan Rendemen Pada penelitian ini kadar asetil yang diperoleh yaitu 43.26% (Lampiran 5). Kadar asetil biasanya dinyatakan dengan derajat substitusi (DS). Dalam asetilasi, DS adalah jumlah rerata atom pada gugus hidroksil yang diubah menjadi gugus asetil dalam setiap residu anhidroglukosa. Nilai maksimumnya adalah 3. Kadar asetil mencerminkan jumlah gugus O yang aksesibel pada contoh, kadar asetil yang tinggi mencerminkan aksesibilitas yang tinggi pula. Kadar asetil dapat menunjukkan nilai derajat substitusi. Menurut Tabel 1 nilai kadar asetil % menunjukkan derajat substitusi Jadi dengan perolehan kadar asetil 43.26% diperkirakan CA berbahan dasar limbah tahu berderajat sustitusi 2.8. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tresnawati (2006) memperoleh kadar asetil untuk BC berbahan dasar limbah kulit nanas adalah 42.71%. Arifin (2004) memperoleh kadar asetil untuk BC berbahan dasar air kelapa adalah 42.17%. Safriani (2000) memperoleh kadar asetil untuk BC berbahan dasar limbah tahu adalah 40.79%. Dari data-data tersebut dapat terlihat bahwa CA berbahan dasar limbah tahu pada penelitian kali ini memiliki kadar asetil tertinggi. Ini berarti tingkat substitusi gugus hiroksil menjadi gugus asetil pada CA berbahan dasar limbah tahu adalah yang paling tinggi. Besarnya rendemen CA yang diperoleh adalah % (Lampiran 6). Rendemen CA adalah perbandingan antara bobot CA kering yang diperoleh dengan bobot BC kering yang digunakan pada proses asetilasi. Nilai rendemen ini juga dipengaruhi oleh kadar selulosa serta kadar air BC dan CA. Nilai rendemen CA yang diperoleh menunjukkan nilai lebih dari 100%. al ini disebabkan kadar air CA lebih kecil dibanding kadar air BC. Kadar air BC yang diperoleh adalah sebesar 6.23%, sedangkan kadar air CA adalah 4.30%. Menurunnya nilai kadar air selama proses asetilasi disebabkan perendaman BC dalam asam asetat glasial untuk menarik air. Rendemen dapat ditingkatkan dengan meningkatkan waktu asetilasi (Yulianawati 2002). Rendemen CA pada penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil lebih dari 100%. Tresnawati (2006) memperoleh rendemen untuk BC berbahan dasar limbah kulit nanas adalah %. Arifin (2004) memperoleh rendemen untuk BC berbahan dasar air kelapa adalah %. Penelitian tersebut juga menggunakan metode dan perlakuan yang sama dengan yang dilakukan pada penelitian ini. Asetilasi BC berbahan dasar limbah tahu dihancurkan hingga menjadi serbuk (Gambar 1). al ini bertujuan untuk mempermudah penetrasi asam asetat glasial pada saat perendaman. Asam asetat glasial akan menarik air, sehingga tidak mengganggu pada proses asetilasi. Serbuk BC ini kemudian diasetilasi hingga menjadi CA. Gambar 1 BC berbahan dasar limbah tahu Proses asetilasi menggunakan asam asetat anhidrida dan 2 SO 4 sebagai katalis. Gugus hidroksil dari selulosa akan tersubstitusi dengan gugus asetil dari asam asetat anhidrida. Proses
15 15 asetilasi akan menghasilkan serat-serat CA seperti benang kusut berwarna cokelat (Gambar 2). pada Gambar 3 maupun membran CA-PS pada Lampiran 7 belum jelas menunjukkan gambaran permukaan membran. Pori-pori yang terbentuk juga belum terlihat, maka perlu dilakukan analisis selanjutnya menggunakan SEM. Gambar 2 CA berbahan dasar limbah tahu Gambar 1 dan 2 menunjukkan adanya perbedaan warna. Gambar 2 terlihat lebih cokelat daripada Gambar 1. al ini terjadi karena pada proses asetilasi BC menjadi CA terjadi proses pencokelatan. Proses asetilasi menggunakan 2 SO 4 sebagai katalis berlangsung dalam suhu tinggi. Pemanasan dan penambahan sejumlah kecil asam menyebabkan perubahan ukuran cincin. al tersebut menyebabkan CA terlihat menjadi lebih cokelat dibanding BC. Membran Selulosa Asetat dan Membran Komposit Selulosa Asetat-Polistirena Kelarutan CA tergantung dari nilai derajat substitusi. Penelitian menunjukkan bahwa CA berbahan dasar limbah tahu berderajat substitusi 2.8. CA dengan kisaran derajat substitusi berarti mempunyai lebih banyak gugus asetil dibandingkan dengan gugus hidroksilnya. Banyaknya gugus asetil ini akan membuat sifat nonpolar dari CA lebih dominan dibandingkan dengan sifat polarnya, sehingga CA larut baik dalam diklorometana dibandingkan dengan aseton (Tresnawati 2006). al ini sesuai dengan Tabel 2 yang menunjukkan bahwa CA dengan kadar asetil % (setara dengan kisaran derajat substitusi ) dapat larut dalam diklorometana. Membran CA yang diperoleh dari proses pencetakan membentuk lembaran seperti plastik transparan. CA yang terbentuk terlihat pada Gambar 3. Gambar tersebut memperlihatkan serat-serat CA yang berwarna putih, tersebar di seluruh permukaan membran. Lampiran 7 menunjukkan foto mikroskopik membran komposit CA-PS perbesaran 100 kali. Tampilan membran CA Gambar 3 Foto mikroskopik membran CA perbesaran 100 kali Morfologi Permukaan Analisis morfologi permukaan dilakukan menggunakan SEM untuk menunjukkan permukaan pori yang terbentuk pada permukaan membran. Batas resolusi SEM adalah sekitar 0.01 µm (10 nm) dan µm (5 nm). Gambar 4 yaitu tampilan morfologi permukaan membran komposit CA-PS dengan perbesaran 1000 kali. Gambar ini menunjukkan gambaran permukaan membran dengan jelas yang mempunyai ukuran pori rata-rata sebesar 2-3 µm. al tersebut menunjukkan membran yang dihasilkan termasuk ke dalam kriteria membran mikrofiltrasi, sesuai dengan klasifikasi membran berdasarkan proses yang tertera pada Tabel 4. Gambar 4 Morfologi permukaan membran CA-PS perbesaran 1000 kali Gambar 4 juga menunjukkan jenis pori pada membran komposit CA-PS yaitu membran asimetrik karena ukuran porinya tidak seragam. Analisis permukaan menggunakan SEM hanya menganalisis permukaannya saja, tidak bisa menganalisis lebih mendalam untuk mengetahui struktur pori di bawah permukaan. Untuk menganalisis lebih lanjut harus menggunakan alat mikroskop transmisi elektron (TEM).
16 16 Meenakshi et al. (2002) juga melakukan analisis SEM untuk membran CA-PS berbahan dasar serat batang pisang yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar tersebut menunjukkan bahwa membran CA- PS berbahan dasar serat batang pisang juga termasuk membran asimetris karena poriporinya tidak seragam. Gambar 5 Morfologi permukaan CA-PS Berbahan dasar serat batang pisang (Meenaksi et al. 2002) Penampakan morfologi permukaan pada gambar tersebut juga sangat bagus sehingga kerapatan pori dapat terlihat jelas. Membran asimetris dapat dimodifikasi menjadi membran simetris dengan menambahkan porogen ataupun surfaktan. Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) Analisis FTIR bertujuan mengidentifikasi senyawa berdasarkan gugus fungsi. Gambar 6 menunjukkan spektrum BC berbahan dasar limbah tahu. Spektrum BC sangat khas, yaitu dengan adanya spektrum pada bilangan gelombang cm -1 yang menunjukkan gugus hidroksil ( O). Menurut Rabek (1983), gugus O berada pada kisaran bilangan gelombang cm -1. Gugus fungsi lainnya adalah pada bilangan gelombang cm -1 yang menunjukkan gugus C=O. Gugus ini muncul karena residu ujung dari rantai polimer selulosa dapat berkesetimbangan dengan bentuk struktur rantai terbuka. Jumlah gugus O pada masing-masing monomer di dalam rantai polimer adalah 3. Gugus inilah yang akan disubstitusi menjadi gugus asetil ( OCOC 3 ), sehingga menjadi CA melalui proses asetilasi. Jika BC terasetilasi sempurna, maka pada spektrum CA tidak lagi menunjukkan adanya gugus O. Gambar 7 menunjukkan spektrum CA berbahan dasar limbah tahu. Perbedaan Gambar 6 dan 7 terletak pada daerah bilangan gelombang cm -1. Pada Gambar 7 terdapat serapan yang kuat dan tajam yang diidentifikasi sebagai gugus C=O ester yaitu pada bilangan gelombang cm -1. al ini menunjukkan bahwa gugus O telah tersubsitusi oleh gugus asetil melalui reaksi asetilasi. Namun pada bilangan gelombang cm -1 terdapat spektrum serapan yang menunjukkan gugus O. al ini menunjukkan bahwa CA belum terasetilasi seluruhnya. Gugus C=O pada bilangan gelombang cm -1 membentuk puncak yang sangat tajam. Spektrum tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi C=O sangat tinggi. Gambar 7 menunjukkan berkurangnya nilai transmitan pada gugus O dibandingkan pada Gambar 6. al ini menunjukkan bahwa konsentrasi O semakin kecil seiring terjadinya proses asetilasi. Transmitans (%) C=O -O Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 6 Spektrum FTIR BC
17 17 Menurut perhitungan, kadar asetil CA berbahan dasar limbah tahu adalah 43.26% atau setara dengan derajat substitusi 2.8. al ini menunjukkan bahwa masih ada gugus O yang belum terasetilasi yang terlihat pada bilangan gelombang cm -1. Spektrum lainnya adalah spektrum C O yang terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1. Menurut Rabek (1983), keberadaan gugus C=O ester pada CA didukung adanya serapan gugus C O pada bilangan gelombang cm -1. Mekanisme reaksi asetilasi terdapat pada Lampiran 8. Gambar 8 menunjukkan spektrum PS. Spektrum PS khas dengan adanya puncak yang cukup tajam pada bilangan gelombang cm -1. Spektrum tersebut menunjukkan spektrum C benzena. Menurut Rabek (1983), spektrum C benzena terdapat pada kisaran bilangan gelombang cm -1. Spektrum lainnya adalah gugus C=C aromatik pada bilangan gelombang cm -1. Rabek (1983) menyebutkan bahwa gugus C=C aromatik terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1. Transmitans (%) -O C=O Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 7 Spektrum FTIR CA Transmitans (%) C=C aromatik C- benzena Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 8 Spektrum FTIR PS
18 18 Transmitans (%) C- benzena C=C aromatik C=O C-O Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 9 Spektrum FTIR membran CA-PS Gambar 9 menunjukkan spektrum membran komposit CA-PS. Spektrum yang terbentuk merupakan spektrum gabungan CA dengan PS. Puncak-puncak serapan yang khas pada CA maupun PS tampak pada spektrum membran komposit ini. Spektrum memperlihatkan adanya gugus C=O ester pada bilangan gelombang cm -1 dan gugus C-O pada bilangan gelombang cm -1. Spektrum serapan ini menunjukkan serapan khas CA sedangkan serapan khas PS ditunjukkan dengan puncak serapan pada bilangan gelombang cm -1 untuk C- benzena dan gugus C=C aromatik pada bilangan gelombang cm -1. Spektrum membran komposit CA-PS tidak membentuk gugus baru karena reaksi yang terjadi antara CA dengan PS hanyalah interaksi fisik. PS hanya terbelit-belit mengisi rongga-rongga CA. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nata de soya merupakan BC yang dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan membran CA. CA berbahan dasar limbah tahu mempunyai kadar air sebesar 6.23% dan kadar asetil sebesar 43.26% (yang setara dengan kisaran derajat substitusi ), serta rendemen sebesar %. Analisis SEM menunjukkan bahwa membran komposit CA-PS memiliki ukuran pori rata- rata 2-3µm, sehingga termasuk dalam kriteria membran mikrofiltrasi dengan jenis pori asimetris. Analisis FTIR menunjukkan spektrum membran komposit CA-PS tidak membentuk gugus baru Saran Perlu dilakukan analisis Transmition Electron Microscope (TEM), Differential Scanning Calorimetry (DSC), uji biodegradabel, dan pewarnaan membran CA-PS untuk foto mikroskopik. DAFTAR PUSTAKA Arifin B Optimasi kondisi asetilasi selulosa bakteri dari nata de coco [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Awaludin A, Achmadi SS, Nurhidayat N Karboksimetilasi Selulosa Bakteri. Di dalam: Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan; Serpong, 7 September Jakarta: LIPI BATAN Serpong; hlm Darwo AA Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan Direktorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. Produksi membran filtrasi dari selulosa mikrobial dan penerapannya dalam industri hasil pertanian [Laporan penelitian]. Bogor:
19 19 Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fengel D, Wegener G Wood: Chemistry, Ultrastructure, and Reactions. Berlin: Walter de Gruyter. Geyer U et al Formation, derivatization, and applications of bacterial cellulose. Int J Biol Macromol. 16: Jonas R, Farah LF Production and application of microbial cellulose. Polymer Degrade Stabil 59: Kroscwitch JI Concise of Polymer Science and Engineering. New York: John Wiley. Krystynowicz A, Bielecki S Biosynthesis of bacterial cellulose and its potential application in the different industries. nology-pl.com/science/krystnowicz.htm +krystynowicz&hl=id&ie=utf-8 [25 April 2005]. Linaya C, Sinkanparan The Treatment of Soybean Curd Whey by Ultrafiltration Using Locally Produced Polyamide Membranes. Bangkok: ASEAN Committee on Science and Technology. Masaoka S, Ohe T, Sakota N Production of cellulose from glucose by Acetobacter xylinum. J Ferment Bioeng. 75: Meenakshi P et al Mechanical and microstructure studies on the modification of CA film blending with PS. Bull Mater Sci 25: Osada Y, Nakagawa T Membrane Science and Technology. New York: Marcel Dekker. Pasla FR Pencirian Membran Selulosa Asetat Berbahan Dasar Selulosa Bakteri dari Limbah Nanas [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Rabek JF Experimental Methods in Polymer Chemistry. Chichester: John Wiley. Safriani Produksi biopolimer selulosa asetat dari nata de soya [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Scott K, ughes R Industrial Membrane Separation Technology. London: Blackie Academic and Proffesionals. Sutiani A Biodegradasi poliblend polistiren-pati [Tesis]. Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Tanaka R, Daud WRW Preparation of cellulose pulp from empty fruit bunches of oil palm. go.jp/kanko/newsletter/nl2003/no.34/34p0 4.pdf [1 Desember 2005]. Toyosaki et al Screening of bacterial cellulose producing Acetobacter strain suitable for agitated culture. Biosci Biotechnol Biochem 59: Tresnawati A Kajian Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier dan Mikroskop Susuran Elektron Membran Selulosa Asetat dari Limbah Nanas [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Ullmann s Encyclopedia of Industrial Chemistry Industrial Organic Chemical, Starting Material, and Intermediates. Weinheim: John Wiley. Warintek Nata de soya. isnis/progressio/html [8 Mei 2005]. Yulianawati N Kajian pengaruh nisbah selulosa dengan pereaksi asetilasi dan lama asetilasi terhadap produksi selulosa asetat dari nata de coco [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
20 LAMPIRAN
21 13 Lampiran 1 Pembuatan serbuk nata de soya Limbah tahu * endapkan * saring Filtrat * didihkan sambil diaduk + asam asetat glasial (1 % v/v) + gula pasir (8% b/v) Media nata + ammonium sulfat (0,5 % b/v) * didihkan Whey asam bergula * dinginkan * atur p = 4 + starter Acetobacter xylinum * wadah ditutup dengan kertas koran * diamkan selama 1 minggu Nata de soya * cuci * potong-potong * rebus 2 jam * rendam dengan NaO 0.5 M 3 hari * rendam dalam asam asetat 1% * cuci dengan air * rendam sampai tidak berbau asam * saring vakum * kering udarakan Nata de soya kering * blender Serbuk nata de soya
22 14 Lampiran 2 Proses asetilasi selulosa bakteri Serbuk nata de soya g Contoh bebas air 0.9 g ml asam asetat * kocok 5 menit * diamkan 15 menit * saring vakum * ulangi prosedur * rendam dalam 50 ml asam asetat glasial 3 jam ml asam asetat glasial- 2 SO % (v/v) (100:1) * Goyang 1 menit (sampai menggumpal, cairan pereaksi habis) + anhidrida asam asetat 1:5 * aduk dengan batang pengaduk sampai kental * biarkan 1 jam sejak penambahan anhidrida ml asam asetat glasial:air suling (2:1) * biarkan 30 menit (aduk pada menit pertama) * pindahkan ke dalam tabung sentrifuse plastik 50 ml * Sentrifuse 4000 rpm selama 15 menit Supernatan * dispersikan dalam 500 ml air destilata * aduk dengan pengaduk magnet * saring vakum * cuci dengan NaCO 3 sampai tidak ada CO 2 * cuci dengan akuades hingga p Serpihan netral * peras * masukkan dalam botol plastik * keringkan * timbang Selulosa asetat
23 15 Lampiran 3 Penetapan kadar air, -selulosa, dan asetil Penetapan kadar air Cawan petri kosong dikeringkan dalam oven bersuhu 105ºC selama 1 jam, lalu didinginan di dalam desikator, kemudian ditimbang bobotnya. Contoh uji ditimbang sebanyak g di dalam petri tersebut lalu dikeringkan kembali pada suhu yang sama. Bobot contoh dan petri ditimbang setiap interval 1-3 hari. Setelah bobotnya konstan dapat diperoleh kadar air dengan persamaan berikut: Kadar air (%) = 1- W 3 W 1 x 100% W 2 Penetapan kadar -selulosa Kaca masir kosong dengan 20 ml larutan pencuci sulfat-kromat dan dibiarkan 1-2 hari. Larutan pencuci ini dibuat dengan melarutkan 5 gram K 2 CrO 7 teknis ke dalam 100 ml 2 SO 4 teknis (aq) 1:1. Setelah pencucian ini, kaca masir menjadi berwarna merah kecoklatan, lalu dibilas dengan etanol teknis, sehingga sisa kromat tereduksi menjadi berwarna hijau, yang lolos dari kaca masir. Jika kaca masir masih agak kehijauan, dibilas lagi dengan air suling seperlunya. Setelah putih bersih, kaca masir dikeringkan selama 1 jam pada suhu (105±3) C dalam oven bersirkulasiudara, lalu ditimbang bobotnya dengan teliti (W 1 ), setelah didinginkan di dalam desikator. Sebanyak 1 gram contoh uji ditimbang teliti (W 2 ) dalam gelas piala 250 ml. Ke dalam gelas piala itu, ditambahkan NaO teknis 17,5% (b/v), lalu diaduk selama 5 menit. Setelah 15 menit, ditambahkan 25 ml air destilata, dan diaduk kembali selama 1 menit. Setelah 5 menit, contoh uji disaring-vakum dengan kaca masir tadi, lalu dicuci 12 kali, dengan 25 ml air suling tiap pencucian. Residu dalam kaca masir lalu diberi 40 ml C 3 COO 10%, dan dibiarkan selama 5 menit, sebelum disaring-vakum kembali. Residu dalam kaca masir dikeringkan pada suhu (105±3) C dalam oven bersirkulasi-udara, sampai tercapai bobot konstannya (W 3 ). Bobot (residu+kaca masir) itu ditetapkan setiap interval 1-3 hari, setelah didinginkan di dalam desikator. Karena sifat sangat-higroskopis dari selulosa penetapan kadar -selulosa harus disertai penetapan kadar air. Penimbangan contoh uji untuk kedua penetapan ini harus dilakukan bersamaan. Jika kadar air contoh uji dilambangkan M, kadar -selulosa dapat dihitung dari persamaan berikut ini: W 3 W 1 Kadar -selulosa (%) = x 100% (1-M)W 2 Labu erlenmeyer 250 ml kosong dikeringkan selama 1 jam pada suhu (105±3) C dalam oven bersirkulasi-udara, lalu ditimbang bobotnya dengan teliti (W 1 ), setelah didinginkan di dalam desikator. Sebanyak 0,01-1 gram selulosa asetat ditimbang teliti (W 2 ) di dalam labu itu, lalu dikeringkan kembali pada suhu yang sama selama 24 jam. Bobot (selulosa asetat+labu) ditetapkan setiap interval 1-3 hari, setelah didinginkan di dalam desikator. Setelah tercapai bobot konstan (W 3 ), kadar air dapat dihitung dengan persamaan berikut: W 3 W 1 Kadar air (%) = ( 1 - ) x 100% W 2 Penetapan kadar asetil Penetapan kadar asetil dilakukan dengan modifikasi prosedur ASTM (1991), dan volume larutan-larutan yang dituliskan berikut adalah untuk ±1 gram selulosa asetat. Jika digunakan kurang dari 0,5 gram, digunakan volume sebanyak yang untuk 0,5 gram. Ke dalam labu, ditambahkan 40 ml etanol 75% (v/v) dengan pipet, lalu labu dipanaskan di penangas air bersuhu 55 C selama 30 menit. Labu dikeluarkan dari penangas, kemudian dimasukkan 40 ml NaO 0,5N ke dalamnya, dengan buret. Labu dipanaskan kembali selama 15 menit pada suhu yang sama. Selanjutnya, labu ditutup rapat dengan lembaran aluminium dan dibiarkan selama 72 jam pada suhu ruang.
24 16 Setelah itu, sisa NaO dititrasi dengan Cl 0,5N standar menggunakan indikator fenolftalein (pp) sampai lenyapnya warna merah muda. Sebanyak 1 ml titran dilebihkan dari titik akhir itu, lalu labu ditutup rapat kembali, dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar untuk menarik NaO yang berdifusi ke dalam selulosa teregenerasi. Kemudian sisa Cl dititrasi dengan NaO 0,5N standar sampai muncul warna merah muda permanen pertama kali. Titrasi dilakukan dengan hati-hati karena titrat tidak tanwarna, tetapi berwarna kuning muda sampai coklat, bergantung pada warna selulosa asetat setelah penetapan kadar air. Blangko, yaitu perlakuan serupa dengan penetapan kadar asetil contoh, tetapi tanpa menggunakan contoh, dibuat bersamaan dengan contoh. Kadar asetil selulosa asetat dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut: Kadar asetil (%) = 4,305[(D-C)N a + (A-B)N b ] (1-M)W dengan: A = ml NaO untuk titrasi contoh, B = ml NaO untuk titrasi blangko, N b = normalitas NaO; C = ml Cl untuk titrasi contoh, D = ml Cl untuk titrasi blangko, N a = normalitas Cl; dan M = kadar air (%) selulosa asetat, W = gram contoh selulosa asetat. Lampiran 4 Data kadar air selulosa bakteri dan kadar -selulosa Kadar air selulosa bakteri Ulangan W 1 (g) W 2 (g) W 3 (g) Kadar air (%) Rerata (%) Kadar -selulosa Ulangan W 1 (g) W 2 (g) W 3 (g) Kadar -selulosa (%) Rerata (%) Contoh perhitungan ulangan 1 : W3 W1 Kadar air (%) 1 x100% W = Kadar air (%) = 1 x100% = 6.03% 6.03% % % Re rata Kadar air = 3 = 6.23% W3 W1 Kadarα selulosa (%) = x100% ( 1 kadar air) W Kadarα selulosa (%) = x100% ( ) = 95.88% 95.88% % % Re rata Kadarα selulosa = 3 = 91.98%
25 17 Lampiran 5 Data standardisasi NaO dan Cl serta kadar air dan kadar asetil selulosa asetat Standardisasi NaO Ulangan Vol as.oksalat (ml) N as.oksalat (N) Vol NaO (ml) N NaO (N) Rerata (N) Contoh perhitungan N NaO ulangan 1 : V x N = V x N as oksalat as oksalat V as oksalat x N N NaO = V NaO 10 x N NaO = V NaO as oksalat NaO N NaO = N N N N Re rata N NaO = 3 = N Standardisasi Cl Ulangan Vol Na 2 CO 3 (ml) N Na 2 CO 3 (N) Vol Cl (ml) N Cl (N) Rerata (N) Contoh perhitungan N Cl ulangan 1 : V x N = V x N Na 2 CO 3 Na 2 CO 3 Cl Cl V Na CO x N 2 3 Na2CO3 N Cl = V Cl 10 x N Cl = N Cl = N N N N Re rata N Cl = 3 = N Kadar air selulosa asetat Ulangan W 1 (g) W 2 (g) W 3 (g) Kadar air (%) Rerata (%)
26 18 Kadar asetil Ulangan W (g) M (%) C (ml) D (ml) N a (N) A (ml) B (ml) N b (N) Kadar asetil (%) Rerata (%) Dengan : A B N b C D N a M W = ml NaO untuk titrasi contoh = ml NaO untuk titrasi blanko = normalitas NaO = ml Cl untuk titrasi contoh = ml Cl untuk titrasi blanko = normalitas Cl = kadar air (%) selulosa asetat = gram contoh selulosa asetat Contoh perhitungan untuk selulosa asetat ulangan 1: Kadar air (%) = 1 x100% = 3.92% 3.92% % % Re rata kadar air = 3 = 4.30% [( D C ) N + ( A B ) N ] a b Kadar asetil (%) = ( 1 M )W Kadar asetil (%) = = 43.80% 43.80% % % Re rata kadar asetil = 3 = 43.26% Lampiran 6 Perhitungan rendemen selulosa asetat Re ndemen (%) = Re ndemen (%) = [( ) ( ) ] ( ) 0029 ( 1 M 2 )( W3 W2 ) x100% C( 1 M 1 ) W1 ( )( ) ( ) = % x100% dengan : W 1 = bobot contoh uji (gram) M 1 = bobot air contoh uji (%) W 2 = kadar -selulosa (%) W 3 = bobot gelas piala + selulosa asetat kering (gram) = kadar air selulosa asetat M 2
27 19 Lampiran 7 Foto mikroskopik membran komposit CA-PS Foto mikroskopik membran komposit CA-PS (95:5) perbesaran 100 kali Foto mikroskopik membran komposit CA-PS (90:10) perbesaran 100 kali Foto mikroskopik membran komposit CA-PS (85:15) perbesaran 100 kali Foto mikroskopik membran komposit CA-PS (80:20) perbesaran 100 kali Foto mikroskopik membran komposit CA-PS (75:25) perbesaran 100 kali
KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI
KAJIAN MIKRSTRUKTUR MEMBRAN KMPSIT SELULSA ASETAT-PLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BGR BGR 2007 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran
5 disaring-vakum dan diperas sekuat-kuatnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang baru. Serbuk BC kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat glasial-h 2 SO 4 dengan nisbah 100:1 (10:0.1 ml) dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di
20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciPENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA
PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciPengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas
Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas Dena Natalia, Mahmudi, Neena Zakia Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.
BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci
Lebih terperinciPulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason
Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU
PENGARUH PENAMBAHAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU Jaka Rachmadetin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN, Komplek Puspiptek Serpong Telp. (021) 7562860
Lebih terperinciPengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO
Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D )
5 Kadar Asetil (ASTM D-678-91) Kandungan asetil ditentukan dengan cara melihat banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menyabunkan contoh R(-C-CH 3 ) x xnah R(H) x Na -C-CH 3 Contoh kering sebanyak 1 g dimasukkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan
PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :
3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian
Lebih terperinciLampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung
Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam
Lebih terperinciKARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )
KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) Yohanna Vinia Dewi Puspita 1, Mohammad Shodiq Ibnu 2, Surjani Wonorahardjo 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum
Lebih terperinciPENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN
PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red
Lebih terperinciPulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma
Standar Nasional Indonesia Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciMEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA
MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang
Lebih terperinciBahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku
III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula
Lebih terperinciPEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.
PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciputri Anjarsari, S.Si., M.Pd
NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinciLAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator
81 LAMPIRAN Lampiran 1. Skema 1. Pembuatan Biakan A. xylinum Pada Media Agar 2,3 g nutrien agar diencerkan dengan 100 ml akuades di panaskan di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C Media Agar dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan
3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan
Lebih terperinciLAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)
LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.
Lebih terperinciBABffl METODOLOGIPENELITIAN
BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui
Lebih terperinciBahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas
BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciNATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinci