PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR"

Transkripsi

1 PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32-Indralaya Ogan Ilir umikrachmi@gmail.com ABSTRAK Kandungan asam sitrat dan asam askorbat yang terkandung didalam asam gelugur sangat berguna sebagai bahan penggumpal.pada penelitian ini koagulasi lateks menggunakan ekstrak asam gelugur. Metode penelitian ini adalah melakukan pencampuran antara koagulan (ekstrak asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan) dengan lateks yang akan memecah emulsi dan membentuk gumpalan karet. Analisa yang dilakukan meliputi analisa berat karet basah, berat crepe karet kering dan kadar karet kering. Studi variabel yang dilakukan meliputi variasi volume koagulan (5ml, 10ml, 15ml, 20ml, 25ml, dan 30ml), temperatur koagulasi (25 0 C, 35 0 C,45 0 C, 55 0 C, 65 0 C, dan 75 0 C ) dan waktu kontak koagulasi (1 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam, 40 jam, dan 48 jam).hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa variasi volume koagulasi, berat karet terbesar didapatkan pada 15 ml volume koagulan dengan perbandingan 1: ¾ antara lateks dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan sedangkan buah asam gelugur didapatkan pada 10 ml volume koagulan dengan perbandingan 1: 1 / 2 antara lateks dan koagulan asam gelugur. Pada variasi temperatur, didapatkan berat karet terbesar pada suhu 35 0 C dan waktu kontak optimal koagulasi adalah 24 jam. Kata kunci:asam gelugur, karet,koagulasi, lateks ABSTRACK The content of citric acid and ascorbic acid contained in gelugur acid is very useful as a coagulant.in research, the coagulation latex used gelugur acid extract. This research method is to mixing of the coagulant (gelugur acid extract and sour dried gelugur) with latex that will break the emulsion and form a wad of gum. Analysis was conducted on the analysis of rubber wet weight, dry weight of crepe rubber and dry rubber content. Study variables were conducted on the variation of the volume of coagulant (5ml, 10ml, 15ml, 20ml, 25ml and 30ml), the temperature of coagulation (25 0 C, 35 0 C, 45 0 C, 55 0 C, 65 0 C, and 75 0 C) and the contact time of coagulation (1 hour, 8 hours, 16 hours, 24 hours, 32 hours, 40 hours, and 48 hours). Research results obtained show that the variations in the volume of coagulation, the weight of the largest rubber obtained in 15 ml volume of coagulant in the ratio 1: ¾ between latex and coagulant acid gelugur dried while acid gelugur obtained in 10 ml volume coagulant with a ratio of 1: 1 / 2 between latex and coagulant gelugur acid. In a variation of temperature, obtained the largest rubber weight at a temperature of 35 0 C and coagulation optimal contact time is 24 hours. Keywords: coagulation, gelugur acid, latex,rubber 1. PENDAHULUAN Pada umumnya yang biasa dipakai sebagai penggumpal lateks merupakan bahan yang mampu menetralkan muatan negatif dari lateks dan yang mampu mengikat air dari fasa karet, zat-zat seperti asam, alkohol, dan elektrolit yang mengandung ion logam dapat digunakan menggumpalkan lateks. Bahan penggumpal lateks yang selama ini dianjurkan adalah asam formiat dan asam asetat, akan tetapi karena kedua asam tersebut mahal sehingga sulit bagi petani karet untuk membelinya, sehingga perlu dicari alternatif lain untuk memecah emulsi pada lateks. Akan tetapi tidak hanya senyawa kimia saja yang bisa dijadikan zat penggumpal lateks, namun kita juga dapat menggunakan senyawa alamiah yang dapat dibuat dari ekstrak nanas, ekstrak gadung dan bahan bahan alami yang lainnya yang dapat mengemulsi lateks. Salah satu jenis buah yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan koagulan lateks adalah asam gelugur. Asam gelugur mengandung asambuah seperti asam sitrat, asam tartrat, asammalat, dan asam askorbat dan mempunyaikemampuan sebagai antioksidan. Selainasam-asam tersebut, buah asam gelugurjuga mengandung asam hidroksi sitrat, Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 20

2 yang juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba dan antioksidan, karena mengandung alphatocoperol. Dalam penggunaan untuk keperluan pangan, asam gelugur tua, berwarna kuning oranye, dapat dibuat manisan, dengan cara dipotong kecilkecil dan diberi campuran gula, dijemur sampai kering, siap dikonsumsi. Selain itu asam gelugur juga dimanfaatkan untuk memberi rasa asam pada masakan sayur asam. Di masyarakat buah asam gelugur lebih banyak dikenal dalam bentuk kering dan dijual dipasaran. Sedangkan buah asam gelugur asli dari pohonnya hanya terdapat pada beberapa daerah tertentu. Kandungan asam sitrat dan asam askorbat yang terkandung didalam asam gelugur sangat berguna sebagai bahan penggumpal dimana asam askorbat dan asam sitrat mampu mengikat ion-ion logam yang terdapat pada lateks dengan kemampuan yang sangat cepat. Berdasarkan kandungan asam organik tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan bahan tersebut sebagai koagulan lateks. Dan dikarenakan ketersediaan buah asam gelugur yang terdapat dalam dua bentuk, maka kita akan membandingkan bagaimana penggunaan buah asam gelugur asli dengan asam gelugur yang telah dikeringkan untuk dijadikan sebagai koagulan. Dimana tujuan penelitian ini untuk memperoleh koagulan yang terbaik dengan asam gelugur serta dapat mengetahui bagaimana karakteristik karet yang dihasilkan. a. Lateks Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum, juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organik serta bukan organik. Karet merupakan bahan polimer yang elastis dan sangat berguna dalam menghasilkan berbagai macam produk seperti kasur karet, bahan-bahan otomotif, bahan-bahan rumah tangga dan sebagainya. Sebelum produk ini dapat dihasilkan, karet mentah yang digunakan perlu diproses mengikuti prosedur tertentu agar karet mempunyai bentuk fisik dan sifat-sifat yang diperlukan dalam menghasilkan produk yang diinginkan (Spilane, 1989). Lateks yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh 2. Tidak terdapat kotoran atau benda lain seperti daun atau kayu 3. Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks 4. Warna putih dan berbau lateks segar 5. Lateks kebun bermutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun bermutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%. Tabel 1. Komposisi Lateks Segar No Kandungan Kadar(%). 1. Karet Karbohidrat 1,0-2,0 3. Protein dan senyawa 1,0 1,5 nitrogen 4. Lipid 1,0 1,5 5. Senyawaanorganik 0,1 1,5 6. Air (sumber: Purbaya, 2011) Sifat Fisik Lateks Berikut beberapa sifat fisik dari lateks (Soewarno, 2007): 1. Berwarna putih dan berbau segar atau menyengat. Warna putih pada lateks ini disebabkan adanya fraksi putih di dalamnya. Fraksi putih ini akan lebih nyata bila dilakukan pemusingan (centrifuge) lateks pada kecepatan 2000 rpm. 2. Lateks kurang stabil. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh partikel lutoid bulat dengan diameter 2-10 mikrometer. Dengan adanya membran tipis yang dimiliki oleh partikel lutoid ini dapat membantu mencegah aliran lateks yang tidak stabil karena gerak mekanis, perbedaan tekanan osmosis, senyawa kimia, enzim atau bakteri (Acetobacter sp) pada lateks yang dapat menyebabkan membran pelapis lateks penuh dan cairan di dalam keluar. Lutoid berperan dalam penghentian aliran lateks beberapa jam setelah penyadapan, karena tersumbatnya pembuluh lateks. 3. Memiliki Kadar Karet Kering antara 25-40%. Kadar karet dalam lateks bervariasi menurut jenis-jenis karet, intensitas sadap, iklim, dan pemupukan. 4. Terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi karet dan non karet. 5. Memiliki berat molekul yang relatif besar. Berat molekul sebesar ini disebabkan karena lateks merupakan polimer yang tersusun dari monomer isepern (2-metil butadiena) C 5 H 8. CH 3 CH2 = C CH = CH2 Gambar 1.Struktur monomer Isoprena Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 21

3 Sifat Kimia Lateks Partikel karet di dalam lateks tidak dapat saling berdekatan, karena masing-masing partikel mempunyai muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak brown yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Lateks isoprena dilapisi oleh lapisan protein, sehingga partikel karet bermuatan listrik. Protein merupakan gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar (dalam keadaan netral mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter (da pat bereaksi dengan asam atau basa) (De Boer, 1952). Lateks memiliki ph sekitar 6,4 sampai 6,9. Dapat terjadi proses koagulasi dengan penambahan asam. Peka terhadap ion tertentu, terutama Mg 2+ dan Ca 2+. Ion ion logam Ca dan Mg menyebabkan terjadinya penggumpalan lateks sehingga aliran lateks akan terhenti, beberapa jam kemudian lateks akan menggumpal secara alamiah dan dapat teroksidasi. Reaksi oksidasi ini menunjukkan adanya atom oksigen yang bereaksi dengan rantai poly isoprene membentuk peroksida poly isoprene yang semakin lama semakin panjang. Penggumpalan Lateks Penggumpalan lateks atau prakoagulasi adalah suatu proses pembekuan awal sehingga lateks cair berubah bentuk menjadi gumpalan. Prakoagulasi terjadi karena berkurangnya kemantapan koloidal yang terdapat di dalam lateks sehingga akan menyebabkan proses pengumpalan. Lateks akan menggumpal satu sama lainnya hingga akhirnya akan membeku secara keseluruhan. Hasil sadapan lateksyang mengalami prakoagulasi dapat diolah langsung menjadi karet namun akan menghasilkan karet bermutu rendah. Untuk mencegah proses prakoagulasi dapat dilakukan dengan proses pengawetan lateks. Penggumpalan lateks dapat terjadi secara sendirinya atau alamiah dan juga bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari luar seperti gaya mekanis, panas, elektrolit, enzim, asam, ataupun zat penarik air dan penambahan zat penggumpal. Penggumpalan lateks akibat pengaruh luar ini dilakukan untuk mempercepat proses penggumpalan dari lateks cair itu sendiri dengan cara yang lebih efisien dan murah agar diperoleh karet yang bermutu tinggi. Penggumpalan secara alami dapat terjadi karena aktivitas bakteri pengurai yang terdapat di udara dan masuk ke dalam bahan lateks. Lateks segar yang baru disadap dari pohon karet merupakan salah satu media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri ini terjadi dalam media pembuluh kulit pohon lateks. Bakteri mulai masuk ke dalam lateks sejak lateks mengalir disepanjang irisan sadap dan berkembang biak di sepanjang media. Zat makanan utama bagi bakteri tersebut adalah karbohidrat yang terdapat di dalam fraksi serum lateks. Dengan adanya oksigen dalam udara, karbohidrat dapat di ubah bakteri menjadi asam asetat dan asam format. Proses tersebut dapat mengakibatkan lateks mengumpal akibat hasil dari proses yang berupa asam dan sumber asam lain yang dapat menggumpalkan lateks adalah protein yang terhidrolisa menjadi asam amino. b. Asam Gelugur Asam gelugur adalah pohon yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 20 m dan memiliki batang panjang, warna abu-abu, memiliki kulit kayu yang halus dan memiliki ciri adanya getah yang berwarna kuning putih atau transparan. Klasifikasi tanaman asam gelugur adalah: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia Spesies : Garcinia atroviridis Grift Buah berbentuk bulat besar dengan diameter 7-10 cm dan buah bergelombang dan memiliki alur sebanyak alur (Antony, 2009) Garcinia tergolong dikotiledon tetapi bijinya tidak memiliki kotiledon. Ini merupakan salah satu ciri khas tanaman ini. Embrionya merupakan massa yang padat dan pada setiap biji terdapat lebih dari satu embrio (poliembrionik). Bijinya terbentuk secara apomiksis, yaitu bersal dari jaringan nusellus. Tanaman jenis Garcinia dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dengan ketinggian 600 m di atas permukaan laut dan suhu antara C. Daerah dengan curah hujan tinggi, antara mm, dan merata sepanjang tahun merupakan tempat tumbuh yang disukainya. Suhu optimal antara siang dan malam hari adalah antara C. Tanaman ini dapat berbunga pada daerah yang memiliki hutan hujan tropis. Buah asam gelugur mengandung asam buah seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat dan asam askorbat yang memiliki aktivitas antioksidan. Asam hidroksi juga ditemukan dalam buah-buahan dan dalam kulit buah asam gelugur.senyawa atroviridin terdapat dalam kulit batang. Senyawa troviridin ini adalah polyhydroxylated xanthone tetracyclic Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 22

4 yang baru-baru diisolasi dari kulit batang asam gelugur. Tabel 2. Komposisi Kimia dalam Asam Gelugur No. Senyawa Kimia Komposisi 1 Air 35 mg/gr 2 Kalium 104 mg/gr 3 Natrium 0.31 mg/gr 4 Kalsium 24 mg/gr 5 Magnesium 12.8 mg/gr 6 Phospor 23.4 mg/gr Asam Organik 1 Asam Sitrat 10.6 mg/gr 2 Asam Malat 28 mg/gr 3 Asam Tartrat 35 mg/gr 4 Asam Askorbat 51 mg/gr (sumber: Tiurlan dan Eddy, 2014) Asam Askorbat Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Asam askorbat merupakan vitamin esensial yang larut dalam air, berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat antioksidan. Kristal atau serbuk putih atau agak kuning tersebut bila terpapar udara, warnanya perlahan-lahan menjadi lebih gelap. Dalam keadaaan kering, stabil di udara, tetapi dalam larutan akan teroksidasi dengancepat. Larut 1 bagian dalam 3 bagian air dan 1 bagian dalam 40 bagian alkohol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena. Berikut ini sifat-sifat dari asam askorbat atau yang biasa di kenal dengan vitamin C: 1. Pada asam askorbat ini akan menunjukkan suatu metallo-enzim yang akan larut jika berada di dalam garam dan akan memiliki berat molekul kurang lebih Suatu ko-enzim akan mengandung enam atom tembaga pada setiap molekul proteinnya. 3. Dengan naiknya suatu kadar tembaga maka elemen ini akan membentuk bagian dari enzim. 4. Dengan sebuah kenaikan suatu suhu 10 drajat celcius maka jumlah dari vitamin akan mengalami dioksidasi 2 hingga mencapai 2,5 setiap kali naiknya. Aktivitas akan optimal akan di dapat apa bila suhu mencapai 38 derajat celcius. 5. Asam askorbat ini memiliki peran yang cukup luas yaitu dari ph 4 hingga 7 dan akan berpengaruh secara maksimal apabila ph mencapai 5,6 hingga 6,00 dan apabila ph di turunkan maka sebuah enzim akan menjadi inaktif. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian koagulasi lateks dengan menggunakan koagulan alami berupa ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Variasi yang digunakan dalam penelitian ini yaituvariasi volume antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkankoagulan dengan lateks, waktu kontak antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dengan lateks,serta temperatur pengumpalan, untuk menghasilkan berat karet dan kadar karet kering (KKK) yang maksimal dan efektif berdasarkan variasi penelitian. Bahanbakuyang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dan lateks kebun.penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan: a. Persiapan bahan Pada tahap awal meliputi persiapan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan sebagai koagulan alami dan persiapan lateks kebun. Limbah kayu karet dan buah asam gelugur dibersihkan dari pengotornya. Dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil agar mudah untuk diblender. Untuk buah asam gelugur, setelah diblender ekstrak sari dari buahnya dipisahkan dengan vacuum agar proses pemisahannya lebih cepat. Sedangkan untuk asam gelugur dikeringkan, diblender dengan perbandingan asam gelugur yang dikeringkan dan air adalah 250 gram kulit kayu dengan 1000 ml air. Didapatkan 2 jenis koagulan: ekstrak sari buah asam gelugur dan larutan asam gelugur. Diukur ph yang telah masing-masing larutan. Sedangkan untuk lateks, disiapkan lateks segar yang masih belum mengalami prakoagulasi serta bebas dari pengotor. b. Pencampuran Bahan Dalam tahap pencampuran bahan antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkandenganlateks segar menggunakan perlakuan sebagai berikut: Variasi volume koagulan ( ekstrak kayu karet dan kulit kayu karet) yang digunakan 5, 10, 15, 20,25, dan 30 ml. Untuk variasi waktu kontak digunakan: 1, 8, 16, 24, 32, 40, dan 48 jam.sedangkan untuk variasi temperatur Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 23

5 digunakan: 25, 35, 45, 55, 65 dan 75 o C. Masing-masing terhadap volume lateks 20 ml. c.pengamatan Hasil Penelitian Dalam tahapan ini dilakukan analisa terhadap masing-masing koagulan, yakni koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Analisa dilakukan pada variasi volume koagulan, waktu kontak, dan temperatur penggumpalan dengan berat karet yang dihasilkan dan kadar karet kering (KKK). Untuk uji berat karet yang dihasilkan, di timbang berat karet basah dan berat karet kering yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan neraca analitik yang memiliki akurasi tinggi. Sedangkan untuk uji kadar karet kering (K KK) dilakukan dengan metode laboratorium dengan rumus sebagai berikut: Pencucian asam gelugur Pemotongan buah asam gelugur, lalu diblender KKK = x 100% Pemotongan asam gelugur kering, lalu diblender Direndam selama 24 jam Pengukuran ph Pemisahan air ekstrak dengan ampas asam gelugur Pencampuran Penggumpalan Penggilingan Penimbangan Pengovenan Pengambilan lateks kebun Pemisahan lateks kebun dengan kotoran 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian pemanfaatan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkansebagai bahan koagulan lateks, didapatkan hasil pengamatan berupa variasi berat karet yang dihasilkan dari berbagai variasi antara lain variasi volume koagulan, variasi waktu kontak dan variasi temperatur. Data hasil pengamatan secara lengkap diuraikan dibawah ini: 1. Proses Koagulasi Lateks dengan Beberapa VariasiPerlakuan Sebelum dilakukan pengujian lateks dengan beberapa variasi perlakuan penelitian di atas, terlebih dahulu dilakukan pengukuran ph dari masing-masing bahan baik lateks maupun ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Dari pengukuran ph secara rutin selama 24 jam waktu fermentasi atau pemeraman ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dapatlah ph yang sesuai untuk proses koagulasi. Berdasarkan hasil pengujian ph yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 3. ph masing-masing bahan Bahan ph Lateks 6,45 Ekstrak Buah Asam Gelugur 1,4 Ekstrak Asam Gelugur yang 1,8 Dikeringkan Tabel 4. Data hasil pengamatan pengaruh variasivolume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan Volume koagulan (ml) Berat Awal Lateks Berat Karet Basah yang Dihasilkan Koagulan Koagulan A B Berat Karet Basah Berat Karet Kering Gambar 2. Blok Diagram Prosedur Penelitian Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 24

6 Tabel 5. Data hasil pengamatan pengaruh variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan Temperatur ( C) Berat Awal Lateks Berat Basah Koagulan A Koagulan B Tabel 6. Data hasil pengamatan pengaruh variasiwaktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan Waktu Kontak (Jam) Berat Awal Lateks Berat Karet Basah Koagulan Koagulan A B Hasil Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Setelah dilakukan penimbangan untuk menentukan berat karet yang dihasilkan dari proses koagulasi lateks, dimana berat karet pada tahapan ini masih berupa berat karet basah, kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar air dan dihitung kadar karet kering (KKK). Pengurangan kadar air ini dapat dilakukan dengan tahapan karet digiling beberapa kali hingga menjadi crepe dan dikeringkan di dalam oven dengan temperatur o C selama 3-4 jam. Setelah dingin selanjutnya ditimbang untuk mengetahui berat crepe karet kering. Berat crepe kering dari berbagai variasi volum, waktu kontak dan temperatur dapat dianalisa persen kadar karet kering nya dengan membandingkan berat crepe kering ini dengan berat awal lateks dikalikan dengan 100%. Dilakukan perhitungan untuk kedua jenis koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Tabel 7. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasivolum koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Volume koagulan (ml) Berat Crepe Kering yang Dihasilkan Koagulan A (KA) Kadar Kering Karet (%) Koagulan B (KB) KA KB Tabel 8. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Temperatur ( C) Berat Crepe Kering yang Dihasilkan Koagulan Koagulan A B Kadar Kering Karet (%) Koagulan Koagulan A B Tabel 9. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Waktu Kontak (Jam) Berat Basah Berat Kering KA KB KA KB Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 25

7 Waktu Berat Basah Berat Kering Kontak (Jam) KA KB KA KB Perbandingan Berat Karet yang dihasilkan Berat karet yang dihitung dalam penelitian ini ada 2 jenis berat, yang pertama berat karet basah dan berat karet kering untuk kedua jenis koagulan yang digunakan yaitu ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Perbandingan antara kedua jenis berat yang dihasilkan ini akan dibandingkan dengan berat awal lateks murni yaitu 20,6602 gram. Perbandingan dilakukan untuk variasi volum koagulan, waktu kontak dan temperatur. Berikut data perbandingan berat dari berat karet basah serta berat karet kering yang dihasilkan: Tabel 10. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi volume koagulan Volume koagulan (ml) Berat Basah Berat Kering KA KB KA KB Tabel 11. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi temperatur Temperatur (C) Berat Basah Berat Kering KA KB KA KB Temperatur (C) Berat Basah yang dihasilkan 50, , , , ,0000 0,0000 Koagulan A Koagulan B Berat Basah Berat Kering KA KB KA KB Tabel 12. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi waktu kontak Waktu Kontak (Jam) b. Pembahasan Berat Crepe Kering yang Dihasilkan Kadar Kering Karet (%) KA KB KA KB Pengaruh Penambahan Volume Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan Volume (ml) Gambar 3. Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 26

8 Dari data grafik, dapat diketahui bahwa seiring dengan penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terjadi peningkatan berat karet basah yang dihasilkan, karena akan semakin banyak lateks yang tergumpal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak koagulan yang ditambahkan akan semakin luas kontak antara lateks dan koagulan dan lapisan film pelindung emulsi akan mudah dan cepat terpecah. Berat karet basah paling besar didapat pada penambahan 30 ml koagulan dengan berat karet basah yang dihasilkan sebesar 46,0511 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur dan 40,4595 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan. Jelas terlihat perbedaan berat karet basah yang dihasilkan dari kedua koagulan tersebut, dikarenakan ph dari ekstrak buah asam gelugur lebih asam dibandingan buah asam gelugur yang telah dikeringkan. Berat Crepe Kering yg dihasilkan 15, ,0000 5,0000 0,0000 Koagulan A Koagulan B Volume Koagulan (ml) Gambar 4.Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan Dari data grafik dapat terlihat berat crepe karet kering yang dihasilkan berbanding lurus dengan penambahan volumekoagulan, serta terdapat batas maksimum. Untuk koagulan A (ekstrak buah asam gelugur), berat crepe karet kering paling besar didapat pada penambahan 10 ml koagulan dengan berat crepe yang dihasilkan 12,2463 gram. Volume lateks yang kita gunakan adalah sebesar 20 ml, maka dapat dinyatakan batas maksimum penambahan volume koagulan adalah dengan perbandingan 1: ½antara volume lateks dan koagulan A (ekstrak buah asam gelugur). Setelah penambahan volume dengan perbandingan 1: ½,terjadi penurunan berat pada penambahan volume koagulan 15 ml hingga 30 ml. Hal ini terjadi dikarenakan pembentukan gumpalan terganggu disebabkan volume koagulan yang berlebih.untuk koagulan B (ekstrak asam gelugur yang dikeringkan), berat crepe karet kering paling besar didapat pada penambahan 15 ml koagulan dengan berat crepe sebesar 13,8431 gram, dengan batas maksimum penambahan volume koagulan adalah dengan perbandingan 1: ¾ antara volume lateks dan koagulan buah asam gelugur yang dikeringkan. hingga 30 ml. Berat crepe karet kering yang dihasilkan mengalami penurunan yang signifikan terhadap berat karet basahnya, dikarenakan kandungan air pada crepe karet kering lebih sedikit atau bisa dikatakan tidak ada, jika dibandingkan dengan berat karet setelah penggumpalan. Untuk Kadar Karet Kering (KKK), besarnya kadar karet kering yang paling besar didapatkan pada penambahan 10 ml koagulan yaitu sebesar 59,27% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan 67,00% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan. 2. Pengaruh Temperatur Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan Berat Basah yang dihasilkan 30, , , , ,0000 5,0000 0, Temperatur ( C) Koagulan A Koagulan B Gambar 5.Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan Dari gambar grafik tersebutdapat dilihat untuk koagulan A (koagulan ekstrak buah asam gelugur), berat karet paling besar dihasilkan pada temperature 35 o C dengan berat karet basah sebesar 24,6758 gram. Sedangkan untuk koagulan B (koagulan asam gelugur yang dikeringkan), berat karet paling besar dihasilkan pada temperatur 65 o C dengan berat karet basah sebesar 23,5146 gram. Berdasarkan referensi yang didapat, pada temperatur yang lebih besar akan terjadi penurunan berat, yang disebabkan adanya Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 27

9 peningkatan pelepasan air yang terkandung di dalam lateks dari karet yang menggumpal. Namun dari hasil yang diperoleh untuk koagulan B tidak sejalan dengan teori yang ada. Hal ini mungkin disebabkan ada beberapa bagian yang kurang maksimal dalam proses pengerjaannya, seperti ketelitian membaca termometer ataupun waktu untuk proses penggumpalan itu sendiri, dan penggurangan serum pada saat penimbangan berat basahnya. Sedangkan untuk koagulan A, hasil yang diperoleh sejalan dengan teori yang ada. Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur akan berbanding terbalik dengan berat karet yang dihasilkan. Berat Crepe Kering yg dihasilkan 20, , ,0000 5,0000 0, Temperatur ( C) Koagulan A Koagulan B Gambar 6. Pengaruh variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan Pada koagulan ekstrak buah asam gelugur berat crepe yang dihasilkan sebesar 15,0193 gram sedangkan untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan berat crepe yang dihasilkan sebesar 12,5183 gram. Namun pada temperatur 45 0 C terjadi penurunan berat crepe kering pada kedua koagulan tersebut. Dimana pada temperatur tersebut berat crepe kering yang dihasilkan pada keduanya yaitu 13,6344 gram dan 11,7501 gram. Dapat dilihat pada gambar bahwa semakin tinggi temperatur maka akan terjadi penurunan berat, dikarenakan semakin tinggi temperatur koagulasi maka akan mempercepat proses terjadinya pemecahan lapisan pelindung pada lateks yang akan mempercepat penggumpalan karet, namun tidak akan berpengaruh terhadap penambahan berat karet yang dihasilkan dari koagulasi. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur semakin berkurang berat karet yang dihasilkan atau dengan kata lain kenaikan temperatur akan berbanding terbalik dengan berat karet yang dihasilkan. Kenaikan temperatur koagulasi hanya akan mempercepat proses koagulasi (pembentukan karet). 3. Pengaruh Waktu Kontak Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan Berat Karet Basah yang dihasilkan Waktu Kontak (Jam) Koagulan A Koagulan B Gambar7. Pengaruh variasi waktu kontakkoagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan Darigambar diatas dapat dilihat, dalam waktu 1 sampai 48 jam berat karet basah yang terbentuk mengalami kenaikan dan penurunan. Pada jam ke-1, berat karet masih besar, dikarenakan pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke-8 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, dikarenakan air yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-16 penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya hampir stabil. Pada jam ke-24 berat karet yang dihasilkan sudah optimum. Penyusutan berat karet tiap jam dikarenakan bila suatu asam dimasukkan ke dalam sistem emulsi lateks, maka akan menyebabkan partikel-partikel koloid menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Pada kondisi ini semua emulgator telah pecah, sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama jumlah karet yang dihasilkan cenderung menurun. Pecahnya lapisan pelindung akan mengakibatkan terbentuknya gumpalan karet dan terpisahnya air dari gumpalan karet. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 28

10 Sehingga semakin lama waktu kontak koagulasi maka akan semakin banyak air yang akan terpisah dan pada akhirnya berat karet yang dihasilkan akan menurun. Pada kondisi ini dapat ditentukan bahwa waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan mencapai titik maksimal pencampuran selama 24 jam yang menghasilkan berat karet basah sebesar 17,7806 gram, dan untuk koagulan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan menghasilkan berat karet basah sebesar 24,9282 gram.hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu kontak antara partikel koloid pada lateks dan koagulan maka akan semakin banyak gumpalan yang akan terbentuk dan akan menyebabkan semakin banyak pula air yang akan terpisah dan pada akhirnya berat karet basah yang dihasilkan akan menurun. Untuk perbandingan berat karet basah antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan, koagulan ekstrak buah asam gelugur memiliki berat yang lebih besar. Berat Crepe Kering Waktu Kontak (Jam) Koagulan A Koagulan B mengalami penurunan. Dimana pada koagulan ekstrak buah asam gelugur waktu kontak maksimum dicapai pada waktu 24 jam dengan menghasilkan berat crepe kering sebesar 8,1912 gram, dan pada koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan waktu kontak maksimum juga didapat pada waktu kontak 24 jam dengan menghasilkan berat crepe kering sebesar 10,0875 gram. Kadar karet kering (KKK) yang paling tinggi juga didapat pada 1 jam pertama waktu kontak yaitu sebesar 62,45% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 78,71% untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Untuk lama waktu kontak selanjutnya terjadi penurunan kadar karet kering (KKK) yang dihasilkan. Namun untuk kadar karet kering (KKK) paling paling rendah terjadi pada 24 jam waktu kontak, yaitu sebesar 39,65% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 48,83% untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Berdasarkan hal tersebut analisa sementara bahwa pada 24 jam waktu kontak untuk koagulan A, dan koagulan B adalah waktu maksimum terjadinya pemecahan lapisan pelindung, sehingga air yang dapat terpisahkan akan lebih banyak pada waktu ini. Sehingga berat karet akan semakin berkurang dan berbanding lurus terhadap berat crepe kering yang akan didapat, berpengaruh juga terhadap kadar karet kering (KKK). 4. Perbandingan Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering terhadap Masingmasing Koagulan Gambar 8. Pengaruh variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan Berdasarkan data grafik waktu kontak antara koagulan dan lateksvariasi waktu kontak untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan, berat crepe karet kering juga berbanding lurus dengan hasil yang didapat untuk berat karet basah. Berat crepe karet kering yang terbentuk paling besar didapat pada 1 jam pertama proses koagulasi berlangsung yaitu sebesar 12,902 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 16,2622 gram untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Untuk selanjutnya berat karet yang terbentuk Gambar 9. Volume Koagulan (ml) Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi volume koagulan ekstrak buah asam gelugur Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 29

11 Berat Karet yang dihasilkna 30, , ,0000 0, Temperatur ( o C) Temperatur ( C) Berat Karet Yang Dihasilkan Berat Crepe Karet Kering Berat Karet Basah Gambar 10. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur Waktu Kontak (Jam) Berat Crepe Kering Berat Karet Basah Gambar 11. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur Volume Koagulan (ml) Gambar 12. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi volume koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan Gambar 13. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi temperature koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan Berat Karet Yang Dihasilkan Waktu Kontak (Jam) Berat Crepe Kering Berat Karet Basah Gambar 14. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan Darigambar 9-14 menunjukan perbandingan berat karet basah dengan berat karet kering yang terbentuk terhadap masingmasing koagulan dengan variasi penambahan volume koagulan, lama waktu kontak koagulasi maupun perbedaan temperatur koagulasi dengan menggunakan ekstrak asam gelugur dan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan memiliki hasil yang berbeda. Pada variasi volume koagulan (gambar 9 untuk ekstrak asam gelugur dan gambar 12 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan) dengan volume awal lateks 20 ml, terjadi peningkatan kadar berat karet basah seiring dengan bertambahnya volume koagulan (5 ml, 10 ml, 15 ml) hingga berat tertinggi yang mampu dicapai terjadi pada penambahan 30 ml koagulan. Sedangkan pada berat crepe karet Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 30

12 kering yang dihasilkan, pada koagulan ekstrak asam gelugur mencapai berat crepe kering optimum pada penambahan 10 ml koagulan, dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan mencapai berat crepe kering optimum pada penambahan 15 ml koagulan. Dengan perbandingan masing-masing 1: 1 / 2 dan 1: ¾ antara lateks dan koagulan. Pada variasi temperatur (gambar 10 untuk ekstrak asam gelugur dan gambar 13 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan, berat karet basah yang paling tinggi pada temperatur 45 o Cdan karet kering yang paling tinggi terjadi pada temperatur lingkungan 35 o C pada koagulan asam gelugur, sedangkan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat karet basah yang paling tinggi pada 65 o C dan berat karet keringnya yang paling tinggi pada temperature 35 o Cdan mengalami penurunan pada temperatur (45 o C, 55 o C, 65 o C) dengan penurunan berat yang signifikan. Pada variasi waktu kontak (gambar 1 1 untuk ekstrak asam gelugur dan 14 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan), terdapat perbedaan antara berat karet basah dan karet kering pada kedua koagulan tersebut. Dari data yang diperoleh, dapat ditentukan bahwa waktu kontak maksimum didapat dalam waktu 24 jam untuk masing-masing koagulan. Berat basah yang diperoleh untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur sebesar 17,7806 gram, sedangkan untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat basah yang diperoleh sebesar gram.untuk berat crepe kering, waktu kontak yang optimum yang diperoleh berbanding lurus dengan berat karet basah yang dihasilkan. Pada koagulan ekstrak buah asam gelugur, berat crepe karet kering yang dihasilkan sebesar gram, dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat crepe kering sebesar gram dengan waktu kontak yang maksimum 24 jam. Berat karet kering didapatkan dari hasil proses lebih lanjut berat karet basah yang telah melalui proses penggilingan dan pemanasan menggunakan oven sehingga kandungan air dalam karet dapat dihilangkan. Berdasarkan teori, kandungan air dalam lateks rata-rata memiliki persentase yang sama yaitu %. Maka berat karet basah dengan berat karet kering yang dihasilkan terhadap masing-masing variasi perlakuan akan berbanding lurus. ditunjukkan dengan terbentuknya pola grafik. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perbandingan berat adalah proses penggilingan dan pengovenan karet basah yang kurang sempurna. 4. KESIMPULAN 1) Ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan ataupun tidak dikeringkan dapat digunakan sebagai koagulan alami untuk proses koagulasi lateks 2) Untuk variasi volum koagulan, berat karet optimal didapat pada penambahan 10 ml koagulan dengan berat karet basah 26,6489 gram dan kadar karet kering 59,27% untuk ekstrak asam gelugur dan pada penambahan volume 15 ml koagulan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan sehingga dihasilkan berat karet basah 30,3048gram dan kadar karet kering 67,00%. 3) Untuk variasi waktu kontak, berat karet optimal didapat pada 24 jam waktu kontak dengan berat karet basah 17,7806 gram dan kadar karet kering 39,65%untuk ekstrak asam gelugur dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan didapatkan berat karet basah 24,9282 gram dan kadar karet kering 48,83%. 4) Untuk variasi temperatur, berat karet terbesar didapat pada temperatur 35 o C dengan berat karet basah 24,6758 gram dan kadar karet kering 72,70% untuk ekstrak asam gelugur dan berat karet basah 22,2753 gram dan kadar karet kering 60,59%. DAFTAR PUSTAKA Ali, Farida. Didin Suwardin, Mili Purbaya Eis Sri Hartati dan Syntia Rahutami.2009.Koagulasi Lateks dengan Ekstrak Jeruk Nipis. Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas sriwijaya. Birliansyah,Birman dan Kurniawan, Ahmad.2014.Pemanfaatan Nira Aren Sebagai Koagulan Alami Lateks.Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Farida, Tiurlan Hutajulu dan Eddy Sapto Hartanto Ekstraksi dan Identifikasi Oleoresin Asam Gelugur. Jurnal Hasil Penelitian Industri. Herdyanti,Riska dan Suheri,Ade Heri Pemanfaatan Sari Mengkudu sebagai Bahan Penggumpal Lateks. Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Laoli, Septriani. Imelda Magdalena S dan Farida Ali Pengaruh Asam Askorbat Dari Ekstrak Nanas Terhadap Koagulasi Lateks (S tudi Volume dan Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 31

13 Waktu Pencampuran). Jurnal jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya: Palembang. Purbaya, Mili., Tuti Indah Sari, Chessa Ayu Saputri, dan Mutia Tama Fajriaty Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Penggumpal Lateks dan Hubungannya dengan Susut Bobot, Kadar Karet Kering dan Plastisitas. Universitas Sriwijaya: Palembang. Saputera, Maria A, Yudha A Uji Penggunaan Berbagai Jenis Koagulan Terhadap Kualitas Bahan Olah Karet (Hevea brasiliensis). From : /05/11/uji-penggunaan-berbagai-jenis- koagulan-h-saputera-maria-a-yudha-a- 3/.Diakses : 14 Desember Tribawati, Restu Yulia Depolimerisasi Lateks Karet Alam Secara Kimia Menggunakan Senyawa Hidrogen Peroksida Natrium Nitrit Asam Askorbat. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor. Triwijoso, Sri Utami dan Oerip, Siswantoro Pedoman Teknis Pengawetan Dan Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor. From: Diakses: 4 Desember Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 32

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET Farida Ali*, Wulan Novi Astuti, Nahdia Chairani *) Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN)

PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN) PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN) Septriani Laoli, Imelda Magdalena S *, Farida Ali Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN) PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN) Farida Ali, Merry Helina, Yulia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Rizka Hardiyanty, Ade Heri Suheri, Farida Ali * Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis)

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 26 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Ratu Fazlia Inda Rahmayani 1, Abdul Mujala 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp

Lebih terperinci

KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS)

KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS) KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS) Farida Ali, Arta Sihombing, dan Ahmad Fauzi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Lateks adalah cairan berwarna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sari Buah Ceremai (Phyllanthus Acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks

Pemanfaatan Sari Buah Ceremai (Phyllanthus Acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Pemanfaatan Sari Buah Ceremai (Phyllanthus Acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Selpiana *, Aprila Ulfa, Mona Maryam * JurusanTeknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Kelapa termasuk jenis Palmae yang bersel satu (monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa dapat bercabang, namun hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kemiri Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, 2016 Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan).

Lebih terperinci

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks oleh: Faranita Lutfia Normasari 131710101029 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sentrifugasi Campuran heterogen terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat jenis berdekatan sulit dipisahkan. Membiarkan senyawa tersebut terendapkan karena adanya gravitasi

Lebih terperinci

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah sampai dengan produk pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC 1 PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Indonesia ABSTRAK Ampas tahu selama ini tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keju Mozzarella Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan penggunaan bahan penggumpal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi selatan. Merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan dan teksturnya mirip

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) 17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Karakteristik Bahan Baku 1. Lateks Pekat Jenis lateks pekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan yang telah ditambahkan amonia.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit kentang (Solanum tuberosum L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan Cipaganti,

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet dan Lateks Menurut Nazaruddin dan Paimin (2004), dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut : Devisi : Spermatophyta Subdivisi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci