PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU Donald Samuel Slamet Santosa, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW, Gracia Miranda, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW, Dwi Iga Luhsasi, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model evaluasi metode pembelajaran dalam perspektif kepemimpinan guru. Model yang dikembangkan memungkinkan guru untuk menemukan metode pembelajaran terbaik, supaya guru dapat mengimplementasi tiga ajaran kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) yang menggunakan tahapan pengembangan dari Suryana, terdiri dari studi pendahuluan, pengembangan, dan validasi. Hasil penelitian berupa sintak evaluasi metode pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumennya. Disarankan kepada peneliti lanjut untuk melanjutkan penelitian ini pada tahap uji terbatas dan uji luas, serta pada praktisi untuk menggunakan model ini ketika hendak mengimplementasi tiga ajaran kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Kata Kunci: Evaluasi, Metode Pembelajaran, Kepemimpinan PENDAHULUAN Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengajarkan berbagai hal mengenai pendidikan. Banyak ajarannya yang dirasa masih relevan hingga saat ini. Salah satunya adalah semboyan mengenai pemimpin yang ideal. Semboyan ini diajarkan saat beliau merintis Taman Siswa (perguruan yang bertujuan supaya tidak hanya warga Belanda dan priyai yang dapat mengenyam pendidikan, tetapi juga rakyat jelata). Semboyan tersebut adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Berikut penjelasan dari ketiga semboyan tersebut yang disarikan dari Pujianto (2015:1). 1. Ing ngarso sung tulodo. Semboyan ini berasal dari kata ing ngarso (artinya di depan), sung (artinya saya) dan tulodo (artinya teladan). Oleh karena itu, ing ngarso sung tulodo bermakna bahwa pemimpin harus dapat menjadi teladan di depan. 2. Ing madyo mangun karso. Berasal dari kata ing madyo (artinya di tengah), mangun (artinya membangun), dan karso (artinya kemauan atau niat). Dengan demikian, ing madyo mangun karso bermakna pemimpin ketika di tengah dapat membangkitkan semangat.

2 3. Tut wuri handayani. Berasal dari kata tut wuri (artinya mengikuti dari belakang) dan handayani (artinya memotivasi atau memberikan dorongan). Dengan demikian, tut wuri handayani bermakna pemimpin perlu memberikan dorongan dari belakang. Apabila ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara tersebut dikaitkan dengan pendidikan saat ini, maka seorang guru diharapkan dapat menjadi pemimpin yang baik bagi siswasiswanya. Untuk itu, ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara perlu dilakukan oleh guru. Strategi implementasi ketiga semboyan dapat dilakukan menurut gambar berikut: Teladan di Depan: Digugu dan Ditiru SISWA Menyatu dengan Siswa: Agen Perubahan, Agen Pengembangan SISWA Mendorong dari Belakang: Motivator Gambar 1. Skenario Strategi Implementasi Semboyan Ki Hajar Dewantara Pada Guru Saat Ini Berdasarkan gambar 1, tampak bahwa guru memiliki 3 posisi, yaitu di depan siswa, di tengah-tengah siswa, dan di belakang siswa. Di depan siswa, guru harus dapat menjadi teladan. Hal ini sesuai dengan semboyan bahwa guru merupakan singkatan dari digugu dan ditiru. Kedua hal ini akan terjadi ketika guru berada di depan siswa. Kedua, ditengah siswa, guru perlu menyatu dengan siswa. Dikatakan bahwa guru harus dekat dengan siswa, namun tidak terlalu dekat, guru juga harus jauh, namun tidak terlalu jauh. Dengan jarak yang sesuai,

3 guru dapat mengubah dan mengembangkan siswa tanpa disadari oleh siswa. Ketiga, guru mendorong dari belakang sebagai motivator. Kesempatan utama bagi terimplementasinya ketiga semboyan tersebut adalah ketika pembelajaran. Bahasan mengenai pembelajaran dan peran guru menjadi menarik dengan adanya orientasi pembelajaran baru, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa (teacher and student centred). Pada model orientasi ini, guru lebih memiliki kesempatan untuk berada di depan siswa, di tengah-tengah siswa, dan di belakang siswa. Guna mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa, Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengemukakan langkah inti pembelajaran yang terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Aturan ini telah dicabut dan diganti dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, di mana langkah inti pembelajaran terdiri dari 5M. Guna mewujudkan keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa, guru perlu mengenal dan menguasai metode-metode pembelajaran yang inovatif. Saat ini, para ahli telah mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif. Terdapat lebih dari 100 metode pembelajaran yang inovatif yang saat ini ada (Silberman, 1996), dan metode-metode tersebut dapat dimodifikasi atau dikembangkan sendiri oleh guru. Meski demikian, apabila guru berpedoman pada konsep kepemimpinan yang baik menurut Ki Hajar Dewantara, maka metode pembelajaran yang dipilih harus dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi guru untuk menerapkan tiga semboyan tersebut. Oleh karena itu, guru perlu menilai kesempatan yang diberikan oleh setiap metode pembelajaran. Bertolak dari pemikiran tersebut, maka sangatlah strategis apabila dikembangkan sebuah model untuk mengevaluasi metode pembelajaran dari perspektif kepemimpinan guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2007:43-44), penelitian dan pengembangan bercirikan sebagai berikut: 1) melakukan studi awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang dikembangkan; 2) mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut; 3) dilakukannya uji lapangan dalam setting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nanti

4 digunakan; 4) melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditentukan dalam tahap-tahap uji lapangan. Keempat ciri pengembangan dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga langkah utama seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2007:6), yakni 1) studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Pengembangan instrumen evaluasi metode pembelajaran dalam perspektif kepemimpinan guru ini akan menggunakan langkah-langkah pengembangan dari Suryana. Validator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ahli dan praktisi. Setiap tahapan dalam pengembangan memiliki spesifikasi masing-masing. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan Focus Group Discussion yang dilakukan pada guru-guru SMP di Salatiga yang dipilih secara purposive dan snow ball. Hasil dari tahap studi pendahuluan ini adalah model faktual. Tahap pengembangan dilakukan menganalisis kelemahan dari model faktual untuk kemudian disusun model yang dinilai dapat memperbaiki model faktual (secara hipotesis). Akhirnya, model hipotesis tersebut divalidasi oleh ahli. Karena langkah yang digunakan tidak mencapai tahap uji model, maka tidak ada subjek uji coba, strategi pengumpulan data dan analisis data dalam tahap ini. Penelitian akan berakhir ketika validator menyatakan bahwa model telah layak. Gambar 2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan Menurut Borg and Gall

5 HASIL PENELITIAN Tahap studi pendahuluan menghasilkan model faktual penelitian ini. Model faktual merupakan model yang selama ini digunakan oleh guru untuk menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam situasi tertentu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa guru mengimplementasikan metode pembelajaran tertentu berdasarkan pemahaman mereka mengenai metode tersebut. Hanya metode pembelajaran yang dikuasai saja yang dipilih untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Selain itu, metode-metode pembelajaran inovatif hanya digunakan ketika guru hendak menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Terkait dengan kepemimpinan guru, disimpulkan bahwa guru tidak berpikir mengenai perlunya kepemimpinan dan integrasi kepemimpinan dalam metode pembelajaran. Tahap pengembangan dilakukan dengan menganalisis kelemahan dari model faktual untuk disempurnakan dalam model hipotesis. Terdapat dua kelemahan yang menjadi fokus dalam menyusun model hipotesis, yaitu dasar pemilihan metode pembelajaran, dan perlunya kepemimpinan guru dalam pembelajaran. Dalam hal memilih metode pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi yang dialami secara holistik. Komponenkomponen yang diamati diantaranya adalah karakter siswa, karakter mata pelajaran, ketersediaan waktu, ketersediaan sarana prasarana, dan sebagainya. Sedangkan terkait dengan kepemimpinan dalam pembelajaran, guru perlu menerapkan tiga ajaran dari Ki Hadjar Dewantara sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, model hipotesis yang dikembangkan berupa kerangka berpikir mengenai strategi memilih metode pembelajaran paling tepat dalam perspektif kepemimpinan guru. Model hipotesis yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan dengan mengisi instrumen validasi yang disediakan oleh peneliti. Instrumen validasi memuat pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari indikator-indikator model yang baik, yaitu simple, applicable, important, controllable, adaptable dan communicable. Selain mengisi instrumen, validator juga memberikan masukan-masukan secara terbuka pada peneliti. Setelah melalui tahap studi pendahuluan, pengembangan, dan validasi, diperoleh sintak yang berisikan langkah-langkah evaluasi metode pembelajaran, berikut instrumennya. Sintak evaluasi metode pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Guru mempelajari beberapa metode pembelajaran tertentu. 2. Guru menyeleksi metode-metode pembelajaran berdasarkan kecocokan dengan kondisi empiris yang dihadapi (tahap ini menghasilkan daftar metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi).

6 3. Guru mengimplementasikan satu persatu metode pembelajaran tersebut minimal 1 siklus untuk setiap metode. 4. Guru memberikan penilaian mengenai setiap metode pembelajaran dengan 3 indikator, yaitu kesempatan untuk menjadi teladan (digugu dan ditiru), kesempatan berbaur dengan siswa (menjadi agent of change dan agent of development), serta kesempatan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi siswa. Penilaian dilakukan pada lembar instrumen evaluasi metode pembelajaran. Nilai yang diberikan mengikuti skala likert, yaitu 1-5: 1. Tidak ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 2. Kesempatan bagi metode pembelajaran ini kecil 3. Cukup ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 4. Kesempatan bagi metode pembelajaran ini besar 5. Sangat ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 5. Guru menghitung rata-rata kesempatan dari setiap metode pembelajaran. 6. Metode pembelajaran dengan kesempatan tertinggi adalah metode pembelajaran yang paling baik untuk mengimplementasikan tiga semboyan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara pada kondisi yang dihadapi guru. Dengan melaksanakan keenam langkah dalam sintak tersebut, maka guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang memberikan kesempatan terbaik bagi guru untuk mengimplementasikan tiga semboyan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Sebagai contoh, guru menemukan bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah metode pembelajaran dengan nilai tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran jigsaw memberikan kesempatan bagi guru untuk menjadi teladan, membaur dengan siswa, serta memberikan dorongan bagi siswa dari belakang sebagaimana tiga semboyan Ki Hajar Dewantara. Metode pembelajaran yang terpilih dapat berbeda antara satu guru dan guru lain, bahkan berbeda bagi seorang guru ketika dihadapkan pada dua kelas yang berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi yang dihadapi juga berbeda, sehingga memberikan penilaian yang berbeda untuk setiap metode pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan guru bersikap objektif dalam memberikan penilaian, dan tidak terpaku dengan penilaian dari teman lain atau kondisi lain. Selain sintak penilaian, penelitian ini juga menghasilkan instrumen evaluasi metode pembelajaran seperti gambar di bawah.

7 INSTRUMEN EVALUASI METODE PEMBELAJARAN Petunjuk: Isilah setiap kolom berikut dengan angka 1-5, lalu hitung rata-ratanya! No Metode Pembelajaran Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani 1 Ceramah 2 Jigsaw 3 STAD 4 TGT 5 NHT 6 RME 7 Tari Bambu 8 In-Out Circle 9 TAI 10 VAK 11 PBL 12 Problem Solving 13 Problem Promp 14 Discovery Learning 15 Inquiry 16 SAVI 17 Project Based 18 Group Investigation 19 MEA 20 CPS 21 TTW 22 CORE 23 SQ3R Dst Rata-rata Kesimpulan: Metode pembelajaran yang paling baik adalah

8 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model yang dikembangkan (sintak penilaian dan instrumennya) efektif untuk digunakan sebagai pendukung strategi implementasi tiga semboyan pemimpin Ki Hajar Dewantara. Model ini membantu guru untuk menemukan metode pembelajaran yang paling tepat supaya guru dapat menjadi teladan di depan siswa, membaur diantara siswa, serta memberikan motivasi dari belakang siswa sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara. Metode-metode pembelajaran inovatif yang masuk dalam seleksi berimplikasi secara legal pada terlaksananya tuntutan pemerintah dalam standar proses pendidikan oleh guru. Meski demikian, keterbatasan penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan cara melanjutkan tahapan pengembangan pada uji terbatas, uji luas, dan diseminasi hasil pengembangan. Oleh karena itu, disarankan pada para ahli (dalam hal ini peneliti lanjutan) untuk menguji coba model ini (sintak dan instrumennya) pada tahap uji terbatas dan uji luas. Selain itu, disarankan pada praktisi (dalam hal ini guru) untuk menggunakan model ini ketika akan mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara. DAFTAR PUSTAKA Borg, R. W., Gall, J. P Educational Research: An Introduction. Eight edition. New York: Pearson Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pujianto Diakses 20 Mei Silberman, L. M Active Larning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Pearson Suryana, Y. P Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Azkia Pustaka Utama

PENGEMBANGAN RAMBU-RAMBU PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN INOVATIF. Donald Samuel Slamet Santosa, Agni Era Hapsari ABSTRAK

PENGEMBANGAN RAMBU-RAMBU PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN INOVATIF. Donald Samuel Slamet Santosa, Agni Era Hapsari ABSTRAK PENGEMBANGAN RAMBU-RAMBU PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN INOVATIF Donald Samuel Slamet Santosa, Agni Era Hapsari ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan model pengambilan keputusan pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Pamudi

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Pamudi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN KLIPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BAKARAN KULON 01 SEMESTER 1 / 2012-2013 SKRIPSI untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENILAI DI KALANGAN MAHASISWA PROGDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UKSW DALAM PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DETERMINANNYA

KEMAMPUAN MENILAI DI KALANGAN MAHASISWA PROGDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UKSW DALAM PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DETERMINANNYA KEMAMPUAN MENILAI DI KALANGAN MAHASISWA PROGDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UKSW DALAM PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DETERMINANNYA Gracia Miranda Matruty, Donald Samuel Slamet Santosa ABSTRAK Penelitian ini berangkat

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam proses pembelajaran. Dalam menciptakan kondisi belajar

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam proses pembelajaran. Dalam menciptakan kondisi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keberhasilan tujuan senantiasa memberikan rangsangan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membentuk karakter. Orang-orang terdidik adalah orang yang berkarakter yaitu orang yang bertindak mulia. Tindakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia masih memerlukan perhatian ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan internal dalam tingkat sekolah. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Romawiyah

SKRIPSI. Oleh Siti Romawiyah 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS I SD ADINUSO 02 KECAMATAN SUBAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Jika dalam bahasa Jawa disebut Sirahe Sekolah. Kepemimpinan dari kepala sekolah

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar TRI HASTINI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar TRI HASTINI A PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS III SD NEGERI 02 GONDOSULI, TAWANGMANGU, KARANGANYAR TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras.

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras. SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYA DENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (Makalah disampaikan pada Workshop Penjaminan Mutu) Para Kepala Sekolah Se Kabupaten Karangasem 28 Oktober 2006 ---------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA oleh Naniek Sulistya Wardani Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana wardani.naniek@gmail.com HP 0856 2698 547

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, variabel Motivasi Kerja, dan variabel Harapan Guru dengan Kinerja Guru SMP Negeri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam bidang pendidikan dan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang membawa implikasi terhadap berbagai

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN WIB. 1 diunduh pada tanggal 18 Juli 2012, pukul

A. PENDAHULUAN WIB. 1  diunduh pada tanggal 18 Juli 2012, pukul 1 A. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya. Tidak hanya sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB V P E N U T U P A. Simpulan 1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena sumber daya manusia yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan

BAB V PENUTUP Simpulan BAB V PENUTUP 2.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan studi dokumentasi saat survey lapangan dapat disimpulkan bahwa SMA Kristen 1 Salatiga sudah cukup menjalankan program pendidikan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang begitu penting, dengan mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga mampu bertahan

Lebih terperinci

1. Salah satu yang ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keilmuan (scientific

1. Salah satu yang ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keilmuan (scientific 1. Salah satu yang ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keilmuan (scientific approach). Jelaskan landasan pendidikan apa saja yang relevan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran IPS

Lebih terperinci

Oleh Witantri Daniar NIM

Oleh Witantri Daniar NIM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM SUB POKOK BAHASAN OPERASI BILANGAN KUADRAT DAN AKAR PANGKAT DUA PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklim perkembangan teknologi zaman yang begitu melesat serta

BAB I PENDAHULUAN. Iklim perkembangan teknologi zaman yang begitu melesat serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklim perkembangan teknologi zaman yang begitu melesat serta tuntutan kebutuhan dunia kerja dan usaha yang menghendaki kesempurnaan, tentu saja berakibat timbulnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah konklusi atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis

Lebih terperinci

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN Ismail Hasan A. Keharusan Pendidikan Anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya (berbeda dengan binatang seperti; kura-kura, buaya, kambing, kera,

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Mendikbud: Pembentukan Karakter Harus Menjadi Prioritas     Jakarta, Kemendikbud â Peringatan

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan diuraikan tentang latar belakang mengapa peneliti tertarik untuk menggunakan model Countenance dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi/universitas dihadapkan pada situasi dimana universitas harus mengedepankan lulusan mahasiswa yang berkualitas (memiliki kompetensi). Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa melalui bidang pendidikan. Masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang terjadi dan mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2011: 297) Research and

BAB III METODE PENELITIAN. and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2011: 297) Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2011: 297) Research and Development (R&D) adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI CEPOKOSAWIT II TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI CEPOKOSAWIT II TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI CEPOKOSAWIT II TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016 1 MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016 TANGGAL 2 MEI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah faktor utama dalam membentuk kepribadian manusia dan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012 Donald Samuel Slamet Santosa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : DEWI KUSUMA WATI K7412050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebagai model. Ada 22 modal mengajar yang dikelompokan kedalam 4 hal,

BAB I PENDAHULUAN. bebagai model. Ada 22 modal mengajar yang dikelompokan kedalam 4 hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan keseluruhan dengan guru sebagai pemeran utama. Proses pembelajaran banyak berakar

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 o untuk mengetahui kondisi sekolah terkait dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa jelaslah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (transfer ilmu) kepada siswa. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu

BAB I PENDAHULUAN. (transfer ilmu) kepada siswa. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar menjadi satu alasan perlunya pembaruan di bidang strategi pembelajaran dan cara penyampaian materi (transfer ilmu)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis R&D (Research and Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema pencemaran lingkungan berbasis

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA

Lebih terperinci

KEGAGALAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKANTERHADAP TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL. Jumadi Staf Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UWMY

KEGAGALAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKANTERHADAP TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL. Jumadi Staf Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UWMY KEGAGALAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKANTERHADAP TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL A. Pendahuluan Jumadi Staf Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UWMY Peningkatan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan

Lebih terperinci

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI 79 V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Etika kepemimpinan Jawa, merupakan ajaran-ajaran yang berupa nilainilai dan norma-norma yang bersumber dari kebudayaan Jawa tentang kepemimpinan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and Development (R&D) untuk mengembangkan Subject Specific Pedagogy (SSP) IPA dengan Model Problem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi 162 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan diuraikan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi dan proses pembelajaran serta

Lebih terperinci

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII Rizqi Annisavitri Program Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MODUL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK PENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MODUL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK PENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MODUL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK PENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Luqman Hakim, Joni Susilowibowo, Irin Widayati* *Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG Desain Pembelajaran Penulis: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si Penelaah: Prof. Dr. rer. nat. Sadjidan, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D) BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg&Gall. Menurut Borg&Gall (1983: 772) educational research and development

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan metoda atau model pembelajaran yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran atau sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN EFEKTIF. Riza Aryanto riza2201@yahoo.com riza.ary@gmail.com @riza_ary. PPM School of Management

KEPEMIMPINAN EFEKTIF. Riza Aryanto riza2201@yahoo.com riza.ary@gmail.com @riza_ary. PPM School of Management KEPEMIMPINAN EFEKTIF Riza Aryanto riza2201@yahoo.com riza.ary@gmail.com @riza_ary PPM School of Management Tantangan di Organisasi Mengelola keragaman anggota organisasi Meningkatkan kualitas dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Di setiap lingkungan masyarakat pasti terdapat suatu organisasiorganisasi. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu organisasi tersebut pasti selalu

Lebih terperinci

PERAN SERTA PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT. Abstract

PERAN SERTA PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT. Abstract RUANG KAJIAN PERAN SERTA PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstract The existence of active teenager in society activities is one of the solution as the effort of empowering

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN SENI TRADISIONAL JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN SENI TRADISIONAL JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR Vol.2 No.2 Januari 2017, hal. 34 39 p-issn: 2460-5514 e-issn: 2502-6518 KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN SENI TRADISIONAL JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 Oleh SUGIYARTO NIM : Q.100050189 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sainfik Project Based Learning Pada Pekerjaan Dasar Elektromekanik

BAB I PENDAHULUAN. Desain dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sainfik Project Based Learning Pada Pekerjaan Dasar Elektromekanik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perubahan kurikulum pendidikan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 harus dibarengi dengan usaha peningkatan sarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan dilanjutkan dengan proses analisis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. bahwa karakteristik

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ESTY SETYARSIH

Lebih terperinci

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan OUTLINE Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) Aktifitas PMP Perangkat PMP

Lebih terperinci

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau III. METODE PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Desain (model) pengembangan yang digunakan mengacu pada research

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi perilaku peserta didik, aktivitas yang semula tidak berkaitan menjadi suatu pola yang utuh bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memperihatinkan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab IV, maka kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil belajar Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan melibatkan banyak hal seperti peserta didik, guru, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode, dan lingkungan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Siti Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS atau Social Studies adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 187 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, dapat diajukan empat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang disepanjang hidupnya. Dalam proses belajar melibatkan adanya interaksi antara seseorang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI MENGGUNAKAN SIRKUIT PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 DI SMK NEGERI SE-KOTA MALANG

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI MENGGUNAKAN SIRKUIT PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 DI SMK NEGERI SE-KOTA MALANG PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI MENGGUNAKAN SIRKUIT PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 DI SMK NEGERI SE-KOTA MALANG Ika Ahmad Arif Rohmawan Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu upaya untuk

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu upaya untuk 180 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu upaya untuk menciptakan suasana belajar yang lebih hidup, dalam pembelajaran ini siswa menjadi subyek

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: SITI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas dalam hal ini

Lebih terperinci