BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Leony Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi perilaku peserta didik, aktivitas yang semula tidak berkaitan menjadi suatu pola yang utuh bagi peserta didik, sehingga mencapai hasil belajar yang diinginkan Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Guru dalam proses pembelajaran tidak hanya berguna sebagai pembawa informasi, pengetahuan, ketrampilan yang harus disampaikan kepada peserta didik, akan tetapi guru juga berfungsi sebagai fasilitator dan motifator bagi peserta didik. Guru juga harus menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa, sehingga peserta didik akan merasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Guru harus memahami berbagai pendekatan pembelajaran agar guru mampu membimbing peserta didik secara optimal selama proses pembelajaran. Guru juga dapat menjadikan peserta didik lebih aktif, kreatif, inovatif, dan terampil melalui berbagai pendekatan pembelajaran salah satunya adalah pendekatan ilmiah (scientific). Peran guru sebagai fasilitator yaitu guru membantu peserta didik untuk belajar dan memiliki ketrampilan-ketrampilan sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Sebagai seorang fasilitator guru harus mampu menguasai metode dan model pengajaran dalam dunia pendidikan sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif. Menurut Rogers (dalam Mulyasa,2002:89) guru sebagai fasilitator harus memiliki 7 sikap yaitu tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat, dapat lebih mendengarkan peserta didik tentang aspirasi dan perasaannya, mau dan mampu menerima ide-ide peserta didik, lebih meningkatkan perhatiannya kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat menerima kritik dan saran yang diberikan oleh peserta didik, toleran terhadap kesalahan yang diperbuat oleh peserta didik, dan menghargai prestasi peserta didik. 1
2 Pembelajaran efektif menekankan peserta didik untuk lebih aktif, berfikir kritis, dan menemukan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam pembelajaran efektif, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari pembelajaran serta pembentukan kompetensi, dan karakter (Mulyasa, 2013:79). Peserta didik harus dilibatkan dalam proses tanya-jawab yang terarah, dan mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang diberikan oleh guru, sampai informasi tersebut dapat disampaikan dengan akal sehat. Tujuan belajar matematika untuk semua jenjang pendidikan seperti yang tertera dalam kurikulum pembelajaran matematika adalah menuju pada mengembangkan aktifitas peserta didik dan kemampuan peserta didik dalam mengaitkan mata pelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Winarni,2011:56). Dalam mengatasi hal tersebut, pemerintah memberikan kebijakan dengan menerapkan kurikulum baru bagi dunia pendidikan yang disebut dengan kurikulum Selaras dengan diterapkannya kurikulum 2013 diharapkan dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif, berfikir kritis, logis, analitis, sistematis, kreatif, inovatif, dan terampil dalam memecahkan masalah. Mustafa (Wijayanti, T, 2011:89) menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, ukuran, metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sehingga dalam mempelajari matematika dibutuhkan penguasaan konsep yang lebih baik agar peserta didik dapat memecahkan masalah. Siswono (2008:105) mendefinisikan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu upaya peserta didik untuk merespon atau mengatasi suatu jawaban yang belum tampak jelas. Dalam memecahkan suatu masalah seorang peserta didik perlu memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut : kemampuan empiris (kemampuan menghitung), kemampuan aplikatif untuk menghadapi situasi yang umum,dan kemampuan berfikir untuk menghadapi situasi yang tidak biasa. Polya (2003:34) menjelaskan ada 4 langkah yang harus 2
3 dilakukan dalam menyelesaikan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) menyelesaikan rencana penyelesaian, (4) memeriksa kembali. Agar 4 langkah tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya peran guru sebagai fasilitator untuk mendampingi peserta didik dalam bekerja. Guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang maksimal agar mampu mewujudkan keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang relevan dengan kebijakan kurikulum 2013 sebagai kurikulum baru dalam pembelajaran matematika. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendekatan ilmiah (scientific) karena pendekatan ilmiah (scientific) dapat digunakan sebagai kunci dalam perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific), untuk ranah sikap mencakup materi ajar agar peserta didik tahu mengapa, sedangkan untuk ranah ketrampilan mencakup materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, dan untuk ranah pengetahuan mencakup materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan peningkatan keseimbangan antara soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan Mts Muhammadiyah 1 Malang tanggal 10 Mei 2014 pada kelas VII menunjukkan bahwa: pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam dan memberi motivasi kepada peserta didik, kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah sudah mempelajari bahan yang akan dipelajari pada saat itu. Ketika peserta didik sudah siap selanjutnya guru menyampaikan pembelajaran dengan jelas, kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah ada yang kurang jelas materinya. Selama proses menjelaskan materi, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui daya ingat peserta didik serta untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Ternyata tingkat keaktifan peserta didik masih kurang, 3
4 karena ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan hanya beberapa peserta didik yang menjawab. Kebanyakan peserta didik hanya diam ketika guru memberikan beberapa pertanyaan. Setelah itu guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Kemudian guru memberikan 2 soal kepada peserta didik untuk dikerjakan didepan kelas. Dari 23 peserta didik hanya beberapa peserta didik yang mengangkat tangan untuk mengerjakan soal didepan kelas. Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal didepan kelas, guru secara bersama-sama membahas jawaban dari peserta didik. Kemudian guru membentuk kelompok untuk mengerjakan latihan soal sebagai pengayaan materi yang disampaikan. Ketika peserta didik sudah selesai mengerjakan latihan soal, guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan jawaban sebagai tambahan nilai, kemudian guru mengakhiri pelajaran dengan menutup salam. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa sekitar 9 peserta didik dari 23 peserta didik sudah terlihat aktif, dalam artian peserta didik sudah mendengarkan, memperhatikan, mencatat materi yang dijelaskan, bertanya kepada guru ketika ada yang kurang jelas, berani mengerjakan soal yang diberikan didepan kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik lainnya ada yang terlihat asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, mencoret-coret buku, mengantuk, keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung. Hasil wawancara dengan guru matematika didapatkan hasil bahwa selama proses pembelajaran berlangsung guru sudah menerapkan metode pembelajaran ceramah, diskusi, tanya jawab, STAD, jigsaw. Guru belum berani menerapkan metode pembelajaran yang lebih banyak karena terbatasnya sarana dan prasarana yang ada disekolah, juga terbatasnya alat peraga sebagai pendukung metode yang akan digunakan. Akan tetapi, dalam menerapkan kurikulum 2013 selama proses pembelajaran guru belum menggunakan pendekatan ilmiah karena kemampuan peserta didik belum maksimal. Untuk kemampuan pemecahan masalah peserta didik dapat dikategorikan sedang dalam artian hanya beberapa peserta didik yang dapat memahami dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan banyak 4
5 peserta didik yang masih belum memahami masalah yang diberikan beserta masih merasa bingung dalam menemukan jawaban dari masalah yang diberikan. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa guru sudah menggunakan metode pembelajaran yang cukup banyak yaitu metode diskusi, tanya jawab, ceramah, STAD, jigsaw. Tetapi guru belum menerapkan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran dan juga belum menerapkan metode penemuan. Sebanyak 9 peserta didik sudah terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran, dalam artian peserta didik sudah mendengarkan, memperhatikan, mencatat materi yang dijelaskan, bertanya kepada guru ketika ada yang kurang jelas, berani mengerjakan soal yang diberikan didepan kelas selama proses pembelajaran berlangsung dan sebanyak 14 peserta didik yang kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik sudah dapat dikategorikan sedang. Sejalan dengan pembelajaran matematika yang telah berlangsung, guru sudah berusaha meningkatkan keaktifan peserta didik, tetapi perlu adanya peningkatan agar peserta didik dapat berfikir kritis, logis, analitis, sistematis, kreatif, inovatif, dan terampil dalam memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran seharusnya guru lebih dapat memilih metode yang baik untuk digunakan sehingga guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator bukan sebagai objek dari pembelajaran. Padahal untuk saat ini sudah banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang menekankan peserta didik untuk terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Guru harus memahami pentingnya melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dengan begitu guru dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan berbagai pendekatan dan metode termasuk pendekatan ilmiah (scientific) dengan metode pembelajaran Discovery Learning. Pada kurikulum 2013 ini pembelajarannya merupakan proses ilmiah. Oleh karena itu kurikulum 2013 lebih menekankan penggunaan pendekatan ilmiah (scientifict) dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pendekatan ilmiah 5
6 (scientifict) diyakini sebagai pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan ilmiah (scientifict) lebih merujuk kepada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific) itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific), retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar persen (Kemendikbud: 2013). Sedangkan hasil penelitian Fauziah, dkk (2013) diketahui bahwa tahap-tahap pendekatan ilmiah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap kemampuan soft skill peserta didik. Kurikulum 2013 memiliki beberapa tuntutan dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah tuntutan untuk menggunakan pendekatan ilmiah (scientifict) dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pendekatan ilmiah (scientifict) dalam proses pembelajaran harus diikuti dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah seperti metode inquiry, grup investigation, problem possing, problem solving, discovery learning, dan lain-lain. Dari beberapa metode pembelajaran tersebut, terdapat satu metode pembelajaran yang tepat dengan pendekatan ilmiah yaitu metode discovery learning. Discovery learning atau pembelajaran penemuan adalah proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menemukan konsep-konsep baru dalam proses belajar-mengajar sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahan sendiri. Peserta didik mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, landasan pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar bisa lebih 6
7 mudah diingat dan dihafal, serta mudah ditransformasikan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan Discovery Learning menuntut keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dalam discovery learning peserta didik akan mengalami langsung sebuah konsep atau prinsip sebagai landasannya. Melalui konsep dan prinsip ini, akan tumbuh suatu pemahaman yang membuat peserta didik dapat menarik kesimpulan secara sistematis, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban-jawaban penting dari persoalan yang diberikan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam discovery learning, cara tersebut antara lain adalah: berdiskusi, bertanya, melakukan pengamatan (observation), mengadakan percobaan (experiment), menstimulasi, melakukan penelitian, dan memecahkan masalah. Hasil penelitian oleh Rahmawati,A.D (2011) di SMP N 2 Kalibawang menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode discovery learning dapat meningkatkan kretifitas siswa kelas VIII A SMP N 2 Kalibawang pada siklus 1 sampai siklus 2. Peningkatan tersebut ditunjukkan sebagai berikut : aspek kelancaran meningkat dari 64,22% menjadi 73,67%, aspek fleksibel/berpikir luwes meningkat dari 49,53% menjadi 67,5%, aspek orisinal meningkat dari 51,95% menjadi 62,81%, aspek elaborasi/ketrampilan merinci meningkat dari 58,62% menjadi 73,28%, dan semua aspek kreativitas siswa tersebut tergolong dalam kriteria tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan diterapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode discovery learning dalam pembelajaran matematika. Dengan diterapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga perlu adanya penelitian tentang Penerapan Pendekatan Ilmiah (Scientific) Menggunakan Model pembelajaran Discovery Learning pada Pembelajaran Matematika Kelas VII di Mts Muhammadiyah 1 Malang. 7
8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas VII Mts Muhammadiyah 1 Malang, diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Guru menggunakan 5 metode yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab, STAD, dan jigsaw. Belum menerapkan pendekatan ilmiah dan model pembelajaran penemuan untuk kemampuan pemecahan masalah peserta didik 2. Sarana dan prasarana juga media pembelajaran masih kurang memadai 3. Peserta didik kurang percaya diri 4. Tingkat keaktifan peserta didik masih dalam kategori sedang, sekitar 42,11% dari 23 peserta didik yang sudah mulai aktif atau sekitar 9 peserta didik yang sudah mulai aktif 5. Tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik dikategorikan sedang 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah : 1. Bagaimana penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran matematika? 2. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran matematika? 3. Bagaimana tingkat aktivitas siswa pada penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran matematika? 8
9 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penegasan istilah yang digunakan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Keaktifan peserta didik dalam penelitian ini terfokus pada kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), mengkomunikasikan (communicating) 2. Langkah pemecahan masalah menggunakan langkah Polya yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) menyelesaikan rencana penyelesaian (4) memeriksa kembali 3. Materi difokuskan pada pokok bahasan segiempat 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan : 1. Penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran matematika 2. Tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran matematika 3. Tingkat aktivitas siswa pada penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran matematika 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik Penggunaan metode discovery learning dalam pendekatan ilmiah (scientific) dapat membuat peserta didik lebih aktif, lebih berfikir kritis, mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, juga discovery learning dapat menarik perhatian peserta didik dan memungkinkan 9
10 membantu peserta didik dalam membentuk konsep konsep abstrak yang mempunyai makna. 2. Bagi guru mata pelajaran Guru dapat menggunakan metode discovery learning sebagai salah satu metode pembelajaran yang cocok dalam kurikulum 2013 yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Juga guru dapat menggunakan discovery learning sebagai metode alternatif yang dapat ditambahkan dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat membantu guru lebih berfikir kreatif agar pembelajaran dapat berpusat kepada siswa atau student centered learning. 3. Bagi sekolah Sekolah dapat menjadikan metode discovery learning sebagai metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 sehingga kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar. Juga sekolah dapat menggunakan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki system pembelajaran agar pembelajaran lebih baik lagi. 4. Bagi peneliti Peneliti dapat memahami dengan baik bahwa penggunaan metode discovery learning dapat membantu siswa lebih berfikir kritis dan metode discovery learning sangat cocok untuk kurikulm Sehingga penerapan pendekatan ilmiah (scientific) dengan discovery learning dapat berjalan dengan lancar. 5. Bagi peneliti lain Penerapan pendekatan ilimiah (scientific) menggunakan metode discovery learning dapat menambah wawasan peneliti lain yang akan melakukan penelitian lain sehingga penelitian ini dapat menjadi lebih sempurna. 1.7 Definisi Operasional Istilah istilah dalam penelitian ini harus diberi ketegasan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Istilah istilah penting tersebut adalah sebagi berikut : 10
11 1. Pendekatan ilmiah (scientific) adalah pendekatan yang merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya 2. Discovery Learning atau metode penemuan merupakan proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menemukan konsepkonsep baru sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahan sendiri, sehingga dapat meningkatkan kemampuan skill mereka. 3. Keaktifan peserta didik adalah kegiatan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mencoba kemudian mengolah data, menalar,menyimpulkan dan mengkomunikasikan. 4. Pemecahan masalah merupakan suatu upaya peserta didik untuk merespon atau mengatasi suatu jawaban yang belum tampak jelas dari masalah matematika melalui beberapa langkah yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) menjalankan rencana penyelesaian dan (4) memeriksa kembali 11
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Majid, 2014:15). Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan menggunakan angka-angka dan rumus-rumus. Dari hal ini muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, siswa, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan lainlain. Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggara pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika juga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI
PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI MTs AL IMAN BABADAN PONOROGOTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Choyul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keaktifan belajar pada hakekatnya merupakan pencerminan dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar seorang siswa, semakin baik pula prestasi belajar yang diperolehnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik (Beth & Piaget
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perbaikan dalam mengembangkan kurikulum sebagai pedoman dalam mengajar. Perbaikan kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang, dimana pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciNaskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN (PTK pada Siswa Kelas VIIB Semester Gasal SMP Muhammadiyah 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dalam dunia globalisasi yang penuh dengan tantangan dan permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan proses dan unsur dasar dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses belajarlah yang menjadi kegiatan paling pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika dipelajari oleh semua siswa dari tingkatan SD hingga SMA dan bahkan sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, karena melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Geometri Ruang 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata Kunci: karakter, pendekatan saintifik
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SAINS MENYONGSONG GENERASI EMAS INDONESIA Ida Mintarina Nulfita, M.Pd, SMAN 1 Padangan Bojonegoro, 62162 Email: idaersyat@yahoo.co.id Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI
ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI Febry Fahreza 1) 1) Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Meulaboh email: fahrezza25@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Umum : Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang mendapat masalah sesuai kemampuannya. Setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah merupakan sebuah kata yang hampir tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Namun, sesuatu dapat menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang menyikapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap, nilai-nilai pembentukan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Melalui pendidikan dapat dibentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha. pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan sesuatu yang penting dalam setiap pembelajaran di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan pembelajaran di sekolah sangat diharapkan dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dari segala segi. Pembelajaran berasal dari kata instruction
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Lingkaran 1 Alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran disekolah sering dijumpai beberapa masalah. Baik masalah internal maupun masalah eksternal dalam proses belajar mengajar. Masalah internal
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 4 (empat) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Transformasi 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Swastya Dyah Kartikarini SMK Purnama Mandiri RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SMK Kelas/Semester : X/ Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Relasi dan Fungsi Alokasi Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciRumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih
memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan dan menumbuhkan potensi-potensi baik jasmani maupun rohani, yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Peluang 1 Alokasi
Lebih terperincibenar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata, namun memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar dapat menjadikan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Matriks 2 Alokasi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PBL DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT (PTK pada siswa kelas VIIB semester genap SMP Negeri 1 Sambi tahun ajaran 2013/2014)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh semakin pesat. menuntut semua pihak khususnya Lembaga Pendidikan untuk meningkatkan dan mengembangkan Sistem
Lebih terperinciKebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1
Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1 Dasar Hukum Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan manusia yang berkualitas adalah manusia yang bisa bersaing di dalam arti yang baik. Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 4 (empat) : Matematika : Umum :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Proses belajar yang diterapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciJETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII MTs NEGERI JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang memiliki peranan sangat penting untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini sejalan dengan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dikatakan bahwa:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai suatu metode pembelajaran yang dapat melatih siswa memecahkan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang dari guru, suatu fenomena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas menjadi satu antara materi kimia, fisika dan biologi.
Lebih terperinciFitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah
EFEKTIFITAS PROBLEM BASE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF LEARNING UNTUK MEMAHAMKAN OPERASI ALJABAR BAGI SISWA SMP N 3 BUNGURAN TIMUR, NATUNA, KEPULAUAN RIAU KELAS VIII SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Lebih terperinciUsulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih
Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 3 PATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan
Lebih terperinciBAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi pada dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi pada dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan penghubung antar manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang yang mempunyai kemampuan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : X / 2 (dua) : Matematika : Umum : Limit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber
Lebih terperinciKeberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sebagai pendidik yang profesional sesungguhnya sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan di sekolah. Peranan guru sebagai pendidik yang profesional sesungguhnya sangat komplek, tidak terbatas hanya dalam proses
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara (Munandar, 2009:
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (Lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Transformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pengajaran proses belajar merupakan unsur yang sangat penting, kegiatan mengajar akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan SDM, salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan harus mampu mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinci