VISKOSITAS MOONEY KARET ALAM. REFRIZON, S.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VISKOSITAS MOONEY KARET ALAM. REFRIZON, S.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara I."

Transkripsi

1 VISKOSITAS MOONEY KARET ALAM REFRIZON, S.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Salah satu kelemahan pokok karet alam dibandingkan dengan karet sintetis adalah nilai viskositas Mooneynya sangat bervariasi sehingga menyulitkan konsumen dalam membuat kompon barang jadi karet, khususnya ban. Sehingga perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa setiap konsumen (pabrik ban) menghendaki nilai viskositas Money dari SIR-20 (Standard Indonesian Rubber) pada jarak tertentu, misalnya Goodyear antara 65-75, Michelin 80-85, Yokohama 75-85, dan Aliance (4). Hal ini menunjukkan bahwa setiap konsumen menginginkan konsistensi nilai viskositas Mooney dari produsen karet, atau dengan kata lain setiap konsumen menghendaki kemantapan nilai viskositas Mooney dari produsen karet. Beberapa kemungkinan alasan konsumen menghendaki nilai viskositas Mooney yang mantap adalah pengujian untuk mendapatkan nilai viskositas Mooney lebih mendekati processability di pabrik ban dibandingkan dengan nilai Po (plastisitas). Hal ini disebabkan pengujian viskositas Mooney dilakukan dengan proses shearing (gesekan) yang mirip dengan proses pencampuran karet dan bahanbahan lain dalam pembuatan kompon karet dibandingkan dengan pengujian Po yang hanya berdasarkan pampatan (tekanan) terhadap sampel karet dan hasilnya diperoleh dari perbandingan antara keping uji sesudah dan sebelum pemampatan. Juga dalam pembuatan kompon dikehendaki nilaiviskositas Mooney tertentu supaya pencampuran antara dua jenis karet atau lebih yang berbeda dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan energi yang banyak. Karet viskositas Mooney mantap dikehendaki oleh konsumen sebab dengan viskositas mantap tidak diperlukan proses premastikasi yang memerlukan energi sebesar 33-35% dari total energi yang diperlukan untuk pembuatan kompon barang jadi karet. Dengan adanya proses tanpa premastikasi akan meningkatkan hampir dub kali hasil kapasitas (output) dalam pencampuran kompon. Disamping itu juga akan meningkatkan konsistensi dalam pencampuran kompon (masterbatch) dan viskositas dari karet komponnya. Dampaknya akan mengurangi kegagalan mutu (scrap) selama pengolahan menjadi barang jadi karet (5). Dengan adanya kecendrungan permintaan kensumen terhadap hasil pengujian terhadap nilai viskositas Mooney untuk jenis SIR-20, hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan permintaan konsumen terhadap karet viskositas mantap. Dalam tulisan ini dikemukakan tinjauan tentang viskositas Mooney sejak dari pengertian viskositas Mooney sampai pada cara pengukurannya, terjadinya reaksi storage hardening, kemungkinan-kemungkinan penyebab dan cara penanggulangan reakasi storage hardening. II. VISKOSITAS MOONEY 2.1. Pengertian Viskositas Mooney Viskositas Mooney karet alam (Hevea Brasiliensis) menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai 2003 Digitized by USU digital library 1

2 molekulnya (7). Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran dengan kata lain karetnya semakin viskous dan keras. Dalam pembuatan ban karet alam dengan 8 M tinggi cukup menarik karena sifat fisika ban yang dihasilkan seperti daya kenyal, tegangan tarik, perpanjangan putus dan sebagainya cukup baik. Tetapi energi yang dibutuhkan untuk melumat karet dengan BM tinggi cukup besar sehingga kurang menguntungkan. Sebaliknya hidrokarbon karet dengan BM rendah membutuhkan energi yang lebih sedikit jumlahnya pada proses pembuatan ban, tetapi sifat fisika yang dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu karet alam dengan BM yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat dengan sifat fisika yang unggul. Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang (cross linking reaction) yang terjadi, sehingga akan meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam Cara Pengukuran Viskositas Mooney Pengukuran viskositas Mooney dilakukan dengan Mooney viscometer, yaitu berdasarkan pengukuran gesekan (shearing) rotor (torque) pada karet padat yang berfungsi sebagal tahanan dengan meletakkan sampel karet di atas dan di bawah rotor yang dapat berputar. Sebelum motor dijalankan dipanaskan selama 1 menit. Kemudian motor dijalankan den rotor akan berputar. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor di dalam sampel karet dapat dibaca pada skala. Pembacaan dilakukan setelah 5 menit. Bila pada skala tercatat 55 artinya viskositas Mooney adalah 55 dan ditulis viskositas karet = 55 ML. 1 (100 C, 5'), dengan pengertian satuan sebagai berikut: M = Mooney L = Large rotor (rotor ukuran besar) 1 = pemanasan pendahuluan 1 menit 100 C = suhu yang dipakai untuk pengujian 5' = pembacaan 5 menit setelah rotor dipanaskan dan dijalankan. Nilai viskositas Mooney yang didapat berlawanan dengan nilai plastisitas, sebab semakin plastis sampel karet yang diuji maka semakin cepat rotor berputar, yang berarti tenaga yang dibutuhkan untuk memutar rotor semakin kecil, hal ini menunjukkan viskositasnya rendah. Jadi pengukuran viskositas Mooney ini sama dengan pengukuran gesekan antara rotor oleh suatu tenaga dengan karet sebagai tahanannya. Di lain pihak jika viskositas tinggi berarti karet keras atau kurang plastis yang menghasilkan tahanan kuat akibatnya rotor berputar lambat dan memerlukan tenaga yang besar. Sebaliknya jika viskositas rendah berarti karet lunak atau lebih plastis, sehingga tahanan lemah akibatnya untuk memutar rotor hanya diperlukan tenaga yang kecil. Mooney viskomemer pada dasarnya adalah alat untuk mengukur aliran shear viscocity yang dirancang pada ML (1+4) dengan strain rate : ±1,5/detik setelah pemanasan pendahuluan pada suhu 100 C selama 1 menit, kemudian dilanjutkan periode shear selama 4 menit. Pengukuran aliran dilakukan selama kompresi sederhana pada suhu C. Stress adalah intensitas pada suatu titik dalam suatu benda oleh gaya-gaya internal atau kompnen-konponen suatu gaya yang bekerja pada suatu bidang lewat titik tersebut. Stress dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Starin adalah perubahan satuan oteh gaya dalam ukuran atau bentuk dari suatu benda yang mengacu ke bentuk atau ukuran semula. Strain dinyatakan dalam perpanjangan dibagi panjangan semula. Mooney viscometer ini sebenamya mengukur aliran secara kasar berdasarkan sifat aliran dengan kecepatan strain rendah. Hubungan antara viskositas Mooney dan 2003 Digitized by USU digital library 2

3 shear stress tergantung dari jenis mutu karet alam. Sampel dari jenis mutu karet yang berbeda dengan nilai viskositas Mooney yang sama ternyata menunjukkan perbedaan sifat aliran pada kecepatan shear yang tinggi. Gesekan sampel karet oleh rotor dalam pengujian viskositas Mooney dapat juga digunakan untuk mengukur stress relaksasi (1). Dan dalam kejadian ini pengaruh thixotropy (breakdown dalam struktur) dapat dikurangi dengan lamanya perlakuan shearing. Stress relaksasi merupakan pengukuran langsunguntuk mengetahui respon sebagian elastisisitas dari suatu bahan. Stress relaksasi adalah bahan yang diberikan perlakuan shear stress dan stress tersebut dibiarkan relax pada strain yang konstan. Jadi secara tidak langsung pengukuran viskositas Mooney merupakan pengukuran respon sebagian elastisitas karet mentah. Untuk lebih mengetahui hubungan antara viskositas dan elastisitas perlu diketahui sifat fisika karet mentah Sifat fisika karet Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/gaya/stress disebabkan oleh dua hal (8), yaitu : 1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poliisoprene, seperti terlepasnya benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendah/kecil. 2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan monomer yang lain saling tindih menindih akan membentuk lingkungan yang kristal. Hal ini terjadi pada stress yang tinggi, yang disebut dengan stress crystallisation. Lingkungan/daerah yang menjdi kristal ini akan menghasilkan tensile strength yang tinggi di dalam karet. Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversibel dan dihitung sebagai aliran dingin (cold flow) dari karet mentah, sedangkan elastisitas, mengukur energi yang segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energi kepadanya. Elastisitas menunjukkan hubungan jarak diantara ujung-ujung rantai poliisoprene, lebih tepatnya akar kuadrat dari rata-rata jumlah jarak kuadrat antara ujung-ujung rantai akhir (8). Komponen elastisitas adalah reversibel dan dihitung/dinilai sebagai pantulan (bounche) karet. Sifat elastisitas karet dapat diperlihatkan dengan pegas (spring) yang mengikuti hukum hooke yaitu deformasi elastis terjadi dalam waktu sebentar dan tidak tergantung waktu Visko-elastis Semakin panjang rantai poliisoprene karet dengan sendirinya akan semakin sulit terjadinya pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruh rantai monomer, jadi secara keseluruhan viskositasnya akan tinggi. Akibatnya hanya akan terjadi aliran/deformasi yang kecil dan bahan tersebut dikatakan mempunyai elastisitas tinggi. Sebaliknya jika rantai poliisoprenenya pendek, maka dengan sendirinya akan mudah terjadi pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruhnya, jadi viskositasnya rendah, sehingga akan mudah terjadi aliran bahan tersebut dan bahan akan kurang elastis atau lebih plastis. Sifat viskoelastis ditunjukan oleh keseluruhan deformasi (perubahan bentuk) baik yang statik maupun dinamik. Deformasi dapat terjadi karena tegangan (tension), tekanan (compression), atau shear, atau kombinasi dari dua atau tiga penyebab tersebut. Sifat bahan viskoelastis adalah ketika shear stress dihilangkan, strain didalam bahan tersebut tidak segera dan tidak dapat kembali kebentuk semula Digitized by USU digital library 3

4 Dari keterangan-keterangan tersebut diatas dapat diambil generalisasi sebagai berikut : 1. Semakin tinggi kecepatan deformasi, karet akan semakain elastis; contoh: terjadinya pantulan bola. 2. Semakin rendah kecepatan deformasi, karet akan semakin plastis; contoh: terjadinya perubahan bentuk bandela selama penyimpanan karena disusun tindih menindih ketas. 3. Semakin tinggi suhu karet akan semakin plastis; contoh : mastikasi karet mentah dalam keadaan panas akan lebih mudah dalam melakukan pencampuran bahan. 4. Semakin rendah suhu karet akan semakin elastis; contoh : mastikasi karet mentah dalam keadaan dingin akan menyulitkan proses pencampurannya. III. REAKSI STORAGE HARDENING Selama pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan dari negara produsen ke negara konsumen, viskositas Mooney karet alam akan mengalami kenaikan secara spontan dan irreversibel sehingga karet menjadi lebih keras. Gejala ini disebut storage hardening yang terjadi karena reaksi ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai poliisoprene (1-6 per-rantai) dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada didalam bahan bukan karet (8). Teori lain mengatakan bahwa karet alam mengalami pengerasan. selama penyimpanan karena terbentuknya gel secara periahan-lahan. Terbentuknya gel ini dihasilkan dari ikatan silang rantai polimer secara alami dan karena adanya gugus aldehida abnormal yang reaktif. Reaksi ikatan silang antara gugus aldehida berjalan lamban dan sangat dipengaruhi oleh tingkat kadar air yang terdapat dalam karet tersebut. Semakin kering akan semakin dipercepat terjadinya reaksi ikatan silang gugus aldehida tersebut (2) Mekanisme reaksi storage hardenig Storage hardening (pengerasan karet selama penyimpanan) ditunjukkan dengan kenaikan nilai viskositas Mooney, sebenarnya merupakan suatu proses yang kompleks sebab melibatkan beberapa tipe mekanisme yang sampai saat ini belum jelas dan pasti penyebabnya. Selama puluhan tahun dilakukan penelitian tentang storage hardening hanya beberapa proses karakteristik yang sudah dapat diidentifikasi secara jelas yaitu: 1. Proses storage hardening akan dipercepat pada kondisi kelembaban yang rendah. Hal ini yang mendorong dikembangkan pengujian pengerasan selama penyimpanan yang dipercepat atau Accelerated Storage Hardening Test (ASHT) dengan menggunakan bahan kimia P yang menyerap air (9). ASHT adalah mengukur jumlah maksimum karet menjadi keras (hardenig) selama penyimpanan pada kondisi normal. Jadi apabila suatu sampel karet mempunyai nilai kenaikan ASHT sebanyak 8 unit atau kurang (setara dengan kenaikan nilai V R sebanyak 9-12 unit), akan dinyatakan sebagai karet viskositas mantap. Namun dalam kondisi penyimpanan yang sebenarnya kenaikan nilai V R akan jauh lebih kecil dari 9-12 unit. Misalkan SMR CV (viskositas mantap) yang telah disimpan selam 5 tahun hanya mengalami kenaikan nilai V R sebanyak 4-8 unit sedangkan SMR L (viskositas tidak mantap) mengalami kenaikan sebanyak unit (13). 2. Beberapa regensia yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamin dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke dalam lateks dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya (pembekuan) (10) Digitized by USU digital library 4

5 3. Proses storage hardenig dikatalisa oleh adanya asam-asam amino di dalam lateks (3) Hipotesis untuk menjelaskan mekanisme terjadinya reaksi storage hardenig adalah karena ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai poliisoprene dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada di dalam bahan bukan karet atau yang terdapat pada rantai poliisoprene yang lain. Reaksi yang mungkin adalah sebagai berikut (7): Kemungkinan lain adalah reaksi antara gugus aldehida dan α-metil dari rantai utama poliisoprene : Usulan lain mekanisme storage hardenig menyatakan bahwa storage hardenig adalah ikatan silang ion (ionic crosslinks) yang sangat dipengaruhi oleh uap air di dalamnya. Pengeringan karet yang bertujuan untuk menghilangkan air akan menyebabkan bertambahnya intensitas interaksi ion sehinggaeningkatkan densitas ikatan silang (2). Selama penyimpanan dalam keadaan kering, reaksi ikatan silang yang terjadi akan semakin dipercepat sampai jenuh (maksimum). Hal inilah yang menyebabkan disebut dengan storage hardenig Pengertian Mikrogel dan Makrogel Perbedaan kekerasan dan viskositas Mooney dari klon karet pada okoknya disebabkan adanya pembentukan gel (8). Gel biasanya didefinisikan ebagai dispersi cairan di dalam zat padat, tetapi di daiam industri karet gel apat diartikan sebagai storage hardening. Gel terjadi karena adanya ikatan silang secara spontan di dalam polimer karet alam mentah. Ikatan silang tersebut erbentuk secara alami karena adanya gugus aldehida abnormal di dalam karet. Mula-mula ikatan silang terjadi di dalam individu partikel karet pada waktu ateks masih di dalam pohon (intra particle crosslinks) yang disebut dengan nikrogel (8). Ikatan silang berikutnya terjadi di dalam keseluruhan struktur karet selama pengeringan dan penyimpanan, yang disebut dengan makrogel yaitu antara gugus aldehida dengan gugus aldehida yang terkondensasi. Nilai Po (Plastisitas awal) dipengaruhi oleh sebagian besar mikrogel dan sebagian kecil makrogel, sedangkan kenaikan nilai V R (viskositas Mooney) yang tidak terkendalikan selama pengangkutan karet ke negara konsumen disebabkan oleh pembentukan makrogel. Mikrogel melarut dalam pelarut dan tidak tampak dengan mata telanjang. Mikrogel tersebar merata seperti cahaya dan larutan yang mengandung mikrogel dalam konsentrasi tinggi akan kelihatan keruh (opacity), 2003 Digitized by USU digital library 5

6 sedangkan makrogel tidak melarut dalam pelarut dan terlihat sebagai bentuk karet yang menggembung serta mengambang, jika karet kering dilarutkan dalam pelarut. Untuk jenis klon yang mempunyai nilai V R mula-mula rendah akan mengalami kenaikan nilai V R yang lebih banyak dibandingkan dengan yang mula-mula mempunyai nilai V R tinggi, karena lebih banyak mengandung gugus aldehida (12) Cara pengujian pengerasan selama penyimpanan yang dipercepat Untuk mengetahui tingkat pertambahan ikatan silang selama penyimpanan dilakukan uji pengerasan selama penyimpanan yang dipercepat, Accelerated Storage Hardening Test (ASHT), yaitu dengan mengukur selisih plastisitas mula-mula dengan plastisitas karet setelah disimpan pada kondisi yang diatur memiliki kelembaban yang sangat rendah dengan menggunakan bahan kimia P yang bersifat menyerap air. Pengukuran plastisitas dilakukan dengan Plastimeter Wallace, yaitu mengukur kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu dan suhu tertentu. Plastisitas awal (Po) adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Plastisitas akhir (Pa) adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan di dalam botol yang didalamnya diisi 6 gram P 2 O 5 dan berpenyekat aluminium. Karet diletakkan diatas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan didalam oven pada suhu 60±1 C selama 24±1 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven dan dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendinginan sebelum diuji plastisitasnya dengan Plastimeter Wallace seperti pengujian Po. Hasil inilah yang dibaca sebagai plastisitas akhfr (Pa). Hasil pengukuran ASHT adalah : ASHT ( P) = Pa Po IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI STORAGE HARDENING DAN CARA MENANGGULANGINYA Terjadinya kenaikan nilai viskositas Mooney sebenarnya sudah dimulai sejak lateks keluar dari pohon karena adanya aktifitas mikroorganisme yang menguraikan protein dan karbohidrat. Dengan teruarainya protein menjadi asam-asam amino akan mengkatalisa terjadinya reaksi ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai poliisoprene dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada di dalam bahan bukan karet atau yang ada pada rantai poliisoprene yang lain, yang berakibat nilai viskositas Mooney mengalami kenaikan. Pada koagulum kebun dimana aktivitas mikroorganisme berlangsung terus, reaksi ikatan silang tersebut berjalan terus walaupun tidak cepat karena terhalang oleh adanya air. Kemudian selama pengeringan (setelah diremahkan) kecepatan reaksi ikatan silang gugus aldehida akan dipercepat karena berkurangnya kadar air Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi storage hardening Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi storage hardening sehingga juga mempengaruhi viskositas Mooney karet alam adalah jenis klon, cara pembekuan, lama penyimpanan koagulum, suhu penegeringan dan suhu bandela. Jenis klon Setiap klon mepunyai gugus aldehida yang berbeda-beda jumlahnya. Semakin banyak jumlah gugus aldehida yang terdapat pada setiap rantai poliisoprene maka kenaikan nilai viskositas Mooney akan dipercepat (12). Jarak viskositas Mooney dari tiap-tiap klon karet juga berbeda-beda dan tidak tetap, tergantung pada jenis klon dan juga keadaan cuaca pada saat lateks disadap. Misalkan klon GT 1 termasuk jenis klon yang direkomendasikan untuk 2003 Digitized by USU digital library 6

7 pembuatan/produksi karet viskositas mantap karena mempunyai nilai viskositas Mooney V R sedang yaitu antara Untuk memproduksi SIR-3CV yang hasilnya konsisten diperlukan pengecekan secara periodik terhadap nilai V R dari setiap klon yang digunakan sebagai sumber lateks terutama pad a saat terjadi pergantian musim dan mencampur (blending) berdasarkan kepada berat karet kering serta nilai V R dari setiap klon/afdeling sampai tercapai nilai V R antara Cara pembekuan Proses dan ph pembekuan dapat mempcngaruhi kenaikan nilai V R. Pembekuan dengan asam akan mempunyai nilai V R yang paling rendah dan pembekuan secara alami mepunyai nilai V R yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pembekuan dengan menggunakan panas dan penambahan mikroba luar. Nilai V R yang tinngi pada koagulum kebun ini diduga karena proses pembekuannya tidak serentak dan tidak merata, serta telah terjadi reaksi ikatan silang antara gugus aldehida. Maka dalam pengolahan karet viskositas mantap dianjurkan untuk menggunakan ph pembekuan antara 4,5-5,5 sebab pada ph ini hanya akan terjadi kenaikan nilai V R sebanyak 0-3 unit. Lama penyimpanan koagulum dan remah karet Lama penyimpanan koagulum dan remah karet sebelum diproses dapat menaikkan nilai V R. Dalam bentuk remah karet akan lebih cepat mengalami kenaikan nilai V R dibandingkan dalam bentuk koagulum karena kadar airnya lebih sedikit (2;8). Perbedaan lama penyimpanan koagulum di tempat/kebun petani akan menyebabkan bervariasinya nilai V R koagulum kebun. Nilai V R dari karet SIR-20 tinggi dan bervariasi yaitu antara karena diolah dari koagulum kebun yang telah mengalami penyimpanan yang lama dan dengan waktu yang bervariasi pula di tempat petani karet. SIR-20 juga diolah dari lembaran (blanket) krep mengalami proses penggantungan di udara terbuka sebelum diremahkan. Pengantungan lembaran krep (pre drying) biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya noda/bintik-bintik putih (white spot) pada karet keringnya, mempercepat proses pengeringan di alat pengering (dryer), menaikkan nilai Po dan V R, dan mempertahankan nilai PRI tetap tinggi. Proses penggantungan tersebut dapat manaikkan Po dan V R diduga karena prosesnya mirip dengan proses storage hardening. Oleh karena itu dalam pengolahan karet viskositas mantap dianjurkan untuk segera mengolah koagulum dan remah karet, penggantungan blanket krep harus berdasarkan percobaan pendahuluan dengan memperhatikan kenaikan nilai Po dan V R dibandingkan dengan nilai PRI yang diperoleh. Suhu pengeringan Pada waktu remah karet dipanaskan, akan terjadi dua rekasi yaitu reaksi ikatan silang gugus aldehida dan reaksi oksidasi yang memutuskan rantai molekul karet. Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan nilai V R karet tergantung dari kecepatan reaksi antara kedua reaksi tersebut. Biasanya pengeringan pada suhu tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai V R, karena pada suhu tinggi dan waktu lama terjadinya pemutusan molekul karet akan lebih cepat dibandingkan dengan reaksi ikatan silang gugus aldehida (8). Dampak dari pengeringan pada suhu tinggi dan waktu yang lama adalah PRI akan turun jatuh yang ditandai dengan karet mejadi lunak dan lembut. Jadi perlu dicari suhu yang optimal (biasanya antara C) supaya didapat nilai V R yang sedang (55-65) dan PRI yang memenuhi spesifikasi mutu teknis Digitized by USU digital library 7

8 Suhu bandela Suhu tinggi pada waktu membuat bandela dari karet remah yang baru keluar dari alat pengering akan meningkatkan nilai V R karet. Semakin tinggi suhu bandela akan semakin tinggi pula nilai akhir V R (8). Hal ini diduga karena kecepatan reaksi kondensasi ikatan silang aldehida lebih cepat dibandingkan kecepatan pemutusan ikatan rantai oleh reaksi oksidasi sebab jumlah oksigen di dalam bandela sedikit. Untuk mengatasi hal ini, begitu remah karet akan keluar dari alat pengering, maka pad a bagian paling ujung (akhir) langsung didinginkan dengan kipas angin (cooling) Cara-cara penanggulangan reaksi storage hardening Karena reaksi storage hardenig dipengaruhi oleh jenis klon dan telah terjadi sejak lateks keluar dari pembuluh lateks, selama pengolahan, penyimpanan, sampai pengangkuatan, maka cara penaggulangan yang dapat dilakukan adalah: 1. Memilih atau melakukan seleksi klon-klon yang cocok untuk karet viskositas mantap dengan melihat jarak viskositas Mooney dari karet yang dihasilkan selama setahun. Apabila menggunakan klon campuran harus diperhatikan berat karet kering dari setiap klon dan masing-masing nilai V R nya untuk memperkirakan viskositas Mooney di tangki pabrik. 2. Menggunakan bahan.bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya reaksi ikatan silang antara gugus atdehida misalkan hidroksilamin netral sulfat (HNS), hidroksil amonium sulfat (HAS), dll. 3. Lateks dibekukan dengan asam semut pada ph 4, Segera mengolah koagulum dan remah karet. 5. Menggunakan suhu pengeringan yang optimal, antara C. 6. Begitu karet remah kering keluar dari alat pengering segera dilakukan pendinginan dengan kipas sampai suhunya sarna dengan udara tuar. 7. Mencegah terjadinya pengenceran lateks dan kontaminasi oleh ion logam Cu ++, Mn ++ dan Fe ++, misalkan karena dengan menggunakan wadah yang dibuat dari besi dan tembaga. Dari ketujuh cara penanggulangan reaksi storage hardening yang paling efektif adalah dengan penggunaan bahan kimia karena ikatan silang gugus aldehida dapat dicegah sejak dini dan secara total. Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk memantapakan viskositas Mooney adalah hidroksilamin netral sulfat (HNS). Reaksi pencegahan ikatan silang gugus aldehida oleh HNS adalah sebagai berikut: CHO + NH 2 OH CH = N OH + H 2 O gugus aldehida hidroksilamin aldoksim air Kelemahan dari HNS adalah warna karetnya lebih gelap dibandingkan dengan karet tidak mantap dan menyebabkan gatal-gatal bagi pekerja yang tidak tahan alergi. Maka untuk membuat SIR-3GV L (warna cerah) dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pemantap semikarbazida hidroklorida konsentrasi 0,4% b/bkk dan ditambah sodium metabisulfit konsentrasi 0,04% b/bkk, masing-masing dalam bentuk larutan 10% dan 5% (6). DAFTAR PUSTAKA Bristow, G.M. dan Sears, A.G., 1987, "The use of novel parameters in the assesment of natural rubber processability", J.nat. Rubb. Ress. 2,15. Burfield, D.R., 1986, "Storage hardening of natural rubber : an examination of current mechanistic proposals", J.nat. Rubb. Ress. 1 (3), Digitized by USU digital library 8

9 Gregory, M.J. dan Tan, A.S., 1976, "Some observations on storage hardening of natural rubber", Proc. Int. Rubb. Conf. Kuala Lumpur 1975, 4, 28. Honggokusumo, S. dan Suharto, R., 1994, "Permintaan konsumen mengenai spesifikasi SIR", Warta Perkaretan, 13 (3), Lim, H.S., 1989, "Processing of viscosity stabilised natural rubber", 136 th Meet Rubb. Div. American Chern. Soc., Oct , Detroid, Michigan USA, 12. Ong, C.O. dan Lim, H.S., 1978, "Produstion of SMR 5CV from hight viscocity by chemical peptisation", J. Rubb. Ress. Inst. Malaysia, 24 (3), Roberts, A.D., 1988, "Rheology of raw rubber, In: Natural Rubber Science and Technology", Oxford, New York, Kuala Lumpur, Sin, S.W., 1969, "Storage hardening in natural rubber", Chern. Div. Rep. no. 76, Rubb. Ress., Inst. of Malaysia. Sekhar, B.C., 1960, "Degradation and crosslinking of polyisiprene in Revea brasiliensis latex during processing and storage, J. Polym. Sci., 48, 133. Sekhar, B.C. 1962, "Abnormal groups in rubber and microgel", Proto Fourth Rubb. Technol. Conf. London 162,460. Subramaniam, A., 1977, "Estimation of aldehyd groups in natural rubber with 2,4 dinitrophenylhydrazine",.t. Rubb. Ress. Inst. Malaysia, 25 (2), Subramaniam, A., 1.984, "Mooney viscocity of raw natural rubber", Plrs' Bull. Rubb. Ress. Inst. Malaysia, no. 180, Subramaniam, A. dan Sui, W. W., 1986, "Storage hardening of natural rubber. I. Effect ofepoxide groups",.t. nat. Rubb. Ress, 1 (1), Digitized by USU digital library 9

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini pemisahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009 DOK.KTI 721 Proceeding of Second Added Value Of Energy Resources 2 nd AvoER 2009 Palembang, 29 30 Juli 2009 PENINGKATAN EFISIENSI KAPASITAS KAMAR PENGERING SIT ASAP DENGAN PEMANFAATAN SINAR MATAHARI Mili

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Itarakterisasi arang aktif Karakterisasi yang dilakukan terhadap arang aktif tempurung keiapa 100 mesh adalah penentuan kadar air, kadar abu, dan daya serap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MUTU KARET ALAM SIR 20CV MENGGUNAKAN BAHAN PEMANTAP HIDRAZINE PADA SUHU PENYIMPANAN 60 C

KARAKTERISTIK MUTU KARET ALAM SIR 20CV MENGGUNAKAN BAHAN PEMANTAP HIDRAZINE PADA SUHU PENYIMPANAN 60 C Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No.2 Tahun 2015. Hal. 85-93 KARAKTERISTIK MUTU KARET ALAM SIR 20CV MENGGUNAKAN BAHAN PEMANTAP HIDRAZINE PADA SUHU PENYIMPANAN 60 C Quality Characteristics of

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS

PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : 193-202 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : 193-202 PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS The Use of Ammonium Salt

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI

PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI 6 731 24 Nuyah Peneliti pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang nuyah.baristand.industri@gmail.com

Lebih terperinci

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Karakteristik Bahan Baku 1. Lateks Pekat Jenis lateks pekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan yang telah ditambahkan amonia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL

DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL Jurnal Penelitian Karet, 214, 32 (1) : 81-87 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 214, 32 (1) : 81-87 DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL Mechanically Depolimerization of Natural

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton dengan luas lahan perkebunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: SIR (Standard Indonesian Rubber) 20, Aspal Pen 60 yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Binamarga,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke tiga di dunia setelah Thailand dan Malaysia. Karet spesifikasi teknis (Technically Specified Rubber)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KARET ALAM (SIR 20) YANG DIDEGRADASI SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL MODIFIKASI

STUDI PEMANFAATAN KARET ALAM (SIR 20) YANG DIDEGRADASI SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL MODIFIKASI STUDI PEMANFAATAN KARET ALAM (SIR 20) YANG DIDEGRADASI SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL MODIFIKASI SKRIPSI HANNA SALAMA F34060381 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI

ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI 052409030 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : 175-182 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : 175-182 KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali? Lampiran 1. Bagan alir penelitian Mulai Studi pustaka Pengumpulan d Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab - Po - PRI Ya Apakah control chart terkendali? Tidak Menetapkan spesifikasi konsumen Penelusuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA MERKAPTAN PADA KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DALAM FASA PADAT

PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA MERKAPTAN PADA KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DALAM FASA PADAT PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA MERKAPTAN PADA KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DALAM FASA PADAT Oleh JULI ROMAITO SITUMORANG F34104011 2009 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER Oleh Debi Rianto ( 1301683 ) Nidya Yulfriska ( 1301656 ) Rosi Selfia Putri ( 1301676 ) Dosen Pembimbing : Dra. Yenni Darvina, M.Si JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Proses mastikasi dan penggilingan karet mempengaruhi dispersi carbon black,

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI ACCELERATED STORAGE HARDENING TEST (ASHT) DARI KARET REMAH SIR 20CV DAN SIR 3WF KARYA ILMIAH ERNA SURYANI

ANALISA PERBANDINGAN NILAI ACCELERATED STORAGE HARDENING TEST (ASHT) DARI KARET REMAH SIR 20CV DAN SIR 3WF KARYA ILMIAH ERNA SURYANI ANALISA PERBANDINGAN NILAI ACCELERATED STORAGE HARDENING TEST (ASHT) DARI KARET REMAH SIR 20CV DAN SIR 3WF KARYA ILMIAH ERNA SURYANI 062401047 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957). II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Jarak Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik minyak jarak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap. Karakterisasi

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 1

SIMULASI UJIAN NASIONAL 1 SIMULASI UJIAN NASIONAL 1 1. Bilangan-bilangan kuantum yang mungkin dimiliki oleh suatu elektron (A) n = 2, l = 2, m = 0, s = - 1 2 (B) n = 3, l = 0, m = +1, s = + 1 2 (C) n = 4, l = 2, m = - 3, s = -

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan Dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan KKK 60%. Bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pembantu dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN

4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PADA PRODUK PENGERINGAN 4.1.1 Fenomena dan Penyebab Terjadinya Water Front Fenomena lain yang terjadi pada saat penulis mengeringkan tapel parem

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan

BAB I. PENDAHULUAN. Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produksi karet alam Indonesia sekitar 3.088.000 ton di tahun 2011 dan diekspor ke luar negeri dengan berbagai tipe dan grade adalah sekitar 2.555.739 ton atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci