BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usaha kerajinan Sulaman Kerawang Naga Mas Mongolato Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usaha kerajinan Sulaman Kerawang Naga Mas Mongolato Kecamatan"

Transkripsi

1 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Usaha kerajinan Sulaman Kerawang Naga Mas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dimulai sejak tanggal 17 Oktober Jumlah tenaga kerja di UKM ini berjumlah 200 orang. Keseluruhan tenaga kerja berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur tahun dan sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Fasilitas para pekerja yang disediakan oleh pihak home industry adalah benang, pemadangan, jarum, sentimeter dan silet. Upah tenaga kerja per kain berkisar antara Rp Rp sesuai dengan tingkat kesulitan motif/pola yang dibuat. Untuk sapu tangan, sarung gelas, kipas, jilbab, jas, dasi, sarung gallon, taplak meja dan shall upahnya Rp dan untuk baju wanita, kemeja pria, dan mukena biasanya Rp Pada tahun kedua mulai dilakukan pembuatan atau produksi kerawang dengan berbagai macam tipe/bentuk kemeja, alas meja, baju wanita, dalam rangka memenuhi permintaan yang ada dari masyarakat konsumen maupun dari beberapa toko kerawang di Kotamadya Gorontalo. Dengan adanya volume permintaan yang semakin meningkat dengan berbagai corak dan motifnya, maka dengan sendirinya pengembangan usaha mau tak mau diusahakan sedemikian rupa dengan berbagai cara yang ditempuh antara lain : 43

2 44 a. Mengusahakan tenaga yang terampil di Desa-desa lain b. Membeli jenis kerawang jadi dari berbagai tempat dengan memperhatikan kualitas serta harga yang dapat dijangkau c. Mengusahakan bantuan /fasilitas kredit bahan baku dari Toko Leveransir. Dengan demikian, dari tahun ke tahun usaha kerajinan sulaman kerawang Naga Mas semakin meningkat baik dari segi penggunaan tenaga kerja maupun omzet penjualan produksinya berkembang seirama dengan perkembangan pembangunan yang semakin meningkat dan merata sebagai usaha dalam rangka mensejahterakan masyarakat, demikian seterusnya baik bidang tenaga kerja, produksi, kualitasnya, pemasarannya semakin meningkat dan berkembang dengan berbagai corak dan motif yang semakin dinamis. Berikut hasil produksi Home industry Sulaman Kerawang Naga Mas yang dipasarkan : Tabel 4.1. Hasil Produksi Home Industry Sulaman Kerawang Naga Mas No. Nama Barang Harga (Rp) 1. Baju Wanita Kemeja Pria Mukena Jilbab Jas Kipas Dasi Syall Taplak Meja Sarung gelas Sarung Galon Sumber : Data Profil Home Industri Sulaman Kerawang Naga Mas

3 45 Adapun tujuan didirikannya home industry tersebut adalah sebagai berikut : a. Adanya kesempatan yang baik untuk menyalurkan barang atau jasa sehingga diperoleh laba yang maksimal. b. Adanya kerja sama yang baik antara pengrajin sulaman kerawang home industry yang lainnya. c. Untuk membuka kesempatan kerja di daerah Gorontalo Sulawesi Utara. d. Adanya modal usaha uang tersedia serta lokasi yang digunakan sebagai pemasaran kerajinan sulaman kerawang Struktur Organisasi Struktur Organisasi Home Industry Kerajinan Karawang Naga Mas Di Gorontalo Gambar 4. Struktur Organisasi Home Industry Kerajinann Karawang Naga Mas Di Gorontalo

4 46 Peranan setiap bagian dalam struktur organisasi tersebut yang meliputi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian tersebut, yaitu : a) Pimpinan Home industry Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan serta mengawasi jalannya home industry dalam melakukan hubungan-hubungan dengan pihak lain yang ada hubungannya atau kaitannya dengan home industry. b) Bagian Personalia atau Keuangan Bagian ini dipimpin oleh seorang Kepala Bagian dan membawahi beberapa orang. c) Bagian Administrasi Bagian Administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Bagian dengan dibantu oleh beberapa staf yang mempunyai tugas menyangkut masalah administrasi dan pengadaan. d) Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran bertugas untuk mengadakan penjualan baik secara partai maupun secara eceran. Pengrajin sulaman kerawang yang bekerja di UKM Naga Mas tersebar dibeberapa kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Telaga Jaya. Kecamatan Telaga Jaya terletak disebelah selatan Kabupaten Gorontalo, terletak di 0,30 0 LU, 1,0 0 LS, BT, 123,3 0 BB dengan jumlah penduduk Jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Luas kecamatan km 2. Kecamatan Telaga Jaya terdiri dari 5 desa, yaitu desa Bulota, Bunggalo, Buhu, Hutada a dan Luwo o.

5 47 Adapun Adapun batas wilayah kecamatan Telaga Jaya sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Telaga Biru b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Telaga c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Tilango d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Gorontalo Hasil Analisa Univariat Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban pada instrumen kuesioner didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas berdasarkan umur dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Berdasarkan Umur Kelompok JUMLAH Umur n % , , , ,4 JUMLAH Sumber : Data Primer 2013 Distribusi pengrajin berdasarkan umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Kelompok umur dikategorikan menjadi usia 21-25, 26-30, dan Berdasarkan hasil analisis univariat 4.2, diketahui bahwa sebagian besar pengrajin sulaman kerawang berusia tahun dengan jumlah 11 (31,4 %) pengrajin dan tahun yang juga berjumlah 11 (31,4 %) pengrajin.

6 Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban setiap pengrajin pada instrumen kuesioner didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan JUMLAH Terakhir n % SMA 1 2,9 SMP 3 8,6 SD Tdk Sekolah 3 8,6 JUMLAH Sumber : Data Primer 2013 Distribusi pengrajin berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Pendidikan terakhir dikategorikan menjadi pendidikan terakhir SMA, SMP, SD dan Tidak Sekolah. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada umumnya pendidikan terakhir para pengrajin sulaman kerawang adalah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 28 ( 80 %) pengrajin. Selain itu terdapat 3 (8,6 %) pengrajin yang tidak pernah bersekolah.

7 Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Masa Kerja Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban setiap pengrajin pada instrumen kuesioner didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas berdasarkan masa kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja JUMLAH n % < 3 Tahun 11 31,4 3 Tahun 24 68,6 JUMLAH Sumber : Data Primer 2013 Distribusi pengrajin berdasarkan masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Masa kerja dikategorikan menjadi masa kerja < 3 tahun dan 3 Tahun. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 4.4, diketahui bahwa sebagian besar pengrajin sudah bekerja 3 Tahun yaitu sebanyak 24 pengrajin (68,6 %) dan hanya 11 (31,4 %) pengrajin yang bekerja < 3 tahun Hasil Pengkuran Pencahayaan Jumlah cahaya yang diperoleh menggambarkan banyaknya cahaya yang diterima oleh pengrajin pada saat mereka melakukan pekerjaanya. Pengkuran pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari antara pukul , siang hari antara pukul , sore hari antara pukul dan malam hari antara pukul Pengukuran dilakukan ditiap-tiap rumah pengrajin yang merupakan tempat mereka bekerja. Adapun hasil pengukuran dicantumkan dalam tabel berikut :

8 50 Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Pencahayaan Berdasarkan Waktu Kerja Pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Pengukuran Pencahayaan Tdk Waktu Memenuhi Memenuhi Kerja Standar Standar Jumlah n % n % n % Pagi 16 45, , Siang 28 80,0 7 20, Sore 26 74,3 9 25, Malam 32 91,4 3 8, Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pencahayaan di tempat kerja pengrajin sulaman yang tidak memenuhi standar untuk pengukuran di pagi hari yaitu 16 (45,7 %), dan 19 (54,3 %) diantaranya memenuhi standar. Untuk pengukuran di siang hari 28 (80,0 %) yang tidak memenuhi standar, dan 7 (20,0 %) diantaranya memenuhi standar. Selanjutnya untuk pengukuran penchayaan di siang hari diketahui bahwa dari 35 titik pengukuran, 26 (74,3 %) yang tidak memenuhi standar, dan 9 (25,7 %). Sedangkan pengukuran pencahayaan di malam hari didapatkan 32 (91,4 %) yang tidak memenuhi standar, dan 3 (8,6 %) yang memenuhi standar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :

9 ,3 45, ,3 91, ,7 0 8,6 Pagi Siang Sore Malam Tdk Memenuhi Standar Memenuhi Standar Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Pencahayaan Berdasarkan Waktu KerjaPengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Pengukuran pencahayaan disesuaikan dengan waktu kerja para pengrajin itu sendiri, dimana setiap harinya mereka bekerja dari pag sampai malam hari. Area titik dilakukannya pengukuran adalah tempat dimana pengrajin melakukan pekerjaan, jadi cahaya yang didapatkan adalah cahaya yang juga diterima oleh mata pengrajin Hasil Pengukuran Kelelahan Mata Pada Pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Tahun 2013 Untuk mengetahi kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenai gejala ketegangan mata. Kelelahan mata yang ditanyakan pada responden berdasarkan waktu mereka bekerja yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari. Seseorang dikatakan mengalami kelelahan

10 52 mata apabila merasakan satu atau lebih dari gejela-gejala kelelahan mata tersebut. Hasil pengukuran kelelahan mata pada 35 pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di Kecamatan Telaga Jaya adalah sebagai berikut : Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kelelahan Mata Pada Pengrajin Sulaman Kerawang berdasarkan Waktu Kerja Kelelahan Mata Waktu Jumlah Lelah Tidak Lelah Kerja n % n % n % Pagi 19 54, , Siang 25 71, , Sore 20 57, , Malam Sumber : Data Primer 2013 Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas yang mengalami kelelahan mata dipagi hari yaitu 19 pengrajin (54,3 %) dari jumlah total pengrajin yang ada sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata 16 pengrajin (45,7 %). Hasil pengukuran kelelahan mata disiang hari menunjukkan bahwa 25 (71,4 %) pengrajin sulaman kerawang yang mengalami kelelahan mata dan 10 pengrajin (28,6 %) yang tidak mengalami kelelahan mata dari jumlah total pengrajin yang ada. Selanjutnya hasil pengukuran kelelahan mata disore hari menunjukkan bahwa 20 (51,7 %) pengrajin sulaman kerawang yang mengalami kelelahan mata dan 15 pengrajin (42,9 %) yang tidak mengalami kelelahan mata dari jumlah total pengrajin yang ada. Sedangkan hasil pengukuran kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di malam hari menujukkan 28 pengrajin (80 %) yang kelelahan mata dan 7 (20 %) pengrajin yang tidak mengalami kelelahan mata.

11 53 Adapun gambaran jenis kelelahan mata yang sering dirasakan oleh pengraji sulaman kerawang UKM Naga Mas di Kecamatan Telaga Jaya Tahun Tahun 2013 dapat dilihat pada grafik berikut : Jenis Kelelahan Mata 68,5 65, ,2 51,4 Persentase ,1 14,2 17, Grafik 5. Grafik Jenis Kelelahan Mata Yang Sering Dirasakan Oleh Pengrajin Sulaman Kerawang Keterangan : 1. Kelopak mata terasa berat 2. Terasa ada tekanann dalam mata 3. Mata sulit dibiarkan terbuka 4. Merasa enak kalau kelopak mata di tekan 5. Bagian mata paling dalam sakit 6. Mata kabur 7. Kesulitan fokus 8. Mata berair 9. Mata perih 10. Mata Panas dan kering

12 Kotoran mata bertambah 12. Jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya 13. Tidak dapat membedakan cahaya sebagaiman biasanya 14. Penglihatan tampak ganda Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui jenis kelelahan mata yang paling sering dirasakan oleh pengrajin sulaman kerawang adalah kelopak mata terasa berat dan terasa ada tekanan didalam mata sebanyak 68,5 % pengrajin sulaman kerawang. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis pekerjaan pengrajin yang sangat membutuhkan ketelitian dan tingkat pencahayaan lingkungan kerja yang kurang. Sehingga menyebabkan otot iris memaksa pupil untuk melihat objeknya. Sedangkan yang paling sedikit dirasakan dirasakan oleh pengrajin kerawang adalah mata merah sebanyak 14,2 %. Sebagian besar pengrajin sulaman kerawang ini merasakan pedih pada matanya pada saat bekerja, hal ini mungkin disebabkan oleh cahaya ditempat kerja yang belum memenuhi standar. Jenis kelelahan mata yang juga banyak dirasakan oleh pengrajin adalah mata sulit dibiarkan untuk terbuka sebanya 65,7 % dan jika mata tertutup terdapat kilatan cahaya sebanyak 63 % Analisis Bivariat Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata Analisis Bivariat digunakan untuk mencari pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata. Pengujian ini menggunakan uji chi-square dan menggunakan uji fisher s exact test. Dikatakan ada pengaruh yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai ρ < 0,05.

13 55 1. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di pagi Hari Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata para pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Masa di pagi hari dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini : Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang Di pagi Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Kelelahan Mata Pencahayaan Total ρ Lelah Tidak Lelah Siang Value n % n % n % Tdk memenuhi Standar 8 42, ,7 Memenuhi Standar 11 57, ,3 Jumlah Sumber : Data Primer ,640 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 16 (45,7%) pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 8 pengrajin (42,1%) mengalami kelelahan mata, dan 8 (50%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya diketahui bahwa dari 19 (54,3%) pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya memenuhi standar, 11 pengrajin (57,9 %) diantaranya mengalami kelelahan mata, sedangkan 8 ( 50%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,640 > 0,05, dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di pagi hari. 2. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di siang Hari Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di siang hari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

14 56 Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang Di siang Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Kelelahan Mata Pencahayaan Total ρ Lelah Tidak Lelah Siang Value n % n % n % Tdk memenuhi Standar Memenuhi Standar Jumlah Sumber : Data Primer ,381 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 28 (80%) pengrajin yang pencahayaan tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 21 pengrajin (84 %) mengaku mengalami kelelahan mata disiang hari, dan 7 (70 %) diantaranya mengaku tidak kelelahan mata disiang hari. Selanjutnya dari 7 (20%) pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya memenuhi standar, 4 pengrajin (16%) diantaranya mengalami kelelahan mata, sedangkan 3 (30%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,381 > 0,05, dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan di mata siang hari. 3. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di sore Hari Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di sore hari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

15 57 Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang Di sore Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Kelelahan Mata Pencahayaan Total p Lelah Tidak Lelah Sore Value n % n % n % Tdk memenuhi Standar , ,3 Memenuhi Standar ,3 9 25,7 0,002 Jumlah Sumber : Data Primer 2013 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 26 pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 19 pengrajin (95%) mengalami kelehanan mata, dan 7 pengrajin (46,7%) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya diketahui bahwa 9 pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya memenuhi standar, 1 pengrajin (5%) diantaranya mengalami kelelahan mata, sedangkan 8 (53,3%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai p 0,002 < 0,05, dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di sore hari. 4. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di malam Hari Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di malam hari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

16 58 Tabel Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang Di malam Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Kelelahan Mata Pencahayaan Total p Lelah Tidak Lelah Malam Value n % n % n % Tdk memenuhi Standar , ,4 Memenuhi Standar ,9 3 8,6 0,005 Jumlah Sumber : Data Primer 2013 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 32 pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 28 pengrajin (100 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 4 (57,1 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Sedangkan 3 (42,9 %) pengrajin yang pencahayaan di tempat kerjanya memenuhi standar, tidak ada pengrajin yang mengalami kelelahan mata. Hal ini dikarenakan oleh masa kerja pengrajin < 3 tahun, sehingga gejala kelelahan mata tidak dirasakan pada malam hari. Melihat nilai p 0,005 < 0,05 dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di malam hari Pengaruh Masa Kerja Terhadap Kelelahan Mata Hasil analisis pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas di pagi hari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

17 59 Tabel Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang Menurut Masa Kerja Masa Kerja Kelelahan Mata Total ρ Lelah Tidak Lelah Value n % n % n % Pagi 3 Tahun 16 84, ,6 < 3 Tahun 3 15, ,4 0,030 Jumlah Siang 3 Tahun 19 76,0 5 50, ,6 0,227 < 3 Tahun 6 24,0 5 50, ,4 Jumlah Sore 3 Tahun 17 85,0 7 46, ,6 0,027 < 3 Tahun 3 15,0 8 53, ,4 Jumlah Malam 3 Tahun 23 82,1 1 14, ,6 0,002 < 3 Tahun 5 17,9 6 85, ,4 Jumlah Sumber : Data Primer 2013 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 35 pengrajin sulaman kerawang yang ada di kecamatan Telaga Jaya, 24 pengrajin sudah bekerja selama 3 Tahun, dan 11 pengrajin yang bekerja < 3 tahun. Berdasarkan hasil kuesioner kelelahan mata di pagi hari diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama 3 Tahun, 16 pengrajin (84,2 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 8 (50,0 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin (15,8 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (50,0 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,030 < 0,05 dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari.

18 60 Selanjutnya untuk kelelahan mata di siang hari diketahui bahwa, dari 24 (68,6 %) pengrajin sudah bekerja selama 3 Tahun, 19 pengrajin (76,0 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 5 pengrajin (50,0 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata, dan dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 6 pengrajin (24,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 5 pengrajin (50,0 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,227 > 0,05 dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di siang hari. Tabel 4.11 juga menunjukkan bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama 3 Tahun, 17 pengrajin (85,0 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 7 (46,7 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin (15,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (53,3 %) pengrajin mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,027 < 0,05 dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di sore hari. Sedangkan untuk malam hari diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama 3 Tahun, 23 pengrajin (82,1 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 1 (14,3 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 5 pengrajin (17,6 %) mengalami kelelahan mata, dan 6 (85,7 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,002 < 0,05 dengan demikian H 0

19 61 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di malam hari. 4.2 Pembahasan Penelitian dilakukan dari tanggal 8-10 april tahun Sampel dalam penelitian ini adalah pengrajin sulaman kerawang yang bertempat tinggal di kecamatan Telaga jaya dan bekerja di pagi, siang, sore dan malam hari dengan jumlah 35 pengrajin. Waktu kerja pengrajin pada umumnya di mulai dari jam pagi, namun ada beberapa pengrajin yang sudah mulai menyulam kerawang sehabis shalat subuh, dan akan menghentikan pekerjaan menyulamnya pada pukul karna akan mengerjakan pekerjaan rumahnya, kemudian setelah itu kembali melanjutkan menyulam kerawang. Beberapa pengrajin lebih memilih melakukan pekerjaan rumahnya terlebih dulu sebelum menyulam kerawang seperti memasak, mengantar anak ke sekolah dll. Biasanya pengrajin tidak menyempatkan istirahat siang, jadi waktu siang juga mereka gunakan untuk menyulam kerawang, dan akan diteruskan hingga malam hari. Pada umumya pengrajin sulaman kerawang ini berumur antara 21 sampai dengan 40 tahun, dimana paling banyak pengrajin sulaman kerawang yang berumur dan dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Pengrajin yang tidak melanjutkan sekolahnya lebih memilih untuk menikah, hingga saat ini ada beberapa pengrajin yang anaknyapun melakukan pekerjaan yang sama, menyulam kerawang. Hal ini yang menyebabkan ditemukannya dua pengrajin dalam satu tempat kerja.

20 Pencahayaan Kemudahan melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi pencahayaan maka akan makin memudahkan seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma mur, 2009). Pencahayaan adalah jumlah cahaya yang diterima di area titik dilakukannya pengukuran, dalam satuan lux. Pengukuran dilakukan di rumah pengrajin yang merupakan tempat mereka bekerja, pengukuran pencahayaan ini dilakukan berdasarkan waktu kerja pengrajin. Untuk pengukuran pencahayaan di pagi hari dilakukan pada pukul Sedangkan cahaya yang digunakan di pagi hari adalah cahaya alami atau sinar matahari. Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 35 pengukuran pencahayaan di pagi hari, 16 (45,7 %) area pengkuran diantaranya menerima cahaya yang tidak memenuhi standar (1000 Lux), dan 19 (54,3 %) area diantaranya menerima cahaya sesuai dengan batas maksimum tingkat pencahayaan untuk pekerjaan yang teliti yaitu (1000 Lux). Sedangkan Hasil dari kuesioner pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 35 pengrajin yang bekerja di pagi hari 19 (54,3 %) pengrajin mengalami kelelahan mata dan 16 (45,7 %) diataranya tidak mengalami kelelahan mata. Hampir keseluruhan pengrajin memulai pekerjaannya di pagi hari setelah mereka selelsai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun ada beberapa pengrajin yang bahkan sudah mulai menyulam saat selesai menunaikan sholat subuh. Menyulam kerawang merupakan pekerjaan mereka sehari-harinya, hal ini

21 63 dilakukan untuk membantu menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Pada umunya pengrajin kerawang akan mencari tempat yang dirasa nyaman untuk melakukan pekerjaannya, contohnya didekat jendela, di dekat pintu, dan diruang tv untuk mengurangi kebosanan. Cahaya matahari dapat langsung masuk melalui ventilasi, jendela dan pintu di tempat mereka bekerja. Sinar matahari memulai memancarkan cahayanya di pagi hari, kita sebagai manusia akan bisa melihat semua benda dan melakukan aktivitas dengan bantuan dari sinar matahari, sama halnya dengan pengrajin kerawang, sinar matahari membantu mereka untuk melihat jarum, benang dan dapat membuat sebuah pola pada kain entah berupa pola bunga, garis-garis dan lain-lain. Inilah yang menyebabkan kelelahan mata jarang mereka rasakan di pagi hari, selain itu menurut pengakuan mereka karena waktu pagi adalah awal mereka memulai menyulam, jadi mereka masih memiliki tenaga ekstra dari istirahat di malam hari, dan juga waktu kerja hampir keseluruhan pengrajin yang tidak begitu lama yaitu 2 jam di pagi hari mengingat mereka masih harus menunaikan tugas rumah tangganya. Hal ini dibuktikan dari hasil uji statistik pada tabel 4.7 yang menggunakan uji chi square, didapatkan ρ Value 0,640 > 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di pagi hari. Hasil pengukuran pencahayaan di siang hari pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa 28 (80,0 %) area pengukuran diantaranya menerima cahaya yang tidak memenuhi standar, dan 7 (20,0 %) area pengukuran pada siang hari menerima

22 64 cahaya sesuai dengan batas maksimum. Waktu siang dimulai dari pukul , pengukuran pada penelitian ini di mulai dari pukul Pada umumnya di siang hari waktu pengrajin digunakan hanya untuk menyulam kerawang, karna pekerjaan rumah tangga yang menjadi tugas pokok mereka sudah terselesaikan di pagi hari. Sama halnya dengan waktu kerja di pagi hari, pengrajin kerawang masih memanfaatkan sinar matahari untuk bekerja, malah di siang hari sinar matahari lebih terang memancarkan cahayanya. Hal ini yang menyebabkan tempat kerja para pengrajin biasanya akan berubah di siang hari, beberapa pengrajin yang bekerja di dekat pintu akan merasakan panas yang berasal dari sinar matahari. Selanjutnya mereka akan mencari tempat yang nyaman untuk bekerja, biasanya di ruang TV, di dekat pintu kamar, dan di ruang tamu. Namun di beberapa tempat pengrajin pada saat pengukuran keadaan cuaca mendung bahkan di tempat lain turun hujan, jadi cahaya yang diterima lebih sedikit di bandingkan dengan tempat pengrajin yang lainnya, tetapi para pengrajin tetap melakukan pekerjaannya. Hasil kuesioner pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 35 responden, 25 (71,4 %) pengrajin mengalami kelelahan mata di siang hari dan 10 (28,6 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Disini terlihat kelelahan mata banyak dirasakan pengrajin di siang hari. Hal ini disebabkan karena waktu kerja pengrajin yang lebih lama dibandingkan waktu kerja di pagi hari ditambah lagi dengan kenaikan suhu di siang hari, biasanya pengrajin merasakan panas saat bekerja. Selain itu juga hampir keseluruhan pengrajin malah tidak menyempatkan waktu untuk istirahat siang, mereka lebih memilih untuk terus bekerja.

23 65 Hasil uji statistik pada tabel 4.8 yang menggunakan uji Fisher s Exact Test didapatkan ρ Value 0,381 > 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di siang hari. Hal ini menjelaskan bahwa kelelahan mata yang dirasakan pengrajin di siang hari bukan karena pencahayaan, melainkan karena waktu kerja yang lebih lama dari sebelumnya dan perubahan suhu di tempat kerja. Selanjutnya untuk pengukuran pencahayaan di sore hari pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa 26 (74,3 %) area diantaranya menerima cahaya tidak memenuhi standar, dan 9 (25,7 %) area menerima cahaya sesuai dengan batas maksimum. Waktu pengukuran sore dilakukan dari pukul Masih sama dengan waktu kerja sebelumnya cahaya yang dimanfaatkan para pengrajin untuk melakukan pekerjaannya adalah sinar matahari, namun cahaya matahari di sore sudah tidak lebih terang dari siang hari. Dimana sore merupakan waktu peralihan antara siang dan malam, di sore hari matahari sudah mulai tenggelam. Biasanya demi menghemat listrik meski mereka sudah merasakan cahaya ditempat kerjanya sudah sangat kurang, para pengrajin ini akan terus memaksakan penglihatannya untuk melihat objek pada kain yang sedang dikerjakan. Selain dipengaruhi oleh musim, sinar matahari juga dipengaruhi oleh waktu. Sehingga didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa lebih banyak area pengukuran yang tidak memenuhi standar, selain itu hal ini juga disebabkan oleh letak rumah pengrajin yang malah membelakangi arah sinar matahari di sore hari sehingga sinar matahari yang masuk sedikit. Berdasarkan hasil kuesioner pada

24 66 tabel 4.6 didapatkan dari 35 pengrajin, 20 (57,1 %) pengrajin mengalami kelelahan mata, dan 15 (42,9 %) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata di sore hari. Kelelahan mata yang dirasakan oleh cukup banyak pengrajin ini selain disebabkan oleh cahaya yang tidak memenuhi standar juga disebabkan oleh waktu kerja, mengingat menyulam merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang lebih dari pada pekerjaan-pekerjaan yang lain dan juga mengingat para pengrajin sudah memulai pekerjaannya dari pagi hari. Sehingga di waktu sore sudah menunjukkan kelelahan dan juga kebosanan dari para pengrajin itu sendiri. Hal ini sejalan dengan teori yang ada, dimana menurut teori pencahayaan yang tidak memenuhi standar tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar atau terlalu kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah. Dampak dari pencahayaan yang tidak memadai itu adalah kelelahan pada mata, namun itu pun bersifat reversible (Depkes, 2008 dalam Nugroho, 2009). Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik pada tabel 4.9 yang juga menggunakan uji Fisher s Exact Test didapatkan ρ Value 0,027 < 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di sore hari.

25 67 Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan misalnya penelitian yang dilakukan oleh Nugroho pada tenaga kerja di laboratorium PT. Polypet Karyapersada Cilegon yang menyatakan terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pekerja dan juga penelitian yang dilakukan oleh Evi yang menyatakan pencahayaan berhubungan dengan kelelahan mata penjahit baju dan kantong di salah satu Konveksi Sektor Informal Binjai. Sedangkan yang terakhir yaitu hasil pengukuran pencahayaan pada tabel 4.5 di malam hari menunjukkan bahwa 32 (91,4 %) area diantaranya menerima cahaya tidak memenuhi standar, dan 3 (8,6 %) area menerima cahaya sesuai dengan batas maksimum. Waktu pengukuran pada malam hari dimulai pada pukul Saat bekerja malam sebagian besar tempat para pengrajin bekerja tidak lagi sama dengan saat mereka bekerja sebelumnya yaitu di pagi, siang, dan sore hari. Namun tetap mencari tempat yang mereka rasa nyaman untuk bekerja. Tempat mereka bekerja di malam hari biasanya di ruang tv tetap tujuannya untuk mengurangi kebosanan saat bekerja, jadi saat rasa jenuh atau bosan datang mereka bisa menonton acara yang sedang berlangsung. Beberapa pengrajin ada yang memilih ruang tamu sebagai tempat kerjanya, tepat di bawah sinar yang berasal dari sumber cahaya yang meraka gunakan. Sumber cahaya yang digunakan pengrajin pada malam hari yaitu sinar yang berasal dari lampu. Sebagian pengrajin lagi memilih kamar sebagai tempat mereka bekerja di malam hari dengan cahaya lampu yang digunakan untuk menerangi kamar itu sendiri. Sedangkan ada juga beberapa pengrajin yang memiliki lampu khusus pada saat bekerja, lampu ini tergantung tepat di atas tempat duduk mereka,

26 68 dan juga lampu cars yang mereka letakkan tepat di depan mereka, jadi cahaya lampu yang mereka gunakan terfokus pada pengrajin yang sedang melakukan pekerjaannya. Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 4.6 didapatkan dari 35 pengrajin, 28 (80 %) pengrajin mengalami kelelahan mata, dan 7 (20 %) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata di malam hari. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang belum memenuhi standar, dimana masih banyak pengrajin yang tidak menggunakan lampu khusus untuk bekerja, mengingat jenis pekerjaan yang mereka kerjakan. Selain itu kelelahan mata juga disebabkan karna sudah hilangnya ekstra tenaga para pngrajin karna sudah digunakan untuk bekerja seharian dengan waktu istirahat yang minim, sehingga kelelahan ini menumpuk di malam hari. Hal in juga dibuktikan dengan hasil uji statistik pada tabel 4.10 yang juga menggunakan uji Fisher s Exact Test didapatkan ρ Value 0,027 < 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di malam hari Masa Kerja Pekerja yang sudah lama bekerja akan mempunyai resiko lebih besar terjadinya kelelahan mata. Menurut Encylopedia of Occupstionsl Health and Safety adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah bekerja selama 3 sampai 4 tahun. Dengan demikian pekerja yang bekerja lebih dari tiga tahun akan mempunyai resiko lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja dengan lama kerja kurang dari atau sama dengan tiga tahun.

27 69 Masa kerja merupakan jumlah tahun yang dihitung dari saat pengrajin mulai bekerja sampai dengan dilakukannya pengukuran. Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tabel 4.4 lebih banyak pengrajin yang sudah bekerja selama 3 tahun. Dari 35 pengrajin sebanyak 24 (68,6 %), dan yang bekerja < 3 tahun sebanyak 11 (31, 4 %). Beberapa pengrajin mengaku memulai menyulam kerawang dari mereka baru duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, awalnya mereka membantu pekerjaan orang tuanya. Setelah lulus dari Sekolah Dasar mereka akhirnya lebih memilih untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya dari pada melanjutkan sekolah lagi. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan terakhir para pengrajin, dimana paling banyak pendidikan para pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas ini adalah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 28 (80 %) pengrajin pada tabel 4.3. Hingga saat ini bahkan mereka sudah memiliki keluarga menyulam kerawang tetap menjadi pekerjaan utama mereka. Selain mudah dalam pengerjaannya, penghasilan dari menyulam kerawang ini membantu untuk mencukupi kebutuhan mereka setiap harinya. Kejenuhan memang selalu muncul saat mereka bekerja, apalagi pengrajin yang sudah bekerja 3 tahun, terkadang ketika mereka jenuh dengan pekerjaan itu, mereka tidak lagi datang mengambil kain di UKM Naga Mas, namun menurut mereka itu tidak berlangsung dalam waktu yang lama, terkadang dengan cara mogok kerja banyak kerugian yang mereka dapatkan, diantaranya yaitu pihak UKM tidak akan memberikan lagi kain yang kualitasnya bagus jika mereka ingin kembali mengambil kain di UKM, menurut mereka pihak UKM akan menilai

28 70 mereka malas, sehingga tidak akan menghasilkan sulaman yang indah dan juga mengingat tak ada lagi pekerjan yang mereka kerjakan selain menyulam kerawang. Bayaran yang diberikan pihak UKM biasanya sesuai dengan jenis kain dan tingkat kesulitan dari pola bunga diinginkan oleh pihak UKM itu sendiri. Bagi pengrajin yang sudah lama bekerja, rajin dan hasil kerjanya bagus, biasanya pihak UKM akan terus memberikan jenis kain yang berkualitas dan tentu saja upahnya lebih besar. Bahkan terkadang jika banyak pesanan pihak UKM yang langsung mengantarkan langsung kerumah pengrajin tersebut. Inilah yang menuntut para pengrajin ini terus bekerja bahkan dari pagi sampai terkadang tengah malam, dengan tanpa memikirkan kesehatan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran kelelahan mata di pagi hari dengan menggunakan kuesioner, pada tabel 4.11 diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama 3 tahun, 16 (84,2 %) pengrajin mengalami kelelahan mata dan 8 (50,0 %) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata. Sedangkan dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin (15,8 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (50,0 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Walaupun dari hasil uji statistik pencahayaan tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kelelahan mata di pagi hari. Namun hasil uji statistik untuk pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari yang juga menggunakan uji chi-square didapatkan ρ Value 0,030 < 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari. Hal ini sejalan

29 71 dengan teori yang mengatakan Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif sekaligus pengaruh negatif pada pekerja. Pengaruh positifnya yaitu seseorang yang sudah lama bekerja akan lebih berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu semakin lama seseorang bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanana saat melakukan pekerjaannya, selain itu semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang berasal dari lingkungan kerjanya. Jadi tidak hanya pencahayaan namun kelelahan mata juga dapat disebabkan oleh masa kerja di pagi hari. Pengukuran kelelahan mata juga dilakukan di siang hari, pengukuran kelelahan mata digunakan kuesioner, dimana ditanyakan pada setiap pengrajin kerawang apakah pengrajin kerwang merasakan salah satu gejala kelelahan mata di siang hari atau malah sebaliknya, sama halnya dengan masa kerja, masingmasing pengrajin ditanyakan jumlah tahun kerja dihitung dari saat pengrajin memulai pekerjaan sampai dengan dilakukannya penelitian. Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan mata pada tabel 4.11 di siang hari diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin kerawang yang sudah bekerja 3 tahun, 19 pengrajin (76,0 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 5 (50,0 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 6 pengrajin (24,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 5 (50,0 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata.

30 72 Sama dengan hasil uji statistik pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di siang hari yang tidak memilik pengaruh secara signifikan, hasil uji statistik pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata yang menggunakan uji Fisher s Exact Test juga didapatkan nilai ρ Value 0,227 < 0,05 dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di siang hari. Sama halnya dengan pencahayaan di siang hari, kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin kerawang bukan karena pencahayaan ataupun masa kerja, melainkan karena waktu kerja pengrajin kerawang yang cukup lama di siang hari. Sedangkan untuk pengukuran kelelahan mata di sore hari pada tabel 4.11, dari 24 (68,6 %) pengrajin sulaman kerawang yang sudah bekerja 3 tahun, 17 pengrajin (85,0 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 7 (46,7 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin (15,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (53,3 %) pengrajin mengaku tidak mengalami kelelahan mata. hasil uji statistik pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata yang menggunakan uji Fisher s Exact Test juga didapatkan nilai ρ Value 0,027 < 0,05 dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di sore hari, hal ini juga sejalan dengan teori yang ada. Selanjutnya untuk pengukuran kelelahan mata di malam hari, sama halnya dengan pengukuran sebelumnya, kelelahan mata di malam hari juga menggunakan kuesioner, begitu juga masa kerja. berdasarkan hasil pengukuran pada tabel Tabel menunjukkan bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama

31 73 3 Tahun, 23 pengrajin (82,1 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 1 (14,3 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 5 pengrajin (17,9 %) mengalami kelelahan mata, dan 6 (85,7 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,002 < 0,05 dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di malam hari Kelelahan Mata Kelelahan mata merupakan keluhan gangguan kesehatan mata yang dirasakan oleh pengrajin. Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi mata terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara telitim kelelahan mata timbul karena penggunaan indera penglihatan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan pengukuran kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas, keseluruhan pengrajin mengalami kelelahan mata. Untuk hasil pengukuran kelelahan mata di pagi hari pada tabel 4.6 dari 35 pengrajin, 19 responden (54,3 %) diantaranya mengalami kelelahan mata di pagi hari, dan 16 (45,7) responden yang mengaku tidak mengalami kelelahan di pagi hari. Hasil pengukuran kelelahan mata di siang hari menunjukkan bahwa dari 35 pengrajin, 25 responden (71,4 %) mengalami kelelahan mata di siang hari, dan 10 (28,6%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata.

32 74 Selanjutnya untuk hasil pengukuran di sore hari diketahui bahwa 20 (57,1 %) responden mengalami kelelahan mata dan 15 responden (42,9 %) tidak mengalami kelelahan mata. Sedangkan hasil pengukuran kelelahan mata di malam hari, 28 responden (80,0 %) mengaku kelelahan mata di malam hari dan 7 (20,0 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata dimalam hari. Untuk mengetahui kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin sulaman kerawang UKM Naga Mas dilakukan pembagian kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan tentang ketegangan mata diantaranya yaitu : kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, penglihatan kabur, kesulitan fokus, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, mata terasa panas dan kering, kotoran mata bertambah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, penglihatan tampak ganda. Seseorang dikatakan mengalami gangguan kelelahan mata jika memiliki satu atau lebih dari 15 gejala tersebut. Pengrajin yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengrajin yang tidak memiliki keterunan penyakit mata dan tidak ada riwayat penyakit mata sebelumnya, dan tidak menggunakan kaca mata, jadi kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin adalah benar-benar karna pencahayaan pada saat mereka bekerja.

33 75 Kelelahan mata paling banyak terjadi pada pengrajin sulaman kerawang dengan umur antara dan tahun, hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Selain itu penglihatan juga dipengaruhi oleh faktor pencahayaan yang berbunyi Tingkat pencahayaan juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar. Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah. Selanjutnya kelelahan mata juga paling banyak terjadi pada pengrajin yang sudah bekerja 3 tahun. Hal ini juga sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif sekaligus pengaruh negatif pada pekerja. Pengaruh positifnya yaitu seseorang yang sudah lama bekerja akan lebih berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu semakin lama seseorang bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanana saat melakukan pekerjaannya, selain itu semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang berasal dari lingkungan kerjanya.

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM Summary PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM Naga Mas DI KECAMATAN TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 23 Dian Jumiati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) Intanblongkod@gmail.com Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan dalam bidang kepariwisataan dicerminkan dengan semakin meningkatnya arus kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Untuk pengembangan suatu daerah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan 63 BAB V ANALISA DATA 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Cahaya merupakan penyebab kelelahan mata yang kurang disadari oleh kebanyakan orang. Seluruh sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, peningkatan ini selaras dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Kerja yaitu bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang *) **) Sari Eka Wahyuni *),Bina Kurniawan **), Ekawati **) Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Septi Nova Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Email : septinova10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mantingan adalah sebuah desa di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Desa ini adalah asal mula ukiran jepara yang sangat terkenal itu berasal dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN USIA DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KOTA MANADO TAHUN 2017 Made Ayu Sawitri*, Grace D. Kandou*, Rahayu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA Oleh : ELVI DINA YUNIATI D11.2012.01487 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER. : Permohonan Mengisi Lembar Kuesioner. Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan tentang Penggunaan Kacamata Las

LEMBAR KUESIONER. : Permohonan Mengisi Lembar Kuesioner. Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan tentang Penggunaan Kacamata Las LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER Perihal : Permohonan Mengisi Lembar Kuesioner Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan tentang Penggunaan Kacamata Las dengan Keluhan Gangguan Penglihatan pada Pekerja Las di Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya industri pariwisata di Kota Bandung, membuat para penyedia jasa dalam berbagai bidang berusaha menyediakan fasilitas yang memuaskan bagi konsumen.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Untuk pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata diketahui bahwa: a. Tidak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan sampai sekecil mungkin

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang akan meneliti hubungan faktor lingkungan hunian dan perilaku kebersihan perorangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk menyediakan kondisi kerja terbaik sangat dibutuhkan adanya pengendalian terhadap seluruh faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja dan efisiensi manusia. Salah

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-28 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Setiap daerah memiliki produk unggulan, baik berupa kuliner khas, pakaian maupun cindera mata bagi kabupaten pesisir selatan, kain sulam bayangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Sinar Mas Seluller adalah badan usaha atau bisnis yang bergerak dibidang jasa penjualan gadget terutama Handphone dan kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai suatu aktivitas,

Lebih terperinci

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loksi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di swalayan Kota Gorontalo Tahun 2013 3.1.2 Waktu Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1. Profil Home Industry. Sentra Industri Pengrajin Blangkon terletak di Kelurahan

BAB IV HASIL. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1. Profil Home Industry. Sentra Industri Pengrajin Blangkon terletak di Kelurahan BAB IV HASIL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Home Industry Sentra Industri Pengrajin Blangkon terletak di Kelurahan Serengan Dusun Protojayan RT 02/06 merupakan industri rumahan yang beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK PEKERJA. Hari, tanggal : Selasa, 29 November 2011 Jam :

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK PEKERJA. Hari, tanggal : Selasa, 29 November 2011 Jam : PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK PEKERJA Hari, tanggal : Selasa, 29 November 2011 Jam : 09.00-12.00 1. Data inti a. Riwayat Pekerja mulai bekerja dipabrik ini sebagian besar setelah lulus SD atau

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA DI LABORATORIUM PT. POLYPET KARYAPERSADA CILEGON

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA DI LABORATORIUM PT. POLYPET KARYAPERSADA CILEGON PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA DI LABORATORIUM PT. POLYPET KARYAPERSADA CILEGON SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan OLEH :

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR Muhammad Yusuf 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * Email:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Mata 1. Definisi Kelelahan mata adalah sebuah masalah yang menggangu bagian mata disebabkan oleh otot-otot yang dipaksakan bekerja keras terutama saat harus melihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN PT. Sinar Pantja Djaja Sritex Group adalah perusahaan nasional yang bergerak di bidang spinning (pemintalan benang), yang menghasilkan benang tekstil

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun bab ini berisi identitas

BAB III PENYAJIAN DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun bab ini berisi identitas BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab. III ini, Penulis akan menyajikan data yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun bab ini berisi identitas responden penelitian, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu industri informal yang memiliki potensi untuk mengalami bahaya keluhan muskuloskeletal adalah pada aktivitas pekerjaan ialah industri rumah tangga

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016 Al-Sihah : Public Health Science Journal 60-68 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016 Hasbi Ibrahim 1, Munawir Amansyah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ruang ICU merupakan ruang rawat di Rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerja mendukung. Kondisi kualitas lingkungan

Lebih terperinci

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai bagian dari limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat obsevasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Oleh : Amir Subagyo Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran-1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Santri Perempuan di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong Kecamatan Dewantara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data lembar isian dengan judul Pengetahuan Masyarakat Tentang Syarat Rumah Sehat secara

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti pernah melakukan suatu penundaan atau menunda. Namun terkadang individu melakukan penundaan hanya sekali, tetapi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1 Sri S. Ningsih, 2 Fransiska Lintong 3 Jimmy F. Rumampuk 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci